praktik akuntabilitas di organisasi gereja (studi kasus ... · nasional (bph/sinode). penelitian...

184
PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus Pada Gereja Bethel Indonesia Dr. Cipto 3 Ambarawa) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Akuntansi Untuk Memperoleh Gelar Magister Akuntansi Oleh: CHRISTINA NOVITASARI 932014003 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 08-Feb-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI

GEREJA

(Studi Kasus Pada Gereja Bethel Indonesia Dr. Cipto 3

Ambarawa)

TESIS

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Akuntansi

Untuk Memperoleh Gelar Magister Akuntansi

Oleh:

CHRISTINA NOVITASARI

932014003

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2016

Page 2: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

i

PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA

(Studi Kasus Pada Gereja Bethel Indonesia Dr. Cipto 3

Ambarawa)

TESIS

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Akuntansi

Untuk Memperoleh Gelar Magister Akuntansi

Oleh:

CHRISTINA NOVITASARI

932014003

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2016

Page 3: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

ii

Page 4: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

iii

Page 5: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

iv

Page 6: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

v

Page 7: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada

rencana-Mu yang gagal. (Ayub 42: 2)

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada

TUHAN! (Yeremia 17: 7)

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan

ditambahkan kepadamu. (Matius 6: 33)

Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi

mereka yang mengasihi Dia. (Roma 8: 28)

Persembahan

Tesis ini penulis persembahkan untuk:

Orang tua serta Kakak terkasih “Septiana Agustin, M.Pd”

Page 8: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

vii

ABSTRACT

This research aims to describe the practice of accountability in the organization of

the church by referring to the principal teachings of the church. Accountability

practices are divided into 3 dimensions: spiritual accountability, leadership

accountability, and financial accountability. In spiritual accountability can be

realized in the form of marturia, koinonia, leiturgia, and diakonia. Leadership

accountability can be realized in the form of didaskalia and poimenoia. As well as

financial accountability can be realized in the form of oikonomia.In this case, the

Board as an administrator of a church contribute accountability to Christ as the

owner of the church, the congregation and donors as contributor fund, as well as to

the leader of the organizations in both the regional (BPD) and national

(BPH/Synod) levels. This research was conducted using a case study in GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa church involving qualitative data. These results indicate that

practices a form of accountability in GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa Church

Organization is not sufficient yet.

Keywords: Accountability, Spiritual Accountability, Leadership Accountability,

Financial Accountability, GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa Church Organization.

Page 9: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan praktik akuntabilitas di organisasi

Gereja dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja. Praktik

akuntabilitas dibagi menjadi 3 dimensi yaitu akuntabilitas spiritual, akuntabilitas

kepemimpinan dan akuntabilitas keuangan. Pada akuntabilitas spiritual diwujudkan

dalam bentuk marturia, koinonia, leiturgia, dan diakonia. Akuntabilitas

kepemimpinan diwujudkan dalam bentuk didaskalia dan poimenoia. Serta,

akuntabilitas keuangan diwujudkan dalam bentuk oikonomia. Dalam hal ini,

Pengurus sebagai Pengelola Gereja memberikan pertanggungjawaban baik kepada

Kristus sebagai Pemilik Gereja, Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana,

serta kepada pimpinan organisasi baik di tingkat daerah (BPD) maupun tingkat

nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan data kualitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa praktik akuntabilitas di Organisasi GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa belum memadai.

Kata kunci: Akuntabilitas, Akuntabilitas Spiritual, Akuntabilitas Kepemimpinan,

Akuntabilitas Keuangan, Organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa.

Page 10: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

ix

KATA PENGANTAR

Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip good governance dan menjadi

perhatian penting bagi organisasi non profit (Kristiawan 2014). Gereja, salah satu

jenis organisasi non profit, juga tidak terlepas dari isu akuntabilitas (Randa 2011).

Fenomena yang terjadi di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Dr. Cipto 3 Ambarawa

bahwa pada praktiknya pernah terjadi penyimpangan yang mengarah kepada

dimensi spiritual, kepemimpinan, dan keuangan. Oleh sebab itu peneliti akan

melakukan penelitian terkait praktik akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja. Untuk menjelaskan

praktik akuntabilitas, peneliti menggunakan tiga dimensi yaitu spiritual,

kepemimpinan, dan keuangan. Wujud praktik akuntabilitas spiritual yaitu dengan

marturia, koinonia, leiturgia, dan diakonia. Wujud praktik akuntabilitas

kepemimpinan yaitu dengan didaskalia dan poimenoia. Selain itu, wujud praktik

akuntabilitas keuangan yaitu dengan oikonomia.

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pemahaman

dan pengetahuan mengenai praktik akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja. Selain itu juga diharapkan

sebagai bahan masukan dan pertimbangan bahwa akuntabilitas merupakan aspek

yang penting di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang berguna bagi organisasi tersebut.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan masih

memiliki kekurangan. Segala kritik, saran, maupun masukan yang membangun

sangat penulis harapkan. Kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan

berkontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, serta dapat memberikan

dorongan untuk pengembangan penelitian selanjutnya di kemudian hari.

Salatiga, 9 Juni 2016

Penulis

Page 11: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih,

berkat serta penyertaan yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan kuliah, khususnya dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan-

persyaratan guna memperoleh gelar Magister Akuntansi pada Program Studi

Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, khususnya kepada:

1. Orang tua, kakak, serta keluarga besar yang telah memberikan kasih dan

perhatian yang mendalam sehingga penulis merasa terdorong untuk meraih

cita-cita dan memenuhi harapan keluarga.

2. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE., MBA. selaku Dosen Pembimbing yang

mencurahkan perhatian, tenaga, pikiran serta dorongan kepada penulis hingga

terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak Marwata, SE., M.Si., Ph.D., Ak., CA. selaku Kaprodi Program Studi

Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga.

4. Para Staf Pengajar Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah memberikan ilmu

akuntansi melalui suatu kegiatan belajar mengajar dengan dasar pemikiran

analitis dan pengetahuan yang lebih baik.

5. Ibu Natasia Alinsari, SE., M. Ak. Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah

banyak membantu dalam administrasi penyelesaian studi pada Program Studi

Magister Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana.

6. Para Pengurus Gereja Bethel Indonesia (GBI) Dr. Cipto 3 Ambarawa yang

terdiri dari Gembala Sidang, Para Penatua, Sekretaris, Bendahara, Ketua

Komisi Pemuda dan Anak, serta Pengurus Bidang Kategorial yang telah

bersedia menjadi informan dengan memberikan informasi sehubungan dengan

data-data yang penulis butuhkan untuk penyelesaian tesis ini.

Page 12: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

xi

7. Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba, Bapak Pdm. Timotius Budi, L.A, S.Th, serta

Ibu Aniek Setyawati yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

pengetahuan, pemahaman, serta membuka wawasan penulis dalam

penyelesaian tesis ini. Selain itu, Ibu Aniek Setyawati dan Sdr. I Wayan

Sanjaya yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis ketika

melakukan check list document review.

8. Sdri. Agnes Dwi Kristianti, Sdri. Jayanti Lasmitasari, Sdri. Mita Mirjanah, Sdri

Octavia Gizka serta Sdr. Christian Mahardhika Happy Prasedya, yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu penulis pada saat pengambilan data

tesis. Selain itu, Sdri. Rizky Amalia Yanuartha, S. I Kom dan Sdri. Devitia

Putri Nilam Sari, SE yang telah memberikan saran dan bantuan kepada Penulis.

9. Sahabat seperjuangan bimbingan, Betha Christy Apriliana Putri, SE yang telah

memberikan saran dan bantuan selama bimbingan bersama.

10. Teman-teman kuliah Angkatan 2014 yang telah memberikan sebuah

persahabatan dan kerjasama yang baik selama menjadi mahasiswa pada

Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Kristen Satya Wacana Salatiga.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

meluangkan waktu dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis

ini.

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kiranya Tuhan Yesus Kristus

berkenan membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara, Saudari dan teman-

teman sekalian. Akhir kata, kiranya penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan.

Salatiga, 9 Juni 2016

Christina Novitasari

Page 13: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................................. iv

PENGESAHAN TESIS ........................................................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... vi

ABSTRACT .......................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................... ix

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. x-xi

DAFTAR ISI ................................................................................. xii-xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xv

PENDAHULUAN..............................................................................1-6

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................6-20

Akuntabilitas ............................................................................. 6-7

Dimensi Akuntabilitas............................................................... 7-9

Akuntabilitas Spiritual di Organisasi Gereja .......................... 9-14

Akuntabilitas Kepemimpinan di Organisasi Gereja .............. 14-18

Akuntabilitas Keuangan di Organisasi Gereja ...................... 18-20

METODA PENELITIAN...............................................................21-24

Jenis Penelitian ........................................................................... 21

Unit Analisis dan Unit Amatan .................................................. 21

Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data ......................... 21-22

Analisis Data Kualitatif ......................................................... 22-23

Keabsahan Data ..................................................................... 23-24

Page 14: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

xiii

Batasan Penelitian ...................................................................... 24

PROFIL ORGANISASI GEREJA DAN PERSYARATAN

PENGURUS DALAM MEWUJUDKAN PRAKTIK

AKUNTABILITAS ....................................................................... 25-39

Profil Organisasi Gereja ........................................................ 25-30

Persyaratan Pengurus Dalam Mewujudkan Praktik

Akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa ....................... 30-39

PRAKTIK AKUNTABILITAS SPIRITUAL PENGURUS

GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA .................................................. 39-66

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Marturia ........................................................ 39-47

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Koinonia ........................................................ 47-53

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Leiturgia ........................................................ 53-58

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Diakonia ........................................................ 58-64

PRAKTIK AKUNTABILITAS KEPEMIMPINAN PENGURUS

GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA .................................................. 67-87

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Didaskalia...................................................... 67-76

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Poimenoia ...................................................... 76-86

PRAKTIK AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGURUS

GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA ................................................ 88-100

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Oikonomia ..................................................... 88-97

Page 15: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

xiv

SIMPULAN DAN SARAN........................................................100-106

Simpulan ........................................................................... 100-104

Saran......................................................................................... 105

Keterbatasan Penelitian ............................................................ 105

Penelitian Mendatang ........................................................ 105-106

DAFTAR PUSTAKA..................................................................106-109

LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................110-168

Page 16: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran……………………….………..............20

Gambar 2 Persembahan Umum dan Bidang Kategorial…….................93

Page 17: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

1

PENDAHULUAN

Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip good

governance dan menjadi perhatian penting bagi organisasi non

profit (Kristiawan 2014). Gereja, salah satu jenis organisasi non

profit, juga tidak terlepas dari isu akuntabilitas (Randa 2011).

