laporan praktikum kimia anorganik i efek ion

24
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I Disusun Oleh: Risna Ayu Fadilah 1113096000048 Kimia 3B PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: risna-ayu-fadilah

Post on 17-Jan-2016

1.707 views

Category:

Documents


266 download

DESCRIPTION

Praktikum Kimia Anorganik

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

Disusun Oleh:

Risna Ayu Fadilah

1113096000048

Kimia 3B

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

Hari, Tanggal: Kamis, 28 November 2014

Judul Percobaan: Efek Ion Bersamaan

I. PENDAHULUAN

I.I Dasar Teori

Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut, tejadi keseimbangan antara

garam yang tidak larut dengan ion-ionnya. Misalkan garam AB merupakan garam

sukar larut, maka dalam larutan jenuhnya akan terjadi keseimbangan:

AB(s) A+(l) + B-

(l)

Tetapan keseimbangan dari persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

K=[A+][B-]

[AB]

Harga tetapan Ksp dikenal sebagai tetapan hasil kali kelarutan. Jadi suatu garam sukar

larut dalam aquadest, jika dilarutkan dalam aquadest, sebagian kecil terurai menjadi

ion-ionnya. Proses peruraian ini akan berhenti setelah hasil kali kelarutan garam itu

sama dengan harga Ksp dari garam itu. Dalam percobaan ini akan ditinjau garam

kalsium oksalat CaC2O4 yang dilarutkan dalam aquadest. Konsentrasi ion oksalat

dapat ditentukan dengan cara titrasi larutan jenuh menggunakan larutan standar

kalium permanganat KMnO4.

Hasil Kali Kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh garam

yang sukar larut dalam air. Nilai Ksp untuk elektrolit sejenis semakin besar

menunjukkan semakin mudah larut. Sebuah atom atau molekul disebut ion, apabila

dari kondisi yang stabil atom atau molekul tersebut melepaskan atau menangkap

sebuah elektron. Ion diketemukan pertama kali oleh fisikawan Jerman, Julius Elster

dan Hans Friedrich Geitel pada tahun 1899. Ion dikatakan sebagai ion positif atau

negatif tergantung dari jumlah elektron dan proton yang dimilikinya. Ion negatif

adalah ion yang memiliki jumlah elektron lebih banyak dari jumlah proton, sedangkan

ion positif adalah sebaliknya.

Kelarutan(s) merupakan konsentrasi maksimum zat terlarut. Ketentuan yang

perlu diperhatikan :

2

Page 3: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

1.       Jika Harga [Ay+] x [Bx-] = Ksp AxBy, larutan tepat jenuh (tidak terjadi

pengendapan)

2.       Jika Harga [Ay+]x [Bx-]y < Ksp AxBy,  larutan belum jenuh (tidak terjadi

pengendapan)

3.       Jika Harga [Ay+] [Bx-]y  > Ksp AxBy, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan)

Adapun penambahan ion senama (sejenis) pada pelarut akan memperkecil

kelarutan. Penambahan tersebut menggeser kesetimbangan kekiri (sesuai prinsip Le

Chatelier) Kelarutan suatu elektrolit juga mempengaruhi oleh pH larutan. Keberadaan

ion H+ akan mengikat anion sehingga anion dalam larutan berkurang. Berkurangnya

anion mengakibatkan lebih banyak garam yang larut (sesuai asas Le Chatelier).

I.II TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium

oksalat dan mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam

kalsium oksalat.

II. Metode Praktikum

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, labu ukur, buret,

labu erlenmeyer, kaca arloji, gelas ukur, dan batang pengaduk. Sedangkan

bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu H2C2O4.2H20, H2SO4, KMnO4,

CaC2O4, dan NaC2O4

o Prosedur Kerja

1. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M

0,63 gram asam oksalat ditimbang dan dilarutkan dalam labu ukur 100 ml,

kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Diambil 5 ml

larutan oksalat yang telah dibuat dan ditempatkan dalam labu erlenmeyer

100 ml, kemudian ditambahkan 2 ml H2SO4. Titrasi dilakukan dengan

KMnO4 yang akan distandarisasi sebanyak 3 kali. Lalu dihitung molaritas

rata-rata larutan standar KMnO4.

