presentation kti mawapres

21
PERAN PEMUDA DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN

Upload: ian-march

Post on 28-Nov-2014

1.302 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Presentasi KTI Mawapres 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Presentation  KTI MAWAPRES

PERAN PEMUDA DALAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN DI PERKOTAAN

Page 2: Presentation  KTI MAWAPRES

KARYA ILMIAHMAHASISWA BERPRESTASI

OLEHMARDIANSYAH

NIM. 3200911013

 

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK2012

Page 3: Presentation  KTI MAWAPRES

ABSTRAK

  Penelitian ini dilakukan secara korelatif. Yaitu penelitian yang menghubungkan data-data yang ada antara satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang kemiskinan yang terjadi di Indonesia khususnya daerah perkotaan. Berbagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan yaitu faktor alamiah dan faktor buatan. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia jika tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan bertambahnya angka kemiskinan yang akan menyebabkan masalah serius yang akan dihadapi pemerintah. Peran pemuda dalam membantu menangani masalah kemiskinan akan sangat membantu, namun pemuda juga perlu dukungan penuh dari pemerintah dalam mendukung kegiatan pemuda dalam mengurangi kemiskinan. Dan diharapkan selain mengurangi angka kemiskinan juga akan memberikan pelajaran sosial kepada pemuda yang nantinya akan siap turun langsung ke masyarakat.

Page 4: Presentation  KTI MAWAPRES

PENDAHULUAN

 Upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 36,10 juta (16,66%) pada tahun 2004 menjadi 35,10 juta (15,97%) pada tahun 2005. Namun, berbagai hal yang terjadi di Indonesia membawa dampak negative bagi kehidupan masyarakat, seperti: krisis ekonomi yang terjadi sejak Juli 1997, bencana alam gempa bumi, dan tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatra Utara pada akhir Desember 2004. Menurut perhitungan BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 39,30 juta jiwa (17,75%) pada tahun 2006.

Dari data diatas menunjukan bahwa besarnya angka kemiskinan di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan jumlah penduduk miskin dari 11,40 juta (12,13%) pada tahun 2004 menjadi 12,40 juta (11,68%) pada tahun 2005.

Page 5: Presentation  KTI MAWAPRES

Kemiskinan seperti diungkapkan oleh Suparlan (1994), dinyatakan sebagai suatu keadaan kekurangan harta atau benda berharga yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang. Akibat dari kekurangan harta atau benda tersebut maka seseorang atau sekelompok orang itu merasa kurang mampu membiayai kebutuhan kebutuhan hidupnya sebagaimana layaknya. Kekurang mampuan tersebut mungkin hanya pada tingkat kebutuhan-kebutuhan budaya (adat, upacara-upacara, moral dan etika), atau pada tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial (pendidikan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama) atau pada tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar (makanminum, berpakaian, bertempat tinggal atau rumah, kesehatan dan sebagainya).

Page 6: Presentation  KTI MAWAPRES

Pembicaraan tentang kemiskinan penduduk perkotaan, diungkap oleh Gavin Jones (dalam Dorodjatun, 1986), yang menyatakan bahwa sebagai akibat dari migrasi penduduk pedesaan ke kota (khususnya kota-kota di Jawa), telah menambah jumlah penduduk miskin yang ada karena dua hal yaitu : karena penambahan secara alamiah (lebih banyak kelahiran dari pada kematian); dan karena adanya migrasi orang desa ke kota yang terus bertambah (untuk mencari pekerjaan). Gavin Jones bahkan berteori bahwa bagaimanapun orang-orang desa yang bermigrasi Membandingkan bahwa ada peluang atau kesempatan kerja yang lebih besar dan lebih panjang dikota, walau harus tinggal diperkampungan.

