problematika negara islam indonesia

Download Problematika Negara Islam Indonesia

If you can't read please download the document

Upload: shecutesib9835

Post on 03-Jul-2015

533 views

Category:

Documents


38 download

TRANSCRIPT

Problematika Negara Islam IndonesiaFriday, 06 May 2011 15:07 |Menjelang peringatan Paskah 22 April 2011 aparat kepolisian disibukkan dengan berita yang mengagetkan adanya temuan bom dengan bahan peledak 150 kg di dekat gereja Christ Cathedral, Serpong, Banten. Dari opini media yang berkembang tuduhan di arahkan kepada jaringan NII (Negara Islam Indonesia). Hari-hari belakangan ini media massa baik cetak maupun elektronik heboh membahas tentang NII. Kalau kita ikuti dengan baik, sebetulnya, jauh sebelum temuan bom di Serpong, opini media sudah memberikan pemanasan tentang aktifitas NII. Lalu diikuti oleh serentetan kejadian bom. Dengan demikian pelaku dengan mudah diperoleh yaitu kelompok NII. Dari modus operandi seperti ini banyak yang bertanya; benarkah peristiwa demi peristiwa adalah perbuatan aktifis NII? Ataukah rekayasa aparat keamanan untuk mengalihkan isu besar yang sedang dihadapi oleh negara ini? Ataukah aktifitas NII sedang dijadikan kuda tunggangan politik? Pertanyaan liar seperti di atas wajar saja terjadi. Kita tentu masih ingat bagaimana rekayasa politik sebelum terjadi bom Bali 12 Oktober 2003. Beberapa bulan sebelum terjadi bom Bali banyak peringatan dari Amerika Serikat bahwa akan terjadi ledakan bom di Indonesia yang dilakukan oleh JI (Jemaah Islamiyah) dengan amirnya Abu Bakar Baasyir. Ketika peristiwa bom Bali benar-benar terjadi, Abu Bakar Baasyir dengan mudah dituduh lalu ditangkap. Dalam sidang pengadilan, ketika itu Suara Islam (SI) hadir, terungkap seorang saksi dari penerjemah CIA mengungkapkan bahwa 15 hari sebelum terjadi bom Bali, AS melalui aparat CIA-nya telah mendatangi rumah kediaman Presiden Megawati di Kebagusan, Jakarta Selatan meminta langsung kepada Presiden Megawati untuk menyerahkan Abu Bakar Baasyir dengan cara direinder (seperti menangkap rusa di hutan, pen) untuk di bawa ke AS lalu dimasukkan ke neraka Guantanamo yang terkenal sangat menakutkan itu. Entah karena apa, saat itu Megawati tidak mau menyerahkan Ust Abu. Lalu aparat CIA itu mengancam bahwa akan terjadi peristiwa besar. Dua minggu kemudian, bom Bali benar-benar terjadi. Bali luluh lantak dihantam bom dengan korban ratusan orang. Tidak sampai 1 bulan setelah bom Bali, Abu Bakar Baasyir sudah ditangkap dan di dakwa sebagai otak pelaku bom Bali. Dalam persidangan berikutnya tudahan itu tidak bisa dibuktikan. Seandainya Megawati setuju untuk menyerahkan Baasyir, peristiwa bom Bali tidak pernah akan terjadi. Demikian kesaksian penerjemah CIA itu. Ketika hakim bertanya, andaikata Abu Bakar Baasyir benarbenar diserahkan oleh Megawati, apakah Bom Bali benar-benar tidak akan terjadi? Dengan tegas sang penerjemah menjawab dengan tegas seandainya Megawati menyerahkan Baasyir, dia yakin bom Bali tidak akan terjadi. Mengapa NII Eksis? Kembali kepada persoalan NII yang diributkan sekarang ini, apa sebenarnya yang membuat NII punya daya tahan sehingga tetap hidup bahkan berkembang mengikuti putaran zaman? Jawaban singkatnya adalah masalah ideologi dan ekonomi berjalin - berkelindan sehingga radikalisme tetap sulit untuk dihindari. NII lahir dari rahim politik, yaitu Negara Islam Indonesia dan bukan Republik Indonesia (RI). NII diproklamirkan oleh S.M. Kartosuwiryo di Jawa Barat 7 Agustus 1949 dengan nama Darul Islam

Written by Shodiq Ramadhan |

(DI). Persoalan DI baru bisa diselesaikan dengan tertangkapnya Kartosuwiryo tahun 1962. Setelah itu tokoh-tokoh DI turun gunung dan membaur di tengah masyarakat. Perkembangan sejarah menunjukkan dengan berakhirnya pemberontakan tokoh-tokoh DI ternyata membawa ideologi politik yang sangat erat dengan pemahaman agama Islam. DI ternyata tidak sama dangan pemberontakan lain seperti PRRI/Permesta yang bisa diselesaikan secara politik. DI tidak sesederhana itu. Meskipun secara politik mereka kalah, tapi akar ideologi mereka tidak pernah dibongkar dan dibasmi. Lalu dalam waktu singkat tumbuh dan kembali berkobar. Dalam pandangan dan keyakinan aktifis Darul Islam DI/NII adalah Negara karunia Allah yang akan membawa keamanan, keadilan dan ridho Allah Swt. Adapun RI adalah Negara kafir karena tidak berdasarkan Islam. Karenanya harus diperangi dan direbut sampai berdiri kembali NII sebagai Darul Islam. Untuk merebut tampuk kepemimpinan RI harus diikat dengan doktrin aqidah dan sejarah. Dalam doktrin NII ada tiga masalah yang digabungkan, tidak bisa dipisahkan. Satu sama lain akan berpengaruh. Pertama adalah masalah aqidah atau ideologi. Kedua, Sejarah Perjuangan Rasulullah (SPR), ketiga Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia (SPUI). Aqidah merupakan roh yang memberikan jiwa pergerakan. Sementara SPR merupakan guide perjuangan, serta jawaban terhadap masalah hukum yang muncul. Adapun SPUI merupakan ajaran Islam yang telah dan akan ditegakkan di Indonesia. Dalam memahami aqidah DI memahami Negara Islam merupakan wujud keimanan yang paling penting dan utama.. Seseorang akan menjadi kafir kalau dia rela dan ridho hidup di bawah aturan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Negara RI yang berdasarkan PANCASILA bukan Negara Islam. Karena itu siapa yang menerima Negara Pancasila adalah Kafir. Dalil yang dipakai adalah ayat dalam surat al- Maidah: Barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka itulah orang kafir, fasiq dan musyrik (zholim). DI memahami bahwa antara iman dan amal sangat erat kaitannya. Seorang muslim harus mengamalkan ajaran agamanya. Amalnya bisa batal bila amal perbuatan tidak sesuai dengan iman. Untuk menguatkan pemahamannya, sering kali instruktur DI mengutip pendapat ulama dan tokoh-tokoh pergerakkan Islam yang ada kecocokan. Untuk tahap pemula mereka menggunakan buku yang ditulis oleh Said Hawwa, Seperti buku Al-Islam. Tapi itu hanyalah tipuan saja. Karena pada tahap lanjutan banyak pendapat Said Hawwa yang tidak sesuai dengan doktrin NII akan mereka campakkan. Di lain kesempatan DI juga akan mengutip pendapat tokoh Syiah. Tapi pendapat Syiah yang mensucikan imam, dan imam itu harus dari kalangan ahlul bait juga akan mereka buang. Karena Kartosuwiryo dan tokoh-tokohnya bukan dari kalangan ahlul bait, tapi orang Jawa dan Sunda. Dalam doktrin bernegara ini DI memakai istilah Tauhid Mulkiyah. Artinya tidak ada kekuasaan atau kerajaan kecuali kerajaan Allah. NII merupakan wujud kerajaan Allah di muka bumi. Selain NII mereka juluki sebagai regime thogut yang wajib dihancurkan. Adapun tauhid yang kita peroleh sepanjang sejarah Islam tidak ada yang mengatakan bahwa maksud tauhid mulkiyah itu artinya kekuasaan dalam bentuk negara semata, seperti yang dipahami NII.. Kata-kata mulk (kekuasaan) seperti yang terdapat dalam surat Al-Fatihah: Maliki yaumiddien. Artinya penguasa pada hari pembalasan. Ada ayat yang lain Allah akan memberikan kekuasaan kepada siapa yang dia kehendaki dan mencabutNya dari siapa yang dia kehendaki. Allah dengan kekuasaannya menguatkan siapa saja dan melemahkan siapa saja yang dia kehendaki karena Dialah Allah yang maha berkuasa. Dalam menafsirkan ayat-ayat tauhid ini DI tidak pernah mau merujuk kepada hadist-hadist, pendapat sahabat atau kitab-kitab tafsir yang utama. Ayat-ayat itu mereka tafsirkan dalam kerangka Negara Islam. Jadi disinilah letak kesesatan pemahaman DI dalam masalah tauhid. Ketika seseorang salah dalam memahami tauhid, maka dapat dipahami bagaimana implikasinya dalam semua gerak hidupnya. Suara Islam (SI) pernah bertemu dengan seorang penjual es keliling di terminal Pulo Gadung. Sambil menjajakan esnya, teman ini bersemangat bagaimana menegakkan negara yang berdasarkan Islam. Katanya perjuangan yang benar hanyalah perjuangan Kartosuwiryo dengan

menegakkan Negara Islam Indonesia. Selain itu adalah pejuang nasionalis yang kafir. Pernyataan ini tentu saja mengagetkan. Ketika ditanyakan kalau begitu perjuangan sahabat Rasulullah yang membawa dan mendakwahkan Islam ke Afrika dan Asia termasuk Indonesia dimana sebagian besar tidak dikenal namanya dalam sejarah. Apakah mereka-mereka itu akan dicap kafir? Teman ini tidak bisa menjawab, lantas pergi. Tapi sebelum pergi SI memberikan nasehat, negara bukanlah tujuan utama dalam hidup seseorang. Islam memang membutuhkan negara untuk membela ajaran dan syariatnya. Hanya saja itu sangat tergantung dengan perkembangan sejarah serta bakat dan kemampuan seseorang. Seorang petani dan masyarakat biasa tugasnya bukan untuk memikirkan masalah negara. Tugas utamanya adalah bagaimana menjadi individu yang baik serta mampu menjaga keluarganya dengan melaksanakan ajaran Islam. Teman ini tentu saja tidak berkenan mendengarkannya. Memang tugas utama seorang muslim adalah menjadi hamba Allah yang bebas dari kemusyrikan. Dalam menegakkan ajaran Islam sangat tergantung kepada kemampuan dan wawasan seseorang. Seorang kepala keluarga yang mempunyai kecerdasan dan pendidikan serba pas-pasan, tugas utamanya adalah bagaimana mencari nafkah secara halal. Soal negara bukanlah tugas dan kewajibannya. Seorang dokter yang bertugas di ruang prakteknya maka tugas utama sebagai amal shalehnya adalah berkhidmat membantu penyembuhan penyakit pasien secara baik dan benar. Itu sudah termasuk amal sholeh. Jadi dalam pikiran kader-kader NII, pengamalan agama ini baru akan sempurna jika sudah berdiri negara Islam. Karena itu siang malam mereka hanya berfikir bagaimana mencari pengikut sebanyak-banyaknya untuk menegakkan negara Islam. Alquran dalam pemahaman NII merupakan undang-undang negara. Untuk melengkapi penelusuran kita terhadap NII akan lebih pas dengan melihat pemahaman NII terhadap perjuangan Nabi Muhammad Saw. NII membagi sejarah perjuangan Nabi dalam dua fase: fase Makkah dan fase Madinah. Dalam pandangan NII pada fase Makkah syariat belum diberlakukan. Nabi hanya mengajak untuk mencari pengikut dengan mendakwahkan tauhid. Karena itu kader-kader NII tidak shalat dan tidak puasa. Begitu juga wanita-wanitanya tidak wajib berjilbab. Kalaupun mereka shalat hanyalah sekedar pura-pura sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Dalam fase Makkah juga belum dilarang meminum khamar dan minuman yang memabukkan lainnya. Pada fase Madinah dalam pemahaman NII adalah ketika Nabi Muhammad sudah berhasil mendirikan Negara Islam Madinah. Lalu semua hukum diterapkan. Qisas dilaksanakan, rajam diterapkan. Aturan-aturan lain juga diberlakukan Pemahaman seperti ini tentu saja sangat sesat dan menyesatkan. Pembagian fase perjuangan Nabi Muhammad ke dalam fase Makiah dan Madaniah hanyalah untuk menjelaskan periodesasi dakwah. Fase itu tidak berlaku dalam masalah hukum. Hukum Islam itu sudah berlaku secara sempurna setelah ayat Alquran diturunkan secara kaffah.. Selain itu sejarah perjuangan Nabi itu bukanlah suatu hukum. Karena sejarah itu merupakan ibroh (pelajaran). Karena itu, para ulama hukum Islam telah membuat kaedah hukum yaitu hukum itu sesuai dengan lafaz atau bunyi teks secara umum dan bukan karena sebab-sebab khusus. Misalnya nabi Muhammad menikah pertama umur 25 tahun dengan Khadijah seorang janda umur 40 tahun. Apakah ini juga hukum? Tentu saja tidak. Kalaulah hukum tentulah setiap umat Muhammad harus menikah pertama dengan seorang janda umur 40 tahun. Dalam surat Yusuf :111 ditegaskan bahwa sejarah itu hanya sebagai pelajaran yang perlu diambil hikmahnya dan bukan merupakan hukum. Tokoh-tokoh NII tentu saja tidak mau memperhatikan ayat-ayat seperti ini, karena akan merusak plat form perjuangannya. Tujuan dakwah Nabi bukan untuk menegakkan atau merampas tampuk kekuasaan politik dari masyarakatnya. Nagara Madinah hanyalah satu kemestian sejarah. Seandainya masyarakat Makkah mau menerima Dakwahnya, mungkin nabi Muhammad tidak akan hijrah ke Madinah. Karena dalam sejarah para nabi, ada nabi itu yang menjadi penguasa dan raja seperti kisah nabi Daud dan Sulaiman. Tapi juga tidak sedikit dari nabi dan rasul yang diutus Allah tidak berkuasa dan berasal dari kalangan rakyat biasa.

