presentasi kasus abortus

43
PENDAHULUAN Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah perdarahan. Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi pada masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau sistem lainnya. Perdarahan pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius yang terjadi pada masyarakat Indonesia yang mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada ibu-ibu di Indonesia. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara drastis dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan penyebab utama dalam kematian maternal. Pengelompokan pe r darahan pada kehamilan tersebut secara praktis dibagi menjadi: p e r darahan pada kehamilan muda , p e r darahan sebelum melahirkan (antepartum hemoragik) , dan p e r darahan setelah melahirkan (postpartum hemoragik). Antara pendarahan pada kehamilan muda yang sering terjadi adalah aortus. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila seudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas 1

Upload: diegodd

Post on 20-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

aborsi joss

TRANSCRIPT

Page 1: presentasi kasus abortus

PENDAHULUAN

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah

perdarahan. Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi

pada masa kehamilan, bukan perdarahan dari organ atau sistem lainnya.

Perdarahan pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius yang terjadi pada masyarakat

Indonesia yang mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada ibu-ibu di Indonesia.

Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara drastis dengan adanya pemeriksaan-

pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas

transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan penyebab utama

dalam kematian maternal.

Pengelompokan perdarahan pada kehamilan tersebut secara praktis dibagi menjadi:

perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan sebelum melahirkan (antepartum hemoragik), dan

perdarahan setelah melahirkan (postpartum hemoragik).

Antara pendarahan pada kehamilan muda yang sering terjadi adalah aortus. Abortus

adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup luar kandungan.

Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak

dilaporkan, kecuali bila seudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur

kehamilannya hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak

melaporkan dan menjalankan pengobatan. Semetara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20%

merupakan abortu spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang coba untuk

hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3

atau lebih keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih

keguguranyang berurutan.(bku merah)

1

Page 2: presentasi kasus abortus

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : -

Alamat : gintungkerta Tanggal masuk RS: 6 januari 2014

A. ANAMNESIS

Diambil dari Autoanamnesis, tanggal 7 januari 2014.

Keluhan Utama:

G2P1A0 hamil 13 minggu, rujukan bidan dengan abortus inkomplit.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan keluar darah dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Darah yang keluar

disertai gumpalan-gumpalan berwarna merah gelap, berbau amis. Os mengakui 2 minggu SMRS

2

Page 3: presentasi kasus abortus

mulai timbul flek-flek selama 3 hari namun setelah itu perdarahan selesai, perdarahan kembali

berlanjut hingga pasien datang ke kamar bersalin RSUD Karawang. Os mengeluh sedikit pusing

HPHT 25 september 2013, TP 2 Juli 2014, UK 14 minggu 6 hari

ANC dibidan, 1x TT (-) USG (-).

Riwayat Haid, menikah, obstetri, KB:

Menarche usia 14 tahun,haid teratur siklus 28 hari,GP 2x/hari(penuh) lama 5 hari,nyeri(-)

Menikah 1x, usia 17 tahun

KB: suntik 2 tahun yang lalu

G2P1A0 I. Perempuan /PSP/paraji/3000gr/ 5 tahun

II. hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu:

Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Keluarga dengan riwayat Abortus (-)

Hipertensi, Asma, alergi, DM, penyakit jantung, dan riwayat kejang disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi:

Suami sebagai buruh, Istri sebagai Ibu Rumah tangga.

Kesan ekonomi menengah ke bawah.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :

KU/KES : TSS/CM

3

Page 4: presentasi kasus abortus

TV : TD: 120/70 mmHg, N : 82x/mnt, FP:20x, S: 37,3 C

Tinggi Badan : 150 cm

BB : 37 kg. BMI: 16,4kg/m2

Kesan gizi : kurang

Mata : konjungtiva pucat-/-, sklera ikterik -/-

THT : dalam batas normal

Leher : KGB ttm, Tiroid ttm

Jantung : BJ I-II murni, murmur -, gallop –

Paru : SN vesikuler+/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : NT (+) pada kuadran bawah

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-) edema -/-

Status Obstetri :

I : V/U tenang, perdarahan aktif pervaginam (+). Jaringan(-)

Io : perdarahan dari cavum uteri(+), porsio livide, licin, ostium terbuka 1cm, valsava

(-), fluxus(-), fluor(-).

