praktikum kimia anorganik 1 laporan halogen
TRANSCRIPT
I. Nomor Percobaan : 4
II. Judul Percobaan : Halogen
III. Tujuan percobaan : Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami sifat oksidator halogen
Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu membuat air klor dan air brom.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi klorine, bromine,
iodine dalam pelarut CCl4.
c. Mengidentifikasi daya oksidasi klorine, bromine, dan
iodine.
IV. Dasar Teori :
Halogen merupakan golongan yang berada pada golongan VIIA. Halogen berasal
dari bahasa yunani, “Halos” yang artinya garam dan “Genes” yang artinya
pembentuk. Halogen sebagai pembentuk garam. Unsur-unsur pembentuk garam
tersebut terdiri dari Flourin (F), Klorin (Cl), Bromin (Br), Yodium (I), Astatin (At) dan
unsur Ununseptium (Uus) yang belum ditemukan. Golongan halogen merupakan
golongan non-logam yang sangat reaktif menangkap electron (oksidator). Pada
umumnya golongan halogen menangkap satu elektron untuk memenuhi kulit
terluarnya. Halogen tidak mungkin ada dalam keadaan bebas di alam karena
kereaktifannya sangat tinggi. Pada umumnya Halogen ditemukan di alam dalam
bentuk senyawa garam-garamnya.
1. Sifat Fisik Halogen
Sifat fisik Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin
Wujud zat Gas Gas Cair Padat Padat
Warna KuningMuda
HijauKekuningan
MerahKecoklatan
Ungu -
Titik didih -188,14oC -34,6oC 58,78oC 184,35oC 337oC
Titik beku -219,62oC -100,98oC -7,25oC 113,5oC 302oC
Kerapatan(g/cm3)
1,1 1,5 3,0 5,0 -
Kelarutan dalam air
(g/Lair)
Bereaksi 20 42 3 -
2. Sifat Kimia Halogen
Sifat kimia Flourin Klorin Bromin Iodin Astatin
Massa atom 19 35,5 80 127 210
Jari-jari atom (pm) 72 99 115 133 155
Jari-jari ion X- 136 180 195 216 -
Keelektronegatifan 4,0 3,0 2,8 2,5 2,2
Energi ionisasi 1680 1260 1140 1010 -
3. Sifat Asam Halogen
Sifat asam yang dapat dibentuk dari unsur halogen, yaitu: asam halida, dan
oksilhalida.
a. Asam halida (HX)
Asam halida terdiri dari asam fluorida (HF), asam klorida (HCl), asam bromida
(HBr), dan asam iodida (HI). Kekuatan asam halida bergantung pada kekuatan
ikatan antara HX atau kemudahan senyawa halida untuk memutuskan ikatan antara
HX. Dalam golongan VII A, semakin keatas ikatan antara atom HX semakin kuat.
Urutan kekuatan asam: HF < HCl < HBr < HI
Titik didih dipengaruhi oleh massa atom relative (Mr) dan ikatan antar molekul:
Semakin besar Mr maka titik didih semakin tinggi.
Semakin kuat ikatan antarmolekul maka titik didih semakin tinggi.
Pengurutan titik didih asam halida HF > HI > HBr > HCl
Pada senyawa HF, walaupun memiliki Mr terkecil tetapi memiliki ikatan antar
molekul yang sangat kuat “ikatan hidrogen” sehingga titik didihnya paling tinggi.
