pre eklampsia

33
PREEKLAMPSIA A. Definisi Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. B. Patofisiolgi Preeklampsia Vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan berkembang untuk terjadinya hipertensi arterial. Vasospasme sendiri menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Selain itu angiotensin II dapat mempengaruhi langsung sel endotel kapiler dan menyebabkan sel tersebut berkontraksi . Perubahan –perubahan ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan endotel dan kebocoran antar endotel, sehingga dapat dilalui oleh unsur-unsur darah seperti trombosit dan fibrinogen yang tertimbun pada lapisan subendotel. Perubahan vaskuler bersama- sama dengan hipoksia pada jaringan sekitarnya, diperkirakan menimbulkan perdarahan, nekrosis dan gangguan organ lain seperti yang ditemukan preeklampsia berat. Peningkatan respon pressor

Upload: farid-hussein

Post on 28-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pre Eklampsia

PREEKLAMPSIA

A. Definisi

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

B. Patofisiolgi Preeklampsia

– Vasospasme.

Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan

berkembang untuk terjadinya hipertensi arterial. Vasospasme sendiri

menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Selain itu angiotensin II

dapat mempengaruhi langsung sel endotel kapiler dan menyebabkan sel

tersebut berkontraksi . Perubahan –perubahan ini dapat menyebabkan

terjadinya kerusakan endotel dan kebocoran antar endotel, sehingga dapat

dilalui oleh unsur-unsur darah seperti trombosit dan fibrinogen yang

tertimbun pada lapisan subendotel. Perubahan vaskuler bersama-sama

dengan hipoksia pada jaringan sekitarnya, diperkirakan menimbulkan

perdarahan, nekrosis dan gangguan organ lain seperti yang ditemukan

preeklampsia berat.

– Peningkatan respon pressor

Wanita hamil normal memiliki resistensi terhadap efek pressor pemberian

angiotensin II. Pada wanita hamil yang menderita hipertensi yang

didinduksi oleh kehamilan memiliki sensitivitas vaskuler yang tinggi terhadap

angiotensin II.

– Respon pressor telentang

Gant dan kawan-kawan (1974) berpendapat bahwa sebagian nullipara yang

bila berbalik dari tidur miring menjadi telentang, meunjukan kenaikan

tekanan darah diastolik paling sedikit 20 mmHg pada kehamilan 28-32 mg

dikemudian hari akan mengalami hipertensi, dan pada wanita ini juga

mempunyai kepekaan yang abnormal terhadap angiotensin II dan tidak

terjadi pada yang sebaliknya.

Page 2: Pre Eklampsia

C. Aspek Klinik Preeklampsia

Gambaran klinik : dua gejala yang penting pada preeklemsia adalah

hipertensi dan proteinuria, merupakan kelainan yang kurang disadari

oleh wanita hamil.

Peningkatan tekanan darah : peningkatan tekanan darah adalah tanda

peringatan awal preeklampsia. Peningkatan tekanan diastolik lebih

bermakna dari sistolik. Tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang

menetap adalah menunjukan keadaan abnormal.

Kenaikan berat badan : kenaikan berat badan normal adalah 1 pon (0,45

kg) /mg tetapi bila lebih dari 2 pon /mg atau 6 pon/bulan maka perlu

dicurigai adanya preeklampsia

Nyeri kepala : sering didaerah frontal kadang-kadang oksipital yang

tidak hilang dengan analgesik biasa.

Nyeri epigastrium: akibat nekrosis hepatoseluler, edema dan regangan

pada kapsul Glissoni.

Gangguan penglihatan : hal ini disebabkan oleh vasospame, iskemia

dan ptekie pada korteks oksipital atau spasme ateriol, iskemia serta

edema dan ablasio retina.

D. DIAGNOSIS

Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga (trias) gejala,

yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria.

Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa

kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan

muka. Tekanan darah 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau

tekanan diastolic > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.

