presentasi riset.docx
DESCRIPTION
dvTRANSCRIPT
POINT 4
C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data sebagai bahan penelitian ada beberapa metode,
a. Metode yaitu bersifat non interaktif dan interaktif.
Teknik non interaktif meliputi
1. Teknik pustaka, teknik ini adalah biasanya hanya mengkaji tentang dokumen dan arsip tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
2. Teknik simak dan catat, merupakan salah satu teknik penyediaan data, teknik simak dengan dasar cakap dan lanjutannya simak bebas libat cakap, rekam, catat
Teknik interaktif
1. Wawancara mendalam (in-Depth interviewing), Walliman menyatakan “Interviews, because of their flexibility, are a useful method of obtaining information and opinions from expert during the early stages of the research project”. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada informan bersifat open ended dan mengarah kepada kedalaman informasi. Biasanya teknik ini dilengkapi dengan teknik cakap dengan dasar teknik pancing dan lanjutannya semuka.
2. Diskusi kelompok (Focus Group Discussion)
3. Pengamatan langsung (direct observation)
Teknik Wawancara
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama (Sutopo 2006: 72).
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview adalah
kontak langsung dengan tatap muka (face to face relation ship) antara si pencari informasi
(interviewer atau informan hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Sutopo 2006:
74).
Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan interview bebas
terpimpin (Sugiyono, 2008: 233). Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan
apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang dikumpulan. Interview terpimpin, yaitu
interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap
dan terperinci. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden
adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan
kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara,
yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan
aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden) (Sugiyono, 2008: 227). Beberapa tips
saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan mudah, mulai dengan informasi
fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building
raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi
negatif.
Teknik Observasi
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat situasi
penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi
pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan
kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa
digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian dan lain-
lain.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, perasan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian,
untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut.
a. Observasi partisipatif
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam
keseharian responden.
b. Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada
sumber data, bahwa ia akan melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui
sejak awal sampai akhir tentang aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga
tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau si peneliti
menyatakan terus terang maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan penenlitian.
c. Observasi tak berstruktur
Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti
atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu
objek.
Manfaat dari observasi ini aantara lain peneliti akan lebih mampu memahami konteks
data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau
menyeluruh, dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh
konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini membuka kemungkinan
penemuan atau discovery.
Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut
pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari
suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti
terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73).
FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode FGD
yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara mendalam atau
observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok
wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator
cenderung selalu menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD.
Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak
terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan
informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke
moderator, dst. Kondisi idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator,
disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A,
didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh
moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis.
Teknik Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab atau direspon oleh responden (Sutopo, 2006: 82). Responden mempunyai kebebasan
untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya.
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden (Sutopo, 2006:
87). Karena angket dijawab atau diisi oleh responden dan peneliti tidak selalu bertemu
langsung dengan responden, maka dalam menyusun angket perlu diperhatikan beberapa hal.
Pertama, sebelum butir-butir pertanyaan atau peryataan ada pengantar atau petunjuk
pengisian. Kedua, butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata
yang lazim digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan ketiga, untuk setiap
pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disesuaikan kolom untuk menuliskan
jawaban atau respon dari responden secukupnya.
Teknik Dokumen
Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berati mengajar.
Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan
para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah
sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan
petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan
surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih
lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih
luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu
yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 )
menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama dalam arti luas, yaitu yang
meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan; kedua dalam arti sempit, yaitu
yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang
meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang
konsesi, hibah dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa
dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa
sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu
menberikan informasi bagi proses penelitian.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau
human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan
manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi
dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai
“nara sumber” yang dapat menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar
belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa
dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.(Nasution, 2003; 86).
Menurut Sugiyono (2008; 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil
penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan / menggunakan studi dokumen
ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada diungkapkan Bogdan (seperti dikutip
Sugiyono) “ in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used
broadly lo refer to any first person narrative produce by an individual which describes his or
her own actions, experience, and beliefs”.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif,
seperti yang dikemukakan Nasution (2003; 85); a) Bahan dokumenter itu telah ada, telah
tersedia, dan siap pakai; b) penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan
waktu untuk mempelajarinya; c) banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila
dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan; d) dapat memberikan
latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian; e) dapat dijadikan bahan
triangulasi untuk mengecek kesesuaian data; dan f) merupakan bahan utama dalam penelitian
historis.
