praktik akuntabilitas di organisasi gereja (studi kasus ... · nasional (bph/sinode). penelitian...
TRANSCRIPT
PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI
GEREJA
(Studi Kasus Pada Gereja Bethel Indonesia Dr. Cipto 3
Ambarawa)
TESIS
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Akuntansi
Untuk Memperoleh Gelar Magister Akuntansi
Oleh:
CHRISTINA NOVITASARI
932014003
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2016
i
PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA
(Studi Kasus Pada Gereja Bethel Indonesia Dr. Cipto 3
Ambarawa)
TESIS
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Akuntansi
Untuk Memperoleh Gelar Magister Akuntansi
Oleh:
CHRISTINA NOVITASARI
932014003
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada
rencana-Mu yang gagal. (Ayub 42: 2)
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada
TUHAN! (Yeremia 17: 7)
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu. (Matius 6: 33)
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia. (Roma 8: 28)
Persembahan
Tesis ini penulis persembahkan untuk:
Orang tua serta Kakak terkasih “Septiana Agustin, M.Pd”
vii
ABSTRACT
This research aims to describe the practice of accountability in the organization of
the church by referring to the principal teachings of the church. Accountability
practices are divided into 3 dimensions: spiritual accountability, leadership
accountability, and financial accountability. In spiritual accountability can be
realized in the form of marturia, koinonia, leiturgia, and diakonia. Leadership
accountability can be realized in the form of didaskalia and poimenoia. As well as
financial accountability can be realized in the form of oikonomia.In this case, the
Board as an administrator of a church contribute accountability to Christ as the
owner of the church, the congregation and donors as contributor fund, as well as to
the leader of the organizations in both the regional (BPD) and national
(BPH/Synod) levels. This research was conducted using a case study in GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa church involving qualitative data. These results indicate that
practices a form of accountability in GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa Church
Organization is not sufficient yet.
Keywords: Accountability, Spiritual Accountability, Leadership Accountability,
Financial Accountability, GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa Church Organization.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan praktik akuntabilitas di organisasi
Gereja dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja. Praktik
akuntabilitas dibagi menjadi 3 dimensi yaitu akuntabilitas spiritual, akuntabilitas
kepemimpinan dan akuntabilitas keuangan. Pada akuntabilitas spiritual diwujudkan
dalam bentuk marturia, koinonia, leiturgia, dan diakonia. Akuntabilitas
kepemimpinan diwujudkan dalam bentuk didaskalia dan poimenoia. Serta,
akuntabilitas keuangan diwujudkan dalam bentuk oikonomia. Dalam hal ini,
Pengurus sebagai Pengelola Gereja memberikan pertanggungjawaban baik kepada
Kristus sebagai Pemilik Gereja, Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana,
serta kepada pimpinan organisasi baik di tingkat daerah (BPD) maupun tingkat
nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan data kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa praktik akuntabilitas di Organisasi GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa belum memadai.
Kata kunci: Akuntabilitas, Akuntabilitas Spiritual, Akuntabilitas Kepemimpinan,
Akuntabilitas Keuangan, Organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa.
ix
KATA PENGANTAR
Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip good governance dan menjadi
perhatian penting bagi organisasi non profit (Kristiawan 2014). Gereja, salah satu
jenis organisasi non profit, juga tidak terlepas dari isu akuntabilitas (Randa 2011).
Fenomena yang terjadi di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Dr. Cipto 3 Ambarawa
bahwa pada praktiknya pernah terjadi penyimpangan yang mengarah kepada
dimensi spiritual, kepemimpinan, dan keuangan. Oleh sebab itu peneliti akan
melakukan penelitian terkait praktik akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja. Untuk menjelaskan
praktik akuntabilitas, peneliti menggunakan tiga dimensi yaitu spiritual,
kepemimpinan, dan keuangan. Wujud praktik akuntabilitas spiritual yaitu dengan
marturia, koinonia, leiturgia, dan diakonia. Wujud praktik akuntabilitas
kepemimpinan yaitu dengan didaskalia dan poimenoia. Selain itu, wujud praktik
akuntabilitas keuangan yaitu dengan oikonomia.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pemahaman
dan pengetahuan mengenai praktik akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja. Selain itu juga diharapkan
sebagai bahan masukan dan pertimbangan bahwa akuntabilitas merupakan aspek
yang penting di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang berguna bagi organisasi tersebut.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan masih
memiliki kekurangan. Segala kritik, saran, maupun masukan yang membangun
sangat penulis harapkan. Kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan
berkontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, serta dapat memberikan
dorongan untuk pengembangan penelitian selanjutnya di kemudian hari.
Salatiga, 9 Juni 2016
Penulis
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih,
berkat serta penyertaan yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan kuliah, khususnya dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan-
persyaratan guna memperoleh gelar Magister Akuntansi pada Program Studi
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, khususnya kepada:
1. Orang tua, kakak, serta keluarga besar yang telah memberikan kasih dan
perhatian yang mendalam sehingga penulis merasa terdorong untuk meraih
cita-cita dan memenuhi harapan keluarga.
2. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE., MBA. selaku Dosen Pembimbing yang
mencurahkan perhatian, tenaga, pikiran serta dorongan kepada penulis hingga
terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Marwata, SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA. selaku Kaprodi Program Studi
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
4. Para Staf Pengajar Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah memberikan ilmu
akuntansi melalui suatu kegiatan belajar mengajar dengan dasar pemikiran
analitis dan pengetahuan yang lebih baik.
5. Ibu Natasia Alinsari, SE., M. Ak. Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah
banyak membantu dalam administrasi penyelesaian studi pada Program Studi
Magister Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana.
6. Para Pengurus Gereja Bethel Indonesia (GBI) Dr. Cipto 3 Ambarawa yang
terdiri dari Gembala Sidang, Para Penatua, Sekretaris, Bendahara, Ketua
Komisi Pemuda dan Anak, serta Pengurus Bidang Kategorial yang telah
bersedia menjadi informan dengan memberikan informasi sehubungan dengan
data-data yang penulis butuhkan untuk penyelesaian tesis ini.
xi
7. Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba, Bapak Pdm. Timotius Budi, L.A, S.Th, serta
Ibu Aniek Setyawati yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
pengetahuan, pemahaman, serta membuka wawasan penulis dalam
penyelesaian tesis ini. Selain itu, Ibu Aniek Setyawati dan Sdr. I Wayan
Sanjaya yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis ketika
melakukan check list document review.
8. Sdri. Agnes Dwi Kristianti, Sdri. Jayanti Lasmitasari, Sdri. Mita Mirjanah, Sdri
Octavia Gizka serta Sdr. Christian Mahardhika Happy Prasedya, yang telah
meluangkan waktunya untuk membantu penulis pada saat pengambilan data
tesis. Selain itu, Sdri. Rizky Amalia Yanuartha, S. I Kom dan Sdri. Devitia
Putri Nilam Sari, SE yang telah memberikan saran dan bantuan kepada Penulis.
9. Sahabat seperjuangan bimbingan, Betha Christy Apriliana Putri, SE yang telah
memberikan saran dan bantuan selama bimbingan bersama.
10. Teman-teman kuliah Angkatan 2014 yang telah memberikan sebuah
persahabatan dan kerjasama yang baik selama menjadi mahasiswa pada
Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
meluangkan waktu dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis
ini.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kiranya Tuhan Yesus Kristus
berkenan membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara, Saudari dan teman-
teman sekalian. Akhir kata, kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan.
Salatiga, 9 Juni 2016
Christina Novitasari
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................................. iv
PENGESAHAN TESIS ........................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................... ix
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. x-xi
DAFTAR ISI ................................................................................. xii-xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv
PENDAHULUAN..............................................................................1-6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6-20
Akuntabilitas ............................................................................. 6-7
Dimensi Akuntabilitas............................................................... 7-9
Akuntabilitas Spiritual di Organisasi Gereja .......................... 9-14
Akuntabilitas Kepemimpinan di Organisasi Gereja .............. 14-18
Akuntabilitas Keuangan di Organisasi Gereja ...................... 18-20
METODA PENELITIAN...............................................................21-24
Jenis Penelitian ........................................................................... 21
Unit Analisis dan Unit Amatan .................................................. 21
Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data ......................... 21-22
Analisis Data Kualitatif ......................................................... 22-23
Keabsahan Data ..................................................................... 23-24
xiii
Batasan Penelitian ...................................................................... 24
PROFIL ORGANISASI GEREJA DAN PERSYARATAN
PENGURUS DALAM MEWUJUDKAN PRAKTIK
AKUNTABILITAS ....................................................................... 25-39
Profil Organisasi Gereja ........................................................ 25-30
Persyaratan Pengurus Dalam Mewujudkan Praktik
Akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa ....................... 30-39
PRAKTIK AKUNTABILITAS SPIRITUAL PENGURUS
GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA .................................................. 39-66
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Marturia ........................................................ 39-47
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Koinonia ........................................................ 47-53
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Leiturgia ........................................................ 53-58
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Diakonia ........................................................ 58-64
PRAKTIK AKUNTABILITAS KEPEMIMPINAN PENGURUS
GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA .................................................. 67-87
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Didaskalia...................................................... 67-76
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Poimenoia ...................................................... 76-86
PRAKTIK AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGURUS
GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA ................................................ 88-100
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Oikonomia ..................................................... 88-97
xiv
SIMPULAN DAN SARAN........................................................100-106
Simpulan ........................................................................... 100-104
Saran......................................................................................... 105
Keterbatasan Penelitian ............................................................ 105
Penelitian Mendatang ........................................................ 105-106
DAFTAR PUSTAKA..................................................................106-109
LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................110-168
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran……………………….………..............20
Gambar 2 Persembahan Umum dan Bidang Kategorial…….................93
1
PENDAHULUAN
Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip good
governance dan menjadi perhatian penting bagi organisasi non
profit (Kristiawan 2014). Gereja, salah satu jenis organisasi non
profit, juga tidak terlepas dari isu akuntabilitas (Randa 2011).
Menurut Silvia dan Ansar (2011) akuntabilitas adalah perwujudan
kewajiban yang diamanahkan untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan dan menjelaskan realisasi otoritas
yang diperoleh sesuai dengan misi organisasi. Akuntabilitas
dibutuhkan pada organisasi Gereja, karena setiap organisasi
mempunyai keterkaitan dengan pihak internal dan eksternal
organisasi (Randa 2011).
Gereja dalam bahasa Yunani dimaknai sebagai “ekklesia”
yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata
kaleo=memanggil). Ekklesia berarti kumpulan orang yang
dipanggil keluar dari dunia ini untuk dapat memuliakan nama
Allah (Kusuma 2009). Oleh sebab itu, orang yang dipanggil
untuk melayani Jemaat disebut sebagai “Hamba Allah”. Di dalam
Gereja, yang memerintah adalah Kristus (Kristokrasi) sehingga
yang menjadi Kepala Gereja adalah Kristus dan Pemiliknya juga
adalah Kristus (Efesus 1: 22; 4: 15; 5: 25; Kolose 1: 8, Ibrani 13:
20; dan 1 Petrus 5: 4). Mereka yang terpilih untuk melayani
dalam organisasi Gereja merupakan orang pilihan Tuhan yang
harus bertanggungjawab kepada-Nya (Abineno 2011). Selain itu,
Gereja dapat pula dimaknai sebagai organisasi (Kusufi 2014). Hal
ini Gereja sebagai salah satu organisasi keagamaan yang muncul
2
atas kesadaran akan berjalannya visi dan misi yang sudah
disepakati bersama.
Departemen Theologia dalam buku Pengajaran Dasar
Gereja Bethel Indonesia (2004) menegaskan bahwa Gereja lebih
dari sekedar organisasi, yaitu Gereja adalah organisme yang
hidup. Kepala Gereja adalah Kristus yang memelihara Gereja.
Dalam buku Tata Gereja GBI (2014) Pasal 1, Butir 1.4,
mengemukakan bahwa Gereja adalah organisme ilahi yang hidup
dan berkembang terus menerus dalam suatu organisasi yang
berasaskan Alkitab. Oleh sebab itu, Gereja merupakan organisme
yang berorganisasi dan Gereja yang berorganisasi haruslah juga
sebuah organisme. Sehingga Gereja memiliki dua sifat baik
bersifat ilahi maupun insani. Gereja bersifat ilahi karena Gereja
sebagai organisme yang lahir dari Allah. Sedangkan sebagai
sebuah organisasi, Gereja memerlukan penataan dari manusia.
Organisasi Gereja perlu memiliki tatanan, pengaturan
yang jelas, maupun pengelolaan dalam segala bidang yang
dilakukan demi tercapainya tujuan sebagai mandataris Kristus di
dunia ini. Sehingga, aturan yang telah disepakati bersama harus
dilaksanakan bukan sekedar sebagai peraturan, namun digunakan
bagi pertumbuhan dan perkembangan Tubuh Kristus. Dalam
organisasi Gereja, pengelolaan harus dilakukan secara profesional
dengan berpedoman kepada pokok-pokok ajaran Gereja.
Tujuannya untuk menampilkan wajah Kristus yang penuh
kasih bagi umat pada khususnya dan bagi sesama pada
umumnya. Selain itu, semakin banyak umat yang menerima
Kristus sebagai Sang Juruselamat, semakin banyak jiwa-jiwa
3
yang dimenangkan bagi Kerajaan Sorga sesuai dengan misi
Kristus datang ke dunia.
Pada dasarnya semua yang terkait dengan organisasi yang
mempunyai stakeholder memerlukan tata kelola yang baik. Demi
mencapai tata kelola organisasi Gereja yang baik yaitu dengan
melakukan praktik akuntabilitas yang berpedoman kepada pokok-
pokok ajaran Gereja. Di dalam ayat Alkitab, Kristus sebagai
Kepala Gereja memberikan pesan atau amanat kepada Pengurus
organisasi Gereja untuk melakukan praktik akuntabilitas. Hal ini
tercantum dalam Markus 12: 17 yaitu “Berikanlah kepada Kaisar
apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah
apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!”.
Penelitian terkait praktik akuntabilitas dalam organisasi
Gereja telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti Booth
(1993) dan Duncan et al. (1999). Hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa akuntabilitas dalam organisasi Gereja lebih
banyak ditentukan oleh para pemimpin organisasi Gereja yang
cenderung untuk menolak praktik akuntabilitas (Booth 1993).
Pada sisi lain, organisasi Gereja memiliki praktik-praktik yang
telah lama dijalankan sehingga sulit untuk menerima perubahan
secara langsung (Berry 2005). Penelitian-penelitian tersebut
sebagian besar dilakukan pada organisasi Gereja Protestan yang
mempunyai karakteristik pada otoritas masing-masing Gereja
lokal dalam mengelola organisasi.
Randa (2010) melakukan penelitian yang berfokus pada
akuntabilitas kepemimpinan pada organisasi keagamaan.
Berdasarkan penelitian Korengkeng (2013) penerapan tata kelola
4
di organisasi Gereja Adven daerah konferens dipengaruhi oleh
sistem pemerintahan organisasi Gereja tersebut terutama dalam
menentukan pimpinan organisasi Gereja serta perwakilan dari
Jemaat dan Pendeta. Selain itu, penelitian Randa dkk. (2011)
berfokus pada akuntabilitas spiritual pada organisasi Gereja
Katolik. Beberapa penelitian terkait akuntabilitas hanya
menitikberatkan terkait akuntabilitas keuangan (Simanjuntak dan
Januarsi 2011; Randa 2011; Korengkeng 2013; Kristiawan 2014;
Atmadja dan Adiputra 2015). Ni Wayan (2008) dalam Silvia dan
Ansar (2011) menjelaskan mengenai akuntabilitas intern yang
disebut juga akuntabilitas spiritual. Penelitian Randa (2011)
memberikan gambaran praktik akuntabilitas yang ada dalam
organisasi Gereja Katolik mempunyai tiga dimensi akuntabilitas
yaitu akuntabilitas spiritual, kepemimpinan dan keuangan.
Beberapa penelitian sebelumnya terkait akuntabilitas
hanya menjelaskan fokus mengenai satu dimensi akuntabilitas.
Selain itu, dimensi akuntabilitas spiritual, kepemimpinan, dan
keuangan telah diteliti pada organisasi Gereja Katolik di Tana
Toraja. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan melakukan
penelitian terkait praktik akuntabilitas di organisasi Gereja
Kristen dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja.
Untuk menjelaskan praktik akuntabilitas, peneliti menggunakan
tiga dimensi yaitu akuntabilitas spiritual, kepemimpinan, dan
keuangan.
Peneliti membingkai penelitian ini dengan melihat Gereja
lebih dari sekedar organisasi, yaitu Gereja merupakan
persekutuan orang-orang yang dipanggil Tuhan (ekklesia). Selain
5
itu, Gereja merupakan organisme ilahi yang hidup. Oleh karena
itu, Gereja bukan hanya berfokus kepada urusan yang bersifat
duniawi, sebab segala sesuatu yang dikelola adalah milik Allah.
Stakeholder pada organisasi Gereja terdiri atas Kristus, Jemaat
dan donatur, serta pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat
daerah maupun di tingkat nasional.
Dalam penelitian ini, objek yang diambil adalah Gereja
Bethel Indonesia (GBI) Dr. Cipto 3 Ambarawa yang pada
praktiknya pernah terjadi penyimpangan. Pada tahun 2001 GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa mengalami permasalahan intern tentang
pengajaran dari Gembala Sidang yang tidak sejalan dengan
pengajaran GBI, sehingga Gembala Sidang diberhentikan.
Kejadian ini mengakibatkan penurunan jumlah Jemaat. Krisis
kepercayaan oleh kepemimpinan Gembala Sidang yang lama,
berpengaruh terhadap kehidupan spiritualitas Jemaat. Beberapa
Jemaat memutuskan memberhentikan diri dalam mengikuti
kegiatan yang diadakan organisasi Gereja, ataupun memutuskan
untuk pindah ke organisasi Gereja yang lain. Namun, beberapa
Jemaat memilih tetap setia beribadah dan melayani di GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa. Dan pada tahun 2004 GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa memiliki Gembala Sidang baru yang diteguhkan oleh
Sinode. Pada kepemimpinan Gembala Sidang yang baru Jemaat
perlu beradaptasi dengan pola kepemimpinan yang baru.
Pada saat terjadi peralihan antara Gembala Sidang yang
lama ke Gembala Sidang yang baru di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa terjadi penggelapan sumbangan dana yang dilakukan
oleh salah satu fulltimer Gereja. Selain itu, kecurangan terjadi
6
pada Bendahara acara bidang kategorial. Kecurangan ini terjadi
karena tidak adanya pemisahan tugas antara pihak yang mencatat
dan menerima uang. Kebanyakan, setiap permasalahan pada
organisasi Gereja tidak dipublikasikan kepada kalayak umum. Di
satu sisi, alasan yang dikemukakan karena organisasi Gereja
dianggap sebagai lembaga sosial sehingga permasalahan tersebut
diselesaikan dengan kasih. Namun, di sisi lain mengatakan bahwa
masalah keuangan adalah masalah yang sensitif sehingga
diperlukan kehati-hatian dalam menangani hal ini untuk
menghindari hal-hal yang akan merusak keutuhan dan
kewibawaan organisasi Gereja (Kaomaneng 2013).
Berdasarkan fenomena terkait akuntabilitas di organisasi
Gereja, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana praktik akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja?. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan
pemahaman dan pengetahuan mengenai praktik akuntabilitas di
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan menggunakan acuan pokok-
pokok ajaran Gereja. Selain itu juga diharapkan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bahwa akuntabilitas merupakan aspek
yang penting di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang berguna bagi
organisasi tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Akuntabilitas
Akuntabilitas sebagai suatu kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
7
pelaksanaan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu
akuntabilitas yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury 2003
dalam Mardiasmo 2006). Dalam organisasi keagamaan,
akuntabilitas dapat diartikan sebagai suatu cara
pertanggungjawaban manajemen atau penerima amanah kepada
pemberi amanah atas pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya (Endahwati 2014). Dalam ayat Alkitab
pada Markus 12: 17 menguatkan pendapat terkait akuntabilitas
yaitu:
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah!”.
Ayat ini menjadi dasar bahwa Kristus memberikan pesan
(amanat) kepada Pengurus organisasi Gereja untuk memberikan
pertanggungjawaban baik kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja
maupun kepada Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana,
serta para Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah
maupun di tingkat nasional dengan jujur dan terbuka.
Dimensi Akuntabilitas
Menurut Randa (2011) menjelaskan bahwa tiga dimensi
utama akuntabilitas yaitu akuntabilitas spiritual, kepemimpinan,
dan keuangan. Akuntabilitas spiritual yaitu akuntabilitas yang
menggambarkan aspek keagamaan yang dirasakan seseorang
untuk mewujudkan nilai akuntabilitas (Endahwati 2014). Dalam
akuntabilitas spiritual menempatkan setiap individu sebagai
8
anggota organisasi melalui pembaptisan, menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Juru Selamat (Randa dkk. 2011). Keyakinan ini
menggerakkan setiap individu baik sebagai Pengurus maupun
sebagai Pemimpin organisasi Gereja untuk semakin mendekatkan
diri pada Tuhan dengan cinta yang tulus.
Dalam Akuntabilitas kepemimpinan lebih mengarah
kepada model kepemimpinan yang diterapkan dengan
mengedepankan unsur pelayanan dan mengikuti Kristus sebagai
figur dalam memimpin Gereja (Randa 2010). Di dalam Gereja,
yang memerintah adalah Kristus (Kristokrasi) bukan anggota-
anggota Gereja (demokrasi). Sehingga, mereka yang terpilih
untuk melayani merupakan orang pilihan Tuhan yang harus
bertanggungjawab kepadaNya (Abineno 2011). Hal ini sesuai
dengan misi pelayanan Kristus ke dalam dunia yaitu datang
bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Matius 20: 28).
Selain itu, Penelitian Randa (2011) menjelaskan bahwa
akuntabilitas keuangan memberikan dampak pada akuntabilitas
yang lain karena akuntabilitas keuangan menjadi pendukung bagi
terlaksananya ibadah dan kelangsungan hidup para Pemimpin
organisasi Gereja. Oleh sebab itu, organisasi Gereja perlu
memperhatikan dimensi akuntabilitas keuangan mengingat hasil
pemaknaan dimensi keuangan yang meliputi sumber dana,
mekanisme akuntabilitas dan laporan yang dihasilkan masih jauh
dari prinsip-prinsip akuntabilitas keuangan yang diharapkan.
Dari dimensi akuntabilitas spiritual, kepemimpinan, dan
keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat hubungan
diantara ketiganya. Menurut penelitian Randa (2011) pada Gereja
9
Katolik menyatakan bahwa akuntabilitas dimensi spiritual
sebagai dimensi utama dalam akuntabilitas organisasi Gereja
yang menjiwai para pemimpin organisasi Gereja dan umatnya
dalam bertindak. Sedangkan akuntabilitas dimensi keuangan
sebagai pendukung pelaksanaan ibadah pada dimensi spiritual
dan kelanjutan para pemimpin organisasi Gereja pada dimensi
kepemimpinan.
Akuntabilitas Spiritual di Organisasi Gereja
Endahwati (2014) memaknai akuntabilitas spiritual
sebagai akuntabilitas yang menggambarkan aspek keagamaan
yang dirasakan seseorang untuk mewujudkan nilai akuntabilitas
dalam wujud ketakwaan dan tazkiyah. Pengukuran keberhasilan
akuntabilitas spiritual ini dapat dilihat dengan peningkatan
ketakwaan seseorang seperti suka menafkahkan harta, mampu
menahan amarah, mampu memaafkan orang lain (Endahwati
2014).
Penelitian Randa, dkk (2011) memaknai akuntabilitas
spiritual dengan menempatkan setiap individu sebagai anggota
organisasi melalui pembaptisan, menerima Yesus sebagai Tuhan
dan Juru Selamat. Selain itu, dalam akuntabilitas spiritual dapat
dilakukan dengan menjalankan aktivitas religius serta kerelaan
dalam melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
Dalam organisasi Gereja, akuntabilitas spiritual terlihat
pada hubungan antara Pengurus sebagai pengelola organisasi
Gereja kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja, Jemaat dan
donatur sebagai penyumbang dana serta para Pimpinan organisasi
10
Gereja baik di tingkat daerah seperti Badan Pekerja Daerah
(BPD) maupun di tingkat nasional seperti Badan Pekerja Harian
(BPH)/Sinode. Dalam akuntabilitas spiritual dapat diwujudkan
dalam bentuk kesaksian (marturia), persekutuan (koinonia),
ibadah/penyembahan (leiturgia) dan pelayanan kasih (diakonia).
Menurut Silvia dan Ansar (2011) Marturia berasal dari
bahasa Yunani yang sering disebut Martyfrein yang berarti
bersaksi. Zaman Yunani kuno marturia berasal dari kata martus
yaitu saksi, yang secara sempit digunakan dalam bidang hukum.
Namun saat ini marturia digunakan untuk menyatakan kesaksian
orang percaya sebagai suatu amanat agung Tuhan kepada
manusia dan tidak akan berubah dari masa ke masa.
Kesaksian (marturia) dilakukan dengan cara memberikan
kesaksian tentang karya keselamatan di dalam Tuhan Yesus
Kristus, serta memberitakan injil kepada segala bangsa. Dalam
kaitannya dengan kesaksian (marturia) ini terdapat tiga hal yang
perlu dipahami, yaitu pertama tugas kesaksian adalah tugas
panggilan bagi semua orang percaya. Semua orang percaya
terpanggil sebagai “saksi-saksi Injil”, baik secara pribadi atau
bersama-sama dalam persekutuan Jemaat atau Gereja.
Kedua, pokok kesaksian adalah Injil Yesus Kristus yang
utuh. Kita harus menyadari dan memahami bahwa Injil bukan
hanya terbatas pada hal-hal rohani dan sorgawi saja. Dalam Injil
diberitakan bahwa Yesus mengampuni dosa, tapi juga
menyembuhkan dan memberi makan. Dengan demikian, perlu
kita memahami bahwa Injil Yesus Kristus itu adalah berita
kesukaan mengenai pertobatan dan pembaharuan yang telah
11
disediakan bagi manusia (Markus1: 15), tetapi juga berita
kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan yang
dikehendaki Tuhan untuk dunia (Lukas 4: 18-21).
Ketiga, kesaksian ditujukan untuk segenap manusia serta
segala makhluk Gereja dan warganya dipanggil untuk
memberitakan kabar baik dari Allah untuk semua orang, agar
percaya dan diselamatkan (Matius 28: 19-20; Lukas 24: 47-48).
Gereja dan warga Gereja harus menyadari fungsinya sebagai
penguasa, pengelola serta pemelihara lingkungan hidup dan alam
semesta. Inilah yang dimaksudkan dengan tugas kesaksian
kepada segala makhluk (Markus 16: 15).
Untuk mencapai sasaran dalam melakukan tugas
kesaksian terdapat dua arah kesaksian Gereja yaitu kesaksian
internal dan kesaksian eksternal. Dalam kesaksian internal
tersebut memberitakan Injil untuk membimbing dan
mendewasakan Gereja dan warganya agar diperlengkapi untuk
setiap perbuatan yang baik (2 Timotius 3: 15-17) sehingga
mampu menjadi “saksi Injil” di tengah-tengah lingkungan dan
pekerjaan masing-masing. Dengan kata lain, warga Gereja harus
dapat menghayati iman, etika dan perilaku Kristen sesuai firman
Tuhan dalam hidup sehari-hari. Untuk mencapai sasaran ini,
maka kesaksian dipahami dalam bentuk khotbah, pembinaan,
pendidikan atau pengajaran bagi semua warga Gereja.
Sedangkan dalam kesaksian eksternal yaitu kesaksian
dengan memberitakan Injil kepada semua orang dan kepada
segala makhluk dalam segala aspek kehidupannya. Untuk sasaran
ini, maka kesaksian Gereja atau warga Gereja harus dipahami
12
dalam fungsi Profetis yaitu sebagai nabi yang bertugas
menyampaikan firman Tuhan dan dalam keteladanan Kristus,
yakni sebagai Garam dan Terang Dunia (Matius 5: 13-14). Dalam
1 Petrus 2: 9 dikatakan bahwa
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang
rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,
supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia”.
Silvia dan Ansar (2011) menyatakan bahwa Koinonia
berasal dari bahasa Yunani yang berarti bersekutu atau sebuah
persekutuan. Koinonia merupakan kewajiban yang harus
dijalankan Jemaat sebagai orang percaya untuk menjalankan
perintah Tuhan. Hadirnya Koinonia pada Jemaat mula-mula
terjadi karena adanya hubungan yang harmonis antara Tuhan dan
Jemaat, sehingga dengan persekutuan yang Tuhan tanamkan
menjadikan pengajaran Injil berjalan hingga saat ini. Persekutuan
(koinonia) ini bersifat konstitusional atau melembaga yang
dilakukan secara berkelompok dalam wujud kegiatan sehari-hari
pada penyembahan dan doa syafaat.
Liturgi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani,
leitourgia, yang berarti kerja bersama. Kerja bersama ini
mengandung makna peribadatan kepada Allah dan pelaksanaan
kasih. Dalam ibadah yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan
ibadah dan penyembahan kepada Allah dalam nama Tuhan Yesus
Kristus bersama semua orang yang telah menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juru selamat. Ibadah yang benar adalah ibadah
yang aktif bukan sebaliknya. Allah menuntut tindakan kita dalam
13
ibadah, Tuhan ingin melihat apa yang dapat kita berikan untuk
dapat memuliakan nama-Nya.
Diakonia berasal dari bahasa Yunani yaitu Diakonein
yang artinya “Melayani” (Silvia dan Ansar 2011). Kata ini
digunakan bagi Pelayan umat atau Jemaat untuk melayani dengan
penuh setia, jujur, dan bertanggungjawab yang tepatnya dikatakan
sebagai pelayanan Tuhan kepada jemaat disebut dengan istilah
Diakonos yang sekarang ini dipopulerkan dengan istilah Diaken.
Peran Diaken yang dipercayakan dan terpanggil untuk melayani
sejujurnya memiliki pekerjaan yang mulia. Dalam hal ini
dipanggil untuk membantu yang lemah demi pembangunan
rohani dan jasmani.
