prinsip dan cara penjadwalan imunisasi
TRANSCRIPT
![Page 1: Prinsip Dan Cara Penjadwalan Imunisasi](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9c96550346d033aa57cb/html5/thumbnails/1.jpg)
PRINSIP DAN CARA PENJADWALAN IMUNISASI
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini banyak asumsi dari orang tua di masyarakat sekitar tentang tidak ada
manfaatnya imunisasi terhadap anak-anaknya. Asumsi terjadi oleh karena beberapa hal,
termasuk kurang patuhnya orang tua terhadap jadwal imunisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya yang berakibat tidak adanya efek booster pada beberapa imunisasi. Selain itu,
beberapa orang tua mengaku bahwa meraka tetap datang untuk mengikuti jadwal imunisasi
akan tetapi karena kesibukan dan tuntutan ekonomi meminta jalan alternatif untuk
penjadwalan imunisasi. Hal ini diperparah dengan tenaga medis yang memperbolehkan
jadwal alternatif tersebut (Diekema, 2012 dan IDAI, 2008)
Masyarakat di negara maju, seperti amerika, mengalami outbreak pertusis campak, dan
influeza disebabkan karena ketidak percayaan masyarakat untuk mengikuti jadwal imunisasi.
Bahkan hampir kebanyakan masyarakat dinegara berkembang menilai bahwa imunisasi tidak
ada gunanya. Hal ini dikarenakan beberapa hal yakni ketidakpahaman tentang imunisasi dan
ketidakpahaman tentang pentingnya penjadwalan yang sudah diatur sedemikian rupa. Selain
itu, pengalaman, filosofi dan kepercayaan masyarakat dijadikan dasar untuk tidak mengikuti
imunisasi. Dibutuhkan tenaga medis yang profesional tidak hanya dalam tindakan imunisasi
tapi juga penyuluhan baik tentang pentingnya imunisasi secara dasar dan prosedur jadwal
yang sudah ditentukan demi kesehatan masyarkat pada umumnya. Keraguan tentang manfaat
dan keamanan imunisasi perlu ditanggapi secara aktif. Apabila orang tua mendapat jawaban
akurat dan informasi yang benar, maka orang tua dapat membuat keputusan yang benar
tentang imunisasi (Diekema, 2012 dan IDAI, 2008).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu. Definisi yang lain, imunisasi merupakan suatu program yang dengan
sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat
resisten terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya
vaksin polio) (Alimul, 2009 dan Proverawati, 2010).
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.Imunisasi merupakan salah
salah cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit,
![Page 2: Prinsip Dan Cara Penjadwalan Imunisasi](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9c96550346d033aa57cb/html5/thumbnails/2.jpg)
sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat.
Secara alamiah tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman yang masuk,
pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik, seperti komplemen
dan makrofag. Komplemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran
ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh (sebelum itu ada mekanisme pertahanan fisik
berupa kulit, selaput lendir, dan lain-lain). Setelah itu kuman harus menghadapi pertahanan
tubuh yang kedua, yaitu pertahanan tubuh spesifik yang terdiri atas sistem pertahanan tubuh
humoral dan seluler.
Pertahanan tubuh humoral dilakukan oleh sel limfosit B dan hanya dapat bereaksi apabila
mikroorganisme sampai di cairan tubuh. Sistem pertahanan humoral akan menghasilkan zat
yang disebut imunoglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD). Sistem pertahanan tubuh dilakukan
oleh limfosit T dan bereaksi apabila virus menempel pada sel. Dalam pertahanan tubuh yang
spesifik terutama sel B, selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut cell memory.
Sel ini akan berguna dan sangat cepat bereaksi apabila ada kuman yang sudah pernah masuk
ke dalam tubuh. Kondisi inilah yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
Jadwal imunisasi dibuat oleh karena beberapa sebab dan pengalaman klinik yang terjadi.
