prasarana · web viewprasarana b a b vii prasarana a. pengairan pada permulaan repelita i kira-kira...

131
PRASARANA

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

PRASARANA

Page 2: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

B A B VII

PRASARANA

A. PENGAIRAN

Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Keadaan bangunan pengairan tersebut pada umumnya telah sedemikian parahnya sehingga tidak dapat berfungsi lagi. Pada waktu itu diperkirakan bahwa usaha per-baikannya akan memerlukan waktu sedikit-dikitnya 10 tahun atau dua kali Repelita dengan sasaran areal pengairan sekitar 830.000 ha setiap lima tahun.

Berdasarkan keadaan tersebut di atas, dan dalam rangka menunjang usaha peningkatan produksi pangan, maka langkah yang diambil terutama ditujukan pada usaha perbaikan dan penyempurnaan irigasi yang sudah ada. Dengan demikian di-harapkan prasarana yang telah ada dapat berfungsi secara op- timal.

Di samping perbaikan dan penyempurrnaan selama Repelita I telah diusahakan pula perluasan jar ingan ir igas i dan reklamasirawa. Pembangunan jaringan irigasi baru tersebut dimaksud- kan untuk mempercepat usaha peningkatan produksi pangan, penciptaan kesempatan kerja, serta menunjang program trans-migrasi. Di samping itu perencanaan pembangunan irigasi se- derhana yang pembangunannya memerlukan waktu satu atau dua tahun sudah mulai diperkembangkan dalam tahun 1973/74 .

Kegiatan dalam bidang pengairan juga ditujukan untuk pe-nanggulangan banjir dalam hubungannya dengan pengamanan produksi pertanian, dan daerah yang berpenduduk padat. Dalam rangka ini Lembaga Pendidikan Masalah Air dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi telah meningkatkan kegiat an

Page 3: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

391

391

Page 4: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

penelitiannya. Kegiatan penelitian tersebut ditujukan pula guna perencanaan bendungan dan bangunan-bangunan air untuk masa mendatang terhadap pengamanan dari banjir. Pengamat- an yang seksama dilakukan pula terhadap kemungkinan tim-bulnya bencana alam gunung berapi.

Adapun hasil yang telah dicapai dalam bidang pengairan se- lama Repelita I yang diperinci menurut program, antara lain adalah sebagai berikut:

I. Program perbaikan dan penyempurnaan Irigasi

Dalam periode Repelita I telah dapat diselesaikan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan irigasi yang menunjang areal persawahan seluas 957.834 ha. Selama tahun 1973/74 saja telah direhabilitir jaringan irigasi yang menunjang areal persawah- an seluas + 285.257 ha.

Pada umumnya kegiatan dari proyek-proyek yang termasuk dalam program ini adalah perbaikan dan penyernpurnaan ben-dungan, bangunan-bangunan air, saluran induk, saluran sekun- der, dan lain-lain. Prasarana irigasi tersebut mengalami keru-sakan sehingga tidak dapat berfungsi lagi karena pada tahun-tahun sebelum Repelita I tidak cukup mendapat perawatan.

Program perbaikan dan penyempurnaan irigasi tersebut di-bedakan antara proyek-proyek yang bersifat umum dan proyek yang bersifat khusus. Yang bersifat umum meliputi proyek-proyek yang tersebar di seluruh Indonesia seperti Aceh, Suma- tera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Teng-gara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan. lain-lainnya.

Proyek-proyek rehabilitasi yang bersifat khusus antara lain adalah sebagai berikut :

(a) Proyek Irigasi Bantuan IDA (Prosida).Proyek-proyek yang termasuk dalam Prosida tidak saja me-

rehabilitir jaringan irigasi beserta bangunan air agar dapat berfungsi semestinya, tetapi juga melaksanakan pembukaan

392

Page 5: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

areal persawahan baru. Khususnya untuk proyek irigasi Way Seputih pelaksanaan jaringan utama pada akhir tahun 1973/ 74 sudah selesai seluruhnya yang meliputi areal seluas 25.000 ha. Kegiatan lanjutan dari proyek ini adalah pembuatan salur- an tersier dan pencetakan sawah. Sebagian dari air pengairan ini sudah dapat dimanfaatkan.

Tiga proyek Prosida lainnya yang berada di Jawa Barat ma-sing-masing adalah proyek irigasi Ciujung, proyek irigasi Cisadane, dan proyek irigasi Rentang. Untuk proyek irigasi Ciujung dan proyek irigasi Cisadane yang meliputi areal seluas 24.300 ha dan 40.660 ha seluruh jaringan utamanya sudah se- lesai direhabilitir. Kegiatan sekarang berupa penyempurnaan saluran pembuang dan saluran tersier sehingga diharapkan da- lam Repelita 11 proyek ini dapat diselesaikan dan berfungsi sebagaimana mestinya. Proyek irigasi Rentang pada akhir ta- hun 1.973/74 mampu mengairi areal seluas 85.000 ha secara tehnis dan seluas 5.826 ha secara setengah tehnis. Diharapkan dalam Repelita II seluruh areal tersebut sudah dapat diairi se- cara tehnis seluruhnya.

Proyek irigasi Glapan Sedadi di Jawa Tengah sampai de- ngan akhir tahun 1973/74 telah mampu mengairi secara tehnis areal seluas 38.570 ha dan areal setengah tehnis seluas 7.440 ha. Dengan penyempurnaan seluruh areal setengah tehnis maka dalam musim tanam 1974/75 diharapkan akan diperoleh areal yang bisa diairi secara tehnis seluas 46.010 ha. Pada akhir ta- hun 1973/74 proyek irigasi Pemali Comal di Jawa Tengah yang luas areal seluruhnya adalah 123.483 ha, telah mampu meng- airi areal persawahan seluas 96.116 ha secara tehnis sedangkan sisanya akan dilanjutkan dalam Repelita II.

Proyek irigasi Sadang di Sulawesi Selatan diharapkan akan selesai pada akhir tahun 1975/76 dengan areal seluas 50.330 ha. Sampai dengan akhir tahun 1973/74 telah selesai direhabilitir seluas 13.082 ha di daerah Sidrap yang merupakan jaringan irigasi secara tehnis. Dalam tahun-tahun mendatang sisanya seluas 37.248 ha akan diselesaikan di dalam Repelita II.

393

Page 6: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Proyek irigasi Pekalen Sampean di Jawa Timur diharapkan akan selesai pada akhir tahun 1976/77 yang meliputi areal se- luas 229.110 ha. Pada akhir tahun 1973/74 proyek ini telah mampu mengairi sawah secara tehnis seluas 26.090 ha.

(b) Proyek Irigasi Jatiluhur.

Kegiatan tahun terakhir Repelita I merupakan lanjutan kegiatan dari tahun-tahun sebelumnya dan terutama ditujukan untuk merehabilitir jaringan-jaringan irigasi lama dan pem- bangunan jaringan irigasi baru. Untuk musim tanam 1974 telah tercapai penggaduan areal seluas ± 213.772 ha.

Di samping kegiatan-kegiatan di atas dilaksanakan pula pe-ngembangan daerah pantai atau perluasan dari daerah Tarum Barat yang akan dilanjutkan dalam Repelita II .

Dengan selesainya perbaikan dan penyempurnaan saluran dan bangunan-bangunan maka penyediaan air di daerah irigasi Jatiluhur akan dapat ditingkatkan.

(c) Proyek Rehabilitasi Irigasi Gambarsari & Pesang-grahan.

Proyek rehabilitasi irigasi Gambarsari dan Pesanggrahan meliputi daerah irigasi Gambarsari seluas 16.000 ha dan dae- rah Pesanggrahan seluas 4.000 ha.

Dalam hubungan ini hingga akhir tahun 1973/74 kegiatan pelaksanaan masih melanjutkan kegiatan-kegiatan tahun yang lalu yaitu terutama ditujukan untuk rehabilitasi pompa-pompa yang sudah tua dan rusak; pekerjaan-pekerjaan pembuatan saluran induk dan saluran sekunder; rehabilitasi bangunan- bangunan serta pembangunan jembatan.

Proyek irigasi Gambarsari dan Pesanggrahan ini diperkira- kan akan dapat diselesaikan dalam Repelita II untuk mengairi areal sawah seluas 20.000 ha dan dapat memungkinkan dua kali panen setahun.

394

Page 7: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

(d) Proyek Rehabilitasi Delta Brantas.

Kegiatan proyek ini terutama berupa pengerukan lumpur. Selain itu juga dilakukan usaha-usaha perbaikan bendungan, saluran induk, saluran sekunder, bangunan-bangunan air, ta- lang dan jembatan. Sampai dengan akhir tahun 1973/74 sudah dapat direhabilitir areal sawah seluas 31.583 ha. Dalam Repelita II proyek rehabilitasi Delta Brantas ini diharapkan akan dapat diselesaikan dan dapat mengairi areal sawah seluruhnya seluas 40.146 ha.

(e) Proyek Irigasi Semarang - Kudus.

Pelaksanaan selama Repelita I meliputi kegiatan-kegiatan perbaikan dan penyempurnaan saluran-saluran dan bangunan-bangunan air, yang menderita akibat pengendapan lumpur. Sa-saran utama berupa pekerjaan-pekerjaan rehabilitasi bendung- an, saluran-saluran dan bangunan-bangunan air, berikut pintu-pintu air di daerah Wilalung yang sebagian sudah selesai.

Selama Repelita I, kegiatan utama daripada proyek irigasi Semarang - Kudus adalah untuk merehabilitir areal seluas 27.350 ha. Dalam Repelita II kegiatan ini masih akan dilanjut- kan sehingga areal seluruhnya menjadi seluas 50.000 ha.

(f) Proyek Irigasi Mbay di Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan tahun terakhir Repelita I meliputi pekerjaan per-baikan bendungan dan jaringan irigasi yang rusak akibat ben- cana alam pada akhir Maret 1973. Sebenarnya proyek irigasi Mbay sudah mendekati penyelesaian ketika terjadi bencana alam tersebut.

Dalam Repelita II proyek ini diharapkan dapat selesai se-hingga areal sawah seluas 6.550 ha akan dapat diairi.

(g) Proyek Irigasi Karang Anyar.Proyek rehabilitasi irigasi Karang Anyar di Jawa Tengah

meliputi pekerjaan-pekerjaan rehabilitasi bendungan, rumah pompa, dan saluran beserta bangunan-bangunan airnya. Sam-

395

Page 8: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

pai dengan tahun terakhir Repelita I sudah dapat direhabilitir areal seluas ± 10.272 ha.

Untuk selanjutnya kegiatan proyek rehabilitasi irigasi Ka- rang Anyar dimasukkan dalam kegiatan proyek irigasi Sema-rang-Kudus.

11. Program perluasan irigasi

Kegiatan proyek-proyek dalam program ini pada tahun ter-akhir Repelita I meliputi pekerjaan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya dalam rangka pembukaan areal persawahan baru. Dalam hubungan ini prioritas terutama ditujukan pada proyek- proyek yang dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat. Dalam tahun 1973/74 sudah dipersiapkan rencana irigasi se-derhana sehingga diharapkan pada awal Repelita II sudah dapat dibuka areal i r igasi sederhana seluas 40.000 ha.

Dalam program perluasan irigasi hasil yang telah dicapai selama Repelita I seluas 171.346 ha. Proyek-proyek perluasan irigasi yang bersifat khusus antara lain terdiri dari:

(a) Proyek Irigasi Krueng Jrue di Aceh.

Dalam tahun terakhir Repelita I kegiatan terutama dituju- kan untuk melanjutkan kegiatan tahun sebelumnya yakni pembuatan bendungan, saluran induk, bangunan-bangunan air, dan jembatan. Dalam tahun 1973/74 telah dapat berfungsi areal tambahan seluas 923 ha. Proyek ini bilamana selesai akan da- pat mengairi areal seluas 10.555 ha, sedangkan areal yang dihasilkan selama Repelita I adalah seluas 3.075 ha.

(b) Proyek Irigasi Punggur Utara di Lampung.

Sampai dengan tahun terakhir Repelita I proyek irigasi Pung-gur Utara sudah dapat membuka areal seluas 28.100 ha. Pe -kerjaan yang telah dapat diselesaikan berupa saluran induk, saluran sekunder, saluran tersier, bangunan air, pintu air, dan bangunan-bangunan lain. Bilamana proyek ini selesai maka di-harapkan areal seluas 30.843 ha akan dapat diairi.396

Page 9: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

(c) Proyek Irigasi Sempor di Jawa Tengah.

Kegiatan proyek ini dimulai dalam tahun 1972/73. Seperti diketahui proyek irigasi Sempor pernah mengalami bencana yaitu bobolnya bendungan dalam tahun 1966. Pembangunan proyek tersebut sedang dalam taraf persiapan untuk pelaksa-naan dan ditujukan untuk mematangkan dan memantapkan design.

(d) Proyek Irigasi Kelara di Sulawesi Selatan.

