prisonisasi dan pembelajaran kejahatan di...

164
PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Ahmad Hudzaifi 1113111000068 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: truongnhu

Post on 09-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

i

PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN

(Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ahmad Hudzaifi

1113111000068

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

(Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang)

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Maret 2017

Ahmad Hudzaifi

Page 3: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Ahmad Hudzaifi

NIM : 1113111000068

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN

(Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang)

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 23 Maret 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dra. Vinita Susanti, M.Si

NIP. 197609182003122033 NIP. 196501151991032002

Page 4: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

(Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang)

Oleh

Ahmad Hudzaifi

1113111000068

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 April

2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharotul Jamilah, M.Si

NIP. 197609182003122033 NIP. 196808161997032002

Penguji I, Penguji II,

Saifudin Asrori, M.Si Kasyfiyullah, M.Si

NIP. 197701192009121001

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 13 April 2017.

Ketua Program Studi Sosiologi

FISIP UIN JAKARTA

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si

NIP. 197609182003122033

Page 5: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

v

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang “Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan di

Lembaga Pemasyarakatan (Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang)”. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis Pola dan

Bentuk Prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang dan kaitan

Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan terhadap Pengulangan Tindak Kriminal

(Residivisme). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Subjek dalam

penelitian ini adalah narapidana residivis dan non-residivis sebagai subjek utama.

Proses analisis data dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data hasil

penelitian, dan menyimpulkan data penelitian. Teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Teori Learning Process dari Edwin Sutherland dan Teori

Imitation Process Gabriel Tarde. Learning Process digunakan untuk menganalisis

bentuk negatif prisonisasi dan kaitan prisonisasi dengan residivisme, sedangkan

Imitation Process digunakan dalam menganalisis bentuk positif prisonisasi.

Berdasarkan temuan dan hasil analisis, didapatkan bahwa Pola Prisonisasi

merupakan penggambaran suatu proses berjalannya prisonisasi. Pola Prisnisasi

dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier

menjelaskan proses penyerapan nilai dan kultur di dalam penjara oleh narapidana

telah membuatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut didorong

oleh interaksi positif antar narapidana dan program pembinaan LAPAS yang

berjalan secara baik. Pola yang kedua adalah Pola Siklus, yaitu menjelaskan

proses prisonisasi yang berjalan secara berulang. Pola ini menggambarkan siklus

hidup narapidana residivis, yang mana didalam prosesnya menghasilkan bentuk-

bentuk prisonisasi. Bentuk Prisonisasi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Bentuk Positif

dan Bentuk Negatif. Pembahasan yang kedua adalah kaitan prisonisasi dan

pembelajaran kejahatan dengan residivisme. Teori learning process dalam 9

proposisinya hanya terdapat 4 proposisi awal yang terkait dengan residivisme di

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang.

Kata Kunci: Prisonisasi, Residivisme, Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan,

Learning Theory, Imitation Theory.

Page 6: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

vi

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur tiada henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena atas izin dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan di Lembaga Pemasyarakatan

(Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang)”. Meskipun dalam

penulisannya masih jauh dari kata sempurna. Selama proses penulisan hingga

akhirnya terselesaikan skripsi ini, penulis dipertemukan dengan orang-orang hebat

yang berjasa besar selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, atas segalanya

penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah

memberi saran dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekertaris Prodi Sosiologi yang

telah membantu dan melancarkan skripsi ini.

4. Dra. Vinita Susanti, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terimakasih atas doa,

pengertian, waktu dan ilmunya dalam membimbing dan memotivasi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Husnul Khitam, M.Si, selaku Dosen Pengajar Proposal Skripsi

2016 Prodi Sosiologi, yang telah memberikan masukan dan ilmunya

untuk skripsi ini.

Page 7: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

vii

6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya

Prodi Sosiologi, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

pembelajaran berharganya.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ujairudin dan Ibunda Mimi

Humairoh, serta kedua adik penulis, M.S. Jamiil dan Syarah Waliah

yang tiada henti mendoakan dan memberikan semangat tenaga dan

pikiran kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

8. Kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah Banten dan Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang, khususnya Bagian Pembinaan

Pemasyarakatan, Bagian Registrasi, Bagian Umum dan seluruh Warga

Binaan Pemasyarakatan yang telah bersedia membantu penulis dalam

melakukan pencarian data penelitian skripsi.

9. Keluarga Sosiologi B 2013, Shandy, Riri, Tiara, Fafa, Amalia,

Rahmat, Reza, Ical, Rahajeng, Lutfi, Rikal, Didin, dan yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan

pembelajaran berharganya.

10. Sahabat setia WSS, Arif, Oktanta, Rifnu, Amal, Alif, Mustofa, Fakri,

Gaung, Malik, Novi, Wahyu, yang telah banyak memberi energi

positif dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Senior dan teman Sosiologi, Bang Adam, Bang Kholid, Ka Derinah,

Ka Yossy, Bang Gopay, dan Tino, yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Page 8: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

viii

12. Azizia Rochimasnaini, yang setia mendoakan dan menjadi inspirasi

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Demikianlah ucapan terima kasih, semoga segala bantuan dan

dukungannya mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Maka dengan ini

penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat.

Jakarta, 23 Maret 2017

Penulis,

Ahmad Hudzaifi

NIM. 1113111000068

Page 9: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ....................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 6

E. Kerangka Teori ............................................................................................ 17

F. Metodologi Penelitian .................................................................................. 31

BAB II GAMBARAN UMUM .................................................................................. 40

A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang ................. 40

A.1. Sejarah berdirinya dan Profil Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang ........................................................................................... 40

A.2. Kondisi Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang ........ 42

A.3. Kegiatan dan Program Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang ........................................................................................... 45

B. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang ............... 47

Page 10: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

x

C. Gambaran Umum Narpidana Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang. ................................................................................................... 50

D. Gambaran Umum Informan ......................................................................... 56

BAB III PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANGERANG .......... 57

A. Pola dan Bentuk Prisonisasi Narpidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang .................................................................................................... 57

A.1. Pola Prisonisasi Narpidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang ........................................................................................... 58

A.2. Bentuk Prisonisasi Narpidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang ........................................................................................... 64

B. Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan dalam Kaitannya dengan

Residivisme .................................................................................................. 83

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 90

A. Kesimpulan .................................................................................................. 90

B. Saran ............................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 95

LAMPIRAN ................................................................................................................. xiii

Page 11: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.D.1 Matriks Tinjauan Pustaka....................................................................9

Tabel II.B.2 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang..............................................................................................................48

Tabel II.C.3 Golongan Narapidana Berdasarkan Masa Hukuman........................51

Tabel II.C.4 Golongan Tahanan Berdasarkan Masa Hukuman.............................52

Tabel II.C.5 Data Keseluruhan Narapidana Penghuni Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang....................................................................................................53

Tabel II.C.6 Jumlah keseluruhan narapidana dilihat dari tingkatan

Pendidikan.............................................................................................................54

Tabel II.C.7 Jumlah keseluruhan narapidana dilihat dari Agama yang

dianut.....................................................................................................................55

Tabel II.C.8 Daftar Narapidana dengan Kasus Khusus........................................56

Tabel II.C.9 Klasifikasi Narapidana Kasus Narkotika..........................................56

Tabel II.C.10 Jumlah Narapidana berdasarkan Kewarganegaraan.......................57

Tabel II.D.11 Gambaran Umum Informan Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang..............................................................................................................58

Page 12: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.E.1 Prisonisasi dan Siklus Narapidana Residivis................................. 24

Gambar II.A.2 Denah Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

............................................................................................................................... 45

Gambar III.A.3 Pola dan Bentuk Prisonisasi........................................................ 59

Gambar III.A.4 Pola Linier dan Pola Siklus Prisonisasi....................................... 61

Gambar III.A.5 Skema Output Pola Prisonisasi.................................................... 65

Page 13: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Pedoman Wawancara ................................................................... xiii

Lampiran 1.2 Transkrip Wawancara ...................................................................xv

Lampiran 1.4 Dokumentasi................................................................................. lxii

Lampiran 1.3 Dokumen Resmi ..........................................................................lxvi

Page 14: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Sistem pidana penjara di hampir kebanyakan negara tidak lagi

menerapkan sistem penjara dengan tujuan utama sebagai bentuk

pembalasan dan memberikan efek jera kepada narapidana, akan tetapi

sistem pemenjaraan telah diterapkan dengan sistem pembinaan, yakni

dikatakan bahwa negara berkewajiban membina, membimbing, dan

mengayomi para narapidana, serta memberikan bekal hidup agar ketika

mereka kembali pada lingkungan masyarakat dapat menjalankan perannya

sebagai warga masyarakat.

Sistem Pemasyarakatan mulai diterapkan pada tahun 1964 dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 sebagai dasar hukum dalam

Pemayarakatan. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)1 menjadi aktor sentral

dalam masyarakat yang bertugas melindungi masyarakat dari pelaku

kriminal, dan juga membina narapidana agar menyesali perbuatannya dan

dapat bersosialisasi baik dengan masyarakat. Sehingga ketika keluar dari

LAPAS mereka dapat menjadi masyarakat yang baik, berguna, dan dapat

diterima oleh masyarakat.

1 Andi Wijawa Rivai, Buku Pintar Pemasyarakatan (Jakarta: Lembaga Kajian

Pemasyarakatan, 2014). Hal. 9

Page 15: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

2

Pelaku kejahatan atau narapidana adalah mereka sebagai bagian dari

masyarakat yang tidak mampu atau gagal menyesuaikan diri dengan norma

dan hukum yang berlaku dalam masyarakat dan negara. Mereka yang

melakukan kejahatan dan melanggar hukum dan telah dijatuhi pidana akan

menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan. Hal tersebut dilakukan

sebagai bentuk pembalasan atas pelanggaran hukum yang dilakukan oleh

mereka. LAPAS bertujuan menjamin warga masyarakat terlindung dari para

pelaku kriminal. Tidak hanya itu, akan tetapi LAPAS juga berfungsi sebagai

lembaga pembina narapidana, yakni pada programnya LAPAS bertugas

untuk membina, mendidik, dan memberi pelatihan pada narapidana agar

setelah bebas tidak kembali melakukan kejahatan.

Pada pelaksanaannya, LAPAS memiliki banyak kendala dalam

proses pembinaan narapidana. Keberhasilan dan kegagalan dalam

pembinaan ditentukan oleh banyak faktor, baik dari faktor petugas LAPAS,

narapidana, faktor lingkungan narapidana, atau faktor lainnya. Dalam proses

pemasyarakatan terdapat apa yang disebut residivisme atau pengulangan

tindak kriminal, dimana narapidana yang telah menjalani hukuman dan

diberikan pembinaan di LAPAS, kembali melakukan tindak kejahatan.

Angka keseluruhan narapidana residivis di Lembaga Pemasyarakatan di

Indonesia diketahui berjumlah 16.149 orang atau masih berkisar 6-7% yang

tercatat dari keseluruhan jumlah tahanan 60.354 orang dan narapidana

Page 16: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

3

berjumlah 120.574 orang. Angka tersebut diperoleh dari kantor pusat,

Direktorat Jendral Pemasyarakatan, Jakarta Pusat.2

Fokus permasalahan yang akan diteliti adalah menganalisis

mengenai bagaimana proses sosialisasi di dalam penjara atau yang disebut

prisonisasi, serta bagaimana proses internalisasi nilai dan norma yang

dilakukan selama pembinaan di LAPAS. Proses Pemasyarakatan dan

program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan telah dirancang

sedemikian rupa dan memiliki prospek yang jelas untuk para narapidana.

Namun, pada prakteknya tujuan mulia tersebut akan mengalami beberapa

kendala karena terdapat dua benturan nilai yang saling berlawanan yang

akan dihadapi oleh narapidana, yakni benturan antara internalisasi nilai dari

pembinaan dan internalisasi nilai dari sosialisasi mereka di dalam penjara

dengan teman yang juga berlatar belakang kriminal. Dari kedua nilai

tersebut yang saling berhadapan, tentu akan ada satu nilai yang lebih

dominan terinternalisasi dalam diri narapidana. Penelitian ini akan berfokus

pada aspek tersebut.

Adi Sujatno (2008), yang juga merupakan mantan Direktur Jendral

Pemasyarakatan, dalam bukunya yang berjudul Pencerahan di Balik

Penjara, membahas prisonisasi dan pembelajaran kejahatan di dalam

penjara. Fenomena ini menarik untuk diteliti, karena sanagat erat kaitannya

dengan efektivitas pembinaan narapidana, tingkat kejahatan, dan

residivisme. Seperti apakah interaksi antar sesama pelaku kejahatan yang

2 Direktorat Jendral Pemasyarakatan (Jakarta: Sub Bagian Umum, 2016)

Page 17: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

4

ditempatkan dalam satu sel. Adi dalam bukunya, menjelaskan bahwa

mereka para narapidana ketika masuk dalam penjara, tentu akan

ditempatkan dengan orang-orang kriminal yang sama dalam satu sel. Di

dalam penjara mereka berinteraksi dan pada akhirnya narapidana mendapat

pembelajaran dari lingkungan orang yang sama sebagai para pelaku

kejahatan. Pada penjelasannya, Adi mengatakan bahwa narapidana ketika

bersosialisasi dengan sesama pelaku kejahatan, mereka akan menjadi

semakin tangguh dalam melakukan tindak kejahatan.

Penelitian ini lebih berfokus pada pola dan bentuk prisonisasi dan

kaitannya terhadap residivisme. Narapidana residivis diambil sebagai

narasumber utama karena berkaitan langsung dengan fokus penelitian ini.

Narapidana residivis adalah mereka yang melakukan tindak kriminal

kembali setelah keluar dari penjara. Mereka diasumsikan sebagai “produk

gagal” dari pembinaan yang diprogramkan oleh Lembaga Pemasyarakatan.

Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) seolah tidak berpengaruh

terhadap perubahan perilakunya. Kasus lain dalam LAPAS terjadi

kerusuhan dan pembakaran, peredaran narkoba, berjalannya siklus kriminal

dalam LAPAS, dan lainnya. Fenomena tersebut menggambarkan kondisi

sosial di dalam LAPAS dan program pembinaan tidak berjalan sebagaimana

mestinya. Tetapi tidak sedikit juga narapidana yang setelah menjalani

program pembinaan di LAPAS yang kemudian menyesali perbuatannya,

dan tidak kembali melakukan pelanggaran hukum, serta dapat kembali

menyatu dan diterima oleh lingkungan masyarakat.

Page 18: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

5

Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana

“Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan di Lembaga Pemasyarakatan

(Studi Kasus: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Pola dan Bentuk Prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang?

Bagaimana Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan dalam kaitannya

dengan Pengulangan Tindak Kriminal (Residivisme) di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis Pola dan Bentuk Prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang dan kaitan Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan

terhadap Pengulangan Tindak Kriminal (Residivisme). Dalam penelitian ini

juga diharapkan dapat memperoleh manfaat, yakni:

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada bidang

akademis sosiologi kriminalitas dan khususnya pada fokus analisis tentang

narapidana.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Lembaga

Pemasyarakatan dalam menangani narapidana khususnya Narapidana

Residivis dari sisi sosiologis dan meminimalisir dampak negatif dari Sistem

Pemasyarakatan.

Page 19: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

6

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah membaca beberapa

referensi yang terkait dengan masalah prisonisasi. Penelitian oleh

Chaerudin dengan judul tesis yang berjudul “Masalah Prisonisasi dalam

Kaitannya dengan Sistem Pemasyarakatan”, menganalisis dampak negatif

yang timbul dari sistem pemenjaraan atau sistem pemasyarakatan yakni

berupa prisonisasi. Adanya krisis yang dialami oleh narapidana di dalam

penjara merupakan gejala yang dapat diamati secara langsung, yang diawali

dari tindakan mengisolir terpidana yang berakibat hilangnya kemerdekaan,

hilangnya kesempatan untuk memenuhi kebutuhan biologis, hilangnya rasa

aman, dan sejumlah penderitaan selama berada di dalam penjara (pains of

imprisonment).

Selain krisis di atas, efek negatif yang ditimbulkan dari penerapan

pidana penjara turut pula menambah beban persoalan yang dihadapi,

sehingga bermunculan kritik dari berbagai kalangan yang ditujukan pada

persoalan efektivitas dari pidana penjara. Apakah pidana penjara

mempunyai pengaruh preventif atau dapat mengurangi jumlah

residivis? Meskipun penerapan pidana penjara di Indonesia telah bergeser

ke arah sistem pemasyarakatan, namun persoalan dan ciri-ciri yang terdapat

dalam sistem penjara masih tetap melekat.3

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa prisonisasi merupakan suatu

proses penyerapan nilai dan tata cara kehidupan di dalam penjara. Proses

3 Chaerudin, Masalah Prisonisasi dalam Kaitannya dengan Sistem Pemasyarakatan,

Tesis: Depok, Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Indonesia, 1995.

Page 20: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

7

penyerapan tersebut dilakukan dengan proses belajar dalam berinteraksi

antar sesama narapidana. Nilai dan kultur kehidupan narapidana mempunyai

pengaruh besar terhadap kehidupan individual narapidana. Dapat

diasumsikan bahwa penyerapan kultur dalam penjara oleh narapidana

mengarah pada cara-cara kehidupan yang tidak baik. Dalam keadaan ini

penjara dapat diistilahkan sebagai “sekolah kejahatan”. Akibat dari

prisonisasi ini memberikan dorongan yang kuat terhadap narapidana untuk

melakukan kembali tindak pidana setelah keluar dari penjara.

Penelitian kedua, analisis mengenai narapidana residivis, salah

satunya adalah Tesis Ali Amran, Jurusan Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, dengan judul “Faktor Sosio

Demografis Yang Mendorong Terjadinya Residivisme”. Dalam tesis nya

dijelaskan bahwa, terjadinya residivisme erat kaitannya dengan pembinaan

di Lembaga Pemasyarakatan, keberhasilan pembinaan mempengaruhi

perkembangan residivisme. Ini terlihat dari angka residivisme di Lembaga

Pemasyarakatan di Indonesia yang masih berkisar 6-7 % yang tercatat.

Belum lagi angka residivisme yang tidak tercatat, kemungkinan jumlahnya

lebih besar dilihat dari semakin tingginya tingkat kejahatan di Indonesia.

Dalam hal ini tentu ada faktor yang mendorong pelaku kejahatan

mengulangi tindak pidana untuk kesekian kalinya.

Faktor sosio-demografis yang melingkupi lingkungan tempat

tinggalnya, lingkungan peradilan pidana, lingkungan lembaga

pemasyarakatan, dan lingkungan ketika kembali ke masyarakat setelah

Page 21: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

8

menjalani hukuman, bisa menjadi faktor pendorong untuk melakukan

pengulangan tindak pidana.4 Dalam Lembaga Pemasyarakatan terdapat

budaya kriminal yang bisa menjadikan orang yang masuk kedalamnya

menjadi lebih jahat, karena bergaul dan berinterksi dengan penjahat yang

lebih “tangguh”. Kemudian ketika kembali ke dalam lingkungan

masyarakat, terdapat pemberian “cap/label” sebagai pelaku kejahatan

kepada mereka.5

Penelitian ketiga yakni tesis oleh Didik Budi Waluyo, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia yang berjudul “Faktor-faktor

penghambat pelaksanaan pembinaan narapidana residivis di lembaga

pemasyarakatan Klas IIA Banceuy Bandung”. Penelitian ini selain ditujukan

untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan pembinaan bagi narapidana

telah diadakan pemisahan penempatan dan program pembinaan antara

narapidana residivis dengan non-residivis, dan juga untuk mengetahui

faktor-faktor penghambat apabila dilakukan pemisahan tersebut. Namun

demikian dalam pelaksanaan pembinaan tersebut lembaga pemasyarakatan

harus menghadapi beberapa faktor yang bisa menghambat berhasilnya

pembinaan antara lain belum adanya klasifikasi bagi narapidana residivis,

penempatan narapidana, program pembinaan yang diperuntukkan masing-

masing klasifikasi, dana pembinaan yang terbatas, perbandingan jumlah

petugas dengan narapidana yang kurang seimbang, sikap narapidana dalam

4Ali Amran, Faktor Sosio Demografis Yang Mendorong Terjadinya Residivisme, Tesis:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Kriminologi, Universitas Indonesia, 2003. 5 Ibid.

Page 22: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

9

mengikuti pembinaan, dan kurangnya partisipasi pemerintah dan

masyarakat.6

Tabel I.D.1 Matriks Tinjauan Pustaka

No. Penulis dan

Fokus Kajian Temuan Persamaan Perbedaan

1. Chaerudin

(Tesis, 1995)

Masalah

Prisonisasi

dalam Kaitannya

dengan Sistem

Pemasyarakatan

Terdapat klasifikasi

dan stratifikasi dalam

interaksi antar

narapidana dilihat dari

segi tingkat kejahatan

yang dilakukan.

Permasalahan

prisonisasi yang masih

melekat pada sistem

pemasyarakatan.

Prisonisasi

sebagai

analisis utama

penelitian.

Tidak

menjelaskan

pada analisis

prisonisasi

dalam kaitannya

dengan

residivisme.

6 Didik Budi Waluyo, Faktor-faktor penghambat pelaksanaan pembinaan narapidana

residivis di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Banceuy Bandung, Tesis: Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Sosiologi, Universitas Indonesia, 2005.

Page 23: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

10

2. Ali Amran

(Tesis, 2003)

Faktor Sosio

Demografis yang

Mendorong

Terjadinya

Residivisme

Faktor sosio

demografis, budaya

kriminal atau

prisonisasi dalam

penjara, dan

pemberian cap

(labeling) oleh

masyarakat menjadi

faktor determinan

narapidana menjadi

residivis.

Narasumber

utama adalah

Narapidana

Residivis

Fokus pada

faktor sosio

demografi yang

mendorong

terjadinya

residivisme.

3. Didik Budi

Waluyo

(Tesis, 2005)

Faktor-Faktor

Penghambat

Pelaksanaan

Pembinaan

Narapidana

Residivis

Faktor yang

menghambat

berhasilnya

pembinaan antara lain;

Belum adanya

program pembinaan

untuk masing-masing

klasifikasi narapidana

Perbandingan jumlah

petugas dengan

narapidana yang tidak

seimbang.

Narasumber /

Informan

utama adalah

Narapidana

Residivis

Tidak berfokus

pada analisis

faktor internal

narapidana.

Page 24: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

11

4. Ali Imron

(Jurnal, 2014)

Konstruksi

Masyarakat

Terhadap

Mantan

Narapidana

Keberadaan mantan

narapidana di tengah-

tengah masyarakat

menjadi suatu

diskriminasi dan

melahirkan konstruksi

oleh masyarakat.

Yakni proses

eksternalisasi,

objektivasi, dan

internalisasi.

Fokus pada

masalah yang

dihadapi

narapidana

dalam proses

bersosialisasi.

Metode

penelitian

Kualitatif

Menjelaskan

lebih kepada

faktor eksternal

mengenai

hambatan

narapidana

dalam

bersosialisasi.

5. Dwi Sandi Nafia

(Jurnal, 2009)

Blek seorang

“Tukang Comot”

(Studi Kasus:

Proses Belajar

Pelaku

Penculikan)

Jurnal ini membahas

mengenai bagaimana

proses belajar seorang

pelaku penculikan

yang mengacu pada

definisi proses belajar.

Analisis

terhadap

proses belajar

kejahatan.

Menggunakan

learning theory

Sutherland.

Studi kasus

yang berbeda.

Narasumber /

informan yang

berbeda.

Tidak berfokus

pada analisis

prisonisasi.

Page 25: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

12

6. Ibrahim Samad

(Tesis, 2013)

Pengaruh Faktor

Diri, Keluarga

dan Persekitaran

Sosial Terhadap

Residivisme di

Penjara

Penelitian ini

Penelitian ini berfokus

di Penjara Taiping,

Malaysia. Membahas

mengenai tiga faktor

utama yang

mempengaruhi

residivisme, yaitu

keluarga, lingkungan,

dan faktor diri

narapidana.

Analisis faktor

lingkungan

sebagai faktor

yang

mempengaruhi

residivisme.

Tidak

menganalisis

bagaimana

bentuk dari

prisonisasi

7. Nur Basuki

Minamo dan

Eman

(Jurnal, 1995)

Pengaruh

Prisonisasi

Terhadap

Pembinaan

Narapidana

Bentuk prisinonisasi

diidentifikasi dari pola

perilaku dan kultur

yang diserap oleh

narapidana. Bentuk

yang dimaksud lebih

bersifat negatif.

Seperti kode etik

narapidana, homo

seksual, dan tato.

Analisis

terhadap

prisonisasi

Tidak berfokus

pada hubungan

prisonisasi

dengan

residivisme.

Page 26: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

13

8. Stephen L.

Mallory

(Disertasi, 2002)

An Examination

of Donald

Clemmer‟s

Concept of

Prisonisasi and

its Role in The

Future

Development of

Penal Policy in

The United

States

Disertasi ini mencoba

untuk menguji konsep

Prisonisasi dari

Donald Clemmer.

Prisonisasi terbukti

tidak hanya dapat

menggagalkan proses

rehabilitasi

narapidana, tetapi juga

dapat menumbuhkan

motivasi perilaku jahat

dari narapidana.

Analisis

prisonisasi

sebagai fokus

utama.

Fokus

penelitian, hasil

analisis, dan

studi kasus

yang berbeda.

Disertasi ini

berfokus pada

kaitan antara

prisonisasi

dengan hukum

pidana.

9. Jessie Harper,

(Disertasi, 2011)

The Effects of

Prisonisasi on

The

Employability of

Former

Prisoners: First-

hand Voices

Penelitian ini

menunjukkan

keterlibatan individu

dalam pekerjaan

setelah bebas dari

penjara. Dampak

prisonisasi dapat

mempengaruhi

kemampuan mantan

tahanan secara

emosional dan

interpersonal. Temuan

utamanya adalah

bahwa proses interaksi

dapat terganggu

sebagai akibat dari

dampak psikologis

prisonisasi ini.

Analisis

prisonisasi

sebagai fokus

utama.

Disertasi ini

berfokus pada

analisis

prisonisasi

dalam kaitanya

dengan

pekerjaan

narapidana

setelah keluar

dari penjara.

