hukum perdata dalam kasus jatuhnya crane di arab saudi
DESCRIPTION
tugas UTS semester 3 Adm.Perkantoran dan SekretariTRANSCRIPT
MAKALAH
PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PERISTIWA
PEMUKULAN PENGEMUDI GOJEK OLEH OJEK PANGKALAN
HUKUM PERDATA DAN DAGANG
DISUSUN OLEH :
FITRIANA VERINSKA 1406635594
DWIKY FITRIANSYAH PAHLAWAN 1406635631
ADMINISTRASI PERKANTORAN DAN SEKRETARI
PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN................................................................................................................................ iii
1. LATAR BELAKANG.............................................................................................................. iii
2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................iii
3. TUJUAN................................................................................................................................... iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PERISTIWA JATUHNYA CRANE DI MASJIDIL HARAM..............................................................1
1. KRONOLOGIS.............................................................................................................................1
2. PENYEBAB JATUHNYA CRANE..............................................................................................1
3. AKIBAT YANG DIALAMI JAMAAH HAJI...............................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
ANALISIS HUKUM.............................................................................................................................3
1. PERBUATAN MELAWAN HUKUM..........................................................................................3
2. PERBUATAN MELAWAN HUKUM KARENA KELALAIAN.................................................4
2.1 KELALAIAN BERAT..............................................................................................................6
3. TANGGUNG JAWAB TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM..............................7
3.1 PERTANGGUNGJAWABAN DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN..........10
PENUTUP...........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perbuatan
Melawan Hukum dalam Peristiwa Pemukulan GOJEK oleh Ojek Pangkalan” dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Dosen mata
kuliah Hukum Dagang dan Perdata.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kami mengenai unsur-unsur hukum yang terkandung dalam suatu
peristiwa. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Depok, 21 Oktober 2015
Penyusun
ii
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perisitiwa pemukulan pengemudi GOJEK oleh ojek pangkalan marak terjadi
dalam setahun ini (2015). Di beberapa wilayah Jabodetabek dan Bandung pernah
terjadi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh ojek pangkalan terhadap pengemudi
GOJEK. Khususnya daerah Bundara Cibiru, Bandung yang telah terjadi beberapa kali
tindakan kekerasan berupa pemukulan yang dilakukan oleh ojek pangkalan daerah
tersebut.
Peristiwa ini menimbulkan munculnya beberapa unsur hukum. Sehingga,
perlu adanya tindakan hukum yang sesuai berdasarkan penyebab kejadian dan
besarnya kerugian yang dialami oleh pengemudi GOJEK.
2. RUMUSAN MASALAH
Pokok-pokok masalah dalam makalah ini adalah:
1. Kronologis peristiwa pemukulan pengemudi GOJEK oleh ojek pangkalan
2. Penyebab atau dasar dari tindakan kekerasan yang dilakukan ojek
pangkalan
3. Kerugian yang dialami oleh pengemudi GOJEK akibat peristiwa tersebut
4. Analisis berdasarkan ilmu hukum perdata.
3. TUJUAN
Mengenali, mengetahui, menganalisis unsur-unsur hukum dalam suatu
peristiwa, yaitu pemukulan pengemudi GOJEK oleh ojek pangkalan di daerah
bundaran Cibiru, Bandung.
iii
BAB I
PERISTIWA PEMUKULAN PENGEMUDI GOJEK OLEH
OJEK PANGKALAN
1. KRONOLOGIS
Di Kota Bandung, hari Kamis 22 Oktober 2015 terjadi tindakan
kekerasan oleh pengemudi ojek pangkalan kepada ojek berbasis aplikasi
yaitu GOJEK. Tindakan kekerasan terjadi beberapa kali pada hari itu.
Tercatat adanya empat kejadian dugaan penganiayaan, yaitu:
a. Pukul 06.00 WIB seorang pengemudi Gojek dipesan oleh seorang
penumpang perempuan di Jalan Manisi Kelurahan Pasirbiru
Kecamatan Cibiru Kota Bandung. Setelah tiba di lokasi
penjemputan, suami perempuan tersebut berniat mengantar dengan
menggunakan sepeda motor untuk memastikan keamananan
mereka hingga ke Jalan AH Nasution, dekat bunderan Cibiru.
Namun di tengah perjalanan, laju sepeda motor tersebut dihadang
oleh sekelompok orang tak dikenal. Diduga mereka adalah ojek
yang biasa beroperasi di daerah tersebut. Sempat terjadi pemukulan
terhadap pengemudi GOJEK, bernama Iman serta Sutiono, suami
dari perempuan yang memesan Gojek tersebut. Pemukulan
dilakukan dengan tangan kosong, tidak menggunakan alat.
b. Pukul 10.30 WIB sekitar tiga puluh pengemudi GOJEK
mendatangi Polsek Panyileukan untuk menuntut pengusutan atas
dugaan kekerasan tersebut. Satu jam berselang, mereka kemudian
membubarkan diri dan kembali bekerja. Sebagian besar dari
mereka mengarah ke barat atau menuju Kota Bandung. Usai
membubarkan diri menuju Kota Bandung, saat melewati bundaran
1
Cibiru, para pengendara GOJEK kembali diadang oleh sekelompok
pengendara motor yang diduga pengemudi ojek pangkalan.
Untuk menghindari kerumunan tersebut, salah satu pengemudi
Gojek bernamaTaufik, sempat terjatuh dan bersembunyi masuk ke
dalam salah angkutan umum dengan rute trayek Cicadas-Cibiru.
Akan tetapi, tanpa alasan sopir angkot FH melakukan pemukulan
kepada Taufik dengan menggunakan gelas di bagian kepala
belakang. Akibat pemukulan pada bagian belakang tubuhnya
dengan gelas, diketahui bahwa waktu itu pelaku sedang ngopi, jadi
korban dipukul di bagian belakang menggunakan gelas kopi itu.
c. Pukul 12.00 WIB pengemudi GOJEK bernama Deni mengalami
dugaan kekerasan yang terjadi di pintu masuk komplek perumahan
Graha Panyileukan. . Deni kemudian melaporkan tindak
kekerasaan yang ia alami ke Polsek Panyileukan.
d. Pukul 15.45 WIB dugaan kekerasan menimpa pengemudi GOJEK
bernama Andreansyah. Saat masuk ke Jalan Manisi, sejumlah
orang menghadang laju sepeda motor Andreansyah yang tengah
mengangkut seorang penumpang. Tanpa sebab yang jelas,
sejumlah orang langsung memukulinya hingga sepeda motor yang
dibawanya jatuh. Sebagian besar tidak membawa alat, tapi terlihat
satu orang yang membawa balok kayu.
e. Mengetahui empat rekan pengemudi GOJEK mengalami dugaan
tindak kekerasan, ratusan pengemudi GOJEK mendatangi
Mapolsek Panyileukan untuk menuntut pengusutan kasus tersebut.
Setelah itu, para pengemudi GOJEK tersebut berkonvoi ke arah
Barat. Serangan balasan tersebut dapat diantisipasi dan dihentikan
oleh Kapolresta Bandung dengan cara pembubaran berkumpulnya
pengemudi GOJEK di pangkalan ojek Manisi Cibiru.