Teknik Triangulasi
Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling umum
digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam
Sutopo, 2006: 92) menjelaskan teknik triangulasi yang dapat digunakan. Teknik triangulasi
yang dapat digunakan menurut Patton meliputi: a) triangulasi data; b) triangulasi peneliti; c)
triangulasi metodologis; d) triangulasi teoretis. Pada dasarnya triangulasi merupakan teknik
yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya, guna menarik
suatu kesimpulan yang mantap diperlukan berbagai sudut pandang berbeda.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
a. Triangulasi Data
Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber. Cara ini mengarahkan
peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia berusaha menggunakan berbagai sumber yang
ada. Teknik triangulasi model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
b. Triangulasi Peneliti
Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa data maupun kesimpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006:
93). Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan menyelenggarakan diskusi atau melibatkan
beberapa peneliti yang memiliki pengetahuan yang mencukupi.
c. Triangulasi Metodologis
Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi
menggunakan metode yang berbeda (Patton dalam Sutopo, 2006: 93).
d. Triangulasi Teoretis
Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu
teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh
karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus memahami teori-teori yang
digunakan dan keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehinngga mampu
menghasilkan simpulan yang mantap.
E. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan tentang
metode-metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sebagai berikut :
1. Metode penelitian kualitatif ini berisi tentang bahan prosedur dan strategi yang digunakan
dalam riset, serta keputusan- keputusan yang dibuat tentang desain riset. Dalam penelitian
kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan
pada kondisi yang alamiah (natural setting) karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kualitatif.
2. Metode pengumpulan data dikelompokan menjadi dua, yaitu metode yang bersifat interaktif
dan non-interaktif. Metode yang bersifat interaktif meliputi teknik wawancara mendalam,
observasi berperan, dan focus group discussion. Sedangkan metode yang bersifat non-
interaktif meliputi teknik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan.
Menurut Sugiyono teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara mendalam,
dokumentasi dan triangulasi atau gabungan.
3. Tehnik yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
a. Teknik wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula dengan cirri utama berupa kontak
langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi
(interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee).
b. Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Ada 3 jenis observasi yaitu observasi
partisipatif, observasi terus terang atau tersamar, observasi tak terstruktur
c. Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan
pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut
pemahaman sebuah kelompok.
d. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya kepada responden.
e. Teknik dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan sumber bukan manusia, non
human resources, diantaranya dokumen, dan bahan statistik.
f. Teknik triangulasi, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Ada
beberapa jenis triangulasi antara lain : triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi
metodologis, triangulasi teoritis.
POINT 3
B. Pendekatan Grounded Theory
Grounded theory dikemukakan oleh Barney Glaser dan Anselm Strauss yang
menyatakan ...the discovery of theory from data which we call Grounded theory...atau dengan
kata lain , teori harus dibangun beralas (grouended) pada data.... Grounded theory merujuk
pada teori yang dibangun secara indektif dari suatu kumpulan data.
Pada penelitian dengan menggunakan strategi ini, peneliti langsung terjun ke
lapangan tanpa membawa rancangan konseptual, teori, dan hipotesis tertentu. Glesser dan
Strauss mengetengahkan dua jenis teori, yaitu teori substantive tertentu, atau empiris, dari
pengamatan bersifat sosiologis, seperti perawatan pasien, pendidikan professional, kenakalan
atau penyimpangan adapt, hubungan ras, atau organisasi/badan penelitian. Sedangkan teori
formal ditemukan dan dibentuk untuk kawasan kategori konseptual teoritik atau untuk bidang
pengamatan sosiologis formal atau konseptual, seperti tanda cacat, tingkah laku yang
menyimpang dari adapt, organisasi formal, sosialisasi, kekuasaan, dan kekuatan sosial, atau
mobilitas sosial.
Menurut Schlegel dan Stern, ada tiga elemen dasar dari grounded theory, yang
masing-masing tidak terpisahkan satu dengan yang lain, yaitu (1) konsep; (2) kategori; (3)
proposisi.
1) Konsep
Dalam grounded theory, teori dibangun dari konsep, bukan langsung dari data itu sendiri.
