presentasi si bappenas

74
PENGUATAN SISTEM INOVASI DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASI DALAM PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI Diskusi Industri dan Pembangunan Bappenas, Jakarta, 18 Desember 2007 Tatang A. Taufik Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) BPPT

Upload: tatang-taufik

Post on 29-Oct-2014

47 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Presentasi tentang sistem inovasi di Bapenas

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Si    Bappenas

PENGUATAN SISTEM INOVASI PENGUATAN SISTEM INOVASI DALAM PENINGKATAN DAYA DALAM PENINGKATAN DAYA

SAING INDUSTRISAING INDUSTRI

Diskusi Industri dan Pembangunan

Bappenas, Jakarta, 18 Desember 2007

Tatang A. Taufik

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK)

BPPT

Page 2: Presentasi Si    Bappenas

OUTLINE

DISKUSI

TANTANGAN DAN STRATEGI POKOK

GAMBARAN RINGKAS SI DI INDONESIA

LESSON LEARNED - SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN

Page 3: Presentasi Si    Bappenas

OUTLINE

DISKUSI

TANTANGAN DAN STRATEGI POKOK

GAMBARAN RINGKAS SI DI INDONESIA

LESSON LEARNED - SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN

Page 4: Presentasi Si    Bappenas

SISTEM INOVASISISTEM INOVASI

Sistem Inovasi : suatu kesatuan [dari sehimpunan aktor, kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi dan proses produktif] yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta proses pembelajaran.

Referensi : Freeman (1987, ”jaringan lembaga . . .”; Lundvall (1992, elemen dan hubungan yang berinteraksi . . . sistem sosial); Nelson dan Rosenberg (1983, sehimpunan aktor . . .); Metcalf (1995, sistem yang menghimpun institusi-institusi berbeda . . . ); OECD (1999, himpunan lembaga-lembaga pasar dan non pasar. . .)

Page 5: Presentasi Si    Bappenas

Sistem Pendidikan dan Litbang

Pendidikan dan Pelatihan Profesi

Pendidikan Tinggi dan Litbang

Litbang Pemerintah

IntermediariesLembaga Riset

Brokers

Konsumen (permintaan akhir)Produsen (permintaan antara)

Permintaan (Demand)

PerbankanModal Ventura

Supra- dan Infrastruktur KhususHKI danInformasi

Dukungan Inovasi dan Bisnis

Standar danNorma

Sistem Industri

Perusahaan Besar

UKM “Matang/ Mapan”

PPBT

Sistem Politik

Pemerintah

Penadbiran (Governance)

Kebijakan RPT

SISTEM INOVASI SISTEM INOVASI (INNOVATION SYSTEM)(INNOVATION SYSTEM)

RPT = Riset dan Pengembangan Teknologi PPBT = Perusahaan Pemula (Baru) Berbasis Teknologi.

Framework ConditionsKondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota

AlamiahSDA (Natural Endowment)

Budaya• Sikap dan nilai• Keterbukaan terhadap

pembelajaran dan perubahan• Kecenderungan terhadap

Inovasi dan kewirausahaan• Mobilitas

Kebijakan Ekonomi• Kebijakan ekonomi makro• Kebijakan moneter• Kebijakan fiskal• Kebijakan pajak• Kebijakan perdagangan• Kebijakan persaingan

Kebijakan Industri/ Sektoral Kebijakan Keuangan

Kebijakan Promosi & Investasi

Infrastruktur Umum/ Dasar

Page 6: Presentasi Si    Bappenas

ELEMEN ESENSIAL “GENERIK”

1. Daya dukung pihak penyedia;

2. Daya serap pihak pengguna;

3. Kelembagaan antarmuka (interface) dan keterkaitan para pihak yang saling menguntungkan;

4. Infrastruktur yang terspesialisasi;

5. Pendanaan/pembiayaan inovasi dan/atau pendanaan/pembiayaan berisiko;

6. Kebijakan yang mendukung.

Page 7: Presentasi Si    Bappenas

FAKTOR PENDORONG PENTING

• Perkembangan/kemajuan teknologi (technical novelty).• Perubahan kebutuhan/keinginan atau “selera”

konsumen.• Perubahan dalam segmen pasar atau kemunculan

segmen pasar yang baru.• Tekanan persaingan yang semakin ketat.• Perubahan atas faktor produksi (kelangkaan relatif) dan

faktor ekonomi tertentu (misalnya nilai tukar mata uang).

• Peraturan/kebijakan pemerintah.

Page 8: Presentasi Si    Bappenas

SISTEM INOVASI: Aktivitas dalam Sistem (Liu dan White,

2001) • Melakukan kajian tentang sistem inovasi dengan menelaah

“aktivitas” dalam sistem, yang terkait dengan “penciptaan (creation), difusi, dan eksploitasi inovasi teknologi dalam suatu sistem.” Mereka berfokus pada bagaimana aktivitas mendasar (fundamental activities) dari proses inovasi diorganisasikan, didistribusikan, dan dikoordinasikan.

• Menekankan bahwa aktivitas tersebut lebih dari sekedar sistem litbang, termasuk input terhadap riset dan penggunaan dari output riset.

• Beberapa aktivitas mendasar tersebut adalah: 1. Riset (dasar, pengembangan, dan rekayasa);

2. Implementasi (manufaktur);

3. Penggunaan akhir/end-use (pelanggan dari produk atau output proses);

4. Keterkaitan/linkage (menyatukan pengetahuan yang saling komplementatif); dan

5. Pendidikan.

Page 9: Presentasi Si    Bappenas

NATIONAL AND SUB-NATIONAL INNOVATION NATIONAL AND SUB-NATIONAL INNOVATION SYSTEMS SYSTEMS

Industrial Cluster 1-A

Industrial Cluster 2-C

Industrial Cluster 3-B

Industrial Cluster 1-Z

Industrial Clusters :

Ind

ust

rial

Clu

ster

3

Ind

ust

rial

Clu

ster

1

Sector I

Sector II

Sector III

RegionA

RIS

RegionC

RIS

The National Innovation System

RIS : Regional Innovation System.

“Region-wise” Sub-national Innovation System

“Sector-wise” Sub-national Innovation System

Page 10: Presentasi Si    Bappenas

KEBIJAKAN INOVASI (INNOVATION POLICY)

adalah kelompok kebijakan untuk memperkuat/mengembangkan sistem inovasi

merupakan kelompok kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan : membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap

“simpul” (fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi; meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan

antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga berarti meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem); dan

memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan horisontal antar- fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang, adopsi dan difusi (termasuk komersialisasi) dan fungsi/kegiatan/proses penunjang dalam sistem inovasi.

Page 11: Presentasi Si    Bappenas

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI

Kebijakan Pendidikan Pengetahuan dan

Keterampilan Kreativitas Profesionalisme Kewirausahaan

Kebijakan Ekonomi Makro Moneter Fiskal Perdagangan

Kebijakan Industri Investasi Perpajakan - Subsidi Insentif Regulasi - Deregulasi

Kebijakan Daerah

Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif, Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan

Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif, Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan

Kebijakan Inovasi

Perbaikan Bisnis yang Ada

Perkembangan Investasi

Perkembangan Bisnis Pemula yang Inovatif

Kebijakan Litbangyasa

Kebijakan Sains & Teknologi

Page 12: Presentasi Si    Bappenas

OUTLINE

DISKUSI

TANTANGAN DAN STRATEGI POKOK

GAMBARAN RINGKAS SI DI INDONESIA

LESSON LEARNED - SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN

Page 13: Presentasi Si    Bappenas

MENGAPA SISTEM INOVASI PENTINGMENGAPA SISTEM INOVASI PENTING

1. Menciptakan pengetahuan baru.

2. Memandu arah proses pencarian penyedia dan pengguna teknologi, yaitu mempengaruhi arah agar para pelaku mengelola dan memanfaatkan sumber dayanya.

