prinsip

6
Prinsip Kerahasiaan Dalam Kode Etik Akuntan dan Perbandingannya Dengan Kode Etik Bankir Seorang akuntan dalam melaksanakan tugasnya dapat memperoleh informasi tentang atau dari kliennnya. Seringkali informasi yang diperoleh ini tidak boleh diketahui (rahasia) oleh pihak lain, karena dapat merugikan kepentingan kliennya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Seorang akuntan harus menyadari mengenai tugas menjaga kerahasiaan tersebut, dan tidak memanfaatkan informasi yang bersangkutan bagi kepentingan pribadinya maupun pihak lain. Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Akuntan mempunyai kewajiban untuk memastikan staf di bawah pengawasannya dan orang- orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan staf yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga Akuntan mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien pemberi kerja berakhir Akuntan yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya kepada publik. Karena itu akuntan tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengngkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab berdasarkan standar profesional. Contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan : 1. Apabila pengungkapan dijinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketida yang kepentingannnya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan. 2. Pengungkapan diharuskan oleh hukum, misal untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum dan untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik 3. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkannya. Misal :m untuik mematuhi standar teknis dan aturan etika, melindungi kepentingan

Upload: ririensays

Post on 12-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

prinsip

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip

Prinsip Kerahasiaan Dalam Kode Etik Akuntan dan Perbandingannya Dengan Kode Etik   Bankir

Seorang akuntan dalam melaksanakan tugasnya dapat memperoleh informasi tentang atau dari

kliennnya. Seringkali informasi yang diperoleh ini tidak boleh diketahui (rahasia) oleh pihak lain,

karena dapat merugikan kepentingan kliennya.

Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan

kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban

kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.

Seorang akuntan harus menyadari mengenai tugas menjaga kerahasiaan tersebut, dan tidak

memanfaatkan informasi yang bersangkutan bagi kepentingan pribadinya maupun pihak lain.

Akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa

profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,

kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

Akuntan mempunyai kewajiban untuk memastikan staf di bawah pengawasannya dan orang-orang

yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.

Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga

mengharuskan staf yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak

menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau

keuntungan pihak ketiga

Akuntan mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi klien atau pemberi kerja

yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut

bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien pemberi kerja berakhir

Akuntan yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak boleh

mengungkapkannya kepada publik. Karena itu akuntan tidak boleh membuat pengungkapan yang

tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk

pengngkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab berdasarkan standar

profesional.

Contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia

dapat diungkapkan :

1. Apabila pengungkapan dijinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketida yang kepentingannnya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.

2. Pengungkapan diharuskan oleh hukum, misal untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum dan untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik

3. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkannya. Misal :m untuik mematuhi standar teknis dan aturan etika, melindungi kepentingan profesioanl anggota dalam persidangan, mentaati penelaahan mutuiu atau penelaahan sejawat IA atau bada profesioanl lainnya, menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan pengatur

 

Page 2: Prinsip

 

Kerahasiaan dalam kode Etik Profesi Bankir

 

Bank sebagai suatu lembaga yang melindungi dana nasabah juga berkewajiban menjaga

kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak yang dapat merugikan nasabah. Dan

sebaliknya masyarakat yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh bank juga harus

dilindungi terhadap tindakan yang semena-mena yang dilakukan oleh bank yang dapat merugikan

nasabahnya. Hal ini sangat dibutuhkan karena sebagai lembaga keuangan, bank harus mendapat

kepercayaan dari masyarakat, dan kepercayaan dari masyarakat tersebut akan lahir apabila

semua data hubungan masyarakat dengan bank tersebut dapat tersimpan secara rapi atau

dirahasiakan.

 

Hal demikian membawa konsekuensi kepada bank, yaitu bank memikul kewajiban untuk menjaga

kerahasiaan tersebut, sebagai timbal balik dari kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada

bank selaku lembaga keuangan atau sumber dana masyarakat. Sebagai suatu badan usaha yang

dipercaya oleh masyarakat untuk menghimpun dana masyarakat, sudah sewajarnya bank

memberikan jaminan perlindungan kepada nasabah yang berkenaan dengandananya kepada bank

tetapi juga dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang

bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja.

 

Prinsip kerahasian bank bertujuan agar bank menjalankan usahanya secara baik dan benar

mematuhi ketentuan – ketentuan dan norma hukum yang berlaku dalam dunia perbankan,agar

bank yang melakukan usahanya menjaga kerahasian nasabahnya,sehingga masyarakat semakin

percaya kepada bank dan membawa dampak semakin meningkatnya keinginan masyarakat untuk

mempergunakan jasa perbankan didalam kegiatan usahanya serta kebutuhan sehari – hari.

 

Prinsip kerahasian bank ini telah diatur di dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang

kemudian diubah oleh Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjadi acuan bagi

perbankan di negara Indonesia. Jika dilihat bahwa peraturan atau norma hukum itu tidak lahir

dengan sendirinya,tetapi dilatar belakangi oleh dasar – dasar filosofi yang disebut dengan asas

hukum. Sehingga untuk mengerti norma hukum kita harus mengetahui asas – asas hukum itu.