VT : cavum uteri sedikit membesar, antefleksi, teraba jaringan dalam cavum uteri,

Nyeri goyang portio (-), massa/nyeri adneksa (-), parametrium lemas, cavum

douglas tidak menonjol dan tidak nyeri, ostium uteri externa terbuka 1 cm.

4

Page 5: presentasi kasus abortus

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG Trans abdominal kamar bersalin tgl 6 Januari 2014

Uterus retroefleksi, cavum uteri sedikit membesar, intra kavum tampak massa hipo-hiperekhoik

ukuran 4x3cm sesuai dengan gambaran sisa konsepsi.

Laboratorium (tanggal 6 Januari 2014 )

Darah Perifer Lengkap (DPL) :

Hb : 11,4 gr/dl

Ht : 32,9 %

Leukosit : 16,24 /uL

Trombosit : 248 /uL

GDS : 146

HbsAg : (-)

ABO : O/+

Tes kehamilan : (+)

WORKING DIAGNOSA

G2P1A0 hamil 14 minggu dengan Abortus inkomplit

PENATALAKSANAAN

Dx/ - Observasi TV, perdarahan

- Observasi Tanda-tanda IIU

Th/ evakuasi pendarahan

5

Page 6: presentasi kasus abortus

- Rencana kuretase

Ed/ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan ibu dan janin

Informed consent tindakan

Follow up

7/1/14 S: pusing (+), perdarahan pervaginam bercak coklat (-), nyeri abdomen(+),

demam(-)

O: T: 110/70mmHg S: afebris

N: 104 kali/ m P: 20x/m

Status generalis: CA -/- edema ekstremitas (-)

Status ginekologi: I: v/u tenang, perdarahan aktif (-)

A: abortus inkomplit pada G2P1 H 14 mg pro kuratase

P: metergin 3x1 tab po amoxicillin 3 x 500mg po

as. Mefenamat 3 x 1 tab po

8/1/14 S: keluhan (-), perdarahan pervaginam (-)

O: T: 110/70mmHg S: afebris

N: 80 kali/ m P: 20x/m

Status generalis: CA -/- edema ekstremitas (-)

Status ginekologi: I: v/u tenang, perdarahan aktif (-)

A: abortus inkomplit pada G2P1 H 13 mg post kuratase

P: amoxicillin 3 x 500 mg

6

Page 7: presentasi kasus abortus

as. Mefenamat 3 x 1 tab

Laporan Tindakan Operasi: Kuretase

- Kandung kecing dikosongkan. Selanjutkan Pasien dalam posisi litotomi dalam analgesia

neuroptika

- Dilakukan antisepsis pada daerah genitalia eksterna, vagina dan serviks

- Dipasang spekulum sims atas dan bawah, selanjutnya serviks dipresentasikan dengan

tenakulum. Tenekulum dijepit pada jam 11 dan 1

- Sonde uterus dimasukkan ke dalam cavum uteri untuk menentukan besar dan arah uterus.

Didapatkan uterus retrofleksi dengan panjang 11 cm

- Dilakukan kuretase dengan sendok kuret searah jarum jam hingga cavum uteri bersih dari

jaringan sisa konsepsi. Didapatkan jaringan ±3cc dan dikirim untuk dilakukan

pemeriksaan PA

- Kuretase selesai.

Instruksi Post-kuretase:

- Observasi tanda vital, kontraksi uterus, pendarahan dan tanda-tanda akut abdomen

o Tiap 15 menit pada 1 jam pertama

o Tiap 30 menit pada 1 jam berikutnya

- Mobilisasi aktif

- Diet TKTP

- Jaga kebersihan vulva/vagina dan sekitarnya

- Terapi medika mentosa;

o Metergin 3 x I tab p.o

o Amoxicillin 3 x 500 mg Po

o Asam mefenamat 3 x 500 mg tab

-

7

Page 8: presentasi kasus abortus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Defenisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup diluar kandungan. Sebagai batas ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram.(buku merah)

II.2. Epidemiologi

Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun

demikian, frekuensi seluruh keguguran sukar ditentukan karena abortus buatan buatan

banyak yang tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi. Juga karena sebagian

keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang

ke dokter atau Rumah Sakit. Makin tua umur, abortus makin sering terjadi. Demikian

juga dengan semakin banyak anak, abortus juga akan semakin sering terjadi. Semakin tua

umur kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil, Wanita < 20 tahun abortus 12%.