b. Asam Oksihalida
Asam oksihalida adalah asam yang mengandung oksigen. Halogennya memiliki
bilangan oksidasi ( +1,+3, dan +7 ) untuk Cl,Br,I karena oksigen lebih
elektronegatifan. Pembentukannya :
X2O + H2O 2HXO
X2O3 + H2O 2HXO2
X2O5 + H2O 2HXO3
X2O7 + H2O 2HXO4
Biloks
Halogen
Oksida
Halogen
Asam
Oksil
Halida
Asam
Oksil
Klorida
Asam
Oksil
Bromida
Asam
Oksiliodida
Penamaan
+1 X2O HXO HClO HBrO HIO Asam
Hipohalit
+3 X2O3 HXO2 HClO2 HBrO2 HIO2 Asam Halit
+5 X2O5 HXO3 HClO3 HBrO3 HIO3 Asam
Halat
+7 X2O7 HXO4 HClO4 HBrO4 HIO4 Asam
Perhalat
4. Kekuatan Asam
Semakin banyak atom oksigen pada asam oksilhalida maka sifat asam akan
semakin kuat. Hal tersebut akibat atom O disekitar Cl yang menyebabkan O pada O-H
sangat polar sehingga ion H+ mudah lepas. Urutan kekuatan asam oksilhalida:
HClO > HBrO > HIO
Asam terkuat dalam asam oksil halida adalah senyawa HClO4 (asam perklorat).
5. Daya Pengoksidasi
Data potensial reduksi:
F2 + 2e- 2F- Eo= +2,87 Volt
Cl2 + 2e- 2Cl- Eo= +1,36 Volt
Br2 + 2e- 2Br- Eo= +1,06 Volt
I2 + 2e- 2I- Eo= +0,54 Volt
Potensial reduksi F2 paling besar sehingga akn mudah mengalami reduksi dan disebut
oksidator terkuat. Sedangkan terlemah adalah I2 karena memiliki potensial reduksi
terkecil.
Sifat oksidator: F2 > Cl2 > Br2 > I2
Sifat reduktor : I- > Br- > Cl- > F-
Reduktor terkuat akan mudah mengalami oksidasi mudah melepas elektron ion iodida
paling mudah melepas electron sehingga bertindak sebagai reduktor kuat.
6. Kekuatan Oksidator
Seperti telah diuraikan bahwa daya reduksi halogen dari fluorin ke iodine makin
berkurang. Apabila direaksikan, halogen yang lebih kuat daya reduksinya dapat
mengusir atau mendesak halida yang lebih lemah dari senyawanya.
Dari atas ke bawah daya reduksi halogen berkurang. Halogen yang lebih aktif atau
yang berada di atas dapat mengusir atau mendesak halida yang berada dibawah
senyawanya. Fluorin dapat mendesak klorida, bromide, dan iodide. Klorin dapat
mendesak bromide dan iodide. Bromida dapat mendesak iodide. Reaksi sebaliknya
tidak berlangsung.
Contoh:
F2(g) + 2NaCl(aq) 2NaF(aq) + Cl2(g)
Reaksi tersebut dapat juga ditulis sebagai berikut.
F2(g) + 2Cl-(aq) 2F-(aq) + Cl2(g)
Reaksi sebaliknya
Cl2(g) + F-(aq) tidak berlangsung
7. Keistiewaan Flour
Untuk halogen yang satu ini kita bisa menemukan keistimewaan daripada halogen
yang lainnya. Beberapa keistimewaan itu antara lain:
HF (Hidrogen Flour) termasuk dalam asam lemah (tidak terionisasi sempurna)
padahal hidrogen halida yang lain adalah asam kuat.
Flour memiliki ukuran atom yang kecil sehingga sangat reaktif menangkap
elektron atau merupakan oksidator yang kuat. Selain itu flour mempunyai energi
hidrasi yang besar. Flour dalam hidrogen flourida mempunyai sifat suka menarik
proton sehingga menimbulkan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen ini hanya dimiliki
Nitrogen, Oksigen, dan Flour saja. Jadi halogen lain tidak memiliki itu. Hal ini juga
yang menyebabkan titik didih hidrogen flourida lebih tinggi ketimbang hidrogen
halida yang lain.
8. Kegunaan Halogen
Fluorin
1. Asam flourida digunakan untuk mengukir (mengetsa) gelas.
Reaksi : CaSiO3 + 8HF –> H2SiF6 + CaF2 + 3H2O
2. Natrium heksafluoroksilikat ( Na2SiF6 ) digunakan untuk bahan campuran pasta
gigi.
