preparasi katalis cao-zeolit teraktivasi koh sebagai ...repository.ub.ac.id/1714/1/ayu...

76
PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN DALAM REAKSI TRANSESTERIFIKASI SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik AYU DIARAHMAWATI NIM. 135061101111016 DIAN PUSPITAWATI NIM. 135061101111001 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 23-Dec-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH

SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN DALAM REAKSI

TRANSESTERIFIKASI

SKRIPSI

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Teknik

AYU DIARAHMAWATI

NIM. 135061101111016

DIAN PUSPITAWATI

NIM. 135061101111001

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

Scanned by CamScanner

Page 3: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

IDENTITAS TIM PENGUJI

1. Dosen Penguji I

Nama : Ir. Bambang Poerwadi, MS.

NIP/NIK : 19600126 198603 1 001

Jenis Kelamin : Laki-laki

Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

Alamat rumah : Jl. Pelabuhan Tanjung Priok No. 1015, Malang

No. Telp/HP : (0341) 803241 / 08125229840

Email : [email protected]

2. Dosen Penguji II

Nama : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS.

NIP/NIK : 195205041980022001

Jenis Kelamin : Perempuan

Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

Alamat rumah : Jalan Terusan Dieng No. 55, Malang

No. Telp/HP : (0341) 574948 / 08123301368

Email : [email protected]

3. Dosen Penguji III

Nama : A.S. Dwi Saptati Nur Hidayati, ST., MT.

NIP/NIK : 201201 830827 2 001

Jenis Kelamin : Perempuan

Perguruan Tinggi : Universitas Brawijaya

Alamat rumah : Villa Bukit Tidar B1-205, Malang

No. Telp/HP : 081553591660

Email : [email protected] / [email protected]

Page 4: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN
Page 5: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN
Page 6: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Mahasiswa 1

AYU DIARAHMAWATI

Tempat, tanggal lahir : Malang, 12 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Kepuh VI Nomor 27-A, Malang

Nomor Telepon : +62 89 679 275 031

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

SD SMP SMA S1

Nama Institusi MI Islamiyah

Kebonsari

Malang

MTs Negeri 1

Malang

SMA Negeri 3

Malang

Universitas

Brawaijaya

Jurusan

- - IPA Teknik Kimia

Tahun masuk-

lulus

2001-2007 2007-2010

2010-2013

2013-2017

Pendidikan Informal/Training/Seminar

2016

2016

2016

2017

2017

2017

Training “Aspen HYSYS for Professional Engineering”, Teknik

Kimia Universitas Brawijaya

International Conference “Improves Human Resources In

Industrial Skill for ASEAN Economic Community”, Teknik

Kimia Universitas Riau

English Academy, di Mercury Education Center

Pelatihan Public Communication and Leadership, Teknik Kimia

Universitas Brawijaya

“Awareness of Quality Environmental Health & Safety”

Training Program, Teknik Kimia Universitas Brawijaya

Plant Simulation Workshop, “Application of Aspentech Hysys

in Oil and Gas Production Facility Project”, Universitas

Pertamina Jakarta

Page 7: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

Pengalaman Organisasi

2015/2016

2016/2017

Staff Departemen Akademik Himpunan Mahasiswa Teknik

Kimia

Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia

Pengalaman Pekerjaan

2016

2016

2016

2016

2016

2017

Asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik Kimia

Universitas Brawijaya

Tutor mata kuliah Termodinamika

Tutor mata kuliah Teknik Reaksi Kimia

Tutor mata kuliah Perpindahan Panas

Magang PT. Petrowidada

Asisten Laboratorium Kimia Analisis Teknik Kimia Universitas

Brawijaya

Penghargaan & Prestasi

2016

2016

2016

PKM-P didanai Kemenristek DIKTI

Top 10 Plant Design Competition ICheC ITB

Publikasi Jurnal Internasional terindeks SCOPUS, dalam

International Conference EIC Uneversitas Negeri Semarang

Profesional Skill

Microsoft Office (Word, Excel dan Powerpoint, Visio)

Hysys

Corel Draw

ISO 9001; ISO 14001; OHSAS 18001 (Training Program)

Bahasa

Indonesia (native)

Inggris (intermediet)

Page 8: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

Mahasiswa 2

DIAN PUSPITAWATI

Tempat, tanggal lahir : Banyuwangi, 5 November 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Borobudur No. 27, Banyuwangi

Nomor Telepon : +6285746415429

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

SD SMP SMA S1

Nama Institusi SDN 1

Kepatihan

Banyuwangi

SMPN 1

Banyuwangi

SMAN 1

Glagah

Banyuwangi

Universitas

Brawaijaya

Jurusan

- - IPA Teknik Kimia

Tahun masuk-

lulus

2001-2007 2007-2010

2010-2013

2013-2017

Pendidikan Informal/Training/Seminar

2015

2017

2017

2017

2017

2017

Pelatihan asisten praktikum Mikrobiologi Industri

Public Communication & Leadership Training Program,

Teknik Kimia Universitas Brawijaya

Alumni Sharing & Recruitment PARAGON Technology

and Innovation

“Awareness of Quality Environmental Health & Safety”

Training Program, Teknik Kimia Universitas Brawijaya

Equivalent TOEFL Unit Pengembangan Bahasa

Brawijaya Languange Center

Workshop : Astra Credit Companies Looking For

Business Partner

Page 9: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

Pengalaman Organisasi

2016-2017 Staff Dep. Akademik Himpunan Mahasiswa Teknik

Kimia Universitas Brawijaya

Pengalaman Pekerjaan

2015

2015

2015

2016

2016

2017

Tutor Semester Ganjil Teknik Reaksi Kimia 1 Teknik

Kimia Universitas Brawijaya

Tutor Pra-UAS Teknik Reaksi Kimia 1 Teknik Kimia

Universitas Brawijaya

Asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik

Kimia Universitas Brawijaya

Asisten Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik

Kimia Universitas Brawijaya

Magang di Pertamina RU IV Cilacap

Asisten Laboratorium Kimia Analisis Teknik Kimia

Universitas Brawijaya

Penghargaan & Prestasi

2015

2016

2016

Asisten laboratorium Teknik Bioproses praktikum

Mikrobiologi Industri

Asisten laboratorium Teknik Bioproses praktikum

Mikrobiologi Industri

Peserta Plant Design Competition Institut Teknologi

Bandung

Profesional Skill

Microsoft Office (Word, Excel dan Powerpoint)

Hysys

ISO 9001; ISO 14001; OHSAS 18001 (Training Program)

Bahasa

Page 10: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

Indonesia (native)

Inggris (intermediet)

Page 11: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

Puji Syukur Kami Panjatkan kepada:

Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya

Shalawat & salam Kami sampaikan kepada:

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, keluarga, & sahabat beliau

Teriring Ucapan Terima Kasih Kami kepada:

Ibunda & Ayahanda tercinta,

Serta Ibu & Bapak Dosen yang telah membimbing kami,

Tak Lupa teruntuk teman seperjuangan,

Keluarga Teknik Kimia 2013,

Yang telah melukiskan warna dan cerita

Page 12: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

xi

RINGKASAN

Ayu Diarahmawati dan Dian Puspitawati, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik

Universitas Brawijaya, Juni 2017, Preparasi Katalis CaO-Zeolit Teraktivasi KOH sebagai

Katalis Basa Heterogen dalam Reaksi Transesterifikasi, Dosen Pembimbing: Bambang

Poerwadi dan Rama Oktavian.

Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang perlu dikembangkan guna

menciptakan kemandirian energi di masa mendatang. Secara umum, biodiesel dapat

disintesis melalui reaksi transesterifikasi antara gugus trigliserida dengan alkohol rantai

pendek seperti metanol dengan bantuan katalis. Penelitian mengenai penggunaan katalis

heterogen dalam reaksi transesterifikasi saat ini sedang dikembangkan karena memiliki

kelebihan dibandingkan dengan katalis homogen, diantaranya kemudahan dalam proses

pemisahan serta dapat digunakan kembali (reuse). Salah satu contoh katalis heterogen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit alam dengan loading CaO. Sebelum

digunakan, zeolit alam perlu mengalami proses pre-treatment untuk mengaktivasi katalis

karena zeolit alam memiliki banyak kandungan impurities. Penggunaan aktivator basa

seperti KOH dapat melarutkan impurities yang menutup pori-pori zeolit sehingga dapat

meningkatkan aktivitas katalitiknya.

Penelitian ini mempelajari variasi konsentrasi KOH (1M, 1,5M, 2M, 2,5M, dan 3M)

dalam proses aktivasi zeolit alam sebagai support untuk katalis CaO terhadap konversi

metil ester (FAME) yang dihasilkan. Proses pengembanan CaO pada zeolit dilakukan

dengan metode irradiasi microwave. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan metode

konvensional dengan menggunakan waterbath selama 120 menit pada temperatur 65°C.

Rasio molar minyak kelapa sawit dengan metanol adalah 1:8, dan jumlah katalis yang

digunakan adalah 5% dari berat minyak. Biodiesel yang dihasilkan akan diuji kualitasnya

dengan menggunakan Gas Chromatography untuk mengetahui kadar metil ester di

dalamnya. Sedangkan karakteristik fisik biodiesel yang diuji meliputi densitas, bilangan

asam, kadar FFA, viskositas, dan kadar air. Sementara untuk mengetahui karakteristik

katalis dilakukan dengan analisis FT-IR.

Hasil penelitian menunjukkan konversi metil ester (FAME) yang dihasilkan pada

biodiesel dengan menggunakan zeolit yang diaktivasi dengan larutan KOH pada

konsentrasi 1M, 1,5M, 2M, 2,5M, dan 3M berturut-turut adalah 14,51%, 37,04%, 10,25%,

9,89%, dan 6,61%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa konversi optimum dihasilkan pada

variabel konsentrasi molar KOH 1,5M. Sedangkan dari karakterisasi sifat fisik biodiesel,

biodiesel yang dihasilkan masih memiliki persen FAME yang rendah dan memiliki

viskositas yang tinggi sehingga belum memenuhi syarat mutu biodiesel berdasarkan SNI

7182:2015.

Kata kunci: Biodiesel, katalis heterogen, zeolit alam, CaO, molaritas larutan KOH

Page 13: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

xii

SUMMARY

Ayu Diarahmawati and Dian Puspitawati, Department of Chemical Engineering, Faculty of

Engineering University of Brawijaya, June 2017, Preparation of Catalyst CaO-Natural

Zeolite Activated by KOH as Heterogenous Catalyst in Transesterification Reaction,

Supervisor: Bambang Poerwadi and Rama Oktavian.

Biodiesel is one of the alternative energy which can be developed to create energy

sustainability in the future. In general, biodiesel is synthesized by transesterification

reaction between triglyceride and short-chain alcohol such as methanol with the aid of a

catalyst. Many researches about heterogenous catalyst in transesterification are currently

being developed because it has several advantages compared to the homogenous one,

including ease of separation and able to be reused. Natural zeolite loaded with CaO is

heterogenous catalyst used in this research. Prior to use, natural zeolite needs to undergo a

pre-treatment. This is due to the many impurities which it contains. Chemical activation

using alkaline like KOH is an effective way to increase the catalityc activity of catalyst

because it can dissolve the impurities which cover zeolite pores.

This research studied KOH concentration variation (1M, 1,5M, 2M, 2,5M, and 3M) in

natural zeolite activation process as support for CaO catalyst to convert methyl ester

(FAME). CaO was loaded on zeolite by microwave irradiation method. The reaction was

carried out by conventional heating method using waterbath for 120 minutes at 65°C. The

molar ratio of palm oil to methanol is 1:8, and the amount of catalyst used is 5% by the

weight of oil. The quality of biodiesel produced is tested by using Gas Chromatography to

know the percentage of methyl ester contained. While the physical characteristics of

biodiesel tested include density, acid number, FFA content, viscosity, and water content.

The characteristic of catalyst is done by FT-IR analysis.

The results showed the conversion of methyl ester (FAME) produces by using

activated zeolite with KOH solution at concentrations of 1M, 1.5M, 2M, 2.5M, and 3M

respectively were 14.51%, 37.04%, 10.25%, 9.89%, and 6.61%. These results indicate that

the optimum conversion is generated on the KOH solution with concentration 1.5M. From

the physical characterization of biodiesel, it was known that the biodiesel produced had

low FAME content and high viscosity, so it is not meet the requisite quality of biodiesel in

SNI 7182:2015 yet.

Keywords: biodiesel, heterogenous catalyst, natural zeolite, CaO, molarity of KOH

Page 14: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta`ala atas segala

limpahan nikmat, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan

penyusunan naskah Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada

junjungan kami, beliau Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Penyusunan naskah skripsi yang berjudul “PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT

TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN DALAM REAKSI

TRANSESTERIFIKASI” ini ditujukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana teknik. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu, membimbing, dan mendukung atas terselesaikannya skripsi ini,

yaitu:

1. Ir. Bambang Poerwadi, MS., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia FT-UB dan Dosen

Pembimbing I Skripsi Bidang Minat Rekayasa Energi Jurusan Teknik Kimia FT-UB,

yang telah membimbing kami dalam proses pelaksanaan skripsi.

2. Rama Oktavian, ST., MSc., Dosen Pembimbing II Skripsi Bidang Minat Rekayasa

Energi Jurusan Teknik Kimia FT-UB, yang telah membimbing kami dalam proses

pelaksanaan skripsi.

3. Dr. Rizka Zulhijah, ST. MT., dan Supriono, ST., MT., selaku Dosen Pendamping

Skripsi Bidang Minat Rekayasa Energi Jurusan Teknik Kimia FT-UB yang telah

mendampingi kami dalam proses pelaksanaan skripsi.

4. Evi Sulviani Nengseh., A.Md, selaku PLP Laboratorium OTK Jurusan Teknik Kimia

yang telah membantu dalam proses penelitian skripsi.

5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Kimia FT-UB yang telah memberikan bekal ilmu,

wawasan, serta pengalaman selama mengikuti perkuliahan hingga akhir penyusunan

skripsi.

6. Seluruh staf Jurusan Teknik Kimia FT-UB serta semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi.

Tidak lupa, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang

telah memberikan semua perhatian dan kasih sayang sehingga naskah Skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik., serta rekan-rekan Teknik Kimia FT-UB yang turut mendukung dan

memberikan semangat pada kami.

Page 15: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

Terakhir, penulis berharap naskah Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan informasi

bagi para pembacanya. Setiap saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan oleh

penulis demi kebaikan penelitian ini. Demikian, penulis menyampaikan terima kasih.

Malang, 12 Agustus 2017

Penulis

Page 16: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... viii

DAFTAR SIMBOL .............................................................................................................. ix

RINGKASAN ........................................................................................................................ x

SUMMARY.......................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

1.3. Batasan Masalah ......................................................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 3

1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 5

2.1. Biodiesel ..................................................................................................................... 5

2.2. Minyak Kelapa Sawit .................................................................................................. 6

2.3. Transesterifikasi .......................................................................................................... 8

2.4. Metanol ..................................................................................................................... 11

2.5. Mekanisme Reaksi Katalis Heterogen ...................................................................... 11

2.6. Zeolit ......................................................................................................................... 13

2.6.1. Sifat Katalitik Zeolit ........................................................................................... 13

2.6.2. Jenis Zeolit ......................................................................................................... 14

2.6.3. Metode Aktivasi Zeolit...................................................................................... 16

2.7. Katalis CaO ............................................................................................................... 17

2.8. Homogenisasi ............................................................................................................ 20

2.8.1. Homogenisasi dengan tekanan (Pressure Homogenizing) ................................. 20

2.8.2. Homogenisasi mekanik (Mechanical Homogenizing) ....................................... 20

Page 17: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

vi

2.8.3. Homogenisasi ultrasonik (Ultrasonic Homogenizing) ....................................... 21

2.9. Analisis FT-IR (Fourier-transform Infrared) ........................................................... 22

2.10. Gas Chromatography .............................................................................................. 23

2.11. Penelitian terdahulu ................................................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 27

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 27

3.2. Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................................... 27

3.2.1. Bahan Penelitian ................................................................................................. 27

3.2.2. Alat Penelitian .................................................................................................... 28

3.3. Variabel Penelitian .................................................................................................... 30

3.4. Tahapan Penelitian .................................................................................................... 30

3.4.1. Preparasi Zeolit Alam ......................................................................................... 30

3.4.2 Aktivasi Zeolit Alam .......................................................................................... 31

3.4.3. Preparasi CaO-Zeolit Teraktivasi ....................................................................... 32

3.4.4. Reaksi Transesterifikasi ...................................................................................... 34

3.4.5. Pemisahan dan Pemurnian Produk Biodiesel ..................................................... 34

3.4.6. Karakterisasi Biodiesel (FAME) ........................................................................ 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 40

4.1. Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap yield biodiesel ............................................... 41

4.2. Pengaruh konsentrasi KOH terhadap konversi biodiesel .......................................... 42

4.3 Karakterisasi biodiesel ............................................................................................... 46

4.4. Analisis FT-IR Katalis CaO-Zeolit Teraktivasi KOH............................................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 57

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 63

Page 18: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Syarat Mutu dan Metode Uji Biodiesel (SNI 7182:2015) .................................. 6

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa Sawit ......................................... 7

Table 2.3. Baku Mutu Minyak Kelapa Sawit ...................................................................... 8

Tabel 2.4. Sifat Fisika dan Kimia Metanol ........................................................................ 11