Page 27: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

14

10. Anna Elizabeth

Kosloski

(Tesis, 2008)

The Effect of

Prisonisasi on

Female

Criminality

Prisonisasi diperiksa

melalui prediktor

sepuluh bentuk

kesalahan

institusional,

diantaranya,

demografi, sejarah

sosial, karir kriminal,

dan faktor resiko lain.

Fakta bahwa ada

sekelompok kecil

pelaku perempuan di

penjara yang

melakukan sebagian

besar pelanggaran.

Prisonisasi

dalam

penelitian ini

diukur melalui

sejarah

kurungan atau

sejarah di balik

jeruji besi.

Tesis ini lebih

berfokus pada

prisonisasi

terhadap

narapidana

wanita.

11. Hassan Bailey

(Tesis, 2011)

Secondary

Prisonization:

The Effects of

Involuntary

Separation on

Families of

Incarcerated

African

American Men

Analisis ini

mempelajari dampak

keuangan dan

memeriksa

keterlibatan dukungan

keluarga.

Penelitian ini

menemukan bahwa

dampak negatif dari

pemenjaraan dapat

diperkecil dengan

bantuan keluarga dan

peran agama.

Analisis

Prisonisasi

terhadap

narapidana

Fokus yang

berbeda, Tesis

ini berfokus

pada hubungan

keluarga dan

peran agama

terhadap

perkembangan

narapidana.

Page 28: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

15

Dari beberapa literature review yang telah dijelaskan, pada

umumnya membahas mengenai Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan,

Narapidana Residivis, dan Prisonisasi. Perbedaannya dari masing-masing

penelitian adalah pada penelitian pertama lebih berfokus pada analisis

prisonisasi dalam kaitannya dengan sistem pemasyarakatan. Penelitian

kedua lebih memfokuskan masalah pada faktor sosio-demografi yang

mendorong terjadinya residivisme. Penelitian ketiga berfokus pada faktor-

faktor penghambat dalam pelaksanaan pembinaan narapidana residivis.

Penelitian keempat membahas tentang konstruksi masyarakat

terhadap mantan narapidana. Penelitian kelima berfokus pada proses belajar

kejahatan dengan kasus penculikan. Penelitian keenam menganalisis

pengaruh keluarga dan lingkungan terhadap residivisme di penjara.

Penelitian ketujuh adalah analisis mengenai bentuk prisinonisasi yang

diidentifikasi dari pola perilaku dan kultur yang diserap oleh narapidana.

Bentuk yang dimaksud lebih bersifat negatif. Seperti kode etik narapidana,

homo seksual, dan tato.

Penelitian kedelapan adalah Disertasi yang menguji konsep

Prisonisasi dari Donald Clemmer. Penelitian kesembilan yaitu Disertasi

dengan analisisnya yang menunjukkan keterlibatan individu dalam

pekerjaan setelah bebas dari penjara. Penilitian ke-10 adalah penelitian yang

menganalisis dampak prisonisasi terhadap narapidana perempuan. Yang

terakhir, penelitian ke-11 yaitu penelitian yang mempelajari dampak

finansial dan memeriksa keterlibatan dukungan keluarga terhadap

Page 29: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

16

narapidana. Penelitian tersebut menemukan bahwa dampak negatif dari

pemenjaraan dapat diperkecil dengan bantuan keluarga dan peran agama.

Penelitian yang telah disebutkan di atas memiliki beberapa

kesamaan dengan penilitian kali ini, namun keunggulan dari penilitian kali

ini terletak pada fokus yang berbeda. Penelitian kali ini berfokus pada

temuan dan analisis mengenai pola dan bentuk prisonisasi, dan penelitian

ini juga berfokus pada analisis terhadap narapidana residivis dan kasus

residivisme yang terjadi. Selain itu periode penilitian yang jauh berbeda

yang tentunya menghasilkan temuan baru dan berbeda.

Perbedaan mendasar dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumya adalah bahwa penelitian kali ini penulis mencoba

mengembangkan konsep Prisonisasi dari Donald Clemmer, dan juga

menganalisis bagaimana pola dan bentuk prisonisasi yang terjadi dalam

penjara, dengan berfokus pada narapidana residivis yang dianggap sebagai

narapidana yang sudah berpengalaman mendekam di penjara. Selain itu

pada penelitian kali ini juga mengaitkan prisonisasi dengan pengulangan

tindak kejahatan (residivisme) yang dianalisis menggunakan teori learning

process dari E. Sutherland dan imitation theory dari G. Tarde.

Penelitian ini mengunakan landasan teori dari Edwin Sutherland

tentang Learning Process Theory atau proses belajar (kejahatan), teori

tersebut melihat proses belajar sebagai faktor narapidana melakukan dan

atau mengulangi kejahatan. Penelitian ini juga tentunya menggunakan

istilah prisonisasi yang dicetuskan oleh Donald Clemmer sebagai istilah

Page 30: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

17

yang diartikan secara sederhana sebagai suatu proses penyerapan tata nilai,

kultur, dan kebiasaan yang terdapat di dalam penjara. Hal tersebut yang

menjadi dasar dalam menganalisis kasus prisonisasi dalam penjara.

E. Kerangka Teoritis

1. Definisi Konseptual

a. Pemasyarakatan dan Sistem Pemasyarakatan

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga

binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara

pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata

peradilan pidana.7 Istilah Pemasyarakatan dicetuskan sebagai bentuk dari

transformasi sistem penghukuman terhadap pelaku kriminal.

“Secara filosofis, Pemasyarakatan adalah sistem pemidanaan yang

sudah jauh bergerak meninggalkan filosofi retributif (pembalasan),

deterrence (penjeraan), dan resosialisasi. Dengan kata lain,

pemidanaan (penghukuman) tidak ditujukan untuk membuat derita

sebagai bentuk pembalasan, tidak ditujukan untuk membuat jera

dengan penderitaan, juga tidak mengasumsikan terpidana sebagai

seseorang yang kurang sosialisasinya. Pemasyarakatan sejalan

dengan filosofi reintegrasi sosial yang berasumsi kejahatan adalah

konflik yang terjadi antara terpidana dengan masyarakat. Sehingga

pemidanaan (penghukuman) ditujukan untuk memulihkan konflik

atau menyatukan kembali terpidana dengan masyarakatnya

(reintegrasi).”8

7 Andi Wijawa Rivai, Buku Pintar Pemasyarakatan (Jakarta: Lembaga Kajian

Pemasyarakatan, 2014). Hal. 12 8 Iqrak Sulhin, Filsafat (Sistem) Pemasyarakatan. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 7

No.I Mei 2010: 134-150

Page 31: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

18

Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah, batas,

serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila

yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan

masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak

pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat

aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai

warga yang baik dan bertanggung jawab.9 Pemasyarakatan dirancang

dengan mengedepankan HAM (Hak Asasi Manusia), sehingga kerangka

penghukuman pidana yang sebelumnya berbentuk pemenjaraan yang hanya

mementingkan penghukuman dan efek jera, kini telah bertransformasi

menjadi Sistem Pemasyarakatan yang mengedepankan HAM dan berfokus

pada peran pembinaan dan rehabilitasi narapidana.

b. Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional,

kesehatan jasmani dan rohani Narapidana. pembinaan narapidana

dilaksanakan secara intramural (di dalam LAPAS) dan ekstramural (di luar

LAPAS).10

Pembinaan meliputi 2 (dua) program, yaitu:

1) Program Pembinaan Kepribadian;

9 Andi Wijawa Rivai, loc.cit.

10 Ibid., Hal. 131

Page 32: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

19

Program kepribadian diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar

narapidana menjadi manusia seutuhnya, bertaqwa, dan bertanggung

jawab kepada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

2) Program Pembinaan Kemandirian;

Program pembinaan kemandirian diarahkan pada pembinaan bakat dan

keterampilan agar narapidana dapat kembali berperan sebagai anggota

masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.11

Program pembinaan

ini bertujuan untuk mengasah skill dan keterampilan narapidana,

sehingga ketika nanti mereka keluar dari LAPAS, mereka telah

memiliki skill yang dapat berguna untuk bersaing di dunia kerja.

c. Narapidana

Pengertian narapidana secara umum adalah seseorang yang telah

dijatuhi hukuman pidana dan telah menjadi seorang terpidana yang harus

menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.

Hak-hak narapidana adalah sebagai berikut:

1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani

3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

5) Menyampaikan keluhan;

6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa

lainnya yang tidak dilarang;

11

Ibid., Hal. 132

Page 33: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

20

7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu

lainnya;

9) Mendapatkan Remisi

10) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga;

11) Mendapatkan pembebasan bersyarat;

12) Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan

13) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

d. Kejahatan

Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang

bertentangan dengan moral kemanisiaan (immoril), merugikan masyarakat,

sifatnya asosial, serta melanggar hukum serta undang-undang hukum

pidana.12

Di dalam perumusan pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) jelas tercantum; Kejahatan adalah semua bentuk perbuatan

yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP.13

Berbeda dengan

pengertian kejahatan pada umumnya, secara sosiologis, kejahatan terbagi

menjadi tiga kategori, yaitu: strain, cultural deviance (penyimpangan

budaya), dan social control.14

12

Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). Hal. 143 13

Ibid,. Hal. 144 14

Topo Santoso, Kriminologi (Jakarta: Rajawali Pers, 2010). Hal. 57

Page 34: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

21

Kejahatan merupakan suatu tindakan melawan hukum, peyimpangan

nilai dan norma, dan merupakan tidakan yang merugikan lingkungan dan

masyarakat, baik secara materil atau immateril. Ukuran dari menyimpang

atau tidaknya suatu perbuatan ditentukan oleh besar kecilnya kerugian atau

keparahan sosial (social injuries) yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut

dan dikaji dalam konteks ketidakmerataan kekuasaan dan kemakmuran

dalam masyarakat.15

Kejahatan menurut cara dilakukannya, bisa

dikelompokkan dalam:

1) Menggunakan alat-alat bantu: senjata, senapan, alat pukul, dan

lainnya.

2) Tanpa menggunakan alat bantu, misalnya, tipu daya atau

hipnotis.

3) Residivis, yaitu penjahat-penjahat yang berulang kali keluar

masuk penjara. Selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang

serupa ataupun yang berbeda bentuk kejahatannya.

4) Penjahat berdarah dingin, yang melakukan kejahatan dengan

sistematis dan persiapan yang matang.

5) Penjahat situasional, yang melakukan kejahatan pada waktu dan

saat tertentu.16

e. Residivisme

Residivis atau pengulangan tindak pidana berasal dari bahasa

prancis yaitu re dan cado. Re berarti lagi dan cado berarti jatuh, sehingga

15

Ibid,. Hal. 22 16

Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). Hal. 149

Page 35: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

22

secara umum dapat diartikan sebagai melakukan kembali.17

Secara umum

dapat dikatakan bahwa residivisme adalah suatu keadaan yang

menunjukkan tingkat atau pola pengulangan kejahatan di masyarakat pola

pengulangan kejahatan ini tidak memedulikan apakah tindakan kejahatan

yang dilakukan sama atau tidak.18

Residivis merupakan sebutan untuk

seseorang yang melakukan pelanggaran hukum berulang kali dan telah

dijatuhi hukuman oleh lembaga peradilan pidana.

Residivisme adalah orang yang melakukan beberapa kali tindak

pidana. Dimana tindak pidana yang lain sudah ada putusan hakim. Dari sini

diketahui bahwa residivisme menunjukkan adanya tindakan kejahatan yang

berulang dilakukan oleh orang yang sama, dan telah mendapat hukuman

atas tindakan kejahatan yang dilakukannya.19

Lahirnya narapidana berstatus

residivis menggambarkan pengaruh yang terjadi dalam proses pembinaan

oleh LAPAS tidak sejalan dengan tujuan dari pembinaan tersebut. Pada

prosesnya, narapidana yang kembali melakukan kejahatan memiliki

beberapa faktor yang melatarbelakanginya, yaitu ekonomi, sosial, dan

psikologis. Proses interaksi antar narapidana di dalam penjara diasumsikan

sebagai faktor determinan yang medorong munculnya narapidana residivis.

Proses interaksi tersebut oleh Donald Clemmer disebut sebagai proses

prisonisasi.

17

Putri Ramadhany Alie, Tinjauan Kriminologis Terhadap Anak Sebagai Residivis,

Skripsi: Fakultas Hukum, Ilmu Hukum, Universitas Hasanuddin, 2015. 18

Muhammad Mustofa, Metodologi Penelitian Kriminologi (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2013). Hal. 141 19

Ali Amran, Faktor Sosio Demografis Yang Mendorong Terjadinya Residivisme, Tesis:

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Kriminologi, Universitas Indonesia, 2003.

Page 36: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

23

Gambar I.E.1 Prisonisasi dan Siklus Narapidana Residivis

Gambar di atas menjelaskan siklus kehidupan narapidana, dimana

masyarakat yang tertangkap melakukan tindak kriminal akan dimasukkan

ke dalam penjara dan menjadi narapidana. Mereka akan terisolir dari

lingkungan masyarakat dengan ditempatkannya di dalam penjara atau yang

kini dikenal sebagai Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Penempatan

mereka di dalam LAPAS bertujuan agar mereka dapat dibina dan tidak

kembali melakukan tindakan kriminal setelah bebas dari masa hukuman.

Namun terdapat suatu kontradiksi, dimana dalam penempatan narapidana

tersebut ditempatkannya mereka dengan para kriminal lainnya dalam satu

tempat. Komunikasi dan interaksi antar para narapidana pun akan terjadi.

Interaksi yang terjalin akan memunculkan dua kemungkinan, yakni

Page 37: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

24

mengarah pada hal positif atau negatif. Kemungkinan terbesar interaksi

yang terjalin antar narapidana mengarah pada hal negatif. Kemungkinan

tersebut dilihat bahwa mereka sama-sama memiliki riwayat kriminalitas,

meskipun dengan tingkatan dan jenis kriminalitas yang berbeda. Dengan

begitu, tukar menukar “ilmu” tentang kejahatan pun besar kemungkinan

akan terjadi.

Kemudian setelah narapidana menyelesaikan masa hukumannya dan

keluar dari penjara, terdapat dua kemungkinan saat mereka kembali ke

lingkungan masyarakat, yakni dapat tidak melakukan tindak kriminal

kembali serta dapat menyatu dan diterima oleh masyarakat, dan atau tidak

dapat diterima oleh masyarakat bahkan kembali melakukan kriminalitas

atau dapat disebut menjadi seorang residivis.

f. Prisonisasi

Proses penjatuhan hukuman pidana akan memaksa setiap narapidana

melakukan adaptasi dengan tata nilai dan pola kehidupan masyarakat yang

berlaku dalam penjara, yang tentunya berbeda dengan tata nilai dan pola

kehidupan masyarakat pada umumnya. Tata nilai dan pola kehidupan yang

terbentuk dalam penjara merupakan salah satu bentuk reaksi narapidana

terhadap kondisi keterbatasan dan kesakitan yang mereka alami.20

Donald Clemmer (1940) menyebutkan bahwa cara hidup, moral,

kebiasaan dan kultur umum dapat diserap oleh seorang narapidana dalam

jalinan interaksi sosial. Inilah yang selanjutnya disebut dengan

20

Adi Sujatno, Pencerahan di Balik Penjara. (Jakarta: PT Mizan Terbuka, 2008). Hal. 98

Page 38: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

25

Prisonization Process.21

Clemmer telah menggunakan konsep prisonisasi

untuk menggambarkan proses sosialisasi antara narapidana di dalam

penjara. Ia secara tegas mendefinisikan prisonisasi sebagai berikut; “the

taking on, in greater or less degree, of the folkways, mores, customs and

general culture of the penitentiary” (besar kecilnya pengaruh tata cara

kehidupan, moral, kebiasaan dan kultur umum narapidana di dalam

penjara).22

In The Prison Community (1940) Donald Clemmer presented

the first sociological study of prison life. Based on his research in

the Menard Branch of the Illinois State Penitentiary, Clemmer put

forward and established the notion of „prisonisation‟. This concept

can be understood as the impact of the prison experience on

prisoners and is thus a descriptor of the process by which those who

enter prison take on the „folkways, mores, customs, and general

culture of the penitentiary‟ (1940: 299). Clemmer argued that

prisonisation may occur to greater or lesser degrees depending on a

range of factors (length of sentence, level of association with peer

groups within prison, strength of ties outside prison, inter alia).

Some of the factors associated with the process result from the

peculiarities and constraints of the prison environment, including

the acceptance (or resistance to) the powerless position of being a

prisoner and the conditions under which prisoners must eat, dress,

work, sleep and so forth.23

Pengertian yang lebih pendek dari definisi Clemmer tersebut

menyebutkan bawa Prisonisasi adalah sosialisasi di dalam penjara.24

Prisonisasi dapat mengubah the first offender menjadi seorang kriminal

21

Chaerudin, Masalah Prisonisasi Dalam Hubungannya Dengan Sistem

Pemasyarakatan, Tesis: Fakultas Hukum, Ilmu Hukum, Universitas Indonesia, 1995. 22

Ibid., 23

Deborah H. Darke, Sacha and Rod Earley. Prison Life, Sociology of: Recent

Perspectives from the United Kingdom. In: Wright, J. ed. International Encyclopaedia of Social

and Behavioural Sciences (2nd

ed). (Oxford: Elsevier, 2015) pp. 924–929 [jurnal on-line]; tersedia

di http://oro.open.ac.uk/40428/1/Elsevier%20encyclopedia%20entry.pdf; diunduh pada 25 Januari

2017. 24

Hugo F. Reading, Dictionary of Social Science, terjemahan Sahat Simamora. (Jakarta:

CV Rajawali, 1986).Hal. 319

Page 39: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

26

yang tangguh karena selama menjalani kehidupan dalam penjara, the first

offender mempunyai kesempatan untuk melakukan pembelajaran kejahatan.

Pembelajaran kejahatan ini dilakukan melalui proses interaksi dan

komunikasi dengan pelaku kriminal yang mempunyai pengalaman lebih

tinggi dalam melakukan kejahatan.25

Clemmer mengistilahkan penjara sebagai “sekolah kejahatan” atau

(prison as schools of crime) dan Ramsey Clark mengistilahkan penjara

sebagai “pabrik kejahatan” (prison as factories of crime).26

Kedua istilah

tersebut cukup logis dan beralasan mengingat bahwa penjara menjadi

tempat pencemaran, karena di tempat ini, penjahat atau pendatang baru di

dunia kejahatan akan semakin dirusak oleh pergaulan dari penjahat „senior‟.

Fase prisonisasi yang paling mengkhawatirkan adalah tumbuh dan

meluasnya kriminalitas dan anti-sosial dan membuat karakteristik ideologi

kriminal dalam penjara.27

Implikasi negatif dari prisonisasi sangat signifikan dalam

mendukung dan melindungi narapidana dalam memahami pola dan tingkah

laku kriminal, yang pada gilirannya, seorang narapidana yang menjadi

terpenjara secara sempurna, cenderung untuk melakukan tindak pidana lebih

lanjut setelah ia keluar dari penjara. Dengan pengaruh prisonisasi di atas,

maka dapat dipahami bahwa dengan pidana penjara justru akan menunjang

25

Adi Sujatno, Pencerahan di Balik Penjara. (Jakarta: PT Mizan Terbuka, 2008). Hal.

102 26

Chaerudin, loc.cit. 27

Ibid.

Page 40: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

27

terciptanya iklim yang kriminogen, sehingga apa yang diharapkan dari

penerapan pidana penjara sebagai pencegahan tidak terwujud.

2. Landasan Teori

a. Learning Theory / Teori Belajar (Kejahatan)

Teori Belajar (learning process) yang dicetuskan oleh Edwin

Sutherland melalui teori besarnya Differential Association melihat bahwa

kejahatan merupakan suatu proses pembelajaran yang dialami oleh pelaku

kejahatan, yakni bahwa kejahatan tidak akan hadir tanpa adanya proses

belajar kejahatan yang dipelajari olehnya. Proses belajar tersebut meliputi

interaksi, adaptasi, dan komunikasi antar pelaku kriminal.

Sutherland (1947) melalui teorinya yang dirumuskan dalam 9

(sembilan) proposisi menjelaskan bahwa:

1) Tingkah laku jahat dipelajari. Dalam kaitan ini maka orang yang belum

pernah dilatih untuk melakukan tingkah laku kejahatan tidak akan

menghasilkan tingkah laku kejahatan;

2) Kejahatan dipelajari ketika berinteraksi dengan orang-orang lain dalam

proses komunikasi;

3) Asas penting dalam belajar tingkah laku jahat terjadi ketika individu

berinteraksi dengan individu-individu lain, khususnya dalam hubungan

antar pribadi suatu kelompok yang akrab;

4) Ketika seseorang belajar tingkah laku jahat, yang dipelajari meliputi

teknik melakukan kejahatan, motivasi yang khas, dorongan,

rasionalisasi, dan sikap;

Page 41: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

28

5) Motivasi yang khas, dan dorongan dipelajari ketika individu-individu

tadi dihadapkan pada aturan tingkah laku tunduk hukum yang harus

ditaati maupun pada aturan tingkah laku yang lebih condong dengan

pelanggaran hukum;

6) Seseorang menjadi delinkuen karena pengaruh aturan tingkah laku yang

condong melanggar hukum lebih kuat daripada pengaruh aturan tingkah

laku yang tunduk hukum. Ini merupakan prinsip asosiasi diferensial;

7) Tingkat asosiasi dengan aturan tingkah laku jahat dan aturan tingkah

laku anti kejahatan, dan pengaruh aturan tingkah laku mana yang kuat,

tergantung pada frekuensi, lamanya, prioritasnya, dan intensitasnya

dengan aturan tingkah laku yang bersangkutan;

8) Dalam mempelajari tingkah laku tersebut dilakukan melalui mekanisme

yang dibutuhkan dalam belajar tingkah laku apa saja;

9) Meskipun tingkah laku jahat merupakan ekspresi dari kebutuhan umum

dan nilai-nilai umum, tingkah laku jahat dan tingkah laku tidak jahat

tidak dapat dibedakan berdasarkan kebutuhan umum dan nilai-nilai

umum, karena kedua bentuk tingkah laku yang bertentangan tersebut

merupakan ekspresi yang sama atas kebutuhan umum dan nilai-nilai

umum.28

Sutherland menyatakan bahwa preferensi ke kejahatan itu

“ditransmisikan secara kultural” sama dengan menyatakan bahwa perilaku

28

Edwin Sutherland, Principles of Criminology, dalam Muhammad Mustofa,

Kriminologi: Kajian Sosiologi Terhadap Kriminalitas, Perilaku Menyimpang dan Pelanggaran

Hukum. (Bekasi: Sari Ilmu Pratama, 2010). Hal. 128-129.

Page 42: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

29

kejahatan itu dipelajari melalui interaksi sosial. Untuk mendeskripsikan

proses belajar ini, Sutherland menciptakan konsep Differential

Association.29

Teori Sutherland tersebut sebetulnya tidak unik, namun logis, dan

rumusannya secara sistematis merangkai antar hubungan yang

menyebabkan kejahatan dapat dipahami sebagai tingkah laku yang secara

normal dipelajari. Proses belajar yang normal tersebut tidak ada sangkut

pautnya dengan kondisi biologis ataupun kondisi psikologis seseorang.

Penjelasan Sutherland sepenuhnya sosiologis, yang memberi perhatian pada

hubungan sosial, frekuensi, intensitas, dan makna asosiasi.30

Sebelum teori differential association diajukan oleh E. Sutherland,

pergaulan sudah ditunjuk sebagai faktor yang dapat menimbulkan

kejahatan. Teori ini berlandaskan pada proses belajar, yaitu perilaku

kejahatan adalah perilaku yang dipelajari. Untuk beberapa kejadian memang

benar, akan tetapi tentunya tidak benar untuk semua kasus. Teori Sutherland

mendasarkan pada postulat bahwa kejahatan berasal dari organisasi sosial

dan merupakan pernyataan dari organisasi tersebut. Menurut Sutherland

perilaku kejahatan adalah perilaku manusia yang sama dengan perilaku

manusia pada umumnya yang bukan kejahatan.31

29

J. Robert Lilly, dkk, Teori Kriminologi: Konteks dan Konsekuensi. (Jakarta: Prana

Media Group, 2015). Hal 55 30

Ibid. 31

I.S. Susanto, Kriminologi. (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011). Hal. 93

Page 43: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

30

b. Imitation Theory / Teori Peniruan

Dalam analisis mengenai bentuk prisonisasi, akan menggunakan teori

Sutherland tentang proses belajar dan teori dari Gabriel Tarde tentang

Imitation Process dalam karyanya yang berjudul The Laws of Imitation and

Invention. Kedua teori tersebut akan saling mendukung dan dielaborasikan

untuk menjawab pertanyaan penelitian. Teori imitasi ini membantu untuk

menjelaskan bagaimana seorang narapidana menginternalisasi suatu nilai

melalui proses imitasi sebagai wujudnya. Teori Imitasi dari Tarde menjelaskan

bahwa penyebab logis dari imitasi adalah bahwa individu memilih untuk

(meniru), dengan alasan bahwa ia menganggap itu menjadi suatu hal yang

paling berguna dan paling baik untuk didirikan, dengan menginternalisasi diri

melalui imitasi.32

Gabriel Tarde (1890), yang juga berpandangan bahwa terdapat sebuah

insting atau kecendrungan orang untuk meniru dan melihat suatu fenomena

kebudayaan sebagai hasil dari tindakan peniruan. Orang yang megamati dan

memahami perilaku yang ada di sekitarnya secara naluriah akan menirunya.