Page 3: Pre Eklampsia

Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai

bakat preeklampsia. 1,2,3

Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau

pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein 1 g/l dalam urin yang

dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak

waktu 6 jam. 1,2,3

Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut:

Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg.

Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup.

Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam).

Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.

Nyeri epigastrium dan ikterus.

Edema paru atau sianosis.

Trombositopenia.

Pertumbuhan janin terhambat.

E. KOMPLIKASI

Tergantung derajat preeklampsia atau eklampsianya. Yang termasuk komplikasi

antara lain atonia uterus (uterus Couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver

enzymes, low platelet count) ablasio retina, KID (koagulasi intravaskular diseminata),

gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru , gagal jantung, hingga syok dan kematian.

Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi

uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. 1,2,3

F. DIAGNOSIS BANDING

Page 4: Pre Eklampsia

Hipertensi Gestational

Superimpossed preeklamsia

Hipertensi kronik.

G. PENANGANAN

Penanganan Preeklampsia Berat

Penanganan preeklampsia berat/eklampsia dapat aktif atau konservatif. Aktif

berarti kehamilan diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan

medisinal. Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan

pemberian pengobatan medicinal.

Penanganan Aktif

Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di daerah

kamar bersalin. Tidak perlu ruangan yang gelap, tetapi ruangan denagn penerangan cukup.

Penderita ditangani secara aktif bila didapatkan satu/ lebih keadaan dibawah ini : ibu

dengan kehamilan 35 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda impending eklampsia,

adanya sindrom HELLP, atau kegagalan penanganan konservatif. Atau pada janin

ditemukan tanda-tanda gawat janin atau adanya tanda-tanda IUGR.

Pengobatan Medisinal

Pengobatan medicinal untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan:

1. Magnesium Sulfat

Magnesium sulfat diberikan dengan dosis awal 4 gram dalam 250 cc dekstrose 10 %.

Dosis pemeliharaan dilanjutkan sebanyak 2 gram/jam. Syarat pemberian magnesium sulfat

Page 5: Pre Eklampsia

: refleks patella (+), frekuensi nafas > 16 x/menit, tidak ada tanda-tanda distress

pernapasaan, diuresis > 100 cc/ 4jam.

Kadar terapeutik MgSO4 .7H2O USP adalah 4,8 –8,4 mg/dl. Efek utama adalah blokade

perifer dari neuromuscular jnction, efek hipotensi ringan dan tokolisis pada persalinan

premature.

Sulphas magnesikus dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi atau 24 jam pasca

persalinan atau setelah 6 jam pasca persalinan terdapat perbaikan yang nyata.

Untuk anti dotum magnesium sulfat perlu disediakan kalsium glukonas 10% (1 gr dalam

10cc diberikan i.v dalam 3 menit).

1. Diazepam 20 mg IM

2. klorpromazin 50 mg IM

Obat-obatan antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau

tekanan diastolic > 110 mmHg. Obat yang dipakai adalah nifedipin dengan dosis 3-4 x 10

mg oral. Bila dalam 2 jam tidak terdapat penurunan tekanan darah dapat diberikan 10 mg

lagi.

Obat hipertensi lain yang dapat digunakan adalah klonidin (catapres). Pemberian

klonidin apa bila tekanan darah systole > 180 mmHg atau diastole > 120 mmHg. Cara

pemberiannya adalah 150 ngr catapres diencerkan dengan 10cc dekstrose 5 %, 75 nmgr

diberikan pelan-pelan iv selam 5 menit dan diperiksa tekanan darah setelah pemberian.

Bila tak ada penurunan tekanan darah, klonidin sisa 75 ngr tadi dapat diberikan. 1,6

Pengobatan Obstetri

Page 6: Pre Eklampsia

Cara Terminasi Kehamilan

Bila penderita belum inpartu maka lakukan induksi persalinan dengan amniotomi,

oksitosin drip, kateter foley, prostaglandin E2.

SC bila syarat oksitosin drip tak terpenuhi atau adanya kontra indikasi untuk oksitosin

drip.