Tabel 2.5. Karakteristik zeolit alam Indonesia .................................................................. 15

Tabel 2.6. Komposisi kimiawi zeolite alam Malang. ........................................................ 16

Tabel 3.1. Bahan dalam penelitian dan kegunaan ............................................................. 28

Tabel 4.1. Konversi FAME (%) pada biodiesel tiap variabel ........................................... 42

Tabel 4.2. Kadar FAME (%) pada biodiesel tiap variabel ................................................ 46

Tabel 4.3. Karakteristik biodiesel dari minyak kelapa sawit (variabel 2) ......................... 47

Tabel 4.4. Analisis gugus fungsi pada katalis sebelum dan setelah reaksi ........................ 50

Page 19: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Reaksi transesterifikasiantara trigliserida dan metanol .................................. 8

Gambar 2.2. Skema reaksi transesterifikasi......................................................................... 9

Gambar 2.3. Tahapan reaksi katalitik dengan menggunakan katalis heterogen ............... 12

Gambar 2.4. Gambar struktur modernit............................................................................. 15

Gambar 2.5. Siklus katalitik katalis .................................................................................. 18

Gambar 2.6. Perbandingan Energi Aktivasi dengan dan tanpa katalis .............................. 18

Gambar 2.7. Mekanisme reaksi transesterifikasi dengan katalis CaO .............................. 20

Gambar 2.8. Komponen dasar spektrometer FT-IR .......................................................... 23

Gambar 2.9. Blok diagram Gas Chromatography ............................................................ 23

Gambar 3.1. Rangkaian Alat Filtrasi Vakum .................................................................... 29

Gambar 3.2. Rangkaian alat transesterifikasi dengan waterbath ...................................... 29

Gambar 3.3. Diagram alir preparasi katalis zeolit alam .................................................... 31

Gambar 3.4. Diagram alir aktivasi zeolit alam .................................................................. 32

Gambar 3.5. Diagram alir preparasi CaO dengan support zeolit alam .............................. 33

Gambar 3.6. Prosedur proses transesterifikasi biodiesel ................................................... 34

Gambar 3.7. Prosedur pemisahan dan pemurnain produk biodiesel ................................. 35

Gambar 4.1. Diagram pengaruh konsentrasi molar KOH terhadap yield biodiesel .......... 41

Gambar 4.2. Diagram pengaruh konsentrasi molar KOH terhadap konversi FAME ....... 43

Gambar 4.3. Mekanisme reaksi aktivasi zeolit oleh basa .................................................. 44

Gambar 4.4. FT-IR katalis (a) sebelum reaksi (b) sesudah reaksi ..................................... 49

Page 20: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama beberapa dekade, peranan energi fosil masih mendominasi pemanfaatan

energi di Indonesia. Namun sebagai bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui,

ketersediaan dan cadangan bahan bakar fosil semakin menurun setiap tahun. Untuk

mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, pemerintah telah mengeluarkan

Kebijakan Energi Nasional dalam Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014 mengenai

pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam penggunaan energi nasional

minimal sebesar 23% pada tahun 2025 (BPPT, 2015:21).

Biodiesel merupakan suatu bentuk energi alternatif yang perlu mendapatkan

perhatian lebih dalam proses pengembangannya guna menciptakan kemandirian energi

di masa mendatang. Dibandingkan dengan bahan bakar fosil, biodiesel memiliki

kelebihan diantaranya bersifat dapat diperbaharui dan lebih ramah lingkungan karena

tidak mengandung sulfur. Secara umum, biodiesel dapat disintesis melalui reaksi

transesterifikasi antara gugus trigliserida dengan alkohol rantai pendek seperti metanol

dengan bantuan katalis. Terdapat dua macam katalis yang digunakan dalam reaksi

transesterifikasi, yaitu katalis homogen maupun heterogen. Penggunaan katalis

homogen memiliki kelemahan yaitu sulit dipisahkan dari produk yang dihasilkan.

Untuk mengatasi kelemahan katalis homogen, katalis heterogen dapat digunakan

sebagai alternatif untuk memudahkan dalam proses pemisahan serta mengurangi biaya

produksi karena katalis heterogen dapat digunakan kembali (reuse) (Kusuma, et al.,

2013: 121).

Jenis katalis heterogen yang digunakan untuk reaksi transesterifikasi meliputi

oksida logam (CaO, MgO, ZnO), hidroksida atau garam yang tidak larut (KF, KI,

K2CO3), serta zeolit (Wu, et al, 2013:13). Di Indonesia, terdapat cadangan zeolit alam

yang melimpah dan berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahun 2015, jumlah sumber

daya zeolit di Indonesia adalah sebesar 432 juta ton (Kementrian ESDM, 2015:24).

Zeolit alam dapat dimodifikasi hingga memiliki luas permukaan spesifik yang besar

hingga 200 m2/gram. Namun, penggunaan zeolit alam memiliki keterbatasan yaitu

masih mengandung banyak impurities sehingga belum optimal untuk diaplikasikan

Page 21: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

2

sebagai katalis (Weitkamp, 2000: 175). Selain itu, zeolit memiliki ukuran pori yang

besar sehingga secara umum memiliki luas permukaan per unit volume yang lebih

kecil.

Untuk meningkakan efektivitas dari katalis zeolit dalam transesterifikasi, CaO

dapat digunakan sebagai loading katalis. CaO memiliki sifat basa yang kuat serta tidak

larut di dalam metanol sehingga ideal untuk digunakan dalam proses transesterifikasi.

Keuntungan lain dari penggunaan katalis CaO adalah life time katalis yang lama serta

memiliki aktivitas yang tinggi (Correia, et al., 2016:2). Salah satu masalah yang dapat

ditimbulkan oleh katalis heterogen adalah deaktivasi katalis karena adanya leaching

gugus aktif ke dalam medium reaksi. Ditinjau dari masalah tersebut, intensitas

leaching CaO cukup rendah sehingga dapat digunakan kembali (reuse) hingga delapan

kali dengan yield 73-81% (Boey, et al., 2011:16,20).

Sebelum digunakan sebagai katalis, zeolit alam perlu mengalami proses pre-

treatment untuk mengaktivasi katalis. Hal ini dilakukan karena zeolit alam memiliki

banyak impurities yang dapat menurunkan aktivitas katalitiknya. Proses aktivasi dapat

dilakukan dengan beberapa cara, seperti hidrotermal dan aktivasi kimia. Proses

hidrotermal memiliki kekurangan karena kondisi operasi yang tinggi (sekitar 550°C)

dan bersifat eksotermik. Sedangkan penggunaan metode aktivasi kimia dapat

melarutkan impurities yang menutup pori zeolit pada kondisi operasi yang rendah.

Pelarutan impurities terjadi akibat sifat asam/basa dari struktur aluminosilikat dengan

adanya ion H+ dan OH

- dalam larutan (Margeta, et al., 2013: 91). Penggunaan

aktivator basa seperti KOH memiliki kelebihan dibandingkan dengan asam karena

reaksi transesterifikasi lebih optimum dilakukan dengan menggunakan katalis yang

bersifat basa.

Proses produksi biodiesel dengan menggunakan katalis heterogen yaitu zeolit,

CaO, atau keduanya, dalam transesterifikasi telah dikembangkan dan diteliti

sebelumnya. Supamathanon et al. (2011) meneliti mengenai penggunaaan katalis K-

Zeolit NaY untuk reaksi transesterifikasi minyak Jatropha. Yield maksimum yang

dihasilkan adalah 73,4%. Wu et al. (2012) menyebutkan bahwa zeolit akan memiliki

aktivitas katalitik yang cukup tinggi jika diembankan dengan NaOH, KNO3, KF, KI,

atau K2CO3 sehingga dapat digunakan dalam reaksi transesterifikasi sebagai katalis.

Pada tahun 2013, Kusuma et al. melakukan penelitian mengenai pemanfaatan zeolit

alam Indonesia sebagai support katalis KOH. Pada penelitian tersebut, yield FAME

Page 22: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

3

yang dihasilkan mencapai 95,09%. Selain sebagai katalis, KOH juga berfungsi dalam

proses aktivasi zeolit alam serta untuk membuka pori.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa zeolit alam

memiliki potensi untuk digunakan sebagai katalis dalam reaksi transesterifikasi dengan

dilakukan proses aktivasi katalis. Untuk mengoptimalkan kerja dari katalis, digunakan

oksida logam berupa CaO yang diembankan pada zeolit. Dengan demikian, pada

penelitian ini akan dikaji mengenai pengaruh proses preparasi katalis zeolit alam dan

CaO dengan metode microwave irradiation dan aplikasinya dalam proses

transesterifikasi untuk pembentukan biodiesel.

1.2. Rumusan Masalah

Zeolit alam diperlukan sebagai support katalis heterogen dalam reaksi

transesterifikasi. Untuk meningkatkan sifat katalitik zeolit, dilakukan proses aktivasi

dengan menggunakan larutan KOH. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mempelajari

pengaruh konsentrasi larutan KOH pada proses aktivasi terhadap konversi metil ester

(FAME) dan karakteristik biodiesel yang dihasilkan, serta performa katalis CaO-zeolit

teraktivasi KOH yang dihasilkan dengan metode microwave irradiation.

1.3. Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, akan dibatasi oleh beberapa hal, yaitu:

Bahan baku yang digunakan adalah minyak kelapa sawit dengan kadar asam

lemak bebas 0,320 ± 0,020 %.

Katalis zeolit alam-CaO diaplikasikan di dalam reaksi transesterifikasi biodiesel

antara minyak kelapa sawit dan metanol dengan pemanasan konvensional pada

temperatur 65°C selama 2 jam.

Zeolit alam-CaO dipreparasi dengan menggunakan metode iradiasi microwave.

Karakterisasi katalis dilakukan dengan pengujian FT-IR.

Karakterisasi fisik biodiesel dilakukan dengan pengujian densitas, viskositas,

bilangan asam, kadar air, dan kadar asam lemak bebas (FFA).

Analisis kualitatif biodiesel dilakukan dengan pengujian Gas Chromatography

(GC).

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa katalis CaO-zeolit

teraktivasi KOH yang dihasilkan dengan metode microwave irradiation dan pengaruh

Page 23: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

4

konsentrasi molar larutan KOH terhadap konversi metil ester (FAME) yang

dihasilkan, serta mengetahui karakteristik biodiesel yang dihasilkan.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

karakter katalis dan pengaruh konsentrasi molar KOH terhadap efektivitas katalis

CaO-zeolit alam teraktivasi KOH dalam reaksi transesterifikasi serta mengetahui

karakteristik biodiesel yang dihasilkan.

Page 24: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biodiesel

Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan biodiesel menjadi perhatian sebagai

bahan bakar alternatif terbarukan. Biodiesel merupakan campuran alkil ester yang dapat

digunakan sebagai minyak pemanas ataupun bahan bakar mesin diesel yang dihasilkan dari

minyak nabati dan lemak hewani (Manzanera, 2011:3). Biodiesel bersifat larut dalam

petrodiesel dalam berbagai rasio. Hal ini menyebabkan di beberapa negara, biodiesel

dijadikan sebagai campuran bahan bakar petrodiesel.

Biodiesel dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku. Bahan baku yang paling

banyak digunakan diantaranya adalah minyak nabati seperti minyak kedelai, minyak

kelapa sawit, dan minyak kelapa. Selain dari tumbuhan, bahan baku lain seperti lemak

hewan dan minyak bekas juga dapat digunakan. Pemilihan jenis bahan baku sebagian besar

didasarkan pada kondisi geografis. Dengan bahan baku yang berbeda, proses yang terjadi

dalam sintesis biodiesel juga akan berbeda (Knothe, et al., 2005:1). Biodiesel dapat

diproduksi dari proses esterifikasi asam lemak bebas dan atau transesterifikasi trigliserida,

bergantung dari spesifikasi bahan baku yang digunakan. Proses transesterifikasi digunakan

untuk bahan baku yang mengandung kadar asam lemak bebas (FFA) yang rendah,

sedangkan proses esterifikasi dibutuhkan jika bahan baku mengandung kadar FFA yang

tinggi.

Penggunaan biodiesel memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Hal ini menjadikan biodiesel bersifat kompetitif dengan petrodiesel jika ditinjau dari

beberapa aspek, diantaranya (Knothe, et al., 2005:10):

1. Dihasilkan dari bahan baku yang dapat diperbaharui sehingga mengurangi

ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

2. Bersifat mudah diuraikan atau biodegradable.

3. Dapat mengurangi sebagian besar emisi dari proses pembakaran (kecuali NOx).

4. Memiliki flash point yang lebih tinggi sehingga aman dalam penggunaan dan

proses penyimpanan.

Standar mutu biodiesel di Indonesia ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia, SNI

7182:2015 tentang biodiesel. Standar tersebut menetapkan persyaratan mutu dan

Page 25: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

6

metode uji biodiesel sebagai substitusi atau campuran dengan petrodiesel. Persyaratan

tersebut disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Syarat Mutu dan Metode Uji Biodiesel (SNI 7182:2015)

No Parameter Uji Satuan

Min/Maks Persyaratan

1 Massa jenis pada 40°C kg/m3 850-890

2 Viskositas kinematik pada 40°C mm2/s (cSt) 2,3-6,0

3 Angka setana Min 51

4 Titik nyala (mangkok tertutup) °C, min 100

5 Titik kabut °C, maks 18

6 Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5

7 Gliserol bebas % massa, maks 0,02

8 Gliserol total % massa, maks 0,24

9 Kadar metil ester % massa, min 96,5

Sumber: SNI 7182:2015 (2015:2)

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan sebagai penghasil minyak makanan,

minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Di Indonesia, kelapa sawit

tersebar di beberapa daerah seperti Aceh, Pantai Timur Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan

Kalimantan. Budidaya kelapa sawit menghasilkan keuntungan yang besar, sehingga

banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit (Badan

Penelitian & Pengembangan Pertanian, 2008:1).

Kelapa sawit terdiri dari 2 spesies yaitu Aracaceae atau famili palma yang digunakan

untuk pertanian komersil dengan produksi minyak kelapa sawitnya, serta spesies Elaies

guineensis yang berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit memiliki ketinggian mencapai 13-

18 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan

apabila masak berwarna merah kehitaman. Kelapa sawit tumbuh di daerah tropis, sehingga

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi kelapa sawit terbesar kedua

di dunia setalah Malaysia (Lubis & Widanarko, 2011:13-17).

Pada kelapa sawit, bagian utama yang sering diolah yaitu bagian buah. Daging buah

kelapa sawit dapat menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi produk

penting, salah satunya yaitu biodiesel (Hariyadi, 2014:10). Minyak kelapa sawit

Page 26: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

7

merupakan trigliserida yang tersusun oleh berbagai asam lemak, baik asam lemak jenuh

maupun asam lemak tak jenuh. Selain itu, minyak kelapa sawit mengandung komponen

non-trigliserida dalam jumlah kecil seperti karoten, tokoferol, sterol, phospatida, besi,

tembaga, air, dan pengotor. Komposisi minyak kelapa sawit yang berperan penting dalam

pembuatan biodiesel yaitu trigliserida (Tambun, 2007:23-24). Komposisi asam lemak

dalam minyak kelapa sawit ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa Sawit

Jenis Asam Lemak Komposisi (%)

Asam laurat 0,1 – 1

Asam miristat 0,9 – 1,5

Asam palmitat 41,8 – 45,8

Asam palmitoleat 0,1 – 0,3

Asam stearat 4,2 – 5,1

Asam oleat 37,3 – 40,8

Asam linoletat 9,1 – 11

Asam linolenat

Asam arakidonat

0 – 0,6

0,2 – 0,7

Sumber : Hariyadi (2014:12)

Secara spesifik, sifat fisik dan kimiawi dari minyak kelapa sawit berdasarkan SNI

7709:2012 tentang Minyak Goreng Sawit ditunjukkan pada tabel 2.3.

Page 27: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

8

Tabel 2.3. Baku Mutu Minyak Kelapa Sawit

No. Kriteria Persyaratan

1 Bau Normal

2 Rasa Normal

3 Warna Merah/kuning

4 Kadar air dan bahan menguap Maks. 0,1 %

5 Asam lemak bebas Maks. 0,3 %

6 Bilangan peroksida Maks. 10 mek O2/kg

7 Cemaran logam, yaitu :

Kadmium (Cd) Maks. 0,2 mg/Kg

Timbal (Pb) Maks. 0,1 mg/Kg

Raksa (Hg) Maks. 0,05 mg/Kg

Timah (Sn) Maks. 250 mg/Kg

Arsen Maks. 0,1 mg/Kg

2.3. Transesterifikasi

Transesterifikasi (biasanya disebut sebagai alkoholisis) merupakan reaksi

pembentukan alkil ester dari reaksi antara alkohol dengan trigliserida yang terkandung di

dalam minyak atau lemak. Alkohol yang umum digunakan sebagai sumber gugus alkil

adalah metanol (Manzanera, 2011:4). Untuk meningkatkan laju reaksi dan yield, digunakan

bantuan katalis selama reaksi transesterifikasi. Skema reaksi umum proses transesterifikasi

ditunjukkan pada gambar 2.1, dimana R merupakan gugus rantai asam lemak.