2
2. PENYEBAB ATAU DASAR DARI TINDAKAN KEKERASAN
Berdasarkan laporan VIVA .co.id oleh Jhon Hendra, yang menjadi
penyebab penganiayaan tiga pengemudi GOJEK dan seorang penumpang
adalah karena pengemudi GOJEK merebut penumpang ojek di dalam
kompleks di Jalan Manisi Cibiru, Kota Bandung. Selain itu pemukulan
terjadi lantaran pengemudi GOJEK masuk ke kompleks dan dinilai telah
melanggar perjanjian yang sebelumnya telah disepakati. Namun, karena
belum adanya konfirmasi dari pengemudi GOJEK mengenai perjanjian
tersebut, belum dapat dipastikan adanya unsur pelanggaran perjanjian atau
wanprestasi. Maka dasar dari tindakan kekerasan ini menurut Ridwan
Kamil, walikota Bandung adalah dikarenakan masalah komunikasi yang
tidak terjalin khususnya berkenaan dengan isu sosial yang akhirnya
menimbulkan persoalan sosial yaitu kecemburuan oleh ojek pangkalan
karena ojek berbasis aplikasi ini dinilai mendapat lebih banyak
penumpang daripada mereka sehingga berbuntut perasaan “terebut”
rezekinya oleh pengemudi-pengemudi GOJEK yang melintas di dekat
wilayah pangkalannya.
3. KERUGIAN YANG DIALAMI KORBAN
Kerugian akibat oleh kekerasan dalam bentuk pemukulan yang
dilakukan oleh ojek pangkalan daerah Bundara Cibiru terhadap korban
(pengemudi GOJEK dan suami dari pemesan GOJEK) adalah:
a. Akibat peristiwa tersebut, Iman mengalami luka di bagian pelipis
kanan, sedangkan Sutiono mengalami luka di bagian kepala.
b. Taufik dibawa ke RSUD Ujung Berung untuk perawatan medis
karena luka pada bagian kepala belakang.
c. Andreansyah mengalami luka di bagian pelipis kiri dan segera
diamankan ke Polsek Panyileukan beserta sepeda motor yang
dikendarainya.
3
BAB II
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
1. KONSEP PENGERTIAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN
MAKNANYA
Perbuatan hukum tidaklah sama dengan perbuatan pidana. Yang
dimaksudkan perbuatan melawan hukum disini dalam bidang keperdataan.
Demikian juga dengan perbuatan melawan hukum oleh penguasa negara
(onrechmatige overheidsdaad) juga memiliki, arti dan konotasi yang
berbeda.
Dalam bahasa Belanda, istilah "perbuatan melawan hukum" ini
disebut dengan "onrechmatige daad" atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan "tort". Kata “tort” diambil dari kata latin "torquere" atau "tortus"
dari bahasa Prancis. Kata "tort" dapat juga diartikan sebagai "salah"
(wrong). Seiring berjalannya waktu, kata “tort” itu berkembang
sedemikian rupa sehingga berarti kesalahan perdata yang bukan berasal
dari wanprestasi kontrak.
Sehingga pada prinsipnya, perbuatan melawan hukum adalah
untuk dapat tercapai seperti pribahasa Latin, yaitu: juris praecepta sunt
haec; honeste vivere, alterum non laedere, suum cuique tribuere
(semboyan hukum adalah hidup secara jujur, tidak merugikan orang lain;
dan memberikan orang lain haknya).
Awalnya, perbuatan melawan hukum dianggap sebagai kumpulan
pengertian-pengertian hukum yang berserak-serakan dan tidak termasuk ke
dalam kesalahan dalam bidang perdata. Pada abad ke-19 , perbuatan
melawan hukum diperhitungkan sebagai sebuah bidang hukum tersendiri
dan dikenal dengan istilah “tort”.
Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, perbuatan melawan hukum
adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang
yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.
4
Ada juga yang mengartikan perbuatan melawan hukum sebagai
suatu kumpulan dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk
mengontrol atau mengatur perilaku berbahaya, untuk memberikan
tanggung jawab atas suatu kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan
untuk menyediakan ganti rugi terhadap korban dengan suatu gugatan yang
tepat (Keeton, et al, 1983:1) .
Beberapa definisi lain tentang perbauatan melawan hukum adalah
sebagai berikut. (Keeon, et al, 1984:1-2).
1. Tidak memenuhi sesuatu yang menjadi kewajibannya selain dari
kewajiban kontraktual atau kewajiban quasi kontracktual yang
menerbiatkan hak untuk ganti rugi.
2. Suatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang mengakibatkan
timbulnya kerugian bagi orang lain tanpa sebelumnya ada suatu
hubungan hukum, dimana perbuatan atau tidak berbuat tersebut,
baik merupakan suatu perbuatan biasa maupun perbuatan suatu
kecelakaan.
3. Tidak memenuhi suatu kewajiban yang dibebankan oleh hukum,
kewajiban mana yang ditujukan terhadapa setiap orang pada
umumnya, dan dengan tidak memenuhi kewajibannya tersebut
dapat dimintakan suatu ganti rugi.
4. Suatu kesalahan perdata (civil wrong) terhadap mana suatu ganti
kerugian dapat dituntut yang bukan merupakan wanprestasi
terhadap kontral, atau wanprestasi terhadap kewajiban trust,
ataupun wanprestasi terhadap kewajiban equity lainnya.
5. Suatu kerugian yang tidak disebabkan oleh wanprestasi terhadap
kontrak, atau lebih tepatnya, merupakan suatu perbuatan yang
merugikan hak-hak orang lain yang diciptakan oleh hukum yang
tidak terbit dari hubungan kontraktual.
5
6. Sesuatu perbuatan atau tidak berbuat sesuatu yang secara
bertentangan dengan hukum melanggar hak orang lain yang
diciptakan oleh hukum, dan karenanya suatu ganti rugi dapat
dituntut oleh pihak yang dirugikan.
7. Perbuatan melawan hukum bukan suatu kontrak, seperti juga kimia
bukan suatu fisika atau matematika.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hukum tentang
perbuatan melawan hukum merupakan suatu hal yang berat dan rumit
yang memproses pemindahan beban resiko dari pundak korban ke pundak
pelaku perbuatan tersebut. Namun, rasa kepuasan terhadap doktrin-doktrin
hukum mengenai perbuatan melawan hukum, mendorong masyarakat
berinisiatif mencari model alternatif yang dianggap lebih efektif dan
efisien, antara lain sebagai berikut:
1. Sistem kompensasi dalam bentuk asuransi.
2. Sistem kompensasi yang didasari pada pembiayaan lewat
pembayaran pajak.
3. Sistem sosial security.
4. Sistem kompensasi pekerja.
2. PENGERTIAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM SEBELUM
DAN SETELAH TAHUN 1919
Secara klasik, perbuatan dalam istilah perbuatan melawan hukum
adalah:
- Nonfeasance, yakni merupakan tidak berbuat sesuatu yang
diwajibkan oleh hukum.
- Misfeance, yakni merupakan perbuatan yang dilakukan secara
salah, yang mana merupakan kewajibannya atau merupakan
perbuatan yang dia mempunyai hak untuk melakukannya.
- Malfeasance, yakni merupakan perbuatan yang dilakukan padahal
pelakunya tidak berhak untuk melakukannya.
6
(William C. Robinson, 1882:127)
Pada zaman dahulu, pengadilan menafsirkan melawan hukum
hanya sebagai pelanggaran dari pasal-pasal hukum tertulis semata-mata
(pelanggaran perundang-undangan yang berlaku), tetapi sejak tahun 1991
terjadi perkembangan di negeri Belanda, dengan mengartikan perkataan
melawan hukum bukan hanya untuk pelanggaran perundang-undangan
tertulis semata-mata, melainkan melingkupi setiap perlanggaran terhadap
kesusilaan atau kepantasan dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Sejak
tahun 1919 tersebut, Belanda dan Indonesia sudah mengartikan perbuatan
melawan hukum secara luas, yakni mencakup dari perbuatan-perbuatan
sebagai berikut:
1. Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain.
Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain
(inbreuk op eens anders recht) termasuk kedalam salah satu
perbuatan yang dilarang oleh Pasal 1365 KUH Perdata. Hak-hak
yang dilanggar tersebut adalah hak-hak seseorang yang diakui oleh
hukum, tetapi tidak terbatas pada hak-hak sebagai berikut:
Hak-hak pribadi (persoonlijkheidsrechten).
Hak-hak Kekayaan (vermogensrecht).