Menurut Silvia dan Ansar (2011) akuntabilitas adalah perwujudan

kewajiban yang diamanahkan untuk mempertanggungjawabkan

keberhasilan atau kegagalan dan menjelaskan realisasi otoritas

yang diperoleh sesuai dengan misi organisasi. Akuntabilitas

dibutuhkan pada organisasi Gereja, karena setiap organisasi

mempunyai keterkaitan dengan pihak internal dan eksternal

organisasi (Randa 2011).

Gereja dalam bahasa Yunani dimaknai sebagai “ekklesia”

yang berarti dipanggil keluar (ek=keluar; klesia dari kata

kaleo=memanggil). Ekklesia berarti kumpulan orang yang

dipanggil keluar dari dunia ini untuk dapat memuliakan nama

Allah (Kusuma 2009). Oleh sebab itu, orang yang dipanggil

untuk melayani Jemaat disebut sebagai “Hamba Allah”. Di dalam

Gereja, yang memerintah adalah Kristus (Kristokrasi) sehingga

yang menjadi Kepala Gereja adalah Kristus dan Pemiliknya juga

adalah Kristus (Efesus 1: 22; 4: 15; 5: 25; Kolose 1: 8, Ibrani 13:

20; dan 1 Petrus 5: 4). Mereka yang terpilih untuk melayani

dalam organisasi Gereja merupakan orang pilihan Tuhan yang

harus bertanggungjawab kepada-Nya (Abineno 2011). Selain itu,

Gereja dapat pula dimaknai sebagai organisasi (Kusufi 2014). Hal

ini Gereja sebagai salah satu organisasi keagamaan yang muncul

Page 18: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

2

atas kesadaran akan berjalannya visi dan misi yang sudah

disepakati bersama.

Departemen Theologia dalam buku Pengajaran Dasar

Gereja Bethel Indonesia (2004) menegaskan bahwa Gereja lebih

dari sekedar organisasi, yaitu Gereja adalah organisme yang

hidup. Kepala Gereja adalah Kristus yang memelihara Gereja.

Dalam buku Tata Gereja GBI (2014) Pasal 1, Butir 1.4,

mengemukakan bahwa Gereja adalah organisme ilahi yang hidup

dan berkembang terus menerus dalam suatu organisasi yang

berasaskan Alkitab. Oleh sebab itu, Gereja merupakan organisme

yang berorganisasi dan Gereja yang berorganisasi haruslah juga

sebuah organisme. Sehingga Gereja memiliki dua sifat baik

bersifat ilahi maupun insani. Gereja bersifat ilahi karena Gereja

sebagai organisme yang lahir dari Allah. Sedangkan sebagai

sebuah organisasi, Gereja memerlukan penataan dari manusia.

Organisasi Gereja perlu memiliki tatanan, pengaturan

yang jelas, maupun pengelolaan dalam segala bidang yang

dilakukan demi tercapainya tujuan sebagai mandataris Kristus di

dunia ini. Sehingga, aturan yang telah disepakati bersama harus

dilaksanakan bukan sekedar sebagai peraturan, namun digunakan

bagi pertumbuhan dan perkembangan Tubuh Kristus. Dalam

organisasi Gereja, pengelolaan harus dilakukan secara profesional

dengan berpedoman kepada pokok-pokok ajaran Gereja.

Tujuannya untuk menampilkan wajah Kristus yang penuh

kasih bagi umat pada khususnya dan bagi sesama pada

umumnya. Selain itu, semakin banyak umat yang menerima

Kristus sebagai Sang Juruselamat, semakin banyak jiwa-jiwa

Page 19: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

3

yang dimenangkan bagi Kerajaan Sorga sesuai dengan misi

Kristus datang ke dunia.

Pada dasarnya semua yang terkait dengan organisasi yang

mempunyai stakeholder memerlukan tata kelola yang baik. Demi

mencapai tata kelola organisasi Gereja yang baik yaitu dengan

melakukan praktik akuntabilitas yang berpedoman kepada pokok-

pokok ajaran Gereja. Di dalam ayat Alkitab, Kristus sebagai

Kepala Gereja memberikan pesan atau amanat kepada Pengurus

organisasi Gereja untuk melakukan praktik akuntabilitas. Hal ini

tercantum dalam Markus 12: 17 yaitu “Berikanlah kepada Kaisar

apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah

apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!”.

Penelitian terkait praktik akuntabilitas dalam organisasi

Gereja telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti Booth

(1993) dan Duncan et al. (1999). Hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa akuntabilitas dalam organisasi Gereja lebih

banyak ditentukan oleh para pemimpin organisasi Gereja yang

cenderung untuk menolak praktik akuntabilitas (Booth 1993).

Pada sisi lain, organisasi Gereja memiliki praktik-praktik yang

telah lama dijalankan sehingga sulit untuk menerima perubahan

secara langsung (Berry 2005). Penelitian-penelitian tersebut

sebagian besar dilakukan pada organisasi Gereja Protestan yang

mempunyai karakteristik pada otoritas masing-masing Gereja

lokal dalam mengelola organisasi.

Randa (2010) melakukan penelitian yang berfokus pada

akuntabilitas kepemimpinan pada organisasi keagamaan.

Berdasarkan penelitian Korengkeng (2013) penerapan tata kelola

Page 20: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

4

di organisasi Gereja Adven daerah konferens dipengaruhi oleh

sistem pemerintahan organisasi Gereja tersebut terutama dalam

menentukan pimpinan organisasi Gereja serta perwakilan dari

Jemaat dan Pendeta. Selain itu, penelitian Randa dkk. (2011)

berfokus pada akuntabilitas spiritual pada organisasi Gereja

Katolik. Beberapa penelitian terkait akuntabilitas hanya

menitikberatkan terkait akuntabilitas keuangan (Simanjuntak dan

Januarsi 2011; Randa 2011; Korengkeng 2013; Kristiawan 2014;

Atmadja dan Adiputra 2015). Ni Wayan (2008) dalam Silvia dan

Ansar (2011) menjelaskan mengenai akuntabilitas intern yang

disebut juga akuntabilitas spiritual. Penelitian Randa (2011)

memberikan gambaran praktik akuntabilitas yang ada dalam

organisasi Gereja Katolik mempunyai tiga dimensi akuntabilitas

yaitu akuntabilitas spiritual, kepemimpinan dan keuangan.

Beberapa penelitian sebelumnya terkait akuntabilitas

hanya menjelaskan fokus mengenai satu dimensi akuntabilitas.

Selain itu, dimensi akuntabilitas spiritual, kepemimpinan, dan

keuangan telah diteliti pada organisasi Gereja Katolik di Tana

Toraja. Dalam penelitian kali ini, peneliti akan melakukan

penelitian terkait praktik akuntabilitas di organisasi Gereja

Kristen dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja.

Untuk menjelaskan praktik akuntabilitas, peneliti menggunakan

tiga dimensi yaitu akuntabilitas spiritual, kepemimpinan, dan

keuangan.

Peneliti membingkai penelitian ini dengan melihat Gereja

lebih dari sekedar organisasi, yaitu Gereja merupakan

persekutuan orang-orang yang dipanggil Tuhan (ekklesia). Selain

Page 21: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

5

itu, Gereja merupakan organisme ilahi yang hidup. Oleh karena

itu, Gereja bukan hanya berfokus kepada urusan yang bersifat

duniawi, sebab segala sesuatu yang dikelola adalah milik Allah.

Stakeholder pada organisasi Gereja terdiri atas Kristus, Jemaat

dan donatur, serta pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat

daerah maupun di tingkat nasional.

Dalam penelitian ini, objek yang diambil adalah Gereja

Bethel Indonesia (GBI) Dr. Cipto 3 Ambarawa yang pada

praktiknya pernah terjadi penyimpangan. Pada tahun 2001 GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa mengalami permasalahan intern tentang

pengajaran dari Gembala Sidang yang tidak sejalan dengan

pengajaran GBI, sehingga Gembala Sidang diberhentikan.

Kejadian ini mengakibatkan penurunan jumlah Jemaat. Krisis

kepercayaan oleh kepemimpinan Gembala Sidang yang lama,

berpengaruh terhadap kehidupan spiritualitas Jemaat. Beberapa

Jemaat memutuskan memberhentikan diri dalam mengikuti

kegiatan yang diadakan organisasi Gereja, ataupun memutuskan

untuk pindah ke organisasi Gereja yang lain. Namun, beberapa

Jemaat memilih tetap setia beribadah dan melayani di GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa. Dan pada tahun 2004 GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa memiliki Gembala Sidang baru yang diteguhkan oleh

Sinode. Pada kepemimpinan Gembala Sidang yang baru Jemaat

perlu beradaptasi dengan pola kepemimpinan yang baru.