Wanita > 40 tahun abortus 26%

II.3. Etiologi

Penyebab abortus( early pregnancy loss) bervariasi dan sering diperberatkan. Umumnya

lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantara adalah sebagai berikut

Factor genetic, translokasi parentral keseimbangan genetic

Medilian

Multifactor

Robertsonian

Resiprokal

Kelainan uterus

Anomaly duktus mulleri

Septum uterus

8

Page 9: presentasi kasus abortus

Uterus bikornis

Inkompentensi serviks uteri

Mioma uteri

Sindroma Asherman

Autoimun

o Aloimun

o Mediasi imunitas humoral

o Mediasi umunitas seluler

Defek leutal

o Factor endokrin eksternal

o Antibody antitiroid hormone

o Sintesis LH tinggi

Infeksi

Hematologic

Lingkungan

Usia kehamilan saat terjadi abortus bisa member gambaran tentang penyebabnya.

Sebagai contoh, antiphospolid syndrome(APS) dan inkompentensi serviks sering terjadi

pada trimester pertama

Faktor ovofetal :

Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%

kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh

janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan

chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan

implantasi dengan adekuat.

Faktor maternal

Faktor genetic

Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkompletus disebabkan oleh kelainan

kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan

sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa

9

Page 10: presentasi kasus abortus

trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Risiko ibu terkena

aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun karena angka kejadian kelainan

kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia 35 tahun.

Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang

abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak

diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan kariotip

pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko abortus.

Kelainan uterus

Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik. Insiden kelainan

bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan riwayat abortus, dimana

ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena kelainan

anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis

atau unikornis (10 - 30%).

Mioma uteri juga bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang. Risiko

kejadiannya 10 - 30% pada perempuan usia reproduksi. Selain itu Sindroma Asherman bias

menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.

Risiko abortus antara 25 – 80%, bergantung pada berat ringannya gangguan.

Infeksi

Mikroorganisme yang terkait menurut DeForest dkk :

Bakteria : Listeria monositogenes, Klaidia trakomatis, Ureaplasma urealitikum, Mikoplasma

hominis, Bakterian vaginosis.

Virus : Sitomegalovirus, Rubela, HSV, HIV, Parvovirus.

Parasit : Tokoplasmosis gondii, Plasmodium falsiparum.

Spirokaeta : Treponema pallidum

Peranan infeksi terhadap resiko abortus :

Metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada janin

atau unit fetoplasenta.

Infeksi janin berakibat kematian janin

10

Page 11: presentasi kasus abortus

Infeksi plasenta isufisiensi plasenta dan berlanjut kematian janin.

Infeksi kronis endometrium yang mengganggu proses implantasi.

Amnionitis

Perubahan genetik dan embrio akibat dari virus itu sendiri.

Faktor hematologik

Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan efek plesentasi dan adanya mikrotrombi

pada pembuluh darah plasenta. Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering

didapatkan defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa

perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi

tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4 – 6 minggu, dan penurunan produksi

prostasiklin saat usia kehamilan 8 – 11 minggu. Hiperhomosisteinemi, bisa congenital

ataupun akuisita juga berhubungan dengan thrombosis dan penyakit vascular dini. Kondisi ini

berhubungan dengan 21% abortus berulang.

Faktor hormonal

Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem

pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormon

secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar

progesterone.

Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama , risiko abortus

meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan kontrol glukosa tidak adekuat

punya peluang 2 – 3 kali lipat mengalami abortus. Pada tahun 1929, allen dan Corner

mempublikasikan tentang proses fisiologi korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar

progesteron yang rendah berhubungan dengan risiko abortus. Sedangkan pada penelitian

terhadap perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali, didapatkan

17% kejadian defek fase luteal. Dan, 50% perempuan dengan histologi defek fase luteal punya

gambaran progesterone yang normal (Prawirohadjo, 2009)\

Faktor autoimun

11

Page 12: presentasi kasus abortus

APS (antiphospholipid syndrome)

Kriteria APS :

Trombosis vaskular : trombosis arteri, vena atau kapiler dapat dibuktikan dengan gambaran

dopler, penciteraan, atau histopatologi..