Page 7: Presentation  KTI MAWAPRES

Sehingga yang mempunyai kemungkinan besar untuk memiliki kebudayaan kemiskinan adalah kelompok masyarakat yang berstrata rendah, mengalami perubahan sosial yang drastis yang ditunjukkan oleh ciri-ciri :

1. Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin kedalam lembaga-lembaga utama masarakat, yang berakibat munculnya rasa ketakutan, kecurigan tinggi, apatis dan perpecahan;

2. Pada tingkat komunitas lokal secara fisik ditemui rumah-rumah dan pemukiman kumuh, penuh sesak, bergerombol, dan rendahnya tingkat organisasi diluar keluarga inti dan keluarga luas;

3. Pada tingkat keluarga ditandai oleh masa kanak-kanak yang singkat dan kurang pengasuhan oleh orang tua, cepat dewasa, atau perkawinan usia dini, tingginya angka perpisahan keluarga, dan kecenderungan terbentuknya keluarga matrilineal dan dominannya peran sanak keluarga ibu pada anak-anaaknya;

4. Pada tingkat individu dengan ciri yang menonjol adalah kuatnya perasaan tidak berharga, tidak berdaya, ketergantungan yang tinggi dan rasa rendah diri;

5. Tingginya (rasa) tingkat kesengsaraan, karena beratnya penderitaan ibu,lemahnya struktur pribadi, kurangnya kendali diri dan dorongan nafsu, kuatnya orientasi masa kini, dan kekurang sabaran dalam hal menunda keinginan dan rencana masa depan, perasaan pasrah/tidak berguna, tingginya anggapan terhadap keunggulan lelaki, dan berbagai jenis penyakit kejiwaan lainnya;

6. Kebudayaan kemiskinan juga membentuk orientasi yang sempit dari kelompoknya, mereka hanya mengetahui kesulitankesulitan, kondisi setempat, lingkungan tetangga dan cara hidup mereka sendiri saja, tidak adanya kesadaran kelas walau mereka sangat sensitif terhadap perbedaan-perbedaan status;

Page 8: Presentation  KTI MAWAPRES

TELAAH PUSTAKA

Pengertian Kemiskinan.

1. Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain.

2. Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian, yaitu:

3. Kemiskinan Absolut. Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan,

4. Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya,

5. Kemiskinan Kultural. Kemiskinan ini berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

Page 9: Presentation  KTI MAWAPRES

Keluarga miskin adalah pelaku yang berperan sepenuhnya untuk menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya, dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Ada tiga potensi yang perlu diamati dari keluarga miskin meliputi : 1. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar,

contohnya dapat dilihat dari aspek pengeluaran keluarga, kemampuan menjangkau tingkat pendidikan dasar formal yang ditamatkan, dan kemampuan menjangkau perlindungan dasar.

2. Kemampuan dalam melakukan peran sosial akan dilihat dari kegiatan utama dalam mencari nafkah, peran dalam bidang pendidikan, peran dalam bidang perlindungan, dan peran dalam bidang kemasyarakatan.

3. Kemampuan dalam menghadapi permasalahan dapat dilihat dari upaya yang dilakukan sebuah keluarga untuk menghindar dan mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi.

Page 10: Presentation  KTI MAWAPRES

Faktor Penyebab Kemiskinan

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu:

1. Kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah, dan bencana alam.

2. Kemiskinan buatan. Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.

Bila kedua faktor penyebab kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu pangan, kesehatan, dan pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain:

3. Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak misalnya puskesmas, sekolah, tanah yang dapat dikelola untuk bertani.

4. Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak dikarenakan biaya yang tinggi

Page 11: Presentation  KTI MAWAPRES

4. Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena mereka kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memiliki pendidikan tinggi dan kesehatan yang baik.

5. Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak.

6. Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian yang sama. Hal ini menyebabkan terjadi perbedaan masalah kesehatan, mutu pangan dan pendidikan antara wilayah perkotaan dengan wilayah yang tertinggal jauh dari perkotaan.

Page 12: Presentation  KTI MAWAPRES

Dampak Dari Kemiskinan di perkotaan

Kemiskinan yang terjadi di perkotaan yang adalah masalah besar yang akan berpengaruh di kota tersebut. Perpindahan penduduk dari desa ke kota-kota besar dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, namun kenyataannya justru menambah populasi kemiskinan di perkotaan. Jumlah lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah migrasi yang terjadi dan menyebabkan tidak semuanya mendapatkan pekerjaan, selain itu juga persyaratan yang dimiliki penduduk yang bermigrasi tidak memenuhi syarat untuk bekerja, seperti faktor umur, pendidikan dan sebagainya. Sehingga menyebabkan pengangguran, penduduk yang sudah bermigrasi namun tidak memiliki pekerjaan akan berdampak pada lingkungan tersebut. Mereka harus tetap bertahan di kota tersebut tanpa pekerjaan, dan tidak bisa kembali kerena tidak memiliki biaya. Keberadaan penduduk yang seperti ini akan menimbulkan kriminalitas dan gelandangan. Sehingga kenyamanan, ketertiban dan keamanan terganggu.