Proyek irigasi Kelara sudah diresmikan pemakaiannya pada tanggal 4 Maret 1973. Selama Repelita I jumlah areal yang telah dapat diairi baru seluas 2.000 ha.

Dalam Repelita I beberapa kegiatan seperti, pembuatan sa-luran induk, saluran sekunder, dan bangunan-bangunan air te- lah dilaksanakan dan akan dilanjutkan dalam Repelita II agar rencana mengairi areal persawahan seluas 6.050 ha bisa dilak-sanakan.

(e) Proyek Irigasi Gumbasa di Sulawesi Tengah.

Proyek Irigasi Gumbasa kini sedang memasuki taraf pelak-sanaan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pekerjaan-pekerjaan pembuatan bendungan, saluran induk, saluran sekunder, dan bangunan-bangunan air.

Hingga akhir Repelita I bagian dari proyek irigasi Gumbasa yang merupakan rencana jangka pendek sudah dapat membu- ka areal seluas 4.586 ha. Proyek irigasi Gumbasa merupakan proyek jangka panjang dan meliputi areal seluruhnya seluas 12.104 ha.

(f) Proyek Irigasi Dumoga di Sulawesi Utara.

Pada saat ini proyek Irigasi Dumoga sedang melaksanakan pembuatan bendungan. Disamping pembuatan bendungan pe-laksanaan meliputi pekerjaan pembuatan saluran induk, sa- luran sekunder, dan bangunan-bangunan air lainnya.

397

Page 10: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Dalam Repelita II kegiatan-kegiatan proyek masih akan di -lanjutkan dan diharapkan bila proyek ini selesai akan dapat mengairi areal seluas 13.807 ha.

(g) Proyek Irigasi Palasari di Bali.

Proyek Irigasi Palasari kini memasuki taraf penyelesaian, antara lain penyelesaian waduk, bendungan, saluran induk, bangunan-bangunan air, saluran sekunder, terowongan dan jalan inspeksi. Dalam Repelita I baru dapat diselesaikan ja -ringan irigasi untuk areal seluas 550 ha. Proyek ini seluruhnya meliputi areal seluas 1.812 ha, dan diharapkan dapat selesai dalam Repelita II.

(h) Proyek Irigasi Kali Progo di Yogyakarta, Jawa Tengah .

Dalam tahun anggaran 1973/74 kegiatan proyek merupakan lanjutan dari kegiatan-kegiatan sebelumnya yang berupa per-baikan dan pembangunan bendungan beserta sarana-sarana irigasi lainnya untuk daerah irigasi Kali Bawang, kompleks Mataram, Van Der Wyek, Kamijoro, dan air tanah di Gunung Kidul. Mengenai proyek air tanah di daerah Baron dan sumur artesis di daerah Gunung Kidul telah dapat diselesaikan dan dimanfaatkan untuk keperluan air minum, peternakan, dan pertanian.

Proyek irigasi Kali Progo ini diharapkan selesai dalam tahun 1977/78 sehingga dapat mengairi areal persawahan seluas29.726 ha.

(i) Proyek Irigasi Luwu di Sulawesi Selatan.

Proyek Irigasi Luwu yang meliputi areal seluas 90.430 ha terdiri dari daerah-daerah pengairan Lamasi, Solo Rongkong, Masamba, Balease Kanjiro, Bone-Bone, Bungadidi, Kalaena, dan Angkona. Dalam tahap pertama akan dilaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang memungkinkan untuk mengairi areal per- sawahan seluas 45.280 ha. Selama Repelita I telah berhasil di- buka areal persawahan seluas ± 10.168 ha.

398

Page 11: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

(j) Proyek Irigasi Way Jepara di Lampung.

Proyek Irigasi Way Jepara yang kegiatan pelaksanaannya, baru dimulai dalam tahun 1972/73 meliputi areal seluas 6.500 ha.

Dalam Repelita I telah berhasil dibuka areal persawahan seluas 1.250 ha sedangkan sisanya akan dilanjutkan dalam Re-pelita II.

III. Program Perbaikan dan Pegamanan Sungai.

Dalam Repelita I kegiatan program ini terutama ditujukan untuk menanggulangi banjir di daerah produksi padi dan di daerah yang padat penduduknya.

Usaha yang dilaksanakan antara lain adalah perbaikan dan penguatan tanggul-tanggul sungai, pembuatan coupure, dan pengerukan sungai.

Melalui program perbaikan dan pengamanan sungai selama Repelita I telah dapat diamankan areal sawah seluas 286.568 ha, yang tersebar di seluruh Indonesia.

IV. Program Pembangunan Pengairan lainnya.

Selama Repelita I program ini telah dapat menunjang per -luasan areal persawahan seluas 134.622 ha dan pengamanan daerah produksi seluas 65.000 ha. Program ini meliputi proyek-proyek yang bersifat jangka panjang seperti :

(a) Proyek Persawahan Pasang Surut.

Daerah yang dibuka untuk persawahan pasang surut meli- puti propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Ba- rat, Kalimantan Selatan dan Tengah.

Selama Repelita I telah dapat dibuka areal persawahan pa-sang surut seluas 33.092 ha. Dalam Repelita II pembukaan per -sawahan pasang surut tersebut akan ditingkatkan.

399

Page 12: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

(b) Proyek Induk Serbaguna Kali Brantas.

Proyek ini dimaksudkan untuk memanfaatkan Kali Brantas bagi perluasan irigasi, pencegahan banjir, pembangkitan tena- ga listrik, perikanan darat, dan pariwisata.

Proyek Induk Serbaguna Kali Brantas terdiri dari:(1) Proyek Karangkates di Malang.

Pembangunan bendungan utama proyek Karangkates telah selesai seluruhnya sehingga dapat diharapkan tambahan areal persawahan seluas 8.000 ha.

(2) Proyek Kali Konto atau Proyek Selorejo.Dalam Repelita I sudah dapat diselesaikan pekerjaan-peker-

jaan pembuatan bendungan, realokasi jalan raya, terowongan pengelak, dan terowongan pemasukan. Pekerjaan pembuatan bendungan tersebut terdiri dari pembuatan bendungan utama dan anak bendungan. Hasil yang diperoleh dari proyek ini se- lain dapat diairinya dengan lebih baik areal sawah seluas 27.000 ha, juga tambahan areal pertanaman gadu seluas 2.000 ha.

(3) Proyek Kali Porong di Jawa Timur.Proyek Kali Porong merupakan bagian dari proyek Induk

Serbaguna Kali Brantas yang hingga kini sedang dalam taraf pelaksanaan. Diharapkan proyek Kali Porong dapat diselesai- kan dalam tahun 1975/76.

(4) Proyek Dam Lengkong Baru di Jawa Timur.Proyek Dam Lengkong Baru merupakan bagian proyek dari

proyek Induk Serbaguna Kali Brantas yang bertujuan untuk menggantikan Dam Lengkong Lama yang sudah tidak berfung- si lagi. Menurut taksiran umur dari Dam Lengkong Lama ada- lah sekitar 115 tahun.

Fungsi Dam Lengkong Baru seperti halnya dengan Dam Lengkong Lama ialah untuk menampung endapan pasir yang disebabkan karena erosi. Agar Dam Lengkong Baru dapat ber- fungsi lebih 1ama maka kegiatan pembangunan dam tersebut dikaitkan dengan kegiatan penghijauan (reboisasi) di daerah hulu sungai.

400

Page 13: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

(c) Proyek Perbaikan Keadaan Danau.

Pada umumnya proyek perbaikan keadaan danau baru men- capai tingkat perencanaan. Adapun tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan fisik danau yang bersangkutan serta memperbesar manfaat a ir di danau tersebut .

Proyek yang sekarang sedang berada dalam taraf pematang-an perencanaan adalah proyek Danau Tempe (Sulawesi Selatan) dan proyek Rawa Pening (Jawa Tengah). Proyek-proyek lain. seperti proyek danau Singkarak di Sumatera Barat dan proyek-proyek lainnya masih dalam taraf persiapan perencanaan.

(d) Proyek Pengendalian Banjir DKI Jakarta Raya.

Selama Repelita I rencana jangka pendek dari proyek pengendalian banjir DKI Jakarta Raya telah mencapai penyele- saian sebesar kurang lebih 57% yang terdiri dari penyelesaian secara pisik kegiatan proyek di wilayah banjir Jakarta Barat sebesar ± 69%, Jakarta Tengah ± 98%, dan Jakarta Timur ± 5%.

Beberapa pekerjaan yang telah selesai antara lain adalah pembuatan waduk Setiabudi, waduk Pluit, normalisasi Kali Krukut, waduk dan pompa Tomang, dan sodetan Kali Grogol. Beberapa pekerjaan lain berupa pengerukan Kali Cideng, Kali Ciliwung/S. Opak, Kali Ancol, Kali Grogol, dan lain-lain masih dalam taraf penyelesaian. Kegiatan pekerjaan pengerukan akan terus dilaksanakan untuk menjaga kelancaran dari aliran air. Telah pula diselesaikan rencana induk (master plan) tata pengairan Jakarta secara luas yang pekerjaan utamanya beru- pa pembuatan Banjir Kanal Timur dan Barat. Rencana terse- but diharapkan akan mulai dilaksanakan dalam Repelita II ini.

(e) Proyek Pengembangan wilayah Sungai.Proyek Pengembangan wilayah sungai tersebar di seluruh

Indonesia. Beberapa di antaranya telah selesai dengan persiapan pekerjaan-pekerjaan survey dan pembuatan design, bahkan

401411234 - (26).

Page 14: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

beberapa proyek telah berada dalam tahapan pelaksanaan ren- cana jangka pendek seperti misalnya proyek Citanduy dan pro- yek Bangawan Solo.

(1) Proyek Citanduy di Jawa Barat.

Dalam rangka pekerjaan darurat untuk jangka pendek telah dapat di selesaikan pembuatan tanggul, bangunan pelimpah Nusawuluh, dan beberapa pekerjaan lain untuk pengamanan terhadap banjir bagi areal seluas ± 25.000 ha.

(2) Proyek Bengawan Solo.Proyek ini meliputi daerah Hulu dan Hilir, termasuk di anta-

ranya sungai Madiun. Dalam jangka pendek telah dapat di amankan daerah pertanian seluas ± 40.700 ha terhadap bahaya banjir.

V. Program Peningkatan Penelitian Survey.

Kegiatan program ini adalah untuk mengadakan penelitian dan penyelidikan baik untuk kepentingan ilmiah maupun untuk keperluan-keperluan praktis dalam rangka menunjang peren- canaan dan pelaksanaan proyek-proyek pengairan.

Proyek-proyek Survey, Penyelidikan, dan Perancangan Sumber-sumber Air yang tersebar di seluruh Indonesia hingga saat ini sedang dalam taraf perencanaan. Selain itu survey, penyelidikan, dan perancangan sumber-sumber air yang memperoleh prioritas seperti di Bali, Lombok, Lampung, dan Cimanuk su-dah sampai pada taraf feasibility study. Proyek-proyek yang dalam taraf survey pendahuluan antara lain ialah proyek Ba- rito, Kedu Selatan, Tapanuli, Sulawesi Selatan bagian Tengah, T imor , dan Ci sadane - J aka r ta - C ibee t .

Lembaga Penyelidikan Masalah Air (LPMA) yang merupa-kan lembaga ilmiah mempunyai bagian-bagian dinas hidrolo- gi, dinas hydraulika, dan dinas bangunan air, masing-masing bertugas menyusun buku pedoman (manual) untuk para teh-nisi di lapangan.

402

Page 15: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Untuk lebih mengembangkan Lembaga Penyelidikan Masa- lah Air ini, kini sedang dicari jalan yang lebih baik antara lain dengan mengadakan kerja sama dengan Universitas-universi- tas dalam bidang hydraulika dan planoIogi; bidang irigasi dan pertanian; dan bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Dalam rangka penanggulangan bencana alam telah diguna- kan sistem pemberitahuan tentang adanya bahaya ("warning system") yang merupakan kegiatan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya dan yang telah berhasil dengan memuaskan. Perco-baan-percobaan sudah dilakukan di daerah Gunung Merapi (Jawa Tengah), Bengawan Solo (Jawa Tengah dan Timur), Wilulung (Jawa Tengah), Citanduy (Jawa Barat), dan di pro -yek Serbaguna Kali Brantas (Jawa Timur).

Penyelidikan penggunaan alat pemadat jalan selama. Repeli- ta I ditujukan untuk pengerasan tanggul dan diharapkan ha- sil-hasilnya dapat diterapkan di lapangan.

