print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

12
Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru Oleh: I Gede Artha Wiguna (03) Ni Made Cristina Dewi (07) Ni Made Mulia Dewi (23) Ni Made Ratna Anggreni (28) Ni Putu Suryani Dewi (35) 1

Upload: ptlyla

Post on 27-Jun-2015

2.728 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru

Oleh:I Gede Artha Wiguna (03)Ni Made Cristina Dewi (07)Ni Made Mulia Dewi (23)Ni Made Ratna Anggreni (28)Ni Putu Suryani Dewi (35)

SMA NEGERI 1 MENGWITH. AJARAN 2010/2011

1

Page 2: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

Masa Orde Baru membawa masyarakat Indonesia dalam kehidupan perekonomian yang relatif lebih baik. Kedudukan negara Indonesia di mata negara-negara di dunia pun semakin menguat. Namun, krisis moneter yang terjadi di Asia pada tahun 1997, membuat rakyat menderita.

Pemerintahan Orde baru yang telah berjalan selama 32 tahun pun dinilai tidak bersih lagi. Maka, pemerintaahn Orde Baru dituntut untuk mundur dari kekuasaan.

A. Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru

Pada pertengaha tahun 1997, krisis moneter melanda negara-negara di kawasan Asi Tenggara, termasuk Indonesia. Krisis moneter di Indonesia dimulai dengan menurunnya nilai tukar rupiah.Hal ini kemudian mengarah pada munculnya krisis legtimasi kepercayaan atas pemerintahan Orde Baru. Permasalahan krisis kepercayaan terhadap pemerintahan Orde Baru makin meningkat dengan diangkatnya kembali Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia.Berbagai peritiwa bentrokan antar kelompok mahasiswa dan tentara serta kelompok pendukung Soeharto pun mulai bermunculan.

Krisis Multidimensi yang melanda Indonesia dalam kurun waktu tahun 1997-1998 memberikan akses yang besar terhadap dinamika kehidupan ekonomi, politik, dan sosial bangsa. Dimulai dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada medio 1997, efek domino pun langsung mendera masyarakat Indonesia di berbagai lini. Krisis polotik, krisis sosial dan krisis legitimasi atas pemerintahan Orde Baru kemudian bermunculan sebagai reaksi utama.

Berbagai krisis yang melanda Indonesia ini juga dihiasi oleh berbagai peristiwa berdarah dan politis didalamnya. Krisis demi krisis yang harus dihadapi oleh Indonesia pada kurun waktu 1997-1998 membuat Indonesia kembali tersadar. Berbagai monuver politik dan aksi demonstrasi mahasiswa pun mewarnai berbagai peristiwa pada kurun waktu awal bergulirnya gerakan reformasi yang diprakarsai oleh mahasiswa dan beberapa tokoh masyarakat di tahun 1998. Krisis ini pula yang memunculkan ketidakpercayaan publik kepada pemerintahan Orde Bau yang puncaknya menghantarkan jatuhnya Soeharto dari kursi kepresidenan.

2

Page 3: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Adapun beberapa penyelewengan yang dilakukan pada masa pemerintahan orde baru yang menyebabkan terjadinya beberapa krisis yang melanda negara indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Krisis Politik

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”. Pada dasarnya secara de jore (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).

Hal tersebut mengkibatkan suksesi politik pemeritah menjadi tidak terlaksana dengan baik. Kondisi tersebut memicu munculnya kondisi status quo yang berakibat pada munculnya krisis politik, baik itu dalam tatanan elite politik maupun masyarakat ynag mulai mempertanyakan legitimasi pemerintahn Orde Baru.

Begitu mengakarnya budaya KKN dalam tubuh birokrasi pemerintahan, menyebabkan proses pengawasan dan pemberian manadaritas kepemimpinan dari DPR dan MPR kepada presiden menjadi tidak sempurna. Unsur legislatif yang sejatinya dilaksanakan oleh MPR dan DPR dalam membuat dasar-dasr hukum dan haluan Negara menjadi sepenuhnya dilakukan oleh Presiden Soekarno.

Selanjutnya dengan keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak percayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.

Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya :

UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum

UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR / MPR

UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

3

Page 4: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum

UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa.

Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu, konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar, terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa jabatan Presiden.

Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Menjelang akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di Banjarmasin yang banyak memakan korban jiwa.

Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak. Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di kalangan masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat untuk menolak kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden.

Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada kepemimpinan Presiden Soeharto yang dating dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.

4

Page 5: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

2.Krisis Moneter

Di tengah ketegangan politik, bangsa Indonesia menghadapi persoalan lain, yaitu adanya krisis moneter. Akibat adanya krisis moneter kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Soeharto semakin berkurang. Gelombang demonstrasi mahasiswa semakin tidak dapat dibendung.

Pada tanggal 19 mei 1988, mahasiswa dari berbagai kampus yang jumlahnya mencapai puluhan ribu orang teru berdatangan kegedung MPR/DPR. Mereka mendesak Soeharto mundur dari kursi presiden dan menuntut reformasi total.

Salah satu penyebab mundurnya Soeharto adalah melemahnya dukungan politik, yaitu terlihat dari prnyataan politik Kosgoro (salah satu organisasi di bawah Golkar) yang meminta Soeharto mundur. Pernyataan Kosgoro pada tanggal 16 mei 1998 tersebut diikuti dengan pernyataan Ketua Umum Golkar , Harmoko yang pada saat itu juga menjabat sebagai ketua MPR/DPR RI meminta Soeharto untuk mundur.

Keroposnya perokonomian Indonesia semakin parah karena tindakan para konglomerat yang menyalahgunakan posisi mereka sebagai pelaku pembangunan ekonomi. Karena berkembangnya budaya KKN, menyebabkan para konglomerat bisa bertindak dengan leluasa tanpa ada kontrol dari pemerintah dan masyarakat.

Pada saat yang bersamaan krisis moneter terjadi pula di beberapa negara Asia Tenggara sepoerti di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Krisis ini merupakan imbas dari ekonomi global yang diduga disebabkan oleh pelaku spekulan. Meskipun banyak faktor yang menyebabkan krisis moneter ini, namun salah satu sebab utamanya adalah para spekulan asing yang telah memborong dolar lalu menjualnya dengan harga tinggi sehingga mata uang negara ASEAN terpuruk. Spekulan yang terbesar pada era krisis tersebut adalah George Soros.

Pada masa Orde Baru, perekonomian lebih menberikan kentungan bagi kaum modal atau konglomerat. Hal tersebut adalah wujud dari prakti-praktik KKN yang mengakibatkan rakyat semakin miskin dan tidak berdaya. Berkut adalah krisis ekonomi:

a) Kurs rupiah terhadap dolar Amerika melemah pada tanggal 1 Agustus 1997.

b) Pemerintah melikuidasi 16 bank bermasalah pada akhir tahun 1997.

c) Pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mengawasi empat puluh bank bermasalah.

d) Kepercayaan Internasional terhadap Indonesia menurun.

e) Perusahaan milik negara dan swasta banyak yang tidak dapat membayar utang luar negeri yang akan dan telah jatuh tempo.

f) Angka pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat karena banyak perusahaan yang melakukan efisisensi atau menghentikan kegiatan sama sekali.

5

Page 6: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

g) Persediaan barang nasional, khususnya sembilan bahan pokok di pasaran mulai menipis pada akhir tahun 1997.

Untuk mengatasi kesulitan moneter tersebut, pemerintah meminta bantuan dana pembangunan dari institusi nasional, yaitu International Monetory Fund ( IMF ). Pada tanggal 15 Januari 1998 di jalan Cendana Jakarta, Presiden Soeharto menandatangani 50 butir Letter Of Intent ( Lol ) yang disaksikan oleh Direktur IMF Asia, Michel Camdessus, sebagai sebuah syarat untuk mendapatkan kucuran dana bantuan luar negeri tersebut.