Page 13: Presentation  KTI MAWAPRES

METODE PENULISAN

Jenis PenelitianJenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelatif. Yaitu penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut penulis menghubungkan data-data yang penulis dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu penulis juga menghubungkan data-data yang terdapat pada landasan teori yang penulis gunakan. Sehingga diharapkan penelitian ini bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

Sumber DataSumber data yang di ambil yaitu dari internet, dimana beberapa sumber data digabungkan dan berkaitan dengan masalah kemiskinan.

Teknik Pengumpulan DataAdapun teknik pengumpulan data yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengumpulan data dari internet dan referensi lainnya yang berkaitan dengan masalah kemiskinan.

Page 14: Presentation  KTI MAWAPRES

PEMECAHAN MASALAH Masalah kemiskinan bukan masalah biasa yang terjadi di Indonesia,

berbagai program pemerintah yang telah dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan masih belum mampu mengatasi dan mengurangi populasi penduduk miskin di Indonesia. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi angka kemiskinan. Namun jika kita lihat faktor-faktor penyebab kemiskinan, upaya-upaya pemerintah dalam penanggulangan mungkin dinilai sebagian masyarakat kurang tepat dan tidak mengenai pokok permasalah yang menjadi penyebab sehingga angka kemiskinan masih terus bertambah setiap tahunnya. Pemerintah juga dinilai lambat dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan pemerintah lebih cenderung mengatasi masalah lain dibanding masalah kemiskinan.

Upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 36,10 juta (16,66%) pada tahun 2004 menjadi 35,10 juta (15,97%) pada tahun 2005. Menurut perhitungan BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 39,30 juta jiwa (17,75%) pada tahun 2006. Dari data diatas menunjukan bahwa besarnya angka kemiskinan di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan jumlah penduduk miskin dari 11,40 juta (12,13%) pada tahun 2004 menjadi 12,40 juta (11,68%) pada tahun 2005.

Page 15: Presentation  KTI MAWAPRES

Tabel 1Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Menurut Daerah, 2004-201010

TahunJumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2004 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66 2005 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15,97 2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75 2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15 2010 11,10 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Page 16: Presentation  KTI MAWAPRES

Peran pemerintah saja masih belum bisa optimal dalam mengatasi kemiskinan yang terjadi di Indonesia, masyarakat khususnya pemuda-pemuda Indonesia yang sudah memiliki pendidikan di tingkat yang lebih tinggi juga sangat berperan penting dalam membantu mengatasi masalah ini. Pemuda juga memiliki peranan penting karena dengan keterlibatan pemuda tentunya akan memberikan dampak terhadap pemuda yang lain, dan mendorong para pemuda untuk bisa berkontribusi dan menerapkan langsung dari apa yang telah mereka dapatkan.

Para pemuda yang memiliki pendidikan, khususnya mahasiswa. Selain belajar sesuai kurikulum, mereka juga sering memanfaatkan waktu mereka mengikuti kegiatan ektra kampus, seperti organisasi yang ada dikampus. Di dalam organisasi mereka diajarkan bagaimana menjadi orang yang peduli terhadap lingkungan disekitarnya. Sehingga terbentuklah beberapa organisasi yang memiliki tujuan membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan. Dari peran pemuda tersebut penulis yakin jika pemerintah juga mendukung penuh kegiatan positif yang dilakukan pemuda dalam membantu kesulitan masyarakat akan dapat berpengaruh besar dalam menanggulangi masalah kemiskinan.