Dalam pelayanan kasih (diakonia) ini menyatakan empati,
simpati, dan kemurahan hati sebagai bukti dari kepekaan dan
kepedulian sosial organisasi Gereja baik secara internal dalam
Jemaat Setempat maupun terhadap masyarakat luas. Terdapat
empat tingkatan diakonia yaitu diakonia karitatif, development
(reformatif), advokasi, dan transformatif. Diakonia karitatif
bersifat sementara, insidentil. Diakonia ini sifatnya hanya
memberi makan saja, misalnya memberi makan, pakaian,
pengobatan secara gratis, serta membantu korban bencana alam.
Pada diakonia development merupakan diakonia yang
memandirikan orang, melatih orang untuk memiliki keterampilan
sehingga bisa hidup, bekerja, dan sebagainya. Pada diakonia
advokasi sifatnya melalui pendampingan, misalnya mendampingi
suatu kelompok masyarakat yang ditekan oleh penguasa,
menghadapi perusahaan yang merebut lahan masyarakat.
14
Organisasi Gereja harus berani melakukan pendampingan untuk
menegakkan keadilan. Dalam hal ini dapat menggunakan
lembaga bantuan hukum. Selain itu, pada diakonia transformatif
dilakukan dengan mentransformasi keadaan masyarakat yang
sebelumnya pra sejahtera menjadi sejahtera.
Keempat perwujudan akuntabilitas spiritual tersebut
diperkuat dalam ayat Alkitab Kisah Para Rasul 2: 41-47 yaitu:
“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi
diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah
kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti
dan berdoa (liturgia). Maka ketakutanlah mereka semua,
sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan
tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya
tetap bersatu (koinonia), dan segala kepunyaan mereka
adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka
yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
(diakonia) kepada semua orang sesuai dengan
keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan
dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam
Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-
masing secara bergilir dan makan bersama-sama
dengan gembira dan dengan tulus hati (koinonia),
sambil memuji Allah (leiturgia). Dan mereka disukai
semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah
jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan
(marturia)”.
Akuntabilitas Kepemimpinan di Organisasi Gereja
Akuntabilitas kepemimpinan berkaitan erat dengan nilai
amanat. Zoelisty dan Adityawarman (2014) dalam agama Islam
memaknai amanah sebagai akhlak yang berkaitan dengan
kejujuran, kesabaran, dan keikhlasan. Amanah merupakan salah
15
satu fungsi agama Islam dengan memberikan nilai pada
kehidupan. Amanah merujuk pada golongan manusia yang
termasuk para pemimpin. Dalam organisasi Gereja, untuk
menjalankan sebuah amanat dari Kristus diperlukan keberanian
yang tegas dalam memimpin. Karena pada saatnya nanti
Pemimpin dalam organisasi akan dimintai pertanggungjawaban
tentang kepemimpinan yang dijalankan (Zoelisty dan
Adityawarman 2014).
Dalam akuntabilitas kepemimpinan pada organisasi
Gereja dapat diwujudkan dalam bentuk pengajaran/pemuridan
(didaskalia) dan penggembalaan (poimenoia). Akuntabilitas
kepemimpinan menjelaskan mengenai hubungan antara Pengurus
sebagai pengelola organisasi Gereja kepada Kristus sebagai
Pemilik Gereja, Jemaat dan donatur sebagai penyumbang dana
serta para Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah
seperti Badan Pekerja Daerah (BPD) maupun di tingkat nasional
seperti Badan Pekerja Harian (BPH)/Sinode.
Didaskalia (pemuridan) adalah suatu proses hubungan
antara seorang pengikut Kristus yang lebih dewasa serta
berpengalaman dan beberapa orang yang baru percaya, lalu ia
membagikan kehidupannya (prinsip-prinsip kebenaran firman
Tuhan, keyakinan, komitmen, waktu, tenaga, perhatian, serta hal
lain yang diperlukan) demi menolong orang-orang tersebut untuk
mengenal Kristus dan pada suatu saat merekapun akan
memperkenalkan Kristus kepada orang lain (Hutabarat 2011).
Secara sederhananya pemuridan adalah seseorang yang
membagikan kehidupannya bagi orang lain yang baru percaya
16
demi menolong mereka untuk mengenal dan memperkenalkan
Kristus. Pemuridan termasuk bagian dari mentoring. Penekanan
dalam pemuridan adalah pada proses pembinaan seseorang yang
baru percaya untuk menjadi dewasa dalam Kristus, dan ketika
tiba waktunya seseorang tersebut akan masuk kedalam tahap
selanjutnya yaitu memperkenalkan Kristus kepada orang lain.
Dalam hal ini terdapat proses pelipatgandaan.
Alkitab telah memberikan contoh terkait pemuridan ini
melalui kehidupan Yesus dengan kedua belas murid-murid-Nya.
Selama 3,5 tahun Yesus hidup bersama dan membagikan
kehidupan-Nya dengan murid-murid-Nya. Dalam pemuridan ini,
Yesus mentransferkan gaya hidup-Nya kepada murid-murid-Nya,
dan mereka dapat melihat langsung serta meneladani kehidupan
Guru-Nya, bagaimana Yesus berkata-kata, mengambil keputusan,
bersikap tegas ketika orang Farisi dan Ahli Taurat memojokkan
Dia, dan bagaimana Yesus selalu menyediakan waktu pribadi-
Nya untuk bersekutu dengan Bapa.
Penggembalaan dalam Jemaat menurut Bons-Storm
(2011) adalah mencari dan mengunjungi anggota Jemaat satu-
persatu; mengabarkan firman Allah kepada Jemaat di tengah
situasi hidup mereka pribadi; melayani Jemaat sama seperti
Yesus melayani mereka; dan supaya mereka lebih menyadari
iman mereka dan dapat mewujudkan iman itu dalam hidupnya
sehari-hari.
Tujuan dari adanya penggembalaan adalah untuk
membangun Jemaat. Seperti dalam surat-surat yang terdapat di
Perjanjian Baru merupakan contoh dari penggembalaan. Paulus
17
memperhatikan Jemaat, dan kalau ia tidak berkesempatan untuk
mengunjungi para Jemaat tersebut, ia menuliskannya pada sebuah
surat. Dalam surat-surat itu diungkapkan tentang kasih kepada
saudara-saudaranya dalam Jemaat, keinginan untuk bergaul dan
bertukar pikiran dengan mereka, dan juga keinsyafan, bahwa
Tuhanlah yang menyuruh manusia untuk saling tolong menolong,
serta saling membimbing satu sama lain.
Menurut Bons-Storm (2011) Gembala yang sebenarnya
adalah Yesus. Dia merupakan Gembala yang baik. Tiap-tiap
anggota Jemaat merupakan Gembala bagi teman-temannya.
Anggota-anggota Majelis Jemaat merupakan Gembala khusus.
Pendeta merupakan Gembala khusus penuh waktu (full time).
Majelis Jemaat memperlengkapi Jemaat untuk tugas
penggembalaannya dan melaksanakan penggembalaan khusus.
Semuanya merupakan domba-domba dari kawanan Yesus
Kristus, yaitu Jemaat-Nya.
Gembala yang baik mempunyai sifat-sifat seperti: (1)
seorang Gembala harus mengenal Yesus Kristus, sehingga ia
dapat meniru kelakuan Yesus dan mewakili-Nya; (2) seorang
Gembala harus suka bergaul dengan orang lain yaitu Ia tidak
terus menghukum atau menghakimi, Ia tahu mengampuni orang
lain, Ia tidak mau memperhatikan bisikan-bisikan seseorang
tentang orang lain, dan Ia tahu mendengarkan; (3) seorang
Gembala harus rajin keluar; (4) seorang Gembala tidak usah
seorang psikolog/psikiater karena penggembalaan berdasarkan
perhatian dan kasih bukan ilmu jiwa.
18
Kedua perwujudan akuntabilitas kepemimpinan tersebut
dicerminkan dalam ayat Alkitab. Pengajaran/pemuridan
(didaskalia) diperkuat melalui ayat Alkitab pada Matius 28: 18-
20 yaitu:
“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di
bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan
Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman”.
Penggembalaan (poimenoia) diperkuat dengan ayat Alkitab pada
1 Petrus 5: 2 yaitu:
“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada
padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela
sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau
mencari keuntungan. tetapi dengan pengabdian diri”.
Akuntabilitas kepemimpinan ini juga dapat diperkuat
dengan ayat Alkitab pada Ibrani 13: 17 yaitu:
“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada
mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai
orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.
Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan
gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak
akan membawa keuntungan bagimu”.
Akuntabilitas Keuangan di Organisasi Gereja
Akuntabilitas keuangan merujuk pada akuntabilitas
terhadap pengelolaan dana terhadap Tuhan (Bastian 2007).
Akuntabilitas ini juga berkaitan erat dengan nilai amanah. Sikap
amanah menjadi dasar keyakinan dan tanggung jawab Pengurus
19
dalam mengelola dana. Dalam akuntabilitas keuangan dibutuhkan
pengelolaan dana yang transparan atas sumber dana yang
dikelola. Akuntabilitas keuangan dalam organisasi Gereja
menjelaskan mengenai hubungan antara Pengurus sebagai
pengelola organisasi Gereja kepada Kristus sebagai Pemilik
Gereja, Jemaat dan donatur sebagai penyumbang dana serta para
Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah seperti Badan
Pekerja Daerah (BPD) maupun di tingkat nasional seperti Badan
Pekerja Harian (BPH)/Sinode.
Pada organisasi Gereja, akuntabilitas keuangan dapat
diwujudkan dalam bentuk penatalayanan (oikonomia) terkait
pengelolaan sumber daya yang meliputi sarana dan prasarana,
harta milik atau keuangan dan sumber daya manusia secara
optimal bagi pencapaian visi. Pengertian yang digunakan dalam
Alkitab tidak menyimpang dari istilah Ekonomi, seperti halnya
dalam Ekonomi menggunakan istilah Oikonomos, kata
“Bendahara” dalam Alkitab juga demikian. Tuhan memberikan
manusia “Mandat Kultur” sebagai tugas untuk perkembangan
dunia dan seluruh isinya. “Kultur” berasal dari bahasa latin yaitu
Colere yang artinya mengusahakan, memelihara, menghiasi,
mendiami, dan melayani (G. Riemer 2004) dalam Silvia dan
Ansar (2011).
Ayat Alkitab terkait pengelolaan keuangan diperkuat
melalui ayat Alkitab Markus 12: 17 yaitu:
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah!”.
20
Dengan demikian, kerangka pemikiran penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
KRISTUS
(PEMILIK
GEREJA)
JEMAAT DAN
DONATUR
(PENYUMBANG
DANA)
BPD (TINGKAT
DAERAH) DAN
BPH/SINODE
(TINGKAT
NASIONAL)
PENGURUS
(GEMBALA SIDANG,
PENATUA, BENDAHARA,
SEKRETARIS, KETUA
KOMISI PEMUDA DAN
ANAK, SERTA
PENGURUS BIDANG
KATEGORIAL)
(PENGELOLA GEREJA)
Akuntabilitas Kepemimpinan
Akuntabilitas
Spiritual Akuntabilitas
Keuangan
21
METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan metoda Studi Kasus. Studi kasus merupakan
tipe pendekatan dalam penelitian yang penelahaannya kepada
satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan
komprehensif (Jailani 2013).
Unit Analisis dan Unit Amatan
Unit analisis dalam penelitian ini adalah praktik
akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Sedangkan
unit amatan dalam penelitian ini adalah Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa. Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa terdiri dari
Gembala Sidang, Para Penatua, Sekretaris, Bendahara, Ketua
Komisi Pemuda dan Anak, serta Pengurus Bidang Kategorial.
Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara yang dilakukan dengan nara sumber. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui sumber dokumen-dokumen seperti
Alkitab, Pengajaran Dasar GBI, Tata Gereja GBI, Sejarah GBI,
dokumen terkait untuk pencatatan transaksi, program kerja per
bidang kategorial dan secara umum, laporan keuangan per bidang
kategorial dan secara umum, serta dokumen-dokumen lain yang
terkait dengan penelitian.
22
Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara
melakukan wawancara mendalam terhadap Bapak Pdt. Paulus
Raditya Praba selaku Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa, Para Penatua GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa, Ibu Aniek
Setyawati selaku Sekretaris dan Ketua Komisi Pemuda dan Anak
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa, Bapak Yusak Hartono selaku
Bendahara GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa, serta Pengurus bidang
kategorial GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Sedangkan pengumpulan
data sekunder diperoleh dengan cara menggunakan daftar cek
kajian dokumen/check list document review yang diperoleh dari
Fulltimer Gereja disertai dengan observasi di lapangan untuk
mendukung hasil wawancara.
Analisis Data Kualitatif
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif
(Sugiyono 2012), yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi proposisi. Analisis
data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan dan setelah selesai di lapangan. Sugiyono (2012)
memberi saran untuk menggunakan analisis data yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) yang dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data yaitu data reduction/reduksi data, data display/penyajian
data dan conclusion drawing/verification/penarikan kesimpulan.
Mereduksi data dilakukan dengan cara merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
23
penting, dicari tema dan polanya, yang akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya. Langkah selanjutnya adalah
mendisplay data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya untuk memudahkan
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Langkah
selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang namun setelah diteliti
nantinya menjadi jelas.
Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
untuk menguji keabsahan data yang digunakan. Menurut
Moleong (2013), triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Menurut Sugiyono (2013), triangulasi adalah
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada.
Menurut Pawito (2007) Ada beberapa jenis teknik
triangulasi yaitu: (1) Triangulasi Sumber, menunjuk pada upaya
peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi
guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama;
24
(2) Triangulasi Metode, menunjuk pada upaya peneliti
membandingkan temuan data yang diperoleh dengan
menggunakan suatu metode tertentu; (3) Triangulasi Teori,
menunjukkan pada penggunaan perspektif teori yang bervariasi
dalam menginterpretasi data yang sama; dan (4) Triangulasi
Peneliti, dapat dilakukan ketika dua atau lebih peneliti bekerja
dalam suatu tim yang meneliti persoalan yang sama. Berdasarkan
keempat jenis teknik triangulasi diatas, peneliti memilih untuk
menggunakan teknik triangulasi sumber. Peneliti menggunakan
cara ini karena teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, check list document review dan observasi secara
langsung untuk mendukung hasil wawancara. Dari hasil
wawancara, check list document review, dan observasi tersebut,
data yang didapat akan diperiksa dengan data dari sumber lain
sehingga sudah cukup untuk membuktikan keabsahan data
tersebut.
Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini terkait dengan praktik akuntabilitas
spiritual, kepemimpinan, dan keuangan di organisasi Gereja.
Dalam praktik akuntabilitas tersebut menjelaskan mengenai
hubungan antara Pengurus kepada Kristus sebagai Pemilik
Gereja, Jemaat dan donatur sebagai penyumbang dana, serta para
Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah seperti Badan
Pekerja Daerah (BPD) maupun di tingkat nasional seperti Badan
Pekerja Harian (BPH)/Sinode.
25
PROFIL ORGANISASI GEREJA DAN
PERSYARATAN PRIBADI PENGURUS GBI Dr.
CIPTO 3 AMBARAWA
Profil Organisasi Gereja
Gereja Bethel Indonesia (GBI) beralamat di Jl. Dr. Cipto 3
Ambarawa 50612, Telp/Faks: (0298) 591192 serta No. Registrasi:
41 Tgl. 9 Desember 1972 dibaharui No. 211 Tgl. 25 November
1989. Gereja ini didirikan pada tahun 1970 dengan status
bangunan Hak Guna Bangunan dengan luas tanah + 420 M2 serta
Luas Bangunan + 390 M2. GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dirintis
mulai tahun 1970. Pada waktu itu berusaha mengembangkan
pelayanan di bidang wanita, anak dan juga mengadakan kegiatan
POS PI di daerah Bandungan, Kupang Dukuh Ambarawa,
Tambakboyo, Bawen dan Gempol Pojoksari. Oleh kasih karunia
Tuhan, Pos PI Bandungan, Tambakboyo dan Bawen kemudian
bertumbuh menjadi Gereja Cabang. Tahun 1981 GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa memiliki gedung permanen yang cukup luas untuk
menampung Jemaat yang semakin bertambah jumlahnya.
Pada tahun 1987 Gembala Sidang Pdt. David Sumendap
meninggal dunia dan digantikan Ibu Gembala Ibu Pdm. Hermien
Sumendap. Tahun 1990 Gereja Cabang Bandungan dan
Tambakboyo didewasakan menjadi Gereja yang mandiri. Tahun
1993 Pdt. Yakub Sulistyo menjadi wakil Ibu Gembala yang
kesehatannya mulai menurun, dan menjadi Gembala Sidang
setelah Ibu Gembala meninggal tahun 1998. Tahun 1998 Gereja
26
mulai mengadakan kegiatan Komsel (Kelompok Sel). Oleh
karena itu kegiatan Pos PI di Kupang Dukuh dan Gempol
melebur dalam Komsel yang ada. Tahun 2005 Gereja Cabang
Bawen didewasakan menjadi Gereja yang mandiri.
Tahun 2001 GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa mengalami
permasalahan intern tentang pengajaran dari Gembala Sidang
yang tidak sejalan dengan pengajaran dari GBI, sehingga
Gembala Sidang diberhentikan. Kejadian ini mengakibatkan
penurunan jumlah Jemaat. Tahun 2004 Pdt. Paulus Raditya Praba
diteguhkan oleh Sinode untuk menjadi Gembala Sidang GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa. Hal pertama yang dilakukan Pdt. Paulus
Raditya Praba adalah meluruskan pengajaran yang sempat
disampaikan oleh Pdt. Yakub Sulistyo, dan kembali kepada
pengajaran yang sejalan dengan Sinode GBI. Selain itu Pdt.
Paulus Raditya Praba juga membangun kembali kepercayaan
Jemaat kepada Pengurus, termasuk didalamnya Gembala Sidang
melalui visitasi dan rekonsiliasi ke Jemaat yang masih
berkomitmen bergabung di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Sampai
saat ini dibawah penggembalaan Pdt. Paulus Raditya Praba
jumlah Jemaat kembali meningkat. Dan memiliki 2 Pos PI di
Desa Toyogiri Tuntang dan Dsn. Gentungan Desa Ngajaran
Tuntang.
Untuk mencapai pemerintahan organisasi Gereja yang
baik maka GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa pada tahun 2015
menetapkan visi dan misi yang menjadi dasar di dalam
melakukan program atau kegiatan yang dilakukan selama tahun
2015. GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki visi Menjadi Gereja
27
yang Sehat yaitu, (1) Pengajaran yang sesuai Firman Tuhan; (2)
Kehidupan antar Jemaat yang harmonis dan saling melengkapi;
(3) Kegiatan-kegiatan yang berdampak bagi lingkungan
masyarakat.
Misi GBI Dr Cipto 3 Ambarawa yaitu, (1) menjadikan
Jemaat murid dan anggota keluarga Allah yang dewasa melalui
penyampaian firman Tuhan di Ibadah Umum maupun Kategorial
serta melalui kegiatan Komsel, persekutuan doa; (2)
memperlengkapi Jemaat untuk membangun tubuh Kristus melalui
pengkaderan pelayan serta mengutus Pengurus/Jemaat mengikuti
pelatihan atau seminar; (3) mengutus Jemaat untuk menjadi
berkat di tengah masyarakat dengan mendorong dan mendukung
Jemaat untuk aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat
dimana mereka tinggal, dengan sukarela membantu dan
berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan
oleh lingkungan setempat atau Pemerintah Daerah, serta
mengutus Pengurus dan Jemaat untuk menghadiri acara atau
kegiatan yang dilaksanakan oleh lingkungan setempat atau
Pemerintah Daerah.
Untuk melayani Jemaat, GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
membentuk 11 (sebelas) bidang pelayanan yang memiliki
program kerja selama satu tahun. Menjelang akhir tahun
dilakukan evaluasi dan penyusunan program kerja yang baru
untuk tahun yang akan datang. Setiap bidang memiliki Pengurus
masing-masing sehingga program kerja yang disusun dan
dilaksanakan lebih terarah dan tepat sasaran. Sebelas bidang
kategorial GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa terdiri dari: Bidang Anak
28
(ABI), Bidang Pemuda dan Remaja (Heavy), Bidang Dewasa
Muda (DMBI). Bidang Anak, Pemuda dan Remaja, serta Dewasa
Muda di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa berada dibawah naungan
Komisi Pemuda dan Anak yang diketuai oleh Ibu Aniek
Setyawati. Selain itu terdapat Bidang Wanita (WBI), Bidang
Pelmas, Bidang PI & Misi, Bidang mission Care, Bidang Lansia,
Bidang Ibadah, Bidang Multimedia, serta Bidang Interior dan
Pemeliharaan.
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa digembalakan oleh Gembala
Sidang Bp. Pdt. Paulus Raditya Praba. Dalam melaksanakan
tugasnya, Beliau dibantu oleh Para Penatua, Sekretaris,
Bendahara, Fulltimer, dan Para Pelayan Tuhan. Penatua GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa terdiri dari Bp. Yusak Hartono, Ibu Imelda
Handayani, Bp. Daniel Suparjan Sarwono, BA, Bp. Pdp. Yohanes
Joko Susilo, S.Pd, Bp. Anas Susanto, Bp. Petrus Joko Sulistyo,
SE, dan Ibu Aniek Setyawati.
Para Penatua memiliki tugas yaitu: (1) Membantu
Gembala Sidang dalam memperhatikan, memotivasi, mengajar,
menasihati Jemaat yang sedang menghadapi masalah; (2)
Memberikan teladan dalam hidup kerohanian dan tingkah laku
kepada Jemaat sehingga memberi inspirasi Jemaat mengikuti
jejak hidupnya; (3) Menjaga, memelihara kesatuan dan
keharmonisan Jemaat dengan memberi penjelasan tentang isu-isu
yang tidak benar baik dalam kebenaran Firman Tuhan atau
masalah Gereja; (4) Tidak membatalkan keputusan-keputusan
dalam rapat yang sudah diadakan sebelumnya secara sepihak; (5)
Ikut mendorong, memotivasi bidang-bidang untuk melaksanakan
29
program dengan baik; (6) Memutuskan hal-hal yang penting dan
strategis untuk meningkatkan pelayanan kepada Jemaat.
Sekretaris GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa adalah Ibu Aniek
Setyawati. Sekretaris memiliki tugas yaitu: (1) Bertanggung
jawab atas arsip-arsip gereja; (2) Memberikan pelayanan
administrasi kepada Jemaat yang membutuhkan; dan (3)
Bekerjasama dengan Ketua bidang untuk menyampaikan program
kerja atau acara di dalam Warta Jemaat.
Bendahara GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa adalah Bp. Yusak
Hartono. Bendahara memiliki tugas yaitu: (1) Bertanggung jawab
atas pengelolaan keuangan Gereja; (2) Bertanggung jawab atas
biaya operasional Gereja; (3) Membuat laporan persepuluhan
Jemaat setiap bulan; dan (4) Membuat laporan keuangan kepada
Gembala Sidang.
Fulltimer GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa terdiri dari Bp.
Pdm. Timotius Budi LA, S.Th, Bp. Pdm. Mardi Pamungkas, S.Th
(koord. Pos PI Gentungan), Sdr. I Wayan Sanjaya (di sekretariat
Gereja), Ibu Aniek Setyawati (di sekretariat Gereja), dan Sdr.
Paijan (koster). Fulltimer memiliki tugas yaitu: (1)
Bertanggungjawab atas kegiatan harian, kebersihan dan
keamanan Gereja; (2) Visitasi Jemaat dan pelayanan perjamuan
kudus bagi Jemaat lansia; (3) Memberikan bantuan/pertolongan
kepada Jemaat yang membutuhkan pelayanan sewaktu-waktu
(sakit, meninggal, musibah); (4) Memberikan pelajaran untuk
persiapan menerima Baptisan Air (Pdm. Timotius Budi LA,
S.Th).
30
Selain itu, Pelayan Tuhan yang lain terdiri dari Pelayan
Perjamuan Kudus 14 orang; Pelayan Pujian 34 orang; Pelayan
Multimedia 10 orang; Pelayan Usher 27 orang; Pelayan
Persembahan 6 orang; Guru Sekolah Minggu 30 orang; serta
Ketua KTB 13 orang. Terdapat beberapa orang yang merangkap
dalam pelayanan. Secara umum, struktur organisasi GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa dapat dinyatakan dalam Lampiran 13.
Persyaratan Pribadi Pengurus Dalam Mewujudkan Praktik
Akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Berdasarkan Buku Tata Gereja GBI (2014) bagian Tata
Tertib GBI menjelaskan terkait Pemimpin Jemaat lokal adalah
sebagai berikut:
“Pasal 3 ayat 1: Gembala Jemaat adalah pemimpin
Jemaat Lokal dan bertindak sebagai ketua dalam
kepengurusan Jemaat lokal.”
“Pasal 3 ayat 2: Gembala Jemaat membentuk Pengurus
Jemaat Lokal secara otonom, yang susunannya dapat
dikembangkan sesuai kebutuhan untuk menunjang
pelayanan.”
“Pasal 3 ayat 3: Gembala Jemaat berwenang
mengangkat dan memberhentikan anggota Pengurus
Jemaat Lokal yang dipimpinnya, sedangkan masa bakti
suatu kepengurusan Jemaat Lokal, ditentukan oleh
Gembala Jemaat.”
“Pasal 3 ayat 4: Gembala Jemaat berwenang untuk
menentukan kebijakan-kebijakan pada Jemaat Lokal yang
dipimpinnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
Firman Tuhan dan atau Tata Gereja GBI.”
Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa berjumlah 12 orang
yang terdiri dari 7 orang Laki-Laki dan 5 orang Perempuan.
31
Pengurus terdiri dari Gembala Sidang, Para Penatua, Sekretaris,
Bendahara, Pengurus Bidang, serta Ketua Komisi Pemuda dan
Anak yang membawahi Bidang Anak (ABI), Bidang Pemuda dan
Remaja (Heavy), dan Bidang Dewasa Muda (DMBI). Gembala
Sidang merupakan Ketua kepengurusan Jemaat Lokal (Pasal 3
ayat 1). Dalam hal ini pembentukan kepengurusan Jemaat Lokal
dengan pengembangan susunan untuk menunjang pelayanan,
pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan masa
bakti suatu kepengurusan, serta penentuan kebijakan ditentukan
oleh Gembala Sidang sesuai dengan Pasal 3 dalam Buku Tata
Gereja GBI (2014). Untuk pengembangan susunan guna
menunjang pelayanan, GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa membentuk
Bidang-bidang seperti dinyatakan dalam Lampiran 2. Dalam
penentuan kepengurusan Jemaat Lokal, GBI Pusat tidak
melakukan intervensi dikarenakan GBI merupakan otonom sesuai
dengan Pasal 3 ayat 2.
Dari 12 orang Pengurus yang ada, Pengurus yang masuk
kedalam kategori usia dibawah 50 tahun berjumlah 8 orang (4
orang laki-laki dan 4 orang perempuan) dan Pengurus yang
masuk kategori usia diatas 50 tahun berjumlah 4 orang (3 orang
laki-laki dan 1 orang perempuan). Tingkat pendidikan Pengurus
juga beragam, Pengurus yang masuk kategori pendidikan SMP-
SMA berjumlah 6 orang (2 orang laki-laki dan 4 orang
perempuan), pendidikan D1-D3 berjumlah 2 orang (hanya 2
orang laki-laki), dan pendidikan S1-S2 berjumlah 4 orang (3
orang laki-laki dan 1 orang perempuan). Pengurus memulai
pelayanan pada usia yang berbeda-beda, Pengurus yang memulai
32
pelayanan antara usia 10-20 tahun berjumlah 6 orang (2 orang
laki-laki dan 4 orang perempuan), antara usia 21-30 tahun
berjumlah 5 orang (4 orang laki-laki dan 1 orang perempuan), dan
antara usia 31-40 tahun berjumlah 1 orang (hanya 1 orang laki-
laki).
Tugas pelayanan merupakan tugas setiap orang yang lahir
di dunia ini dengan mempunyai suatu talenta (pembawaan)
alamiah yang Tuhan percayakan (Senduk 1989). Setiap orang
yang lahir baru oleh iman kepada Yesus Kristus mempunyai
suatu talenta (karunia) rohani (Roma 12: 3). Menurut Wiersbe
dan Wiersbe (2011) mengungkapkan 10 kekuatan pelayanan yang
Alkitabiah yaitu: (1) Fondasi pelayanan adalah karakter atau
kepribadian; (2) Sifat alami pelayanan adalah melayani bukan
dilayani; (3) Motivasi pelayanan adalah kasih bukan uang atau
kekuasaan; (4) Ukuran pelayanan adalah pengorbanan bukan
kesuksesan; (5) Otoritas pelayanan adalah penundukan atau
ketaatan dan bukan kepangkatan; (6) Tujuan pelayanan adalah
kemuliaan Allah bukan kemuliaan diri; (7) Alat pelayanan adalah
firman Tuhan dan doa; (8) Keistimewaan pelayanan adalah
pertumbuhan kualitas bukan hanya pertumbuhan kuantitas; (9)
Kuasa pelayanan adalah Roh Kudus bukan acara atau kegiatan;
dan (10) Teladan pelayanan adalah Yesus Kristus.
Pada Lampiran 2 menunjukkan data pribadi Pengurus GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa terkait jenis kelamin, usia, pekerjaan, awal
melayani Tuhan, serta apakah Pengurus pernah mengikuti
Sekolah Alkitab atau tidak. Di dalam sebuah pelayanan, Tuhan
tidak pernah memandang manusia baik dari latar belakang
33
keluarga, pendidikan, pekerjaan, serta usia, karena yang dilihat
Tuhan adalah kemauan, kesungguhan, serta sikap hati kita kepada
Tuhan untuk mau dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya. Tuhan
juga melihat kesetiaan hati kita dalam melayani Tuhan. Ketika
kita setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakan
kepada kita perkara yang lebih besar (Lukas 16: 10). Berikut
pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus Raditya
Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Sebetulnya background saya adalah seorang pedagang.
Hanya saja saya rindu menyenangkan hati Tuhan sesuai
dengan kapasitas saya sebagai seorang pedagang.
Awalnya saya hanya ikut mengkoordinir kegiatan-
kegiatan pelayanan misalnya Paskah dan Natal,
mengundang teman-teman hamba Tuhan yang ada di
pedesaan, dikumpulkan, kemudian dipanggilkan
pembicara-pembicara dan setelah itu mereka dibekali
seperti buku-buku rohani, pakaian untuk pelayanan,
karena kami menyadari bahwa mereka kurang
informasi”.