 

Sadjipto Raharjo mengatakan bahwa barang kali tidak berlebihan apabila dikatakan atas hukum

merupakan “ jantungnya” peraturan hukum. Karena itu ia merupakan landasan yang luas bagi

lahirnya suatu peraturan hukum. Ini berarti bahwa peraturan hukum itu pada akhirnya bisa

dikembalikan kepada asas – asas hukum itu.

 

Page 3: Prinsip

Asas kerahasian adalah asas yang mengharuskan dan mewajibkan bank merahasiakan segala

sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain – lain dari nasabah bank yang menurut

kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank

sendiri,karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat menyimpan uangnya di bank dan

masyarakat hanya mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila

bank menjamin bahwa tidak akan ada penyalahgunaan pengetahuan bank tentang simpanannya.

Dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 rahasia bank meliputi keadaan keuangan nasabah

penyimpan dana dan nasabah debitur,sedangkan dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998

membatasi rahasia bank hanya tentang keadaan nasabah penyimpan dana saja. Dengan demikian

bank harus memegang teguh rahasia bank.

 

Di Indonesia pengaturan rahasia bank untuk pertama kali dilakukan pada tahun 1960 dengan

keluarnya peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor. 23 tahun 1960 tentang rahasia

bank. Pengaturan rahasia bank selanjutnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang dapat

dikelompokan menjadi 2 bagian :

 

1.       Pengertian rahasia bank yang hanya meliputi keterngan mengenai nasabah penyimpan dana

dan simpanannya saja. Pengertian ini sangat terbatas dan berlaku sejak 10 November 1998

dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang undang-undang perbankan.

2.       Pengertian rahasia bank meliputi keterangan-keterangan mengenai keadaan keuangan dan

lain-lain dari segala macam nasabah yang hanya menggunakan jasa bank. Pengertian ini sangat

luas meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan nasabah dan diterapkan dalam ketentuan

yang berlaku dari tahun 1960 sampai tanggal 10 November 1998 dengan lahirnya undang-undang

nomor 10 tahun 1998.

 

Pengertian rahasia bank dalam undang-undang Nomor 7 1992 yang dimuat Pasal 1 ayat 16

mengatakan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan

lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan  wajib dirahasiakan.

Pengertian ini kemudian diubah dengan pengertian baru oleh undang-undang Nomor 10 tahun

1998 yang mengatakan bahwa Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

ketentuan mengenai nasabah menyimpan dan penyimpan.

 

Mengenai sifat rahasia bank,ada dua teori yang dikemukakan,yaitu teori yang mengatakan rahasia

bank yang bersifat mutlak (absolute theory) dan yang mengatakan bersifat relatif (relative theory).

Teori ini masing-masing berpegang pada alasan atau argumentasinya. Adapun dua teori mengenai

kekuatan berlakunya asas rahasia bank,yaitu :

 

1. Teori mutlak (Absolute Theory)

 

Page 4: Prinsip

Menurut teori ini rahasia bank bersifat mutlak. Semua keterangan mengenai nasabah dan

keuangannya tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa pengecualian dan pembatasan. Dengan

alasan apapun dan oleh siapapun kerahasiaan mengenai nasabah dan keuangannnya tidak boleh

dibuka(diungkapkan). Apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasian tersebut,bank yang

bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkannya.

 

Keberatan terhadap teori mutlak adalah terlalu individulis,artinya hanya mementingkan hak

individu (perseorangan). Disamping itu teori mutlak juga bertentangan dengan kepentingan negara

atau masyarakat banyak dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan negara atau

masyarakat banyak. Teori mutlak ini terutama dianut oleh negara swiss sejak tahun 1934. Sifat

rahasia bank tidak dapat diterobos dengan alasan apapun. Hal ini dapat dilihat di undang-undang

Pemerintah Swiss No.47 mengenai “Perbankan dan bank Tabungan”november 1934. Dengan

demikian para koruptor atau pedagang narkotika kelas kakap didunia merasa aman menyimpan

hasil uang kejahatannya di bank-bank Swiss. Salah satu contoh pelaku yang melakukan teori

mutlak tentang kerahasiaan bank di bank-bank Swiss adalah mantan Presiden Ferdinand Marcos

dari Filiphina,dan gembong narkotika Dennis Levine.

 

Ketatnya rahasia bank dilaksanakan di Swiss,mengakibatkan beberapa Negara tidak dapat

menjangkau uang hasil kejahatan warga negaranya yang merugikan negara dan masyarakat

banyak,yang disimpan di bank-bank Swiss. Oleh karena itu teori mutlak dianut oleh negara swiss

mendapat reaksi keras dari beberapa negara yang kepentingannya dirugikan. Sebagi contoh

adalah kasus gugatan Pemerintah Amerika Serikat melalui Stock Exchange Commission ( SEC)

kepada semua bank di swiss sehubungan dengan penampungan dana hasil insider trading yang

disimpan dibeberapa bank di swiss. Agar bank-bank yang bersangkutan membuka rahasia

keuangan nasabahnya.