Apa yang disebut sebagai mentalitas kolektif tidak lain adalah komunikasi dan

peniruan diantara pikiran-pikiran individual. Sebagai hasilnya, sifat-sifat dan

praktik kebudayaan dibentuk dan direproduksi melalui pengulangan dan

peniruan tindakan dari satu orang ke orang lainnya.33

32

Faridah Djellal, The Laws of Imitation and Invention: Gabriel Tarde and The

Evolutionary Economics of Innovation. (Jurnal: University Lille, 2014). Hal. 5. 33

John Scott, Teori Sosial: Masalah-masalah Pokok dalam Sosiologi. (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2012). Hal. 93

Page 44: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

31

Ada dua mekanisme yang dapat digunakan untuk menggambarkan

mereka. Pertama adalah bahwa imitasi beroperasi pada individu dari dalam ke

luar. Paradoksnya, model internal (yaitu tujuan pribadi atau ide-ide) ditiru

sebelum model eksternal (yaitu sarana atau ekspresi). Yang kedua adalah

bahwa imitasi beroperasi secara top-down, yaitu prinsipnya dari superior ke

inferior. Dengan kata lain, inovasi terkait dengan entitas (individu, kelompok,

tempat, dll) yang diasumsikan sesuatu yang unggul lebih mungkin ditiru

daripada dengan entitas yang lebih rendah.34

Teori imitasi ini digunakan untuk

menganalisis bentuk positif dan negatif dari prisonisasi, diantaranya adalah

proses imitasi, internalisasi nilai, istilah/bahasa khusus, dan stratifikasi yang

terdapat dalam lingkup penjara.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu menggambarkan dan

menganalisa permasalahan yang dikemukakan mengenai pola dan bentuk

prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang. Dalam

penelitian ini mengguanakan jenis penelitian kualitatif, yakni prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menjelaskan secara

ilmiah, rinci, dan sistematis mengenai proses prisonisasi di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang. Penggunaan metode kualitatif

didasarkan pada kepentingan penelitian yang ingin mendapatkan data secara

34 Faridah Djellal, The Laws of Imitation and Invention: Gabriel Tarde and The

Evolutionary Economics of Innovation. (Jurnal: University Lille, 2014). Hal. 6

Page 45: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

32

mendalam mengenai pola dan bentuk prisonisasi yang terjadi di dalam

penjara. Data tersebut yang kemudian akan diolah dan dianalisa dalam

bentuk deskriptif analitis.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer diperoleh dari narasumber utama, yaitu Narapidana

dengan status Residivis. Narasumber tersebut dibagi ke dalam dua

kelompok, yaitu: Narapidana Residivis dan Narapidana Non-Residivis.

Narasumber Utama yang dipilih adalah narapidana residivis, dan

Narasumber Utama Pendukung adalah Narapidana Non-Residivis dengan

spesifikasi kasus yang berbeda. Dalam penelitian ini, spesifikasi narapidana

yang diteliti adalah narapidana dengan tiga kasus yang berbeda, yaitu

Narapidana kasus Narkotika, Narapidana kasus Pencurian dan Perampokan,

dan Narapidana kasus Korupsi.

Kemudian data dan informasi mengenai Lembaga Pemasyarakatan

dan narapidana digali lebih dalam dengan pejabat (Direktur dan Staff) dan

petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang. Penentuan narasumber

utama di atas adalah bahwa narapidana residivis merupakan narapidana

yang lebih “berpengalaman” yang untuk kedua kalinya, atau bahkan lebih

menjalani kehidupan di penjara. Asumsi yang diambil adalah, bahwa

narapidana residivis mengetahui lebih dari narapidana lainnya mengenai

prisonisasi dan segala kehidupan di penjara.

b. Data Sekunder

Page 46: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

33

Data Sekunder diperoleh dari Lembaga Pemasyarakatan dan instansi

terkait lainnya, berupa dokumen, data, dan statistik angka kejahatan. Data

yang akan diambil adalah data mengenai jumlah dan tingkat narapidana

berstatus residivis dan non-residivis, data kegiatan narapidana di LAPAS,

data prosedur dan proses pemasyarakatan, data kasus kriminalitas di dalam

LAPAS, dan data lainnya terkait penelitian ini.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan

(LAPAS) Klas I Tangerang dan dilaksanakan dalam kurun waktu tiga bulan,

yaitu pada Bulan Desember 2016 sampai dengan Bulan Februari 2017.

Penunjukan LAPAS Klas I Tangerang sebagai fokus lokasi penelitian,

karena merupakan LAPAS dengan aturan yang ketat dan tingkat keamanan

maksimal, dan karena dihuni oleh narapidana dengan kasus atau vonis

berat. LAPAS Klas I Tangerang memiliki kompleksitas kasus kriminal yang

lebih dibanding LAPAS lainnya di Tangerang, seperti LAPAS Wanita,

LAPAS Pemuda, dan LAPAS Anak Tangerang. Hal tersebut dilihat dari

narapidana penghuni LAPAS yang tidak hanya berisikan narapidana WNI

(Warga Negara Indonesia), tetapi juga diisi oleh WNA (Warga Negara

Asing), juga diisi dengan narapidana dengan kompleksitas umur dan kasus

yang beragam. Selain itu penunjukan fokus pada lokasi tersebut

dikarenakan LAPAS Klas I Tangerang dihuni oleh mayoritas narapidana

pindahan dari LAPAS lainnya, atau pindahan dari RUTAN (Rumah

Tahanan).

Page 47: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

34

Pelaksanaan waktu penelitian berkisar tiga sampai empat bulan. Satu

bulan untuk masa pemenuhan perizinan penelitian, dua bulan sisanya adalah

waktu observasi dan wawancara mendalam. Dalam waktu tersebut

dilakukan proses wawancara mendalam dengan narasumber utama yakni

narapidana residivis dan non-residivis, dan narasumber pendukung yakni

petugas LAPAS Klas I Tangerang dan data pendukung dari Direktorat

Jendral Pemasyarakatan sebagai pusat informasi seluruh LAPAS di

Indonesia.

4. Informan/Narasumber

Informan/Narasumber dalam penelitian ini adalah narapidana yang

berstatus residivis dan non-residivis. Penentuan informan ini dikarenakan,

bahwa narapidana residivis adalah mereka yang telah untuk kedua kalinya,

atau bahkan lebih menjalani kehidupan di balik penjara. Asumsi yang

diambil, adalah bahwa narapidana residivis merupakan naraidana yang

berpengalaman dan mengetahui lebih dari narapidana lainnya mengenai

prisonisasi dan segala kehidupan di penjara.

Spesifikasi narapidana yang diteliti adalah narapidana dengan tiga

kasus yang berbeda, yaitu Narapidana kasus Pencurian dan Perampokan

yang berjumlah 7 (tujuh) orang, Narapidana kasus Narkotika 1 (satu) orang,

dan Narapidana kasus Korupsi berjumlah 2 (dua) orang. Penentuan

narapidana dengan ketiga kasus yang berbeda tersebut dikarenakan

ketiganya merupakan narapidana dengan kasus mayoritas di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang. Hal tersebut juga dikarenakan ketiga

Page 48: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

35

spesifikasi narapidana tersebut dapat memenuhi kebutuhan data dan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Informan/Narasumber pendukung lainnya adalah Petugas Lembaga

Pemasyarakatan, dan instansi terkait lainnya. Penentuan Informan ini adalah

mereka sebagai pihak yang terkait dan berhadapan langsung dengan

narapidana yang mengetahui secara lebih mengenai kehidupan penjara dan

narapidana. Total keseluruhan informan yang diteliti berjumlah 12 orang, 11

orang adalah narapidana, termasuk 2 (dua) diantaranya berstatus residivis,

dan satu orang adalah petugas LAPAS.

5. Teknik Pengumpulan Data

Seluruh data baik primer maupun sekunder dikumpulkan dengan

mempergunakan:

a. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian Lapangan dilakukan untuk menghimpun data primer

dengan mempergunakan alat pengumpulan data berupa:

1) Observasi. Observasi yang dilakukan adalah non participant

observation, yakni mengamati proses interaksi dan komunikasi

kehidupan narapidana di dalam Lembaga Pemasyarkatan (LAPAS)

Klas I Tangerang. Observasi dilakukan dengan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis mengenai fenomena-fenomena yang

terkait dengan prisonisasi dan pembelajaran kejahatan yang

diterima oleh narapidana.

Page 49: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

36

2) Wawancara, yaitu mengajukan serangkaian pertanyaan secara

langsung dengan mengacu pada pedoman wawancara kepada

informan terkait, dan mengumpulkan jawaban dalam bentuk data.

b. Studi Pustaka (library research)

Studi Pustaka (library research) digunakan untuk mendapatkan data

sekunder berupa dokumen, artikel, dan literatur yang berkaitan dengan

masalah prisonisasi dan narapidana (residivis).

6. Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul melalui library research dan field

research selanjutnya dianalisis secara kualitatif, dan penarikan kesimpulan

dengan mempergunakan logika berfikir deduktif sehingga diperoleh

gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai prisonisasi dan kaitannya

dengan narapidana residivis.

Analisis data dengan cara mengumpulkan data-data dari hasil

observasi, wawancara, yang direduksi membentuk suatu kesimpulan atau

penyajian data informasi dari data yang ada. Kesimpulan penelitan diambil

berdasarkan hasil pemahaman dan pengertian, yang menghasilkan suatu

interpretasi gejala-gejala, fakta-fakta secara sistematis dan akurat, sehingga

membentuk sebuah kesimpulan berdasarkan data-data yang terkumpul.

7. Hambatan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa hambatan atau kendala dalam

pelaksanaannya. Hambatan tersebut diantaranya adalah dalam hal perizinan

dan memperoleh data. Dalam hal perizinan, kendala yang dihadapi adalah

Page 50: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

37

peneliti harus mendatangi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Provinsi Banten yang bertempat di Kota Serang, untuk

keperluan mengurus surat rekomendasi guna memperoleh izin penelitian

dari Kantor Wilayah tersebut. Hambatan perizinan tersebut memangkas

waktu cukup lama yang dikarenakan jarak dan aturan yang ketat dari pihak

terkait.

Hambatan penelitian yang kedua adalah dalam hal memperoleh data

penelitian. Hambatan tersebut yaitu pada saat mencari data narapidana

dengan status residivis. Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang tidak

memiliki data narapidana dengan kategorisasi residivis tersebut. Dengan

jumlah keseluruhan narapidana yang kurang lebih mencapai 1370 orang,

peneliti pada akhirnya diberatkan dengan harus mencari sendiri narapidana

residivis guna memenuhi kebutuhan penelitian. Kemudian selanjutnya

dalam hal memperoleh data peneliti harus meelalui beberapa tahapan guna

mendapatkan data akurat dari informan. Tahapan tersebut adalah proses

perkenalan, pendekatan secara intensif, dan menggali data. Hambatan

memperoleh data selanjutnya adalah dalam hal memperoleh data wawancara

dan data dokumentasi, peneliti disulitkan dengan tidak dibolehkannya

barang elektronik masuk ke dalam LAPAS, dengan ketentuan tersebut

peneliti sulit untuk dapat merekam dialog wawancara dan mendapatkan

gambar dokumentasi hasil penelitian.

Page 51: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

38

8. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis membagi ke dalam 4 bab, setiap bab nya

terdiri dari sub-sub bab pembahasan yang memiliki keterkaitan antara bab

dengan sub-sub bab yang satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini penulis memuat pernyataan

masalah atau latar belakang penelitian,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

metodologi penelitian, hambatan penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : Gambaran Umum

Bab ini merupakan gambaran umum lokasi

penelitian, yang meliputi; pemaparan data dan

profil LAPAS, struktur lembaga, kapasitas

hunian LAPAS, dan data jumlah keseluruhan

narapidana.

BAB III : Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan di

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Pada bab ini memaparkan temuan dan analisis

hasil penelitian yang meliputi pola dan bentuk

prisonisasi di LAPAS Klas I Tangerang, dan

keterkaitan prisonisasi dengan residivisme.

Page 52: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

39

BAB IV : Penutup

Sebagai bab terakhir yang merupakan penutup

berisikan kesimpulan dan saran dari seluruh

pembahasan materi pokok yang telah disajikan

pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA : Halaman ini berisi pustaka yang diacu dalam

penulisan skripsi. Pustaka yang diacu dipastikan

berasal dari sumber yang terpecaya, misalnya

buku teks, elektronik book (e-book), jurnal

ilmiah, majalah ilmiah, laporan penelitian, dan

dokumen resmi.

Page 53: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

40

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

A.1. Sejarah berdirinya dan Profil Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang dibangun sejak tahun

1977 dari dana anggaran proyek secara bertahap sampai dengan tahun

1980. Pada tanggal 6 Desember 1982 diresmikan oleh Bapak Direktur

Jendral Pemasyarakatan. terletak di Jalan Veteran No. 2 Cikokol, Kota

Tangerang, Provinsi Banten. Dibangun di atas tanah seluas lima hektar

dengan luas bangunan 2,5 hektar, dengan kapasitas daya tamping

narapidana sebanyak 600 orang (Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang, 2016).

Adapun Pembangunan LAPAS Klas I Tangerang pada awalnya

diperuntukkan bagi narapidana kasus korupsi (White Colar Crime),

sehingga model struktur bangunan dibentuk menyerupai cottage.

Meskipun akhinya, saat ini LAPAS Klas I Tangerang dihuni narapidana

dari berbagai kasus. (Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016).

Hal ini dikarenakan Menteri Kehakiman membuat pemisahan narapidana

berdasarkan umur, kejahatan, dan masa pidana. Pada awalnya di

Tangerang hanya terdapat LAPAS anak yang berada di Tanah Tinggi,

Tangerang. Lalu pada periode awal kemerdekaan Indonesia sedang marak

Page 54: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

41

korupsi yang merupakan peninggalan kebiasaan kolonial Belanda. Hal

inilah yang menyebabkan dibangunnya LAPAS khusus korupsi. Akan

tetapi semakin lama tindak pidana semakin meningkat jadi LAPAS Klas I

Tangerang tidak lagi menjadi LAPAS khusus korupsi.

Pada perkembangannya, tahun 2008 terjadi lonjakan kasus narkoba

sehingga presentase LAPAS didominasi kasus narkoba sebanyak 60% dan

sisanya 40% kasus kriminal umum. Kapasitas daya tamping Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang hanya sebanyak 600 orang, namun pada

bulan Desember 2012 isi LAPAS melebihi kapsitasnya yakni sebanyak

1479 (Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016).

Saat ini kondisi bangunan secara umum dalam keadaan baik,

kapasitas hunian tetap sejumlah 600 orang. Akan tetapi saat ini kisaran

penghuni LAPAS mencapai kisaran 1350 orang. Jumlah petugas LAPAS

sebanyak 169 orang, terdiri dari 17 orang Pejabat Struktural, 93 orang

Anggota Pengamanan, dan selebihnya Staff pada 5 Bidang Kerja.

a. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Visi:

Menjadi Lembaga yang Akuntable, Transparan, dan Profesional dengan

didukung oleh petugas yang memiliki kompetensi tinggi yang mampu

mewujudkan tertib Pemasyarakatan.

Misi:

Page 55: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

42

1) Mewujudkan tertib pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

pemasyarakatan secara konsisten dengan mengedepankan terhadap

hukum dan hak asasi manusia.

2) Membangun kelembagaan yang professional dengan berlandaskan

pada akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi Pemasyarakatan.

3) Mengembangkan potensi dan kompetensi sumber daya petugas secara

konsisten dan berkesinambungan.

4) Mengembangkan kerjasama dengan mengoptimalkan stakeholder.

b. Etos Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

1) Bekerja Tulus Penuh Syukur Karena Kerja Adalah Rahmat

2) Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab Karena Kerja Adalah Amanat

3) Bekerja Tuntas Penuh Integritas Karena Kerja Adalah Panggilan

4) Bekerja Keras Penuh Semangat Karena Kerja Adalah Aktualisasi Diri

5) Bekerja Serius Penuh Kecintaan Karena Kerja Adalah Ibadah

6) Bekerja Cerdas Penuh Kreatifitas Karena Kerja Adalah Seni

7) Bekerja Tekun Penuh Keunggulan Karena Kerja Adalah Kehormatan

8) Bekerja Adalah Pelayanan Maka Bekerjalah Dengan Penuh

Kerendahan Hati

A.2. Kondisi Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang diperlengkapi dengan

peralatan yang modern dan merpakan prototype bangunan Lembaga

Pemasyarakatan di Indonesia. Adapun kondisi bangunan Lembaga

Page 56: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

43

Pemasyarakatan Klas I Tangerang yang terdiri dari sarana dan prasarana

yang ada yaitu:

a. Portier

b. Kantor

c. Ruang Kunjungan

d. Blok Hunian

e. Vihara

f. Klinik

g. Menara

h. Kegiatan Kerja

i. Masjid

j. Lapangan Voli

k. Lapangan Futsal

l. Gereja

m. Lapangan Sepakbola

n. Blok G / Mahameru

o. Pos Pengawas

Page 57: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

44

Gambar II.A.2 Denah Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang dilengkapi dengan alat

pengamanan elektronik antara lain:

- Alat deteksi / pengaman di sekeliling tembok.

- Kamera Pengawas di setiap ruangan narapidana dengan dimonitor

langsung dari menara pengawas melalui televisi.

- Metal detector / alat pendeteksi logam, yang dipergunakan untuk

penggeledahan narapidana yang baru masuk atau pengunjung/keluarga

Page 58: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

45

narapidana, guna mencegah masuknya barang-barang berbahaya

seperti pisau, senjata api, dan semacamnya

A.3. Kegiatan dan Program Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang

Program yang dijalankan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang dikenal dengan Kegiatan Pembinaan, kegiatan ini dikhususkan

kepada para narapidana, yang bertujuan agar narapidana setelah

mengabiskan masa tahanan dan keluar dari LAPAS dapat membawa bekal,

baik itu berupa skill atau kepribadian yang baik, dan dapat diterima

kembali di lingkungan masyarakat. Kegiatan Pembinaan ini dibagi

menjadi dua bagian, yaitu; Pembinaan Kepribadian dan Pembinaan

Kemandirian.

a. Program Pembinaan Kepribadian Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Pembinaan Kepribadian dapat diartikan sebagai pembinaan yang

dikhususkan ke dalam segi kepribadian, perbaikan moral, sikap, dan

perilaku narapidana. Pembinaan ini bertujuan menyadarkan narapidana

akan perbuatannya, melatih kepribadian narapidana agar lebih baik, dan

mendorong narapidana agar selalu sadar dan taat hukum. Terdapat

beberapa kegiatan dalam Pembinaan Kepribadian, yaitu:

1) Ibadah Umat Muslim Harian

2) Pelatihan Santri

Page 59: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

46

3) Ibadah Umat Kristen Harian

4) Ibadah Umat Budha Harian

5) Marawis Santri Attawabin

6) Lapasta Band

7) Sekolah Kejar Paket A/B/C

8) Penyuluhan Hukum

9) Pertandingan Volley

10) Futsal

11) Pramuka Gugus Depan 01243

b. Program Pembinaan Kemandirian Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Pembinaan Kemandirian, adalah pembinaan yang dimaksudkan

untuk melatih skill dan keterampilan narapidana, dengan tujuan agar

setelah mengabiskan masa tahanan, narapidana dapat membawa bekal

pelatihan yang berguna untuk menjalani kehidupan khususnya di dunia

kerja. Pembinaan Kemandirian ini dijalankan kedalam beberapa program

kegiatan, yaitu:

1) Budidaya Tanaman Hias

2) Budidaya Ikan

3) Budidaya Sayur Mayur

4) Lapasta Motor

5) Lapasta Bakery

6) Lapasta Berkebun

Page 60: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

47

7) Lapas Tailor

8) Bengkel Perkayuan

9) Sablon Baju

10) Barbershop

11) Bengkel Pengelasan

12) Bengkel Elektronik

B. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Adapun struktur organisasi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang sebagai berikut:

Tabel II.B.2 STRUKTUR OTGANISASI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I TANGERANG

Page 61: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

48

Struktur organisasi yang ada memungkinkan petugas untuk dapat

melaksanakan tugas dan fungsinya yang ada sesuai dengan jabatan yang

dipercayakan kepadanya. Adapun uraian tugas pada Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang adalah sebagai berikut:

a. K.A. LAPAS

1) Mengkoordinasi tugas bidang pembinaan kegiatan kerja,

administrasi keamanan dan tata tertib serta pengelolaan tata usaha

LAPAS.

2) Menilai dan mengesahkan penilaian pekerjaan pejabat dan pegawai

bawahan LAPAS.

3) Melaksanakan pembinaan pegawai LAPAS.

4) Mengkordinasi pembuatan dan penyusunan laporan LAPAS.

b. Sub Bagian Tata Usaha

1) Bertugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga LAPAS.

2) Melakukan urusan kepegawaian.

3) Melakukan urusan surat-menyurat, dan perlengkapan

c. Seksi Bimbingan Narapidana

1) Melakukan registrasi dan membuat statistik serta dokumentasi

sidik jari narpidana.

2) Memberikan bimbingan pemasyarakatan, mengurus kesehatan, dan

memberikan perawatan bagi narapidana.

Page 62: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

49

d. Sub Seksi Registrasi

Bertugas melakukan pencatatan dan membuat statistik serta

dokumentasi sidik jari narapidana.

e. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan

pembagian tugas pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan

berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

f. Sub Seksi Keamanan

Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan, dan

pembagian tugas pengamanan

g. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)

Memiliki tugas dalam menjaga keamanan dan ketertiban LAPAS,

berikut adalah fungsinya:

1) Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap narapidana.

2) Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban

3) Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan, dan

pengeluaran narapidana.

4) Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan

pengamanan.

Page 63: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

50

C. Gambaran Umum Narpidana Penghuni Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang

Narapidana yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang merupakan narapidana laki-laki yang berusia di atas 22 tahun.

Terdapat banyak golongan narapidana sesuai dengan lamanya hukuman

(Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016). Penjelasan mengenai

golongan narapidana berdasarkan masa hukuman tersebut dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel II.C.3 Golongan Narapidana Berdasarkan Masa Hukuman

No. Golongan Keterangan

1 B.I Narapidana dengan putusan hukuman pidana lebih

dari satu tahun.

2 B.II.a Narapidana dengan putusan hukuman pidana tiga

bulan sampai dengan satu tahun.

3 B.II.b Narapidana dengan putusan hukuman pidana satu

hari sampai dengan tiga bulan.

4 B.III Narapidana yang sedang menjalani subside.

5 SH Narapidana dengan putusan seumur hidup.

6 HM Narapidana dengan putusan hukuman mati.

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Page 64: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

51

Selain narapidana terdapat juga tahanan, tahanan terbagi ke dalam

lima golongan, berikut adalah tabel golongan tahanan (Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016):

Tabel II.C.4 Golongan Tahanan Berdasarkan Masa Hukuman

No. Golongan Keterangan

1 A.I Tahanan Kepolisian

2 A.II Tahanan Kejaksaan

4 A.III Tahanan Pengadilan Negeri

5 A.IV Tahanan Pengadilan Tinggi

6 A.V Tahanan Mahkamah Agung

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Berikut adalah tabel data jumlah keseluruhan narapidana penghuni

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang berikut dengan jenis

kejahatan dan pasal yang menjeratnya:

Page 65: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

52

Tabel II.C.5 Data Keseluruhan Narapidana Penghuni Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

NO. JENIS

KEJAHATAN

PASAL/

KUHP

TAHANAN NARAPIDANA JUMLAH

KESELURUHAN A.III A.IV HM SH B.I B.IIIs

1 Thd Ketertiban 154-181 - - - - 30 - 30

2 Mata Uang 244-251 - - - - 1 1 2

3 Memalsu

Materai/Surat 253-275 - - - - 1 - 1

4 Kesusilaan 281-297 - - - - 4 - 4

5 Pembunuhan 338-350 - - 4 8 89 - 101

6 Penganiayaan 351-356 - - - - 2 - 2

7 Pencurian 362-364 - - - - 12 - 12

8 Perampokan 365 - - - 2 29 - 31

9 Pemerasan 368-369 - - - - 1 - 1

10 Penggelapan 372-375 - - - - 4 - 4

11 Penipuan 378-395 - - - - 3 - 3

12 Psikotropika UU

No.5/97 - - 2 - 3 2 7

13 Narkotika UU

No.22/97 - - - 2 8 - 10

14 Narkotika UU

No.35/09 1 - 2 14 967 6 990

15 Korupsi UU

No.20/01 - - - - 19 1 20

16 Perlindungan

Anak

UU

No.23/02 - - - - 118 2 120

17 Teroris UU

No.15/03 - - - - 9 - 9

18 Trafficking UU

No.15/02 - - - - 5 - 5

19 Lain-lain - - - - 16 - 16

JUMLAH 1 - 8 26 1.321 12 1.368

Page 66: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

53

Tabel II.C.6 Jumlah keseluruhan narapidana dilihat dari tingkatan

Pendidikan

Pendidikan

Buta Huruf 83

SD 311

SMP 355

SMA 540

Perguruan Tinggi 79

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Keterangan:

Narapidana yang mengalami buta huruf berjumlah 83 orang. Narapidana

dengan tingkat pendidikan setingkat SD berjumlah 311 orang. Narapidana

dengan tingkat pendidikan setingkat SMP berjumlah 355 orang.

Narapidana dengan tingkat pendidikan setingkat SMA berjumlah 540

orang, dan narapidana dengan tingkat pendidikan setingkat Perguruan

Tinggi berjumlah 79 orang.

Page 67: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

54

Tabel II.C.7 Jumlah keseluruhan narapidana dilihat dari agama yang dianut

Agama

Islam 1.159

Kristen 132

Budha 66

Hindu 5

Lain-lain 6

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Keterangan:

Narapidana yang memeluk Agama Islam berjumlah 1.159 orang.

Narapidana yang memeluk Agama Kristen berjumlah 132 orang.

Narapidana yang memeluk Agama Budha berjumlah 66 orang. Narapidana

yang memeluk Agama Hindu berjumlah 5 orang, dan narapidana yang

memeluk agama selain yang disebutkan berjumlah 6 orang.

Tabel II.C.8 Daftar Narapidana dengan Kasus Khusus

Daftar Kasus Khusus

Teroris 9

Korpsi 20

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Keterangan:

Teroris dan Korupsi digolongkan ke dalam kasus khusus karena

merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Di Lembaga

Page 68: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

55

Pemasyarakatan Klas I Tangerang narapidana dengan kasus teroris

berjumlah 9 orang, dan kasus korupsi berjumlah 20 orang.

Tabel II.C.9 Klasifikasi Narapidana Kasus Narkotika

Pengedar 613

Pemakai 394

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Keterangan:

Narapidana kasus narkotika digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu

sebagai pengedar dan pemakai. Narapidana kasus narkotika sebagai

pengedar berjumlah 613 orang, dan sebagai pemekai berjumlah 394 orang.

Tabel II.C.10 Jumlah Narapidana berdasarkan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan

Warga Negara Indonesia (WNI) 1.275

Warga Negara Asing (WNA) 93

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 2016

Keterangan:

Jumlah akhir narapidana ditambah dua orang narapidana titipan dari

Kejaksaan Negeri Tangerang. Jumlah akhir isi Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang yang diketahui adalah sebanyak 1.370 orang.