Kala II : dibantu dengan forseps ekstraksi dalam narkose.

Penanganan Konservatif

Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia

dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif .

Penanganan Medisinal : sama perawatan medisinal pada cara aktif.

Pengobatan Obstetrik : selama perawatan konservatif observasi dan evaluasi sama seperti

perawatan aktif hanya disini tidak ada terminasi.

Sulphas magnesikus, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila dalam 24 jam

tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medicinal

dan harus diterminasi. 1,6

Forcep Ekstraksi/ Ekstraksi Cunam

A. Definisi : suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam

yang dipasang di kepalanya.

Bentuk dan bagian-bagian cunam:

a. Daun cunam : umumnya mempunyai dua lengkungan. Lengkungan kepala

dan panggul seperti cunam Naegel dan Simpson. Cunam hanya satu

lengkungan panggul saja seperti cunam Kjelland.

b. Tangkai cunam

Page 7: Pre Eklampsia

c. Kunci cunam

d. Pemegang cunam

B. Jenis cunam berdasarkan bentuk :

1. Tipe Simpson : mempunyai tangkai cunam terbuka, lengkungan kepala

lebih mendatar dan lebar. Baik untuk kepala janin yang sudah mengalami

molase.

2. Tipe Elliot : mempunyai tangkai tertutup, lengkungan kepala lebih bundar

dan sempit. Baik untuk kepala janin yang belum mengalami molase.

3. Tipe khusus : seperti cunam Piper untuk untuk melahirkan kepala pada

letak sungsang.

C. Fungsi Cunam : ekstraktor, rotator atau ekstraktor dan rotator bersama-sama.

D. Pembagian pemakain cunam :

1. Cunam tinggi

2. Cunam tengah

3. Cunam rendah

E. Indikasi :

1. Indikasi relatif :

a. Indikasi de Lee : Ekstraksi cunam atas indikasi elektif dimana pada proses

persalinan dilakukan anastesia yang mengakibatkan hilangnya tenaga

mengejan. Ekstraksi cunam dengan sarat kepala sudah didasar panggul,

Page 8: Pre Eklampsia

putaran paksi dalam sudah sempurna, m. levator ani sudah teregang dan

sarat-sarat ekstraksi cunam lainnya sudah dipenuhi.

b. Indikasi Pinard : sama seperti de Lee, hanya penderita disini sudah

mengejan selama 2 jam.

2. Indikasi absolut:

a. Indikasi ibu: preeklampsia/eklampsia, ruptur uteri membakat, ibu dengan

penyakit jantung, paru.

b. Indikasi janin : gawat janin

c. Indikasi waktu: kala II memanjang

F. Syarat – syarat:

1. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada CPD)

2. Pembukaan servik lengkap.

3. Kepala janin sudah cakap (sudah engagement)

4. Kepala janin harus dapat dipegang cunam.

5. Janin hidup.

6. Ketuban sudah pecah /dipecah.

Kontra indikasi : bila semua sarat dipenuhi tidak ada kontraindikasi

G. Persiapan

1. Persiapan untuk ibu:

a. Posisi tidur litotomi.

b. Rambut vulva dicukur.

c. Kandung kemih dan rektum dikosongkan .

Page 9: Pre Eklampsia

d. Desinfeksi vulva.

e. Infus bila diperlukan.

f. Narkosis bila diperlukan.

g. Kain penutup pembedahan.

h. Gunting episiotomi.

i. Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir.

j. Uterotonika.

2. Persiapan untuk janin :

a. Alat-alat pertolongan persalinan.

b. Alat penghisap lendir.

c. Oksigen.

d. Alat resusitasi bayi.

3. Persiapan untuk dokter :

a. Mencuci tangan.

b. Sarung tangan suci hama.

c. Baju operasi suci hama.

H. Cara pemasangan cunam :

1. Pemasangan sefalik.

2. Pemasangan pelvik.

I. Cara ekstraksi cunam : ada tujuh langkah

Page 10: Pre Eklampsia

1. Penolong membayangkan bagaimana cunam akan dipasang.

2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.

