presiden.docx

14
Untuk artikel mengenai lembaga kepresidenan Indonesia, lihat Presiden Indonesia . Lambang Presiden Republik Indonesia Bendera Presiden Republik Indonesia Indonesia Artikel ini adalah bagian dari seri: Politik dan pemerintahan Indonesia Pancasila UUD 1945 Legislatif[tampilkan ] Eksekutif[tampilkan] Yudikatif[tampilkan] Inspektif[tampilkan]

Upload: velizaarheta

Post on 26-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Untuk artikel mengenai lembaga kepresidenan Indonesia, lihat Presiden Indonesia.

Lambang Presiden Republik Indonesia

Bendera Presiden Republik IndonesiaIndonesia

Artikel ini adalah bagian dari seri:Politik dan pemerintahanIndonesia

PancasilaUUD 1945

Legislatif[tampilkan]Eksekutif[tampilkan]Yudikatif[tampilkan]Inspektif[tampilkan]Daerah[tampilkan]Pemilihan umum[tampilkan]Partai politik[tampilkan]

Negara lain AtlasPortalpolitiklihatbicarasunting

Berikut merupakan daftar Presiden Indonesia.. Presiden Republik Indonesia adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Indonesia.Lembaga kepresidenan Indonesia dibentuk pada 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), memilih Sukarno sebagai presiden pertama Indonesia.#PresidenMulai menjabatSelesai menjabatPartaiWakil PresidenPeriode

1Soekarno18 Agustus 194519 Desember 1948PNIMohammad Hatta1

Syafruddin Prawiranegara(Ketua PDRI)[1]19 Desember 194813 Juli 1949NonpartisanLowong

Soekarno13 Juli 194927 Desember 1949PNIMohammad Hatta

Soekarno(Presiden RIS)[2]27 Desember 194915 Agustus 1950PNILowong

Assaat(Pemangku SementaraJabatan Presiden RI)[2]Nonpartisan

Soekarno15 Agustus 19501 Desember 1956PNIMohammad Hatta

1 Desember 195622 Februari 1967Lowong

2Soeharto(Pejabat Presiden)[3]22 Februari 196727 Maret 1968Golkar

Soeharto27 Maret 196824 Maret 19732

24 Maret 197323 Maret 1978Hamengkubuwana IX3

23 Maret 197811 Maret 1983Adam Malik4

11 Maret 198311 Maret 1988Umar Wirahadikusumah5

11 Maret 198811 Maret 1993Soedharmono6

11 Maret 199310 Maret 1998Try Sutrisno7

10 Maret 199821 Mei 1998Baharuddin Jusuf Habibie8

3Baharuddin Jusuf Habibie21 Mei 199820 Oktober 1999GolkarLowong

4Abdurrahman Wahid20 Oktober 199923 Juli 2001PKBMegawati Soekarnoputri9

5Megawati Soekarnoputri23 Juli 200120 Oktober 2004PDIPHamzah Haz

6Susilo Bambang Yudhoyono20 Oktober 200420 Oktober 2009Partai DemokratMuhammad Jusuf Kalla10

20 Oktober 2009Sedang menjabatBoediono11

LegendaNon-partisan Golkar Partai Kebangkitan Bangsa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Partai Persatuan Pembangunan Partai Demokrat

Catatan kakiPergantian tampuk pimpinanpemerintahan Indonesia.

1. ^ PDRI dibentuk setelah ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda akibat agresi militer. Pembentukan PDRI sendiri sebenarnya memang diamanatkan dalam telegram yang dikirimkan oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kepada Syafruddin, walaupun telegram itu tidak pernah sampai ke tangannya.2. ^ a b Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar, Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) di mana Republik Indonesia merupakan salah satu negara bagiannya. Karena Soekarno dan Hatta diangkat menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS, maka Assaat diangkat sebagai "Pemangku Sementara Jabatan Presiden Republik Indonesia". Jabatan ini berakhir ketika RIS kembali ke bentuk negara kesatuan (Republik Indonesia).3. ^ Tap MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang "Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Sukarno" dikeluarkan pada tanggal 12 Maret 1967, tetapi berlaku surut sejak 22 Februari 1967.Referensi UUD 1945 Perubahan I UUD 1945 Perubahan II UUD 1945 Perubahan III UUD 1945 Perubahan IV UUD 1945 UUDS 1950 Ketetapan MPRS dan MPR Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1949 Undang-Undang Republik Indonesia Serikat Nomor 7 Tahun 1950 Setneg (1997) 30 Tahun Indonesia Merdeka. Edisi 3. Jakarta: Setneg Setneg (1997) 40 Tahun Indonesia Merdeka. Edisi 2. Jakarta: Setneg Setneg (1997) 50 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: SetnegPresiden IndonesiaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari Presiden Republik Indonesia

PetahanaSusilo Bambang Yudhoyonosejak20 Oktober 2004

GelarBapak Presiden (Informal)Yang terhormat (Formal)

Kediaman resmiIstana NegaraIstana MerdekaIstana BogorIstana CipanasIstana YogyakartaIstana Tampaksiring

Menjabat selama5 tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk 1 kali

Pemegang pertamaSukarno

Dibentuk18 Agustus 1945

Situs webwww.presidenri.go.id

Indonesia

Artikel ini adalah bagian dari seri:Politik dan pemerintahanIndonesia

PancasilaUUD 1945

Legislatif[tampilkan]Eksekutif[tampilkan]Yudikatif[tampilkan]Inspektif[tampilkan]Daerah[tampilkan]Pemilihan umum[tampilkan]Partai politik[tampilkan]