Tokoh NII mewajibkan kepada anggotanya yang baru direkrut untuk dibaiat> Karena dalam doktrin NII, kaum muhajirin yang datang menjumpai nabi juga melakukan baiat terhadap Rasulullah. Baiat memang ada dalam khazanah politik Islam. Bahkan dianggap salah satu wujud pengakuan dan loyalitas masyarakat Arab terhadap kepemimpinan seseorang. Tapi Baiat atau tidaknya seseorang kepada pemimpin tidaklah membatalkan keislaman seseorang. Setelah nabi Muhammad wafat, lalu para Sahabat di Saqifah Bani Saidah membaiat Abu bakar sebagai khalifah. Pada saat itu sebagaian besar sahabat berbaiat terhadap Abu Bakar. Hanya saja sejarah juga mencatat, ada sahabat yang tidak ikut berbaiat terhadap Abu Bakar, diantaranya Saad bin Ubadah dan Fatimah putri Rasulullah. Apakah dengan demikian keislaman keduanya gugur? Tentu saja tidak. Dalam memahami Al Quran dan sirah nabi Muhammad, doktrin NII tidak pernah mau melihat bagaimana hadist-hadist seperti yang terdapat dalam hadist shahih Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tarmizi dan Nasai. Penafsiran para sahabat, dan kitab ulama salaf yang utama tidak pernah menjadi rujukan doktrin NII. Karena kalau mereka membuka kitab-kitab hadist maka serta merta kesesatan doktrin mereka akan segera terbongkar. Setelah kita telusuri dua fase kesesatan pemahaman NII terhadap Al Quran dan sunnah serta sejarah Nabi Muhammad, maka kesalahan ke tiga NII adalah tentang interpretasi terhadap sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia (SPUI). Menurut NII perjuangan umat Islam sebelum kedatangan Kartosuwiryo merupakan periode gelap atau sesat, karena perjuangan para umat Islam masa lampau masih berkonotasi sekuler dan jahiliyah. Barulah setelah era Kartosuwiryo perjuangan umat Islam murni dan sesuai sunnah. Jadi perjuangan dan pemberontakan Padri, Diponegoro dan Pergerakan Syarikat Islam adalah Jahiliyah. Begitu juga perjuangan kyai NU mendirikan Pesantren juga jahiliyah. Jahiliyah yang sama juga terjadapat pada pergerakan Muhammadiyah. Tokoh-tokoh NII memahami bahwa proklamasi DI/TII tahun 1949 merupakan awal periode Madinah dan pemberlakuan syariat Islam. Karena itu dalam surat-menyurat Kartosuwiryo kepada pemerintah RI dengan jelas disebutkan kata Madinah Indonesia. Lalu periode tertangkapnya Kartosuwiryo tahun 1962 diterjemahkan sebagai periode Hudaybiyah, yaitu periode penghentian saling menyerang. Lalu dimulai masa konsolidasi. Tahap berikutnya bagi NII adalah Futuh Makkah (penaklukkan Makkah). Maksudnya adalah NII akan mengambil alih kekuasaan politik di Indonesia. Terakhir yang menjadi persoalan kita adalah apakah tokoh-tokoh NII tidak menyadari kesesatannya? Sebagian besar sangat menyadarinya, tapi kebutuhan ekonomi dan ancaman internal niscaya memaksa mereka tidak mungkin lepas dari jaringan sesat itu. Wallahualamu bissawwab. (Tim Redaksi SI)

Proyek Menghadang Negara IslamFriday, 06 May 2011 17:04 |NII KW9 ternyata berhubungan dengan Pesantren Al Zaytun di Indramayu dan dengan pemimpin yang sama. Keresahan terjadi tapi kenapa polisi tak bertindak? Dr Azhari, Noordin Muhamad Top, Dulmatin, atau sejumlah tokoh teroris lainnya mati ditembak Densus 88. Yang lainnya ditangkap, diadili, dan mendekam di penjara. Pendek

Written by Shodiq Ramadhan |

kata, Densus 88 bukan main hebatnya. Hampir tak ada tempat yang aman bagi para penjahat untuk menyembunyikan diri. Karena itu menjadi tanda tanya besar kenapa pemerintah tak berhasil membongkar jaringan Negara Islam Indonesia (NII)? Padahal NII telah meresahkan masyarakat karena diketahui melakukan cuci otak kepada para pelajar dan mahasiswa yang menjadi korbannya di berbagai daerah dan kota. Lebih meresahkan setelah ternyata Pepi Fernando, 32 tahun, sutradara film dan otak teroris bom buku dan perencana peledakan bom di dekat pipa gas di Serpong, Tangerang, pernah pula menjadi anggota NII. Jaringan ini diketahui memeras, menipu, memoroti duit korbannya, dan itu menggunakan nama Islam. Sampai ada anak membenci atau melawan orang tua, remaja raib dan tak pulang ke rumah, dan banyak lagi cerita serupa lainnya. Yang menghebohkan adalah kasus Laila Febriani alias Lian, gadis yang ditemukan April lalu, dalam keadaan linglung di Masjid AtTaawun, Puncak, Bogor. Dia adalah korban cuci otak oleh NII. Nama negara Islam, atau bahkan nama Islam itu sendiri sudah hancur-hancuran, babak-belur, paling tidak menjadi amat jelek, karena perbuatan NII. Sebentar lagi orang akan takut mendengar nama negara Islam, bahkan mendengar nama Islam itu sendiri. Tapi mengapa pemerintah diam saja? Kenapa Densus 88 tak menunjukkan kebolehannya menyergap dan menembaki markas dan para anggota NII, seperti dilakukannya selama ini dalam memberantas terorisme? Ternyata karena intelijen berada di belakang dan selalu melindungi NII. Itulah yang diungkapkan secara terbuka kepada wartawan oleh Al Chaidar, peneliti dan penulis sejumlah buku tentang NII. Menurut Al Chaidar masalah NII sebenarnya sudah cukup jelas sejak lama karena sejumlah pihak telah melakukan penelitian, termasuk penelitian oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa tahun yang lalu. Dari penelitian itu diketahui bahwa NII KW 9 (Komando Wilayah 9) punya kaitan dengan Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, yang dipimpin A.S Panji Gumilang alias Abu Toto. Panji Gumilang itu adalah orang yang dilindungi pemerintah atau oleh oknum intelijen, kata Al Chaidar yang beberapa kali pernah mengunjungi Pesantren Al Zaytun dan mewawancarai Abu Toto. Dalam operasionalnya NII berusaha mengumpulkan duit sebanyak-banyaknya dari para simpatisan dan para korban (yang tertipu). Menurut Al Chaidar hanya sekitar 10% uang itu digunakan untuk keperluan pesantren. Sisanya dibagi-bagi, termasuk dengan para oknum intelijen. Dengan cara seperti ini, Al Chaidar mengatakan bahwa tujuan NII ini (yang disebutnya gadungan) hanya untuk mencari duit dan sama sekali tak ada urusannya dengan rencana mendirikan negara Islam atau untuk kepentingan Islam lainnya. Pada tahun 1999, Al Chaidar pernah bertemu Letjen Z.A. Maulani, Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) sekarang dikenal sebagai Badan Intelijen Negara (BIN). Ketika itu Z.A.Maulani berbicara untuk kepentingan Abu Toto alias Panji Gumilang, meminta agar Al Chaidar membatalkan rencana menerbitkan buku yang menyangkut Panji Gumilang. Tapi permintaan itu tak dipenuhi Al Chaidar. Kawan-kawan saya bilang, ditulis saja korbannya banyak, apalagi nggak ditulis, kata Al Chaidar. Al Chaidar malah pernah melaporkan Kepala BIN Hendropriyono ke Mabes Polri pada 2003, untuk perbuatan mengancam dan penghinaan. Pada 13 Mei 2003, Hendro mengunjungi Pesantren Al Zaytun dan berpidato di sana. "Dia bilang akan menghajar siapa saja yang melawan Al Zaytun, kata Al Chaidar. Selain itu Hendro mengatakan bahwa orang yang menghujat Al Zaytun adalah iblis. Semua pernyataan Hendro itu terekam dalam VCD dan dijadikan Al Chaidar barang bukti kepada polisi. Tapi maklum sajalah: mana polisi berani mengusut seorang Kepala BIN. RATUSAN MILYAR DI BANK CENTURY

Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin juga mengungkapkan bahwa pimpinan NII KW 9 dan pimpinan Pesantren Al Zaytun adalah orang yang sama. Dan selama 20 tahun beroperasi NII KW 9 dibiarkan saja oleh pemerintah. MUI sudah lama memberikan fatwa mau pun peringatan berdasarkan pengaduan banyak pihak yang menjadi korban. Dan itu disampaikan juga kepada pemerintah, namun tak ada tindakan pemerintah yang memuaskan, kata Din. Pembiaran itu menyebabkan NII kemudian menyebar dengan mudah sampai ke sekolah menengah mau pun perguruan tinggi. Maka Din berpendapat masyarakat harus mencegah penyebaran NII karena pembiaran oleh pemerintah. Kalau tak dicegah, NII itu hanya akan mendiskreditkan ummat Islam, kata Din. Hubungannya yang dekat dengan intelijen Indonesia menyebabkan Al Zaitun berkembang dengan cepat dan disebut-sebut sebagai pesantren terbesar di Asia Tenggara. Dan yang lebih menakjubkan ternyata pesantren itu atau NII amat kaya memiliki duit sampai puluhan milyar rupiah sementara pesantren lain ngos-ngosan kesulitan dana. Tatkala heboh kasus Bank Century, 21 Desember 2009, Kepala PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) Yunus Husein melaporkan kepada Panitia Khusus (Pansus) DPR tentang Bank Century bahwa seorang bernama Abu Maarik memiliki simpanan di bank itu sebesar Rp 46,2 milyar. Abu Maarik diduga nama lain dari Panji Gumilang alias Abu Toto, pemimpin Pesantren Al Zaytun dan pemimpin tertinggi NII KW 9. Kita minta negara segera melumpuhkan jaringan yang merusak negara seperti NII. Apalagi setelah ditemukan dana milyaran rupiah di Bank Century. Kenapa itu tak terendus dari dulu? kata Priyo Budi Santoso, Wakil Ketua DPR. Malah sebenarnya dana yang dimiliki NII KW9 pernah lebih besar lagi, mencapai ratusan milyar rupiah dan didepositokan di Bank Century Cabang Senayan, Jakarta. Dana itu berasal dari sumbangan para pendukungnya yang militan. Hal itu diungkapkan bekas Menteri Peningkatan Produksi NII KW9 Imam Supriyanto kepada wartawan Detik.Com. Dari 1997 2003 yang menjadi Kepala Negara NII KW9 adalah Syamsul Alam yang diyakini oleh Imam Supriyanto tak lain dari Panji Gumilang, pimpinan Pesantren Al Zaytun yang dikenal sekarang. Pada 2002 terjadi gejolak internal ketika Syamsul Alam tak bisa mempertanggungjawabkan dana yang ia gunakan. Saat itu sekitar separuh anggota NII keluar. Lantas pimpinan NII membuat kewajiban bagi anggota untuk memberikan sumbangan dengan target tertentu. Sejak itulah menurut Imam Supriyanto, terdengar ada anggota NII yang melakukan pemerasan, penipuan, dan semacamnya, guna memenuhi target sumbangan yang telah ditentukan. Begitu pun Al Zaitun tetap berkibar. Soalnya selain Hendropriyono, cukup banyak pejabat penting yang membekingnya. Presiden BJ Habibie, bekas Panglima TNI Wiranto, Wapres Jusuf Kalla, adalah nama-nama pejabat penting yang pernah mengunjungi Al Zaytun. Karena itu sekali pun di berbagai tempat terjadi masalah tentang laporan anak sekolah atau mahasiswa yang dicuci otak, atau remaja yang menghilang, polisi tak bertindak ke Al Zaytun mau pun NII. Tampaknya menjadi jelas bahwa NII adalah proyek intel untuk menjelek-jelekkan Islam dan konsep negara Islam kepada rakyat. Hanya sekali, ketika Irjen Pol Susno Duadji menjadi Kapolda Jawa Barat di tahun 2008, dia bekerja sama dengan MUI menggerebek sebuah upacara pindah warga negara dari warganegara Indonesia menjadi warganegara Negara Islam Indonesia (NII) yang dilakukan di sebuah tempat di Kabupaten Bandung. Sekitar 20 orang NII itu sedang dilantik dan langsung diringkus polisi. Mereka kemudian terbukti melakukan perbuatan makar di pengadilan. Amran Nasution