Dalam rangka pemanfaatan kekayaan alam berupa sumber-sumber air sasaran utama adalah untuk kepentingan masyarakat banyak. Dalam hal ini termasuk juga pemanfaatan air per- mukaan maupun air tanah. Penyelidikan dan perancangan diusahakan pelaksanaannya secara berurutan dan serentak agar segala potensi air dapat diatur dengan sebaik-baiknya dan dimanfaatkan se-optimal mungkin untuk menunjang pertanian, keperluan air minum, listrik, dan lain-lain. Percobaan-percoba- an penggunaan air tanah untuk irigasi telah dilaksanakan di daerah Kediri dan Nganjuk (Jawa Timur). Dalam tahun 1973/ 74 kegiatan ini di perluas untuk daerah Pemali Comal, Ma- diun, Bengawan Solo, dan Madura.

B. PERHUBUNGAN

Seperti halnya dengan prasarana pengairan, keadaan prasa- rana dan sarana perhubungan sebelum Repelita I adalah sangat menyedihkan. Kondisi perhubungan pada saat itu jauh keting- galan dibandingkan dengan kebutuhan normal masyarakat akan jasa-jasa perhubungan. Sebagai contoh dapat diberikan di sini

403

Page 16: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

bahwa kurang lebih hanya 5 persen dari jaringan jalan negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten yang berada dalam keadaan baik. Keadaan yang hampir sama juga dialami dalam sektor perhubungan laut dan perhubungan udara.

Sementara itu disadari bahwa kebutuhan jasa-jasa perhu- bungan akan bertambah dengan meningkatnya penduduk dan kegiatan pembangunan. Dengan demikian tantangan yang di- hadapi tidak saja terbatas kepada mengejar ketertinggalan penyediaan fasilitas, akan tetapi juga memenuhi permintaan akan jasa-jasa perhubungan yang akan bertambah setiap tahunnya.

Karena hal-hal tersebut di atas sejak semula disadari bahwa masalah ini tidak akan dapat diatasi dalam waktu lima tahun. Pada waktu itu diperkirakan bahwa dalam Repelita I ini yang dapat diusahakan hanyalah mengurangi ketertinggalan. Oleh karena itu dalam periode 1969170 - 1973/74 kebijaksanaan terutama diarahkan kepada kegiatan-kegiatan rehabilitasi. Akan tetapi dengan meningkatnya kemampuan penyediaan dana dan peralatan, maka dalam batas-batas tertentu telah pula dilakukan usaha-usaha modernisasi peralatan dan pem- bangunan jaringan-jaringan baru.

Hasil yang telah dicapai selama Repelita I cukup mengesan- kan. Dalam beberapa program ternyata bahwa hasil yang di- capai melampaui sasaran, namun dalam program lainnya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan semula.

Adapun kegiatan rehabilitasi dan pembangunan beserta hasil-hasil yang dicapai di bidang perhubungan selama Repe- lita I yang diperinci menurut sektor dan subsektor adalah sebagai berikut:

Perhubungan Darat.

1. Jalan dan Jembatan.

Dalam Repelita I prioritas program rehabilitasi dan pemeli- haraan jalan dan jembatan diberikan pada jaringan-jalan yang

404

Page 17: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

mempunyai nilai sosial ekonomis penting. Pelaksanaan rehabi- litasi tahun demi tahun telah dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan penyediaan dana dan peralatan. Di samping itu telah dapat pula diperluas pembangunan pekerjaan peningkatan mutu (upgrading) dan pembangunan jalan dan jembatan baru. Kenaikan produksi aspal buton sangat membantu pelaksanaan program ini.

Hasil-hasil yang telah dicapai selama Repelita I dalam sub-sektor jalan dan jembatan adalah sebagai berikut :

(a) Program rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan selama periode 1969170 - 1973/74 telah berhasil merehabili- tasi jalan menurut kelas semula sepanjang 6.535 km, dan jem- batan sepanjang 20.331 m.

(b) Program peningkatan mutu (upgrading) kelas jalan dan jembatan sampai dengan tahun 1973/74 telah berhasil meningkatkan kelas jalan sepanjang 3.785 km dan jembatan sepanjang 15.563 m.

(c) Program pembangunan jalan baru telah berhasil membangun jalan sepanjang 367 km.

Program peningkatan mutu dan pembangunan jalan baru tersebut disesuaikan dengan perkiraan akan perkembangan kepadatan arus lalu lintas dan angkutan jalan raya di daerah di masa mendatang.

Perkembangan proyek-proyek pembangunan jalan dan jem- batan baru yang sudah mulai dilaksanakan selama ini dapat dijelaskan sebagai. berikut:

(a) Jalan Panjang - Bakahuni; Panjang - Sribawono, telah dimulai pembangunan phisiknya dan diharapkan selesai tahun 1976/77.

(b) Pembangunan jalan Sijunjung - Lubuklinggau, masih diteruskan yang meliputi penyelesaian seksi 1, 2 dan 3 sepan- jang 150 km.

(c) Persiapan proyek jalan Jagorawi (Jakarta - Bogor - Ciawi), telah selesai, dan dalam tahun 1974/75 ini segera di

405

Page 18: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

mulai dengan pembangunan phisik. Proyek ini diharapkan selesai akhir tahun 197.7.

(d) Seluruh peralatan proyek Jalan Balikpapan – Samarin-da telah sampai, dan telah digunakan bagi pembangunan jalan yang diharapkan dapat selesai pada tahun 1975.

(e) Pembelian alat-alat besar jalan Amurang - Kotamo- bagu telah diselesaikan. Pelaksanaan pembangunan akan segera dimulai.

(f) Jalan Amurang - Inobonto - Kotamobagu - Duloduo telah mencapai tahap mobilisasi peralatan dan segera disusul dengan pekerjaan persiapan dan pembebasan tanah. Proyek ini diharapkan selesai tahun 1976.

(g) Pembangunan jembatan Sulawesi Selatan, sudah sam- pai pada tahap pembebasan tanah dan pekerjaan persiapan bagi pembangunannya.

Pembangunan jembatan disesuaikan dengan rencana pem- bangunan jalan dengan memperhatikan beban lalu-lintas yang harus ditampung.

Mengingat volume lalu-lintas tersebut terus meningkat, maka dalam rencana pembangunan jembatan telah diperhitung-kan keadaan lalu-lintas dalam jangka waktu dua puluh tahun mendatang, sehingga mempunyai daya tahan yang jauh lebih tinggi. Hasil yang dicapai dalam pembangunan jembatan ini adalah meliputi 15.563 m, terdiri dari 707 jembatan yang ter -sebar di seluruh Indonesia. Sedangkan 23 jembatan di antara- nya adalah jembatan-jembatan besar dengan bentang sekitar 100 m.

Adapun jembatan tersebut adalah jembatan Bentang di Aceh, jembatan Aek Pinangsori, Besitang di Sumatera Utara; jembatan Muara Mahat, Batu Anjing, Danau Bengkuang, Rantau Barangin di Riau; jembatan Ulak Karang di Sumatera Barat; jembatan Bunga Mas, Tebing. Tinggi di Sumatera Selatan; jembatan Musi Terbanab di Bengkulu; jembatan Kedung Gedeh,

406

Page 19: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Cisokan, Bekasi di Jawa Barat; jembatan Bantar di Yogya-karta; jembatan Cisanggarung di Jawa Tengah; jembatan Madiun di Jawa Timur; jembatan Sekayan di Kalimantan Ba- rat; jembatan Tukad Unda dan Tukad Bubuh di Bali; jembatan Brang Rhe di Nusa Tenggara Barat; jembatan Tello di Sula- wesi Selatan dan jembatan Amandit di Kalimantan Selatan.

Di samping hasil-hasil tersebut di atas telah pula dicapai hasil dalam bidang yang menunjang kegiatan pelaksanaan pem-bangunan jalan dan jembatan. Adapun beberapa di antaranya adalah penyediaan unit-unit peralatan bagi pemeliharaan dan rehabilitasi jalan yang tersebar di 20 propinsi, 27 buah bengkel-bengkel, 37 buah unit-unit laboratorium dan lain-lainnya.

Hasil-hasil yang dicapai dalam bidang jalan dan jembatan seperti yang sudah diuraikan di atas telah dapat mengatasi masalah hubungan antar daerah walaupun masih terbatas sifatnya. Sebagai gambaran dari masalah hubungan dan ang- kutan yang kritis yang dihadapi di beberapa daerah tertentu sebelum dan sesudah Repelita I dapat diberikan contoh sebagai berikut :

Hasil-hasil yang telah dicapai seperti dijelaskan di atas, hanya mencakup jalan negara. Di samping itu telah pula dilak-sanakan kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan

Jurusan Jarak

Banda Aceh - Tanjung Karang 2800 kmPakanbaru - Padang 331 kmMedan - Padang 700 kmBalikpapan - Banjarmasin 491 kmPontianak - Sintang Tummo 400 km

Palopo - Siwa - Sengkang -Jeneponto - Ujung Pandang 396 km

Waktu PerjalananSebelum Sesudah

Repelita I Repelita I

1 bulan 8 hari3 - 4 hari 7 jam

3 - 4 hari 15 - 20 jam 2 - 3 hari 12 jam sulit ditem- 12 - 13 jam

puh

sulit ditem 15 jam puh

407

Page 20: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

mutu jalan propinsi. Selama 5 tahun ini telah berhasil dilaku- kan pemeliharaan sepanjang 45.600 km, rehabilitasi 3.523 km dan untuk program peningkatan mutu sepanjang 652 km.

2. Angkutan Jalan Raya.

Luasnya jaringan jalan yang berhasil diperbaiki dan ditam- bah telah memberi kesempatan bagi berlangsungnya proses angkutan. Untuk menjaga keselamatan jaringan jalan terha- dap kehancuran maka telah dilakukan pengawasan dan pener- tiban pemakaian jalan. Pengawasan tersebut menjadi bertambah penting mengingat kepadatan lalu-1intas di jalan raya terus meningkat.

Volume angkutan dalam Repelita I selalu bertambah, baik untuk angkutan barang maupun angkutan penumpang. Hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah kendaraan bus, truk dan mobil penumpang. Pertambahan jumlah kendaraan tersebut selama lima tahun terakhir ini dapat dilihat dalam Tabel VII -1 berikut :

TABEL VII - 1PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN JALAN

1968 - 1973Tahun Bus Mobil barang/truk Mobil penumpang Jumlah

1968 19.610 93.417 201.123 314.150

1969 20.497 95.660 212.123 328.280

1970 23.451 99.814 235.816 359.081

1971 22.562 112.878 256.988 392.428

1972 26.488 131.175 277.210 434.873

1973 30.368 144.060 307.739 482.167

Dalam rangka peningkatan pengawasan dan penertiban lalu- lintas di jalan raya tersebut, maka selama Repelita I telah pula diadakan penambahan unit-unit penunjang pelaksanaan peng-

408

Page 21: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan
Page 22: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII - 1PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN JALAN

1968 – 1973

409

Page 23: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

awasan armada angkutan jalan berupa alat-alat pengujian, lampu lalu lintas, jembatan timbang dan kendaraan inspeksi.

Pelayanan bagi angkutan umum yang lebih merata tetap di-usahakan, terutama di daerah terpencil. Sejalan dengan ini usaha penyehatan PN DAMRI yang ditugaskan melayani pengangkutan di daerah terpencil terus dilakukan. Sebagian armada angkutannya telah berhasil diremajakan dan akan te- rus ditambah sesuai kebutuhan.

Seperti halnya dengan angkutan antar kota, angkutan di dalam kota juga memerlukan perhatian yang tidak sedikit. Laporan survey angkutan kota di Jakarta yang telah dimulai dalam tahun 1972 sudah dalam tahap penyelesaian. Berdasar- kan hasil survey tersebut diharapkan dalam tahun 1974/75 segera dapat dilaksanakan usaha untuk mengatasi masalah angkutan kota tersebut. Survey di beberapa kota lainnya masih dalam tahap persiapan.

3. Angkutan Kereta Api.

Sebagai akibat dari kurangnya pemeliharaan dan rehabilitasi dimasa lampau keadaan peralatan kereta api menjelang Repe- lita I mengalami kemerosotan. Kerusakan-kerusakan yang te- lah kumulatip keterbelakangan dalam teknologi, serta kele- mahan-kelemahan dalam bidang administrasi dan keuangan, telah menimbulkan persoalan yang terlalu besar untuk dapat diselesaikan oleh PJKA dalam jangka waktu yang relatif pen -dek. Oleh karena itu sasaran pokok dalam Repelita I adalah menghentikan proses kemerosotan tersebut di atas dan mem-perbaiki posisi keuangan PJKA antara lain melalui usaha re-habilitasi dan upgrading.

Perbaikan dalam peralatan kereta api tersebut ternyata memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Pelayanan angkutan kereta api dapat diperluas dan mutunya pun dapat ditingkatkan.

Adapun hasil selengkapnya dapat diikuti pada tabel VII - 2.