3. Natrium fluorida ( NaF ) untuk mengawetkan kayu.
4. Belerang hexafluorida ( SF6 ) sebagai insulator.
5. Kriolit ( Na3AlF6 ) sebagai bahan pelarut dalam pengolahan bahan alumunium.
6. Freon-12 ( CF2Cl2 ) sebagai zat pendingin pada kulkas dan AC.
7. Teflon digunakan sebagai pada peralatan mesin.
Klorin
1. Asam klorida ( HCl ) digunakan pada industri logam. Untuk mengekstrasi logam
tersebut.
2. Natrium klorida ( NaCl ) digunakan sebagai garam dapur.
3. Kalium klorida ( KCl ) sebagai pupuk tanaman.
4. Amoniumklorida ( NH4Cl ) sebagai bahan pengisi batu baterai.
5. Natrium hipoklorit ( NaClO ) digunakan sebagai pengelontang (breaching agent)
untuk kain dan kertas.
ClO + zat pewarna ? Cl- + zat tak berwarna
6. CaOCl2/( Ca2+ )( Cl- )( ClO- ) sebagai serbuk pengelontang atau kapur klor.
7. Kalsium hipoklorit ([Ca( OCl2 )2 ] sebagai zat disenfekton pada air ledeng.
8. Kalium klorat (KCl) bahan pembuat mercon dan korek api.
9. Seng klorida (ZnCl2) sebagai bahan pematri (solder).
Bromin
1. Natrium bromide (NaBr)sebagai obat penenang saraf
2. Perak bromide(AgBr)disuspensikan dalam gelatin untuk film fotografi
3. Metil bromide(CH3Br)zat pemadam kebakaran
4. Etilen dibromida(C2H4Br2)ditambahkan pada bensin untuk mengubah Pb
menjadi PbBr2.
Iodin
1. Sebagai obat antiseptic
2. Mengidentifikasi amilum
3. Kalium Iodat(KIO3)ditambahkan pada garam dapur
4. Iodoform(CHI3)merupakan zat organic
5. Perak Iodida(AgI)digunakan dalam film fotografi.
Unsur-unsur halogen mempunyai konfigurasi elektron ns2 np5 dan merupakan
unsur-unsur yang paling elektronegatif, oleh karena itu selalu mempunyai bilangan
oksidasi (-1), kecuali fluor yang selalu univalen, unsur-unsur ini dapat juga
mempunyai bilangan oksidasi (+1), (+III), (+V) dan (+VII). Bilangan oksidasi (+IV)
dan (+VI) merupakan anomali, terdapat dalam oksida ClO2, Cl2O6, dan BrO3.(1)
Kecenderungan kuat dari atom F dan Cl untuk menarik elektron mengakibatkan
bentuk yang sering ditemukan di alam adalah bentuk ion F- dan Cl-, serta kesulitan
dalam pembuatan unsur murni dari bentuk ionnya.
Kenaikan titik didih dan leleh dengan bertambahnya nomor atom, dijelaskan
dengan fakta bahwa molekul-molekul yang lebih besar mempunyai gaya tarik menarik
Van der waals yang lebih besar daripada yang mempunyai molekul-molekul yang
lebih kecil. Karena kelektronegatifan halogen relatif lebih besar dibandingkan unsur
lain, maka halogen bersifat menarik elektron atau pengoksidasi. Kemampuan
mengoksidasi halogen berkurang dari atas ke bawah. Akibatnya unsur yang di atas
dapat mengoksidasi unsur yang berada dibawahnya, tetapi tidak sebaliknya.
Dengan perkecualian He, Ne dan Ar, semua unsur dalam tabel berkala membentuk
halida. Halida ionik atau kovalen adalah senyawaan umum yang paling penting.
Mereka sering paling mudah dibuat dan digunakan secara meluas bagi sintesis
senyawa lain. Dalam hal suatu unsur mempunyai lebih dari satu valensi, halida
seringkali dikenal sebagai senyawaan tingkat oksidasi. Terdapat juga kimiawi
senyawaan halogen organik yang luas dan beragam, senyawaaan fluor, teristimewa
dalam hal F menggantikan H secara sempurna yang memilki sifat-sifat khusus.
