prevalensi toxocariasis pada kucing liar di surabaya...

5

Click here to load reader

Upload: vomien

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di Surabaya ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-MKH-21-1-02.pdf · pengetahuan tentang siklus hidup parasit dan angka prevalensi menjadi

Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 1, Januari 2005

7

Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di SurabayaMelalui Bedah Saluran Pencernaan

The Prevalence of Toxocariasis in Stray Cat in Surabaya by Intestinectomy

Kusnoto

Kelompok Studi Intestinal Parasite, Tropical Disease Center, Universitas AirlanggaBagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya.

Korespondensi: [email protected]; [email protected]

AbstractThe objective of this study was to determine of the prevalence of toxocariasis in stray cat

through intestinectomy. Using this technique Toxocara cati adult were found in the small intestinelumen of the female and male cat. The stray cats were taked it from five areas among Surabaya city(East, West, North, South and Central Surabaya). The study was performed chi square test using SPSSrel 11.0 for Windows. The toxocariasis incidence rate of the stray cats were 60.9% (42/69) and the cat’stoxocariasis incidence rate ratio of male were 33.3% (23/69), were statistically significant (p < 0.05),more than female were 27.5% (19/69). The conclusion, were the incidence rate of cat’s toxocariasis wasseriously necessary attention according to the zoonotic infection to the human.

Keywords: toxocariasis, stray cat, prevalence , Toxocara cati

PendahuluanKontrol terhadap penyakit parasitik tidak mudah

karena intensitas dan distribusi penyakit sangatdipengaruhi oleh faktor-faktor geografik, klimatik,dan ekonomik. Hal ini menjadikan penyakit parasitikmasih merupakan masalah besar bagi kesehatanmasyarakat di beberapa negara tropik. Dalam ekosis -tem megalopolis populasi parasit dapat mencapailevel yang tinggi, keadaan ini akan meningkat denganadanya infeksi pada anjing dan kucing maupun aksesdari hewan reservoir (Beer et al., 1999). Oleh karena itupengetahuan tentang siklus hidup parasit dan angkaprevalensi menjadi penting, hal ini diperlukan untukmerencanakan pengendalian penyakit dan mengetahuidistribusi penyakit. Di antara beberapa penyakitparasitik yang sering terjadi di Indonesia adalahpenyakit parasitik yang disebabkan oleh cacing.

Toxocariasis adalah penyakit yang disebabkanoleh cacing dari genus Toxocara. Terdapat tiga spesiesToxocara, yaitu T. vitulorum menyerang anak sapi dananak kerbau serta induk jantan, T. canis menyeranganak anjing dan anjing jantan dewasa, dan T. catimenyerang anak kucing dan kucing jantan dewasa .Anak sapi dan kerbau, anjing, dan kucing maupuninduk jantannya, masing-masing merupakan hospesdefinitif bagi ketiga spesies tersebut. Toxocara spptidak saja berbahaya bagi hospes definitif, tetapi jugadilaporkan dapat menginfeksi manusia, sehinggatergolong penyakit zoonosis (Uga et al., 1990). Telah

diketahui di seluruh dunia, bahwa zoonosis yangdisebabkan oleh larva ascaris dari anjing dan kucing,yaitu T. canis dan T. cati memungkinkan sebagaipenyebab infeksi pada manusia termasuk manifestasikliniknya yaitu visceral dan ocular larvae migrans(Hubner et al., 2001).

Suatu hal yang menarik pada kasus toxocarias isadalah larva stadium kedua (L2) tidak pernah ber -kembang menjadi L3 apabila infeksi terjadi pada selainhospes definitif. Cacing tanah, kecoa, ayam, anjing,anak kambing dan khususnya mencit dapat berfungsisebagai hospes tranpor. Dengan kata lain di da lamtubuh selain hospes definitif, perkembangan larva me -ngalami jalan buntu, sehingga tetap tinggal di jaringandan statis yang lazim disebut larva dorman, larva initinggal pada jaringan organ visceral maupun jaringansomatik. Dalam hal ini, kucing dapat terinfeksi denganmemakan hospes parathenic (Levine, 1978).