NII Dibuat untuk Menghadang Islam Politik

Friday, 06 May 2011 14:57 |

Written by Shodiq Ramadhan |

KH M Al Khaththath Sekjen FUI Blow Up selama dua minggu lebih terhadap kasus NII (Negara Islam Indonesia) oleh media massa telah menenggelamkan berita pengadilan Ustadz ABB, bom-bom yang melibatkan awak media massa, dan kasus pemeriksaan KY terhadap hakim kasus Antasari Azhar yang dinilai berbau fitnah. Sekalipun media mengait-ngaitkan kasus penipuan ala mafia yang menamakan diri mereka sebagai NII dengan pengeboman, terorisme, gerakan radikal, gerakan penegakan syariah, daulah, dan khilafah, namun sejauh ini polisi belum menetapkan sebagai kasus makar. Polda Jatim yang menangani kasus tersebut menetapkan sebagai kasus penipuan semata, bukan sebagai kasus gerakan makar. Adapun baiat yang dilakukan oleh pengikut NII hanya sebagai alat untuk menghilangkan kesadaran para korbannya (26/4/2011). Kalau kita melihat baiat yang diucapkan dalam film dokumenter tentang NII dan pendekatan kelompok NII tampak seolah kelompok ini adalah hendak mendirikan negara Islam Indonesia untuk menggantikan NKRI yang dinilai telah penuh dengan kezaliman dan harus hijrah ke NII yang akan menerapkan syariat Islam. Namun, kalau diteliti lebih mendalam, ternyata itu hanyalah pengelabuan untuk suatu tipuan kepada korbannya. Sebab setelah didoktrin hijrah, maka sang korban, umumnya mahasiswa yang tidak punya pengetahuan tentang syariat Islam dalam bidang social politik dan kenegaraan, di-fait acomply untuk baiat dan hijrah dengan membayar sedekah istighfar (semacam penebusan dosa) yang jumlahnya bisa mencapai angka jutaan rupiah dan harus disetor pada keesokan harinya sebelum baiat. Dan mahasiswa yang kepepet dan sudah dicuci otak tersebut, diajari untuk menipu orang tuanya dengan cara mengaku menghilangkan laptop temannya, dan dibantu oleh agen-agen NII untuk bisa memeras orang tuanya untuk mendapatkan uang jutaan rupiah demi baiat pindah kewarganegaraan. Tentu saja tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan baiat seperti itu. Sehingga dari awal sudah bisa kita pastikan bahwa NII bukanlah kelompok Islam, tapi pemalsu Islam yang dibuat oleh kelompok anti Islam (Islamophobia) dengan tujuan untuk memburukkan citra Islam, khususnya Islam Politik. Menurut penuturan orang yang pernah aktif di NII maupun orang tua yang kehilangan anaknya akibat ulah NII yang konon bisa merogoh hingga 15 milyar rupiah perbulan dari kantong umat Islam itu, sangat berbahaya bagi masa depan bangsa dan anak-anak umat Islam. Sebab di dalam NII tidak ada kehidupan Islam yang sebenarnya, tidak ada penerapan syariat, justru mereka dibolehkan tidak sholat dan minum minuman keras. Tak ada perintah sholat jamaah ke masjid, yang ada bagaimana berjamaah ke mal-mal untuk merekrut anggota baru. Tak ada bagaimana pengembangan profesi untuk kemaslahatan umat, tapi yang ada menghalalkan segala cara mencari uang setoran ke NII. Menurut para aktivis NII Crisis Center, sebenarnya masalah ini sudah lama dilaporkan ke Mabes Polri, tapi anehnya tidak ada tanggapan yang berarti. Lalu fenomena NII dengan perilaku penipuan dan penggendaman serta penghilangan orang dari keluarga itu tiba-tiba marak diberitakan media massa, jelas ini menjadi tanda tanya.

Ada analisis bahwa NII ini adalah organisasi yang dikendalikan intelijen yang sewaktu-waktu ditampilkan untuk tujuan menjaga keseimbangan. Artinya, kalau ditampilkan NII dengan format yang membuat orang antipati kepada Islam dan umat Islam, maknanya Islam atau gerakan umat Islam di Indonesia ini dianggap terlalu maju sehingga dinilai menimbulkan ketidak seimbangan. Maka untuk memundurkannya, perlu dibuka fenomena semacam NII tersebut. Ada hasil survey terbaru bahwa 91 persen masyarakat Indonesia setuju politik Islam, dukungan mereka terhadap ormas Islam semacam FPI semakin menguat, dan suara mereka untuk pembubaran Ahmadiyah semakin mendekati angka mayoritas mutlak. Artinya, jika para tokoh Islam memanfaatkan hasil survey tersebut untuk menampilkan parpol Islam yang berjuang secara terbuka dan elegan bagi formalisasi syariat Islam dalam berbagai perundangan di NKRI ini, maka jelas akan mendapatkan dukungan luas dari umat dan bisa diprediksikan akan menang dalam percaturan politik di negeri ini. Untuk mencegah hal itu, untuk menakut-nakuti semua pihak, dan untuk memancing perlawanan semua pihak, serta terutama untuk membatalkan dukungan umat, maka ditampilkanlah kasus NII tersebut. Sekarang tergantung para pimpinan umat Islam, para petinggi partai dan ormas Islam, petinggi MUI, petinggi pesantren, dan berbagai lembaga keislaman, apakah mereka masih bisa ditipu oleh para antek AS dan kaum kafir imperialis lainnya sehingga mereka tetap pada posisi obyek penderita (maful bih) di negerinya sendiri, ataukah mereka bangkit untuk mengambil hak-hak konstitusional mereka menjadi pelaku (fail) di negeri mereka sendiri. Wallahualam!

MUI Sultra: Orang Bergabung Dengan NII Karena Kecewa Dengan PemerintahThursday, 05 May 2011 15:19 |Kendari (SI ONLINE) - Hebohnya kembali pemberitaan mengenai NII sangat meresahkan warga. Keberadaannya yang susah di deteksi dan modus penjaringan anggota yang tidak terlalu mencurigakan membuat beberapa pihak terkait angkat bicara. KH Marwan Aidid, Ketua MUI Sulawesi Tenggara, mengimbau kepada semua elemen masyarakat daerah ini untuk mewaspadai keberadaan gerakaan NII di Sulawesi Tenggara. "Kita tidak boleh lengah, dan harus selalu waspada terhadap gerakan NII di daerah ini," kata mantan anggota DPD RI itu, Kamis (5/5/2011). Marwan berpendapat bahwa keberadaan gerakan NII agak susah dideteksi karena organisasinya tidak terbuka, berbeda dengan gerakan organisasi Islam lainnya yang alamatnya jelas dan pusat kegiatannya ada. "Meskipun saat ini kita belum memiliki data keberadaan NII di Sulawesi Utara, namun tidak berarti daerah ini luput dari target gerakan NII dalam mencari pengikut," ujarnya.

Written by Jaka |

Marwan menyatakan, potensi keberadaan gerakan NII di daerah ini cukup besar, karena bisa saja orang-orang yang bergabung dengan NII itu adalah mereka yang kecewa terhadap pemerintah selama ini. "Misalnya orang-orang yang kecewa terhadap pemerintah yang belum membekukan keberadaan Jamaah Ahmadiyah, sehingga bisa jadi mereka bergabung ke NII untuk menyalurkan semangat keagamaan yang mereka miliki," tuturnya. Marwan menjelaskan,meskipun keberadaan NII susah dideteksi, tetapi ada beberapa perilaku anggotanya yang mudah terbaca yakni selalu meminta uang kepada keluarganya ketika dia memasuki organisasi baru. Yang lebih parah lagi mereka itu mengkafirkan orang lain di luar dari kelompok mereka, termasuk kedua orang tua mereka yang tidak mau bergabung dengan NII. Menurut Marwan, salah satu langkah untuk mematikan gerakan NII adalah membekukan segala aktifitas Jamaah Ahmadiyah di daerah ini, sehingga tidak ada orang-orang yang kecewa terhadap kebijakan pemerintah, kemudian mereka menyalurkan kekecewaannya ke NII. "Selain itu, peran orang tua dalam mengontrol setiap anak mereka yang terlalu aktif kegiatan organisasi di luar yang dinilai berlebihan, dan juga peran perguruan tinggi dalam mengontrol mahasiswanya karena untuk sementara gerakan NII ini banyak menyusup di kampus-kampus," ujarnya.

NII tak Mengancam NKRIWednesday, 04 May 2011 14:59 |Sejatinya, Negara Islam Indonesia (NII) tidaklah mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Isu NII justru digunakan untuk menghantam Islam dan gerakan Islam yang berjuang untuk menegakkan negara Islam yang sesungguhnya. Koordinator liputan Komisi untuk Orang hilang dan Korban NII Zaytun (Kontra-Z), Taufik Hidayat, tak dapat menahan rasa harunya. Matanya berkaca-kaca saat memulai diskusi dengan redaksi tabloid Suara Islam (SI), Kamis malam (28/4/2011) di kantor Redaksi SI, kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Pria yang lebih dari sepuluh tahun aktif dalam advokasi korban NII itu tak menyangka jika isu yang selama ini ia perjuangkan akhirnya diblow up secara gencar oleh media massa. Di sisi lain Taufik juga curiga. Menurutnya kasus-kasus yang berkaitan dengan NII sebenarnya telah lama ada. Hilangnya sejumlah mahasiswa yang di belakang hari diketahui bergabung dengan NII sudah banyak terjadi di kampus-kampus. Tapi baru sekarang, pasca hilangnya seorang staf di Kementerian Perhubungan Liana Febriani (26) dan sejumlah mahasiswa di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), isu NII kembali diangkat berbagai media. Apalagi kasus ini muncul bersamaan dengan mencuatnya rekayasa persidangan kasus Antasari Azhar dan berbarengan pula dengan penggodokan Rancangan Undang-undang Intelijen di DPR. Anehnya meski banyak kalangan mendesak agar NII dibubarkan, pemerintah seolah menutup mata. Nampaknya pemerintah melihat NII belum membahayakan NKRI. Secara nasional itu

Written by Shodiq Ramadhan |

belum masuk kategori ancaman dan tidak menghawatirkan. Namun kalau disebut sudah mengkhawatirkan saya setuju, ujar Menkopolhukam Jenderal (Purn) Djoko Suyanto, Jumat (29/4/2011). Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar juga mengatakan bahwa aktivitas NII belum dapat dikategorikan sebagai tindakan makar. Ia malah mendesak agar DPR segera merampungkan RUU Intelijen. "Terjadi ancaman mulai teror bom dimana-mana sampai NII. Apa ini (RUU Intelijen, red) tidak mendesak dibutuhkan?" kata Patrialis usai meresmikan Law and Human Right Center di Kantor Wilayah Menkum dan HAM, Jl Puputan Raya Renon, Denpasar, Bali, Jumat (29/4/2011). Sejumlah pejabat negara lainnya juga mengatakan hal senada. Maka menjadi benarlah analisis dan kekhawatiran sejumlah pihak, bahwa isu NII diangkat untuk menggolkan RUU Intelijen yang dinilai bakal menghidupkan rezim represif. Bahkan dalam sebuah diskusi yang digelar Partai Demokrat di kawasan Cikini, Jakarta, pada Ahad (1/5/2011) muncul wacana untuk menerapkan Internal Security Act (ISA) di Indonesia, sebagaimana di negeri jiran Singapura dan Malaysia. NII KW IX, Asli Produk Intelijen Merebaknya kasus NII kemudian dikaitkan dengan keberadaan NII Komandemen Wilayah IX (NII KW IX) yang beroperasi di wilayah Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang dan Banten. Ditengarai NII KW IX ini sejak puluhan tahun lalu telah berhasil diinfiltrasi oleh aparat intelijen. Sejumlah tokoh petinggi NII adalah binaan intelijen. Menurut politisi AM Fatwa, mantan Wakil Kepala BAKIN Ali Murtopo adalah aktor dibalik sepak terjang dan munculnya NII KW IX. Tokoh NII yang pada mulanya direkrut Ali Murtopo adalah Danu Mohammad Hasan. Penggarapan terhadap Danu terjadi sekitar 1966-1967. Pendekatan intelijen terhadap para tokoh NII sendiri secara resmi telah dimulai pada awal 1965, dengan menugaskan seorang perwira Operasi Khusus (Opsus) bernama Aloysius Sugiyanto. Setelah Danu, Ali Murtopo membidik Ateng Djaelani Setiawan. Selanjutnya pendekatan terhadap para mantan petinggi sayap militer Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) lainnya yang berpusat di Jawa Barat dilakukan Pangdam Siliwangi saat itu, Mayjen Ibrahim Aji. Petinggi NII yang digarap itu adalah Adah Djaelani dan Aceng Kurnia. Baik menurut kubu para mantan petinggi sayap militer maupun sayap sipil NII, politik pendekatan pemerintah orde baru melalui Ibrahim Aji, sangat diterima dengan baik, kecuali oleh beberapa individeu yang menolak uluran pemerintah tersebut, seperti Djadja Sudjadi dan Abdullah Munir. Para mantan tokoh sayap militer dan sayap sipil DI akhirnya makmur secara ekonomi. Hampir semua mantan tokoh DI mendapatkan modal cukup untuk menangani proyek Inpres, SPBU atau agen minyak tanah. Operasi ini dijalankan oleh anak buah Ali Murtopo, Letkol Pitut Suharto. Opsus dan intelijen kemudian meminta para mantan laskar NII tersebut mengkonsolidasikan kekuatan melalui reorganisasi NII ke seluruh Jawa dan Sumatra. Saat itu Ali Murtopo masih menjabat Aspri Presiden yang selanjutnya menjadi Deputi Operasi Ka BAKIN dan merangkap Komandan Opsus ketika mendekati detik-detik digelarnya 'opera' konspirasi dan rekayasa operasi intelijen dengan sandi Komando Jihad di Jawa Timur. Dalam waktu yang bersamaan Soeharto menyiapkan Renstra (Rencana Strategis) Hankam (1974-1978) sebagaimana dilakukan ABRI secara sangat terorganisir dan sistematis melalui penyiapan 420 kompi satuan operasional, 245 Kodim sebagai aparat teritorial dan 1300 Koramil sebagai ujung tombak intelijen dalam gelar operasi keamanan dalam negeri yang diberi sandi Opstib (operasi ketertiban) dan Opsus. Dari sinilah pendekatan itu makin serius dan signifikan. Ali Murtopo mengajukan ide pembentukan dan pembangunan kembali kekuatan NII, guna menghadapi bahaya laten komunis dari utara maupun dalam rangka mengambil alih kekuasaan. Ide Ali Murtopo ini selanjutnya dijalankan Danu Mohammad Hasan yang dipandu perwira Bakin Pitut Suharto, dan disambut Dodo Muhammad Darda, Tahmid Rahmat Basuki dan H. Isma'il Pranoto (Hispran).

