pengolahan bijih emas-edit

25
Pengolahan Bijih Emas PENDAHULUAN DEFENISI PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan- perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses pengolahan itu disebut pencucian batu bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal preparation). Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan.

Upload: mas-fendy-afif

Post on 28-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Pengolahan Bijih EmasPENDAHULUAN

DEFENISI PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral processing/mineral

dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-

perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh produk bahan galian yang

bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses pengolahan itu disebut pencucian batu

bara (coal washing) atau preparasi batu bara (coal preparation).

Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial

minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pada saat ini umumnya

endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu

atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan.

Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan bahan galian (PBG)

agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran

atau peleburan.

Tujuan Pengolahan Bahan Galian, keuntungan yang diperoleh anatara lain

adalah :

1. Mengurangi ongkos angkut.

2. Mengurangi jumlah flux yang ditambahkan dalam peleburan, serta

mengurangi metal yang hilang bersama slag.

3. Mereduksi ongkos keseluruhan dalam peleburan, karena jumlah

tonase yang dileburkan lebih sedikit.

4. Bila dilakukan pengolahan akan menghasilkan konsentrat yang

mempunyai kadar mineral berharga relative tinggi, sehingga lebih

memudahkan umtuk diambil metalnya.

Page 2: Pengolahan Bijih Emas-Edit

5. Bila konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga,

maka ada kemungkinan dapat diambil yang lain sebagai by

produk.

Ruang Lingkup

Makalah ini akan membahas tentang logam emas sebagai bahan galian yang tak

terbarukan, serta menekankan pada pengolahan bahan galian emas.

DEFENISI DAN MINERALOGI EMAS

Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas. Pengetahuan tentang

mineralogy emas sangat diperlukan dalam memahami teknologi pengolahan emas.

Keberhasilan atau kegagalan penerpan suatu teknologi pengolahan dapat dimengerti

atau dijelaskan oleh kondisi mineralogy batuan (bijih) emas yang sedang dikerjakan.

Mineralogy dari batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum

menentukan teknologi pengolahan yang akan diterkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas adalah:

1. Mineral-mineral pembawa emas

2. Ukuran butiran mineral emas

3. Mineral-mineral induk

4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk

Mineral – mineral pembawa emas.

Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa editemukan di alam.

Mineral emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah

electrum. Minerl-mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-

mineral pembawa emas antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid

Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd),

emas bismutan Au, Bi), amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3),

Page 3: Pengolahan Bijih Emas-Edit

roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au,

Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit

(AuCuTe4), nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit

(AuSb2), fisceserit ( Ag3AuSe3).

Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak

yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit

tembaga atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas,

kuning muda sampai keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis

emas urai bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan

peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesar 9% dan bila

berat jenisnya 16,9 kandungan peraknya 13,2%.

Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas 18%.

Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi dari

kuning pucat sampai warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum

bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti

kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila perbandingannya 2,5:1 berarti kandungan

peraknya 18%.

Mineral Induk

Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan.

Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya

berasosiasi denagn sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk

em,as. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai

bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik

lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit. Mineral

sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.

Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida

besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon

serta pasir dan krikil ( endapan plaser ).

Page 4: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Ukuran butiran mineral emas

Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau

elektrum) berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm) sampai

partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron= 0,001 mm=

0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas

yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan butiran yang halus.

Berikut mineral induk emas berupa sulfide pirit (FeS2), arsenopirit (FeAsS),

kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), pirhoit (FeS2), Glen (PbS),

Sfalerit (ZnS), armonit (Sb2S3).

Asosiasi mineral

Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas

dalam bijih. Pertama, emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas

antara butiran-butiran mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral

pirit atau dibatasi antara dua butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan

sepanjang batas diantara butiran-butiran dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas

butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral kalkopirit dan butiran

mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk (misal, emas

terbungkus ketat dalam mineral pirit).

Sifat fisik emas (Au)

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,

kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung

pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa

emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan

tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral

non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang

telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas

telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon,

Page 5: Pengolahan Bijih Emas-Edit

dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan

perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.

Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan

hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan

letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan

endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa,

dll. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di

Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi,

Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Pengolahan Bijih Emas.

Pengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian

dilanjutkan dengan proses yang di sebut Metalurgy.

Kominusi

Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang

mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas

dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.

Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :

Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk.

Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan.

Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas.

Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer,

sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan

dari batuan induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari

masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses

ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral emas dan kondisi

keterikatannya pada batuan induk.

Page 6: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan

diolah, dengan menggunakan :

Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 – 110 0C, biasanya

sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur

pada batuan oksidis.

  Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil

penambangan melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40

cm menjadi 1%)

Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga

mencapai ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80%

adalah -200#, misalnya dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod

Mill, Disc Mill , dll.

Setelah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat yang

selanjutnya di olah di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam proses metallurgy

ada banyak metode yang di gunakan namun dalam pengolahan emas kali ini menitik

beratkan pada metode Sianida dan amalgamasi.

Proses pemisahan emas dari konsentrat

Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas,

Konsentrat ini wujudnya seperti pasir.

Proses ini memakai 3 jenis furnace.

1. Smelting Furnace

Konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur, disini sudah ditambahkan

flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara bebas dengan kompresor

diatur oksigennya 60%). Tujuannya untuk mengoksidasi unsur pengotor

utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4) dan mulai kurangi sulfur dalam

konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace no (2).

2. Slag Cleaning Furnace

Page 7: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte) kerena Sulfur masih

banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang terbentuk dari proses (1).

disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang lebih berat akan dibawah lalu

terak/slag akan mengapung diatas sambil terus dipanaskan, disini metal/slag

sudah terpisah. Lanjut ke proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.

3. Converting Furnace

Proses ini matte diblowing udara + pakai flux batukapur (CaCO3), tujuan

utamanya untuk mengoksidasi Sulfur, memakai kapur untuk menjaga

komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4 solid tidak bisa diblowing).

Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister

(bukan lagi matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister

(sebab perlu elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada

tambahan proses pemurnian untuk dioksidasikan S sampai “light”. Setelah

dicetak jadi anoda, Cu anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au,

Ag, Pt, Co, Ni) masih ada dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya

steel. Pakai larutan CuSulfat + Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus

searah, disini metal akan dipisahkan dengan perbedaan sifat kemurniannya

(berdasarkan nilai E nol-nya) makanya perlu memakai voltase DC yang tepat,

biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di anode akan larut dilarutan lalu

akan menempel di katoda (puritynya bisa mencapai 99%); nah disini baru

dibagi antara Cu dan logam yang lebih mulia (Platina, Au, Ag). karena lebih

mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya membentuk endapan (disebut

slime), slime biasanya tidak ikut menempel di katoda (karena tidak larut).

Selanjutnya slime ini yang harus diolah lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++

flux lagi, borax biasanya untuk ikat pengotor. Setelah cair digunakan metode

Klorifikasi, dimana akan dipisahkan antara pengotor dengan logam mulia

AgCl, AuCl, dll.

Page 8: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Bagaimana memisahkannya ?, masuk lagi ke elektrowining cell dimana

tegangannya diatur untuk memisahkan logam mulia didalamnya, lalu dilebur

lagi untuk mendapatkan purity sampai Au 99.99 %.

Proses pengolahan Emas dengan Sianida

Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-

Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah

dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah

proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi reagen untuk

pengolahan mineral untuk memulihkan emas, tembaga, seng dan perak mewakili

sekitar 13% dari konsumsi sianida secara global, dengan 87% sisa sianida yang

digunakan dalam proses industri lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida.

Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan

penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.

Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan dalam

larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida.

Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan bahwa

setiap atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri senyawa larut.

Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih emas sampai 1887, ketika Proses

MacArthur-Forrest dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh John Stewart

MacArthur, didanai oleh saudara Dr Robert dan Dr William Forrest. Pada tahun 1896

Bodländer dikonfirmasi oksigen yang diperlukan, sesuatu yang diragukan oleh

MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk sebagai perantara.

Reaksi kimia untuk pelepasan emas, “Persamaan Elsner”, berikut:

4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O → 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH

Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas bersamaan

dengan transfer proton (H +) dari air.

Page 9: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Berikut cara kerja pengolahan Emas dengan Sianida:

1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga

menjadi tepung (mesh + 200).

2.  Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3

dari bahan).

3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian

tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.

4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga

pH

larutan (10 – 11) dengan (T = 85°C).

5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk

hingga (t= 48h), kemudian di saring.

6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan.

(metode 1)

7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring

lalu

dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).

8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t

=30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80°C –

90°C).

9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan

Soda

(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90°C – 100°C).

10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan

Soda

3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110°C – 120°C).

11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T =

110°C –

120°C) selama (t = 1.45j).

Page 10: Pengolahan Bijih Emas-Edit

12. Lakukan proses Cooling.

13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50)

selama (t = 3.5j). (metode 3).

Proses Pemurnian (Dari Bullion)

Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

1. Metode cepat.

Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3

kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak

sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring

aja dan dibakar.

2. Metode lambat.

Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan

menggunakan larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam

larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut, maka

akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel

pada plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas)

sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar

aja masing – masing, jadi deh logam murni.

Proses Perendaman

Ada pula proses pengolahan emas dengan perendaman, berikut caranya :

Bahan : ore/bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh +200 = 30 ton

Formula Kimia :

1. NaCn = 40 kg

2. H2O2 = 5 liter

3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg

4. Ag NO3 =100 gram

5. Epox Cl = 1 liter

Page 11: Pengolahan Bijih Emas-Edit

6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)

7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg

8. H2O (air) = 20.000 liter

Perendaman di Bak Kimia

1. NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7

2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12

3. Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada PH 11-

12

Percobaan di Bak Lumpur

1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton

dimasukkan ke dalam bak.

2.  Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan ditumpahkan/

dimasukkan ke Bak II untuk merendam lumpur ore selama 48 jam.

3.  Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan selama

24 jam, dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk menaikkannya

ditambah costic soda secukupnya.

4.  Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I

dengan melalui Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc dass/

zinc koil untuk mengikat/ menangkap logam Au dan Ag (emas dan perak) dari

larutan air kaya

5.  Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur seperti

pasir selama 5 – 10 hari

6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan dimasukkan ke

dalam wadah untuk  diperas dengan kain famatex

7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain gunakan

200 ml H2SO4 dan 3  liter air panas

8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion

Page 12: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Teknologi Amalgamasi

Mekanisme Amalgamasi

Air raksa atau merkuri (Hg), pada temperature (suhu) kamar, adalah zat cair.

Bila terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka ai raks

membasahi dan menenbus logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam

yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam yang

dapat membentuk amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah, cadmium, seng,

alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri emas disebut amalgam emas, yang

mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia berikut

ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa

bertambah dengan naiknya temperature. Paad temperature kamar kandungan emas

dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada temperatu 1000C sebesar 0,65%

Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya disebut amalgam, karena tidak hanya

mengandung emas melainkan juga logam lain terutama perak dan tembaga.

Ukuran Butiran

Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat

dalam amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari yang

kasa (bijih emas yang kaya) sampai yang halus (bijih emas yang miskn). Dengan

demikian batuan atau bijih perlu dipecah atau digerus sampai diperoleh butiran emas

yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk). Namun, kenyataan menunjukkan

bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari 0,074 mmyang dapat diolah

dengan teknik amalgamasi.

Gangguan Amalgamasi

Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi

mineralogy dari bijih yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat yang

halus dan air). Kondisis yang buruk menyebabkan butiran emas tidak dapat dibasahi

oleh merkuri dam merkuri terpecah menjadi partikel-partikel halus, sehingga

amlgamasi tidak dapat berlangsung secar baik.

Page 13: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya

bersih dan mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas yang

berasal dari bijih yang teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh oksida

besi. Emas kusam mengurangi

kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi cendrung tidak bias

beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi

oksida besi dapat dicegah secar mekanik (sambil menggerus).

Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi berpeluang untuk

menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam pulp. Ion sulfide dapat menghambat

amalgamasi. Penambahan bahan kimia yang dapat memberikan ion-ion timbaldan

tembaga dapat menolong untuk mengurangi gangguan ini. Penambahan bahan alkali

yang kuat dapat mengurangi gangguan ini.

Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau pada saat

amalgamasi. Minyak dapat berperan mengurangikemampuan amalgamasi.

Keberadaannya dalam pulp harus duhindari dengan penambahan kapur yang sedikit.

Penggerusan

Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah (volume)

media penggerus, kecepatan putar barel (gelundung), persentase padatan dalam pulp,

dan lamanya penggerusan. Volume media penggerus dapat diatur sehingga media

penggers mengisi barel/gelundung sedikit diats setengah isi barel/gelundung.

Keceptan putar yang sedemikian rupa menyebabkan media penggerus tidak bergerak

di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada suatu posisi sewaktu berputar

media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.

Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat ini

seharusnya memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang bergelombang.

Permukaan bergelombang ydimaksudkan untuk membantu mengangkat media

penggerus sewaktu barel berputar dan untuk mencegah selip diantara media

penggerus. Lineer biasanya terbuat dari paduan baj, dan sewaktu- waktu dapat dilepas

untuk diganti apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu batangan.

Page 14: Pengolahan Bijih Emas-Edit

Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci. Bergantung pada ukuran

barel atau gelundung, yang bervariasi antara 18 inci x 24 inci sampai sebesar 4 kakix

6 kaki (dikaitkan dengan ukuran gelundung yang biasa digunakan dalam tahap

amalgasi).

Pengikatan Emas oleh Merkuri

Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan

menggunakan 4 jenis cara atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan dan

pencampuran. Dari keemapt cara atau alat iniyang akan dibahas adalah hanya

amalagasi dengan tekananan dan penggerusan. Alasannya, selain telah dikenal

masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang berkrat dan sulit dmalgamasi, atau

amat halus, atau tidak terikat dengan mineral lain, atau dalam bijih uyang

menyebabkan merkuri tidak bekerja baik.

Masyarakat menggunakan bael atau gelundung baik untuk penggerusan maupun

amlgamasi. Nmun kedua kegiatan ini (penggerusan dan amlgamasi) sebaiknya

dipisahkan. Dengan kata lain dua barel atau gelundung seharusnya dimiliki, yang satu

memakai liner (untuk penggerusan) dn satu lagi tanpa iner (untuk amlgamasi)

Ukuran yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang penggerusan dan

perbedaannya adalah bahwa paad tahap amlgamasi (penambahan merkuri ke dalam

pulp) media penggerus berjumlah 1 atau 2 batang yang berdiameter 4 atau 5 inci, atau

sengh lusin bola bediameter 4 atau 5 inci. Selanjutnya kecepatan putarannya rendah

dan lamanya amalgamasi berkisar antara 1 jam sampai beberapa jam. Pulp dan media

penggerus mengisi barel atu gelundung dengan kisaran dari sepertiga sampai

setengah volume barel. Jika operasi penggerusan penting, operasi amlgamasi

memakai 60-80% padatan. Jika amlgamasi saja, operasi dengan 30-50% padatan.

Jumlah merkuri yang ditambahkan bergantung pada kadar emas dalam bijih dan

jumlah merkuri ditambah apabila kadar emasnya tinggi.

Perolehan Emas

Perolehan emas dengan teknologi amlgamasi relative rendah (artinya apabila

dibandingkan dengan teknologi sianida). Untuk memperbaiki teknologi amalgamasi

Page 15: Pengolahan Bijih Emas-Edit

(perolehan emas dan kehilangan merkuri) dari tambang rakyat dapat dilakukan

dengan penambahan baha kimia dan pengaturan teknik (berat umpan, persentase

padatan, waktu giling, dan waktu amalgamasi) perolehan emas dapat mencapai 55%.

Air raksa yang hilang sangat kecil (> 1%)

Untuk menentukan perolehan emas perlu diketahui kandungan emas sebenarnya

dalam batuan (bijih) di laboratorium. Ada 2 metode yang digunakan yaitu metode

gravimetric dan metode dengan gravimetric dan metode dengan alat modern yaitu

AAS ( Spektrofotometer Serapan Atom).

Page 16: Pengolahan Bijih Emas-Edit

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam menentukan kadar emas yang terdapat dalam berbagai mineral yang ada pada

lapisan bumi dapat dilakukan dengan berbagai teknologi yang berkompetensi dalam

menghasilkan butiran emas yang dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan

asesoris, lapisan logam, filament dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi kimia.

Ekstraksi butiran emas dapat dapat dilakukan dengan teknologi amalgamasi dan

teknologi sianidasi yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kedua

metode tersebut dapat diandalkan untuk menghasilkan emas dalam kuantitas yang

tinggi. sedangkan efek dari teknologi pengolahan bijih emas dengan kedua metode

tersebut, dapat menghasilkan limbah-limbah yang bersifat toksik yang dapat

membahayakan lingkungan sekitarnya.

Referensi:

http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html)

(http://knol.google.com/k)

http://ovan-indra.blogspot.com/2009/10/emas.html

http://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/pengolahan-bahan-galian-mineral-

processing/

http://tambangemasindonesia.com/