Fluorin memiliki potensial reduksi tertinggi (E = +2.87 V) dan kekuatan oksidasi
tertinggi di anatara molekul halogen. Flourin juga merupakan unsur non logam yang
paling reaktif. Karena air akan dioksidasi oleh F2 pada potensial yang jauh lebih
rendah (+1.23 V) gas flourin tidak dapat dihasilkan dengan elektrolisis larutan dalam
air senyawa flourin. Karena itu, diperlukan waktu yang panjang sebelum unsur flourin
dapat diisolasi, dan F. F. H. Moisson akhirnya dapat mengisolasinya dengan
elektrolisis KF dalam HF cair. Sampai kini flourin masih dihasilkan dengan reaksi ini.
Khlorin yang sangat penting dalam industri kimia anorganik dihasilkan bersama
dengan natrium hidroksida. Reaksi dasar untuk produksi khlorin adalah elektrolisis
larutan NaCl dalam air dengan proses pertukaran ion. Dalam proses ini gas khlorin
dihasilkan dalam sel di anoda dan Na+.
Bromin didapatkan dengan oksidasi Br- dengan gas khlorin dalam air garam. Mirip
dengan itu, iodin dihasilkan dengan melewatkan gas khlorin melalui air garam yang
mengandung ion I-. Karena gas alam yang didapatkan di Jepang ada bersama di bawah
tanah dengan air garam yang mengandung I-, Jepang adalah negara utama penghasil
iodin.
V. Alat dan Bahan :
Alat:
1. Tabung Reaksi 6. Gelas Kimis
2. Rak Tabung Reaksi 7. Gelas Ukur
3. Pipa Bengkok 8. Neraca Analitik
4. Pipet Tetes 9. Penjepit Kayu
5. Spatula 10. Kaca Arloji
Bahan:
1. Padatan NaCl dan MnO2 6. Larutan I2 (0,05 gram I2 dalam 100ml etanol)
2. Larutan Amilum 7. Air Bromine (0,5 ml Br2 dalam 100ml air)
3. Larutan KI 0,1 M 8. Asam Sulfat Pekat
4. Larutan KBr 0,1 M 9. Indicator Universal
5. Larutan AgNO3 0,1 M 10. CCl4
VI. Prosedur Percobaan :
1. Buatlah gas X dari air (klorin) dengan cara:
Campurkan 1 gram NaCl dan 1 gram MnO2 di dalam tabung uji reaksi, tambahkan
H2SO4 pekat sebanyak 2 mL dan alirkan gas yang terjadi ke dalam tabung uji reaksi
lain (A-C) selama 1 menit untuk masing-masing tabung hingga nampak
kemungkinan adanya perubahan (kerjakan dalam lemari asam). Tabung uji reaksi
A, B, dan C masing-masing berisi aquadest 5 mL, larutan KI 2 mL, larutan KBr 2
mL. Tutup tabung A-C dengan sumbat setelah dialiri gas tersebut.
2. Uji terhadap larutan A (air klorin Y)
a. Masukkan sepotong kecil indikator universal ke dalam larutan A.
b. Masukkan 5 tetes larutan AgNO3 ke dalam tabung uji reaksi kemudian
tambahkan 5 tetes larutan A dan amati perubahan yang terjadi.
c. Kedalam larutan 1-2 mL CCl4 masukkan 10 tetes larutan A, kemudian kocok
campuran ini cukup kuat.
d. Kedalam larutan 1 mL KI tambahkan 10 tetes larutan A, amati dan kemudian
tambahkan 1-2 tetes amilum. Ulangi perlakuan ini tetapi sebagai ganti amilum
yaitu penambahan 2 mL CCl4 dan dikocok.
e. Kedalam larutan 1 mL KBr, tambahkan 10 tetes larutan A kemudian 2 mL CCl4
dan dikocok.
3. Uji hasil larutan B setelah dialiri gas X, lakukan hal yang sama seperti pada (2d)
dan bandingkan hasilnya.
4. Uji hasil larutan C setelah dialiri gas X, lakukan hal yang sama seperti pada (2e) dan
bandingkan hasilnya.