Karena Pitut memiliki kedekatan hubungan pribadi dengan Andi Sele di Makassar dan dengan H. Rasyidi [ayah AS Panji Gumilang, red] di Gresik, Jawa Timur, pada tahun 1968 ia ditugaskan Ali Murtopo untuk mengolah hubungan dan keberadaan para mantan petinggi NII yang sudah dirintisnya sejak 1965 tersebut dengan kepentingan membelah mereka menjadi dua faksi. Faksi pertama diformat menjadi moderat untuk memperkuat Golkar, dan faksi kedua diformat bagi kebangkitan kembali organisasi Neo-NII. Keterlibatan Pitut yang akhirnya dinaikkan pangkatnya menjadi pejabat Direktur Opsus di bawah Deputi III BAKIN terus berlanjut. Pitut tidak saja bertugas untuk memantau aktifitas para mantan tokoh DI tersebut, ia juga terlibat aktif menyusun berbagai rencana dan program bagi kebangkitan NII, baik secara organisasi maupun secara politik termasuk aksi gerakannya. Berkat panduan Pitut, musyawarah dalam rangka reorganisasi NII yang meliputi Jawa-Sumatra pernah dilaksanakan di markas BAKIN saat itu di Jalan Senopati, Jakarta Selatan. Menurut Al Chaidar, pada 24 April 1971 juga dilaksanakan pertemuan para tokoh NII di rumah Danu Mohammad Hasan selama tiga hari di Jalan Madrasah 240 Bandung atas sponsor BAKIN. Pembicara yang hadir pada waktu itu Hispran, Djaja Sudjadi, Kadar Solihat, dan Maman Tsani. Pertemuan itu menghasilkan pembagian-pembagian kontak NII, seperti pengangkatan tugastugas. Penggalangan oleh BAKIN inilah yang dikemudian hari mengasilkan kelompok Komando Jihad (KOMJI). Sepeninggal Ali Murtopo, hubungan mesra NII KW IX dengan intelijen terus dibina. Hubungan itu bahkan terlihat sangat mesra, ketika Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dijabat Abdullah Mahmud Hedropriyono. Mantan Dandim Garuda Hitam Lampung yang terlibat dalam Peristiwa Lampung itu merupakan sahabat dekat Imam NII yang juga Syekh Mahad Al Zaytun Abu Toto alias Abdus Salam Panji Gumilang (ASPG). Ketika mewakili Presiden Megawati Sukarno Putri berkunjung ke Mahad Al Zaytun di Hergeulis, Indramayu, Jawa Barat pada 14-15 Mei 2003 silam, ASPG malah menyebut Hendro sebagai pemilik Al Zaytun. Puji-pujian dan sanjungan juga keluar dari mulut ASPG untuk dedengkot BIN yang dia sebut sebagai sahabat karibnya itu. Selamat datang, kunjungannya ke Mahad Al-Zaytun ini. Ini sebenarnya bukan satu kunjungan. Tapi pemiliknya datang kembali; yang sudah agak lama. Kami, kalau sahabat tidak ketemu sepekan, itu rasanya, Subhanallah, ujar ASPG. Merasa tersanjung dengan pujian selangit dari ASPG, Hendropriyono tak kalah tingginya dalam menyanjung Panji Gumilang. Ia bahkan terang-tarangan melamar menjadi bagian dari Keluarga Besar Mahad Al Zaytun. Ini semua Badan Intelijen Negara adalah saudara-saudara Bapak/Ibu sekalian, diterima atau tidak diterima, mendaftar sebagai saudara dan pengikut AlZaytun, ujar Hendro disambut tepuk-tangan amat riuh dari para hadirin. Dalam kesempatan itu, Hendro juga menceritakan tentang sepak terjangnya dalam membela Al Zaytun. Ia malah mengatakan bahwa kalangan yang menganggap Al Zaytun sesat adalah orang yang sesat dan membaca buku-buku iblis. Bukunya orang yang iri hati. Bukunya orang yang iri hati!! Mudah-mudahan dia segera bertobat, kata Hendro. Pembelaan Hendropriyono terhadap Al Zaytun juga tidak main-main. Dalam pidatonya mewakili Presiden Megawati itu pula Hendro menyatakan akan menghajar siapapun yang menghujat Al Zaytun. Semasa saya masih kuat dan ada kuasa begitu harusnya iman kita bukan? dengan tangan!. Kalau ini nanti tidak bisa, dengan mulut. Kalo tidak bisa baru dengan doa. Tapi semasa masih bisa dengan tangan, saya hajar siapa yang mau menghujat terus!, katanya sambil mengepalkan tangan kanannya memperagakan gerakan memukul dengan tangan kanannya, di hadapan para hadirin, diikuti dengan gemuruh tepuk-tangan yang amat riuh. Terbukti, hingga kini Hendro masih membela keberadan NII KW IX yang bersembunyi di belakang Mahad Al Zaytun. "Al Zaytun itu pesantren dengan nuansa pendidikan, tidak ada politik. Yang datang itu sejak Presiden Soeharto, BJ Habibie dan Presiden Megawati yang diwakilkan oleh saya. Jangan menuduh (Al Zaytun terkait NII KW 9), lebih baik diusut saja," kata Hendro saat ditanya wartawan tentang keterkaitan Al Zaytun dengan NII.

Hendro juga membantah bila intelijen membekingi NII. "Tidak benar (dibekingi intelijen, red). Kita harusnya mengerti, kita sedang dalam panggung apa. Kita sekarang perang psikologi, perang memutarbalikkan fakta dan fitnah memfitnah," kata Hendropriyono di Jakarta, Jumat (29/4/2011). NII, Lebih Liberal dari Kaum Liberal Mantan anggota NII Imam Solahudin mengatakan bahwa dalam praktik ibadah dan muamalah NII ternyata lebih liberal dari pada kelompok Jaringan Islam Liberal. Imam yang berbaiat pada tahun 1989 itu menceritakan awal mula menyimpangnya pemahaman NII terjadi pada tahun 1993, saat kepemimpinan NII KW IX berpindah dari Abi Karim kepada Abu Totok alias Abdus Salam Panji Gumilang. Sebelumnya Abu Toto telah mengikuti pengajian Lembaga Kerasulan atau Isa Bugis (paham ingkar sunah, red), jelas Imam yang pernah menjadi aparat kecamatan NII sebagai Kepala Bagian Keuangan di Tambelang Bekasi Utara itu. Menurut Umar Abduh dalam buku Membongkar Gerakan Sesat NII Di Balik Pesantren Mewah Al Zaytun terdapat sejumlah penyimpangan dalam tubuh NII KW IX yang berbungkus Mahad Al Zaytun. Pertama, Penyimpangan Aqidah. Kedua, Penyimpangan Syariah dan Ibadah dan ketiga, penggunaan istilah shadaqah untuk pemerasan. Syirik yang diciptakan NII KW IX sejak 1984 hingga saat ini adalah penyusunan tauhid menjadi menjadi tauhid rububiyah, tauhid mulkiyah dan tauhid uluhiyah. Tauhid rububiyah mereka samakan dengan akar kayu, mulkiyah adalah batang kayu dan uluhiyah adalah buahnya. Mereka juga menafsirkan ketiganya sebagai undang-undang, negara dan umatnya. Mereka juga meyakini bahwa setiap orang yang menyampaikan dakwah Islam pada hakukatnya adalah Rasul Allah. NII KW IX pimpinan ASPG juga menggunakan nama-nama Nabi untuk hirarki kepangkatan, sehingga menimbulkan kesan bahwa Nabi yang satu bisa diperintah oleh Nabi lainnya yang berada pada struktur yang lebih tinggi. Al Quran ditafsirkan secara serampangan sesuai dengan kepentingan organisasi. Yang paling fatal, NII KW IX menyatakan semua orang di luar mereka kafir, yang halal darah dan hartanya. Dalam bidang ibadah, NII KW IX tidak mewajibkan anggotanya untuk shalat. Menurut mereka shalat itu terbagi dua, shalat ritual dan shalat universal. Inti dari shalat menurut mereka adalah tilawah. Zakat mereka bagi menjadi harakah ramadhan dan harakah kurban. Harakah Ramadhan adalah zakat yang harus dibayar dengan uang, sementara harakah kurban adalah kurban Idul Adha yang juga harus dibayar dengan uang. Haji dilaksanakan ke ibu kota NII, yakni Mahad Al Zaytun di Indramayu. Untuk meraih targetnya, mereka menggunakan segala cara. Semua kesesatan itu, menurut Kontra-Z, jika dimasukkan dalam matrikulasi 10 kritera aliran sesat versi MUI, NII KW IX memenuhi 5 kritera aliran sesat. Mereka lebih liberal dari kaum liberal, kata Imam yang kini aktif di NII Crisis Center. NII KW IX juga melakukan pemerasan terhadap para pengikutnya dengan modus operandi shadaqah. Bahkan menurut Imam Sholahudin, anggota NII juga bisa membayar denda atas berbagai kemaksiyatan yang telah mereka lakukan. Semua bisa dibayar dengan uang, katanya singkat. Banyak sekali modus-modus pemerasan yang dilakukan NII KW IX terhadap anggotanya. Menurut data yang dimiliki Kontra-Z, perolehan infak NII KW IX dengan anggota sekitar 151.884 orang pada bulan Oktober 2007, adalah sebesar Rp. 30.941.562.000.-, (tiga puluh milyar sembilan ratus empat puluh satu juta lima ratus enam puluh dua ribu rupiah) dengan perincian pemasukan harakah idikhar sebesar Rp. 745.662.000.-, Infak sebesar Rp. 21.6636.250.000.- dan harakah ramadhan sebesar Rp. 8.559.000.-. Saat ini, dengan anggota sekitar dua ratus ribu orang, NII KW IX diperkirakan mampu meraup dana sebesar enam trilyun dalam setahun.

Dana sebesar itu diperoleh para anggota mereka dengan berbagai cara, mulai dari menipu orang tua, menggelapkan uang SPP/biaya sekolah, mencuri uang kotak masjid, meminta-minta di depan ATM dan mall-mall, hingga membentuk yayasan-yayasan sosial, seperti Yayasan Dulur Salembur dan Yayasan Rahmatan Lil Alamin di Jakarta Timur, Yayasan Cahaya Alam di Bekasi, Yayasan Fikri Akbar di Malang Jawa Timur dan sebagainya. Karena itu tak heran jika dikabarkan bahwa ASPG dengan nama Abu Maariq memiliki simpanan ratusan milyar di Bank Century. Apalagi ASPG juga diketahui dekat dengan pemilik Bank Century, Robert Tantular. "Dana obligasi sebagai dana awal pembangunan Al Zaytun sebesar Rp 250 miliar didepositokan ke Bank Century pada tahun 1992, waktu itu masih CIC. Pak Panji memang dekat dengan Robert Tantular pemilik Bank Century," ujar mantan Menteri Peningkatan Produksi NII KW IX tahun 1997-2003, Imam Supriyanto, Senin (2/5/2011). Bahkan menurut Supriyanto, ASPG sering mendapat hadiah dari Robert Tantular, seperti mobil Mercedez Benz, Baleno, dan banyak kepingan emas. NII Bukan Ancaman NKRI Ketua MUI KH Amidhan menilai pemerintah tak memiliki keseriusan dalam mengatasi masalah NII. "Setelah ada penculikan atau pencucian otak, setelah ada warga yang melapor kehilangan baru dicari, padahal itu kan ada peran intelijen, intelijen pasti tahu, tak mungkin tidak terdeteksi," ujarnya. Dugaan serupa juga muncul dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. Ia mensinyalir ada sikap pembelaan, pembiaran, bahkan pemeliharaan dari pejabat atau mantan pejabat tinggi negara terhadap NII. "Si pejabat atau mantan pejabat itu sering datang ke acara-acara yang diindikasikan diadakan NII. Tapi kami tidak bisa menyebut satu per satu mantan pejabat itu," kata Din dalam keterangan pers di PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (29/4/2011). Menurut Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman, sejak awal NII memang sengaja dipelihara. Tujuannya, kata dia, agar masyarakat menjadi anti negara Islam. "Negara memanfaatkan isu untuk melakukan black propaganda. Mestinya masyarakat tahu bahwa ini bagian dari upaya pembusukan Islam," kata Munarman. Ala kulli hal, sejatinya NII bukanlah ancaman bagi NKRI, karena NII diproduksi intelijen untuk mendiskreditkan Islam dan perjuangan umat Islam. NII justru dipelihara intelijen untuk kepentingan penguasa. Isu NII juga menjadi santapan lezat musuh-musuh Islam yang tidak rela dengan perjuangan penegakan syariah dan negara Islam. (shodiq ramadhan, dari berbagai sumber) BOX:

Profil Imam Negara Islam Indonesia (NII)/Syaikh Mahad Al Zaytun Abdul Salam Panji GumilangNama asli : Abdul Salam bin Rasyidi Nama alias : Prawoto, Abu Toto, Toto Salam, Syamsul Alam, Syamsul Maarif, Nur Alamsyah, Abu Maariq, Panji Gumilang Syaikh Mahad Al Zaytun Tempat/tanggal lahir: Desa Dukun, Sembung Anyar, Gresik, Jawa Timur 27 Juli 1946 Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat), Lulus Tahun 1958/9; Siswa Pondok Modern Gontor, masuk Tahun 1961; Mahasiswa Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Istri : Khotimah Binti Efendy Said alias Maysaroh Lahir : Menes, 25 April 1944.

