prinsip prinsip metode analisis akar masalah metode fishbone

10
FISHBONE DIAGRAM PERANGKAT ALTERNATIF ANALISIS AKAR MASALAH Kini zaman globalisasi dan turbulensi dimana tergambarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku manusia dan antara manusia seakan tanpa batas. Dimana sepanjang zaman hingga sekarang dan masa yang akan datang semakin cepat berubah. Ungkapan Bung Karno mantan presiden RI dalam salah satu pidatonya “jika kita tidak mengikuti perubahan maka kita adalah sejarah.” Konteks tersebut di atas mengarahkan kita pada pemikiran bahwa adalah subjek dan objek pada diri manusia. Hal ini bermakna bahwa manusia menciptakan perubahan dan perubahan itu sendiri mengkreatur manusia itu sendiri. Demikian hal dengan pendidikan sebagai apresiasi dari setiap perubahan manusia dan hal yang mampu mengubah manusia. Oleh sebab itu tidak sedikit para ahli yang mengungkapkan bahwa sekolah sebagai wahana pendidikan merupakan agen perubahan. Satu hal yang patut dipikirkan adalah bahwa pendidikan pun demikian pada diri manusia. Yaitu sebagai objek dan subjek dari perubahan manusia bahkan bisa mempercepat, mengoptimalkan setiap perubahan itu sendiri. Pendidikan mampu mengubah manusia dan manusia itu sendiri yang mampu mengubah pendidikan. Oleh sebab itu tidak sedikit kini muncul berbagai paradigma baru dalam sistem pendidikan sebagai bukti nyata bahwa pendidikan berubah seiring dengan perubahan manusia. Dan manusia pun berubah seiring dengan perkembangan sistem pendidikan itu sendiri. Di pihak lain, tidak bisa diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan terlepas untuk mengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara mencurahkan segala daya dan kemampuanya untuk selalu berinovasi menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidupnya menjadi lebih baik. Jika manusia tidak menggali segala kemampuanya maka ia akan tertinggal bahkan tergerus oleh zaman yang selalu berkembang. Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Pertanyaan yang terbentuk kini adalah realisasi prinsip dasar inovasi untuk pemecahan masalah atau kebermaknaan inovasi itu sendiri. Hal ini berangkat dari bahwa segala macam proses berawal dari perencanaan yang matang “if you fail to plan, you plan to fail” sehingga konteks analisis akar masalah lebih kentara pada proses perencanaan inovasi demi memunculkan solving, perubahan dan memunculkan inovasi. Meskipun menurut Su’ud (2010) tidak selamanya inovasi adalah perubahan namun kita yakin perubahan merupakan bagian dari inovasi. Implementasi Fishbone Diagram (Prof. Kaoru Ishikawa) dalam Merencanakan Inovasi Pendidikan 1. Merencanakan Inovasi Pendidikan

Upload: brian-qi

Post on 16-Jan-2016

432 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

FIshbone diagram

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

FISHBONE DIAGRAM PERANGKAT ALTERNATIF ANALISIS AKAR MASALAH

Kini zaman globalisasi dan turbulensi dimana tergambarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku manusia dan antara manusia seakan tanpa batas. Dimana sepanjang zaman hingga sekarang dan masa yang akan datang semakin cepat berubah. Ungkapan Bung Karno mantan presiden RI dalam salah satu pidatonya “jika kita tidak mengikuti perubahan maka kita adalah sejarah.”Konteks tersebut di atas mengarahkan kita pada pemikiran bahwa adalah subjek dan objek pada diri manusia. Hal ini bermakna bahwa manusia menciptakan perubahan dan perubahan itu sendiri mengkreatur manusia itu sendiri. Demikian hal dengan pendidikan sebagai apresiasi dari setiap perubahan manusia dan hal yang mampu mengubah manusia. Oleh sebab itu tidak sedikit para ahli yang mengungkapkan bahwa sekolah sebagai wahana pendidikan merupakan agen perubahan.

Satu hal yang patut dipikirkan adalah bahwa pendidikan pun demikian pada diri manusia. Yaitu sebagai objek dan subjek dari perubahan manusia bahkan bisa mempercepat, mengoptimalkan setiap perubahan itu sendiri. Pendidikan mampu mengubah manusia dan manusia itu sendiri yang mampu mengubah pendidikan. Oleh sebab itu tidak sedikit kini muncul berbagai paradigma baru dalam sistem pendidikan sebagai bukti nyata bahwa pendidikan berubah seiring dengan perubahan manusia. Dan manusia pun berubah seiring dengan perkembangan sistem pendidikan itu sendiri.