Faktor yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia adalah masalah utang luar negeri, penyimpangan terhadap pasal 33 UUD 1945, dan pola pemerintahan yang sentralistik.

a. Utang Luar Negeri Indonesia

Utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang negara, tetapi sebagian merupak utang swasta. Utang yang menjadi tanggungan negara hingga 6 Februari 1998 mencapai 63,462 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dolar Amerika Serikat. Ketika terjadi krisis moneter tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat merosot tajam, bahkan sempat mencapai Rp 16.000,00. akibat dari utang-utang tersebut, maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia semakin menipis. Para pedagang luar negeri tidak percaya lagi tergadap importir Indonesia yang dianggap tidak akan mampu membayar barang dagangan. Hampir semua negara luar tidak mau menerima Letter Of Credit ( L/C ) dari Indonesia.

b. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945

Pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh menyimpang dari sistem perekonomian Indonesia. Dalam pasal 33 UUD 1945 tercantum bahwa dasar demokrasi ekonomi , produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat ditafsirkan bukan merupakan kemakmuran orang per orang, melainkan kemakmuran seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia berdasarkan atas asas kekeluargaan. Perekonomian berdasarkan asas demokrasi ekonomi bertujuan untuk menciptakan kemakmuran bagi semua orang. Oleh karena itu, cabang-cabang produksi yang penting dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Jika tidak maka akan jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan akan merugikan rakyat.

Sistem ekonomi yang berkembang pada masa Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoli, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.

6

Page 7: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

c. Pola Pemerintahan Sentralistik

Pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan sistem pemerintahan bersifat sentralistis, artinya semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di atur secara sentral dari pusat pemerintah ( Jakarta ), sehingga peranan pemerintah pusat sangat menentukan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Pelaksanaan politik sentralisasi ini sangat terlihat pada bidang ekonomi, sebagian besar kekayaan daerah dibawa ke pusat dan pemerintah daerah tidak dapat berbuat banyak karena dominasi pusat terhadap daerah sangat kuat. Hal tersebut menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat.

Krisis moneter dan ekonomi semakin meluas dan menjadi krisis multidimensional. Di tengah situasi yang semakin melemahnya nilai rupiah, aksi massa, aksi buruh, dan aksi mahasiswa terjadi dimana-mana. Mereka menuntut agar pemerintah segera mengadakan pemulihan ekonomi, sehingga harga-harga sembako turun, tidak lagi ada PHK dan lain-lain.

3. Krisis Hukum

Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa, masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada kedudukan atau posisi yang sebenarnya.

4. Krisis Kepercayaan

Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.

Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis dan tidak merakyat.

Soeharto kembali ke Indonesia, namun tuntutan dari masyarakat agar Presiden Soeharto mengundurkan diri semakin banyak disampaikan. Rencana kunjungan mahasiswa ke Gedung DPR / MPR untuk melakukan dialog dengan para pimpinan DPR / MPR akhirnya berubah menjadi mimbar bebas dan mereka memilih untuk tetap tinggal di gedung wakil rakyat tersebut sebelum tuntutan reformasi total di penuhinya. Tekanan-tekanan para mahasiswa lewat demontrasinya agar presiden Soeharto mengundurkan diri akhirnya mendapat tanggapan dari Harmoko sebagai pimpinan DPR / MPR. Maka pada

7

Page 8: print sejarah jatuhnya pmrintahan masa orde baru

tanggal 18 Mei 1998 pimpinan DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri.

Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat di Jakarta. Kemudian Presiden mengumumkan tentang pembentukan Dewan Reformasi, melakukan perubahan kabinet, segera melakukan Pemilihan Umum dan tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai Presiden.

Dalam perkembangannya, upaya pembentukan Dewan Reformasi dan perubahan kabinet tidak dapat dilakukan. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri/berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia dan menyerahkan Jabatan Presiden kepada Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan langsung diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di Istana Negara

5. Krisis Sosial

Pada masa akhir pemerintahan Orde Baru, Indonesia mengalami gejolak politik yang tinggi baik di tatanan pemerintahan maupun ditingkat pergerakan rakyat dan maahsiswa.

Suhu politik yang memanas menimbulkan berbagai potensi perpecahan sosial di masyarakat.Pola transmigrasi yang diterapkan oleh pemerintah tidak diiringi dengan penanganan solidaritas sosial di daerah tujuan. Pada akhirnya kecemburuan sosial akibat adanya disparitas tingkat perekonomian tidak daapt dihindari. Kondisi inilah yang kemudian memicu tuntutan kepada pemerintah pusat untuk mereformasi pola pembangunan ekonomi. Tuntutan inilah yang kemudian memunculkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya reformasi bagi kehidupan bangsa.

8