3. Memasok/menyediakan sumber daya, yaitu modal, kompetensi dan sumber daya lainnya.

4. Memfasilitasi penciptaan ekonomi eksternal yang positif (dalam bentuk pertukaran informasi, pengetahuan dan visi, knowledge spillover, dsb).

5. Memfasilitasi formasi pasar.

Catatan : lihat aktivitas dalam sistem

Fungsi Sistem (Johnson dan Jacobson, 2001)

Page 14: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN : PEMBANGUNAN YANG BERBASIS PENGETAHUAN

Sistem Inovasi

Daya Saing dan Kohesi SosialDaya Saing dan Kohesi Sosial

Kesejahteraan/Kemakmuran & Kesejahteraan/Kemakmuran & Peradaban BangsaPeradaban Bangsa

Kesejahteraan/Kemakmuran & Kesejahteraan/Kemakmuran & Peradaban BangsaPeradaban Bangsa

Kemajuan Iptek,Inovasi

Kemajuan Iptek,Inovasi

Ekonomi Pengetahuan

Ekonomi Pengetahuan

EkonomiJaringan

EkonomiJaringanGlobalisasiGlobalisasi Faktor-faktor

Lokalitas

Faktor-faktorLokalitas

Isu-isu KontekstualIsu-isu KontekstualIsu-isu KontekstualIsu-isu Kontekstual

Kecenderungan dan Tantangan UniversalKecenderungan dan Tantangan Universal

1. SDM yang terdidik, kreatif, dan terampil2. Infrastruktur komunikasi yang dinamis3. Sistem inovasi yang efektif4. Pemerintahan, insentif ekonomi dan

rejim kelembagaan yang mendukung

Knowledge EconomyKnowledge Economy

Kla

ste

r In

du

str

i

Knowledge SocietyKnowledge Society

1. Sistem informasi dan komunikasi2. Pembelajaran seumur hidup dan budaya

inovasi 3. Sistem inovasi yang efektif 4. Modal sosial 5. Kepemimpinan/kepeloporan dalam

pemajuan sosial budaya masyarakat6. Rejim kebijakan yang kondusif

Page 15: Presentasi Si    Bappenas

OUTLINE

DISKUSI

TANTANGAN DAN STRATEGI POKOK

GAMBARAN RINGKAS SI DI INDONESIA

LESSON LEARNED - SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN

Page 16: Presentasi Si    Bappenas

Administras/ Implementasi

Program

V. INNOVATION GOVERNANCE ~ Konsep Arnold, dkk (2001 – 2004)

Desain / Penetapan Kebijakan

Desain Program

Manajemen Program

Tingkat 1Kebijakan lintas bidang tingkat tinggi

Tingkat 1Kebijakan lintas bidang tingkat tinggi

Tingkat 2Koordinasi yang berpusat pada misi kementerian

Tingkat 2Koordinasi yang berpusat pada misi kementerian

Tingkat 3Koordinasi & pengembangan kebijakan yang lebih rinci

Tingkat 3Koordinasi & pengembangan kebijakan yang lebih rinci

Tingkat 4Pelaku litbangyasa dan inovasi

Tingkat 4Pelaku litbangyasa dan inovasi

Pemerintah Dewan kebijakan

Dewan Riset dan Akademi

Badan Teknologi dan

Inovasi

Badan-badan Program

Pendukung

Produsen:Perusahaan,Pertanian,

Rumah sakit, dsb.Perguruan

Tinggi

Lembaga Litbang

Kontraktor Program

Departemen/ Kementerian Industri, dll.

Departemen/ Kementerian

Riset dan Teknologi

Departemen/ Kementerian

Sektoral lainnya

Peran BPPT

Page 17: Presentasi Si    Bappenas

V.1 ILUSTRASI KERAGAMAN GOVERNENCE KEBIJAKAN “VERTIKAL” DI BEBERAPA NEGARA

Sumber : Arnold, et al. (2004, 2003).

Desain kebijakan

Desain program

Manajemenprogram

Administrasiprogram

M = Kementerian yang bertanggung jawab atas kebijakan teknologi dan/atau inovasi

State

SEN-TER

MB

elan

da

Se

kto

rS

wa

sta

M

Ing

gri

s

M

Kan

ada

M

Se

mi-

pu

blik

Den

mar

k

NR

C

M

No

rweg

ia

TE

KE

S

M

Fin

lan

dia

En

terp

rise

Irel

an

d

M

Irla

nd

ia

VIN

NO

VA

M

Sw

edia

BP

PT

M

Ind

on

esia

Page 18: Presentasi Si    Bappenas

10 BUMNIS (dulu) :1. PT. DI2. PT. PAL3. PT. PINDAD4. PT. K. STEEL5. PT. INKA6. Perum Dahana7. PT. INTI8. PT. BHARATA9. PT. BBI10. PT. LEN

BUMN Keuangan

BUMN lain

LPND Ristek

BPPT

LAPAN

BSN

BAKOSURTANAL

LIPI

BATAN

BAPETEN

Pusat, Balai/ UPT

BPTP, Balai/UPT

Pusat, Balai/ UPT

DPR

DRN

AIPI

Perguruan Tinggi

Swasta

Lembaga Litbang Swasta

Pusat, Balai/ UPT

Lembaga Litbang Departemen

Balitbang Industri

Balitbangtan

Lemlitbang Departemen

Lain

PUSPIPTEK

Kementerian BUMN

Menko Ekonomi

Depkeh & HAM

Dep/ Kementerian

Lain

Depkeu Depdiknas

Balitbang Diknas

Perg. Tinggi Negeri

PRESIDEN

Menko & Dep./ Kementerian Lain

KPP/ BAPPENAS

Dep

/ K

emen

teri

an

Lai

n

KNRT

INDONESIA : PETA LEMBAGA SECARA NASIONAL

BPPT adalah LPND yang langsung dibawah Presiden , namun dalam melaksanakan program-programnya dikoordinasikan oleh KNRT

Page 19: Presentasi Si    Bappenas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

% PMA (FDI) dari PDBRasio pendaftaran sains & enjinering

(% dari mahasiswa pendidikantinggi)

Jml peneliti dalam litbang / 1 jutapenduduk

Total pengeluaran litbang sbg %PNB

Perdag. Manuf. sbg % PDB

Kolaborasi riset universitas-perusahaan

Kewirausahaan di antara ManajerArtikel jurnal ilmiah dan teknis / 1 juta

penduduk

Beban Administratif PerusahaanPemula

Ketersediaan modal ventura

Paten yang diberi oleh USPTO / 1juta penduduk

Ekspor high-tech sbg % dari ekspormanufaktur

Pengeluaran swasta untuk litbang

Indonesia Malaysia Singapura Thailand

Sumber : Berdasarkan Data KAM Bank Dunia.