Komplikasi kehamilan : 3 atau lebih abortus tanpa sebab yang jelas, 1 atau lebih kematian

janin dengan morfologi dan sonografi yang normal, 1 atau lebih persalinan prematur dengan

gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeeklamsia berat.

Laboratorium : IgG dan IgM anticardiolipin antibodi (aCL) meningkat dengan pemeriksaan

ELISA 2 kali dalam jarak pemeriksaan 6 minggu.

Antbodi fosfolipid / antikoagulan : pemanjangan aPTT, PT dan CT, kegagalan pemeriksaan

tes skrining yang memanjang dengan penambahan FFP, perbaikan nilai tes yang memanjang

dengan panambahan fosfolipid.

Dapat dicurigai abortus et causa APS pada kehamilan di atas 10 minggu, dengan adanya

trombosis plasenta yang diawali oleh adanya peningkatan rasio tromboksan : prostasiklin,

peningkatan agregasi trombosit, penurunan c-reaktif protein dan peningkatan sintesis platelet

– activating factor.

Faktor lingkungan

1-10 % malformasi janin akibat dari paparan obat,bahan kimia, atau radiasi dan

umumnyabberakhir dengan abortus. Rokok yang mengandung nikonin yang mempunyai efek

vasoaktif sehingga dapat menghambat sirkulasi uteroplasenta. Begitupun juga karbon

monoksida yang menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dapat

mengganggu pertumbuhan janin dan berakibat terjadinya abortus.

II.4. Patofisiologi

Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio

akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat

perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses

abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus

dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun

12

Page 13: presentasi kasus abortus

sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.

Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya

selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta

masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis

atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan

pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan

dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih

tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan

pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih

menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus

dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).

II.5. Klasifikasi

Abortus dapat dibagi atas dua golongan :

1. Abortus Spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun

medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.

2. Abortus Provakatus (induced abortion)

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan mengunakan obat-obatan ataupun alat-alat.

Abortus ini terbagi lagi menjadi :

a) Abortus Medisinalis

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

b) Abortus Kriminalis atau tidak aman

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau

tidak berdasarkan indikasi medis.

KLASIFIKASI ABORTUS SPONTAN

13

Page 14: presentasi kasus abortus

Dapat di bagi atas :

1. Abortus Imminens ( Threatened abortion, Abortus mengancam )

abortus tingakat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan

pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam pada umur

kehamilan kurang dari 20 minggu

Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :

a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih

dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama

a) TFU sesuai dengan usia gestasi berdasarkan HPHT.

b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.

c) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.

d) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup

e) Kadar hormon hCG pada urin menentukan prognosis dari abortus imminens, jika pemeriksaan

(+) sebelum dan setelah diencerkan 1/10, prognosis mengarah ke ad bonam dan bila (-) saat

diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.

f) Pemeriksaan USG diperlukan untuk menegetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi

pelepasan atau belum dan apakah ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan ukuran biometri

janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT, gerak janin

dan denyut jantung janin.

Ektopik pregnancy bisa dipertimbangkan untuk dijadikan diagnose banding pada abortus

iminens ini. Dalam satu penilitian, condous dan rakan-rakan(2005) mendapatkan 152 wanita

dengan pendarahan pervaginam berat yang di diagnosis dengan , diluar rahim setelah dievaluasi

lanjut. Jadi pada wanita dengan pendarahan abnormal atau nyeri pelvic dengan mempunyai

serum –hCG yang rendah, hamil diluar rahim haruslah di bedakan dari kehamilan normal atau

keguguran pada awal kehamilan.(William)

Penatalaksanaan

14

Page 15: presentasi kasus abortus

a) Tirah baring/rawat sampai perdarahan berhenti.

b) Diberikan spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormone

progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.

c) Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan

seksual kurang lebih 2 minggu.

d) Bila reaksi kehamilan 2x berturut-turut negative, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret)

e) Memberikan antibiotik profilaksis terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

3. Abortus Incipien (Inevitable abortion, Abortus sedang berlangsung)

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan

ostium uteri membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih didalam kavum uteri dan dalam proses

pengeluaran.