VII. Hasil Pengamatan :
No Perlakuan Hasil Pengamatan1. Serbuk NaCl + MnO2 +
H2SO4 Pekat
Dialirkan ke dalam air (A)
Dialirkan ke dalam KI (B)
Dialirkan ke dalam KBr (C)
Terbentuk larutan berwarna abu-abu kehitaman dan terdapat gelembung air pada dinding tabung serta menghasilkan uap tak berwarna.
Larutan tetap berwarna bening, dan terdapat uap pada dinding tabung.
Larutan menjadi berwarna kuning dan terdapat uap pada dinding tabung.
Larutan tetap berwarna bening dan terdapat uap pada dinding tabung.
2. Larutan A + Indikator universal
Larutan A + AgNO3
Larutan A + CCl4
Menggunakan indikator universal untuk mengukur pH dari larutan A dan didapatkan pH bernilai 5 yang menunjukan bahwa larutan A bersifat asam.
Larutan menjadi berwarna putih keruh.
Larutan A + KI + Amilum
Larutan A + KI + CCl4
Larutan A + KBr + CCl4
Larutan seperti berminyak dan terdapat gelembung air pada dinding tabung.Larutan tetap bening.
Larutan menjadi berwarna bening dan tidak saling bercampur. Batas antara 2 larutan itu berbentuk cekung.
Larutan tidak saling bercampur, pada bagian atas berwarna bening dan pada bagian bawah berwarna putih keruh seperti gel.
3. Larutan B + KI + Amilum
Larutan B + KI + CCl4
Larutan menjadi berwarna kuning muda.
Larutan tidak saling bercampur, pada bagian atas berwarna kuning dan pada bagian bawah berwarna pink seperti gel.
4. Larutan C + KBr + CCl4 Larutan menjadi berwarna bening dan tidak saling bercampur. Batas antara 2 larutan itu berbentuk cembung.
VIII. Persamaan Reaksi :
1. NaCl Na+ + Cl-
MnO2(aq) + 2H2SO4(aq) + Cl- Mn2+ + Cl2(g) + 2SO42- + 2H2O(g)
a. Cl2(g) + H2O(l) OCl-(aq) + 2H+
(g) + Cl-(aq)
b. Cl2(g) + 2KI(aq) 2KCl + I2
c. Cl2(g) + 2KBr(aq) 2KCl + Br2
2. OCl-(aq) + Cl-
(aq)+ Indikator Universal pH = 5
a. 2Cl-(aq) + AgNO3(aq) AgCl2(s) + NO3
-
b. 2Cl-(aq) + CCl4(aq) ≠
c. 2Cl-(aq) + 2KI(aq) + amilum 2KCl(aq) + I2 + amilum
d. 2Cl-(aq) + 2KI(aq) + CCl4(aq) 2KCl(aq) + I2 + CCl4(aq)
e. 2Cl-(aq) + 2KBr(aq) + CCl4(aq) 2KCl(aq) + Br2 + CCl4(aq
3. 2KCl + I2 + 2KI(aq) + amilum 2KCl + 4KI(aq) + amilum
2KCl + I2 + 2KI(aq) + CCl4(aq) 2KCl + 4KI(aq) + CCl4(aq)
4. 2KCl2(g) + Br2(aq) + 2KBr(aq) + CCl4(aq) 4KCl + 2Br2 + CCl4(aq)
IX. Pembahasan :
Pada percobaan pertama yaitu serbuk NaCl berwarna putih ditambah dengan
serbuk MnO2 berwarna hitam kemudian ditetesi dengan larutan H2SO4 pekat
berwarna bening menjadi larutan berwarna abu-abu kehitaman dan menghasilkan
gelembung air disertai uap tak berwarna (Gas X). Gas X yang dihasilkan tersebut
kemudian dialirkan kedalam air ± 1 menit kemudian ditutup dengan sumbat. Hasil
pengamatan yang didapat pada air tersebut yaitu tidak terjadi perubahan warna dan
terdapat uap air pada dinding tabung. Dibuat kembali larutan dari serbuk NaCl
berwarna putih ditambah dengan serbuk MnO2 berwarna hitam kemudian ditetesi
dengan larutan H2SO4 pekat berwarna bening dan didapatkan hasil yang sama dengan
pembuatan pertama. Gas X yang dihasilkan kemudian dialirkan kedalam larutan KI
selama ± 1 menit kemudian ditutup dengan sumbat. Hasil pengamatan yang didapat
yaitu larutan menjadi berwarna kuning dan terdapat uap pada dinding tabung. Dibuat
kembali larutan dari serbuk NaCl berwarna putih ditambah dengan serbuk MnO2
berwarna hitam kemudian ditetesi dengan larutan H2SO4 pekat berwarna bening dan
didapatkan hasil yang sama dengan pembuatan pertama dan kedua. Gas X yang
dihasilkan dialirkan kedalam larutan KBr selama ± 1 menit kemudian ditutup dengan
sumbat. Hasil pengamatan yang didapat yaitu tidak terjadi perubahan warna dan
terdapat uap pada dinding tabung.