Page 69: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

56

D. Gambaran Umum Informan

Informan dalam penelitian ini adalah Narapidana dan Petugas

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang. Informan ini dipilih karena

dapat memberikan keterangan yang jelas dan data yang akurat mengenai

Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan yang ada di Lembaga

Pemasyarakata, khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang.

Adapun gambaran umum informan sebagai berikut.

Tabel II.D.11 Gambaran Umum Informan Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang

No. Nama Kasus Vonis Status

1. WK Perampokan 10 Th Narapidana

2. HU Pencurian 2 Th 6 Bln Narapidana

3. ABA Perampokan 20 Th Narapidana (Residivis)

4. MR Perampokan 12 Th Narapidana

5. WE Perampokan 10 Th Narapidana

6. SO Narkotika 12 Th Narapidana (Residivis)

7. AF Korupsi 6 Th Narapidana

8. DU Korupsi 6 Th Narapidana

9. AR Pencurian 2 Th 6 Bln Narapidana

10. DJ Perampokan 5 Th Narapidana

11. NS Perampokan 9 Th Narapidana

12. Hamzah

Laptur - -

Kepala Bagian Umum

Lembaga

Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Sumber: Hasil pengolahan data dari wawancara pribadi dengan informan, 2017.

Page 70: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

57

BAB III

PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KLAS I TANGERANG

A. Pola dan Bentuk Prisonisasi Narpidana di Lembaga Pemasyarakatan

Klas I Tangerang

Pola dan Bentuk Prisonisasi merupakan suatu kerangka analitis untuk

menjawab dan menjelaskan bagaimana berjalannya proses Prisonisasi, dan

mengetahui apa saja output yang dihasilkan dari proses tersebut. Di bawah ini

merupakan suatu kerangka yang menggambarkan posisi dan peran dari Pola

dan Bentuk Prisonisasi.

Gambar III.A.3 Pola dan Bentuk Prisonisasi35

35

Gambar diolah penulis.

Page 71: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

58

Pola Prisonisasi akan dijelaskan dalam 2 (dua) aspek, yaitu Pola Linier

dan Pola Siklus. Kedua aspek tersebut menjelaskan proses berjalannya

Prisonisasi. Kemudian selanjutnya akan dijelaskan Bentuk Prisonisasi yang

akan diuraikan kedalam 2 (dua) bagian, yaitu Bentuk Positif dan Bentuk

Negatif. Keduanya akan memaparkan analisis tentang apa saja output yang

dihasilkan dari proses Prisonisasi.

A.1. Pola Prisonisasi Narpidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Pola yang dimaksudkan adalah sebuah sistem atau suatu proses, pola

yang menggambarkan bentuk dan jalannya proses prisonisasi di dalam penjara

khususnya di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Klas I Tangerang. Pola atau

proses prisonisasi merupakan suatu rumusan yang dibuat untuk mendeteksi

bagaimana proses jalannya interaksi dan sosialisasi narapidana, serta gejala

apa saja yang diterima narapidanai ketika memasuki penjara. Pola tersebut

digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu Pola Linier dan Pola Siklus. Dari

kedua pola tersebut yang pada akhirnya akan menghasilkan bentuk-bentuk

prisonisasi yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. Di bawah ini akan

diuraikan bagaimana pola prisonisasi berjalan, dengan dibantu oleh kerangka

atau skema yang dibuat guna memudahkan pembaca memahami pola

prisonisasi tersebut.

Page 72: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

59

Gambar III.A.4 Pola Linier dan Pola Siklus Prisonisasi36

Pola Linier menggambarkan proses prisonisasi yang berjalan

“lurus/searah”, yaitu proses prisonisasi yang berjalan sesuai dengan kehendak

dan tujuan dari Lembaga Pemasyarakatan. Pola Linier ditandai dengan

munculnya proses imitasi positif dari narapidana, yaitu proses peniruan

terhadap hal-hal positif dari narapidana. Pola tersebut mengindikasikan proses

pisonisasi mengarah pada hal positif, yaitu bahwa narapidana memiliki

orientasi yang lebih untuk berbuat baik, menyesali perbuatannya, dan

berusaha untuk menjadi masyarakat yang baik dan taat hukum.

Pola Linier ini secara bersamaan menggambarkan keberhasilan dari

pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan. Pola yang

dimaksudkan adalah bagaimana seorang narapidana mengalami suatu proses

sosialisasi sempurna di dalam LAPAS, hal tersebut dapat dicontohkan dengan

orientasi pemikiran narapidana yang mengarah pada kebaikan dan menyesali

36

Gambar diolah penulis.

Narapidana

Prisonisasi

Siklus

LAPAS

Linier

Pembinaan

LAPAS

Masyarakat

Page 73: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

60

perbuatannya. Dalam wawancara pribadi, narapidana berinisial MR

mengungkapkan:

“Jujur dek saya menderita selama berada di sini (LAPAS), saya

menderita bukan karena saya dipukulin atau diperlakukan nggak

baik, tapi karena saya nggak betah di sini. Saya sengaja masuk

blok pesantren biar selama saya saya di sini ibadah tetep jalan. Dan

Alhamdulillah selama saya di sini pembinaan di LAPAS ini bagus,

ngaji jalan, semuanya jalan. Selama saja di sini ga ada niat macem-

macem dek, coba ikhlas aja, mudah-mudahan ini jalan biar saya

jadi lebih baik.”37

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa MR merasakan

dampak positif yang ia dapat dari penghukumannya di penjara, yang

didapatkan dari berjalannya program pembinaan pesantren di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang. Pola Linier ini menunjukkan peran

program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan berjalan baik dengan menuai

hasil dalam mencetak narapidana yang baik dan menyesali perbuatannya. Hal

tersebut juga sejalan dengan keterangan dari Hamzah Laptur selaku Kepala

Bidang Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, sebagai berikut:

“Pembinaan sejatinya dibuat untuk dapat merubah pola pikir

narpidana menjadi lebih baik. Maka dari itu adanya pembinaan

kepribadian dan kemandirian. Kepribadian tujuannya untuk

merehabilitasi kepribadian narapidana, dan kemandirian yang

tujuannya untuk mengasah keahlian tertentu khususnya di bidang

pekerjaan. Sejauh ini program pembinaan terbilang sukses, dengan

ukuran yang menunjukkan kegiatan pembinaan berjalan dengan

partisipasi yang tinggi dari para narapidana dan kondusifnya

LAPAS. Itu tergantung dari pribadi masing-masing, karena

37

Wawancara pribadi dengan MR, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang, 20 Desember 2016.

Page 74: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

61

beberapa kasus ada yang melawan, banyak juga yang patuh.

Menurut saya itu wajar saja.”38

Pola yang Kedua adalah Pola Siklus. Pola ini merupakan suatu

ilustrasi yang dapat menjelaskan suatu proses prisonisasi yang berjalan secara

berulang. Siklus yang dimaksudkan adalah suatu pola atau sistem yang

berulang dengan menjelaskan proses prisonisasi yang lebih mengarah pada hal

negatif. Pola Siklus ini menggambarkan lahirnya Narapidana Residivis, yaitu

narapidana yang menjalani kehidupan penjara untuk kedua kalinya bahkan

lebih. Penekanannya terdapat pada hasil yang bertolak belakang dari tujuan

sebenarnya pada Program Pembinaan Pemasyarakatan, yang pada akhirnya

yakni mencetak narapidana residivis.

Berikut adalah wawancara pribadi dengan seorang narapidana residivis

dengan nama inisial, ABA. Ia menjelaskan pengulangan kejahatan yang

dilakukannya disebabkan oleh lingkungan dan sebabnya melakukan

perulangan pidana, serta pengalamannya saat dipenjara. Dalam wawancara

pribadi ia menjelaskan sebagai berikut:

“Menurut saya, atuh kalo ditanya sebabnya apa aja, saya pikir lebih

karena ekonomi. Nah tapi kalo saya pribadi kenapa sampe

dipenjara dua kali ya karena pergaulan. Saya dulu waktu di

RUTAN Pandeglang, saya ngerasanya mah lingkungan di sana ya

makin parah, bukannya buat saya jadi baik malah tambah stress,

apalagi pergaulan di sana termasuk yang keras, ya kalo gak kuat-

kuat ya habis lah di sana, tadinya gak kenal obat-obatan (narkoba)

sekarang mah jadi ga asing lagi. Untungnya saya cuma sebentar

ditahan di sana, gak sampe setahun lah. Nah, udah saya keluar,

saya ketemu lagi sama temen-temen lama, biasa lah ngopi-ngopi

ngobrol, yaudah akhirnya kumat lagi, mabok lah, judi jalan lagi.

38

Hamzah Laptur, Kepala Bidang Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 10

Februari 2017).

Page 75: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

62

Menurut saya mah sama aja lah kehidupan di penjara sama

pergaulan saya di luar sana yang brengsek-brengsek. Tapi kalo

untuk di LAPAS ini (LAPAS Klas 1 Tangerang) ada lah

pengecualian mah, beda soalnya saya ngerasa, bagus disini mah

ngebina nya, bukannya saya bae-baein ya tapi emang bener.”39

Dari pengalaman yang disampaikan oleh narapidana residivis tersebut,

diperoleh keterangan yang sejalan dengan apa yang dirumuskan oleh E.

Sutherland (1947) “Criminal behavior is learned. Criminal behavior is

learned in interaction with other persons in a process of communication”.40

Bahwa perilaku kriminal dipelajari dan perilaku kriminal dipelajari melalui

proses komunikasi. ABA menjelaskan bahwa selama ia masuk dan mengenal

lingkungan penjara, ia mulai mengenal lebih luas tentang apa yang belum ia

ketahui tentang dunia kriminal.

Pola ini memiliki beberapa tahapan dan proses, yaitu proses adaptasi,

adalah proses penyesuaian diri narapidana dengan lingkungan dan kultur yang

ada. Kemudian dilanjutkan dengan proses sosialisasi, adalah internalisasi, dan

pada tahap yang lebih mengkhawatirkan adalah proses difusi. Pada tahap akhir

ini, proses prisonisasi akan menyebar dan meluas dalam bentuk negatif kepada

narapidana lainnya. Proses penyebaran ini dapat menumbuhkan “iklim”

kriminal di dalam LAPAS. Hal tersebut dapat menghambat keberhasilan

program pembinaan pemasyarakatan.

39

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016. 40

Edwin Sutherland, Principles of Criminology (Chicago: J.B. Lippincott Co, 1947).

Hal. 87

Page 76: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

63

Gambar III.A.5 Skema Output Pola Prisonisasi41

Pada skema di atas, menjelaskan bentuk prisonisasi yang merupakan

hasil output dari pola prisonisasi yang terjadi. Ketika di dalam lingkup penjara

terjadi pola prisonisasi secara linier, yang ditandai dengan terbentuknya proses

imitasi nilai positif, dan pada akhirnya menghasilkan bentuk-bentuk positif

prisonisasi. Sedangkan ketika proses prisonisasi terjadi dalam pola siklus,

yang ditandai dengan terbentuknya proses belajar kejahatan, maka kemudian

akan menghasilkan prisonisasi dalam bentuk negatif.

41

Gambar diolah penulis.

POLA

SIKLUS

BENTUK

POSITIF

POLA

LINIER

BENTUK

NEGATIF

IMITASI NILAI

POSITIF Dan

AJAKAN

KEBAIKAN

IMITASI NILAI

NEGATIF

Dan

PEMBELAJARAN

KEJAHATAN

PRISONISASI

MASYARAKAT

NARAPIDANA

RESIDIVIS /

RESIDIVISME

Learning

Theory Imitation

Theory

Page 77: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

64

A.2. Bentuk Prisonisasi Narpidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Bentuk Prisonisasi ini menggambarkan suatu hasil yang diperoleh dari

Pola atau Proses Prisonisasi yang berjalan di dalam LAPAS. Bentuk dari

prisonisasi ini dapat bersifat manifest atau latent, yakni dapat bersifat manifest

ketika bentuk prisonisasi terlihat nyata fisiknya, seperti skill atau kemampuan

yang didapatkan. Dapat dicontohkan dengan skill bermusik, pangkas rambut,

servis motor, budidaya tanaman, dan sebagainya.

“... yang saya rasain selama ini sih di LAPAS Klas I Tangerang

saya jadi lebih baik bang, manfaatnya banyak, apalagi saya

senengnya aktif di kegiatan, khususnya musik, ya sekalian latihan

aja. Semua program juga kalo bisa dijalanin, biar banyak lagi yang

bisa saya ikutin, khususnya pembinaan kemandirian. Berguna bang

soalnya buat nanti saya keluar, nambah keahlian, biar bisa buka

usaha nantinya.”42

Disambung dengan pernyataan SO, sebagai berikut:

“Ya banyak kalo pengaruh positifnya mah, kaya di disini kan

banyak tuh pelatihan-pelatihan. Bagus banget buat anak-anak di

sini, kaya pelatihan montir, budidaya taneman. Kalo saya

tertariknya nyukur, lumayan buat nanti bisa buka usaha pas keluar,

mantep kan. Duit mulu itu usaha cukur rambut.”43

Kemudian bentuk prisonisasi dapat bersifat latent dengan menunjuk

pada faktor diri atau jiwa (behavior). Hal ini ditunjukkan dengan perubahan

mental, sifat atau perilaku narapidana, dapat dicontohkan dari pernyataan yang

diungkapkan oleh WK, SO, dan AR, adalah sebagai berikut:

42

Wawancara Pribadi dengan WK, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016. 43

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017.

Page 78: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

65

“Kalo saya pribadi sih ngerasanya ya jauh lebih baik, dulu saya

orangnya tempramen banget, nah sekarang saya ngerasanya

lumayan berkurang emosinya. Yang tadi saya bilang bang, yang

tadinya saya tempramen jadi berkurang emosinya. Udah bagus lah

kalo di sini, dibanding LAPAS lain yang saya tau.”44

Hal serupa diungkapkan oleh SO sebagai berikut:

“Saya selama di sini karena sering ikut pengajian gitu ya ngerasa

lebih baik aja, gak ada niat-niat mau berulah lagi, kapok lah.

Kasian anak-bini, ngasih nafkah nggak malah bikin susah.”45

Hal serupa diungkapkan oleh AR sebagai berikut:

“Jujur bang, saya masuk penjara ini stress bukan main, hampir gila

saya, bukan karna apa-apa, saya ngerasa Allah udah ngehukum

saya di dunia. Batin saya gak kuat bang lama-lama di sini. Tp

alhamdulillahnya di sini pengajian-pengajian jalan, yaudah lah

saya mikirnya ma di sini tempat saya tobat juga jadi lebih baik.”46

a. Bentuk Positif Prisonisasi Narpidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Bentuk positif ini ditandai dengan munculnya proses imitasi dari

narapidana. Imitasi yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang berdasarkan dari beberapa keterangan informan lebih bersifat

positif, yaitu ketika narapidana mengikuti sifat atau kebiasaan narapidana lain

yang mengarah pada hal-hal positif. Narapidana tersebut dapat menjadi contoh

44

Wawancara Pribadi dengan WK, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016. 45

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017. 46

Wawancara Pribadi dengan AR, Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Tangerang, 22

Desember 2016.

Page 79: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

66

atau teladan bagi narapidana lainnya. Hal ini diungkapkan oleh ABA dan WE,

sebagai berikut:

“...mungkin karena saya di Blok Pesantren, saya jadi kebiasa

ngajalanin solat, ngaji. Pengaruh banget dah bang lingkungan mah,

saya juga di pesantren karena ngikutin kebiasaan yang laen jadi ya

saya otomatis nyontoh yang lain juga.”47

Disambung dengan pernyataan dari WE:

“Pergaulan di sini ya bagus-bagus aja bang, ngobrol ya sama aja

sih, biasa. Saya di sini termasuk yang pemilih kalo untuk hal

bertemen. Saya lebih seringnya ngobrol sama anak-anak pesantren

(Blok Pesantren), sering ikut pengajian juga.”48

Bentuk ini melihat prisonisasi dari keberhasilan program pembinaan

yang dilaksanakan oleh pihak Lembaga Permasyarakatan (LAPAS).

Keberhasilan pembinaan LAPAS dapat melahirkan narapidana yang sadar

hukum, berperilaku baik, dan menyesali perbuatannya. Dengan begitu, maka

dapat membantu menciptakan suasana yang kondusif di dalam penjara.

Keberhasilan program pembinaan juga dapat menciptakan interaksi dan

komunikasi yang baik antar narapidana, terlebih jika pembinaan yang

dilakukan dapat terinternalisasi dengan baik ke dalam diri narapidana. Hal

tersebut jelas diutarakan oleh DU:

“Di LAPAS ini sih bagus dek, gatau yak kalo di LAPAS lain. Saya

ngobrol ya biasa sama yang lain, sama lah kaya ke temen sendiri

kaya di luar, enjoy aja. Soalnya kalo di sini dibawa pikiran juga

stress sendiri. Hampir ga pernah kan denger berita LAPAS ini

rusuh? Itu ya karena pembinaan di sini bagus, makanya sampe

sekarang LAPAS ini kondusif, kegiatan jalan, sama yang paling

47

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 22 Desember 2016. 48

Wawancara Pribadi dengan WE, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 20 Desember 2016.

Page 80: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

67

penting sih di sini pengamanannya ekstra, ketat lah. Jadi kalo ada

yang berani macem-macem langsung dipindahin ke sel (sel

isolasi). Di sini juga saya liatnya napi jarang ada yang macem-

macem, mungkin karena inget umur juga kali pada mau bener, mau

cepet keluar juga ketemu keluarga.”49

Hal serupa diungkapkan oleh WK, sebagai berikut:

“Bagus ko bang, selama saya di sini ya, saya lebih betah aja bang,

maksudnya kalo di sini tuh saya ngerasanya ya kaya temen aja

kaya keluarga aja, jadi kalo soal yang macem-macem udah sedikit,

ada aja sih, tp karena di sini LAPAS nya ketat jadi kalo ada yang

macem-macem langsung dipindahin ke sel (diisolir). Makanya saya

ngerasanya ya lebih tertib aja.”50

Ditambah pernyataan oleh HU, sebagai berikut:

“Kalo di sini sih beda ya bang sama LAPAS lainnya yang saya

pernah masuk, LAPAS Cipinang. Kalo di sini sih perlakuan napi

nya gak yang gimana-gimana, soalnya di sini penjagaannya ketat.

Kalo di LAPAS lain, kaya di Cipinang sih kalo napi yang baru

masuk ya “dikerjain” dulu, disuruh-suruh, kalo dia gak mau ya

rame-rame dipukulin. Tapi kalo di sini ga ada kaya begitu, ada

yang mukul aja bisa dilaporin ke petugas, hukumannya ketat.”51

Penyerapan nilai dan kultur di dalam penjara dapat dikategorikan

dalam bentuk positif, yaitu proses imitasi dan internalisasi nilai. Hal tersebut

dapat dialami narapidana ketika interaksi dan pergaulan antar narapidana

cenderung mengarah pada hal positif, mengajak pada kebaikan, atau bahkan

dapat menumbuhkan efek jera kepada narapidana. Imitasi dan Internalisasi

Nilai Positif yang dialami oleh narapidana telah diungkapkan oleh AF dan

WE, berikut kutipan wawancara dengan mereka:

49

Wawancara Pribadi dengan DU, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang, 23 Januari 2017. 50

Wawancara Pribadi dengan WK, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016. 51

Wawancara Pribadi dengan HU, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 81: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

68

“... yang saya liat selama di sini, hampir ga ada lah yang misalnya

niat macem-macem. Yang ada malah di sini banyak yang mau pada

tobat. Dengan model LAPAS yang pembinaannya bagus gini aja

kita udah pada puyeng, kapok lah. Ya gimana ngga, dasarnya aja

kemerdekaan kita, kebebasan kita udah dicabut, stress kita. Gak

ada orang yang kuat kaya gitu, preman sekalipun. Bagusnya di sini,

bukan cuma diperketat semuanya, tapi juga pembinaan jalan

semua, itu sih yang bisa bikin napi tobat. Nah biasanya kalo udah

begitu biasanya nyebar dah, jadi pada ngikut, biasanya nyebarnya

lewat ngobrol-ngobrol biasa.”52

Ditambah pernyataan yang diungkapkan oleh WE sebagai berikut:

“Pergaulan di sini saya ngerasanya beda sih sama LAPAS lainnya,

kaya di LAPAS Pandeglang disana mah pergaulannya juga masih

keras. Kalo di sini sama aja gak ada bedanya sama lingkungan di

luar. Yang saya liat napi di sini ibadah lumayan pada getol, tau

bener-bener apa cuma cari muka ke petugas dah, haha. Tapi saya

rasa sih bener lah.”53

Bentuk Positif Prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang mengalami proses difusi (penyebaran) yang cukup signifikan

dibandingkan dengan Bentuk Negatif Prisonisasi. Hal tersebut terjadi karena

berjalannya program pembinaan agama dengan baik, dan Blok Pesantren yang

memiliki peran penting terhadap penyebaran nilai-nilai positif terhadap

narapidana. MR mengungkapkan sebagai berikut:

“... iya dek, di sini saya masuk ke Blok Pesantren. Di sini termasuk

yang bagus pembinaan agamanya, banyak di sini yang lebih milih

pindah ke Blok Pesantren, ikut pengajian. Kebanyakan di sini kan

yang udah pada tua semua, jadi ya paling karena itu, atau karena

tau dan ngeliat temen-temennya yang di pesantren baik-baik. Saya

52

Wawancara Pribadi dengan AF, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 23 Januari 2017. 53

Wawancara Pribadi dengan WE, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 20 Desember 2016.

Page 82: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

69

juga karena bisa dibilang paling tua di sini ya lebih disegenin dan

saya juga sering ngasih nasehat ke mereka, Alhamdulillah.”54

Hal serupa diiungkapkan oleh ABA, sebagai berikut:

“Saya di sini masuk Blok Pesantren. Kerjaan saya tiap hari ya sama

aja kaya pesantren umum, ngaji, denger ceramah, perdalem ilmu

agama lah intinya. Awalnya di blok biasa, tapi karena mau tobat

yaudah tertarik, minta dipindah ke pesantren. Banyak lah

perubahan dari situ.”55

Hal yang diungkapkan oleh keduanya menggambarkan peran positif

Blok Pesantren dan Pembinaan Agama terhadap narapidana. Peran positif

yang dimaksudkan adalah lebih bersifat kejiwaan (behavior). Dari pemaparan

di atas dengan mengutip beberapa keterangan yang didapat dari informan

terkait, dapat dirumuskan bahwa bentuk positif prisonisasi diantaranya adalah;

(1) Tumbuhnya minat dan motivasi narapidana dalam mengikuti kegiatan

pembinaan LAPAS. (2) Perubahan perilaku dan emosi menjadi lebih baik. (3)

Meningkatnya kesadaran beribadah.

b. Bentuk Negatif Prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang.

Bentuk yang kedua ini adalah Prisonisasi dalam Bentuk Negatif.

Bentuk Negatif Prisonisasi merupakan identifikasi yang didapatkan dari hasil

temuan literatur ilmiah dan wawancara pribadi dengan informan terkait.

Didapatkan bahwa Prisonisasi dalam Bentuk Negatif tersebut dapat dilihat

dari interaksi antar narapidana yang cenderung mengarah pada hal negatif, dan

54

Wawancara Pribadi dengan MR, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 20 Desember 2016. 55

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 83: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

70

yang pada akhirnya dapat mendorong narapidana tersebut untuk tidak

menyesali perbuatnnya bahkan berniat kembali melakukan tindakan melawan

hukum tersebut. Narapidana kasus perampokan dan narkotika diambil sebagai

informan utama karena dalam pembahasan ini berkaitan dengan Bentuk

Negatif Prisonisasi yang tadi disebutkan.

Interaksi negatif yang terjalin antar narapidana memungkinkan

lahirnya narapidana residivis. Hal tersebut dibenarkan oleh narapidana

berinisial ABA (64 tahun), seorang narapidana residivis. Ia membenarkan

bahwa di dalam penjara, termasuk di LAPAS Klas I Tangerang sering kali

terjadi interaksi yang mengarah pada hal negatif, komunikasi yang membahas

hal-hal terkait kriminalitas. Interaksi dan komunikasi tersebut biasanya terjadi

dalam bentuk cerita, mereka menceritakan pengalaman mereka melakukan

kejahatan, melalui obrolan santai, dan semacamnya. Dalam wawancara

pribadi dengan ABA, ia mengatakan “iya, kalo di sini sih pasti ada aja temen-

temen yang kalo ngobrol ya ngobrolin yang ke arah sana (kriminal). Selama

pengalaman saya di penjara juga obrolan “begitu” ya pasti ada gausah heran.

Ya gimana kita bergaulnya sama yang begitu semua.”56

Dari pernyataannya tersebut didapatkan bahwa di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang terdapat prisonisasi dalam bentuk negatif.

Bentuk prisonisasi tersebut dapat melahirkan narapidana residivis, namun

lahirnya naripidana residivis lebih didorong oleh faktor lingkungan pergaulan

56

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 84: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

71

luar setelah keluar dari LAPAS. Kesimpulan tersebut didapat dari pernyataan

ABA, yang mengatakan bahwa:

“Kalo saya sih ya sebenernya ngelakuin ini (kejahatan) karna

emang dari pergaulan, dari ajakan temen-temen. Jadi pas waktu di

penjara bergaul sama orang-orang yang gak bener juga, ditambah

pas keluar bergaul lagi sama temen yang sama. Awalnya sih saya

pas baru banget keluar LAPAS, menyendiri dulu di rumah, tapi

lama kelamaan bergaul lagi sama lingkungan saya yang gak

bener.”57

Ditambah dengan pernyataan dari WK sebagai berikut:

“Awal saya masuk udah nggak begitu asing soal LAPAS, karena

sebelumnya saya pernah masuk RUTAN, RUTAN Salemba. Yang

saya rasain di sini ya beda bang, waktu saya pertama kali masuk

lingkungan penjara di RUTAN, pengalaman saya sih ya biasa

“disekolahin” dulu, “dikacungin” dulu lah disuruh-suruh. Tapi dulu

karena saya berontak dan malah balik ajak berantem, mereka jutru

hormatin saya. Kalo saya pribadi sih ngerasanya ya jauh lebih baik,

dulu saya orangnya tempramen banget apalagi pas pengalaman

ditahan di POLRES, di RUTAN, wah kaya kesetanan dah.”58

Dari peryataan tersebut, dapat dikatakan bahwa pergaulan selama

berada di penjara dapat membawa dampak negatif dalam terciptanya kembali

niat pelaku dalam melakukan tindak kriminal. Kemudian hal tersebut

didukung oleh faktor kembalinya ia kepada lingkungan pertemanan yang

cenderung mengarahkannya pada perilaku kriminal. Hal tersebut

menggambarkan bahwa penjara merupakan antithesis dari pembinaan yang

merupakan transformasi dari tujuan utama dipenjarakannya seseorang. Efek

jera yang merupakan tujuan utama pembinaan, menjadi berbalik

57

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016. 58

Wawancara Pribadi dengan WK, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 85: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

72

menumbuhkan kembali motif kejahatan. Efek samping yang ditimbulkan oleh

pemenjaraan dapat dengan kuat menginternalisasi diri narapidana sehingga

saat mereka keluar dari penjara, mereka seakan mendapatkan ilmu baru dan

atau kultur baru yang dibawanya dari lingkungan pergaulan penjara.