Di pihak lain, tidak bisa diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan terlepas untuk mengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara mencurahkan segala daya dan kemampuanya untuk selalu berinovasi menemukan sesuatu yang baru yang dapat membantu hidupnya menjadi lebih baik. Jika manusia tidak menggali segala kemampuanya maka ia akan tertinggal bahkan tergerus oleh zaman yang selalu berkembang.

Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Pertanyaan yang terbentuk kini adalah realisasi prinsip dasar inovasi untuk pemecahan masalah atau kebermaknaan inovasi itu sendiri. Hal ini berangkat dari bahwa segala macam proses berawal dari perencanaan yang matang “if you fail to plan, you plan to fail” sehingga konteks analisis akar masalah lebih kentara pada proses perencanaan inovasi demi memunculkan solving, perubahan dan memunculkan inovasi. Meskipun menurut Su’ud (2010) tidak selamanya inovasi adalah perubahan namun kita yakin perubahan merupakan bagian dari inovasi.

Implementasi Fishbone Diagram (Prof. Kaoru Ishikawa) dalam Merencanakan Inovasi Pendidikan

1. Merencanakan Inovasi Pendidikan

Berdasarkan pada 6 prinsip dasar inovasi pendidikan maka setidaknya kita tidak akan semena-mena dalam merencanakan inovasi. Kembali ketitik awal bahwasanya proses inovasi dapat bermula dari munculnya kesenjangan (GAP), ketidaksesuaian sehingga diperlukan pembaharuan, perubahan atau tindakan korektif atau kebijakan baru yang sifatnya inovatif, meskipun setiap perubahan belum berarti inovasi namun setiap inovasi meski di dalamnya adalah perubahan. Singkatnya langkah langkah secara global sebagai berikut di bawah ini:

1. Dokumentasi gap atau kesenjangan dan ketidaksesuaian (proses). Baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hingga terbentuk prosses flowchart.

2. Identifikasi kebutuhan (demand) pelanggan dalam hal ini pengguna jasa pendidikan.3. Menganalisis gap dan kesenjangan dan ketidaksesuaian (analisa proses) tersebut.4. Pengembangan tindakan korektif (root causes analysis)5. Implementasi inovasi.6. Validasi Tahapan tersebut di atas menunjukkan bahwa root causes analysis memegang peranan

penting dalam menentukan kebijakan selanjutnya (korektif/pembaharuan/inovasi).Gejolak, Penomena, Gap, Ketidak sesuian yang terjadi dalam proses pendidikan atau berbagai

Page 2: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

permasalahan yang aktual baik teoritis maupun paraktis, baik dalam tatanan makro maupun mikro, bahkan skup yang lebih kecil seperti permasalahan di dalam kelas dijadikan sandaran dalam berinovasi di dunia pendidikan. Namun untuk kebermaknaan suatu inovasi tetap harus mengusung prinsip-prinsip inovasi itu sendiri. Untuk itu salah satunya, masalah yang diungkap haruslah terlebih dahulu dinalisis (akar masalah) sehingga inovasi betul-betul berkenaan dan bermakna (mainfull).

Berikut di bawah ini adalah diagram framework dimana esensi analisis akar masalah demi mewujudkan inovasi pendidikan yang penuh makna.

Gambar 2.1 Frame Work Implementasi Fishbone Diagram dalam inovasi Pendidikan

2. Fishbone Diagram

Diagram ”Tulang Ikan” atau Fishbone diagram sering pula disebut Ishikawa diagram sehubungan dengan perangkat diagram sebab akibat ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Jepang. Gasversz (1997: 112) mengungkapkan bahwa ”Diagram sebab akibat ini merupakan pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan yang ada. Selanjutnya diungkapkan bahwa diagram ini bisa digunakan dalam situasi: 1) terdapat pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi, 2) diperlukan analisis lebih terperinci terhadap suatu masalah, dan 3) terdapat kesulitan untuk memisahkan penyebab dan akibat. Berikut disarikan dari Gasversz (1997, 112:114) tentang langkah-langkah penggunaan diagram Fishbone.

1) Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan diungkapkan masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question).

2) Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.

3) Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama seperti: material, metode, manusia, mesin, pengukuran dan lingkungan ditempatkan pada cabang-cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama ini bisa diubah sesuai dengan kebutuhan.

4) Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan menempatkan pada cabang yang sesusai.

5) Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan ”mengapa?” untuk menemukan akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab masalah itu pada cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan). Untuk menemukan akar penyebab, kita adapat menggunakan teknik bertanya mengapa lima kali (Five Why).

Page 3: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

6) Interpretasikan diagram sebab akibat itu dengan melihat penyebab-penyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab itu. Selanjutnya fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih melalui konsensus itu.

7) Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat itu dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif karena telah menghilangkan akar penyebab dari masalah yang dihadapi.

Gambar 2.2 Fishbone Diagram (Gasversz, 1997:113). Pada langkah ketiga 3 tersebut di atas kategori utama dapat kita ubah menjadi sebab satu (Sb1) atau sebab 2 (Sb2) dan selanjutnya hingga menjadi cabang-cabang kecil sebab Sb1a, Sb1b dan seterusnya. Kita sepakati konteks korektif dalam hal ini adalah produk atau proses perbaikan dalam bidang pendidikan sehingga menghasilkan suatu pembaharuan/inovasi pendidikan baik dalam bentuk discovery maupun invention baik dalam tatanan mikro maupun makro.

Gambar 2.3 Fishbone Diagram (Gasversz, 1997:113)

Pertanyaan Why? Bercabang hingga mencapai lima yang menggambarkan sub tulang ikan itu sendiri. Dimana kategori utama Manusia, Pengukuran, Metode, Materia, Mesin dan Lingkungan dapat diganti sesuai kebutuhan misalkan, dalam konteks permasalahan penurunan kualitas lulusan bisa diganti dengan: Sarana Belajar, Orang tua, Teman Sekolah, Kurikulum, Guru, Kepala Sekolah, Lingkungan Belajar, dll.

3. Implementasi Root Cause Analysis menggunakan Fishbone Diagram dalam Perencanaan Inovasi Pendidikan

Penerapan atau implementasi Fishbone Diagram dalam analisis akar masalah dalam berinovasi di bidang pendidikan, berikut di bawah ini langsung disajikan dalam bentuk contoh root cause analysis dalam bidang pendidikan.

Contoh :Masalah: Mengapa Kualitas Lulusan SDM Rendah?

Kategori Utama

Sebab 1 (Sb1): Guru/DosenSebab 2 (Sb2): SiswaSebab 3 (Sb3): MasyarakatSebab 4 (Sb4): Kurikulum

Page 4: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

Five Why :

Why Sebab1 Sebab2 Sebab3 Sebab4Guru Siswa Masyarakat Kurikulum

Why 1 : Guru/Dosen kurang kompeten/tidak banyak belajar Siswa input (lulusan sekolah sebelumnya) kurang berkualitas Masyarakat kurang peduli kualitas lulusan siswa Kurikulum kurang tepat atau salah arah.

Why 2 : Guru/Dosen mengajar ditempat lain atau sibuk mencari uang tambahan Unit pemroses lembaga pendidikan sebelumnya berkualitas rendah (guru, fasilitas, dll) Masyarakat sudah menganggap biasa atau terbiasa dengan KKN Ada kepentingan tidak etis dalam penyusunannya

Why 3 : Kesejahteraan kurang Anggaran APBN Rendah (BOS tidak normal) Rekruitmen siswa dan SDM tidak bersih atau transaparan Tidak ada akses kontrol untuk masyarakat atau pemerhati pendidikan

Why 4 : APBN tidak mencukupi Pajak negara terserap sedikit Ada ketidak sesuaian penerapan kebijakan Sistem demokrasi anomali yang sarat akan KKN.

Why 5 : Pajak banyak hilang korupsi merajalela (temuan...) Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah. Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah

Atau tampilan deskripsi dapat berupa catatan demikian yang jika diterapkan dalam fishbone diagram memunculkan gambaran tulang besar dan tulang kecil ikan. Sebagai berikut:

Sb1-1: Guru/Dosen kurang kompeten/tidak banyak belajarSb1-2: Guru/Dosen mengajar ditempat lain atau sibuk mencari uang tambahanSb1-3: Kesejahteraan kurangSb1-4: APBN tidak mencukupiSb1-5: Pajak banyak hilang korupsi merajalela (temuan...)

