presentasi bab i.pptx

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Historis

Upload: slamet-prihatin

Post on 21-Jul-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengantar Historis

Pada tahun-tahun sebelumnya para linguis hampir tidak pernah menyebutnya. Sikap ini kemudian berubah ketika pada akhir tahun 1950-an , Chomsky menemukan titik pusat sintaksis. Namun sebagai seorang strukturalis, ia masih manganggap makna terlalu rumit untuk dipikirkan dengan sungguh-sungguh. Kemudian pada permulaan tahun 1960-an, Katz dan kawankawannya (Katz dan Fodor, 1963; Katz dan Postal, 1964; Katz, 1964) mulai menemukan cara memasukkan makna ke dalam teori linguistik yang formal dan tidak lama kemudian pragmatik mulai tercakup. Lakoff dan lain-lainnya berargumentasi (1971) bahwa sintaksis tidak dapat dipisahkan dari studi penggunaan bahasa. Sejak saat itu pragmatik masuk dalam peta linguistik dan merupakan tahap terakhir dalam gelombang-gelombang ekspansi linguistik, dari sebuah disiplin sempit yang mengurusi data fisik bahasa menjadi suatu disiplin yang luas yang meliputi bentuk, makna, dan konteks.

Selanjutnya muncul tokoh-tokoh: Firth, yang sejak dini telah menekankan pada studi makna yang situasional. Halliday, yang juga sudah memaparkan sebuah teori sosial yang komprehensif mengenai bahasa.

Jangkauan linguistik yang semakin luas menyebabkan berubahnya pandangan mengenai hakikat bahasa dan batasan linguistik. Para strukturalis Amerika yakin sekali bahwa linguistik merupakan suatu ilmu eksakta dan karena itu berusaha keras agar masalah makna dibuang dari bidang ini. Namun ketika Chomsky mulai menerima ketaksaan dan sinonim sebagai salah satu data linguistik yang dasar, ia telah membuka pintu bagi studi semantik. Kemudian murid-murid Chomsky dari aliran semantik generatif yang kurang puas, bertindak selangkah lebih maju dan menggunakan semantik sebagai dasar teoriteori linguistik mereka. Setelah semantik berhasil menduduki tempat yang sentral dalam bahasa, semakin tampak betapa sulitnya memisahkan makna dari konteksnya, karena makna itu berbeda dari konteks yang satu ke yang lain. Akibatnya adalah semantik masuk ke dalam pragmatik.

Kelompok semantik generatif ingin menentukan batasan paradigma dalam semantik dan pragmatik dalam arti yang luas. sedangkan Chomsky dan para linguis yang sependapat membuat batasan yang lebih sempit bahwa tata bahasa sebagai suatu hasil kemampuan mental harus berdiri terpisah dari suatu teori penggunaan dan fungsi bahasa. Teori ini oleh Chomsky disebut teori kompetensi dan bukan teori performansi. Teori ini mampu mempertahankan integritas linguistik dan menjauhkan dari pengaruh dan kontaminasi penggunaan bahasa dan konteks bahasa meskipun banyak ilmuan yang meragukan teori ini.

Akibat yang muncul: Sejak tahun 1970 tata bahasa generatif semakin kehilangan kedudukannya sebagai paradigma linguis yang paling terkemuka. Kemudian terdapat makin banyak linguis yang imaji dan inteleknya tertantang oleh ancangan-ancangan yang jangkauannya lebih luas dari pada yang dicakup oleh tata bahasa generative dan bersama-sama meraka berhasil meruntuhkan paradigma Chomsky. Sosiolinguistik telah menolak abstraksi Chomsky mengenai penutur/petutur asli yang ideal. Psikolinguistik yang menjelaskan kemampuan berbahasa pada manusia dengan menekankan pada model proses menolak pemikiran Chomsky yang memisahkan teori linguistik dari proses psikologis. Linguistik teks dan analisis wacana tidak dapat menerima sebuah teori linguistik yang membatasi diri pada tata bahasa kalimat. Demikian pula analisis percakapan menekankan bahwa dalam studi bahasa dimensi sosial merupakan dimensi yang utama. Pragmatik juga mulai menyelidiki makna dalam konteks penggunaan bahasa dan bukan makna sebagai suatu yang abstrak.