Lulus : Tsanawiyah Mathlaul Anwar Th 1963. Pegawai Negeri, yang ditugas -kan sebagai Guru di Perguruan MA (Mathlaul Anwar) Menes Pandeglang. Anak-anak: Imam Prawoto, Wushtho, Iwan, Anis dan 2 adiknya. Gelar Abu Toto sendiri menurut para mantan kawannya di KW IX adalah mengambil bagian belakang nama tokoh Masyumi Prawoto Mangkusasmito yang pada saat dibaiat sebagai nama samaran Abdus Salam atas permintaan sendiri dan akhirnya ketika anak pertamanya lahir diberi nama Imam Prawoto. Pengalaman Organisasi dan Sepak Terjang: 1. Menjadi anggota Perguruan Mathla'ul Anwar dan menjadi guru 'Aliyah sejak tahun 1969/70 di Menes. Dan menjadi anggota HMI sejak kuliah di IAIN Ciputat. 2. Tahun 1971 -1978 Anggota / Ketua GPI Cabang Menes, Pandeglang - Banten. 3. Tahun 1978 dibai'at menjadi anggota NII KW9 sebagai mas'ul Imarah (Pendidikan) dan berganti nama menjadi Prawoto. 4. Tahun 1978 ditahan Laksusda Bandung (selama 8 bulan), dalam kasus GPI (SU MPR) dan keluar pada tahun yang sama. 5. Tahun 1979 meminta surat tugas dakwah sebagai muballigh Rabithah Alam Islami ke negeri Sabah Malaysia atas rekomendasi Pak Natsir (Alm). Pada tahun ini ia non aktif dari organisasi Perguruan Mathla'ul Anwar. 6. Tahun 1981-1987 menjadi buron sekaligus menjadi Da'i/Muballigh di Sabah Malaysia sambil membawa lari dana (kas) NII sebesar Rp 2 miliar. 7. Tahun 1987 atas komitmen Himawan Sutanto yang saat itu sebagai pejabat atase militer RI di Malaysia. Abu Toto kembali dari Sabah Malaysia, langsung bergabung kembali dengan NII KW-9/LK (Lembaga Kerasulan) pimpinan H Abdul Karim untuk di daerah Menes, Pandeglang (Banten), dengan nama panggilan Syamsul Alam atau Abu Toto alias Toto Salam. 8. Tahun 1989, Abu Toto secara langsung di bawah struktur H. Abdul Karim, Komandan KW-9 (bertugas sebagai kepercayaan H Karim). 9. Tahun 1990, diangkat sebagai orang ke-3 dalam struktur KW-9 membidangi urusan penggalian dana umat. 10. Tahun 1993, mengangkat diri sebagai Mudabir bin Yabah (pejabat sementara) Komandan tertinggi KW-9. 11. Nama panggilan (gelar) diganti Abu Toto atau Abu Ma'arif (Abu Ma'ariq) dan mulai membuat aturan serta paham atau ta'wil baru terhadap fiqh maupun tafsir dan syari'at melalui qoror-qoror. Pada tahun ini memberlakukan program pembuatan KTP NII yang dihargakan sebesar Rp 500 ribu untuk setiap warga, namun sampai sekarang tidak ada realisasinya sedang uang yang telah disetor tidak ada kabar beritanya. 12. Tahun 1994 untuk kedua kalinya digerebeg aparat Kodim, namun Toto Abdus Salam lolos dari penangkapan, sejak saat itu rumahnya di Menes ditinggalkan sampai sekarang dalam keadaan rusak, namun tetap dijaga salah seorang keponakannya. Namun dalam masa pelarian itulah Abu Toto justru memperoleh suntikan dana besar dari Cendana melalui ICMI sebanyak 1,3 Trilliun rupiah. 13. Tahun 1996, diangkat Adah Djaelani, menggantikan posisi ke Imamahan dirinya dalam struktur NII (sekalipun Toto pada dasarnya sama sekali tidak memiliki latar belakang garis maupun latar kesejarahan pada struktur NII) 14. Tahun 1997, mencanangkan pembangunan Ma'had Al-Zaytun. Berganti gelar (Abdus Salam) AS Panji Gumilang, nama Abu Toto tidak dipakai lagi 15. Tahun 1999, menjadi Syaikh Al Ma'had Al-Zaytun. 16. Tahun 2001, mendapat gelar Prof dan Ph.D yang konon diperoleh dari Universitas di New Zealand. 17. Tahun 2002 didaulat menjadi Ketua Perhimpunan alumnus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 18. November 2003 ikut serta dalam deklarasi pendirian Partai Karya Peduli Bangsa (Partai Antek Soeharto) pimpinan HR, Hartono dan Tutut. 19. Maret 2004 AS Panji Gumilang selaku Syaikhul Mahad Al-Zaytun dan sebagai pimpinan tertinggi gerakan NII menetapkan, seluruh anggota dan keluarga dari warga NII dan segenap komunitas Mahad Al-Zaytun wajib mendukung dan memberikan suara kepada partai PKPB dalam pemilu 5 April 2004.

Sumber: Konspirasi BIN, Hendro & Al-Zaytun (2004), Penerbit: LPDI-SIKAT & CeDSoS

Heboh Mesin Uang NIIFriday, 06 May 2011 17:31 |Mereka semua menggambarkan kelompok ini sebagai kawanan predators yang membilas otak korbannya dengan doktrin-doktrin melenceng, lalu menjadikan mereka layaknya mesin pencetak uang yang setiap saat bisa diambil manfaatnya. Heboh Negara Islam Indonesia (NII) berawal dari seorang perempuan Laela Febriani (26) alias Lian pegawai pangkat rendah di Kementerian Perhubungan diberitakan hilang pada Kamis (7/4/2011). Lian diketemukan oleh petugas Keamanan Masjid At Taawun Puncak Bogor pada Jumat (8/4/2011) dalam keadaan lemas dan kelihatannya bingung. Lian adalah seorang ibu muda kebanyakan, mendadak berubah. Seseorang seperti telah mengkapuri otaknya, Lian tidak bisa mengenal dirinya, anaknya dan keluarganya. Perubahan yang sangat mencolok secara mendadak Lian memakai cadar dan mengaku bernama Mariam. Lian yang dikenal sebagai pribadi yang terbuka dan luwes setelah menghilang hanya beberapa hari kondisinya berubah total menjadi pribadi tertutup dan tidak mengenali orang-orang disekelilingnya. Lian disebut-sebut sebagai korban pencucian otak NII. Seperti tembakan Salvo, pemberitaan mengenai Lian menggema di berbagai media elektronik, televisi maupun surat kabar di seantero Indonesia. Berita-berita tersebut disusul dengan laporan berbagai media mengenai banyak korban penculikan dan pencucian otak diberbagai kota di Pulau Jawa. Di sejumlah media banyak orang yang mengklaim pernah menjadi korban seperti Lian dan mengarahkan telunjuknya ke NII. Mereka semua menggambarkan kelompok ini sebagai kawanan predators yang membilas otak korbannya dengan doktrin-doktrin melenceng, lalu menjadikan mereka layaknya mesin pencetak uang yang setiap saat bisa diambil manfaatnya. Sumber Suara Islam (SI) yang juga pernah menjadi korban NII, sebut saja Alfian menuturkan bahwa pertama kali dirinya terlibat dengan NII pada masa kuliah. Kala itu, Alfian kuliah pada tingkat pertama bertemu kembali dengan kawan masa SMA-nya. Teman itulah yang merekrutnya masuk NII. Awalnya Alfian hanya diajak berdiskusi mengenai isu-isu sosial politik yang terjadi di Indonesia. Belakangan Alfian merasa banyak yang janggal dari kegiatan NII. Menurut doktrin NII, siapapun yang tidak bergabung dalam kelompok ini seperti orang tua, keluarga dan teman disebut kafir, fasik, dan zalim dan bersentuhan kulit dengan mereka dianggap najis. Kemudian orang-orang yang diajak berhijrah diwajibkan membayar dan menyerahkan uang dengan jumlah tertentu untuk penyucian jiwa. Melihat kejanggalan itu, Alfian memutuskan menolak berhijrah karena tidak masuk akal. Namun anehnya Alfian tetap diperbolehkan ikut berhijrah dengan dana talangan dari Ketua RT Desa NII sebutan untuk wilayah territorial. Dalam perjalanan hijrah Alfian memutuskan untuk mundur dan keluar dari prosesi pembaiatan. Ketika melihat peristiwa yang menimpa Lian, Alfian terperangah, karena menurut pengalamannya, NII tidak mewajibkan menggunakan jilbab, apalagi cadar yang sempat dipakai oleh Lian. NII justru merekrut untuk di jadikan anak-anak yang supel dan gaul agar

Written by Shodiq Ramadhan |

bisa melakukan perekrutan lebih mudah. Menurut Ken Setiawan aktivis NII Crisis Center, gerakan pencucian otak yang dilakukan NII sangat rapi dan terorganisir. NII Crisis Center adalah sebuah lembaga yang mendedikasikan kegiatannya untuk menyoroti aliran sesat NII. Ken juga menuturkan pada sekitar tahun 20002002 heboh pembantu rumah tangga melakukan pencurian dirumah majikannya, ini juga bagian dari modus NII. Korban cuci otak NII sudah sangat banyak dan meliputi berbagai kelas sosial. Jadi tujuan mendirikan negara Islam versi NII itu semuanya bohong, NII hanya mengumpulkan uang bagi para pemimpinnya. Daftar korban dalam kasus dugaan "cuci otak" semakin panjang. Korbannya kebanyakan dari kalangan mahasiswa. Di Malang, Jawa Timur korban cuci otak bertambah menjadi 15 orang, yaitu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebanyak 13 orang, dan mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) dua orang. Mereka yang mengaku dicuci otaknya pada tahun 2011 adalah Maya Mazesta, Agung Arief Perdana Putra, Mahathir Rizki (yang masih hilang), Fitri Zakiyah, M Hanif Ramdhani, Wahyu Darmawan, Reviana Efendi, Reza Yuniansyah Nur Ilmi, dan M Recky Kurniawan. Adapun dua korban lain dari Universitas Brawijaya adalah Desy, mahasiswa angkatan 2010 Jurusan Psikologi, dan Ezra, mahasiswa angkatan 2010. Adapun pelaku aksi pencucian otak itu diduga adalah Veriansyah alias Dhani alias Fery alias Dadi, yang mengaku mahasiswa Stikom Yogyakarta; M Muhayyin dari Lampung; dan Najib, yang mengaku mahasiswa dari Bandung. UMM kini sudah membentuk tim untuk mencari pelakunya. Namun, hingga kini belum terbongkar. Kasus ini bukan hanya menimpa UMM, tapi juga terjadi diberbagai universitas di Jawa Timur bahkan di seluruh Indonesia juga ada kasus serupa. (BOX)

Modus Operandi NII1. Ketika mengincar target buruan, mereka mengajak bicara soal isu sosial politik yang dikaitkan dengan isu agama yang ditafsirkan secara bebas (tidak sesuai dengan kaidahkaidah Islam) untuk mencapai keinginan mereka sehingga target terperangkap dan bisa digunakan untuk mengambil keuntungan (uang) dengan dalih untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Calon target yang direkrut umumnya memiliki pemahaman agama yang relatif rendah. 2. Pola doktrin (dibungkus dalam kegiatan dakwah) yang relatif singkat hanya beberapa kali pertemuan. Dalam kurun waktu tersebut sang target di jejali dengan penafsiran Al-Quran yang lompat-lompat dan ditafsirkan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. 3. Istilah yang paling menonjol setelah pola doktrin berhasil dilakukan adalah Hijrah dengan wajib menyerahkan uang dengan jumlah tertentu untuk penyucian jiwa. Jika tidak mampu membayar maka tetap diperbolehkan hijrah biasanya diberikan talangan oleh RT NII atau masuk menjadi hutang yang harus dibayar. 4. Ketika melakukan hijrah sang target buruan harus menutup mata baik dengan penutup mata maupun diperintahkan memejamkan mata dan baru akan dibuka setelah sampai tujuan. 5. Mengkafirkan orang yang berada di luar kelompok mereka.