Perbandingan Beberapa Variabel Sistem Inovasi Indonesia

dan Beberapa Negara Menurut KAM Bank Dunia

Page 20: Presentasi Si    Bappenas

CONTOH PERKEMBANGAN PATEN DI CONTOH PERKEMBANGAN PATEN DI INDONESIAINDONESIA

Page 21: Presentasi Si    Bappenas

OUTLINE

DISKUSI

TANTANGAN DAN STRATEGI POKOK

GAMBARAN RINGKAS SI DI INDONESIA

LESSON LEARNED - SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN

Page 22: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN

1. Kondisi dasar yang belum teratasi sebagai prasyarat agar upaya pengembangan/penguatan SIN dapat ditingkatkan;

2. Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan kemajuannya dapat dipercepat;

3. Rendahnya kepeloporan untuk melakukan perbaikan dalam jangka panjang; dan

4. Fragmentasi kebijakan di berbagai bidang.

Page 23: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK

1. Memperbaiki kondisi dasar sebagai prasyarat bagi peningkatan upaya pengembangan/penguatan SIN.

2. Melakukan reformasi kebijakan inovasi di berbagai sektor/bidang dan lintas-sektor/bidang serta pada tataran pemerintahan yang berbeda, secara bertahap dan berkelanjutan.

3. Mengembangkan kepemimpinan (leadership) dan memperkuat komitmen nasional dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi nasional dan daerah.

4. Meningkatkan koherensi kebijakan inovasi di tingkat nasional dan daerah.

Page 24: Presentasi Si    Bappenas

ISU KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DI INDONESIA

1. Kelemahan kerangka umum.

2. Kelemahan kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi UKM.

3. Kelemahan keterkaitan, interaksi dan kerjasama difusi inovasi (termasuk praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang).

4. Persoalan budaya inovasi.

5. Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi dan sumber pembaruan ekonomi dan sosial.

6. Tantangan global.

Page 25: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK

1. Memperbaiki kondisi dasar sebagai prasyarat bagi peningkatan upaya pengembangan/penguatan SIN.

2. Melakukan reformasi kebijakan inovasi di berbagai sektor/bidang dan lintas-sektor/bidang serta pada tataran pemerintahan yang berbeda, secara bertahap dan berkelanjutan.

3. Mengembangkan kepemimpinan (leadership) dan memperkuat komitmen nasional dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi nasional dan daerah.

4. Meningkatkan koherensi kebijakan inovasi di tingkat nasional dan daerah.

Page 26: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 2Melakukan Reformasi Kebijakan Inovasi di Berbagai

Sektor/Bidang dan Lintas-Sektor/Bidang serta Pada Tataran Pemerintahan yang Berbeda, secara Bertahap dan

Berkelanjutan

1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis.

2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.

3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang.

4. Mendorong budaya inovasi.5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan

pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah.

6. Penyelarasan dengan perkembangan global.

4

5

1

62

3

HEKSAGON HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASIKEBIJAKAN INOVASI

HEKSAGON HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASIKEBIJAKAN INOVASI

Page 27: Presentasi Si    Bappenas

KERANGKA KEBIJAKAN INOVASI : THE MISSING LINKS

Bab Lain Bab Lain

The “Missing Links” :Dimensi yang lebih tegas dan

koheren menyangkut pengembangan sistem inovasi

Kerangka Kebijakan Inovasi

Bab 22 dalam RPJMN 2004-2009

Program Litbang Iptek

Program Difusi dan

Pemanfaatan Iptek

Program Penguatan

Kelembagaan Iptek

Program Peningkatan

Kapasitas Iptek Sistem Produksi

RPJMN 2004-2009

Page 28: Presentasi Si    Bappenas

Kebutuhan Dasar &

InfrastrukturalKeamanan Nasional

Sistem Inovasi

SISTEM INOVASI : DINAMIKA INTERAKSI

Keunggulan Spesifik Lokal/Nasional

Emerging Technology

Page 29: Presentasi Si    Bappenas

OUTLINE

DISKUSI

TANTANGAN DAN STRATEGI POKOK

GAMBARAN RINGKAS SI DI INDONESIA

LESSON LEARNED - SISTEM INOVASI

PENDAHULUAN

Page 30: Presentasi Si    Bappenas

Pusat Teknologi Informasi dan KomunikasiBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Gedung BPPT II, Lt 21Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta 10340

Telp. (021)-3169813Fax. (021)-3169811

E-mail: [email protected]: //www.inn.bppt.go.id

Terimakasih

Page 31: Presentasi Si    Bappenas

Perbandingan Beberapa Negara Menurut Indeks Tertentu Terkait dengan Iptek

NegaraPDB/ Kapita

HDI

Peringkat Daya Saing

TAI TCI Kategori

Dana Litbang

(% PNB)

IMD

WEF

GCI BCI

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

AS 34.320 0,937 1 2 1 0,733 298 Leader 2,6

Kanada 27.130 0,937 3 16 12 0,589 31 Leader 1,7

Australia 25.370 0,939 2 10 11 0,587 75 Leader 1,8

Jerman 25.350 0,921 5 13 5 0,583 235 Leader 2,4

Jepang 25.130 0,932 11 11 13 0,698 994 Leader 2,8

Finlandia 24.430 0,930 1 1 2 0,744 187 Leader 2,8

Singapura 22.680 0,884 2 6 8 0,585 8 Leader 1,1

Korea 15.090 0,879 15 18 23 0,666 779 Leader 2,8

Malaysia 8.750 0,790 4 29 26 0,396 … Potential Leader 0,2

Thailand 6.400 0,768 10 32 31 0,337 1 Dynamic Adopter 0,1

Cina 4.020 0,721 12 44 46 0,299 1 Dynamic Adopter 0,7

Indonesia 2.940 0,682 28 72 60 0,211 … Dynamic Adopter 0,1

India 2.840 0,590 20 56 37 0,201 1 Dynamic Adopter 0,7Sumber Data: UNDP, Human Development Report (2003, 2002, 2001);

IMD (2003, www.imd.org); WEF (2003, www.weforum.org).

Page 32: Presentasi Si    Bappenas

KETERANGAN TABEL

• Kolom 2: PDB per Kapita tahun 2001 dengan Purchasing Power Parity (PPP) US$.

• Kolom 3: Nilai Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) tahun 2001.

• Kolom 4: Indeks Pendidikan (Education Index) dihitung berdasarkan Adult Literacy & Gross Enrolment Index.

• Kolom 5: Rangking menurut IMD di antara 30 negara berpenduduk > 20 juta jiwa (huruf miring : rangking untuk kelompok negara berpenduduk < 20 juta jiwa, 29 negara).

• Kolom 6 dan 7: Rangking menurut WEF (102 negara).• Kolom 8 dan 9: TAI (Technology Achievement Index) dan TCI (Technology

Creation Index) dikutip dari UNDP - Human Development Report Tahun 2001.*)

• Kolom 10 dan 11: Kategori negara dan dana litbang (data tahun 1987-97) dikutip dari UNDP - Human Development Report Tahun 2001.

• Detail cara perhitungan dapat dilihat dalam masing-masing sumber.

*) Catatan: Indeks Pencapaian Teknologi (Technology Achievement Index/TAI) yang merupakan indeks komposit berdasarkan delapan indikator pada empat dimensi (kreasi teknologi, difusi inovasi terkini, difusi inovasi lama, dan keterampilan manusia); dan Indeks Kreasi Teknologi (Technology Creation Index/TCI) yang menunjukkan jumlah paten per satu juta penduduk.