410

Page 24: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 2 HASIL REHABILITASI PERKERETA-APIAN DI INDONESIA

1969/70 - 1973/74

R E P E L I T A IU r a i a n Jumlah

1969/70 1970171 1971/72 1972/731) 1973/742)

1. Penggantian rel(km) 94,6 126,1 150,3 124,6 86,0 581,E

2. Penggantian bantalan(bt) 40.223 188.370 218.746 280.270 180.960 1274.569

3. Perbaikan pilar 5.243 3.359 2.474 7.943 14.358,5 33.377,5 jembatan (M3)

4. Bangunan operasionil 1.376,6 4.038,3 3.371 7.701 3.469 19.955,9(M2)5. Lok uap (buah) 15 2 - 10 5 326. Lok diesel (buah) 13 4 3 16 15 517. Lok listrik (buah) 5 - 2 78. Pasang airbrake (buah) 11 - - 119. Kereta 20 92 52 65 52 281

10. Gerbong (rehabilitasi) 25 301 236 380 211 1.15311. Assembling gerbong

(buah) 135 15 - - 15 16512. Jembatan

a. beton (buah) 69 34 103b. baja (buah) 56 - 56

1 ) Angka diperbaiki.

Page 25: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

2) Angka sementara.

Page 26: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Dalam tabel VII - 2 dapat diikuti bahwa hasil yang dapat dicapai selama Repelita I antara lain adalah berupa pengganti - an rel sepanjang 581,6 km, rehabilitasi lok uap 32 buah, lok diesel 51 buah dan lok listrik 7 buah, rehabilitasi gerbong ba- rang 1.153 buah dan penambahan 165 buah dan penambahan kereta penumpang 281 buah.

Untuk mendapatkan gambaran mutakhir keadaan perkere-ta-apian di Indonesia, peninjauan kembali secara menyeluruh atas masalah perkereta-apian telah diadakan dalam tahun 1973/74. Hasil peninjauan kembali itu telah dituangkan dalam Rencana Rehabilitasi 5 tahun PJKA untuk dilaksanakan dalam Repelita II.

Dengan hasil-hasil yang telah dicapai selama Repelita, I se- perti tersebut di atas maka secara positip PJKA telah dapat meningkatkan pelayanannya. Adapun beberapa hal di antara- nya adalah sebagai berikut:a. Rata-rata kecepatan kereta api telah dapat ditingkatkan

menjadi maksimum 90 km per jam dan minimum 50 km per jam. Dengan demikian waktu perjalanan dapat diperpendek.

b. Frekwensi perjalanan per hari menjadi lebih teratur dan jumlah frekwensi perjalanan telah ditambah, seperti misal-nya antara Bandung - Jakarta dan Cirebon - Jakarta.

c. Perjalanan kereta api di Sumatera Utara dan Sumatera Se-latan telah diubah dengan kereta api Pattas.

d. Pemasangan baseplate pada lintas Surabaya - Banyuwangi telah memungkinkan perjalanan antara Surabaya – Denpa- sar dapat ditempuh langsung dalam waktu yang relatip le- bih singkat dengan sambungan ferry dan bus khusus.

e. Produksi jasa-yasa PJKA telah berangsur-angsur mening-kat.

Hasil-hasil produksi PJKA selama Repelita I telah menunjukkan kemajuan-kemajuan sebagaimana nampak dalam Tabel VII - 3 berikut:

412

Page 27: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 3

PRODUKSI JASA-JASA PERKERETA-APIAN

1968 - 1973 (dalam ribuan)

Tahun Penumpang Penumpang TonBarang

Ton KmBarangorang Km

1968 70.437 4.054.035 3.306 737.2761969 55.379 3.422.265 4.025 859.720

1970 52.442 3.466.035 3.958 855.118

1971 50.993 3.623.072 4.202 949.066

1972 40.116 3.352.000 4.561 1.038.000

1973 29.370 2.725.000 4.905 1.068.000

Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:Dalam periode 1969 - 1973 jumlah penumpang telah menu-

run dengan rata-rata 14, 6 % tiap tahun, namun demikian pe- nurunan rata-rata dalam penumpang kilometer, hanya sebesar 5,5% tiap tahun. Angka-angka ini menunjukkan bahwa banyak penumpang-penumpang jarak dekat telah berangsur-angsur beralih ke angkutan bus disebabkan semakin baiknya keadaan jalan dan mutu pelayanan angkutan bus. Satu dan lain hal juga karena perobahan-perobahan tarip kereta api yang diadakan dalam bulan Mei 1973. Angkutan penumpamg dan angkutan barang telah beralih kepada angkutan jarak jauh.

Berbeda dengan angkutan penumpang maka angkutan barang dalam ton telah mengalami kenaikan rata-rata dengan 5,1 % setahun dan peningkatan rata-rata dalam ton km tercatat 5,6% setahun. Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa kenaik- an tersebut sejalan dengan perkembangan ekonomi selama Repelita I.

Di bidang keuangan telah terjadi perobahan-perobahan kebi- jaksanaan yang penting jika diibandingkan dengan masa-masa sebelum Repelita I.

413

Page 28: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII - 2PRODUKSI JASA-JASA PERKERETA-APIAN

1968 – 1972

Page 29: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Dewasa ini PJKA sedang berusaha keras untuk memupuk dana-dana penyusutan guna tujuan-tujuan rehabilitasi.. Dana -dana penyusutan semacam itu dalam tahun 1968 hampir tidak diadakan. Pengeluaran-pengeluaran, telah di arahkan untuk memperlancar operasi antara lain pembelian-pembelian spare -parts dan pemeliharan-pemeliharaan. Perbaikan-perbaikan ope -rasionil, administrasi, keuangan dan management masih akan terus ditingkatkan dalam Repelita II.

4. Angkutan Sungai, Danau dan Ferry.

Peranan sungai dan danau sebagai media 1alu-lintas akhir- akhir ini semakin menonjol dengan meningkatnya intensitas pengangkutan kayu dari hutan-hutan yang tak dapat dihubungi lewat jalan darat. Oleh karena itu, survey pengembangan serta peningkatan kemampuan pelayaran di sungai dan danau men- jadi makin mendesak.

Dalam Repelita I, kegiatan di sektor angkutan sungai, danau dan ferry meliputi penelitian dan persiapan proyek; usaha - usaha rehabilitasi, upgrading, penambahan dermaga, depot minyak, serta perambuan, dan pengerukan. Mengingat terba- tasnya dana yang tersedia, prioritas diberikan kepada lokasi yang sangat memerlukan alat-alat angkutan sungai dan danau.

Beberapa proyek angkutan ferry yang telah dimulai pelak-sanaannya dalam tahun anggaran yang lalu seperti Merak - Bakauhuni kini masih terus dilanjutkan pembangunannya. Se-dangkan yang telah dibuka adalah antara lain hubungan ferry antara Banjarmasin - Sampit, seberang menyeberang sungai Kapuas, Nunukan - Tawao, dan Menara - Tembesi.

Hasil-hasil investasi phisik selama Repelita I di luar ke -giatan survey dan persiapan proyek serta rehabilitasi alur-alur pelayaran adalah sebagai berikut:(a) dermaga sungai sebanyak 28 buah dengan luas 5.807 m2 (b) kapal inspeksi (besar dan kecil) sebanyak 24 buah (c) kapal ferry sebanyak 7 buah

414415

Page 30: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

(d) telekomunikasi 19 buah(e) rambu-rambu sebanyak 789 buah (f ) kapal keruk 1 unit(g) bangunan operasionil sebanyak 2 buah

Perhubungan laut.

Dalam rangka menaikkan produktivitas dan menjamin ke- lancaran perhubungan laut, selama Repelita I telah diusahakan peningkatan fasilitas angkutan laut seperti: fasilitas pelabuh- an, keselamatan pelayaran, kepanduan, pengerukan dan fa- silitas galangan/dock. Di samping itu telah pula ditingkatkan jumlah armada yang tersedia, beserta perbaikan dalam bidang kelembagaan.

Perkembangan kegiatan di sektor perhubungan laut tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Armada Pelayaran Nusantara.

Sistem trayek yang berlaku dewasa ini terdiri dari 61 trayek yang menghubungkan 52 pelabuhan wajib dan 37 pelabuhan fakultatif di seluruh wilayah Indonesia.

Pelayaran armada yang menghubungkan trayek tersebut sampai dengan tahun 1973/74 bertambah baik. Hal ini dimung-kinkan dengan adanya rehabilitasi 67 kapal nusantara dengan tonage 100.034 DWT milik 26 perusahaan pelayaran dan peng-gantian kapal-kapal yang telah tua usianya. Program peng-gantian kapal tersebut akan lebih ditekankan dalam Repelita II mendatang. Untuk menunjang program penggantian kapal ini, telah diusahakan sumber pembiayaannya, sedangkan pelaksa-naannya melalui pendirian PT. Pengembangan Armada Na-sional (PAN) yang sudah dibentuk dalam bulan Pebruari 1974 yang lalu.

Dengan semakin baiknya iklim usaha, maka produktivitas Armada Nusantara telah dapat ditingkatkan setiap tahunnya, yakni dar i faktor muatan ( load factor) ra ta-ra ta 3 ,7 ton/

416

Page 31: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Dwt/tahun dalam tahun 1969 menjadi rata-rata 11 ton/Dwt/ tahun dalam tahun 1973. Perkembangan Armada Pelayaran Nusantara selama Repelita I dapat diikuti dalam Tabe1 VII - 4.

TABEL VII - 4PERKEMBANGAN PELAYARAN NIAGA NUSANTARA

1969 - 1973

Jumlah kapal Kapal yang beroperasi Tahu

n Kapal Dwt Kapal Dwt 19

69182 1.84.350 130 138.004

1970 273 267.759 232 234.685 197

1282 321.63D 215 38.535

1972

282 321.669 282 321.669 197

3312 370.000 312 376.000

Dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah dan kapa- sitas kapal dalam tahun 1973 sudah sangat meningkat diban-dingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Begitu pula jumlah dan kapasitas armada yang beroperasi juga meningkat secara pesat yang mencapai peningkatan lebih dari dua kali diban -dingkan dengan tahun 1969 yang lalu.

2. Armada Pelayaran Samudera.

Selama Repelita, I sebagian besar Pelayaran Samudera Na-sional, masih berstatus charter dan sebagian sewa-beli. De- ngan jumlah armada 57 kapal yang berkapasitas sebesar 507.000 Dwt, maka jumlah angkutan armada pelayaran samu- dera nasional mencapai 30% dari seluruh muatan yang di- angkut. Pertambahan armada beserta kapasitasnya tersebut telah mendorong kenaikan volume angkutan pelayaran nasional dengan luar negeri sehingga dapat meningkatkan pelayaran angkutan secara teratur dan te tap. Sebagai contoh adalah

411234- (27).

Page 32: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

417

Page 33: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII - 3PERKEMBANGAN PELAYARAN NIAGA NUSANTARA

1969 – 1973

418

Page 34: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

pengikut sertaan dalam conference-conference, antara lain : Indonesia-Jepang dan sebaliknya; Indonesia-Australia dan sebaliknya; Indonesia-Amerika dan sebaliknya dan Indonesia-Eropah dan sebaliknya.

Di samping kegiatan pelayaran melalui conference juga di-lakukan pelayaran tidak teratur (tramping) seperti antara pelabuhan Indonesia dengan Hongkong. Kegiatan pelayaran Samudera dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi per-usahaan pelayaran nasional dalam kegiatan pengangkutan barang-barang perdagangan baik impor maupun ekspor ke dan dari luar negeri.

3. Armada Pelayaran Khusus.

Armada Pelayaran Khusus adalah armada pelayaran yang melayani pengangkutan barang-barang khusus seperti kayu, minyak bumi, nikel, bauksit dan batu bara. Perkembangan pelayaran armada khusus untuk tiap-tiap tahun selama Repe- lita I cukup baik. Jika pada pertengahan tahun 1968 hanya tersedia 23 buah kapa1 dengan kapasitas angkut barang kurang lebih 500.000 Dwt, maka pada tahun 1973 jumlah kapa- sitas armada tersebut telah menjadi 1.422.000 Dwt. Walaupun demikian bagian yang diangkut oleh kapal-kapal pelayaran rasional ini masih kecil. Oleh karena itu pembangunan armada pelayaran khusus akan lebih ditingkatkan dalam Repelita II.

4. Prasarana Perhubungan Laut.

Peningkatan kapasitas dari berbagai armada pelayaran di atas telah pula diimbangi. dengan peningkatan prasarana per -hubungan laut seperti fasilitas pelabuhan dan pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan. Sebagian besar kegiatan dalam bidang ini masih ditekankan pada rehabilitasi peralatan yang ada, sedangkan kegiatan pembangunan baru dan moder -nisasi pelabuhan masih sangat terbatas. Dalam menunjang program RIS telah direhabilitir lebih kurang 60 pelabuhan; 2

Page 35: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

419

Page 36: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

pelabuhan dibangun baru (Krueng Raya/Aceh dan Pantai Meneng/Jawa Timur) dan 2 pelabuhan sedang dimodernisir yaitu pelabuhan Tanjung Perak dan pelabuhan Tanjung Perak/ Surabaya.