Gambar 2.1. Reaksi transesterifikasi antara trigliserida dan metanol

Sumber: Manzanera (2011:4)

Transesterifikasi merupakan reaksi yang reversible atau bolak-balik. Meskipun

demikian, reaksi balik dapat diabaikan karena gliserol yang terbentuk sebagai produk

samping bersifat tidak larut dengan produk sehingga menghasilkan dua lapisan. Untuk

Trigliserida Metanol Gliserol

Metil Ester

(Biodiesel)

Page 28: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

9

menjaga reaksi kesetimbangan reaksi agar berjalan ke arah produk, maka metanol perlu

ditambahkan dalam jumlah yang berlebih. Rasio molar antara trigliserida dengan metanol

dalam reaksi adalah 1:3. Dengan demikian, dalam reaksi transesterifikasi biasanya

digunakan rasio 1:6 hingga 1:1000 untuk meningkatkan pembentukan produk. Selain itu,

penambahan katalis serta pengambilan produk samping berupa gliserol juga dapat

dilakukan untuk menjaga reaksi berjalan ke arah produk (Manzanera, 2011:5).

Proses transesterifikasi terdiri atas tiga tahapan reaksi bolak-balik seperti yang

ditunjukkan gambar 2.2. Tahapan pertama merupakan konversi trigliserida menjadi

digliserida, kemudian konversi digliserida menjadi monogliserida, dan tahapan terakhir

merupakan konversi monogliserida menjadi gliserol (Ferrari, et al., 2011:223). Setiap

tahapan diikuti dengan pembentukan satu mol metil ester, sehingga reaksi total akan

menghasilkan tiga mol metil ester.

Gambar 2.2. Skema reaksi transesterifikasi

Sumber: Manzanera (2011:5)

Terdapat beberapa faktor yang memperngaruhi jalannya reaksi transesterifikasi,

diantaranya adalah sebagai berikut (Ferrari, et al., 2011:224):

1. Spesifikasi bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses transesterifikasi harus memenuhi

beberapa spesifikasi, diantaranya adalah kelembaban dan kandungan asam lemak

bebasnya. Keberadaan air selama proses transesterifikasi dapat menyebabkan

adanya reaksi saponifikasi untuk membentuk sabun. Kandungan asam lemak bebas

(FFA) pada bahan baku juga perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan kandungan

FFA yang tinggi pada minyak dapat bereaksi dengan katalis basa untuk

membentuk sabun. Oleh karena itu, kandungan FFA dalam minyak perlu dijaga di

bawah 0,5%. Terbentuknya sabun selama reaksi dapat meningkatkan viskositas,

memicu pembentukan gel yang dapat menurunkan yield, dan menyulitkan dalam

proses pemisahan gliserol.

Trigliserida + CH3OH Digliserida + RCOOCH3

Digliserida + CH3OH Monogliserida + RCOOCH3

Monogliserida + CH3OH Gliserol + RCOOCH3

Page 29: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

10

2. Rasio molar metanol dan trigliserida

Rasio molar metanol dan trigliserida dapat menentukan yield biodiesel yang

dihasilkan. Semakin tinggi rasio molarnya, maka yield biodiesel yang dihasilkan

akan semakin tinggi dalam jangka waktu yang lebih pendek (Gondra, 2010:16).

Rasio stoikiometri pada transesterifikasi adalah tiga mol alkohol dengan satu mol

trigliserida menghasilkan tiga mol fatty acid ester dan satu mol gliserol. Molar

rasio juga dapat dipengaruhi oleh jenis katalis yang digunakan. Jika menggunakan

katalis asam, dibutuhkan rasio molar yang tinggi hingga 30:1, sedangkan untuk

mencapai yield ester yang sama hanya dibutuhkan rasio molar 6:1 dengan

menggunakan katalis basa.

3. Katalis

Katalis yang digunakan pada proses produksi biodiesel dapat dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu katalis homogen dan heterogen. Katalis homogen merupakan

katalis yang berada dalam satu fase dengan minyak dan alkohol, sedangkan katalis

heterogen memiliki fase yang berbeda dengan medium reaksi. Katalis homogen

dapat dibedakan menjadi katalis asam dan basa, dan katalis heterogen dapat

dikelompokkan menjadi golongan oksida logam, kompleks logam, dan enzim

lipase. Jenis katalis yang berbeda akan membutuhkan konsentrasi yang berbeda

pula dalam pengaplikasiaannya ke dalam reaksi transesterifikasi.

4. Waktu reaksi

Secara umum, konversi minyak menjadi biodiesel dapat meningkat dengan

meningkatnya waktu reaksi. Jika reaksi dilakukan dalam waktu yang singkat, yield

ester yang dihasilkan dapat menjadi rendah karena terdapat beberapa bagian

trigliserida yang belum bereaksi.

5. Temperatur reaksi

Temperatur dapat memengaruhi reaksi transesterifikasi karena semakin tinggi

temperatur, kecepatan reaksi dapat meningkat sehingga menurunkan waktu reaksi

yang dibutuhkan. Namun, temperatur reaksi harus dijaga tidak melebihi titik didih

alkohol agar tidak terjadi penguapan alkohol yang dapat menyebabkan turunnya

yield yang dihasilkan. Temperatur optimum untuk reaksi transesterifikasi berkisar

antara 50-60°C.

Page 30: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

11

2.4. Metanol

Metanol merupakan senyawa hidrokarbon dari golongan alkohol (CnH2n+2O) dengan

gugus hidroksil (-OH). Pada kondisi atmosferik, metanol berbentuk cairan yang ringan,

mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan bersifat toxic dengan bau yang khas

(Cheng & Kung, 1994:23). Metanol dapat disintesis dari reaksi antara hidrogen dan karbon

monoksida atau karbon dioksida pada tekanan dan temperatur yang tinggi dengan

menggunakan katalis. Metanol juga dapat diproduksi dari oksidasi parsial hidrokarbon

(Pritchard, 2007:2). Sifat fisik dan kimia metanol ditunjukkan pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Sifat Fisika dan Kimia Metanol

Parameter Nilai

Berat molekul 32,04 g/mol

Wujud Cairan tidak berwarna

Densitas 792 kg/m3

Flash point 11°C

Titik didih 65°C

Kelarutan Larut dalam air, etanol, eter,

aseton, dan kloroform

Sumber: Valtech (2013:5)

Dalam pembuatan biodiesel, jenis alkohol yang sering digunakan yaitu metanol dan

etanol. Kedua jenis alkohol ini sering digunakan karena memiliki berat molekul yang

rendah dibandingkan dengan jenis alkohol lainnya, sehingga berpotensi untuk digunakan

dalam pembuatan biodiesel. Dibandingkan dengan etanol, metanol sering digunakan dalam

pembuatan biodiesel karena berat molekul yang lebih rendah, mudah bereaksi, stabil dan

murah. Namun, metanol bersifat toxic dan berbahaya. Dalam pembuatan biodiesel melalui

reaksi transesterifikasi, alkohol berperan sebagai pemecah molekul minyak (trigliserida)

secara kimia menjadi alkil ester dan gliserol (Knothe, et al., 2005:34).

2.5. Mekanisme Reaksi Katalis Heterogen

Reaksi dengan menggunakan katalis heterogen terdiri atas tahapan reaksi kimia dan

fisika. Pada saat terjadinya proses katalitik, reaktan ditransportasikan pada katalis.

Selanjutnya pada katalis akan terjadi beberapa peristiwa seperti difusi, adsorpsi, dan

desorpsi selama proses reaksi hingga reaksi selesai. Tahapan mekanisme yang terjadi pada

Page 31: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

12

saat reaksi katalitik dengan menggunakan katalis heterogen digambarkan pada gambar 2.3

dengan tahapan sebagai berikut (Hagen, 2006:99):

1. Difusi reaktan (starting materials) melalui boundary layer pada permukaan

katalis.

2. Difusi reaktan (starting materials) ke dalam pori katalis (pore diffusion).

3. Adsorpsi reaktan menuju permukaan bagian dalam pori.

4. Terjadinya reaksi kimia pada permukaan katalis.

5. Desorpsi produk hasil reaksi dari permukaan katalis.

6. Difusi produk keluar dari pori katalis.

7. Difusi produk melewati boundary layer dan menuju ke medium reaksi.

Gambar 2.3. Tahapan reaksi katalitik dengan menggunakan katalis heterogen

Sumber: Hagen (2006:99)

Tahapan adsorpsi pada permukaan katalis heterogen merupakan tahapan penting dalam

proses reaksi, sehingga tahapan keempat yang merupakan proses terjadinya reaksi kimia

tidak dapat dipisahkan dari tahapan adsopsi dan desorpsi (tahap ke-3 dan ke-5). Proses

adsorpsi dibedakan menjadi dua, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Pada adsorpsi

fisika, terjadi gaya van der Waals dan tidak terjadi mekanisme transfer elektron di

dalamnya. Sedangkan pada adsorpsi kimia, akan terbentuk ikatan kimia antara katalis dan

reaktan dan terjadi transfer elektron. Luas permukaan katalis merupakan faktor yang paling

berpengaruh dalam proses adsorpsi. Proses katalisis dengan menggunakan katalis

heterogen melibatkan proses adsopsi secara kimia. Peristiwa ini ditandai dengan adanya

reaksi kimia antara molekul reaktan dengan atom-atom pada permukaan katalis yang

terdapat pada sisi aktif katalis (Hagen, 2006:104).

Katalis

Pori

Layer difusi film

Page 32: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

13

Perhitungan laju reaksi efektif, reff, dalam suatu reaksi ditentukan oleh tahapan reaksi

yang paling lambat. Tahapan yang menentukan laju reaksi pada mekanisme katalisis

heterogen adalah tahap 3-5, yakni adsorpsi reaktan, reaksi kimia, dan desorpsi produk.

Laju reaksi tersebut ditentukan oleh beberapa parameter, diantaranya phase boundary, bulk

density katalis, struktur pori, dan laju difusi terhadap boundary layer (Hagen, 2006:99).

2.6. Zeolit

Zeolit merupakan aluminosilikat yang berbentuk kristal yang tersusun atas SiO4 dan

AlO4 tetrahedral yang bergabung dan berikatan pada atom oksigen yang sama. Susunan

molekul zeolit membentuk pori-pori yang memungkinkan adanya molekul lain dapat

terpenetrasi. Alumunium yang menyusun rangka zeolit menyebabkan adanya muatan

negatif sehingga perlu diseimbangkan dengan adanya kation yang dapat dipertukarkan

(Ruthven, 1984:9).

Karakteristik dari molekul zeolit ditentukan dari senyawa penyusunnya. Senyawa

penyusun zeolit diantaranya adalah molekul air dan ion logam alkali yang bersifat mobile,

sehingga dapat dipertukarkan dengan kation lain. Bagian dalam pori zeolit merupakan

bagian sisi aktif katalitik dari zeolit. Struktur pori ini bergantung pada komposisi, tipe

zeolit, dan tipe kation. Secara umum, formula molekul zeolit adalah:

MIM

II[(AlO2)x . (SiO2)y . (H2O)z]

Dengan MI dan M

II adalah logam alkali dan alkali tanah. Variabel x dan y

menunjukkan jumlah oksida, dan z menunjukkan jumlah molekul air yang terhidrasi.

Komposisi zeolit dapat disimbolkan dari rasio atomik Si/Al atau perbandingan rasio molar

SiO2 dengan Al2O3 (Hagen, 2006:239).

2.6.1. Sifat Katalitik Zeolit

Pada tahun 1962, zeolit diperkenalkan oleh Mobil Oil Corporation sebagai katalis

dalam proses perengkahan pada industri pengeboran minyak. Hal ini dikarenakan

zeolit memiliki aktivitas dan selektivitas yang tinggi dalam proses cracking dan

hydrocracking. Di akhir tahun 1960-an, konsep shape-selective catalysis dengan

menggunakan zeolit mulai banyak dikembangkan baik untuk penelitian maupun

aplikasinya di dunia industri, khususnya industri petrokimia. Penggunaan zeolit yang

semakin meningkat dikarenakan secara umum zeolit memiliki keunggulan,

diantaranya adalah (Hagen, 2006:243):

Page 33: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

14

a. Memiliki struktur kristalin dalam susunan SiO4 dan AlO4- tetrahedral. Hal ini

mengakibatkan zeolit memiliki kemampuan yang baik untuk direproduksi

kembali.

b. Memiliki sifat shape selectivity, yang mengakibatkan hanya molekul yang memiliki

ukuran diameter pori yang lebih kecil dari zeolit yang dapat bereaksi.

c. Ion logam aktif lain dapat diaplikasikan ke dalam katalis zeolit dengan

menggunakan metode pertukaran ion atau impregnasi.

d. Katalis zeolit bersifat stabil terhadap panas hingga temperatur 600°C.

e. Katalis zeolit dapat diaplikasikan untuk reaksi pada temperatur 150°C, dimana pada

temperatur tinggi secara umum terdapat kecenderungan kesetimbangan

termodinamika berjalan ke arah reaksi pembentukan produk samping.

2.6.2. Jenis Zeolit

Berdasarkan pembentukannya, zeolit dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu zeolit

alam dan zeolit sintesis. Perbedaan dari kedua jenis zeolit tersebut adalah:

a. Zeolit alam

Zeolit alam pertama kali ditemukan pada tahun 1756 di rongga batuan basalt.

Pada akhir abad ke-19, zeolit juga dapat ditemukan pada batuan sedimen.

Terbentuknya zeolit alam dapat disebabkan karena adanya aktivitas hidrotermal dan

endapan yang terbentuk akibat adanya letusan gunung berapi yang berada pada

tempat yang basa. Pengkajian terhadap zeolit alam telah banyak dilakukan. Hingga

saat ini, sekitar lebih dari 40 jenis zeolit telah ditemukan (Xu, et al., 2007:2).

Zeolit alam banyak digunakan pada proses pengeringan, pemisahan gas dan

liquid, pelunakan air, maupun pengolahan limbah. Di samping itu, zeolit alam juga

dapat digunakan sebagai katalis ataupun support katalis. Keberadaan zeolit alam

yang melimpah menyebabkan permintaan zeolit alam cukup tinggi. Hal ini

didukung dengan penanganannya yang mudah sehingga dapat menurunkan biaya

operasi (Xu, et al., 2007:3).

Di Indonesia terdapat cadangan zeolit alam yang melimpah dan berpotensi

untuk dikembangkan. Karakteristik zeolit alam tersebut ditunjukkan pada tabel 2.5.

Page 34: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

15

Tabel 2.5. Karakteristik zeolit alam Indonesia

Sumber Perbandingan

Si/Al

Volume Rongga

(m3/gram)

Luas permukaan

(m2/gram)

Malang 2,86 0,5 183,78

Cikalong 3,14 0,6 211,92

Banten 4,01 0,5 163,69

Lampung 3,78 0,4 170,81

Bogor 2,84 0,6 285,72

Sumber: Zulfa (2011:78)

Berdasarkan tabel 2.5, dapat diketahui bahwa zeolit alam Malang memiliki

luas permukaan yang relatif besar dibandingkan dengan zeolit alam lainnya. Zeolit

alam Malang memiliki struktur modernit (Zulfa, 2011:79). Modernit merupakan

jenis zeolit yang memiliki rasio Si/Al mendekati 5,0. Kandungan alumunium di

dalamnya dapat menurun akibat adanya leaching dengan asam tanpa menyebabkan

adanya perubahan yang signifikan pada susunan kristalitasnya. Gambar 2.4

merupakan struktur dari modernit.

Gambar 2.4. Gambar struktur modernit

Sumber: Ruthven (1984:16)

Secara spesifik, komposisi kimiawi zeolit alam Malang terdapat pada tabel 2.6.

Page 35: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

16

Tabel 2.6. Komposisi kimiawi zeolit alam Malang

Rumus Kimia Jumlah (% massa)

MgO 1,5965

Al2O3 10,2816

SiO2 53,2322

S 0,1267

K2O 1,5275

CaO 27,6908

TiO2 0,3802

MnO 0,1886

Fe2O3 4,8386

SrO 0,1374

Sumber: Setiadi & Astri Pertiwi (2007:3)

b. Zeolit sintesis

Zeolit sintesis merupakan zeolit yang disintesis dengan mengatur rasio Si dan

Al di dalamnya. Sintesis zeolit diawali dari pencampuran senyawa aluminium dan

silikon dalam fase cair. Reaksi tersebut dapat terjadi pada tekanan atmosferik,

namun seringkali dilakukan pada tekanan tinggi. Setelah proses pencampuran pada

fase cair dan terbentuk gel, akan terjadi fase transisi dari fasa gel menjadi fasa cair

dan akan terbentuk partikel zeolit kristalin yang amorf (Hagen, 2006:242).

Struktur zeolit dapat dimodifikasi kembali setelah proses sintesis dengan cara

pertukaran spesies di dalam framework. Rasio Si/Al dapat diubah dengan proses

dealuminasi dengan cara perlakuan dengan asam, steaming, dan pertukaran dengan

ion ammonium (Hagen, 2006:242). Dibandingkan dengan zeolit alam, zeolit

sintesis memiliki beberapa kelebihan diantaranya kemurnian yang tinggi, ukuran

pori yang seragam, dan memiliki kapasitas pertukaran ion yang lebih baik.