Hak atas kebebasan.
Hak atas kehormatan dan nama baik.
2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.
Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum
(rechtsplicht)dari pelakunya juga termasuk dalam kategori
perbuatan melawan hukum. Yang dimaksud dengan kewajiban
hukum ialah bahwa suatu kewajiban yang diberikan oleh hukum
terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak
tertulis.
3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan.
7
Tindakan kesusilaan yang telah telah diakui sebagai hukum
tidak tertulis juga dianggap sebagai perbuatan melawan hukum.
Apabila ada suatu tindakan melanggar kesusilaan tersebut
menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pihak yang menderita
kerugian tersebut dapat menuntut ganti rugi berdasarkan atas
perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUH Perdata).
4. Perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan
dalam pergaulan masyarakat yang baik.
Perbuatan ini disebut dengan istilah zorgvuldigheid, juga
dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Bila seseorang
melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara
melanggar pasal-pasal dari hukum tertulis, masih memungkinkan
adanya perbuatan melawan hukum, karena tindakannya tersebut
bertentangan dengan prinsip kehati-hatian dalam suatu pergaulan
di masyarakat. Kehati-hatian dalam masyarakat tersebut tentunya
tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat itu sendiri.
3. PENYALAHGUNAAN HAK
Penyalahgunaan hak atau disebut juga misburik van recht
merupakan suatu perbuatan melawan hukum. Yang dimaksud dengan
penyalahgunaan hak ini adalah suatu perbuatan yang didasarkan atas
wewenang yang sah dari seseorang yang sesuai dengan hukum yang
berlaku, tapi perbuatan tersebut dilakukan secara menyimpang atau dengan
maksud lain dari tujuan hak tersebut diberikan. Contoh kasusnya seperti
kasus colmar atau dikenal juga dengan kasus cerobong asap. Seseorang
memasang cerobong asap di rumahnya sendiri yang nyatanya
dimaksudkan untuk menghalang-halangi pemandangan rumah
tetangganya, sehingga merugikan tetangga tersebut. Padahal, cerobong
asap tersebut tidak memiliki manfaat bagi pemiliknya.
8
4. UNSUR-UNSUR DARI PERBUATAN MELAWAN HUKUM
Menurut Kartini Muljadi, suatu perbuatan melawan hukum
mengandung beberapa unsur sebagai berikut:
1. Perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang melanggar hukum.
Yang dimaksud sebagai melanggar hukum tidak semata-mata
didasarkan pada suatu ketentuan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku, tetapi juga meliputi pelanggaran terhadap
kesusilaan dan kepatutan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
2. Perbuatan tersebut merugikan orang lain.
3. Adanya unsur kesalahan dalam perbuatan yang merugikan tersebut.
(Kartini, 2003) *citation*
Berikut penjelasan dari masing-masing unsur perbuatan melawan
hukum menurut Kartini Muljadi, yaitu sebagai berikut:
1. Perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang melanggar hukum
Unsur-unsur yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku.
b. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum.
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si
pelaku.
d. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam
bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.
2. Perbuatan tersebut merugikan orang lain.
Hal ini merupakan syarat agar gugatan berdasarkan Pasal 1365
KUH Perdata dapat dipergunakan. Berbeda dengan kerugian
wanprestasi yang hanya mengenal materiil, maka kerugian karena
perbuatan melawan hukum di samping kerugian materiil,
yurispruensi juga mengakui konsep kerugian immaterial, yang juga
akan dinilai dengan uang.
3. Adanya unsur kesalahan dalam perbuatan yang merugikan tersebut.
9
Kesalahan yang disyaratkan oleh hukum dalam perbuatan melawan
hukum, baik kesalahan dalam arti kesalahan hukum maupun
kesalahan sosial. Dalam hal ini hukum menafsirkan kesalahan
sebagai suatu kegagalan seseorang untuk hidup dengan sikap yang
ideal, yakni dengan sikap yang biasa dan normal dalam suatu
pergaulan masyarakat. Sikap yang demikian kemudian mengkristal
dalam istilah hukum yang disebut dengan standar manusia yang
normal dan wajar (reasonable man).
Syarat kesalahan merupakan unsur mutlak berlakunya suatu
ketentuaan yang ada pada Pasal 1365 KUH Perdata, dalam hal unsur
kesalahan tidak ditemukan, maka berlakulah ketentuan Pasal 1366 KUH
Perdata yang menyatakan bahwa:
“Setiap orang bertanggung jawab, tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya”.
10
BAB III
PERBUATAN MELAWAN HUKUM DENGAN UNSUR
KESENGAJAAN
1. UNSUR-UNSUR KESENGAJAAN DALAM PERBUATAN
MELAWAN HUKUM DAN CIRI-CIRI MANUSIA TIDAK
BERADAB.
Diketahui dalam Pasal 1356 KUH Perdata mensyaratkan adanya
unsur kesalahan (schuld) terhadap suatu perbuatan melawan hukum.
Kesalahan tersebut dianggap ada apabila memenuhi salah satu dari 3 (tiga)
syarat berikut:
1. Ada unsur kesengajaan.
2. Ada unsur kelalaian
3. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf, seperti keadaan
overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.
Bila dibuat suatu perbandingan derajat antara hukum yang
dilakukan dengan unsur kelalaian, maka perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan unsur kesengajaan derajat kesalahannya lebih tinggi.
Karena perbuatan melawan hukum yang dilandasi dengan kesengajaan
memiliki arti yang lebih serius dibandingkan hanya sekedar kelalaian
belaka.
Seiring berjalannya waku, perkembangan pun terjadi dengan
berkurangnya perbuatan melawan hukum dengan unsur kesengajaan dan
sebaliknya perbuatan melawan hukum dengan unsur kelalaian makin
bertambah, sejalan dengan banyaknya kasus tentang tanggung jawab tanpa
kesalahan (strict liability).
11
Berikut ini adalah penyebab berkurangnya perbuatan melawan
hukum dengan unsur kesengajaan.
1. Perbuatan hukum yang mengandung unsur kesengajaan hanya
dilakukan oleh orang-orang yang perkembangan logika/emosinya,
dan atau kurang berperadaban.
2. Tidak adanya asuransi terhadap perbuatan melawan hukum yang
mengandung unsur kesengajaan.
Bila menilik kembali pada hukum-hukum tradisional ataupun
hukum adat, tidak terlalu membeda-bedakan jenis-jenis perbuatan
melawan hukum tersebut. Seandainya ada suatu perkara atau kejadian
yang menimbulkan adanya kerugian bagi orang lain, pasti akan selalu
diikuti dengan tanggung jawab dari pelaku, tanpa harus mengaitkan
adanya unsur kesalahan atau tidak dan kesalahannya itu berbentuk
kelalaian atau pun kesengajaan.
2. PENGERTIAN KESENGAJAAN
Dalam perbuatan melawan hukum, unsur kesengajaan baru
dianggap apabila ada perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan
menimbulkan konsekuensi tertentu terhadap fisik dan/atau mental atau
properti dari korban , meskipun belum merupakan kesengajaan untuk
melukai (fisik atau mental) dari korban tersebut.
Unsur kesengajaan tersebut dianggap eksis bila sudah memenuhi
elemen-elemen sebagai berikut:
1. Adanya kesadaran untuk melakukan
2. Adanya konsekuensi dari perbuatan, bukan sekedar
perbuatan saja
3. Kesadaran untuk melakukan, bukan hanya untuk
menimbulkan konsekuensi, melainkan juga adanya
kepercayaan bahwa tindakan itu pasti memungkinkan
adanya konsekuensi tersebut.
Suatu perbuatan dianggap sengaja jika terdapat "maksud"
dari pihak pelakunya. "Maksud" dan "motif" perlu dibedakan.