Ditandai dengan adanya :

a) Penderita akan merasakan mulas karena kontriksi yang sering dan kuat.

b) Pendarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks dan umur kehamilan.

c) Besar uteri masih sesuai dengan usia kehamilan

d) Tes urin untuk kehamilan masih positif

e) Pada pemeriksaan USG akan didapatkan pembesaran uterus yang masih sesuai dengan usia

kehamilan

f) Gerak janin dan gerak jantung masih jelas walau mungkin sudah tidak normal

g) Adanya penipisan serviks uterus atau pembukaan

Penatalaksanaan

1. Perhatikan keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik

15

Page 16: presentasi kasus abortus

2. Segera melakukan tidakan evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusuli dengan kuratase

bila pendarahan banyak

3. Jika usia kehamilan di atas 12 minggu, tindakan evakuasi dan kuratase harus hati-hati,

kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital dan disusuli dengan tindakan kuratase

dimasukin uterotonika untuk mencegah terjadi peforasi pada dinding uterus

4. Antibiotic profilaksis

r

1. Abortus Kompletus

Ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar

melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram.

Tanda dan Gejala

a) Serviks menutup.

b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.

c) Gejala kehamilan tidak ada.

d) Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.

Penatalaksanaan

Tidak perlu evakuasi lagi

Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.

Lakukan Pemantauan Pasca Abortus

Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2

minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.

Diberikan suplemen vitamin bila diperlukan

16

Page 17: presentasi kasus abortus

2. Abortus Inkompletus

Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Gejala Klinis :

o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas

o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).

o Sudah ada keluar fetus atau jaringan

Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks

terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum

uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.

Penatalaksanaan

- Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, waspada akan terjadinya

syok, berikan cairan yang cukup dan bila perlu transfusi darah.

- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat

dikeluarkan secara evakuasi manual dan kuretase, karena perdarahan tidak akan

berhenti bila sisa belum dikeluarkan

i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol

400 mg per oral untuk merangsang kontraksi.

ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan

kuretase

- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika prophilaksis

- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam

17

Page 18: presentasi kasus abortus

3. Missed Abortion

Ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi

tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih.

Fetus yang meninggal ini dapat :

1. Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.

2. Diresorbsi kembali sehingga hilang

3. Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus

4. Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu aka mengalami

degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.

Gejala Klinis

- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai mual

dan muntah

- Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya

- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi jika

kehamilannya berkisar antara 14 sampai 20 minggu.

- Mamae menjadi mengecil sebagai tanda-tanda kehamilan sekunder yang

menghilang.

- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative

pada 2-3 minggu setelah fetus mati.

- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit

18

Page 19: presentasi kasus abortus

- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong.

Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong gestasiyang menegecil

dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda

kehidupan.

Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan

terjadinyagangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu

diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

Penatalaksanaan :

Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara

langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.

Usia gestasi >12 minggu dan <20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih

kaku dianjurkan untuk menggunakan prostaglandin atau sintetisnya, salah satunya adalah

pemberian mesoprostol secara sublingual 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak

enam jam. Selain itu tehnik dengan pemasangan laminaria juga dapat digunakan, dengan

itu akan terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat

dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.

Perlu disiapkan adanya transfusi darah dan pemeriksaan darah lengkap, untuk mendeteksi

adanya hipofibrinogenemia.

Pascatindakan, perlu dipertimbangkan pemberian oksitosin secara drip intravena dan

pemberian antibiotika profilaksis.

19

Page 20: presentasi kasus abortus

4. Abortus Habitualis

Ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut – turut atau lebih oleh sebab apapun.

Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi

kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop melaporkan

kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan.

Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi

immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive) tetapi dekade belakangan

ini diketahui penyebab yang tersering dijumpai adalah inkompetensia serviks yaitu

keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup

setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os serviks akan membuka tanpa

disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi

pengeluaran janin.

Penyebab lain yang sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid,

kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta

menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis.

Pemeriksaan :

a. Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau

anomali congenital.

b. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak

gangguan glandula thyroidea

c. Psiko analisis

Terapi :

o Pada serviks inkompeten terapinya operatif SHIRODKAR atau MC DONALD

(cervical cerlage).

o Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.

o Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya

jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.