Sesuai dengan pasal 3 ayat 4 dalam buku Tata Gereja GBI
menjelaskan bahwa “Gembala Jemaat berwenang untuk
menentukan kebijakan-kebijakan pada Jemaat Lokal yang
dipimpinnya, sepanjang tidak bertentangan dengan Firman
Tuhan dan atau Tata Gereja GBI”. Kebijakan-kebijakan yang
dibuat salah satunya adalah menyangkut persiapan yang perlu
diperhatikan sebelum menjadi pelayan Tuhan. Dalam buku saku
pelayanan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa tahun 2015 disampaikan
bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan atau disiapkan untuk
menjadi pelayan Tuhan yaitu: (1) Sudah dibaptis secara selam.
Dalam pengakuan iman GBI yang terdapat dalam buku Tata
34
Gereja GBI (2014) menyatakan bahwa: “Setiap orang yang
bertobat harus dibaptis secara selam dalam Nama Bapa, Anak
dan Roh Kudus, yaitu dalam Nama Tuhan Yesus Kristus”.
Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan
bahwa baptisan air adalah salah satu sakramen gerejawi sejak
awal abad pertama. Dalam perkembangan pengajaran Gereja
terdapat perbedaan antara Gereja Roma Katolik yang
melaksanakan tujuh sakramen yaitu Baptisan, Air, Eukaristi,
Pernikahan, Perminyakan, Penguatan, Pengakuan Dosa, dan
Imamat. Sedangkan GBI merupakan Gereja Protestan yang
melaksanakan dua sakramen saja yaitu Baptisan Air dan
Perjamuan Kudus. Dalam Matius 28: 18-20 dan Markus 16: 15-
18 merupakan perintah dari Amanat Agung yaitu Yesus Kristus
untuk melakukan pembaptisan. Baptisan adalah tindakan iman
bahwa kehidupan lama dengan seluruh dosa kita dikuburkan
bersama kematian dan penguburan Yesus Kristus dan
dibangkitkan bersama dengan Kristus oleh kemuliaan Allah dan
memperoleh hidup baru di dalam Yesus Kristus.
(2) Melayani pekerjaan Tuhan sesuai dengan
talenta/karunia; (3) Mempelajari, mengetahui, menguasai
bidangnya dengan baik sehingga bisa memberi yang terbaik bagi
Tuhan; (4) Bisa melayani sesuai dengan Prinsip “Kerajaan Allah”
dalam pelayanan maupun dalam hidupnya, bukan hanya rapi,
teratur saja, tetapi juga hidup berkenan di hadapan Tuhan; (5)
Menurut kepada aturan yang sudah ditetapkan, karena pelayanan
pekerjaan Tuhan adalah kerja tim maka dibutuhkan kesediaan
setiap orang yang terlibat di dalamnya untuk memperhatikan
35
aturan-aturan yang berlaku seperti: (a) Menghormati koordinator
atau ketua bidang yang sudah ditunjuk; (b) Mengikuti pertemuan
doa, latihan dan persiapan pelayanan yang sudah dijadwalkan
bersama dengan tepat waktu; (c) Memberitahukan kepada
koordinator apabila berhalangan saat bertugas (minimal 2 hari
sebelumnya); dan (d) Mengenakan seragam yang sudah
ditetapkan bersama;
(6) Menjaga dan meningkatkan kesatuan dan kekompakan
dengan saling bekerjasama yaitu saling menghargai, menghormati
satu dengan yang lain, sehati, sepikir satu jiwa dengan satu tujuan
sehingga hidup dan pelayanannya semakin berdampak bagi
kemuliaanNya; (7) Terbuka kepada teguran atau masukan dari
koordinator atau siapapun yang berguna untuk kemajuan
pelayanan. Kerendahan hati dan penundukan diri harus ada dalam
diri setiap pelayan Tuhan; serta (8) Kemauan dan kesediaan untuk
belajar meningkatkan kemampuan (skill) dalam pelayanan di
bidangnya baik secara pribadi atau melalui pengarahan dari
Bapak Gembala/ Pengurus, seminar, klinik musik, dan lain
sebagainya.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt.
Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa terkait persyaratan dalam memulai melayani Tuhan:
“Ketika mengangkat seseorang untuk menjadi Pengurus
secara umum saya akan melihat integritas hidupnya, cara
berbicara, kerendahan hatinya, dan tidak sewenang-
wenang. Artinya kalau saya sudah memberikan tugas
kepada seseorang, saya akan menilai dari jauh dan
bertanya kepada orang dekat yang ada di sekitarnya.
Selain itu, penilaian secara khusus yaitu dilihat
36
kerohaniannya. Kriteria seseorang untuk pelayanan yaitu
lahir baru. Lahir baru itu artinya hidupnya berbuah.
Buah hidup itu hasil melakukan firman. Dalam Galatia 5:
19-20 menjelaskan hidup yang dipimpin Roh atau
dipimpin daging. Kalau hidupnya dipimpin Roh pasti
menghasilkan buah (ayat 22)”.
Berdasarkan buku Penyuluh GBI (2016), dalam melayani
Tuhan GBI tidak mensyaratkan bahwa seseorang harus mengikuti
Sekolah Alkitab atau Sekolah Theologia seperti yang menjadi
persyaratan Gereja-Gereja lain. GBI mensyaratkan seseorang
menjadi Gembala apabila dia dapat memenangkan jiwa dan bisa
membangun Gereja. Tetapi GBI sadar bahwa semangat pelayanan
saja tidak cukup. Untuk itu diperlukan juga berbagai keterampilan
untuk meningkatkan pelayanan. Pada Pasal 2 dalam Buku Tata
Gereja GBI (2014) terkait Syarat Jemaat Lokal menyatakan
bahwa:
“Pasal 2 ayat 1: Memiliki anggota Jemaat yang terdiri
dari sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang yang
dibaptis secara selam dan berbakti secara tetap di Jemaat
tersebut”.
“Pasal 2 ayat 2: Memiliki alamat yang jelas”.
“Pasal 2 ayat 3: Digembalakan oleh seorang pejabat
Gereja Bethel Indonesia“.
“Pasal 2 ayat 4: Memiliki Pengurus Jemaat lokal”.
“Pasal 2 ayat 5: Telah dilaporkan dan didaftarkan
kepada BPD dan BPH”.
Dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) menjelaskan
mengenai pengertian Jemaat Gereja, anggota Gereja, dan Pejabat
Gereja yaitu sebagai berikut:
“Pasal 6 tentang Jemaat Gereja: “Jemaat Gereja ialah
persekutuan orang percaya yang telah menerima Yesus
37
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta dibaptis
secara selam yang digembalakan seorang pejabat Gereja
Bethel Indonesia dan bersifat otonom.”
“Pasal 7 tentang Anggota Gereja: “Anggota Gereja ialah
orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat serta beribadah secara
teratur pada jemaat lokal.”
“Pasal 8 tentang Pejabat Gereja: “Pejabat Gereja ialah
seorang yang dilantik oleh Gereja Bethel Indonesia
sebagai Pendeta disingkat Pdt., Pendeta Muda disingkat
Pdm., dan Pendeta Pembantu disingkat Pdp., untuk
bertugas dalam pelayanan Gereja”.
Berdasarkan Lampiran 2, dari 12 Pengurus GBI Dr. Cipto
3 Ambarawa yang mengikuti Sekolah Alkitab hanya 2 orang (1
orang laki-laki dan 1 orang perempuan), pendalaman Alkitab
hanya 1 orang laki-laki serta 9 orang lainnya (5 orang laki-laki
dan 4 orang perempuan) belum pernah melakukan Sekolah
Alkitab. Hanya saja untuk meningkatkan pelayanan, Pengurus
mengikuti kegiatan seminar, workshop, dan pelatihan-pelatihan.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus
Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa:
“GBI tidak mengharuskan seseorang Sekolah Alkitab.
Kebetulan saya tidak punya background theologia. Tetapi
kalau ingin menjadi Pendeta harus melalui sebuah ujian-
ujian. Dalam ujian itu kita belajar materi-materi yang
ada di Sinode GBI. Dari ujian tersebut kemudian baru
dinyatakan lulus. Awal mulanya menjadi Pendeta
Pembantu (Pdp) harus melalui ujian selama 3 tahun,
kemudian selama 4 tahun lagi diuji untuk meningkat
menjadi Pendeta Muda (Pdm), dan terakhir diuji selama 3
tahun lagi untuk menjadi Pendeta Tetap (Pdt). Jadi,
melalui proses menjadi Pendeta kurang lebih adalah 10
38
tahun. Tentunya dengan perjalanan menuju kesana pasti
ada banyak pengalaman, tanggung jawab, persoalan
masalah dan bagaimana cara mengatasinya”.
Dalam buku Tata Gereja GBI (2014) menyatakan bahwa
Pengurus GBI dipanggil oleh Allah dalam memenuhi Amanat
Agung Tuhan Yesus Kristus untuk memberitakan injil bagi segala
bangsa (Matius 28: 19-20) dengan kuasa Roh Kudus (Kisah Rasul
1: 8), berlandaskan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
(II Timotius 3: 16) dan berpedoman pada Pengajaran Dasar dan
Tata Gereja. Setiap orang yang telah diselamatkan dari
perhambaan dosa dan kebinasaan oleh iman kepada Tuhan Yesus
Kristus, selanjutnya harus mengalami pertumbuhan rohani
(Kolose 3: 10) dan aktif dalam kehidupan berjemaat serta
diperlengkapi untuk membangun tubuh Kristus (Efesus 4: 12).
Menyadari hal tersebut, Pengurus GBI berperan dalam
membangun karakter dan mendewasakan setiap anggota jemaat
agar menjadi hamba kebenaran sehingga menjadi serupa dengan
Kristus (Roma 6: 19; 8: 29). Dalam mewujudkan hal tersebut,
GBI berperan mewujudkan praktik akuntabilitas dalam bentuk:
Kesaksian (Marturia), Persekutuan (Koinonia), Peribadatan
(Leiturgia), Pelayanan (Diakonia), Pemuridan (Didaskalia),
Penggembalaan (Poimenoia), dan Penatalayanan (Oikonomia).
Dalam hal ini GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki
Pengurus baik yang terlibat dalam GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
secara umum maupun bidang kategorial yang dilakukan secara
rutin seperti bidang anak (ABI), bidang pemuda dan remaja
(Heavy), bidang dewasa muda (DMBI), dan bidang wanita (WBI)
39
berdasarkan kategori usia agar tujuan pelayanan yang dilakukan
lebih tepat kepada sasaran. Selain itu, Pengurus bidang internal
yang turut mendukung kegiatan pelayanan internal GBI Dr. Cipto
3 Ambarawa serta bidang eksternal yang terkait dengan bidang
sosial untuk mendukung kegiatan Misi GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa. Pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus
Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa:
“Dalam Alkitab menjelaskan tentang Tubuh Kristus (1
Korintus 12: 12-27) yaitu tidakkah engkau tahu bahwa
kamu itu tubuh dan di dalam tubuh itu ada banyak organ.
Jangan memandang ada organ yang penting dan tidak
penting karena semuanya penting. Kalau semua
menyadari hal ini bahwa semua organ berfungsi dengan
baik maka hal ini akan membawa dampak bagi pekerjaan
Tuhan secara utuh”.
PRAKTIK AKUNTABILITAS SPIRITUAL PENGURUS
GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA
Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa Dalam Wujud Marturia
Praktik pelayanan yang pertama perlu dipersiapkan kalau
hidup di dalam pertobatan dengan cara melakukan kesaksian
(marturia). Marturia bermakna kesaksian, bersaksi, memberi
kesaksian secara benar dan tepat tentang hal-hal yang pernah
dilihat dan didengar, menceritakan realitas yang sebenarnya,
mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan peristiwa
40
yang dialami sebelumnya. Setidaknya bersaksi menyampaikan
perubahan hidup itu merupakan sebuah kesaksian diawali dengan
kehidupan pertobatan yang nantinya akan menghasilkan buah-
buah kehidupan dari kehidupan dan perkataan, sehingga
menimbulkan kesaksian bagi orang lain. Berikut pernyataan yang
disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba selaku
Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Tugas kesaksian merupakan tugas semua orang percaya tidak
dibatasi Pendeta atau Pelayan Tuhan tetapi semua orang
percaya punya kewajiban untuk bersaksi dalam menggenapi
amanat agung-Nya. Kesaksian itu sebetulnya pengalaman
pribadi yang dibagikan ke orang lain. Jadi marturia ini
sebetulnya merupakan khotbah yang hidup bukan teori karena
berdasarkan pengalaman pribadi. Namun masalahnya kenapa
sudah mengalami kasih dan kebaikan Kristus tetapi tidak mau
bersaksi? berarti ada yang kurang baik di dalam hatinya. Ini
adalah tugas saya untuk terus mendorong, membuka hati, dan
memotivasi Jemaat”.
Dalam pengakuan iman GBI yang terdapat dalam buku
Tata Gereja GBI (2014) menyatakan “Aku percaya bahwa:
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman
Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus”. Dalam buku Pengajaran
Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa Allah memberikan
Alkitab, sebuah buku petunjuk (manual) agar dengan mentaatinya
manusia memiliki keselamatan dan kehidupan yang sepenuhnya,
yang sesuai dengan desain Allah. Alkitab merupakan Firman
Allah yang memiliki otoritas dari Allah. Otoritas Alkitab ini
berarti bahwa: (1) Alkitab tidak mungkin salah karena Alkitab
41
merupakan karya Allah dan Allah sumber kebenaran dan segala
yang benar; (2) Alkitab adalah penyataan Allah. Dalam hal ini
Kristus menyatakan diri-Nya melalui Alkitab: (3) Alkitab
mencapai maksud dan tujuan utamanya yaitu keselamatan
manusia. Mentaati Alkitab sama dengan mentaati Allah yang
telah memberikan anak-Nya Kristus, bagi keselamatan manusia;
(4) Alkitab menjamin Allah mau dan berkuasa memenuhi segala
janji yang tertulis di dalamnya. Dalam Alkitab tertulis segala janji
dan penyataan bahwa Allah yang akan menggenapi janjiNya; (5)
Alkitab adalah cukup, tidak perlu menambah ataupun
menguranginya. Alkitab mampu menjawab setiap kebutuhan
manusia akan Allah dan segala pertanyaan engenai kehendak-Nya
bagi manusia; serta (6) Alkitab adalah terang sehingga manusia
tidak akan berjalan dalam kegelapan. Tidak ada kehidupan yang
lebih baik bagi manusia daripada yang ditawarkan Alkitab.
Sebelum melakukan tugas kesaksian Pengurus
mempersiapkan diri dengan membaca Alkitab/firman Tuhan dan
berdoa terlebih dahulu seperti yang dinyatakan dalam Lampiran
3. Berdoa dan membaca firman Tuhan dilakukan Pengurus setiap
hari dengan melakukan saat teduh. Pengurus melakukan saat
teduh pada saat pagi hari sebelum melakukan aktivitas. Selain itu,
berdoa dan membaca firman Tuhan juga dilakukan oleh Pengurus
pada malam hari sebelum tidur sekaligus dengan merenungkan
hal-hal apa saja yang sudah dilakukan pada hari tersebut yang
berguna bagi hidup orang lain. Karena pada dasarnya kesaksian
itu tidak terbatas di dalam gedung Gereja melainkan dimanapun
dan dengan siapapun kita berada kesaksian itu dapat dilakukan.
42
Tujuannya adalah kesaksian yang diberitakan tersebut
dapat mengena di dalam kehidupan Jemaat dan melalui kesaksian
yang diberitakan Jemaat dapat termotivasi untuk nantinya
bersaksi bagi orang lain. Dalam bentuk khotbah Pengurus dapat
memberi kesaksian tetapi lebih dari itu kehidupan Pengurus
adalah khotbah yang hidup. Allah mengutus anak-Nya Yesus
Kristus, Kristuspun mengutus murid-murid-Nya ke dalam dunia
(Yohanes 20: 21), supaya kabar keselamatan (Injil)
diproklamirkan. Tugas ini diberikan Allah kepada setiap orang
yang percaya dengan karunia masing-masing, agar dapat
diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan. Berikut pernyataan
dari Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang
Lansia sekaligus salah satu Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
terkait dengan persyaratan sebelum melakukan tugas kesaksian:
“Syarat pertama yaitu harus lahir baru, mengalami
perjumpaan dengan Tuhan Yesus secara pribadi,
Kemudian terkait lahir baru ini dilihat dari sisi
pengalamannya dengan Tuhan. Lahir baru juga dilihat
dari sudut kehidupan secara pribadi mengalami
perubahan di dalam Tuhan walaupun itu tidak harus
100% tetapi mulai terlihat dan perubahan itu juga
merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus.
Kemudian harus dipenuhi dengan Roh Kudus. Dipenuhi
oleh Roh Kudus dalam arti karya Roh Kudus, buah-buah
Roh Kudus itu nampak dalam kehidupannya dipimpin
oleh Roh Kudus. Sebab tanpa Roh Kudus maka kesaksian
kita mungkin hanya mengandalkan kekuatan sendiri.
Sedangkan dalam Firman Tuhan berkata bahwa Roh
Kudus itu akan memimpin apa yang harus kita ucapkan,
juga bila kita mengatakan kebenaran Firman Tuhan itu
betul-betul dipimpin oleh Roh Kudus. Kemudian karya
Tuhan khususnya karya keselamatan itu akan betul-betul
nampak dalam kehidupan kita”.
43
Namun di dalam bersaksi ini bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan. Kendala dalam bersaksi dapat terjadi karena faktor
internal maupun eksternal. Berdasarkan Lampiran 3 hampir
keseluruhan Pengurus mengatakan bahwa kendala di dalam
bersaksi adalah takut. Takut apabila ditanggapi dengan negatif
oleh orang lain pada saat bersaksi dan kemudian diserang balik.
Selain itu, takut apabila kesaksian yang diucapkan dianggap
kesaksian yang fiktif. Dalam hal ini kendala yang dihadapi
Pengurus merupakan kendala karena faktor internal. Menurut
Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang
lansia sekaligus salah satu Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
terkait penjelasan faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
“Kendala yang pertama itu misalnya dari diri sendiri.
kadang ada rasa takut, rasa sungkan. Kemudian kendala
yang kedua adalah faktor eksternal atau faktor dari luar.
Dengan adanya peraturan-peraturan yang melenceng,
peraturan-peraturan baru, pemerintahan lokal setempat
atau dari masyarakat, pemerintah pusat itu menjadi
kendala yang cukup besar dan cukup berat. Sehingga itu
juga tidak mudah bagi kita untuk bersaksi. Kemudian
adanya doktrin dari agama lain yang sudah membatasi
untuk umat mereka sebisa mungkin tidak berhubungan
dengan orang Kristen. Dan juga doktrin-doktrin mereka
yang juga akan membuat supaya mereka menjauhi kita.
Kalau kendala secara langsung ketika mempraktikkan
kesaksian itu adalah ada orang yang tidak memberikan
respon yang positif, dengan cara merendahkan itu pernah
saya alami. Misalnya ketika diajak berbicara
tanggapannya tidak suka, atau ketika masuk rumah orang
itu terlihat seperti menerima tapi sesungguhnya
menolak”.
44
Dalam bidang kategorial seperti ABI, Heavy, DMBI, dan
WBI yang diadakan rutin setiap satu minggu sekali kesaksian
dilakukan dengan berbagai cara yang menarik dan variatif. Dalam
bidang anak (ABI) kesaksian dilakukan melalui teladan guru-guru
sekolah minggu melalui tingkah laku dan perkataan, serta dapat
juga disampaikan ketika firman Tuhan disampaikan kepada anak-
anak. Sehingga anak akan termotivasi untuk menghidupi firman
tersebut dan harapannya adalah kehidupan anak-anak dapat
menjadi kesaksian baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, dan dimanapaun anak berada.
Dalam bidang pemuda dan remaja (Heavy) kesaksian
dilakukan dengan cara pembagian kelompok. Di dalam kelompok
tersebut masing-masing anggota pemuda dan remaja secara
bergantian menceritakan tentang pertolongan Tuhan, mujizat
Tuhan yang pernah dialami. Hal ini mendorong anggota pemuda
dan remaja untuk berani bersaksi dimanapun mereka berada.
Dalam bidang dewasa muda (DMBI) kesaksian tidak
dijadwalkan secara rutin, memang tidak ada waktu secara khusus
untuk meminta anggota DMBI bersaksi. Namun dalam
penyampaian firman dari pembicara atau dari pemimpin acara itu
dibuat variatif dengan cara yaitu group sharing, Dalam sharing
tersebut menyesuaikan dengan tema khotbahnya kemudian
dikaitkan atau dimasukkan kedalam group sharing tersebut. Jadi
anggota DMBI bisa sedikit banyak bersaksinya bercerita hal-hal
yang berkaitan dengan tema yang diberikan tentang firman saat
itu.
45
Dalam bidang wanita (WBI) secara rutin mempersilakan
para wanita yang hadir untuk bersaksi. WBI menanamkan suatu
metode yaitu para wanita diarahkan untuk membaca firman
Tuhan dan bersaat teduh, membangun hubungan pribadi dengan
Tuhan, kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan
pada hari jumat secara bergantian akan melakukan kesaksian. Jadi
kesaksian yang dibagikan merupakan kesaksian yang hidup dan
nyata berdasarkan pengalaman pribadi bersama dengan Tuhan
dan bukan hanya fiktif belaka.
Dari beberapa bidang kategorial yang secara rutin
diadakan setiap minggu serta bidang lainnya yang ada di GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa, Pengurus juga menyadari bahwa bersaksi
bukan merupakan hal mudah. Jika itu dilakukan dengan sesama
orang Kristen akan secara otomatis Pengurus bisa
menyampaikannya tetapi jika kesaksian tersebut dibagikan
kepada orang yang belum mengenal Tuhan termasuk orang yang
ada diluar agama Kristen maka kesaksian mengenai kasih dan
kebaikan Kristus itu menjadi kendala dalam hidup Pengurus. Hal-
hal yang sering dialami Pengurus bidang adalah perasaan takut
bagaimana jika salah bicara, minder, gugup, tidak cakap dalam
berbicara dan lain sebagainya.
Namun, ada salah satu informan yang memberikan
pernyataan terkait kesaksian yaitu Ibu Imelda Handayani sebagai
salah satu Penatua GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Kalau kesaksian itu saya tidak pernah takut karena saya
selalu berdoa kepada Tuhan. Kalau Tuhan mengijinkan
saya ini melayani baik menjadi pelayan mimbar ataupun
kesaksian, Tuhan itu harus memberikan satu kemampuan.
46
Tuhan itu harus selalu mengingatkan supaya dalam setiap
kesaksian itu tidak ada kebohongan. Jadi saya tidak takut
ditertawakan orang karena apa yang saya ceritakan itu
benar-benar suatu realita kehidupan yang saya alami”.
Dari pernyataan Informan diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam kesaksian tidak perlu merasa takut ataupun malu karena di
dalam bersaksi itu Tuhan yang memampukan dan menyertai
sehingga tidak ada suatu kebohongan ataupun kesaksian yang
disampaikan hanya sekedar fiktif. Selain itu, kesaksian yang
diberitakan bukan merupakan kesaksian hidup orang lain, namun
kesaksian hidup pribadi sehingga Pengurus tahu betapa baiknya
Tuhan dalam hidup Pengurus, serta mujizat yang Tuhan kerjakan
dalam kehidupan Pengurus. Sehingga kesaksian yang
disampaikan menjadi kesaksian yang hidup yang dapat
berdampak, menguatkan dan menjadi berkat bagi hidup Jemaat
dan orang lain yang mendengar setiap kesaksian Pengurus.
Hasil dari Pengurus melakukan tugas kesaksian adalah
Jemaat yang bersedia untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juru
Selamat dalam hidup melalui pembaptisan seperti yang terdapat
pada Lampiran 18. Sebelum melakukan pembaptisan, Jemaat
melakukan kegiatan katekisasi pembaptisan yang dilaksanakan
sebanyak 3 kali sesuai jadwal yang ditetapkan dengan dipimpin
oleh Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th. Pada tahun 2015 GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa melakukan pembaptisan kepada 17 orang
yang terdiri dari 6 orang pria dan 11 orang wanita. Jemaat yang
dibaptis pada bulan Februari sebanyak 8 orang, bulan Agustus
sebanyak 6 orang, bulan Oktober 1 orang, dan bulan November 2
47
orang. Pembaptisan ini keseluruhan dilakukan oleh Bapak Pdt.
Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa. Setelah dibaptis maka Jemaat tersebut dapat disebut
sebagai anggota Gereja dan sekaligus sebagai anggota Jemaat
Baptisan seperti yang tercantum dalam Buku Tata Gereja GBI
(2014) pada bagian Tata Dasar GBI Pasal 7:
“Anggota Gereja ialah orang percaya yang telah
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
serta beribadah secara teratur pada Jemaat lokal”.
Pasal 12 ayat 1 Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian Tata
Tertib menyatakan terkait anggota Jemaat Baptisan:
“Anggota Jemaat Baptisan ialah mereka yang telah
dibaptis secara selam sesuai dengan pengakuan iman
Gereja Bethel Indonesia dan telah terdaftar sebagai
anggota Jemaat lokal”.
Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa Dalam Wujud Koinonia
Menurut Senduk (1989) dalam buku Pedoman Pelayan
Pendeta Jilid 2 mengungkapkan bahwa Jemaat yang hidup adalah
Jemaat yang mempunyai kehidupan doa. Semua Pengurus yang
ada di dalam Gereja serta semua Jemaat seharusnya turut serta
dalam doa yang diadakan (Kisah Para Rasul 1:14). Berdasarkan
Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI Pasal
5 terkait Jenis Kebaktian Jemaat Lokal bahwa:
“Gereja Bethel Indonesia memiliki jenis kebaktian yaitu:
Kebaktian Umum; Kebaktian Hari Raya Gerejawi;
Kebaktian Kategorial: Kebaktian Anak, Kebaktian
Remaja, Kebaktian Pemuda, Kebaktian Dewasa Muda,
48
Kebaktian Wanita, Kebaktian Pria, Kebaktian Lanjut
Usia; dan Kebaktian lain yang diadakan berdasarkan
kebutuhan seperti: Kelompok Sel, Ucapan Syukur,
Penghiburan”.
Persekutuan yang dilakukan oleh Pengurus GBI Dr. Cipto
3 Ambarawa adalah 8 jenis persekutuan seperti yang terdapat
dalam Lampiran 4, terdiri dari persekutuan Kelompok Tumbuh
Bersama (KTB) setiap hari Rabu pukul 18.30 di wilayah masing-
masing dengan dipimpin Ketua KTB yang sudah ditunjuk,
Persekutuan doa umum dan pelayan Tuhan setiap hari Jumat
minggu kedua dan keempat pukul 19.00, Persekutuan doa yang
diadakan setiap hari Senin-Sabtu pukul 05.00-06.00, persekutuan
doa setiap hari Selasa pukul 10.00, persekutuan doa pada hari
Selasa setelah diklat ketua KTB pukul 19.30, serta persekutuan
doa setiap hari Sabtu pukul 10.00. Setiap minggunya persekutuan
yang diadakan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dilakukan
secara rutin sebanyak 10 kali pada minggu pertama, ketiga, dan
jika ada minggu kelima, serta sebanyak 11 kali pada minggu
kedua dan keempat. Untuk ucapan syukur dan penghiburan
dilaksanakan sesuai kebutuhan saja.
Di dalam persekutuan yang diadakan, Jemaat dilatih untuk
memuji, menyembah Tuhan, sekaligus berdoa syafaat. Di dalam
pujian kita bersorak-sorai dan bersukacita memuliakan Tuhan,
memuji kebaikan-Nya, serta bersyukur kepada-Nya. Di dalam
pujian pula ada suatu unsur pewartaan kebaikan Tuhan. Di dalam
pujian kita tidak takut-takut untuk mewartakan kehadiran dan
kebaikan Tuhan (Mazmur-Mazmur pujian dalam Kitab Suci).
49
Memuji Tuhan adalah terbuka sepenuhnya kepada Roh Kudus,
bersukacita dalam Roh, tidak mengikatkan diri kepada aturan-
aturan yang kaku. Akan tetapi, Roh Kudus adalah Roh yang tertib
dan teratur. Dia adalah Roh yang dinamis, tetapi tidak berlebih-
lebihan. Di dalam pujian kita hadir di hadapan Tuhan
menyerahkan hati yang letih lesu dan berbeban berat sehingga
ratapan kita diubah menjadi tari-tarian dan kidung duka kita
diubah menjadi nyanyian kesukaan (Mazmur 30: 12).
Penyembahan lebih bersifat batiniah dibandingkan dengan
pujian. Penyembahan berarti memasuki suatu kemesraan dengan
Tuhan. Meskipun pujian maupun penyembahan memiliki sifat
pewartaan, penyembahan lebih bersifat hubungan vertikal, relasi
antara saya dan Tuhan. Penyembahan melibatkan pula emosi dan
perasaan yang terdalam, tetapi itu tidak berarti kehilangan kontrol
atas diri. Selanjutnya, doa syafaat dengan berdoa untuk orang
lain, pergumulan-pergumulan yang dinaikkan kepada Tuhan
seperti berdoa untuk Pelayan Tuhan dalam Gereja, Bangsa dan
Negara, dan lain sebagainya. Allah memanggil kita untuk menjadi
pendoa syafaat. Keinginan Allah adalah bahwa setiap orang percaya
aktif dalam doa syafaat. Betapa indah dan tingginya hak yang kita
miliki untuk bisa datang dengan penuh keberanian ke hadapan takhta
Allah yang Mahakuasa dengan doa dan permohonan kita.
Berikut pernyataan Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th
sebagai salah satu Pejabat Gereja di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Yang pertama adalah kita menyampaikan kebenaran
Firman Tuhan tentang berdoa syafaat dan memuji dan
menyembah Tuhan kita sampaikan terlebih dahulu. Dan
50
di dalam kebenaran Firman Tuhan itu pertama-tama
menjelaskan terkait pentingnya atau tujuannya berdoa
syafaat serta pujian dan penyembahan itu apa, kemudian
dampak yang dihasilkan kalau kita sungguh-sungguh
melakukan doa syafaat dan pujian penyembahan itu apa.