12
"Maksud" lebih mengartikan pada keinginan untuk menghasilkan
akibat tertentu. Berbeda dengan "motif", lebih mengartikan pada
suatu dasar yang melandasi sebuah perbuatan tertentu. Misalnya
kita menyulut api ke sebuah mobil, tentu ada "maksud" untuk
membakar mobil tersebut. Jika mobil tersebut dibakar sebagai
tindakan balas dendam, maka hal tersebut dikatakan sebagai
"motif".
Hukum lebih menerima pendekatan yang "objektif", artinya
hukum lebih melihat kepada akibat dari tindakan tersebut kepada
para korban, daripada melihat apa maksud yang sesungguhnya dari
si pelaku, meskipun masih dengan tetap mensyaratkan adanya
unsur kesengajaan tersebut.
Pendekatan yang "objektif" ini membawa konsekuensi-
konsekuensi yuridis sebagai berikut:
1. Maksud sebenarnya unuk melakukan perbuatan
melawan hukum yang lain dari yang terjadi.
Seseorang yang sebenarnya melakukan perbuatan hukum ,
tetapi kemudian yang terjadi yang terjadi adalah perbuatan
melawan hukum yang lain, maka si pelaku secara hukum
bertanggung jawab juga terhadap perbuatan melawan
hukum yang lain tersebut. Misalnya ada seseorang yang
bermain-main dengan pistol hendak menakut-nakuti korban
dan menarik pelatuk pistolnya yang secara salah
diyakininya tidak berpeluru, tetapi kemudian pistol itu
benar-benar meledak dan melukai korban atau melukai
orang lain, maka si pelaku tersebut juga dipersalahkan telah
"dengan sengaja" melakukan perbuatan menembak korban.
13
2. Maksud sebenarnya untuk melakukan perbuatan
melawan hukum terhadap orang lain, bukan terhadap
korban.
Jika pelaku sebenarnya bermaksud untuk melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap seseorang, tetapi
ternyata yang menjadi korban adalah orang lain lagi, maka
dalam hukum pelaku dianggap bertanggung jawab juga
terhadap korban tersebut. Dalam hal ini berlaku doktrin
“peralihan maksud”. Jika pelaku dengan sengaja menembak
si A, tetapi yang tertembak adalah si B, maka berdasarkan
doktrin peralihan ini, pelaku juga bertanggung jawab secara
hukum kepada si B karena dianggap telah dengan sengaja
menembak si B.
3. Tidak perlu punya maksud untuk merugikan atau
maksud yang bermusuhan.
Bila si pelaku melakukan suatu perbuatan tanpa maksud
untuk merugikan korban, bahkan tanpa maksud
bermusuhan, dalam hukum tetap dianggap harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya karena perbuatan
melawan hukum yang mengandung unsur kesengajaan.
Misalnya saja ada seorang anak menendang kaki anak lain
dengan maksud untuk melukai anak lain tersebut, tetapi jika
anak lain tersebut terluka karena tendangan tersebut, maka
dianggap telah melakukan perbuatan melawan hukum
karena dengan senagaja melukai anak lain tadi.
4. Tidak punya maksud, tetapi tahu pasti bahwa akibat
tertentu akan terjadi.
Adakalanya seseorang melakukan perbuatan melawan
hukum tanpa maksud untuk merugikan pihak yang menadi
korban, tetapi akibatnya korban benar-benar dirugikan, dan
pelaku tahu pasti atau menduga bahwa perbuatan tersebut
akan mendatangkan sebuah akibat tertentu. Maka dalam hal
14
ini, dengan menggunakan doktrin “kepastian yang
substansial”, Pelaku dianggap telah sengaja melakukan
perbuatan melawan hukum. Misalnya ada seseorang yang
sedang bersenda gurau menolak ajakan seorang temannya,
tetapi orang tersebut mengetahui secara pasti bahwa
tolakannya tersebut akan mengakibatkan temannya akan
terjatuh ke tanah yang berbatu dan akan terluka. Jika
temannya terjatuh dan terluka, maka pelaku tadi dianggap
bersalah karena telah melukai seseorang dengan sengaja.
3. KONSEKUENSI UNSUR KESENGAJAAN TERHADAP
MASALAH GANTI RUGI
Dalam hal ganti rugi kepada korbannya, hukum memberlakukan
secara berbeda-beda. Untuk itu, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ganti Rugi Aktual (actual damages)
Ganti rugi aktual merupakan kerugian yang benar-benar diderita
secara aktual dan dapat dihitung dengan mudah sehingga ke luar
angka kerugian sekian rupiah. Kerugian aktual seperti ini berlaku
tidak hanya terhadap perbuatan melawan hukum dengan unsur
kesengajaan, tetapi berlaku juga terhadap semua jenis bentuk
perbuatan melawan hukum.
2. Ganti Rugi Penghukuman (punitive damages)
Ganti rugi penghukuman merupakan suatu ganti rugi dalam jumlah
besar melebihi dari jumlah kerugian yang sebenarnya. Besarnya
jumlah ganti rugi tersebut dimaksudkan sebagai hukuman bagi si
pelaku. Ganti rugi penghukuman ini layak diterapkan terhadap
kasus-kasus kesengajaan yang berat atau sadis. Misalnya
diterapkan terhadapa penganiayaan berat atas seseorang tanpa
perikemanusiaan.
15
3. Ganti Rugi Nominal
Ganti rugi nominal (nominal damages) merupakan ganti rugi
berupa pemberian sejumlah uang, meskipun sebenarnya tidak bisa
dihitung dengan uang sama sekali. Dalam kasus perbuatan
melawan hukum yang mengandung unsur kesengajaan layak
diterapkan ganti rugi nominal dan kurang layak untuk kasus-kasus
kelalaian.
4. MODEL-MODEL PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG
MENGANDUNG UNSUR KESENGAJAAN
Bagi hukum tentang perbuatan melawan hukum, prinsip dasarnya
tertuang dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Artinya, setiap perbuatan yang
melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi orang lain
membebankan kewajiban ganti rugi bagi pelaku. Kemudian,
dikembangkan doktrin-doktrin modern tentang tanggung jawab mutlak.
Ada beberapa model perbuatan melawan hukum yang dilakukan dalam
bentuk yang sama oleh orang-orang tanpa terikat dengan dimensi ruang
dan waktu, sehingga di sepanjang sejarah hukum terciptalah model-model
baku bagi perbuatan melawan hukum. Meskipun begitu, jika ada
perbuatan melawan hukum yang tidak termasuk ke dalam kategori/model
tersebut, tetap saja dianggap sebagai perbuatan melawan hukum sehingga
pelakunya dapat dijerat dengan Pasal 1356 KUH Perdata. Berikut ini
beberapa model baku dari perbuatan melawan hukum yang mengandung
unsur kesengajaan, meskipun harus diakui pula bahwa perbuatan tersebut
mungkin juga terjadi karena kelalaian. Perbuatan-perbuatan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan Melawan Hukum berupa ancaman untuk
penyerangan dan pemukulan terhadap manusia
2. Perbuatan Melawan Hukum berupa pemukulan atau melukai
orang lain
3. Perbuatan Melawan Hukum berupa penyanderaan illegal
16
4. Perbuatan Melawan Hukum berupa penyerobotan tanah milik
orang lain
5. Perbuatan Melawan Hukum berupa penguasaan benda
bergerak milik orang lain secara tidak sah
6. Perbuatan Melawan Hukum berupa pemilikan secara tidak sah
benda milik orang lain
7. Perbuatan Melawan Hukum berupa perbuatan yang
menyebabkan tekanan jiwa orang lain
8. Perbuatan Melawan Hukum karena kebisingan
9. Perbuatan Melawan Hukum berupa perbuatan persaingan tidak
sehat dalam bisnis
10. Perbuatan Melawan Hukum berupa kebohongan yang
merugikan orang lain
11. Perbuatan Melawan Hukum berupa intervensi terhadap
hubungan kontrak
12. Perbuatan Melawan Hukum berupa intervebsi terhadap
keuntungan prospektif.