 

Ternyata rahasia bank yang bersifat mutlak itu dapat dikompromikan. Sifat mutlak ini telah

ditinggalkan oleh bank-bank di swiss sejak tahun 1991 dengan menghapuskan nama samaran dari

kode rekening nasabah yang terkenal dengan “formulir B”,yang harus diganti dengan nama

aslinya melalui pendaftaran ulang. Jika para nasabah yang bersangkutan tidak mendaftar

ulang,mereka harus menutup rekeningnya.

 

2.      Teori Relatif ( Relative Theory )

 

Mengenai teori ini bank bersifat relatif ( terbatas). Semua keterangan tentang nasabah dan

keuangannya yang tercatat dibank wajib  dirahasiakan. Namun bila ada alasan yang dapat

dibenarkan oleh undang-undang,rahasia bank mengenai keuangan nasabah yang bersangkutan

boleh dibuka ( diungkapkan ) kepada pejabat yang berwenang,misalnya pejabat

perpajakan,pejabat penyidik tindak pidana ekonomi.

 

Page 5: Prinsip

Keberatan terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat dijadikan perlindungan bagi

pemilik dana yang tidak halal, yang kebetulan tidak terjangkau oleh aparat penegak hukum  ( low

enforcer ) karena tidak terkena penyidik. Dengan demikian dana tetap aman,tetapi teori relatif

sesuai dengan rasa keadilan (sense ofjustice),artinya dalam kepentingan negara atau kepentingan

masyarakat tidak dikesampingkan begitu saja. Apabila ada alasan sesuai dengan prosedur hukum

maka rahasia keuangan nasabah bloeh dibuka (diungkapkan). Dengan demikian,teori relatif

melindungi kepentingan semua pihak baik individu,masyarakat,maupun negara. Teori relatif dianut

oleh negara-negara pada umumnya antara lain Amerika

Serikat,Belanda,Malaysia,Singapura,Indonesia. Rahasia bank berdasarkan teori relatif diatur

undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah oleh undang-undang Nomor 10

tahun 1998 tentang perbankan.

 

Secara umum kerahasiaan berkaitan dengan kepercayaan,karena itu pula rahasia bank diperlukan

sebagai salah satu faktor untuk menjaga kepercayaan nasabah penyimpan. Mengingat

kerahasiaan bank tersebut utamaannya untuk menjaga kepercayaan nasabah penyimpan sehingga

tidak berlebihan apabila Bank Indonesia dalam pengaturan rahasia bank,menentukan

sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor  2/19/PBI/2000 

tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank,bahwa

keterangan mengenai nasabah selain nasabah penyimpan bukan merupakan keterangan yang

wajib dirahasiakan oleh bank.

 

Selain itu didalam Undang – Undang Perbankan Indonesia dalam pengaturan kerahasian bank tidak

secara mutlak untuk menutupi informasi dan data yang ada untuk kalangan pihak tertentu. Dari

ketentuan larangan pembukaan rahasia bank menurut ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang –

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tersebut dapat dikecualikan beberapa kondisi

tertentu. Dengan demikian Indonesia menganut teori nisbi,yaitu bahwa pemberian data dan

informasi yang menyangkut kerahasian bank kepada pihak lain dimungkinkan dengan alasan

tertentu. Tetapi mengenai pihak yang harus menyimpan rahasia karena profesi dan pekerjaannya

hampir sama ketentuannya dengan Swiss yaitu menyangkut semua pihak yang berhubungan

dengan kegiatan bank. Kata ” kecuali” dalam pasal 40 ayat (1) ini merupakan pembatasan

terhadap berlakunya rahasia bank. Mengenai keterangan yang disebutkan dalam pasal – pasal

yang dikecualikan itu,bank boleh mengungkapkannya / tidak.

 

Mengenai kemungkinan perobosan kerahasiaan bank dapat dilakukan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 40 ayat (1) Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah :

Untuk kepentingan peradilan pidana

Untuk kepentingan tukar menukar informasi antar bank ( dirahasiakannya ).

Untuk kepentingan piutang bank

Untuk kepentingan perpajakan,penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan

Urusan Piutang dan Lelang Negara dan kepentingan peradilan dalam perkara pidana,wajib terlebih

dahulu memperoleh perintah atau ijin tertulis untuk membuka rahasia bank dari Pimpinan Bank

Page 6: Prinsip

Indonesia,sedangkan untuk kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara bank dengan

nasabahnya,tukar menukar informasi antar bank, permintaan,persetujuan atau kuasa dari nasabah

penyimpan yang dibuat secara tertulis,permintaan ahli waris yang sah dari nasabah penyimpan

yang telah meninggal dunia,tidak memerlukan perintah atau ijin tertulis untuk membuka rahasia

bank dari Pimpinan Bank Indonesia.