Banyaknya penyakit infeksi yang terjadi menjadi salah satu penyebab diadakannya
penjadwalan imunisasi secara teratur. Sebagai contohnya di Indonesia sudah mencapai 155
kasus polio pada tahun 2005 dan kejadian campak mencapai 1 per seribu kelahiran.
Bedrdsaarkan hasil survailance di Indonesia ditemukan 305 kasus selama 2005-2006 tersebar
di 47 propinsi di Indonesia.
Beberapa penyakit yang saat ini diprotektif dengan imunisasi dapat berakibat komplikasi
yang buruk terhadap anak kalau tidak segera diprotektif sejak dini melalui imunisasi. Dipteri
pada anak yang tidak segera ditindaklanjuti dengan terapi akan berakibat komplikasi penyakit
yang lain seperti bronkopneumonia, otitis media, bronkitis, atelektasis, emfisema pulmonum
dan bronkiektasis. Dipteri dapat menyebabkan kematian akibat gagal napas. Selain itu ada
juga penyakit yang berakibat kelemahan sesisi tubuh seperti penyakit polio.
Batuk kronik tuberkolosis juga menjadi salah satu alasan untuk segera melaksanakan
imunisasi, hal ini dikarenakan penyakit ini mudah sekali menular dengan droplet dan pajanan
terus menerus. Selain itu bisa menyebabkan kolaps parui-paru yang beakibat gagalnya sistem
pernapasan tubuh. Campak merupakan salah satu penyakit menular dengan berbagai
komplikasi yang berat, sangat berpotensi menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa
(KLB), serta dapat menyebabkan kematian. Sebagai gambaran situasi global di tahun 2008,
![Page 3: Prinsip Dan Cara Penjadwalan Imunisasi](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9c96550346d033aa57cb/html5/thumbnails/3.jpg)
diketahui terdapat 164.000 kematian akibat campak di dunia. Artinya, terdapat 450 kematian
akibat campak terjadi setiap hari, atau 18 kematian akibat campak terjadi setiap jam. Namun
pada dasarnya, penyakit ini merupakan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I).
Bayi setelah lahir rawan sekali tertular penyakit oleh karena adanya kuman/bakteri, virus
dan jamur yang disekelilingnya. Oleh karena itu diperlukan proteksi sebelumnya. Imunisasi
merupakan langkah yang baik dalam mempoteksi tubuh dari serangan kuman dan virus yang
berlebihan terhadap tubuh. Dengan imunisasi, sebelumnya bayi telah mendapatkan stimulasi
yang mana stimultan imun tersebut tudak samapi membuat bayi sakit.
Daya imun tubuh bayi memang berbeda sekali dengan balita bahkan dewasa. Bayi belum
mempunyai kekuatan imun yang baik dalam menangkal segala kuman dan virus yang ada
disekelilingnya. Imunitas bayi masih merupakan imunitas pasif yang diturunkan oleh ibu
bayi. Dengan imunitas yang lemah, bayi harus distimulasi daya imunnya sehingga dalam
waktu dekat imunitas bayi bisa segera meningkat dan tidak mudah tertular penyakit. Dengan
umur bayi yang rawan tertular penyakit menular dan imunitas yang belum adekuat diperlukan
penjadwalan imunisasi yang jelas. Dengan begitu umur bayi yang rawan jenis penyakit
tertentu bisa diatasi dan kemampuan imun bayi pun juga sudah siap.
Dengan adanya beberapa kekhususan imunisasi yakni efek lama imunisasi dan efek boster,
maka WHO dan organisasi profesi seperti IDI dan IBI merekomendasikan penjadwalan yang
jelas dan runtut mengenai imunisasi.
Dengan adanya dukungan yang kuat dari WHO dan organisasi profesi medis lainnya,
tentunya pemerintah dituntut untuk mampu menyediakan jumlah vaksin dan peralatan yang
cukup. Oleh karena itu dengan jadwal yang jelas membantu pemerintah dalam menata biaya
yang akan dibutuhkan imunisasi di tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan tidak semua negara
bisa tanggap dalam penyediaan peralatan dan vaksin oleh karena permasalahan ekonomi
masing-masing negara.