Page 33: Presentasi Si    Bappenas

FAKTOR DAYA SAING: Versi IMD

1. Kinerja Ekonomi (Economic Performance)

Ekonomi Domestik Perdagangan Internasional Investasi Internasional Tenaga Kerja (employment) Harga

Evaluasi ekonomi makro dari perekonomian suatu negara, meliputi sebanyak 75 kriteria.

2. Efisiensi Pemerintah (Government Efficiency)

Keuangan Publik Kebijakan Fiskal Kerangka Kelembagaan Peraturan Bisnis Kerangka Kemasyarakatan

Tingkat kondusif-tidaknya kebijakan pemerintah untuk daya saing, mencakup sebanyak 81 kriteria.

3. Efisiensi Bisnis (Business Efficiency)

Produktivitas Pasar Tenaga Kerja Keuangan Praktik Manajemen Sikap dan Nilai

Tingkat kinerja perusahaan dalam hal cara-cara yang inovatif, profitable, dan bertanggung jawab, sebanyak 69 kriteria.

4. Infrastruktur (Infrastructure)

Infrastruktur Dasar Infrastruktur Teknologi Infrastruktur Saintifik Kesehatan dan Lingkungan Pendidikan

Tingkat “kesesuaian” sumber daya dasar, teknologi, dan sumber daya manusia dalam memenuhi kebutuhan bisnis, sebanyak 96 kriteria.

Sumber : IMD (Rosselet-McCauley, 2003).

Page 34: Presentasi Si    Bappenas

13.246.5

47.447.8

50.856.3

58.459.8

66.569.3

69.872.9

84.186.5

100

0 20 40 60 80 100

INDONESIA

KOREA

ZHEJIANG

SAO PAULO

CHINA

JAPAN

THAILAND

SPAIN

UNITED KINGDOM

TAIWAN

GERMAN

MALAYSIA

CANADA

AUSTRALIA

USA

Score

Sumber : IMD (2003). Dalam kurung : rangking tahun 2002.

28 (25)

15 (10)

14

13

12 (12)

11 (11)

10 (13)

9 (8)

7 (5)

6 (7)

5 (4)

4 (6)

3 (2)

2 (3)

1 (1)

Catatan: Rangking Daya Saing Beberapa Negara Berpenduduk > 20 Juta JiwaMenurut The World Competitiveness Scoreboard 2003

Rangking Daya Saing Beberapa Negara Tahun 2003 Menurut IMD

Page 35: Presentasi Si    Bappenas

Kinerja Kinerja EkonomiEkonomi

Efisiensi Efisiensi PemerintahPemerintah Efisiensi BisnisEfisiensi Bisnis InfrastrukturInfrastruktur

Negara > 20 juta jiwa(30 negara)

Negara < 20 juta jiwa(29 negara)

World Competitiveness Yearbook

’ 99

25

’00

24

’01

24

’02

25

’03

28

’ 99

26

’00

19

’01

17

’02

19

’03

24

’ 99

25

’00

21

’01

24

’02

23

’03

27

’ 99

26

’00

24

’01

22

’02

26

’03

30

’ 99

26

’00

26

’01

25

’02

26

’03

30

WCY

(49 negara)

’ 99

47

’00

44

’01

49

’02

47

Sumber : IMD (2003).

Perkembangan Daya Saing Indonesia Menurut IMD

Page 36: Presentasi Si    Bappenas

PERBANDINGAN KAPASITAS INOVATIF BEBERAPA NEGARA TAHUN 2001

Negara

Kapasitas Inovatif Rangking

Rangking IndeksDaya Saing

(CCI)S&E KI LIK Keterkaitan

(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9)

AS 1 30,3 2 6 1 1 1

Finlandia 2 29,1 1 7 4 2 3

Jerman 3 27,2 4 11 7 4 10

Inggris 4 27,0 7 18 13 3 9

Swiss 5 26,9 5 13 15 5 7

Belanda 6 26,9 3 23 3 14 4

Australia 7 26,9 9 8 10 9 5

Kanada 10 26,5 11 14 5 12 11

Jepang 12 26,4 15 1 12 7 21

Singapura 13 26,0 10 17 2 17 15

Sumber : Porter dan Stern (2001).

Page 37: Presentasi Si    Bappenas

PERBANDINGAN KAPASITAS INOVATIF BEBERAPA NEGARA TAHUN 2001 (lanjutan)

Negara

Kapasitas Inovatif Rangking

Rangking IndeksDaya Saing

(CCI)S&E KI LIK Keterkaitan

(1) (2) (3) (4) (6) (7) (8) (9)

Taiwan 14 26,0 21 16 9 8 17

Korea 23 22,9 28 22 24 24 24

Selandia Baru 24 22,1 20 28 35 27 19

India 38 18,9 36 59 39 31 23

China 43 18,1 47 44 46 44 41

Thailand 46 17,4 38 60 30 40 49

Malaysia 52 16,8 37 63 28 54 46

Indonesia 54 16,4 55 47 48 58 62

Vietnam 61 13,8 62 70 69 55 57

Sumber : Porter dan Stern (2001).

Page 38: Presentasi Si    Bappenas

PENJELASAN TABEL

• Kolom 2: Rangking Kapasitas Inovatif (Innovative Capacity Rank) • Kolom 3: Nilai Indeks Kapasitas Inovatif (Innovative Capacity Index)• Kolom 4: Rangking Daya Saing (Current Competitiveness Index).• Kolom 6: Rangking Proporsi Imuwan dan Enjiner dalam struktur tenaga

kerja.• Kolom 7: Rangking Kebijakan Inovasi (Innovation Policy) Ukuran

subindeks kebijakan inovasi mencakup: tingkat paten internasional, jumlah paten, dan proporsi jumlah ilmuwan dan enjiner dalam tenaga kerja, serta tiga ukuran lainnya yaitu efektivitas perlindungan HKI, kemampuan negara untuk mempertahankan ilmuwan dan enjiner, dan ukuran dan ketersediaan kredit pajak litbang bagi sektor swasta.

• Kolom 8: Rangking Lingkungan Inovasi Klaster (Cluster Innovation Environment): Ukuran yang digunakan untuk subindeks ini adalah sofistikasi dan tekanan berinovasi dari pembeli domestik. Kehadiran pemasok riset dan training khusus, dan kehadiran dan perkembangan klaster industri.

• Kolom 9: Rangking Keterkaitan (Linkage). Ukuran yang digunakan untuk subindeks ini berkaitan dengan kualitas keseluruhan dari lembaga-lembaga riset, dan ketersediaan modal ventura bagi proyek-proyek inovatif namun berisiko.