Temuan Bentuk Negatif Prisonisasi di LAPAS Klas I Tangerang ini

diidentifikasi ke dalam beberapa indikator, yaitu:

1) Istilah-istilah Khusus di Penjara

Istilah-istilah Khusus di Penjara merupakan suatu istilah

atau bahasa khusus yang hanya ada di dalam penjara yang

digunakan oleh narapidana. Istilah-istilah khusus biasanya hanya

digunakan pada waktu tertentu, situasi tertentu, dan orang tertentu.

Penggunaan Istilah-istilah khusus yang ditemukan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Tangerang adalah terkait dengan situasi

tertentu dan penamaan tempat tertentu. Berikut adalah beberapa

istilah-istilah khusus tersebut:

- Apotik : adalah sebutan untuk tempat khusus jual-beli

narkoba. Berikut adalah keterangan dari informan mengenai

“apotik” yang terdapat di LAPAS Klas I Tangerang,

“... yang saya liat sih di sini gak jauh beda sama LAPAS

lain kalo soal peredaran narkoba, di sini ada Apotiknya

(tempat jual beli narkoba) juga, tapi di sini kecil, gak yang

terang-terangan juga, ngumpet-ngumpet.”59

- OT : adalah sebutan untuk narapidana yang baru masuk

59

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017.

Page 86: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

73

- Anak Emas : sebutan untuk narapidana berkantong tebal.

- Kapal Selam : sebutan untuk kiriman dari besukan

narapidana yang dikirim melalui petugas LAPAS.

- Disekolahin : proses penataran terhadap narapidana baru.

- Diolah / Digulung : sebutan untuk pembudakan atau

pemukulan.

- Tamping : narapidana yang dipilih oleh pihak LAPAS

yang diberi tugas untuk bekerja membantu petugas LAPAS.

2) Penyimpangan

- Pencurian

Pencurian sering kali terjadi di dalam limgkup penjara. Hal

tersebut wajar terjadi, dikarenakan jelas bahwa penjara

berisikan para pelaku kriminal. Faktor yang melatarbelakangi

Narapidana melakukan pencurian tersebut disebabkan oleh

pemenuhan kebutuhan ekonomi di dalam LAPAS, yang

kemudian mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut

dengan berbagai cara. Pencurian tersebut biasanya dilakukan

oleh narapidana yang sudah mahir dalam bidangnya. Berikut

pernyataan yang diungkapkan oleh SO mengenai hal tersebut:

“Penyimpangan ya, gak yang gimana-gimana sih, paling

banyak yang maling, nilep duit, nipu, “make” (narkoba).

Yang maling biasanya yang udah jago maling. Buat beli

Page 87: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

74

rokok palingan. Makanya kita kalo punya duit mending

dikantongin aja dibawa kemana-mana.”60

- Penipuan

Penipuan yang dimaksudkan adalah penipuan yang dilakukan

oleh narapidana terhadap narapidana lainnya. Perilaku

menyimpang ini didasarkan pada kebutuhan ekonomi yang

juga dibutuhkan di penjara. Penipuan yang dilakukan biasanya

dilakukan dengan cara mengelabui narapidana lain dengan

alasan pinjam uang, atau semacamnya. Pernyataan tersebut

telah diungkapkan oleh SO, berikut kutipan wawancara

dengannya:

“... biasanya ada aja napi yang nipu-nipu temennya, minjem

duit bilangnya buat bini nya ngelahirin lah bayaran sekolah

lah apa lah, padahal mah duitnya buat dia sendiri, mana gak

balik. Pengalaman sendiri soalnya, dan emang banyak juga

yang begitu.”61

- Narkoba

Peredaran narkoba seakan bukan jadi barang baru lagi dalam

penjara. Hampir di setiap LAPAS peredaran narkoba tetap

berjalan. Badan Narkotika Nasional (BNN) telah mengungkap

bahwa terdapat bisnis narkoba yang dijalankan dari balik

60

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017. 61

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017.

Page 88: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

75

penjara, dalam 39 LAPAS di Indonesia.62

Hal tersebut

diketahui dari laman berita online terkait dan keterangan dari

beberapa narasumber. Sama halnya di LAPAS Klas I

Tangerang, hal tersebut diungkapkan oleh SO, bahwa di

LAPAS Klas I Tangerang terdapat peredaran narkoba

meskipun tidak berjalan secara besar dan terbuka. Dalam

pernyataannya ia mengungkapkan di LAPAS ini terdapat

“Apotik”, yakni tempat jual-beli narkoba, namun “Apotik” di

LAPAS ini hanya berbentuk kecil dan tidak banyak yang

mengetahui (tertutup).

- Penggunaan Handphone (HP)

Penggunaan HP di dalam LAPAS tentunya merupakan

pelanggaran prosedur yang ada. Penggunaan HP di kalangan

narapidana dikhawatirkan akan disalahgunakan oleh

narapidana.

3) Stratifikasi

Stratifikasi yang terdapat di dalam penjara oleh narapidana

merupakan suatu status tingkatan yang dimiliki oleh narapidana

tertentu. Stratifikasi yang ada di masyrarakat pada umumnya,

didasarkan oleh ekonomi, pendidikan, dan kedudukan. Seseorang

62

Lutfy Mairizal Putra, “Soal Peredaran Narkoba dari Dalam Lapas, Yasonna Nilai

Memalukan”, diakses dari

http://nasional.kompas.com/read/2017/02/03/16335781/soal.peredaran.narkoba.dari.dalam.lapas.y

asonna.nilai.memalukan, pada tanggal 12 Maret 2017, pukul 18.00 WIB.

Page 89: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

76

yang menguasai salah satu dan atau ketiga indikator tersebut maka

ia akan dapat menduduki strata atas, sedangkan mereka yang tidak

memiliki ketiganya dapat dikategorikan sebagai masyarakat

dengan strata bawah. Penjelasan umum tentang stratifikasi

tersebut, terjadi juga pada lingkungan masyarakat penjara. Namun,

stratifikasi yang terbentuk di dalam penjara sedikit berbeda dari

stratifikasi pada masyarakat umumnya.

Stratifikasi yang terbentuk di penjara lebih didasarkan pada

kekuatan fisik dan ekonomi yang dimiliki oleh narapidana.

“Hukum Rimba” berlaku di dalam penjara, siapa yang kuat dia lah

yang berkuasa. Di dalam penjara mereka yang memiliki kekuatan

lebih dari yang lain, mendapatkan kedudukan khusus dan ditakuti

oleh narapidana lain. Berikut adalah beberapa istilah yang

digunakan untuk menunjukkan suatu strata di dalam penjara, yaitu:

- Voorman / KS (Kepala Suku): Merupakan jabatan tertinggi yang

dimiliki narapidana, seorang Voorman / KS merupakan seseorang

dengan kemampuan fisik terkuat diantara narapidana lainnya.

- Tamping: Tamping adalah suatu posisi yang secara formal

diberikan kepada narpidana yang dipilih oleh LAPAS dan

diberikan tanggung jawab lebih untuk membantu petugas LAPAS

sekaligus mengkondisikan narapidana lain untuk tetap kondusif.

Pengangkatan Tamping ini telah diatur dalam Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia, No. 7 Tahun 2013.

Page 90: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

77

- Palkam (Kepala Kamar): PalKam menduduki strata tinggi yang

jabatannya hampir sama dengan Voorman / KS, akan tetapi

PalKam pada posisinya tetap berada di bawah Voorman. Palkam,

keduanya hanya berbeda penyebutan di setiap LAPAS. Posisi ini

tentunya diperoleh dengan kemampuan fisik yang lebih

dibandingkan narapidana lainnya. Hal tersebut dijelaskan oleh

WK, sebagai berikut:

“Iya bang, kalo Palkam, Voorman, KS, hampir sama sih.

Ya tergantung di LAPAS mana, kalo di RUTAN Salemba

nyebutnya Voorman, kalo di LAPAS Cipinang setau saya

ada Voorman juga, ada PalKam juga. Tapi kalo posisi mah

yang paling tinggi tetep Voorman.”63

- Pastem (Pasukan Tempur): Posisi atau strata ini biasa diduduki

oleh narapidana dengan kemampuan fisik menengah yang menjadi

“anak buah” dari Voorman atau KS, diibaratkan sebagai prajurit.

“... ada lagi Pastem, Pasukan Tempur. Nah gua dulu waktu

di Salemba dijadiin Pastem bang. Dulu ceritanya gua

nantang berantem Voorman di sana, sebenernya mah gua

gatau karna gua anak baru, kalo tau juga gua takut. Tapi

karna itu gua diangkat jadi anak buah andelan Voorman itu

dah, sebutannya sih Pastem. Tugas gua ya biasanya

“nyekolahin yang baru masuk, mintain duit, macem-macem

sih. Nah ga lama gua langsung diangkat jadi Palkam.”64

- OT: OT adalah sebutan untuk narapidana yang baru masuk.

63

Wawancara Pribadi dengan WK, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016. 64

Wawancara Pribadi dengan WK, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 91: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

78

Stratifikasi di dalam penjara juga didasarkan pada ekonomi.

Narapidana dengan status ekonomi yang tinggi mendapatkan

kedudukan atau strata tinggi di atas narapidana lain. Narapidana

dengan kantong tebal sangat disegani dan dihormati oleh

narapidana lain, bahkan mereka dapat mengontrol narapidana lain

dengan kekuatan ekonominya. Sedangkan mereka narapidana yang

datang tanpa kekuatan fisik dan ekomoni akan menjadi bahan bully

oleh narapidana lain, bahkan penjadi “pesuruh” di dalam penjara

oleh narapidana yang berkuasa.

Temuan yang diperoleh di LAPAS Klas I Tangerang

mengenai stratifikasi tersebut sudah tidak ada. Perlakuan antar

narapidana semua sama, tidak ada strata yang melekat. Hanya saja

posisi Tamping tetap berlaku, karena merupakan aturan resmi dari

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

4) Internalisasi Nilai

Proses Internalisasi Nilai yang dialami oleh narapidana

tersebut dapat berupa sikap, perilaku, atau kultur khusus yang ada

di penjara. Penyerapan nilai yang dialami oleh narapidana berjalan

dalam waktu yang terbilang lama dan terjadi secara bertahap.

Tahapan tersebut yakni, proses adaptasi, interakasi, kemudian

narapidana mengalami proses internalisasi, dan tahap yang terakhir

adalah proses penguatan. Penguatan yang dimaksud adalah dalam

bentuk berupa tercapainya strata tertinggi dan terjalinnya relasi.

Page 92: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

79

Internalisasi yang dialami narapidana dapat menjadi faktor

determinan terciptanya iklim kriminogen di dalam penjara, dan

pada tahap selanjutnya dapat melahirkan narapidana residivis. Hal

ini dijawab dengan pengakuan AR, berikut adalah kutipan

wawancara dengan AR:

“Saya selama berada di sini (LAPAS) merasa takut dan

asing. Mungkin karena baru pertama kali ya, tapi pelan-

pelan mulai terbiasa. Tapi selama saya di sini saya lebih

milih menyendiri bang, soalnya saya khawatir malah gak

tobat kalo misalnya bertemen sama mereka.”65

Dari pernyataan tersebut dapat peneliti ambil maknanya bahwa AR

merasakan terdapat “iklim” kriminal yang dapat mendorongnya

untuk tetap berada pada lingkup kriminal dan memiliki motivasi

kriminal. AR tetap menjaga dirinya dengan menyendiri dan selektif

dalam memilih teman.

5) Imitasi

Konsep imitasi yang dijelaskan oleh Gabriel Tarde (1890)

dapat menggambarkan bahwa narapidana melakukan proses interaksi

dengan temannya sesama narapidana, yang pada akhirnya

menghasilkan suatu bentuk imitasi atau peniruan. Bentuk imitasi yang

didapatkan di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Tangerang dapat

bersifat positif dan negatif. Imitasi yang bersifat negatif dicontohkan

dengan peniruan narapidana pada saat proses adaptasi di lingkungan

65

Wawancara Pribadi dengan AR, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 22 Desember 2016.

Page 93: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

80

penjara. Pada proses adaptasi tersebut, suka atau tidak, sadar atau tidak

sadar, mereka telah mengalami proses imitasi yaitu dengan cara

mereka mengikuti kultur yang ada, meniru bahasa yang sama, bahkan

perilaku yang sesuai dengan kehidupan di dalam penjara.

Penjelasan di atas diambil dari beberapa pernyataan yang

diungkapkan oleh informan terkait, yaitu WK dan SO. Berikut kutipan

wawancara dengan mereka:

“Iya bang, pasti ada kata-kata khusus yang kita pake,

khususnya sih komunikasi antar napi. Maksudnya sih biar

kita-kita (narapidana) aja yang paham. Apalagi waktu saya

di RUTAN Salemba ya, masih kentel banget begituannya.

Contohnya, kaya tadi yang saya sebutin, ada Voorman,

PalKam (Kepala Kamar), PasTem (Pasukan Tempur), OT,

OT itu sebutan buat anak (narapidana) baru, saya lupa

singkatannya apa. Ada lagi, “disekolahin”, dipukulin

maksudnya atau disuruh-suruh. Terus Tamping, anak emas,

sebutan buat napi yang punya banyak uang.”66

Dari penggalan wawancara tersebut dan pengalaman yang telah

diceritakan oleh WK, ia menjelaskan proses adaptasinya terhadap

kehidupan di dalam penjara melalui proses imitasi dengan cara meniru

apa yang tata cara kehidupan penjara, baik itu dari sikap, bahasa, dan

kebiasaan. Kemudia dilanjutkan dengan pernyataan dari SO, sebagai

berikut:

“Saya waktu pertama kali masuk LAPAS ya pasti

nyesuaikan dulu gimana pergaulan di sini. Soalnya yang

saya tau kan keras di penjara mah, tapi kalo di sini saya

ngerasanya beda aja, napi banyak juga ko yg bae nya. Saya

66

Wawancara Pribadi dengan WK, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 94: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

81

mah niru yang bae-bae nya aja. Nah yaudah karena saya

udah tau begini kehidupannya, ya ngikut aja.”67

6) Relasi

Relasi dalam lingkungan penjara lahir dari interaksi intensif

yang dilakukan oleh narapidana. Bahkan munculnya relasi antar

narapidana didapatkan dari persamaan latar belakang kasus kriminal,

persamaan suku, bahkan agama. Relasi menjadi indikator penting

dalam terciptanya siklus kriminal di dalam LAPAS. Relasi yang

terjalin antar narapidana di LAPAS Klas I Tangerang berjalan cukup

baik. Relasi yang terbangun lebih mengarah pada hal positif, relasi

yang bersifat negatif hampir tidak ditemukan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas 1 Tangerang. Hal tersebut senada dengan

pernyataan DJ dan NS:

“Kita bertemen di sini biasa-biasa aja, kadang ada rasa

segen juga, jadi ya saling hormatin. Mungkin karena di sini

LAPAS dewasa ya, jadi ya kita pada sadar diri aja udah tua

lah tobat.”68

Hal serupa diungkapkan oleh DJ sebagai berikut:

“Pengalaman saya selama di lingkungan penjara ini, di

RUTAN Salemba, LAPAS Tangerang, ya kita pasti

ketemunya sama orang-orang yang gak bener, kriminal.

Resikonya ketemu mereka dan masuk di lingkungannya ya

pasti kita bisa ketular jahat juga, kecuali kita bisa jaga diri.

Kalo saya ditanya soal pengaruhnya apa aja bergaul sama

mereka, ya itu balik lagi ke diri masing-masing. Kalo gak

punya pendirian ya bakal ngikut gak bener. Tapi selama

67

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017. 68

Wawancara Pribadi dengan NS, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 21 Desember 2016.

Page 95: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

82

saya di sini, biar kata napi di sini keliatan sangar-sangar,

tapi kit amah udah kaya temen biasa aja, ga ada yang

macem-macem juga di sini mah.”69

Meskipun relasi yang terjalin lebih cenderung mengarah pada

bentuk positif, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan

terjalinnya relasi yang mengarah pada hal negatif di LAPAS Klas I

Tangerang. Hal tersebut telah diungkapkan oleh SO, sebagai berikut:

“... yang saya liat sih di sini gak jauh beda sama LAPAS

lain kalo soal peredaran narkoba, di sini ada Apotiknya

(tempat jual beli narkoba) juga, tapi di sini kecil, gak yang

terang-terangan juga, ngumpet-ngumpet. Kebutuhan sih

soalnya kalo narkoba itu, duit juga ngalir kan dari jual

gituan.”70

Relasi sangat diperlukan oleh narapidana sebagai suatu

kekuatan untuk mempertahankan diri di dalam penjara. Relasi ini

hanya bersifat situasional dan sementara, yang hanya diperlukan saat

mereka menjadi narapidana, tanpa menumbuhkan kembali motivasi

pengulangan kejahatan. Temuan tersebut didapatkan dari pernyataan

SO. Berikut kutipan wawancara dengannya:

“Ya mau gak mau kita mesti punya temen banyak di sini,

nanti kan kalo mau apa-apa gimana, susah juga. Misalnya

rokok lagi abis kan kalo mau minta juga segen. Tapi ya gak

semuanya bisa akrab, cocok-cocokan juga. Betah-betahin

aja sih masuk sini mah.” (Wawancara Pribadi dengan SO,

Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Tangerang, 30 Januari

2017).

69

Wawancara Pribadi dengan DJ, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 21 Desember 2016. 70

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017.

Page 96: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

83

Mereka yang setelah keluar LAPAS, ditambah mereka yang

tidak dapat memenuhi kebutuhannya, maka dari itu relasi yang ada

kemudian dimanfaatkan sebagai cara mereka mendapatkan

penghasilan. Namun mereka yang gagal, pada akhirnya memanfaatkan

relasi tersebut untuk kembali melakukan tindakan kriminal.

B. Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan dalam Kaitannya dengan

Residivisme

Penyerapan nilai kultur penjara oleh narapidana dengan pengulangan

tindak kejahatan sangat erat kaitannya. Terdapat beberapa faktor lahirnya

residivisme, yaitu faktor ekonomi, sosial, dan psikologi. Pada pembahasan ini

akan berfokus pada faktor sosial dan lingkungan yang menjadi faktor

determinan munculnya residivisme. Hal tersebut dilandaskan pada learning

theory yang dirumjuskan oleh E. Sutherland tentang bagaimana kejahatan

muncul dari proses belajar, yang kemudian akan didukung oleh imitation

theory G. Tarde yang menjelaskan proses peniruan (kejahatan) oleh

narapidana. Munculnya pelaku residivisme lebih disebabkan oleh faktor sosial

dan lingkungan, sebagaimana yang diungkapkan oleh AR salah seorang

narapidana kasus pencurian. Dalam wawancara pribadi ia mengungkapkan:

“Pekerjaan awal saya sebagai buruh. Awalnya saya tidak tahu

tentang dunia kriminal seperti ini. Semuanya berawal dari

lingkungan pertemanan saya. Saya ikut dan belajar mencuri dari

Page 97: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

84

teman ngopi saya, mereka mengajak saya bergabung dengan

komplotan mereka sebagai pencuri.”71

Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan ABA, seorang narapidana

residivis. Ia mengungkapkan bagaimana kehidupan LAPAS dan mengapa ia

bisa menjadi seorang residivis, berikut penjelasannya dalam wawancara

pribadi:

“... Nah tapi kalo saya pribadi kenapa sampe dipenjara dua kali ya

karena pergaulan. Saya dulu waktu di RUTAN Pandeglang, saya

ngerasanya mah lingkungan di sana ya makin parah, bukannya buat

saya jadi baik malah tambah stress, apalagi pergaulan di sana

termasuk yang keras, ya kalo gak kuat-kuat ya habis lah di sana,

tadinya gak kenal obat-obatan (narkoba) sekarang mah jadi ga

asing lagi. Untungnya saya cuma sebentar ditahan di sana, gak

sampe setahun lah. Nah, udah saya keluar, saya ketemu lagi sama

temen-temen lama, biasa lah ngopi-ngopi ngobrol, yaudah

akhirnya kumat lagi, mabok lah, judi jalan lagi. Menurut saya mah

sama aja lah kehidupan di penjara sama pergaulan saya di luar sana

yang brengsek-brengsek.”72

Dari pemaparan yang diungkapkan, dapat dikatakan bahwa salah satu

faktor seseorang melakukan kejahatan khususnya pencurian adalah didorong

oleh faktor interaksi sosial dan lingkungan. Dari faktor interaksi sosial

tersebut ia mengalami suatu proses belajar kejahatan, yang tentunya dari

proses tersebut seseorang mendapatkan “skill‟ yang sebelumnya belum pernah

didapatkan. Namun hal tersebut tidak berhenti di situ. Setelah ia tertangkap

dan dimasukkan ke dalam penjara, banyak hal yang terjadi dan hanya di

lingkungan penjara lah hal tersebut ia dapatkan. AR menjelaskan bagaimana

71

Wawancara Pribadi dengan AR, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 22 Desember 2016. 72

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 98: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

85

proses pembelajaran kejahatan terjadi juga di dalam penjara. Pernyataan

tersebut sejalan dengan asumsi awal peneliti mengenai pembelajaran

kejahatan yang terjadi di dalam penjara. Terkait prisonisasi dengan

residivisme, AR mengungkapkan kecemasannya. Dalam pernyataannya ia

menjelaskan:

“Saya lebih banyak menyendiri mas, bukannya saya gak mau

bergaul, tapi saya cuma takut “tertular” mereka mas, saya kapok

mas masuk penjara, saya mau tobat. Selama di sini ya biarpun gak

banyak yang ngerasa sama seperti saya, tapi saya merasakan

pergaulan dengan teman-teman di dalam LAPAS malah banyak

negatifnya. Makanya saya lebih pilih menyendiri, soalnya saya

mau jadi orang bener lagi mas pas nanti keluar.”73

Dari pernyataannya tersebut yang ia katakan “tertular” adalah

dimaksudkan bahwa ia takut pergaulannya di penjara membuat ia terdorong

kembali untuk melakukan kejahatan. AR pun jelas mengatakan bahwa

pergaulannya dengan teman sesama narapidana dapat menimbulkan efek

negatif bagi dirinya, maka dari itu ia lebih memilih untuk menyendiri.

Selain AR, didapatkan pula keterangan dari narapidana berinisial HU,

divonis bersalah atas tindakan perampokan dengan cara mengelabuhi korban,

dengan masa hukuman 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan. HU dalam wawancara

mengatakan bahwa di dalam lingkup penjara, tidak dapat dipungkiri kenyataan

bahwa pergaulan antar narapidana dapat menentukan seberapa besar tingkat

keberhasilan pembinaan LAPAS dan juga tingkat pengulangan kejahatan oleh

narapidana (residivisme). Mengutip pernyataan HU dalam wawancara pribadi,

sebagai berikut:

73

Wawancara Pribadi dengan AR, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 22 Desember 2016.

Page 99: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

86

“Ya kalo saya sih bisa ngelakuin tindakan ini karena ajakan dari

temen, awalnya saya kira kerjaan bener, gataunya malah rampok.

Karena hasilnya lumayan, saya jadi keterusan dan ya sampai

ketangkep gini bang. Sekarang saya baru kapok. Kalo soal

pergaulan di penjara, gimana ya bang, sama aja sih kaya di luar.

Karena temen saya di luar banyak yang gak bener ya makanya saya

ngerasa sih hampir sama aja. Di luar diajak gak bener, ya di sini

gak jauh beda, tp ya beberapa aja sih. Kalo di sini sesama

narapidana gak begitu terbuka soal pribadi, bang. Saya sih ngobrol

ya sekedarnya aja yang perlu, tp dari obrolan dengan mereka saya

jadi tau banyak hal khususnya sih yang ke arah sana (kriminal).”74

Hal serupa juga telah diungkapkan oleh ABA, sebagai berikut:

“Kalo soal residivis, menurut saya sih faktornya antara ekonomi

atau lingkungan pergaulan, entah itu pas dia bergaul di LAPAS

atau pas dia udah keluar. Dua faktor itu sama kuatnya lah. Saya

sendiri sih karena pergaulan, susah dah kalo udah kebawa

lingkungan temen.”75

Dari kutipan jawaban wawancara tersebut dapat diketahui bahwa,

faktor sosial dan lingkungan menjadi faktor determinan yang mendorong

seseorang melakukan tindakan melawan hukum. Namun menurutnya, hal

tersebut tergantung dari diri masing-masing narapidana. Dan terakhir HU

menambahkan bahwa selama ia berada di LAPAS Klas I Tangerang,

pergaulan antar narapidana cenderung mengarah pada hal positif. Mengutip

pernyataan HU:

“Selama saya berada di sini (LAPAS Klas I Tangerang) saya

merasakan perbedaan dari LAPAS yang lain, saya kan pindahan

dari LAPAS Cipinang, kalo di sana sih lebih keras ya

pergaulannya, beda kalo di sini. Kalo di sini ya biarpun gak

banyak, tapi narapidana di sini gak sedikit yang pada mau tobat

74

Wawancara Pribadi dengan HU, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 22 Desember 2016. 75

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 100: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

87

bang, ada yang karena stress dihukum lama, ada juga yang karena

mikirin keluarganya. Dari situ saya terdorong untuk jadi lebih

baik.”76

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kesuksesan dari tujuan

program pembinaan dalam menginternalisasi dan membentuk narapidana yang

baik, dapat ditentukan oleh proses interaksi dan sosialisasi antar narapidana.