Secara kumulatif ancangan-ancangan ini mengakibatkan pergeseran dari kompetensi ke arah performansi. Banyak pandangan menganggap pergeseran ini sebagai sesuatu yang positif tapi yang tampak adalah bahwa kita tidak memiliki lagi suatu teori yang seragam mengenai hakikat bahasa.

Geoffrey Leech (penulis buku) berpendapat bahwa tata bahasa (sistem bahasa yang abstrak- formal) dan pragmatik (prinsipprinsip penggunaan bahasa) merupakan ranah yang saling melengkapi dalam linguistik. Kita tidak dapat memahami hakikat bahasa bila kita tidak mempelajari kedua ranah ini dan interaksi yang terjadi antara dua ranah itu.

Postulat-postulat paradigma formal-fungsional Geoffrey Leech sebagai berikut1) 2) Representasi semantik (bentuk logikal) suatu kalimat berbeda dengan interpretasi pragmatiknya. Semantik diatur oleh kaidah (=gramatikal); pragmatik umum dikendalikan oleh prinsip (=retoris). Kaidah-kaidah tata bahasa pada dasarnya bersifat konvensional; prinsip-prinsip pragmatik umum pada dasarnya bersifat nonkonvensional, dimotivasi oleh tujuan-tujuan percakapan. Pragmatik umum mengaitkan makna (arti grmatikal) suatu tuturan dengan daya pragmatik (daya ilokusi) tuturan tersebut. Padanan-padanan gramatikal ditunjukkan dengan kaidah-kaidah pemetaan (mapping); padanan-padanan pragmatik ditunjukkan dengan masalah-masalah dan pemecahan-pemecahannya. Corak utama penjelasan gramatikal bersifat formal; corak utama penjelasan pragmatik bersifat fungsional. Tata bahasa bersifat idesional (ideational); pragmatik bersifat interpersonal dan tekstual. Pada umumny tata bahasa dapat diperikan berdasarkan kategori-kategori diskret (discrete) dan pasti (determinate); pragmatik dapat diperikan berdasarkan nilainilai yang sinambung (continuous) dan tidak pasti (indeterminate).

3)

4)

5)

6)

7)8)

1.2 Semantik dan Pragmatik

Kedua bidang ini berurusan dengan makna, tetapi perbedaan di antara mereka terletak pada perbedaan penggunaan verba to mean (berarti): [1] What does X mean? (Apa artinya X?) [2] What did you mean by X? (Apa maksudmu dengan X?)

Dalam semantik, makna didefinisikan sematamata sebagai ciri-ciri ungkapan-ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur dan petuturnya. Sedangkan dalam pragmatik, makna diberi definisi dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. Selanjutnya Leech membuat definisi baru tentang pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations).

Selanjutnya muncul tiga pandangan yaitu semantisisme, komplementarisme, dan pragmatisme. Semantisisme mengacu pada mereka yang lebih banyak memasukkan studi makna ke dalam posisi semantik. Pragmatisisme adalah pandangan yang lebih banyak memasukkan studi makna dalam posisi pragmatik. Sedangkan komplementarisme adalah pandangan yang mendekati makna dari sudut pandang paduan semantik dengan pragmatik.

Prinsip Kerja Sama GricePrinsip ini membedakan empat jenis MAKSIM, yaitu: KUANTITAS: Berikan sejumlah informasi yang tepat, yaitu: Sumbangan informasi harus seinformatif yang dibutuhkan. Sumbangan informasi jangan melebihi yang dibutuhkan. KUALITAS: Usahakan agar sumbangan informasi yang diberikan benar, yaitu: Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar. Jangan mengatakan sesuatu yang bukti kebenarannya kurang meyakinkan. HUBUNGAN: Usahakan agar informasi ada relevansinya. CARA: Usahakan agar mudah dimengerti, yaitu:

Hindari pernyataan yang samar. Hindarilah ketaksaan. Usahakan agar ringkas (tidak panjang lebar dan bertele-tele). Usahakan berbicara dengan teratur.

