preparasi dan karakterisasi limbah …digilib.unila.ac.id/22128/19/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PREPARASI DAN KARAKTERISASI LIMBAH BIOMATERIAL
CANGKANG KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck) DARI
DAERAH PERINGSEWU SEBAGAI BAHAN DASAR BIOKERAMIK
(Skripsi)
Laras Pancawati
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
i
ABSTRACT
PREPARATION AND CHARACTERIZATION OF SNAIL SHELL
(Pomacea canaliculata Lamarck) BIOMATERIAL WASTE FROM
PRINGSEWU AS BASIC MATERIAL OF BIOCERAMIC
By
LARAS PANCAWATI
Snails shell (Pomacea canaliculata Lamarck) known to contain lots of calcium
carbonate (CaCO3) which can be used as source of manufacture bioceramic, that
is by synthesizing CaCO3 became CaO at high temperature. Snails shell washed,
dried, crushed, and then calcination in air at 500 ˚C, 800 ˚C and 1000 ˚C for 3
hours and calcium carbonate (CaCO3) commercial used for comparison. Then
characterization Differential Thermal Analysis / Thermogravimetric Analysis
(DTA/TGA) to explain the effect of calcinations temperature, crystalline phase
formed detected by analyzed X-Ray Difraction (XRD), then functional groups by
analyzed Fourier Transform Infra Red (FTIR) and Scanning Electron Microscopy
(SEM) to observed their surface morphology and chemical compositions. Effect
calcination can be causes decomposition of CaCO3 into CaO, that showed at
analyzed XRD for calcined sampel above 800 ˚C appears phase CaO and
Ca(OH)2. EDX results showed that the largest content in snail shell is Ca and
CaO.
Keywords: Snails (Pomacea canaliculata Lamarck), calcination, calcium
carbonate (CaCO3) commercial, calcium oxide.
ii
ABSTRAK
PREPARASI DAN KARAKTERISASI LIMBAH BIOMATERIAL
CANGKANG KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck) DARI
DAERAH PRINGSEWU SEBAGAI BAHAN DASAR BIOKERAMIK
Oleh
Laras Pancawati
Cangkang keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diketahui banyak
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat digunakan sebagai sumber
pembuatan biokeramik, yaitu dengan cara mensintesis CaCO3 menjadi CaO pada
suhu tinggi. Cangkang keong mas dicuci, dikeringkan, digerus, lalu dikalsinasi
dalam furnace pada suhu 500 ˚C, 800 ˚C dan 1000 ˚C selama 3 jam dan kalsium
karbonat (CaCO3) komersil digunakan sebagai sampel pembanding. Kemudian
dilakukan karakterisasi Different Thermal Analysis/ Thermogravimetric Analysis
(DTA/TGA) untuk mengetahui perlakuan termal terhadap sampel, X-Ray
Difraction (XRD) untuk mengetahui fasa yang terbentuk, Fourier Transform Infra
Red (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi dan Scanning Electron Microscopy
(SEM) untuk mengetahui morfologi permukaan dan kandungan kimia pada
sampel. Proses kalsinasi menyebabkan dekomposisi CaCO3 menjadi CaO, seperti
hasil XRD yang menunjukkan setelah kalsinasi diatas suhu 800 ˚C muncul fasa
CaO dan Ca(OH)2. Hasil EDX menunjukkan bahwa kandungan terbesar pada
cangkang adalah Ca dan CaO.
Kata kunci : Keong mas (Pomacea canaliculata L), kalsinasi, kalsium karbonat
(CaCO3) komersil, kalsium oksida.
iii
PREPARASI DAN KARAKTERISASI LIMBAH BIOMATERIAL
CANGKANG KEONG MAS (Pomacea canaliculata Lamarck) DARI
DAERAH PERINGSEWU SEBAGAI BAHAN DASAR BIOKERAMIK
Oleh
Laras Pancawati
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
pada
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Laras Pancawati, dilahirkan di Pajaresuk -
Pringsewu pada tanggal 22 Desember 1992 dari pasangan berbahagia Bapak
Supirin dan Ibu Tursiyem sebagai anak ke lima dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Budi Utama pada
tahun 1999, pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Pajaresuk pada tahun 2005,
kemudian pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu
pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pringsewu pada
tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di
Universitas Lampung, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam melalui jalur PMPAP.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Fisika
Universitas Lampung, Penulis pernah menjadi asisten Praktikum Fisika Dasar I,
Praktikum Komposit, Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
Balai UPT. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tanjung Bintang –
Lampung Selatan pada tahun 2014 dan menyelesaikan penelitian skripsi di
jurusan Fisika FMIPA Unila dengan judul “PREPARASI DAN
KARAKTERISASI LIMBAH BIOMATERIAL CANGKANG KEONG MAS
(Pomacea canaliculata Lamarck) DARI DAERAH PRINGSEWU SEBAGAI
BAHAN DASAR BIOKERAMIK”.
viii
MOTO
“ Allaahumma Laa Sahla Illaa Maa Ja‟altahu Sahlaa Wa Anta Taj‟alul
Hazna Idza Syi‟ta Sahlaa (Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang
Engkau jadikan mudah. Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan
menjadikan kesusahan menjadi kemudahan) ”
(HR. Ibnu Hibban)
„„ Memulai dengan penuh keyakinan, Menjalankan dengan penuh keikhlasan,
Menyelesaikan dengan penuh kebahagian‟‟
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini kepada:
“Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya dalam proses penyelesaian skripsi ini”
“Kedua orang tua ku yang senantiasa memberikan semangat dikala padam,
memberikan harapan dikala semangat berkurang, dan mendoakan bagi kelancaran,
kesuksesan dan keberhasilan anaknya”
“Keempat kakakku, Mery Susanti, Lia Fitriani, Etikasari dan Aris Savitri yang
memberikan dukungan dan doa bagi terselesaikannya skripsi ini”
“Teman-teman kuliah, dan partner satu team penelitian
yang selalu menemani ketika susah dan memberikan semangat serta bantuan
terbaik yang dapat dilakukannya”
“Almamater Tercinta”
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua serta selalu memberikan
kesempurnaan akal fikiran kepada hamba-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “PREPARASI DAN
KARAKTERISASI LIMBAH BIOMATERIAL CANGKANG KEONG MAS
(Pomacea canaliculata Lamarck) DARI DAERAH PRINGSEWU SEBAGAI
BAHAN DASAR BIOKERAMIK”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah
sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelas S1 dan melatih
mahasiswa untuk berpikir kreatif dalam menulis karya ilmiah.
Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik pembaca guna
perbaikan pada masa mendatang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam pengambilan data dan penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, April 2016
Laras Pancawati
xi
SANWACANA
Penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang tulus
membantu, membimbing dan mendoakan. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas kehendak dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Orang tua dan keluarga atas dukungan, doa serta semangat yang diberikan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Dwi Asmi, M.Si., Ph.D sebagai pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang tulus mengajari dan membantu penulis dalam
penelitian, membimbing dan memberikan pemahaman.
4. Bapak Drs. Pulung Karo Karo, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan koreksi dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dr. Yanti Yulianti, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA Unila.
6. Bapak Mujiman selaku staf dekanat yang telah membantu proses bimbingan
skripsi.
7. Para dosen jurusan Fisika FMIPA Unila yang telah memberikan ilmunya.
8. Teman satu tim penelitian Ayu Sevtia Anggraini, Desty Wulan Neniati dan
Ulil Ulfah, terimakasih atas kerjasama, dan bantuannya selama penelitian,
banyak hal yang sudah kita lalui bersama.
xii
9. Teman-teman Fisika Umi Rohmah, Dewi Sartika Ramadhoni, Nindy Elita M,
Dita Rahmayanti, Shella Windy O, Ratna Huzaufah, Sammi Rizky Taufik,
Siti Wahyuni dan teman-teman lainnya, terimakasih untuk kebersamaan dan
semangat serta dukungannya selama ini.
10. Kakak tingkat mbak Irene Lucky O, mbak Jayanti, serta semua pihak yang
terlibat dalam penyelesaian skripsi atas bantuan dan doa yang diberikan.
Semoga atas segala bantuan, doa, motivasi, dan dukungan menjadi yang terbaik
untuk penulis. Penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.