Sedangkan konsep diperoleh melalui konseptualitas dari data. Tipe konsep yang harus
dirumuskan ada dua ciri pokok, yaitu (1) konsep itu haruslah analitis-telah cukup
digeneralisasikan guna merancang dan menentukan cirri-ciri kesatuan yang kongkrit, tetapi
bukan kesatuan itu sendiri; dan (2) konsep juga harus bisa dirasakan artinya bisa
mengemukakan gambaran penuh arti, ditambah dengan ilustrasi yang tepat, yang
memudahkan orang bisa menangkap referensinya dari segi pengalamannya sendiri.
2) Kategori
Kategori adalah unsur konseptual dari suatu teori, sedangkan kawasannya adalah aspek atau
unsur suatu kategori. Kategori maupun kawasannya adalah konsep yang ditujukan oleh data
yang pada mulanya menyatakannya, maka kategori dan kawasannya ini akan tetap, jadi tidak
akan berubah atau menjadi lebih jelas ataupun meniadakan.
3) Proposisi atau Hipotesis
Pada elemen ketiga ini, pada awalnya Glaser dan Strauss (1967) menyebut sebagai hipotesis,
tetapi istilah proposisi tampaknya dianggap paling tepat. Hal ini dikarenakan disadari bahwa
proposisi menunjukkan adanya hubungan konseptual, sedangkan hipotesis lebih menunjuk
pada hubungan terukur. Dalam grounded theory yang dihasilkan adalah hubungan
konseptual, bukan hubungan terukur sehingga digunakan istilah-istilah proposisi. Hipotesis
dalam penelitian grounded adalah suatu pernyataan ilmiah yang terus dikembangkan.
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari
. Pendekatan Etnografi dan Etnografi Komunikasi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial.
Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara
hidup. Etnografi merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi
melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam
pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui
wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau
makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
Sedangkan etnografi menurut W Penn Handwerker (2002) dalam Sugito (2010),
menyangkut produk dan proses riset yang terdokumentasi mengenai apa, dan bagaimana
orang-orang mengetahui, merasakan, dan melakukan dengan cara spesifik di dalam sejarah
hidup individu. Etnografi mencakup peristiwa yang berkaitan dengan global dan proses
deskriptif, koperatif dan analisis budaya yang bersifat menjelaskan. Membandingkan dan
memperhatikan variabilitas`budaya antara kelompok sosial yang mendasar tetapi juga
variabilitas budaya antara antarindividu.
Praktik etnografi merupakan pemaknaan, menjelaskan fenomena dan variasi
antarbudaya. Memperhatikan dan menghiraukan variabilitas budaya antarindividu, membuat
kenyataan kenyataan kelompok sosial, keberadaan budaya, dan penempatan tentang batasan
budaya dipolakan pada poin-poin suatu pemahaman dengan teliti untuk menandai budaya
yang utuh (W Penn Handwerker, 2002).
Pemahaman etnografi menjadikan orang mempunyai pengalaman bekerjasama
dengan suatu populasi spesifik yang memberikan isyarat yang sangat penting adalah
perbedaan budaya baru yang berlangsung di sekitar kita. Studi etnografi merupakan salah
satu deskripsi tentang cara masyarakat berpikir, hidup, dan berprilaku.
Schensul dan Lacompte (1999) dalam Sugito (2010), mendefinisikan etnografi
sebagai: 1) suatu pendekatan ke arah pelajaran tentang sosial dan hidup masyarakat
difokuskan pada budaya, institusi, dan sistem pengaturan lain yang ilmiah; 2) investigatif
menggunakan peneliti sebagai alat pengumpul data yang utama; 3) menggunakan metoda
riset kaku dan teknik data-collecting untuk menghindari penyimpangan dan memastikan
ketelitian data; 4) menekankan dan berdasarkan pada perspektif orang di dalam riset yang
menentukan; 5) induktif, membangun teori lokal untuk menguji dan mengadaptasikannya
untuk penggunaan kedua-duanya di tempat lain.
