prarancangan pabrik nickel pig iron dari bijih laterit...

21
Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit Kapasitas 250.000 ton/tahun 3 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Negara-negara ASEAN dikarunia dengan sumber daya alam yang melimpah, termasuk kaya akan mineral dan sumber energi. Negara-negara ASEAN juga memiliki sumbangan yang besar terhadap cadangan mineral tertentu untuk dunia. Pertumbuhan ekonomi regional dan global didorong oleh permintaan sumber daya mineral di banyak negara . Hal ini menyediakan insentif dan kesempatan untuk negara-negara anggota ASEAN untuk memasarkan cadangan mineral mereka. Di tahun-tahun ini, peningkatan konsumsi dari negara-negara Asia, seperti Tiongkok dan India telah mengangkat pesat permintaan mineral dunia dan harganya. Mineral sangat dibutuhkan di peradaban manusia modern. Kekayaan mineral sebagai aset dapat menstimulasi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan bahwa pertambangan sebagai industri yang akan terus menerus berekspansi selama 20 sampai 30 tahun kedepan untuk memenuhi permintaan dari industri produksi, agrikultur, sektor teknologi, dan manufaktur. Permintaan mineral di ASEAN telah meningkat tajam sejak tahun 1990-an dengan industri mineral yang berkembang pesat seperti, nikel, tembaga, timah, dan zinc. Pada tahun 2014, Indonesia, diantara negara-negara penyedia terbesar akan sumber daya alam di dunia, memberlakukan pelarangan terhadap ekspor bijih mentah, khususnya bijih nikel, untuk mendukung pertumbuhan industri pengolahaan domestik, bahkan mampu mengguncang industri nickel Tiongkok lebih dari 2 milyar dollar per bongkar muat di pelabuhan Tiongkok. Pelarangan bijih nikel dapat memicu guncangan besar terhadap industri nikel secara global lebih dari 5 tahun kedepan. Industri berbasis baja stainless di Tiongkok yang membuat semuanya dari peralatan memasak hingga mobil adalah industri yang paling terkena dampaknya. Pelarangan yang sudah direncanakan dengan matang diharapkan menjadi tonggak pendongkrak pendapatan negara dari sektor mineral. Faktanya, Tiongkok sangat bergantung terhadap bijih nikel dari

Upload: voquynh

Post on 07-Aug-2018

278 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

3

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Negara-negara ASEAN dikarunia dengan sumber daya alam yang

melimpah, termasuk kaya akan mineral dan sumber energi. Negara-negara

ASEAN juga memiliki sumbangan yang besar terhadap cadangan mineral

tertentu untuk dunia. Pertumbuhan ekonomi regional dan global didorong oleh

permintaan sumber daya mineral di banyak negara . Hal ini menyediakan

insentif dan kesempatan untuk negara-negara anggota ASEAN untuk

memasarkan cadangan mineral mereka. Di tahun-tahun ini, peningkatan

konsumsi dari negara-negara Asia, seperti Tiongkok dan India telah

mengangkat pesat permintaan mineral dunia dan harganya.

Mineral sangat dibutuhkan di peradaban manusia modern. Kekayaan

mineral sebagai aset dapat menstimulasi dan mempercepat pertumbuhan

ekonomi. Diperkirakan bahwa pertambangan sebagai industri yang akan terus

menerus berekspansi selama 20 sampai 30 tahun kedepan untuk memenuhi

permintaan dari industri produksi, agrikultur, sektor teknologi, dan manufaktur.

Permintaan mineral di ASEAN telah meningkat tajam sejak tahun 1990-an

dengan industri mineral yang berkembang pesat seperti, nikel, tembaga, timah,

dan zinc.

Pada tahun 2014, Indonesia, diantara negara-negara penyedia terbesar

akan sumber daya alam di dunia, memberlakukan pelarangan terhadap ekspor

bijih mentah, khususnya bijih nikel, untuk mendukung pertumbuhan industri

pengolahaan domestik, bahkan mampu mengguncang industri nickel Tiongkok

lebih dari 2 milyar dollar per bongkar muat di pelabuhan Tiongkok. Pelarangan

bijih nikel dapat memicu guncangan besar terhadap industri nikel secara global

lebih dari 5 tahun kedepan. Industri berbasis baja stainless di Tiongkok yang

membuat semuanya dari peralatan memasak hingga mobil adalah industri yang

paling terkena dampaknya. Pelarangan yang sudah direncanakan dengan

matang diharapkan menjadi tonggak pendongkrak pendapatan negara dari

sektor mineral. Faktanya, Tiongkok sangat bergantung terhadap bijih nikel dari

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

4

Indonesia untuk memproduksi Nickel Pig Iron (NPI) hanya memiliki stok 20

hingga 30 juta ton bijih nikel yang semakin menurun untuk menyuplai industri

NPI di negaranya. Para pakar memprediksi bahwa produksi NPI Tiongkok akan

menurun drastis dikarenakan persediaan bijih yang terbatas.