Pernyataan yang diungkapkan oleh AR dan HU tentang bagaimana

proses muculnya motivasi kriminal dan proses belajar kejahatan dimulai dari

interaksi (negatif) dengan teman-temannya, dapat dijawab dengan proposisi

yang dirumuskan oleh Sutherland. Terdapat 4 (empat) proposisi yang

berkaitan dengan apa yang dijelaskan oleh AR, ABA, dan HU, yaitu:

1) Tingkah laku jahat dipelajari. Dalam kaitan ini maka orang yang belum

pernah dilatih untuk melakukan tingkah laku kejahatan tidak akan

menghasilkan tingkah laku kejahatan. Dari rumusan ini jelas

mengatakan bahwa yang pada awalnya AR merupakan seorang buruh

yang tidak mengerti apa-apa mengenai pencurian, kemudian saat ia

diajak teman untuk melakukannya, ia bersedia dan secara tidak sadar

telah menumbuhkan perilaku kejahatan dalam dirinya.

2) Kejahatan dipelajari ketika berinteraksi dengan orang-orang lain dalam

proses komunikasi. Ini hampir sama dengan proposisi pertama, karena

apa yang dikatakan AR dan HU jelas bahwa ia mempelajari kejahatan

dari hasil interaksi dengan teman-temannya. Pernyataan serupa

dinyatakan oleh SO dan ABA:

76

Wawancara Pribadi dengan HU, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 22 Desember 2016.

Page 101: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

88

“Saya yang tadinya cuma pemake (narkoba), sekarang jadi tau

gimana ngedarinnya, bandarnya, jaringannya. Ya itu karna ya

kenal sama Bandar, ngobrol-ngobrol iseng.”77

Dilanjutkan dengan pernyataan ABA sebagai berikut:

“Iya, kalo di sini sih pasti ada aja temen-temen yang kalo ngobrol

ya ngobrolin yang ke arah sana (kriminal). Selama pengalaman

saya di penjara juga obrolan “begitu” ya pasti ada gausah heran. Ya

gimana kita bergaulnya sama yang begitu semua.”78

3) Asas penting dalam belajar tingkah laku jahat terjadi ketika individu

berinteraksi dengan individu-individu lain, khususnya dalam hubungan

antar pribadi suatu kelompok yang akrab. Dari beberapa narasumber

terkait, hampir dari semua narasumber beralasan bahwa alasan mereka

melakukan kejahatan adalah dari lingkungan pergaulan. Mereka

diantaranya adalah AR, HU, dan DJ, mereka berinteraksi dan memulai

tindak kriminal karena interaksinya yang sudah akrab dengan teman-

temannya. Mereka mengatakan bahwa mereka teman ngopi yang biasa

kumpul bareng.

4) Ketika seseorang belajar tingkah laku jahat, yang dipelajari meliputi

teknik melakukan kejahatan, motivasi yang khas, dorongan,

rasionalisasi, dan sikap. Dalam wawancara pribadi, SO mengungkapkan

bahwa ia mempelajari “teknik” yang lebih dari hanya mengkonsumsi

narkoba, yaitu mengedarkan dan menyeludupkan narkoba. Berbicara

77

Wawancara Pribadi dengan SO, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 30 Januari 2017. 78

Wawancara Pribadi dengan ABA, Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas 1

Tangerang, 19 Desember 2016.

Page 102: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

89

mengenai motivasi, dorongan, dan rasionalisasi, AR menjelaskan bahwa

terdapat dorongan lain yang cukup kuat, dan juga rasionalisasi dalam

keputusannya melakukan tindakan kriminal tersebut yaitu ekonomi.

Ekonomi menjadi alasan kuat selain faktor lingkungan sosial yang

mendorong dirinya dengan rasionalisasi keuntungan finansial yang akan

didapatkannya.

Analisis dari keempat proposisi teori Sutherland tersebut, diperkuat

dengan pernyataan Hamzah Laptur selaku Kepala Sub Bagian Umum

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, dalam wawancara pribadi

sebagai berikut:

“Pembinaan yang ada di LAPAS bertujuan untuk merubah pola

piker narapidana, namun lain hal nya jika narapidana

berinteraksi (negatif) dengan teman-temannya di dalam

(LAPAS). Proses interaksi tersebut tentu saja dimungkinkan

terjadi, dan hal tersebut yang dapat menghambat berhasilnya

program (pembinaan) kami.”79

Dari pernyataannya tersebut, jelas dikatakan bahwa narapidana di dalam

LAPAS dapat saja dimungkinkan mengalami proses pembelajaran kejahatan

jika interaksi antar narapidana berjalan intensif dan berbentuk negatif. Dengan

begitu, Lembaga Pemasyarakatan yang bertujuan membina narapidana menjadi

lebih baik, malah dapat menjadi “wadah” atau tempat berlangsungnya tukar-

menukar informasi, pengalaman, bahkan kultur kriminal yang dapat

melahirkan narapidana residivis di kemudian hari.

79

Hamzah Laptur, Kepala Bidang Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang, 10

Februari 2017.

Page 103: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

90

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisa yang didapatkan menunjukan

bahwa konsep Prisonisasi yang dicetuskan oleh Donald Clemmer tidak

sepenuhnya benar. Temuan tersebut didapatkan dari keterangan hasil

observasi dan wawancara langsung, yang menunjukan bahwa Prisonisasi

dapat mengarahkan narapidana kepada perilaku baik dan taat hukum, yaitu

dari hasil proses imitasi narapidana yang mendorongnya untuk berperilaku

baik dan internalisasi nilai oleh pembinaan Lembaga Pemasyarakatan.

Kesimpulan yang didapatkan dari apa yang telah dikemukakan

tersebut, maka selanjutnya akan diuraikan beberapa kesimpulan yang

merupakan penutup dari penelitian ini. Adapun kesimpulan yang diambil

adalah sebagai berikut:

1. Pola dan Bentuk Prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Klas I

Tangerang

Pola Prisonisasi merupakan penggambaran suatu proses

berjalannya prisonisasi. Pola yang dimaksud dibagi menjadi 2 (dua), yaitu

Pola Linier, dan Pola Siklus.

Pola Linier prisonisasi pada akhirnya dapat mengasilkan Bentuk

Positif dari prisonisasi itu sendiri. Bentuk Positif yang dimaksudkan

adalah bentuk yang sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam

Page 104: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

91

masyarakat. Adapun Bentuk Positif Prisonisasi yang ditemukan di LAPAS

Klas I Tangerang sebagai berikut:

a. Minat dan motivasi narapidana dalam mengikuti kegiatan

pembinaan LAPAS

Hal tersebut dikarenakan interaksi yang terjalin dapat

menumbuhkan minat dan motivasi narapidana dalam mengikuti

pembinaan. Interaksi antar narapidana yang mengarahkan untuk

mengikuti banyak kegiatan pembinaan guna mendapatkan keahlian

lebih saat keluar nanti, dapat menumbuhkan minat dan motivasi

narapidana. Berjalannya program pembinaan yang baik juga

merupakan peran penting dalam terbentuknya minat dan motivasi

tersebut.

b. Perubahan perilaku dan emosi yang lebih baik

Sejalan dengan teori imitasi G. Tarde tentang bagaimana seseorang

menyerupai dan meniru apa yang dilihatnya, temuan ini

menjelaskan proses perubahan perilaku dan emosi narapidana

disebabkan oleh proses imitasi narapidana yang berkelakuan baik.

c. Meningkatnya kesadaran beribadah narapidana.

Hal ini disebabkan oleh proses internalisasi nilai positif di dalam

penjara, yaitu ketika mereka mendapatkan pengajaran agama dan

saat terjadinya interaksi yang membahas perihal agama dengan

narapidana lain.

Page 105: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

92

Pola yang kedua adalah Pola Siklus, yaitu menjelaskan proses

prisonisasi yang berjalan secara berulang. Pola prisonisasi ini

menggambarkan siklus hidup narapidana residivis, yang mana didalam

prosesnya menghasilkan bentuk negatif prisonisasi. Bentuk ini dikatakan

negatif karena bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat umumnya. Bentuk-bentuk negatif tersebut yaitu sebagai

berikut:

a. Istilah-istilah khusus.

b. Stratifikasi.

c. Penyimpangan.

d. Proses Internalisasi dan Imitasi Nilai Negatif

e. Relasi yang terbangun antar narapidana

2. Prisonisasi dan Pembelajaran Kejahatan dalam kaitannya dengan

Residivisme

Dari beberapa keterangan yang diperoleh, narapidana residivis

menyatakan sebabnya melakukan kembali tindak pidana lebih disebabkan

oleh lingkungan, baik itu ketika ia bergaul dengan narapidana lain saat

berada di LAPAS atau ketika keluar dari LAPAS ia kembali masuk ke

dalam lingkungan pertemanan yang mengarahkannya pada perilaku

kriminal.

Teori E. Sutherland tentang learning process terdiri dari 9

(sembilan) proposisi, dari kesembilan proposisi tersebut, terdapat 4

(empat) proposisi yang sesuai dengan temuan yang diperoleh di LAPAS

Page 106: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

93

Klas I Tangerang. Empat proposisi tersebut adalah; (1) Tingkah laku jahat

dipelajari; (2) Kejahatan dipelajari ketika berinteraksi dengan orang-orang

lain dalam proses komunikasi; (3) Asas penting dalam belajar tingkah laku

jahat terjadi ketika individu berinteraksi dengan individu-individu lain,

khususnya dalam hubungan antar pribadi suatu kelompok yang akrab; (4)

Ketika seseorang belajar tingkah laku jahat, yang dipelajari meliputi teknik

melakukan kejahatan, motivasi yang khas, dorongan, rasionalisasi, dan

sikap; (5) Motivasi yang khas, dan dorongan dipelajari ketika individu-

individu tadi dihadapkan pada aturan tingkah laku tunduk hukum yang

harus ditaati maupun pada aturan tingkah laku yang lebih condong dengan

pelanggaran hukum;

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Akademis

Disarankan kepada peneliti selanjutnya pada bidang sosiologi,

khususnya sosiologi kriminalitas untuk lebih berfokus pada interaksi

sosial dan masalah sosial yang dialami narapidana. Diharapkan untuk

dapat melanjutkan penelitian ini, dengan menganalisis lebih dalam dan

membandingkan perbedaan Prisonisasi di Lembaga Pemasyarakatan

(LAPAS) dan di Rumah Tahanan (RUTAN).

Page 107: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

94

2. Praktis

a. Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia dan instansi terkait lainnya, diharapkan dapat bijak

dalam membuat peraturan, dengan tetap mengutamakan Hak-hak

narapidana.

b. Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Program pembinaan sudah dilakukan dan berjalan dengan baik,

namun masih perlu meningkatkan kualitas pembinaan, dan

menjalankan semua program. Mengingat apa yang diungkapkan

oleh para informan tentang harapannya ke depan untuk LAPAS ini.

c. Masyarakat

Masyarakat memiliki peran penting untuk meminimalisir potensi-

potensi kejahatan yang muncul di lingkungan masyarakat. Pada

unit sosialisasi terkecil yaitu keluarga, yang diharapkan mampu

memberikan pendidikan moral yang baik guna menghindari

potensi kejahatan yang muncul dari lingkungan sosial tersebut.

Page 108: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

95

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Lilly, J. Robert, dkk. Teori Kriminologi: Konteks dan Konsekuensi. Jakarta:

Prana Media Group, 2015.

Mustofa, Muhammad. Kriminologi: Kajian Sosiologi Terhadap

Kriminalitas, Perilaku Menyimpang dan Pelanggaran

Hukum, Bekasi: Sari Ilmu Pratama, 2010.

Mustofa, Muhammad. Metodologi Penelitian Kriminologi, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2013.

Reading, Hugo, F. Dictionary of Social Science, terjemahan Sahat

Simamora, Jakarta: CV Rajawali, 1986.

Rivai, Andi Wijawa. Buku Pintar Pemasyarakatan. Jakarta: Lembaga

Kajian Pemasyarakatan, 2014.

Scott, John. Teori Sosial: Masalah-masalah Pokok dalam Sosiologi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Sujatno, Adi. Pencerahan di Balik Penjara. Jakarta: PT Mizan Terbuka,

2008.

Susanto, I.S. Kriminologi. Yogyakarta: Genta Publishing, 2011.

Sutherland, Edwin. Principles of Criminology. Chicago: J.B. Lippincott Co,

1947.

TESIS

Amran, Ali. Faktor Sosio Demografis Yang Mendorong Terjadinya

Residivisme. Tesis: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Departemen Kriminologi, Universitas Indonesia, 2003.

Chaerudin. Masalah Prisonisasi Dalam Hubungannya Dengan Sistem

Pemasyarakatan, Tesis: Fakultas Hukum, Ilmu Hukum,

Universitas Indonesia, 1995.

Page 109: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

96

Samad, Ibrahim. Pengaruh Faktor Diri, Keluarga dan Persekitaran Sosial

terhadap Residivisme di Penjara. Tesis: Sarjana Sastra

(Kerja Sosial, Universitas Utara Malaysia, 2013.

Waluyo, Didik, Budi. Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Pembinaan

Narapidana Residivis di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Banceuy Bandung. Tesis: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Sosiologi, Universitas Indonesia, 2005.

SKRIPSI

Rukmana, Riyandi. Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan

Pemalsuan Sertifikat Tanah. Skripsi: Fakultas Hukum, Ilmu

Hukum, Universitas Hasanuddin, 2015.

JURNAL

Djellal, Faridah. The Laws of Imitation and Invention: Gabriel Tarde and The

Evolutionary Economics of Innovation, Jurnal: University Lille,

2014.

INTERNET

Drake, Deborah H., Sacha and Earle, Rod. Prison Life, Sociology of: Recent

Perspectives from the United Kingdom. In: Wright, J. ed.

International Encyclopaedia of Social and Behavioural Sciences

(2nd

ed). (Oxford: Elsevier, 2015). [jurnal on-line]; tersedia di

http://oro.open.ac.uk/40428/1/Elsevier%20encyclopedia%20entr

y.pdf; diunduh pada 25 Januari 2017.

Putra Lutfy Mairizal. Soal Peredaran Narkoba dari Dalam Lapas, Yasonna

Nilai Memalukan, diakses dari

http://nasional.kompas.com/read/2017/02/03/16335781/soal.per

edaran.narkoba.dari.dalam.lapas.yasonna.nilai.memalukan, pada

tanggal 12 Maret 2017, pukul 18.00 WIB.

Page 110: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Identitas Informan

a. Nama (alias) :

b. Agama :

c. Pendidikan terakhir :

d. Kasus :

e. Lama pidana :

f. Status (Tah/NP) :

g. Tempat Wawancara :

h. Tanggal/Waktu :

i. Lama Wawancara :

Pertanyaan Utama

1. Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

2. Bagaimana keadaan anda selama di sini?

3. Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang dilakukan saat

pertama kali masuk LAPAS?

4. Bagaimana cara bertahan hidup atau menjalani hidup di LAPAS?

5. Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS Klas I

Tangerang?

6. Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

7. Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program pembinaan

yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

8. Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental atau cara

pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

Page 111: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xiv

9. Bagaimana hubungan yang terjalin antar narapidana? Bagaimana

interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan teman di LAPAS?

Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

10. Dalam hal berkomunikasi, apakah narapidana menggunakan kata-kata

khusus yang hanya terdapat di LAPAS?

11. Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada hal

positif atau negatif?

12. Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan sesama

narapidana?

13. Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

14. Mengenai penyimpangan, apakah di sini terdapat penyimpangan

seksual yang dialami narapidana?

15. Apakah terdapat suatu kelompok atau geng yang terbentuk di dalam

LAPAS?

16. Sudah berapa kali anda masuk LAPAS? Apa yang menyebabkan anda

melakukan tindak pidana lagi?

17. Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat mencegah

terjadinya residivisme?

18. Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh pihak

LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan berkelakuan baik?

19. Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

Page 112: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xv

Transkrip Wawancara

Identitas Informan

j. Nama (alias) : WK

k. Agama : Islam

l. Pendidikan terakhir : SMP

m. Kasus : Perampokan (Pasal 365 KUHP)

n. Lama pidana : 10 Tahun

o. Status (Tah/NP) : Narapidana

p. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

q. Tanggal/Waktu : 19 Desember 2016

r. Lama Wawancara : 80 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

WK : Kurang lebih 2 tahun

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

WK : Saya di sini baik-baik aja bang, gak ada masalah. Kalo dulu sih

waktu ditahan di POLRES, RUTAN, berantem mulu

kerjaannya, di sini mah ngga.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

WK : Ya kalo pas pertama masuk saya gak banyak tingkah,

sekedarnya aja ngobrol juga. Setelah gak lama saya mulai

berani dan terbiasa, saya mulai berani ajak ngobrol dan

berteman dengan narapidana yang lainnya. Awal saya masuk

udah nggak begitu asing soal LAPAS, karena sebelumnya saya

pernah masuk RUTAN, RUTAN Salemba. Yang saya rasain di

sini ya beda bang, waktu saya pertama kali masuk lingkungan

penjara di RUTAN, pengalaman saya sih ya biasa “disekolahin”

dulu, “dikacungin” dulu lah disuruh-suruh. Tapi dulu karena

saya berontak dan malah balik ajak berantem, mereka jutru

Page 113: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xvi

hormatin saya. Saya malah diangkat jadi Pastem, yang biasa

“ngolekin” (mintain duit), pokoknya saya di situ gara-gara

berantem sama Voorman di situ, saya jadi lebih dihormatin.

Peneliti : Yang saya tau, biasanya kalo di LAPAS gitu narapidana yang

baru masuk biasanya “dikerjain” gitu bang, kalo di sini ada

tidak yang seperti itu?

WK : Nah, itu dia, kalo di sini udah gak ada kaya gitu-gituan,

mereka malah lebih santai dan nggak yang belagak sok kuat.

Kalo dulu iya, waktu saya ditahan di POLSEK, di RUTAN

Salemba, yang kaya gitu-gitu masih ada, sebutannya biasanya

“disekolahin” kalo buat yang baru masuk, atau biasaya ditagihin

uang. Kalo yang gak bisa kasih uang ya habis dipukulin, kalo

yang punya uang pasti dijadiin “anak emas”, aman dah pasti

kalo punya uang.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

WK : Hubungan saya dengan petugas baik-baik aja, makanya saya

lebih betah di sini daripada di LAPAS lain.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

WK : Ya biasanya sih ikut olahraga sama musik, banyak sih kegiatan

di sini. Saya sih orangnya bosenan, jadi kalo di sini ada kegiatan

ya saya ikut aja.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

WK : Yang saya rasain selama ini sih di LAPAS Klas I Tangerang

saya jadi lebih baik bang, manfaatnya banyak, apalagi saya

senengnya aktif di kegiatan, khususnya musik, ya sekalian

latihan aja. Yang tadi saya bilang bang, yang tadinya saya

tempramen jadi berkurang emosinya. Udah bagus lah kalo di

Page 114: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xvii

sini, dibanding LAPAS lain yang saya tau. Bagus ko bang,

selama saya di sini ya, saya lebih betah aja bang, maksudnya

kalo di sini tuh saya ngerasanya ya kaya temen aja kaya

keluarga aja, jadi kalo soal yang macem-macem udah sedikit,

ada aja sih, tp karena di sini LAPAS nya ketat jadi kalo ada

yang macem-macem langsung dipindahin ke sel (diisolir).

Makanya saya ngerasanya ya lebih tertib aja.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

WK : Kalo saya pribadi sih ngerasanya ya jauh lebih baik, dulu saya

orangnya tempramen banget apalagi pas pengalaman ditahan di

POLRES, di RUTAN, wah kaya kesetanan dah. Nah sekarang

saya ngerasanya lumayan berkurang emosinya pas masuk sini.

Udah capek juga lah kesian anak-bini.

Peneliti : Apakah narapidana banyak yang mengalami stress?

WK : Ya ada aja bang, gak banyak sih, tapi yang saya liat ada. Ada

aja yang suka ngomong sendiri, bengong, mojok (menyendiri).

Makanya kadang suka kita ajak ngobrol atau ajak ikut kegiatan,

saya sih kasian ya bang liatnya.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar Narapidana?

WK : Kalo hubungan sih baik-baik aja. Kaya temen biasa aja bang.

Beda sih kalo di sini mah, mungkin karena LAPAS dewasa, jadi

isinya ya udh pada tua, udh males juga rebut-ribut atau gimana-

gimana. Kita mah di sini mikirnya gimana biar sama-sama

nyaman aja, pikiran kita sih udah mau tobat aja lah bang, kasian

sama anak keluarga. Kalo kita di sini gak baik-bak juga ya

makin lama juga keluarnya.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

WK : Sering mah sering, biasa ngobrol mah.

Page 115: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xviii

Peneliti : Dalam hal berkomunikasi, apakah narapidana menggunakan

kata-kata khusus yang hanya terdapat di LAPAS?

WK : Iya bang, pasti ada kata-kata khusus yang kita pake, khususnya

sih komunikasi antar napi. Maksudnya sih biar kita-kita

(narapidana) aja yang paham. Apalagi waktu saya di RUTAN

Salemba ya, masih kentel banget begituannya. Contohnya, kaya

tadi yang saya sebutin, ada Voorman, PalKam (Kepala Kamar),

PasTem (Pasukan Tempur), OT, OT itu sebutan buat anak

(narapidana) baru, saya lupa singkatannya apa. Ada lagi,

“disekolahin”, dipukulin maksudnya atau disuruh-suruh. Trus

Tamping, anak emas, sebutan buat napi yang punya banyak

uang. Aman dah pokoknya napi kalo punya duit. Kalo PalKam,

Voorman, KS, hampir sama sih. Ya tergantung di LAPAS

mana, kalo di RUTAN Salemba nyebutnya Voorman, kalo di

LAPAS Cipinang setau saya ada Voorman juga, ada PalKam

juga. Tapi kalo posisi mah yang paling tinggi tetep Voorman.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

WK : Lebih ke positif sih bang, tapi ya ada aja pasti obrolan yang

jelek atau gak baik. Ya namanya juga napi (narapidana)

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

WK : Ya sama aja sih bang, gak ngaruh gimana-gimana. Ya kalo di

sini mah kaya ke temen biasa aja.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

WK : Apa ya, kalo di sini paling ya masih ada yang main narkoba,

peredaran uang masih kenceng. Nah palingan sih

penyimpangannya dari si napi itu sendiri, ya macem tangan-

tangan jail, tipu-tipu temannya biar bisa dapet duit, malah

Page 116: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xix

sampe nilep (maling) duit napi yang lain. Udah sih paling itu

aja.

Peneliti : Mengenai penyimpangan, apakah di sini terdapat

penyimpangan seksual yang dialami narapidana?

WK : Ngga ada sih bang, kalo misalkan di sini ketauan ada yang

begitu ya langsung dipindahin ke sel (diisolasi). Makanya gak

ada yang berani macem-macem, ketat banget soalnya di sini

bang. Nah lain soal deh kalo di RUTAN atau LAPAS lainnya.

Yang saya tau sih di RUTAN Salemba, ada aja yang begitu

(homo). Macem-macem dah.

Peneliti : Apakah terdapat suatu kelompok atau geng yang terbentuk di

dalam LAPAS?

WK : Oh kalo itu di sini udah gak ada bang, mungkin kalo di

LAPAS lain atau RUTAN masih ada, kaya macem kelompok-

kelompok Suku Ambon, Jawa, Palembang, Lampung, atau yang

lainnya. Tapi yang saya tau kalo di LAPAS ini udah gak ada

bang, semua rata lah, sama.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

WK : Menurut saya sih yang sekarang ini udah lumayan bagus sih

bang, di LAPAS ini mah udah lumayan bagus lah. Kalo soal

residivis gitu ya saya kurang tau bang. Tapi kalo menurut saya

kalo model LAPAS nya macem gini (LAPAS Klas I Tangerang)

bakal dikit lah niat macem-macem, tapi ya balik lagi ke

orangnya, tergantung juga.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

WK : Apa ya, ga ada sih, paling ya dapet Remisi gitu, tau kan bang?

Dapet potongan hukuman, misalnya di pengadilan kena 10

Page 117: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xx

tahun, nah kalo dapet remisi bisa kurang setahun-dua tahun,

atau lebih.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

WK : Udah bagus sih, tapi ya biar lebih ditingkatkan aja, air sama

makanan harus tetep bagus, kebersihannya aja sih biar tetep

kejaga. Semua program juga kalo bisa dijalanin, biar banyak

lagi yang bisa saya ikutin, khususnya pembinaan kemandirian.

Berguna bang soalnya buat nanti saya keluar, nambah keahlian,

biar bisa buka usaha nantinya.

Page 118: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxi

Identitas Informan

a. Nama (alias) : ABA

b. Agama : Islam

c. Pendidikan terakhir : SMP

d. Kasus : Perampokan (Pasal 365 KUHP)

e. Lama pidana : 20 Tahun

f. Status (Tah/NP) : Narapidana (Residivis)

g. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

h. Tanggal/Waktu : 19 Desember 2016

i. Lama Wawancara : 90 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

ABA : Udah lumayan lama, 5 tahunan

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

ABA : Di sini ya baik-baik aja, mending di sini sih daripada di

LAPAS lain

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

ABA : Waktu pertama kali masuk LAPAS sih takut ya, karna

lingkungan kan baru. Saya sih lebih jaga-jaga aja, jaga sikap.

Tapi ya harus berani juga, kalo gak gitu ya habis. Makanya saya

sih termasuk yang disegenin kalo di LAPAS?

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

ABA : Petugas di sini mah baik, asal gak macem-macem aja.

Makanya jarang ada yang berani macem-macem.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

Page 119: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxii

ABA : Saya di sini masuk Blok Pesantren. Kerjaan saya tiap hari ya

sama aja kaya pesantren umum, ngaji, denger ceramah,

perdalem ilmu agama lah intinya. Awalnya di blok biasa, tapi

karena mau tobat yaudah tertarik, minta dipindah ke pesantren.

Banyak lah perubahan dari situ.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

ABA : Banyak, mungkin karena saya di Blok Pesantren, saya jadi

terbiasa ngejalanin solat, ngaji. Pengaruh banget dah bang

lingkungan mah, saya juga di pesantren karena ngikutin

kebiasaan yang laen jadi ya saya otomatis nyontoh yang lain

juga.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

ABA : Saya sih jauh lebih baik ya ngerasanya, apalagi saya di blok

pesantren kan.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar narapidana?