Page 39: Presentasi Si    Bappenas

GCRGCR(102(102 negara)negara)

GCRGCR(102(102 negara)negara)

RangkingRangking

64

76

78

IndikatorIndikator

Indeks Lingkungan Ekonomi Makro

Indeks Lembaga Publik

Indeks Teknologi

RangkingRangking

62

61

IndikatorIndikator

Operasi dan Strategi Perusahaan

Kualitas Lingkungan Bisnis Nasional

Rangking Daya Saing Rangking Daya Saing IndonesiaIndonesia

Rangking BCIRangking BCI 6060Rangking GCIRangking GCI 7272

Sumber : WEF (www.weforum.org)

Rangking Daya Saing Indonesia Tahun 2003 Menurut WEF

Page 40: Presentasi Si    Bappenas

$0

$5,000

$10,000

$15,000

$20,000

$25,000

$30,000

$35,000

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Persentase Ekspor Bahan Mentah/Baku

PN

B p

er K

apita Australia

United States

Venezuela

Sw itzerland

Russian FederationPeru

Chile

Singapore

Netherlands Canada

Argentina

South Africa

Trinidad and Tobago

EgyptBolivia

ColombiaRomania

China

Sw eden

Indonesia

Persentase ekspor berupa bahan mentah/baku yang dihitung berdasarkan persentase barang eskpor dalam bahan baku pertanian, logam dan bijih (metals and ores), dan bahan bakar (fuels).

Sumber : Berdasarakan data World Development Report 2000.

Persentase Ekspor Sumber Daya Alam dan PNB per Kapita Tahun 1998

Page 41: Presentasi Si    Bappenas

Perbandingan antar Kinerja Beberapa NegaraMenurut Indikator Ekonomi Pengetahuan Tahun

2004

Negara IEP (KEI)Rejim Insentif

EkonomiInovasi Pendidikan

Infrastruktur Informasi

Finlandia 9.14 8.61 9.63 9.17 9.13

Norwegia 8.84 8.14 8.81 8.98 9.41

AS 8.67 7.81 9.39 8.43 9.03

Belanda 8.66 8.34 8.64 8.65 9.02

Swiss 8.65 8.36 9.46 7.82 8.97

Australia 8.64 8.14 8.62 9.14 8.67

Selandia Baru 8.40 8.28 7.94 8.95 8.43

Jerman 8.37 7.95 8.82 7.87 8.82

Jepang 8.25 7.23 9.26 8.09 8.40

Singapura 8.24 9.53 8.67 5.61 9.13

Korea 7.74 6.10 8.04 7.80 9.03

Malaysia 5.31 5.52 4.42 4.51 6.81

Thailand 5.05 5.88 3.58 5.80 4.94

Dunia 4.82 4.55 4.88 4.90 4.96

China 3.49 2.42 4.13 3.04 4.35

Indonesia 2.57 2.41 1.74 3.43 2.71

India 2.52 2.78 3.20 2.13 1.95

Sumber : Bank Dunia.

Page 42: Presentasi Si    Bappenas

PengembanganBisnis Baru

PerbaikanBisnis yang Ada

(Existing)

InvestasiDari Luar

(Inward Investment)

Litbangyasa Pasokan teknologi

Daya Saing yang Lebih Tinggi Investasi untuk

Inovasi

ROI yang Lebih Tinggi

Siklus yang Makin Menguat(Dari vicious cycle menjadi virtuous

cycle)Faktor keunggulanlokalitas

Pengetahuan/Teknologi

RantaiPemasokTeknologi

RantaiNilai Produksi

• Akumulasi Aset (Tangible & Intangible)

• Peningkatan Kompetensi

SUMBER KEMAJUAN EKONOMI LOKAL/DAERAH

Page 43: Presentasi Si    Bappenas

0

1

2

3

4

5

6

Baru Perampingan Tutup

2000 2001 2002

Sumber : World Bank (2003), dari data BPS.

PERKEMBANGAN BISNIS DI INDONESIA

Page 44: Presentasi Si    Bappenas

MODAL VENTURA

Sumber : Maesincee (2003).

Singapore

Hong Kong

USA

India

Japan

Malaysia

Australia

Vietnam

South Korea

USA

Taiwan

HK/China

Singapore

Thailand

Indonesia

Philippines

South Korea

Australia

PR China

Taiwan

Indonesia

Philippines

Thailand

Malaysia

Venture Capital Assets Under Management (% of GDP)

0.10 0.21

9.173.16

19991994

Page 45: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 1Kondisi dasar yang belum teratasi sebagai prasyarat agar upaya

pengembangan/penguatan SIN dapat ditingkatkan

1. Terbatasnya pemahaman pembuat kebijakan dan para pemangku kepentingan tentang sistem inovasi.

2. Keterbatasan kepakaran, praktik atau contoh keberhasilan, dan praktisi dalam mendorong gerakan yang dapat memberikan pengaruh pengembangan sistem inovasi secara signifikan di berbagai bidang, daerah dan/atau tataran/konteks tertentu.

3. Belum ada keterpaduan pengembangan sistem inovasi dalam pembangunan. Kebijakan inovasi yang esensinya membutuhkan koherensi kebijakan sektoral, kebijakan nasional-daerah, dan penadbiran (governance) sistem inovasi tidak akan dapat efektif jika kebijakan iptek dan kebijakan pembangunan lainnya masih bersifat parsial, terfragmentasi, tidak konsisten dan bahkan bertentangan satu dengan lainnya.

4. Keterbatasan data dan indikator SI yang berkualitas sebagai landasan pemantauan, dan evaluasi, serta proses pembelajaran dan perbaikan kebijakan.

5. Berbagai kelemahan dalam sistem inovasi yang sangat memerlukan solusi kebijakan yang lebih baik.

Page 46: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 2Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan

kemajuannya dapat dipercepat

1. Kelemahan kerangka umum. Ini antara lain menyangkut:– Isu umum mendasar yang terkait dengan sistem inovasi,

seperti:• Regulasi yang menghambat;

• Kelemahan lingkungan legal dan regulasi (yang diperlukan);

• Kelemahan infra- dan supra-struktur pendukung perkembangan inovasi;

• Administrasi yang birokratif;

– Keterbatasan pembiayaan/pendanaan inovasi;– Isu perpajakan yang tidak kompetitif bagi aktivitas

inovasi;– Kelemahan keperdulian dan implementasi perlindungan

HKI.

Page 47: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 2Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan

kemajuannya dapat dipercepat

2. Kelemahan kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang serta rendahnya kemampuan absorpsi UKM.

Berbagai fungsi yang belum berkembang, lembaga yang ada yang belum berfungsi sebagaimana yang diperlukan, dan kelemahan daya dukung iptek/litbang yang relevan bagi pengembangan potensi terbaik daerah merupakan faktor belum berkembangnya sistem inovasi daerah dan rendahnya daya saing daerah. Di sisi lain, pelaku mayoritas usaha, yaitu UKM, umumnya memiliki keterbatasan antara lain dalam mengakses, memanfaatkan dan mengembangkan pengetahuan/ teknologi untuk meningkatkan daya saing bisnisnya.

Page 48: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 2Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan

kemajuannya dapat dipercepat

3. Kelemahan keterkaitan, interaksi dan kerjasama difusi inovasi (termasuk praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang).

Kesenjangan relevansi dan fungsi komplementatif antara perkembangan knowledge pool dengan tarikan kebutuhannya oleh pengguna, khususnya swasta, masih terbatasnya pola hubungan dan transaksi bisnis maupun non bisnis antara berbagai aktor, serta asimetri informasi dan keterbatasan dalam dukungan interaksi dalam sistem inovasi (termasuk pembiayaan bagi komersialisasi potensi inovasi) merupakan isu yang menghambat keterkaitan, proses interaksi dan kerjasama antarpihak dalam sistem inovasi daerah.