Anjing dan kucing merupakan hewan ke saya-ngan yang sangat dekat dan sering kontak denganmanusia, bahkan di beberapa kota termasuk Surabayadapat ditemukan tempat pemotongan anjing, ini me-nunjukkan bahwa daging anjing juga dikonsumsi olehsebagian masyarakat pada kota tersebut. Hal tersebutmeningkatkan resiko kejadian infeksi toxocariasispada manusia, mengingat adanya visceral larvaemigrans pada infeksi toxocariasis, terlebih lagi padainduk betina, karena larva dapat tinggal di dalamjaringan hingga bertahun-tahun.

Page 2: Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di Surabaya ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-MKH-21-1-02.pdf · pengetahuan tentang siklus hidup parasit dan angka prevalensi menjadi

Kusnoto, Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di Surabaya Melalui Bedah Saluran Pencernaan

8

Manusia dapat tertular toxocariasis karenatermakannya telur infektif yang terdapat dalam fesesanjing, kucing, sapi dan tanah terkontaminasi ataularva yang berada dalam jar ingan (paru, hati, ginjaldan somatik) maupun air susu. Berdasarkan gejalaklinik, toxocariasis pada manusia diklasifika sikanmenjadi visceral toxocariasis dan ocular toxocariasis, halini disebabkan adanya visceral larvae migrans danocular larvae migrans, bahkan larva dapat mencapaiotak, sehingga menimbulkan gangguan yang sangatberat pada anak-anak maupun pada orang dewasa.

Diagnosis toxocariasis berdasarkan gejala kliniksulit dilakukan karena gejala kliniknya bervariasi,sehingga membutuhkan diagn osis secara serologikatau imunologik (Uga et al., 1990). Lebih lanjutdinyatakan, bahwa dengan uji ELISA terhadap orang -orang yang tinggal di kota Kobe dan sekitarnyadidapatkan hasil 4,6% positif dari 196 kelompokorang dewasa (100 orang pria dan 96 wani ta), 6,3 %positif dari 80 kelompok anak -anak (45 pria dan 35wanita), dan 29,3 % positif dari 75 kelompok orangyang menunjukan gejala/tersangka penderita (pasien41 pria dan 34 wanita, umur 9 -69 tahun).

Prevalensi toxocariasis pada sapi dan kerbau diMalang dapat mencapai 76% (Trisunuwati dkk.,1991), sedangkan di Surabaya pada anak sapi umurkurang dari 2 bulan mencapai 68,2%, pada umur 2 -4bulan mencapai 51,4%, dan umur kurang dari 6 bulanmencapai 43,4% (Koesdarto dkk., 1999). Prevalensitoxocariasis pada anjing liar di Bangkok sebesar22,5% dari 200 sampel, namun apabila pengamatandifokuskan pada anjing muda dapat mencapai 37,5%dari 112 sampel yang diamati (Rojekittikhun et al.,1998). Akan tetapi prevalensi pada anjing konsumsidan kucing liar di Surabaya belum pernah ditelitisecara khusus, padahal anjing dan kucing sangatberpotensi untuk menularkan toxocariasis kepadamanusia, mengingat populasi yang tinggi dankedekatan dengan kehidupan manusia. Oleh karenaitu pada penelitian ini akan dila kukan pengamatanterhadap prevalensi toxocariasis pada kucing liarmelalui pembedahan saluran pencernaan. Teknikbedah saluran pencernaan ini dipakai agar didapatkandata yang lebih akurat dibandingkan teknik pemerik -saan yang lain misalnya pemeriksaan fe ses, karena iniakan ditemukan cacing T. cati dewasa yang memilikihabitat dalam lumen usus halus anak kucing dankucing jantan.