Jadwal imunisasi
1. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi
walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada
![Page 4: Prinsip Dan Cara Penjadwalan Imunisasi](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9c96550346d033aa57cb/html5/thumbnails/4.jpg)
selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Angka kejadian TBC di Indonesia pada anak sebelum usia 3 bulan masih sangat tinggi.
Hal ini dikarenakan sebelum 3 bulan anak dianggap belum mempunyai kontak langsung
dengan kuman TBC. Imunisasi BCG pada anak dilaksanakan setelah usia 2 bulan
dikarenakan sel limfosit T pada anak pada usia itu sudah mengalami maturasi.
Sedangkan menurut kementrian kesehatan RI, dengan imunisasi BCG pada rentang 0
hingga 12 bulan juga boleh diberikan dengan alasan meningkatkan cakupan vaksin BCG
tersebut.
2. . Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui
intramuscular. Imunisasi hepatitis B diberikan segera setelah lahir karena pada 3,9% ibu
dengan Hepatitis B (+) mempunyai risiko penularan ke anaknya sebesar 45%.
Pada tahun 2005, Kementrian kesehatan menjadwalkan imunisasi Hepatitis B pada saat
lahir dalam kemasan uniject yaitu kombinasi DTwP/Hep B pada usia 2,3,4 . Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan imunisasi.
Anak dari Ibu dengan titer HbsAg (+), diberikan imunoglobulin Hb 0,5 ml dilanjutkan
Imunisasi Hepatitis B1 pada saat 12 jam sesuda lahir. Apabila titer HBs < 10 ug/ml, maka
bisa diberikan imunisasi lagi pada usia 5 tahun untuk efek boosternya.
3. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah
virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio
diberikan melalui oral. Jika berada di daerah endemik, vaksin diberikan pada saat sebelum
bayi pulang dari rumah sakit. Hal tersebut untuk mengejar cakupan yang tinggi karena sangat
rentan transmisi virus polio dari daerah endemik.
![Page 5: Prinsip Dan Cara Penjadwalan Imunisasi](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9c96550346d033aa57cb/html5/thumbnails/5.jpg)
4. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (toksoid) (Markum, 2005).
DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari 6 minggu, disebabkan respon
terhadap pertusis dianggap tidak optimal dan komponen pertusis berbahaya jika diberikan
pada umur dibawah 6 minggu, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup
baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal (Markum, 2005). Kekebalan terhadap
penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari
toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella
pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau
intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu.
Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan
dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang
terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam,
hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT.
Sedangkan untuk usia 10 tahun ke atas tidak diberikan lagi vaksin pertusis. Pada usia 10
tahun dan 18 tahuan, vaksin Tetanus dan dipteri diberikan dengan dosis dipteri yang lebih
kecil. Vaksin tetanus diberikan 5 kali, ini dikarenan agar anak mempunyai perlindungan
terhadap penyakit akibat infeksi tetanus selama 25 tahun.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi
pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
encephalopathy, dan syok.
5. Hib
Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b, sejenis bakteria yang
menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti: radang selaput otak ( Meningitis),
jangkitan pada selaput otak dan saraf tunjang; radang paru-paru (Pneumonia) , jangkitan pada
paru- paru; radang epiglotis ( kerongkong ), jangkitan pada epiglottis; Keracunan darah
( septicaemia ); jangkitan darah Radang sendi - jangkitan pada sendi Penyakit Hib, jangkitan
HIV dan Hepatitits B BUKAN satu penyakit yang sama.
![Page 6: Prinsip Dan Cara Penjadwalan Imunisasi](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9c96550346d033aa57cb/html5/thumbnails/6.jpg)
Vaksin pencegah Hepatitis B adalah vaksin Hepatitis B manakala vaksin penyakit Hib
adalah vaksin HibPenyakit Hib kerap berlaku dikalangan kanak- kanak bawah umur 5 tahun.
Risiko jangkitan adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak berumur dibawah 1 tahun.