Dewasa ini sedang dilaksanakan master plan study untuk perluasan dan modernisasi 4 pelabuhan yaitu Tanjung Priok, Belawan, Panjang dan Tanjung Perak. Kegiatan-kegiatan rehabilitasi pembangunan baru dan modernisasi pelabuhan selama Repelita I dapat dilihat pada Tabel VII - 5.

TABEL VII - 5REHABILITASI FISIK PEMBANGUNAN FASILITAS

PELABUHAN1969/70 - 1973/74

No. Uraian Realisasi Keterangan

1. Kade/Dermaga29.764 m2 27 pelabuhan- rehabilitasi

- penambahan 18.921 m2 17 pelabuhan2. Penahan Gelombang

- rehabilitasi 6.455 m2 6 pelabuhan- penambahan 135 m2 1 pelabuhan

3. G u d a n g- rehabilitasi 48.334 m2 15 pelabuhan- penambahan 11.700 m2 9 pelabuhan

4. Listrik- rehabilitasi 229 KVA 6 pelabuhan- penambahan 60 KVA 3 pelabuhan

5. Fasilitas Air- rehabilitasi 3.399 ton/hari 16 pelabuhan- penambahan 2.035 ton/hari 4 pelabuhan

6. Alat-alat Bongkar Muat- rehabilitasi- penambahan

6 ton25 ton

2 pelabuhan 1 pelabuhan

Sebagai pelengkap kegiatan rehabilitasi dan pembangunan pelabuhan, selama Repelita I telah dilaksanakan kegiatan pengerukan kolam pelabuhan dan alur-alur pelayaran untuk420

Page 37: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

mengatasi penumpukan lumpur. Di samping itu masih ada pengerukan rutin (maintenancedredging) guna pengamanan kolam-kolam pelabuhan dan alur-alur pelayaran bagi kapal- kapal yang keluar masuk pelabuhan-pelabuhan. Pengerukan rutin tersebut dilakukan di pelabuhan Tanjung Priok, Pasar Ikan, Palembang, Jambi, Cirebon, Bengkulu, Pontianak, Banjarmasin, Belawan, Semarang, Tegal, Surabaya, Gresik, Probo- linggo, Manado dan Bitung. Di samping itu ada kegiatan pengerukan di sungai Mahakam yang dibiayai dari sumber penerima-an kayu di daerah tersebut. Setiap tahunnya seluruh kegiatan pengerukan yang dilaksanakan kurang lebih 15 juta m 3 (lihat Tabel VII - 6). Jumlah pengerukan tersebut adalah masih di bawah keperluan pengerukan. Oleh karena itu rehabilitasi dan pembangunan kapal keruk akan ditingkatkan dalam Re- pelita II.

TABEL VII - 6

PERKEMBANGAN HASIL PENGERUKAN DAN PEMBIAYAANNYA1968 dan 1969/70 - 1973/74

R E P E L I T A I

1968 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74

Pengerukan (ribuan m3) 14.000 16.047 11.506 16.535 16.000 16.000

Pembiayaan (jutaRp.) 412.152 1.030 724 1.600 1.500 2.200

5. Peningkatan dan Penambahan Keselamatan Pelayaran.

Peningkatan fasilitas keselamatan pelayaran dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan pelayaran, keselamatan jiwa, harta benda, dan keselamatan atas kapal-kapal. Adapun ke- giatan yang telah dilaksanakan selama Repelita I meliputi rehabilitasi, modernisasi dan pembangunan baru.

Page 38: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

421

Page 39: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Rehabilitasi dan pembangunan dilaksanakan untuk menara suar, rambu suar, kapal-kapal rambu, bengkel perambuan dan penerangan pantai, dermaga perambuan dan penerangan pan- tai, asrama-asrama JKLM/markonis, stasiun-stasiun telekomu-nikasi pelayanan, fasilitas-fasilitas ke syahbandaran dan fa -silitas-fasilitas Biro Klasifikasi Indonesia.

Untuk kelancaran operasi perambuan dan penerangan pantai telah diselesaikan dua, pangkalan induk (base) dengan lokasi Surabaya dan Jakarta, sedangkan Dumai sedang dalam pembangunan. Dua buah pangkalan lainnya dengan lokasi Sama- rinda dan Sorong akan dibangun dalam Repelita II. Sementara fasilitas-fasilitas pangkalan induk di Samarinda dan Sorong belum selesai, maka pangkalan Jakarta, Surabaya dan Dumai harus dapat melayani operasi di seluruh Indonesia.

Usaha modernisasi dalam fasilitas keselamatan pelayaran dilaksanakan dengan pemasangan sistim penerangan listrik untuk lighthouses yang utama sepanjang route pelayaran dari Selat Malaka, Selat Riau, Selat Bangka, Pantai Utara Jawa, Selat Makasar, dan Irian Jaya. Hasil yang telah dicapai dalam kegiatan rehabilitasi dan modernisasi Sarana Bantu Navigasi yang dilaksanakan tiap-tiap tahun selama Repelita I kurang lebih 64,2% dari kebutuhan operasi yang ideal, sedangkan te-lekomunikasi pelayaran kurang lebih 88% dari kebutuhan ope- rasi yang ideal.

Sebagai hasil dari kegiatan rehabilitasi, pembangunan dan modernisasi proyek-proyek keselamatan pelayaran, selama Repelita I telah dapat ditingkatkan reliability dari Sarana Ban-tuan Navigasi pada port approach dari 15 pelabuhan terpenting pada alur-alur pelayaran traffic low yang relatif terpadat. Dengan adanya penambahan fasilitas keselamatan pelayaran seperti yang telah diuraikan di atas maka perairan Indonesia dewasa ini dapat diandalkan, sungguhpun premi asuransi dan kecelakaan kapal belum berkurang.

Realisasi proyek-proyek selama Repelita I terlihat dalam Tabel di bawah ini.422

Page 40: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 7REHABILITASI DAN PEMBANGUNAN FASILITAS

KESEHATAN PELAYARAN1969/70 - 1973/74

Nomor U R A I A N R E A L I S A S I REPELITA I

1. Perambuan dan a. 73 buah/lokasi menara suar dan ram-penerangan bu suar.

b. 7 buah kapal suar.c. 32 unit/lokasi elektrifikasi menara suar.d. 261 buah asrama markonis/JKLM, 5 bengkel perambuan dan penerangan

2. Telekomunikasi

pantai, 3 buah dermaga perambuan.

a. 12 unit stasiun radio kelas I. pelayaran b. 5 unit stasiun radio kelas II.

c. 2 unit stasiun radio kelas III.d. 59 unit stasiun radio kelas IV.

6. Produksi Jasa dan Industri Maritim.

Sebagaimana diketahui bidang Produksi Jasa dan Industri Maritim mempunyai kegiatan yang menunjang bidang perhu-bungan laut. Salah satu programnya adalah intesifikasi dan modernisasi armada rakyat dengan memberikan dan memper-kenalkan beberapa macam prototype kapal armada rakyat yang dilengkapi dengan motornya. Sampai dengan tahun terakhir Repelita I kegiatan tersebut, telah dilakukan pada 4 lokasi, yaitu Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Sela- tan.

Selama Repelita I telah dilakukan kegiatan-kegiatan reha-bilitasi dan peningkatan kapasitas dock dan galangan-galang- an kapal seperti: P.N. Dock Tanjung Priok; P.N. Dock Sura- baya; P.N. Fakin di Jakarta; IPPA Gaya Baru di Jakarta, Ci- rebon dan Semarang; P.T. Waiame, P.T. Pelita Bahari, P.N.

Page 41: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Alir Menjaya di Palembang; dan penyelesaian pembangunan

423

Page 42: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Graving Dock Surabaya. Di samping itu terjadi pula penam -bahan-penambahan fasilitas dan investasi baru dock dan ga-langan-galangan kapal dengan lokasi Ujung Pandang, Bitung, Palembang, Jakarta, Tegal dan Dumai. Kapasitas docking telah berkembang dari kurang lebih 78.400 Dwt pada tahun 1969 menjadi kurang lebih 92.750 Dwt pada tahun 1973, produksi reparasi meningkat dari 300.000 Dwt dalam tahun 1969 men- jadi 500.000 Dwt dalam tahun 1973 dan produksi bangunan baru meningkat dari 5.000 Dwt dalam tahun 1969 menjadi 11.000 Dwt dalam tahun 1973. Lama docking rata-rata untuk tiap-tiap kapal mencapai 15 hari.

Usaha rehabilitasi, peningkatan kapasitas, dan pembangun- an baru dock dan galangan kapal dibiayai dari dana dalam negeri maupun dari bantuan proyek/bantuan tehnis luar ne- geri. Kegiatan ini akan dilanjutkan untuk meningkatkan. ba-gian/sumbangan yang wajar dalam docking, reparasi dan pembangunan kapal baru.

Dalam usaha pengamanan alur pelayaran dan kolam pelabuh- an dari kerangka kapal yang tenggelam, telah pula dilaksana- kan pengangkutan kerangka kapal sebanyak 60 buah dengan berat sekitar 15.000 ton, yang tersebar di beberapa lokasi se -perti: Jakarta, Surabaya, Semarang, Cilacap, Palembang, Ba-likpapan, Belawan dan Teluk Bayur di Padang. Kegiatan-ke-giatan non phisik juga telah dilakukan yaitu berupa survey, study, dan penelitian dalam bidang Maritim antara lain pe-ngembangan dock dan galangan, kerangka kapal dan sebagai- nya.

Perhubungan Udara.Usaha peningkatan volume dan produktivitas angkutan

udara melalui kegiatan pengembangan armada, perluasan jaringan, penambahan frekwensi penerbangan, serta perbaikan prasarana telah memberikan hasil yang menggembirakan. Perkembangan angkutan udara selama Repelita I dapat diikuti pada Tabel VII – 8.424

Page 43: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 8

ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI

1968 - 1973

U r a i a n 1968 1939 1970 1971 1972 1973

Km. pesawat (ribuan) 11.218 12.162 16.480 20.458 26.942 33.194

Penumpang diangkut 382.285 499.125 770.377 992.792 1.235.136 1.649.217Barang (ton) - 4.129 4.940 7.015 11.094 13.790Jam terbang 40.636 45.315 54.424 60.679 74.037 85.304Ton/Km. tersedia (ribuan) 46.195 52.506 80.185 102.494 125.502 213.925Ton/Km. Produksi (ribuan) 27.352 34.920 51.055 68.501 82.209 115.062Faktor muatan (%) 59,2% 66,5% 63,6% 6 6,8% 65,5% 53,8%

Page 44: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

425

Page 45: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan
Page 46: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan
Page 47: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII – 4ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI

1968 - 1973

426

Page 48: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Dari Tabel VII - 8 tersebut di atas terlihat bahwa kilo- meter pesawat, jumlah penumpang dan jam terbang pada tahun 1973 meningkat sebesar 195,9%, 331,4% dan 109,9% jika dibandingkan dengan tahun 1968. Selain itu dibandingkan dengan tahun 1969, jumlah barang yang diangkut pada tahun 1973 meningkat dengan 234%. Tambahan pula ton/km tersedia dan ton/km produksi pada tahun 1973 masing-masing meningkat sekitar 363,1% dan 320,7% jika dibandingkan dengan tahun 1968.

Pada saat dimulainya Repelita I pesawat udara sipil yang beroperasi berjumlah 189 buah, yang terdiri dari berbagai jenis pesawat. Jumlah dan komposisi armada ini dari tahun ketahun terus berubah. Dalam tahun 1972 terdapat 272 buah pesawat udara yang aktip beroperasi, di antaranya 59 buah tergolong pesawat udara berukuran besar (berat maksimumwaktu take off lebih dari 10.000 kg) yang dioperasikan oleh perusahaan penerbangan teratur dengan perincian : 15 buah bermesin piston (DC-3), 35 buah bermesin turboprop (F-27, YS-11 dan lain-lain), dan 9 buah bermesin turbojet (5 buah F-28, 4 buah DC-9). Dalam tahun 1973 jumlah pesawat udara yang aktip beroperasi ada 269 buah, dan yang dioperasikanoleh perusahaan-perusahaan penerbangan teratur ada 55 buah pesawat yang tergolong berukuran besar yaitu 14 buah ber- mesin piston (DC-3), 25 buah bermesin turboprop (F-27, YS-11 dan lain-lain), 16 buah bermesin turbojet (9 buah F-28, 6 buah DC-9 dan 1 buah DC-8). Jadi dalam tahun 1973 jumlah pe- sawat yang berukuran besar yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan penerbangan teratur berkurang jumlahnya dibandingkan dengan tahun 1972. Tetapi jumlah dan ukuran besarnya pesawat dalam tahun 1973 yang tergolong pesawat berukuran besar bermesin turbo jet lebih banyak daripada tahun 1972, dan pesawat-pesawat turbojet inilah yang mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan angkutan dalam negeri.