2.6.3. Metode Aktivasi Zeolit

Proses aktivasi zeolit dilakukan untuk membentuk struktur yang lebih stabil. Hal

ini dikarenakan setiap zeolit memilki framework, komponen penyusun, serta bentuk

dan ukuran pori tertentu yang dapat membentuk struktur yang baru jika dilakukan

proses hidrotermal ataupun dengan menggunakan pelarut tertentu (Xu, et al.,

2007:345). Metode yang dapat digunakan untuk aktivasi zeolit antara lain:

Page 36: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

17

2.6.3.1. Aktivasi Kimia

Proses aktivasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan garam inorganik

(NaCl, CaCl2, BaCl2, NH4Cl, FeCl3), asam (HCl, HNO3), ataupun basa inorganik

(NaOH, KOH, Ca(OH)2). Perlakuan dengan menggunakan asam merupakan proses

yang paling umum dan sederhana untuk modifikasi zeolit. Efektivitas dari perlakuan

dengan menggunakan asam bergantung pada komposisi kimia, struktur, dan

kemurnian. Larutan asam akan melarutkan senyawa-senyawa yang menutup pori

zeolit. Menurut teori Bronsted-Lewis, pelarutan zeolit alam di dalam larutan terjadi

akibat sifat asam atau basa dari struktur aluminosilikat dengan adanya ion H+ dan OH

-

dalam larutan (Margeta, et al., 2013: 91). Penggunaan basa inorganik kuat seperti

NaOH, KOH, dan LiOH dalam proses aktivasi dapat menyebabkan terjadinya

pertukaran lebih lanjut antara kation pengotor dalam zeolit dengan kation Na+, K

+,

atau Li+ yang terdapat pada larutan (Koohsaryan & Anbia, 2016:454).

2.6.3.2. Aktivasi Hidrotermal

Proses modifikasi seacara termal pada temperatur yang tinggi dilakukan untuk

menghilangkan molekul air dan untuk mengoksidasi senyawa organik dari pori.

Adanya air di dalam saluran pori zeolit memiliki berat 10-25% dari total massa zeolit.

Temperatur yang biasa digunakan adalah sekitar 550°C dan bersifat eksotermik.

Untuk memilih kondisi operasi yang dapat dilakukan, maka perlu diketahui sifat dari

zeolit. Hal ini dikarenakan penanganan yang salah dapat menyebabkan rusaknya

struktur dari zeolit (Xu, et. al., 2007:345).

2.7. Katalis CaO

Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi kimia tanpa mempengaruhi

kesetimbangan reaksi. Katalis tidak mengalami perubahan selama reaksi berlangsung.

Dalam suatu reaksi, katalis terlibat dalam ikatan kimia dengan reaktan. Reaktan dan katalis

saling berikatan sehingga akan dihasilkan produk reaksi. Setelah produk terbentuk, katalis

akan diregenerasi seperti keadaan awal (Hagen, 2006:1). Fenomena tersebut dikenal

sebagai siklus katalitik yang ditunjukkan pada gambar 2.5.

Page 37: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

18

Gambar 2.5. Siklus katalitik katalis

Sumber: Hagen (2006:2)

Di dalam reaksi kimia, katalis memberikan mekanisme reaksi alternatif dengan energi

aktivasi yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis. Dengan energi

aktivasi yang lebih rendah, katalis dapat meningkatkan laju reaksi sehingga reaksi dapat

berjalan lebih cepat (Page, 1978 :7). Berikut ini perbandingan energi aktivasi dengan dan

tanpa katalis.

Gambar 2.6. Perbandingan Energi Aktivasi dengan dan tanpa katalis

Sumber: Masterton (2012:353)

Di dalam reaksi transesterifikasi, katalis yang digunakan memiliki beberapa syarat

yaitu tidak terdeaktivasi dengan air, stabil, tidak mudah leaching, aktif dalam temperatur

R (Reaktan)

Katalis Katalis - R

P (Produk)

Energi

Jalur Reaksi

Page 38: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

19

yang rendah, serta memiliki selektivitas yang tinggi (Refaat, 2011:204). Dalam pembuatan

biodiesel, katalis dibutuhkan dalam reaksi transesterifikasi karena laju reaksi cenderung

rendah (lambat). Umumnya, katalis yang digunakan berupa katalis basa homogen. Namun,

katalis homogen memiliki kelemahan yaitu tidak dapat digunakan kembali, sulit dipisahkan

serta membutuhkan proses pemurnian lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan biaya

produksi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka dapat digunakan katalis heterogen

(Manzanera, 2011: 6-7).

Katalis heterogen diklasifikasikan menjadi dua, yaitu katalis asam dan basa. Sifat dari

katalis mempengaruhi laju reaksi transesterifikasi. Semakin kuat sifat basanya, maka

keberadaan sisi aktif dapat meningkatkan performa katalis dalam reaksi transesterifikasi.

Oleh sebab itu, umumnya pembuatan biodiesel menggunakan katalis basa dalam reaksi

transesterifikasi (Manzanera, 2011: 7-8).

Beberapa jenis katalis basa heterogen yang sering digunakan dalam reaksi

transesterifikasi antara lain logam alkali karbonat, logam alkali tanah karbonat, oksida

logam alkali tanah dan oksida lainnya (Manzanera, 2011: 8). Salah satu contoh katalis basa

heterogen yaitu kalsium oksida (CaO). CaO merupakan oksida logam yang berbentuk

padatan atau kristal berwarna putih yang berpotensi sebagai katalis dalam reaksi

transesterifikasi. Kelebihan CaO sebagai katalis basa heterogen antara lain memiliki

alkalinitas dan aktivitas yang tinggi, lifetime yang lama, dan tidak mudah larut dalam

metanol. Hal ini sesuai dengan syarat katalis basa padat pada proses produksi biodiesel

(Wu, et al., 2013:13).

Berat molekul dari CaO yaitu 56,08 gram/mol. CaO memiliki sifat fisik berupa titik

didih dan titik leleh sebesar 2.850 °C dan 2.573 °C. Penggunaan CaO perlu diperhatikan

karena CaO berpotensi menyebabkan iritasi bila mengenai mata, kulit, pernafasan serta

pencernaan (Sciencelab, 2012:3).

Mekanisme reaksi transesterifikasi dengan katalis CaO dijelaskan pada gambar 2.7.

Metanol akan terionisasi menjadi ion metoksida (CH3O-) dan ion H

+ yang menempel pada

permukaan katalis. Ion metoksida kemudian akan menyerang gugus karbonil dari molekul

trigliserida (tahap 1). Dari proses tersebut, akan terbentuk senyawa intermediet yang

berbentuk tetrahedral (tahap 2). Selanjutnya intermediet tersebut akan membentuk anion

digliserida dan melepaskan satu mol metil ester (tahap 3). Anion digliserida kemudian akan

distabilkan dengan proton dari permukaan katalis untuk membentuk digliserida dan dalam

waktu yang sama, katalis akan teregenerasi. Siklus ini berjalan secara kontinyu hingga

Page 39: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

20

ketiga gugus karbonil pada trigliserida bereaksi dengan ion metoksida untuk membentuk

satu mol gliserol dan tiga mol metil ester (Boey, et al., 2011:20).

Gambar 2.7. Mekanisme reaksi transesterifikasi dengan katalis CaO

Sumber: Boey, et al (2011:20)

2.8. Homogenisasi

Proses homogenisasi merupakan kegatan untuk menghasilkan suatu keadaan

homogen. Suatu material dikatakan mencapai keadaan homogen apabila memiliki

komposisi, struktur, atau karakter yang seragam. Proses homogenisasi dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Secara umum, metode homogenisasi dikelompokkan menjadi 3

bagian, yaitu dengan menggunakan tekanan, mekanik, dan ultrasonik (Dhankhar, 2014:1).

2.8.1. Homogenisasi dengan tekanan (Pressure Homogenizing)

Proses homogenisasi dengan menggunakan tekanan tinggi telah digunakan

beberapa tahun untuk berbagai macam varietas bakteri, yeast, dan miselia. Proses

homogenisasi tipe ini dilakukan dengan mendesak suspensi untuk melalui saluran yang

sempit atau orifice yang bertekanan. Proses homogenisasi terjadi akibat adanya

kombinasi antara perbedaan tekanan yang besar, terbentuknya tipe aliran yang turbulen,

serta adanya gaya gesek dengan dinding yang kuat. Beberapa parameter operasi yang

mempengaruhi efektivitas dari homogenizer bertekanan adalah tekanan, temperatur,

jumlah passes, desain valve atau katup, dan laju alir (Dhankhar, 2014:2).

2.8.2. Homogenisasi mekanik (Mechanical Homogenizing)

Homogenisasi secara mekanik dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dengan

rotor-stator dan blade. Pada rotor-stator homogenizer, rotor digerakkan secara mekanik

dan hidraulik untuk dapat berkontak dengan suatu material. Rotor terpasang pada stator

(1) (2) (3)

Page 40: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

21

yang memiliki slot. Karena rotor berputar dengan kecepatan rpm yang tinggi, ukuran

material akan berkurang akibat adanya kombinasi dari turbulensi aliran dan gaya

gesekan yang terjadi. Variabel yang dapat meningkatkan efisiensi dari rotor-stator

homogenizer diantaranya adalah desain rotor dan stator, kecepatan rotor, ukuran

sampel, viskositas medium, laju alir, konsentrasi sampel, bentuk vessel, dan posisi

rotor-stator. Namun, pada proses ini sampel yang telah terhomogenisasi dapat

terkontaminasi dengan partikel kaca atau stainless steel, serta dapat mengakibatkan

adanya kavitasi. Kavitasi adalah terbentuknya vapor bertekanan rendah di dalam aliran

liquid. Proses kavitasi dapat terjadi akibat perpindahan objek padatan di dalam liquid

pada kecepatan yang tinggi (Dhankhar, 2014:3).

Tipe kedua dari proses homogenisasi mekanik adalah dengan menggunakan blade

homogenizer. Alat ini dilengkapi dengan blade di bagian atas atau bawah yang berputar

dengan kecepatan 6.000 sampai 50.000 rpm, dengan jumlah sampel liquid mulai 0,1

mL hingga multi-galon. Namun, tipe ini kurang efisien jika dibandingkan dengan tipe

rotor-stator (Dhankhar, 2014:3).

2.8.3. Homogenisasi ultrasonik (Ultrasonic Homogenizing)

Gelombang ultrasonik merupakan spektrum audio dengan frekuensi di atas 20

kHz. Frekuensi ini berada di atas spektrum standar pendengaran manusia yang berkisar

antara 20 Hz sampai 20 kHz. Gelombang ultrasonik memiliki aplikasi yang luas dalam

berbagai disiplin ilmu dan industri seperti fisika, biologi, oseanografi, seismologi,

industri makanan dan obat-obatan. Luasnya pengaplikasian gelombang ultrasonik

disebabkan karena gelombang ultrasonik memiliki kecepatan rambat yang rendah,

sekitar 100.000 kali lebih rendah dibandingkan dengan gelombang elektromagnetik.

Hal ini akan mendukung dalam penyajian data atau informasi dalam variabel waktu

tertentu. Di samping itu, gelombang ultrasonik dapat berpenetrasi melalui material

yang tidak tembus cahaya atau opaque (Cheeke, 2002:16).

Energi yang dipancarkan oleh gelombang ultrasonik dapat memengaruhi aktivitas

kimia dari suatu sistem. Hal ini diakibatkan adanya produksi panas, terciptanya

pencampuran serta kontak yang intim antarmaterial, dispersi layer, dan produksi

senyawa kimia radikal. Produksi senyawa radikal diakibatkan adanya temperatur yang

tinggi dan tegangan yang disebabkan oleh gelombang akibat kavitasi (Ensminger &

Bond, 2012:563)

Page 41: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

22

Dalam proses homogenisasi ultrasonik, terjadi pembentukan gelombang sonik

pada media liquid. Gelombang tersebut akan menyebabkan terbentuknya aliran pada

liquid dan pada kondisi tertentu, akan terbentuk gelembung-gelembung yang berukuran

mikro dengan sangat cepat. Gelembung ini disebut sebagai gelembung kavitasi.

Gelembung kavitasi tersebut akan tumbuh dan saling bergabung hingga mencapai

ukuran resonansi tertentu, dan pada akhirnya akan terpecah. Pecahnya gelembung-

gelembung akan menghasilkan shockwave dengan energi tertentu untuk memutus

ikatan kovalen (Dhankhar, 2014:1). Selain itu, pecahnya gelembung kavitasi akan

menyebabkan terbentuknya arus dan turbulensi aliran yang akan mengganggu ikatan

partikel dan menyebabkan terjadinya tumbukan antarpartikel (Advance Equipment

Engineering, 2015:7).

Keuntungan dari penggunaan ultrasonic homogenizer adalah minimumnya jumlah

bagian alat yang bergerak (moving parts) dan terbasahi. Hal ini dapat menurunkan

waktu pembersihan dan perawatan peralatan. Keuntungan lain yang dapat diperoleh

adalah adanya sistem kontrol terhadap parameter operasi yang memengaruhi proses

kavitasi, seperti amplitudo dan tekanan (Advance Equipment Engineering, 2015:7).

2.9. Analisis FT-IR (Fourier-transform Infrared)

Spektroskopi FT-IR merupakan suatu instrumentasi yang dapat mengidentifikasi jenis

frekuensi gugus tertentu dengan cara menginterpretasikan spektrum yang muncul akibat

adanya sumber radiasi sinar inframerah. Prinsip kerja dari Infrared stresptoscopy adalah

berdasarkan vibrasi atom di dalam molekul. Spektrum inframerah yang muncul didapatkan

dari besarnya fraksi radiasi infra merah yang diserap sampel pada besaran energi tertentu.

Secara umum, molekul yang dapat menunjukkan absorpsi inframerah adalah molekul yang

dapat mengalami perubahan momen dipol selama terjadinya vibrasi pada molekul (Stuart,

2004:5).

Komponen dasar dari spektrometer FT-IR digambarkan pada gambar 2.8. Radiasi

inframerah yang dipancarkan dari sumber radiasi akan melewati interferometer dan menuju

sampel. Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah lampu merkuri untuk daerah serapan

inframerah yang jauh, atau lampu tungsten-halogen untuk daerah serapan uang dekat.

Sedangkan jenis interferometer yang biasa digunakan dalam FT-IR adalah interferometer

Michelson, yang terdiri atas dua kaca datar yang saling tegak lurus. Diantara kedua kaca

tersebut, diletakkan beamsplitter, yang berfungsi untuk mengatur dan membagi sinar ke

interferometer. Sinar yang mengenai interferometer akan dipantulkan kembali dan

Page 42: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

23

ditransimikan menuju beamsplitter untuk dikumpulkan sehingga terjadi interferensi dan

menuju sampel. Besarnya sinar yang diserap sampel akan diterima oleh detektor. Sinyal

yang diterima oleh detektor kemudian akan dikonversi menjadi sinyal digital dalam yang

dapat dibaca oleh komputer (Stuart, 2004:18-23).

Gambar 2.8. Komponen dasar spektrometer FT-IR

Sumber: Stuart (2004:18)

2.10. Gas Chromatography

Gas Chromatography merupakan suatu metode pemisahan komponen dalam sampel,

yang akan mengalami partisi diantara dua fasa. Fasa tersebut adalah fasa stationer yaitu bed

dengan permukaan yang luas, dan fasa bergerak (mobile phase) yang berupa gas yang

bergerak melewati fasa stationer. Gas Chromatography dapat digunakan untuk

menganalisis komposisi dari suatu campuran. Bagian-bagian pada instrumentasi GC dapat

dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Blok diagram Gas Chromatography

Sumber: Jeffery, et al. (1989:235)

Silinder berisi gas pembawa yang akan digunakan untuk membawa sampel ke dalam

kolom. Gas pembawa dapat berupa helium, nitrogen, hidrogen, atau argon. Gas pembawa

harus bersifat inert dan tidak bereksi secara kimia dengan sampel. Dasar pemilihan gas

pembawa bergantung pada berbagai faktor, diantaranya ketersediaan, kemurnian yang

dibutuhkan, dan tipe detektor yang digunakan. Silinder gas ini terhubung dengan flowmeter

yang berfungsi untuk mengontrol dan memonitor laju alir dari gas pembawa. (Jeffery, et

al., 1989:236). Laju alir yang konstan dibutuhkan dalam analisis kualitatif untuk

memperoleh retention time dari suatu komponen sehingga identifikasi senyawa dapat lebih

mudah dilakukan (Mc Nair & Miller, 2009:12).

Silinder Gas

Flowmeter

Kolom

GLC

Sampel

Detektor

Chart

Recorder

Sumber Interferometer Sampel Detektor

r

Converter Komputer

Page 43: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

24

Gas pembawa kemudian akan membawa sampel yang diinjeksikan dari bagian atas

kolom dengan menggunakan microsyringe. Proses pemisahan komponen secara aktual

terjadi pada kolom. Kolom tersebut merupakan kolom dengan sistem pemanasan terkontrol

dengan rentang temperatur yang dijaga dalam kondisi isothermal. Temperatur operasi pada

kolom bervariasi, mulai dari temperatur ruang hingga 400°C. Efektivitas pemisahan pada

kolom ditentukan oleh berbagai macam faktor, diantaranya support yang digunakan, tipe

dan jumlah fasa liquid, jenis packing, panjang kolom, dan temperatur operasi. Sampel akan

dievaporasi dan dibawa oleh gas menuju kolom. Di kolom, sampel akan mengalami partisi

ke dalam fasa stationer berdasarkan kelarutannya pada temperatur tertentu. Komponen-

komponen dalam sampel akan memisah satu sama lain berdasarkan tekanan uap relatif dan

afinitasnya terhadap fasa stationer (Mc Nair & Miller, 2009:2).