3. Mengunci sendok cunam.

4. Menilai hasil pemasangan daun cunam.

5. Ekstraksi cunam percobaan.

6. Ekstraksi cunam definitif.

7. Membuka dan melepaskan sendok cunam.

Ekstraksi Cunam gagal :

1. Sendok cunam tidak dapat dikunci meskipun pemasangan cunam sudah betul.

2. Tiga kali traksi dengan tenaga cukup janin tidak dapat lahir.

J. Komplikasi :

a. Ibu : perdarahan akibat atonia uteri atau trauma jalan lahir, simfisiolisis,

fraktur os koksigis, infeksi pasca persalinan.

b. Janin:

– Luka pada kulit kepala.

– Cedera m.sternokleidomastoideus

– Paralis N.VII

– Fraktur tulang tengkorak.

– Perdarahan intrakranial.

KASUS

Page 11: Pre Eklampsia

Nama : Ny IYR

Umur : 29 th

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Belimbing

MR :392455

________________________________________________________________________

Anamnesis

Seorang pasien berumur 29 tahun masuk KB RS Dr M Djamil Padang pada

tanggal 16 Oktober 2004 jam 12.00 WIB kiriman Poliklinik kebidanan dengan D/

G3P1A1H1 gravid aterm (40 - 41 mg) + PEB. Anak hidup tunggal intrauterin

Keluhan Utama :

Sembab pada kaki, tangan dan wajah sejak 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

- Sembab pada kaki, telapak tangan dan wajah sejak 1 bulan yang lalu

- Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari tidak ada

- Keluar lendir campur darah dari kemaluan tidak ada

- Keluar darah yang banyak dari kekaluan tidak ada

- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada

- Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu

- HPHT : 5 – 1 – 2004 TP : 12 – 10- 2004

- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan lalu

Page 12: Pre Eklampsia

- Nyeri ulu hati tidak ada

- Pandangan mata kabur tidak ada

- Sakit kepala tidaka ada

- RHM : mual (+), muntah (-), hipertensi (-)

- PNC : kontrol tidak teratur ke bidan

- RHT : mual (-), muntah (-), hipertensi (+)

- Riwayat menstruasi: menarche usia 14 tahun, teratur, 1 X 28 hari, 4-7

hari, 2-3 X ganti duk/hari, nyeri haid (-)

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hati, DM dan hipertensi.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.

Riwayat Perkawinan : 1 X tahun 2002

Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 3 / 1 / 1

1. Tahun 2003, perempuan,lahir dibidan, cukup bulan, spontan, BB 3000 gr

hidup.

2. Tahun 2003, abortus komplet 8-10 mg

3. Sekarang

Riwayat KB : tidak ada

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : sedang Keadaan gizi : sedang

Kesadaran : cmc Sianosis : -

Page 13: Pre Eklampsia

Tek.darah : 165 / 100 mmHg Anemis : -

Nadi : 97 x/menit Edema : +

Frek. Nafas : 22 x/I TB : 150 cm

Suhu : 37 C BB : 68 Kg

Kepala : mata : kelopak mata edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak membesar

THT : tidak ada kelainan

Thoraks :

Paru : I : simetris kiri = kanan

Pa : fremitus normal, kiri = kanan

Pe : sonor

A : vesicular normal, wheezing (-), ronkhi (-).

Jantung : I : iktus tak terlihat

Pa : iktus teraba 1 jari LMCS RIC V

Pe : batas-batas jantung dalam batas normal

A : irama teratur, murni , bising (-).

Abdomen : status obstetric

Genitalia : status obstetric

Ekstremitas : edema +/+, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-

Status Obstetrikus:

Page 14: Pre Eklampsia

Muka : cloasma gravidarum (+)

Mamae : membesar, A/P hiperpigmentasi, colostrums (+)

Abdomen :

Inspeksi : membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana

hiperpigmentasi

Palpasi :LI : fundus uteri teraba 3 jari bawah proc. Xiphoideus.