3

Page 4: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

2. Penentuan Konstanta Hasil Kali Kelarutan CaC2O4

Larutan jenuh CaC2O4 dibuat sebanyak 100 ml dengan cara menambah

sedikit demi sedikit CaC2O4 ke dalam 100 ml aquades sambil diaduk

sampai ada sedikit padatan ysng tidak larut. Buret disiapkan dengan

larutan standar KMnO4 0,02 M. Kemudian ambil 5 ml larutan jenuh

kalsium oksalat yang telah dibuat pada langkah 1 ke dalam labu

erlenmeyer dan dititrasi dengan larutan standar sampai titik ekivalen. Dari

data titrasi, ditentukan konstanta hasil kali kelarutan kalsium oksalat

dengan rumus: Ksp CaC2O4 = [C2O42-]2

3. Pengaruh [C2O42-]2 terhadap Kelarutan CaC2O4

Disiapkan 5 buah tabung reaksi besar yang bersih dan kering. Masing-

masing diisi dengan 10 ml larutan jenuh ditambah berturut-turut 2, 4, 6, 8,

dan 10 ml NaC2CO4 dan diaduk sampai terjadi pengendapan sempurna.

Diambil dengan hati-hati 5 ml supernatan (padatan jangan sampai

terambil) dari masing-masing larutan diencerkan dengan aquades sampai

10 ml kemudian masing-masing dititrasi dengan KMnO4 sampai titik

ekivalen. Dihitung kelarutan kalsium oksalat pada masing-masing

percobaan dan selanjutnya dibuat kurva hubungan antara kelarutan dengan

konsentrasi ion oksalat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan

Volume KMnO4

Percobaan 1: 2 ml dan 2,5 ml

Percobaan 2: 0,05 ml

Percobaan 3: 0,05 ml

Reaksi

KMnO4 + H2SO4 MnSO4 +K2SO4 + CO2 + H2O

MnO4 - + SO4 2- + C2O4 2- Mn2+ + SO4 2- + C02 + H2O

Red : MnO4 - + 8H+ + 5e- Mn2+ + 8H2O (x2)

Oks : C2O4 2- 2CO2 + 2e- (x1)

2MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 10CO2 + 16H2O

4

Page 5: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

2KMnO4 + 16 H+ + 5C2H2O4 2MnSO4 + K2SO4 + 10CO2 + 16H2O

Perhitungan

W asam Oksalat : 0,63 gr BE= 0,315 gr

V1 KmnO4 : 2 mL

V2 KmnO4 : 2,5 mL

V H2SO4 : 2 mL

V rata-rata = V 1 KMn O4+V 2 KMn O4

n

= 2ml+2,5 ml

2

= 2,25 mL = 0,00225 L

W H2C2O4 =

v H 2C2O 4

V pengenceranx BE H2C2O4

=5 mL

100 mL× 0,315 gr

= 0,01575 gr

Mol KmnO4 = M KmnO4 x V KmnO4

= 0,02 M x 0,00225 L

= 0,000045 mol

M asam oksalat = W

BM x

1000V

= 0,315 gr

126x

1000100

= 0,025 M

Mol asam oksalat = M asam oksalat x V pengenceran H2C2O4

= 0,025 M x 0,1 L

5

Page 6: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

= 0,0025 mol

Mol KmnO4 bereaksi = W H 2C2O4

BM H 2C2O4

xmol KMnO4

mol H 2C2 O4

= 0,01575 gram126 gr /mol

x0,000045 mol

0,0025 mol

= 0,000125 mol x 0,018

= 0,00000225 mol = 2,25 x 10-6 mol

Mol KmnO4 = mol KMno4 bereksi

V KMnO4

= 0,00000225 mol

0,00225 L

= 0,001 M

Penentuan Konstanta Kelarutan

Ksp CaC2O4 = [Ca2+] [C2O42-]

= (0,05) (0,05)

= 0,0025

PEMBAHASAN

Percobaan ini merupakan percobaan mengenai efek ion bersamaan yang

bertujuan untuk menentukan nilai tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium oksalat

dan mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam kalsium

oksalat. Efek ion bersamaan merupakan suatu keadaan dimana apabila ditambahkan

ion senama kedalam suatu larutan maka kesetimbangan akan bergeser kekiri dan akan

membentuk endapan.

Ada dua uji yang dilakukan, yang pertama standarisasi larutan kalium

permanganate dan yang kedua penentuan konstanta hasil kali kelarutan kalsium

oksalat. Dari kedua percobaan terdapat perbedaan satu sama lain, pada uji yang

pertama sebelum dilakukan titrasi, terlebih dahulu ditambahkan asam sulfat,

sedangkan pada uji yang kedua tidak. Hal ini dikarenakan pada uji pertama diperlukan

asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi sedangkan pada uji

kedua tidak menggunakan asam sulfat dikarenakan kalsium oksalat sudah bersifat

asam sehingga tidak memerlukan katalis lagi untuk mempercepat terjadinya reaksi.

