praktikum urinalisa

Upload: guz-wiz

Post on 13-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM URINALISAAnalisis urin meliputi :1. Volume urine (800-1400 ml/24 jam).2. Warna kejernihan (kuning muda kuning tua).3. Bau (khas urine).4. pH sewaktu (4,6 8,5) dan urine 24 jam (6,2).5. Berat jenis (1,003 1,030) dan total solid dengan menghitung 2 angka terakhir dari berat jenis dikalikan 2,66 sebagai faktor koreksi/oefisien long per 24 jam.6. Protein dalam urine.7. Glukosa dalam urine.

I. MENGHITUNG BERAT JENISPenetapan berat jenis urine biasanya cukup teliti dengan menggunakan rinometer. Apabila sering melakukan penetapan berat jenis dengan contoh urine yang volumenya kecil, sebaiknya memakai refraktometer.Urinometer merupakan suatu hidrometer. Urinometer ditera pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 200C) yang dapat dibaca oleh alat tersebut. Apabila berat jenis diukur pada suhu yang berbeda pada suhu peneraan, hasil yang didapat harus dikoreksi terlebih dahulu. Koreksi dilakukan dengan jalan menambah 0,001 untuk setiap 30C diatas suu peneraan dan sebaliknya dikurangi untuk dibawah suhu peneraan. Pembacaan urinometer dilakukan untuk melihat pada skala yang ditunjukkan oleh permukaan cairan yang diperiksa.CARA MENGUMPULKAN URINE :1. Ambil sebuah beker gelas dan bersihkan.2. Kumpulkan kira-kira 100 ml urine pancar tengah (mid-stream) dalam beker glass.3. Sesudah terkumpul barulah dilakukan perhitungan berat jenis urine menggunakan alat urinometer.CARA KERJA :1. Bersihkan tabung urinometer dengan lap yang bersih dan kering.2. Masukkan urine yang akan diperiksa ke dalam tabung gelas urinometer dengan hati-hati supaya tidak terjadi busa.3. Masukkan alat urinometer ke dalam tabung gelas urinometer yang berisi urine tadi sampai terapung.4. Sebelum membaca berat jenis pada tangkai urinometer, haruslah urinometer tersebut lepas dari dinding gelas (masukkan tabung bisa diputar dengan ibu jari).5. Bacalah pada skala yang ditunjukkan (skala teratas sama dengan 1,000, 1 skala dibawahnya 1,002, 1 skala dibawahnya lagi 1,004 demikian seterusnya setiap 1 skala harganya 0,002)

II. PROTEIN DALAM URINE Pada percobaan ini dilakukan terhadap 2 sample urine :1. Urine patologis yang disediakan oleh lab.2. Urine mahasiswa sendiri.Pada keadaan normal, antara 30 300 mg protein dikeluarkan bersama urine dalam 24 jam. Ini terdiri antara lain dari albumin dan globulin serum, nukleoprotein atau musin dari epitel saluran kencing.walaupun ada protein yang diekskresi tetapi urine normal tidak memberikan reaksi yang positif terhadap tes-tes protein dari urine yang dikerjakan. Kalau tes protein menunjukkan hasil yang positif maka adanya protein dalam jumlah abnormal pada urine disebut sebagai prooteinuria.Protein yang terdapat dalam urine pada penyakit ginjal adalah protein plasma yang dapat melewati epitel ginjal/endotel glomerulus yang rusak. Yang paling sering ditemukan dalam urine adalah albumin oleh karena molekulnya terkecil antara protein plasma sehingga paling mudah berdifusi melalui membran glomerulus yang rusak. Tes protein dapat dilakukan dengan 2 cara :1. Tes Heller.2. Tes koagulasi dengan pemanasan.