Pengaulan rapat dengan kanak- kanak yang dijangkiti Hib meningkatkan risiko mendapat
penyakit Hib. Bayi yang mendapatkan ASI, akan mendapat perlindungan daripada penyakit
Hib, namun begitu,
Imunisasi Hib Epidemiologi: Penyebab terbanyak meningoensefalitis dan pneumonia pada
anak dibawah 5 th. Pada anak diatas usia 2 th, Hib diberikan 1 kali. Imunisasi masih
diperlukan untuk mendapat perlindungan maksimal.
Semua bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan perlu diberi imunisasi Hib Imunisasi Hib diberikan
sebanyak 3 dos. Umur Dos: 2 bulan Dos 1, 3 bulan Dos 2, 5 bulan Dos 3
Imunisasi Hib diberikan secara suntikan dibahagian otot paha. Imunisasi ini diberikan dalam
satu suntikan bersama imunisasi Difteria, Pertussis dan Tetanus (DPT). Juga boleh diberikan
bersama imunisasi lain seperti imunisasi Hepatitis B.
6. Pneumokokus
Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya
ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui Batuk atau bersin.
Terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yg
bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri yang
muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius dan
resisten terhadap antibiotic. Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda,
diantaranya adalah Meningitis (Radang selaput otak), bakteremia (infeksi dalam darah),
pneumonia (infeksi Paru-paru), dan otitis Media (infeksi Telinga).
Jadwal pemberian vaksin IPD dapat diberikan mulai bayi usia 2 bulan:
Usia dibawah 6 bulan —> diberikan 4 dosis, yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan booster pada usia 12-15 bulan
Usia 7 – 11 bulan —> diberikan 3 dosis, yaitu 2 dosis pertama dengan interval 4 minggu, dosis ketiga diberikan setelah usia 12 bulan
Usia 12 – 23 bulan —> cukup diberikan 2 dosis dengan interval 2 bulan Usia 2 tahun keatas —> cukup diberikan 1 dosis saja
Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi lengkap dapat bertahan jangka panjang karena
vaksin ini dapat merangsang pembentukan sel memori didalam tubuh bayi.
![Page 7: Prinsip Dan Cara Penjadwalan Imunisasi](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082516/55cf9c96550346d033aa57cb/html5/thumbnails/7.jpg)
Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.
Proverawati, Atikah.2010.Imunisasi dan Vaksinasi.Yogyakarta:Nuha Offset.
Depkes RI. 2006. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta
Bronson-Lowe, Daniel, PhD; Shoana M. Anderson, MPH. Effects of a Minimum Interval
Immunization Schedule for Diphtheria and Tetanus Toxoids and Acellular Pertussis
Vaccination During a Pertussis Outbreak. Arch Pediatr Adolesc Med. 2009;163(5):417-
421
Hutchins Sonja S. dkk. Evaluation of an Early Two-Dose Measles Vaccination Schedule. Am
J Epidemiol. 2001. Vol. 154, No. 11.
Vordermeier, H. Martin., dkk. Viral Booster Vaccines Improve Mycobacterium bovis BCG-
Induced Protection against Bovine Tuberculosis. INFECTION AND IMMUNITY, Aug.
2009, vol 77. No. 8. p. 3364–3373
Heath P T, J McVernon,. The UK Hib vaccine experience. Arch Dis Child 2002;86:396–399
Heath P T, dkk. Hib vaccination in infants born prematurely. Arch Dis Child 2003;88:206–
210
Lazarus Rajeka., A Randomized Study Comparing Combined Pneumococcal Conjugate and
Polysaccharide Vaccination Schedules in Adults. Clinical Infectious Diseases
2011;52(6):736–742
Wattigney, Wendy A., Gina T. Mootrey, M. Miles Braun and Robert T. Chen. Surveillance
for Poliovirus Vaccine Adverse Events, 1991 to 1998: Impact of a Sequential
Vaccination Schedule of Inactivated Poliovirus Vaccine Followed by Oral Poliovirus
Vaccine. Pediatrics 2001;107;e83