Yang kedua adalah orang-orang kunci dalam gereja atau
yang masuk dalam kepengurusan atau yang sudah terlibat
dalam pelayanan itu harus menunjukkan terlebih dahulu.
Kalau secara umum memberikan teladan dahulu bahwa
kita sudah mulai masuk disitu, mulai terlibat disitu.
Kemudian bergairah, antusias dalam doa syafaat, dalam
pujian penyembahan. Kalau orang-orang kunci ini
sungguh-sungguh terlibat dalam doa syafaat, dalam
pujian penyembahan, antusias di kedua hal itu, maka itu
akan menimbulkan api semangat. Kemudian akan
menular, merembet kepada yang lain yaitu Jemaat. Sebab
kalau melihat dari beberapa kebangunan rohani yang
terjadi kuncinya memang 2 kunci utama tadi yaitu doa
syafaat dan pujian dan penyembahan. Dan biasanya yang
melakukannya awal-awalnya itu tidak banyak orang
mungkin hanya 5 atau lebih sedikit dari itu. Bahkan kalau
1 orangpun kalau sungguh-sungguh ada, kalau sungguh-
sungguh melakukannya itu bisa. Tadi semakin banyak
orang semakin sungguh-sungguh dampaknya akan lebih
besar dan pengaruhnya akan lebih cepat. Menurut saya
yang pertama dasar-dasar firman Tuhan itu dan orang-
orang kunci yang terlibat dalam pelayanan antusias itu
akan merembet ke yang lain”.
Sebagai Pelayan Tuhan harus sungguh-sungguh terlibat
dalam pujian dan penyembahan serta doa syafaat agar dapat
menimbulkan api semangat seperti yang dikatakan oleh informan
Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th agar dapat merembet
kepada Jemaat, serta pada saat melayani Tuhan dapat membawa
Jemaat masuk dalam hadirat Tuhan. Persekutuan doa pelayan
Tuhan ini diadakan setiap hari Jumat minggu kedua dan keempat.
Namun belum semua Pelayan Tuhan memiliki kerinduan untuk
51
hadir bersekutu bersama di dalam pujian penyembahan dan doa
syafaat ini. Sehingga penambahan jumlah orang dalam kelompok
persekutuan belum terlihat ada peningkatan yang nyata.
Selain itu dalam persekutuan KTB dan persekutuan doa
yang lain yang diadakan jumlah penambahannya hanya 1-2 orang
saja, namun tidak secara rutin terjadi. Bahkan yang sudah
berjemaat di GBI Dr Cipto 3 Ambarawa belum bersedia untuk
bergabung di KTB. Hal ini merupakan salah satu kendala di GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa. Hal ini yang sedang dikerjakan oleh
Gembala Sidang Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba untuk
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kerinduan hati
semua Jemaat. Berikut pernyataan yang disampaikan Bapak Pdt.
Paulus Raditya Praba selaku Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa:
“Kerinduan ini memang sedang saya lakukan untuk
membangkitkan pikiran serta memori Jemaat, namun
selebihnya adalah Karya Roh Kudus. Karena Roh Kudus
saja yang bisa mengerjakan semuanya. Kalau Jemaat
bersedia membuka hati untuk Roh Kudus bekerja dalam
hidupnya pasti dengan sendirinya akan memiliki
kerinduan untuk memuji, menyembah dan berdoa syafaat.
Jadi utamanya kalau disimpulkan adalah Karya Roh
Kudus yang membuat seseorang berbalik dari jalannya
yang jahat menjadi baik. Pendeta itu hanya
mengingatkan. kalau Jemaat membuka hati maka akan
sadar sehingga mau melakukan kewajiban sebagai anak
Tuhan untuk memuji meninggikan dan memuliakan Nama
Tuhan. Jadi Pendeta itu hanya wajib mengingatkan tetapi
selebihnya kita harus tahu bahwa itu adalah Karya Roh
Kudus”.
Di dalam persekutuan yang diadakan tersebut terdapat
nilai-nilai yang ditanamkan oleh Pengurus kepada Jemaat yang
52
tergabung di dalam persekutuan. Nilai-nilai yang ditanamkan
tersebut terkait dengan hukum kasih yang terdapat dalam Matius
22: 37-40 yaitu bagaimana mengasihi Tuhan dan mengasihi
sesama. Berikut pernyataan Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th
sebagai Ketua Bidang Lansia sekaligus salah satu Pejabat Gereja
di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Nilai yang ditanamkan tentunya firman Tuhan. Dalam
firman Tuhan itu bisa dibagi ke dalam pokok-pokok
utama. Yang pertama adalah pengenalan akan Tuhan
atau Allah akan membuat orang mengerti siapa Allah.
Kemudian kalau mulai mengenal mereka juga akan
semakin rindu untuk bersekutu dengan Tuhan. Nilai-nilai
yang kedua adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan
kehidupan sesama manusia. Ini sesuai dengan prinsip
firman Tuhan yang sudah diambil intinya sendiri oleh
Yesus Kristus yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dengan
segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap
akal budimu, dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jadi nilai-nilai
yang perlu disampaikan dalam persekutuan berbicara
tentang 2 hal ini yaitu kepada Tuhan dan kepada sesama.
Kepada Tuhan adalah pengenalan akan Kristus terkait
sifat, karakter ilahi. Hal ini akan mendorong orang untuk
bersekutu. Kemudian juga kepada sesama manusia kalau
sesuai dengan prinsip firman Tuhan adalah bagaimana
hubungan dengan keluarga, hubungan dengan orang
yang terdekat dengan kita dan yang terdapat di sekitar
kita misalnya dengan orang tua, kemudian berkembang
lebih lagi kepada sahabat tetangga, dll. Itu nilai-nilai
yang perlu ditanamkan. Bagaimana hubungan dengan
Tuhan, orang-orang lingkup keluarga, dalam lingkup
masyarakat, itu yang perlu ditanamkan di dalam
kehidupan Jemaat”.
Dari persekutuan yang telah diadakan Pengurus belum
semua Jemaat merespon secara positif dengan mengikuti setiap
53
persekutuan yang diadakan. Karena hal ini terkait dengan Karya
Roh Kudus yang bekerja dalam kehidupan Jemaat. Kalau Jemaat
bersedia membuka hati untuk Roh Kudus bekerja dalam hidupnya
pasti dengan sendirinya akan memiliki kerinduan untuk
bersekutu, memuji, menyembah dan berdoa syafaat. Berdasarkan
informasi yang diperoleh, terdapat Jemaat yang tidak bersedia
bergabung di dalam persekutuan dikarenakan takut diberi jadwal
untuk bertugas. Padahal hal ini bertujuan untuk melatih
kehidupan rohani Jemaat (1 Timotius 4: 8) agar Jemaat dapat
bertumbuh dan hidupnya menjadi berkat dimanapun Jemaat
berada.
Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa Dalam Wujud Leiturgia
Menurut Senduk (1989) dalam buku Pelayan Tuhan
menjelaskan bahwa Ibadah Kristen itu berbeda dengan ibadah
non-Kristen karena berdasarkan Injil Matius 18: 19-20
menjelaskan bahwa “Dimana dua atau tiga orang berkumpul di
dalam Nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-tengahnya. Dan kalau
kamu bersatu hati dan satu jiwa memohon sesuatu hal yang
diperlukan maka Bapa Allah yang di Sorga akan
mengadakannya”. Jadi dari ibadah yang diadakan ada Hadirat
Allah yang hidup dan disitulah tiap-tiap orang percaya akan
mendapat segala keperluan hidupnya.
Berdasarkan Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian
Tata Tertib GBI Pasal 5 terkait Jenis Kebaktian Jemaat Lokal
bahwa:
54
“Gereja Bethel Indonesia memiliki jenis kebaktian
yaitu: Kebaktian Umum; Kebaktian Hari Raya
Gerejawi; Kebaktian Kategorial: Kebaktian Anak,
Kebaktian Remaja, Kebaktian Pemuda, Kebaktian
Dewasa Muda, Kebaktian Wanita, Kebaktian Pria,
Kebaktian Lanjut Usia; dan Kebaktian lain yang
diadakan berdasarkan kebutuhan seperti: Kelompok Sel,
Ucapan Syukur, Penghiburan”.
Ibadah yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa terdiri dari 7 jenis ibadah seperti yang terdapat pada
Lampiran 5 yaitu Ibadah Raya 1 setiap hari Minggu pukul 06.00
dan Ibadah Raya 2 setiap hari Minggu pukul 17.00. Selain itu,
Ibadah Hari Raya Gerejawi yang dilaksanakan sesuai dengan
kalender dengan waktu menyesuaikan. Untuk ibadah raya 1 dan 2
serta Ibadah Hari Raya Gerejawi berada dibawah naungan Bidang
Ibadah. Ibadah bidang kategorial meliputi ibadah bidang anak
(ABI) yang diadakan setiap hari Minggu pukul 09.00, ibadah
bidang pemuda dan remaja (Heavy) yang diadakan setiap hari
Sabtu pukul 17.00, ibadah bidang dewasa muda (DMBI) yang
diadakan setiap hari Senin minggu kedua dan keempat pukul
19.00, serta ibadah bidang wanita (WBI) yang diadakan setiap
hari Jumat pukul 17.00. Untuk ibadah yang diadakan oleh
masing-masing bidang kategorial akan diatur oleh bidang sendiri.
Dalam setiap minggunya ibadah yang diadakan Pengurus
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dilakukan secara rutin sebanyak 5
kali pada minggu pertama, ketiga, dan jika ada minggu kelima,
serta sebanyak 6 kali pada minggu kedua dan keempat. Kecuali
untuk Ibadah Hari Raya Gerejawi dilaksanakan 5 kali dalam
setahun sesuai dengan tanggal yang terdapat pada kalender. Dari
55
jenis ibadah yang diadakan terdapat 2 Ibadah yang belum
terlaksana di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yaitu Ibadah Pria dan
Ibadah Lanjut Usia.
Susunan dalam liturgi yang diadakan baik ibadah raya
maupun ibadah bidang kategorial meliputi pujian dan
penyembahan, firman Tuhan, pemberian persembahan, dan doa
berkat. Ibadah dalam GBI tidak kaku dan terikat pada liturgi yang
telah dicetak di atas kertas. Sebagai tubuh kristus, dalam tiap
ibadah, anggota-anggota harus dibangunkan dalam imannya (1
Korintus 14:12). Dimana Roh Kudus ada, di situ ada kebebasan
(2 Korintus 3:17). Kita harus bebas dalam ibadah kita, termasuk
bertepuk tangan dan pemakaian alat musik lengkap (keyboard
tunggal atau group band) (Galatia 5:1). Tetapi kemerdekaan itu
tak boleh disalahgunakan (Galatia 5:13). Dalam semua ibadah,
tidak boleh ada kekacauan, tetapi semua harus berjalan dengan
sopan dan teratur (1 Korintus 14:40). Roh kudus harus memimpin
ibadah kita, agar Kristus selalu dipermuliakan (Galatia 5:25,
Yohanes 16:13-14). Unsur dalam ibadah Gereja Bethel Indonesia
pada prinsipnya harus ada: (1) Menyanyi dengan sukacita memuji
Tuhan (1 Tes. 5:16); (2) Berdoa bagi diri sendiri dan bagi orang
lain (1 Tes. 5:17); (3) Mengucap syukur kepada Tuhan dalam
segala hal (1 Tes. 5:18); (4) Menyembah Tuhan dalam Roh (1
Tes. 5:19); (5) Memperhatikan karunia Roh Kudus (1 Tes. 5:20);
(6) Memberitakan Firman Tuhan (2 Tim. 4:2); dan (7) Memberi
persembahan syukur dan perpuluhan (1 Kor. 16:2, Mal. 3:10,
Mat.23:23, 2 Kor. 9:6-7).
56
Dalam setiap Ibadah Raya yang diadakan terdapat
perbedaan pada minggu pertama yaitu setelah firman Tuhan
dilanjutkan dengan Perjamuan Kudus. Pengakuan iman GBI
kesebelas menyatakan bahwa Perjamuan Kudus dilakukan setiap
kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu
dengan yang lain. Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004)
menjelaskan bahwa sakramen perjamuan kudus sebagai salah satu
anugerah Allah bagi kita. Dengan perjamuan kudus maka
anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di kayu salib akan
lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman
kita kepada Allah akan lebih berarti. Perjamuan Kudus
mengandung konsep persekutuan kita dengan Allah dan sesama.
Dalam perjamuan kudus kita memperingati karya penebusan
Yesus bagi setiap orang yang percaya. Selain itu, perjamuan
kudus mengajarkan kepada kita untuk selalu mengucap syukur
akan karya keselamatan Allah.
Menurut Senduk (1989) dalam buku Pedoman Pelayanan
Pendeta Jilid 1 memberikan penjelasan bahwa perjamuan kudus
adalah pernyataan kasih Allah kepada kita orang berdosa dalam
hal Kristus telah mati untuk keselamatan kita (Roma 5: 8). Ketika
kita mengerti secara benar apa arti dari Perjamuan Kudus maka
kita akan sangat bersyukur kepada Tuhan, memuji dan
menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran. Berikut
pernyataan informan Bapak Pdp. Yohanes Joko Susilo, S.Pd
sebagai salah satu Pejabat Gereja sekaligus Pelayan Perjamuan
Kudus yaitu terkait makna Perjamuan Kudus:
57
“Melalui Perjamuan Kudus kita mengingat untuk
pengorbanan Yesus di kayu salib. Jadi di dalam
Perjamuan Kudus itu kita diingatkan 2000 tahun yang
lalu Yesus telah mati bagi kita, darah-Nya dicurahkan,
tubuh-Nya dihancurkan dan ketika mengikuti Perjamuan
Kudus itu kita diingatkan dan didorong untuk mengasihi
Tuhan karena Tuhan sudah mati bagi kita maka kita
harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita. Roti
melambangkan tubuh Kristus dan anggur melambangkan
darah Kristus yang sudah disalibkan 2000 tahun yang
lalu”.
Di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa ibadah yang diadakan
bidang kategorial seperti ABI, Heavy, DMBI, dan WBI dibuat
secara bervariasi tidak terbatas harus di dalam gedung Gereja
namun dapat juga diadakan di luar atau dapat pula dilakukan di
rumah Jemaat yang meminta agar ibadah dilaksanakan di rumah
tersebut. Di Bidang ABI pada tahun 2015 ibadah pernah
dilakukan di luar Gereja yaitu di kolam renang dengan tujuan
menjalin keakraban antara anak dengan Guru Sekolah Minggu
juga antar anak. Namun adanya kendala dalam Ibadah Padang
yang dilaksanakan di GMKA pada tanggal 16 Agustus 2015
dikarenakan tempat digunakan untuk peresmian patung Maria
Asumpta.
Di Bidang Heavy, pada bulan April 2015 mengadakan
Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dengan tema “Let’s Rock
This City”. Tujuan Ibadah KKR ini diselenggarakan untuk
memperbaharui kerohanian dan iman dari Jemaat pemuda dan
remaja di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Namun terdapat kendala
doa semalam ceria yang sudah dijadwalkan ternyata tidak jadi
58
dilaksanakan dikarenakan jadwal yang penuh dan waktu libur
para Pengurus yang tidak bersamaan sehingga menyebabkan
kesulitan Pengurus dalam mempersiapkan acara.
Di Bidang DMBI pada tahun 2015 pernah mengadakan
ibadah di luar dengan menyewa tempat makan. Namun terdapat
kegiatan yang belum dilaksanakan yaitu “Cake for Charity”
dikarenakan bersamaan dengan tanggal pernikahan anggota
Jemaat Gereja. Setelah mencoba dijadwalkan ulang ternyata tidak
memenuhi target peserta sehingga menyebabkan tidak
terselenggaranya acara ini.
Selain itu, di Bidang WBI terdapat kebaktian Anjangsana
yang diselenggarakan dari rumah ke rumah sesuai permintaan
dari Jemaat tersebut. Hal ini menjadikan hubungan antar anggota
WBI menjadi lebih akrab dan lebih dalam hal kekeluargaan
dengan mengadakan ibadah di rumah salah satu anggota Jemaat.
Dalam satu tahun, program acara yang telah diagendakan oleh
Bidang WBI semua dapat terlaksana dengan baik terlihat dari
keakraban, keterlibatan, dan kreatifitas anggota WBI yang terlibat
didalamnya.
Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa Dalam Wujud Diakonia
Dalam Penyuluh (2015) dari BPH GBI mendorong
Pengurus Gereja Lokal untuk melakukan diakonia baik itu
diakonia karitatif, development, advokasi, dan transformatif.
Dalam melakukan tugas pelayanan diakonia, Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa melalui bidang-bidang kategorial yang ada
59
telah mempraktikkan beberapa tingkatan diakonia tersebut yang
dilakukan secara rutin setiap tahunnya seperti yang terdapat pada
Lampiran 6.
Dalam diakonia karitatif, Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa selama tahun 2015 melalui Bidang PI dan Misi telah
melakukan kegiatan yang bersifat sosial dengan cara memberikan
donasi untuk renovasi Gedung GSJA Tanjungsari Ambarawa;
kegiatan Bakti sosial ke LP Ambarawa dengan sasaran adalah
Para Tahanan. Kegiatan Bakti Sosial ini GBI Dr Cipto 3
Ambarawa bekerjasama dengan Badan Kerjasama Antar Gereja
(BKSAG) se-Kecamatan Ambarawa. Pada tahun 2015 GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa mendapat kesempatan untuk melayani
sebanyak 3 kali. Selain itu, kegiatan Bakti sosial bersama Team
Korea di Gentungan dengan sasaran Jemaat Pos PI Gentungan,
dan Bakti Sosial bersama Team Dokter Yayasan Gotong Royong
Ambarawa di Toyogiri dengan cara memberikan pengobatan
gratis, sasarannya adalah Jemaat Pos PI Toyogiri. Berikut
pernyataan Bapak Pdp. Yohanes Joko Susilo, S.Pd sebagai Ketua
Bidang PI & Misi di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Gereja yang terpanggil untuk mengasihi tidak hanya di
dalam lingkup Gereja tetapi juga di luar Gereja. Dalam
bidang PI Misi, kita menyatakan kasih kepada orang-
orang luar mengadakan pengobatan gratis, membantu
Gereja-Gereja yang mengalami kesulitan dalam
membangun gereja maka kita datang untuk membantu
meskipun uang tidak seberapa tapi setidaknya
meringankan Jemaat yang kita bantu tersebut. Kemudian
yang lain yang berkaitan dengan pelayanan kasih ada
pelayanan di Penjara. Kita melayani mereka
mengingatkan mereka tentang kasih supaya ketika mereka
60
keluar dari Penjara mereka bertobat dan bisa melakukan
pekerjaan yang baik dan hidup di dalam pertobatan. Juga
bagi orang-orang sakit tentunya. Kita melayani misalya
di panti jompo”.
Diakonia karitatif yang dilakukan Bidang Pelmas yaitu
menengok jemaat yang sakit, selain itu pelayanan yang dilakukan
terkait pelayanan kematian. Pada tahun 2015 Jemaat yang
dilayani terkait kematian ini sebanyak 7 orang yang terdiri dari 4
orang pria dan 3 orang wanita. Pelayanan ini ditujukan kepada
Jemaat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Jemaat yang tidak mampu
biaya kematiannya mulai dari peti dan perlengkapan akan
ditanggung oleh GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa.
Selain itu, pelayanan dilakukan dengan memberikan
beras/ beras dan mie instan/ beras dan gula seharga Rp 75.000,00
kepada 16 Jemaat yang kurang mampu setiap satu bulan sekali
pada minggu kedua. Jemaat penerima bantuan sembako terdiri
dari 1 orang pria dan 15 orang wanita. Terkait pelayanan dalam
memberikan beras sasarannya adalah para janda dan lansia yang
kurang mampu yang dinyatakan pada Lampiran 20. Berdasarkan
pernyataan Bapak Daniel Suparjan, BA sebagai Ketua Bidang
Pelmas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa mengungkapkan:
“Pelayanan di bidang masyarakat itu seperti pelayanan
di bidang kematian dan di bidang diakonia. Pelayanan di
bidang diakonia itu pelayanan kepada orang-orang
miskin, orang-orang yang perlu kita bantu dan juga
pelayanan kepada janda-janda yang perlu dibantu.
Pelayanannya seperti menengok orang sakit, membantu
renovasi rumah yang benar-benar perlu direnovasi,
memberikan bantuan dana penyuluhan untuk mereka
yang membutuhkan. Renovasi pernah diadakan, kemudian
penyuluhan-penyuluhan pernah diadakan lewat Bapak
61
Gembala. Tapi sebenarnya itu masuk di mission care
namun dengan Pelmas ya ada korelasinya. Lalu di bidang
kematian untuk membantu Jemaat yang mengalami
musibah kematian yaitu yang benar-benar tidak mampu
kita bebaskan. Namun dalam hal ini yang mampu bisa
mengganti biaya yang dikeluarkan Gereja yaitu biaya
peti, bunga, perlengkapan, dan sebagainya. Tetapi Gereja
tidak memaksa untuk mengembalikan, apabila mereka
tidak mengembalikan tidak menjadi masalah. Karena
intinya Pelmas ini memberi dengan cuma-cuma dalam
arti kata kita menerima bantuan dana dari Jemaat pada
persembahan khusus minggu ketiga itu untuk pelmas,
diakonia dan kematian. Jika ada yang meninggal kita
ambilkan dana dari situ secukupnya. Jadi memang pada
intinya kita melayani dari uang Jemaat dan kita
kembalikan kepada Jemaat”.
Selain itu, diakonia karitatif yang dilakukan Pengurus
Bidang DMBI selama tahun 2015 yaitu dengan cara mengecat
jembatan Kali Panjang Ambarawa pada hari valentine dengan
sasaran adalah masyarakat Desa Panjang Ambarawa serta
membagikan nasi bungkus dan air mineral kepada tukang becak,
kusir dokar, tukang parkir di kawasan Pasar Lanang dan beberapa
tukang parkir dan sopir angkot di kawasan sekitar perempatan
Toko Roti Pauline Ambarawa. Berikut pernyataan Sdr. Yohanes
Haryo Mahardhika sebagai Ketua Bidang Dewasa Muda GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa:
“Kalau pengalaman tahun 2015, pelayanan yang pernah
dilakukan DMBI adalah dengan kegiatan aksi sosial
dengan memberikan makan siang dan bantuan air minum
kepada petugas kebersihan di Pasar Lanang Ambarawa
juga petugas parkir di Pasar Lanang Ambarawa dan di
sepanjang jalan Jendral Sudirman dan Brigjend Sudiarto.
Selain itu, aksi sosial yang lain yaitu pelayanan dengan
62
melakukan pembenahan atau pembersihan perapihan
jembatan Kali Panjang Ambarawa. Jadi kita melakukan
pengecatan, pembersihan sehingga terlihat lebih indah
dan bersih pada sarana umum tersebut”.
Dalam diakonia karitatif ini, terdapat kegiatan yang tidak
dilaksanakan seperti bantuan bencana alam dikarenakan tidak
adanya bencana alam. Oleh sebab itu, dana diakonia dikirim ke
Misi GBI.
Diakonia development dan transformatif di GBI Dr. Cipto
3 Ambarawa dilakukan oleh Tim Bidang Mission Care. Tujuan
yang hendak dicapai yaitu memberikan, memonitor, membimbing
Jemaat yang membutuhkan bantuan dana bergulir untuk usaha
atau meningkatkan pendapatan. Selain itu dalam bidang Mission
Care juga diadakan pelatihan-pelatihan dengan memberikan
pengetahuan kepada Jemaat yang dibimbing untuk dapat
meningkatkan usahanya. Sasaran atau target dalam pelayanan di
bidang mission care ini adalah Jemaat GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa. Pada tahun 2015 jumlah Jemaat yang melakukan
pinjaman dana sebanyak 6 orang seperti yang terdapat pada
Lampiran 21. Pernyataan Ibu Aniek Setyawati sebagai salah satu
Tim Bidang Mission Care di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa sebagai
berikut:
“Mission care sudah berjalan selama 2 tahun ini.
Tujuannya adalah memberi modal kerja kepada Jemaat.
Gereja memberikan atau menyediakan dana melalui
pemberian dana bergulir dan pelatihan keterampilan
untuk meningkatkan nilai jual hasil produksi”.
Namun, dalam Bidang Mission care ini terdapat kendala
yang terjadi. Pertama, terdapat 4 orang Jemaat yang tidak rutin
63
mengangsur bahkan ketika sudah diingatkan untuk mengangsur
tanpa ada penjelasan kendala atau kesulitan yang dialami. Kedua,
bantuan yang tujuannya membantu Jemaat untuk meningkatkan
ekonomi dan usaha ternyata kurang mengena kepada sasaran
karena Jemaat juga masih terlibat dengan Bank Keliling dan
kemungkinan dana dari Mission Care ini dipergunakan untuk
keperluan lain yang mendesak Ketiga, monitoring dan
pendekatan tidak dapat maksimal dikarenakan kesibukan
Pengurus dan waktu kerja yang tidak menentu. Keempat, bahwa
individu yang pola pikirnya tidak ingin berubah. Dalam artian
tidak ingin berusaha meningkatkan kualitas hasil produksi, cara
pemasaran, dan manajemennya agar meningkatkan nilai jual yang
tinggi.
Diakonia Advokasi di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa belum
pernah melakukan. Berikut pernyataan Bapak Pdt. Paulus Raditya
Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Diakonia Advokasi belum pernah dilakukan. Pernahnya
secara pribadi yang saya tangani adalah masalah
perceraian. Saya juga menganjurkan untuk meminta
bantuan dari LBH UKSW. Tapi ternyata dari LBH sendiri
tidak ada tindakan. Kalau pendampingan kasus rumah
tangga saya langsung terjun misalnya pertengkaran”.
Dalam pelayanan kasih yang telah dilakukan Pengurus GBI Dr.
Cipto selama tahun 2015 yaitu sebanyak 63 kali. Kegiatan yang
telah direncanakan atau diprogramkan pada akhir tahun 2015
terkait dengan kegiatan diakonia ini secara keseluruhan berjalan
dengan baik dan beberapa kegiatan di tahun 2015 dilanjutkan
kembali pada program kerja 2016. Bidang kategorial yang lain
64
juga sudah melakukan pelayanan, namun dilakukan secara
internal kepada Jemaat yang ada.
Dalam hal pertanggungjawaban Pengurus baik kepada
Kristus maupun Jemaat dan Donatur diwujudkan dalam bentuk
memberikan kesaksian (marturia), mengadakan persekutuan
(koinonia), menyelenggarakan ibadah (leiturgia), serta
memberikan pelayanan kasih (diakonia) baik kepada Jemaat
Setempat maupun kepada masyarakat. Namun dalam hal laporan
pertanggungjawaban tidak dipublikasikan kepada Jemaat, tetapi
kepada Gembala Sidang dan dipresentasikan pada saat rapat
evaluasi tahunan oleh masing-masing bidang. Khusus untuk
Bidang Anak, Pemuda dan Remaja, serta Dewasa Muda juga
memberikan pertanggungjawaban kepada Komisi Pemuda dan
Anak.
Masing-masing bidang mengambil form evaluasi yang
sudah disediakan oleh Sekretariat kemudian bersama dengan
Pengurus Bidang melakukan rapat internal dengan tujuan
mengevaluasi apakah kegiatan yang telah diprogramkan
terlaksana atau tidak juga hasil yang dicapai atau kendala yang
dihadapi. Dari program yang sudah terlaksana maka dapat
diputuskan apakah akan dilanjutkan pada program kerja tahun
berikutnya atau tidak.
Selain itu, Pengurus yang termasuk ke dalam Pejabat GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa bertanggungjawab terkait ajaran yang
tidak menyimpang dari doktrin GBI yang telah diajarkan kepada
Jemaat baik kepada BPD maupun BPH. Agar Pejabat GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan penyelewengan terhadap
65
ajaran sesuai dengan doktrin GBI, maka dari BPH mengirimkan
surat penggembalaan. Pada bulan September 2015, BPH GBI
mengeluarkan surat penggembalaan dinyatakan pada Lampiran
26. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus
Raditya Praba selaku Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa:
“Pertanggungjawaban kepada BPH atau Sinode terkait
kegiatan tidak bisa dimintai pertanggungjawaban sebab
Gereja itu yang pertama adalah otonom, dan kedua
Gereja besar dan Gereja kecil, Gereja besarpun belum
tentu melaksanakan semuanya. Apalagi Gereja perintisan
bagaimana mereka memberikan pelaporan. Jadi, apa
yang dipertanggungjawabkan yaitu ajarannya.
Bagaimana mempertanggungjawabkan ajarannya itu
tidak ada laporannya, yaitu percaya saja pada jemaat
lokal. Hanya saja disertai dengan surat penggembalaan.
Dalam surat penggembalaan itu berisi peringatan jika
ada ajaran yang melenceng. Oleh sebab itu, jangan
melakukannya karena bertentangan dengan firman
Tuhan. Kalau untuk laporannya jangan sampai ajarannya
itu menyeleweng. Bagaimana bisa tahu? ya kalau ada
timbul masalah persoalan, seperti ajaran Pendeta GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa sebelumnya. Hal itu baru
kemudian bisa ditegur. Ditegur itu karena ada laporan
dari Jemaat. Jemaat lapor kepada Pendeta lain, lalu
Pendeta lain lapor kepada BPD, baru kalau BPD tidak
bisa mengatasi laporkan ke Sinode. Sinode itu setara
dengan BPH.
Selain itu berdasarkan pendapat Bapak Pdm. Timotius
Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang Lansia dan sebagai salah
satu Pejabat Gereja menjelaskan akuntabilitas Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa sebagai Gereja Lokal kepada pimpinan
organisasi di tingkat daerah serta tingkat nasional:
66
“Kalau dalam GBI itu organisasi tertinggi adalah Sinode.
Sinode dibawahnya ada BPD. BPH disini masuk ke dalam
Sinode. Dilihat dari Gereja Lokal dulu, GBI Dr. Cipto 3
itu adalah Gereja Lokal. Gereja Lokal harus
mempertanggungjawabkan mengenai pengajaran,
kemudian dalam pelayanan yang dilakukan itu
dipertanggungjawabkan di BPD dan BPH.”
Berdasarkan pernyataan informan diatas, GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa melakukan akuntabilitas baik kepada BPD (Badan
Pekerja Daerah) serta BPH (Badan Pekerja Harian). Terkait
dengan Pengajaran dan Pelayanan, maka GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa bertanggungjawab kepada kepada BPD dan BPH.