427

Page 49: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Selain daripada adanya perkembangan armada, dalam Repe-lita I telah dikembangkan pula jaringan dan frekwensi pener -bangan ke seluruh pelosok tanah air, sehingga hubungan udara tempat yang satu dengan yang lain menjadi lebih baik dibandingkan dengan masa sebelumnya.

Sementara itu telah dan akan terus dilaksanakan pengaturan mengenai route penerbangan dan lain-lain hal yang berhubung-an dengan itu, agar tercipta suatu keadaan yang saling mengisi serta dijamin keserasian antara penerbangan nusantara, lokal dan perintis; serta antara penerbangan teratur, tak teratur dan penerbangan umum.

Sejalan dengan perkembangan armada telah dilaksanakan pula perbaikan-perbaikan di bidang operasi, keuangan, adminis-trasi dan personil daripada perusahaan-perusahaan pener-bangan.

Untuk mengimbangi perkembangan sarana angkutan udara, maka dalam periode Repelita I telah ditingkatkan panjang landasan serta kekuatan daya dukungnya sehingga mampu melayani jenis pesawat udara yang lebih besar, lebih berat dan lebih cepat. Dewasa ini sebahagian besar ibukota Propinsi telah dapat dihubungkan secara lebih cepat dengan memper-gunakan pesawat udara bermesin turbojet. Pada akhir tahun Repelita I ini terdapat 49 pelabuhan udara di luar perintis yang kesemuanya mampu didarati jenis pesawat DC-3, di antaranya 32 pelabuhan udara mampu untuk didarati pesawat turboprop jenis F-27, 18 pelabuhan udara dapat didarati pesawat tur- bojet jenis F-28, 9 pelabuhan udara sanggup didarati pesawat turbojet jenis DC-9, 5 pelabuhan udara bisa didarati pesawat turbojet jenis DC-8 dan 2 pelabuhan udara mampu untuk di- darati pesawat turbojet jenis jumbo seperti DC-10.

Sejalan dengan peningkatan kemampuan landasan pelabuhan udara tersebut, maka untuk meningkatkan keselamatan pener-bangan dan perpanjangan jam-jam operasi pelabuhan udara, telah dilaksanakan pula peningkatan fasilitas pelabuhan udara

428

Page 50: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

seperti fasilitas telekom dan navigasi penerbangan, fasilitas listrik, lampu-lampu landasan guna operasi di malam hari, fasilitas pemadam kebakaran, fasilitas Search And Rescue (SAR) dan lain-lain fasilitas untuk memenuhi kebutuhan per-usahaan-perusahaan penerbangan, penguasa pelabuhan udara, instansi Pemerintah yang lain, para penumpang dan barang serta pos.

Sementara itu untuk melayani penerbangan internasional telah ditingkatkan kemampuan pelabuhan udara Halim Per-danakusuma sehingga mampu menampung pesawat udara lalu- lintas bermesin turbojet jenis jumbo B-747.

Proyek pelabuhan udara internasional Cengkareng sedang dalam tahap pembuatan masterplan yang diharapkan dapat selesai pada permulaan tahun 1975.

Dalam bidang angkutan udara internasional juga terlihat kemajuannya. Lihat Tabel VII - 9.

Dari Tabel VII - 9 di atas dapat dilihat bahwa dalam tahun 1973 jumlah penumpang yang diangkut naik sekitar 40,4% dibandingkan tahun 1968, jumlah barang berkurang sekitar 5,6%, jumlah jam terbang meningkat sekitar 50,4%, ton/km tersedia naik sekitar 40,7% dan ton/km produksi naik sekitar 115,8%.

Untuk meningkatkan jumlah serta ketrampilan para personil perhubungan udara, telah dilaksanakan pula peningkatan fasi- litas pendidikan pada Lembaga Pendidikan, Perhubungan Udara di Curug.

Meteorologi dan Geofisika.Sesuai dengan gerak laju pembangunan selama periode

Repelita I kebutuhan akan data meteorologi dan geofisika semakin meningkat pula. Data yang dihasilkan oleh Lembaga Meteorologi dan Geofisika meliputi data iklim, data gempa bumi , da ta waktu , data ramalan musim dan data ramalan429

Page 51: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 9 ANGKUTAN UDARA INTERNASIONAL

1968 -- 1973

U r a i a n 1968 1969 1970 1971

1972 1973

Penumpang 69.170 98.937 79.287 80.651 85.963 97.098Barang (ton) 3.312 3.326 4.019 7.354 2.304 3.125Jam terbang 6.875 7.941 7.872 9.444 10.451 10.340Ton/km. tersedia (ribuan) 90.493 46.302 84.549 102.815 122.427 127.34

8Ton/km. produksi (ribuan) 29.047 31.351 40.831 47.151 56.073 62.674

Page 52: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

430

Page 53: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII – 5ANGKUTAN UDARA INTERNASIONAL

1968 – 1973

431

Page 54: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

cuaca. Data tersebut sangat dibutuhkan dalam perencanaan di bidang penerbangan, pertanian, bangunan sipil, eksplorasi tambang, penanggulangan bencana alam, dan lain sebagainya.

Sampai tahun 1973 telah berhasil dilakukan perbaikan dan peningkatan stasion-stasion meteorologi dan geofisika. Se- la -ma Repelita I telah dapat direhabilitasi 46 stasion meteorologi, 1614 stasion hidrometeorologi dan 6 stasion geofisika. Tambah- an pula telah dibangun 13 stasion meteorologi pertanian, 27 stasion klimatologi, 98 stasion hidrometeorologi dan, 2 stasion geofisika.

Untuk memenuhi kebutuhan akan jumlah dan ketrampilan personil Lembaga Meteorologi dan Geofisika, telah dan akan terus dilaksanakan perbaikan-perbaikan fasilitas pendidikan pada Akademi Meteorologi dan Geofisika di Jakarta.

Pos dan Giro.

Dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi, maka kebu-tuhan masyarakat terhadap jasa pos dan giro semakin menjadi besar dan peranannya juga menjadi penting. Usaha peningkat- an baik berupa penyediaan sarana (pembuatan gedung kantor pos baru, penyediaan alat angkutan pos) maupun peningkatan pelayanan (diadakannya pelayanan pos kilat, pos kilat khusus) telah dilakukan selama Repelita I. Dalam periode tersebut pe-merintah dititik beratkan pada pembangunan kantor pos pem- bantu yang tersebar di kota-kota kecamatan. Dengan demikian terbuka cukup kesempatan bagi masyarakat untuk mengada- kan hubungan secara mudah dan cepat.

Dari Tabel VII-14 ternyata bahwa arus lalu-lintas pos dan giro menunjukkan perkembangan yang meningkat. Kenaikan rata-rata per tahun dalam periode 1968 - 1973 untuk pos bia-sa/kilat adalah 4,9%, untuk wesel pos 36,9%, peredaran giro dan cek pos 52,4%o dan tabungan 114,4%. Pada akhir tahun Repelita I tabungan negara meningkat sebesar 183,3 % diban-dingkan dengan tahun sebelumnya.432

Page 55: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 10PERKEMBANGAN ARUS LALU LINTAS POS DAN GIRO

1968 - 1973

U r a i a n 1968 1969 1970 1971 1972

1973 1. Surat pos biasa/kilatkhusus (Ribuan) 138.881 147.215 158.641 181.921 196.289 176.541

2. Wesel Rp)

Pos (Milyar9,50 14,90 20,81 26,48 32,53 45,65

3. Peredaran Giro &24,80 97,63 106,65 124,30 157,26 204,19Cek pos (Milyar Rp)

4. Tabungan Bank Ta

31,21 59,37 146,05 317,65 499,52 1.414,98bungan Negara

(Jutaan Rp)

333

Page 56: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan
Page 57: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII – 6PERKEMBANGAN ARUS LALU LINTAS POS DAN GIRO

1968 - 1973

Page 58: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

434

Page 59: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Perkembangan di bidang pembangunan gedung-gedung kan- tor pos selama Repelita I menunjukkan kenaikan. Sampai de- ngan tahun 1973/74 telah dapat diselesaikan pembangunan 114 buah kantor pos pembantu maupun kantor pos tambahan, 4 buah kantor pos besar k1s. I, 3 buah kantor pos daerah, dan 158 buah kendaraan untuk pos keliling dan pos kilat, tidak ter -masuk 48 buah kendaraan bantuan Australia.

Secara terperinci, perkembangan pembangunan kantor pos dan giro terlihat dalam Tabel VII-11.

Telekomunikasi.Sesuai dengan fungsinya telekomunikasi mempunyai peranan

penting dalam menunjang usaha-usaha pembangunan. Pem-bangunan di bidang telekomunikasi bertujuan meningkatkan kecepatan, ketepatan, serta keamanan dalam pemberian jasa- jasa telekomunikasi. Sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan dalam Repelita I, prioritas pembangunan tetap di tekankan pada peningkatan otomatisasi sentral telepon lokal, pembangunan transmisi jarak jauh, serta peningkatan hubung- an telegrap dan telex.

Hasil-hasil yang telah dicapai sampai, tahun 1973/74 telah menunjukkan peningkatan hubungan telekomunikasi, walaupun masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat yang sudah sa- ngat meningkat (lihat Tabe1 VII - 12). Sebanyak 23 buah sentral telepon otomat dengan kapasitas 74.300 unit telepon dalam tahun 1968 telah berhasil ditingkatkan menjadi 34 buah sentral telepon otomat dengan kapasitas 121.460 unit telepon dalam tahun 1973/74. Sentral telepon manual mengalami peningkatan dari 501 buah dengan kapasitas 104.000 unit telepon dalam tahun 1968 menjadi 504 buah sentral dengan kapasitas 101.920 unit telepon dalam tahun 1973/74.

Dari Tabel VII - 12 di atas kelihatan bahwa penambahan unit telepon otomat adalah 10.000 buah dalam tahun 1969; 6.000 buah dalam tahun 1970; 9.000, buah dalam , tahun 1971;

435

Page 60: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 11PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN POS DAN GIRO

1969/70 - 1973/74R E P E L I T A

IJumlahNo. Jenis

Pembangunan 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74 1969/70

1973/71. Kantor Pos Pembantu 14 9 29 33 19 1042. Kantor Pos Tambahan 2 5 2 2 113. Kantor Pos Klas III *) - 1 - 4 - 54. Kantor Pos Besar

Klas I **) - - 1 2 35. Kantor Pos Ibu Kota 1 - 16. Kantor Daerah Pos 1 1 - 1 37. Sentral Giro 1 1 - - 28. Mes Pengawal Pos Ke-

reta Api. 2 - - - 29. Pos Keliling

a. Sepeda Motor - 25 66 10 101b. Postalvan 10 2 5 5 8 30

10. Pos Kilat: Postalvan 9 2 4 8 13 36Catatan : Dalam tabel tersebut tidak ter masuk 48 buah postalvan dari bantuan Australia.

*) Kantor Pos Kelas III adalah Kantor Pos yang setingkat lebih tinggi dari Kantor Pos Pembantu/Tambahan, berukuran kurang lebih 256 M2.

Page 61: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

**) Kantor Pos Besar Kelas I ialah Kantor Pos Besar yang berukuran le- bih luas dari Kantor Pos Besar, yaitu lebih dari 1.500 M

Page 62: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VI I - 12JUMLAH UNIT TELEPON, 1968 - 1973

TahunOtomat Manual

Sentral Kapasitas Sentral Kapasitas 1968 23 74.300 501 104.000

1969 25 84.300 501 101.295 1970 27 90.300 499 99.914 1971 30 99.300 496 104.738 1972 33 110.860 495 102.123 1973 34 121.460 504 101.920

1.560 buah dalam tahun 1972; dan 10.600 buah dalam tahun 1973. Ini berarti bahwa penambahan unit-unit telepon otomat sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1973 meningkat de - ngan rata-rata 7,6% tiap tahun Sedangkan unit telepon ma - nual sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1973 mengalami perubahan turun naik sesuai dengan rencana otomatisasi te -lepon.

Di dalam kenyataan permintaan masyarakat akan unit telepon baru masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan penyediaan kapasitas telepon yang sudah terpasang sekarang. Ha1 ini sa- ngat dirasakan terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Oleh karena itu sambungan telepon baru masih di -perlukan. Diperkirakan dalam Repelita II ini akan dapat ditam-bah sekitar 500 ribu unit lagi, terutama untuk menutup kekurangan penambahan dari tahun-tahun sebelumnya. Juga sejalan dengan rencana telekomunikasi tersebut sudah digarap proyek satelit dalam negeri (domestic satelite) yang akan di -mulai persiapannya dalam tahun depan.

Perincian 10.600 unit telepon yang telah berhasil dipasang dalam tahun 1973 adalah sebagai berikut: di Jakarta 5.000 unit; Malang 2.000 unit; di Denpasar 1.000 unit dan di Manado 2.600 unit.