17
BAB VI
ANALISA HUKUM
1. PENYALAHGUNAAN HAK
Peristiwa kekerasan terhadap pengemudi GOJEK oleh ojek pangkalan
merupakan suatu perbuatan melawan hukum karena adanya penyalahgunaan hak
atau disebut juga misburik van recht, karena peristiwa kekerasan dalam bentuk
pemukulan yang didasarkan atas wewenang yang sah dari ojek pangkalan yang
sesuai dengan hukum yang berlaku, tapi perbuatan yang mereka lakukan
menyimpang, sehingga muncul maksud lain dari tujuan hak tersebut diberikan
yaitu maksud melukai.
Ojek pangkalan memiliki wewenang atas daerah pangkalannya karena
mereka memiliki kartu anggota yang berfungsi sebagai izin trayek dan
mengorganisir ojek pangkalan sehingga jumlahnya tetap. Untuk mendapatkan
kartu tersebut butuh uang sekitar Rp12.000.000/orang tergantung pangkalannya.
Namun karena hak menggunakan wilayah atau trayek yang mereka miliki
tidak digunakan secara mestinya yaitu menangkap pengendara GOJEK yang
melintasi trayek mereka, maka terjadilah perbuatan melawan hukum yang
disebabkan penyalahgunaan hak. Ojek pangkalan sebagai warga sipil tidak
memiliki wewenang untuk menangkap seseorang.
2. PERBUATAN MELAWAN HUKUM
Sesuai dengan pernyataan Kartini Muljadi, suatu perbuatan hukum
mengandung beberapa unsur yang ternyata terkait pula dengan peristiwa ini,
yaitu:
1) Perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang melanggar hukum. Unsur-
unsur yang dimaksud adalah:
a. Perbuatan tersebut haruslah perbuatan yang melanggar hukum.
18
Kekerasan berupa pemukulan yang dilakukan oleh ojek pangkalan
telah melanggar undang-undang yang berlaku yaitu pasal 1365 KUH
Perdata.
b. Hak pengemudi GOJEK yang dijamin oleh hukum dilanggar oleh
ojek pangkalan, yaitu ketentuan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia
dan Warga Negara. Hak yang dilanggar adalah hak hidup dan
mencari nafkah, manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain
menurut undang-undang, serta adanya kemerdekaan lalu lintas.
Sudah haknya pengemudi GOJEK untuk hidup dan mencari nafkah
di wilayah bundaran Cibiru, serta berlalu lintas di daerah tersebut.
Karena hal-hal itu, tidak seharusnya mereka dituduh dan ditangkap
tanpa adanya penjelasan hukum yang menjelaskan bahwa mereka
telah melanggar undang-undang.
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum ojek
pangkalan. Kewajiban hukum merupakan kewajiban dalam suatu
kegiatan sehari-hari, dimana setiap orang wajib menaati setiap
peraturan yang ada. Maka sudah pasti, ojek pangkalan telah
melakukan perbuatan yang bertentagan dengan kewajiban hukum
pengemudi GOJEK yaitu melanggar hal-hal yang telah disebut pada
poin sebelumnya.
d. Perbuatan yang dilakukan oleh ojek pangkalan bertentangan dengan
sikap yang baik dan bermasyarakat untuk memperhatikan
kepentingan orang lain. Ojek pangkalan bersikap tidak
memperhatikan kepentingan untuk mencari nafkah dan berlalu lintas
yang dimiliki pengemudi GOJEK.
2) Perbuatan tersebut merugikan orang lain
Kerugian yang diderita oleh pengemudi GOJEK akibat perbuatan
pemukulan oleh ojek pangkalan berupa kerugian immaterial yang
dapat dinilai dengan uang. Kerugian immaterial adalah kerugian
berupa pengurangan kenyamanan hidup seseorang. Maka kerugian
immaterial yang dirasakan oleh pengemudi GOJEK adalah kerugian
19
karena adanya tindak kekerasan berupa pemukulan, mereka tidak
dapat melintasi wilayah bundaran Cibiru sehingga muncul rasa tidak
aman, kehilangan waktu jika harus mengambil jalan memutar, dan
tidak dapat menggunakan hak-haknya. Terlebih lagi kerugian yang
dirasakan oleh korban pemukulan. Timbul rasa sakit, kehilangan
waktu karena harus menjalani perawatan medis, dan tidak dapat
menjalankan kewajiban-kewajibannya.
3) Adanya unsur kesalahan dalam perbuatan yang merugikan tersebut.
Kesalahan dalam arti kesalahan hukum maupun kesalahan sosial
terjadi dalam peristiwa ini. Menurut penafsiran hukum mengenai
kesalahan, maka ojek pangkalan mengalami suatu kegagalan untuk
hidup dengan sikap ideal, dikenal dengan istilah “Manusia Rasional
yang Normal”. Dari beberapa elemen kriteria manusia yang rasional
dan normal, ojek pangkalan memiliki kesalahan dalam elemen persepsi
sosial, yaitu tindakan menyusun dan menafsirkan informasi yang
dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan dan perhatian yang
digunakan untuk mencoba memahami orang lain. Pembentukan
persepsi oleh ojek pangkalan kepada pengemudi GOJEK terjadi
stereotype yang berlebihan. Stereotype adalah pengetahuan tentang
orang-orang tertentu dan kaitannya dengan pemberian atribut tertentu.
Ojek pangkalan memiliki pengetahuan tentang pengemudi GOJEK
(berbasis aplikasi, cepat mendapatkan pelanggan di daerah trayek ojek
pangkalan, lebih murah daripada ojek konvensional ) dan
mengkaitkannya dengan atribut “pemotong jalur rezeki”.
Maka terjadi asumsi berlebihan yang menyebabkan pembatasan
persepsi dan komunikasi yng terjadi pada diri ojek pangkalan.
20
3. PERBUATAN MELAWAN HUKUM DENGAN UNSUR
KESENGAJAAN
Diketahui bahwa pasal 1365 KUH Perdata mensyaratkan adanya unsur
kesalahan (schuld) terhadap suatu perbuatan melawan hukum. Kronologi
peristiwa tersebut memiliki unsur kesalahan karena telah memenuhi syarat
menurut tafsiran hukum yaitu adanya unsur kesengajaan.
Dalam perbuatan melawan hukum, unsur kesengajaan baru dianggap ada
manakala dengan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tersebut, telah
menimbulkan konsekuensi tertentu terhadap fisik dan atau mental atau property
dari korban, meskipun belum merupakan kesengajaan untuk melukai (fisik atau
mental) dari korban tersebut.
Unsur kesengajaan eksis dalam tindakan yang dilakukan oleh ojek
pangkalan kepada pengemudi GOJEK karena telah memenuhi elemen-elemen
sebagai berikut:
Adanya kesadaran (state of mind) untuk melakukan.
Ketika melakukan pemukulan dan atau tindakan kekerasan lainnya,
para ojek konvensional dalam keadaan sadar untuk melakukan tindakan
tersebut kepada pengemudi GOJEK yang melintas.
Adanya konsekuensi dari perbuatan.
Konsekuensi atau akibat yang diterima oleh pengemudi GOJEK yang
dikarenakan tindakan kekerasan oleh ojek konvesional adalah cedera
fisik sehingga harus mendapat pertolongan medis ke rumah sakit (kasus
pemukulan dengan gelas yang dilakukan sopir angkot kepada
pengemudi GOJEK bernama Taufik), serta melukai mental dan fisik
ringan kepada pengemudi GOJEK( Iman dengan luka di pelipis kanan,
Adreansyah dengan luka bagian pelipis kiri) dan orang lain (Sutiono,
suami pemesan GOJEK yang mengalami luka pada kepala) lainnya.
