presentasi sistem dan teknologi pangan kakao-andrie
DESCRIPTION
Pengolahan teknologi pasca panen kakaoTRANSCRIPT
Sistem dan
Teknologi Pangan
“Kakao”
Andrie
12.338903/PTK/08244
Magister Teknik Sistem
Universitas Gadjah Mada
Handouts
• Latar Belakang
• Pembahasan
• Daftar Pustaka
Latar Belakang
• Indonesia negara penghasil kakao terbesar ke-3 di dunia.
• Tingkat Produksi kakao di Indonesia ; Sul-sel (20,7%), Sul-Teng
(17,7%), Sul-Tra (11,6%), Sul-Bar (11,2%), Sumut (6,4%), dan
daerah lain (10,5%).
Latar Belakang
• Pemintaan biji kakao dalam negeri dapat dilihat sebagai berikut:
• Sementara data untuk konsumsi kakao di dunia adalah
sebagai berikut:
• Sementara untuk data perkembangan ekspor dan impor
biji kakao Indonesia adalah sebagai berikut
• Adapun perkembangan harga kakao dalam negeri dan
luar negeri.
Latar belakang
• Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, saat
ini konsumsi cokelat masyarakat Indonesia
hanya 0,2 kg/kapita/tahun. Angka tersebut
masih jauh apabila dibandingkan dengan
masyarakat Eropa seperti negara Swiss
10,2 kg/kapita/tahun, Jerman 9 kg/kapita/tahun.
Latar belakang
• Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi
kakao saat ini yaitu :
– Mengeluarkan kebijakan Bea keluar atas ekspor biji kakao
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 67/PMK.011/2010
pada 1 April 2010.
– Dukungan Hirilisasi industri yang merupakan program
Kementrian Perindustrian, memberikan fasilitas tax allowance
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 tentang
Fasilitas Pajak dan Penghasilan untuk Penanaman Modal di
Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan di Daerah-Daerah Tertentu.
– Pemberian tax holiday bagi industri pengolah kakao di daerah
tertentu melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 tahun
2011 tentan Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
Latar Belakang
• Menurut Wakil Menteri Pertanian Ruswan Heriawan,
salah satu upaya peningkatan nilai tambah untuk
produksi biji kakao adalah mewajibkan fermentasi agar
petani memperoleh harga jual yang lebih baik.
• Permasalahan selama ini, petani cenderung enggan
melakukan proses fermentasi karena memakan waktu
dan biaya tambahan.
• Agar memperoleh biji kakao yang baik, butuh dorongan
bagi petani untuk mengikuti SOP dan memenuhi good
agricultural practices (GAP) agar didapatkan biji kakao
yang berkualitas dan berharga juall yang baik.
Latar Belakang
• Kebijakan Bea Keluar yang diberlakukan dampaknya
dirasakan oleh para industri pengolahan kakao di
Indonesia.
• Penerapan yang telah diberlakukan meningkatkan
pertumbuhan perusahaan industri cocoa processing
yang semula 5 perusahaan menjadi 7 perusahaan.
• Peningkatan industri pengolahan kakao ini juga
mendorong sejumlah investor asing untuk berinvestasi di
Indonesia. Sebagai contoh dua investor asing yang
menanamkan modal adalah ADM dari Singapura dan
salah satu Investor dari China.
Pembahasan
• Kakao (Theobroma cacao) merupakan tanaman
perkebunan/industri berupa pohon yang menghasilkan
produk olahan coklat.
• Pertumbuhan tanaman kakao berada dihutan beriklim
tropis.
• Potensi panen bervariasi 50-120 buah/pohon/tahun.
Pembahasan
• Penanganan Pemanenan Kakao
• Pemanenan Kakao memerlukan waktu
sekitar 5 bulan
• Buah yang matang ditandai dengan
perubahan kulit serta biji yang lepas dari
kulit
• Kriteria perubahan warna kulit kakao dari
segi kematangan
Pembahasan
sumber: Tumpal H.S., Siregar, dkk., 2003
Pembahasan
Pembahasan
• Penanganan Pasca Panen Kakao
• Sortasi buah :
– Dimaksudkan untuk memisahkan buah sehat yang rusak karena
penyakit, busuk, atau cacat.
– Sortasi menjadi hal terpenting terutama jika buah hasil panen
harus ditimbun selama beberapa hari sebelum dikupas kulitnya
Pembahasan
Proses Pemeraman Kakao:
• Pemeraman atau penyimpanan buah bertujuan untuk memeperoleh keseragaman
kematangan buah, mengurangi kandungan pulpa (sampai batas tertentu) yang
melapisi biji kakao basah, serta memudahkan pengeluaran biji dari buah kakao
• Pemeraman sebaiknya dilakukan pada saat panen rendah sambil menunggu buah
hasil panen terkumpul cukup banyak 400-500 buah atau setara dengan 35-40 kg biji
kakao basah, ini bertujuan agar jumlah minimal untuk proses fermentasi dapat
terpenuhi.
• Proses pemeraman ini harus dilakukan dengan cermat, jika tidak ingin kehilangan
hasil panen akibat buah busuk. Pemeraman harus
dihentikan apabila buah sebelum membusuk.
Pembahasan
• Proses pemecahan buah dilakukan
dengan teknik tertentu agar buah tidak
rusak
•
Pembahasan
• Proses Fermentasi untuk mematikan lembaga
biji agar tidak mengalami perubahan dan
pelepasan selaput lendir.