437

Page 63: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Dalam bidang transmisi jarak jauh, maka dengan selesainya proyek Microwave Jawa - Bali bulan Maret 1973 yang lalu hubungan langsung jarak jauh antara sentral-sentral telepon Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta dan Den- pasar telah dapat berlangsung. Hubungan ini masih akan terus diperluas dengan kota-kota lainnya seperti Solo, Madiun, Sura- baya dan Malang.

Proyek transmisi lainnya adalah sebagai berikut:

Pembangunan Microwave Trans Sumatera yang menghubung- kan Jakarta - Palembang - Padang masih diteruskan. Tahap pertama diharapkan selesai pada akhir tahun 1974. Proyek Microwave Indonesia Bagian Timur, yang menghubungkan Denpasar dengan Ujung Pandang sedang dalam tahap pem-bangunan dan diharapkan, selesai dalam tahun 1975/76. Pem-bangunan troposcatter Surabaya - Banjarmasin telah dimulai dalam tahun 1973/74 dan diharapkan selesai dalam waktu dua tahun. Proyek Transmisi VHF dan HF Radio yang sudah se- lesai adalah hubungan Jakarta - Medan, Jakarta - Bandung, Jakarta - Pontianak, Ujung Pandang - Manado, Jakarta - Ujung Pandang, Ujung Pandang - Palu, Ujung Pandang - Kendari, Ujung Pandang- Ambon, Jakarta - Jayapura dan Jayapura ke kota-kota Kabupaten di Propinsi Irian Jaya. Proyek ini masih akan diteruskan dengan hubungan antar kota di Kalimantan dan Maluku.

Dalam bidang telegrap dan telex juga tampak adanya pe- ningkatan baik di dalam produksi jasa maupun fasilitasnya, se- perti terlihat dalam Tabel VII - 13 di bawah ini.

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa; hasil-hasil produksi jasa telegrap dalam negeri dan luar negeri mengalami pening- katan secara terus menerus. Demikian juga halnya dengan penggunaan telex.

Pariwisata.Usaha-usaha pengembangan kepariwisataan di Indonesia se-

lama lima tahun terakhir telah memberikan hasil-hasil yang

438

Page 64: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 13PERKEMBANGAN TELEGRAP DAN TELEX,

1969 - 1973

U R A I A N 1969 1970 1971 1972 1973

1. Kantor Telegrap (Unit) 578 592 607 633 6602. Banyaknya Telegram

DN dan LN 2.473.800 2.524.383 2.769.095 3.107.850 3.947.382 - Dalam Negeri (2.084.411) (2.133.540) (2.389.918) (2.696.494) (3.459.057)

- Luar Negeri ( 389.389) ( 390.843) ( 379.177) ( 411.356) ( 488.325)3. T e 1 e x - P u 1 s a 3.701.671 4.934.027 6.786.670 7.876.159 9.925.255

- C a l l 25.733 68.259 124.827 185.650 276.408

- M e n i t 256.776 414.957 647.520 920.588 1.403.250

Page 65: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

cukup menyolok, baik dari segi pengembangan pisik maupun pemasarannya. Secara pisik selama lima tahun terakhir ini telah berhasil dilakukan pemugaran musium dan candi di Bali, pemugaran kraton di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yo-gyakarta, pemugaran istana Maimun di Medan, dan pembangun- an beberapa buah mandala, wisata (tourist information center) di Bali. Dengan dilangsungkannya Konperensi PATA bidang pemasaran dan promosi kini memasuki zaman baru. Konpe- rensi yang mengandung ciri khas sebagai usaha promosi di- hadiri oleh para pemilik Biro Perjalanan dari Asia dan Pasifik serta para penulis di bidang kepariwisataan, telah berlangsung di Bali pada akhir Maret 1974, serta di Jakarta pada awal April 1974 yang lalu. Berkat dukungan seluruh masyarakat dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah Konperensi telah berlangsung dengan sukses.

Pengembangan dan pembinaan kepariwisataan terus dilaku- kan berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan yaitu mengusahakan terciptanya iklim yang menguntungkan bagi bertambah banyaknya arus turis yang datang. Sungguhpun jumlah arus wisatawan dari tahun ke tahun terus bertambah, namun jika ditinjau dari sudut potensi pasarnya jumlah yang dicapai hingga saat ini masih kecil. Jumlah arus wisatawan asing ke Indonesia dapat diikuti pada Tabel VII - 14.

TABEL VII - 14ARUS WISATAWAN ASING KE INDONESIA

1968 - 1973

Tahun Jumlah Orang Jumlah

Pengeluaran (US $)

1968 52.393 6.549.125

1969 86.067 10.758.3751970 129.319 16.164.8751971 181.046 22.630.7501972 221.197 27.647.6251973 273.303 40.995.450

44'

Page 66: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

440

Page 67: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII – 7ARUS WISATAWAN KE INDONESIA

1968 - 1973

Page 68: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Usaha-usaha untuk meningkatkan penerangan dan promosi akan terus dilakukan. Usaha ini antara lain berupa pening- katan kerjasama antara sektor pariwisata dengan instansi- instansi lain, baik di dalam maupun di luar lingkungan peme- rintahan. Ikut sertanya para pelajar dan mahasiswa dalam menggalakkan pariwisata telah pula mulai digarap. Di samping itu, dengan melalui pendidikan dan latihan, akan di- lakukan pengarahan terhadap Biro-biro Perjalanan, sehingga dapat melakukan tugasnya secara mantap. Demikian pula usaha-usaha peningkatan ketrampilan para pramuwisata akan menjadi lebih penting dengan dibukanya lapangan-lapangan kerja di sektor kepariwisataan.

Jakarta sebagai ibukota dan pintu gerbang masuknya wisa- tawan asing telah mengalami kemajuan yang amat pesat, baik dilihat dari segi penyediaan kamar-kamar hotel yang bertaraf internasional, perbaikan sarana dan prasarana, selesainya pemugaran kota Betawi Lama (Taman Fatahillah, Pelabuhan Sunda Kelapa), juga dengan dibukanya obyek-obyek wisata baru.

Di pulau Bali yang merupakan daerah yang mengandung daya tarik tersendiri baga para wisatawan kini telah dimulai pembangunan wilayah pariwisata di daerah Nusa Dua. Pem-bangunan wilayah pariwisata tersebut meliputi pembangunan jalan, jalan-lingkungan, pertamanan, pembuangan air, irigasi dan listrik. Pengembangan daerah ini juga dimaksudkan untuk menaikkan taraf hidup para petani yang bertempat tinggal di daerah sekitarnya.

Pembangunan obyek wisata di Sumatera Utara telah dimulai dalam tahun 1973/74 dengan pemugaran perkampungan Lingga dan Simanindo di daerah Karo. Pemugaran perkampungan ini dimaksudkan untuk tetap memelihara nilai-nilai sejarah yang terdapat diperkampungan tersebut.

Pembangunan Taman Purbakala Nasional di Jawa Tengah telah memasuki taraf pembuatan design tehnis, yang meliputi

442

Page 69: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

daerah Candi Borobudur, Prambanan dan Dieng. Pembuatan design tehnis ini berpangkal dari hasil study yang baru selesai dikerjakan.

Perkembangan di bidang perhotelan mengalami kemajuan yang pesat pula. Dalam jangka waktu satu tahun terakhir, kamar hotel yang bertaraf internasional mengalami kenaikan sebanyak 92%. Kapasitas hotel dalam periode tersebut ber-tambah dari 4435 kamar dalam bulan Mei 1973, menjadi 8524 kamar dalam bulan Mei 1974. Tambahan sebanyak 4089 kamar yang bertaraf internasional tersebut, terjadi di Jakarta seba- nyak 2281 kamar, Bali sebanyak 935 kamar, Surabaya seba- nyak 302 kamar dan Medan 212 kamar .

Angka-angka yang lebih terperinci dari penambahan tersebut dapat dilihat dalam Tabel VII - 15 berikut ini:

TABEL VII - 15KAPASITAS HOTEL (JUMLAH KAMAR) DI INDONESIA*)

MEI 1973 - MEI 1974

Lokasi Mei 1973 Mei 1974 Tambahan %

Jakarta 2378 4659 2281 95,9Yogyakarta 130 471 341 262,3B a 1 i 1217 2170 953 78,3Surabaya 198 500 302 152,5Lainnya 512 724 212 41,4

J u m 1 a h 4435 8524 4089 92,2

*) Standar Internasional.

Perhatian pemerintah di sektor pariwisata ini didasarkan pada pengertian bahwa pariwisata tidak hanya bisa menghasil -kan pendapatan dengan penjualan jasa dan barang-barang, tetapi juga bisa merangsang kegiatan-kegiatan lain dalam ma-syarakat.

443

Page 70: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

C. LISTRIK.

Kebijaksanaan utama dalam pembangunan sektor tenaga 1is-trik adalah untuk meningkatkan daya terpasang dan memper-baiki keseimbangan antara daya terpasang dengan jaring transmisi maupun jaring distribusi. Adapun pedoman pokok yang dipergunakan ialah tetap dilakukannya usaha pengarahan agar terdapat suatu sistim regional yang lengkap mulai dari pusat tenaga listrik, jaring transmisi hingga distribusi yang saling berhubungan. Selain dari pada itu selama pembangunan pusat tenaga listrik yang relatip besar belum selesai, dan untuk mengurangi pemadaman bergilir di berbagai kota, maka masih diperlukan pemasangan pusat listrik tenaga diesel maupun gas turbin di berbagai kota penting sebagai pembangkit interim.

Berdasarkan langkah dan kebijaksanaan tersebut di atas maka pembangunan di sektor tenaga listrik selama Repelita I telah memperoleh hasil yang nyata. Hasil yang telah dicapai antara lain adalah rehabilitasi dan pembangunan pusat tenaga listrik sebesar 304,175 MW, jaring transmisi sepanjang 488,11 km, 21 unit gardu induk dengan kapasitas 415,25 MVA, jaring tegangan tinggi sepanjang 1.673,92 km, gardu distribusi sejum-lah 1.370 unit, dan jaring tegangan rendah sepanjang 1.611,19 km. (lihat Tabel VII - 16).

Kegiatan rehabilitasi maupun pembangunan sektor tenaga listrik tersebut akan dan dilanjutkan terus dalam tahun mendatang. Adapun perincian kegiatan pembangunan selama Repelita I ada-lah seperti diuraikan di bawah.

Pembangunan kelistrikan di daerah Sumatera Utara, meliputi pembangunan unit PLTD yang berkapasitas 6 X 4 MW, rehabi-lisi unit PLTD yang ada, serta perbaikan dan perluasan jaring distribusi di kota Medan dan sekitarnya. Pada saat ini telah diselesaikan rencana tehniknya dan sedang dilaksanakan pe-mesanan unit PLTD tersebut. Dalam pada itu untuk meng- atasi kekurangan tenaga listrik dalam waktu dekat ini maka sedang diusahakan pemasangan unit PLTD di Medan yang berkapasitas 2 X 4 MW.

Page 71: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

444

Page 72: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 16HASIL PROYEK-PROYEK TENAGA LISTRIK

1969/70 - 1973/74

U r a i a nR E P E L I T A I

Jumlah 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74

1. Rehab./Pemb.PembangkitTenaga Listrik

0,35 MW

28,75 MW 20,43 MW 139,035 MW 115,615 MW 304,175 MW

2. Rehab/Pemb. JaringTransmisia. Transmisi

67,5 km

51,9 km 71,5 km 22J,89 km 76,32 km488,11 km

b. Gardu Induk 40 MVA 91,5 MVA 51,5 MVA 61,25 MVA 171 MVA 415,25 MVA3. Rehab./Pemb. Jaring

Distribusia. Jaring Tegangan Tinggib. Gardu Distribusic. Jaring Tenaga

75,07 km

287,09 km 287,03 km 489,94 km 534,49 km 1.673;92 km

Rendah 127,93 km

349,23 km 344,9 km 436,69 km 352,44 km 1.611,19 km

1) Angka diperbaiki 2)

445

Page 73: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Angka sementara

Page 74: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII – 8HASIL PROYEK-PROYEK TENAGA LISTRIK

1968 - 1973

Page 75: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

446

Page 76: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

LANJUTAN GRAFIK VII - 8

Page 77: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Di Sumatera Barat pembangunan, kelistrikan meliputi pem-bangunan PLTA Batang Agam yang, berkapasitas 3 X 3,5 MW, PLTD di Padang dengan kapasitas 2 X 25 MW, PLTD di Bukit Tinggi yang berkapasitas 2 X 1,5 MW, berikut rehabilitasi dan perluasan jaring distribusi di tiga 1okasi tersebut. Peme-sanan peralatan PLTA Batang Agam telah selesai, sedangkan untuk unit PLTD serta, peralatan distribusi pada saat ini sedang dilakukan penelitian atas penawarannya.

Pembangunan PLTU Palembang yang berkapasitas 2 X 12,5 MW diharapkan selesai dalam tahun 1974. Sejalan dengan pe-nyelesaian proyek PLTU tersebut pada saat ini sedang dilak-sanakan rencana dan persiapan spesifikasi peralatan jaring distribusi untuk kota Palembang.