Pada saat terjadi peralihan antara Gembala Sidang yang

lama ke Gembala Sidang yang baru di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa terjadi penggelapan sumbangan dana yang dilakukan

oleh salah satu fulltimer Gereja. Selain itu, kecurangan terjadi

Page 22: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

6

pada Bendahara acara bidang kategorial. Kecurangan ini terjadi

karena tidak adanya pemisahan tugas antara pihak yang mencatat

dan menerima uang. Kebanyakan, setiap permasalahan pada

organisasi Gereja tidak dipublikasikan kepada kalayak umum. Di

satu sisi, alasan yang dikemukakan karena organisasi Gereja

dianggap sebagai lembaga sosial sehingga permasalahan tersebut

diselesaikan dengan kasih. Namun, di sisi lain mengatakan bahwa

masalah keuangan adalah masalah yang sensitif sehingga

diperlukan kehati-hatian dalam menangani hal ini untuk

menghindari hal-hal yang akan merusak keutuhan dan

kewibawaan organisasi Gereja (Kaomaneng 2013).

Berdasarkan fenomena terkait akuntabilitas di organisasi

Gereja, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimana praktik akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

dengan menggunakan acuan pokok-pokok ajaran Gereja?. Hasil

penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan

pemahaman dan pengetahuan mengenai praktik akuntabilitas di

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan menggunakan acuan pokok-

pokok ajaran Gereja. Selain itu juga diharapkan sebagai bahan

masukan dan pertimbangan bahwa akuntabilitas merupakan aspek

yang penting di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang berguna bagi

organisasi tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Akuntabilitas

Akuntabilitas sebagai suatu kewajiban

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan

Page 23: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

7

pelaksanaan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu

akuntabilitas yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury 2003

dalam Mardiasmo 2006). Dalam organisasi keagamaan,

akuntabilitas dapat diartikan sebagai suatu cara

pertanggungjawaban manajemen atau penerima amanah kepada

pemberi amanah atas pengelolaan sumber daya yang

dipercayakan kepadanya (Endahwati 2014). Dalam ayat Alkitab

pada Markus 12: 17 menguatkan pendapat terkait akuntabilitas

yaitu:

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan

kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu

berikan kepada Allah!”.

Ayat ini menjadi dasar bahwa Kristus memberikan pesan

(amanat) kepada Pengurus organisasi Gereja untuk memberikan

pertanggungjawaban baik kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja

maupun kepada Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana,

serta para Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah

maupun di tingkat nasional dengan jujur dan terbuka.

Dimensi Akuntabilitas

Menurut Randa (2011) menjelaskan bahwa tiga dimensi

utama akuntabilitas yaitu akuntabilitas spiritual, kepemimpinan,

dan keuangan. Akuntabilitas spiritual yaitu akuntabilitas yang

menggambarkan aspek keagamaan yang dirasakan seseorang

untuk mewujudkan nilai akuntabilitas (Endahwati 2014). Dalam

akuntabilitas spiritual menempatkan setiap individu sebagai

Page 24: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

8

anggota organisasi melalui pembaptisan, menerima Yesus sebagai

Tuhan dan Juru Selamat (Randa dkk. 2011). Keyakinan ini

menggerakkan setiap individu baik sebagai Pengurus maupun

sebagai Pemimpin organisasi Gereja untuk semakin mendekatkan

diri pada Tuhan dengan cinta yang tulus.

Dalam Akuntabilitas kepemimpinan lebih mengarah

kepada model kepemimpinan yang diterapkan dengan

mengedepankan unsur pelayanan dan mengikuti Kristus sebagai

figur dalam memimpin Gereja (Randa 2010). Di dalam Gereja,

yang memerintah adalah Kristus (Kristokrasi) bukan anggota-

anggota Gereja (demokrasi). Sehingga, mereka yang terpilih

untuk melayani merupakan orang pilihan Tuhan yang harus

bertanggungjawab kepadaNya (Abineno 2011). Hal ini sesuai

dengan misi pelayanan Kristus ke dalam dunia yaitu datang

bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Matius 20: 28).

Selain itu, Penelitian Randa (2011) menjelaskan bahwa

akuntabilitas keuangan memberikan dampak pada akuntabilitas

yang lain karena akuntabilitas keuangan menjadi pendukung bagi

terlaksananya ibadah dan kelangsungan hidup para Pemimpin

organisasi Gereja. Oleh sebab itu, organisasi Gereja perlu

memperhatikan dimensi akuntabilitas keuangan mengingat hasil

pemaknaan dimensi keuangan yang meliputi sumber dana,

mekanisme akuntabilitas dan laporan yang dihasilkan masih jauh

dari prinsip-prinsip akuntabilitas keuangan yang diharapkan.

Dari dimensi akuntabilitas spiritual, kepemimpinan, dan

keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya terdapat hubungan

diantara ketiganya. Menurut penelitian Randa (2011) pada Gereja

Page 25: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

9

Katolik menyatakan bahwa akuntabilitas dimensi spiritual

sebagai dimensi utama dalam akuntabilitas organisasi Gereja

yang menjiwai para pemimpin organisasi Gereja dan umatnya

dalam bertindak. Sedangkan akuntabilitas dimensi keuangan

sebagai pendukung pelaksanaan ibadah pada dimensi spiritual

dan kelanjutan para pemimpin organisasi Gereja pada dimensi

kepemimpinan.

Akuntabilitas Spiritual di Organisasi Gereja

Endahwati (2014) memaknai akuntabilitas spiritual

sebagai akuntabilitas yang menggambarkan aspek keagamaan

yang dirasakan seseorang untuk mewujudkan nilai akuntabilitas

dalam wujud ketakwaan dan tazkiyah. Pengukuran keberhasilan

akuntabilitas spiritual ini dapat dilihat dengan peningkatan

ketakwaan seseorang seperti suka menafkahkan harta, mampu

menahan amarah, mampu memaafkan orang lain (Endahwati

2014).

Penelitian Randa, dkk (2011) memaknai akuntabilitas

spiritual dengan menempatkan setiap individu sebagai anggota

organisasi melalui pembaptisan, menerima Yesus sebagai Tuhan

dan Juru Selamat. Selain itu, dalam akuntabilitas spiritual dapat

dilakukan dengan menjalankan aktivitas religius serta kerelaan

dalam melayani Tuhan dengan sepenuh hati.

Dalam organisasi Gereja, akuntabilitas spiritual terlihat

pada hubungan antara Pengurus sebagai pengelola organisasi

Gereja kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja, Jemaat dan

donatur sebagai penyumbang dana serta para Pimpinan organisasi

Page 26: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

10

Gereja baik di tingkat daerah seperti Badan Pekerja Daerah

(BPD) maupun di tingkat nasional seperti Badan Pekerja Harian

(BPH)/Sinode. Dalam akuntabilitas spiritual dapat diwujudkan

dalam bentuk kesaksian (marturia), persekutuan (koinonia),

ibadah/penyembahan (leiturgia) dan pelayanan kasih (diakonia).

Menurut Silvia dan Ansar (2011) Marturia berasal dari

bahasa Yunani yang sering disebut Martyfrein yang berarti

bersaksi. Zaman Yunani kuno marturia berasal dari kata martus

yaitu saksi, yang secara sempit digunakan dalam bidang hukum.

Namun saat ini marturia digunakan untuk menyatakan kesaksian

orang percaya sebagai suatu amanat agung Tuhan kepada

manusia dan tidak akan berubah dari masa ke masa.

Kesaksian (marturia) dilakukan dengan cara memberikan

kesaksian tentang karya keselamatan di dalam Tuhan Yesus

Kristus, serta memberitakan injil kepada segala bangsa. Dalam

kaitannya dengan kesaksian (marturia) ini terdapat tiga hal yang

perlu dipahami, yaitu pertama tugas kesaksian adalah tugas

panggilan bagi semua orang percaya. Semua orang percaya

terpanggil sebagai “saksi-saksi Injil”, baik secara pribadi atau

bersama-sama dalam persekutuan Jemaat atau Gereja.

Kedua, pokok kesaksian adalah Injil Yesus Kristus yang

utuh. Kita harus menyadari dan memahami bahwa Injil bukan

hanya terbatas pada hal-hal rohani dan sorgawi saja. Dalam Injil

diberitakan bahwa Yesus mengampuni dosa, tapi juga

menyembuhkan dan memberi makan. Dengan demikian, perlu

kita memahami bahwa Injil Yesus Kristus itu adalah berita

kesukaan mengenai pertobatan dan pembaharuan yang telah

Page 27: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

11

disediakan bagi manusia (Markus1: 15), tetapi juga berita

kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan yang

dikehendaki Tuhan untuk dunia (Lukas 4: 18-21).

Ketiga, kesaksian ditujukan untuk segenap manusia serta

segala makhluk Gereja dan warganya dipanggil untuk

memberitakan kabar baik dari Allah untuk semua orang, agar

percaya dan diselamatkan (Matius 28: 19-20; Lukas 24: 47-48).

Gereja dan warga Gereja harus menyadari fungsinya sebagai

penguasa, pengelola serta pemelihara lingkungan hidup dan alam

semesta. Inilah yang dimaksudkan dengan tugas kesaksian

kepada segala makhluk (Markus 16: 15).

Untuk mencapai sasaran dalam melakukan tugas

kesaksian terdapat dua arah kesaksian Gereja yaitu kesaksian

internal dan kesaksian eksternal. Dalam kesaksian internal

tersebut memberitakan Injil untuk membimbing dan

mendewasakan Gereja dan warganya agar diperlengkapi untuk

setiap perbuatan yang baik (2 Timotius 3: 15-17) sehingga

mampu menjadi “saksi Injil” di tengah-tengah lingkungan dan

pekerjaan masing-masing. Dengan kata lain, warga Gereja harus

dapat menghayati iman, etika dan perilaku Kristen sesuai firman

Tuhan dalam hidup sehari-hari. Untuk mencapai sasaran ini,

maka kesaksian dipahami dalam bentuk khotbah, pembinaan,

pendidikan atau pengajaran bagi semua warga Gereja.