ABA : Hubungan baik-baik aja, jarang ada yang rebut-ribut gitu. Pada

takut juga dipindahin ke sel.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

ABA : Kalo saya sih termasuk yang jarang ngobrol gitu ya.

Peneliti : Dalam hal berkomunikasi, apakah narapidana menggunakan

kata-kata khusus yang hanya terdapat di LAPAS?

ABA : Ngga di sini mah, sama aja.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

ABA : Ya macem-macem sih. Kalo di sini sih pasti ada aja temen-

temen yang kalo ngobrol ya ngobrolin yang ke arah sana

Page 120: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxiii

(kriminal). Selama pengalaman saya di penjara juga obrolan

“begitu” ya pasti ada gausah heran. Ya gimana kita bergaulnya

sama yang begitu semua. Yang ngajak bener juga ada, macem-

macem lah.

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

ABA : Ya tergantung kita bertemennya sama yang bener apa nggga.

Pengarunya paling ke sikap kita ya, mau tobat apa malah niat

begitu lagi.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

ABA : Oh kalo itu sih saya kurang tau ya, soalnya saya di blok santri

kan. Tapi yang saya denger-denger kalo di sini sih ya palingan

masih ada lah yang main-main narkoba, mabok, setau saya itu

mah, dikit tapi.

Peneliti : Apakah terdapat suatu kelompok atau geng yang terbentuk di

dalam LAPAS?

ABA : Di sini mah gak ada, di LAPAS Pandeglang tuh masih ada,

yang Ambon lah, Lampung, masih ada.

Peneliti : Sudah berapa kali anda masuk LAPAS?

ABA : Saya udah 2 kali sama ini, dulu di LAPAS Pandeglang.

Peneliti : Kejahatan apa yang pertama kali anda lakukan?

ABA : Sama rampok juga

Peneliti : Apa yang menyebabkan anda melakukan tindak pidana lagi?

ABA : Kalo saya sih karena pegaulan, keluar dari penjara bergaul lagi

sama temen yang sama kaya dulu, yaudah kejadian lagi. Saya

sih ya sebenernya ngelakuin ini (kejahatan) dari ajakan temen-

temen. Jadi pas waktu di penjara bergaul sama orang-orang

yang gak bener juga, ditambah pas keluar bergaul lagi sama

temen yang sama. Awalnya sih saya pas baru banget keluar

Page 121: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxiv

LAPAS, menyendiri dulu di rumah, tapi lama kelamaan bergaul

lagi sama lingkungan saya yang gak bener.

Peneliti : Menurut anda, apa yang menyebabkan seorang mantan

narapidana melakukan kejahatan kembali atau menjadi

narapidana residivis?

ABA : Kalo soal residivis, menurut saya sih faktornya antara ekonomi

atau lingkungan pergaulan, entah itu pas dia bergaul di LAPAS

atau pas dia udah keluar. Dua faktor itu sama kuatnya lah. Saya

sendiri sih karena pergaulan, susah dah kalo udah kebawa

lingkungan temen. Menurut saya, atuh kalo ditanya sebabnya

apa aja, saya pikir lebih karena ekonomi. Nah tapi kalo saya

pribadi kenapa sampe dipenjara dua kali ya karena pergaulan.

Saya dulu waktu di RUTAN Pandeglang, saya ngerasanya mah

lingkungan di sana ya makin parah, bukannya buat saya jadi

baik malah tambah stress, apalagi pergaulan di sana termasuk

yang keras, ya kalo gak kuat-kuat ya habis lah di sana, tadinya

gak kenal obat-obatan (narkoba) sekarang mah jadi ga asing

lagi. Untungnya saya cuma sebentar ditahan di sana, gak sampe

setahun lah. Nah, udah saya keluar, saya ketemu lagi sama

temen-temen lama, biasa lah ngopi-ngopi ngobrol, yaudah

akhirnya kumat lagi, mabok lah, judi jalan lagi.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

ABA : Remisi palingan, atau biasanya ada penghargaan gitu buat napi

terbaik. Dijadiin Tamping biasanya.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

ABA : Gak ada sih, udah bagus lah segini mah, ditingkatin aja.

Page 122: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxv

Identitas Informan

a. Nama (alias) : SO

b. Agama : Islam

c. Pendidikan terakhir : SMA

d. Kasus : Narkotika (Pasal 114 UU No. 35/2009)

e. Lama pidana : 12 Tahun

f. Status (Tah/NP) : Narapidana (Residivis)

g. Tempat Wawancara : LAPAS Klas I Tangerang

h. Tanggal/Waktu : 30 Januari 2017

i. Lama Wawancara : 60 Menit

Peneliti : Maaf, sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

SO : Udah lumayan lama, 4 tahunan mah ada

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

SO : Gimana ya, biasa aja sih, lebih santai sih kalo di sini.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

SO : Saya waktu pertama kali masuk LAPAS ya pasti nyesuaikan

dulu gimana pergaulan di sini. Soalnya yang saya tau kan keras

di penjara mah, tapi kalo di sini saya ngerasanya beda aja, napi

banyak juga ko yg bae nya. Saya mah niru yang bae-bae nya

aja. Nah yaudah karena saya udah tau begini kehidupannya, ya

ngikut aja.

Peneliti : Yang saya tau, biasanya kalo di LAPAS gitu narapidana yang

baru masuk biasanya dikerjain gitu bang, kalo di sini gimana

bang?

SO : Ga ada sih kalo di sini, sama aja semuanya, rata lah. Nah kalo

di RUTAN atau di LAPAS lain masih ada mungkin. Makanya

Page 123: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxvi

saya bilang di sini bagus ya itu, ga ada yg berani macem-macem

ke temen sendiri.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di Lapas

Klas I Tangerang?

SO : Baik-baik petugas mah, ngobrol juga biasa aja kaya ke temen

sendiri, beberapa juga ada yang udah akrab, tapi ya tetep

hormat.tau batesan.

Peneliti : Kegiatan apa yang biasanya anda lakukan selama berada di

sini?

SO : Di sini biasa sih saya ikut kegiatan-kegiatan aja biar ga bosen.

Olahraga, pengajian, pelatihan-pelatihan banyak lah, ikut aja

kita mah.

Peneliti : Menurut pendapat anda bagaimana pembinaan di LAPAS Klas

I Tangerang?

SO : Wah kalo pembinaan di sini termasuk bagus lah, beda sih sama

LAPAS lain, kegiatan di sini jalan semua.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar narapidana?

SO : Hubungan sih baik, kaya ke temen biasa aja. Kalo soal temen

bergaul sih ya mau gak mau kita mesti punya temen banyak di

sini, nanti kan kalo mau apa-apa gimana, susah juga. Misalnya

rokok lagi abis kan kalo mau minta juga segen. Tapi ya gak

semuanya bisa akrab, cocok-cocokan juga. Betah-betahin aja sih

masuk sini mah. Tapi kalo yang mau yang bener ya mesti pilih-

pilih temen, salah bergaul malah makin parah.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

SO : Biasa-biasa aja sih, positif-positif aja tergantung orangnya,

balik lagi ke orangnya masing-masing.

Peneliti : Sudah berapa kali anda masuk LAPAS?

Page 124: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxvii

SO : Ini udah yang kedua, pertama pernah di LAPAS Cipinang.

Peneliti : Kejahatan apa yang pertama kali anda lakukan?

SO : Sama narkoba juga, tapi dulu cuma pemake.

Peneliti : Apa yang menyebabkan anda melakukan tindak pidana lagi?

SO : Pergaulan sih. Pas dulu dipenjara juga malah tambah bikin gak

bener. Saya yang tadinya cuma pemake (narkoba), sekarang jadi

tau gimana ngedarinnya, bandarnya, jaringannya. Ya itu karna

ya kenal sama Bandar, ngobrol-ngobrol iseng.

Peneliti : Bagaimana perlakuan pada narapidana yang baru masuk?

SO : Sama aja di sini mah gak gimana-gimana.

Peneliti : Apakah terdapat suatu kelompok atau „geng‟ yang terbentuk di

dalam LAPAS? Baik itu yang berdasarkan suku, rasa atau

agama?

SO : Gak ada sih kalo itu di sini mah, nah kalo di LAPAS lain ada.

Di sini mah rata semua juga, berteman ke siapa aja gak

mandang suku, agama. Gak ada kalo di sini mah yang saya tau.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

SO : Penyimpangan ya, gak yang gimana-gimana sih, paling banyak

yang maling, nilep duit, nipu, “make” (narkoba). Yang maling

biasanya sih yang udah jago maling. Buat beli rokok palingan.

Makanya kita kalo punya duit mending dikantongin aja dibawa

kemana-mana. Kalo soal narkoba, yang saya liat sih di sini gak

jauh beda sama LAPAS lain soal peredaran narkoba, di sini

sama ada “apotik”nya (tempat jual beli narkoba) juga, tapi di

sini kecil, gak yang terang-terangan juga, ngumpet-ngumpet.

Kebutuhan sih soalnya kalo narkoba itu, duit juga ngalir kan

dari jual gituan. Nah ada lagi kalo di sini biasanya ada aja napi

yang nipu-nipu temennya, minjem duit bilangnya buat bini nya

ngelahirin lah bayaran sekolah lah apa lah, padahal mah duitnya

Page 125: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxviii

buat dia sendiri, mana gak balik. Pengalaman sendiri soalnya,

dan emang banyak juga yang begitu.

Peneliti : Mengenai penyimpangan, apakah di sini terjadi penyimpangan

seksual yang dialami narapidana?

SO : Penyimpangan kaya homo gitu? Gak ada sih kalo itumah di

sini, setau saya ya, tapi ya mungkin ada aja.

Peneliti : Dalam hal berkomunikasi, apakah narapidana menggunakan

kata-kata khusus yang hanya terdapat di dalam lingkup

LAPAS?

SO : Oh kalo itu ada aja sih, kaya yang tadi saya bilang, ada apotik,

macem-macem sih. Tapi kalo di sini karna gak terlalu dipake ya

bahasanya juga biasa aja. Voorman palkam gitu-gitu juga gak

ada kan, jadi ya jarang lah pake bahasa-bahasa khusus gitu.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang di dapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana?

SO : Kalo selama saya di sini sih saya ngerasa lebih baik lah. Udah

gak make lagi. Saya selama di sini karena sering ikut pengajian

gitu ya ngerasa lebih baik aja, gak ada niat-niat mau berulah

lagi, kapok lah. Kasian anak-bini, ngasih nafkah nggak malah

bikin susah.

Peneliti : Apakah narapidana banyak yang mengalami stress?

SO : Ya.. kalo stress mah semuanya juga bisa dibilang stress bang,

siapa yang gak stress masuk penjara. Biar kata di sini

pembinaannya bagus, ya istilahnya mah kebebasan kita direbut,

ya stress lah, pisah sama anak bini.

Peneliti : Bagaimana pengaruh program pembinaan terhadap

narapidana?

SO : Ya banyak pengaruh positifnya mah, kaya di disini kan banyak

tuh pelatihan-pelatihan. Bagus banget buat anak-anak di sini,

Page 126: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxix

kaya pelatihan montir, budidaya taneman. Kalo saya tertariknya

nyukur, lumayan buat nanti bisa buka usaha pas keluar, mantep

kan. Duit mulu itu usaha cukur rambut. Ya lumayan lah di sini

nambah-nambah skill. Masih banyak lagi pelatihan-pelatihan

yang manfaat, asalkan kitanya minat aja insyaallah sih

pengaruhnya jadi bagus di sini.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

SO : Ya. LAPAS model gini juga bagus,yang penting mah kegiatan

jalan, sama aturan yang tegas.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

SO : Paling remisi sih.

Peneliti : Apa kritik atau pesan anda terhadap LAPAS Klas I

Tangerang?

SO : Gak ada sih, palingan ya lebih ditingkatin aja kegiatannya.

Udah lumayan bagus lah menurut saya LAPAS ini mah.

Page 127: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxx

Identitas Informan

a. Nama (alias) : DU

b. Agama : Islam

c. Pendidikan Terakhir : S2

d. Kasus : Korupsi (Pasal 2 UU No.31/1999)

e. Lama pidana : 6 Tahun

f. Status (Tah/NP) : Narapidana

g. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

h. Tanggal/Waktu : 23 Januari 2017

i. Lama Wawancara : 90 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

DU : Udah setahunan lah

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

DU : Baik. Ga ada masalah gimana-gimana di sini.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

DU : Waktu pertama kali masuk LAPAS sih agak sulit ya

adaptasinya, pinter-pinternya kita baur. Pas dipindahin ke

LAPAS Tangerang juga sama aja, mesti nyesuain dulu, gabisa

sembarangan ngobrol, tapi gak lama pas udah tau gimana

lingkkungan di sini, saya mulai ada temen, mulai santai lah

ngobrol sama yang lain. Beda sih yang saya rasain kalo di sini

mah. Lebih kaya keluarga aja pas udah kenal. Kalo di LAPAS

lain kaya di RUTAN atau di LAPAS lain mungkin beda.

Peneliti : Bagaimana cara bertahan hidup atau menjalani hidup di

LAPAS?

DU : Saya sih di sini ya mau gak mau harus jalanin aja semuanya.

Mulai dari aturan, pergaulan, semuanya mesti dijalanin. Aturan

Page 128: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxi

mesti kita ikutin, pergaulan juga kita mesti nyesuain diri. Saya

Alhamdulillah ya dek selama di sini gak pernah ada yang

macem-macem, saya juga bisa dibilang akrab ke semuanya. Gak

gampang, tapi karna kita emang butuh juga temen di sini, selain

butuh perlindungan ya butuh sekedar temen ngobrol aja buat

bunuh rasa stress. Kegiatan juga saya ikutin aja biar gak bosen.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

DU : Oh petugas mah baik, akrab saya sama mereka

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

DU : Ya itu dia, saya biasanya ikut kegiatan di sini aja. Olahraga,

pengajian, ikutin aja semuanya. Saya sih hobinya pingpong,

voli. Kadang di sini suka ada pertandingan juga.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

DU : Pengaruhnya ya baik, apalagi saya sering ikut pengajian, jadi

ya pengaruhnnya baik biar napi pada tobat, jadi pada sering

ibadah. Belum lagi pelatihan-pelatihan, wah itu manfaat banget

buat merek yang tunawisma, biar nanti pas keluar punya

keahlian biar gak kriminal lagi. Bagus sih kalo di sini

pembinaannya, hampir jalan semua.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

DU : Iya kalo mental gitu sih yang lebih pengaruhin ya dari

pembinaan kepribadian, kaya pengajian dan semacamnya.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar narapidana?

DU : Di LAPAS ini sih bagus dek, gatau yak kalo di LAPAS lain.

Page 129: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxii

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

DU : Saya ngobrol ya biasa sama yang lain, sama lah kaya ke temen

sendiri kaya di luar, enjoy aja. soalnya kalo di sini dibawa

pikiran juga stress sendiri. Hampir ga pernah kan denger berita

LAPAS ini rusuh? Itu ya karena pembinaan di sini bagus,

makanya sampe sekarang LAPAS ini kondusif, kegiatan jalan,

sama yang paling penting sih di sini pengamanannya ekstra,

ketat lah. Jadi kalo ada yang berani macem-macem langsung

dipindahin ke sel (sel isolasi). Di sini juga saya liatnya napi

jarang ada yang macem-macem, mungkin karena inget umur

juga kali pada mau bener, mau cepet keluar juga ketemu

keluarga

Peneliti : Dalam hal berkomunikasi, apakah narapidana menggunakan

kata-kata khusus yang hanya terdapat di LAPAS?

DU : Gak ada, sama aja.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

DU : Positif sih dari yang saya rasain, di sini juga yang saya tau

pada mau bener, apalagi kalo inget keluarga.

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

DU : Pengaruhnya sih ya tergantung kitanya ya, sama siapanya kita

bergaul.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

DU : Apa ya, gak ada sih yang saya liat.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

Page 130: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxiii

DU : LAPAS sih yang bagus ya yang berjalan sebagaimana

mestinya, LAPAS ini menurut saya jauh lebih baik dari LAPAS

lainnya dari segi pelayanan, program kegiatan, dan kondusifnya

lingkungan LAPAS. Dengan gitu kan bisa buat napi mandiri

juga, karena kan yang saya tau napi residivis itu muncul karena

faktor ekonomi. Nah, kalo program semua jalan, napi bisa

mandiri ekonomi kan insyaallah lah gak bakal jadi kriminal lagi

mereka.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

DU : Kalo aturannya ya dapet remisi buat napi yang baik-baik di

sini.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

DU : Saran saya sih lebih ditingkatin aja pembinaannya,

kegiatannya diaktifin semuanya. Toh manfaat juga buat napi di

sini. Trus itu satu lagi, saya kan suka ikut pengajian-pengajian

gitu, dan sering pantau pendidikan agama di sini. Saran saya sih

kurikulum di sini perlu diperjelas ya, biar sistematis aja

pengajarannya, soalnya yang saya tau di sini seenak

pengajarnya aja, gak ada patokan jelas kurikulumnya. Udah sih

itu aja, selebihnya udah bagus di sini.

Page 131: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxiv

Identitas Informan

a. Nama (alias) : NS

b. Agama : Islam

c. Pendidikan terakhir : SD

d. Kasus : Perampokan (Pasal 365 KUHP)

e. Lama pidana : 9 Tahun

f. Status (Tah/NP) : Narapidana

g. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

h. Tanggal/Waktu : 21 Desember 2016

i. Lama Wawancara : 30 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

NS : Udah lama, lupa. 3 tahunan mahh ada

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

NS : Baik, enak di sini mah daripada di LAPAS lain.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

NS : Waktu pertama masuk ya ga gimana-gimana, dulu sih baru

masuk ya agak ngeri juga karena kan di dalemnya juga

penjahat-penjahat semua, tapi karena saya masuknya bareng

temen ya ngerasa ada yang saling lindungin aja. Gak ada yang

berani macem-macem juga.

Peneliti : Bagaimana cara bertahan hidup atau menjalani hidup di

LAPAS?

NS : Beh berat bang jalanin hidup di sini, mesti kuat-kuat nahan

emosi, mental. Kalo ngga kuat-kuat ya berantem mulu pasti

ujungnya.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

Page 132: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxv

NS : Petugas ya tergantung kitanya sih, baik ya baik. Tapi kalo

yang saya alamin sih di sini baik-baik petugasnya, asalkan

jangan berani macem-macem aja.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

NS : Ikut-ikut kegiatan sini aja, ya gitu-gitu aja tiap hari.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

NS : Kalo pengaruh sih ya manfaat banget. Dari sini kita bisa ini

itu, jadi serba bisa. Makanya kalo yang di sini gak ikut banyak

kegiatann ya rugi.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

NS : Sama aja sih bang. Tergantung kitanya itu mah.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar Narapidana?

NS : Kita bertemen di sini biasa-biasa aja, kadang ada rasa segen

juga, jadi ya saling hormatin. Mungkin karena di sini LAPAS

dewasa ya, jadi ya kita pada sadar diri aja udah tua lah tobat.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

NS : Kalo itu ya sering, santai sih di sini mah ngobrol juga. Apalagi

kita kan orang lama di sini.

Peneliti : Dalam hal berkomunikasi, apakah narapidana menggunakan

kata-kata khusus yang hanya terdapat di LAPAS?

NS : Oh itu mah ada aja, tapi di LAPAS lain, di sini mah udah gak

dipake, lebih tertib di sini mah, ketat juga aturannya.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

NS : Kurang tau ya kalo itu, balik lagi ke kita nya sih.

Page 133: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxvi

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

NS : Yang saya rasain pribadi sih saya ngerasa lebih baik ya,

soalnya saya bertemen di sini juga sama yang niatannya tobat,

yang di blok pesantren banyak yang jadi temen saya. Jadi ya

ngaruh lah ke saya sendiri.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

NS : Di sini sih udah ga ada, jarang lah. Paling ya yang kecil-kecil

aja, kaya misalnya masih pada megang duit, make (narkoba),

megang hp. Masih wajar sih segitu mah.

Peneliti : Mengenai penyimpangan, apakah di sini terdapat

penyimpangan seksual yang dialami narapidana?

NS : Oh itu mah gak ada.

Peneliti : Apakah terdapat suatu kelompok atau geng yang terbentuk di

dalam LAPAS?

NS : Dulu mungikin iya kalo di LAPAS lain, di sini udah gak ada.

Rata semuanya.

Peneliti : Apa yang menyebabkan anda melakukan tindak pidana?

NS : Saya sebenernya karna mau bales dendam istri saya, dilecehin

majikannya. Saya waktu itu di Sidoarjo, isteri saya kan kerja di

Jakarta. Denger kabar dari dia dilecehin terus sama majikannya,

sekali dua kali masih saya maafin dah, tapi ini sering. Karena

saya ngerasa martabat keluarga udah dijatohin ya saya gak bisa

tinggal diam. Saya berangkat ke Jakarta, gak pakai pikir panjang

saya datengin ke rumahnya malam-malam, yaudah saya

pukulin aja majikannya sampe pingsan. Nah gak taunya denger

kabar dia mati, padahal saya yakin dia masih hidup. Dan

pahitnya lagi, pas di pengadilan, saya dituduh merampok dan

membunuh. Tapi syukurnya saya gak divonis hukuman

maksimal, cuma 9 tahun.

Page 134: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxvii

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

NS : Napi itu menurut saya sih baiknya dididik ya. Bagus nih

pembinaan di sini, bisa jadi contoh buat LAPAS lainnya. Kalo

pendidikan sama pelatihan jalan semua insyaallah sih gak ada

napi residivis.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

NS : Remisi paling, makanya pada lebih milih baik-baik di sini biar

cepet keluar.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

NS : Udah bagus sih, dipertahanin aja.

Page 135: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxviii

Identitas Informan

a. Nama (alias) : MR

b. Agama : Islam

c. Kasus : Perampokan (Pasal 365 KUHP)

d. Lama pidana : 12 Tahun

e. Status (Tah/NP) : Narapidana

f. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

g. Tanggal/Waktu : 20 Desember 2016

h. Lama Wawancara : 20 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

MR : Udah 2 tahun

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

MR : Jujur dek saya menderita selama berada di sini (LAPAS), saya

menderita bukan karena saya dipukulin atau diperlakukan nggak

baik, tapi karena saya nggak betah di sini. Saya sengaja masuk

blok pesantren biar selama saya saya di sini ibadah tetep jalan.

Dan Alhamdulillah selama saya di sini pembinaan di LAPAS

ini bagus, ngaji jalan, semuanya jalan. Selama saja di sini ga ada

niat macem-macem dek, coba ikhlas aja, mudah-mudahan ini

jalan biar saya jadi lebih baik.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

MR : Duh saya waktu pertama masuk sedih banget dek, udah tua (63

tahun) gini malah masuk penjara. Bingung, di sini saya harus

ngapain, mana hukuman saya 12 tahun. Tapi alhamdulillahnya

di sini orang-orangnya baik, pada hormat ke saya, mungkin

karena saya yang paling tua di sini.

Peneliti : Bagaimana cara bertahan atau menjalani hidup di LAPAS?

Page 136: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xxxix

MR : Ya dijalanin aja dek, saya mikirnya ini udah jalannya Allah

buat saya lebih baik.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

MR : Petugas baik, diperhatiin banget kalo di sini.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

MR : Ya biasanya ngaji, kegiatan-kegiatan agama lah, soalnya kan

saya di blok santri.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

MR : Iya dek, di sini saya masuk ke Blok Pesantren. Di sini

termasuk yang bagus pembinaan agamanya, banyak di sini yang

lebih milih pindah ke Blok Pesantren, ikut pengajian.

Kebanyakan di sini kan yang udah pada tua semua, jadi ya

paling karena itu, atau karena tau dan ngeliat temen-temennya

yang di pesantren baik-baik. Saya juga karena bisa dibilang

paling tua di sini ya lebih disegenin dan saya juga sering ngasih

nasehat ke mereka, Alhamdulillah

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

MR : Kita di sini khususnya sih yang di blok santri ngerasa lebih

baik aja, jadi lebih deket sama Allah, jadi ngejalanin hukuman

juga jadi ikhlas.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar Narapidana?

MR : Baik ko di sini mah, ga ada yang rebut-ribut gitu.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

MR : Gak sering, seperlunya aja. Banyakan ibadahnya kalo di sini.

Page 137: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xl

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

MR : Positif-positif aja, itu sih yang saya tau kalo di blok santri.

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

MR : Tergantung dek, kalo bertemennya sama yang gak baik ya

kebawa pasti, sama sebaliknya juga.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

MR : Ga tau itu mah.

Peneliti : Apa yang menyebabkan anda melakukan tindak pidana?

MR : Saya itu diciduk polisi sebenernya salah tangkep. Orang saya

baru pulang mulung, eh tau-tau didatengin polisi katanya saya

yang ngerampok tetangga. Makanya saya sedihnya di sini ya

karena itu dek, saya gak salah apa-apa tapi harus masuk sini.

Mana saya gak ada yang belain, udah pas ditangkep, ke

pengadilan, yaudah saya juga gak ngerti apa-apa kena udah.

Padahal mah sumpah bukan saya.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

MR : LAPAS ini sih udah bagus kalo kata saya. Jalan semua

kegiatannya, tempat ibadah ada semua, bagus. Bagusnya sih

gitu, biar napi juga pada tobat.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

MR : Dikasih potongan hukuman (remisi).

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

MR : Lebih ditingkatin lagi kegiatan agamanya, biar jamaah tambah.

Page 138: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xli

Identitas Informan

a. Nama (alias) : AR

b. Agama : Islam

c. Pendidikan terakhir : SD

d. Kasus : Perampokan (Pasal 363 KUHP)

e. Lama pidana : 2 Tahun 6 Bulan

f. Status (Tah/NP) : Narapidana

g. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

h. Tanggal/Waktu : 22 Desember 2016

i. Lama Wawancara : 40 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

AR : Saya pindahan dari LAPAS lama, udah 6 bulanan di sini

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

AR : Di sini Alhamdulillah baik, lebih nyaman di sini.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

AR : Saya selama berada di sini (LAPAS) merasa takut dan asing.