A. TES HELLERTEORI :Dalam menguji protein dalam urine menggunakan tes heller menggunakan asam nitrat pekat karena asam nitrat pekat dapat mengkoagulasikan protein.ALAT-ALAT :1. 2 tabung reaksi .2. Pipet volume.REAGENT :1. Asam nitrat (HNO3).CARA KERJA :1. Isi masing-masing tabung reaksi dengan 3ml asam nitrat pekat (HNO3).2. Tambahkan 3ml urine jernih mahasiswa pada tabung reaksi 1 dan 3ml urine patologis pada tabung reaksi 2.3. Diamkan beberapa menit amati kedua tabung reaksi.HASIL :Setelah diamati selama beberapa menit dapat dilihat hasilnya, sebagai berikut :1. Tabung 1 menggunakan urine mahasiswa tidak terbentuk cincin putih (negatif). 2. Tabung 2 menggunakan urine patologis terbentuk cincin putih (positif).KESIMPULANDari praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa urine mahasiswa tidak mengandung protein sedangkan urine patologis mengandung protein itu dibuktikan dengan adanya cairan protein yang terpisah pada urine patologis berbentuk cincin putih yang dimana cairan tersebut adalah protein yang terkoagulasi.B. TES PEMANASANTEORI :Pada praktikum tes protein dengan pemanasan terjadi endapan, endapan yang terbentuk itu menunjukkan presipitat protein atau fosfat. Dengan menambahkan asam asetat encer (2%) fosfat akan larut sedangkan protein tetap mengendap. Penambahan asam asetat tidak boleh berlebihan karena menyebabkan larutnya kembali presipitat protein.ALAT-ALAT :1. 2 tabung reaksi.2. Alat pemanas.3. Pipet tetes.4. Pipet volume.REAGENT :1. Asam asetat encer (2%)CARA KERJA :1. Masukkan 5ml urine mahasiswa pada tabung reaksi 1 dan 5ml urine patologis pada tabung reaksi 2.2. Panaskan kedua tabung pada alat pemanas sampai mendidih.3. Setelah mendidih teteskan 5 tetes asam asetat pada masing-masing tabung reaksi kemudian homogenkan.4. Panaskan kembali kedua tabung reaksi sampai mendidih.5. Amati perubahan yang terjadi.HASIL:Setelah diamat pada tiap-tiap tabung, dihasilkan sebagai berikut :1. Tabung 1 menggunakan urine mahasiswa tidak terjadi kekeruhan (negatif).2. Tabung 2 menggunakan urine patologis terjadi kekeruhan (positif).KESIMPULANDari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa urine mahasiswa tidak mengandung protein sedangkan urine patologis mengandung protein itu dibuktikan dengan adanya endapan putih keruh setelah ditetesi asam asetat.III. GLUKOSA DALAM URINETEORI :Larutan benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Larutan benedict (tembaga alkalis) ini akan direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas membentuk endapan kuproksida yang berwarna merah bata. Tidak semua karbohidrat memberi reaksi positif, sukrosa memberi reaksi negatif demikian pula larutan kanji.ALAT-ALAT :1. 2 tabung reaksi.2. Pipet tetes.3. Alat pemanas.BAHAN :1. Urine mahasiswa.2. Urine patologis.REAGENT :1. Larutan benedictCARA KERJA :1. Masukkan 2,5 ml larutan benedict ke dalam masing-masing tabung reaksi.2. Tambahkan 4-8 tetes larutan yang akan diperiksa (urin normal dan patologis).3. Campur dengan baik.4. Panaskan sampai mendidih, kemudian dinginkan.5. Catat warna yang terjadi.HASIL :Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasi sebagai berikut :1. Tabung reaksi 1 menggunakan urine mahasiswa berwarna biru (negatif).2. Tabung reaksi 2 menggunakan urine patologis berwarna merah bata (positif 4).KESIMPULANDari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa urine mahasiswa tidak mengandung glukosa sedangkan urine patologis mengandung glukosa itu dibuktikan dari adanya kuproksida pada urine patologis sehingga berwarna merah bata yang berarti positif 4 (+4).