Sedangkan dalam kesaksian eksternal yaitu kesaksian

dengan memberitakan Injil kepada semua orang dan kepada

segala makhluk dalam segala aspek kehidupannya. Untuk sasaran

ini, maka kesaksian Gereja atau warga Gereja harus dipahami

Page 28: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

12

dalam fungsi Profetis yaitu sebagai nabi yang bertugas

menyampaikan firman Tuhan dan dalam keteladanan Kristus,

yakni sebagai Garam dan Terang Dunia (Matius 5: 13-14). Dalam

1 Petrus 2: 9 dikatakan bahwa

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang

rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,

supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang

besar dari Dia”.

Silvia dan Ansar (2011) menyatakan bahwa Koinonia

berasal dari bahasa Yunani yang berarti bersekutu atau sebuah

persekutuan. Koinonia merupakan kewajiban yang harus

dijalankan Jemaat sebagai orang percaya untuk menjalankan

perintah Tuhan. Hadirnya Koinonia pada Jemaat mula-mula

terjadi karena adanya hubungan yang harmonis antara Tuhan dan

Jemaat, sehingga dengan persekutuan yang Tuhan tanamkan

menjadikan pengajaran Injil berjalan hingga saat ini. Persekutuan

(koinonia) ini bersifat konstitusional atau melembaga yang

dilakukan secara berkelompok dalam wujud kegiatan sehari-hari

pada penyembahan dan doa syafaat.

Liturgi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani,

leitourgia, yang berarti kerja bersama. Kerja bersama ini

mengandung makna peribadatan kepada Allah dan pelaksanaan

kasih. Dalam ibadah yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan

ibadah dan penyembahan kepada Allah dalam nama Tuhan Yesus

Kristus bersama semua orang yang telah menerima Yesus Kristus

sebagai Tuhan dan Juru selamat. Ibadah yang benar adalah ibadah

yang aktif bukan sebaliknya. Allah menuntut tindakan kita dalam

Page 29: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

13

ibadah, Tuhan ingin melihat apa yang dapat kita berikan untuk

dapat memuliakan nama-Nya.

Diakonia berasal dari bahasa Yunani yaitu Diakonein

yang artinya “Melayani” (Silvia dan Ansar 2011). Kata ini

digunakan bagi Pelayan umat atau Jemaat untuk melayani dengan

penuh setia, jujur, dan bertanggungjawab yang tepatnya dikatakan

sebagai pelayanan Tuhan kepada jemaat disebut dengan istilah

Diakonos yang sekarang ini dipopulerkan dengan istilah Diaken.

Peran Diaken yang dipercayakan dan terpanggil untuk melayani

sejujurnya memiliki pekerjaan yang mulia. Dalam hal ini

dipanggil untuk membantu yang lemah demi pembangunan

rohani dan jasmani.

Dalam pelayanan kasih (diakonia) ini menyatakan empati,

simpati, dan kemurahan hati sebagai bukti dari kepekaan dan

kepedulian sosial organisasi Gereja baik secara internal dalam

Jemaat Setempat maupun terhadap masyarakat luas. Terdapat

empat tingkatan diakonia yaitu diakonia karitatif, development

(reformatif), advokasi, dan transformatif. Diakonia karitatif

bersifat sementara, insidentil. Diakonia ini sifatnya hanya

memberi makan saja, misalnya memberi makan, pakaian,

pengobatan secara gratis, serta membantu korban bencana alam.

Pada diakonia development merupakan diakonia yang

memandirikan orang, melatih orang untuk memiliki keterampilan

sehingga bisa hidup, bekerja, dan sebagainya. Pada diakonia

advokasi sifatnya melalui pendampingan, misalnya mendampingi

suatu kelompok masyarakat yang ditekan oleh penguasa,

menghadapi perusahaan yang merebut lahan masyarakat.

Page 30: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

14

Organisasi Gereja harus berani melakukan pendampingan untuk

menegakkan keadilan. Dalam hal ini dapat menggunakan

lembaga bantuan hukum. Selain itu, pada diakonia transformatif

dilakukan dengan mentransformasi keadaan masyarakat yang

sebelumnya pra sejahtera menjadi sejahtera.

Keempat perwujudan akuntabilitas spiritual tersebut

diperkuat dalam ayat Alkitab Kisah Para Rasul 2: 41-47 yaitu:

“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi

diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah

kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam

pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.

Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti

dan berdoa (liturgia). Maka ketakutanlah mereka semua,

sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan

tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya

tetap bersatu (koinonia), dan segala kepunyaan mereka

adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka

yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya

(diakonia) kepada semua orang sesuai dengan

keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan

dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam

Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-

masing secara bergilir dan makan bersama-sama

dengan gembira dan dengan tulus hati (koinonia),

sambil memuji Allah (leiturgia). Dan mereka disukai

semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah

jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan

(marturia)”.

Akuntabilitas Kepemimpinan di Organisasi Gereja

Akuntabilitas kepemimpinan berkaitan erat dengan nilai

amanat. Zoelisty dan Adityawarman (2014) dalam agama Islam

memaknai amanah sebagai akhlak yang berkaitan dengan

kejujuran, kesabaran, dan keikhlasan. Amanah merupakan salah

Page 31: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

15

satu fungsi agama Islam dengan memberikan nilai pada

kehidupan. Amanah merujuk pada golongan manusia yang

termasuk para pemimpin. Dalam organisasi Gereja, untuk

menjalankan sebuah amanat dari Kristus diperlukan keberanian

yang tegas dalam memimpin. Karena pada saatnya nanti

Pemimpin dalam organisasi akan dimintai pertanggungjawaban

tentang kepemimpinan yang dijalankan (Zoelisty dan

Adityawarman 2014).

Dalam akuntabilitas kepemimpinan pada organisasi

Gereja dapat diwujudkan dalam bentuk pengajaran/pemuridan

(didaskalia) dan penggembalaan (poimenoia). Akuntabilitas

kepemimpinan menjelaskan mengenai hubungan antara Pengurus

sebagai pengelola organisasi Gereja kepada Kristus sebagai

Pemilik Gereja, Jemaat dan donatur sebagai penyumbang dana

serta para Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah

seperti Badan Pekerja Daerah (BPD) maupun di tingkat nasional

seperti Badan Pekerja Harian (BPH)/Sinode.

Didaskalia (pemuridan) adalah suatu proses hubungan

antara seorang pengikut Kristus yang lebih dewasa serta

berpengalaman dan beberapa orang yang baru percaya, lalu ia

membagikan kehidupannya (prinsip-prinsip kebenaran firman

Tuhan, keyakinan, komitmen, waktu, tenaga, perhatian, serta hal

lain yang diperlukan) demi menolong orang-orang tersebut untuk

mengenal Kristus dan pada suatu saat merekapun akan

memperkenalkan Kristus kepada orang lain (Hutabarat 2011).

Secara sederhananya pemuridan adalah seseorang yang

membagikan kehidupannya bagi orang lain yang baru percaya

Page 32: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

16

demi menolong mereka untuk mengenal dan memperkenalkan

Kristus. Pemuridan termasuk bagian dari mentoring. Penekanan

dalam pemuridan adalah pada proses pembinaan seseorang yang

baru percaya untuk menjadi dewasa dalam Kristus, dan ketika

tiba waktunya seseorang tersebut akan masuk kedalam tahap

selanjutnya yaitu memperkenalkan Kristus kepada orang lain.

Dalam hal ini terdapat proses pelipatgandaan.

Alkitab telah memberikan contoh terkait pemuridan ini

melalui kehidupan Yesus dengan kedua belas murid-murid-Nya.

Selama 3,5 tahun Yesus hidup bersama dan membagikan

kehidupan-Nya dengan murid-murid-Nya. Dalam pemuridan ini,

Yesus mentransferkan gaya hidup-Nya kepada murid-murid-Nya,

dan mereka dapat melihat langsung serta meneladani kehidupan

Guru-Nya, bagaimana Yesus berkata-kata, mengambil keputusan,

bersikap tegas ketika orang Farisi dan Ahli Taurat memojokkan

Dia, dan bagaimana Yesus selalu menyediakan waktu pribadi-

Nya untuk bersekutu dengan Bapa.

Penggembalaan dalam Jemaat menurut Bons-Storm

(2011) adalah mencari dan mengunjungi anggota Jemaat satu-

persatu; mengabarkan firman Allah kepada Jemaat di tengah

situasi hidup mereka pribadi; melayani Jemaat sama seperti

Yesus melayani mereka; dan supaya mereka lebih menyadari

iman mereka dan dapat mewujudkan iman itu dalam hidupnya

sehari-hari.

Tujuan dari adanya penggembalaan adalah untuk

membangun Jemaat. Seperti dalam surat-surat yang terdapat di

Perjanjian Baru merupakan contoh dari penggembalaan. Paulus

Page 33: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

17

memperhatikan Jemaat, dan kalau ia tidak berkesempatan untuk

mengunjungi para Jemaat tersebut, ia menuliskannya pada sebuah

surat. Dalam surat-surat itu diungkapkan tentang kasih kepada

saudara-saudaranya dalam Jemaat, keinginan untuk bergaul dan

bertukar pikiran dengan mereka, dan juga keinsyafan, bahwa

Tuhanlah yang menyuruh manusia untuk saling tolong menolong,

serta saling membimbing satu sama lain.

Menurut Bons-Storm (2011) Gembala yang sebenarnya

adalah Yesus. Dia merupakan Gembala yang baik. Tiap-tiap

anggota Jemaat merupakan Gembala bagi teman-temannya.