Usaha-usaha rehabilitasi pembangunan, dan perluasan ja- ring distribusi di Riau dilakukan dengan membangun unit PLTD yang berkapasitas 3 X 2 MW, perbaikan, unit PLTD yang ada, dan perluasan maupun rehabilitasi jaring distribusi untuk daerah Riau, khususnya Pakanbaru dan sekitarnya. Sementara menunggu realisasinya, PLAN sedang mengusahakan pembangunan unit PLTD yang berkapasitas 2,5 MW untuk mengatasi kekurangan tenaga listrik dalam waktu dekat ini.

Pembangunan PLTU Tanjung Priok yang berkapasitas 2 X 50 MW telah dapat diselesaikan pada akhir tahun 1972. Dalam pada itu untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang me-ningkat dengan pesat, telah pula selesai dibangun sebuah unit PLTG di Tanjung Priok dengan kapasitas 20 MW.

Pelaksanaan pembangunan dan rehabilitasi jaring distribusi Jakarta Raya serta perubahan tegangan distribusi dari tegang- an 127/220 V menjadi tegangan 220/380 V telah dimulai di daerah Grogol, Gambir, Kota dan Tebet/Pasar Minggu. Agar pelaksanaan rehabilitasi jaring distribusi di Jakarta Raya dapat terlaksana secara efektif, maka telah dimulai perencanaan dan pelaksanaan, tahap ke dua rehabilitasi jaring distribusi dan perkuatan jaring transmisi sekeliling kota Jakarta.

448

Page 78: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Usaha pembangunan jaring transmisi dan distribusi yang tersebar di seluruh Jawa Barat telah dimulai pelaksanaannya pada tahun 1969. Sementara itu telah pula dilaksanakan pene- litian jangka panjang mengenai kelistrikan di Jawa Barat. Pe-nelitian ini meliputi kemungkinan penambahan tenaga listrik dan perluasan jaring distribusi di berbagai kota, serta penyam-bungan jaring kelistrikan Jakarta, Jatiluhur, Cirebon dan Jawa Tengah. Berdasarkan penelitian tersebut maka sedang dilaksa-nakan pembangunan unit PLTG di Jakarta dengan kapasitas 124 MW, yang diharapkan dapat diselesaikan pada akhir tahun1974/75.

Dalam usaha menghubungkan jaring Jawa Tengah dengan Jawa Barat sedang diusahakan untuk menghubungkan kota Bandung - Cirebon - Tegal terlebih dahulu.

Pembangunan jaring transmisi Tuntang, usaha penyambung- an jaring Tuntang dengan jaring Ketenger di Jawa Tengah, dan rehabilitasi serta perluasan sistim kelistrikan Ketenger sedang giat dilaksanakan. Dalam pada itu pembangunan PLTU Sema-rang yang berkapasitas 2 X 50 MW, pada saat ini sedang di -laksanakan pembelian peralatan elektro mekaniknya.

Dalam Repelita I telah dimulai pembangunan unit PLTG (19 MW) di Semarang, PLTD (2 x 3 MW) di Yogyakarta, dan pembangunan jaring Tuntang yang meliputi jaring transmisi Jelok - Solo Barat (150 kV) sepanjang 57 km, Jelok – Se- marang Timur (150 kV) sepanjang 30 km, Semarang Timur - Jatingaleh - Semarang Barat (150 kV) sepanjang 18 km, serta Cepu - Blora - Bojonegoro (20 kV) sepanjang 64 km, yang diperkirakan dapat selesai dalam tahun 1974.

Pada bulan September tahun 1973 telah diresmikan penggu-naan PLTA Karangkates; yang berkapasitas 2 X 25 MW terma-suk jaring transmisi antara Karangkates - Waru (Surabaya). Disamping itu PLTA Selorejo yang berkapasitas 4,5 MW juga telah mulai berfungsi dalam bulan Mei 1973. Sejalan dengan kegiatan tersebut telah mulai pula berdatangan peralatan un- tuk pelaksanaan rehabilitasi dan perluasan jaring transmisi

411234 - (29).

Page 79: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

449

Page 80: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

dan distribusi di Jawa Timur. Penyambungan jaring Kali Konto dengan jaring Madiun termasuk juga dalam rencana pemba- ngunan ini, demikian pula peningkatan dan perluasan jaring distribusi beberapa kota di Jawa Timur. Pembangunan unit PLTG di Surabaya dengan kapasitas 25 MW, yang dilakukan untuk mengatasi perbaikan mesin PLTU Perak dan cadangan pembangkitan, diharapkan dapat diselesaikan pada bulan Ok-tober 1974.

Dalam rangka peningkatan tenaga listrik di pulau Bali, khu-susnya untuk memajukan industri pariwisata, telah dibangun pusat tenaga listrik tenaga diesel di Den Pasar dengan kapa- sitas 6 MW termasuk penyelesaian jaring transmisi 70 kV se-panjang 33,15 km, dan jaring transmisi 20 kV sepanjang 8,7 km.

Kelistrikan di Kalimantan Barat, khususnya di Pontianak dan sekitarnya, yang telah direncanakan pembangunannya me-liputi pembangunan unit PLTD yang berkapasitas 3 X 4 MW beserta jaring transmisi dan distribusinya. Dewasa ini sedang dilakukan penilaian atas penawaran unit PLTD.

Di Kalimantan Selatan pada bulan April 1973 telah diresmi- kan pembangunan PLTA Riam Kanan yang berkapasiitas 2 X 10 MW berikut jaring transmisi antara Riam Kanan - Banjar Baru, dan telah menyalurkan listriknya ke Banjarmasin, Mar -tapura, dan Banjar Baru sehingga pemadaman setempat yang dialami sejak lama telah dapat ditiadakan. Untuk memanfaat- kan tenaga listrik dari PLTA Riam Kanan ini telah pula dimu- lai usaha perbaikan dan perluasan jaring distribusi di kota Banjarmasin, Martapura, Banjar Baru, dan lainnya. Dalam pada itu untuk mengatasi kekurangan tenaga listrik di kota Samarinda dan Balikpapan, dewasa Ini sedang dipesan unit PLTD untuk kedua kota tersebut, masing-masing dengan ka-pasitas 2 MW.

Di samping hal-hal tersebut di atas di kota Surakarta, Pontianak, dan Banjarmasin telah selesai dipasang unit PLTD dengan kapasitas masing-masing sebesar 2 X 1,1 MW, sedangkan di

450

Page 81: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

Ujung Pandang dengan kapasitas 2 X 2,8 MW. Pemasangan unit PLTD tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dui empat kota tersebut sebelum pembangunan unit yang besar selesai dipasang.

Rehabilitasi dan peningkatan daya terpasang bagi beberapa kota yang tersebar di seluruh Indonesia dilakukan dengan pe-masangan mesin baru maupun dengan pemindahan unit diesal dari beberapa kota yang berkapasitas besar ke kota yang ma- sih mengalami giliran pemadaman.

Dalam tahun 1972 kegiatan ini meliputi pemasangan unit PLTD baru dengan seluruh kapasitas sebesar 7,6 MW di beberapa kota, antara lain Palangka Raya, Bitung, Ambon, Den Pasar, Kupang, Sragen, Banda Aceh, Sigli, Lhangsa, Bireuen, dan Padang. Pemasangan unit PLTD baru yang seluruh kapasi-tasnya sebesar 7 MW di kota Palu, Bagan Si-Api-api, Bireuen, Kisaran, Pamekasan, Balikpapan, Padang, Samarinda dan Jambi dilaksanakan dalam tahun 1973. Pembangunan unit PLTD di kota Tegal dengan kapasitas 2 X 150 kW, Cepu dengan kapasitas 2 X 1000 kW, Tuban dengan kapasitas 2 X 250 kW serta Majenang dengan kapasitas 1 X 250 kW sudah selesai dan telah beroperasi sejak tahun 1973.

Dalam rangka meninggikan tarap hidup dan produktivitas masyarakat desa telah dilakukan usaha peningkatan penyedia- an tenaga listrik di pedesaan. Untuk ini telah dikembangkan pusat listrik tenaga mikrohidro. Pusat listrik tenaga mikrohi dro yang telah dapat diselesaikan selama Repelita I meliputi Sungai Puar (60 kW), Karang Asem I dan II dengan seluruh kapasitas 120 kW, Balia Pusuh (20 kW), Talaga (150 kW), Tanggul (75 kW) dan Karang Anyar (75 kW), yang seluruh nya berkapasitas kurang lebih sebesar 675 kW.

Usaha penunjang dilakukan dengan meningkatkan keahlian serta ketrampilan seluruh pegawai. Untuk itu dibangun bebe- rapa pusat latihan. Selama Repelita I telah dibangun pusat la-tihan di Cibogo, yang dipergunakan untuk meningkatkan ke -

Page 82: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

451

Page 83: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

trampilan tehnik dalam bidang listrik, diesel dan kontrol. Pusat latihan Slipi dipergunakan untuk meningkatkan keahlian dalam bidang administrasi dan keuangan. Sedangkan pusat latihan di Tanjung Priok dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan tehnik dalam bidang pembangkitan.

Berdasarkan hasil-hasil yang nyata dalam kegiatan rehabili -tasi serta pembangunan pembangkit tenaga listrik, jaring transmisi, dan jaring distribusi, maka PLN dapat mening-katkan penyediaan tenaga listrik serta pelayanan kepada ma-syarakat. Penyediaan tenaga listrik telah dapat dinaikkan dari 1.871.761 MWh dalam tahun 1969/170 menjadi 2.932.480 MWh dalam tahun 1973/74 suatu peningkatan sebesar 56,7% selama 4 tahun. Sementara itu penjualan tenaga listrik men-capai 2.174.744 MWh dalam tahun 1973/74, atau suatu pening -katan sebesar 49,5% dibandingkan dengan penjualan tahun 1969/70 yang sebesar 1.454.343 MWh. Adapun perkembangan hasil-hasil usaha PLN yang lebih terperinci selama tahun 1969/ 70 - 1973/74 adalah seperti dapat dilihat pada Tabel VII-17.

G a s.

Pembangunan tenaga gas dimaksudkan sebagai salah satu usaha untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar yang murah dan efisien. Selama Repelita I pembangunan tenaga gas masih dititik beratkan pada usaha rehabilitasi jaring distribusi. Hal ini dimaksudkan agar dengan mempergunakan peralatan produksi yang ada, dapat dicapai tingkat produksi yang lebih wajar dan sehat dari segi pengusahaan. Usaha rehabilitasi tersebut meliputi kota Jakarta, Bandung, Bogor, Cirebon, Semarang, Surabaya, Medan, dan Ujung Pandang.

Hasil-hasil yang telah dicapai selama tahun 1969 - 1973 an -tara lain adalah rehabilitasi jaring distribusi sepanjang 148.190 km, penggantian meter distribusi sebanyak 6.456 buah, dan rehabilitasi generator gas batu bara/minyak berat beserta per-lengkapannya dengan kapasitas seluruhnya sebanyak 114.650 m 3

gas setiap harinya. Di samping itu dalam rangka moderni -

452

Page 84: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

TABEL VII - 17TENAGA LISTRIK 1969/70 - 1973/74

U r a i a n 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1) 1973/74 2)

1. Penyediaan Tenaga Listrik (Mwh) 1.871.761 2.083.701 2.354.416 2.498.477 2.932.480

2. Penjualan Tenaga Listrik (Mwh) 1.454.343 1.589.207 1.786.128 1.892.609 2.174.744

3. Daya Tersambung (KVA) 649.199 718.958 814.084 934.617 1.060.936

4. Daya Terpasang (MW) 652,75 690,7 711,13 850,16 970,77

1) Angka yang diperbaiki. 2) Angka sementara.

Page 85: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

GRAFIK VII - 9TENAGA LISTRIK1969/70 - 1973/74

Page 86: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan

sasi dengan bekerja sama dengan Pertamina dan Departemen Pertambangan sampai akhir Repelita I telah dapat disalurkan gas bumi dari Bongas ke Cirebon sebanyak 65.000 m3/hari equivalen gas kota. Jumlah tersebut telah menjadikan penyaluran gas untuk umum dan industri di Cirebon dan sekitarnya, dari semula yang terkecil, menjadi yang terbesar di Indonesia dalam jangka waktu satu tahun. Dengan demikian jumlah pro- duksi setelah dilakukan rehabilitasi dan modernisasi adalah 179.650 m3/hari.

Dari hasil yang telah dicapai di atas, dapat pula dicatat, bahwa kehilangan gas yang pada tahun 1969 diperkirakan rata- rata 23,52% telah dapat ditekan menjadi sekitar 18,22%.

455

Page 87: PRASARANA · Web viewPRASARANA B A B VII PRASARANA A. PENGAIRAN Pada permulaan Repelita I kira-kira 60 persen dari jaringan irigasi dan bangunan pengatur banjir memerlukan perbaikan