Kesadaran untuk melakukan, bukan hanya untuk menimbulkan
konsekuensi, melainkan juga adanya kepercayaan bahwa tindakan
tersebut “pasti” dapat menimbulkan konsekuensi tersebut.
21
Berdasarkan kronologis dan tempat kejadian perkara, tindak kekerasan
oleh ojek pangkalan terus dilakukan kepada setiap pengemudi GOJEK
ketika melintasi wilayah sekitar bundaran Cibiru. Karena tindakannya
tersebut, ojek pangkalan memiliki kepercayaan bahwa tindakan
kekerasan yang mereka lakukan pasti menimbulkan konsekuensi yaitu
melukai fisik dan mental pengemudi GOJEK. Begitu pula dengan apa
yang dilakukan oleh sopir angkot yang melakukan tindakan pemukulan
menggunakan gelas kepada salah satu pengemudi GOJEK. Tentulah
sopir tersebut menyadari bahwa tindakannya pasti menimbulkan
konsekuensi berupa cedera berat sehingga harus mendapat pertolongan
medis.
4. UNSUR KESENGAJAAN TERHADAP MASALAH GANTI RUGI
Ganti rugi atau konsekuensi yang dapat diberlakukan kepada
korban adalah ganti rugi aktual dan ganti rugi nominal.
Ganti Rugi Aktual
Karena kerugian dapat dihitung dengan mudah yaitu
melihat tagihan rumah sakit, bentuk ganti rugi aktual dapat
dilakukan kepada korban yang cedera hingga harus
menjalani perawatan medis di rumah sakit. Yaitu Taufik
yang di awat di RSUD Ujung Berung untuk perawatan
medis karena luka pada bagian kepala belakang yang
disebabkan pemukulan menggunakan gelas oleh supir
angkot.
Ganti Rugi Nominal
Kerugian yang sebenarnya tidak dapat dihitung dengan
uang sama sekali. Ganti rugi nominal termasuk kedalam
ganti rugi immaterial, yaitu ganti rugi yang disebabkan
munculnya tekanan mental karena perbuatan melawan
hukum yang dilakukan sengaja oleh seseorang kepada
orang lain. Dalam peristiwa ini, ojek pangkalan melakukan
tindakan yang menyebabkan tekanan mental pada
22
pengemudi GOJEK, penumpang, dan suami penumpang
perempuan GOJEK yang telah disebutkan dalam kronologi.
Tekanan mental yang dialami adalah:
Rasa sakit
Rasa malu
Stress
23
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Peristiwa ojek pangkalan yang melakukan tindak kekerasan
terhadap pengemudi GOJEK di daerah bundaran Cibiru merupakan
tindakan penyalahgunaan hukum. Tindakan penyalahgunaan hukum
merupakan salah satu contoh perbuatan melawan hukum. Sehingga tindak
kekerasan dalam peristiwa ini di kategorikan sebagai perbuatan melawan
hukum. Pernyataan tersebut di perkuat dengan terpenuhinya unsur-unsur
pebuatan melawan hukum lainnya. Perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh ojek pangkalan adalah perbuatan melawan hukum dengan
unsure kesengajaan. Ganti rugi yang dapat dilakukan oleh ojek pangkalan
terhadap pengemudi GOJEK adalah ganti rugi aktual dan nominal.
2. SARAN
Wali kota Bandung, Ridwan Kamil menyarankan semua pihak
yaitu ojek pangkalan dan pengemudi GOJEK untuk dapat menahan diri
dan tidak melakukan tindakan kriminal atau tindakan fisik. Sebab jika
dilihat dari aspek aturan GOJEK dan ojek pangkalan tidak bertentangan.
Kejadian penganiayaan itu bisa diminimalisir, salah satunya dengan
komunikasi dan mendamaikan semua pihak yang terlibat. Persoalan antara
ojek pangkalan dan pengemudi GOJEK itu terjadi hanya karena persoalan
sosial. Jadi solusinya adalah diberikannya edukasi dan didamaikan
melalui sebuah komunikasi yang baik, serta mengutamakan musyawarah
dalam menyelesaikan masalah.
Selain saran dari wali kota Bandung, kami menambahkan saran
yaitu perlunya koordinasi dan peraturan-peraturan dari pemerintah
mengenai trayek ojek pangkalan dan pengemudi GOJEK agar hak atas
trayek yang dimiliki ojek pangkalan tidak bersinggungan dengan hak
kemerdekaan lalu lintas dan mencari nafkah milik pengemudi GOJEK .
24
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. (2015, Oktober 23). gojek dan ojek pangkalan di bandung bentrok
berikut kronologinya. Retrieved Oktober 24, 2015, from nasional.republika.co.id:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/10/22/nwmq79382-
gojek-dan-ojek-pangkalan-di-bandung-bentrok-berikut-kronologinya
Djojodirdjo, M. M. (1982). Perbuatan Melawan Hukum (2 ed.). Jakarta: Pradnya
Paramita .
Fuady, M. (2005). Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hendra, J. (2015, Oktober 22). tiga pengemudi gojek bandung dipukuli ojek
pangkalan. Retrieved Oktober 24, 2015, from nasional.news.viva.co.id:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/690504-tiga-pengemudi-gojek-
bandung-dipukuli-ojek-pangkalan
Muljadi, K., & Widjaja, G. (2003). Perikatan pada Umumnya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Pambudi, J. (2015, Oktober 22). gojek kerap mendapat penganiayaan. Retrieved
Oktober 24, 2015, from pikiran-rakyat.com:
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/10/22/347063/gojek-kerap-
mendapat-penganiayaan
Priatmojo, D., & Anggraeni, M. D. (2015, Oktober 26). ojek pangkalan serbu
kantor ridwan kamil. Retrieved Oktober 27, 2015, from nasional.news.viva.co.id:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/691624-ojek-pangkalan-serbu-kantor-
ridwan-kamil
Projodikoro, W. (1960). Perbuatan Melanggar Hukum. Bandung: Sumur
Bandung, 1960.
25
Setiawan, R. (1991). Tinjauan Elementer Perbuatan Melanggar Hukum.
Bandung: Binacipta.
Soewandi, R. (1960). Penyalah-gunaan Hak. Jakarta: Djambatan.
Soimin, S. (1995). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.
Subekti. (1989). Pokok Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.
yan. (2015, Oktober 23). rusuh wali kota panggil perwakilan ojek dan gojek.
Retrieved Oktober 27, 2015, from juaranews.com:
http://juaranews.com/berita/8144/23/10/2015/rusuh-wali-kota-panggil-
perwakilan-ojek-dan-gojek
26
LAMPIRAN ARTIKEL
1. "Gojek" Kerap Mendapat Penganiayaan
BANDUNG RAYA
22 Oktober, 2015 - 21:38
BANDUNG,(PRLM).- Dalam satu hari, Kamis (22/10/2015), tercatat
empat kejadian dugaan penganiayaan yang terkait dengan operasional
layanan ojek online, Gojek, di kawasan Cibiru Kota Bandung. Puluhan
personel dari Polrestabes Bandung disiagakan di sekitar lokasi hingga
keadaan dinilai aman.
Kapolsek Panyileukan Eko Listiono melalui Kanit Reksrim Syahroni
menuturkan, kejadian pertama terjadi sekitar pukul 06.00 WIB. Ketika itu,
seorang pengemudi Gojek dipesan oleh seorang penumpang perempuan di
Jalan Manisi Kelurahan Pasirbiru Kecamatan Cibiru Kota Bandung.
Setelah tiba di lokasi penjemputan, suami perempuan tersebut berniat
mengantar dengan menggunakan sepeda motor untuk memastikan
keamananan mereka hingga ke Jalan AH Nasution, dekat bunderan Cibiru.