Anggota-anggota Majelis Jemaat merupakan Gembala khusus.

Pendeta merupakan Gembala khusus penuh waktu (full time).

Majelis Jemaat memperlengkapi Jemaat untuk tugas

penggembalaannya dan melaksanakan penggembalaan khusus.

Semuanya merupakan domba-domba dari kawanan Yesus

Kristus, yaitu Jemaat-Nya.

Gembala yang baik mempunyai sifat-sifat seperti: (1)

seorang Gembala harus mengenal Yesus Kristus, sehingga ia

dapat meniru kelakuan Yesus dan mewakili-Nya; (2) seorang

Gembala harus suka bergaul dengan orang lain yaitu Ia tidak

terus menghukum atau menghakimi, Ia tahu mengampuni orang

lain, Ia tidak mau memperhatikan bisikan-bisikan seseorang

tentang orang lain, dan Ia tahu mendengarkan; (3) seorang

Gembala harus rajin keluar; (4) seorang Gembala tidak usah

seorang psikolog/psikiater karena penggembalaan berdasarkan

perhatian dan kasih bukan ilmu jiwa.

Page 34: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

18

Kedua perwujudan akuntabilitas kepemimpinan tersebut

dicerminkan dalam ayat Alkitab. Pengajaran/pemuridan

(didaskalia) diperkuat melalui ayat Alkitab pada Matius 28: 18-

20 yaitu:

“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di

bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa

murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan

Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan

segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu Dan

ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai

kepada akhir zaman”.

Penggembalaan (poimenoia) diperkuat dengan ayat Alkitab pada

1 Petrus 5: 2 yaitu:

“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada

padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela

sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau

mencari keuntungan. tetapi dengan pengabdian diri”.

Akuntabilitas kepemimpinan ini juga dapat diperkuat

dengan ayat Alkitab pada Ibrani 13: 17 yaitu:

“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada

mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai

orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.

Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan

gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak

akan membawa keuntungan bagimu”.

Akuntabilitas Keuangan di Organisasi Gereja

Akuntabilitas keuangan merujuk pada akuntabilitas

terhadap pengelolaan dana terhadap Tuhan (Bastian 2007).

Akuntabilitas ini juga berkaitan erat dengan nilai amanah. Sikap

amanah menjadi dasar keyakinan dan tanggung jawab Pengurus

Page 35: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

19

dalam mengelola dana. Dalam akuntabilitas keuangan dibutuhkan

pengelolaan dana yang transparan atas sumber dana yang

dikelola. Akuntabilitas keuangan dalam organisasi Gereja

menjelaskan mengenai hubungan antara Pengurus sebagai

pengelola organisasi Gereja kepada Kristus sebagai Pemilik

Gereja, Jemaat dan donatur sebagai penyumbang dana serta para

Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah seperti Badan

Pekerja Daerah (BPD) maupun di tingkat nasional seperti Badan

Pekerja Harian (BPH)/Sinode.

Pada organisasi Gereja, akuntabilitas keuangan dapat

diwujudkan dalam bentuk penatalayanan (oikonomia) terkait

pengelolaan sumber daya yang meliputi sarana dan prasarana,

harta milik atau keuangan dan sumber daya manusia secara

optimal bagi pencapaian visi. Pengertian yang digunakan dalam

Alkitab tidak menyimpang dari istilah Ekonomi, seperti halnya

dalam Ekonomi menggunakan istilah Oikonomos, kata

“Bendahara” dalam Alkitab juga demikian. Tuhan memberikan

manusia “Mandat Kultur” sebagai tugas untuk perkembangan

dunia dan seluruh isinya. “Kultur” berasal dari bahasa latin yaitu

Colere yang artinya mengusahakan, memelihara, menghiasi,

mendiami, dan melayani (G. Riemer 2004) dalam Silvia dan

Ansar (2011).

Ayat Alkitab terkait pengelolaan keuangan diperkuat

melalui ayat Alkitab Markus 12: 17 yaitu:

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan

kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu

berikan kepada Allah!”.

Page 36: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

20

Dengan demikian, kerangka pemikiran penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

KRISTUS

(PEMILIK

GEREJA)

JEMAAT DAN

DONATUR

(PENYUMBANG

DANA)

BPD (TINGKAT

DAERAH) DAN

BPH/SINODE

(TINGKAT

NASIONAL)

PENGURUS

(GEMBALA SIDANG,

PENATUA, BENDAHARA,

SEKRETARIS, KETUA

KOMISI PEMUDA DAN

ANAK, SERTA

PENGURUS BIDANG

KATEGORIAL)

(PENGELOLA GEREJA)

Akuntabilitas Kepemimpinan

Akuntabilitas

Spiritual Akuntabilitas

Keuangan

Page 37: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

21

METODA PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan metoda Studi Kasus. Studi kasus merupakan

tipe pendekatan dalam penelitian yang penelahaannya kepada

satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan

komprehensif (Jailani 2013).

Unit Analisis dan Unit Amatan

Unit analisis dalam penelitian ini adalah praktik

akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Sedangkan

unit amatan dalam penelitian ini adalah Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa. Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa terdiri dari

Gembala Sidang, Para Penatua, Sekretaris, Bendahara, Ketua

Komisi Pemuda dan Anak, serta Pengurus Bidang Kategorial.

Data, Sumber Data, dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui

wawancara yang dilakukan dengan nara sumber. Sedangkan data

sekunder diperoleh melalui sumber dokumen-dokumen seperti

Alkitab, Pengajaran Dasar GBI, Tata Gereja GBI, Sejarah GBI,

dokumen terkait untuk pencatatan transaksi, program kerja per

bidang kategorial dan secara umum, laporan keuangan per bidang

kategorial dan secara umum, serta dokumen-dokumen lain yang

terkait dengan penelitian.

Page 38: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

22

Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara

melakukan wawancara mendalam terhadap Bapak Pdt. Paulus

Raditya Praba selaku Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa, Para Penatua GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa, Ibu Aniek

Setyawati selaku Sekretaris dan Ketua Komisi Pemuda dan Anak

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa, Bapak Yusak Hartono selaku

Bendahara GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa, serta Pengurus bidang

kategorial GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Sedangkan pengumpulan

data sekunder diperoleh dengan cara menggunakan daftar cek

kajian dokumen/check list document review yang diperoleh dari

Fulltimer Gereja disertai dengan observasi di lapangan untuk

mendukung hasil wawancara.

Analisis Data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif

(Sugiyono 2012), yaitu suatu analisis berdasarkan data yang

diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi proposisi. Analisis

data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan dan setelah selesai di lapangan. Sugiyono (2012)

memberi saran untuk menggunakan analisis data yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1984) yang dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis

data yaitu data reduction/reduksi data, data display/penyajian

data dan conclusion drawing/verification/penarikan kesimpulan.

Mereduksi data dilakukan dengan cara merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

Page 39: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

23

penting, dicari tema dan polanya, yang akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan

pengumpulan data selanjutnya. Langkah selanjutnya adalah

mendisplay data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya untuk memudahkan

memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Langkah

selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang

sebelumnya masih remang-remang namun setelah diteliti

nantinya menjadi jelas.

Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi

untuk menguji keabsahan data yang digunakan. Menurut

Moleong (2013), triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Menurut Sugiyono (2013), triangulasi adalah

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah

ada.

Menurut Pawito (2007) Ada beberapa jenis teknik

triangulasi yaitu: (1) Triangulasi Sumber, menunjuk pada upaya

peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi

guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama;

Page 40: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

24

(2) Triangulasi Metode, menunjuk pada upaya peneliti

membandingkan temuan data yang diperoleh dengan

menggunakan suatu metode tertentu; (3) Triangulasi Teori,

menunjukkan pada penggunaan perspektif teori yang bervariasi

dalam menginterpretasi data yang sama; dan (4) Triangulasi

Peneliti, dapat dilakukan ketika dua atau lebih peneliti bekerja

dalam suatu tim yang meneliti persoalan yang sama. Berdasarkan

keempat jenis teknik triangulasi diatas, peneliti memilih untuk

menggunakan teknik triangulasi sumber. Peneliti menggunakan

cara ini karena teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara, check list document review dan observasi secara

langsung untuk mendukung hasil wawancara. Dari hasil

wawancara, check list document review, dan observasi tersebut,

data yang didapat akan diperiksa dengan data dari sumber lain

sehingga sudah cukup untuk membuktikan keabsahan data

tersebut.

Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini terkait dengan praktik akuntabilitas

spiritual, kepemimpinan, dan keuangan di organisasi Gereja.

Dalam praktik akuntabilitas tersebut menjelaskan mengenai

hubungan antara Pengurus kepada Kristus sebagai Pemilik

Gereja, Jemaat dan donatur sebagai penyumbang dana, serta para

Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah seperti Badan

Pekerja Daerah (BPD) maupun di tingkat nasional seperti Badan

Pekerja Harian (BPH)/Sinode.

Page 41: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

25

PROFIL ORGANISASI GEREJA DAN

PERSYARATAN PRIBADI PENGURUS GBI Dr.

CIPTO 3 AMBARAWA

Profil Organisasi Gereja

Gereja Bethel Indonesia (GBI) beralamat di Jl. Dr. Cipto 3

Ambarawa 50612, Telp/Faks: (0298) 591192 serta No. Registrasi:

41 Tgl. 9 Desember 1972 dibaharui No. 211 Tgl. 25 November

1989. Gereja ini didirikan pada tahun 1970 dengan status

bangunan Hak Guna Bangunan dengan luas tanah + 420 M2 serta

Luas Bangunan + 390 M2. GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dirintis

mulai tahun 1970. Pada waktu itu berusaha mengembangkan

pelayanan di bidang wanita, anak dan juga mengadakan kegiatan

POS PI di daerah Bandungan, Kupang Dukuh Ambarawa,

Tambakboyo, Bawen dan Gempol Pojoksari. Oleh kasih karunia

Tuhan, Pos PI Bandungan, Tambakboyo dan Bawen kemudian

bertumbuh menjadi Gereja Cabang. Tahun 1981 GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa memiliki gedung permanen yang cukup luas untuk

menampung Jemaat yang semakin bertambah jumlahnya.