Banyak kendala perilaku bahasa seperti yang digambarkan olek prinsip kerja sama (PK) Grice. Dan menurut Grice, maksim hanyalah satu manifetasi khusus dari prinsip. Selanjutnya tidak dapat dipungkiri bahwa melalui prinsip-prinsip dan maksim-maksim, nilai-nilai komunikasi, seperti kejujuran, kebenaran mulai masuk ke dalam studi bahasa. Para linguis lazimnya menghindari membicarakan nilainilai tersebut karena mengurangi objektivitas, namun selama nilai-nilai tersebut secara empiris berlaku dalam masyarakat, maka stidak ada alasan menyisihkannya dari kajian bahasa.

Secara sederhana perbedaan semantik/pragmatik sebagai suatu kasus khusus yang dapat dimasukkan dalam perbedaan antara langue dengan parole Saussure (1959 [1916]: 1-3), Atau dalam perbedaan yang dibuat Chomsky antara kompetensi (competence) dengan performansi (performance) (1965:3-9).

PRAGMATIK UMUM

Pragmatik umum dibatasi pada kajian komunikasi linguistik yang berkenaan dengan percakapan dan model pragmatik retoris Pembatasan bidang pragmatik ini menunjukkan perbedaan tersirat antara semantik (sebagai bagian dari tata bahasa) dengan pragmatik umum (sebagai bagian dari penggunaan tata bahasa).

Sistem tatabahasa dibagi menjadi tiga bagian:1. Semantik 2. Sintaksis 3. Fonologi

Tataran-tataran ini dapat dianggap sebagai tiga sistem pengkodean yang berurutan yang mengubah makna (sense) menjadi bunyi bila menyampaikan pesan (produksi) dan yang mengubah bunyi menjadi makna bila memahami suatu pesan (interpretasi) Tata bahasa berinteraksi dengan pragmatik melalui semantik. Fonologi berhubungan dengan pragmatik ketika menggunakan nada kalimat untuk menunjukkan sopan santun.

Aspek-aspek Situasi Ujar:1. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa). Dikenal dengan istilah penutur dengan petutur. 2. Konteks sebuah tuturan 3. Tujuan sebuah tuturan 4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak verbal 5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Pragmatik digambarkan sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan, Semantik digambarkan sebagai ilmu yang mengkaji makna kalimat

Komunikasi yang beroreantasi pada tuturan, meneliti sebuah makna tuturan merupakan usaha untuk merekontruksikan tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia memroduksi tuturannya. makna sebuah tuturan disebut daya ilokusi tuturan

RETORIK

PENGERTIAN RETORIK SECARA UMUM: Pemakaian bahasa secara efektif di dalam komunikasi. Seni ketrampilan menggunakan bahasa untuk tujuan tertentu (tradisi historis tertentu)

PENGERTIAN RETORIK (PRAGMATIK) Dalam konteks pragmatik istilah retorik diartikan sebagai situasi ujar yang beroreantasi tujuan, dan di dalam situasi tersebut penutur memakai bahasa dengan tujuan menghasilkan suatu efek tertentu pada pikiran petutur.

Retorik dibedakan menjadi dua jenis (menurut Halliday):1. Retorik interpersonal 2. Retorik tekstual Masing-masing retorik tersebut terdiri dari seperangkat prinsip-prinsip, prinsip-prinsip tersebut terdiri dari maksim-maksim, dan maksim-maksim terdiri dari submaksimsubmaksim.

Daya retorik adalah makna sebuah tuturan dilihat dari ketaatan penutur pada prinsipprinsip retorik (misalnya, sejauh mana penutur mengatakan yang benar, berbicara dengan sopan, atau bernada ironis)

Daya ilokusi dan daya retorik bersama-sama membentuk daya pragmatik.

Daya mencakup makna dan (secara pragmatis) daya dapat diturunkan dari makna

PERBEDAAN ANTARA MAKNA DAN DAYAMakna (sense) Makna ditentukan secara semantis

Daya (force) Makna ditentukan secara semantis dan pragmatis

TERIMA KASIH