Bandar Lampung, April 2016
Penulis
Laras Pancawati
xiii
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRACT ......................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii
MOTTO ............................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
SANWACANA .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ....................................... 7
2.2 Penelitian Terkait Tentang Pemanfaatan Keong Mas ............................. 11
2.3 Kalsium Karbonat (CaCO3) .................................................................... 14
2.4 Biomaterial .............................................................................................. 16
2.5 Biokeramik .............................................................................................. 16
2.6 Kalsinasi .................................................................................................. 17
2.7 Differential Thermal Analysis /
Thermogravimetry Analysis (DTA/TGA) ............................................... 17
2.8 Fourier Transform InfraRed (FTIR) ....................................................... 18
2.9 X-Ray Diffraction (XRD) ........................................................................ 19
2.10 Scanning Electron Microscopy (SEM) ................................................... 21
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 24
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 24
3.3 Prosedur Penelitian .................................................................................. 24
1. Preparasi Bahan Dasar ........................................................................ 25
2. Pengeringan Cangkang Keong mas .................................................... 25
3. Pencucian Cangkang Keong mas dengan Larutan H2SO4 .................. 25
4. Penghalusan Cangkang Keong mas .................................................... 26
5. Kalsinasi .............................................................................................. 26
6. Karakterisasi ....................................................................................... 27
3.4 Diagram Alir ............................................................................................ 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Preparasi Cangkang Keong mas ..................................................... 32
4.2 Hasil Karakterisasi Sampel ...................................................................... 33
1. Differential Thermal Analysis /
Thermogravimetric Analysis (DTA/TGA) ......................................... 33
2. X-Ray Difraction (XRD) .................................................................... 37
3. Fourier Transform InfraRed (FTIR) .................................................. 45
4. Scanning Electron Microscopy (SEM) .............................................. 56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 66
5.2 Saran ........................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) .......................................... 8
2. Morfologi keong mas ................................................................................ 10
3. Kalsium karbonat ...................................................................................... 15
4. Hamburan sinar-X oleh elektron-elektron di dalam
atom suatu material ................................................................................... 20
5. Skema alat SEM ........................................................................................ 22
6. Diagram alir penelitian .............................................................................. 30
7. Hasil preparasi cangkang cangkang keong mas
(a) sebelum dibersihkan, (b) setelah dibersihkan
dengan larutan H2SO4 ................................................................................ 32
8. Hasil kalsinasi cangkang keong mas (a) Serbuk
cangkang keong mas sebelum kalsinasi, (b) Setelah
kalsinasi suhu 500 ˚C, (c) Setelah kalsinasi 800 ˚C,
dan (d) Setelah kalsinasi 1000 ˚C .............................................................. 33
9. Grafik DTA serbuk cangkang keong mas ................................................. 34
10. Grafik TGA serbuk cangkang keong mas ................................................. 34
11. Grafik DTA/TGA cangkang keong mas ................................................... 35
12. Grafik DTA kalsium karbonat komersil .................................................... 35
13. Grafik TGA kalsium karbonat komersil .................................................... 36
14. Grafik DTA/ TGA kalsium karbonat komersil ......................................... 37
15. Grafik XRD cangkang keong mas sebelum kalsinasi ............................... 38
xvi
16. Grafik XRD cangkang keong mas kalsinasi suhu 500 ˚C ......................... 39
17. Grafik XRD cangkang keong mas kalsinasi suhu 800 ˚C ......................... 40
18. Grafik XRD cangkang keong mas kalsinasi suhu 1000 ˚C ....................... 40
19. Grafik XRD secara keseluruhan (a) Sebelum kalsinasi,
(b) kalsinasi 500 ˚C, (c) kalsinasi 800 ˚C, (d) kalsinasi 1000 ˚C .............. 41
20. Grafik XRD CaCO3 komersil sebelum kalsinasi ...................................... 42
21. Grafik XRD CaCO3 komersil kalsinasi suhu 500 ˚C ................................ 43
22. Grafik XRD CaCO3 komersil kalsinasi suhu 800 ˚C ................................ 43
23. Grafik XRD CaCO3 komersil kalsinasi suhu 1000 ˚C .............................. 44
24. Grafik XRD CaCO3 komersil secara keseluruhan
(a) Sebelum kalsinasi, (b) kalsinasi 500 ˚C,
(c) kalsinasi 800 ˚C, dan (d) kalsinasi 1000 ˚C ......................................... 45
25. Grafik FTIR cangkang keong mas sebelum kalsinasi ............................... 45
26. Grafik FTIR cangkang keong mas kalsinasi suhu 500 ˚C ......................... 47
27. Grafik FTIR cangkang keong mas kalsinasi suhu 800 ˚C......................... 48
28. Grafik FTIR cangkang keong mas kalsinasi suhu 1000 ˚C....................... 49
29. Grafik FTIR secara keseluruhan cangkang keong mas
(a) Sebelum kalsinasi, (b) kalsinasi 500 ˚C, (c) kalsinasi
800 ˚C, dan (d) kalsinasi 1000 ˚C ............................................................. 50
30. Grafik FTIR CaCO3 komersil sebelum kalsinasi ...................................... 51
31. Grafik FTIR CaCO3 komersil kalsinasi suhu 500 ˚C ................................ 52
32. Grafik FTIR CaCO3 komersil kalsinasi suhu 800 ˚C ................................ 52
33. Grafik FTIR CaCO3 komersil kalsinasi suhu 1000 ˚C .............................. 53
34. Grafik FTIR CaCO3 secara keseluruhan (a) Sebelum
kalsinasi, (b) kalsinasi 500 ˚C, (c) kalsinasi 800 ˚C,
(d) kalsinasi 1000 ˚C ................................................................................. 54
35. Hasil SEM cangkang keong mas (a) Sebelum
kalsinasi, (b) kalsinasi 500 ˚C, (c) kalsinasi 800 ˚C
dan (d) kalsinasi 1000 ˚C .......................................................................... 55
xvii
36. Grafik EDX untuk cangkang keong mas sebelum kalsinasi ..................... 57
37. Grafik EDX cangkang keong mas kalsinasi suhu 500 ˚C ......................... 57
38. Grafik EDX cangkang keong mas kalsinasi suhu 800 ˚C ......................... 58
39. Grafik EDX cangkang keong mas kalsinasi suhu 1000 ˚C ....................... 59
40. Hasil SEM CaCO3 komersil (a) Sebelum kalsinasi,
(b) kalsinasi 500 ˚C, (c) kalsinasi 800 ˚C dan
(d) kalsinasi 1000 ˚C ................................................................................. 60
41. Grafik EDX CaCO3 komersil sebelum kalsinasi ....................................... 61
42. Grafik EDX CaCO3 komersil kalsinasi suhu 500 ˚C ................................ 62
43. Grafik EDX CaCO3 komersil kalsinasi suhu 800 ˚C ................................ 63
44. Grafik EDX CaCO3 komersil kalsinasi suhu 1000 ˚C .............................. 64
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi
Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus dan
terdiri dari sembilan wilayah Kecamatan. Total luas wilayah Kabupaten
Pringsewu adalah seluas 625 km2 atau 62,500 Ha. Di wilayah tersebut terdapat
penggunaan lahan yang beraneka ragam yaitu meliputi penggunaan lahan non
pertanian, lahan sawah, lahan kering, perkebunan, hutan dan lainnya. Salah satu
contoh penggunaan lahan sawah yang ada di Kecamatan Pringsewu pada tahun
2013 yaitu sebesar 13.528 Ha. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten
Pringsewu sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Hal tersebut
berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013,
yakni struktur perekonomian Kabupaten Pringsewu didominasi oleh sektor
pertanian dengan komoditas yang dominan adalah padi sawah dan jagung. Pada
tahun 2013, Kecamatan Pringsewu saja mampu memproduksi padi sebesar 15.186
kwintal dengan luas area panen 2761 Ha (BPS, 2014).
Permasalahan yang sering dijumpai pada proses produksi padi adalah gagal
panen. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya
populasi hewan keong mas atau dikenal dengan nama siput sawah yang memiliki
2
nama latin Pomacea canaliculata Lamarck. Perkembangan populasi ini tergolong
tinggi, karena seekor induk keong yang berumur 6 bulan mampu bertelur sampai
1.000 butir (Riyanto, 2003). Keong mas merupakan moluska yang ditetapkan
sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) atau hama utama pada tanaman
padi di sawah. Organisme ini berpotensi sebagai hama utama karena sawah
merupakan habitat yang cocok bagi perkembangannya, sehingga mampu merusak
tanaman padi dalam waktu yang cepat (Suharto dan Kurniawati, 2009).
Keong mas termasuk kedalam jenis siput anggota filum moluska yang hidup
di darat. Filum moluska adalah hewan berbadan lunak yang terlindungi oleh suatu
cangkang keras berwarna keemasan yang mengandung kalsium karbonat
(Campbell et al, 2000). Keong mas mempunyai bentuk morfologi yaitu cangkang
berwarna kuning keemasan hingga coklat transparan serta lebih tipis dibandingkan
dengan jenis keong lainnya (Riyanto, 2003). Pambudi (2011) juga melakukan
penelitian untuk mengetahui karakteristik dari keong mas dengan beberapa
metode pengolahan, kemudian diperoleh hasil karakteristik keong mas, yaitu
bagian daging berwarna krem kecoklatan dan teksturnya kenyal, sedangkan
bagian jeroan ada yang berwarna hitam dengan bintik-bintik putih, coklat dan
merah muda. Cangkang keong mas berwarna coklat gelap dengan pola garis-garis
hitam.
Pomacea canaliculata Lamarck juga dikenal dengan nama Golden apple snail
(GAS) yang merupakan jenis keong dengan bentuk cangkang yang berbeda. Di
Pilipina telah dilakukan analisa perbedaan bentuk cangkang berdasarkan jenis
kelamin mereka. Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa perbedaan utama
3
pada pembentukan cangkang terlihat pada puncak aperture dan operculum.
Kondisi geografi dan faktor ekologi seperti makanan dan aliran air juga dapat
mempengaruhi pembentukan cangkang itu sendiri (Torres et al, 2013). Dapar et al
(2014) juga menyatakan bahwa ada banyak faktor yang diduga dapat
mempengaruhi pembentukan cangkang seperti jenis habitat dan pengaruh
lingkungan sekitar.
Keong mas mempunyai nilai gizi cukup tinggi yaitu mengandung kalori
sebanyak 64 kkal, protein 12 gr, karbohidrat 2 gr, lemak 1 gr (Budiyono, 2006).
Cangkang keong mas sendiri mengandung protein sebanyak 2,94 %, lemak 0,12
%, kalsium 29,35 % dan fosfor 0,19 % (Liptan, 2001).) Menurut Pambudi (2011)
komponen penyusun cangkang keong mas adalah kalsium karbonat. Hal tersebut
diperoleh dari nilai rendemen cangkang keong mas yakni sebesar 53,1 %. Abu
cangkang keong mas yang dihasilkan dari proses pembakaran pada suhu 800 oC
diketahui mengandung oksida logam, yaitu berupa CaO 61,95 %, SiO2 10,20 %,
Fe2O3 3,15 %, MgO 0,18 %, Al2O3 4,81 %, SO3 0,03 %, K2O 0,05 %, Na2O 0,04
%, P2O5 0,01 %, MnO3 0,01 % dan TiO2 0,01 % (Etuk et al, 2012).
Udomkan dan Limsuwan (2008) melakukan analisa XRD, EDX, SEM dan
FTIR untuk mengkarakterisasi serbuk cangkang Pomacea canaliculata Lamarck
pada suhu pemanasan 300 oC, 400
oC, 450
oC dan 500
oC selama 2 jam. Hasil
analisa XRD menunjukkan bahwa pola difraksi pada suhu pemanasan lebih dari
400 oC terjadi perubahan fasa dari aragonit menjadi kalsit. Pada suhu pemanasan
500 oC hanya terbentuk fasa kalsit murni, ditandai dengan perubahan fasa yang
sudah lengkap. Untuk hasil EDX diperoleh berat rata-rata komposisi kimia pada
4
sampel keong mas adalah CaCO3 92,68 %, MgO 1,68 %, Al2O3 1,04 % dan SiO2
4,29 %. Kemudian hasil analisa SEM menunjukkan pada permukaan luar dan
dalam, terlihat beberapa kekosongan. Ukuran butir naik dari permukaan dalam ke
permukaan luar. Selanjutnya hasil analisa FTIR yakni diantara suhu 300 oC –500
oC intensitas relatif dari pita absorpsi CO3
2- menurun dan intensitas pita absorpsi
OH- meningkat.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, keong mas
ternyata memiliki banyak manfaat dan dapat diaplikasikan. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Dewi Sasmita (2011) yaitu menggunakan bahan dasar
cangkang keong mas sebagai sumber kalsium dan diammonium hidrogen fosfat
sebagai sumber fosfat untuk disintesisis menjadi hidroksiapatit menggunakan
metode hidrotermal. Prastyo dkk (2011) dan Birla et al (2012) menjadikan keong
mas sebagai katalis padat pada proses transesterifikasi minyak untuk mendapatkan
biodesel dengan cara mengkonversi CaCO3 menjadi CaO, dan suhu kalsinasi 900
oC selama waktu tahan 2 dan 3,5 jam.
Percobaan Atika dkk (2013) yaitu cangkang keong mas digunakan sebagai
pengawet buah sehingga dapat melapisi produk yang diawetkan. dengan
memanfaatkan potensi zat kitin yang terdapat pada cangkang. Kemudian Islami,
dkk (2014) melakukan penelitian untuk mengetahui potensi abu dari cangkang
keong mas sebagai adsorben pada larutan logam tembaga (Cu).
Sujita (2014) menggunakan kandungan CaCO3 dari serbuk cangkang keong
mas sebagai energizer pada proses pack carburizing baja karbon rendah, dengan
perlakuan panas yaitu pada suhu 950 oC selama waktu penahanan 2, 4 dan 6 jam.
5
Dengan demikian, maka dilakukanlah penelitian ini guna memanfaatkan
kandungan kalsium karbonat (CaCO3) yang terdapat pada cangkang keong mas
sebagai bahan dasar biokeramik.
1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana cara mempreparasi kalsium karbonat dari limbah cangkang
keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)?.
2. Bagaimana pengaruh suhu kalsinasi terhadap karakteristik limbah
biomaterial cangkang keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck)?.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bahan yang digunakan adalah limbah biomaterial cangkang keong mas
(Pomacea canaliculata Lamarck) yang berasal dari daerah Pringsewu.
2. Pembakaran atau kalsinasi yang dilakukan pada suhu 500 oC, 800
oC, dan
1000 oC.
3. Karakterisasi bahan yang digunakan meliputi XRD, DTA/TGA, SEM-
EDX, dan FTIR.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan penelitian ini, yaitu :
1. Mempreparasi limbah biomaterial cangkang keong mas (Pomacea
canaliculata Lamarck) yang berasal dari daerah Pringsewu.
2. Mengetahui pengaruh suhu kalsinasi terhadap karakteristik bahan dengan
uji DTA/TGA, XRD, FTIR, SEM-EDX.
6
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Memberikan informasi tentang pengaruh suhu kalsinasi dan kelayakan
bahan kalsium karbonat dari limbah cangkang keong mas (Pomacea
canaliculata Lamarck) untuk dijadikan sebagai bahan dasar biokeramik.
2. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai cara
penanganan hama keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) untuk
meningkatkan nilai ekonomis.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab II menjelaskan tentang beberapa konsep dasar teori yang mendukung
topik penelitian. Pembahasan dimulai dengan penjelasan mengenai keong mas
(Pomacea canaliculata Lamarck), penelitian terkait pemanfaatan keong mas,
kalsium karbonat, biomaterial, biokeramik, kalsinasi, dan karakterisasi material
(DTA/TGA, FTIR, XRD, dan SEM-EDX).
2.1 Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)
Keong mas merupakan siput yang hidup di habitat air tawar Amerika Selatan.
Keong mas mulai dikenal di Indonesia tahun 1986. Perkembangan populasi ini
tergolong tinggi, karena seekor induk keong yang berumur 6 bulan mampu
bertelur sampai 1.000 butir. Keong mas termasuk kedalam klasifikasi filum
moluska dan kelas gastropoda. Bentuk cangkang keong mas hampir mirip dengan
siput sawah yang disebut gondang, bedanya cangkang keong mas berwarna
kuning keemasan hingga cokelat transparan serta lebih tipis dengan diameter
cangkang 4-5 cm dan tinggi lebih dari 10 cm. Keong mas menyukai perairan
jernih yang banyak tumbuhan airnya dan sangat menyukai tempat yang berlumpur
(Riyanto, 2003).
8
Keong mas (Pomacea canaliculata L) adalah siput air tawar yang
diintroduksi ke Indonesia sebagai hewan hias. Sejak awal introduksi, ada dua
pendapat yang bertentangan perihal keong tersebut. Satu pihak mendukung
introduksi keong mas dan membiakkannya sebagai komoditas ekspor, sedangkan
pihak lain mengkhawatirkan keong mas akan menjadi hama tanaman (Suharto
dan Kurniawati, 2009). Sebagian dari keong mas yang lepas ke sawah
berkembang biak dengan cepat. Habitat sawah sangat cocok bagi perkembangan
keong mas dan populasinya meningkat dalam waktu yang relatif cepat, sehingga
cepat pula merusak tanaman padi. Oleh karena itu, keong mas telah berubah status
dari hewan peliharaan menjadi hama padi. Luas areal pertanaman padi yang
dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari 22.000 ha.
Klasifikasi keong mas (Pomacea canaliculata L) menurut Cazzaniga, 2002
Filum : Molussca
Kelas : Gastropoda
Subkelas : Prosobranchiata
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullariidae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata
Gambar 1. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck).
9
Keong mas termasuk kedalam filum moluska yaitu hewan berbadan lunak
yang terlindungi oleh suatu cangkang keras berwarna keemasan yang
mengandung kalsium karbonat (Campbell et al, 2000). Pambudi (2011) juga
menjelaskan bahwa komponen penyusun cangkang keong mas adalah kalsium
karbonat (CaCO3) setelah dilakukan penelitian dengan beberapa cara pengolahan.
Cangkang moluska terdiri dari lapisan luar yang bercabang, kaya protein, dimana
untuk melindungi dua lapisan bawah yang kaya kalsium dari erosi. Lapisan tengah
terdiri dari kristal yang terbungkus rapat yaitu kalsium karbonat (Raven dan
Johnson, 2001).
Menurut beberapa hasil penelitian yaitu Etuk et al (2012) melakukan analisis
kimia untuk mengetahui komposisi kimia dalam abu cangkang keong mas setelah
dipanaskan pada suhu 800oC selama 4 jam. Penambahan abu cangkang sebagai
campuran pada setting time dan kuat tekan dari pasta semen dan mortar bervariasi
dari 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 30%. Hasilnya menunjukkan kuat tekan
maksimal terjadi pada penambahan abu cangkang siput (SSA) sebesar 20 %
dengan komposisi kimia terdiri dari CaO 61,95 %, SiO2 10,20 %, Fe2O3 3,15 %,
MgO 0,18 %, Al2O3 4,81 %, SO3 0,03 %, K2O 0,05 %, Na2O 0,04 %, P2O5 0,01 %,
MnO3 0,01 % dan TiO2 0,01 %.
Udomkan dan Limsuwan (2008) melakukan analisa EDX pada serbuk
cangkang keong mas dan diketahui bahwa komposisi kimia keong mas adalah
sebagai berikut CaCO3 92,68 %, MgO 1,68 %, Al2O3 1,04 % dan SiO2 4,29 %.