Metode PenelitianPengambilan Sampel

Sampel kucing didapat dari kucing liar yangberada di lima wilayah Surabaya, yaitu Suraba yaBarat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, SurabayaUtara dan Surabaya Pusat. Jumlah sampel kucing liar

yang digunakan adalah 69 ekor. Pengambilan sampelkucing dari berbagai wilayah tersebut dengan tujuandapat mewakili keadaan kota Surabaya.

Penanganan SampelSampel berupa kucing liar yang didapat dari

lima wilayah Surabaya dilakukan pembedahan untukmengeluarkan saluran pencernaan, yang sebelumnyadilakukan pembiusan menggunakan dietil eter hinggamati. Selanjutnya adalah penanganan saluran pencer-naan, dengan memisahkan usus halus yang dilakukandengan memotong organ tersebut yang sebelumnyadiikat ganda pada perbatasan usus halus denganlambung dan perbatasan usus halus dengan ususbesar, pemotongan dilakukan di antara ikatan tersebutdengan maksud agar tidak terjadi pengeluaran isiusus. Tujuan lain dari ikatan ganda tersebut adalahagar cacing yang diperoleh tidak tercampur dengancacing dari organ lain, sehingga mempermudahidentifikasi cacing, terutama bila didapatkan cacingyang lebih dari satu spesies. Cacing yang diperolehdibersihkan dengan aquades dan selanjutnya di -masukkan ke dalam petridish yang berisi NaClfisiologis untuk dilakukan identifikasi terhadapkeberadaan Toxocara cati.

Identifikasi CacingSampel cacing yang telah dicuci denga n air

destilasi dan tersimpan dalam petridish diidentifikasiuntuk menentukan keberadaan cacing T. cati denganbantuan bisekting mikroskop pada pembesaran 40x,maupun mikroskop cahaya pada pembesaran 100x.Identifikasi dilakukan untuk mengetahui angka ke -jadian toxocariasis.

Analisis DataHasil pengamatan berupa data prevalensi

toxocariasis kucing liar di Wilayah Surabaya setelahditabulasikan berdasarkan jenis kelamin kucing.Setelah ditabulasikan kemudian dianalisis dengan Chisquare test dari SPSS rel 11.0 for Windows (Santoso,2001).

Hasil PenelitianHasil bedah saluran pencernaan kucing liar

ditemukan 42 sampel positif T. cati atau 60,9% daritotal sampel sebanyak 69 ekor kucing liar dari seluruhwilayah Surabaya (Tabel 1).

Berdasarkan jenis kelamin kucing liar yangdidapat dari seluruh wilayah Surabaya dapat di -nyatakan bahwa kejadian toxocariasis pada kucingliar jantan adalah sebesar 76,7% dari 30 sampel kucingliar jantan atau 33,3% (dari 69 total sampel) kucingliar yang diperiksa. Adapun keja dian toxocariasispada kucing liar betina adalah sebesar 48,7% dari 39sampel kucing liar betina atau 27,5% (dari 69 total

Page 3: Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di Surabaya ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-MKH-21-1-02.pdf · pengetahuan tentang siklus hidup parasit dan angka prevalensi menjadi

Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 1, Januari 2005

9

sampel) yang diperiksa. Berdasarkan analisis statistikdengan chi square test dapat diketahui bahwa kejadiantoxocariasis pada kucing liar jantan secara signifikanlebih tinggi (p < 0,05) dibandingkan pada kucing liarbetina (Tabel 2 dan Gambar 1).

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kejadian Toxocariasispada Kucing Liar di Surabaya denganTeknik Bedah Saluran Pencernaan

Kejadian toxocariasis

Positif Negatif

Jumlah Persentase_(%) Jumlah Persentase_(%)

Totalsampel

42 60,9 27 39,1 69

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kejadian Toxocariasispada Kucing Liar di Surabaya denganTeknik Bedah Saluran Pencernaan Ber -dasarkan Jenis Kelamin Kucing

Kejadian toxocariasis

Positif NegatifJeniskelaminkucing Jumlah Persentase

(%) Jumlah Persentase(%)