Agar Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan
penyelewengan terhadap ajaran. Jika Pejabat GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa melakukan penyelewengan dalam hal ajaran, maka
akan dikenakan disiplin Gereja seperti yang tercantum pada Tata
Gereja GBI pada bagian Tata Tertib Bab IX Pasal 84 mengenai
pengertian disiplin Gereja dan Pasal 85 Dasar Disiplin Gereja
sebagai berikut:
“Pasal 84 (1): Disiplin Gereja ialah sarana pembinaan,
pemulihan, dan pemurnian yang dilaksanakan
berdasarkan kasih untuk pendewasaan dan menjaga
kekudusan Gereja”. (2) Disiplin Gereja ialah sanksi yang
dijatuhkan berdasarkan pelanggaran terhadap ajaran dan
peraturan dari Gereja Bethel Indonesia yang harus
ditaati oleh setiap pejabat Gereja Bethel Indonesia.”
“Pasal 85: Demi kemajuan dan kemurnian pelayan
Tuhan, maka Gereja menjalankan Disiplin Gereja
berdasarkan: (1) Alkitab; (2) Pengakuan Iman,
Pengajaran, Tata Gereja GBI; (3) Etika kependetaan;
dan (4) Peraturan yang berlaku di daerah setelah
disetujui oleh MD dan disahkan oleh MPL.”
67
PRAKTIK AKUNTABILITAS KEPEMIMPINAN
PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA
Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa Dalam Wujud Didaskalia
Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan
bahwa salah satu tugas utama umat Allah adalah memberitakan
Kerajaan Allah dengan segala kebenarannya. Setelah oleh
bimbingan Roh Kudus kita memperoleh pengertian dan tafsir
yang benar dari Alkitab, dengan sukacita dan dengan segenap hati
kita akan memberitakan kebenaran yang telah diberikan Roh
Kudus kepada kita. Satu prinsip penting dalam pemberitaan
Alkitab agar kita tetap setia pada ajaran Alkitab dan tidak
mengajarkan hal-hal diluar Alkitab adalah menyatakan dengan
tegas apa yang diajarkan oleh Alkitab, tidak menambahkan atau
mengurangkan sesuatu yang ada dalam Alkitab (Wahyu 22: 18),
dan tidak membuat pengajaran yang rumit dan kompleks yang
akan membawa kita kepada penyesatan. Dalam kaitannya dengan
Pejabat Gereja, dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian
Tata Tertib GBI menjelaskan terkait Tugas sebagai berikut:
“Pasal 18 ayat 1: Pejabat Gereja Bethel Indonesia wajib
melaksanakan tugas yang telah diperintahkan Tuhan
Yesus, yaitu memberitakan injil kepada bangsa-bangsa,
menjadikan mereka murid Kristus dan harus memelihara
serta melaksanakan segala ajaran-Nya.”
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki 3 Pejabat Gereja
yaitu Pdt. Paulus Raditya Praba, Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th,
dan Pdp Yohanes Joko Susilo, S.Pd. Di GBI Dr. Cipto 3
68
Ambarawa, pemuridan tidak dilakukan dengan membaginya
kedalam kelas khusus pada hari, jam, dan tempat tertentu.
Namun, di dalam khotbah sudah ada unsur memuridkan. GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa tidak mengadakan kelas khusus pemuridan
dikarenakan mayoritas adalah pekerja, mempunyai aktivitas dan
pulangnya adalah larut malam. Selain dari khotbah yang
disampaikan, pemuridan dilakukan dengan cara membaginya
kedalam wilayah-wilayah yang disebut dengan Kelompok
Tumbuh Bersama (KTB). GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki
13 wilayah KTB yang diperlihatkan pada Lampiran 7.
Di dalam KTB diajarkan tentang kebenaran firman Tuhan
dan juga mempraktikkan kebenaran firman Tuhan itu dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti juga yang dilakukan Tuhan
Yesus, yaitu membuat kelompok-kelompok kecil dengan cara
melakukan persekutuan atau pertemuan secara teratur, dimana
dalam persekutuan itu diajarkan kebenaran Firman Tuhan. Tetapi
juga kemudian melakukan praktik kebenaran firman Tuhan.
Selain diajarkan firman Tuhan tetapi juga didorong untuk
melakukan kebenaran firman Tuhan tersebut. KTB ini diadakan
setiap hari Rabu pukul 18.30 di wilayah yang sudah ditentukan
dengan dipimpin oleh Ketua KTB yang sudah ditunjuk oleh
Gembala Sidang.
Sebelum dilakukan KTB, maka didahului dengan diklat
ketua KTB pada hari Selasa pukul 18.30 agar penyampaian
firman Tuhan sama. Ketua KTB juga melakukan persiapan
berdoa dan membaca firman Tuhan sebelum menyampaikan
kebenaran firman Tuhan di KTB. Dalam hal persiapan ini dapat
69
dilakukan pada saat teduh ataupun pada malam hari dengan
mereview materi yang sudah didapatkan pada saat Diklat KTB.
Disinilah tempat Jemaat Tuhan dilatih saling mendoakan, sharing
kebenaran firman Tuhan, kesaksian, dan lain sebagainya.
Kegiatan KTB ini dilakukan rutin 1 kali setiap minggu dengan
tempat kegiatan bergilir sesuai dengan kesepakatan bersama.
Namun, kendala yang ada di KTB adalah belum semua
Jemaat memiliki kemauan dan kesadaran bahwa pemuridan yang
dilakukan di KTB ini sangat berdampak bagi setiap orang yang
mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan data pada Lampiran 7
menunjukkan bahwa dari total keseluruhan +400 Jemaat, yang
mengikuti KTB masih dibawah 50% meskipun setiap bulannya
mengalami kenaikan dalam hal prosentasenya. Pada bulan Januari
Jemaat yang mengikuti KTB sebanyak 128 orang (32%), bulan
Februari 129 orang (32%), bulan Maret 132 orang (33%), bulan
April 134 orang (34%), bulan Mei 145 orang (36%), dan bulan
Juni 147 orang (37%).
Di dalam melakukan tugas pemuridan sebaiknya perlu
dilakukan monitoring untuk mengukur Jemaat yang dilayani
apakah Jemaat bertumbuh atau justru Jemaat mengalami kelesuan
secara rohani yang berdampak pada kualitas pertumbuhan iman
Jemaat. Namun ketika kualitas itu mengalami peningkatan maka
akan berdampak pada kuantitas Jemaat. GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa di tahun 2015 ini mengalami stagnan dalam hal
kuantitas Jemaat. Pada Lampiran 26 memperlihatkan data
kehadiran Jemaat selama tahun 2015 bahwa kehadiran Jemaat
terbanyak ada pada minggu pertama setiap bulannya pada saat
70
Perjamuan Kudus. Namun dalam hal pertumbuhan Jemaat ini
Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa memberikan pernyataan sebagai berikut:
“Ukuran yang bisa digunakan untuk mengukur
pertumbuhan Jemaat adalah melihat buah hidup yang
dihasilkan oleh Jemaat. Jadi menurut saya walaupun
Jemaat sedikit namun buah hidupnya baik. Itu menurut
saya Gereja yang berhasil. Untuk mengukur Gereja maju,
tidak maju, sehat, tidak sehat itu relatif. Ada seorang
penulis dari Jerman bernama Christian Scott menulis
sebuah buku Gereja yang sehat dengan menggunakan
1000 sampel Gereja di 32 Negara termasuk Indonesia.
Kesimpulan yang didapat adalah terdapat 8 pilar.
Beberapa diantaranya adalah Gereja yang inovatif dan
ibadahnya yang menggairahkan. Menggairahkan dalam
arti pujian bagus, ibadah bervariasi, musik lengkap, dan
lain sebagainya. Kedua adalah Gereja harus ada
komselnya. Kalau di GBI Dr Cipto 3 Ambarawa ini salah
satu bagian dari pemuridan adalah Kelompok Tumbuh
Bersama (KTB). Ketiga, harus ada pujian dan
penyembahannya untuk menghadirkan perjumpaan
pribadi secara pribadi bersama dengan Tuhan. Keempat
adalah kepemimpinan yang sehat yaitu tidak single
fighter. Kalau single fighter itu jelas tidak sehat. seperti
yang saya lakukan ini ada Penatuanya, jadi tidak semua
diputuskan 1 orang. Kemudian ada pendelegasian yaitu
kita bentuk bidang-bidang seperti WBI, Heavy, ABI,
DMBI, dsb. Itu yang menyebabkan memberi kesempatan
Jemaat untuk berkarya tidak dipasung kemampuan
Jemaat. Kemudian bagian selanjutnya adalah
memberitakan injil, harus menjadi kesaksian. Dari 8 pilar
tersebut, kalau 8 pilar ini tidak terpenuhi Jemaat akan
mengalami kemerosotan. Tapi banyak sedikitnya Jemaat
yang Tuhan percayakan kepada Gereja itu merupakan
kasih karunia dan Karya Roh Kudus yang bekerja”.
Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang
Lansia sekaligus sebagai salah satu Pejabat Gereja GBI Dr. Cipto
71
3 Ambarawa juga menambahkan terkait cara mengukur
perkembangan Jemaat:
“Pertumbuhan ini artinya adalah ada satu perubahan.
Seperti kalau tumbuhan itu pada umumnya berasal dari
benih. Jadi kita tanamkan nanti benih itu akan
bertumbuh. Seperti halnya tumbuhan kecambah. Dari
benih menjadi kecambah bertumbuh berarti berubah,
bertumbuh lagi berarti berubah lagi, dan seterusnya. Ada
perubahan dalam kehidupannya dalam hubungannya
dengan Tuhan dan juga dalam hubungannya dengan
sesama, kemudian juga dalam kehidupannya secara
pribadi. Kalau secara dasar adalah bagaimana
kehidupannya sebelum percaya kepada Yesus dan setelah
percaya kepada Tuhan Yesus. Cara mendasarnya seperti
itu. Dalam contoh Alkitab itu jelas dulu Saulus sebelum
percaya kepada Tuhan Yesus adalah penganiaya jemaat,
pembenci jalan Tuhan. Tetapi setelah percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus dia menjadi penggembala Jemaat,
pemerhati Jemaat. Ada perubahan yang nyata dalam
kehidupannya. Untuk mengukur pertumbuhan itu harus
ada perubahan. Kalaupun dia berubah meskipun itu
sedikit tapi tetap disebut bertumbuh. Selain itu, juga
diukur dari lamanya menjadi orang Kristen. Kalau secara
umumnya kita rindu kalau orang sudah lama menjadi
orang Kristen harusnya dia mengalami perubahan yang
cukup banyak di dalam kehidupannya. Dalam Kitab
Ibrani dikatakan bahkan kalau kita sudah cukup lama
menjadi orang Kristen harusnya kita ini adalah bisa
mengajar. Artinya, ini bukan berarti semua orang harus
mengajar, tidak. Artinya semakin lama kita menjadi orang
Kristen, kita harusnya semakin mengerti kebenaran
firman Tuhan, prinsip-prisnip firman Tuhan, dan prinsip-
prinsip firman Tuhan itu juga semakin dihayati sehingga
nampak dalam kehidupannya”.
Di dalam kegiatan KTB, Ketua KTB mengajarkan
kebenaran firman Tuhan kepada Jemaat yang dimuridkan,
72
mengajarkan berdoa, serta mengajarkan kepada Jemaat yang
dimuridkan untuk melakukan penginjilan/kesaksian. Firman
Tuhan tidak hanya cukup dibaca dan dipelajari, namun Ketua
KTB mengajak untuk mendengar (Roma 10: 17), membaca
(Wahyu 1: 3), mempelajari (Kisah Para Rasul 17: 11), menghafal
(Mazmur 119: 9-11), serta merenungkan (Mazmur 1: 1-3).
Setelah kelima hal ini dilakukan maka Ketua KTB mendorong
Jemaat untuk mempraktikkan apa yang sudah didengar, dibaca,
dipelajari, dihafal, dan direnungkan. Tujuannya adalah agar
Jemaat menjadi pelaku Firman dan bukan menjadi pendengar
saja.
Meskipun secara kuantitas Jemaat yang mengikuti KTB
masih dibawah 50%, namun secara kualitas dapat dikatakan
bahwa melalui kegiatan KTB ini Jemaat mengalami pertumbuhan
rohani. Dari KTB yang dilakukan sudah terlihat dampak positif
yang terjadi di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yaitu Jemaat yang
sebelumnya tidak bisa berdoa menjadi bisa berdoa, Jemaat yang
sebelumnya tidak bisa memimpin pujian menjadi bisa memimpin
pujian, dan lain sebagainya. Ketika Jemaat yang dimuridkan
dalam KTB ini bertumbuh dan melalui kehidupannya dapat
menjadi kesaksian bagi banyak orang maka secara otomatis akan
mempengaruhi kuantitas menjadi semakin berkembang KTB
yang ada di setiap wilayah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
murid yang telah dimuridkan tersebut mampu menjadi pengajar
bagi murid yang lain.
Menurut Hutabarat (2011) di dalam melakukan tugas
pemuridan terdapat manfaat atau keuntungan yang didapatkan
73
organisasi Gereja dengan melakukan program pemuridan yaitu:
(1) menyiapkan dan membangun suatu generasi yang kuat serta
tidak terguncangkan; (2) Menghasilkan pemimpin-pemimpin
rohani; (3) mengantisipasi serta menjawab pertanyaan tentang
krisis kepemimpinan yang dihadapi oleh banyak organisasi
Gereja. Oleh sebab itu Gereja perlu menyiapkan pemimpin-
pemimpin yang memiliki integritas bukan hanya yang memiliki
pengetahuan luas atau yang memiliki pendidikan tinggi; (4)
menciptakan proses multiplikasi atau pelipatgandaan sebagai
suatu warisan dalam organisasi Gereja. Untuk jangka panjang,
Gereja tidak hanya menghasilkan generasi yang kuat, tetapi juga
secara kuantitas dan kualitas akan mengalami terobosan; (5)
Salah satu hal positif lainnya yang didapatkan melalui proses
pemuridan adalah kita sendiri sebagai pembuat murid akan
bertumbuh dalam sifat-sifat yang kebanyakan orang tidak
memilikinya yaitu kesetiaan, kesabaran, ketekunan, keuletan, hati
Bapa, hikmat untuk menasihati, dan lain sebagainya.
Pemuridan yang dilakukan dari 13 KTB yang ada baru 1
KTB yang melakukan regenerasi atau pergantian pemimpin yaitu
KTB Kana. Yang semula Ketua KTB Kana adalah Bapak Daniel
Supadjan, B.A kemudian digantikan oleh Sdr. I Wayan Sanjaya.
Berikut pernyataan dari informan Bapak Daniel Supadjan B. A
sebagai berikut:
“KTB Kana sementara ini saya mendampingi Sdr. Wayan
tetapi saya melihat Sdr. Wayan sudah mampu untuk
memimpin dan mengajar. Kemudian dari kegiatan KTB
yang berjalan akhirnya saya serahkan kepada Sdr. Wayan
untuk menjadi Ketua KTB Kana”.
74
Dalam hal ini Bapak Daniel Supadjan, B.A sudah dikatakan
melatih tentang kepemimpinan sampai murid tersebut bisa
menolong orang lain untuk bertumbuh dan kemudian mengutus
murid tersebut untuk melayani sebagai Ketua KTB Kana.
Pada bidang kategorial Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa secara rutin mengadakan kegiatan setiap satu minggu
sekali seperti bidang anak (ABI), bidang pemuda dan remaja
(Heavy), bidang dewasa muda (DMBI), dan bidang wanita (WBI)
yang pada kenyataannya ada yang sudah melakukan tugas
pemuridan namun ada juga yang belum melakukan tugas
pemuridan. Tetapi juga terdapat bidang yang sudah mengarah
kepada melakukan tugas pemuridan namun belum maksimal.
Pada bidang anak (ABI) berdasarkan pernyataan informan Sdri.
Septiana Agustin selaku Ketua Bidang Anak GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa:
“Pada bidang anak (ABI) pemuridan disampaikan
melalui khotbah yang disampaikan oleh guru kelas
dengan menceritakan pengalaman tokoh-tokoh perjanjian
lama dan tokoh-tokoh perjanjian baru”.
Pada bidang pemuda dan remaja (Heavy) pemuridan
belum dilaksanakan dengan maksimal. Pengurus bidang Heavy
sudah berinisiatif untuk membentuk “KAMEN” yaitu Kakak
Mentor dengan tujuan untuk melakukan kegiatan mentoring atau
pemuridan ini bersama dengan beberapa Jemaat pemuda dan
remaja yang sudah ditentukan. Namun pada praktiknya kegiatan
ini belum dapat terlaksana dengan baik dengan alasan belum ada
kesatuan hati antara Pengurus yang ada sehingga menghambat
berjalannya kegiatan pemuridan tersebut. Pengurus belum
75
memiliki beban yang sama dalam menumbuhkan kehidupan
rohani Jemaat pemuda dan remaja GBI Dr Cipto 3 Ambarawa.
Pada bidang dewasa muda (DMBI) pemuridan secara
spesifik belum dilakukan. Cara mensiasati tugas pemuridan ini
yaitu dengan melibatkan anggota Jemaat dewasa muda yang tidak
tergabung dalam kepengurusan untuk membantu dalam
mempersiapkan acara yang telah diprogramkan sebelumnya.
Dalam hal ini tujuannya adalah untuk melatih dan memunculkan
potensi yang dimiliki Jemaat dewasa muda untuk menjadi kreatif
dan berkembang. Melalui cara tersebut secara tidak langsung
menjadi suatu cara pemuridan.
Pada bidang wanita (WBI) pemuridan belum dilakukan
dikarenakan WBI tidak memiliki mentor-mentor serta anggota
Jemaat WBI kebanyakan adalah orang tua. Karena keterbatasan
dalam hal fisik tersebut menjadi salah satu kendala bagi WBI
dalam melakukan tugas pemuridan.
Demi memunculkan potensi dan pengembangan diri dari
Pengurus, maka Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa diberikan
pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas dalam
memimpin Jemaat. Di tahun 2015, bidang yang banyak
melakukan pelatihan-pelatihan adalah Bidang Anak (ABI) seperti
Training Guru ABI, workshop, dan mengikuti seminar yang
diadakan oleh Gereja lain. Di Bidang pemuda dan remaja
(Heavy) Pengurus mengadakan acara wide game dengan tujuan
untuk melatih kepemimpinan dari Jemaat yang ada.
Di Bidang dewasa muda (DMBI) Pengurus mengadakan
acara Booth Camp DMBI dengan tema Be A Leader. Dalam acara
76
ini Jemaat yang tergabung dibagi kedalam kelompok-kelompok
dan pada masing-masing kegiatan yang diadakan secara
bergantian masing-masing kelompok akan menunjuk satu orang
yang menjadi Leader. Selain itu di Bidang wanita (WBI) juga
mengadakan acara yang dapat meningkatkan keterampilan seperti
pemberian tips kecantikan dan kesehatan. Pemberian tips ini
dengan cara mengundang pembicara yang benar-benar ahli di
bidangnya atau jika dari Pengurus memiliki tips terkait
kecantikan dan kesehatan dapat dibagikan kepada Jemaat.
Kemudian dari perwakilan Pengurus juga mengikuti kegiatan
Korda Jateng dan DIY. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, hal-
hal yang sekiranya perlu untuk disampaikan kepada Jemaat akan
dilakukan pada akhir Ibadah WBI hari Jumat.
Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa Dalam Wujud Poimenoia
Dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) bagian Tata Tertib
GBI menjelaskan terkait Pemimpin Jemaat lokal adalah sebagai
berikut:
“Pasal 3 ayat 5: Gembala Jemaat bertugas melakukan
penggembalaan terhadap Jemaat Lokal yang
dipimpinnya.”
Dalam kaitannya dengan Pejabat Gereja, dalam Buku Tata Gereja
GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI menjelaskan terkait
Tugas sebagai berikut:
77
“Pasal 18 ayat 2: Pejabat Gereja Bethel Indonesia yang
menggembalakan Jemaat mempunyai tugas untuk
mengembangkan Jemaat.”
“Pasal 18 ayat 3: Pejabat Gereja Bethel Indonesia
bertugas menggembalakan Jemaat atau dapat juga
melakukan tugas khusus yang diberikan Tuhan
kepadanya.”
“Pasal 18 ayat 4: Pendeta Gereja Bethel Indonesia yang
menggembalakan Jemaat bertugas membina Pejabat,
Pengurus Jemaat, Pelayan Jemaat, dan Penginjil yang
terhisab pada Jemaat Lokal yang digembalakannya
sehingga dapat bertumbuh oleh anugerah Tuhan.”
Dalam kaitannya dengan Pejabat Gereja, dalam Buku Tata Gereja
GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI menjelaskan terkait
Kewajiban Pejabat sebagai berikut:
“Pasal 19 ayat 1 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat
terhadap Jemaat yaitu: (a) Pejabat wajib melayani
Jemaat yang dipercayakan Tuhan kepadanya dengan
penuh kasih dan pengorbanan (Kis 20: 20-27; 31-35); (b)
Pejabat wajib membangun iman dan kasih kepada Tuhan,
untuk disiapkan bertemu dengan Tuhan Yesus pada
kedatangan-Nya yang kedua kali.
Bentuk penggembalaan Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa dinyatakan pada Lampiran 8. Tugas penggembalaan
yang dilakukan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa untuk Para Penatua
merupakan tanggungjawab utama Gembala Sidang. Untuk tugas
penggembalaan kepada Jemaat secara umum didelegasikan
kepada Para Ketua KTB. Para Ketua KTB tersebut
menggembalakan anggota-anggota di masing-masing KTB
termasuk juga para penatua termasuk dalam kepengurusan. KTB
ini berada dibawah naungan Bidang PI dan Misi. Penggembalaan
78
yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa juga
dilakukan pada orang yang meringkuk dalam Penjara. Tugas
penggembalaan ini dilakukan oleh Pengurus Bidang PI dan Misi.
Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa bekerjasama dengan Badan
Kerjasama Antar Gereja (BKSAG) se-Kecamatan Ambarawa
melakukan kunjungan di LP dengan pembagian dalam satu tahun
sebanyak 2 kali. Namun, pada tahun 2015 Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa mendapat kesempatan sebanyak 3 kali. Pada
saat melakukan kunjungan di LP, Pengurus Bidang PI dan Misi
bersama dengan Fulltimer Gereja memberikan bingkisan yang
dibutuhkan yaitu berupa alat mandi seperti sabun, handuk,
shampoo, dan lain sebagainya. Tujuan penggembalaan kepada
orang tawanan adalah untuk memperlihatkan kepadanya bahwa
dalam keadaan yang sukar itu Tuhan menyertai kehidupannya.
Dalam penggembalaan juga sudah dibagi ke dalam
masing-masing bidang kategorial seperti, bidang anak (ABI),
pemuda dan remaja (Heavy), dewasa muda (DMBI), dan wanita
(WBI). Pada bidang anak (ABI) yang menggembalakan adalah
guru-guru sekolah minggu. Beberapa hal yang dilakukan guru
sekolah minggu dalam melakukan tugas penggembalaan ini
adalah menegur, memberikan nasihat, dan melakukan komunikasi
dengan orang tua anak. Kemudian untuk menindaklanjuti hal
tersebut guru-guru sekolah minggu melakukan visitasi di rumah
anak secara langsung untuk mengetahui kendala yang dialami
anak atas ketidakhadirannya dalam kegiatan sekolah minggu.
Pada bidang pemuda dan remaja (Heavy) yang
menggembalakan yaitu Pengurus Bidang yang sudah dibentuk.
79
Dalam hal ini bentuk penggembalaan yang dilakukan oleh
Pengurus Heavy adalah melalui mentoring dan dengan
pendekatan personal. Apabila ada Jemaat pemuda dan remaja
yang tidak hadir dalam ibadah rutin yang diadakan maka akan
dilakukan kunjungan. Namun, Pengurus Heavy sedikit
mengalami kesulitan karena beberapa Jemaat yang tidak hadir
karena pindah di Gereja yang lain atau datang ke Gereja pada saat
ibadah raya. Selain itu presensi juga tidak dapat dilakukan secara
mendetail satu per satu karena beberapa yang hadir belum
berjemaat tetap di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa.
Pada bidang dewasa muda (DMBI) yang
menggembalakan yaitu Pengurus Bidang yang sudah dibentuk.
Sama halnya dengan Pengurus Heavy, dalam melakukan tugas
penggembalaan ini Pengurus DMBI melakukan kunjungan
kepada Jemaat DMBI yang beberapa kali tidak dapat hadir dalam
ibadah rutin yang dadakan.
Pada bidang wanita (WBI) yang menggembalakan yaitu
Pengurus Bidang yang sudah dibentuk. Sama halnya dengan
Pengurus Heavy, dalam hal ini Pengurus WBI melakukan tugas
penggembalaan kepada Jemaat wanita melalui pendekatan
personal. Selain itu dengan adanya pendekatan personal
tujuannya untuk mengajak Para Wanita yang belum bergabung di
WBI dan apabila ada kemauan nantinya dapat direkomendasikan
untuk menjadi Pengurus WBI periode berikutnya. Dalam hal ini
penggembalaan juga berfungsi untuk mengkader dan menemukan
potensi dari masing-masing anggota WBI yang tergabung di
dalamnya.
80
Pada bidang Lansia penggembalaan dilakukan oleh ketua
bidang dan para Fulltimer Gereja yaitu Bapak Pdm. Timotius
Budi l.A, S.Th. Penggembalaan tersebut dilakukan dengan
mengunjungi Jemaat yang sudah lanjut usia dan karena
keterbatasannya itu tidak dapat hadir pada kebaktian yang
diadakan di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Berikut pernyataan
Bapak Pdm. Timotius Budi l.A, S.Th sebagai Pejabat Gereja
sekaligus Ketua bIdang Lansia GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Kalau di dalam lansia, karena yang pertama umumnya
kebanyakan sudah mengalami banyak keterbatasan jadi
yang ditekankan adalah hubungan dengan Tuhan.
Bagaimana ketika mereka berada dalam usia lanjut
mereka tetap membangun hubungan dengan Tuhan?
Meskipun mereka karena faktor kesehatan tidak bisa ke
gereja, namun mereka masih tetap bisa bersekutu dengan
Tuhan dan mereka tetap bisa juga melakukan pekerjaan
Tuhan yaitu dengan cara berdoa puasa, mendoakan
pelayan Tuhan, bahkan mendoakan keluarga mereka
sendiri, dan juga memberikan peneguhan tentang
pengharapan mengenai kehidupan kekal agar mereka
tidak bimbang atau takut. Bagaimana kemudian kalau
saya meninggal? mereka sudah memiliki kepastian.
Walaupun sebenarnya mereka itu tahu tapi mungkin
karena faktor usia, faktor kesehatan, itu yang membuat
khawatir bagaimana nanti kalau meninggal, seperti itu.
Dan kemudian kami juga menekankan bahwa Tuhan itu
menyertai mereka. Karena di dalam usia lanjut dimana
kadang mereka merasa kurang diperhatikan oleh
keluarganya atau bahkan mungkin kurang diperhatikan
oleh Gereja. Namanya kalau kadang orang sudah usia
lanjut itu pikirannya sudah seperti itu. Oleh sebab itu, kita
tekankan bahwa Tuhan itu yang selalu menyertai mereka.
Hal itu sebenarnya bukan hanya untuk menghibur tapi
memang kita meneguhkan bahwa Tuhan itu menyertai
mereka”.
81
Pada tahun 2015 Jemaat Lansia yang dilayani Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa sebanyak 11 orang yang keseluruhannya
adalah wanita seperti dinyatakan pada Lampiran 22.
Penggembalaan juga dilakukan kepada Jemaat yang sakit.
Pengurus GBI Dr Cipto 3 Ambarawa secara rutin melakukan
penggembalaan kepada orang sakit yang dilakukan oleh Bapak
Gembala Sidang, Para Fulltimer Gereja, dan Para Wanita yang
bergabung di WBI. Pada saat melakukan kunjungan kepada orang
sakit perlu ditekankan terkait kesembuhan ilahi. Pengakuan iman
GBI keduabelas menyatakan bahwa Kesembuhan ilahi tersedia
dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.
Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa
kesembuhan ilahi merupakan pengajaran Alkitab yang harus
disampaikan kepada Jemaat bahkan setiap orang. Gereja mula-
mula sudah melaksanakan pelayanan kesembuhan ilahi dan
mujizat terjadi secara ajaib. Pekabaran Injil dan kesembuhan
adalah perintah Tuhan Yesus Kristus sampai datang kembali.
Menurut Prof. Rocam Abbing dalam Bons-Storm (2011)
yang terdapat dalam buku Penggembalaan kepada orang sakit
menyebutkan tiga tujuan penggembalaan kepada orang sakit
yaitu: agar orang sakit tekun beriman, imannya diperdalam, serta
iman orang sakit berbuah dalam situasi penyakitnya. Dengan
melakukan kunjungan kepada orang sakit maka Roh Kudus bisa
mengubah sikap batin seorang yang sakit sedemikian kuat dan
dalam serta menghilangkan sikap batiniah yang penuh
ketegangan dan kegelisahan itu, lalu memberikan kedamaian
yang menyembuhkan Juga melalui kunjungan kepada orang sakit
82
Tuhan Allah bisa bertindak memberikan kesembuhan secara
langsung.
Penggembalaan yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa juga terkait dengan penggembalaan pernikahan.
Sebelum calon mempelai masuk dalam pernikahan kudus dan
diberkati dengan disaksikan para Jemaat maka hal yang dilakukan
terlebih dahulu adalah mengikuti katekisasi pra-nikah yang
dipimpin oleh Gembala Sidang yaitu Bapak Pdt. Paulus Raditya
Praba. Katekisasi pra-nikah ini dilakukan minimal 3 kali dan
dilaksanakan sesuai kesepakatan antara Gembala Sidang dengan
calon mempelai. Pada tahun 2015 Jemaat GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa yang melakukan katekisasi pra-nikah sebagai syarat
sebelum dilakukan pemberkatan atau peneguhan pernikahan
sebanyak 7 pasangan dengan catatan 2 pasangan melakukan
peneguhan pernikahan dan 5 pasangan melakukan pemberkatan
pernikahan seperti dinyatakan pada Lampiran 23.
Penggembalaan yang dilakukan oleh GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa juga terkait dengan penggembalaan yang berkaitan
dengan kematian yang dilakukan oleh Bidang Pelmas. Penekanan
yang dilakukan dalam penggembalaan ini adalah Tuhan itu Maha
Pemurah, yang mau menerima manusia dalam Kerajaan-Nya.