Negara lain AtlasPortalpolitiklihatbicarasunting

Untuk daftar Presiden Indonesia, lihat Daftar Presiden Indonesia.Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan. Ia digaji sekitar 60 juta per bulan.[1]Daftar isi 1 Wewenang, kewajiban, dan hak 2 Pemilihan 2.1 Pemilihan Wakil Presiden yang lowong 2.2 Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang lowong 3 Pelantikan 4 Pemberhentian 5 Lihat pula 6 Referensi 7 Pranala luar

Wewenang, kewajiban, dan hakWewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain: Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan RUU menjadi UU. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang memaksa) Menetapkan Peraturan Pemerintah Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR Menyatakan keadaan bahaya. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui DPR Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.PemilihanMenurut Perubahan Ketiga UUD 1945 Pasal 6A, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres). Sebelumnya, Presiden (dan Wakil Presiden) dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dengan adanya Perubahan UUD 1945, Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR, dan kedudukan antara Presiden dan MPR adalah setara.Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelumnya. Pilpres pertama kali di Indonesia diselenggarakan pada tahun 2004.Jika dalam Pilpres didapat suara >50% jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20% di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia, maka dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, maka pasangan yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres mengikuti Pilpres Putaran Kedua. Pasangan yang memperoleh suara terbanyak dalam Pilpres Putaran Kedua dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih.Pemilihan Wakil Presiden yang lowongDalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, Presiden mengajukan 2 calon Wapres kepada MPR. Selambat-lambatnya, dalam waktu 60 hari MPR menyelenggarakan Sidang MPR untuk memilih Wapres.Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang lowongDalam hal Presiden dan Wakil Presiden keduanya berhalangan tetap secara bersamaan, maka partai politik (atau gabungan partai politik) yang pasangan Calon Presiden/Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres sebelumnya, mengusulkan pasangan calon Presiden/Wakil Presiden kepada MPR.Selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari, MPR menyelenggarakan Sidang MPR untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.PelantikanSesuai dengan Pasal 9 UUD 1945, Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat. Jika MPR atau DPR tidak bisa mengadakan sidang, maka Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.Sumpah Presiden (Wakil Presiden):"Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."Janji Presiden (Wakil Presiden):"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."PemberhentianArtikel utama untuk bagian ini adalah: PemakzulanUsul pemberhentian Presiden/Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR.Apabila DPR berpendapat bahwa Presiden/Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden/Wakil Presiden (dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPR), DPR dapat mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi, jika mendapat dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota.Jika terbukti menurut UUD 1945 pasal 7A maka DPR dapat mengajukan tuntutan impeachment tersebut kepada Mahkamah Konstitusi RI kemudian setelah menjalankan persidangan dalam amar putusan Mahkamah Konstitusi RI dapat menyatakan membenarkan pendapat DPR atau menyatakan menolak pendapat DPR. [2] dan MPR-RI kemudian akan bersidang untuk melaksanakan keputusan Mahkamah Konstitusi RI tersebut.GRASI, AMNESTI, ABOLISI dan REHABILITASI

Berdasarkan Pasal 14 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden Republik Indonesia berhak untuk memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (Pasal 1), serta memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 2).

Lalu apa yang dimaksud dengan GRASI, AMNESTI, ABOLISI dan REHABILITASI itu?

1. GRASIDalam arti sempit berarti merupakan tindakan meniadakan hukuman yang telah diputuskan oleh hakim. Dengan kata lain, Presiden berhak untuk meniadakan hukuman yang telah dijatuhkan oleh hakim kepada seseorang.

2. AMNESTIMerupakan suatu pernyataan terhadap orang banyak yang terlibat dalam suatu tindak pidana untuk meniadakan suatu akibat hukum pidana yang timbul dari tindak pidana tersebut. Amnesti ini diberikan kepada orang-orang yang sudah ataupun yang belum dijatuhi hukuman, yang sudah ataupun yang belum diadakan pengusutan atau pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut. Amnesti agak berbeda dengan grasi, abolisi atau rehabilitasi karena amnesti ditujukan kepada orang banyak. Pemberian amnesti yang pernah diberikan oleh suatu negara diberikan terhadap delik yang bersifat politik seperti pemberontakan atau suatu pemogokan kaum buruh yang membawa akibat luas terhadap kepentingan negara.

3. ABOLISIMerupakan suatu keputusan untuk menghentikan pengusutan dan pemeriksaan suatu perkara, dimana pengadilan belum menjatuhkan keputusan terhadap perkara tersebut. Seorang presiden memberikan abolisi dengan pertimbangan demi alasan umum mengingat perkara yang menyangkut para tersangka tersebut terkait dengan kepentingan negara yang tidak bisa dikorbankan oleh keputusan pengadilan.

4. REHABILITASIRehabilitasi merupakan suatu tindakan Presiden dalam rangka mengembalikan hak seseorang yang telah hilang karena suatu keputusan hakim yang ternyata dalam waktu berikutnya terbukti bahwa kesalahan yang telah dilakukan seorang tersangka tidak seberapa dibandingkan dengan perkiraan semula atau bahkan ia ternyata tidak bersalah sama sekali. Fokus rehabilitasi ini terletak pada nilai kehormatan yang diperoleh kembali dan hal ini tidak tergantung kepada Undang-undang tetapi pada pandangan masyarakat sekitarnya