Ada 2 jenis bijih yang dapat digunakan sebagai bahan baku NPI yaitu

nikel laterit dan nikel sulfida. Bijih nikel laterit memiliki kadar nikel lebih kecil

dibandingkan nikel sulfide sehingga saat ini pembuatan nikel didominasi oleh

nikel sulfide. Akan tetapi, cadangan bijih nikel di dunia didominasi oleh bijih

laterit. Indonesia memiliki cadangan bijih laterit terbesar ketiga di dunia setelah

Filipina dan New Caledonia.

NPI menjadi solusi jangka panjang. Kemunculan NPI pertama kali

didorong oleh hraga Ni yang meningkat. Permintaan primary nikel akan terus

menerus dikarenakan perannya sudah disubtitusi oleh NPI. NPI sekarang

menyumbang 30 % dari konsumsi nikel Tiongkok dan merepresentasikan 25

% dari persediaan dunia. Bijih nikel sebagai sumber utama NPI Tiongkok

diimpor dari Indonesia dan Filipina. Ironisnya, bijih nikel yang diimpor dari

Indonesia menyumbang 60 % dari impor bijih mentah Tiongkok, menurut

konsultan WoodMackenzie. Bijih nikel yang diimpor dari Indonesia pada

umumnya memiliki kualitas yang lebih tingi dibandingkan bijih nikel yang

diimpor dari Filipina dengan komposisi Ni diatas 1,5 %. Selain itu, bijih nikel

Filipina memiliki permasalahan terhadap kelangsungan suplainya dikarenakan

faktor cuaca atau musim Angin Monsoon. Filipina tidak bisa berkutik dengan

permasalahan kadar Ni dan cuaca, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

subtitusi untuk bijih nikel dari Indonesia.

Sementara itu, pasar baja stainless dunia terus berkembang dari tahun

2013 sampai mencapai angka diatas 15 %, menurut Metal Bulletin Research.

Laju pertumbuhan ini sangat kuat sehingga berdampak pada perkembangan

industri manufaktur pada negara Amerika, Eropa, Jepang, dan China.

Perkembangan industri manufaktur tentunya akan menjadi pendorong kuat

berkembangnya industri baja stainless. Faktanya, Tiongkok adalah konsumen

utama baja stainless global, tercatat pertumbuhan 6 % pada tahun 2013

dibandingkan dengan tahun 2012 yang hanya 2,9 %. Momentum ini dapat

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

5

berlangsung dan menjadi kesempatan emas untuk tahun-tahun kedepannya.

Pasar baja stainless dapat mendorong permintaan NPI hingga overdemand yang

berbanding terbalik dengan produksi NPI yang terus menurun akibat persedian

bijih nikel yang ketat. Sehingga, pasar baja stainless menjadi peluang yang amat

besar bagi Indonesia mengembangkan industri hulu dan hilir dari industri baja,

termasuk pabrik NPI.

Seperti pertimbangan yang telah disebutkan, ide dari prarancangan

pabrik NPI ini adalah memproses bijih nikel Indonesia yang berkualitas dan

sangat banyak cadangannya menjadi intermediet yang murah bagi industri baja

untuk mengikuti permintaan dunia yang terus berkembang. Menurut Baostel,

perusahaan besar baja di Tiongkok, penggunaan NPI dapt memotong biaya

produksi baja stainless tipe 200 sebesar 385-513 USD per satu ton baja stainless

yang diproduksi dibandingkan menggunakan primary nickel.

Keunikan dari prarancangan pabrik ini ialah mensinergikan pabrik dengan

perkebunan kelapa sawit lokal dengan demikian meningkatkan perekonomian

lokal. Sedangkan, kelapa sawit menjadi komoditas yang paling stabil dan

terbesar di Sulawesi Tenggara. Sehingga, tidak perlu dikhawatirkan untuk

permasalahan suplainya. Perkebunan kelapa sawit akan menghasilkan limbah

kulit kelapa sawit. Kulit kelapa sawit inilah yang akan dijadikan bio reduktor

bagi proses reduksi bijih laterit.

Selain itu, slag atau limbah padatan yang terbentuk akan didinginkan dan

dapat dignakan sebagai bahan baku pabrik semen seperti yang sudah dilakukan

oleh PT.Indoferro di Cilegon, material konstruksi, bahkan dengan kandungan

tertentu dapat dijadikan pupuk. Sedangkan, emisi karbon yang besar akan

diproses menjadi precipitated calcium carbonate (PCC) sebagai produk yang

bernilai jual tinggi. Harga PCC relatif stabil karena merupakan grade makanan

dan farmasi. Jadi, dengan usaha-usaha yang dilakukan tersebut pabrik ini dapat

mencapai prinsip zero-waste. Berikut tujuan-tujuan khusus prarancangan pabrik

ini, seperti di bawah ini :

1. Memperkuat industri baja stainless di Indonesia sehingga mengurangi

ketergantungan negara kita terhadap bahan baku baja dari Tiongkok.

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

6

2. Memperkuat Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community yang

sudah mulai.