Sehingga orang yang akan meninggal diberikan pemahaman
untuk berserah penuh kepada Tuhan. Dalam melakukan
penggembalaan terkait kematian perlu ditekankan pengakuan
iman GBI ketigabelas dan keempatbelas.
Pengakuan iman GBI ketigabelas menyatakan bahwa
Tuhan Yesus Kristus akan turun dari sorga untuk membangkitkan
83
semua umat-Nya yang telah mati dan mengangkat semua umat-
Nya yang masih hidup lalu bersama-sama bertemu dengan Dia di
udara, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-
Nya untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini. Dalam
buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa janji
kedatangan Yesus Kristus kembali merupakan pengharapan
Kristen yang penuh kebahagiaan. Karya Yesus yang dimulai pada
kedatanganNya yang pertama itu akan disempurnakan pada
kedatanganNya kembali. Orang Kristen percaya meskipun hal ini
belum terjadi, namun pasti akan terjadi. GBI menganut paham
Premilenium Dispensasional yaitu kedatangan Yesus kembali
terjadi dalam dua tahap yaitu pengangkatan gereja (rapture) dan
penampakan Kristus (revelation). Tahap pertama adalah
pengangkatan gerejaNya di bumi ini (I Tesalonika 4: 13-18).
Orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus tidak akan
memasuki masa sengsara yang besar yang akan terjadi saat itu
bersamaan dengan munculnya antikristus (I Tesalonika 5: 9-11).
Tahap kedua adalah kedatanganNya bersama GerejaNya untuk
mendirikan kerajaan seribu tahun di bumi yang akan mencapai
puncaknya di dalam pemenuhan kerajaanNya yang kekal dan
mulia (II Petrus 3: 13; Wahyu 21: 1).
Pengakuan iman GBI keempatbelas menyatakan bahwa
Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar
akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima
hidup kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan
yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya. Dalam
buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa GBI
84
menaruh keyakinan akan adanya masa kebangkitan orang percaya
dan kebangkitan orang yang tidak percaya. Yang pertama
kebangkitan orang percaya untuk menerima keselamatan
sementara kebangkitan orang yang tidak percaya untuk menerima
penghukuman selama-lamanya.
Seorang ahli teologi yaitu Prof. Berkhof dalam Bons-
Storm (2011) menjelaskan bahwa “Sikap dan perasaan seorang
beriman terhadap kematiannya adalah suatu campuran yang
ambivalen (yaitu: yang kadang-kadang menilai sesuatu secara
positif, tetapi kemudian secara negatif) antara ketakutan dan
harapan”. Kemudian pada saat orang tersebut sudah meninggal
dunia maka penggembalaan dilakukan pada saat penguburan dan
penghiburan yang dilakukan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Pada tahun 2015 Jemaat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang
meninggal sebanyak 7 orang dengan rincian 4 orang pria dan 3
orang wanita seperti yang terlihat pada Lampiran 19 yaitu daftar
Jemaat yang meninggal tahun 2015.
Penggembalaan yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa terkait dengan pembaptisan bahwa sebelum seseorang
dibaptis harus mengikuti katekisasi sesuai dengan waktu yang
ditentukan oleh pihak Gereja. Katekisasi sama dengan
memelihara bibit padi yang nanti dapat bertumbuh menjadi padi
yang baik. Jikalau bibit padi itu diabaikan tentulah hasil panen
akan mengecewakan (Bons-Storm 2011). Perlu ditekankan bahwa
seseorang yang dibaptis bahwa hidupnya berada dalam
pembenaran dan kelahiran baru sesuai dengan Pengakuan Iman
GBI kelima.
85
Pengakuan iman GBI yang kelima menyatakan bahwa
Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam
darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Dalam
buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa
pembenaran oleh iman merupakan salah satu elemen penting dari
rencana penyelamatan Allah terhadap manusia yang berdosa.
Karena itu doktrin pembenaran oleh iman merupakan salah satu
bagian penting dalam usaha memahami secara lengkap tentang
konsep keselamatan dari Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Selanjutnya hasil dari pembenaran oleh iman akan menjadikan
manusia lahir baru di dalam Yesus Kristus. Kelahiran baru
merupakan pekerjaan tersembunyi yang dilakukan oleh Roh
Kudus atas seseorang yang menerima pembenaran itu. Kelahiran
baru dilakukan secara total oleh Allah. Oleh sebab itu, kelahiran
baru merupakan transformasi terhadap orang percaya, Ia
memberikan vitalitas baru dan tuntutan bagi hidup mereka ketika
mereka menerima Kristus.
Di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang memberikan
pelajaran terkait katekisasi adalah Bapak Pdm. Timotius Budi l.A,
S.Th. Berikut pernyataan informan terkait katekisasi:
“Ketika di dalam katekisasi baptisan itu saya banyak
menyampaikan prinsip-prinsip iman Kristen yang
didalamnya pasti harus menggali kebenaran firman
Tuhan yang cukup dalam. Di dalam katekisasi saya
membimbing setiap pribadi yang mengikuti katekisasi
untuk mengerti apa artinya kepercayaan Kristen untuk
mereka pribadi dan untuk kehidupan mereka sebagai
anggota Jemaat dan masyarakat”.
86
Pada tahun 2015 Jemaat GBI Dr. Cipto yang dibaptis sebanyak
17 orang dengan rincian 6 orang pria dan 11 orang wanita seperti
yang terlihat pada Lampiran 18 terkait daftar Jemaat yang
dibaptis selama tahun 2015.
Pengurus memberikan pertanggungjawaban baik kepada
Kristus maupun Jemaat dan donatur. terkait dengan memberikan
pengajaran/pemuridan (didaskalia) dan penggembalaan
(poimenoia) kepada Jemaat yang ada. Tugas pemuridan sudah
dilimpahkan kepada Ketua KTB. Selain itu tugas penggembalaan
dilakukan oleh Gembala Sidang juga dikoordinasikan oleh
masing-masing bidang untuk melakukan penggembalaan. Namun
dalam hal laporan pertanggungjawaban tidak dipublikasikan
kepada Jemaat, tetapi kepada Gembala Sidang dan dilaporkan
pada saat rapat evaluasi tahunan oleh masing-masing bidang.
Khusus untuk Bidang Anak, Pemuda dan Remaja, serta Dewasa
Muda juga memberikan pertanggungjawaban kepada Komisi
Pemuda dan Anak.
Masing-masing bidang mengambil form evaluasi yang
sudah disediakan oleh Sekretariat kemudian bersama dengan
Pengurus Bidang melakukan rapat internal dengan tujuan
mengevaluasi apakah kegiatan yang telah diprogramkan
terlaksana atau tidak juga hasil yang dicapai atau kendala yang
dihadapi. Dari program yang sudah terlaksana maka dapat
diputuskan apakah akan dilanjutkan pada program kerja tahun
berikutnya atau tidak.
Selain itu, Pengurus juga memberikan
pertanggungjawaban kepada BPD dan BPH terkait pemuridan
87
dan penggembalaan yang telah dilakukan. Pemuridan dan
penggembalaan terkait dengan ajaran yang diberikan kepada
Jemaat karena berisi mengabarkan Firman Tuhan kepada Jemaat.
Dalam hal ini yang harus bertanggungjawab adalah Pejabat
Gereja yang terdiri dari Pdt, Pdm, dan Pdp untuk memberikan
pengajaran yang tidak menyimpang dari doktrin GBI. Agar
Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan
penyelewengan terhadap ajaran sesuai dengan doktrin GBI, maka
dari BPH mengirimkan surat penggembalaan. Pada bulan
September 2015, BPH GBI mengeluarkan surat penggembalaan
dinyatakan pada Lampiran 26.
Berdasarkan pendapat Bapak Pdm. Timotius Budi L.A,
S.Th sebagai Ketua Bidang Lansia dan sebagai salah satu Pejabat
Gereja menjelaskan akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa sebagai Gereja Lokal kepada pimpinan organisasi di
tingkat daerah serta tingkat nasional:
“Gembala dalam kepemimpinannya bertanggungjawab
kepada Sinode atau BPH terkait tugas penggembalaannya
juga terkait dengan tugas sebagai pejabat gereja, pdp,
pdm, pdt, pngajaran yang disampaikan kemudian juga
dalam BPH itu kan ada namanya AD/ART serta tata
tertib. Hal ini menjadi dasar kita untuk
bertanggungjawab.
88
PRAKTIK AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGURUS
GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA
Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dalam Wujud Oikonomia
Berdasarkan buku Tata Gereja GBI (2014) bagian Tata
Dasar Pasal 12 menjelaskan terkait Perbendaharaan Gereja yaitu:
“Perbendaharaan Gereja adalah barang-barang
bergerak dan atau tidak bergerak serta keuangan yang
menjadi milik Gereja terdiri dari: (1) Milik umum Gereja
Bethel Indonesia yaitu keuangan, semua barang bergerak
dan tidak bergerak yang dibeli dan dibiayai oleh
BPH/BPD atau ihhibahkan dengan sah kepada
BPH/BPD; (2) Milik jemaat lokal yaitu keuangan, semua
barang bergerak dan tidak bergerak yang dibeli dan
dibiayai oleh jemaat lokal atau dihibahkan dengan sah
kepada jemaat lokal; (3) Pengelolaan milik umum
dilakukan oleh BPH/BPD sedangkan milik jemaat lokal
oleh Gembala Jemaat.”
Pada bagian Tata Tertib GBI (2014) menjelaskan terkait
Sumber Keuangan baik BPH, BPD, maupun Jemaat Lokal.
Pasal 92 terkait Sumber Keuangan BPH menyatakan
bahwa: “Keuangan BPH sebagai pengurus sinode
diperoleh dari: (1) Persepuluhan dari seluruh pemasukan
jemaat lokal; (2) Persembahan sukarela dari para
simpatisan dan pejabat Gereja Bethel Indonesia; (3)
Persembahan lain atau usaha-usaha yang tidak
bertentangan dengan Firman Tuhan.”
Pasal 94 terkait Sumber Keuanngan BPD menyatakan
bahwa: “Keuangan BPD diperoleh dari: (1)
Persembahan wajib setiap bulan jemaat lokal dan
pejabat-pejabat di daerah masing-masing; (2) Bantuan
BPH untuk menunjang program nasional Gereja Bethel
89
Indonesia sesuai dengan kondisi daerah masing-masing;
(3) Persembahan lain atau usaha-usaha yang tidak
bertentangan dengan Firman Tuhan.”
Pasal 95 terkait Sumber Keuangan Jemaat Lokal
menyatakan bahwa: “Sumber keuangan jemaat lokal
diperoleh antara lain dari persepuluhan, persembahan
anggota jemaat, persembahan-persembahan lain atau
usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan Firman
Tuhan.”
Dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian Tata
Tertib menjelaskan terkait Penggunaan Keuangan pada Pasal 96
yaitu:
(1) Keuangan BPH digunakan untuk: (a) Membiayai
pelaksanaan Program Nasional GBI yang disahkan oleh
Sinode; (b) Membiayai pelaksanaan program yang
disetujui oleh MPL; (c) Hal-hal lain yang dianggap perlu
oleh BPH. (2) Keuangan BPD digunakan untuk: (a)
Membiayai program daerah yang telah disahkan sidang
Majelis Daerah; (b) Hal-hal lain yang dianggap perlu
oleh BPD. (3) Keuangan Jemaat Lokal digunakan untuk:
(a) Membiayai pelaksanaan program jemaat lokal sesuai
dengan visi Gembala Jemaat; (b) Membiayai kehidupan
Gembala Jemaat dan Staf.
Dalam kaitannya dengan Pejabat Gereja, dalam Buku Tata
Gereja GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI menjelaskan
terkait Kewajiban Pejabat sebagai berikut:
“Pasal 19 ayat 1 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat
terhadap Jemaat yaitu: (d) Pejabat wajib setia
memberikan persepuluhan pada perbendaharaan Jemaat
setempat”.
“Pasal 19 ayat 2 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat
terhadap MD/BPD yaitu: (b) Pejabat wajib setiap bulan
mengirim persembahan bulanan kepada perbendaharaan
BPD”.
90
“Pasal 19 ayat 3 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat
terhadap BPH yaitu: (a) Pejabat yang menggembalakan
Jemaat setiap bulan wajib mengirim persepuluhan dari
seluruh pendapatan Jemaat kepada BPH (Bil 18: 25-28;
Mal 3: 9-10)”.
Tanggung jawab Bendahara tidak hanya sebatas
menerima, mencatat, dan menyimpan uang saja namun lebih dari
itu dapat mempertanggungjawabkan apa yang sudah menjadi
tugas dan kewajibannya sebagai seorang Bendahara Gereja.
Sebagai seorang Bendahara diperlukan sifat yang jujur dan dapat
dipercaya, transparan serta rapi dan disiplin dalam pelaporannya.
Berdasarkan pernyataan informan Bapak Pdt. Paulus Raditya
Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
mengungkapkan bahwa:
“Untuk menjadi seorang Bendahara tidak perlu lulusan
dari Ekonomi, kalau tidak bisa komputer bisa minta
tolong kepada anaknya atau kepada sekretaris Gereja,
yang penting setiap ada pengeluaran nota-notanya itu
ada”.
Namun informan yang lain mengatakan bahwa:
“Kalau di GBI tidak ada aturan untuk menjadi seorang
Bendahara harus dari lulusan Ekonomi. Kalau tidak ada
lulusan Ekonomi yang penting mengerti tentang sistem
pengelolaan keuangan. Namun, kalau ada lulusan
Ekonomi lebih baik ada yang mengelola tentang
keuangan dengan lebih baik tetapi tidak harus, yang
penting adalah oang yang jujur dan hidup baru”.
Dari kedua pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa
untuk menjadi Bendahara Gereja tidak dibutuhkan lulusan khusus
yang mempelajari terkait dengan keuangan seperti halnya lulusan
91
Ekonomi. Namun jauh yang terpenting dari itu adalah orang yang
jujur lahir dan batin. Karena keuangan Gereja ini tidak diaudit
jadi harus mencari orang yang benar-benar jujur, punya hati
untuk melayani, hidupnya dapat menjadi teladan bagi keluarga
dan Jemaat, serta hidup baru dalam Yesus.
Berdasarkan kaitan sistem pemerintahan GBI yang
menganut sistem Episkopal Sinodal bahwa yang berkuasa di
dalam Gereja adalah Gembala Sidang, termasuk dalam hal
keuangan yang mengelola adalah Gembala Sidang. Namun,
Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan hal ini. Sejak awal
Beliau menjabat sebagai Gembala Sidang di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa Beliau menetapkan yang pertama keuangan tidak
dipegang oleh Gembala Sidang tetapi Bendahara termasuk
perpuluhan. Sebenarnya hal ini menentang arus karena selama ini
di dalam GBI, persembahan memang dipegang oleh Bendahara
namun perpuluhan yang memegang adalah Gembala Sidang. Hal
ini dikarenakan untuk memberikan kepercayaan kepada Pengurus
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa bahwa Bapak Pdt. Paulus Raditya
Praba betul-betul murni ingin melayani dan tidak ada tendensi
untuk mencari keuntungan pribadi seperti Gembala Sidang
sebelumnya. Yang kedua, semua aset tidak boleh atas nama
pribadi, dan harus atas nama Yayasan. Oleh sebab itu Gereja
mendirikan Yayasan dengan nama Yayasan Sumber Kasih.
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa hanya memiliki satu
Bendahara umum sehingga didalam pengelolaan keuangan tidak
ada pemisahan fungsi mengenai pencatatan dan penyimpanan
92
uang. Seharusnya antara bagian akuntansi dengan bagian
keuangan itu terpisah sehingga akan lebih terarah pengelolaan
keuangan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Selain itu juga
menghindari adanya penyalahgunaan keuangan Gereja oleh
Bendahara. Jika terdapat minimal 2 orang bendahara maka akan
saling mengawasi antara 1 dengan yang lain karena pada saat
dilakukan rekonsiliasi antara catatan dan uang yang ada harus
seimbang. Berdasarkan pernyataan informan dari salah satu
Penatua GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa mengungkapkan bahwa:
“Kalau menurut saya, sebaiknya Bendahara Gereja itu
terdiri dari dua orang dengan pemisahan tugas
bendahara satu yang membawa uang dan bendahara dua
mencatat. Namun kita harus selektif dalam memilih
karena ini terkait dengan pengelolaan keuangan Gereja
jadi harus jujur, punya hati melayani, dan dapat menjaga
rahasia”.
Dalam hal ini GBI juga tidak memiliki SOP dalam hal
pengelolaan keuangan. Karena GBI ini otonom jadi pengelolaan
keuangan akan dibuat seperti apa tergantung kebijakan dari
masing-masing Gereja Lokal. Sehingga GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa juga tidak memiliki standar dalam hal pelaporan
keuangan. Desain pencatatan keuangan yang diberlakukan selama
ini adalah adanya uraian pemasukan dan pengeluaran secara jelas.
Pemasukan persembahan dapat dibedakan menjadi persembahan
umum dan persembahan bidang kategorial. Untuk persembahan
umum semua akan diserahkan kepada Bendahara Umum, hanya
saja khusus untuk Donasi Sumber Kasih akan langsung
diserahkan kepada Panti Asuhan Sumber Kasih untuk mengelola
keuangan tersebut. Sedangkan persembahan bidang kategorial
93
akan langsung dikelola oleh bidang sendiri dan digunakan untuk
kegiatan yang telah diprogramkan oleh masing-masing bidang.
Jadi dalam hal ini, Bendahara masing-masing bidang kategorial
akan mengelola keuangannya sendiri tanpa ada intervensi dari
Bendahara Umum ataupun Gembala Sidang. Berikut ini
pembagian persembahan baik secara umum maupun bidang
kategorial:
Gambar 2
Persembahan Umum dan Bidang Kategorial
Sumber: Data Primer (diolah) 2016
Beberapa kotak persembahan yang ada di Gereja terdiri dari
kotak persembahan diakonia (Yakobus 1: 27), Donasi Sumber
Kasih (2Korintus 8: 13-15), Persembahan KTB (Ibrani 10: 23),
Persembahan Persepuluhan (Maleakhi 3: 11), Persembahan
PERSEMBAHAN
UMUM
1. PERSEMBAHAN IBADAH RAYA 1 DAN 2
(BENDAHARA UMUM)
2. PERSEMBAHAN KHUSUS MINGGU PERTAMA UNTUK
RENOVASI DAN PERAWATAN (BENDAHARA UMUM)
3. PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (BENDAHARA
UMUM)
4. PERSEMBAHAN SYUKUR (BENDAHARA UMUM)
5. DONASI SUMBER KASIH (PANTI ASUHAN SUMBER
KASIH)
KATEGORIAL:
1. BIDANG ABI
PERSEMBAHAN JEMAAT DAN DONATUR (BENDAHARA BIDANG)
2. BIDANG HEAVY
PERSEMBAHAN JEMAAT (BENDAHARA BIDANG)
3. BIDANG DMBI
PERSEMBAHAN JEMAAT (BENDAHARA BIDANG)
4. BIDANG WBI
PERSEMBAHAN JEMAAT DAN SOSIAL (BENDAHARA BIDANG)
5. BIDANG PELMAS
PERSEMBAHAN KHUSUS MINGGU KETIGA, KOTAK PERSEMBAHAN
DIAKONIA, DAN DONATUR (BENDAHARA BIDANG)
6. BIDANG PI & MISI
PERSEMBAHAN KTB DAN KOTAK DONASI ADOPSI HAMBA TUHAN
(BENDAHARA BIDANG)
7. BIDANG MISSION CARE
KAS MISSION CARE (TIM BIDANG)
94
Syukur (Lukas 6: 38), dan Donasi Adopsi Hamba Tuhan seperti
yang terdapat pada Lampiran 24. Dalam Bidang Pelmas ini
pencatatannya juga dilakukan secara manual dengan uraian
pemasukan dan pengeluaran saja yang dibuat secara rinci seperti
yang terdapat pada Lampiran 16 Pada Bidang Pelmas ini juga
memiliki donatur.
Selama ini Bendahara Umum tidak pernah membuat
laporan keuangan hanya saja dilakukan pencatatan secara manual
dengan dilampirkan nota-nota yang ada. Berikut pernyataan
informan Bapak Yusak Hartono sebagai Bendahara Umum GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Pada pencatatan hanya ada debit dan kredit saja dan
saya mencatatnya secara manual. Selama ini saya tidak
pernah membuat laporan keuangan. Apabila Gembala
Sidang bertanya saya hanya tunjukkan buku catatan dan
Rekening Koran pada tabungan”.
Di dalam akuntansi, laporan keuangan yang disajikan
dapat dianalisis sebagai alat untuk mengukur kinerja secara
finansial sebuah organisasi. Seharusnya GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa membuat laporan keuangan baik per bulan maupun
per tahun dengan tujuan agar pengelolaan keuangan Gereja dapat
terarah. Selain itu juga menghindari adanya manipulasi
dikarenakan ketidaktersediaannya laporan keuangan.
Pengeluaran rutin yang terjadi di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa misalnya terkait dengan pemeliharaan Gereja seperti
pembayaran listrik, air, dan pemeliharaan gedung Gereja terkait
pengecatan dan perbaikan pada bagian yang mengalami
kerusakan. Kemudian persembahan perpuluhan yang diterima
95
oleh Gereja ditambahkan dulu dengan jumlah persembahan yang
ada. Kemudian 10%nya dikirimkan kepada BPH, pembiayaan
pekerja Gereja, pengkhotbah, pelayan Tuhan (Worship Leader,
Singers, Penari tambourine, tim musik, petugas LCD, dan petugas
kamera), baru sisanya diberikan kepada Gembala Sidang.
Pengeluaran juga digunakan untuk membeli alat musik Gereja.
Berikut contoh pencatatan untuk pengeluaran rutin pada Bulan
April 2015 pada Lampiran 16 dan contoh nota pada Lampiran 25.
Hampir semua bidang kategorial pencatatan yang
dilakukan dengan menggunakan sistem manual. Selama ini
Bendahara juga tidak pernah memperoleh pelatihan khusus dalam
pengelolaan keuangan. Sehingga tidak ada keseragaman dalam
pelaporan keuangan yang disajikan. Terkait laporan keuangan
bidang tahunan masing-masing bidang kategorial membuat pada
akhir periode dengan diketahui oleh Ketua masing-masing
Bidang Kategorial. Khusus untuk Bidang anak (ABI), Bidang
pemuda dan remaja (Heavy), dan Bidang Dewasa Muda (DMBI),
laporan keuangan yang disajikan dengan disetujui oleh Ketua
Komisi Pemuda dan Anak. Kemudian, keseluruhan laporan
keuangan yang disajikan oleh masing-masing Bidang Kategorial
dipertanggungjawabkan kepada Gembala Sidang. Laporan
keuangan 7 bidang kategorial baik dari penerimaan dan
pengeluaran yang terjadi tahun 2015 dinyatakan pada Lampiran
17.
Pada akhir periode, laporan keuangan yang disajikan tidak
ada yang mengaudit dari Pusat karena GBI sistemnya adalah
otonomi jadi tidak ada yang memantau dari pusat. Terkait dengan
96
keuangan ini, GBI hanya memantau Gereja lokal mana saja yang
selalu setia mengirimkan persepuluhan kepada Pusat.
Untuk membangun kepercayaan Jemaat kepada GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa, maka Pengurus memberikan
pertanggungjawaban kepada Jemaat melalui laporan yang
disajikan. Namun, tidak semua laporan berhak diketahui oleh
Jemaat karena adanya alasan-alasan tertentu yang menyertai.
Berikut ini pernyataan yang disampaikan oleh informan terkait
dengan publikasi laporan kepada Jemaat.
“Tidak perlu publikasi, tetapi kita perlu Bendahara
Gereja yang jujur. Bendahara Gereja itu harusnya ada 2
tidak boleh 1 untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Sejujur-jujurnya manusia kalau ada celah
iblis itu mudah menggerogoti untuk mnggunakan.
Menurut saya apa yang menjadi aset, apa yang menjadi
milik gereja itu tidak perlu semua Jemaat tahu, namun
harus semua Jemaat menikmatinya. Jadi harus bisa
dibedakan karena tidak semua harus tahu, tetapi ini dari
Jemaat untuk Jemaat yang harus dinikmati semua Jemaat
karena itu plus minusnya kalau semua Jemaat tahu
padahal tidak semua Jemaat pelaku firman, kalau kita
saring 500 jemaat yang ada di Gereja kita coba kalau kita
mau survey beri pertanyaan kepada mereka satu per satu
nanti berapa % yang benar-benar tulus. Kita bukan mau
menghakimi mereka. Tetapi kalau kita mau terbuka akan
menimbulkan masalah, “Gereja ada uang sebesar itu kok
saya pinjam tidak boleh”. Itu justru akan merugikan
kerahasiaan Gereja kita sendiri. Jadi kalau menurut saya
tidak semua Jemaat. Cukup Penatua harus tahu,
Pendetapun tidak perlu tahu karena tugas seorang
Pendeta dia adalah penggembala bukan untuk mengaudit
tentang keuangan. Dan berbahagialah kita, karena
Gembala kita tidak pernah mau tahu apa yang Gereja
punya itu satu nilai plus dari Gembala Sidang kita. Dia
97
hanya menerima apa yang menjadi bagiannya yaitu
perpuluhan”.
Dalam hal pelaporan keuangan kepada Jemaat sebaiknya
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memberikan laporan sebagai bentuk
pertanggungjawaban Pengurus Gereja kepada Jemaat atas dana
yang dipercayakan untuk dikelola. Dengan didasarkan
kepercayaan, sebagai pondasi untuk menjalankan pekerjaan itu.
Hal serupa dikatakan Yesus dalam Lukas 16: 2 yaitu:
“Berikanlah pertanggungjawaban atas urusanmu”. Pengelolaan
atau penatalayanan keuangan (oikonomia) menjadi suatu
keharusan dalam mewujudkan tugas panggilan gereja yang lain
(Marturia, Koinonia, Leiturgia, Diakonia, Didaskalia, dan
poimenoia). Hal ini haruslah seiring dengan tuntutan Jemaat
dalam suatu organisasi yang semakin kritis (Silvia dan Ansar
2011).
Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa selain melakukan
akuntabilitas baik kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja serta
Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana, dalam hal ini
juga melakukan akuntabilitas kepada pimpinan organisasi baik di
tingkat daerah serta di tingkat nasional. Jemaat memberikan
persembahan dan persepuluhan melalui kotak persepuluhan dan
persembahan ataupun persembahan pada saat ibadah raya.
Kemudian Bendahara Umum GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa akan
menghitung persembahan dan persepuluhan secara keseluruhan.
Selanjutnya 10% dari jumlah persembahan dan persepuluhan
pada bulan tersebut akan disetorkan kepada BPH/ Sinode GBI.
98
Dalam hal pemberian persembahan kepada BPH/Sinode ini
dinyatakan dalam Flowchart Lampiran 9.
Pengurus tidak hanya bertanggungjawab atas
pertanggungjawaban dalam hal keuangan saja, namun Pejabat
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa (Pdp, Pdm, dan Pdt) juga melakukan
pertanggungjawaban terkait dengan administrasi pembayaran
iuran kepada Badan Pekerja Wilayah (BPW). GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa masuk ke dalam wilayah Korwil Selatan 1. Dalam hal
keuangan, Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa melakukan
akuntabilitas terkait dengan persembahan dan persepuluhan dari
Jemaat yang terkumpul setiap bulan. Berikut pernyataan dari
informan Bapak Yusak Hartono selaku Bendahara Umum GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa:
“Persembahan dan persepuluhan dari Jemaat yang sudah
terkumpul pada bulan tertentu kemudian dihitung dan
diambil 10%nya untuk disetorkan ke BPH. GBI Dr. Cipto
3 Ambarawa ini secara rutin setiap bulan menyetorkan
10% dari total persembahan dan persepuluhan ini kepada
BPH”.
Selain itu berdasarkan pendapat Bapak Pdm. Timotius
Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang Lansia dan sebagai salah
satu Pejabat Gereja menjelaskan akuntabilitas Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa sebagai Gereja Lokal kepada pimpinan
organisasi di tingkat wilayah, daerah serta tingkat nasional:
“Kalau dalam GBI organisasi tertinggi adalah Sinode.
Sinode dibawahnya ada BPD, kemudian ada BPW, lalu
BPH juga. BPH disini masuk kedalam Sinode. Kalau saya
tadi mengelompokkannya ketika GBI itu dikelompokkan
kedalam wilayah-wilayah. Kalau sinode itu berarti secara
99
nasionalnya. Kalau BPD itu daerahnya. Kemudian BPW
itu bagian yang lebih kecil dari BPD. Ya, kalau yang
pertama dilihat dari Gereja Lokal dulu, GBI Dr. Cipto 3
itu adalah Gereja Lokal. Gereja Lokal harus
mempertanggungjawabkan yang pertama kepada BPW
walaupun dalam bentuk yang sempit. Artinya biasanya
yang berhubungan dengan administrasi. Administrasi itu
misalnya iuran-iuran. Terkait dengan keuangan setiap
bulan sesuai peraturan dari BPH, berapa tingkat
keseluruhan dari gereja. Kalau tingkat gereja itu
persembahan dan persepuluhan keduanya ditotal lalu
diambil 10% yang dikirimkan ke Sinode. Gereja juga
bertanggungjawab ke BPH terkait kesetiaannya
memberikan persepuluhan itu. Dalam hal ini belum ada
semacam tindakan disiplin dari Sinode. Seperti misalnya
GBI A tidak setia merekap perpuluhan. Seperti apa
tindakan dari Sinode itu belum ada. Baru ada semacam
teguran himbauan kepada Gereja Lokal agar setia
memberikan persepuluhan. Namun terdapat tindakan
disiplin dalam hal status kepejabatan. Kalau tidak setia
mengirimkan persepuluhan maka Gereja Lokal
kemungkinan tidak dapat mencalonkan pejabat baru atau
mengusulkan kenaikan jenjang jabatan”.