Teraba massa besar noduler, lunak

LII: tahanan terbesar sebelah di kiri, bagian kecil di kanan

LIII: teraba massa bulat, keras, terfiksir

LIV: bagian terendah janin sudah masuk PAP

TFU : 30 cm TBA : 2635 gr His : -

Perkusi : pekak

Auskultasi : bising usus (+) N, BJA 12-11-12

Genitalia :

Inspeksi : V/U : tenang, PPV (-)

Pemeriksaan Laboratorium:

Darah : Hb : 11,5 g% Urine: Protein : +2

Leukosit : 10800/mm3

Trombosit : 100.000/mm3

Diagnosis Kerja:

G3P1A1H1 gravid aterm (40 – 41 mg) + PEB

anak hidup tunggal, intrauterine, letak kepala.

Sikap :

Page 15: Pre Eklampsia

Rawat kamar isolasi Preeklampsia

regimen Sulfas Magnesikus inisial 4 gr SM dalam dextrose 10% 250 cc/15 menit

kontrol VS, BJA, Reflek Patella, balance cairan

Pasang folley catheter

Konsul interne dan mata

FOLLOW UP

16 – 10 -2004 jam 12.40 WIBDimulai regimen SM dosis inisial

Jam 12.55Selesai regimen SM dosis inisial

A/: pandangan mata kabur (-), nyeri ulu hati(-), sakit kepala (-), nyeri pinggang menjalar keari-ari (-), demam (-)

PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas suhu Urin Sedang composmentis 160/90 90 x/mnt 22 x/I 37C 20cc/15’

Mata : kelopak mata edema, konjungtiva tidak anemik, sclera tidak ikterik

Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak membesar

Toraks : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen :Inspeksi : membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana

hiperpigmentasi

Palpasi :LI: fundus uteri teraba 3 jari bawah proc. Xiphoideus.

Teraba massa besar, noduler lunak

LII: tahanan terbesar sebelah kiri, bagian kecil di kanan

LIII: teraba massa bulat, keras, terfiksir

LIV: bagian terendah janin sudah masuk PAP

Page 16: Pre Eklampsia

TFU : 30 cm TBA : 2635 gr His : -

Perkusi : pekak

Auskultasi : bising usus (+) N, BJA 146x/mnt

Genitalia :

Inspeksi : V/U : tenang, PPV (-), terpasang kateter

VT : 2-3 cm , ketuban (+). Teraba kepala H I- II

UPD : promontorium :tidak tercapai Line ionmimata : teraba 1/3-1/3 Sakrum : cekung DSP : lurus Spina ischiadika : tidak menonjol Os koksigis : bisa digerakan Arkus Pubis : > 900

UPL : DIT dapat dilalui 1 tinju dewasa (10,5 cm)

Kesan pnggul luas

Extremitas : edema+/+ , Reflek Patella +/+

Diagnosis kerja :

G3P1A1H1 gravid aterm (40-41 mg) + kala I laten + PEB + selesai regimen SM dosis

inisial

anak hidup tunggal, intrauterine, letak kepala HI-II

Sikap :

Lanjutkan regimen SM dosis maintanance 2 gram /jam

kontrol KU, VS, BJA, balance cairan, Reflek Patella

Page 17: Pre Eklampsia

Jam 13.00 WIB

Dilakukan amniotomi, keluar cairan ketuban, warna jernih ± 100 cc

Dilakukan drip induksi Sintosinon 5 IU dalam 500 cc RL, dimulai tetesan 10 tts/ mnt,

dinaikkan 5 tts tiap 30 mnt sampai his adekuat atau maksimum 60 tts/mnt (40 IU)

Jam 17.15 WIB

Selesai dilakukan drip induksi kolf I

A : nyeri pinggang menjalar keari-ari (+) dan kuat, pandangan mata kabur (-), nyeri ulu

hati (-)

PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas His Sedang composmentis 149/87 88 x/I 20 x/I 3-4 /40’’/sdg

BJA : 140x/mnt Ref. Patella :+/+Genitalia :

Inspeksi : V/U : tenang, PPV (-),

VT : 7-8 cm, ketuban (-), sisa jernih, teraba kepala UUK ki-dep HIII

Jawaban Konsul mata : gambaran Fundus eklampsia sedang. Anjuran terapi sesuai bagian

Obgin.