Setelah terpisah menjadi komponen-komponen tertentu, komponen tersebut akan

menuju detektor yang akan mendeteksi dan mengukur jumlah komponen yang terdapat

pada aliran gas pembawa yang keluar dari kolom. Output dari pembacaan detektor

kemudian akan disalurkan menuju recorder yang akan mengolah data dalam bentuk

diagram kromatrogram (Jeffery, et al., 1989:240).

Analisis dengan menggunakan GC memiliki beberapa keuntungan, diantaranya proses

analisis yang cepat, akurat, dan membutuhkan sampel dalam jumlah yang relatif kecil. GC

juga dapat dipadukan dengan instrumentasi lain seperti mass spectrometer sehingga proses

analisis data menjadi lebih mudah dan akurat. Meskipun demikian, penggunaan GC

terbatas untuk sampel-sampel yang mudah menguap dan labil terhadap panas (Mc Nair &

Miller, 2009:6).

2.11. Penelitian terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang mempelajari mengenai penggunaan katalis zeolit

alam, CaO, ataupun keduanya di dalam reaksi transesterifikasi pembentukan biodiesel.

Patil et al. (2011) mempelajari mengenai laju reaksi dan yield biodiesel yang dihasilkan

dari reaksi antara minyak Camelina sativa dengan metanol dengan menggunakan katalis

oksida logam (BaO, SrO, CaO, dan MgO), baik dengan pemanasan konvensional dan

menggunakan microwave. Hasil yang diperoleh yaitu katalis heterogen yang digunakan

dalam reaksi ini memiliki selektivitas yang berbeda bergantung dari sifat asam-basa dan

luas permukaan spesifiknya. BaO memiliki performa yang paling baik dibandingkan

dengan SrO, CaO, dan MgO.

Page 44: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

25

Nuttinee S. et al. (2011) melakukan penelitian mengenai preparasi katalis K-NaY

dengan metode impregnasi NaY pada larutan buffer CH3COOK/CH3COOH. Reaksi

dilakukan dengan pemanasan konvensional pada suhu 65°C. Hasil penelitian yang

diperoleh yaitu yield biodiesel optimum yang diperoleh adalah 73,4% dengan jumlah

catalyst loading 12%, waktu reaksi 3 jam dan rasio molar metanol:minyak adalah 16:1.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wu et al. (2013) dengan melakukan preparasi

katalis CaO yang diberi pengemban (support) berupa zeolit tipe NaY, KL, dan NaZSM-5,

dengan menggunakan metode microwave irradiation. Katalis tersebut kemudian

diaplikasikan ke dalam reaksi transesterifikasi antara soybean oil dengan metanol. Dari

penelitian didapatkan bahwa yield biodiesel terbesar (95%) diperoleh pada katalis yang

diberi pengemban zeolit NaY dengan rasio 30% CaO di dalam zeolit NaY. Kondisi

tersebut dicapai pada rasio molar metanol dan soybean oil yaitu 9:1, temperatur reaksi

65°C, waktu reaksi 3 jam, dan konsentrasi katalis 3%.

Kusuma et al. pada tahun 2013 mempelajari mengenai proses transesterifikasi antara

minyak kelapa sawit dan metanol dengan menggunakan katalis KOH/zeolit. Katalis

KOH/zeolit dibuat dengan metode impregnasi basah. Variabel tetap yang ditetapkan adalah

temperatur reaksi 60°C, konsentrasi katalis 3%, dan rasio molar trigliserida metanol 1:7.

Dari penelitian didapatkan yield maksimum yang dihasilkan adalah 95,09% pada variabel

waktu reaksi 2 jam.

Penelitian terbaru pada 2016 yang dilakukan oleh Wei Ye et al., dilakukan dengan

menggunakan minyak sawit dan metanol, serta katalis CaO. Reaksi dijaga pada temperatur

konstan 65°C selama 60 menit. Kemudian pemisahan biodiesel dilakukan dengan

menggunakan centrifuge. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa kondisi optimum

untuk reaksi adalah daya microwave 150 W, rasio molar alkohol dengan minyak adalah

9:1, kecepatan pengadukan 450 rpm, dan jumlah katalis 5% dengan yield metil ester adalah

89,9%.

Page 45: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan Desember 2016 hingga Maret 2017 di

Laboratorium Operasi Teknik Kimia Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Brawijaya Malang. Untuk karakterisasi katalis CaO-zeolit alam teraktivasi KOH dilakukan

dengan pengujian FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy) di Laboratorium

Kimia Analisis, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan untuk

mengetahui kandungan metil ester (FAME) dalam biodiesel yang dihasilkan, dilakukan uji

kualitatif menggunakan Gas Chromatography di Laboratorium Kimia Analisis Politeknik

Negeri Malang.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1. Bahan Penelitian

Bahan baku utama dalam penelitian ini adalah minyak kelapa sawit dengan kadar

asam lemak bebas 0,320 ± 0,020 %, metanol (grade p.a. dengan kemurnian >99,9%),

CaO (grade p.a dengan kemurnian >96%), zeolit alam, padatan KOH (grade p.a.

dengan kemurnian >99%), etanol (grade p.a. dengan kemurnian >99,9%), indikator

fenolftalein, dan asam oksalat (grade p.a. dengan kemurnian >99,9%). Zeolit alam

diperoleh dari wilayah Malang. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian serta

kegunaannya dijelaskan pada tabel 3.1.

Page 46: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

28

Tabel 3.1. Bahan dalam penelitian dan kegunaan

Bahan Penelitian Kegunaan

Minyak kelapa sawit Sebagai reaktan (sumber trigliserida) dalam

reaksi transesterifikasi

Metanol Sebagai reaktan (penyuplai gugus metil) dalam

reaksi transesterifikasi

CaO Sebagai penyedia sisi aktif katalis heterogen

Zeolit alam Sebagai support katalis CaO

Padatan KOH Dalam bentuk larutannya digunakan dalam

aktivasi zeolit alam dalam beberapa konsentrasi

molar. KOH 0,1 N juga diperlukan sebagai

titran pada proses pengujian bilangan asam dan

kadar FFA pada biodiesel

Etanol Digunakan dalam uji bilangan asam dan kadar

FFA pada biodiesel

Indikator Fenolftalein Indikator pada proses titrasi bilangan asam dan

kadar FFA

Asam oksalat Digunakan dalam proses standarisasi larutan

KOH pada proses pengujian bilangan asam dan

FFA pada biodiesel

3.2.2. Alat Penelitian

Garis besar penelitian ini terdiri atas empat tahapan utama, yaitu tahap preparasi

katalis, reaksi transesterifikasi, pemurnian biodiesel, dan uji fisik pada biodiesel yang

dihasilkan. Peralatan yang digunakan pada tahapan preparasi katalis diantaranya adalah

hammer mill, mortar dan pestle, neraca analitik, ayakan 200 mesh, ultrasonic cleaner,

oven, hot plate & stirrer, microwave, furnace, dan rangkaian alat filtrasi vakum yang

terdiri atas corong buchner, vacuum jet ejector, filtering flask, dan kertas saring. Skema

rangkaian peralatan dalam proses filtrasi vakum terdapat pada gambar 3.1.

Page 47: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

29

Page 48: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

30

Peralatan yang digunakan dalam proses pemurnian biodiesel terdiri atas corong

pisah, centrifuge, dan rangkaian peralatan refluks. Rangkaian refluks ini terdiri atas

heating mantle, pompa air, dan kondensor alilihn. Untuk pengujian secara fisik pada

biodiesel, digunakan beberapa peralatan yaitu piknometer dan buret.

3.3. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel yaitu variabel tetap, variabel bebas, dan

variabel terikat.

a. Variabel tetap, merupakan variabel yang nilainya telah ditetapkan dan tidak berubah

pada setiap percobaan. Variabel tetap pada penelitian ini antara lain adalah:

Rasio massa zeolit : larutan KOH = 1:4

Jenis minyak = Minyak kelapa sawit

Jenis alkohol = Metanol grade p.a.

Temperatur reaksi transesterifikasi = 65°C

Rasio molar metanol:minyak = 8:1

Konsentrasi katalis (w/w%) = 5%

Persen CaO dalam katalis (w/w%) = 30%

Waktu reaksi transesterifikasi = 120 menit

b. Variabel bebas, yaitu variabel yang nilainya tidak bergantung pada variabel lain dan

divariasikan nilainya untuk setiap percobaan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah

konsentrasi larutan KOH (M), yang divariasikan dalam lima variabel yaitu konsentrasi

1M; 1,5M; 2M ; 2,5M; 3M.

c. Variabel terikat, merupakan variabel yang nilainya bergantung pada variabel lain. Pada

penelitian ini, variabel terikat yang dihasilkan yaitu kadar metil ester (FAME) yang

dihasilkan dalam biodiesel.

3.4. Tahapan Penelitian

3.4.1. Preparasi Zeolit Alam

Tahap preparasi ini bertujuan untuk memperoleh ukuran zeolit alam yang sesuai

dengan ukuran yang dibutuhkan. Tahap ini melibatkan proses milling dengan

menggunakan hammer mill serta penumbukan dengan menggunakan mortar dan pestle

untuk mereduksi ukuran zeolit serta menyeragamkan ukuran partikel sehingga dapat

melewati ayakan 200 mesh. Diagram alir proses preparasi zeolit alam ditunjukkan pada

gambar 3.3.

Page 49: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

31

Gambar 3.3 Diagram alir preparasi katalis zeolit alam

3.4.2 Aktivasi Zeolit Alam

Dalam proses aktivasi zeolit alam, terdapat dua macam metode yang dapat

dilakukan, yaitu fisik (hidrotermal) dan kimia. Pada penelitian ini digunakan metode

aktivasi kimia yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor pada permukaan pori

serta mengatur tata letak atom (Djaeni, et al., 2010:2-3). Hal ini dilakukan karena

penggunaan zeolit alam masih memiliki kelemahan diantaranya mengandung banyak

pengotor seperti kation-kation Na+, Ca

2+, Mg

2+, dan Fe

3+. Molekul air juga dapat

terjerap pada struktur kristal zeolit dengan kadar berkisar antara 1-35% (Arif, 2011:5).

Keberadaan pengotor-pengotor tersebut dapat mengurangi aktivitas zeolit karena dapat

menyebabkan penyumbatan pori dan penutupan sisi aktif (Mustain, et al., 2014:138).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya proses aktivasi, salah

satunya adalah dengan menggunakan basa yaitu larutan KOH.

Pada tahap ini, aktivasi dilakukan secara kimia menggunakan larutan KOH

dengan molaritas yang divariasikan yakni 1M; 1,5M; 2M; 2,5M; 3M. Zeolit alam

undersize 200 mesh diimpregnasi dengan larutan KOH dengan rasio massa 1:4. Proses

impregnasi dilakukan selama 4 jam pada temperatur ruang dengan pengadukan pada

Pengecilan ukuran dengan

hammer mill

Penumbukan dengan mortar

dan pestle

Zeolit Alam

Zeolit alam

undersize 200 mesh

Ukuran

≤ 200

Ya

Tidak

Pengayakan

Page 50: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

32

kecepatan konstan (Al-Jammal, et al., 2015:450). Setelah proses impregnasi, kemudian

dilakukan proses pemisahan katalis dari larutan dengan proses filtrasi pada tekanan

vakum. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan akuades hingga pH filtrat sama

dengan pH akuades. Tahapan aktivasi yang dilakukan ditunjukkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Diagram alir aktivasi zeolit alam

3.4.3. Preparasi CaO-Zeolit Teraktivasi

Setelah mengalami tahap aktivasi dengan larutan KOH, zeolit alam dicampurkan

dengan CaO menggunakan ultrasonic cleaner selama 1 jam pada temperatur ruang.

Tahapan ini berfungsi untuk menghomogenkan campuran. Selanjutnya, campuran

Proses impregnasi dalam larutan KOH

(rasio massa zeolit:larutan KOH = 1:4)

Pengadukan menggunakan

hotplate-magnetic stirer, t = 4jam

Pencucian dengan akuades

Filtras

i

Pengeringan pada T = 110oC

Zeolit alam

undersize 200 mesh

Filtrat

Zeolit teraktivasi

Larutan pencuci,

pH = pH akuades

Zeolit teraktivasi KOH

Massa

konstan

Tidak

Ya

Page 51: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

33

diiradiasi menggunakan microwave selama 45 menit. Proses iradiasi ini bertujuan untuk

menempelkan CaO pada permukaan zeolit alam, serta meningkatkan sifat basa dari

CaO. Microwave memiliki efek coupling dielectric heating yang akan menghasilkan

medan listrik untuk mempolarisasi muatan dalam suatu material (Wu, et al., 2013:13-

14).

Selanjutnya, katalis CaO-zeolit teraktivasi KOH mengalami proses kalsinasi pada

temperatur 300°C selama 120 menit. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kandungan

air dan CO2 yang dapat meracuni katalis, khususnya CaO. Selain itu, adanya proses

kalsinasi akan menyebabkan inti aktif katalis (CaO) akan terikat lebih kuat kepada

support zeolit dan tidak mudah lepas serta dapat meningkatkan kristalinitas dari katalis

(Manzanera, M., 2011:7). Proses kalsinasi dilakukan pada temperatur 300°C karena

dibawah titik leleh CaO yaitu 2572°C (Sciencelab, 2013:3). Selain itu, pada temperatur

300°C tidak merusak struktur zeolit alam, karena zeolit alam memiliki ketahanan

terhadap panas hingga 800-900°C.

Katalis CaO-Zeolit yang telah teraktivasi kemudian akan diaplikasikan ke dalam

reaksi transesterifikasi. Selanjutnya, katalis yang menunjukkan konversi metil ester yang

paling optimum akan dikarakterisasi dengan menggunakan FT-IR (Fourier Transform

Infrared Spectroscopy). Diagram alir untuk proses preparasi katalis terdapat pada

gambar 3.5.

Gambar 3.5 Diagram alir preparasi CaO dengan support zeolit alam

Aktivasi katalis menggunakan furnace

T= 300°C, t= 120 menit

Iradiasi menggunakan microwave

t= 45 menit

Pencampuran dengan katalis zeolit teraktivasi

KOH (loading CaO 30% dari berat katalis)

menggunakan ultrasonic cleaner, t=1jam

CaO

CaO – zeolit teraktivasi KOH

Page 52: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

34

3.4.4. Reaksi Transesterifikasi

Transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dari minyak kelapa sawit

dan gugus metil dari metanol sehingga menghasilkan fatty acid methyl ester (FAME)

atau biodiesel. Dalam penelitian ini, katalis yang digunakan yaitu CaO yang

diembankan dalam zeolit yang telah diaktivasi dengan larutan KOH. Katalis

divariasikan berdasarkan molaritas larutan KOH yang digunakan selama proses aktivasi

zeolit alam yaitu 1M, 1,5M, 2M, 2,5M dan 3M. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh molaritas larutan aktivasi (KOH) terhadap kadar FAME yang

dihasilkan.

Reaksi transesterifikasi dilakukan di dalam waterbath sebagai pemanas secara

konvensional. Selama reaksi berlangsung, temperatur operasi dijaga tetap konstan pada

65°C. Desain rangkaian peralatan untuk reaksi dilengkapi dengan kondensor yang

bertujuan untuk menghindari penguapan metanol secara berlebihan selama proses

berlangsung.

Prosedur pertama yang dilakukan adalah penuangan minyak kelapa sawit ke

dalam labu leher tiga alas datar, kemudian dipanaskan menggunakan waterbath hingga

mendekati temperatur reaksi pada 65°C. Setelah mencapai temperatur tersebut, metanol

dengan rasio molar 8:1 terhadap minyak kelapa sawit, serta katalis sebanyak 5% dari

berat minyak dimasukkan ke dalam labu leher tiga alas datar. Setelah temperatur reaksi

yang diinginkan tercapai, pengadukan dilakukan selama proses reaksi berlangsung yaitu

selama 120 menit. Proses transesterifikasi di atas dapat digambarkan pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Prosedur proses transesterifikasi biodiesel

3.4.5. Pemisahan dan Pemurnian Produk Biodiesel

Proses pemisahan dilakukan untuk memisahkan produk biodiesel (FAME) dari

produk samping yaitu gliserol serta sisa reaktan yang tidak bereaksi dan katalis. Seperti

pada gambar 3.7, proses pemisahan dilakukan dalam dua tahap, yaitu sentrifugasi dan

Minyak Kelapa Sawit

Reaksi Transesterifikasi

T = 65°C, t=2 jam

Crude biodiesel

Metanol

(rasio mol metanol/minyak = 8:1)

Katalis (5% w/w minyak)

Page 53: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

35

dekantasi. Prinsip dari proses sentrifugasi adalah adanya kecepatan sentripetal yang

menyebabkan zat yang lebih berat akan terendapkan, sehingga dapat terpisah dari zat

yang lebih ringan. Proses sentrifugasi dilakukan selama 30 menit di dalam centrifuge

yang berputar pada kecepatan 4000 rpm. Dalam proses sentrifugasi, akan terjadi proses

pemisahan katalis padat dengan fraksi cair. Katalis padat akan mengendap di bagian

bawah tabung centrifuge. Di bagian atas endapan katalis, terdapat dua fraksi cair yang

memisah yaitu gliserol dan biodiesel. Gliserol yang memiliki densitas 1,26 g/cm3

(Sciencelab, 2013:3) berada di atas endapan katalis, sedangkan produk biodiesel dengan

densitas sekitar 0,85-0,89 g/cm3 berada di bagian atas lapisan gliserol.