Page 49: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 2Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan

kemajuannya dapat dipercepat

4. Persoalan budaya inovasi. Beragam isu yang diungkapkan sebenarnya juga menunjukkan belum berkembangnya kultur dalam masyarakat (pelaku bisnis, pembuat kebijakan, aktor-aktor litbang, lingkungan akademis dan masyarakat secara umum) yang mendukung bagi kemajuan inovasi dan kewirausahaan secara umum. Ini antara lain berkaitan dengan:– Masih rendahnya apresiasi masyarakat terhadap pentingnya

semangat kreativitas/inovasi dan profesi kewirausahaan;– Belum berkembangnya pengetahuan dan keterampilan

kewirausahaan dan sistem pendidikan yang belum mendukung perkembangan hal ini;

– Keterbatasan SDM bertalenta di daerah, dan masih rendahnya mobilitas dan interaksi dari dan antaraktor penting bagi perkembangan kewirausahaan dalam masyarakat;

– Kelemahan di lingkungan pemerintahan (public authorities), yang umumnya juga belum menghargai pentingnya kewirausahaan dan inovasi baik di lingkungannya sendiri maupun perkembangannya dalam masyarakat.

Page 50: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 2Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan

kemajuannya dapat dipercepat

5. Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi dan sumber pembaruan ekonomi dan sosial.

Kelemahan dalam bisnis dan non bisnis yang saling terkait, yang sangat penting bagi dinamika ekonomi dan sebagai landasan bagi pembentukan keunggulan daya saing yang khas:– Keragaman aktivitas bisnis yang belum mengarah pada, dan belum

berkembangnya kompetensi daerah yang penting bagi, pembentukan potensi keunggulan yang lebih terfokus;

– Struktur dan keterkaitan dalam bisnis beserta aktivitas non-bisnis pendukungnya yang lemah;

– Masih rendahnya kepemimpinan dan kepeloporan dalam pemajuan inovasi dan difusinya;

– Relatif rendahnya perkembangan/regenerasi perusahaan-perusahaan baru (pemula) yang inovatif;

– Ketertinggalan mayoritas pelaku bisnis (UKM) untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan peluang dari kemajuan/perkembangan yang terjadi.

Page 51: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 2Persoalan/isu pokok yang perlu dipecahkan agar SIN berkembang dan

kemajuannya dapat dipercepat

6. Tantangan global.

Berbagai kelemahan yang dimiliki pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesiapan Indonesia (pada tataran nasional maupun daerah) berperan di arena global beserta beragam kecenderungan perubahan yang berkembang untuk dapat memaksimumkan kemanfaatan bagi, dan meminimalisasi dampak negatifnya terhadap masyarakat.

Page 52: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN ~ KHUSUS

• Kondisi alamiah Indonesia dan belajar dari pengalaman masa lalu : kemampuan dalam mengatasi bahaya bencana, baik yang bersumber pada kondisi alamiah maupun karena pengaruh aktivitas manusia juga merupakan faktor penting yang perlu dikembangkan oleh Indonesia. Kelemahan kemampuan iptek secara nasional sejauh ini merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dan perlu ditanggulangi melalui pengembangan sistem inovasi.

• Sistem pertahanan dan keamanan negara yang secara relatif menurun sangat dipengaruhi oleh ketergantungan yang sangat besar pada kekuatan negara maju, kelemahan daya dukung iptek dan kemampuan industri dalam negeri dalam mendukung sistem pertahanan dan keamanan negara. Kondisi demikian yang berlarut menjadi ancaman yang semakin serius bagi kedaulatan negara dan keutuhan NKRI.

Page 53: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 3Rendahnya kepeloporan untuk melakukan perbaikan dalam

jangka panjang

Kreatifitas dan inovasi hanya berkembang dalam iklim dan budaya yang mendukung yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Perubahan kepada kondisi demikian memerlukan kepeloporan dan kepemimpinan (formal maupun non formal) yang visioner dan transformasional dengan komitmen tinggi untuk melakukan perubahan dalam perspektif jangka panjang.

Page 54: Presentasi Si    Bappenas

TANTANGAN 4Fragmentasi kebijakan di berbagai bidang

Keberhasilan negara dalam mengembangkan kebijakan yang semakin koheren dalam mengarahkan dan mempengaruhi perkembangan/kemajuan dalam masyarakat serta beradaptasi dalam mengatasi dinamika tantangan yang dihadapi.

Page 55: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK

Page 56: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 1Memperbaiki Kondisi Dasar sebagai Prasyarat bagi

Peningkatan Upaya Pengembangan/Penguatan SIN

1. Peningkatan kapasitas pembuat kebijakan dan para pemangku kepentingan tentang sistem inovasi.

2. Membangun komunitas praktik sistem inovasi, menghimpun dan menyebarluaskan praktik baik, meningkatkan kajian dan pembelajaran kebijakan inovasi.

3. Pengarustamaan sistem inovasi dalam kebijakan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini perlu dilakukan melalui upaya antara lain seperti:– Mendorong agar pengembangan sistem inovasi menjadi konsensus politik

berkelanjutan dan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Pengembangan/penguatan sistem inovasi merupakan proses panjang, yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh kehendak politik (political will), konsensus politik, dan komitmen politik dalam waktu yang panjang sehingga menjadi suatu politik negara dan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional dan daerah, bukan sekedar agenda pelengkap dalam pembangunan.

– Menyelaraskan kebijakan iptek dan kebijakan pembangunan lainnya, khususnya pembangunan ekonomi, sosial budaya dan hukum. Kebijakan inovasi yang esensinya membutuhkan koherensi kebijakan sektoral, kebijakan nasional-daerah, dan penadbiran (governance) sistem inovasi yang sesuai, tidak akan dapat efektif jika kebijakan iptek dan kebijakan pembangunan lainnya masih bersifat parsial, terfragmentasi, tidak konsisten dan bahkan bertentangan satu dengan lainnya. Penyelarasan kebijakan perlu dilakukan pada berbagai tataran dan cara, baik melalui upaya yang lebih bersifat top-down bottom-up, maupun proses partisipatif yang demokratis, transparan, akuntabel, dan adil.

Page 57: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 1Memperbaiki Kondisi Dasar sebagai Prasyarat bagi Peningkatan

Upaya Pengembangan/Penguatan SIN

4. Membangun basis data dan indikator sistem inovasi. Penataan mendasar yang perlu dilakukan termasuk penataan/pengembangan basisdata di tingkat nasional dan daerah berkaitan dengan sistem inovasi. “Kelemahan data” merupakan kelemahan umum bagi perencanaan dan kebijakan di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun daerah.

5. Reformasi kebijakan inovasi berfokus pada isu prioritas. Setiap negara (atau daerah) dan tingkatan perkembangan (stages of development) dihadapkan pada tantangan sistem inovasi yang berbeda. Dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi, tidak berlaku pendekatan one size fits all. Upaya pengembangan/ penguatan sistem inovasi memang dapat memanfaatkan “pelajaran” dari pihak lain (daerah/negara lain), termasuk memanfaatkan praktik-praktik baik/terbaik (good/best practices). Para pihak pun sebenarnya tidak perlu “terjebak” dalam reinventing the wheel. Akan tetapi segi-segi positif universal yang diperoleh (dari keberhasilan/kegagalan) tetap memerlukan “penyesuaian” kontekstual sesuai dengan karakteristik dan perkembangan masing-masing “kasus” negara/daerah. Karena itu, langkah reformasi kebijakan inovasi perlu berfokus pada isu-isu prioritas sesuai kondisi/konteksnya dan diletakkan dalam perspektif jangka panjang.