Jawaban konsul interne : saat ini tidak ada kontraindikasi mutlak untuk dilakukan narkose

umum. Anjuran terapi sesuai bagian Obgin

D/ : G3P1A1H1 parturien aterm (40-41mg) + kala I fase aktif + PEB dalam regimen

SM dosis maintanance. Selesai drip induksi kolf I

Anak hidup tunggal intrauterin let- kep UUK ki-dep HIII

Sikap : lanjutkan drip induksi kolf ke II 10 IU dalam 500 cc RL 30 tts/mnt

Kontrol VS, BJA, HIS, Reflek Patella

Page 18: Pre Eklampsia

Pasien dibawa ke OK

R/ Forcep Ekstraksi dalam narkose, bantu kala II

Jam 17.20 WIB

Dimulai drip induksi kolf ke II dengan sintosinon 10 IU dalm 500 cc RL 30 tts/mnt

Jam 18.20 WIB

A : pasien merasa kesakitan dan ingin mengejan

PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas His Sedang composmentis 140/90 92 x/mnt 20 x/mnt 2-3/50’’/kuat

BJA 148 x/ mnt

Abdomen : SO

Genitalia : VT : lengkap, ketuban (-), sisa jernih letak kepala UUK depan H III+

D/ G3P1A1H1 parturien aterm (40-41 mg) + kala II + PEB dalam regimen dosis

maintanance. Anak hidup tunggal intrauterin UUK depan H III+

Sikap :

.Siapkan Forcep Ekstraksi dalam narkose

kontorl VS, BJA, HIS, 0 bundel

R/ FE dalam narkose (bantu kala II)

LAPORAN PARTUS

Page 19: Pre Eklampsia

Tanggal 16 -10- 2004 jam 18.45 WIB telah lahir bayi perempuan secara Forcep Ekstraksi

dengan BB = 2574 gr, PB = 49 cm, A/S = 7/8.

Plasenta lahir spontan lengkap 1 buah, berat 500 gr, PJTP = 50 cm, insersi paracentral.

Dilakukan eksplorisasi, luka episiotomi dijahit dan dirawat

D/ Para 2A1H2 post partus maturus secara FE

Anak dan ibu baik

S/ Awasi pasca tindakan

Kontrol KU, VS, balance cairan

Lanjutkan regimen SM dosis maintanance sampai 24 jam post partum

Tanggal 17-10-2004 jam 07.00 WIB

A : pandangan mata kabur (-), kejang (-), nyeri uluhati (-), ppv(-), BAK (+) kateter,

BAB (-)

PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas Urin Sedang composmentis 140/90 80 x/mnt 21 x/mnt 300 cc/8 jam

Reflek patela +/+

Mata : kelopak mata edema berkurang

Leher dan torak : dlm batas N

Abdomen :

Inspeksi : perut tidak mem buncit,

Palpasi : fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-),

NL(-),DM(-)

Perkusi : timpani

Page 20: Pre Eklampsia

Auskultasi : bising usus (+)

Genitalia : inspeksi : V/U : tenang, lokia rubra (+), terpasang kateter

Extremitas: edema +/+ berkurang

Diagnosis : Para2 A1 H2 post FE a.i. PEB , ibu baik, anak dirawat dibangsal anak nifas

hr ke –1

Sikap :

Kontrol KU,VS, balance cairan,PPV

Rawat luka episiotomi

Th/ : Mestamox 3 x 500 mg

Metronidazol 3 x 500 mg

Inbion 1x1

Jam 16.00 WIB

A : pandangan mata kabur (-), kejang (-), nyeri uluhati (-), ppv(-), BAK (+) kateter,