Selain itu, cangkang keong mas juga mengandung protein, lemak, kalsium dan
fosfor (Liptan, 2001).
10
Penelitian yang dilakukan Liantira dkk (2015) yakni menganalisis dan
membandingkan kadar logam berat tembaga (Cu) dalam Pomacea canaliculata
yang berasal dari empat lokasi berbeda, yang diduga tercemar di Makassar.
Perbandingan kandungan logam berat tembaga (Cu) dilakukan dengan metode
destruksi kering dan pembacaan absorbansi sampel menggunakan Spektofotometri
Serapan Atom (AAS). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam tembaga
(Cu) yang tertinggi ke terendah pada sampel sebagai berikut: 1) lokasi tempat
pembuangan sampah domestik (71,310 ± 0,505 mg/kg), 2) saluran irigasi (26,612
± 0,256 mg/kg), 3) pusat pembuangan limbah RPH (10,705 ± 0,166 mg/kg), dan
4) lokasi persawahan sekitar RPH (7,140 ± 0,077 mg/kg).
Gambar 2. Morfologi keong mas (Raven dan Johnson, 2001).
Gambar diatas memperlihatkan bentuk tubuh dari moluska yakni memiliki
simetri bilateral. Sistem pencernaan (ekskresi), organ reproduksi terjadi di massa
viseral dan otot kaki sebagai penggerak. Mereka juga memiliki kepala yang
berbeda di ujung depan. Biasanya terdapat dua lengkungan dan rongga (cavity)
tertutup pada punggung dan massa viseral, lengkungan ini merupakan mantel.
Pada beberapa moluska rongga mantel digunakan sebagai paru-paru dan terdapat
insang (gill). Insang adalah bagian khusus dari mantel yang biasanya terdiri dari
11
sistem proyeksi filamen kaya akan pembuluh darah. Radula berfungsi sebagai
mulut.
2.2 Penelitian Terkait Tentang Pemanfaatan Keong mas
Keong mas memiliki banyak manfaat dan dapat diaplikasikan dalam berbagai
bidang seperti penelitian-penelitian yang telah banyak dilakukan sebelumnya.
Percobaan Firdus dan Muchlisin (2005) memanfaatkan keong mas sebagai pakan
dalam budidaya ikan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina). Dari hasil percobaan
tersebut dapat dikatakan keong mas mempunyai potensi untuk dijadikan pakan
alternative karena memberikan angka pertumbuhan yang tidak berbeda nyata
dengan pakan ikan rucah yang selama ini digunakan.
Purnamaningsih (2010) melakukan pemberian pakan tepung keong mas pada
ransum karena mengandung sumber nutrisi, sehingga dapat meningkatkan laju
pertumbuhan produksi telur itik. Ransum terdiri dari jagung kuning, bekatul,
tepung ikan, bungkil kedelai, premix, grit, minyak nabati dan tepung keong mas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat telur berkisar antara 59,08 - 63,34
g/butir, sehingga dapat disimpulkan penambahan tepung keong mas dalam ransum
sampai taraf 9 % ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas telur itik.
Kemudian Ginting (2011) juga memberikan tepung keong mas pada ransum
sebagai pakan kelinci lokal jantan sehingga diperoleh pertambahan bobot badan
kelinci lokal. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan Non Faktorial yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 pengulangan. Dari hasil
12
penelitian diperoleh pertambahan bobot badan kelinci local sebesar 7.78
gr/ekor/hari.
Atika dkk (2013) memanfaatkan potensi zat kitin dan kitosan dari cangkang
keong mas sebagai pengawet buah. Pembuatan kitosan dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu persiapan sampel cangkang keong mas (Pomacea
canaliculata Lamarck), pengeringan, penghalusan dan penyaringan, pelarutan
sampel dengan NaOH 3,5 gr/ml, pencucian sampel dengan aquades dan pelarutan
dalam HCl, perendaman kitin didalam NaOH (20:1), pencucian kitin dengan
aquades dan pengeringan. Kemudian diperoleh kitosan berupa serbuk. Kitosan
dalam bentuk larutan diperoleh dengan pelarutan menggunakan asam cuka 1%
(kitosan cair). Hasil dari percobaan ini adalah diketahui bahwa kitosan dari
cangkang keong mas dapat memperpanjang masa simpan buah karena mempunyai
sifat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak dan sekaligus melapisi
produk yang diawetkan.
Dewi Sasmita (2011) melakukan sintesisis hidroksiapatit dari cangkang
keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) dengan metode hidrotermal.
Cangkang keong mas yang sudah dibersihkan dikalsinasi pada suhu 750 oC
selama 2 jam sehingga menjadi oksida cangkang keong mas, selanjutnya
dilakukan analisa Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) untuk mengetahui
kandungan logam. Hasil yang diperoleh dari analisa diatas yakni Ca 28,7 %, Mg
2,14 %, dan Fe 0,033 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan Ca
cangkang keong mas hasil penelitian mendekati seperti yang terdapat dalam
literatur yaitu sebesar 29,35 %.
13
Penelitian yang dilakukan oleh Prastyo dkk (2011) yaitu menggunakan katalis
padat dari cangkang keong mas pada proses transesterifikasi minyak untuk
produksi biodisel. Kalsinasi dilakukan pada suhu 900 oC selama waktu tahan 2
jam untuk mengkonversi CaCO3 menjadi CaO. Hasil analisa XRD cangkang
keong mas setelah kalsinasi tidak menunjukkan adanya unsur CaCO3, sehingga
semua CaCO3 sudah terkonversi menjadi CaO dan Ca(OH)2, dan konsentrasi CaO
dari cangkang keong mas adalah sebanyak 96,83 %.
Birla et al (2012) juga menggunakan keong mas sebagai katalis padat untuk
produksi biodisel dengan suhu kalsinasi 900 oC, tetapi pemakain waktu saat
proses kalsinasi adalah 3,5 jam. Hasil analisa XRD menunjukan bahwa CaCO3
memiliki struktur berbentuk ortorombik dan setelah kalsinasi, puncak difraksi
sebagian besar menghilang. Kemudian hasil analisa TGA menunjukkan bahwa
terjadi kehilangan berat sebesar 42,7 % pada kisaran suhu 754 – 880 oC. Dari
grafik DTA terlihat bahwa proses dekomposisi dimulai pada suhu 754 oC dan
pada suhu 880 oC proses tersebut telah lengkap, dimana CaCO3 terdekomposisi
menjadi CaO.
Pemanfaatan abu cangkang keong mas juga dilakukan oleh Kamalu et al (2012)
sebagai adsorben untuk pemutihan atau penghilangan warna minyak inti sawit
mentah. Cangkang keong mas diaktifkan sebagai adsorben berdasarkan variasi massa
cangkang keong mas aktif, suhu dan waktu kontak pemutihan. Cangkang keong mas
aktif memberikan penghilangan warna tertinggi pada minyak inti sawit mentah
dengan pengurangan warna 99,24 % pada suhu 200 °C dan waktu kontak 45 menit.
14
Islami dkk (2014) juga menggunakan abu dari cangkang keong mas sebagai
adsorben pada larutan logam tembaga (Cu). Abu cangkang keong mas diaktivasi
dengan Na2CO3 dan dianalisis menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (SSA)
pada panjang gelombang 324,7 nm. Penyerapan optimal terjadi pada adsorben abu
cangkang keong mas dengan konsentrasi larutan logam tembaga 50 ppm yang telah
ditambahkan aktivator Na2CO3 10 % selama 20 jam yaitu dengan daya serap 1,9997
mg/g dan efisiensi penyerapannya 99,9876 %. Abu cangkang keong mas juga
mengandung kalsium sebesar 65,96 % dan kadar CaO sebesar 92,29 %.
Sujita (2014) memanfaatkan kandungan CaCO3 dari serbuk cangkang keong
mas sebagai energizer pada proses pack carburizing baja karbon rendah, dengan
menggunakan pencampuran cangkang keong mas 5 %, 10 % dan 15 % dengan
suhu pemanasan 950 oC selama waktu penahanan 2, 4 dan 6 jam. Kemudian
dilakukan uji kekerasan Vickers dan diperoleh nilai kekerasan tertinggi rata-rata
pada penambahan serbuk cangkang sebesar 15 % diperoleh sebesar 262,26
kg/mm2 dan kekerasan material awal diperoleh sebesar 144,08 kg/mm
2.
2.3 Kalsium Karbonat (CaCO3)
Kalsium karbonat merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia CaCO3.
Kalsium karbonat merupakan komponen utama penyusun cangkang organisme
laut, siput, mutiara, dan kulit telur. Kalsium karbonat umumnya berwarna putih
terdiri dari beberapa unsur yaitu kalsium, karbon dan oksigen (Bahanan, 2010).
Kalsium karbonat adalah suatu mineral yang banyak dijumpai di seluruh
dunia dalam berbagai variasi bentuk. Kalsium karbonat adalah mineral yang
stabil, terdapat dalam berbagai jenis mineral seperti batu kapur, marmer, kalsit,
15
aragonit, dolomit, kapur. Kalsium karbonat mempunyai beberapa kegunaan yaitu
untuk memproduksi semen, mortar, plaster, refraktori dan bahan bangunan.
Penggunaan lain adalah sebagai bahan pengisi pada idustri kertas, industri plastik
seperti polyvinil klorida. polyolefin, phenolic, polyester dan epoksi (Patnaik,
2002).