Page 58: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 2Melakukan Reformasi Kebijakan Inovasi di Berbagai Sektor/Bidang dan Lintas-Sektor/Bidang serta Pada

Tataran Pemerintahan yang Berbeda, secara Bertahap dan Berkelanjutan

1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi dan bisnis.

2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.

3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbang.

4. Mendorong budaya inovasi.5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan

pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan daerah.

6. Penyelarasan dengan perkembangan global.

4

5

1

62

3

HEKSAGON HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASIKEBIJAKAN INOVASI

HEKSAGON HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASIKEBIJAKAN INOVASI

Page 59: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 2Melakukan Reformasi Kebijakan Inovasi di Berbagai Sektor/Bidang

dan Lintas-Sektor/Bidang serta Pada Tataran Pemerintahan yang Berbeda, secara Bertahap dan Berkelanjutan

1. Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasiTujuan utama agenda ini pada dasarnya adalah mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi perkembangan inovasi. Bagian pertama yang perlu dibenahi di tingkat nasional maupun daerah secara umum adalah berkaitan dengan kerangka mendasar bagi pengembangan sistem inovasi.

2. Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang serta mengembangkan kemampuan absorpsi UKMTujuan utama agenda ini adalah mengembangkan/memperkuat atau mereorganisasi unsur-unsur lembaga/organisasi yang penting agar berfungsi tepat bagi pemajuan sistem inovasi daerah, meningkatkan daya ungkit (leverage) peran iptek/litbang yang sesuai dan spesifik/terspesialisasi bagi daerah, serta meningkatkan kemampuan UKM dalam mengakses dan memanfaatkan pengetahuan (dalam arti luas) dan hasil litbang/inovasi serta mengembangkannya.

Page 60: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 2Melakukan Reformasi Kebijakan Inovasi di Berbagai Sektor/Bidang

dan Lintas-Sektor/Bidang serta Pada Tataran Pemerintahan yang Berbeda, secara Bertahap dan Berkelanjutan

3. Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil litbangTujuan utamanya adalah mendorong interaksi produktif multipihak yang saling menguntungkan bagi perkembangan inovasi dan difusinya, penyebarluasan praktik baik dan hasil-hasil litbang yang sesuai dengan potensi terbaik nasional/daerah.

4. Mendorong budaya inovasiTujuan agenda ini adalah membangun landasan budaya kreatif-inovatif dan kewirausahaan, menumbuhkembangkan perusahaan-perusahaan baru (pemula) yang inovatif, serta memperkuat kohesi sosial.

Page 61: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 2Melakukan Reformasi Kebijakan Inovasi di Berbagai Sektor/Bidang

dan Lintas-Sektor/Bidang serta Pada Tataran Pemerintahan yang Berbeda, secara Bertahap dan Berkelanjutan

5. Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan pemajuan sistem inovasi dan klaster industri daerah dan nasional Tujuan utamanya adalah mendorong investasi dan aktivitas dalam sistem inovasi sejalan, saling melengkapi dan memperkuat dengan penguatan rantai nilai dalam jaringan ataupun klaster industri di seluruh wilayah Tanah Air.

6. Penyelarasan dengan perkembangan global

Tujuan utama upaya ini adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesiapan penentu kebijakan maupun para pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun daerah agar semakin dapat memahami dan menguasai perkembangan global untuk dimanfaatkan bagi kepentingan nasional dan daerah.

Page 62: Presentasi Si    Bappenas

Peningkatan Peningkatan Daya Saing dan Daya Saing dan Kohesi Sosial Kohesi Sosial

20252025

Peningkatan Peningkatan Daya Saing dan Daya Saing dan Kohesi Sosial Kohesi Sosial

20252025B

udaya inovasi

Budaya inovasi

Perkem

bangan sistem

Perkem

bangan sistem

inovasi dan klaster

inovasi dan klaster

industri

industri

Keselarasan

den

gan

Keselarasan

den

gan

perkem

ban

gan

glo

bal

perkem

ban

gan

glo

balK

eran

gka

umum

yan

g ko

ndus

if

Ker

angk

a um

um y

ang

kond

usif

bagi

inov

asi d

an b

isni

s.

bagi

inov

asi d

an b

isni

s.

kele

mba

gaan

dan

day

a

kele

mba

gaan

dan

day

a

duku

ng ip

tek/

litba

ng d

an

duku

ng ip

tek/

litba

ng d

an

kem

ampu

an a

bsor

psi U

KM

kem

ampu

an a

bsor

psi U

KM

Ko

lab

ora

si b

agi i

no

vasi

Ko

lab

ora

si b

agi i

no

vasi

dan

dif

usi

ino

vasi

, pra

ktik

dan

dif

usi

ino

vasi

, pra

ktik

bai

k/te

rbai

k d

an/a

tau

bai

k/te

rbai

k d

an/a

tau

has

il lit

ban

g

has

il lit

ban

g

Sasaran KuantitatifSasaran KuantitatifSasaran KuantitatifSasaran Kuantitatif

KERANGKA PERANCANGAN PRAKARSA DAN INDIKATOR CAPAIAN

Page 63: Presentasi Si    Bappenas

Peningkatan Daya Saing dan Kohesi Sosial Indikator . . .

Kesejahteraan / Kemakmuran Indikator . . .

Kesejahteraan / Kemakmuran Indikator . . .

Indikator . . .

Program / AktivitasProgram / Aktivitas

• Indikator . . .

1Perbaikan Kerangka

Umum

1Perbaikan Kerangka

Umum

Indikator . . .

2Perkembang

-an Kelemba-

gaan & Daya Dukung

Iptek, serta Absorpsi

UKM

2Perkembang

-an Kelemba-

gaan & Daya Dukung

Iptek, serta Absorpsi

UKM Indikator . . .

3Perkembang

-an Kolaborasi Inovasi &

Difusi

3Perkembang

-an Kolaborasi Inovasi &

Difusi

Indikator . . .

4Perkembang-an Budaya

Inovasi

4Perkembang-an Budaya

Inovasi

Indikator . . .

5Perkembang

-an SI & Klaster Industri

5Perkembang

-an SI & Klaster Industri

Indikator . . .

6Keselarasan

Global

6Keselarasan

Global

KapabilitasKapabilitas

• Indikator . . .

Sumber dayaSumber daya

• Indikator . . .

SIMPLIFIKASI KERANGKA AGENDA

Page 64: Presentasi Si    Bappenas

AGENDA KHUSUS

• Pengembangan kemampuan iptek dan industri nasional untuk mendukung peningkatan kemampuan nasional dalam sistem manajemen bencana dan peningkatan sistem pertahanan dan keamanan negara perlu mendapat perhatian khusus dalam pengembangan sistem inovasi. Kedua isu ini perlu menjadi prioritas di antara agenda-agenda tematik/khusus pengembangan sistem inovasi di Indonesia

Page 65: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 3Mengembangkan Kepemimpinan (Leadership) dan Memperkuat

Komitmen Nasional dalam Pengembangan/Penguatan Sistem Inovasi Nasional dan Daerah

• Pengembangan/penguatan sistem inovasi nasional maupun daerah dapat dirumuskan, diperbaiki dan terlebih penting lagi diimplementasikan secara kongkrit hanya jika didukung oleh kepemimpinan yang tepat dan memiliki komitmen kuat.

• Peningkatan daya saing umumnya dan pengembangan/penguatan sistem inovasi perlu menjadi agenda strategis pada tataran nasional maupun daerah dan menjadi suatu kesatuan agenda, tetapi bukanlah sekedar agenda satu instansi semata.

• Pengembangan/penguatan sistem inovasi menjadi politik negara.

Page 66: Presentasi Si    Bappenas

STRATEGI POKOK 4Meningkatkan Koherensi Kebijakan Inovasi di Tingkat Nasional dan

Daerah

• Strategi intervensi

• Koordinasi kebijakan

• Peran nasional, daerah dan peran bersama dalam pengembangan sistem inovasi

Page 67: Presentasi Si    Bappenas

PERAN DAERAH

• Setiap daerah (penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan di daerah) perlu memperkuat komitmennya terutama dalam :– Menyusun dan memperbaiki secara terus-menerus strategi inovasi

daerah masing-masing, menetapkan tujuan strategis kebijakan dan sasaran-sasarannya sesuai dengan konteks masing-masing daerah, serta mengimplementasikannya secara konsisten;

– Mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten (misalnya DRN, KNRT, kementerian/departemen terkait, lembaga litbang dan perguruan tinggi dan/atau lembaga lainnya) dalam upaya-upaya pengembangan sistem inovasi daerah, termasuk penataan/ pengembangan basisdata (indikator) penting di masing-masing daerah (khususnya yang relevan dengan sistem inovasi dan daya saing) yang sedapat mungkin kompatibel dengan daerah lain dan nasional;

– Berpartisipasi aktif dalam prakarsa pembelajaran inovasi, termasuk kebijakan inovasi.

Page 68: Presentasi Si    Bappenas

PERAN NASIONAL/PUSAT

• Mengembangkan kerangka kebijakan inovasi yang terkoordinasi dan terpadu sebagai acuan bagi para pihak dalam melaksanakan perannya dalam pengembangan sistem inovasi di Indonesia;

• Meningkatkan koherensi beragam kebijakan di bawah ranah kompetensinya (mandatnya) sebagai bagian integral dari kebijakan inovasi nasional;

• Mengembangkan program/kegiatan prioritas dalam kerangka sistem inovasi nasional, termasuk misalnya pola hibah bersaing dan/atau bentuk-bentuk patungan (sharing) ”pusat – daerah” atau kemungkinan pola anggaran struktural DAU, DAK atau dekonsentrasi;

• Memprakarsai/mengembangkan kerangka proses pembelajaran dalam kebijakan inovasi;

• Bekerjasama dengan daerah dalam mengembangkan program terpadu pengembangan sistem inovasi dan melakukan pengkajian bersama berkaitan dengan proses pengembangan sistem inovasi, kebijakan inovasi dan kinerjanya;

Penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan lain, terutama di tingkat nasional sebaiknya menjalankan peran proaktif terutama dengan :

Penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan lain, terutama di tingkat nasional sebaiknya menjalankan peran proaktif terutama dengan :

Page 69: Presentasi Si    Bappenas

PERAN NASIONAL/PUSAT

• Mengembangkan prakarsa percontohan, bekerjasama dengan beberapa daerah;

• Mendorong inovasi di sektor swasta dan publik dengan mengorganisasikan pertukaran informasi dan pengalaman dalam mendorong dan mendiseminasikan informasi tentang inovasi di lingkungan industri dan sektor publik;

• Memprakarsai dan mendorong upaya peningkatan kapasitas para pihak (misalnya melalui pelatihan, semiloka, kampanye keperdulian dan upaya relevan lainnya) terkait dengan kebijakan dan faktor/aspek penting yang mempengaruhi kinerja inovasi dan daya saing bisnis dan daerah;

• Mengembangkan kerjasama internasional dalam pengembangan sistem inovasi, termasuk dalam penadbiran kebijakan inovasi;

• Mendorong difusi praktik-praktik baik (termasuk penadbiran kebijakan inovasi) di seluruh wilayah Indonesia;

• Menyebarluaskan pelaporan/publikasi berkaitan dengan perkembangan sistem inovasi di Indonesia.

Page 70: Presentasi Si    Bappenas

PERAN BERSAMA

• Mengembangkan mekanisme yang sesuai bagi koordinasi horisontal maupun “vertikal” untuk mengatasi secara bertahap persoalan-persoalan koherensi pada berbagai dimensi;

• Mengembangkan prakarsa bersama mekanisme koordinasi, terutama mekanisme koordinasi terbuka, sebagai salah satu cara untuk lebih memungkinkan proses pembelajaran bersama dalam pengembangan dan implementasi kebijakan inovasi;

Para pihak (penentu kebijakan bersama pemangku kepentingan di tingkat nasional dan daerah) secara bersama perlu :

Page 71: Presentasi Si    Bappenas

PERAN BERSAMA

• Meningkatkan kerjasama dan prakarsa-prakarsa bersama (kolaboratif) terutama dalam mengembangkan kerangka bersama (di daerah, daerah – daerah, dan daerah – pusat/nasional, maupun untuk kerjasama internasional) dalam rangka memperkuat inovasi di seluruh wilayah Indonesia. Ini antara lain dilakukan melalui:

– Intensifikasi aktivitas inovasi dan kebijakan inovasi di seluruh daerah di Indonesia;

– Pendinamisan pasar pengetahuan/teknologi/inovasi domestik dan internasional;– Peningkatan investasi dalam pengetahuan/inovasi. Penetapan sasaran kuantitatif

investasi inovasi (termasuk litbang) tertentu sebaiknya dipertimbangkan sebagai pemacu para pihak dalam meningkatkan/mempercepat proses pengembangan sistem inovasi di Indonesia;

– Peningkatan keterampilan bagi inovasi. Para pihak perlu menyusun agenda untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang-bidang tertentu yang relevan dan urgen bagi perkembangan inovasi;

– Peningkatan efisiensi penadbiran inovasi;– Perbaikan kerangka dan koordinasi kebijakan inovasi, termasuk pola pengkajian

tentang kemajuan yang dicapai.

Page 72: Presentasi Si    Bappenas

GERBANG INDAH NUSANTARA(Gerakan Membangun Sistem

Inovasi dan Daya Saing Daerah di Seluruh Wilayah Nusantara)

Gerakan bersama para pemangku kepentingan (setiap sektor ekonomi /&

pembangunan, setiap tataran pemerintahan, setiap daerah/wilayah, dan “lintas bidang”)

dalam mengembangkan/ memperkuat sistem inovasi (daerah dan nasional) sebagai

landasan dan pilar peningkatan daya saing dan kohesi sosial dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi dan semakin adil.

Page 73: Presentasi Si    Bappenas

GERBANG INDAH (Gerakan Membangun Sistem Inovasi dan Daya Saing Daerah)

• Ajakan & “wahana” untuk kolaborasi sinergis ~ saling komplementatif, mengisi, memperkuat

• Konsep, pendekatan & peran aktor yang jelas & tegas

• “Kepemilikan” (ownership) • Keserentakan luas;• Implementatif• Voluntary• Keprakarsaan (pioneering)

Page 74: Presentasi Si    Bappenas

Institusi Pendukung(Supporting Institutions)

Industri Inti(Core Industry)

Pembeli(Buyer)

Industri Pemasok(Supplier Industry)

Industri Terkait(Related Industry)

Industri Pendukung(Supporting Industry)

MODEL GENERIK KLASTER INDUSTRI