20

Page 21: presentasi kasus abortus

o Tindakan tracheloplasty terdiri dari peningkatan serviks dengan benang yang kuat

yang dijahitkan pada daerah sekitar serviks pada kehamilan trimester pertama

antara 12-14 minggu kehamilan, dan diangkat pada akhir kehamilan pada saat

resiko untuk terjadinya abortus telah lewat.

5. Abortus Infeksious

Ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genita

Diagnosis :

- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar

rumah sakit.

- Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan

sebagainya.

- tanda – tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,

kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek

disertai nyeri tekan.

Penatalaksanaan

- Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup

- Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji

kepekaan obat)

o Berikan suntikan penisilin 1,2 juta satuan tiap 6 jam, atau

ampisilin 4 x 1 gram

o gentamisin 2 x 80 mg

o metronidazole 2 x 1 gr

o selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.

- Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan kuretase

untuk mengeluarkan hasil konsepsi.

- Dapat ditambahkan injeksi ATS dan irigasi vagina dengan H2O2 bila sudah ada

tanda-tanda tetanus

21

Page 22: presentasi kasus abortus

6. Septic Abortion

Ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam

peredaran darah atau peritoneum.

Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti

nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.

Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika

ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan

kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.

II.6. Tanda dan gejala klinik2,4,5

- Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-muntah,

mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif.

- Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,

tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta

suhu badan normal atau meningkat.

- Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

- Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat

kontraksi uterus.

- Pemeriksaan ginekologi

1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium/tidak bau busuk dari vulva.

2. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,

ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau

busuk dari ostium.

3. Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak

jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia

kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,

dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

22

Page 23: presentasi kasus abortus

Kehamilan Anembrionik (Blighted Ovum)

Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak

awal, walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Disamping mudigah, kantong kuning juga tidak

terbentuk. Kelainan ini merupakan suatu kelainan kehamilan yang baru terdeteksi setelah

berkembangnya ultrasonografi. Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini akan berkembang

terus walaupun tanpa ada janindi dalamnya. Biasanya sampai sekitar 14-16 minggu akan terjadi

abortus spontan. Sebelum adanya USG ditemukan, kelainan kehamilan ini mungkin banyak

dianggap sebagai abortus biasa. Diagnosis kehamilan anembrionik ditegakan pada usia

kehamilan 7 – 8 minggu, bila pada pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak

berkembang atau pada diameter 2,5 cm dan tidak disertai adanya gambaran mudigah. Untuk itu,

bila pada saat USG pertama kita mendapatkan gambaran seperti ini perlu dilakukan evaluasi

USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah atau kantong kuning telur

dan diameter kantong gestasi sudah mencapai 25 mm maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan

anembrionik. Pengelolaan kehamilan anembrionik dilakukan terminasi kehamilan dengan

dilatasi dan kuretase secara elektif.

II.7. Pemeriksaan Penunjang 2,4

1. Laboratorium

Darah Lengkap

Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.

LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

Tes Kehamilan

Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil

positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus

spontan atau kehamilan ektopik).

2. Ultrasonografi

USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.

Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5

- 6 minggu).

Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat

digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel.

23

Page 24: presentasi kasus abortus

II.8. Diagnosis Banding

KET : nyeri lebih hebat dibandingkan abortus.

Mola Hidatidosa : uterus biasanya lebih besar daripada lamanya anmenore dan

muntah lebih sering.

Kehamilan dengan kelainan serviks seperti karsinoma servisi uteri, polipus uteri,

dsb.

II.9. Komplikasi 2

Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan

syok.

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan

jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila

pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2. Perforasi

Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus

dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan

teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari

luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus

pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena

perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih

atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus

segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil

tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.

3. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya

ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang

dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar

lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis.

24

Page 25: presentasi kasus abortus

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi

berat (syok endoseptik).

II.10. Prognosis

Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan

sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang

rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90%. Pada wanita kieguguran dengan

etiologi yang tidxak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80%.

Sekitar 77% angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada

kehamilan 5-6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

25

Page 26: presentasi kasus abortus

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Diagnosa Abortus Inkomplit ditegakan berdasarkan :

1.Anamnesis

Dalam teori dikatakan bahwa :

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas

Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).