6. Menghalalkan mencuri barang milik orang lain. Ibadah orang Islam di luar NII tidak diterima. 7. Menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan, seperti menipu atau berbohong kepada orang tua, misalnya menghilangkan barang milik kawannya dan harus mengganti dengan sejumlah uang sehingga orang tua terpaksa harus menggantinya. 8. Ada infaq yang dipaksakan dibayar setiap bulan. Menjadi hutang bagi yang tidak mampu berinfaq. 9. Mewajibkan qiradh (uang yang dikeluarkan untuk dijadikan modal usaha) yang diwajibkan walaupun anggota tidak memiliki uang, bila perlu berutang kepada kelompoknya. Namun, pembagian bagi hasil qiradh tidak kunjung datang. 10. Belum berlakunya syariat Islam diantara mereka sehingga perbuatan apa pun tidak mendapatkan hukuman. Ini yang menjadi dalil melakukan tindakan kriminal. (Jaka Setiawan)

FUUI : Pemerintah Biarkan NII Gadungan HidupSaturday, 30 April 2011 10:08 |

Written by Shodiq Ramadhan |

Bandung (SI ONLINE) - Ketua Forum Ulama Umat Islam (FUUI), KH. Athian Ali M. Dai, menyatakan siap menyerahkan bukti dan keterangan saksi untuk memastikan tindakan hukum tegas bagi Negara Islam Indonesia (NII) KW IX. Athian mengatakan, setidaknya sudah 17 tahun ada negara di dalam negara yang dibiarkan hidup oleh Pemerintah.

Menurut Athian, ada kepentingan politik di belakang aksi pembiaran NII. Dan umat Islam yang menjadi korban, kata Athian seperti dikutip Republika, Jumat (29/4/2011). Athian menyatakan, FUUI tak akan mengutak-atik masalah politik itu. Tapi, hal terpenting adalah umat Islam yang terjebak NII itu harus diselamatkan. Pada 2001 saja, Athian menyebut sudah ada sekurangnya 168 ribu orang yang direkrut NII pimpinan Panji Gumilang. Pesantren megah Al-Zaytun pimpinan Panji Gumilang di Indramayu disebut mantan Menteri NII KW9 Imam Supriyanto sebagai pusat NII KW9. Dalam sebuah perbincangan eksklusif TV One (27/4), Imam Supriyanto mengatakan, dalam sebulan ia dulu bisa menyetor Rp 10 Milyar ke pusat. Reporter TV One menanyakan, pusatnya di mana, yang ditanya menjawab, ya ke Al Zaytun sebagai pusatnya.

Uang itu bisa didapat melalui upaya mencuri dari orang tua atau majikan yang dianggap sebagai harta Fai. Sang mantan menteri akhirnya menyadari bahwa apa yang dilakukannya sangat jauh dari perjuangan Islam. Lalu terkuaklah bahwa istilah negara Islam dalam kasus NII yang diisukan sebagai KW9 ini hanya untuk mengumpulkan uang. Pengamat gerakan Islam, Al Chaidar, mempertanyakan, mengapa polisi tidak mengusut bukti-bukti yang sudah mengarah kepada NII KW6 dan Al Zaytun, sebuah lembaga pesantren di Indramayu. Menurutnya, kalau bicara Al Zaytun, berarti mengarah kepada mantan kepala BIN, AM Hendropriyono, Karena ia adalah pelindung lembaga itu. Red: M Syah Agusdin Sumber: ddhk/JPNN

Add New Search RSS

Comments (1)

|2011-04-30 22:26:41 abu.icanimovic - NII KW9 beda dengan NII Kartosuwiryo

Media Islam harus membedakan NII Asli dan Gadungan (KW9) biar umat tidak bingung, kalau tidak, apa bedanya Media Islam ama TVOne dll? Mau liat NII Asli silakan ke : www.abuicanimovic.blogspot.com -->NII Asli (sebelah kanan)

NII KW IX Jadi Alat Militer dan IntelijenSaturday, 30 April 2011 04:57 | Written by Shodiq Ramadhan |Jakarta (SI ONLINE) - Pernyataan anggota DPD AM Fatwa yang mengatakan tidak heran jika pimpinan Ponpes Al Zaytun identik dengan pimpinan NII Komandemen Wilayah IX (NII KW

IX) dekat dengan TNI dan Intelijen, dibenarkan Ketua Umum Gerakan Reformis Islam (Garis), H Chep Hernawan. Sebagaimana dikutip dari www.mediaindonesia.com, Rabu (27/4), AM Fatwa menegaskan intelijen sengaja memelihara NII untuk disusupi. Mantan tahanan politik Orde Baru itu meyakini kedekatan pimpinan NII KW IX Abu Toto atau Panji Gumilang dengan Intelijen dimulai sejak Orde Baru. Ya ini memang unik, pemimpin NII KW IX Panji Gumilang memang pemimpin Tentara Islam Indonesia (TII), dia mendapat bantuan dari militer era Suharto dan luar biasa asetnya itu. Memang ada hubungan emosional antara Panji Gumilang dengan TNI dan Intelijen, ungkap tokoh Islam yang pernah 9 tahun meringkuk dalam tahanan Orde Baru itu. Sementara itu H Chep Hernawan kepada SI Online menegaskan, NII KW IX memang selalu menari-nari diatas genderang orang lain, dalam hal ini Intelijen. NII KW IX memang selalu dimainkan pihak Intelijen. Jadi mereka menari bukan diatas genderangnya sendiri tetapi genderang Intelijen. Mereka bertujuan untuk menjerat, menyudutkan dan memporakporandakan strategi serta menghancurkan dan memperburuk citra umat Islam Indonesia, tegas H Chep Hernawan, Jumat (29/4). Menurut H Chep Hernawan, selama ini Panji Gumilang dikenal sebagai orangnya Ali Moertopo dan Hendropriyono. Mereka orangnya pemerintah yang sengaja mencari orang Islam yang masih istiqomah dan eksis dalam pergerakan dibujuk untuk mendirikan Negara Islam. Namun setelah itu mereka akan dibantai. Jadi Abu Toto ini spionnya pemerintah. Jadi kita jangan mendeklarasikan diri sebagai pejuang Islam di NII KW IX. Lebih baik mendeklarasikan diri diluar saja. Kita sudah tahu siapa dia sesungguhnya, ungkap H Chep Hernawan yang memimpin 11.000 laskar Garis tersebut. (*)

Ada Intelijen Di Balik NIITuesday, 26 April 2011 13:20 |

Written by Shodiq Ramadhan |

Jakarta (SI ONLINE) - Kepolisian RI menduga organisasi bawah tanah sempalan Negara Islam Indonesia (NII), melakukan kegiatan cuci otak dan penipuan terhadap mahasiswa di berbagai daerah. Kemudian yang terkait dengan NII itu ya diduga jaringan NII melakukan aksi peipuan, cuci otak, ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar, di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (25/4/2011). Boy menghimbau, para korban kejahatan dari gerakan penipuan bermodus agama ini melapor ke polisi, agar dapat diproses secara hukum. Dia menguraikan, kejahatan yang dilakukan kelompok ini sudah terjadi dan pernah diungkap polisi sejak tahun 2008 lalu. Dalam data yang dipaparkan Boy, di wilayah hukum Kepolisian Daerah Jawa Barat tercatat 17 anggota NII telah diproses hukum pada tahun

2008. Wilayah Jawa Barat, kata Boy, menjadi salah satu basis terbesar perekrutan anggota pergerakan ini. Terutama di Jawa Barat. Boy menjelaskan, mereka yang menjadi target sasaran umumnya adalah kalangan pemuda-pemudi yang baru masuk perguruan tinggi. Modusnya mencuci otak saat mahasiswa baru mengikuti orientasi kegiatan tertentu, kata Boy. Mereka yang direkrut biasanya diwajibkan menyetor sejumlah dana untuk pendanaan aktivitas NII. Bahkan perekrutan gerakan terlarang ini dilakukan juga sampai ke penculikan. Mereka merampas kemerdekaan seseorang, imbuh Boy. Lebih jauh Boy mengatakan, pergerakan NII selain di Cirebon dan Bogor Jawa Barat, juga berkembang di sejumlah kota seperti Yogya dan Malang. Namun sayang, polisi belum memiliki data rinci mengenai jumlah korban perekrutan anggota mereka. NII Sekarang Bukan Gerakan Islam

Pada kesempatan terpisah, Pembantu Rektor II IAIN Sunan Ampel, Surabaya Prof Dr. Abdul Ala, Surabaya menegaskan bahwa NII yang sekarang itu bukan gerakan Islam. Yang pasti, cuci otak NII bukan merupakan gerakan Islam. NII itu gerakan politik yang ujung-ujungnya pada kekuasaan, katanya. Fenomena cuci otak (brain wash) kembali menjadi perhatian publik, menyusul hilangnya sejumlah orang yang diduga menjadi korbannya. Ada dugaan, isu yang mengusung pendirian Negara Islam Indonesia (NII) merupakan bagian politik rezim yang berkuasa. Dikatakan Abdul Ala, isu global tersebut sengaja digulirkan dengan skenario metode cuci otak. Padahal, doktrin NII dengan cuci otak sangat tidak sesuai dengan ajaran Islam. Terkait itu, pemerintah diminta lebih tegas menyikapi persoalan yang terus bergulir dan sudah menggunakan simbol agama ini. Pemerintah menurut saya memang tidak tegas, lanjut lelaki yang menghabiskan studi S3-nya di UIN Jakarta, jurusan Teologi Islam itu. Abdul Ala menguraikan, simultan yang dimasukkan dalam model rekrutmen anggota tidak jauh beda dengan gerakan NII yang pernah tumbuh sebelumnya tahun 1991-an silam. Ketidaktegasan pemerintah tersebut terlihat dari proses pembiaran yang terus menggelinding pada proses cuci otak tersebut.

Pemikiran tersebut, tidak jauh beda dengan paparan yang disampaikan aktivis Islam, Zulqornaen. Lelaki berjenggot ini mengatakan, program cuci otak merupakan konsep dalam skenario besar pemerintahan. Zulqornaen malah menduga itu adanya campur tangan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam proses doktrinisasi tersebut. Tidak ada yang tidak terkonsep dalam sebuah tujuan. Model seperti ini (cuci otak) tidak lepas dari sebuah pekerjaan intelijen. Tujuan cuci otak sangat beragam, ungkap Zulqornaen. Zul mengingatkan, sebenarnya secara institusi, NII sudah tidak lagi ada di bumi Indonesia. Namun, secara ideologi, masih ada pengikut dan pelaku yang memang menginginkan adanya perubahan dalam status negara berdasarkan syariat Islam. Yang paling ditakutkan adalah, NII ini akan bermetafora dan menjadi sebuah jaringan mengakar ke Al Qaidah. Dan itu akan terjadi jika tidak segera dilakukan antisipasi dini, tegas Zul. Dia kemudian menyarankan, perlu ada pemahaman secara kaffah dalam mempelajari sebuah ajaran, khususnya Islam. Selain itu, butuh kecermatan dalam memahami substansi dari modus cuci otak. Disebutkan, yang patut disoroti adalah doktrin yang berbalut agama. Karena untuk bisa memahami sebuah ajaran dibutuhkan waktu yang tidak sedikit apalagi untuk memahami pokok dasar beragama. Yang ini lain, cuci otak ini sifatnya instan untuk bisa mengendalikan pengikutnya, katanya. INI Bukan NII Jum'at, 06 Mei 2011 | 21:44 WIB

Oleh : Habi b Muh a m m a d Rizi e q Syih a b

NII (N e g a r a Isla m Indo n e s i a ) ad al a h na m a ind a h yan g m e nj a d i "su m b e r ins pir a s i" unt u k m e m b a n g u n Ind o n e s i a m e nj a d i ne g a r a yan g m e n e r a p k a n "Huku m Isla m". Kela hir a n NII pad a aw a l n y a m er u p a k a n reak s i logi s terh a d a p "Aksi Pe n g k h i a n a t a n " Kau m Se k u l e r pad a tan g g a l 18 Agu s t u s 19 4 5 , ya n g tel a h m er u b a h s e c a r a s e p i h a k Kon s e n s u s Nasi o n a l ber u p a Pia g a m Jakart a 2 2 Juni 19 4 5 dari Da s ar Ne g a r a "Ket u h a n a n de n g a n ke w aji b a n m e nj al a n k a n Syari a t Isla m ba gi pe m e l u k - pe m e l u k n y a" m e nj a d i "Ketu h a n a n Yan g Mah a Esa". Tatkala NII dideklar a sik a n dan diprokla mirk a n oleh SM. Kartoso e wiryo pad a tang g al 7 Agustus 1949, mak a NII berub a h menja di gerak a n perlaw a n a n yang mela hirka n DI / TII di Jawa. Selanjut ny a, lahir DI / TII Daud Beureu h di Aceh, lalu DI / TII Ibnu Hajar di Kaliman t a n dan DI / TII Kahar Muzakkar di Sulaw e si. Sejak saat itu, NII menja di targ e t mus u hmus u h n y a , disus u pi dan diadu- dom b a , sehingg a terjadi pengk hi a n a t a n dima n a- man a , akhirny a NII dihanc urk a n . Sekali pun NII telah dikalahk a n dan dilump u h k a n , nam u n "Ideologi NII" ma sih tet a p menja di "mo m ok" yang sang a t men a k u t k a n bagi kau m SEPILIS (Sekularis m e , Pluralism e dan Liberalis m e). Karen a n y a , hingg a kini "pe m b u s u k a n " terh a d a p NII masih terus berlan g s u n g . Pemb u s u k a n NII telah mela hirka n anek a NII GADUNGAN : Ada NII Tidak Wajib Shalat, ada NII yang men g h al alka n penc uria n dan pera m p o k a n , ad a NII yang melakuk a n penc ulika n, ada NII tukan g tipu yang rakus hart a, ada NII yang men gk afirka n um at Islam di luar kelomp ok n y a , bahk a n ada NII Intel, sehing g a NII ASLI teng g el a m dala m kuba n g a n pe m b u s u k a n . Pemb u s u k a n NII tidak hany a men a r g e t k a n NII se m a t a , tapi juga me n a r g e t k a n se m u a Gerak a n Islam yang ingin me n e r a p k a n "Huku m Islam" di Indon e si a, bahk a n targ e t seb e n a r n y a adala h meno h o k Islam itu sen diri. Karen a n y a , perlu dipert e g a s bahw a Negar a Islam Indone sia seb a g ai kons e p orga nis a si NII tidak sam a deng a n cita- cita mulia uma t Islam Indone sia yang ingin menj a dik a n Indone sia seb a g ai Negar a Islam yang se m p u r n a . Bagi Gerak a n Islam, seb e n a r n y a Indon e si a sec ar a "de jure" mau pun "de facto" sejak kem e r d e k a a n n y a sud a h menja di "Negar a Islam", den g a n fakta dan data ant ar a lain : Perta m a , pe m b u k a a n UUD 1945 tertulis "Atas berka t rah m a t Allah Yang Maha Kuasa". Kedua, ses u ai Dekrit Presid e n Soekarn o 5 Juli 1959 bahw a Panc a sila dan UUD 1945 dijiwai Piaga m Jakarta yang berintika n Syariat Islam. Ketiga, mayorita s pen d u d u k Indon e si a adala h um a t Islam. Keem p a t, se m u a Presid e n dan Wakil Preside n yang pern a h me mi m pin Indone si a adala h dari kalang a n