Pada tahun 1987 Gembala Sidang Pdt. David Sumendap

meninggal dunia dan digantikan Ibu Gembala Ibu Pdm. Hermien

Sumendap. Tahun 1990 Gereja Cabang Bandungan dan

Tambakboyo didewasakan menjadi Gereja yang mandiri. Tahun

1993 Pdt. Yakub Sulistyo menjadi wakil Ibu Gembala yang

kesehatannya mulai menurun, dan menjadi Gembala Sidang

setelah Ibu Gembala meninggal tahun 1998. Tahun 1998 Gereja

Page 42: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

26

mulai mengadakan kegiatan Komsel (Kelompok Sel). Oleh

karena itu kegiatan Pos PI di Kupang Dukuh dan Gempol

melebur dalam Komsel yang ada. Tahun 2005 Gereja Cabang

Bawen didewasakan menjadi Gereja yang mandiri.

Tahun 2001 GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa mengalami

permasalahan intern tentang pengajaran dari Gembala Sidang

yang tidak sejalan dengan pengajaran dari GBI, sehingga

Gembala Sidang diberhentikan. Kejadian ini mengakibatkan

penurunan jumlah Jemaat. Tahun 2004 Pdt. Paulus Raditya Praba

diteguhkan oleh Sinode untuk menjadi Gembala Sidang GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa. Hal pertama yang dilakukan Pdt. Paulus

Raditya Praba adalah meluruskan pengajaran yang sempat

disampaikan oleh Pdt. Yakub Sulistyo, dan kembali kepada

pengajaran yang sejalan dengan Sinode GBI. Selain itu Pdt.

Paulus Raditya Praba juga membangun kembali kepercayaan

Jemaat kepada Pengurus, termasuk didalamnya Gembala Sidang

melalui visitasi dan rekonsiliasi ke Jemaat yang masih

berkomitmen bergabung di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Sampai

saat ini dibawah penggembalaan Pdt. Paulus Raditya Praba

jumlah Jemaat kembali meningkat. Dan memiliki 2 Pos PI di

Desa Toyogiri Tuntang dan Dsn. Gentungan Desa Ngajaran

Tuntang.

Untuk mencapai pemerintahan organisasi Gereja yang

baik maka GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa pada tahun 2015

menetapkan visi dan misi yang menjadi dasar di dalam

melakukan program atau kegiatan yang dilakukan selama tahun

2015. GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki visi Menjadi Gereja

Page 43: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

27

yang Sehat yaitu, (1) Pengajaran yang sesuai Firman Tuhan; (2)

Kehidupan antar Jemaat yang harmonis dan saling melengkapi;

(3) Kegiatan-kegiatan yang berdampak bagi lingkungan

masyarakat.

Misi GBI Dr Cipto 3 Ambarawa yaitu, (1) menjadikan

Jemaat murid dan anggota keluarga Allah yang dewasa melalui

penyampaian firman Tuhan di Ibadah Umum maupun Kategorial

serta melalui kegiatan Komsel, persekutuan doa; (2)

memperlengkapi Jemaat untuk membangun tubuh Kristus melalui

pengkaderan pelayan serta mengutus Pengurus/Jemaat mengikuti

pelatihan atau seminar; (3) mengutus Jemaat untuk menjadi

berkat di tengah masyarakat dengan mendorong dan mendukung

Jemaat untuk aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat

dimana mereka tinggal, dengan sukarela membantu dan

berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan

oleh lingkungan setempat atau Pemerintah Daerah, serta

mengutus Pengurus dan Jemaat untuk menghadiri acara atau

kegiatan yang dilaksanakan oleh lingkungan setempat atau

Pemerintah Daerah.

Untuk melayani Jemaat, GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

membentuk 11 (sebelas) bidang pelayanan yang memiliki

program kerja selama satu tahun. Menjelang akhir tahun

dilakukan evaluasi dan penyusunan program kerja yang baru

untuk tahun yang akan datang. Setiap bidang memiliki Pengurus

masing-masing sehingga program kerja yang disusun dan

dilaksanakan lebih terarah dan tepat sasaran. Sebelas bidang

kategorial GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa terdiri dari: Bidang Anak

Page 44: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

28

(ABI), Bidang Pemuda dan Remaja (Heavy), Bidang Dewasa

Muda (DMBI). Bidang Anak, Pemuda dan Remaja, serta Dewasa

Muda di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa berada dibawah naungan

Komisi Pemuda dan Anak yang diketuai oleh Ibu Aniek

Setyawati. Selain itu terdapat Bidang Wanita (WBI), Bidang

Pelmas, Bidang PI & Misi, Bidang mission Care, Bidang Lansia,

Bidang Ibadah, Bidang Multimedia, serta Bidang Interior dan

Pemeliharaan.

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa digembalakan oleh Gembala

Sidang Bp. Pdt. Paulus Raditya Praba. Dalam melaksanakan

tugasnya, Beliau dibantu oleh Para Penatua, Sekretaris,

Bendahara, Fulltimer, dan Para Pelayan Tuhan. Penatua GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa terdiri dari Bp. Yusak Hartono, Ibu Imelda

Handayani, Bp. Daniel Suparjan Sarwono, BA, Bp. Pdp. Yohanes

Joko Susilo, S.Pd, Bp. Anas Susanto, Bp. Petrus Joko Sulistyo,

SE, dan Ibu Aniek Setyawati.

Para Penatua memiliki tugas yaitu: (1) Membantu

Gembala Sidang dalam memperhatikan, memotivasi, mengajar,

menasihati Jemaat yang sedang menghadapi masalah; (2)

Memberikan teladan dalam hidup kerohanian dan tingkah laku

kepada Jemaat sehingga memberi inspirasi Jemaat mengikuti

jejak hidupnya; (3) Menjaga, memelihara kesatuan dan

keharmonisan Jemaat dengan memberi penjelasan tentang isu-isu

yang tidak benar baik dalam kebenaran Firman Tuhan atau

masalah Gereja; (4) Tidak membatalkan keputusan-keputusan

dalam rapat yang sudah diadakan sebelumnya secara sepihak; (5)

Ikut mendorong, memotivasi bidang-bidang untuk melaksanakan

Page 45: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

29

program dengan baik; (6) Memutuskan hal-hal yang penting dan

strategis untuk meningkatkan pelayanan kepada Jemaat.

Sekretaris GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa adalah Ibu Aniek

Setyawati. Sekretaris memiliki tugas yaitu: (1) Bertanggung

jawab atas arsip-arsip gereja; (2) Memberikan pelayanan

administrasi kepada Jemaat yang membutuhkan; dan (3)

Bekerjasama dengan Ketua bidang untuk menyampaikan program

kerja atau acara di dalam Warta Jemaat.

Bendahara GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa adalah Bp. Yusak

Hartono. Bendahara memiliki tugas yaitu: (1) Bertanggung jawab

atas pengelolaan keuangan Gereja; (2) Bertanggung jawab atas

biaya operasional Gereja; (3) Membuat laporan persepuluhan

Jemaat setiap bulan; dan (4) Membuat laporan keuangan kepada

Gembala Sidang.

Fulltimer GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa terdiri dari Bp.

Pdm. Timotius Budi LA, S.Th, Bp. Pdm. Mardi Pamungkas, S.Th

(koord. Pos PI Gentungan), Sdr. I Wayan Sanjaya (di sekretariat

Gereja), Ibu Aniek Setyawati (di sekretariat Gereja), dan Sdr.

Paijan (koster). Fulltimer memiliki tugas yaitu: (1)

Bertanggungjawab atas kegiatan harian, kebersihan dan

keamanan Gereja; (2) Visitasi Jemaat dan pelayanan perjamuan

kudus bagi Jemaat lansia; (3) Memberikan bantuan/pertolongan

kepada Jemaat yang membutuhkan pelayanan sewaktu-waktu

(sakit, meninggal, musibah); (4) Memberikan pelajaran untuk

persiapan menerima Baptisan Air (Pdm. Timotius Budi LA,

S.Th).

Page 46: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

30

Selain itu, Pelayan Tuhan yang lain terdiri dari Pelayan

Perjamuan Kudus 14 orang; Pelayan Pujian 34 orang; Pelayan

Multimedia 10 orang; Pelayan Usher 27 orang; Pelayan

Persembahan 6 orang; Guru Sekolah Minggu 30 orang; serta

Ketua KTB 13 orang. Terdapat beberapa orang yang merangkap

dalam pelayanan. Secara umum, struktur organisasi GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa dapat dinyatakan dalam Lampiran 13.

Persyaratan Pribadi Pengurus Dalam Mewujudkan Praktik

Akuntabilitas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Berdasarkan Buku Tata Gereja GBI (2014) bagian Tata

Tertib GBI menjelaskan terkait Pemimpin Jemaat lokal adalah

sebagai berikut:

“Pasal 3 ayat 1: Gembala Jemaat adalah pemimpin

Jemaat Lokal dan bertindak sebagai ketua dalam

kepengurusan Jemaat lokal.”

“Pasal 3 ayat 2: Gembala Jemaat membentuk Pengurus

Jemaat Lokal secara otonom, yang susunannya dapat

dikembangkan sesuai kebutuhan untuk menunjang

pelayanan.”

“Pasal 3 ayat 3: Gembala Jemaat berwenang

mengangkat dan memberhentikan anggota Pengurus

Jemaat Lokal yang dipimpinnya, sedangkan masa bakti

suatu kepengurusan Jemaat Lokal, ditentukan oleh

Gembala Jemaat.”