Sudah ada keluar fetus atau jaringan

Pada pasien ini hamil 14 minggu, keluar darah dari vagina berwarna merah gelap dan

menggumpal, perdarahan cukup banyak. 2 minggu SMRS keluar flek-flek selama 3 hari

kemudian berhenti setelah itu keluar darah merah gelap yang menggumpal. Pasien mengatakan

mulas hilang timbul.

2.Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik abortus inkomplit didapatkan :

Inspeksi

Tampak keluarnya perdarahan aktif dari jalan lahir

Inspekulo

26

Page 27: presentasi kasus abortus

Tampak portio livide, tampak ostium uteri eksternum masih terbuka, darah (+), tampak

jaringan di OUE

Pemeriksaan dalam

Untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa

jaringan pada kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil dari

seharusnya

Pada pasien ini inspeksi didapatkan perdarahan aktif pervaginam, jaringan tidak terlihat. Pada

inspekulo terdapat perdarahan dari cavum uteri, portio livide, licin, OUE terbuka 1 cm. Pada pemeriksaan

dalam didapatkan OUE terbuka 1 cm.

3.Pemeriksaan Penunjang

Pada teori dikatakan perlunya pemeriskaan penunjang berupa :

Laboratorium

Darah Lengkap

-Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik.

-LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

Tes Kehamilan

Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara prediktif. Hasil

positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus

spontan atau kehamilan ektopik).

Ultrasonografi

USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu.

Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5

- 6 minggu).

Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan

untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel

27

Page 28: presentasi kasus abortus

Pada pasien didapatkan hemoglobin dan leukosit dalam batas normal, tes kehamilan

positif dan pada pemeriksaan USG didapatkan uterus retroefleksi, cavum uteri sedikit membesar,

intra kavum tampak massa hipo-hiperekhoik ukuran 4x3cm sesuai dengan gambaran sisa

konsepsi.

Etiologi abortus

Pada pasien ini bisa disingkirkan adanya etiologi ovofetal karena usia kehamilan pasien

sudah 14 minggu. Kemungkinan dari etiologi maternal, sebagian besar abortus spontan, termasuk

abortus inkompletus disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Pada pasien ini bisa disingkirkan

adanya kelainan uterus karena pada kehamilan sebelumnya normal, tidak ada penyakit hormonal,

tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak adanya pengaruh lingkungan seperti merokok.

Penatalaksanaan Abortus inkomplit

- Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, waspada akan terjadinya

syok, berikan cairan yang cukup dan bila perlu transfusi darah.

- Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat

dikeluarkan secara evakuasi manual dan kuretase, karena perdarahan tidak akan

berhenti bila sisa belum dikeluarkan

iii. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol

400 mg per oral untuk merangsang kontraksi.

iv. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan

kuretase

- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika prophilaksis

- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam

Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan:

- Observasi TV, perdarahan

- Observasi Tanda-tanda IIU

Th/evakuasi pendarahan

- Rencana kuretase

28

Page 29: presentasi kasus abortus

BAB IV

KESIMPULAN

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

kandungan. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Makin

tua umur, abortus makin sering terjadi. Etiologi abortus bermacam-macam, antara lain

faktor ovofetal , Faktor maternal : genetic, kelainan uterus, infeksi, Faktor hematologic,

Faktor hormonal, Faktor autoimun, Faktor lingkungan.

Abortus dapat dibagi atas dua golongan, Abortus Spontan dan abortus provokatus.

Abortus spontan terbagi atas : Abortus Imminens, Abortus Incipien, Abortus Kompletus,

Missed Abortion, Abortus Habitualis, Abortus Infeksious. Abortus Provakatus terbagi

lagi menjadi : Abortus Medisinalis, Abortus Kriminalis. Pemeriksaan penunjang yang

dapat dilakukan antara lain: Laboratorium, Ultrasonografi. Komplikasi yang berbahaya

pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. Prognosis keberhasilan

kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan sebelumnya..

29

Page 30: presentasi kasus abortus

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi

21. Jakarta: EGC, 2005.

2. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. Komplikasi akibat langsung kehamilan.

Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 1998;

hlm 209-45

3. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Wiknjosastro

H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi

Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2009; hlm459-91.

4. Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Bandung.Obstetri Patologi.Bandung: Elstar Offset; 1984; hlm 7-17, 38-

42.

5. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R,

Wardhani WI, Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid

pertama, Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.

6. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media

Aesculapius; 2007.

30