um a t Islam. Kelima, seb a gi a n bes ar Hukum Islam yang berkait a n den g a n perora n g a n sep e r ti Shalat, Zakat, Puas a dan Haji, yang berk ait a n deng a n rum a h tang g a sep e rti Nikah, Thalaq dan Warisa n, yang berkait a n deng a n Sosial Kemas y a r a k a t a n sep e rti pendidika n, pernia g a a n dan perb a n k a n , suda h berjala n deng a n leluas a di Indon e si a. Da'wa h Islam pun di Indon e si a beb a s dan se m a r a k. Selanjut ny a , keen a m , seb a gi a n lainnya dari Hukum Islam yang belu m berjalan sep e rti huku m pidan a , mak a tidak ada larang a n pe m b e rl ak u a n n y a dala m konstitu si Indon e si a, sehing g a pen er a p a n n y a tet a p bisa diperju a n g k a n sec ar a konstitu sion al. Ketujuh, seb elu m penjaja h dat a n g di Indon e si a suda h berdiri "Keraja a n- Keraja a n Islam" yang hingg a kini masih tet a p berdiri di sea n t e r o Nusant a r a walau pun wew e n a n g n y a sud a h dipan gk a s habis. Kedela p a n , Indon e si a adala h ang g o t a Organis a si Konfere n si Islam (OKI). Kese m bilan, Barat dan Timur me n g a n g g a p Indone sia seb a g ai Negar a Islam. Kesep ulu h, di Istan a Negar a ada ma sjid. Alham d ulillah. Karen a n y a , issue NII tidak boleh me m b u a t langk a h perjua n g a n um at Islam terh e n ti. Kini, mari kita kam p a n y e k a n sec ar a bes ar- bes a r a n bahw a Indon e si a Negar a Islam (INl) yang harus diisi deng a n Hukum Islam. Carany a, se m u a Hukum Islam yang suda h bisa berjalan, mak a wajib kita jalanka n sep e n u h n y a , sed a n g yang belum bisa berjala n, mak a wajib kita perjua n gk a n pen e r a p a n n y a . Tiada hari tanp a perju a n g a n pen er a p a n Syariat Islam. Ingat, neg ar a kita adala h NEGARA ISLAM, na m a n y a Republik Indon e si a, ben d e r a n y a Merah Putih, das ar neg ar a n y a Panca sila dan UUD 1945, presid e n n y a saat ini adala h SBY, huku m n y a Hukum Islam tapi belu m sem p u r n a . Jika kita tidak meny a t a k a n Indone si a seb a g ai Negar a Islam, nanti ada kelom p ok lain yang men gkl ai m Indone si a seb a g ai "neg a r a n y a ". Jadi, perju a n g k a n INI buk a n NII. Allah u Akbar. MUQODIMAH Sejak Front Pembela Islam ( FPI ) mencanangkan Gerakan Nasional Anti Masiat pada saat deklarasi pendirian organisasi, tanggal 25 Rob uts Tsni 1419 Hijriyyah / 17 Agustus 1998 Mldiyyah, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan caci maki, bahkan teror, ancaman dan intimidasi, kerap kali dialamatkan ke organisasi ini. Selanjutnya, berbagai ujian dan cobaan menghantam FPI dan para aktivisnya. Pada tanggal 3 Syaban 1419 H / 22 November 1998 M, terjadi Peristiwa Ketapang, yang menyeret FPI ke dalam tragedi berdarah yang menggemparkan dunia.

Dan pada tanggal 25 Dzul Hijjah 1419 H / 11 April 1999 M, saya selaku Ketua Umum FPI ditembak orang tak dikenal, dan dengan pertolongan Allah SWT saya selamat dari usaha percobaan pembunuhan tersebut. Sedang pada tanggal 21 Robi'ul Akhir 1421 H / 23 Juli 2000 M, Al-Habib Sholeh Alattas, salah seorang penasihat DPP-FPI, terbunuh ditembak orang tak dikenal di depan halaman rumahnya, usai mengimami sholat Shubuh di masjid. Esoknya, tanggal 22 Robi'ul Akhir 1421 H / 24 Juli 2000 M sore hari, KH. Cecep Bustomi, salah seorang deklarator FPI, ketika keluar dari Markas Group I Kopassus di Serang, usai bertemu Wakil Komandan Group I, dikejar sejumlah orang tak dikenal dengan mengendarai motor tril, sambil terus memberondong tembakan hingga Pasar Rawu - Serang, Banten. Akhirnya beliau terbunuh secara tragis. Sepanjang tahun 2000 ini pulalah, terjadi penangkapan besar-besaran terhadap aktivis FPI di berbagai wilayah. Bahkan pada tanggal 15 Ramadhan 1421 H / 11 Desember 2000 M, menjelang sahur, aparat kepolisian dengan sangat brutal menembaki Tim Monitoring Laskar FPI Pusat secara membabi buta, sepanjang jalan S. Parman - Katamso - K.S. Tubun. Penembakan tersebut dilatarbelakangi oleh kekecewaan dan sakit hati sejumlah oknum kepolisian, karena lahan setoran judinya diserang salah satu Posko Laskar FPI di wilayah Jakarta Barat. Dua hari kemudian, tanggal 17 Ramadhan 1421 H / 13 Desember 2000 M, Al-Habib Sholeh Al-Habsyi, Ketua Majelis Syura FPI Jawa Barat diserang segerombolan preman, rumah tinggalnya dijarah dan dibakar. Beliau dan keluarga berhasil meloloskan diri. Puncaknya, pada tanggal 28 Ramadhan 1421 H / 24 Desember 2000 M, malam Natal, di SCTV lewat suatu acara dialog dengan Presiden RI ke 4, yang didampingi dan dipandu oleh salah seorang presenter SCTV. Entah akibat masukan dari setan pembisik yang mana, Presiden menyatakan bahwasanya FPI harus bubar karena melanggar hukum, mendirikan negara dalam negara, dan mengganggu kesejahteraan rakyat. Batas waktu yang diberikan adalah sampai akhir Januari tahun 2001. Duka FPI tampaknya menjadi suka sementara pihak. Derita FPI justru menjadi kesenangan sejumlah orang. Karenanya, ultimatum Presiden RI ke - 4 terhadap FPI disambut antusias oleh musuh-musuh FPI. Sederetan "orang cerdas" dari kalangan tokoh nasional menyatakan bahwasanya aksi-aksi FPI biadab dan merusak citra Islam. Sekelompok orang yang mengatasnamakan Ulama menuding FPI sebagai aliran sesat yang haram didekati. Sejumlah organisasi dan LSM yang berkolusi dengan tempat-tempat ma'siat mendatangi DPR / MPR RI untuk menuntut pembubaran FPI. Lembaga yang menyebut dirinya sebagai "Komnas HAM" pun tak ketinggalan mengusulkan pembubaran organisasi yang pada tanggal 22 Robi'ul Awwal 1421 H / 24 Juni 2000 M pernah menyerbu gedung kantornya ini, saat kecewa kepada sikap

diskriminatif mereka terhadap persoalan umat Islam. Dalam laporan tahunan yang dikeluarkan lembaga ini untuk masa kerja tahun 2000 M, pada halaman 25, menyatakan : " Front Pembela Islam yang secara semena-mena merusak lokasi-lokasi hiburan ", tanpa penjelasan tentang jenis hiburan yang dimaksud dan akar permasalahan perusakannya. Namun, Allah SWT menghendaki lain. Ternyata pada tanggal 3 Jumadil Ula 1422 H / 24 Juli 2001 M, Sang Presiden RI ke - 4 dilengserkan musuh-musuh politiknya, pemerintahan dan kekuasaannya dihancurkan oleh Sang Maha Kuasa. Sedang FPI, dengan izin Allah SWT dan pertolongan-Nya, hingga saat ini tetap ada dan diakui eksistensinya. Alhamdulillah. Sikap permusuhan terhadap FPI tidak hanya datang dari dalam negeri, sejumlah negara barat yang anti Islam seperti Amerika Serikat dan Inggris pun melakukan propaganda licik untuk memojokkan FPI. Dimuat dalam majalah TIME, edisi 25 Sya'ban 1422 H / 12 November 2001 M, dalam Special Report, laporan Departemen Luar Negeri AS yang menyatakan bahwa FPI adalah salah satu jaringan " teroris " Usamah bin Ladin yang mendapat sokongan dana besar dalam tiap gerakannya. Sebagaimana Usamah dituduh oleh AS dan Inggris sebagai teroris yang berbahaya dan harus diperangi, maka FPI sedang digiring oleh AS dan Inggris ke arah yang sama. Padahal, semua orang tahu bahwa AS dan Inggris adalah the biggest terroris yang selalu memusuhi Islam. Tanpa rasa malu, dengan dalih memerangi teroris, Amerika Serikat berencana untuk menginvasi Indonesia. Harian USA Today edisi Rabu, 6 Muharram 1423 H / 20 Maret 2002 M, memberitakan dari sumber Gedung Putih dan Pentagon, bahwa AS akan melakukan operasi inteligen dan militer di Indonesia untuk menumpas teroris. Sebenarnya yang menjadi target adalah semua kelompok yang selama ini aktif melakukan gerakan anti AS di Indonesia, termasuk FPI. Karena itulah, saat ini segenap aktivis FPI harus ekstra hati-hati jika ingin melakukan perjalanan ke luar negeri. Amerika Serikat dan sekutunya telah menjadikan banyak negara di dunia sebagai kaki tangannya, tidak terkecuali negara-negara Arab dan Kaum Muslimin. Pada tanggal 11 April 2003, saat saya dan seorang kawan berangkat ke Yordania, dengan tujuan untuk masuk ke Iraq membawa bantuan kemanusiaan. Namun ternyata, di Bandara 'Amman ibukota Yordania kami berdua ditahan dan tidak diizinkan masuk. Padahal, kami telah mendapat Multiple Visa untuk keluar masuk Yordania beberapa kali selama 6 bulan. Visa tersebut kami peroleh dari Kedutaan Besar Yordania di Jakarta pada tanggal 21 Maret 2003. Sempat terjadi perdebatan antara kami dengan pihak imigrasi dan inteligen Kerajaan Yordania, karena alasan penolakan mereka terhadap kami tidak jelas. Setelah ditahan beberapa jam, akhirnya mereka mengakui jika penolakan kami dilakukan demi Keamanan Nasional. Kami pun dialihkan ke penerbangan menuju Dauhah - Qathar, selanjutnya diterbangkan ke Kuala Lumpur - Malaysia.