Sebuah organisasi kemahasiswaan yang ada di Politeknik Negeri Pontianak, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa yang dimana adalah sekumpulan para pemuda yang selain menuntut ilmu sesuai bidang keilmuannya, mereka juga menyempatkan diri berkumpul dan bergabung dalam organisasi yang dimana dalam organisasi tersebut mereka belajar memahami masalah sosial yang terjadi, baik yang ada dilingkungan kampus maupun di luar kampus. Berbagai program kerja yang disusun adalah diantaranya bertujuan membantu meringankan beban masyarakat khususnya yang kurang mampu. Seperti kunjungan ke panti asuhan, panti jompo, kunjungan kedesa-desa dan memberikan bantuan, hingga melakukan pengalangan dana untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Page 17: Presentation  KTI MAWAPRES

Namun aktifitas yang dilakukan sangatlah terbatas pada daerah tersebut, dan mereka juga terbatas masalah kewenangan, untuk itu dukungan pemerintah baik nasional maupun daerah akan mampu memotivasi para pemuda untuk lebih banyak membantu mengatasi masalah kemiskinan. Jika semua organisasi kemahasiswaan melakukan hal yang sama pada daerah mereka masing-masing dan mendapatkan dukungan dari pemerintah, tentunya akan sangat membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia.

Keterlibatan pemuda dalam penanggulangan masalah kemiskinan, selain membantu program pemerintah juga memberikan pelajaran sosial kepada pemuda akan pentingnya pendidikan yang merupakan salah satu faktor penyebab kemiskinan. Dan juga pemuda akan lebih siap ketika turun langsung kemasyarakat. Dan diharapkan pemuda akan bisa menjadi penerus bangsa dalam mensejahterakan masyarakat sehingga kemiskinan menjadi berkurang.

Page 18: Presentation  KTI MAWAPRES

SIMPULAN DAN REKOMENDASISimpulan

Dari berbagai sudut pandang tentang pengertian kemiskinan, pada dasarnya bentuk kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi tiga pengertian yaitu, Kemiskinan Absolut, Kemiskinan Relatif, Kemiskinan Kultural.

Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu Kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. kedua faktor penyebab kemiskinan tersebut dihubungkan dengan masalah mutu pangan, kesehatan, dan pendidikan maka dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab kemiskinan yaitu, Kurang tersedianya sarana yang dapat dipakai keluarga miskin secara layak. Kurangnya dukungan pemerintah sehingga keluarga miskin tidak dapat menjalani dan mendapatkan haknya atas pendidikan dan kesehatan yang layak. Rendahnya minat masyarakat miskin untuk berjuang mencapai haknya karena mereka kurang mendapat pengetahuan mengenai pentingnya memiliki pendidikan tinggi dan kesehatan yang baik. Kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan keahlian agar masyarakat miskin dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan yang layak. Wilayah Indonesia yang sangat luas sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau seluruh wilayah dengan perhatian yang sama.

Page 19: Presentation  KTI MAWAPRES

Rekomendasi

Untuk menangani masalah kemiskinan pemerintah harus bekerja sama dengan pihak-pihak yang dianggap bisa membantu mengurangi jumlah angka kemiskinan. Dan disarankan pemerintah membantu secara penuh terhadap kegiatan-kegiatan pemuda yang berkaitan atau yang akan berdampak terhadap pengurangan populasi kemiskinan. Dan pemerintah diharapkan lebih fokus dalam menangani masalah kemiskinan ini kerena kemiskinan bisa terus bertambah jika tidak ditangani secara serius. Pemerintah juga harus meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan dan sebagainya yang dianggap sebagai penyebab ternyadinya kemiskinan. Pemerintah juga harus mensosialisasikan akan pentingnya pendidikan dan kesehatan. Merehabilitasi penduduk miskin dan diberikan bantuan yang layak.

Page 20: Presentation  KTI MAWAPRES

DAFTAR PUSTAKA

Astika, Ketut Sudhana. 2010. Budaya Kemiskinan di Masyarakat : Tinjauan Kondisi Kemiskinan dan Kesadaran Budaya Miskin di Masyarakat. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/3%20pdf.pdf, (diakses tanggal 4 Mei 2011).

Badan Pusat Statistik. 2010. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2010. No. 45/07/Th. XIII. Berita Resmi Statistik. XX(7):3.

Syaprilis, Helmi. 2009. Masalah Kemiskinan dan Penanggulangannya. http://helmisyaprilis.blogspot.com/2009/05/karya-ilmiah.html, (diakses tanggal 4 Mei 2011).

Page 21: Presentation  KTI MAWAPRES

Sekian Dan Terima kasih