Gambar 3.7. Prosedur pemisahan dan pemurnian produk biodiesel

Setelah proses sentrifugasi, maka pemisahan biodiesel dilanjutkan dengan proses

dekantasi menggunakan corong pisah selama 24 jam. Proses dekantasi dilakukan untuk

mengoptimalkan pemisahan sehingga diperoleh biodiesel yang lebih murni. Hal ini

dikarenakan setelah proses sentrifugasi, masih terdapat sisa katalis yang tersuspensi di

dalam biodiesel.

Refluks

T=110°C, t = 60 menit

Crude Biodiesel

Crude Biodiesel

Sentrifugasi, t=30 menit,

ω=4000 rpm

Katalis padat + Gliserol Crude Biodiesel

Dekantasi t =24 jam

Crude Biodiesel Sisa gliserol

Page 54: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

36

Setelah proses pemisahan selesai, tahapan selanjutnya adalah pemurnian

biodiesel. Tahapan ini bertujuan untuk meningkatkan kejernihan dari biodiesel dengan

mengurangi sisa senyawa seperti metanol dan air. Proses pemurnian ini dilakukan

dengan proses refluks pada temperatur 110°C selama 60 menit. Hasil akhir dari tahapan

refluks ini adalah biodiesel yang lebih jernih. Selanjutnya, biodiesel akan diuji

menggunakan GC (Gas Chromatography) untuk mengetahui kadar metil ester (FAME)

di dalamnya, serta dilakukan pengujian fisik pada biodiesel.

3.4.6. Karakterisasi Biodiesel (FAME)

Untuk mengetahui karakteristik dari biodiesel yang dihasilkan, maka perlu

dilakukan pengujian secara fisik pada biodiesel. Terdapat tujuh jenis pengujian pada

produk biodiesel, yaitu pengujian yield biodiesel, konversi reaksi, densitas, bilangan

asam, kadar FFA, kadar air, dan viskositas.

3.4.6.1 Pengujian Yield Crude Biodiesel

Pengujian yield biodiesel dilakukan secara kuantitatif dengan membandingkan

massa minyak awal dan massa biodiesel yang telah dimurnikan. Yield biodiesel

dihitung berdasarkan pada persamaan 3.1.

massa biodiesel

massa minyak mula-mula

x 100% (3.1) Yield crude biodiesel (%) =

3.4.6.2 Konversi Reaksi

Perhitungan konversi reaksi bertujuan untuk mengetahui jumlah trigliserida

dalam minyak kelapa sawit yang terkonversi menjadi FAME. Untuk mengetahui

jumlah FAME yang dihasilkan, maka dibutuhkan data berupa kadar FAME dalam

biodiesel yang diperoleh melalui instrumen Gas Chromatography (GC). Persamaan

3.2 merupakan persamaan untuk menghitung konversi reaksi.

mol minyak bereaksi

mol minyak mula-mula x 100% (3.2) Konversi reaksi (%) =

3.4.6.3. Pengujian Densitas

Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Prosedur

pengukuran diawali dengan penimbangan piknometer 10 mL kosong untuk

mendapatkan massa piknometer. Kemudian, piknometer diisi dengan aquades dan

dilakukan penimbangan untuk mendapatkan massa piknometer berisi aquades.

Page 55: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

37

Selisih antara massa piknometer kosong dan massa piknometer berisi aquades

menunjukkan massa aquades yang selanjutnya akan digunakan untuk kalibrasi

volume piknometer sebenarnya.

Setelah mendapatkan volume piknometer sebenarnya, tahapan selanjutnya

adalah menentukan densitas biodiesel. Sebelum dilakukan pengujian, biodiesel

dipanaskan hingga 40°C karena standar densitas biodiesel pada SNI 7182:2015

dihitung pada temperatur tersebut. Kemudian, biodiesel dimasukkan ke dalam

piknometer dan dilanjutkan dengan penimbangan. Massa biodiesel diperoleh dari

selisih antara massa piknometer yang berisi biodiesel dengan piknometer kosong.

Dari data massa biodiesel dan volume piknometer yang sebenarnya, dapat dihitung

densitas biodiesel sesuai dengan persamaan 3.3.

m1-m0

Vp

(3.3) Densitas biodiesel (ρ) =

Keterangan:

ρ = densitas biodiesel (g/mL)

m1 = massa piknometer berisi biodiesel (g)

mo = massa piknometer kosong (g)

Vp = volume piknometer sebenarnya (mL)

3.4.6.4. Pengujian Bilangan Asam

Pengujian bilangan asam mengacu pada SNI 01-3555-1998. Prinsip yang

dilakukan adalah dengan pelarutan lemak atau minyak ke dalam pelarut organik

tertentu (alkohol 95% netral) dan dilanjutkan dengan penitraan dengan basa

(KOH/NaOH). Prosedur yang dilakukan adalah menimbang 5 gram biodiesel ke

dalam labu erlenmeyer. Kemudian, ditambahkan 50 mL etanol 95% netral dan

diteteskan 3-5 tetes indikator fenolftalein. Selanjutnya, larutan dititrasi dengan

larutan KOH 0,1 N yang telah ditandarisasi. Proses titrasi dilakukan hingga titik

akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda (stabil selama

15 detik). Proses ini diulang sebanyak tiga kali dan nilai bilangan asam dapat

dihitung dengan persamaan 3.4.

BM KOH x Normalitas KOH x Volume KOH (ml)

massa sampel (g)

Bilangan asam (mg KOH/g minyak) = (3.4)

Page 56: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

38

3.4.6.5. Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)

Pengujian kadar FFA mengacu pada SNI 01-3555-1998. Sebanyak 5 gram

biodiesel dicampurkan ke dalam 50 ml larutan etanol. Setelah itu ditambahkan 3-5

tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan menggunakan KOH 0,1 N. Titik

akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada sampel menjadi

merah muda (warna stabil hingga 15 detik). Setelah terjadi perubahan warna, proses

titrasi dihentikan dan dicatat volume larutan KOH yang dibutuhkan. Setelah itu,

dilakukan pengulangan prosedur sebanyak tiga kali. Kadar asam lemak bebas pada

biodiesel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.5.

BM asam lemak x volume KOH (ml) x Normalitas KOH (N)

10 x berat sampel (g) Kadar FFA (%) = (3.5)

Kandungan asam lemak yang terbanyak pada minyak sawit adalah asam palmitat

(40-46%) dengan rumus molekul C16H32O2, sehingga berat molekulnya sebesar

256,42 g/mol (Sciencelab, 2013:3).

3.4.6.6. Pengujian Kadar Air

Pengujian kadar air pada biodiesel dilakukan dengan metode oven

menggunakan prinsip pada SNI 01-2891-1992. Pengujian ini diawali dengan

penimbangan cawan porselen kosong, dan dilanjutkan dengan pengisian cawan

dengan biodiesel sebanyak 5 gram. Sampel kemudian dipanaskan pada temperatur

105°C selama 1 jam di dalam oven. Selanjutnya, sampel ditempatkan di dalam

desikator selama 20 menit untuk menjaga kelembabannya. Setelah proses

pendinginan selesai, cawan porselen dan biodiesel ditimbang. Pemanasan dan

pendinginan diulang hingga memperoleh berat konstan. Kadar air pada biodiesel

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.6.

mb0-mb1

mb0 x 100% (3.6) Kadar air (%) =

Keterangan:

mbo = massa biodiesel awal (gram)

mb1 = massa biodiesel setelah pemanasan (gram)

Page 57: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

39

3.4.6.7. Pengujian Viskositas

Pengujian viskositas pada biodiesel dilakukan dengan menggunakan

Viskometer Ostwald. Pengujian ini dilakukan dengan prinsip yang mengacu pada,

SNI 7182 dengan akuades digunakan sebagai pembanding yang dibutuhkan dalam

perhitungan. Pengujian viskositas biodiesel dan akuades dilakukan pada temperatur

40°C, karena standar viskositas biodiesel pada SNI 7182 (2015:2-3) dalam kondisi

temperatur tersebut. Sebanyak 10 ml akuades dimasukkan ke dalam Viskometer

Ostwald pada bagian kapiler besar. Kemudian, akuades dihisap menggunakan bola

hisap dari bagian kapiler kecil. Akuades dihisap hingga melalui batas bawah dan

batas atas kapiler kecil. Selanjutnya, akuades dibiarkan mengalir dari batas atas

hingga batas bawah dan dihitung waktu yang dibutuhkan. Prosedur ini diulang

sebanyak tiga kali. Untuk menghitung viskositas dari biodiesel, maka dilakukan

prosedur yang sama. Viskositas biodiesel dapat diketahui dari persamaan 3.7.

ρ biodiesel x t biodiesel

ρ akuades x t akuades

X η akuades (3.7) η biodiesel (cSt) =

Keterangan:

ρ = densitas (g/ml)

t = waktu alir (detik)

η = viskositas (cp atau cSt)

Page 58: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini difokuskan pada proses preparasi katalis CaO-zeolit teraktivasi KOH

dan aplikasinya pada proses transesterifikasi minyak kelapa sawit dengan metanol untuk

menghasilkan produk biodiesel (FAME). Produk biodiesel yang dihasilkan kemudian diuji

sifat fisiknya yaitu densitas, bilangan asam, kadar FFA, kadar air, dan viskositas. Selain

itu, dilakukan pengujian kualitas biodiesel dengan uji Gas Chromatography (GC) untuk

mengetahui kandungan metil ester di dalamnya. Untuk karakterisasi katalis, dilakukan

dengan pengujian FT-IR.

1.1. Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap yield crude biodiesel

Yield crude biodiesel merupakan analisis secara kuantitatif yang dilakukan dengan

membandingkan massa antara produk crude biodiesel yang dihasilkan dengan bahan baku

minyak kelapa sawit. Biodiesel yang diperoleh setelah proses pemurnian masih tergolong

pada crude biodiesel karena pada biodiesel masih terdapat komponen lain seperti

trigliserida yang masih belum bereaksi. Hal ini dapat diketahui dari hasil karakterisasi pada

biodiesel yang dijelaskan pada subbab 4.3.

Yield crude biodiesel dipengaruhi oleh penggunaan konsentrasi molar KOH yang

divariasikan, yaitu 1M; 1,5M; 2M; 2,5M; 3M. Gambar 4.1 menunjukkan yield crude

biodiesel yang dihasilkan pada masing-masing variabel.

Gambar 4.1. Diagram pengaruh konsentrasi molar KOH terhadap yield crude

biodiesel

00

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 1,5 2 2,5 3

74,37

89,10 88,90

54,27

85,74

Yield

(%

)

Konsentrasi KOH (M)

Page 59: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

42

Berdasarkan gambar 4.1, dapat diketahui bahwa yield crude biodiesel tertinggi

dihasilkan pada variabel konsentrasi molar KOH 1,5M dengan nilai 89,1%, dan terendah

dihasilkan pada variabel konsentrasi molar KOH 2,5M dengan nilai 54,3%. Meskipun

demikian, yield biodiesel yang tinggi tidak dapat menunjukkan kualitas dari biodiesel yang

dihasilkan. Hal ini dikarenakan perhitungan yield didasarkan pada massa crude biodiesel

dan tidak berdasarkan massa senyawa metil ester di dalamnya. Dengan demikian, pada

pengukuran massa crude biodiesel dimungkinkan adanya pengaruh dari komponen lain

seperti reaktan yang belum bereaksi.

4.2. Pengaruh konsentrasi KOH terhadap konversi biodiesel

Konsentrasi katalis KOH yang digunakan dalam proses preparasi katalis memiliki

pengaruh terhadap performa katalis pada reaksi transesterifikasi. Konsentrasi molar KOH

divariasikan yaitu 1M; 1,5M; 2M; 2,5M; 3M. Adanya variasi pada molaritas larutan KOH

bertujuan untuk mengetahui pengaruh molaritas terhadap performa katalis yang diketahui

dari konversi FAME yang dihasilkan pada biodiesel. Persentase konversi FAME untuk

setiap variabel ditunjukkan pada tabel 4.1 dan gambar 4.2.

Tabel 4.1. Konversi FAME (%) pada biodiesel tiap variabel

Variabel Ke- Konsentrasi

Larutan KOH (M)

Konversi FAME

(%)

1 1 14,51

2 1,5 37,04

3 2 10,25

4 2,5 9,89

5 3 6,61

Page 60: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

43

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

1 1,5 2 2,5 3

14,51

37,04

10,25 9,90 6,61

Ko

nve

rsi (

%)

Konsentrasi KOH (M)

Gambar 4.2. Diagram pengaruh konsentrasi larutan KOH terhadap konversi FAME

Dari gambar 4.2, dapat diketahui bahwa konversi FAME terbesar dihasilkan pada

variabel konsentrasi molar KOH 1,5M, dengan persen konversi 37,04%. Nilai konversi

dari variabel KOH 1M menuju variabel KOH 1,5M cenderung mengalami peningkatan.

Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari perbedaan jumlah KOH yang digunakan

dalam proses aktivasi zeolit.

Zeolit memiliki ikatan yang mudah lepas dan mudah digantikan oleh kation lain.

Kerangka struktur alumunium (Al) dan silikon (Si) saling berhubungan melalui pemakaian

bersama atom oksigen (O). Unit SiO4 bersifat netral, sedangkan unit AlO4 menghasilkan

muatan negatif (Goenadi, 2004:46). Mekanisme yang terjadi pada proses aktivasi zeolit

dengan basa dijelaskan pada gambar 4.3. Dalam bentuk larutan, KOH akan terdisosiasi

menjadi ion K+ dan OH

-. Anion hidroksida, OH

-, akan menyerang gugus silanol Si-OH

pada zeolit. Adanya muatan negatif pada tetrahedral AlO4 menyebabkan terjadinya tolakan

dengan ion OH- sehingga penyerangan ikatan Si-O-Si akan lebih mudah jika dibandingkan

dengan ikatan Si-O-Al pada proses aktivasi dengan menggunakan larutan basa. Masuknya

OH- akan memberikan muatan negatif sehingga pada struktur tetrahedral perlu

diseimbangkan dengan adanya kation. Kemampuan zeolit dalam menukarkan kation

bergantung pada jumlah Si4+

yang digantikan Al3+

di dalam strukturnya (Ming & Dixon,

1987: 463).

Di dalam rongga struktur zeolit, terdapat kation-kation pengotor seperti kation-

kation Na+, Ca

2+, Mg

2+, dan Fe

3+ (Lestari, 2010:2). Menurut Koohsaryan dan Anbia,

(2016:454), penggunaan basa inorganik kuat seperti NaOH, KOH, dan LiOH dalam proses

Page 61: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

44

aktivasi dapat menyebabkan terjadinya pertukaran lebih lanjut antara kation dalam zeolit

dengan kation Na+, K

+, atau Li

+ yang terdapat pada larutan. Dalam penelitian ini digunakan

larutan KOH, maka kation yang berperan dalam menggantikan kation di dalam rongga

zeolit adalah K+. K

+ akan menetralkan muatan sekaligus menggantikan kation yang juga

bersifat sebagai kation pengotor pada zeolit, seperti Ca2+

, Mg2+

, dan Fe3+

.

Gambar 4.3. Mekanisme reaksi aktivasi zeolit oleh basa

Sumber: Koohsaryan E. & Anbia M. (2016:463)

Dari mekanisme reaksi di atas, maka molaritas atau jumlah KOH yang digunakan

selama proses aktivasi akan menentukan sifat dari struktur zeolit. Dengan semakin besar

molaritas KOH yang digunakan, maka jumlah OH- yang masuk ke dalam struktur zeolit

akan meningkat sehingga dapat meningkatkan sifat basa dari zeolit. Menurut Manzanera

(2011:7), dengan semakin kuat sifat basa dari katalis, maka akan semakin banyak gugus

aktif yang dapat meningkatkan performa reaksi transesterifikasi. Meskipun demikian,

kenaikan konversi ini hanya terjadi pada konsentrasi molar KOH 1M hingga 1,5M yaitu

dari 14,51% menjadi 37,04%. Setelah variabel tersebut, konversi FAME pada variabel

selanjutnya cenderung mengalami penurunan.

Dengan konsentrasi molar KOH yang lebih tinggi, maka semakin banyak jumlah

KOH yang digunakan dalam proses aktivasi, namun dengan hal ini menjadikan konversi

FAME cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena dengan molaritas

KOH yang lebih tinggi, maka gugus -OH yang masuk ke dalam framework zeolit akan

semakin banyak sehingga muatan akan menjadi semakin negatif. Terbentuknya muatan

negatif akan dinetralkan dengan adanya ion bebas K+

dari ionisasi larutan KOH. K+ akan

menetralkan muatan dengan berada pada rongga-rongga pori. Namun, dengan semakin

banyaknya K+ yang masuk ke dalam pori, maka dapat mengurangi luas permukaan dan

volume pori zeolit sehingga akan mengurangi permukaan sebagai tempat bagi CaO untuk

Page 62: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

45

terembankan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Jammal, et al. (2016: 456), bahwa dengan

semakin banyaknya jumlah KOH, dapat menyebabkan terjadinya aglomerasi yang dapat

menutupi sisi aktif sehingga menyebabkan adanya penurunan konversi pada variabel

konsentrasi KOH 2M, 2,5M, dan 3M.