Gambar 3. Kalsium karbonat (Anonim, 2015).
Kalsium karbonat mempunyai sifat fisik yaitu terjadi dalam dua bentuk,
kristal hexagonal yang disebut kalsit, dan bentuk orthorombik yang disebut
aragonit. Kalsit terdekomposisi pada pemanasan hingga 825 oC, aragonit meleleh
pada 1.339 oC (pada 102,5 atm). Densitas 2,71 gr/cm
3 untuk kalsit dan 2,83
gr/cm3
untuk aragonit, kelarutan dalam air (15 mg/lt pada 25oC), Ksp 4,8x10
-9,
larut dalam asam.
Sifat termokimia kalsium karbonat :
∆Hfo = -288,6 kkal/mol
∆Gfo = -269,9 kkal/mol
So
= 21.92 kal/omol
Cp = 19,9 kal/omol (Patnaik, 2002).
16
2.4 Biomaterial
Biomaterial adalah suatu material dengan sifat baru yang digunakan sebagai
perangkat medis dan mampu berinteraksi dengan sistem biologis (Larsson et al ,
2007). Biomaterial dapat diklasifikan berdasarkan respon khusus material
terhadap lingkungan biologis, antara lain:
1. Biotoleran, yaitu material yang dapat bertahan tanpa memberikan efek
atau kerusakan pada jaringan tubuh. Biasanya akan muncul jaringan tipis
yang akan membungkus material ini sebagai antarmuka dengan jaringan
tubuh. Contoh jenis material ini adalah stainless steel dan cobalt-chrome.
2. Bioinert, yaitu ketika hanya sedikit reaksi pembentukan fibrous oleh
jaringan tubuh pada permukaan biomaterial. Material ini mempunyai
lapisan oksida pada permukaannya. Contohnya adalah alumunium
zirkonium, titanium, and material karbon.
3. Bioaktif, yaitu ketika terdapat ikatan langsung secara biokimia dan
biologis pada antarmuka biomaterial dengan tulang induk melalui
pembentukan suatu lapisan apatit pada permukaan biomaterial. Contoh
material ini adalah keramik kalsium fosfat dan keramik gelas (Ylien,
2006).
2.5 Biokeramik
Biokeramik merupakan pemanfaatan inovatif keramik khusus yang
dipergunakan untuk memperbaiki dan merekontruksi bagian tubuh yang terkena
penyakit atau fraktur (Siregar, 2000). Herliansyah dkk (2010) menjelaskan bahwa
biokeramik adalah salah satu jenis bahan keramik yang baik sebagai produk yang
17
digunakan dalam kedokteran dan industri, terutama sebagai implan ataupun organ
pengganti. Biokeramik memiliki sifat biokompabilitas, stabilitas kimia, ketahanan
arus yang tinggi dan memiliki komposisi yang sama dengan bentuk mineral dari
jaringan keras dalam tubuh (tulang dan gigi).
2.6 Kalsinasi
Kalsinasi juga merupakan proses perlakuan panas agar terjadi dekomposisi
dari senyawa yang berikatan secara kimia dengan bijih, yaitu karbondioksida dan
air, guna mengubah suatu senyawa karbon menjadi oksida yang sesuai dengan
keperluan untuk proses selanjutnya. Temperatur untuk proses kalsinasi bergantung
dengan jenis bahannya, tetapi masih di bawah titik leleh. Proses pengeringan
dalam kalsinasi berfungsi untuk menghilangkan air yang di dalam konsentrat
dengan cara penguapan (Lalu, 2010). Kalsinasi diperlukan sebagai penyiapan
serbuk keramik untuk diproses lebih lanjut, lalu mendapatkan ukuran partikel
yang optimum serta menguraikan senyawa-senyawa dalam bentuk garam atau
dihidrat menjadi oksida, membentuk fase kristal (Jonghe dan Rahaman, 2003).
2.7 Differential Thermal Analysis/Thermogravimetry Analysis (DTA/TGA)
Differential thermal analysis adalah analisis termal yang menggunakan
referensi. Sampel dan material referensi dipanaskan secara bersamaan dalam satu
dapur. Perbedaan temperatur sampel dengan temperatur material referensi
direkam selama proses pemanasan dan pendinginan. Thermogravimetry Analysis
(TGA) merupakan teknik pengukuran variasi massa sampel yang mengalami
perubahan temperatur dalam lingkungan yang terkontrol (Riyanto, 2009).
18
Analisis DTA digunakan untuk mendeteksi dekomposisi atau penguapan
sampel. Pada proses ini terjadi perubahan meliputi kristalisasi, peleburan,
perubahan fase kristal padat, dan reaksi homogen dalam keadaan padat. Pada
setiap perubahan ini terdapat aliran panas antara sampel dan sekitarnya yang
disebabkan oleh transisi endotermik atau eksotermik atau perubahan didalam
kapasitas panas. Prinsip dasar DTA yaitu sample holder yang terdiri dari sample
dan reference cells (Al). Sensor yang terdiri dari (Pt/Rh atau chromel/alumel
thermocouples, satu untuk sampel dan satu untuk referensi, dan dihubungkan
dengan pengontrol suhu diferensial). Furnace Alumina block berisi sampel dan
referensi. Temperatur kontrol berfungsi untuk mengontrol program suhu dan
atmosfer furnace (Robinson et al, 2005).
Jika pada proses pengamatan suhu bahan acuan lebih tinggi daripada suhu
sampel maka diperoleh perubahan suhu (∆T) negatif (terjadi perubahan
endotermis), dan sebaliknya jika diperoleh perubahan suhu (∆T) positif (terjadi
perubahan eksotermis). Apabila ∆T diplotkan dengan suhu pengukuran (T) maka
akan diperoleh termogram. Kemudian apabila suhu pada sampel dengan suhu
acuan sama berarti tidak terjadi perubahan, ditunjukan dengan garis lurus
(Gallagher, 1991).
2.8 Fourier Transform InfraRed (FTIR)
Spectroscopy FTIR menggunakan sistem yang disebut dengan interferometer
untuk mengumpulkan spektrum. Interferometer terdiri dari sumber radiasi,
pemisah berkas, cermin dan detektor. Cara kerja FTIR adalah energi inframerah
19
diemisikan dari sumber bergerak melalui celah sempit untuk mengontrol jumlah
energi yang akan diberikan ke sampel.
Berkas laser kemudian memasuki ruang sampel, berkas akan diteruskan atau
dipantulkan oleh permukaan sampel tergantung dari energinya, yang merupakan
karakteristik dari sampel. Berkas akhirnya sampai ke detektor. Detektor yang
digunakan dalam spectroscopy FTIR adalah Tetra Glycerine Sulphate (TGS) atau
Mercury Cadmium Telluride (MCT) (Giwangkara, 2006).
Radiasi yang diterima oleh detektor merupakan frekuensi dari cahaya spektra
infra merah berupa gelombang monokromatis. Spektra infra merah dikumpulkan
untuk melihat jumlah energi yang diserap dan puncak serapan yang muncul,
mengidentifikasi gugus fungsi dan selanjutnya dibandingkan dengan tabel
referensi.
2.9 X-ray Diffraction (XRD)
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Rontgent pada tahun 1895,
ketika elektron yang dipercepat dengan tegangan yang tinggi dalam tabung vakum
mengenai target yang berupa logam atau gelas, kemudian dihamburkan oleh target
tersebut. XRD dapat digunakan untuk menentukan sistem kristal, parameter kisi,
derajat kristalinitas dan fase yang terdapat dalam suatu sampel. XRD juga dapat
memberi informasi secara umum baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif
tentang komposisi fasa-fasa (Cullity and Stock, 2001).
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
sekitar 0,5 - 2,5 . Bila seberkas sinar-X dengan panjang gelombang diarahkan
20
pada permukaan kristal dengan sudut datang , maka sinar tersebut akan
dihamburkan oleh bidang atom kristal dan menghasilkan puncak-puncak difraksi
yang dapat diamati dengan peralatan difraktor.
Gambar 4. Sinar datang dan sinar terdifraksi oleh kisi kristal.
Gambar 4. Hamburan sinar-X oleh elektron-elektron di dalam atom suatu
material (Richman, 1967).
Berkas sinar yang dihamburkan oleh atom bila sefasa akan mengakibatkan
terjadinya interferensi saling menguatkan (interferensi konstruktif), bila tidak
sefasa akan saling meniadakan. Interaksi sinar-X dengan material dapat digunakan
untuk menghasilkan pola difraksi tertentu yang dapat dipakai untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif bahan. Prinsip pendifraksian sinar-X yaitu difraksi sinar-
X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi
periodik.
Jika seberkas sinar-X dengan panjang gelombang diarahkan pada
permukaan kristal dengan sudut . Maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh
bilangan atom kristal dan akan menghasilkan puncak difraksi. Besar sudut
bergantung panjang gelombang berkas sinar –X dan jarak antar bidang
21
penghamburan (d). Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari
kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg:
n.λ = 2.d.sin θ ; n = 1,2,... (2.1)
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, bidang kristal tersebut akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang
dibiaskan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah
puncak difraksi. Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel,
semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Setiap puncak yang
muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi
tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data
pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X yang
disebut JCPDS (Cullity, 1978).