Namun di tengah perjalanan, laju sepeda motor tersebut dihadang oleh
sekelompok orang tak dikenal. Diduga mereka adalah ojek yang biasa
beroperasi di daerah tersebut. Sempat terjadi pemukulan terhadap
pengemudi Gojek, Iman (24) serta Sutiono (46), suami dari perempuan
yang memesan Gojek tersebut. "Pemukulan dilakukan dengan tangan
kosong, tidak menggunakan alat," ujarnya.
Akibat peristiwa tersebut, Iman mengalami luka di bagian pelipis kanan,
sedangkan Sutiono mengalami luka di bagian kepala. Insiden tersebut
kemudian dilaporkan ke Polsek Panyileukan.
Sekitar pukul 10.30 WIB, sedikitnya 30 pengemudi Gojek mendatangi
Polsek Panyileukan. Pada intinya, mereka meminta polisi mengusut tuntas
27
dugaan penganiayaan yang menimpa rekan mereka. Sekitar satu jam
berselang, mereka kemudian membubarkan diri dan kembali bekerja.
Sebagian besar dari mereka mengarah ke barat atau menuju Kota
Bandung.
Saat melintas di bunderan Cibiru, mereka dihadang oleh sekelompok orang
yang diduga merupakan pengemudi ojek pangkalan. Taufik Hidayat (24),
salah seorang pengemudi Gojek sempat terjatuh di lokasi. Diduga untuk
menghindari kerumunan massa, dia kemudian masuk ke dalam salah satu
angkutan kota jurusan Cicadas-Cibiru yang ada di dekatnya. Tanpa sebab
yang jelas, dia justru dipukul di bagian kepala belakang oleh sopir angkot
tersebut, Febi Haryanto (29).
"Waktu itu pelaku sedang ngopi, jadi korban dipukul di bagian belakang
menggunakan gelas kopi itu. Sekarang korban dibawa ke RSUD
Ujungberung untuk mendapat perawatan medis, sedangkan pelaku sudah
kita amankan," katanya.
Sekitar pukul 12.00 WIB, dugaan penganiayaan menimpa pengemudi
Gojek lainnya, Deni Firmansyah (24). Kejadian berlangsung di depan
pintu masuk kompleks permukiman Graha Panyileukan. Korban sudah
melaporkan kejadian ke Polsek Panyileukan, sedangkan pelaku masih
dalam pengejaran.
Sekitar pukul 15.45 WIB, kejadian serupa terjadi di Jalan Manisi, tak jauh
dari bunderan Cibiru. Ketika itu, salah seorang pengemudi Gojek,
Andreansyah (38), berniat melintas untuk masuk ke dalam kawasan
permukiman tersebut. "Sebelumnya saya tahu ada kejadian. Tapi karena
melihat di sekitar lokasi banyak polisi, jadi saya pikir sudah aman,"
katanya, saat melaporkan kejadian di Polsek Panyileukan.
Saat berusaha masuk ke Jalan Manisi, dia menuturkan, sejumlah orang
menghadang laju sepeda motor yang tengah mengangkut seorang
penumpang. Andreansyah mengatakan, tanpa sebab yang jelas, sejumlah
orang langsung memukulinya hingga sepeda motor yang dibawanya jatuh.
28
"Sebagian besar tidak membawa alat, tapi saya sempat melihat satu orang
yang membawa balok kayu," ujarnya.
Tak lama berselang, dia mengatakan, penganiayaan tersebut segera
berakhir setelah polisi yang ada di lokasi melerai. Andreansyah mengalami
luka di bagian pelipis kiri dan segera diamankan ke Polsek Panyileukan
beserta sepeda motor yang dikendarainya.
Hingga menjelang sore hari, puluhan personel dari Polrestabes Bandung
masih bersiaga di sekitar Bunderan Cibiru, termasuk akses menuju Jalan
Manisi. Kapolrestabes Bandung Angesta Romano Yoyol datang ke lokasi
untuk memantau keadaan, termasuk berdialog dengan sejumlah pengemudi
ojek setempat.
Dia mengatakan, personel akan ditempatkan di sekitar lokasi hingga situasi
dirasa aman. Semua pihak diminta untuk menahan diri dan tidak mudah
terprovokasi, baik ojek pangkalan maupun ojek online. Agar tetap menjaga
kondusivitas, dia meminta pengemudi Gojek untuk menghindari jalur
tersebut untuk sementara waktu. "Saya mengimbau Gojek untuk tidak
melintas dulu di kawasan ini," katanya.(J Pambudi/A-108)***
29
2. Tiga Pengemudi Gojek Bandung Dipukuli Ojek Pangkalan
Seorang penumpang Gojek juga menjadi korban penganiayaan ini.
Kamis, 22 Oktober 2015 | 22:14 WIB
Oleh : Eko Priliawito
Pengemudi Gojek di Jakarta cari pelaku pemukulan rekan mereka
beberapa waktu lalu. (VIVA.co.id/Anwar Sadat)
VIVA.co.id - Tiga pengemudi Gojek dan seorang penumpanganya jadi
korban amuk orang-orang yang merupakan tukang ojek pangkalan di
Bandung, Jawa Barat. Kamis 22 Oktober 2015.
Akibat penganiayaan itu, dua pengemudi Gojek hingga malam ini masih
menjalani perawatan di Rumah Sakit Unjung Berung, Bandung. Mereka
dipukuli karena dituding merebut penumpang ojek di dalam kompleks di
Jalan Manisi Cibiru, Kota Bandung.
Guna mengantisipasi aksi serangan dari pengemudi Gojek, petugas dari
Polresta Bandung dan Polsek Cibiru melakukan pengaman di pangkalan
ojek Manisi Cibiru. Hingga kini, situasi di kawasan itu masih mencekam.
Pada petang tadi, puluhan pengemudi Gojek memang sudah berkumpul di
sekitar lokasi untuk melakukan serangan balasan. Ini lantaran mereka tidak
30
terima dengan penganiayaan terhadap tiga pengemudi Gojek dan seorang
penumpangnya.
"Kami telah mengantisipasi peyerangan dan menghentikan rencana
serangan balasan. Kami bubarkan pengemudi Gojek yang berkumpul di
sekitar lokasi," kata Kapolresta Bandung, Kombes Angesta Yoyol.
Pemicu pemukulan itu lantaran pengemudi Gojek masuk ke kompleks dan
dinilai telah melanggar perjanjian yang sebelumnya telah disepakati. (ren)
Laporan: Jhon Hendra / Bandung
31
3. Gojek dan Ojek Pangkalan di Bandung Bentrok, Berikut
Kronologinya
Jumat, 23 Oktober 2015, 00:12 WIB
Rider Gojek
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bentrokan antarpengemudi ojek
yakni antara ojek berbasis aplikasi, Gojek dan ojek pangkalan pecah di
Kota Bandung pada Kamis (22/10). Bentrokan terjadi hingga beberapa kali
di hari tersebut.
Kanit Reskrim Polsek Panyileukan AKP Syahroni mengatakan ada tiga
dugaan kekerasan yang menimpa sejumlah pengemudi Gojek pada Kamis
(22/10). Dugaan kekerasan pertama terjadi di dekat bundaran Cibiru
sekitar pukul 06.00 WIB. Pada saat itu, Syahroni mengatakan pengemudi
Gojek Iman (24) beserta seorang warga Sutiono (46) mengalami
pemukulan oleh sekelompok pengendara motor yang diduga merupakan
pengemudi ojek pangkalan.
Atas kasus dugaan kekerasan tersebut, sekitar pukul 10.30 WIB, puluhan
pengemudi Gojek mendatangi Polsek Panyileukan untuk menuntut
pengusutan.Usai mengunjungi Mapolsek Panyileukan, para pengemudi
Gojek membubarkan diri menuju ke pusat Kota Bandung. Akan tetapi, saat
melewati bundaran Cibiru, para pengendara Gojek kembali diadang oleh
sekelompok pengendara motor yang diduga pengemudi ojek pangkalan.