Konversi trigliserida menjadi produk metil ester pada kelima variabel di atas masih

cukup rendah (<50%). Konversi yang rendah ini disebabkan karena masih banyak

trigliserida yang belum bereaksi untuk membentuk produk, yaitu metil ester dan gliserol.

Menurut Wu et al. (2013:17), perubahan konversi sebagai fungsi waktu reaksi dibagi

menjadi 3 periode, yaitu periode induksi, reaksi cepat, dan periode penyelesaian. Pada

periode induksi, metanol dan minyak tidak dapat bercampur satu sama lain dan reaktan

membentuk sistem tiga fasa, yaitu padatan (katalis), cair (minyak), dan cair (metanol).

Pada periode ini, laju reaksi berlangsung lambat dan transfer massa sulit terjadi. Seiring

dengan berlangsungnya reaksi, intermediet digliserida dan monogliserida akan terbentuk

dan mengemulsifikasikan sistem. Pada tahap ini, laju reaksi akan meningkat dan sistem

memasuki periode reaksi cepat. Setelah itu, sistem akan menuju pada periode penyelesaian.

Pada periode ini jumlah metil ester dan produk samping berupa gliserol akan meningkat

dan bersifat tidak saling larut, yang akan membentuk sistem tiga fase, yaitu padat (katalis),

cair (biodiesel), dan cair (gliserol). Berdasarkan teori tersebut, maka reaksi yang terjadi

pada pembentukan biodiesel ini diasumsikan masih berada pada periode induksi sehingga

laju reaksi berlangsung lambat dan setelah 2 jam reaksi, konversi trigliserida menjadi metil

ester masih rendah. Hal ini didasarkan pada pengamatan kondisi fisik biodiesel pada akhir

reaksi, yaitu terbentuknya produk samping gliserol yang sedikit.

Rendahnya konversi trigliserida tersebut dapat disebabkan berbagai faktor, salah

satunya adanya deaktivasi katalis. Deaktivasi dapat disebabkan karena adanya adsorpsi

hidrokarbon seperti trigliserida dari medium reaksi ke dalam sisi aktif zeolit. Adanya

molekul yang teradsorpsi akan dapat menurunkan availability dari gugus aktif, yang dapat

menurunkan aktivitas katalitik katalis (Intrapong, et al., 2013:699). Hal ini didukung

dengan analisis FT-IR yang dijelaskan pada subbab 4.4.

Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Wu et al. (2013) mengenai

penggunaan zeolit sintetis sebagai support katalis CaO, konversi reaksi yang dihasilkan

pada penelitian tersebut mencapai 90% setelah 2 jam reaksi. Sedangkan konversi optimum

pada penelitian ini yang dihasilkan pada penggunaan zeolit alam yang telah diaktivasi

adalah 37,04%. Dengan demikian, aktivasi zeolit alam dengan larutan KOH masih belum

Page 63: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

46

mampu meningkatkan sifat katalitik hingga dapat menyamai performa yang dihasilkan

oleh zeolit sintetis.

Nilai konversi biodiesel yang dihasilkan berhubungan dengan presentase

kandungan FAME pada biodiesel yang dapat diketahui dengan analisis kualitatif dengan

menggunakan Gas Chromatography. Kadar FAME pada tiap variabel ditunjukkan pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kadar FAME (%) biodiesel tiap variabel

Variabel Ke- Konsentrasi Larutan

KOH (M) Kadar FAME (%)

1 1 6,23

2 1,5 13,27

3 2 3,68

4 2,5 5,82

5 3 2,46

Berdasarkan standar SNI 7182:2015, biodiesel dapat digunakan sebagai bahan

bakar substitusi atau campuran dengan bahan bakar fosil apabila memiliki kadar metil ester

minimal 96,5%. Dari kelima variabel, biodiesel yang dihasilkan memiliki kadar metil ester

kurang dari nilai tersebut sehingga belum bisa digunakan sebagai bahan bakar substitusi.

4.3 Karakterisasi biodiesel

Pada penelitian ini, produk utama yang diperoleh melalui reaksi transesterifikasi

adalah biodiesel. Untuk mengetahui kualitas dari biodiesel yang dihasilkan, maka perlu

dilakukan karakterisasi secara fisik maupun kimia pada produk biodiesel. Biodiesel yang

dikarakterisasi merupakan biodiesel dengan kadar FAME tertinggi, yaitu pada variabel 2

dengan konsentrasi larutan KOH 1,5 M pada proses aktivasi katalis. Hasil karakterisasi

biodiesel akan dibandingkan dengan standar kualitas biodiesel yang terdapat pada SNI

biodiesel serta standar minyak goreng sawit (bahan baku) pada SNI minyak goreng sawit.

Tabel 4.3 menunjukkan hasil karakterisasi biodiesel pada variabel 2.

Page 64: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

47

Tabel 4.3 Karakteristik biodiesel dari minyak kelapa sawit (variabel 2)

Parameter Hasil Uji

Biodiesel SNI Biodiesel

a

SNI

Minyakb

Satuan

Kadar FAME 13,27 Min. 96,5 - % (w/w)

Densitas 884,50 850 – 890 Maks. 952 kg/m3

Bilangan asam 0,4 Maks. 0,6 - mg KOH/ g minyak

%FFA 0,2 Maks. 0,4 Maks. 0,3 %

Kadar air 0,03 Maks. 0,05 Maks. 0,1 %

Viskositas 16,7 2,3 – 6,0 24,5 mm2/s (cSt)

Sumber : aSNI 7182 (2015:2-3) dan

bSNI 7709 (2012:1-2)

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada parameter densitas, bilangan

asam, kadar FFA (asam lemak bebas), dan kadar air, biodiesel yang dihasilkan telah

memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) biodiesel. Namun, pada parameter kadar

FAME dan viskositas, produk biodiesel belum memenuhi Standar Nasional Indonesia

(SNI) biodiesel. Kadar FAME biodiesel berdasarkan SNI minimal sebesar 96,5%,

sedangkan kadar FAME dari biodiesel yang dihasilkan hanya sebesar 13,27%. Standar

viskositas biodiesel menurut SNI 7182 2015 adalah 2,3 – 6,0 mm2/s (cSt), sedangkan

viskositas dari biodiesel yang dihasilkan adalah sebesar 16,7 mm2/s (cSt) sehingga tidak

memenuhi rentang viskositas tersebut. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan dua

parameter tersebut tidak memenuhi SNI biodiesel, maka perlu dilakukan perbandingan

karakteristik antara produk biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit.

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa karakteristik minyak kelapa sawit dan biodiesel

terjadi perbedaan, baik pada parameter densitas, kadar asam lemak bebas (FFA), kadar air,

maupun viskositas. Berdasarkan parameter tersebut, karakteristik biodiesel yang dihasilkan

memiliki nilai yang berbeda dibandingkan dengan minyak kelapa sawit. Pada semua

parameter, minyak kelapa sawit memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan

karakteristik biodiesel. Densitas biodiesel yang dihasilkan lebih rendah menunjukkan

bahwa telah terdapat pemutusan ikatan pada trigliserida menjadi senyawa dengan berat

molekul yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa trigliserida dari minyak kelapa sawit

telah terkonversi. Namun, data analisis kualitatif GC menunjukkan kadar FAME yang

Page 65: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

48

dihasilkan cukup rendah sehingga dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil trigliserida

yang terkonversi menjadi FAME. Hal ini dapat dilihat dari viskositas biodiesel yang

dihasilkan sebesar 16,7 mm2/s (Cst). Nilai ini berada di atas standar SNI untuk biodiesel

yaitu 2,0-6,0 Cst, dan cenderung mendekati karakteristik minyak kelapa sawit yaitu 24,5

mm2/s (Cst). Dengan demikian, dapat disimpulkan masih terdapat trigliserida yang belum

terkonversi di dalam biodiesel sehingga dapat meningkatkan viskositas biodiesel yang

dihasilkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka biodiesel yang dihasilkan hanya

memenuhi empat parameter dari enam parameter yang diujikan.

4.4. Analisis FT-IR Katalis CaO-Zeolit Teraktivasi KOH

Analisis FT-IR dilakukan unruk mengetahui jenis gugus fungsi pada katalis. Katalis

yang dianalisis merupakan katalis yang menghasilkan konversi metil ester (FAME)

optimum, yaitu variabel 2 dengan konsentrasi molar KOH 1,5M. Analisis dilakukan

dengan membandingkan persen transmitansi dari katalis sebelum dan sesudah digunakan

dalam reaksi transesterifikasi. Hasil analisis tersebut ditampilkan pada gambar 4.4.

Transmitansi merupakan perbandingan antara daya radiasi yang ditransmisikan

oleh sampel dengan daya radiasi yang diberikan pada sampel. Persen transmitansi (%T)

menunjukkan jumlah cahaya yang dipancarkan atau yang tidak diserap oleh sampel

(Skoog, et al., 2007:431). Berdasarkan gambar 4.4, dapat diketahui bahwa dengan semakin

panjang lekukan lembah yang terbentuk pada panjang gelombang tertentu maka %T akan

semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak cahaya yang diserap oleh

sampel sehingga intensitas gugus fungsi semakin meningkat dan sebaliknya. Jenis gugus

fungsi serta panjang gelombang yang dihasilkan pada analisis FT-IR ini ditunjukkan pada

tabel 4.4.

Page 66: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

49

(a)

(b)

Gambar 4.4. FT-IR katalis (a) sebelum (b) sesudah reaksi transesterifikasi

C-H

C-H C=O

C-O

C-O

Page 67: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

50

Tabel 4.4. Analisis gugus fungsi pada katalis sebelum dan setelah reaksi

Gugus fungsi

Panjang gelombang

(cm-1

)

Katalis

Sebelum

reaksi

Sesudah

reaksi

Ca-O oksida logam 250-600

Vibrasi tekuk Si-O / Al-O 420-500

K-O oksida logam 790,81-887,26

Si-O-Si (siloxane) 1000-1130

C-O alkohol 1000-1300 -

C-O ester 1100-1300 -

C=O ester 1730-1750 -

C-H alkana (metilen) 2930, 2850 -

C-H alkana (metil) 2960, 2870, 1470, 1380 -

O-H alkohol 3600

Si-OH (silanol) 3200-3700

Dari tabel 4.4, diketahui bahwa terdapat beberapa gugus fungsi yang menunjukkan

kesamaan karakter pada katalis sebelum dan sesudah reaksi. Gugus fungsi tersebut adalah

Si-OH (silanol), Si-O-Si (siloxane), vibrasi tekuk Si-O/Al-O, dan oksida logam seperti Ca-

O maupun K-O. Gugus fungsi Si-OH (silanol), Si-O-Si (siloxane), dan vibrasi tekuk Si-

O/Al-O merupakan gugus fungsi yang terdapat pada zeolit alam secara umum (Al-Jammal,

2016: 454). Gugus fungsi K-O pada panjang gelombang 876,38 cm-1

, baik pada katalis

sebelum dan sesudah reaksi menunjukkan adanya ion K+

yang terikat dengan atom oksigen

sehingga terdeteksi sebagai gugus oksida logam. Taslim, dkk (2017:15) menyatakan bahwa

hasil FT-IR pada zeolit alam yang diaktivasi dengan larutan KOH menunjukkan gugus

fungsi oksida logam yang diidentifikasikan sebagai kalium pada panjang gelombang

887,26 cm-1

. Almjedlah, et al. (2014:336) juga menyatakan bahwa pada panjang

gelombang 750,31 cm-1

terdapat vibrasi ulur simeteris oksida logam yang merupakan

ikatan dari pertukaran kation K+. Oleh karena itu, pada panjang gelombang 876,38 cm

-1

dapat diidentifikasikan sebagai ion K+

yang berasal dari proses aktivasi zeolit alam melalui

metode impregnasi dengan larutan KOH. Selain gugus fungsi K-O, terdapat gugus fungsi

Ca-O sebagai oksida logam. Pada katalis sebelum reaksi dengan panjang gelombang

465,58 cm-1

dan panjang gelombang 469,43 cm-1

pada katalis setelah reaksi menunjukkan

gugus fungsi oksida logam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasrazadani &

Page 68: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

51

Eureste (2008:7), ikatan oksida logam CaO terletak paada panjang gelombang 250-600

cm-1

. Oleh sebab itu, oksida logam ini dapat diidentifikasi sebagai CaO yang berasal dari

proses pengembanan CaO pada zeolit alam yang telah teraktivasi KOH.

Sampel katalis sesudah reaksi memiliki beberapa perbedaan gugus fungsi yang

cukup signifikan dibandingkan gugus fungsi pada katalis sebelum reaksi. Perbedaan gugus

fungsi ini bertujuan untuk mengetahui adanya gugus fungsi bersifat non polar yang

teradsorp pada permukaan katalis. Gugus fungsi tersebut dapat digunakan untuk

mengindikasikan adanya sisa trigliserida yang belum terkonversi menjadi FAME.

Perbedaan gugus fungsi dapat dilihat berdasarkan %T dan panjang gelombang pada

gambar 4.4(b). Panjang gelombang 1032,61 cm-1

menunjukkan adanya stretching ikatan C-

O yang merupakan gugus karboksil dari alkohol. Nilai dari %T pada gugus ini kecil,

sehingga jumlah gugus ini cukup banyak pada katalis sesudah reaksi. Panjang gelombang

2926,57 cm-1

menunjukkan adanya stretching ikatan C-H yang merupakan gugus metil (-

CH3). Pada panjang gelombang 2855,21 cm-1

menunjukkan stretching ikatan C-H yang

merupakan gugus metilen (-CH2-). Ketiga gugus ini memiliki %T yang lebih kecil

dibandingkan transmitansi yang dihasilkan pada katalis sebelum reaksi, sehingga dapat

diidentifikasi bahwa jumlah gugus karboksil, metil, dan metilen meningkat setelah reaksi.

Kemudian terdapat stretching ikatan C=O dari gugus ester pada panjang gelombang

1746,22 cm-1

. Gugus ester ini memliki %T sekitar ± 20%. Selain ikatan C=O, stretching

ikatan C-O pada gugus ester ditunjukkan pada panjang gelombang 1163,76 cm-1

dengan

%T sebesar ± 30%. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka gugus yang muncul dalam

intensitas tinggi pada katalis sesudah reaksi yaitu gugus karboksil (alkohol), gugus metil,

gugus metilen, dan gugus ester.

Berdasarkan sifat kepolarannya, menurut Hornback (2006:166) dan Rudnick

(2013:63), gugus karboksil (alkohol) dan gugus ester bersifat polar. Menurut Tissue

(2013:115), gugus metil dan gugus metilen bersifat non-polar karena termasuk dalam

golongan alkana. Pada reaktan metanol terdapat gugus fungsi yaitu gugus metil (CH3),

gugus karboksil (CO) dan gugus hidroksil (OH). Sedangkan pada produk samping berupa

gliserol, memiliki gugus fungsi berupa gugus metilen (CH2), gugus karboksil (CO), dan

gugus hidroksil (OH). Metanol dan gliserol memiliki rantai alkana yang pendek sehingga

sifat polar dari gugus karboksil dan hidroksil cenderung lebih dominan daripada sifat non-

polar dari alkana (gugus metil ataupun metilen). Oleh sebab itu, metanol dan gliserol

bersifat polar (Hornback, 2006:166, dan Ameta, 2013:176).

Page 69: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

52

Pada reaktan berupa trigliserida (minyak) terdapat gugus fungsi berupa gugus

metilen (CH2), gugus ester (COOR), dan gugus karboksil (CO) dari golongan ester.

Sedangkan pada produk FAME, terdapat gugus fungsi yaitu gugus metil (CH3), gugus ester

(COOR), dan gugus karboksil (CO) dari golongan ester. Pada trigliserida maupun FAME

memiliki rantai alkana yang panjang. Hal ini menyebabkan sifat non-polar dari alkana

(gugus metil maupun metilen) lebih dominan dibandingkan sifat polar dari gugus ester

sehingga trigliserida maupun FAME cenderung bersifat non-polar (Tissue, B.M. 2013:115

dan Folkson, R., 2014:56).

Dari gambar 4.4(b), dapat dilihat bahwa gugus metil dan gugus metilen memiliki

nilai %T yang lebih kecil, dibandingkan dengan nilai %T yang dihasilkan oleh gugus ester.

Berdasarkan nilai %T tersebut, golongan alkana (gugus metil dan gugus metilen) lebih

banyak menempel pada permukaan katalis sesudah reaksi dibandingkan dengan gugus

ester. Hal ini menunjukkan bahwa katalis CaO-zeolit teraktivasi KOH cenderung

mengadsorpsi senyawa non-polar dibandingkan dengan senyawa polar. Senyawa non-polar

yang terdapat pada permukaan katalis sesudah reaksi dapat diidentifikasikan sebagai

trigliserida ataupun FAME. Kedua senyawa ini menjadi sulit dibedakan karena memiliki

sifat kepolaran dan gugus fungsi yang sama. Menurut Rabelo, S.N et al. (2015:967),

perbedaan antara trigliserida dan metil ester dapat ditunjukkan melalui ikatan antara

oksigen dengan metilen, O-CH2 (mono-, di-, trigliserida). Gugus metilen hanya terdapat

pada trigliserida dan produk samping berupa gliserol. Namun, gliserol yang terbentuk

setelah reaksi transesterifikasi dalam jumlah yang kecil sehingga gugus metilen yang ada

cenderung milik trigliserida. Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa karakter katalis

sesudah reaksi menunjukkan sifat yang lebih dekat pada reaktan. Hal ini menunjukkan

bahwa masih banyak trigliserida yang belum terkonversi pada permukaan katalis, yang

menjelaskan bahwa reaksi masih berjalan pada tahapan adsorpsi reaktan, dan cenderung

belum pada desorpsi produk reaksi. Adanya sisa trigliserida ini menyebabkan hasil

biodiesel hanya membentuk satu fase sehingga produk samping berupa gliserol hampir

tidak terlihat. Selain itu, sisa trigliserida juga menyebabkan besarnya massa biodiesel yang

diperoleh sehingga yield biodiesel yang dihasilkan tinggi sedangkan konversi reaksi dan

kadar FAME yang dihasilkan rendah. Dari analisa ini, diketahui bahwa peran katalis dalam

reaksi transesterifikasi masih belum optimal.