2.10 Scanning Electron Microscopy (SEM)
SEM adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas
elektron untuk menggambar profil permukaan benda. Permukaan benda yang
dikenai berkas akan memantulkan kembali berkas tersebut atau menghasilkan
elektron sekunder. Detektor didalam SEM mendeteksi elektron yang dipantulkan
dan menentukan lokasi berkas. Lokasi permukaan benda yang ditembaki berkas
di-scan ke seluruh area pengamatan. (Abdullah dan Khairurrijal, 2009).
22
Gambar 5. Skema alat SEM (Hafner, 2007).
Ketika berkas elektron menumbuk permukaan sampel sejumlah elektron
direfleksikan sebagai backscattered electron (BSE) dan yang lain membebaskan
energi rendah secondary electron (SE). Emisi radiasi elektromagnetik dari sampel
timbul pada panjang gelombang yang bervariasi tapi pada dasarnya panjang
gelombang yang lebih menarik untuk digunakan adalah daerah panjang
gelombang cahaya tampak (cathodoluminescence) dan sinar-X.
Elektron-elektron BSE dan SE yang direfleksikan dan dipancarkan sampel
dikumpulkan oleh sebuah scintillator yang memancarkan sebuah pulsa cahaya
pada elektron yang datang. Cahaya yang dipancarkan kemudian diubah menjadi
sinyal listrik dan diperbesar oleh photomultiplier. Scintillator biasanya memiliki
potensial positif sebesar 5 – 10 kV untuk mempercepat energi rendah yang
23
dipancarkan elektron agar cukup untuk mengemisikan cahaya tampak ketika
menumbuk scintillator. Scintillator harus dilindungi agar tidak terkena defleksi
berkas elektron utama yang memiliki potensial tinggi (Anggraeni, 2008).
24
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2015. Pembuatan
sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, kemudian uji
DTA/TGA dilakukan di Laboratorium Biomassa FMIPA Unila, uji FTIR dan
XRD dilakukan di Laboratorium Material UIN Jakarta, uji SEM- EDX dilakukan
di Laboratorium Material P3GL Bandung.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah panci, kompor, oven, sikat, spatula,
wadah besar dan kecil, blender, mortal dan pastel, ballmill, gelas ukur, labu
elemeyer, botol kaca, corong gelas, ayakan, DTA/ TGA, FTIR, SEM-EDX serta
XRD. Sedangkan bahan yang digunakan adalah cangkang keong mas yang
diperoleh dari daerah Pringsewu, CaCO3 Merck, H2SO4, alkohol dan aquades.
3.3 Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah preparasi
bahan dasar, pengeringan cangkang keong mas, perendaman cangkang keong mas
dalam larutan, penghalusan cangkang keong mas, kemudian mengkarakterisasi
sampel dan pembanding CaCO3 komersial dengan menggunakan DTA/TGA
untuk menentukan sifat termal dan stabilitas bahan, FTIR untuk mengetahui
25
gugus fungsi, X-Ray Diffraction (XRD) untuk mengetahui struktur kristal dan
karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM)-EDX untuk mengetahui
mikrostruktur dan komposisi pada sampel. Setelah itu melakukan kalsinasi pada
cangkang keong mas yang telah dihaluskan dan CaCO3 komersial pada suhu 500
oC, 800
oC dan 1000
oC dengan waktu penahan 3 jam. Kemudian
mengkarakterisasi kembali sampel dan pembanding yang telah dikalsinasi dengan
menggunakan FTIR, XRD, dan SEM-EDX.
1. Preparasi Bahan Dasar
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan preparasi bahan dasar
agar diperoleh cangkang yang bersih dari kotoran dan daging yang masih
menempel pada keong mas. Preparasi dimulai dengan memisahkan daging dengan
cangkang, lalu membersihkan bagian cangkang dari kotoran yang masih ada
dengan air secara berulang-ulang.
2. Pengeringan Cangkang Keong Mas
Setelah diperoleh bahan dasar sebagai sampel penelitian, dilakukan perebusan
cangkang selama 5 jam, hal ini dilakukan untuk menghilangkan sisa- sisa kotoran
yang masih menempel pada cangkang. Kemudian cangkang dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 100 oC selama 3 jam.
3. Pencucian Cangkang Keong Mas dengan Larutan H2SO4
Cangkang yang diperoleh dari perlakuan sebelumnya, kemudian dicelupkan
dalam larutan H2SO4 dengan komposisi 5 : 95 (5 % H2SO4 dan 95 % aquades).
Hal ini dilakukan untuk menghilangkan zat- zat pengotor yang tidak diinginkan.
Selanjutnya membersihkan cangkang keong mas dengan cara menyikatnya lalu
26
dibilas dengan air hingga bersih. Cangkang yang telah dibersihkan kemudian
dioven pada suhu 120 oC selama 3 jam.
4. Penghalusan Cangkang Keong Mas
Setelah diperoleh cangkang yang benar-benar bersih, langkah selanjutnya
adalah menghancurkan cangkang dengan menggunakan mortal dan pastel untuk
memperoleh cangkang dengan bentuk serpihan-serpihan kecil. Lalu serpihan-
serpihan cangkang tersebut dihaluskan dengan menggunakan blender agar
diperoleh serbuk cangkang. Kemudian dilakukan penggerusan serbuk cangkang
menggunakan mortar dan pastel selama 3 jam dan diayak 100 mesh. Untuk
memperoleh serbuk cangkang yang benar-benar halus maka serbuk tersebut di
ballmilling selama 2 jam, lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 oC
selama waktu tahan 2 jam. Setelah itu serbuk cangkang digerus kembali
menggunakan mortal dan pastel selama 10 menit.
5. Kalsinasi
Proses kalsinasi dilakukan dengan menggunakan furnace. Kalsinasi dilakukan
pada serbuk sampel dan serbuk pembanding dengan suhu kalsinasi 500 oC, 800
oC
dan 1000 oC dengan waktu penahan 3 jam. Proses kalsinasi ini dilakukan dengan
memasukkan sampel ke dalam furnace, kemudian menghubungkan furnace
dengan jaringan listrik, mengatur suhu kalsinasi, setelah proses kalsinasi selesai
furnace dimatikan dan sampel dikeluarkan dari furnace.
6. Karakterisasi
Karakterisasi sampel yang dihasilkan dari penelitian ini dan sampel
pembanding dilakukan dengan dua tahap yaitu :
27
a. Karakterisasi untuk serbuk cangkang dan pembanding CaCO3 yang belum
dikalsinasi menggunakan alat DTA/TGA, XRD, SEM-EDX dan FTIR.
b. Karakterisasi untuk serbuk cangkang dan pembanding CaCO3 yang sudah
dikalsinasi pada suhu 500 °C, 800 °C, dan 1000 °C dengan menggunakan alat
XRD, SEM-EDS dan FTIR.
1. Differential Thermal Analyzer (DTA)
Karakterisasi dengan menggunakan Differential Thermal Analyzer (DTA)
dilakukan untuk menganalisis sifat termal dan stabilitas bahan. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam uji DTA ini adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan cawan platina kosong untuk digunakan sebagai sampel
referensi dan memasukkan serbuk sampel kedalam cawan platina
sebagai sampel yang akan diuji.
b. Meletakkan kedua cawan platina pada posisi vertikal di sampel holder
dengan memutar posisi furnace kearah sampel holder yang dilanjutkan
dengan mengatur setting temperatur yaitu = 50 , =
1100 heating read (kenaikan suhu = 3 /menit).
c. Kemudian menekan tombol power furnace pada posisi “ON” untuk
pemanasan akan bekerja sesuai dengan program yang telah diatur, saat
inilah grafik pada monitor komputer akan diamati sampai temperatur
tercapai menurut program yang telah diatur. Apabila
telah tercapai maka power furnace dapat dimatikan yaitu
pada posisi “OF” dan selanjutnya melakukan print hasil pengukuran.
28
2. Fourier Transform Infra Red spectroscopy (FTIR)
Uji FTIR ini dilakukan untuk menganalisis gugus fungsi CaCO3 yang
terdapat pada sampel dan pada pembanding. Adapun langkah-langkah dalam
uji FTIR ini adalah sebagai berikut:
a. Menghaluskan kristal KBr murni dalam mortar dan peestel kemudian
mengayak KBr tersebut.
b. Menimbang KBr halus yang sudah diayak seberat 0,1 gram,
kemudian menimbang sampel padat (bebas air) dengan massa 1%
dari berat KBr.
c. Mencampur KBr dan sampel kedalam mortar dan peestel aduk sampai
tercampur merata.
d. Menyiapkan cetakan pellet.
e. Mencuci bagian sampel, base dan tablet frame dengan kloroform.
f. Memasukkan sampel KBr yang telah dicampur dengan set cetakan
pellet.
g. Menghubungkan dengan pompa vakum untuk meminimalkan kadar air.
h. Meletakkan cetakan pada pompa hidrolik kemudian diberi tekanan 8
Gauge.
i. Menghidupkan pompa vakum selama 1 menit.
j. Mematikan pompa vakum dan menurunkan tekanan dalam cetakan
dengan cara membuka keran udara.
k. Melepaskan pellet KBr yang sudah terbentuk dan menempatkan pellet
KBr pada tablet holder.