Berdasarkan pernyataan informan diatas, GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa melakukan akuntabilitas dimulai dari BPW (Badan
Pekerja Wilayah), BPD (Badan Pekerja Daerah), serta BPH
(Badan Pekerja Harian). Terkait dengan keuangan Gereja, GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa adalah Gereja Lokal. Gereja Lokal harus
mempertanggungjawabkan yang pertama kepada BPW walaupun
dalam bentuk yang sempit. Artinya biasanya yang berhubungan
dengan administrasi seperti iuran-iuran. Kemudian terkait dengan
total persembahan dan perpuluhan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
maka diambil 10%nya untuk disetorkan kepada BPH digunakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
100
Pusat. Kemudian keseluruhan dana yang terkumpul di BPH maka
diambil 30%nya untuk diberikan kepada BPD untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang ada di daerah. Apabila Pengurus Gereja
secara khusus adalah Gembala Jemaat Gereja tidak mengirimkan
persepuluhan kepada BPH maka akan dikenakan disiplin Gereja.
Seperti yang terdapat pada Tata Gereja GBI pada bagian Tata
Tertib GBI Pasal 86 terkait Jenis Sanksi Disiplin sebagai berikut:
“Pasal 86 (1) Peringatan tertulis, bagian (m): tidak
mengirimkan persepuluhan Jemaat kepada BPH selama
12 (duabelas) bulan berturur-turut tanpa alasan yang
dapat dibenarkan oleh oleh Ketua Umum BPH”. (2)
Pemutusan Persekutuan sementara sehingga tidak
mendapat pelayanan secara organisasi, bagian (b):
“tanpa alasan yang dapat dibenarkan, tetap tidak
memberikan persepuluhan jemaat kepada BPH walaupun
telah mendapat sanksi peringatan tertulis”. bagian (e):
“tidak mengirimkan persepuluhan Jemaat kepada BPH
selama 2 (dua) tahun berturur-turut walaupun telah
mendapat sanksi Peringatan Pertama”. (4) Penurunan
jenjang kependetaan dan jabatan kepengurusan dalam
Gereja Bethel Indonesia secara tertulis dan diumumkan,
bagian (d): “tidak memberikan persepuluhan Jemaat
kepada BPH selama 3 (tiga) tahun berturur-turut
walaupun telah mendapat sanksi Peringatan Tertulis dan
Sanksi Pemutusan Persekutuan Sementara ”.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Akuntabilitas dalam organisasi Gereja diperkuat melalui
ayat Alkitab yang terdapat pada Markus 12: 17 yaitu:
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
101
Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada
Allah!”. Praktik akuntabilitas yang dijalankan berpedoman pada
Pengajaran Dasar GBI, Tata Gereja GBI, dan dokumen GBI
lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam hal ini
Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memberikan
pertanggungjawaban baik kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja
maupun kepada Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana,
serta para Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah
seperti BPD maupun di tingkat nasional seperti BPH/Sinode.
Praktik akuntabilitas yang dilakukan Pengurus GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa meliputi akuntabilitas spiritual,
kepemimpinan, dan keuangan. Pada akuntabilitas spiritual
diwujudkan dalam bentuk kesaksian (marturia), persekutuan
(koinonia), ibadah (leiturgia), dan pelayanan kasih (diakonia).
Pengurus melaksanakan kewajiban dalam bentuk kegiatan
religius untuk melakukan kesaksian, mengadakan persekutuan
dan ibadah, serta memberikan pelayanan kasih baik kepada
Jemaat Setempat dan masyarakat sekitar.
Wujud praktik akuntabilitas yang telah dilakukan sebagai
wujud nyata pertanggungjawaban Pengurus kepada Tuhan
sebagai mandataris Allah di bumi untuk memberitakan kabar
keselamatan kepada Yesus Kristus dalam mengabarkan Injil,
mengadakan persekutuan, mengadakan ibadah baik umum
maupun bidang kategorial, serta keterlibatan dalam pelayanan
kasih. Selain itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
BPD dan BPH dalam akuntabilitas spiritual ini yang
dipertanggungjawabkan terkait dengan ajaran yang tidak
102
menyimpang dari doktrin GBI. Oleh sebab itu BPH memberikan
pedoman berupa pengajaran dasar GBI serta memperkuat dengan
surat penggembalaan kepada Pengurus Gereja secara khusus
Pejabat Gereja. Apabila Pejabat Gereja tidak mematuhi ajaran
yang telah disepakati oleh Sinode GBI, maka akan mendapatkan
disiplin Gereja yang diatur pada Tata Dasar GBI.
Dalam hal mempertanggungjawabkan ajaran sudah
termasuk dalam unsur memberikan kesaksian berupa pengabaran
Injil tentang keselamatan. Pada Persekutuan dan Ibadah yang
diadakan juga terdapat unsur pemberitaan Firman Tuhan, dan
pada saat memberikan pelayanan kasih juga diselipkan ajaran
Firman Tuhan. Dalam hal bertanggung jawab terhadap ajaran
yang disampaikan, selain bertanggungjawab kepada BPD dan
BPH terlebih dari itu bertanggungjawab kepada Tuhan dengan
memberikan pemahaman yang benar terkait ajaran yang
disampaikan.
Pada akuntabilitas kepemimpinan diwujudkan dalam
bentuk pemuridan (didaskalia) dan penggembalaan (poimenoia).
Pengurus melaksanakan kewajiban dalam aktivitas religius yaitu
pemuridan dengan membina, memuridkan, dan memperlengkapi
Jemaat yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juu Selamat. Dalam hal pemuridan ini di satu sisi
bertanggungjawab kepada Jemaat namun terlebih dari itu
bertanggungjawab kepada Tuhan seperti teladan Yesus dalam
Matius 28: 18-20.
Selain itu penggembalaan yang dilakukan Pengurus
dengan mengabarkan Firman kepada Jemaat, melayani Jemaat
103
supaya lebih menyadari iman dan dapat mewujudkan iman
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penggembalaan sebagai
sarana untuk menumbuhkan iman Jemaat sekaligus pemeliharaan
terhadap Jemaat yang Tuhan percayakan kepada Pengurus.
Pertanggungjawaban Pengurus kepada PBD dan BPH dalam hal
pemuridan dan penggembalaan juga yang diutamakan adalah
pertanggungjawaban terkait dengan ajaran yang sesuai dengan
doktrin GBI. Dalam hal pemuridan dan penggembalaan terdapat
unsur pemberitaan Firman Tuhan. Terkait dengan ajaran ini,
Pengurus tidak hanya bertanggung jawab terhadap BPD dan
BPH, namun juga kepada Kristus.
Pada akuntabilitas keuangan diwujudkan dalam bentuk
(oikonomia). Pertanggungjawaban ini terkait keuangan yang
meliputi persembahan dan persepuluhan dari Jemaat serta sarana
dan prasarana yang dimiliki untuk digunakan sebagai pendukung
kegiatan yang dilaksanakan. Dalam hal alokasi dana dari
persembahan dan persepuluhan telah dialokasikan dengan baik
sesuai dengan program kerja tahun 2015. Namun tidak semua
laporan dipublikasikan kepada Jemaat dikarenakan ada alasan
yang menyertai. Laporan keuangan bidang setiap tahun
dipertanggungjawabkan kepada Gembala Sidang. Kecuali pada
Bidang anak, Bidang pemuda dan remaja, serta bidang dewasa
muda dengan diketahui Komisi Pemuda dan Anak. Untuk laporan
keuangan umum baik bulanan maupun tahunan tidak pernah
dipublikasikan kepada Jemaat.
Pertanggungjawaban terkait keuangan ini dilakukan
kepada BPW, BPD dan BPH. Dalam hal ini pertanggungjawaban
104
dilakukan oleh Pengurus Gereja yang menduduki jabatan sebagai
Pejabat Gereja. Pejabat Gereja memberikan pertanggungjawaban
kepada BPW terkait dengan iuran administrasi, kepada BPH
dengan diketahui BPD memberikan 10% dari total keseluruhan
persembahan dan persepuluhan dari Jemaat. Kemudian setelah
mengirim persepuluhan kepada BPH, maka 30% dari total
persepuluhan dikirimkan ke BPD untuk mendukung kegiatan
yang dilakukan di daerah.
Dari ketiga akuntabilitas yang dijalankan yaitu
akuntabilitas spiritual, kepemimpinan dan keuangan, maka
terdapat keterkaitan satu sama lain. Akuntabilitas spiritual
sebagai dimensi utama yang menyatakan kepercayaan dan
cintanya kepada Tuhan (Randa, dkk 2011). Kepercayaan ini
menjadi wujud akuntabilitas kepada Kristus, Jemaat dan donatur,
serta pimpinan organisasi yaitu BPD dan BPH yang dituangkan
dalam Pengajaran Dasar GBI dan Tata Gereja GBI sebagai dasar
dalam bertindak bagi Pengurus Gereja dalam memimpin.
Sehingga akuntabilitas spiritual dan kepemimpinan seharusnya
berjalan beriringan. Marturia, koinonia, leiturgia, dan diakonia,
tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya pemuridan
dan penggembalaan. Selain itu, keuangan (oikonomia) menjadi
pendukung dalam mewujudkan marturia, koinonia, leiturgia,
diakonia, didaskalia, dan poimenoia) pada akuntabilitas spiritual
dan kepemimpinan.
105
SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa, peneliti menyarankan agar Pengurus Gereja
hendaknya secara khusus mengajarkan mengenai doktrin GBI
kepada Jemaat. Selain itu, Pengurus hendaknya mengedepankan
musyawarah dalam pengambilan keputusan pengelolaan
keuangan serta menyampaikan laporan keuangan sebagai
pertanggungjawaban kepada Jemaat. Penerapan nilai tersebut
diharapkan dapat menumbuhkan akuntabilitas keuangan yang
lebih transparan.
KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan
dalam pembahasan mengenai praktik akuntabilitas kepada
pimpinan organisasi baik BPD maupun BPH karena penjelasan
yang diberikan hanya menyeluruh terkait marturia, koinonia,
leiturgia, diakonia, didaskalia, dan poimenoia secara menyeluruh
yaitu ajaran sesuai dengan doktrin GBI.
PENELITIAN MENDATANG
Penelitian ini menggambarkan praktik akuntabilitas dari
perspektif Pengurus organisasi Gereja. Peneliti menyadari bahwa
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat
mengembangkan praktik akuntabilitas yang dijalankan organisasi
Gereja dari perspektif Jemaat dan donatur. Selain itu, peneliti
selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti
106
praktik akuntabilitas terhadap pimpinan organisasi baik di tingkat
daerah maupun tingkat nasional seperti Majelis Daerah (MD) dan
Majelis Pekerja Lengkap (MPL) terkait dengan sidang yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abineno Ch.J.L. 2011. Penatua: Jabatan dan Pekerjaannya.
BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Alkitab. 2014. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta.
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik.
Penerbit Erlangga.
Berry, A.J. 2005. Accountability and Control in a Cat’s Cradle,
Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 18,
No.2, pp. 255-297.
Booth, P. 1993. Accounting in churches: research framework and
agenda. Accounting, Auditing & Accountability Journal,
v. 6, n. 4, p. 37-67.
Bons-Storm, M. 2011. Apakah Penggembalaan Itu?. PT BPK
Gunung Mulia. Jakarta.
Dewi, Atmadja, dan Adiputra. 2015. Konsep Akuntabilitas
Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan (Studi Kasus
Pada Gereja Kerasulan Baru Di Indonesia, Distrik Jawa
Timur dan Bali). e-Journal S1. Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1. Volume 3, No.
1, Tahun 2015.
Duncan, J.B., D.L. Flesher, and M.H. Stocks. 1999. Internal
control systems in US churches: An examination of the
effects of church size and denominationon systems of
internal control. Accounting, Auditing and Accountability
Journal, Vol. 12 Iss: 2, pp.142 – 164.USA: MCB UP Ltd.
107
Endahwati, Y.D. 2014. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat, Infaq,
dan Shadaqah (ZIS). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Humanika (JINAH). Volume 4, Nomor 1, Singaraja,
Desember 2014.
Halim, A. dan Kusufi, M.S. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik Dari Anggaran Hingga Laporan
Keuangan Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah.
Penerbit Salemba Empat.
Hutabarat, H.N. 2011. Mentoring dan Pemuridan. Yayasan
Kalam Hidup. Bandung.
Jailani, M.S. 2013. Ragam Penelitian Qualititive (Ethnografi,
Fenomenologi, Grounded Theory, dan Studi Kasus). Edu-
Bio, Volume 4, Tahun 2013.
Jatmiko, Bambang. 2008. Metode Penelitian FE-UNIKOM
Kaomaneng, I.S. 2013. Penerapan Sistem Akuntansi Dalam
Pengelolaan Keuangan Gereja. Jurnal Uniera, Volume 2
Nomor 1, Februari 2013.
Korengkeng, H.F. 2013. Penerapan Good Corporate Governance
Di Organisasi Gereja: Studi Kasus Di Daerah Konferens,
Minahasa Utara, Bitung, & Maluku Utara. Tesis. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga.
Kristiawan, M.D. 2014. Akuntabilitas Keuangan Organisasi
Keagamaan Dalam Perspektif Stewardship Theory (Studi
Kasus Gereja Katolik Paroki St. Yusup, Ambarawa).
Tesis. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga.
Kusuma, S.A. 2009. Kaya di Bumi Memerintah Bersama Yesus
di Sorga. Gereja Bethany Fresh Anointing di Yogyakarta.
Lim, Alex. 2010. Integrasi Spiritualitas dan Kapabilitas
Kepemimpinan Gereja Tionghoa. Veritas 11/2, Oktober
2010, 207-229.
108
Mardiasmo, 2006, “Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas
Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana
Good Governance”, Jurnal Akuntansi Pemerintah,
Volume 2, Nomor 1, Mei: 1-17.
Moloeng, L.J. 2013. Metode penelitian kualitatif (edisi revisi).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pawito. 2007. Penelitian komunikasi kualitatif. Yogyakarta: PT.
Lkis Pelangi Aksara.
Randa, Fransiskus. 2010. Akuntabilitas Kepemimpinan Dalam
Organisasi Keagamaan (Studi Etnografi Pada Sebuah
Gereja Katolik Di Tana Toraja). Jurnal Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi, Volume 8, Nomor 2, Oktober
2010, 25-52. Fakultas Ekonomi UAJ Makasar.
Randa, Fransiskus, dkk. 2011. Studi Etnografi: Akuntabilitas
Spiritual Pada Organisasi Gereja Katolik Yang
Terinkulturasi Budaya Lokal. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2011.
Randa, Fransiskus. 2011. Akuntabilitas Keuangan Dalam
Organisasi Keagamaan (Studi Etnografi Pada Sebuah
Gereja Katolik Di Tana Toraja). Jurnal Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi, Volume 9, Nomor 2, Oktober
2011, 59-83. Fakultas Ekonomi UAJ Makasar.
Randa, Fransiskus. 2011. Rekonstruksi Konsep Akuntabilitas
Organisasi Gereja: Studi Etnnografi Kritis Inkulturatif
Pada Gereja Katolik di Tana Toraja. Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh, 2011.
Senduk, H.L. Pelayan Tuhan. Seksi Penerbitan Yayasan Bethel.
Senduk, H.L. 1989. Pedoman Pelayan Pendeta. Edisi 1.
Senduk, H.L. 1989. Pedoman Pelayan Pendeta. Edisi 2.
Sianturi, M.T. 2014. Pengajaran Kitab Wahyu Tentang Doktrin
Gereja. Karya Tulis Ilmiah. Graphe International
Theological Seminary.
109
Silvia, Janets dan Muhammad Ansar. 2011. Akuntabilitas Dalam
Perspektif Gereja Protestan: Studi Fenomenologis Pada
Gereja Protestan Indonesia Donggala Jemaat Manunggal
Palu. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 2011.
Simanjuntak, D.A dan Yeni J. 2011. Akuntabilitas dan
Pengelolaan Keuangan di Masjid. Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh, 2011.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Sugiyono. 2013. Memahami penelitian kualitatif. Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Team Penyuluh. 2015. Membangkitkan Iman, Pengharapan, dan
Kasih. Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia.
Jakarta.
Team Penyuluh. 2016. Pembaharuan Penuai Dalam Tahun
Penuaian. Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia.
Jakarta.
Tim Penyusun. 2004. Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia.
Departemen Teologia Badan Pekerja Sinode Gereja
Bethel Indonesia. Jakarta.
Tim Penyusun. 2014. Tata Gereja Gereja Bethel Indonesia. Badan
Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia. Jakarta.
Wiersbe, W.W dan Wiersbe, W.D. 2011. 10 Kekuatan Pelayanan
yang Alkitabiah. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Zoelisty, C dan Adityawarman. 2014. Amanah Sebagai Konsep
Pengendalian Internal Pada Pelaporan Keuangan Masjid
(Studi Kasus Pada Masjid di Lingkungan Universitas
Diponegoro). Diponegoro Journal of Accounting, Volume
3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 1-12.
110
LAMPIRAN 1
PERTANYAAN MENGENAI PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GBI Dr. CIPTO 3
AMBARAWA
Profil Organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Gambaran secara umum tentang organisasi:
Pertanyaan Wawancara
1. Kapan organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa Dibangun?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?
3. Apa visi dan misi organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?
4. Apa saja bidang pelayanan yang ada dalam organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?
5. Siapa yang terlibat dalam kepengurusan organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?
111
Persiapan Pribadi Pengurus Dalam Mewujudkan Praktik Akuntabilitas di Organisasi GBI Dr Cipto 3
Ambarawa
Pertanyaan Wawancara
1. Kapan Pengurus memulai melayani Tuhan?
2. Apakah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum memulai melayani Tuhan?
3. Apakah Pengurus melakukan kegiatan Sekolah Alkitab atau kegiatan yang berhubungan dengan pendalaman Alkitab sebelum
memulai melayani Tuhan?
Praktik Akuntabilitas Pengurus Organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
Dimensi Wujud Praktik
Akuntabilitas
Pertanyaan Wawancara
Kesaksian (Marturia)
1. Hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan dalam melakukan tugas kesaksian?
2. Apakah Pengurus pernah mengalami kendala dalam bersaksi? Apa saja kendala
112
Spiritual
yang dialami Pengurus dalam bersaksi?
3. Berapa jumlah Jemaat yang bersedia menerima Yesus Kristus sebagai Juru
Selamat melalui pembaptisan?
Persekutuan (Koinonia) 1. Apa saja jenis persekutuan yang diadakan oleh Pengurus?
2. Berapa kali persekutuan yang diadakan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
setiap minggunya?
3. Bagaimana melatih hidup Jemaat agar mempunyai kerinduan untuk berdoa
syafaat dan menyembah Tuhan?
4. Apakah selalu ada penambahan jumlah orang setiap kelompok dalam
persekutuan? Berapa jumlahnya?
5. Apa nilai-nilai yang ditanamkan oleh Pengurus bagi setiap Jemaat yang tergabung
dalam persekutuan?
Ibadah (Leiturgia) 1. Apa saja jenis ibadah yang diadakan oleh Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?
113
2. Berapa kali ibadah yang diadakan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa setiap
minggunya?
3. Bagaimana susunan liturgi/ibadah yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa?
Pelayanan Kasih
(Diakonia)
1. Berapa frekuensi yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dalam
mempraktikkan diakonia karitatif , diakonia development, diakonia advokasi, dan
diakonia transformatif dalam 1 tahun?
2. Siapakah sasaran atau target orang yang dibantu dalam diakonia karitatif ,
diakonia development, diakonia advokasi, dan diakonia transformatif?
3. Apakah pelaksanaan pelayanan yang dilakukan Pengurus GBI Dr.Cipto 3
Ambarawa dalam mempraktikkan diakonia karitatif, diakonia development,
diakonia advokasi, dan diakonia transformatif sudah sesuai dengan program kerja
Bidang?
114
Kepemimpinan
Pemuridan (Didaskalia) 1. Bagaimana bentuk pemuridan (KTB) yang dilakukan Pengurus?
2. Berapa kali dilakukan tugas pemuridan dalam satu minggu?
3. Apakah sebagian Jemaat yang dilayani sudah tergabung dalam pemuridan
(Kelompok Tumbuh Bersama)?
4. Berapa jumlah dan prosentase Jemaat yang sudah tergabung dalam pemuridan?
5. Ada berapa pembagian wilayah yang digunakan untuk kegiatan pemuridan?
6. Bagaimana Pengurus mengajarkan kebenaran firman Tuhan, mengajarkan berdoa
dan mengajarkan kepada Jemaat yang dimuridkan untuk melakukan
penginjilan/kesaksian?
7. Bagaimana mengukur pertumbuhan Jemaat dan melakukan follow up kepada
Jemaat yang dimuridkan agar apa yang direncanakan berhasil dilakukannya?
8. Bagaimana melatih tentang kepemimpinan sampai nanti Jemaat tersebut bisa
menolong orang lain untuk bertumbuh? Apakah sudah ada regenerasi dari murid
115
menjadi Ketua KTB?
9. Bagaimana mengutus Jemaat untuk melayani dalam pengkaderan menjadi Ketua
KTB selanjutnya? Apakah sudah ada murid yang diutus menjadi Ketua KTB?
Penggembalaan
(Poimenoia)
1. Bagaimana bentuk penggembalaan yang dilakukan oleh Pengurus?
2. Siapa saja sasaran atau target Jemaat yang digembalakan?
3. Siapa saja penanggungjawab dalam melakukan penggembalaan?
4. Berapa jumlah Jemaat yang digembalakan?
Keuangan (Oikonomia) 1. Apa saja persyaratan untuk menjadi pengelola keuangan di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa? Apakah diperlukan kriteria khusus bahwa pengelola keuangan harus
dari lulusan Ekonomi?
2. Apakah ada Standard Operation Procedure (SOP) dalam pengelolaan keuangan?
bagaimana desainnya? Jika tidak, bagaimana wujud atau desain Laporan
116
Keuangan
keuangan yang diterapkan?
3. Adakah pemisahan fungsi mengenai penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran
keuangan yang tegas dalam pengelolaan keuangan? Contohnya seperti apa?
4. Bagaimana pencatatan dan pendokumentasian transaksi yang dilakukan oleh
Bendahara Gereja?
5. Berapa jumlah dan jenis dana sebagai penerimaan?
6. Berapa jumlah dan jenis pengeluaran yang dilakukan?
7. Berapa alokasi dana untuk kegiatan yang diadakan?
8. Bagaimana penyajian laporan keuangan tahunan yang disajikan Pengurus?
Apakah persembahan yang diberikan oleh Jemaat dan Donatur penting untuk
dipublikasikan?
9. Selama ini adakah proses Audit laporan keuangan yang dilakukan oleh Pusat?
117
Siapa yang melakukan?
Spiritual,
Kepemimpinan,
dan Keuangan
Marturia, Koinonia,
Leiturgia, Diakonia,
Didaskalia, Poimenoia,
dan Oikonomia
1. Bagaimana Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa melakukan praktik
akuntabilitas kepada pimpinan organisasi baik di tingkat daerah maupun
nasional?
2. Siapa saja pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam melakukan praktik
akuntabilitas kepada pimpinan organisasi baik di tingkat daerah maupun
nasional?
118
LAMPIRAN 2
DATA PERSYARATAN PRIBADI PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3
AMBARAWA
No
.
Nama
Pengurus
Jabatan
Dalam
Organisa
si Gereja
Jenis
Kelam
in
Pekerj
aan
Usia Pendidikan
Formal
Terakhir
Awal
Melayan
i Tuhan
Sekolah
Alkitab/
Pendala
man
Alkitab
1 Bp. Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
Gembala
Sidang
L Pendet
a
63
tahun
SMP Tahun
1988 (35
tahun)
Tidak
2 Bp. Yusak
Hartono
Penatua
dan
Bendahar
a
L Wiras
wasta
61
tahun
SMA Tahun
1981 (26
tahun)
Tidak
3 Ibu Imelda
Handayani
Penatua P Wiras
wasta
59
tahun
SMA Tahun
1967 (10
tahun)
Tidak
4 Bp. Daniel
Suparjan
Sarwono, BA
Penatua
dan
Ketua
Bidang
Pelmas
L Wiras
wasta
56
tahun
D3 Tahun
1986 (26
tahun)
Pendala
man
Alkitab
(Kursus)
5 Bp. Pdp.
Yohanes
Joko Susilo,
S.Pd
Penatua
dan
Ketua
Bidang
PI dan
Misi
L Kepala
Sekola
h
49
tahun
S1 Tahun
1988 (21
tahun)
Tidak
6 Bp. Petrus
Joko
Sulistyo, SE
Penatua,
Ketua
Bidang
Ibadah,
dan
Ketua
Bidang
Multimed
L Karya
wan
46
tahun
S1 Tahun
1992 (22
tahun)
Tidak
119
ia
7 Ibu Aniek
Setyawati
Penatua,
Ketua
Komisi
Pemuda
dan
Anak,
Sekretari
s, dan
Bidang
Mission
Care
P Fullti
mer
Gereja
43
tahun
SMA Tahun
1995 (22
tahun)
Tidak
8 Sdri.
Septiana
Agustin,
M.Pd
Ketua
Bidang
Anak
P Guru
SD
28
tahun
S2 Tahun
1998 (10
tahun)
Tidak
9 Sdri.
Adininta
Margaretha
Ginting
Ketua
Bidang
Pemuda
dan
Remaja
P Mahas
iswa
20
tahun
SMA Tahun
2012 (16
tahun)
Tidak
10 Sdr. Yohanes
Haryo
Mahardika
Ketua
Bidang
Dewasa
Muda
L Karya
wan
34
tahun
D1 Tahun
1997 (15
tahun)
Tidak
11 Sdri. Sri
Setyawati
Ketua
Bidang
Wanita
P Mento
r PPA
42
tahun
SMA Tahun
1987 (13
tahun)
Sekolah
Alkitab
12 Bp. Pdm.
Timotius
Budi LA,
S.Th
Ketua
Bidang
Lansia
L Pendet
a
45
tahun
S1 Tahun
1989 (18
tahun)
Sekolah
Alkitab
120
LAMPIRAN 3
PERSIAPAN PENGURUS SEBELUM MELAKUKAN KESAKSIAN
No. Jabatan Dalam
Organisasi Gereja
Persiapan Sebelum Kesaksian Kendala Dalam
Bersaksi Membaca
Firman Tuhan
Berdoa
Pagi Malam Pagi Malam
1 Gembala Sidang √ √ √ √ -
2 Penatua √ √ √ √ Gugup, takut, tidak
semua orang
menanggapi dengan
positif terlebih
apabila menyerang
balik dengan
perkataan yang buruk
3 Sekretaris √ √ √ √ Tidak semua orang
menanggapi dengan
positif terlebih
apabila menyerang
balik dengan
perkataan yang buruk
4 Bendahara √ √ √ √ Takut
5 Ketua Komisi Pemuda
dan Anak
√ √ √ √ Tidak semua orang
menanggapi dengan
positif terlebih
apabila menyerang
balik dengan
perkataan yang buruk
6 Pengurus Bidang √ √ √ √ Gugup, lupa urutan,
takut, kurang
pengetahuan tentang
Tuhan, kesaksian
dianggap remeh dan
dianggap hanya fiktif
belaka, kurang fasih
berbicara, minder,
takut ditertawakan,
perasaan sungkan.
121
LAMPIRAN 4
PERSEKUTUAN YANG DIADAKAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3
AMBARAWA
No. Jenis Persekutuan Hari, Jam dan Tempat
Kegiatan
Frekuensi Diadakannya
Persekutuan per Minggu
1 Persekutuan Kelompok
Tumbuh Bersama (KTB)
Rabu, pukul 18.30 di wilayah
masing-masing
1 kali
2 Persekutuan Doa Umum
dan Pelayan Tuhan
Jumat Minggu kedua dan
keempat, pukul 19.00 di GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa
1 kali (khusus Jumat
Minggu kedua dan
keempat)
3 Persekutuan Doa Senin-Sabtu, pukul 05.00-
06.00 di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa
6 kali
4 Persekutuan Doa Selasa, pukul 10.00 di GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa
1 kali
5 Persekutuan Doa Selasa, pukul pukul 19.30
setelah diklat Ketua KTB di
GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa
1 kali
6 Persekutuan Doa Sabtu, pukul 10.00 di GBI
Dr. Cipto 3 Ambarawa
1 kali
7 Ucapan Syukur Sesuai Kebutuhan -
8 Penghiburan Sesuai Kebutuhan -
Jumlah Persekutuan dalam satu Minggu 10 kali (Minggu
pertama, ketiga, dan
jika ada minggu kelima).
11 kali (Minggu kedua
dan keempat)
122
LAMPIRAN 5
IBADAH YANG DIADAKAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA
No. Jenis Ibadah Bidang yang
Membawahi
Hari, Jam dan
Tempat Kegiatan
Frekuensi Diadakannya
Ibadah per Minggu
1 Ibadah Raya 1 Bidang Ibadah Minggu, pukul
06.00 di GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa
1 kali
2 Ibadah Raya 2 Bidang Ibadah Minggu, pukul
17.00 di GBI Dr.
Cipto 3 Ambarawa
1 kali
3 Ibadah Hari Raya
Gerejawi (Ibadah
Paskah, Perayaan
Paskah, Kenaikan
Tuhan Yesus,
Ibadah Natal dan
Perayaan Natal)
Bidang Ibadah Sesuai dengan
Kalender 5 kali per tahun
4 Ibadah ABI Bidang Anak
(ABI)
Minggu, pukul
09.00 di GBI Dr.
Cipto 3
Ambarawa/tempat
yang ditentukan
1 kali
5 Ibadah Heavy Bidang Pemuda
dan Remaja
(Heavy)
Sabtu, pukul 17.00
di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa/tempat
yang ditentukan
1 kali
6 Ibadah DMBI Bidang Dewasa
Muda (DMBI)
Senin Minggu
kedua dan
keempat, pukul
19.00 di GBI Dr.
Cipto 3
Ambarawa/tempat
yang ditentukan
1 kali (khusus Senin pada
Minggu kedua dan
keempat)
123
7 Ibadah WBI Bidang Wanita
(WBI)
Jumat, pukul 17.00
di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa/tempat
yang ditentukan
1 kali
Jumlah Ibadah yang diadakan setiap Minggu 5 kali (Minggu
pertama, ketiga, dan
jika ada Minggu
kelima). 6 kali (Minggu
kedua dan keempat).
Kecuali Ibadah
Perayaan Hari Raya
Gerejawi dilaksanakan
5 kali dalam setahun.
124
LAMPIRAN 6
DIAKONIA YANG DILAKUKAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3
AMBARAWA
No
.