6

Page 7: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya asam oksalat

yang digunakan sebgai titer atau sampel, asam sulfat sebagai katalis atau yang

mempercepat terjadinya suatu reaksi dan kalium permanganan sebagai autoindikator,

karena memiliki fungsi selain sebagai larutan standar sekunder juga digunakan

sebagai indikator. Adapun cirri khas dari kalium permanganat diantaranya memiliki

warna ungu kehitaman. Hal ini dikarenakan pada kalium permanganat terdapat unsure

mangan yang mana merupakan salah satu unsure transisi. Warna yang dihasilkan

mangan dikarenakan terjadinya eksittasi electron pada unsure tersebut. Eksitasi

electron merupakan perpindahan energi dari tingkat rendah ketingkat yang tinggi dan

kemudian kembali lagi ketingkat energy rendah dengan memancarkan cahaya yang

berupa warna.

Pada percobaan kedua bahan yang digunakan berupa kalsium oksalat, yang

mana kalsium oksalat tersebut dapat diganikan dengan natrium oksalat. Hal tersebut

dapat dilakukan, dikarenakan keduanya merupakan golongan alkali dan sama-sama

berada pada orbital atau blos s.

Titrasi yang digunakan pada percobaan ini meruapakan titrasi

permanganometri. Titrasi permanganometri dapat didefinisikan sebagai suatu metode

penentuan kadar suatu zat dengan menggunakan kalium permanganate sebagai larutan

standar sekunder sekaligus indikator. Pada saat standarisasi dilakukan titrasi secara

duplo. Volume KMnO4 yang digunakan pertama yaitu 2 ml, dan yang kedua 2,5 ml

dengan rata-rata 2,25 ml. Pada langkah kedua yaitu penentuan hasil kali kelarutan

CaC2O4 volume KMnO4 yang digunakan yaitu 0,05 ml, begitu juga dengan percobaan

3 yaitu pengaruh [C2O42-]2 terhadap Kelarutan CaC2O4 volume KMnO4 yang

digunakan juga 0,05 ml.

Kelarutan merupakan jumlah maksium zat terlarut yang dapat larut dalam

suatu pelarut. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi suatu kelarutan diantaranya

suhu, tekanan, konsentrasi, ion senama, ion asing, pengadukan, jenis zat, luas

permukaan dan tetapan dielektrik. Hasil kali kelarutan meruapakan hasil kali

konsentrasi ion-ion berppangkat koefisiennya. Suatu larutan dikatakan larutan jenuh

apabila hasil kali kelarutannya sama dengan hasil kali ion-ionnya sedangkan larutan

belum jenuh atau larutan encer erupakan suatu larutan yang apabila hasil kali

kelarutannya lebih besar dibandingkan hasil kali ion-ionnya dan larutan lewat jenuh

merupakan suatu larutan yang apabila hasil kali kelarutannya lebih kecil dibandingkan

hasil kali konsentrasinya.

7

Page 8: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

Adapun analisa yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya analisa

kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif merupakan suatu analisa yang

berdasarkan alat indra sedangkan analisa kuantitatif merupakan suatu analisa yang

berdasarkan perhitungan. Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan Ksp dari

CaC2O4 yaitu 0,0025.

IV. KESIMPULAN

o Kalium permanganat berfungsi sebagai autoindikator, yang mana selain

bertindak sebagai larutan standar sekunder juga digunakan sebagai indikator.

o Penambahan ion senama kedalam suatu larutan akan mengakibatkan

kesetibangan bergeser kekiri dan akan membentuk endapan.

o Nilai Ksp dari CaC2O4 yaitu 0,0025

V. DAFTAR PUSTAKA

o Bahan ajar.2008. penambahan ion senama(http://kimia.upi.edu/utama/

bahanajar/ kuliah_web/2008/ 20(060294)/.html)

o Chang Raymond. 2003. Kimia Dasar jilid 2. Jakarta: Erlangga

o Hollic. 2012. Pengaruh ion senama

(http://chemistryhollic.com/2012/12/07pengaruh- ion-senama.html/)

8

Page 9: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

Hari, tanggal: Kamis-Jumat, 28-29 November 2014

Judul Percobaan: Stoikiometri Reaksi Logam Dengan Garam

I. Pendahuluan

I.I DasarTeori

Reaksi kimia pada hakekatnya merupakan proses yan melibatkan perubahan

struktur, komposisi, dan energi setiap spesies yang berperan serta dalam skala

molekuler, bahkan kadang-kadang atomik. Stoikiometri merupakan salah satu

cabang ilmu kimia yang mempelajari berbagai aspek kesetaraan massa antar zat

yang terlibat dalam reaksi kimia, baik dalam skala molekuker maupun

eksperimental. Pengetahuan tentang kesetaraan massa antar zat yang bereaksi

merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep

mol diperlukan untuk mengkonversi kesetaraan massa antar zat dari skala

molekuler ke dalam laboratorium.

Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari

berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam

reaksi kimia baik secara molekuler maupun secara eksperimental. Pengetahuan

kesetaraan massa antara zat yang bereakasi merupakan dasar penyelesaian

hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan untuk

mengkonversikan kesetaraan massa antara zat dari skala molekuler ke skala

eksperimental dalam laboratorium.

Sebagai contoh dapat ditemukan dengan mengetahui stoikiometri reaksi

dalam proses analisa volumetri, data hasil titrasi dapat digunakan untuk

menghitung konsentrasi suatu senyawa yang terlibat dalam proses itu.

Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam

tembaga dengan larutan besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisa hasil

secara volumetri. Secara teoritis ion tembaga monovalen dan ion tembaga bivalen

merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam tembaga dalam reaksi

ini. Dengan memenfaatkan harga potensial elektroda standart untuk setiap spesies

dapat diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki

kemungkinan lebih tinggi untuk terbentuk dalam reaksi dua spesies itu.

9

Page 10: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

Banyak logam tersusun rapat. Selama atom mempunyai kecenderungan

lemah terhadap kovalensinya, akan mempunyai karakter yang lemah terhadap

ikatannya dan memperoleh bilangan yang maksimal akibat dari susunan yang

rapat bahwa logam mempunyai kerapatan yang tinggi. Unsur-unsur yang berada

pada blok d, dekat Ir dan Os yang mengandung padatan yang rapat.

Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga

dengan larutan garam besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisahasil

reaksi secara volumetrik. Secara teoritis, ion tembaga monovalen Cu+ dan ion

tembaga bivalen Cu2+ merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam

tembaga dalam reaksi ini. Dengan memanfaatkan harga potensial elektroda dapat

diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki kemungkinan

lebih besar untuk terbentuk.

Reaksi antara logam Cu dengan larutan Fe3+ dapat diperkirakan berlangsung

menurut persamaan reaksi berikut:

Cu + Fe3+ Fe2+ + Cu+ (1)

Cu + 2 Fe3+ 2 Fe2+ + Cu+ (2)

Reaksi yang terjadi dapat diketahui dari harga perbandingan jumlah mol ion Fe3+

yang bereaksi dengan loam yang terpakai. Jika harga perbandingan jumlah mol itu

digunakan simbol r maka diperoleh rumus:

r=mol Fe 2+ yang bereaksimol Cu yang terpakai

Harga r berkisar antara 1-2. Jika reaksi yang terjadi hanya reaksi (1) maka r=1 dan

r=2 apabila reaksi yang terjadi hanya reaksi (2).

I.II Tujuan

Mempelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi

(III)

Meramalkan ion tembaga yang dihasilkan

II. Metode Praktikum

Alat dan Bahan

10

Page 11: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, kaca arloji,

labu ukur, pipet gondok, buret, labu erlenmeyer, 1 set pemanas. Sedangkan

bahan yang digunakan yaitu Lapisan tembaga pada bekas kabel, H2SO4,

KMnO4, Fe(NH4)(SO4)2, H2C2O4.2H2O.

Prosedur Kerja

1. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M

Ditimbang 0,63 gram asam oksalat H2C2O4.2H2O dan dilarutkan dalam

labu ukur 100 ml, kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda

batas. 5 ml larutan asam oksalat diambil dan ditempatkan dalam labu

erlenmeyer 100 ml, ditambahlan 20 ml H2SO4 2,5 M dan dititrasi

dengan larutan standar KMnO4 yang akan distandarisasi dalam buret.

Titrasi dilakukan secara triplo dan dihitung molaritas rata-rata larutan

standar KMnO4.

2. Stoikiometri reaksi logam Cu dengan larutan Fe(III)

Ditimbang 0,2 gram tembaga dalam breaker glass/kaca arloji kecil

yang telah diketahui beratnya. Ke dalam gelas kimia 250 ml

dimasukkan 30 ml larutan besi (III) 0,2 M dan 15 ml larutan asam

sulfat 2,5 M. Dimasukkan dengan hati-hati gelas aroi kecil yang telah

berisi tembaga ke dalam gelas kimia yang berisi larutan besi (III).

Diusahakan semua tembaga masuk ke dalam larutan. Gelas kimia

ditutup dengan gelas arloji besar, kemudian dididihkan sampai semua

tembaga larut sempurna. Setelah reaksi berhenti, larutan didinginkan

dan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan sampai

tanda batas. Diambil sebanyak 25 ml larutan dengan pipet gondok,

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml, kemudian ion besi (III)

yang ada dalam larutan dititrasi dengan larutan standar KMnO4 0,02

M. Konsentrasi Fe2+ yang diasilkan dihitung dan dihitung pula

perbandingan jumlah mol r, dengan rumus:

r=mol Fe 2+ yang bereaksimol Cu yang terpakai

Dari hasil percobaan, ditentukan reaksi mana yang lebih mungkin

terjadi: reaksi (1) atau (2).

11

Page 12: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

III. Hasil dan Pembahasan

Reaksi

a. Standarisasi Larutan KMnO4

H2C2O4

b. Stoikiometri logam Cu dan garam

1. Volume Fe(III) dan Cu = 8,5 ml

Warna larutan = biru muda sekali

2. Volume KMnO4 pada saat standarisasi = 5,2 ml; 6,0 ml; 5,4 ml

Rata-rata = 5,53 ml

Warna akhir = ungu

3. Volume KMnO4 pada titrasi akhir =13,75 ml; 14,10 ml

Rata-rata = 13,925 ml

Warna akhir = ungu

Perhitungan

a. Standarisasi larutan KMnO4

w. asam oksalat = 0,63 gram

V. Pengenceran = 100 mL = 0,1 Liter

BM. Asam oksalat = 126 gr/mol

v. asam oksalat = 5 mL = 0,005 Liter

V. KMnO4 rata-rata = 5,53 mL = 0,00553 Liter

12

Page 13: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

M. asam oksalat =w .asam oksalat (gr)BM . asamoksalat ¿¿

¿ 0,63 gr126 gr /mol

×1000

100 mL

¿0,005 x10=0,05 M

n .asam oksalat=M .asam oksalat ×V . asam oksalat ( L)

¿0,05 ×0,005

¿0,00025

b. Stoikiometri reaksi Cu dengan Fe

W Cu = 0,2 gram

Bm. Cu = 63,5 gr/mol

M. KMnO4 = 0,02 M

V. Fe = 8,5 mL = 0,0085 Liter

V. KMnO4 = 13,925mL = 0,013925 Liter

n. Cu = W .Cu

BM .Cu

=0,2 gr

63,5 gr /mol=0,003

n. KMnO4 = M. KMnO4 . V. KMnO4

= 0,02 M x 0,013925 L

= 0,0002785

n. Fe2+ awal = 5/1 x n.KMnO4

= 5 x 0,0002785 = 0,0013925

n. Fe2+sisa = M x V. Fe

= 0,02 M x 0,0085

= 0,00017

n. Fe yang bereaksi = n. Fe2+ awal - n. Fe2+

sisa

= 0,0013925 – 0,00017

= 0,0012225

r = n. Fe2+yang bereaksi / n. Cu

= 0,0012225

0,003=0,4075

13

Page 14: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

Perbandingan

¿¿

¿ 2−0,40750,4075−1

= 1,6(−0,6)

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai stoikiometri reaksi

logam dengan garam. Dimana stoikiometri itu sendiri dapat didefinisikan sebagai

salah satu cabang ilmu mimia yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut

kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam reaksi kimia baik dalam skala

molecular maupun skala eksperimental.

Pada percobaan dilakukan titrasi. Dimana titrasi diartikan sebagai metode

yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan

menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasi. Pada saat proses titrasi

terdapat titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen terjadi apabila antara

titran dan titrat tepat bereaksi dan terjadi perubahan warna yang belum konstan.

Sedangkan titik akhir titrasi terjadi apabila antara titran dan titrat tepat habis

bereaksi dan terjadi perubahan warna yang konstan, dan titrasi harus dihentikan.

Dalam titrasi terdapat larutan yang dijadikan sebagai larutan standar

primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan

ynag mengandung zat padat murni yang konsentrasinya telah diketahui secara

tepat melalui metode gravimetric (perhitungan massa), dapat digunakan untuk

menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi

dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari

zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.