29
l. Menghidupkan alat dengan mengalirkan sumber arus listrik, alat
interferometer dan komputer.
m. Klik “shortcut 8400” pada layar komputer yang menandakan program
interferometer.
n. Menempatkan sampel dalam alat interferometer pada komputer klik
FTIR 8400 dan mengisi data file.
o. Klik “Sample Start” untuk memulai, dan untuk memunculkan harga
bilangan gelombang klik “clac” pada menu, kemudian klik “ Peak
Table” lalu klik “OK’
p. Mematikan komputer, alat interferometer dan sumber arus listrik.
3. X-Ray Diffraction (XRD)
Uji XRD dilakukan untuk mengidentifikasi struktur sampel dengan
mengetahui komposisi dasar senyawa pada sampel. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan dalam uji XRD adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan sampel yang akan dianalisis dan merekatkannya pada
kaca, kemudian memasang pada tempatnya yang berupa lempeng tipis
berbentuk persegi panjang (sampel holder) dengan bantuan lilin
perekat.
b. Memasang sampel yang disimpan pada sampel holder kemudian
meletakkannya pada sampel stand dibagian goniometer.
c. Memasukkan parameter pengukuran pada software pengukuran melalui
komputer pengontrol yang meliputi penentuan scan mode, penentuan
rentang sudut, kecepatan scan cuplikan, member nama cuplikan dari
nomor urut file data.
30
d. Mengoprasikan alat difraktometer dngan perntah “Start” pada menu
komputer, dimana sinar-X akan meradiasi sampel yang terpancar dari
target Cu dengan panjang gelombang 1,5406
e. Mencetak hasil difraksi dari intensitas difraksi pada sudut 2 .
4. Scanning Elektron Microscopy (SEM)
Uji SEM dilakukan untuk mengetahui karakteristik mikrostruktur CaCO3
yang terdapat pada sampel dan pembanding, kemudian hasil tampilannya
berupa gambar dalam bentuk tiga dimensi. Adapun langkah-langkah dalam
proses SEM ini adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan sampel yang akan dianalisis dan merekatkannya pada
specimen holder (dolite, double sticy tape).
b. Membersihkan sampel yang telah terpasang pada holder dengan hand
blower.
c. Memasukkan sampel dalam mesin coating untuk diberi lapisan tipis
yang berupa gold-poladium selama 4 menit sehingga menghasilkan
lapisan dengan ketebalan 200 - 400
d. Memasukkan sampel kedalam specimen chamber.
e. Mengamati dan mengambil gambar pada layar SEM dengan mengatur
perbesaran yang diinginkan.
f. Menentukan spot untuk analisis layar SEM.
3.4 Diagram Alir
Prosedur penelitian dapat dijelaskan melalui diagram alir pada Gambar 6 dibawah
ini:
31
Gambar 6. Diagram alir penelitian
Mulai
Pengambilan cangkang keong mas
(Pomacea canaliculata Lamarck)
Dibersihkan menggunakan air dan dioven
suhu 100 °C
Dibersihkan menggunakan larutan
H2SO4dan dioven suhu 120 °C
Ball milling selama 2 jam
Serbuk cangkang keong mas
Tanpa kalsinasi
DTA
FTIR SEM XRD
FTIR XRD SEM
Selesai
Kalsinasi
66
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Grafik DTA/TGA menunjukkan cangkang keong mas mengalami
penyusutan massa sebesar 42.33 % dengan puncak endotermik pada suhu
741.2 ˚C, sedangkan kalsium karbonat mengalami penyusutan massa
sebesar 43.43 % dengan puncak endotermik pada suhu 759.4 ˚C, dimana
mengindikasikan adanya proses dekomposisi CaCO3 menjadi CaO terjadi
pada rentang suhu 650 ˚C – 750 ˚C.
2. Grafik XRD pada cangkang keong mas sebelum kalsinasi menunjukkan
fasa CaCO3 aragonite, sedangkan kalsium karbonat komersil adalah fasa
CaCO3 calcite. Kemudian setelah kalsinasi suhu 500 ˚C kedua sampel
hanya memiliki fasa CaCO3 calcite. Setelah kalsinasi suhu 800 ˚C dan
1000 ˚C muncul fasa lain yaitu CaO dan Ca(OH)2 akibat reaksi dengan
udara.
3. Grafik FTIR pada cangkang keong mas dan kalsium karbonat komersil
sebelum dan sesudah kalsinasi suhu 500 ˚C menunjukkan gugus karbonat
(CO32-
), gugus C-O dan gugus O-H. Sedangkan setelah kalsinasi suhu 800
˚C dan 1000 ˚C menunjukkan adanya gugus Ca-O dan O-H.
67
4. Hasil SEM menunjukkan cangkang keong mas dan kalsium karbonat
komersil sebelum kalsinasi memiliki sruktur permukaan yang kasar dan
ukuran partikel besar. Sedangkan sesudah kalsinasi terjadi perubahan
struktur permukaan menjadi lebih halus dan ukuran partikel semakin kecil.
5. Grafik EDX menunjukkan kandungan terbesar pada cangkang keong mas
sebelum dan sesudah kalsinasi adalah unsur Ca sebesar 70.05 %. - 70.90
%, dan unsur lainnya seperti O, Na, Mg, Al, Si dalam jumlah sedikit.
Begitu pula pada kalsium karbonat komersil mengandung Ca sebesar
69.48 % - 70.87 % dan unsur lainnya O, Na, Mg, Al, Fe, Sr. Oleh karena
itu cangkang keong mas sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan
dasar biokeramik.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan agar sangat memperhatikan perlakuan
terhadap sampel sehingga sampel tidak terkontaminasi atau bereaksi dengan udara
disekitar yang dapat mempengaruhi karakteristik dari sampel tersebut. Selain itu
penelitian ini juga dapat diaplikasikan secara langsung kemasyarakat dan bidang
industri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin dan Khairurijal. 2009. Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal
Nanosains dan Nanoteknologi. Vol.2, No.1. Hal 1-9.
Adak, M. D., and Purohit, K. M. 2011. Synthesis of Nano-crystalline
Hydroxxyapatite from Dead Snail Shells for Biological Implantation.
Trends Biomater. Artifisial. Organs. Vol.25, No.3. Pp 101-106.
Anggraeni, N. H. 2008. Analisa SEM (Scanning Electron Microscopy) dalam
Pemantauan Proses Oksidasi Magnetic Menjadi Hematite. Seminar
Nasional VII, Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri. Bandung.
Anonim A. 2015. Calcium Carbonate. http://www.iba.co.id/produk/calcium-
carbonate. Diakses 16 Februari 2015.
Atika, D. S., Nurhafizah, R., Sabariah. 2013. Potensi Zat Kitin Pada Hama Keong
mas (Pomacea canaliculata) Sebagai Pengawet Organik Buah Klimaterik
Lokal Kalimantan Barat Dalam Upaya Mewujudkan Ketahanan Pangan
Nasional. Karya Tulis Ilmiah. Pontianak.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. 2014. Pringsewu Dalam Angka.
Pringsewu.
Badrul, H. M., Rahmat, N., Steven, S., Syarifah, F., Shelly, W., and agung, P. F.
2014. Synthesis and Characterization of Nano Calcium Oxide from Eggshell
to be Catalyst of Biodiesel Waste Oil. Proceedings of the 3rd
Applied
Science for Technology Innovation, ASTECHNOVA, International Energy
Conference. Pp 340-345.
Bahanan, R. 2010. Pengaruh Waktu Sonokimia Terhadap Ukuran Kristal Kalsium
Karbonat (CaCO3). (Skripsi). UIN Jakarta.
Birla, A., Singh, B., Upadhyay, S. N., and Sharma, Y. C. 2012.Kinetics studies of
synthesis of biodiesel from waste frying oil using a heterogeneous catalyst
derived from snail shell. Bioresource Technology. Vol.106. Pp 95-100.
Budiyono, S. 2006. Teknik Mengendalikan Keong Mas Pada Tanaman Padi.
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Vol. 2, No.2. Hal 128-133.
Campbell, N. A., Reece, J. B., and Mitchell, L. G. 2000. Filum Mollusca:
Anggota filum Mollusca memiliki kaki berotot, massa visceral, dan suatu
mantel. Biologi. Jakarta. Erlangga. Hal 224-225.
Cazzaniga, N. J. 2002. Old Species And New Concept In The Taxonomy Of
Pomacea (gastropoda : Ampullariidae). Biocell. Vol. 26, No.1. Pp 71-81.
Cullity, B. D. 1978. Elements of X-Rays Diffraction, Second Edition. Adison-
Wesley Publishing Company Inc, USA.
Cullity, B. D and Stock, S.R. 2001. Elements of X-Rays Diffraction, 3rd Edition.
Adison-Wesley Publishing Company Inc, USA.
Dapar, M. L. G., Garcia, S. M. G., Achacoso, M. V. D., Debalucos, C. A. P.,
Moneva, C. S., and Demayo, C. G. 2014. Describing Populations of
Pomacea canaliculata Lamarck from Selected Areas in Mindanao,
Philippines using Relative warp analysis of the whorl shell shape.
Australian Journal of Basic and Applied Sciences. Vol.8, No.5. Pp 355-360.
Delvita, H., Djamas, D., dan Ramli. 2015. Pengaruh Variasi Temperatur Kalsinasi
Terhadap Karakteristik Kalsium Karbonat (CaCO3) Dalam Cangkang
Keong Sawah (Pila ampullacea) Yang Terdapat Di Kabupaten Pasaman.