3. Mengeliminasi perbedaan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya

daerah Indonesia Timur (Sulawesi Tenggara).

4. Memotivasi para engineer muda untuk memberikan solusi atas pabrik

pengolahan mineral berbasis teknologi pirometalurgi yang bersifat energi

intensif dan produksi emisi karbon yang tinggi.

B. Tinjaun Pustaka

1. Pemilihan Proses

Produksi nikel dari bijih laterit telah dilakukan lebih dari 100 tahun

lamanya. Produksi dimulai dari memproses bijih garnieritic dari New

Caledonia. Bagaimanapun juga, sampai sekarang suplai nikel dunia masih

didominasi oleh bijih sulfida dibandingkan bijih oksida. Akan tetapi,

cadangan bijih sulfida terus menipis. Hal ini menyebabkan kecenderungan

teknologi perkembang untuk mengolah bijih oksida. Salah satu bijih oksida

yang dimaksud ialah laterit. Ekspansi produksi nikel selama 10 tahun

terakhir datang dari teknologi pengolahan bijih laterit.

Variasi pengolahan laterit dibagi dalam dua kategori, yaitu proses

pirometalurgi dan proses hidrometalurgi. Umumnya proses pirometalurgi

dibagi tiga tahap, yaitu pengeringan, reduksi, dan pelelehan. Sedangakan,

untuk hidrometalurgi atau proses leaching di industri menggunakan proses

Caron dan High Pressure Leaching Acid (HPAL).

(1) Proses Pirometalurgi

Pada proses pyrometalurgi ini, dilakukan reduksi pellet bijih nikel

laterit dengan menggunakan rotary kiln. Ore yang akan direduksi

menggunakan parameter proses reduksi terbaik yaitu temperatur reduksi

1100°C dengan holding time 1 jam yang sebelumnya sudah melalui proses

grinding hingga mencapai diameter 6-15 mm. Proses reduksi bijih nikel

laterit dalam rotary kiln dilakukan dengan tujuan meningkatkan kadar Fe

(besi) dan Ni (nikel) yang ada di dalam bijih. Rotary kiln yang digunakan

untuk proses reduksi dalam proses ini menggunakan bahan bakar batubara

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

7

bituminous berukuran 80 - 100 mesh yang dihembuskan bersamaan dengan

udara pembakaran menggunakan Pulverized Coal Burner (Shofi, 2013).

Proses Pirometalurgi sangat cocok untuk bijih yang kaya akan

garnierit atau jenis saprolit. Bijih ini mengandung cobalt dan besi yang lebih

rendah dari laterit jenis limonit. Sedangkan batasan umpan proses ini adalah

ratio Ni/Co sebesar 40. Secara konvensional, proses pirometalurgi

berlangsung dengan cara mengeringkan bijih, kemudian dikalsinasi dalam

rotary kiln dengan keberadaan karbon dan dilelehkan di furnace. Proses

pirometalurgi merupakan proses yang mengonsumsi energi yang tinggi

dikarenakan kebutuhan energi untuk mengeringkan bijih nikel dan energi

untuk melelehkan padatan hingga 1600 oC. Biasanya mengunakan bahan

bakar fosil dan listrik. Titik leleh padatan merupakan fungsi rasio

SiO2/MgO dan perbedaan kandungan Fe2O3 dalam umpan padatan. Bijih

yang memiliki titik leleh yang tinggi (SiO2/MgO ratio either <2 or >2.5)

sangat cocok untuk memproduksi ferronikel. Bijih nikel yang memiliki

rasio SiO2/MgO yang intermediet (2,5-3,5) sangat korosif pada jalur furnace

dan membutuhkan flux agar dapat dilelehkan dengan baik.

Bagaimanapun juga, para pakar yakin bahwa pirometalurgi memiliki

capital cost yang rendah dibandingkan hidrometalurgi. Sedangkan,

kelemahan proses ini juga tidak bisa mengambil cobalt murni. Pada

umumnya, proses ini menjadi tidak ekonomis karena harga bijih yang

mahal.

(2) Proses Caron

Dikembangkan pada 1940-an, proses Caron adalah yang tertua untuk

memproses bijih limonit. Proses, yang memanfaatkan pencucian dengan

amonia pada tekanan atmosfer untuk mereduksi bijih, memiliki dua

keunggulan utama atas proses HPAL: menghindari suhu tinggi dan tekanan

dan daur ulang lixiviant (reagen) tersebut. Namun, belum menjadi teknologi

yang matang karena permintaan energi yang tinggi dan recovery logam

yang rendah dibanding HPAL ~ 80% nikel dan ~ 55% untuk kobalt. ( King,

2005).

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

8

Untuk memproduksi high grade oxide ore, menolerir kandungan Mg

lebih dari HPAL. Biaya terlalu besar untuk jenis smectite. Suhu operasi

produksi mencapai 700oC (biaya energi besar). Proses ini sebenarnya

merupakan gabungan dari hidrometalurgi dan pyrometalurgi. Banyak

kendala dalam optimasi proses, sehingga tidak ada harapan besar pada

perkembangan proses Caron.