Dalam percobaan stoikiometri ini dilakukan titrasi berupa titrasi

permanganometri. Dinana titrasi permanganometri di definisikan sebagai titrasi

yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganate. Reaksi ini

difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara kalium

permanganat dengan larutan antara tembaga dan lartan besi. Beberapa ion logam

yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan

permanganometri . Kalium permanganat berfungsi sebagai larutan auto indikator.

Larutan auto indikator merupakan larutan yang bias berfungsi sebagai titran dan

14

Page 15: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

juga berfungsi sebagai indikator. Indikator merupakan senyawa organik asam atau

basa lemah yang memiliki warna molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya.

Ada beberapa macam bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini

diantaranya asam oksalat, aquades, asam sulfat, larutan kalium permanganat,

logam tembaga, dan larutan besi.

Dalam percobaan stoikiometri ini digunakan logam tembaga yang berasal

dari bekas kabel dan larutan kalium permanganate yan berwarna ungu. Hal

tersebut dikarenakan logam tembaga dan mangan dalam kalium permanganat

termasuk golongan logam trasisi, dimana dalam golongan logam transisi terdapat

orbital d yang kosong sehingga energy dari tingkat bawah bergerak menuju

energy tingkat atas yang bergerak atau berpindahnya electron maka kejadian ini

diesbut eksitasi electron. Pada saat electron akan kembali ke tingkat energy rendah

maka pada saat itulah memencarkan warna akibat penyerapan cahaya. Titrasi pada

saat standarisasi dilakukan secara triplo dan didapatkan volume KMnO4 yang

digunakan pada saat standarisai yaitu 5,2 ml; 6,0 ml; dan 5,4 ml. Dan didapat

Molaritas asam oksalat yaitu 0,05 M dengan n-nya yaitu 0,00025.

Pada stoikiometri reaksi logam tembaga dan larutan garam besi digunakan

analisa berupa analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif terjadi

saat mengamati perubahan warna yang terjadi saat pemanasan dan titrasi. Karena

analisa kualitatif merupakan analisa yang berdasarkan pada pengamatan panca

indera, misalnya bau, warna, dan suhu. Sedangkan analisa kuantitatif terjadi saat

menghitung molaritas dan mol asam oksalat, serta menghitung volume rata-rata

kalium permanganat, mol tembaga, mol kalium permanganate, mol larutan besi

awal dan sisa, dan menghtung perbandingan tembaga. Karena analisa kuantitatif

merupakan analisa yang berdasarkan pada perhitungan.

Pada saat pemanasan antara larutan Fe(III) dan tembaga terjadi pelarutan

tembaga yang sangat lama dikarenakan tembaga yang digunakan tidak benar-

benar murni tembaga. Maka untuk titrasi dibutuhkan waktu yang lama.

Dipisahkan antara larutan tembaga dan didapatkan volumenya yaitu 8,5 ml dan

diencerkan. Setelah diencerkan maka diambil 2,5 ml untuk titrasi dan didapatkan

volume KMnO4 yang digunakan rata-rata yaitu 13,925 ml. Dan setelah dilakukan

perhitungan maka didapatkan n Fe yang bereaksi yaitu 0,0012225 dengan r yaitu

0,4075 perbandingan antara Cu+ dan Cu2+ yaitu 1,6:(-0,6).

15

Page 16: Laporan Praktikum Kimia Anorganik i Efek Ion

IV. KESIMPULAN

Pada Percobaan kali ini dilakukan titrasi KMnO4

KMnO4 bertindak sebagai autoindikator

M asam oksalat yang digunakan yaitu 0,005 M

Volume pelarutan Fe(III) dan Cu yaitu 8,5 ml

Volume KMnO4 yang digunakan untuk mentitrasi larutan Fe(III) dan Cu

yaitu 13,925 ml

n Fe yang bereaksi yaitu 0,0012225 dengan r yaitu 0,4075 perbandingan

antara Cu+ dan Cu2+ yaitu 1,6:(-0,6)

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Reaksi Kimia.

(http://www.chem-is-try.org/kimia-dasar/reaksi-kimia) diakses 08

Desember 2012, Pukul 19:20 WIB.

Lesbani, Aldes. 2003. Kimia Anorganik I. Inderalaya : Universitas

Sriwijaya.

Chang, Raymond. 2004. Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :

Erlangga.

Day & Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi

Mikro Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.

Svehla, G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi

Mikro Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

16