• Proses fermentasi memerlukan waktu 6 hari
Pembahasan
• Proses Perendaman dan Pencucian untuk
menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki
kenampakan buah serta membersihkan sisa lendir yang
menempel pada biji.
Pembahasan
• Proses Pengeringan menurunkan kadar air dalam biji
kakao
• Pengeringan menggunakan sinar matahari dengan
waktu 2-3 hari.Pengeringan menggunakan mesin pada
temperatur 65-68 derajat celcius.
Pembahasan
• Proses penyortiran mengolompokkan biji
kakao yang kering berdasarkan mutunya.
• Penyortiran dilakukan setelah 1-2 hari
pengeringan.
– Mutu A : dalam 100g biji terdapat 90-100 butir
biji
– Mutu B : dalam 100g biji terdapat 100-110
butir biji
– Mutu C : dalam 100g biji terdapat 110-120
butir biji
Pembahasan
• Proses Penyimpanan biji kakao disimpan ke dalam
karung goni. Penyimpanan di dalam ruangan yang
bersih, kering, dan memiliki lubang ventilasi udara.
Pembahasan
• Standarisasi mutu biji kakao yang telah
diditetapkan untuk memenuhi kebutuhan
produsen, perdagangan, dan industri
pengguna. SNI Biji Kakao 01-2323-2008
Pembahasan
• Proses Pengolahan Kakao dapat dilihat
pada diagram berikut.
Pembahasan
• Penyiapan bahan dengan memisahkan
biji kakao yang akan diolah dilakukan
pemisahan / penyortiran dari biji muda,
kotoran, dan benda asing lainnya
Pembahasan
• Proses Penyangraian membentuk aroma
dan citarasa khas coklat dari biji kakao,
serta memudahkan pengeluaran lemak
dari biji. Suhu penyangraian 99-104oC,
dengan waktu
10-35 menit.
Pembahasan
• Pemisahan kulit dari biji kakao yang telah
disangrai kemudian dipecah sehingga
memudahkan untuk proses pengolahan
selanjutnya.
Pembahasan
• Proses penghancuran biji kakao untuk
menghasilkan pasta coklat yang akan
diproses lebih lanjut.
Pembahasan
• Pasta coklat merupakan produk dari hasil
penghancuran biji kakao, dimana pasta ini
selanjutnya diolah menjadi produk lemak
kakao dan bubuk kakao.
Pembahasan
• Lemak coklat merupakan lemak nabati alami yang memiliki sifat
unik yaitu tetap cair pada suhu di bawah titik berkunya, bersifat
plastis, kandungan senyawa lemak yang relatif tinggi, warna putih-
kekuningan dan beraroma khas coklat (Mulato et al., 2002).
• Lemak kakao banyak diolah sebagai produk makanan setelah
dicampur dengan pasta, gula, dan bahan-bahan lainnya. Selain itu
lemak coklat juga banyak dipakai sebagai bahan baku farmasi dan
kosmetika
Tahapan-Tahapan Produksi • Bubuk coklat atau cocoa powder
diperoleh melalui proses penghalusan bungkil (cocoa cake) hasil pengempaan. Guna memperoleh ukuran yang seragam setelah penghalusan dilakukan pengayakan. Biji kakao lebih sulit dihaluskan karena masih adanya kadar lemak pada bubuk. Adanya lemak dapat menyebabkan bubuk akan meleleh.
• Apabila suhu penghalusan dibawah 34oC, maka fraksi gliserida pada lemak menjadi tidak stabil dan menyebabkan bubuk menggumpal membentuk bongkahan (lump). Untuk itu dalam penghalusan suhu harus tetap dikontrol.
Tahapan-Tahapan Produksi • Setelah penghalusan dilakukan pengayakan
untuk memisahkan bubuk yang kasar (> 120 Mesh) dengan yang halus. Bubuk kasar yang lolos akan dimasukkan lagi ke mesin giling lagi, sedangkan bubuk yang halus dan lolos dari ayakan adalah produk yang siap dipasarkan atau diolah lebih lanjut menjadi berbagai makanan dan minuman. Yang perlu diperhatikan pada tahap pengayakan juga diperhatikan suhunya agar lemak tidak meleleh dan menutupi lubang-lubang ayakan. (Mulato, dkk. 2005)
Pembahasan
• Pengemasan produk untuk produk coklat
menggunakan kertas aluminium foil yang
bersifat mudah dibentuk serta memiliki
ketahanan terhadap produk.
Daftar Pustaka • Darsin, M., “Aluminium Foil”, Universitas Jember, akses web 27 Oktober 2013
Departemen Perindustrian, 2007, “Gambaran Sekilas Industri Kakao”
• Mulato, S., dkk., 2005, “Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kakao”,
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.
• Metro TV, “Archipelago “Coklat Monggo”
• Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006, “Panduan Lengkap
Budidaya Kakao (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis), PT. Agromedia
Pustaka.
• Ruku, S., 2008, “Teknologi Pengolahan Biji Kakao Kering Menjadi Produk
Olahan Setengah Jadi”, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Tenggara, Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Sulawesi Tenggara.
• Tjitrosoepomo, G., 1988, “Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta)”,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
• Tumpal H.S. Siregar dkk, 2006, “Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran
Coklat”, Swadaya, Jakarta.
• Wikipedia, “Pengertian Pengemasan”, akses web 27 Oktober 2013.
Terima Kasih