Percobaan selanjutnya yaitu menggunakan air yang telah dialiri dengan gas X
sebagai bahan utama yang akan diuji. Langkah pertama yaitu mengukur pH air yang
telah dialiri dengan gas X menggunakan indicator universal dan didapatkan pH
bernilai 5. Kemudian 5 tetes air yang telah dialiri gas X ditambah dengan 5 tetes
AgNO3 berwarna putih keruh menjadi larutan berwarna putih keruh. Selanjutnya
2mL larutan CCl4 berwarna bening ditambah dengan 10 tetes air yang telah dialiri
gas X lalu dikocok kuat-kuat menjadi seperti larutan berminyak, terdapat gelembung
air seperti minyak pada dinding tabung, dan tidak terjadi perubahan warna. Larutan
KI sebanyak 1 ml diberi 10 tetes larutan air yang telah dialiri gas X dan larutan tetap
bening kemudian ditambahkan amilum, larutan tetap berwarna bening dan tidak
nampak perubahan lain. Larutan KI sebanyak 1 ml diberi 10 tetes larutan air yang
telah dialiri gas X dan larutan tetap bening kemudian ditambahkan CCl4 dan dikocok
kuat-kuat menghasilkan larutan yang tetap bening dan tidak saling bercampur, batas
antar larutan berbentu cekung. 1 mL KBr ditambah 10 tetes air yang telah dialiri gas
X dan ditambah 2 mL CCl4 menghasilkan larutan yang tetap berwarna bening dan
tidak saling bercampur, pada bagian bawah berwarna putih keruh berbentuk seperti
gel.
Percobaan ini menggunakan Larutan KI yang telah dialiri gas X sebagai bahan
utama yang akan diuji. Pada percobaan pertama yaitu 2 mL larutan KI ditambah 10
tetes larutan KI yang telah dialiri gas X dan ditambah 2 tetes amilum menghasilkan
larutan berwarna kuning muda. 2 mL larutan KI ditambah 10 tetes larutan KI yang
telah dialiri gas X dan ditambah 2 mL CCl4 dan dikocok kuat-kuat menjadi larutan
yang tidak saling bercampur dengan bagian atas berwarna kuning dan bagian bawah
berwarna putih seperti gel.
Percobaan terakhir yaitu 1 mL KBr ditambah dengan 10 tetes larutan KBr yang
telah dialiri gas X dan 2 mL CCl4 menjadi larutan yang tidak saling bercampur yang
tetap bening dan batas antara 2 larutan berbentuk cembung.
Pengkuran pH menggunakan indikator universal terhadap air yang telah dialiri gas
X menunjukan nilai pH sebesar 5. Hal ini sesuai karena penambahan H2SO4 pekat
terhadap NaCl dan MnO2 menghasilkan gas X yang bersifat asam.