Selain munculnya gugus fungsi baru, katalis sesudah reaksi juga mengalami

perubahan intensitas gugus fungsi yang ditunjukkan oleh perubahan %T. Perubahan nilai

%T yang cukup signifikan pada katalis sebelum dan sesudah reaksi terjadi pada gugus

Page 70: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

53

fungsi oksida logam CaO. Pada katalis sebelum reaksi, gugus Ca-O dengan panjang

gelombang 465,58 cm-1

memiliki nilai %T sebesar ±12%. Pada katalis sesudah reaksi,

gugus Ca-O dengan panjang gelombang 469,43 cm-1

memliki nilai %T sebesar ±33%.

Berdasarkan perbandingan tersebut, nilai %T dari gugus oksida logam CaO mengalami

peningkatan pada katalis sesudah reaksi. Peningkatan nilai %T menunjukkan bahwa

intensitas dari gugus oksida logam CaO mengalami penurunan pada katalis sesudah reaksi.

Hal ini dapat menunjukkan bahwa terdapat sejumlah CaO yang mengalami leaching dari

permukaan zeolit alam aktif. Menurut Marinkovic D.M. et al. (2016:17), aktivitas katalitik

dari CaO dalam sintesis biodiesel dapat ditingkatkan dengan penambahan support atau

pencampuran dengan oksida lain. Sebaliknya, jika tidak dilakukan peningkatan aktivitas

katalitik maka CaO mudah mengalami leaching ke dalam medium reaksi. Pada penelitian

ini, telah dilakukan pengembanan pada support zeolit, namun dari hasil analisis FT-IR

menunjukkan adanya penurunan jumlah CaO pada katalis sesudah reaksi yang disebabkan

terjadinya leaching CaO ke dalam medium reaksi. Hal ini berhubungan dengan metode

preparasi katalis yang digunakan, yaitu metode pencampuran kering dengan metode

microwave irradiation. Dalam hal ini, CaO bertindak sebagai penyedia gugus aktif,

sedangkan zeolit berfungsi untuk menstabilkan gugus aktif di permukaannya. Namun

dengan adanya leaching CaO ke medium reaksi, menunjukkan bahwa pencampuran secara

kering menyebabkan tidak terjadi protonasi ion-ion penyusun CaO, yang menyebabkan

hanya terjadi interaksi secara fisika dengan support berupa zeolit sehingga CaO mudah

lepas dari permukaan zeolit.

Dari hasil analisis FT-IR, terjadi peningkatan transmitansi yang dianalisa sebagai

trigliserida. Hal ini menunjukkan bahwa katalis masih belum optimum untuk digunakan

karena performa katalis masih pada tahap adsorpsi reaktan trigliserida. Adanya adsorpsi

oleh zeolit ini juga menunjukkan bahwa zeolit yang berfungsi sebagai support memiliki

peran yang lebih dominan dalam katalisis dibandingkan dengan CaO. Hal ini dikarenakan

adanya leaching CaO dan adanya kekurangan dari proses pencampuran secara kering yaitu

material yang diembankan dimungkinkan memiliki distribusi pori yang tidak seseragam

pada proses yang dihasilkan dari impregnasi basah. Hal ini dikarenakan dimungkinkan

beberapa bagian katalis yang memiliki ukuran pori besar akan memiliki konsentrasi

material aktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lainnya (Ross, J., 2012:84).

Page 71: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Konsentrasi molar KOH yang paling optimum untuk digunakan dalam proses

aktivasi zeolit alam dalam proses preparasi katalis CaO-zeolit alam teraktivasi KOH

adalah 1,5 M, dengan konversi metil ester (FAME) adalah 37,04%.

2. Biodiesel yang dihasilkan dari kelima variabel memiliki kadar FAME yang rendah

dan viskositas yang tinggi sehingga belum memenuhi syarat mutu biodiesel

berdasarkan SNI 7182-2015.

3. Hasil analisis FT-IR, katalis CaO-zeolit teraktivasi KOH yang dihasilkan dengan

metode preparasi katalis microwave irradiation belum optimal untuk digunakan

dalam reaksi transesterifikasi karena terjadinya leaching CaO ke medium reaksi.

5.2 Saran

Dalam penelitian selanjutnya, perlu dikaji mengenai proses preparasi katalis CaO

dengan zeolit alam dengan metode impregnasi basah untuk mengetahui perbandingan

efektivitas metode yang digunakan.

Page 72: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

57

DAFTAR PUSTAKA

Advance Equipment Engineering. 2015. Ultrasonic Homogenizer. India: Adeeco.

http://www.adeeco.ir (Diakses: 1 Desember 2016)

Al-Jammal, N., Al-Hamamre, Z., & Alnaief M. 2015. Manufacturing of Zeolite Based

Catalyst From Zeolite Tuft for Biodiesel Production From Waste Sunflower Oil.

Journal of Renewable Energy 93 (2016):449-459

Almjedlah, Mohammad., Sameer Alasheh., & Ibrahim Raheb. 2014. Use of Natural and

Modified Jordanian Zeolitic Tuff for Removal of Cadmium(II) from Aqueous

Solutions. Jordan Journal of Civil Engineering Vol 8, No.3, 2014:332-343

Ameta, Suresh C. & Rakshit Ameta. 2013. Green Chemistry: Fundamentals and

Applications. USA: Apple Academic Press, Inc.

Arif, Z. 2011. Karakterisasi dan Modifikasi Zeolit Alam Sebagai Bahan Media Pendeteksi

Studi Kasus: Kromium Heksavalen. Tesis dipublikasikan. Bogor: Institut Pertanian

Bogor

Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit.

Jakarta: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Boey, Peng L., Gaanty P.M., & Shafida A.H. 2011. Performance of Calcium Oxide as a

Heterogenous Catalyst in Biodiesel Production: A Review. Chemical Engineering

Journal 168 (2011):15-22.

BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). 2015. Outlook Energi Indonesia

2015: Pengembangan Energi untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan.

Jakarta: PTPSE. http://www.bppt.go.id (diakses 22 September 2016).

Cheeke, J., N. 2002. Fundamentals and Aplications of Ultrasonic Waves. Montreal: CRC

Press LLC

Cheng, W. & Kung, H.H. 1994. Methanol Production and Use. New York: Marcel Dekker

Inc.

Correia, L.M., Cecilia, J.A., Castellon, E.R., Cavalcante, C.L., & Vieira, R.S. 2016.

Relevance of the Physicochemical Properties of Calcined Quail Eggshell (CaO) as a

catalyst for Biodiesel Production. Journal of Chemistry Vol. 2017:1-12.

Dhankhar, Poonam. 2014. Homogenization Fundamentals. IOSR Journal of Engineering

(IOSRJEN), ISSN(e): 2250-3021 vol. 04, Issue 05 (May 2014):1-8.

Djaeni, Mohamad, Laelu Kurniasari, & Aprilina Purbasari. 2010. Activation of Natural

Zeolite as Water Adsorbent for Mixed-Adsorption Drying. Semarang: Universitas

Diponegoro

Page 73: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

58

Ensminger, D. & Bond67 L, J. 2012. Ultrasonics Fundamental, Technologies, and

Applications Third Edition. Boca Raton: CRC Press

Ferrari, RA., Anna LM., Turtelli P., & Kil Jin P. 2011. Biofuel’s Engineering Process

Technology. Brazil: InTech. http://intechopen.com (diakses 27 September 2016)

Folkson, Richard. 2014. Alternative Fuels and Advanced Vehicle Technologies for

Improved Environmental Performance. USA: Woodhead Publishing Limited.

Goenadi, D.H. 2004. Teknologi Pengolahan Zeolit Menjadi Bahan yang Memiliki Nilai

Ekonomi Tinggi. Jurnal Zeolit Indonesia Vol. 3 No. 1. ISSN: 1411-6723

Gondra, Zaloa Ares. 2010. Study of Factors Influencing The Quality and Yield of Biodiesel

Produced by Transesterification of Vegetable Oils. Unpublished Master Thesis.

Gavle: University of Gavle.

Hagen, Jens. 2006. Industrial Catalysis: A Practical Approach Second Extended Edition.

Weinheim: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA

Hariyadi, Purwiyatno. 2014. Mengenal Minyak Kelapa Sait Dengan Beberapa Karakter

Unggulnya. Jakarta: GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia).

Hornback, Joseph M. 2006. Organic Chemistry 2nd

edition. USA : Thomson Corporation.

Intrapong. Pisitpong., Sotsanan I., Pitchaya, P., Apanee L., & Samai J.I. 2013. Activity

and Basic Properties of KOH/Modernite for Transesterificaton of Palm Oil. Journal

of Energy Chemistry 22(2013):690-700.

Jeffery, G.H., J. Basset, J. Mendham, & Denney, RC. 1989. Vogel’s Textbook Of

Quantitative Chemical Analysis Fifth Edition. New York: Longman Scientific &

Technical

Kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). 2015. Executive Summary

Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya Mineral. Jakarta: Badan Geologi

Kementrian ESDM

Knothe, G., Gerpen JV., & Krahl J. 2005. The Biodiesel Handbook. USA: AOCS Press

Koohsaryan E. dan Anbia M. 2016. Nanosized and Hierarchial Zeolites: A Short Review.

Elsevier Chinese Journal of Catalysis 37 (2016): 447-467

Kusuma, Ricky I., Hadinoto, JP., Ayucitra, A., Soetaredjo FE., & Ismadji, S. 2013. Natural

Zeolite From Pacitan Indonesia, as Catalyst Support For Transesterification of Palm

Oil. Journal of Applied Clay Science 74 (2013):121-126.

Lestari, Dewi Y. 2010. Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari Berbagai

Negara. Jurdik Kimia UNY, prosiding seminar nasional Kimia dan Pendidikan Kimia

2010: 1-6

Lubis, Rustam E. & Widanarko, A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: PT

AgroMedia Pustaka

Manzanera, Maximino. 2011. Alternative Fuel. Croatia: Intech Open Access Publisher

Page 74: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

59

Margeta, K., Natasa Z. L., Mario S., & Anamarija F. 2013. Natural Zeolites in Water

Treatment- How Effective is Their Use. Serbia: InTech. http://intechopen.com

(diakses 23 Oktober 2016).

Marinkovic, Dalibor M., Miroslav V. S.., Ana V. V., Jelena M. A., Marija R.M., Olivera

O.S., Vlada R.V., & Dusan M.J. 2016. Calcium Oxide as A Promising

Heterogeneous Catalyst for Biodiesel Production: Current State and Perspective.

Renewable and Suitable Energy Reviews 56 (2016):1387-1408.

Masterton, William L. 2012. Chemistry: Principle and Reaction Seventh Edition. USA:

Brooks/Cole Cengage Learning

Mc Nair, H.M. & Miller, J.M. 2009. Basic Gas Chromatography. New Jersey: John Wiley

& Sons, Inc Publication.

Ming, Douglas & Dixon, Joe. 1987. Quantitative Determination of Clinoptilolite in Soils

By A Cation-Exchange Capacity Method. Journal of Clay dan Clay Minerals. Vol. 35,

No. 6, 463-468. The Clay Minerals Society

Mustain, Asalil, Wibawa G., Nais MF., & Falah M. 2014. Synthesis of Zeolite NaA From

Low Grade (High Impurities) Indonesian Natural Zeolite. Indo J. Chem., 2014, 14

(2):138-142

Nasrazadani, Seifollah., & Esteban Eureste. 2008. Application of FTIR for Quantitative

Lime Analysis. Texas: University of North Texas.

Noriko, N., Elfidasari, D., Perdana AT., Wulandari N., & Wijayanti W. 2012. Analisis

Penggunaan dan Syarat Mutu Minyak Goreng pada Penjaja Makanan di Food Court

UAI. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi Vol.1 No. 3:147-154

Page, J. F. 1978. Applied Heterogeneous Catalysis: Design Manufacture Use of Solid

Catalysts. Paris: Imprimerie Nouvelle.

Patil, P., Veera G.G., Saireddy P., & Shuguang D. 2011. Transesterification Kinetics of

Camelian Sativa Oil on Metal Oxyde Catalysts Under Conventional and Microwave

Heating Conditions. Chemical Engineering Journal 168 (2011):1296-1300.

Pritchard, J.D. 2007. Methanol: General Information. USA: Health Protection Agency

Rabelo, S.N., Ferraz V. P., Oliveira L.S., Franca, A.S. 2015. FTIR Analysis for

Quantification of Fatty Acid Methyl esters in Biodiesel Produced by Microwave-

Assisted Transesterification. International Journal of Environmental Science and

Development, Vol. 6 No. 12

Refaat, A.A. 2011. Biodiesel Production Using Solid Metal Oxyde Catalyst. International

Journal of Environment, Science, Technology, 8(1):203-221

Ross, Julian. 2012. Heterogenous Catalysis: Fundamentals and Apllication. Amsterdam:

Elsevier

Rudnick, Leslie R. 2013. Synthetics, Mineral Oils, and Bio-Based Lubricants 2nd

edition.

USA: Taylor & Francis Group, LLC.

Page 75: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

60

Ruthven, Douglas M. 1984. Principles of Absorption and Adsorption Processes. USA:

John Wiley & Sons Inc.

Sciencelab. 2012. Material Safety Data Sheet Calcium Oxide. USA: International

CHEMTREC

Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet Glycerine. USA: International CHEMTREC

Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet Palmitic Acid. USA: International

CHEMTREC

Setiadi & Astri Pertiwi. 2007. Preparasi dan Karakterisasi Zeolit Alam Untuk Konversi

Senyawa ABE Menjadi Hidrokarbon. Prosiding Kongres dan Simposium Nasional

Kedua MKICS 2007. ISSN0216-4138:1-6.

Skoog, Douglas A., F. James H., & Stanley R.C. 2007. Principles of Instrumental

Analaysis. Canada : Thomson Corporation.

SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta: Badan Standarisasi

Nasional (BSN)

SNI 01-3555-1998.1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. Jakarta: Badan Standar Nasional

SNI 7182:2015. 2015. Biodiesel. Jakarta: Badan Standar Nasional.

SNI 7709:2012. 2012. Minyak Goreng Sawit. Jakarta: Badan Standar Nasional.

Stuart, Barbara. 2004. Infrared Sprectroscopy: Fundamentals and Application. USA: John

Wiley & Sons Ltd.

Supamathanon, N., Wuttayakun, J., & Prayoonpokarach S. 2011. Properties of Jatropha

Seed Oil From Northeastern Thailand and Its Transesterification Catalyzed by

Potassium Suppoerted on NaY Zeolite. Journal of Industrial and Engineering

Chemistry 17(2011):182-185.

Tambun, Rondang. 2007. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Universitas Sumatera

Utara.

Taslim., Sri Zahrani D.M.P., & Putri Retno W.N. 2017. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak

Dedak Padi dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Katalis Heterogen Zeolit

Alam Yang Dimodifikasi Dengan KOH. Jurnal Teknik Kimia USU Vol.6, No.1, 2017:

12-18.

Tissue, Brian M. 2013. Basics of Analytical Chemistry and Chemical Equilibria. Canada:

John Wiley & Sons, Inc.

Valtech. 2013. Methanol Safety Data Sheet. California: Valtech Diagnostics Inc.

http://www.labchem.com (diakses 26 September 2016)

Weitkamp, Jens. 2000. Zeolites and Catalysis. Journal of Solid State Ionics 131 (2000):

175-188

Wu, H., Zhang, J, Wei, Q., Zheng, J., & Zhang, J. 2013. Transesterification of Soybean Oil

to Biodiesel Using Zeolite Supported CaO as Stong Base Catalyst. Journal of Fuel

Processing Technology 109(2013):13-18.

Page 76: PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI ...repository.ub.ac.id/1714/1/AYU DIARAHMAWATI.pdf · PREPARASI KATALIS CaO-ZEOLIT TERAKTIVASI KOH SEBAGAI KATALIS BASA HETEROGEN

61

Xu, R., Wenqin P., Jihong Y., Qisheng H., & Jiesheng C. 2007. Chemistry of Zeolites and

Related Porous Materials: Synthesis and Structure. China: John Wiley & Sons Inc

(Asia)

Ye, W., Yujie G., Hui D., Mingchao L., Shejiang L., Xu H., & Jinlong Qi. 2016. Kinetics

of Transesterification of Palm Oil Under Conventional Heating and Microwave

Irradiation, using CaO as Heterogeneous Catalyst. Journal of Fuel 180 (2016):574-

579

Zulfa, Aditya. 2011. Uji Adsorpsi Gas Karbon Monoksida (CO) Menggunakan Zeolit Alam

Malang dan Lampung. Skripsi tidak dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia