prinsip etika kedokteran

16
Prinsip etika kedokteran Keputusan yang hendak diambil oleh dokter sebaiknya mempertimbangkan mengenai hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan mengakibatkan pelanggaran atas kebutuhan dasar diatas terutama kebutuhan kreatif dan spiritual pasien.1,2 Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik buruk dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut oleh orang yaitu teori deontologi dan teologi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa deontologi mengajarkan bahwabaik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatan itu sendiri, sedangkan teologi mengajarkan untuk melihat baik-buruknya sesuatu dengan melihat hasil atau akibatnya. Deontologi lebih mendasar kepada ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teologi lebih berdasar pada arah penalaran dan pembenaran kepada azas manfaat.1,3 Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa aturan dibawahnya. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah: A.Prinsip Otonomi

Upload: riskyana-dwi-ha-rachmadani

Post on 27-Dec-2015

1.061 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

prinsip etika kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip Etika Kedokteran

 Prinsip etika kedokteran

Keputusan yang hendak diambil oleh dokter sebaiknya mempertimbangkan mengenai

hak-hak asasi pasien. Pelanggaran atas hak pasien akan mengakibatkan pelanggaran atas

kebutuhan dasar diatas terutama kebutuhan kreatif dan spiritual pasien.1,2

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap

dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian baik

buruk dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang

cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut oleh orang

yaitu teori deontologi dan teologi. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa deontologi

mengajarkan bahwabaik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari perbuatan itu sendiri,

sedangkan teologi mengajarkan untuk melihat baik-buruknya sesuatu dengan melihat hasil

atau akibatnya. Deontologi lebih mendasar kepada ajaran agama, tradisi dan budaya,

sedangkan teologi lebih berdasar pada arah penalaran dan pembenaran kepada azas

manfaat.1,3

Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan

etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa aturan dibawahnya. Keempat kaidah dasar

moral tersebut adalah:

A.Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak

otonomi pasien. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed concent.

B.Prinsip Beneficence

Prinsip beneficence adalah prinsip moral yng mengutamakan tindakan yang ditujukan demi

kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja,

melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari sisi buruknya.

2

C.Prinsip Non-malificence

Page 2: Prinsip Etika Kedokteran

Prinsip non-malificence adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk

keadaan pasien. Prinsip ini juga dikenal dengan “primum non nocere†atau “� above all,

do no harmâ€.�

D.Prinsip Justice

Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.

Sedangkan aturan turunannya adalah veracity (berbicara jujur, benar dan terbuka),

privacy (menghormat hak pribadi pasien), confidentiality (menjaga kerahasian pasien)

danfidelity (loyalitas dan promise keeping).

Selain prinsip atau kaidah dasar moral diatas, yang harus dijadikan pedoman dalam

mengambil keputusan klinis, profesionalitas kedokteran juga mengenal etika profesi sebagai

panduan dalam bersikap dan berperilaku. Nilai-nilai dalam etika profesi tercermin dalam

sumpah dokter dan kode etik kedokteran. Sumpah berisi “kontrak moral†antara dokter�

dengan Tuhan sang penciptanya, sedangkan kode etik kedokteran berisikan

“kontrak kewajiban moral†antara dokter dengan komunitasnya yaitu masyarakat�

profesinya.Baik sumpah dokter maupun kode etik kedokteran berisikan sejumlah kewajiban

moral yang melekat pada para dokter. Meskipun kewajiban tersebut bukanlah kewajiban

hukum sehingga tidak dapat dipaksakan secara hukum, namun kewajiban moral tersebut

haruslah menjadi “pemimpin†dari kewajiban dalam hokum kedokteran.�

Hukum kedokteran yang baik haruslah hukum yang etis.1

Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan dengan

pendekatan yang berbeda dengan pendekatan kaidah dasar moral diatas. Jonsen, Siegler dan

Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik yang essential dalam

pelayanan klinik, yaitu :

A.Medical indication

Kedalam topic medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostik dan terapi yang

sesuai untuk mengevaluasi keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek indikasi medis

ini ditinjau dari sisi etiknya, terutama menggunakan kaidah beneficence dannon-

malificence. Pertanyaan etika pada topik ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang

selayaknya disampaikan kepada pasien pada doktrin informed concent.

Page 3: Prinsip Etika Kedokteran

B.Patient preferences

Pada topik ini, kita memperhatikan nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban

yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomy. Pertanyaan etika meliputi

pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunter sikap dan keputusannya, pemahaman

atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien dalam keadaan tidak sadar dan kompeten

serta nilai dan keyakinan yang dianut oleh pasien.

C.Quality of life

Topik quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran yaitu memperbaiki,

menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insan. Apa, siapa dan bagaimana melakukan

penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis yang berkaitan

denganbeneficence, non-malificence dan autonomy.

D.Contextual features

Dalam topic ini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mendahului keputusan

seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan

faktor hukum.

Keuntungan dan Kerugian Bleaching gigi

Kerugian bleaching

1. Orang perlu memakai zat pemutih (bleaching trays) selama enam sampai delapan jam per

hari untuk mendapatkan efek yang maksimal. Padahal bahan kimia yang digunakan untuk

memutihkan gigi dapat mengubah persepsi rasa dan mengganggu pencernaan.

2. Sering melakukan pemutihan gigi bisa mengakibatkan hipersensitif gigi

3. Iritasi pada jaringan lunak

4. Sakit tenggorokan

5. Kesulitan untuk menggigit

Page 4: Prinsip Etika Kedokteran

6. Bleaching gigi juga bisa bikin kecanduan atau ketagihan

Keuntungan Bleaching

1. Gigi yang gelap atau kusam dari dibersihkan dalam waktu yang relatif singkat (dari 4-5

hari hingga 3 atau 4 minggu)

2. Meningkatkan rasa kepercayaan diri dan efek psikologis yang ditimbulkannya

3. Orang bisa mengontrol tingkat keputihan giginya

ETIKA

Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah penalaran etik.

Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan

prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi

lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan

terakhir disebut dengan prima facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi

prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu

kepada 4 kaidah dasar moral (sering disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika),

juga prima facie dalam penerapan praktiknya secara skematis dalam gambar berikut :

kedokteran, dengan prima facie sebagai judge; penentu kaidah dasar mana yang dipilih ketika

berada dalam konteks tertentu (‘ilat) yang relevan.

a. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy). Menghormati martabat

manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang

memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang

otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.

· Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,

memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi

dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar

(heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari

manusia.

Page 5: Prinsip Etika Kedokteran

· Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan

melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan

melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.

· Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi

dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).

· Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.

· Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi

konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat

keputusan penting.

· Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan

peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak

tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.

b. Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus

mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare).

Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar

memenuhi kewajiban.

Tindakan berbuat baik (beneficence)

General beneficence :

melindungi & mempertahankan hak yang lain

mencegah terjadi kerugian pada yang lain,

menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,

Specific beneficence :

menolong orang cacat,

menyelamatkan orang dari bahaya.

· Mengutamakan kepentingan pasien

· Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah

sakit/pihak lain

· Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)

· Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya”

(apalagi ada   yg hidup).

c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih

pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first,

do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.

Page 6: Prinsip Etika Kedokteran

· Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :

· Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien

· Minimalisasi akibat buruk

· Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :

- Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting

- Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

- Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

- Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).

· Norma tunggal, isinya larangan.

d. Keadilan (justice). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama

dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta

perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.

Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.

· Treat similar cases in a similar way = justice within morality.

· Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagaifairness) yakni :

a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka

(kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan/membahagiakannya)

b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban

sesuai dengan kemampuan pasien).

Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi

(bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik

· Jenis keadilan :

a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban

bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-

rohani; secara material kepada :

· Setiap orang andil yang sama

· Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya

· Setiap orang sesuai upayanya.

· Setiap orang sesuai kontribusinya

· Setiap orang sesuai jasanya

· Setiap orang sesuai bursa pasar bebas

c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama :

Page 7: Prinsip Etika Kedokteran

· Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social

dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.

· Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social – ekonomi (mementingkan prosedur adil >

hasil substantif/materiil).

· Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu

· Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap

individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan kesamaan).

d. Hukum (umum) :

· Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.

· pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai

kesejahteraan umum.

Prima Facie : dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter harus melakukan

pemilihan 1 kaidah dasar etik ter-”absah” sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi

konkrit terabsah (dalam bahasa fiqh ’ilat yang sesuai). Inilah yang disebut pemilihan

berdasarkan asas prima facie.[4]

Norma dalam etika kedokteran (EK) :

· Merupakan norma moral yang hirarkinya lebih tinggi dari norma hukum dan norma sopan

santun (pergaulan)

· Fakta fundamental hidup bersusila :

Etika mewajibkan dokter secara mutlak, namun sekaligus tidak memaksa. Jadi dokter

tetap bebas,. Bisa menaati atau masa bodoh. Bila melanggar : insan kamil (kesadaran moral =

suara hati)nya akan menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal, tidak tenang.

Sifat Etika Kedokteran :

1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)

2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).

3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = selfimposed, zelfoplegging)

4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma yang

seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung yakni diri sendiri, umum,

teman sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)

5. Etika profesi (biasa):

· bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi

· bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajiban-kewajiban dan

keutamaan-keutamaan moral

Page 8: Prinsip Etika Kedokteran

· Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia

pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht)

· Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi kedokteran.

· Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad-abad,

yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan norma atau

moralitas profesi)

· Isi : 2 norma pokok :

· sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang lain;

· bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

6. Etika profesi luhur/mulia :

Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :

· Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < style="">

· Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi = l’esprit de corpse

pour officium nobile

7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh teknologisasi

dan komersialisasi dunia kedokteran.

Page 9: Prinsip Etika Kedokteran

BAGAIMANA SESEORANG MEMUTUSKAN SESUATU ITU ETIS?

Setiap orang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mengambil keputusan etis dan

dalam mengimplementasikannya.Bagi dokter secara pribadi dan mahasiswa kedokteran, etika

kedokteran tidak hanya terbatas pada

rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan

oleh WMA atau organisasi kesehatan yang lain

karena rekomendasi tersebut sifatnya sangat

umum dan setiap orang harus memutuskan apakah hal itu dapat diterapkan pada situasi yang

sedang dihadapi atau tidak dan terlebih lagi banyak masalah etika yang muncul dalam

praktek

medis yang belum ada petunjuk bagi ikatan dokter. Setiap orang bertanggung jawab terhadap

diri sendiri dalam mengambil keputusan etis dan dalam mengimplementasikannya.

Ada berbagai cara berbeda dalam pendekatan masalah-masalah etika seperti dalam contoh

kasus pada bagian awal Manual ini yang secara kasar dapat dibagi menjadi dua kategori:

rasional dan non-rasional. Penting untuk mengingat bahwa non-rasional bukan berarti

irrasional namun hanya dibedakan dari sistematika, dan alasan yang dapat digunakan dalam

mengambil keputusan.

Pendekatan-pendekatan non-rasional:

• Kepatuhan merupakan cara yang umum dalam membuat keputusan etis, terutama oleh

anak-anak dan mereka yang bekerja dalam struktur kepangkatan (militer, kipolisian,

beberapa organisasi keagamaan, berbagai corak bisnis). Moralitas hanya mengikuti aturan

Page 10: Prinsip Etika Kedokteran

atau perintah dari penguasa tidak memandang apakah anda setuju atau tidak.

• Imitasi serupa dengan kepatuhan karena mengesampingkan penilaian seseorang terhadap

benar dan salah dan mengambil penilaian orang lain sebagai acuan karena dia adalah

BAGAIMANA SESEORANG MEMUTUSKAN SESUATU ITU ETIS?

Setiap orang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mengambil keputusan etis dan

dalam mengimplementasikannya.Bagi dokter secara pribadi dan mahasiswa kedokteran, etika

kedokteran tidak hanya terbatas pada

rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan

oleh WMA atau organisasi kesehatan yang lain

karena rekomendasi tersebut sifatnya sangat

umum dan setiap orang harus memutuskan apakah hal itu dapat diterapkan pada situasi yang

sedang dihadapi atau tidak dan terlebih lagi banyak masalah etika yang muncul dalam

praktek

medis yang belum ada petunjuk bagi ikatan dokter. Setiap orang bertanggung jawab terhadap

diri sendiri dalam mengambil keputusan etis dan dalam mengimplementasikannya.

Ada berbagai cara berbeda dalam pendekatan masalah-masalah etika seperti dalam contoh

kasus pada bagian awal Manual ini yang secara kasar dapat dibagi menjadi dua kategori:

rasional dan non-rasional. Penting untuk mengingat bahwa non-rasional bukan berarti

irrasional namun hanya dibedakan dari sistematika, dan alasan yang dapat digunakan dalam

mengambil keputusan.

Page 11: Prinsip Etika Kedokteran

Pendekatan-pendekatan non-rasional:

• Kepatuhan merupakan cara yang umum dalam membuat keputusan etis, terutama oleh

anak-anak dan mereka yang bekerja dalam struktur kepangkatan (militer, kipolisian,

beberapa organisasi keagamaan, berbagai corak bisnis). Moralitas hanya mengikuti aturan

atau perintah dari penguasa tidak memandang apakah anda setuju atau tidak.

• Imitasi serupa dengan kepatuhan karena mengesampingkan penilaian seseorang terhadap

benar dan salah dan mengambil penilaian orang lain sebagai acuan karena dia adalah