Menurut Hymes (1974), istilah etnografi komunikasi sendiri menunjukkan cakupan
kajian berlandaskan etnografi dan komunikasi.. Cakupan kajian tidak dapat dipisah-pisahkan,
misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi,
lalu menghubung-hubungkannya. Fokus kajiannya meneliti secara langsung terhadap
penggunaan bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat mengamati dengan jelas
pola-pola aktivitas tutur, dan kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara terpisah-pisah),
misalnya tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang kepribadian (seperti
psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi (seperti etnologi), dan
sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang peneliti tidak dapat membentuk
bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka acuan yang sempit. Peneliti harus mengambil
konteks suatu komunitas (community), atau jaringan orang-orang, lalu meneliti kegiatan
komunikasinya secara menyeluruh, sehingga tiap penggunaan saluran atau kode komunikasi
selalu merupakan bagian dari khasanah komunitas yang diambil oleh para penutur ketika
dibutuhkan.
Interpretivisme dalam penelitian kualitatif
Interpretivisme bukanlah tradisi bersatu dan tegas. Ada banyak bentuk
interpretivisme. Butler (1998) mengidentifikasi beberapa varian yang berbeda seperti
konservatif, konstruktivis, kritis dan dekonstruksionis. Pendekatan dekonstruksionis
tampaknya setara dengan strukturalisme postmodern dan pendekatan ini tidak muncul untuk
menjadi sentral dalam penafsiran informasi sistem tradisi.
Tujuan memahami makna subjektif dari orang dalam domain belajar sangat penting dalam paradigma interpretatif. Ini adalah klaim sentral dalam verstehen sosiologi Max Weber (1978): dalil penafsiran subjektif. Alfred Schutz (1970) membawa sosiologi verstehen lebih lanjut dengan inspirasi dari fenomenologi. Dia mengklaim bahwa ilmu pengetahuan (mengenai kehidupan sosial) adalah karakter orde kedua. Ini harus didasarkan pada makna dan pengetahuan para pelaku dipelajari. "Para konstruksi yang terlibat pengalaman yang masuk akal dari dunia intersubjektif dalam kehidupan sehari-hari ... adalah tingkat pertama konstruksi yang di atasnya konstruksi kedua tingkat ilmu-ilmu sosial harus didirikan" (ibid hal 274). Silverman (1970) menjelaskan perbedaan antara ilmuwan alam dan ilmuwan sosial sebagai bahwa mereka bekerja dengan alam yang berbeda. Dunia alam materi tidak berarti sampai ilmuwan
CODING TOPIK DAN KATAGORI: (1) Mengembangkan suatu sistem yang terorganisasi. (2) Memberi kode segmen berdasarkan topik. (3) Memberi kode katagori untuk pemaknaan. (4) Menggenarate katagori
POINT 27.2.1 Sebuah Penekanan pada Aturan Umum
7.2.2 Fokus pada Interpretasi dan Makna
7.2.3 Fokus pada Bagaimana Responden Membuat Makna dari Situasinya
7.2.4 Penggunaan Beberapa Taktik
7.2.5 Aspek lain dari Kualitatif Strategi Penelitian
Berdasarkan karakteristik metode yang dikemukakan bogdan dan biklen (1982:27-29) secara operasional minyiratkan bahwa sangat berperannya peneliti dalam implementasinya data yang dikumpulkan cenderung dalam bentuk kata kata lebih menekan proses dari pada hasil , analisis induktif dengan mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati , serta mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial.
Karakteristik penelitian kualitatif dapat dikemukakan berikut ini.
Penelitian kualitatif bersifat alamiah (naturalistic), yakni latar langsung
sebagai sumber data dan peneliti sebagai instrumen kunci (key
instrument).
Data penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yakni data berupa kata-
kata dan gambar yang diperoleh dari transkripsi wawancara, catatan
lapangan, foto,videotape, dokumen pribadi, dokumen resmi, memo,
dan dokumen-dokumen lainnya.
Di samping hasil, penelitian kualitatif menekankan proses, yakni proses
yang terjadi dan berlangsung pada sumber data (subjek/informan,
objek, dan responden) beserta keseluruhan konteks yang
melingkupinya, di samping data yang dihasilnyannya.
Analisis data penelitian kualitatif cenderung secara induktif untuk
memperoleh abstraksi dari keseluruhan data yang diperoleh.
Penelitian kualitatif menggali makna kehidupan berdasarkan perspektif
partisipan, yakni berdasarkan proses subjek mengkonstruk atau
menyusun makna dan berdasarkan proses mendeskrispsikan makna
yang disusn subjek.