BAB (-)

PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas Urin Sedang composmentis 138/70 88 x/mnt 20 x/mnt 150 cc/ jam

Reflek patela +/+

Mata : kelopak mata edema berkurang, konjungtiva tidak anemis

Leher dan torak : dalam batas N

Abdomen :

Inspeksi : perut tidak membuncit,

Page 21: Pre Eklampsia

Palpasi : fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-),

NL(-),DM(-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+)

Genitalia : inspeksi : V/U : tenang, lokia rubra (+), terpasang kateter, luka episiotomi

terawat

Diagnosis : Para2 A1 H2 post FE a.i. PEB , ibu baik, anak dirawat dibangsal anak nifas

hr ke –1

Sikap :

Pindah rawat ke KR. Jika sudah 24 jam post partum infus distop

Kontrol KU,VS, balance cairan,PPV

Rawat luka episiotomi

Th/ : Mestamox 3 x 500 mg

Metronidazol 3 x 500 mg

Inbion 1x1

18-10-2004

A : pandangan mata kabur (-), kejang (-), nyeri uluhati (-), ppv(-), BAK (+) kateter,

BAB (-), edema jauh berkurang

PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas suhu Sedang composmentis 130/80 84 x/mnt 20 x/mnt 370C

Mata :kelopak mata edema berkurang

Abdomen :

Inspeksi : perut tidak membuncit,

Page 22: Pre Eklampsia

Palpasi : fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-),

NL(-),DM(-)

Genitalia : inspeksi : V/U : tenang, lokia rubra (+), terpasang kateter, luka episiotomi

terawat

Diagnosis : Para2 A1 H2 post FE a.i. PEB , ibu baik, anak dirawat dibangsal anak nifas

hr ke –2

Sikap :

Mobilisasi bertahap

Breast care

Diet TKTP

Th/ : Mestamox 3 x 500 mg

Metronidazol 3 x 500 mg

Inbion 1x1

R/ boleh pulang nifas hari ke -3

Kontrol kepoli 1 mg kemudian

DISKUSI

Page 23: Pre Eklampsia

Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia 29 tahun dengan diagnosis masuk

G3P1A1H1 gravid aterm 40-41 mg dengan PEB, anak hidup tunggal intra uterin letak

kepala. Diagnosis PEB ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa sembab dikaki,tangan dan wajah dan adanya

tekanan darah tinggi pada kehamilan tua. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah

yang tinggi 165/100 mmHg, edema pada kelopak mata, kaki, tangan dan wajah.

Sedangkan pada laboratorium didapatkan protein urin +2, dan tormbosit 100.000/mm3

(trombositopeni). Sedangkan keluhan yang bersifat subjektif seperti nyeri uluhati , sakit

kepala dan pandangan kabur tidak ditemukan pada pasien ini.

Pasien ini dipasang regimen SM dosis inisial dan maintannce untuk mencegah

timbulnya kejang. Dan dilakukan drip induksi dan persalinan dengan Forcep Ekstraksi

dalam narkose atas indikasi ibu yakni preeklamsia setelah diketahui tidak adanya kontra

indikasi dan memenuhi syarat FE. Kemudian lahir seorang bayi perempuan BB = 2574

gram, PB = 49 cm, AS = 7/8. Yang mesti diawasi pada pasien ini pasca persalinan adalah

adanya ppv karena terjadi trombositopeni, namun tidak terjadi ppv pada pasien ini.

Penderita boleh dipulangkan pada hari nifas ketiga karena keadaan ibu membaik,

tekanan darah berangsur normal dan edema jauh berkurang dan tidak ada tanda-tanda

infeksi pada luka episiotomi ibu.

Seharusnya yang paling pada kasus preeklamsia ini adalah prenatal care yang

baik, dan teratur untuk mencegah resiko dan komplikasi terjadinya preeklampsia dan

eklampsia.