Gambar 1. 1 Caron Process

Pada proses ini bijih terlebih dahulu direduksi sebelum dilakukan

proses leaching dengan menggunakan amonium karbonat dalam tekanan

atmosfir, kemudian recovery nikel dari larutan leaching (pregnant leach

solution) diperoleh dengan cara menguapkan larutan tersebut sehingga

terbentuk endapan nikel karbonat, setelah melalui beberapa proses

tambahan kadar nikel yang bisa didapat adalah sekitar 77-90% Ni.

(Handaru, 2008.)

Proses Caron dapat digunakan untuk bijih laterit berjenis limonit atau

campuran limonit dengan saprolit. Proses dilakukan dengan mengeringkan

dan mereduksi bijih nikel. Kemudian, nikel metalik yang terbentuk dari

proses reduksi akan di leaching dengan larutan ammonia. Tingkat recovery

nikel dan cobalt akan menurun seiring dengan komposisi saprolit yang

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

9

meningkat di umpan masuk karena terjebak di matriks silikat dan akan

relatif susah direduksi. Proses ini juga dapat menolerir kandungan Mg yang

lebih tinggi dibanding proses HPAL.

Proses Caron memiliki beberapa kelemahan. Proses Caron melibatkan

proses pirometalurgi pada awal proses yang membutuhkan energi yang

intensif. Sedangkan, proses belakangnya membutuhkan reagen yang

bervariasi. Tingkat recovery nikel dan cobalt lebih rendah dibandingkan

dengan proses HPAL. Para pakar menyakini proses Caron akan lebih

ekonomis dibandingkan HPAL jika harga biji laterit jauh lebih murah,

(3) Proses HPAL

High Pressure Acid Leaching (HPAL), yaitu salah satu proses

hidrometalurgi yang bertumpu pada pelindian menggunakan asam sulfat.

Agar lebih efektif, pelindian dilakukan pada temperatur 240 – 270 oC dan

tekanan tinggi. Metode ini memiliki persen perolehan logam yang lebih

besar (lebih efektif) dibanding proses lainnya. Hanya saja, metode ini

membutuhkan asam sulfat dalam jumlah besar. Kebutuhan asam sulfat ini

tidak hanya menaikkan biaya untuk pembuatan dan operasi pabrik asam

sulfat tetapi juga kurang ramah lingkungan karena asam anorganik yang

digunakan dapat berdampak buruk dan senyawa-senyawa sulfat dalam

limbah cair sulit untuk terdegradasi secara alamiah di alam.

Proses HPAL ini menemui banyak masalah yang berkenaan dengan

korosi dan scaling pada autoclave dan berakibat pada tingginya biaya

perawatan. Penerapan proses HPAL juga membuthkan modal (capital

expenditure) yang tinggi. Hingga saat ini, kemungkinan penerapan

pelindian pada tekanan atmosfer terus dipelajari dan reagen pelindi yang

paling banyak digunakan dalam proses ini adalah asam sulfat. Namun

dibandingkan dengan proses HPAL yang berlangsung selektif terhadap

besi, pelindian dalam tekanan atmosfer dengan reagen pelindi asam sulfat

mempunyai selektifitas terhadap besi yang rendah.

Proses HPAL membutuhkan bijih laterit berjenis limonit. Pressure

leaching yang dilakukan terjadi dalam autoclaves yang dilapisi oleh

titanium. Temperatur operasi berkisar dari 245 sampai 270 oC. Kemudian,

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

10

campuran padatan dan cairan dipisahkan dengan counter-current

decantation (CCD). Menurut pengalaman para pakar akan proyek HPAL,

mereka meyakini bahwa HPAL memiliki capital cost yang relatif tinggi,

Jadi, bijih nikel yang dominan berjenis limonit lebih cocok

menggunakan hidrometalurgi. Sedangkan, bijih nikel yang dominan saprolit

lebih cocok menggunakan pirometalurgi. Para pakar menyebutkan proyek

yang ekonomis setidaknya mampu memproduksi 40.000 ton nikel per tahun

membutuhkan 800.000 ton bijih nikel untuk cadangan 20 tahun. Untuk

HPAL, membutuhkan grade nikel minimum 1,3 %.

Gambar 1. 2 HPAL Process

Pertimbangan Proses

Kematangan teknologi dapat mempengaruhi nilai ekonomi suatu

proyek. Dimana resiko berbanding lurus dengan biaya investasi proyek

tersebut. Resiko suatu teknologi meningkat seiring tingginya derajat inovasi

teknologi tersebut. Resiko diterjemahkan dalam dua faktor, yaitu waktu

untuk mencapai kapasitas desain dan kapasitas produksi akhir dalam

presentase dari kapasitas desain. Sebagai contoh, tiga proyek pengolahan

nikel laterit di Australia yang menggunakan teknologi HPAL memiliki

biaya bangunan dan operasi yang mahal dikarenakan perusahaan harus

menyediakan biaya asuransi terhadap resiko yang mungkin terjadi.

Sedangkan, proyek berbasis pirometalurgi sudah sering dibangun semenjak

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

11

tahun 1950 hingga kini. Namun, tidak dipungkiri pirometalurgi memiliki

sifat energi intensif dan emisi karbon yang tinggi. Seiring perkembangan

jaman masalah-masalah ini dapat diatasi dengan baik.

Keuntungan utama produksi NPI dari proses metalurgi adalah produk

NPI merupakan bahan baku yang murah bagi industri baja. Jadi, dapat

disimpulkan meskipun pirometalurgi memiliki hasil produk dengan

kemurnian rendah terbentuknya NPI sebagai produk dibandingkan proses

lainnya, namun diversifikasi produk selain ferronickel diperlukan dalam

pasar yang membutuhkan sumber nickel yang cukup murah untuk produksi

stainless steel dengan tipe seri tertentu. Dari segi capital cost-nya penerapan

proses pirometalurgi jauh lebih rendah dibandingkan dengan proses

hidrometalurgi. Keberadaan NPI sebagai produk intermediet sangatlah

penting untuk keberlanjutan industri nikel dunia, yang kini masih dikuasai

oleh China. Proses Pirometalurgi merupakan satu-satunya cara untuk

memproduksi NPI dari low-grade nickel ore yang kaya di Indonesia. Proses

pirometalurgi ini membutuhkan minimasi pada emisi karbon yang

dihasilkan dan efisiensi energi yang dibutuhkan. Sedangkan proses

hidrometalurgi cenderung mengembangkan teknologi untuk mendaur-ulang

pelarut yang bersifat beracun dan ini relatif sulit karena parameter optimasi

yang berkaitan dengan pelarut sangatlah banyak dibandingkan dengan

optimasi energi. Dari segi peralatan, hidrometalurgi sangatlah butuh biaya

tinggi, contohnya harga Titanium Autoclave dengan kapasitas besar untuk

industri cukup mahal. Permasalahan ini yang perlu diatasi melalui tugas

akhir ini dengan berbagai perkembangan teknologi pada dewasa ini. Salah

satunya dengan pengembangan teknologi biomass cofiring yang

mengurangi penggunaan batubara denga mencampurnya dengan biomass

(arang kulit kelapa sawit) dan CO2 utilization yang menerap emisi karbon

lalu mereduksinya menjadi produk samping yang memilki nilai tambah.

Berikut perbandingan proses hidrometalurgi dan pirometalurgi yang tertera

pada Tabel 1.1

Tabel 1. 1 Perbandingan Proses Hidrometalurgi dan Pirometalurgi

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

12

Faktor Hidrometalurgi Pirometalurgi Catatan

Enviromental

Risk Tinggi Rendah

Solven yang digunakan pada

hidrometalurgi adalah asam

sulfat dan senyawa beracun

lainnya.

Technology Risk Tinggi Rendah

Pada hidrometalurgi,

menangani asam sulfat pada

tekanan dan suhu tinggi.

Metal Recovery Tinggi Rendah

Pada pirometalurgi, nickel

banyak hilang dalam debu

yang terhembuskan dan

terbawa oleh slags.

Kebutuhan

Energi Rendah Tinggi

Pirometalurgi membutuhkan

energi 3-4 kali lebih besar

dari hidrometalurgi.

Operating Cost Rendah Tinggi

Pirometalurgi membutuhkan

biaya besar pada proses

reduksi yang meggunakan

batubara yang cukup banyak

untuk membangitkan panas.

Capital Cost Sangat Tinggi Rendah

Contohnya, harga Titanium

Autoclave dengan kapasitas

besar untuk industri cukup

mahal.

Jenis Ore limonit saprolit

Hidrometalurgi

membutuhkan spesifikasi

bijih dengan kandugan Mg

rendah, sebaliknya

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

13

pirometalurgi butuh

kandungan Mg tinggi.

2. Market Analysis

Potensi Pasar

Sumber daya nikel dunia terdiri dari 70% nikel laterit dan 30% nikel

sulfide, sedangkan produksi dunia 60% berasal dari nikel sulfide dan 40%

dari nikel laterit. Endapan nikel laterit di Indonesia mengikuti sebaran

batuan basa dan ultrabasa. Total sumber daya bijih nikel laterit di Indonesia

berdasarkan data Neraca Sumber Daya Mineral dari Pusat Sumber Daya

Geologi, Badan Geologi, tahun 2012 adalah 3.398.269.997 ton dan total

cadangan sebesar 18.723.558 ton. Di Pulau Sulawesi, yaitu Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara memiliki potensi bijih

nikel terbesar di Indonesia, dengan total sumber daya sebesar 27.421.301

ton dan total cadangan 11.674.940.000 ton. Hal ini menjadikan Indonesia

sebagai sumber laterit nikel terbesar ketiga dunia setelah Kaledonia Baru

dan Filipina.

Gambar 1. 3 Sebaran Batuan Ultrabasa dan Lokasi Sumber Daya dan

Cadangan Nikel Laterit di Indonesia (Geomagz.com)

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

14

Gambar 1. 4 Sumberdaya Laterit Nikel Dunia (Dalvi,2004)

Indonesia dan Filipina termasuk Negara produsen terbesar dalam

memasok nikel laterit dunia. Berdasarkan data produksi pertambangan nikel

global di tahun 2011, produksi nikel mengalami kenaikan 10% menjadi 1,7

juta ton yang didukung oleh tingginya kenaikan produksi nikel di Brazil dan

Canada. Di tahun 2012, produksi pertambangan nikel dunia diperkirakan

naik 7% terutama didorong oleh beberapa proyek nikel laterit, termasuk di

Indonesia dan Phillipina. Proyek-proyek ini menaikkan pasokan nikel laterit

yang akan digunakan untuk industry nickel pig iron (NPI) yaitu feronikel

kelas rendah, sebagai bahan alternative yang lebih murah untuk

memproduksi stainless steel.

Pada tahun 2013 Indonesia mengekspor 64,8 juta wet metrik ton

batuan nikel di mana 91,3% diekspor ke Cina. Batuan yang diekspor ini

adalah batuan nikel yang belum diolah dengan kadar di bawah 2%.

Sedangkan saat ini Pemerintah Indonesia sudah menetapkan Undang-

Undang Minerba 2009 yang menyatakan bahwa mineral yang boleh

diekspor harus memiliki kadar minimum 4%, sehingga perusahaan tambang

berorientasi ekspor mineral mentah harus membangun pabrik pengolahan

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

15

(smelter) untuk meningkatkan nilai tambah produk mineral sebelum di

ekspor ke Negara lain. Hal ini berdampak pada produksi NPI di China yang

menjadi berkurang karena kekurangan sumber daya nikel mentah. Dengan

demikian ini akan menjadikan Indonesia sebagai produsen nikel yang

memiliki posisi strategis untuk mendukung industri NPI.

Permintaan Pasar

Pada 2007, produksi stainless steel melebihi 7,550,000 ton, dimana

jumlah tersebut 15 kali daripada produksi tahun 2000. Pada 2008, meskipun

pasar stainless steel lemah tapi produksi meningkat hingga 8,600,000 ton

dapat dilihat pada Gambar 1.5. Pertumbuhan produksi stainless steel di

China akan berdampak pada pertumbuhan konsumsi NPI.

Gambar 1. 5 Produksi Stainless Steel di China (Xinfang, Jiang)

Pada 2007, NPI berkontribusi kira-kira 90,000 ton/bulan untuk

kebutuhan produksi stainless steel di China.

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

16

Gambar 1. 6 Biaya Nikel dari Berbagai Macam Sumber

Pada Gambar 1.6 menunjukkan keuntungan yang besar dalam

penggunaan nickel pig iron dan harganya tidak mungkin lebih rendah. Jadi

dapat disimpulkan harga NPI cukup stabil.

Konsumsi NPI diperkirakan pada tahun 2008 sebesar 180,000-

250,000 ton/bulan. NPI yang digunakan pada umumnya dengan grade 5-

8%, sedangkan grade 1-2% untuk stainless steel. Diperkirakan tahun-tahun

selanjutnya akan bertambah besar, karena produksi NPI di China yang

menurun karena pelarangan ekspor bijih mentah dari Indonesia dan

kebutuhan sumber nikel murah untuk produksi stainless steel yang terus

meningkat tiap tahunnya.

Kapasitas yang Sudah Ada

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

17

Tabel 1. 2 Kapasitas Produksi FerroNickel dan Nickel Pig Iron Dunia

Kapasitas Optimum

Kapasitas produksi yang optimum dilihat dari efek berlakunya

Undang-Undang Minerba 2009 yang menyatakan bahwa mineral yang

boleh diekspor harus memiliki kadar minimum 4%, sehingga membuat

Indonesia harus bisa menghasilkan mineral yang memiliki nilai tambah dan

dapat memenuhi kebutuhan di pasar dunia. Pada saat ini di Indonesia baru

memiliki sedikit pabrik pengolahan NPI, diantaranya PT Indoferro yang

terletak di Cilegon memiliki kapasitas produksi 250.000 ton per tahun, PT

Sulawesi Mining Investment akan mengoperasikan smelter nikel di

Morowali, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 300.000 ton per tahun.

Konsumsi NPI maksimum di Tiongkok pada tahun 2008 sebesar

180.000 – 250.000 ton per bulan dan akan semakin meningkat. Hal ini

dikarenakan penurunan produksi NPI di Tiongkok akibat pelarangan ekspor

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

18

bijih mentah dari Indonesia, sedangkan kebutuhan sumber low grade nickel

untuk produksi stainless steel di Tiongkok semakin bertambah tiap tahun

yang ditunjukkan pada Gambar 1.6. Selain itu, jika dilihat dari pabrik yang

sudah ada di Indonesia yaitu PT Indoferro yang sudah berjalan dari tahun

2006, dapat menghasilkan NPI dengan kapasitas 250.000 ton per tahun.

Sehingga pabrik yang akan dibangun memiliki kapasitas 250.000 ton per

tahun.

3. Pemilihan Lokasi

Pabrik akan didirikan di Jl. Padamarang, Desa Tambea, Kecamatan

Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan koordinat

4 ° 13'37.0 "S 121 ° 35'34.0" E seperti pada Gambar 1.7. Pemilihan lokasi

Pabrik sudah mempetimbangkan jarak aman dari pemukiman penduduk

sekitar 7 km, kurang lebih berjarak 1 km dari perairan, dan dekat dengan

sungai Hoku-Hoku. Pertimbangan jarak ini dilakukan agar masyarakat di

sekitar pabrik tidak terganggu dengan adanya pendirian pabrik tersebut.

Keberadaan pabrik di Sulawesi Tenggara juga sejalan dengan tujuan

ketiga dari misi pemerintah Sulawesi Tenggara dimana penambahan nilai

tambah dari sumber daya alam melalui peningkatan investasi. Intinya adalah

dengan keberadaan pabrik di lokasi ini dapat mempercepat pembangunan

Indonesia bagian Timur sehingga menunjang pula program pemerintah

pusat untuk meratakan pendapatan daerah.

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

19

Gambar 1. 7 Lokasi Pabrik

Profil Kolaka menurut BPS 2013 :

Kabupaten : Kolaka

Geografi dan Iklim

Luas : 6,918.38 km2

Kecamatan : 20

Desa : 168

Ketinggian : 0-500 m dari permukaan laut

Petugas Keamanan : 1582 personil (paling besar daripada kabupaten)

Populasi dan Tenaga Kerja

Laju pertumbuhan rerata : 2,44 % / tahun

Populasi penduduk berumur 15 tahun dan lebih di Sulawesi Tenggara

menurut aktivitasnya, 2010-2012

Siap Kerja : 1.016.957 orang

Kerja : 975.879 orang

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

20

Mencari Pekerjaan : 41.078 orang

Populasi berumur 15 tahun dan lebih di Sulawesi Tenggara yang sedang

mencari kerja menurut status pendidikan, 2012

Tidak/Belum Tamat SD : 2433 orang

SD : 3676 orang

SMP : 4965 orang

SMA : 15440 orang

SMK : 4821 orang

Diploma/Sarjana : 9743 orang

Ketersediaan Bahan Baku

Lokasi pabrik sangat dekat dengan area pertambangan hanya sejauh

1-3 km. Lokasi pertambangan berada di Pomaala, Kabupaten Kolaka,

Sulawesi Tenggara.

Pemasaran

Lokasi pabrik dipilih berdasarkan konsep raw material oriented

dikarenakan mengejar harga bijih mentah yang relatif lebih murah.

Beberapa usaha berada di dekat pasar, agar pasar dapat melihat mereka

dengan mudah. Seperti halnya Indoferro yang terletak di Cilegon

dikarenakan dekat dengan pabrik Krakatau Steel. Namun, ini tidak menjadi

kendala dikarenakan tujuan utama pabrik didirikan di Sulawesi Tenggara

adalah mengurangi biaya produksi. Beberapa strategi marketing akan

dilakukan agar mampu menarik pasar seperti berikut :

1. Perusahaan akan menawarkan rewards kepada konsumer yang memiliki

kontrak jangka panjang. Misalnya saja, konsumer akan menghabiskan 1

juta dollar untuk membeli produk pabrik dan perusahaan menawarkan

potongan 10% dalam bentuk barang ataupun jasa, bukan berupa

potongan harga.

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

21

2. Perusahaaaan akan secara aktif memasarkan produk dan mengajukan

promosi dengan surel resmi ke perusahaan calon konsumer, misalnya

saja perusahaan Baosteel di Tiongkok. Komunikasi melalui surel adalah

cara termurah perusahaan berhubungan dengan calon konsumer

sehingga perusahaan tidak memerlukab biaya tambahan. Sehingga,

penting juga adanya website resmi agar konsumer dapat menghubungi

perusahaan dengan mudah. Website yang baik adalah website yang

mampu membuat konsumer mudah menemukan perusahaan dan produk

apa yang perusahaan jual.

Sebagai tambahan, fasilitas pendistribusian produk termasuk faktor

yang penting. Lokasi pabrik berada sangat dekat dengan pelabuhan dan

dekat Teluk Bone. Jalur pelayaran yang umum dari Sulawesi Tenggara ke

Tiongkok adalah melalui Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Cina Selatan. Di

rute ini, kapal hanya dapat menurunkan muatan di Pulau Jawa, Pulau

Sumatera, Tiongkok, dan Taiwan.

Tabel 1. 3 Pelabuhan di Sulawesi Tenggara

Lokasi geografis

Lokasi pabrik kira-kira sejauh 7 km dari area populasi padat. Tanah

yang digunakan tidak subur maka tidak akan menggangu atau tumpang

tindih dengan kepentingan pertanian.

Ketersediaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan pelaku dari proses produksi. Jumlah

angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2011 bertambah

1.058.999 orang dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1.045.899

No. Name Location

1 Bau-Bau Port Jl. Yos Sudarso No. 5, Telp 0402-2821184

2 Kolaka Port Jl. Dermaga No.1 Kab. Kolaka, Telp 0405-22583

3 Langgara Port Konawe Selatan District

4 Nusantara Raha Port Jl. Kompleks Pelabuhan Raha, Telp 0401-2521033

5 Nusantara Kendari Port Jl. Konggoasa No.1 Kendari, Telp 0401-3121087

6 PT. Antam, UBPN Port Pomaala, Kolaka District

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

22

orang. Penambahan angkatan kerja yang bekerja terbanyak terjadi di

Kabupaten Kolaka yakni 157.606 orang. Sehingga kebutuhan tenaga kerja

yang terampil dan terdidik yang akan memperlancar jalannya proses

produksi dapat diperoleh dari dalam daerah dimana kebutuhan tenaga kerja

disesuaikan dengan tingkat keterampilan yang dibutuhkan.

Ketersediaan Energi dan Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk proses, selain

untuk proses air juga dibutuhkan untuk pendinginan dan kebutuhan yang

lain. Lokasi pabrik dekat dengan 17 daerah aliran sungai, yaitu sungai

Wolulu, Oko-oko, Hukohuko, Baula, Mekongga, Ladongi, Aniwenda,

Tokai, Loea, Simbune, Balandete, Kolaka, Manggolo, Wolo, Tamboli,

Mowewe, dan Konaweha. Ketersediaan Listrik dapat dilihat di Tabel 1.4.

Tabel 1. 4 Pembangkit Listrik di Sulawesi Tenggara dan Sekitar

Faktor-faktor ekonomi, sosial dan hukum

Dalam Pembangunan Jangka Panjang tingkat I (PJP I), secara

keseluruhan taraf kesejahteraan ekonomi dan social masyarakat Provinsi

Sulawesi Tenggara ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti tingkat

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) non migas perkapita dan laju

pertumbuhan PDRB nonmigas, angka melek huruf dan angka harapan

hidup relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Dengan

demikian, tantangan utama pembangunan daerah Sulawesi Tenggara

adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan memperluas

landasan ekonomi daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor

No. Location Capacity Status

Southeast Sulawesi Power Plants

1 PLTP Lainea 40 MW Built in 2009

2 PLTU Kolaka 2 x 10 MW Built in 2010

3 PLTP Manggolo 2 x 5 MW Built in 2010

4 PLTU Kendari I 2 x 50 MW Built in 2011

5 PLTS Kabaena 200 kWp Built in 2013

6 PLTU Nii Tinasa 20 MW Built in 2013

7 PLTU Bau Bau 2 x 10 MW Built in 2015

Nearly (take from South Sulawesi Power Plant)

1 PLTA Larona 165 MW Built in 1979

2 PLTA Balambano 110 MW Built in 1999

3 PLTA Karebbe 90 MW Built in 2011

Prarancangan Pabrik Nickel Pig Iron dari Bijih Laterit

Kapasitas 250.000 ton/tahun

23

nonmigas dan perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat

peningkatan kesejahteraan ekonomi dan social masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi

Sulawesi Tenggara harus mengembangkan kawasan dan pusat

pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi dan memperluas

lapangan kerja.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pabrik akan dibangun di Sulawesi Tenggara, dengan

beberapa poin penting, sebagai berikut :

1. Pomala adalah kecamatan yang kaya akan sumber daya bijih laterit

di Kolaka, Sulawesi Tenggara

2. Sulawesi Tenggara adalah salah satu daerah Indonesia Timur.

Dengan demikiran, perusahaan dapat membantu pemerintah

meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi Indonesia bagian Timur.

3. Lokasi yang dekat pelabuhan dan dekat dengan Teluk Bone sehingga

akan memudahkan dalam transportasi alat-alat proses dan juga dalam

pemasaran produk nantinya.

4. Bukan daerah subur, sehingga tidak mengganggu lahan pertanian.

5. Ketersediaan utilitas. Penyediaan air untuk utilitas dapat diperoleh

dari Sungai Huko-Huko dan juga didapat dari laut karena kawasan

ini dekat dengan Teluk Bone. Sarana yang lain seperti bahan bakar

dan listrik dapat diperoleh dengan mudah.

6. Telah tersedia sarana dan prasarana yang menunjang seperti jalan

raya sudah tersedia di daerah ini dan letak pelabuhan relatif dekat,

sehingga pengiriman bahan baku ataupun produk untuk diekspor

lebih mudah. Menurut BPS, kondisi jalan di Kolaka mencapai

1668,39 mil, dengan kondisi sedang 345,22 km dan jalan rusak

sekitar 372,79 km. Kondisi lebih baik dari kabupaten lain. Kondisi

jalan yang baik akan memfasilitasi transportasi bahan baku dari

pertambangan menuju pabrik.