Terbentuknya 2 lapisan larutan saat ditambahkan larutan CCl4, disebabkan karena
adanya perbedaan sifat kepolaran antara CCl4 dan campuran larutan yang ada pada
setiap tabung reaksi tersebut, dimana CCl4 merupakan senyawa yang bersifat
nonpolar yang disebabkan tidak adanya elektron bebas dalam molekulnya, sehingga
tidak dapat dilarutkan oleh campuran yang ada dalam setiap tabung reaksi yang
sifatnya polar. Hal ini sesuai dengan yang ada pada dasar teori bahwa suatu larutan
akan larut jika dilarutkan ke dalam pelarut yang sifatnya sama, yang berarti bahwa
senyawa yang bersifat non polar akan dapat larut pada senyawa yang bersifat non
polar juga. Dalam percobaan ini diketahui iodin memiliki tingkat kepolaran yang
begitu rendah sehingga sebagian dari unsur ini dapat bereaksi dengan kloroform dan
juga diketahui bahwa fungsi AgNO3 yang digunakan adalah untuk mengendapkan
unsur-unsur halogen.
Dari hasil di atas dapat terlihat bahwa tingkat kelarutan dari unsur halogen
semakin ke bawan semakin kecil (F>Cl>Br>I) hal ini sesuai dengan keterangan data
pada tabel sistem periodik bahwa dari atas ke bawah unsur-unsur halogen semakin
reaktif. Diketahui bahwa halogen cenderung larut dalam pelarut-pelarut organik
karena gaya tarik menarik antar molekul yang baru terbentuk memiliki kekuatan
yang sama dengan kekuatan ikatan yang diputus dalam halogen dan pelarut. Selain
itu kelarutan juga ditentukan oleh kekuatan ikatan, dimana kekuatan ikatan dari
unsur halogen semakin berkurang dari atas ke bawah. Agar zat lain bisa bereaksi
dengan halogenalkana, maka ikatan karbon-halogen harus diputus. Karena
pemutusan semakin mudah dilakukan semakin ke bawah (mulai dari fluorin sampai
iodin), maka senyawa-senyawa semakin ke bawah golongan halogen akan semakin
reaktif. Kelarutan juga dipengaruhi oleh polaritas ikatan, dimana dari keempat
halogen fluorin-lah yang merupakan unsur yang paling elektronegatif sedangkan
iodin mempunyai sifat yang paling tidak elektronegatif.
X. Kesimpulan :
Bromin didapatkan dengan oksidasi Br- dengan gas khlorin dalam air garam.
Iodin dihasilkan dengan melewatkan gas khlorin melalui air garam yang
mengandung ion I-.
Daya oksidasi halogen dari clorine ke bromine makin berkurang begitu juga
dari bromine ke iodine yang ditandai dengan adanya perubahan warna larutan.
Adanya perbedaan sifat kepolaran antara CCl4 dan campuran larutan yang
ada pada setiap tabung reaksi tersebut, hal ini di tandai dengan tidak saling
bercampurnya kedua larutan dikarenakan larutan CCl4 merupakan senyawa yang
bersifat nonpolar yang disebabkan tidak adanya elektron bebas dalam molekulnya,
sehingga tidak dapat dilarutkan oleh campuran yang ada dalam setiap tabung
reaksi yang sifatnya polar.
Kelarutan unsur halogen cenderung semakin kecil F>Cl>Br>I karena
dipengaruhi oleh kekuatan ikatan dan polaritas ikatan.
Kekeruhan unsur halogen dari atas ke bawah dalam satu golongan cenderung
semakin besar F<Cl<Br<I, dengan menggunakan larutan AgNO3 sebagai
pengujinya pada percobaan ini.
Keelektronegatifan unsur halogen semakin ke bawah semakin berkurang,
sehingga tingkat kepolarannya juga semakin ke bawah semakin berkurang.
XI. Daftar Pustaka :
Hadeli. L, M. 2008. Buku Pedoman Praktikum Kimia Anorganik:
Univesitas Sriwijaya.
Oxtoby Gillis Nachtrieb.2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi Ke-4 jilid 2.
Jakarta.: PT. Erlangga.
Pudjaatmaka, A. Hadyana & L. Setiono. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan SemiMikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.
Sastro Hamidjojo, Hardjono.2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sensus, Mulya Setia. 2006. Kimia Untuk Kelas XII IPA. Jakarta : PT.
Intermedia Cipta Nusantara.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: PT.
Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik I. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Palu:
KIP Universitas Tadulako.