Mungkin karena baru pertama kali ya, tapi pelan-pelan mulai

terbiasa. Tapi selama saya di sini saya lebih milih menyendiri

bang, ARalnya saya khawatir malah gak tobat kalo misalnya

bertemen sama mereka

Peneliti : Bagaimana cara bertahan hidup atau menjalani hidup di

LAPAS?

AR : Jujur bang, saya masuk penjara ini stress bukan main, hampir

gila saya, bukan karna apa-apa, saya ngerasa Allah udah

ngehukum saya di dunia. Batin saya gak kuat bang lama-lama di

sini. Tp alhamdulillahnya di sini pengajian-pengajian jalan,

Page 139: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xlii

yaudah lah saya mikirnya ma di sini tempat saya tobat juga jadi

lebih baik

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

AR : Baik-baik petugas sini mah kalo kita gak macem-macem

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

AR : Kalo saya sih ikut kegiatan-kegiatan aja, biasanya saya ikut

kelas ngejait, biar nanti bisa buka usaha.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

AR : Bagus banget bang, saya jadi bisa ngejait, nyukur, lumayan

kan nambah kebisaan. Bisa buka usaha nantinya.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

AR : Yang saya rasain ya jadi lebih baik, tobat setobat-tobanya dah.

Kapok, apalagi inget anak istri. Sedih, bukannya ngasih nafkah.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar Narapidana?

AR : Baik sih kalo di sini.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

AR : Saya lebih banyak menyendiri mas, bukannya saya gak mau

bergaul, tapi saya cuma takut “tertular” mereka mas, saya kapok

mas masuk penjara, saya mau tobat. Selama di sini ya biarpun

gak banyak yang ngerasa sama seperti saya, tapi saya

merasakan pergaulan dengan teman-teman di dalam LAPAS

malah banyak negatifnya. Makanya saya lebih pilih menyendiri,

ARalnya saya mau jadi orang bener lagi mas pas nanti keluar

Page 140: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xliii

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

AR : Tergantung orangnya sih. Tapi menurut saya sih lebih ke

negatif, ya namanya napi.

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

AR : Pergaulan sih tergantung sama siapanya, kalo sama yang bener

jadi kebawa bener, kalo sama yang gak bener ya sama kebawa

juga.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

AR : Gak ada sih, aman di sini mah

Peneliti : Mengenai penyimpangan, apakah di sini terdapat

penyimpangan seksual yang dialami narapidana?

AR : Oh itu mah gak ada, kalo di LAPAS lama ada mungkin.

Peneliti : Apa yang menyebabkan anda melakukan tindakan kriminal?

AR : Pekerjaan awal saya sebagai buruh. Awalnya saya nggak tahu

tentang dunia kriminal gini. Semua awalnya dari lingkungan

pergaulan saya. Saya ikut dan belajar mencuri dari teman ngopi

saya, mereka mengajak saya gabung sama komplotan mereka

sebagai pencuri, yaudah kejadian, apalagi waktu itu lagi butuh

duit.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

AR : Apa ya, ya paling dapet remisi.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

AR : Gak ada sih, udah bagus. Kebersihannya aja kali ya lebih

ditingkatin.

Page 141: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xliv

Identitas Informan

a. Nama (alias) : AF

b. Agama : Islam

c. Pendidikan Terakhir : S2

d. Kasus : Korupsi (Pasal 2 UU No.31/1999)

e. Lama pidana : 6 Tahun

f. Status (Tah/NP) : Narapidana

g. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

h. Tanggal/Waktu : 23 Januari 2017

i. Lama Wawancara : 110 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

AF : Udah 2 tahunan

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

AF : Enak di sini mah, tapi ya tetep aja namanya penjara, gak betah.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

AF : Biasa, baur ke semuanya kita mah. Stress diawal doang sih.

Udah ke sininya ya biasa aja. Bagus di sini LAPAS nya.

Peneliti : Bagaimana cara bertahan hidup atau menjalani hidup di

LAPAS?

AF : Ya dijalanin aja, gausah yang macem-macem, ikutin aja aturan

yang ada.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

AF : Baik. Hubungan sama petugas ya baik kaya ke temen aja kalo

udah akrab.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

Page 142: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xlv

AF : Sama lah, ikut kegiatan di sini aja. Olahraga ikut, pengajian

ikut, budidaya tanaman juga ikut. Rata-rata ya sama semua

kegiatan napi mah.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

AF : Manfaatnya ya banyak, jadi pada bisa macem-macem, punya

keahlian nanti pas keluar.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

AF : Ya kalo itu tergantung. Ada yang berubah, ada yang masih

bebel gak mau tobat.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar narapidana?

AF : Saya sih ya di sini banyak yang kenal mah, tapi emang kalo di

sini yang namanya penjara kita mesti hati-hati bergaul.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

AF : Sering ko, ya mau gimana, gausah dibawa stress lah kalo di

sini, dibawa enjoy aja. Kadang temen juga bawa pengaruh baik,

makanya saya bilang kan pinter-pinter bergaul kalo di sini.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

AF : Tergantung kitanya, di sini mah yang bener ada, yang gak

bener ya banyak. Tapi kalo menurut saya sih ya di sini masih

bagus lah pergaulannya, jarang ada yang rebut-ribut.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

AF : Ga ada di sini mah.

Peneliti : Apakah terdapat suatu kelompok atau geng yang terbentuk di

dalam LAPAS?

AF : Oh, udah ga ada. Rata sih di sini mah.

Page 143: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xlvi

Peneliti : Apa yang menyebabkan anda melakukan tindak pidana?

AF : Kalo itu sebenernya karena di kampus saya kan dapet

gelontoran dana gitu ya dari Kementerian Pendidikan, jadi tiap

kampus dapet sekitar 7 miliar. Nah, gak tau soal itu duit masuk

ke rekening saya sama temen saya. Yaudah ada pemeriksaan

KPK keseret lah kita. Padahal mah tau juga nggak soal duit

segitu banyaknya.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

AF : Soal residivis saya gak begitu paham ya. Tapi secara keilmuan,

saya bisa berpendapat bahwa napi residivis itu atau orang

ngelakuin keriminal itu banyak sebenernya faktornya, ekonomi,

lingkungan, pergaulan, psikologis, bahkan keluarga. Kalo

mengenai LAPAS yang ideal ya baiknya sih yang program

pembinaannya tersistematis dan punya prospek bagus

kedepannya untuk narapidana. Yang saya liat selama di sini,

hampir ga ada lah yang misalnya niat macem-macem. Yang ada

malah di sini banyak yang mau pada tobat. Dengan model

LAPAS yang pembinaannya bagus gini aja kita udah pada

puyeng, kapok lah. Ya gimana ngga, dasarnya aja kemerdekaan

kita, kebebasan kita udah dicabut, stress kita. Gak ada orang

yang kuat kaya gitu, preman sekalipun. Bagusnya di sini, bukan

cuma diperketat semuanya, tapi juga pembinaan jalan semua, itu

sih yang bisa bikin napi tobat. Nah biasanya kalo udah begitu

biasanya nyebar dah, jadi pada ngikut, biasanya nyebarnya

lewat ngobrol-ngobrol biasa.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

Page 144: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xlvii

AF : Dapet remisi biasanya kalo napi yang nunjukin perubahan

lebih baik.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

AF : LAPAS Klas I Tangerang ini sebenernya udah bagus, tinggal

ditingkatin aja dan dipertahanin yang udah bagus.

Page 145: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xlviii

Identitas Informan

a. Nama (alias) : DJ

b. Agama : Islam

c. Kasus : Pembunuhan Berencana (Pasal 340 KUHP)

d. Lama pidana : 5 Tahun

e. Status (Tah/NP) : Narapidana

f. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

g. Tanggal/Waktu : 21 Desember 2016

h. Lama Wawancara : 30 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

DJ : 3 tahunan kurang lah, 2014 udah di sini. Saya pindahan dari

RUTAN Salemba.

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

DJ : Baik, lebih enak di sini lah.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

DJ : Ga gimana-gimana sih, soalnya di sini juga lebih kondusif

suasananya, napi di sini juga gak berani macem-macem yang saya tau.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

DJ : Kalo sama petugas mah baik-baik aja, tergantung kitanya juga

sih gimana.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

DJ : Saya sih biasanya ya ikut-ikutan aja kegitan di sini. Apa aja

diikutin. Biar gak bosen aja sih di sini, lagian juga kalo di sini

gak ngapa-ngapain ya bakal stress sendiri.

Page 146: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

xlix

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

DJ : Pengaruh banget lah, di sini kalo kita ikut kegiatan-kegiatan

pelatihan gitu ya lumayan nambah skill, kaya ngejait, bengkel,

banyak sih.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

DJ : Saya sih ngerasanya sama aja, gatau kalo napi yang lain.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar Narapidana?

DJ : Hubunngan kita ya baik-baik aja, banyak temen juga si sini.

Nambah temen ya manfaat juga biarpun napi, seengaknya punya kenalan di

sini. Penting sih jaga hubungan sama orang sini, namanya manusia gak dimana

gak dimana butuh orang lain pasti.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

DJ : Baik, ya seperlunya aja kalo saya mah.

Peneliti : Dalam hal berkomunikasi, apakah narapidana menggunakan

kata-kata khusus yang hanya terdapat di LAPAS?

DJ : Apa ya, ngga ada sih kalo di sini mah.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

DJ : Positif sih, tapi ya tergantung ngobrol sama siapanya, kalo

ngobrol sama yang gak bener ya pastinya gak bener

omongannya. Tergantung sih.

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

DJ : Pengalaman saya selama di lingkungan penjara ini, di RUTAN

Salemba, LAPAS Tangerang, ya kita pasti ketemunya sama

orang-orang yang gak bener, kriminal. Resikonya ketemu

Page 147: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

l

mereka dan masuk di lingkungannya ya pasti kita bisa ketular

jahat juga, kecuali kita bisa jaga diri. Kalo saya ditanya soal

pengaruhnya apa aja bergaul sama mereka, ya itu balik lagi ke

diri masing-masing. Kalo gak punya pendirian ya bakal ngikut

gak bener. Tapi selama saya di sini, biar kata napi di sini

keliatan sangar-sangar, tapi kita mah udah kaya temen biasa aja,

ga ada yang macem-macem juga di sini mah.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

DJ : Apa ya. Paling ini sih, kan sebenarnya mah di LAPAS

aturannya gak boleh pegang HP (handphone), nah tapi di sini

masih banyak yang punya HP. Ga boleh kan aturannya mah.

Apa lagi ya, narkoba ada aja sih tapi ga keliatan. Udah sih

paling itu aja.

Peneliti : Mengenai penyimpangan, apakah di sini terdapat

penyimpangan seksual yang dialami narapidana?

DJ : Oh itu mah ga ada di sini. Kalo di LAPAS lama mungkin

masih ada kaya yang homo segala macem. Soalnya kalo di sini

kalo yang ketahuan begitu langsung diseret ke sel isolasi.

Peneliti : Apakah terdapat suatu kelompok atau geng yang terbentuk di

dalam LAPAS?

DJ : Ga ada.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

DJ : LAPAS itu menurut saya sih bagusnya yang bener-bener rapi

programnya, jalan semua, aturannya dijalanin semua. LAPAS

ini sih ya udah lumayan bagus. Napi juga rata-rata banyak yang

lebih betah di sini daripada LAPAS lainnya. Kalo soal residivis

ya menurut saya sih balik lagi ke orangnya, tergantung diri

sendiri. Kalo pas keluar nanti bergaulnya sama yang gak bener

lagi ya pasti ngikut, tergantung lingkungan juga sih.

Page 148: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

li

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

DJ : Oh itu, biasanya sih jadi penilaian aja kali ya dari pihak

LAPAS nya, nah biasanya dapet remisi kalo yang kecatetnya

bagus.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

DJ : Udah bagus ko, tinggal ditingkatin aja kegiatannya.

Page 149: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lii

Identitas Informan

a. Nama (alias) : WE

b. Agama : Islam

c. Pendidikan terakhir : SD

d. Kasus : Perampokan (Pasal 365 KUHP)

e. Lama pidana : 10 Tahun

f. Status (Tah/NP) : Narapidana

g. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

h. Tanggal/Waktu : 20 Desember 2016

i. Lama Wawancara : 40 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

WE : 2 tahun

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

WE : Jujur lebih enak di sini, saya pindahan dari LAPAS

Pandeglang.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

WE : Gak gimana-gimana sih, pada baik semua di sini juga.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

WE : Petugas baik, perlakuan ke napi baik, sama semuanya rata.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

WE : Saya sih jarang ikut kegiatan-kegiatan, paling ya pengajian.

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

WE : Pengaruhnya manfaat banget buat napi di sini. Mereka kan

setelah keluar nanti pastinya mau punya kerjaan.

Page 150: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

liii

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

WE : Saya pribadi jadi lebih taat aja ibadahnya

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar Narapidana?

WE : Pergaulan di sini saya ngerasanya beda sih sama LAPAS

lainnya, kaya di LAPAS Pandeglang disana mah pergaulannya

juga masih keras. Kalo di sini sama aja gak ada bedanya sama

lingkungan di luar. Yang saya liat napi di sini ibadah lumayan

pada getol, tau bener-bener apa cuma cari muka ke petugas dah,

haha. Tapi saya rasa sih bener lah

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

WE : Pergaulan di sini ya bagus-bagus aja bang, ngobrol ya sama aja

sih, biasa. Saya di sini termasuk yang pemilih kalo untuk hal

bertemen. Saya lebih seringnya ngobrol sama anak-anak

pesantren (Blok Pesantren), sering ikut pengajian juga.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

WE : Gatau ya, dua-duanya bisa aja sih, saya juga gak bilang bagus

terus, kalo kita ngobrolnya sama yang gak bener ya kebawa

pasti.

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

WE : Ya itu, ada aja pengaruh mah, tapi ya gak begitu ngaruh lah.

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS?

WE : Ga ada sih di sini mah.

Peneliti : Apakah terdapat suatu kelompok atau geng yang terbentuk di

dalam LAPAS?

WE : Gak ada.

Page 151: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

liv

Peneliti : Apa yang menyebabkan anda melakukan tindak pidana?

WE : Lebih karena ga ada duit sih, ekonomi. Terpaksa saya juga

begini, anak sekolah gak ada duit. Kerjaan lontang-lantung.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

WE : Bagusnya ya begini, kegiatan jalan semua. Biar pada bisa nyari

kerjaan nanti pas bebas, biar gak rampok lagi misalnya.

Peneliti : Reward atau penghargaan seperti apa yang diberikan oleh

pihak LAPAS terhadap narapidana yang patuh dan dan

berkelakuan baik?

WE : Dikasih remisi kalo yang baik di sini.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

WE : Pesan sih ya ditingkatin semuanya, kebersihan, fasilitasnya

dibagusin, kegiatan juga jalan semua.

Page 152: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lv

Identitas Informan

a. Nama (alias) : HU

b. Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 29-03-1989

c. Agama : Islam

d. Pendidikan terakhir : SMP

e. Kasus : Pencurian (Pasal 363)

f. Lama pidana : 2 Tahun 6 Bulan

g. Status (Tah/NP) : Narapidana

h. Tempat Wawancara : Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

i. Tanggal/Waktu : 22 Desember 2016

j. Lama Wawancara : 80 Menit

Peneliti : Sudah berapa lama anda berada di sini (LAPAS)?

HU : Baru sih, 6 bulanan lah

Peneliti : Bagaimana keadaan anda selama di sini?

HU : Baik, dan lebih nyaman lah di LAPAS ini mah dibanding

RUTAN dulu saya.

Peneliti : Bagaimana proses penyesuaian diri atau adaptasi yang

dilakukan saat pertama kali masuk LAPAS?

HU : Pertama kali masuk LAPAS ya takut lah bang, bingung juga

mesti gimana, puyeng dah, stress. Apalagi waktu di LAPAS

Cipinang keras lingkungannya, kalo di LAPAS ini sih masih

mending ya, bagus lah kalo di sini.

Peneliti : Bagaimana petugas memperlakukan anda selama di LAPAS

Klas I Tangerang?

HU : Baik-baik aja, tergantung kitanya sih, petugas mah baik-baik

aja asalkan kita gak macem-macem, nurut aja.

Peneliti : Apa yang biasa anda lakukan selama berada di LAPAS Klas I

Tangerang?

Page 153: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lvi

HU : Biasa lah, paling ikut-ikutan kegiatan di sini, musik, olahraga,

pengajian juga saya ikut

Peneliti : Bagaimanakah pengaruh yang anda rasakan dari program

pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Klas I Tangerang?

HU : Pembinaan di sini berjalan baik, hampir semua program

berjalan. Saya jadi ada kegiatan aja di sini, biar gak stress aja

sih. Dengan ikut kegiatan gitu, apalagi pengajiannya saya

merasa lebih baik dari sebelumnya.

Peneliti : Bagaimana dampak psikologis yang didapat? Misal, mental

atau cara pikir narapidana dari Pembinaan LAPAS?

HU : Selama saya berada di sini (LAPAS Klas I Tangerang) saya

merasakan perbedaan dari LAPAS yang lain, saya kan pindahan

dari LAPAS Cipinang, kalo di sana sih lebih keras ya

pergaulannya, beda kalo di sini. Kalo di sini ya biarpun gak

banyak, tapi narapidana di sini gak sedikit yang pada mau tobat

bang, ada yang karena stress dihukum lama, ada juga yang

karena mikirin keluarganya. Dari situ saya terdorong untuk jadi

lebih baik

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antar Narapidana?

HU : Kita sih baik-baik aja di sini, ya seperti ke teman biasa. Tapi

pasti ada rasa canggung dan hati-hati dengan ucapan dan

tingkah kita, takut ada yang gak seneng.

Peneliti : Bagaimana interaksi / komunikasi yang anda lakukan dengan

teman di LAPAS? Seberapa sering komunikasi yang terjalin?

HU : Ya kalo ngobrol sih saya sekedarnya aja, karna saya baru juga

di sini ya jadi gak banyak juga ngobrolnya sama yg lain.

Peneliti : Apa motif yang melatarbelakangi anda melakukan tindakan

kriminal?

Page 154: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lvii

HU : Ya kalo saya sih bisa ngelakuin tindakan ini karena ajakan dari

temen, awalnya saya kira kerjaan bener, gataunya malah

rampok. Karena hasilnya lumayan, saya jadi keterusan dan ya

sampai ketangkep gini bang. Sekarang saya baru kapok.

Peneliti : Menurut anda, komunikasi yang terjalin lebih mengarah pada

hal positif atau negatif?

HU : Ya kalo komunikasi sih sama aja, gak beda sama ke temen

biasanya. Lebih ke positif aja sih, tapi sering juga ya namanya

ngobrol pasti ada aja yang arahnya ke negatif, misalnya

ngomong kotor atau semacamnya.

Peneliti : Apa saja pengaruh yang didapatkan dari pergaulan dengan

sesama narapidana?

HU : Kalo soal pergaulan di penjara, gimana ya bang, sama aja sih

kaya di luar. Karena temen saya di luar banyak yang gak bener

ya makanya saya ngerasa sih hampir sama aja. Di luar diajak

gak bener, ya di sini gak jauh beda, tp ya beberapa aja sih. Kalo

di sini sesama narapidana gak begitu terbuka soal pribadi, bang.

Saya sih ngobrol ya sekedarnya aja yang perlu, tp dari obrolan

dengan mereka saya jadi tau banyak hal khususnya sih yang ke

arah sana (kriminal)

Peneliti : Bagaimana perlakuan pada narapidana yang baru masuk?

HU : Kalo di sini sih beda ya bang sama LAPAS lainnya yang saya

pernah masuk, LAPAS Cipinang. Kalo di sini sih perlakuan

napi nya gak yang gimana-gimana, soalnya di sini penjagaannya

ketat. Kalo di LAPAS lain, kaya di Cipinang sih kalo napi yang

baru masuk ya “dikerjain” dulu, disuruh-suruh, kalo dia gak

mau ya rame-rame dipukulin. Tapi kalo di sini ga ada kaya

begitu, ada yang mukul aja bisa dilaporin ke petugas,

hukumannya ketat.

Page 155: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lviii

Peneliti : Apa saja penyimpangan yang terjadi di LAPAS? Mengenai

penyimpangan, apakah di sini terdapat penyimpangan seksual

yang dialami narapidana?

HU : Kalo di LAPAS ini sih dikit yang macem-macem. Kalo

penyimpangan seksual gitu gak ada.

Peneliti : Menurut anda, bagaimana penjara yang ideal yang dapat

mencegah terjadinya residivisme?

HU : Ya kalo LAPAS nya bener sih insyaallah sih pada tobat.

Peneliti : Apa kritik dan pesan anda terhadap LAPAS Klas I Tangerang?

HU : Udah lumayan bagus ko.

Page 156: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lix

Identitas Informan

Nama : Hamzah Laptur

Jabatan : Kepala Sub Bagian (Kasubag) Umum

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tangerang

Tempat Wawancara : Kantor Bagian Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas I

Tangerang

Tanggal/Waktu : 10 Februari 2017

Lama Wawancara : 60 Menit

Peneliti : Maaf, sudah berapa lama bapak bertugas di sini?

Pak Hamzah : Saya belum begitu lama di sini, hampir satu tahun. Saya

pidahan dari LAPAS Makassar.

Peneliti : Selama bapak bertugas, kendala apa saja yang bapak hadapi

selaku petugas Lembaga Pemasyarakatan?

Pak Hamzah : Ya selama saya bertugas, yang menjadi tantangan ya datang

pada diri sendiri, maksud saya, selama saya bertugas di LAPAS

saya merasa dituntut untuk selalu siap atas segala resiko yang

akan dihadapi. Hal tersebut dikarenakan LAPAS Klas I

Tangerang merupakan LAPAS dengan pengaman maksimal

yang berisikan narapidana dengan vonis berat. Apalagi sebagai

kepala bagian, saya dituntut untuk berpikir bagaimana

terjalinnya suasana kerja yang kondusif bagi semuanya.

Peneliti : Jika kendala tersebut datang dari narapidana, apa saja kendala

yang pernah bapak hadapi?

Pak Hamzah : Mengenai warga binaan, Alhamdulillah selama saya bertugas,

baik itu di LAPAS Makassar atau LAPAS Tangerang, hampir

tidak ada kendala besar yang saya hadapi.

Peneliti : Maaf sebelumnya pak, saya kemarin ke bagian registrasi, di

sana saya menanykan data narapidana berstatus residivis, tapi

Page 157: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lx

ternyata LAPAS tidak memiliki data mengenai kategorisasi

narapidana tersebut.

Pak Hamzah : Mengenai hal tersebut, LAPAS menang tidak memiliki data

pastinya.

Peneliti : Terkait masalah tersebut, menurut bapak apa saja faktor yang

menyebabkan seorang narapidana setelah keluar menjadi

narapidana residivis?

Pak Hamzah : Faktor Ekonomi, pekerjaan, lingkungan mereka juga bisa.

Pergaulan mereka yang menjerumuskan kembali ke jalan yang

salah.

Peneliti : Lingkungan bagaimana ya pak yang bapak maksud?

Pak Hamzah : Ya lingkungan mereka bergaul. Jadi setelah keluar dari

LAPAS, mereka yang niatnya tobat, malah sebaliknya saat dia

bergaul lagi sama lingkungan pergaulan mereka.

Peneliti : Menurut bapak, lingkungan di dalam LAPAS saat dia

menjalani hukuman, apakah bisa mempengaruhi narapidana

menjadi narapidana residivis?

Pak Hamzah : Ya bisa jadi, bisa dimungkinkan hal tersebut terjadi, bisa jadi

narapidana saat berada di dalam LAPAS dan betemu dengan

narapidana lain, orang tersebut malah menjadi bertambah jahat

dari sebelumnya. Misalnya saat sebelum dia masuk LAPAS,

misalnya narapidana tersebut kasus pembunuhan yang

sebelumnya dia tidak mengenal narkoba, nah ketika dia masuk

LAPAS dia jadi tau bahkan bisa berkecimpung di dunia

narkoba.

Peneliti : Menurut pengamatan bapak selaku petugas pemasyarakatan,

bagaimana hubungan yang terjalin atara narapidana?

Pak Hamzah : Saya melihat hubungan baik itu antar narapidana atau antar

narapidana dengan petugas LAPAS, berjalan baik.

Page 158: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lxi

Peneliti : Bagaimana dengan narapidana yang baru masuk?

Pak Hamzah : Ya sama saja, dari yang saya lihat, di sini sudah tidak ada lagi

yang namanya bully, atau perkelahian antar narapidana, tidak

ada diskriminasi yang terjadi.

Peneliti : Mengenai program pembinaan, menurut bapak apakah sejauh

ini pembinaan LAPAS sudah berjalan dengan baik?

Pak Hamzah : Pembinaan sejatinya dibuat untuk dapat merubah pola pikir

narpidana menjadi lebih baik. Maka dari itu adanya pembinaan

kepribadian dan kemandirian. Kepribadian tujuannya untuk

merehabilitasi kepribadian narapidana, dan kemandirian yang

tujuannya untuk mengasah keahlian tertentu khususnya di

bidang pekerjaan. Sejauh ini program pembinaan terbilang

sukses, dengan ukuran yang menunjukkan kegiatan pembinaan

berjalan dengan partisipasi yang tinggi dari para narapidana dan

kondusifnya LAPAS.

Peneliti : Apakah pembinaan yang dilakukan dapat memperbaiki

perilaku narapidana?

Pak Hamzah : Itu tergantung dari pribadi masing-masing, karena beberapa kasus

ada yang melawan, banyak juga yang patuh. Menurut saya itu

wajar saja.

Peneliti : Tadi bapak mengatakan ukuran keberhasilan pembinaan dilihat

dari kondusifnya LAPAS, apa yang dimaksudkan dari itu pak?

Pak Hamzah : Iya, dengan kondusifnya situasi dan kondisi LAPAS, maka dapat

menunjang keberhasilan pembinaan. Kondusifnya LAPAS tak

terlepas dari peran petugas keamanan.

Peneliti : Baik pak, terimakasih atas waktunya.

Pak Hamzah : Iya sama-sama.

Page 159: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lxii

Dokumentasi

Page 160: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lxiii

Page 161: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lxiv

Page 162: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lxv

Page 163: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lxvi

Page 164: PRISONISASI DAN PEMBELAJARAN KEJAHATAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Pola Linier, dan Pola Siklus. Pola Linier menjelaskan

lxvii

Dokumen Resmi