Totalsampel

Jantan 23 76,7a 7 23,3 30

Betina 19 48,7b 20 51,3 39

Total 42 60,9 27 39,1 69a,bsuperskrip berbeda pada kolom yang sama menu n-jukkan perbedaan signifikan (p < 0,05)

PembahasanTabel 1 dan 2 menunjukkan angka kejadian

toxocariasis kucing liar di Surabaya berdasarkan jeniskelamin. Angka kejadian toxocariasis pada padakucing liar jantan adalah sebesar 33,3% (23 dari 69sampel) secara signifikan lebih tinggi (p<0,05)dibanding pada kucing betina yaitu sebesar 27,5% (19dari 69 sampel). Hal ini dapat terjadi karena anjingdan kucing betina bukanlah hospes definitif bagiToxocara spp. Pada induk betina apabila mengalamiinfeksi, larva kedua (L2) tidak berkembang lebihlanjut menjadi L3 tetapi akan mengalami dormansipertumbuhan dan tetap tinggal di jaringan dengandikelilingi sel-sel imun tubuh membentuk granuloma(Warren, 1993).

Larva ketiga akan terbentuk bila induk anjingdan kucing bunting pada masa menjelang kelahiran,sehingga pada anjing dapat mengalami transplacentalinfection, sedangkan pada kucing transcolostral infectionmerupakan rute utama. Ini terjadi akibat L2 dijaringan mengalami migrasi karena adanya per -geseran keseimbangan hormonal induk buting menje -lang melahirkan yang dapat mengganggu sistemimun, sehingga L2 lepas dari granuloma di dalamjaringan kemudian menuju sistem sirkulasi selanjut -nya menembus plasenta (pada anjing) dan mencapaiambing (khususnya pada kucing), sehingga rutepenularan pada anak anjing dan kucing mengalamiperbedaan (Levine, 1978; Kusumamihardja, 1993).Angka prevalensi tertinggi didapatkan pada anakkucing umur 12-24 minggu, dan tidak ditemukanpada anak kucing umur 0-4 minggu (O’Lorcain, 1994).

33,3

10,1

27,5 29

60,9

39,1

0

10

20

30

40

50

60

70

Has

il pe

mer

iksa

an (

% d

ari t

otal

sam

pel)

Jantan Betina Total

Jenis kelamin kucing liar

Positif Negatif

Gambar 1. Diagram hasil pemeriksaan kejadian toxocariasis pada kucing liar di Surabaya berdasar kan jeniskelamin.

Page 4: Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di Surabaya ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-MKH-21-1-02.pdf · pengetahuan tentang siklus hidup parasit dan angka prevalensi menjadi

Kusnoto, Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di Surabaya Melalui Bedah Saluran Pencernaan

10

Pada anjing betina dewasa dalam kondisikurang sehat, L2 dapat meninggalkan jaringansomatik, masuk ke lumen usus dan menjadi dewasamelalui jalur yang tidak diketahui. Salah satu faktorpenyebab kemungkinan adalah stres. Hal ini terlihat,misalnya induk anjing yang tidak mengeluarkan telurT. canis pada fesesnya selama berbulan -bulan ataubertahun-tahun, kemudian dapat mengeluarkan telursaat bunting (Levine, 1978).

Kejadian yang tinggi pada kucing akan mem -pengaruhi penularan pada manusia mengingatpopulasi kucing cukup tinggi di Indonesia khususnyaSurabaya. Hal ini dapat terjadi karena kontam inasitanah sekitar dengan feses penderita (hospes defini -tif). Potensi tanah sebagai sumber infeksi Toxocara spptelah dibuktikan dengan hasil beberapa penelitian,diantaranya penelitian yang di lakukan di Santiagodidapatkan sampel positif 33,3% dari sam pel tanahlapangan (squares) dan 66,7% dari sampel tanahtaman (parks) (Castillo et al., 2000). Fonrouge et al.(2000), mendapatkan hasil sampel positif 13,2 % dari242 sampel tanah squares dan parks di La Plata,Argentina. Di Indonesia juga pernah dilakuk anpenelitian terhadap tanah di sekitar rumah potonghewan dan peternakan sapi perah di Surabaya,didapatkan hasil 23,6% sampel positif mengandungtelur Toxocara spp dari 178 sampel yang diamati(Kusnoto dkk., 2002).