Pillar Of Physics. Vol.6. Hal 17-24.
Empikul, N. V., Krasae, P., Nualpaeng, W., Yoosuk, B., Faungnawakij, K. 2012.
Biodiesel production over Ca-based solid catalysts derived from industrial
wastes. Fuel. Vol.92. Pp 239-244.
Etuk, B. R., Etuk, I. F., andAsuquo, L. O. 2011. Feasibility of Using Sea Shell
Ash as Admixtures for Concrete. Journal of Environmental Science and
Engineering A. Vol.1. Pp 121-127.
Firdus dan Muchlisin, Z. A. 2005. Pemanfaatan Keong Mas (Pomacea
canaliculata) sebagai Pakan Alternatif dalam Budidaya Ikan Kerapu
Lumpur (Epinephelustauvina). Enviro. Vol.5, No.1. Hal 64-66.
Ginting, P. 2001. Pengaruh Pemberian Beberapa Level Tepung Keong mas
Terhadap Performance Kelinci Lokal Jantan Lepas Sapih. (Skripsi).
Universitas Sumatera Utara.
Giwangkara S, E. G. 2006. Aplikasi Logika Syarat Fuzzy Pada Analisis Sidik Jari
Minyak Bumi menggunakan Spektrofometer Infra Merah Transfomasi
Fourier (FTIR). (Skripsi). Sekolah Tinggi Energi dan Mineral.
Hafner, B. 2007. Characterization Facility. University of Minnesota. Twin Cities.
Pp 1-29.
Hendarsih, S. dan Kurniawati, N. 2009. Keong Mas, Dari Hewan Peliharaan
menjadi Hama Utama Padi Sawah. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Hal 385-403.
Herliansyah, K, M., Suyitno., dan Dewo, P. 2010. Produksi Hydroxyapatite Bone
Graft or Bahan Baku Alami Lokal Untuk Pengganti Bone Filler Import Pada
Aplikasi Biomedis. Laporan Akhir Kegiatan. Universitas Gajah Mada.
Hu, S., Wang, Y., and Han, H. 2011. Utilization Of Waste Freshwater Mussel
Shell as an Economic Catalyst for Biodiesel Production. Biomass and
Bioenergy. Vol.35. Pp 3627-3635.
Islam, Kh. N., Zuki, Md., Noordin, M. M., Zobir, M., Rahman, N. S. B. A., and
Ali, Md. E. 2011. Characterisation Of Calcium Carbonate And Its
Polymorphs From Cockle Shells (Anadara granosa). Powder Technology.
Vol.213. Pp 188-191.
Islami, N., Itnawita, Anita, S. 2014. Potensi Abu Cangkang Keong Mas (Pomacea
canaliculata) Sebagai Adsorben Tembaga Dalam Larutan. (Skripsi).
Universitas Riau.
Lalu, Jamiludin. 2010. bahan Galian Industri: Dolomit. Makalah Ilmiah.
Universitas Mataram.
Larsson, T. F., Martinez, J. M. M., and Valles, J. L. 2007. Biomaterial For
Healthencare a Decade of Eu-Funded Research. European Commission. Pp
1-35.
Lembar Informasi Pertanian. 2001. Keong Mas Sebagai Pakan Alternatif Untuk
Ayam Buras. Lembar Informasi Pertanian. Kalimantan Timur.
Lesbani, A., Tamba, P., Mohadi, R., amd Fahmariyanti. 2013. Preparation Of
Calcium Oxide From Achatina fulica As Catalysts For Production Of
Biodiesel From Waste Cooking Oil. Indonesian Journal Chemical. Vol.13,
No.2. Pp 176-180.
Liantira, Litaay, M dan Soekendarsi, E. 2015. Perbandingan Kandungan Kadar
Logam Berat Tembaga (Cu) Keong Mas Pomacea canaliculata Pada
Berbagai Lokasi Di Kota Mataram. Jurnal Sains Material. Hal 1-15.
Margaretha, Y. Y., Prastyo, H. S., Ayucitra, A., and Ismadji, S. 2012. Calcium
Oxide From Pomacea sp. Shell as a Catalyst for Biodiesel Production.
International Journal Of Energy and Environmental Engineering. Vol.3,
No.33. Pp 1-9.
Nordin, N., Hamzah, Z., Hashim, O., Kasim, F. H., Abdullah, R. 2015. Effect Of
Temperature In Calcination Process Of Seashells. Malaysian Journal of
Analytical Science. Vol.19, No.1. Pp 65-70.
Pambudi, N. D. 2011. Pengaruh Metode Pengolahan Terhadap Kelarutan Mineral
Keong Mas (Pomacea canaliculata) Dari Perairan Situ Gede, Bogor.
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor.
Patnaik, P. 2001. Handbook of Inorganic Chemicals. McGraw Hill Co. New
York.
Prastyo, H. S, Margaretha, Y. Y., Ayucitra, A., Ismadji, S. 2011. Transesterifikasi
Minyak Kelapa Sawit dengan Menggunakan Katalis Padat dari cangkang
Keong mas (Pomacea sp.). Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan
Aplikasi Teknik Kimia. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Purnamaningsih, A. 2011. Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas (Pomacea
canaliculata Lamarck) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik.
(Skripsi). Universitas Sebelas Maret.
Qoniah, I., dan Prasetyoko, D. 2011. Penggunaan Cangkang Bekicot Sebagai
Katalis Untuk Reaksi Transesterifikasi Refined Palm Oil. (Skripsi). Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Rashidi, N. A., Mohamed, M., and Yusup, S. 2012. The Kinetic of Calcination
and Carbonation of Anadara Granosa. International Journal of Renewable
Energy Research. Vol.2, No.3. Pp 497-503.
Raven, P. H and Jhonson, G. B. 2001. Biologi. McGraw- Hill Science. Pp 900-
903.
Richman, M. H. 1967. An Introduction to The Science of Metals. Blaisdell
Publishing Company, USA. Pp 78-79.
Riyanto. 2003. Aspek - Aspek Biologi Keong Mas (Pomacea canaliculata
Lamarck). Jurnal MIPA. Vol.8, No.1. Hal 20-26.
Riyanto, A. 2009. Pengaruh Suhu Sintering Terhadap Karakteristik Termal dan
Fungsionalitas Keramik Borosilikat Berbasis Silika Sekam Padi dengan
Metode Sol Gel. (Skripsi). Universitas Lampung.
Robinson, J.W., Eillen, M.S.F and George, M.F. 2005. Undergraduate Instrument
Analysis Sixth Edition. Marcell Dekker. New York.
Ruiz, M. G., Hernandez, J., Banos, L., Montes, J. N., and Garcia, M. E. R. 2009.
Characterization of Calcium Carbonate, Calcium Oxide, and Calcium
Hydroxide as Starting Point to the Improvement of Lime for Their Use in
Construction. Journal of Material In Civil Engineering. Vol.21. Pp 694-698.
Rujitanapanich, S., Kumpapan, P., and Wanjanoi, P. 2014. Synthesis of
Hydroxyapatite from Oyster Shell via Precipitation. Energy Procedia.
Vol.56. Pp 112–117.
Sasmita, D. 2011. Sintesis Hidroksiapatit Dari Cangkang Keong Emas (Pomacea
canaliculata Lamarck) Melalui Metode Hidrotermal. Jurnal Saintek. Vol.3,
No.2. Hal 129-135.
Siregar, M. I. 2002. Biokompabilitas Biokeramik. (Skripsi). Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Sujita. 2014. Aplikasi Serbuk Arang Kayu Dan Serbuk Cangkang Kerang Mutiara
Sebagai Media Carburizer Proses Pack Carburizing Baja Karbon Rendah.
Jurnal Penelitian UNRAM. Vol.18, No.1. Hal 35-42.
Torres, M. A. J., Cabahug, E. O., Joshi, R. C., Baoanan, Z. G., and Demayo, C. G.
2013. Variability in Populations of Golden Apple Snail, Pomacea
canaliculata, (Lamarck, 1822) in selected locations from The Philippines.
Research Journal of Recent Science. Vol.2, No.8. Pp 12-19.
Udomkan, N. and P. Limsuwan. 2008. Temperature effects on freshwater snail
shells: Pomacea canaliculata Lamarck as investigated by XRD, EDX, SEM
and FTIR techniques. Materials Science and Engineering C. Vol.28. Pp
316-319.
Umbriet, M. H., and Jedrasiewicz, A. 2000. Application Of Infrared
Spectrophotometri To The Identification Of Inorganic Substances In Dosage
Forms Of Antacida Group. Acta Poloniae Pharmaceutica. Vol.57, No.2. Pp
83-91.
Wei, Z., Xu, C., and Li, B. 2009. Application Of Waste Eggshell As Low-Cost
Solid Catalysts For Biodiesel Production. Bioresource Technology. Vol.100.
Pp 2883-2885.
Ylinen, P. 2006. Apllications of Coralline Hydroxyapatite with Bioreserbable
Cointaiment and Reinforcement as Bonegraft Subsitute. Academic
Disertation. Medical Faculty of the University of Helsinki.
Zuhra., Husin, H., Hasfita, F., Rinaldi, W. 2015. Preparasi Katalis Abu Kulit
Kerang Untuk Transesterifikasi Minyak Nyamplung Menjadi Biodiesel.
Jurnal AGRITECH. Vol.35, No.1. Hal 69- 77.