Jenis
Diakonia
Bidang yang
Membawahi
Bentuk Kegiatan Sasaran/Targ
et orang yang
Dibantu
Frekuensi
Diadakannya
Kegiatan
Diakonia per
Bulan/Tahun
1 Diakonia
Karitatif
Bidang PI &
Misi
Renovasi Gedung
GSJA
Tanjungsari
Ambarawa
Gereja GSJA
Tanjungsari
Ambarawa
1 kali/tahun
Bakti Sosial ke
LP Ambarawa
(Persekutuan dan
memberikan
bingkisan berupa
peralatan mandi
seperti sabun,
handuk, shampoo,
dll)
Para Tahanan 3 kali/tahun
Bakti Sosial
bersama Tim
Korea di
Gentungan
Jemaat Pos PI
Gentungan
1 kali/tahun
Pengobatan
Gratis
bekerjasama
dengan Tim
Dokter Gotong
Royong
Ambarawa di
Toyogiri
Jemaat Pos PI
Toyogiri
1 kali/tahun
Menengok Jemaat
yang Sakit
Jemaat 30 kali/tahun
125
Bidang Pelmas
Pelayanan dalam
hal Kematian
Jemaat 7 kali/tahun
Memberikan
beras/ beras dan
mie instan/ beras
dan gula kepada
Jemaat yang tidak
mampu
Jemaat (Janda
dan Lansia)
1 kali/bulan
(setiap Minggu
kedua) atau 12
kali/tahun
Bidang DMBI
Mengecat
Jembatan Kali
Panjang (Hari
Valentine)
Masyarakat
Sekitar Desa
Panjang
Ambarawa
1 kali/tahun
Membagikan nasi
bungkus dan air
mineral
Petugas
Kebersihan,
sopir, dan
tukang becak
1 kali/tahun
2 Diakonia
Development
dan
Transformatif
Bidang Mission
Care
Memberikan
bantuan dana
bergulir untuk
meningkatkan
usaha
Jemaat 6 kali/tahun
Mengadakan
pelatihan-
pelatihan
Jemaat -
3 Diakonia
Advokasi
- - - -
Jumlah Kegiatan Diakonia per Tahun 63 kali/tahun
LAMPIRAN 7
126
BENTUK PEMURIDAN (KTB) PER WILAYAH SERTA JUMLAH
KEHADIRAN BULAN JANUARI-JUNI 2015 GBI Dr.CIPTO 3
AMBARAWA
No. KTB Ketua
Jumlah Hadir (Rabu Minggu Pertama)
7-
Jan-
15
4-
Feb-
15
4-
Mar-
15
1-
Apr-
15
6-
May-
15
3-
Jun-
15
1 GIBEON Ibu L. Sri Endah. W 15 8 8 7 12 10
2 TIATIRA Ibu Zeruya Kamini 11 9 8 10 8 10
3 FILIPI Ibu Soen Kwie Yun 16 16 16 18 17 17
4 TESALONIKA Bpk. Petrus Joko
Sulistyo 28 11 12 11 13 15
5 ELIM Ibu Rebecca Hartini … 11 13 9 15 9
6 BUKIT
CALVARY Ibu Imelda Handajani 8 8 9 7 11 10
7 BETHESDA Bpk. Timotius Budi.
L.A 9 5 8 7 8 7
8 SAMARIA
PATMOS Ibu Haruko Yoneda 3 6 7 5 6 5
9 GOSYEN Bpk. Daniel Aris
Santoso 8 7 6 8 8 7
10 BUKIT SION Bpk. Joko Susilo … 20 18 16 17 21
11 GETSEMANI Ibu Aniek Setyawati 8 10 9 8 7 8
12 KANA Sdr. I wayan Sanjaya 13 10 6 13 13 14
13 NAZARETH Sdri. Sri Setyowati 9 8 12 15 10 14
Jumlah Kehadiran 128 129 132 134 145 147
Jumlah Jemaat Keseluruhan ±400
Prosentase Jemaat yang mengikuti KTB 32% 32% 33% 34% 36% 37%
127
LAMPIRAN 8
BENTUK PENGGEMBALAAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3
AMBARAWA
No. Bidang yang
Membawahi
Bentuk Penggembalaan Sasaran Yang
bertanggungjawab
Menggembalakan
1 Bidang PI dan
Misi
Menggembalakan anggota
Jemaat KTB pada masing-
masing wilayah
Anggota Jemaat
KTB
Ketua KTB
Melakukan kunjungan di
LP dengan pembagian
dalam satu tahun
sebanyak 2 kali.
Orang yang
meringkuk
dalam Penjara
Pengurus Bidang,
Fulltimer Gereja,
dan bekerjasama
dengan BKSAG
Kecamatan
Ambarawa
2 Bidang Anak
(ABI)
Menegur, memberikan
nasihat, dan melakukan
komunikasi dengan orang
tua anak. Kemudian
menindaklanjuti dengan
melakukan visitasi di
rumah anak secara
langsung.
Jemaat Anak
Sekolah Minggu
Pengurus Bidang dan
Guru Sekolah
Minggu
128
3 Bidang Pemuda
dan Remaja
(Heavy)
Mentoring dan dengan
pendekatan personal.
Untuk Jemaat yang
beberapa kali tidak hadir
maka dilakukan visitasi.
Jemaat Pemuda
dan Remaja
Pengurus Bidang
4 Bidang Dewasa
Muda (DMBI)
Melakukan kunjungan
kepada Jemaat DMBI
yang beberapa kali tidak
dapat hadir dalam ibadah
rutin yang dadakan.
Jemaat Dewasa
Muda
Pengurus Bidang
5 Bidang Wanita
(WBI)
Melakukan pendekatan
personal dan mengunjungi
Jemaat yang sakit.
Jemaat Wanita Pengurus Bidang dan
Tim Visitasi
6 Bidang Lansia Mengunjungi Jemaat yang
sudah lanjut usia dan
karena keterbatasannya itu
tidak dapat hadir pada
kebaktian yang diadakan
di GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa.
Jemaat Lansia Ketua Bidang dan
Fulltimer Gereja
7 Bidang Pelmas Mengunjungi Jemaat yang
sakit
Jemaat secara
umum
Gembala Sidang,
Fulltimer Gereja,
dan Pengurus Bidang
Penggembalaan terkait Jemaat yang Gembala Sidang dan
129
pernikahan menikah Pengurus Bidang
Penggembalaan terkait
Kematian
Jemaat yang
meninggal dan
penghiburan
untuk keluarga
Gembala Sidang dan
Pengurus Bidang
8 - Penggembalaan terkait
pembaptisan
Jemaat yang
dibaptis
Gembala Sidang
130
LAMPIRAN 9
FLOWCHART PERSEMBAHAN DAN PERPULUHAN DARI PENGURUS
GEREJA LOKAL (GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA) KEPADA
BPH/SINODE GBI
131
132
LAMPIRAN 10
CHECK LIST DOCUMENT REVIEW
No. Document Tersedia Catatan
1 Surat Izin Gereja dari Pemerintah,
Departemen Agama
X Surat Pendirian Gereja ada di BPD.
Sedangkan yang ada di Gereja
adalah KOP Gereja
2 Visi dan Misi √ Website GBI Dr. Cipto 3
Ambarawa (www.betha.id)
3 Struktur Organisasi √
4 Job Description √
5 Persyaratan Pelayan Tuhan √ Buku Saku Pelayanan
6 Penyusunan Sumber Daya (Daftar
Inventaris)
X
7 Laporan Keuangan Bulanan Umum
dan Bidang Kategorial
√ Hanya ada Laporan Keuangan
Bidang Kategorial
8 Laporan Keuangan Tahunan Umum
dan Bidang Kategorial
√ Hanya ada Laporan Keuangan
Tahunan Bidang Kategorial
9 Hasil Koreksi Laporan Keuangan X
10 Laporan Hasil Audit X
11 Daftar Jemaat Dibaptis Tahun 2015 X Hanya ada bendel akta baptisan
12 Daftar Jemaat Meninggal Tahun
2015
√ Lampiran Bidang Pelmas
13 Daftar Jemaat Penerima Bantuan
Sembako Tahun 2015
√ Lampiran Bidang Pelmas
14 Daftar Jemaat yang Melakukan
Pinjaman Dana Mission Care Tahun
2015
√ Laporan Keuangan Bidang Mission
Care
15 Daftar Jemaat Lansia yang Dilayani
Tahun 2015
√ Lembar Evaluasi Bidang Lansia
16 Daftar Jemaat yang Menikah Tahun
2015
X Hanya ada bendel akta pernikahan
17 Kotak Donasi dan Persembahan √
133
18 Daftar Kartu Tanda Anggota X
19 Data Kehadiran Jemaat √
20 Dokumen Pendukung (amplop
persembahan KTB, perpuluhan, dan
ucapan syukur, serta bukti transaksi)
√
21 Surat Penggembalaan √
134
LAMPIRAN 11
KOP GEREJA
135
LAMPIRAN 12
VISI DAN MISI
136
LAMPIRAN 13
STRUKTUR ORGANISASI
137
LAMPIRAN 14
JOB DESCRIPTION
138
139
140
141
LAMPIRAN 15
PERSYARATAN PELAYAN TUHAN
142
143
LAMPIRAN 16
PENCATATAN KEUANGAN BULANAN UMUM DAN BIDANG PELMAS
UMUM
144
BIDANG PELMAS
145
LAMPIRAN 17
LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BIDANG KATEGORIAL TAHUN
2015
BIDANG ANAK BETHEL INDONESIA (ABI)
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 2,633,800 1 Konsumsi Guru Rp 1,247,900
2 Persembahan Rp 7,592,900 2 Perkap ABI Rp 602,900
3 Panggung
Boneka Rp 100,000 3 Panggung Boneka Rp 203,000
4 Sie. Usaha Rp 350,200 4 Kunjungan
GSM/ASM Rp 608,000
5 Sisa Paskah
2015 Rp 3,800,000 5 Beli Kain GSM Rp 1,368,500
6 Tabungan
Kelas Kana Rp 277,300 6 Berenang Rp 300,000
7 Wide game Rp 558,000
8 Paskah 2015 Rp 1,000,000
9 Bible Day Rp 1,164,000
10 Workshop Rp 1,183,000
11 Perjamuan Kasih Rp 160,000
12 Kebaktian Merah
Putih Rp 300,000
13 Seminar Bethel
Area Rp 125,000
14 Sie Usaha Rp 33,000
15 Natal 2015 Rp 2,000,000
16 Seminar Guru Rp 1,500,000
17 Beli Kipas Angin Rp 1,500,000
146
Jumlah
Pengeluaran Rp 13,853,300
Saldo per 31
Desember 2015 Rp 900,900
TOTAL Rp 14,754,200 TOTAL Rp 14,754,200
BIDANG ANAK BETHEL INDONESIA (ABI)
LAPORAN KEUANGAN KAS DONATUR
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 6,777,300 1 Bulan Gizi Rp 1,622,000
2 Donasi yang
masuk:
Januari (2) Rp 550,000
Februari (3) Rp 600,000
Maret (3) Rp 600,000
April (2) Rp 600,000
Mei (1) Rp 500,000
Juni (1) Rp 190,000
Juli (2) Rp 100,000
Agustus (2) Rp 150,000
September
(5) Rp 440,000
Oktober (2) Rp 300,000
November (7) Rp 1,060,000
Desember (4) Rp 400,000
Jumlah
Pengeluaran Rp 1,622,000
Saldo per 31
Desember 2015 Rp 10,645,300
TOTAL Rp 12,267,300 TOTAL Rp 12,267,300
147
BIDANG PEMUDA DAN REMAJA (HEAVY)
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN
PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 2,106,200 1 Acara Welcome
Party Rp 20,500
2 Persembahan: 2 Pembelian Aqua Rp 31,000
Januari Rp 534,000 3 Bezuk Anang Rp 50,000
Februari Rp 239,000 4
Pembelian
Karikatur dan
Figura
Rp 245,000
Maret Rp 533,000 5 Talkshow Rp 50,000
April Rp 401,600 6 Pembelian Roti
Ultah Rp 302,000
Mei Rp 342,000 7 Fellowship Rp 97,000
Juni Rp 311,000 8 PK Pembicara Rp 700,000
Juli Rp 274,000 9 KKR April Rp 1,099,800
Agustus Rp 422,000 10 Dekor Ultah Heavy
2015 Rp 100,000
September Rp 342,000 11 Hadiah Ultah
Heavy 2015 Rp 70,400
Oktober Rp 330,200 12 Pembelian
Brownies dan Lilin Rp 62,500
November Rp 450,000 13 Pembelian
Souvenir Rp 152,800
Desember Rp 161,000
3
Pengembalian
Sisa Youth
Camp 2014
Rp 110,000
Jumlah
Pengeluaran Rp 2,981,000
Saldo per 31 Rp 3,575,000
148
Desember 2015
TOTAL Rp 6,556,000 TOTAL Rp 6,556,000
BIDANG DEWASA MUDA (DMBI)
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 2,240,500 1
Subsidi Acara
"Anget-anget
Ronde"
Rp 80,000
2 Persembahan
2015 Rp 2,129,000 2
Subsidi Acara
"Valentine on the
Street"
Rp 438,000
3 Saldo Acara
Boothcamp Rp 232,500 3
Pembicara bulan
April Rp 100,000
4 Pembelian Air
Minum Rp 51,000
5 Konsumsi Ibadah
Keluar di Garung Rp 300,000
6 Pembicara Bulan
Oktober Rp 100,000
7
Subsidi Acara
"Boothcamp
DMBI"
Rp 1,500,000
8 Konsumsi Ibadah
Perjamuan Kasih Rp 280,000
Jumlah
Pengeluaran Rp 2,849,000
Saldo akhir 31
Desember 2015 Rp 1,753,000
TOTAL Rp 4,602,000 TOTAL Rp 4,602,000
149
BIDANG WANITA BETHEL INDONESIA (WBI)
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 10,161,400 1 Kain seragam WBI Rp 2,287,500
2
Persembahan
selama 1
tahun
Rp 8,211,500 2 Kancing seragam Rp 120,000
3
Uang
tambahan
seragam WBI
Rp 378,000 3 Konsumsi HUT
WBI Rp 1,088,500
4 Janji Iman
HUT WBI Rp 1,126,000 4
Pembicara ibadah
HUT WBI Rp 250,000
5 Tabungan
bunga altar Rp 643,700 5
Panti Asuhan
Sumber Kasih Rp 1,000,000
6 Sisa biaya
lomba masak Rp 16,000 6 Tutorial rias wajah Rp 300,000
7
Paskah
PWBKSAG
(Mei 2011)
Rp 100,000 7 Konsumsi Hari
Kartini Rp 250,000
8 Hadiah Hari Kartini Rp 100,000
9 Rakerda di
Purwokerto Rp 175,000
10
Transportasi
Rakerda di
Purwokerto
Rp 125,000
11 Biaya lomba WBI
Korwil Rp 75,000
12
Iuran wajib Korwil
dan Korda (12
bulan)
Rp 480,000
13 Konsumsi ibadah
17 Agustus Rp 60,000
14 Snack untuk Rp 250,000
150
kegiatan misi di
Toyogiri
15 Transportasi
seminar di Kudus Rp 340,000
16
Snack untuk
kegiatan senam
WBI
Rp 60,000
17 Instruktur senam Rp 75,000
18 Pengkhotbah (28
Januari 2011) Rp 200,000
Jumlah
Pengeluaran Rp 7,236,000
Saldo Per 31
Desember 2015 Rp 13,400,600
TOTAL Rp 20,636,600 TOTAL Rp 20,636,600
BIDANG WANITA BETHEL INDONESIA (WBI)
LAPORAN KEUANGAN KAS SOSIAL
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 2,391,500 1
Kegiatan bezuk
anggota yang sakit
(14 orang)
Rp 950,000
2
Persembahan
Januari s/d
Desember
2015
Rp 849,000 2 Pembelian 6 biji
nampan Rp 72,000
3
Pengadaan hadiah
Ultah Kasih dan
Aaron
Rp 90,000
4
Biaya transportasi
bezuk anggota yang
sakit
Rp 162,000
5 Biaya kegiatan
anjangsana (3x Rp 500,000
151
kegiatan)
Jumlah
Pengeluaran Rp 1,774,000
Saldo Per 31
Desember 2015 Rp 1,466,500
TOTAL Rp 3,240,500 TOTAL Rp 3,240,500
BIDANG MISSION CARE
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 12,927,643 1 Pinjaman untuk Ibu
Tamar (Februari) Rp 750,000
2
Angsuran
bulan Janusri
2015
Rp 1,375,000 2
Pinjaman untuk Ibu
Budirahayuningsih
(Agustus)
Rp 1,300,000
3
Pelunasan
Pinjaman Ibu
Rini Susanti
Rp 2,875,000 3
Pinjaman untuk Ibu
Hana Jumirah
(September)
Rp 2,000,000
4
Angsuran
bulan
Februari 2015
Rp 1,100,000 4
Pinjaman untuk Ibu
Magdalena Sriati
(Juni)
Rp 5,000,000
5
Angsuran
bulan Maret
2015
Rp 575,000 5 Pinjaman untuk Ibu
Tamar (November) Rp 1,250,000
6
Angsuran
bulan April
2015
Rp 725,000 6
Pinjaman untuk
Bapak Darman
(November)
Rp 4,000,000
7
Angsuran
bulan Mei
2015
Rp 2,400,000
8
Angsuran
bulan Juni
2015
Rp 400,000
152
9
Angsuran
bulan Juli
2015
Rp 1,850,000
10
Angsuran
bulan
Agustus 2015
Rp 1,375,000
11
Angsuran
bulan
September
2015
Rp 2,625,000
12
Angsuran
bulan
Oktober 2015
Rp 750,000
13
Angsuran
November
2015
Rp 1,175,000
14
Angsuran
bulan
Desember
2015
Rp 1,075,000
15
Bunga Bank
(Des 2014-
Agt 2015)
Rp 334,828
16
Pelunasan
Bapak
Darman
Rp 4,000,000
Jumlah
Pengeluaran Rp 14,300,000
Saldo per 31
Desember 2015 Rp 21,262,471
TOTAL Rp 35,562,471 TOTAL Rp 35,562,471
153
BIDANG PI DAN MISI
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 15,976,892 1 Donasi operasional
Gereja Rp 7,200,000
2
Persembahan
Kegiatan
KTB dan
Ibadah
2
Donasi renovasi
gedung GSJA
Tanjungsari
Ambarawa
Rp 5,000,000
Gabungan
selama
Januari-
Desember
2015
Rp 36,143,000 3
Kegiatan Baksos ke
LP Ambarawa (3x
Kegiatan)
Rp 850,000
3
Bunga Bank
selama tahun
2015
Rp 834,963 4
Transport Jemaat
Gentungan &
Toyogiri
Rp 510,000
5
Subsidi kegiatan
Baksos bersama
Team Korea di
Gentungan
Rp 2,000,000
6
Kegiatan Baksos
bersama Team
Dokter Yayasan
Gotong Royong
Ambarawa di
Toyogiri
Rp 5,495,000
7
Donasi pelaksanaan
kegiatan PPA di
tahun 2016
Rp 2,000,000
Jumlah
Pengeluaran Rp 23,055,000
Saldo Per 31
Desember 2015 Rp 29,899,855
154
TOTAL Rp 52,954,855 TOTAL Rp 52,954,855
BIDANG PELAYANAN MASYARAKAT (PELMAS)
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 2015
PENERIMAAN PENGELUARAN
NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH
1
Saldo per 31
Desember
2014
Rp 40,214,500 1 Menengok Jemaat
yang sakit Rp 1,600,000
2
Persembahan
Diakonia
Jemaat di
Minggu III
Rp 18,260,000 2 Pelayanan Diakonia
(beras) Rp 13,800,000
3 Donasi Beras Rp 4,885,000 3 Pelayanan
Kematian Rp 783,000
4 Dana
Kesehatan Rp 3,500,000 4
Membeli
Perlengkapan
Kematian
Rp 2,051,000
5
Penggantian
biaya
kematian dari
keluarga
Rp 4,900,000 5 Membeli Peti Mati Rp 8,650,000
Jumlah
Pengeluaran Rp 26,884,000
Saldo Per 31
Desember 2015 Rp 44,875,500
TOTAL Rp 71,759,500 TOTAL Rp 71,759,500
155
LAMPIRAN 18
DAFTAR JEMAAT YANG DIBAPTIS TAHUN 2015
No Nama
Tempat dan
Tanggal
Lahir
Nama Ayah Nama Ibu
Hari dan
Tanggal
Baptis
Nama
Pembaptis
1 Candra
Surya Utomo
Magelang, 16
Oktober 1997 Mugi Utomo Idhawati
Rabu, 4
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
2
Fransisca
Sylvia
Gunawan
Semarang, 8
Agustus 1997
Herry
Gunawan
Lily Sri
Hartati. H
Rabu, 4
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
3
Apfia Dita
Anugrah
Pangestika
Kab.
Semarang, 9
Maret 1991
Jono Setyoningsih
Sabtu, 21
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
4 Tabita Inung
Sri Rahayu
Semarang, 16
Mei 1986 Haryono Pudji Astuti
Sabtu, 21
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
5 Yonathan
Martino
Kab.
Semarang 26
Maret 1999
Darmadi
(Alm) Betiningsih
Sabtu, 21
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
6 Vicky Kezia
Putri
Jakarta, 23
Maret 1998
Ricky
Harlim
Silvi
Bahrumsyah
Sabtu, 21
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
7 Yohanes
Hadi Sucipta
Kedungjati, 7
Desember
1966
Tasripin
Harjowiyono Maryati
Sabtu, 21
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
8
Eunike Anjar
Rusyana
Septiarini
Ambarawa,
11 September
1986
Franciscus
De G. R. S
Agnes Yekti.
M
Sabtu, 21
Februari
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
9 Yesaya Hajar Tangerang, 6 Sukamto Emawati Sabtu, 29 Pdt.
156
Wisnudiputra Mei 1994 Agustus
2015
Paulus
Raditya
Praba
10 Yohana Susi
Apriyani
Kab.
Semarang 16
April 1997
Walmin Muati
Sabtu, 29
Agustus
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
11
Lidya
Susanti
Sunarto
Ambarawa, 6
Februari
1985
Agus
Purnomo Nurmala
Sabtu, 29
Agustus
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
12 Milka
Remayasari
Kab.
Semarang, 21
Mei 2001
Mawan
Triyono
Diyah
Asmarani
Sabtu, 29
Agustus
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
13
Eudita Diah
Wahyu
Ambarwati
Kab.
Semarang, 22
Juli 2002
Bambang
Wahyudi
Anjar
Setyawati
Sabtu, 29
Agustus
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
14
Athalia Dias
Ayu
Ambarsari
Kab.
Semarang, 10
September
2000
Bambang
Wahyudi
Anjar
Setyawati
Sabtu, 29
Agustus
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
15
Nikodemus
Jarot
Nugroho
Kab.
Semarang, 30
Juni 1983
Jiko Sunaryo Endang
Purwati
Rabu, 28
Oktober
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
16
Priska Rina
Christina
Wijayanti
Kab.
Semarang, 20
Juni 1995
Tutut
Widodo
Santosa
Muliyah
Minggu, 8
November
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
17 Akwila Rony
Wicaksono
Salatiga, 16
Juni 1982 Sudiarto Wartani
Minggu, 8
November
2015
Pdt.
Paulus
Raditya
Praba
157
LAMPIRAN 19
DAFTAR JEMAAT YANG MENINGGAL TAHUN 2015
No. Nama Usia Alamat Meninggal Dimakamkan
1 Bapak Pramono 67 tahun Kupang Kidul
Ambarawa
Januari 2015 Januari 2015
2 Ibu Siti Kuat - Tegalrejo
Ambarawa
Januari 2015 Januari 2015
3 Bapak Karmin 87 tahun Kupang Lor
Ambarawa
23 Maret 2015 24 Maret 2015
4 Bapak Yohanes
Hariyanto
67 tahun Jl. Brigjend
Sudiarto
29 Maret 2015 1 April 2015
5 Bapak Sehadi
Adi
- Rejoso 6 April 2015 6 April 2015
6 Ibu Lanny 60 tahun Lodoyong 6 April 2015 7 April 2015
7 Ibu Hanna
Parijah
- Kupang
Tanjung Sari
1 November
2015
1 November
2015
158
LAMPIRAN 20
DAFTAR JEMAAT PENERIMA BANTUAN SEMBAKO TAHUN 2015
No. Nama Usia Alamat Keterangan
1 Ibu Agnes Sayekti 45 tahun Patoman -
2 Ibu Rudatini 50 tahun Kupang Tengah Janda
3 Ibu Darto 70 tahun Sanggrahan Janda
4 Ibu Surip 55 tahun Sanggrahan -
5 Ibu Ngatini - Pandean Lansia
6 Ibu Dakir 75 tahun Kupang Dukuh Lansia
7 Ibu Sujud 70 tahun Kupang Dukuh Janda; Lansia
8 Ibu Naryo - Glagah Amba Lansia
9 Ibu Mariani - Lodoyong Janda; Lansia
10 Ibu Tumi - Pojok Sari Lansia
11 Ibu Nurani 30 tahun Jagalan Janda
12 Ibu Mulyadi - Tambaksela -
13 Ibu Darman - Tambaksela -
14 Bapak Jawadi - Toyogiri Lansia
15 Ibu Asih - Toyogiri Lansia
16 Ibu Mirah 70 tahun Kupang Dukuh Lansia
159
LAMPIRAN 21
DAFTAR JEMAAT YANG MELAKUKAN PINJAMAN DANA MISSION
CARE TAHUN 2015
No. Nama Peminjam Dana Jumlah
1 Pinjaman untuk Ibu Tamar (Februari) Rp 750,000
2 Pinjaman untuk Ibu Budirahayuningsih (Agustus) Rp 1,300,000
3 Pinjaman untuk Ibu Hana Jumirah (September) Rp 2,000,000
4 Pinjaman untuk Ibu Magdalena Sriati (Juni) Rp 5,000,000
5 Pinjaman untuk Ibu Tamar (November) Rp 1,250,000
6 Pinjaman untuk Bapak Darman (November) Rp 4,000,000
Jumlah Pinjaman Dana Tahun 2015 Rp 14,300,000
160
LAMPIRAN 22
DAFTAR JEMAAT LANSIA YANG DILAYANI TAHUN 2015
No. Nama Alamat
1 Ibu Oni Perum Serasi
2 Ibu Sumirah Kepatihan
3 Ibu Maria Eddison Kepatihan
4 Ibu Surip Sanggrahan
5 Ibu Tedjo Pojoksari
6 Ibu Untung Temenggungan
7 Ibu Pramono Kupang Kidul
8 Ibu Suparman Panjang Kidul
9 Ibu Hasim Kupang Dukuh
10 Ibu Citrawati Kepatihan
11 Ibu Melaniwati Gamblok
161
LAMPIRAN 23
DAFTAR JEMAAT YANG MENIKAH TAHUN 2015
No.
Nama Mempelai Hari dan
Tanggal
Pernikahan
Catatan Pria
Tempat
Tanggal lahir Wanita
Tempat
Tanggal
Lahir
1 Herry
Puspito
Magelang, 8
Juli 1971 Lusi
Singkawang,
29 Juni 1981
Senin, 26
Januari
2015
Peneguhan
2
Candra
Surya
Utomo
Magelang, 6
Oktober 1997
Fransisca
Sylvia
Gunawan
Semarang, 8
Agustus
1997
Kamis, 7
Mei 2015 Peneguhan
3 Joshia
Suryanto
Kab.
Semarang, 22
Mei 1982
Anjar
Rusyana
Septiarni
Kab.
Semarang,
11
September
1986
Kamis, 14
Mei 2015 Pemberkatan
4 Michael
Jumiyanto
Kab.
Semarang, 10
Desember
1984
Indriana
Megawati
Kab.
Semarang, 5
November
1989
Sabtu, 16
Mei 2015 Pemberkatan
5 Yahya
Ananto
Margorejo, 5
Agustus 1987
Elisa
Novitri
Darmawanti
Kab.
Semarang,10
November
1979
Minggu, 9
Agustus
2015
Pemberkatan
6
Rony
Kurniawan.
P
Ambarawa, 3
Februari 1986
Vina
Oktavia
Salatiga, 15
Oktober
1986
Minggu, 20
September
2015
Pemberkatan
7 Jarot
Nugroho
Kab.
Semarang, 30
Juni 1983
Esti Ambar
Pratiwi
Klaten, 12
Juni 1987
Sabtu, 21
November
2015
Pemberkatan
162
LAMPIRAN 24
KOTAK DONASI DAN PERSEMBAHAN
163
LAMPIRAN 25
DOKUMEN PENDUKUNG
164
165
LAMPIRAN 26
DATA KEHADIRAN JEMAAT TAHUN 2015
TGL PAGI SORE
4 Januari 2015 225 155
11 Januari 2015 231 94
18 Januari 2015 220 96
25 Januari 2015 193 123
1 Februari 2015 231 137
8 Februari 2015 171 112
15 Februari 2015 214 104
22 Februari 2015 183 98
1 Maret 2015 214 135
8 Maret 2015 204 106
15 Maret 2015 212 116
22 Maret 2015 191 88
29 Maret 2015 203 97
6 April 2015 217 100
13 April 2015 222 79
20 April 2015 266 136
27 April 2015 184 89
4 Mei 2015 233 126
11 Mei 2015 231 86
18 Mei 2015 199 107
25 Mei 2015 190 80
1 Juni 2015 230 111
8 Juni 2015 206 95
15 Juni 2015 201 87
22 Juni 2015 178 98
29 Juni 2015 209 95
5 Juli 2015 234 107
12 Juli 2015 220 82
19 Juli 2015 162 82
26 Juli 2015 197 78
166
2 Agustus 2015 228 104
9 Agustus 2015 163 78
16 Agustus 2015 185 87
23 Agustus 2015 177 118
30 Agustus 2015 192 94
6 September 2015 216 136
13 September 2015 214 86
20 September 2015 207 75
27 September 2015 169 84
4 Oktober 2015 230 107
11 Oktober 2015 184 76
18 Oktober 2015 190 85
25 Oktober 2015 194 89
1 November 2015 228 107
8 November 2015 197 92
15 November 2015 186 92
22 November 2015 206 106
29 November 2015 198 88
6 Desember 2015 223 108
13 Desember 2015 208 90
20 Desember 2015 232 0
27 Desember 2015 238 0
167
LAMPIRAN 27
SURAT PENGGEMBALAAN
168