Telah terbukti bahwa toxocariasis dapa t menye-rang manusia dewasa (Park et al., 1999) maupunanak-anak (Alonso et al., 2000; Taranto et al., 2000).Toxocariasis pada manusia lebih banyak ditemukanpada umur muda (rata-rata 2 tahun 9 bulan), namundistribusi jenis kelamin didapatkan imbang ata u 1:1(Gonzalez et al., 2000). Kejadian toxocariasis padaanak-anak tampaknya tidak dipengaruhi oleh keadaansosial ekonomi dan pendidikan orang tua, inidibuktikan oleh Sadjjadi et al. (2000) yang melakukanpenelitian seroepidemiologi terhadap 519 anak-anakdi Shiraz, Iran Selatan dengan mendapatkan angkaprevalensi sebesar 25,6%.

Toxocariasis juga dapat terjadi pada orangdewasa, hal ini tampak pada hasil penelitianseroepidemiologi yang dilakukan oleh Ajayi et al.(2000) di Jos, Plateau State, Nigeri a, yang didapatkanhasil seropositif 30,4 % untuk orang dewasa, 29,6%untuk anak-anak, 34% untuk wanita dan 25,9 untukpria, yang menunjukkan perbedaan tidak bermaknaterhadap umur dan jenis kelamin. Toxocariasis padaorang dewasa juga pernah dilaporkan t erjadi di Koreaoleh Park et al. (1999), yang didapatkan pada wanitaumur 28 tahun. Dinyatakan pula bahwa, uveitismerupakan tanda klinis utama untuk retinaldetachment pada manusia yang menderita toxocariasis .Pada tahun berikutnya, ocular toxocariasis pada orangdewasa juga dilaporkan terjadi di Korea oleh Park et

al. (1999), yang didapatkan lima kasus pada orangdewasa dengan manifestasi klinis retinal detachment.

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpul -

kan: 1) Angka kejadian toxoca riasis pada kucing liardi Surabaya adalah sebesar 60,9% dari total sampel(69 ekor) kucing liar; 2) Angka kejadian toxocariasispada kucing liar jantan adalah sebesar 33,3% dari 69(total sampel) yang diperiksa yang secara signifikan(p < 0,05) lebih tinggi dibandingkan pada kucing liarbetina yaitu sebesar 27,5% dari 69 (total sampel) yangdiperiksa.

Ucapan TerimakasihPenelitian ini terselenggara atas dana dari

SPP/DPP UNAIR 2001/2002, oleh karena itu penelitimenyampaikan terimakasih kepada Rektor Uni versitasAirlangga, Ketua Lembaga Penelitian UniverstasAirlangga dan Ketua Tropical Disease CenterUniversitas Airlangga atas persetujuan dan kesempa -tan yang diberikan kepada peneliti untuk mendapat -kan dana tersebut.

Daftar PustakaAlonso JM, Bojanich MV, Chamarro M, and Gorodner

JO. 2000. Toxocara seroprevalence in childrenfrom a subtropical city in Argentina. Abstract.Rev. Inst. Med. Trop. Sao Paolo; 42(4): 235 -7

Ajayi OO, Duhlinska DD, Agwale SM, Njoku M. 2000.Frequency of human toxocariasis in J os, PlateauState, Nigeria. Mem Inst Oswaldo Cruz; 95(2):147-9

Beer SA, Novosil’tsev GI, and Mel’nikova LI. 1999.The role of water factor in the dissemination ofToxocara eggs and the spread of toxocariasis ina megalopolis. Abstract. Parazitologiia; 3 3(2):129-35

Castillo D, Paredes C, Zanartu C, Castillo G, MercadoR, Munoz V, and Schenone H. 2000. Environ -ment contamination with Toxocara spp eggs inpublic squares and parks from Santiago, Chile,1999. Bol Chil Parasitol; 55(3 -4): 86-91

Fonrouge R, Guardis MV, Radman NE, and ArchelliSM. 2000. Soil contamination with Toxocara spp.eggs in squares and public places from the cityof La Plata, Buenos Aires Argentina. Bol ChilParasitol; 55(3-4): 83-5

Gonzalez MT, Ibanez O, Balcarce N, Nanfito G,Kozubsky L, Radman N, Donatone J, Fynn A,Drut R, Cueto Rua E. 2000. Toxocariasis withliver involvement. Acta Gastroenterol Latinoam;30(3):187-90

Page 5: Prevalensi Toxocariasis pada Kucing Liar di Surabaya ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-MKH-21-1-02.pdf · pengetahuan tentang siklus hidup parasit dan angka prevalensi menjadi

Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 1, Januari 2005

11

Hubner J, Uhlikova M, and Leissova M. 2001.Diagnosis of the early phase of larvaltoxocariasis using IgG avidit y. EpidemiolMikrobiol Imunol; 50(2): 67 -70

Koesdarto S, Uga S, Machfudz, Sri Mumpuni S,Kusnoto, and Puspitawati H. 1999. Theprevalence of Toxocara vitulorum in dairy cows inSurabaya. Proceeding Seminar on InfectiousDiseases in The Tropics. TDC Airla nggaUniversity, Surabaya. 46-49.

Kusnoto, Koesdarto S, dan Sri Mumpuni S. 2002.Kontaminasi tanah di sekitar peternakan sapiperah dan rumah potong hewan dengan telurToxocara spp di Surabaya. Laporan Penelitian.Lembaga Penelitian, Universitas Airlangg a,.

Kusumamihardja S. 1993. Parasit dan Parasitosispada Hewan Ternak dan Hewan Piaraan diIndonesia. PAU Bioteknologi, IPB, Bogor.

Levine ND. 1978. Texkbook of Veterinary Parasitology .Burgers Publishing Company. Terjemahan:Ashadi G. 1990. Wardiarto Ed. Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta.

O’Lorcain P. 1994. Epidemiology of Toxocara sppp. instray dogs and cats in Dublin, Ireland. J.Helminthol. 68(4): 331-6

Park SP, Huh S, Magnaval JF, and Park I. 1999. Acase of presumed ocular toxocariasis in a 28-yearold woman. Korean J Ophthalmol; 13(2): 115 -9

Rojekittikhun W, Nuamtanong S, Anantaphruti MT,Pubampen S, Maipanich W. Visedsuk K. 1998.Toxocara and Gnatosoma among stray caninesin Bangkok. Southeast Asian J Trop Med PublicHealth; 29(4): 744-747

Sadjjadi SM, Khosravi M, Mehrabani D, and Orya A.2000. Seroprevalence of Toxocara infection inschool children in Shiraz, Southern Iran.Abstract. J. Trop. Pediatr. 46(6): 327 -30

Santoso, S. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Pro -fesional. SPSS versi 10. Penerbit PT Elex MediaKomputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Taranto NJ, Passamonte L, Marinconz R, de MarziMC, Cajal SP, and Malchiodi EL. 2000. Zoonoticparasitosis transmitted by dogs in Chaco Salteno,Argentina. Medicina (B Aires); 60(2 ): 217-20

Trisunuwati P, Cornelissen T, and Nasich. 1991. Aparasitological study on the impact of Nemato -des on the production of livestock in the limestonearea of South Malang. Interdiciplinary ResearchJ. Landbouw Agricultural University ofWageningen. The Netherlands.

Uga S, Matsumura T, Fujisawa K, Okubo K, KataokaN, and Kondo K. 1990. Incidence of seropositi-vity to human Toxocarariasis in Hyogo Prefecture,Japan and its possible role in opthalmic disease.Jpn J. Parasitol. 39 (5): 500-502.

Warren KS. 1993. Immunology and molecular biologyof parasit infections. Eidinburg, Blackwell Sc.Pp. 55.