32
Untuk menghindari kerumunan tersebut, salah satu pengemudi Gojek,
Taufik (24 tahun), sempat terjatuh dan bersembunyi masuk ke dalam salah
angkutan umum dengan rute trayek Cicadas-Cibiru. Akan tetapi, tanpa
alasan sopir angkot FH melakukan pemukulan kepada Taufik dengan
menggunakan gelas.
"Dipukul di bagian belakang dengan gelas. Korban (Taufik) dibawa ke
RSUD Ujung Berung untuk perawatan medis. Pelaku sudah kami
amankan," ujar Syahroni, di Bandung, Kamis (22/10).
Tak lama berselang, pengemudi Gojek lainnya Deni (24 tahun) juga
mengalami dugaan kekerasan. Dugaan kekerasan ini terjadi di pintu
masuk komplek perumahan Graha Panyileukan sekitar pukul 12.00 WIB.
Deni kemudian melaporkan tindak kekerasaan yang ia alami ke Polsek
Panyileukan.
Dugaan kekerasan kembali menimpa seorang pengemudi Gojek
Andreansyah (38 tahun) sekitar pukul 15.45 WIB. Dugaan kekerasan
tersebut terjadi di Jalan Manisi dekat bundaran Cibiru. Saat memasuki
Jalan Manisi, Andreansyah mengaku menerima pukulan dari sekelompok
orang hingga terjatuh dari sepeda motor yang dikendarainya. Petugas
kepolisian kemudian datang untuk melerai pemukulan tersebut.
Mengetahui empat rekan pengemudi Gojek mengalami dugaan tindak
kekerasan, ratusan pengemudi Gojek mendatangi Mapolsek Panyileukan
untuk menuntut pengusutan kasus tersebut. Setelahnya para pengemudi
Gojek tersebut berkonvoi ke arah Barat. Sejumlah oknum pengendara
Gojek yang turut berkonvoi kemudian sempat melakukan aksi kekerasan
terhadap puluhan ojek pangkalan yang berada di kawasan Soekarno Hatta.
Reporter : C01
Redaktur : Nur Aini
33
4. Rusuh, Wali Kota Panggil Perwakilan Ojek dan Gojek
Jumat, 23 Oktober 2015 | 13:35:00 WIB
JuaraNews, Bandung – Buntut terjadinya penganiayaan oleh ojek
pangkalan kepada pengemudi Gojek, Wali Kota Bandung Ridwan
Kamil berencana akan memanggil kedua belah pihak. Hal itu agar
kejadian serupa tidak kembali terjadi lagi di kemudian hari sehingga
dapat merugikan semua pihak.
“Saya sudah dapat laporan dari Pa Kapolrestabes dan segera akan
memanggil perwakilan dari ojeg pangkalan yang ada di Cibiru itu dengan
pihak Gojek juga,” kata pria yang akrab di sapa Emil ini di Balai Kota
Bandung, Jalan Wastukancana, Jumat (23/10/2015).
Emil meminta semua pihak untuk dapat menahan diri dan tidak melakukan
tindakan criminal atu tindakan fisik. Sebab jika dilihat dari aspek aturan
gojek dan ojek pangkalan tidak bertentangan.
Kejadian penganiayaan itu terjadi karena hanya ada masalah komunikasi
yang tidak terjalin khususnya berkenaan dengan isu sosial. Hal itu bisa
diminimalisir, salah satunya dengan komunikasi dan mendamaikan semua
pihak yang terlibat.
"Persoalan antara ojek dan Gojek di lapangan itu terjadi hanya karena
persoalan sosial. Jadi solusianya tinggal diberikan edukasi dan didamaikan
melalui sebuah komunikasi yang baik,” ucapnya.
Dirinya meminta dan mengimbau semua pihak untuk tidak
mengedepankan aspek emosi dan lebih kepada berusaha untuk menahan
diri. Serta mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan masalah.
"Kalau tidak suka atau tidak setuju sampaikan dengan baik, saya siap ko
jadi penengah. Yang jelas jangan sampai ada perbuatan anarkis dan
kriminal yang dapat merugikan semua pihak. Saya ingin agar Bandung ini
tetap damai dan nyaman bagi warganya,” tutur wali kota. (*)
yan
34
5. Ojek Pangkalan Serbu Kantor Ridwan Kamil
Ribuan tukang ojek se-Bandung itu menuntut Gojek dibubarkan.
Senin, 26 Oktober 2015 | 14:18 WIB
Oleh : Dedy Priatmojo, Mega Dwi Anggraeni
Demo Ojek Pangkalan di Bandung, menolak keberadaan
Gojek (VIVA/Mega Dwi)
VIVA.co.id - Ribuan ojek dari 54 pangkalan di Bandung mendatangi Balai
Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Senin, 26 Oktober 2015. Mereka
nenuntut Wali Kota Ridwan Kamil menolak keberadaan Gojek yang
dianggap memotong jalur rezeki mereka.
"Untuk dapat 50 ribu rupiah aja sekarang saya sulit," kata Dase, ojek dari
pangkalan Santosa Jaya.
Padahal sebelum kehadiran gojek, lanjutnya, uang sebesar Rp70 ribu
hingga Rp100 ribu bisa dia dapatkan setiap hari. "Apalagi kalau ada
borongan, saya bisa dapat uang lebih. Sekarang, sepi," katanya.
35
Dase juga mengaku enggan bergabung dengan gojek. Alasannya, dia serta
71 anggota ojek pangkalan Santosa Jaya sudah mengantongi kartu anggota
dan izin trayek.
"Untuk dapat izin trayek dan kartu anggota ini bayarnya tidak murah,
Rp12 juta per orang. Tapi tergantung pangkalannya," ujar Dase.
Kartu anggota tersebut, berfungsi untuk mengorganisir ojek pangkalan.
Agar jumlahnya tidak berubah. "Sementara kalau Gojek, mereka hanya
modal KTP sudah bisa narik," cetusnya.
Kedatangan Dase dan ribuan rekan ojek lainnya ke Balai Kota untuk
meminta kepada Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil untuk menghentikan
izin operasi gojek. Menurutnya, Ridwan Kamil bertanggung jawab
lantaran ojek pangkalan di Bandung merugi.
Harus Update
Sementara itu, Wali Kota Bandung, Ridwan Kami menyebutkan ojek
pangkalan di seluruh Bandung tak boleh kalah canggih dengan Gojek.
Mereka harus bisa menerima dan melayani pesanan via online.
"Ojek pangkalan juga harus update. Supaya mereka bisa menerima
pesanan dari pelanggan via online. Pemkot sedang mengupayakannya,"
kata Ridwan Kamil saat ditemui di Gedung Indonesia Menggugat.
Terkait dengan kedatangan ribuan ojek dari 54 pangkalan se-Kota
Bandung, pria yang akrab dipanggil Kang Emil tersebut mengatakan, akan
berusaha mempertemukan kedua belah pihak untuk mendapatkan solusi.
"Tidak boleh ada yang dirugikan. Saya hanya sebagai wasit di sini, tapi
kita harus mempertimbangkan pengguna juga. Serahkan masalah ini
kepada kami," kata Kang Emil.
36
Meski begitu, dia mengaku belum mendapatkan waktu yang tepat untuk
mempertemukan keduanya.
Lebih lanjut, Emil mengimbau kepada para ojek pangkalan untuk tidak
menangkap pengendara Gojek sembarangan. Menurutnya, warga sipil
bukan pihak yang memiliki wewenang untuk menangkap orang.
Imbauan tersebut keluar setelah Emil mendengar informasi terkait
sweeping yang dilakukan oleh ojek pangkalan terhadap Gojek. Beberapa
anggota ojek pangkalan mengaku sudah berkoodinasi dengan polsek
setempat, untuk menangkap Gojek yang masuk ke wilayah mereka. (ase)
37