Hal tersebut terjadi karena tidak terlepas dari posisi Yordania yang telah mengabdikan diri kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Sehingga mereka harus menolak kedatangan siapa pun yang tidak disukai Sang Tuan. Belakangan, pada pertengahan tahun 2004, seorang koresponden televisi Al-Jazeerah untuk Indonesia, Ustman Al-Bathiri, saat ke Yordania beliau ditahan dan dinterogasi oleh pihak Intelijen Kerajaan. Dalam interogasi tersebut antara lain beliau ditanyakan tentang hubungannya dengan saya selaku Ketua Umum Front Pembela Islam ( FPI ) dan Ust. Abu Bakar Ba'asyir selaku Amir Majelis Mujahidin Indonesia ( MMI ). Dan dimintai keterangan pula tentang pandangan dan peranan kami seputar perlawanan terhadap hegemoni Amerika serikat di Asia Tenggara. Info ini saya dengar langsung dari yang bersangkutan pada awal bulan Ramadhan 1425 H. Selain itu, pada pertengahan 2004, Al-Habib Muhsin bin Ahmad Alattas, Ketua Majelis Syura DPP FPI, selaku Dewan Penasihat Forum Arimatea secara bersama-sama dengan pengurus Arimatea lainnya mengajukan permohonan visa kunjungan sosial ke beberapa negara Eropa. Menariknya, seluruh anggota rombongan dikabulkan permohonan visanya, sedang beliau ditolak tanpa alasan yang kuat. Namun demikian, saya bersyukur pada tanggal 19 Sya'ban 1425 H / 3 Oktober 2004 M, saya bersama isteri, Syarifah Fadlun Yahya, berhasil memasuki Saudi Arabia untuk melaksanakan 'Umrah. Setelah 13 tahun saya tidak pernah punya kesempatan 'Umrah, dan isteri saya yang belum pernah 'Umrah, karena memang kami tidak punya kemampuan finansial yang memadai. Dengan rahmat dan berkah Allah SWT, kami berdua diajak dan dibiayai oleh seorang kawan untuk ber'umrah. Sempat terjadi sedikit kekhawatiran saat menghadapi pemeriksaan imgrasi di Bandara Jeddah Internasional, tapi alhamdulillah tidak ada halangan yang berarti, akhirnya kami diizinkan masuk hanya untuk ber'umrah. Jadi jelas, Amerika serikat dan sekutunya akan terus mendorong kaki tangannya untuk melakukan tekanan terhadap pihak mana pun yang tidak disukainya. Ketidaksukaan Amerika Serikat terhadap FPI berawal dari Gerakan Anti Ma'siat yang makin marak di tanah air. Warga AS yang banyak berkeliaran di Indonesia merasa terusik, karena kehadiran mereka di sini bukan sekedar bertujuan wisata. Mereka banyak ikut menyemarakkan kema'siatan, bahkan mereka adalah sumber ma'siat. Puncak kebencian Amerika serikat terhadap FPI adalah mencuatnya issu "sweeping" warga AS beberapa jam setelah penyerangan biadab AS terhadap Afghanistan, pada 19 Rajab 1422 H / 7 Oktober 2001 M. FPI mengkampanyekan secara besar-besaran "Aksi Anti AS", termasuk issu sweeping tersebut ke seantero negeri, sehingga ribuan turis bule serta merta lari meninggalkan Indonesia, dan ribuan lainnya membatalkan rencananya ke Indonesia. Para bule yang berdomisili di Indonesia merasa takut keluar dari rumah tinggalnya. Sedang seluruh aset AS yang ada di Indonesia mendapat pengawalan ketat

dari aparat atas tuntutan AS. Padahal, issu sweeping tadi baru sampai taraf wacana sebagai psy war, namun mereka sudah ketakutan setengah mati. Amerika Serikat selama ini selalu menuding berbagai kelompok Islam di dunia, termasuk FPI, sebagai pelanggar HAM. Ternyata Human Right Watch ( HRW ), sebuah Lembaga Pemantau HAM Internasional yang berkedudukan di New York - USA, lewat laporan tahunannya yang dituangkan dalam Human Right Report 2002, menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah pelanggar HAM terbesar di dunia. Laporan itu diterbitkan pada 2 Dzul Qa'dah 1422 H / 16 Januari 2002 M setelah mengkaji aneka pelanggaran HAM dunia sepanjang tahun 2001. Benar kata pepatah : "Semakin tinggi pohon menjulang, semakin kencang angin menerjang". Begitulah yang dialami FPI, puluhan aktivisnya keluar masuk penjara, tidak terkecuali saya selaku Ketua Umumnya. Pada tanggal 9 Sya'ban 1423 H / 16 Oktober 2002 M, saya dipenjara dalam Rumah Tahanan Polda Metro Jaya tanpa alasan yuridis yang jelas. Kemudian dilanjutkan dengan Tahanan Rumah, lalu Penangguhan Penahanan hingga 18 Shafar 1423 H / 20 April 2003 M. Dan pada tanggal 19 Shafar 1423 H / 21 April 2003 M, saya kembali dijebloskan ke penjara. Kali ini ke Rumah Tahanan Salemba. Ini pun tanpa alasan hukum yang benar Namun, dengan pertolongan Allah SWT ternyata sampai hari ini FPI tetap eksis dan tetap konsisten dengan perjuangan amar ma'ruf nahi munkar. Alhamdulillh. Saat saya merampungkan risalah ini, saya berada di sel no. 19 Blok R dalam Rutan Salemba di Jakarta Pusat. Saya sangat paham dan mengerti bahwa penahanan itu merupakan bagian dari upaya pemberangusan FPI dan gerakan amar ma'ruf nahi munkarnya. Alasan dibuat, pasal berlapis disiapkan dan kezholiman atas nama hukum dilakukan. Kedahsyatan badai tudingan terhadap perjuangan FPI dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar telah mendorong kami untuk membuat sebuah risalah yang menghimpun berbagai tuduhan tersebut dalam bentuk dialog tanya jawab. Sekaligus untuk berbagi informasi dan pengalaman sesama ikhwan yang concern terhadap perjuangan amar ma'ruf nahi munkar. Risalah ini bukan dialog imajiner. Semua pertanyaan yang ada dalam risalah ini bukan sekedar imajinasi penulis. Tapi merupakan pertanyaan dan pernyataan riil yang penulis dapatkan dari berbagai kalangan dalam aneka ragam kesempatan. Harapan kami semoga Risalah ini bisa menjadi panduan bagi para pejuang amar ma'ruf nahi munkar di mana pun mereka berada, dan menjadi obat mujarab bagi mereka yang menderita penyakit keraguan, serta menjadi hujjah yang kuat terhadap para penghujat.

Kekurangan dan kekhilafan yang ada dalam risalah ini semata-mata karena kelemahan dan kebodohan penulis. Ada pun kelebihan dan kesempurnaan yang terdapat di balik risalah ini semata-mata karena pertolongan Allah SWT, Dia lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Sempurna.Rumah Tahanan Salemba, 18 Jumadits Tsani 1424 H 17 Agustus 2003 M

Fachri Hamzah: "Negara Islam adalah ide kampungan"Rasul Arasy Sabtu, 7 Mei 2011 09:29:02 Hits: 806

JAKARTA (Arrahmah.com) Isu tentang kedekatan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan NII KW 9 membuat petinggi PKS gerah juga. PKS merasa disudutkan dengan tudingan tersebut. Sebelumnya mantan menteri NII KW 9, Imam Supriyanto, menuding PKS dekat dengan NII KW 9. PKS yang awalnya adalah PK disebutkan membawa ajaran Ikhwanul Muslimin dari Mesir yang dipelajari oleh Ketua Majelis Syura PKS Hilmi Aminuddin yang tak lain adalah putra Danu Muhammad yang menjadi panglima DI/TII wilayah Pantura. Danu Muhammad itu memang bapaknya Pak Hilmi, tapi tak ada masalah dengan itu. Jangan membuat pelabelan-lah. Jangan menyudutkan PKS, pinta Ketua DPP PKS, Fachri Hamzah, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (5/5/2011). Fachri menuturkan, PKS tak pernah mengusung ideologi Islam. PKS adalah partai yang menganut asas nasionalis dan religius. Siapa pun konsep negara agama tak ada, PKS juga sudah menegaskan itu. Tak ada negara Islam, Kristen, atau Hindu. Itu ide kampungan sekali, paparnya.

Begitu hebatnya godaan dunia membalikkan niat partai Islam yang satu ini. Partai yang dulunya kita kenal begitu menjunjung tinggi nilai Islam, kini dengan jelas menyatakan diri bukan partai Islam melainkan partai nasionalis, serupa dengan partai sekuler lain. Terlebih lagi statement yang mengatakan bahwa ide tentang Negara Islam adalah ide kampungan, hal tersebut sungguh disayangkan. Apakah dalam hal ini Fachri Hamzah hendak mengatakan bahwa ide yang dicontohkan oleh Rasulullah berlandas Al Quran adalah kampungan? Kalau partai Islam saja sudah seperti demikian pandangannya, bagaimana kiranya pandangan partai nasionalis sekuler yang notabene pemahaman Islamnya kurang. Kalau sudah seperti ini, masih adakah alasan bagi kaum muslimin untuk menjadikan mereka wakil dalam pemerintahan? Pemerintahan seperti apa yang kelak diharapakan dari para pemimpin yang menghina ajaran Islam sebagai ide kampungan?. Wallohualam. (rasularasy/arrahmah.com)

Fitnah keji terkait pernyataan pengkhianatan oleh Dr. Ayman terhadap Syaikh UsamahHanin Mazaya Jum'at, 6 Mei 2011 22:47:15 Hits: 3325

(Arrahmah.com) Selepas kabar mengenai kematian Syaikh Usamah bin Ladin menyebar luas, berbagai berita bohong dibuat oleh propaganda Barat untuk melemahkan semangat Mujahidin dan kaum Muslimin, salah satu berita tersebut adalah adanya pengkhianatan oleh Dr. Ayman Az-Zawahiri terhadap Syaikh Usamah bin Ladin.

Sebuah kabar menyebutkan bahwa pasukan khusus AS bisa menemukan keberadaan Syaikh Usamah karena diberitahu oleh wakil Syaikh Usamah sendiri, Dr. Ayman alZawahiri. Hal itu disebabkan adanya perebutan kekuasaan di internal Al Qaeda. Kabar tersebut diterbitkan oleh koran Arab Saudi, Al-Watan. Koran itu mengutip seorang sumber orang dalam yang tidak disebutkan namanya. Sumber tersebut mengatakan, dua orang teratas Al Qaeda tersebut memiliki perbedaan pandangan dan seorang kurir, yang diklaim AS pada akhirnya menuntun pasukan AS menemukan Syaikh Usamah adalah kurir yang bekerja untuk Dr. Ayman. Seperti diketahui, Dr. Ayman Az Zawahiri adalah seorang dokter dan ahli bedah kelahiran Mesir. Selama ini ia dikenal sebagai orang terdekat Syaikh Usamah dan orang kedua di Al Qaeda setelah Syaikh Usamah. Zawahri juga dikenal sebagai otak di belakang operasi militer yang diperintahkan Syaikh Usamah selama ini. Dia juga pernah beberapa kali menampilkan wajahnya ke publik saat mencela AS dan sekutunya dalam video. Pesan terakhir yang ia keluarkan dialamatkan untuk pemberontakan di dunia Arab, khususnya di Libya. Ia mendesak Muslim untuk memerangi NATO dan pasukan salibis AS yang mengintervensi Libya. Saya ingin langsung memberikan perhatian kepada saudara-saudara Muslim di Libya, Tunisia, Aljazair dan negara-negara Islam lainnya, bahwa jika pasukan AS dan NATO masuk ke Libya, lalu ke tetangga mereka di Mesir dan Tunisia dan Aljazair dan negara Muslim lainnya, kita seharusnya bangkit dan melawan baik tentara bayaran Khadafi maupun NATO, ujar az-Zawahri. Lalu, apakah mungkin, seorang sekaliber Dr. Ayman Az Zawahiri yang memiliki pandangan dan cita-cita yang sama dengan saudara seimannya, Syaikh Usamah, dapat begitu tega melakukan pengkhianatan terhadap orang yang selama ini berjuang bersama dan selalu berada dekat dengannya? Sungguh itu merupakan fitnah terkeji yang diucapkan oleh kafirin semata-mata untuk memecah belah kesatuan Mujahidin dan menjatuhkan mental mereka. Fitnah ini dibuat oleh salibis sebagai salah satu strategi mereka untuk mengalahkan Mujahidin, untuk memecah belah barisan Mujahidin. Semua propaganda yang dibuat oleh kaum kafir akan terus berlanjut demi mencapai citacita mereka untuk memadamkan cahaya Allah di muka bumi ini, namun cahaya Allah tidak akan bisa dipadamkan begitu saja, karena makar Allah lebih hebat dari makar yang mereka buat. (haninmazaya/arrahmah.com) Pro & Kontra AKKBB : Eep Saefulah Fatah, Jebakan AKKBB, Insiden Monas, dan Permintaan Agar MUI Menghormati Ulil Rabu, 29 Oktober 2008 | 12:31 WIB

Pada sebuah acara yang diselenggarakan MUI (Majelis Ulama Indonesia) Bali, di Hotel NIKKI Denpasar tanggal 19 Oktober 2008 lalu, Bambang Santosa Takmir Masjid Baitul Makmur Denpasar mengajukan pertanyaan kepada Eep Sefulloh Fatah (ESF), yang namanya ikut berbanjar bersama-sama sejumlah ratusan penandatangan petisi AKKBB beberapa waktu lalu. Ketika itu, Bambang bertanya tentang JIL (Jaringan Islam Liberal) dan AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan). ESF kala itu menjelaskan, bahwa ia bukan anggota JIL. Namun, ESF mengakui dirinya ikut menjadi salah satu penandatangan dari iklan (petisi) AKKBB yang dimuat harian KOMPAS. Keterlibatannya, karena diajak oleh seseorang. Meski mengaku tidak ikut merumuskan (materi petisi AKKBB), namun ESF mengakui bahwa ia terlibat diskusi dan kemudian sepakat dengan tiga gagasan pokok di dalam deklarasi itu Gagasan pertama, konstitusi harus dijaga, karena sekali konstitusi dibiarkan dicederai, maka setiap orang akan bergantian melanggar konstitusi tanpa perasaan berdosa apapun. Kedua, kebebasan beragama harus dihargai, sampai kemudian muncul putusan final tentang satu kelompok agama tertentu yang dengan atas nama hukum maupun politik keputusan final harus dihargai; maka kebebasan beragama siapapun harus dihargai. Ketiga, tidak dibolehkan siapapun menggunakan cara-cara kekerasan yang tidak beradab untuk melakukan tindakan tertentu yang mereka sebut sebagai menegakkan syariat Islam, sementara pada saat yang sama syariat itu menegaskan betapa kita harus berpolitik dan bertindak secara