Sb2-1: Siswa input (lulusan sekolah sebelumnya) kurang berkualitasSb2-2: Unit pemroses rendah (guru, fasilitas, dll)Sb2-3: Anggaran APBN Rendah (BOS tidak normal)Sb2-4: Pajak negara terserap sedikitSb2-5: Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah

Sb3-1: Masyarakat kurang peduli kualitas lulusan siswaSb3-2: Masyarakat sudah menganggap biasa atau terbiasa dengan KKNSb3-3: Rekruitmen siswa dan SDM tidak bersih atau transaparanSb3-4: Ada ketidak sesuaian penerapan kebijakanSb3-5: Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah

Sb4-1: Kurikulum kurang tepat atau salah arahSb4-2: Ada kepentingan tidak etis dalam penyusunannyaSb4-3: Tidak ada akses kontrol untuk masyarakat atau pemerhati pendidikanSb4-4: Sistem demokrasi anomali yang sarat akan KKNSb4-5: Korupsi dan sadar pendidikan moral rendah

Page 5: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

Gambar 2.4 Fishbone Diagram Rendahnya Kualitas SDM Indonesia

Pertimbangkan tentang kejujuran, konseptual yang kuat untuk mewujudkan jawaban-jawaban, ”Mengapa?” sebanyak lima kali. Oleh sebab itu dianjurkan untuk melaksanakan Brainstorming dengan kekuatan Tim, jadi lebih dari satu orang pemikir. Dari contoh tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa akar masalah adalah masalah perilaku negatif KKN terutama korupsi dan pendidikan moral yang rendah sehingga untuk meningkatkan kualitas SDM kita adalah memberantas perilaku KKN terutama korupsi melalui perbaikan pendidikan moral atau penegakan positif moral apapun caranya (jalur pendidikan maupun supremasi hukum).

Contoh 2 :

Masalah: Mengapa Siswa SMA Kesulitan Menyerap Pelajaran Kimia ?

Kategori Utama

Sebab 1 (Sb1): Guru

Sebab 2 (Sb2): SiswaSebab 3 (Sb3): MasyarakatSebab 4 (Sb4): KurikulumSebab 5 (Sb5): Sarana

Five Why

Why Sebab 1 Sebab2 Sebab 3 Sebab 4 Sebab 5Guru Siswa Masyarakat Kurikulum Sarana

Why 1 : Guru kurang kompeten Siswa kuarang antuasias belajar Masyarakat kurang peduli kualitas jasa pendidikan Membutuhkan banyak praktek dan referensi Referensi dan praktek kurang memadai.

Why 2 : Fasilitas pendidikan dan pelatihan kurang Teacher center dan pembelajaran sering

Page 6: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

konvensional Masyarakat hanya sekedar berpifikir tentang lulus dan tidak lulus Tujuan kurikulum banyak Buku, Alat dan bahan kurang memadai.

Why 3 : Tidak ada waktu dana pendukung Kurangnya referensi atau buku sumber dan praktek Terlalu percaya pada sekolah Materi yang harus disampaikan banyak Keterbatasan Dana

Why 4 : Pendanaan dari pribadi, pemerintah dan komite sekolah kurang lancar Kurangnya fasilitas Membatasi diri hanya berpikir tentang kelangsungan pendidikan siswa (ekonomi) Tuntutan kelulusan untuk melanjutkan kuliah Keterbatasan bantuan dari pemerintah maupun komite sekolah

Why 5 : Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas. Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas. Angapan ekonomi lebih utama untuk kehidupan dibanding lainnya.Perbaikan pendidikan untuk perbaikan ekonomi. Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas

Atau tampilan deskripsi dapat berupa catatan demikian yang jika diterapkan dalam fishbone diagram memunculkan gambaran tulang besar dan tulang kecil ikan. Sebagai berikut:

Sb1-1: Guru kurang kompeten

Sb1-2: Fasilitas pendidikan dan pelatihan kurang

Sb1-3: Tidak ada waktu dan cana dukungan

Sb1-4: Pendanaan pribadi, pemerintah dan komite sekolah kurang

Sb1-5: Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas

Sb2-1: Siswa kurang antusias belajar

Sb2-2: Teacher center

Sb2-3: Kurangnya referensi atau buku sumber dan praktek

Sb2-4: Kurangnya fasilitas

Sb2-5: Alokasi dana pemerintah dan siswa terbatas

Sb3-1: Masyarakat kurang peduli kualitas jasa pendidikan

Sb3-2: Masyarakat hanya berpikir tentang lulus dan tidak lulus

Sb3-3: Terlalu percaya pada sekolah

Sb3-4: Membatasi diri berpikir tentang kelangsungan perekonomian

Sb3-5: Ekonomi lebih untuk kehidupan (sekolah pun untuk perbaikan ekonomi)

Sb4-1: Membutuhkan banyak praktek dan referensi

Sb4-2: Indikator atau tujuan terlalu luas dan banyak

Sb4-3: Materi yang harus disampaikan banyak

Sb4-4: Tuntutan lulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

Page 7: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

Sb4-5: Perbaikan pendidikan untuk jenjang yang lebih tinggi.

Sb5-1: Referensi dan praktek kurang memadai

Sb5-2: Alat dan bahan serta buku sumber kurang memadai

Sb5-3: Keterbatasan dana

Sb5-4: Keterbatasan bantuan dana dari pemerintah dan komite sekolah

Sb5-5: Alokasi dana dari pemerintah dan siswa terbatas

Gambar 2.5 Fishbone Diagram Rendahnya Daya Serap Siswa SMA Terhadap Pelajaran Kimia

Dari contoh tersebut di atas, dapat diinterpretasikan bahwa akar masalah adalah keterbatasan pendanaan baik dari pemerintah maupun komite sekolah untuk menunjang proses belajar baik tingkat profesional/komptensi guru maupun siswa. Sehingga solusinya adalah penggalangan dana atau pengalokasian/pendistribusian dana yang diterima sekolah untuk menutupi kekurangan tersebut. Konteks tersebut di atas tidak mutlak, artinya hasil analisis akar maasalah bergantung pada individu/Tim melaksanakan Brainstorming. Bahkan kajian seperti di atas (kesulitan belajar) bisa dipersempit skupnya dalam konteks materi, metode mengajar, media, guru, siswa, dll, bergantung pada sudut pandang Tim analisis akar masalah.Dari contoh 1 dan 2 nampak sekali bagaimana analisis akar masalah sangat membantu dalam merencanakan tindak lanjut atau tindakan pemecahan masalah. Dimana outcome-nya adalah dapat dalam bentuk perubahan atau perbaikan bahkan inovasi baik discovery maupun invention. Setidaknya hal ini membantu mahasiswa dalam upaya membuat inovasi melalui jalur skripsi atau thesis, untuk guru membantu dalam memperlancar penilitian tindakan kelas. Selain itu lembaga pendidikan baik pusat maupun daerah serta sekolah itu sendiri sebagai wujud organisasi dimana di dalamnya terjadi proses manajemen sudah selayaknya berinovasi yang berbasis pada 6 prinsip inovasi untuk lebih bermakna setidaknya dapat menjauhi untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan pendidikan yang tidak bijaksana.

Perubahan zaman sekarang menjadikan perubahan dunia pendidikan yang semakin kompleks permasalahannya dimana pendidikan sebagai sebuah sistem mangghasilkan permasalahan dari subsistem-subsistem pendukungnya dari mulai tatanan kebijakan hingga empris praktis, baik dari level makro hingga mikro. Hal ini mampu mengaburkan inti permasalahan sehingga diperlukan analisis akar masalah untuk menghasilkan tindakan korektif, pembaharuan bahkan inovasi baik discovery maupun invention.Root Causes Analysis melalui perangkat Fishbone Diagram (Diagram Ishikawa). Membantu inovator untuk menginventarisir, menghindari keragaman masalah dan menemukan akar masalah untuk berinovasi, sehingga inovasi itu sendiri manifull (sangat bermakna).

Page 8: Prinsip Prinsip Metode Analisis Akar Masalah Metode Fishbone

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2010. Manajemen dan Kepemimpinan Ytransformasional Kekepala Sekolahan. Jakarta: Rineka Cipta.

,. 2010. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Harsono, Ari. 2008. Metode Analisis Akar Masalah dan Solusi. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 12, NO. 2, DESEMBER 2008: 72-81

Kusmana, Suherli. 2010. Manajemen Inovasi Pendidikan, Ciamis: PascasarjanaUnigal Press.

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda.

Su’ud, Udin Syaefudin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.