“Pasal 3 ayat 4: Gembala Jemaat berwenang untuk

menentukan kebijakan-kebijakan pada Jemaat Lokal yang

dipimpinnya, sepanjang tidak bertentangan dengan

Firman Tuhan dan atau Tata Gereja GBI.”

Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa berjumlah 12 orang

yang terdiri dari 7 orang Laki-Laki dan 5 orang Perempuan.

Page 47: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

31

Pengurus terdiri dari Gembala Sidang, Para Penatua, Sekretaris,

Bendahara, Pengurus Bidang, serta Ketua Komisi Pemuda dan

Anak yang membawahi Bidang Anak (ABI), Bidang Pemuda dan

Remaja (Heavy), dan Bidang Dewasa Muda (DMBI). Gembala

Sidang merupakan Ketua kepengurusan Jemaat Lokal (Pasal 3

ayat 1). Dalam hal ini pembentukan kepengurusan Jemaat Lokal

dengan pengembangan susunan untuk menunjang pelayanan,

pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan masa

bakti suatu kepengurusan, serta penentuan kebijakan ditentukan

oleh Gembala Sidang sesuai dengan Pasal 3 dalam Buku Tata

Gereja GBI (2014). Untuk pengembangan susunan guna

menunjang pelayanan, GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa membentuk

Bidang-bidang seperti dinyatakan dalam Lampiran 2. Dalam

penentuan kepengurusan Jemaat Lokal, GBI Pusat tidak

melakukan intervensi dikarenakan GBI merupakan otonom sesuai

dengan Pasal 3 ayat 2.

Dari 12 orang Pengurus yang ada, Pengurus yang masuk

kedalam kategori usia dibawah 50 tahun berjumlah 8 orang (4

orang laki-laki dan 4 orang perempuan) dan Pengurus yang

masuk kategori usia diatas 50 tahun berjumlah 4 orang (3 orang

laki-laki dan 1 orang perempuan). Tingkat pendidikan Pengurus

juga beragam, Pengurus yang masuk kategori pendidikan SMP-

SMA berjumlah 6 orang (2 orang laki-laki dan 4 orang

perempuan), pendidikan D1-D3 berjumlah 2 orang (hanya 2

orang laki-laki), dan pendidikan S1-S2 berjumlah 4 orang (3

orang laki-laki dan 1 orang perempuan). Pengurus memulai

pelayanan pada usia yang berbeda-beda, Pengurus yang memulai

Page 48: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

32

pelayanan antara usia 10-20 tahun berjumlah 6 orang (2 orang

laki-laki dan 4 orang perempuan), antara usia 21-30 tahun

berjumlah 5 orang (4 orang laki-laki dan 1 orang perempuan), dan

antara usia 31-40 tahun berjumlah 1 orang (hanya 1 orang laki-

laki).

Tugas pelayanan merupakan tugas setiap orang yang lahir

di dunia ini dengan mempunyai suatu talenta (pembawaan)

alamiah yang Tuhan percayakan (Senduk 1989). Setiap orang

yang lahir baru oleh iman kepada Yesus Kristus mempunyai

suatu talenta (karunia) rohani (Roma 12: 3). Menurut Wiersbe

dan Wiersbe (2011) mengungkapkan 10 kekuatan pelayanan yang

Alkitabiah yaitu: (1) Fondasi pelayanan adalah karakter atau

kepribadian; (2) Sifat alami pelayanan adalah melayani bukan

dilayani; (3) Motivasi pelayanan adalah kasih bukan uang atau

kekuasaan; (4) Ukuran pelayanan adalah pengorbanan bukan

kesuksesan; (5) Otoritas pelayanan adalah penundukan atau

ketaatan dan bukan kepangkatan; (6) Tujuan pelayanan adalah

kemuliaan Allah bukan kemuliaan diri; (7) Alat pelayanan adalah

firman Tuhan dan doa; (8) Keistimewaan pelayanan adalah

pertumbuhan kualitas bukan hanya pertumbuhan kuantitas; (9)

Kuasa pelayanan adalah Roh Kudus bukan acara atau kegiatan;

dan (10) Teladan pelayanan adalah Yesus Kristus.

Pada Lampiran 2 menunjukkan data pribadi Pengurus GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa terkait jenis kelamin, usia, pekerjaan, awal

melayani Tuhan, serta apakah Pengurus pernah mengikuti

Sekolah Alkitab atau tidak. Di dalam sebuah pelayanan, Tuhan

tidak pernah memandang manusia baik dari latar belakang

Page 49: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

33

keluarga, pendidikan, pekerjaan, serta usia, karena yang dilihat

Tuhan adalah kemauan, kesungguhan, serta sikap hati kita kepada

Tuhan untuk mau dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya. Tuhan

juga melihat kesetiaan hati kita dalam melayani Tuhan. Ketika

kita setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakan

kepada kita perkara yang lebih besar (Lukas 16: 10). Berikut

pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus Raditya

Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Sebetulnya background saya adalah seorang pedagang.

Hanya saja saya rindu menyenangkan hati Tuhan sesuai

dengan kapasitas saya sebagai seorang pedagang.

Awalnya saya hanya ikut mengkoordinir kegiatan-

kegiatan pelayanan misalnya Paskah dan Natal,

mengundang teman-teman hamba Tuhan yang ada di

pedesaan, dikumpulkan, kemudian dipanggilkan

pembicara-pembicara dan setelah itu mereka dibekali

seperti buku-buku rohani, pakaian untuk pelayanan,

karena kami menyadari bahwa mereka kurang

informasi”.

Sesuai dengan pasal 3 ayat 4 dalam buku Tata Gereja GBI

menjelaskan bahwa “Gembala Jemaat berwenang untuk

menentukan kebijakan-kebijakan pada Jemaat Lokal yang

dipimpinnya, sepanjang tidak bertentangan dengan Firman

Tuhan dan atau Tata Gereja GBI”. Kebijakan-kebijakan yang

dibuat salah satunya adalah menyangkut persiapan yang perlu

diperhatikan sebelum menjadi pelayan Tuhan. Dalam buku saku

pelayanan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa tahun 2015 disampaikan

bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan atau disiapkan untuk

menjadi pelayan Tuhan yaitu: (1) Sudah dibaptis secara selam.

Dalam pengakuan iman GBI yang terdapat dalam buku Tata

Page 50: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

34

Gereja GBI (2014) menyatakan bahwa: “Setiap orang yang

bertobat harus dibaptis secara selam dalam Nama Bapa, Anak

dan Roh Kudus, yaitu dalam Nama Tuhan Yesus Kristus”.

Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan

bahwa baptisan air adalah salah satu sakramen gerejawi sejak

awal abad pertama. Dalam perkembangan pengajaran Gereja

terdapat perbedaan antara Gereja Roma Katolik yang

melaksanakan tujuh sakramen yaitu Baptisan, Air, Eukaristi,

Pernikahan, Perminyakan, Penguatan, Pengakuan Dosa, dan

Imamat. Sedangkan GBI merupakan Gereja Protestan yang

melaksanakan dua sakramen saja yaitu Baptisan Air dan

Perjamuan Kudus. Dalam Matius 28: 18-20 dan Markus 16: 15-

18 merupakan perintah dari Amanat Agung yaitu Yesus Kristus

untuk melakukan pembaptisan. Baptisan adalah tindakan iman

bahwa kehidupan lama dengan seluruh dosa kita dikuburkan

bersama kematian dan penguburan Yesus Kristus dan

dibangkitkan bersama dengan Kristus oleh kemuliaan Allah dan

memperoleh hidup baru di dalam Yesus Kristus.

(2) Melayani pekerjaan Tuhan sesuai dengan

talenta/karunia; (3) Mempelajari, mengetahui, menguasai

bidangnya dengan baik sehingga bisa memberi yang terbaik bagi

Tuhan; (4) Bisa melayani sesuai dengan Prinsip “Kerajaan Allah”

dalam pelayanan maupun dalam hidupnya, bukan hanya rapi,

teratur saja, tetapi juga hidup berkenan di hadapan Tuhan; (5)

Menurut kepada aturan yang sudah ditetapkan, karena pelayanan

pekerjaan Tuhan adalah kerja tim maka dibutuhkan kesediaan

setiap orang yang terlibat di dalamnya untuk memperhatikan

Page 51: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

35

aturan-aturan yang berlaku seperti: (a) Menghormati koordinator

atau ketua bidang yang sudah ditunjuk; (b) Mengikuti pertemuan

doa, latihan dan persiapan pelayanan yang sudah dijadwalkan

bersama dengan tepat waktu; (c) Memberitahukan kepada

koordinator apabila berhalangan saat bertugas (minimal 2 hari

sebelumnya); dan (d) Mengenakan seragam yang sudah

ditetapkan bersama;

(6) Menjaga dan meningkatkan kesatuan dan kekompakan

dengan saling bekerjasama yaitu saling menghargai, menghormati

satu dengan yang lain, sehati, sepikir satu jiwa dengan satu tujuan

sehingga hidup dan pelayanannya semakin berdampak bagi

kemuliaanNya; (7) Terbuka kepada teguran atau masukan dari

koordinator atau siapapun yang berguna untuk kemajuan

pelayanan. Kerendahan hati dan penundukan diri harus ada dalam

diri setiap pelayan Tuhan; serta (8) Kemauan dan kesediaan untuk

belajar meningkatkan kemampuan (skill) dalam pelayanan di

bidangnya baik secara pribadi atau melalui pengarahan dari

Bapak Gembala/ Pengurus, seminar, klinik musik, dan lain

sebagainya.

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt.

Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa terkait persyaratan dalam memulai melayani Tuhan:

“Ketika mengangkat seseorang untuk menjadi Pengurus

secara umum saya akan melihat integritas hidupnya, cara

berbicara, kerendahan hatinya, dan tidak sewenang-

wenang. Artinya kalau saya sudah memberikan tugas

kepada seseorang, saya akan menilai dari jauh dan

bertanya kepada orang dekat yang ada di sekitarnya.

Selain itu, penilaian secara khusus yaitu dilihat

Page 52: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

36

kerohaniannya. Kriteria seseorang untuk pelayanan yaitu

lahir baru. Lahir baru itu artinya hidupnya berbuah.

Buah hidup itu hasil melakukan firman. Dalam Galatia 5:

19-20 menjelaskan hidup yang dipimpin Roh atau

dipimpin daging. Kalau hidupnya dipimpin Roh pasti

menghasilkan buah (ayat 22)”.

Berdasarkan buku Penyuluh GBI (2016), dalam melayani

Tuhan GBI tidak mensyaratkan bahwa seseorang harus mengikuti

Sekolah Alkitab atau Sekolah Theologia seperti yang menjadi

persyaratan Gereja-Gereja lain. GBI mensyaratkan seseorang

menjadi Gembala apabila dia dapat memenangkan jiwa dan bisa

membangun Gereja. Tetapi GBI sadar bahwa semangat pelayanan

saja tidak cukup. Untuk itu diperlukan juga berbagai keterampilan

untuk meningkatkan pelayanan. Pada Pasal 2 dalam Buku Tata

Gereja GBI (2014) terkait Syarat Jemaat Lokal menyatakan

bahwa:

“Pasal 2 ayat 1: Memiliki anggota Jemaat yang terdiri

dari sekurang-kurangnya 12 (dua belas) orang yang

dibaptis secara selam dan berbakti secara tetap di Jemaat

tersebut”.

“Pasal 2 ayat 2: Memiliki alamat yang jelas”.

“Pasal 2 ayat 3: Digembalakan oleh seorang pejabat

Gereja Bethel Indonesia“.

“Pasal 2 ayat 4: Memiliki Pengurus Jemaat lokal”.

“Pasal 2 ayat 5: Telah dilaporkan dan didaftarkan

kepada BPD dan BPH”.

Dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) menjelaskan

mengenai pengertian Jemaat Gereja, anggota Gereja, dan Pejabat

Gereja yaitu sebagai berikut:

“Pasal 6 tentang Jemaat Gereja: “Jemaat Gereja ialah

persekutuan orang percaya yang telah menerima Yesus

Page 53: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

37

Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat serta dibaptis

secara selam yang digembalakan seorang pejabat Gereja

Bethel Indonesia dan bersifat otonom.”

“Pasal 7 tentang Anggota Gereja: “Anggota Gereja ialah

orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus

sebagai Tuhan dan Juruselamat serta beribadah secara

teratur pada jemaat lokal.”

“Pasal 8 tentang Pejabat Gereja: “Pejabat Gereja ialah

seorang yang dilantik oleh Gereja Bethel Indonesia

sebagai Pendeta disingkat Pdt., Pendeta Muda disingkat

Pdm., dan Pendeta Pembantu disingkat Pdp., untuk

bertugas dalam pelayanan Gereja”.

Berdasarkan Lampiran 2, dari 12 Pengurus GBI Dr. Cipto

3 Ambarawa yang mengikuti Sekolah Alkitab hanya 2 orang (1

orang laki-laki dan 1 orang perempuan), pendalaman Alkitab

hanya 1 orang laki-laki serta 9 orang lainnya (5 orang laki-laki

dan 4 orang perempuan) belum pernah melakukan Sekolah

Alkitab. Hanya saja untuk meningkatkan pelayanan, Pengurus

mengikuti kegiatan seminar, workshop, dan pelatihan-pelatihan.

Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus

Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa:

“GBI tidak mengharuskan seseorang Sekolah Alkitab.

Kebetulan saya tidak punya background theologia. Tetapi

kalau ingin menjadi Pendeta harus melalui sebuah ujian-

ujian. Dalam ujian itu kita belajar materi-materi yang

ada di Sinode GBI. Dari ujian tersebut kemudian baru

dinyatakan lulus. Awal mulanya menjadi Pendeta

Pembantu (Pdp) harus melalui ujian selama 3 tahun,

kemudian selama 4 tahun lagi diuji untuk meningkat

menjadi Pendeta Muda (Pdm), dan terakhir diuji selama 3

tahun lagi untuk menjadi Pendeta Tetap (Pdt). Jadi,

melalui proses menjadi Pendeta kurang lebih adalah 10

Page 54: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

38

tahun. Tentunya dengan perjalanan menuju kesana pasti

ada banyak pengalaman, tanggung jawab, persoalan

masalah dan bagaimana cara mengatasinya”.

Dalam buku Tata Gereja GBI (2014) menyatakan bahwa

Pengurus GBI dipanggil oleh Allah dalam memenuhi Amanat

Agung Tuhan Yesus Kristus untuk memberitakan injil bagi segala

bangsa (Matius 28: 19-20) dengan kuasa Roh Kudus (Kisah Rasul

1: 8), berlandaskan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

(II Timotius 3: 16) dan berpedoman pada Pengajaran Dasar dan

Tata Gereja. Setiap orang yang telah diselamatkan dari

perhambaan dosa dan kebinasaan oleh iman kepada Tuhan Yesus

Kristus, selanjutnya harus mengalami pertumbuhan rohani

(Kolose 3: 10) dan aktif dalam kehidupan berjemaat serta

diperlengkapi untuk membangun tubuh Kristus (Efesus 4: 12).

Menyadari hal tersebut, Pengurus GBI berperan dalam

membangun karakter dan mendewasakan setiap anggota jemaat

agar menjadi hamba kebenaran sehingga menjadi serupa dengan

Kristus (Roma 6: 19; 8: 29). Dalam mewujudkan hal tersebut,

GBI berperan mewujudkan praktik akuntabilitas dalam bentuk:

Kesaksian (Marturia), Persekutuan (Koinonia), Peribadatan

(Leiturgia), Pelayanan (Diakonia), Pemuridan (Didaskalia),

Penggembalaan (Poimenoia), dan Penatalayanan (Oikonomia).

Dalam hal ini GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki

Pengurus baik yang terlibat dalam GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

secara umum maupun bidang kategorial yang dilakukan secara

rutin seperti bidang anak (ABI), bidang pemuda dan remaja

(Heavy), bidang dewasa muda (DMBI), dan bidang wanita (WBI)

Page 55: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

39

berdasarkan kategori usia agar tujuan pelayanan yang dilakukan

lebih tepat kepada sasaran. Selain itu, Pengurus bidang internal

yang turut mendukung kegiatan pelayanan internal GBI Dr. Cipto

3 Ambarawa serta bidang eksternal yang terkait dengan bidang

sosial untuk mendukung kegiatan Misi GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa. Pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus

Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa:

“Dalam Alkitab menjelaskan tentang Tubuh Kristus (1

Korintus 12: 12-27) yaitu tidakkah engkau tahu bahwa

kamu itu tubuh dan di dalam tubuh itu ada banyak organ.

Jangan memandang ada organ yang penting dan tidak

penting karena semuanya penting. Kalau semua

menyadari hal ini bahwa semua organ berfungsi dengan

baik maka hal ini akan membawa dampak bagi pekerjaan

Tuhan secara utuh”.

PRAKTIK AKUNTABILITAS SPIRITUAL PENGURUS

GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA

Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa Dalam Wujud Marturia

Praktik pelayanan yang pertama perlu dipersiapkan kalau

hidup di dalam pertobatan dengan cara melakukan kesaksian

(marturia). Marturia bermakna kesaksian, bersaksi, memberi

kesaksian secara benar dan tepat tentang hal-hal yang pernah

dilihat dan didengar, menceritakan realitas yang sebenarnya,

mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan peristiwa

Page 56: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

40

yang dialami sebelumnya. Setidaknya bersaksi menyampaikan

perubahan hidup itu merupakan sebuah kesaksian diawali dengan

kehidupan pertobatan yang nantinya akan menghasilkan buah-

buah kehidupan dari kehidupan dan perkataan, sehingga

menimbulkan kesaksian bagi orang lain. Berikut pernyataan yang

disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba selaku

Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Tugas kesaksian merupakan tugas semua orang percaya tidak

dibatasi Pendeta atau Pelayan Tuhan tetapi semua orang

percaya punya kewajiban untuk bersaksi dalam menggenapi

amanat agung-Nya. Kesaksian itu sebetulnya pengalaman

pribadi yang dibagikan ke orang lain. Jadi marturia ini

sebetulnya merupakan khotbah yang hidup bukan teori karena

berdasarkan pengalaman pribadi. Namun masalahnya kenapa

sudah mengalami kasih dan kebaikan Kristus tetapi tidak mau

bersaksi? berarti ada yang kurang baik di dalam hatinya. Ini

adalah tugas saya untuk terus mendorong, membuka hati, dan

memotivasi Jemaat”.

Dalam pengakuan iman GBI yang terdapat dalam buku

Tata Gereja GBI (2014) menyatakan “Aku percaya bahwa:

Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman

Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus”. Dalam buku Pengajaran

Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa Allah memberikan

Alkitab, sebuah buku petunjuk (manual) agar dengan mentaatinya

manusia memiliki keselamatan dan kehidupan yang sepenuhnya,

yang sesuai dengan desain Allah. Alkitab merupakan Firman

Allah yang memiliki otoritas dari Allah. Otoritas Alkitab ini

berarti bahwa: (1) Alkitab tidak mungkin salah karena Alkitab

Page 57: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

41

merupakan karya Allah dan Allah sumber kebenaran dan segala

yang benar; (2) Alkitab adalah penyataan Allah. Dalam hal ini

Kristus menyatakan diri-Nya melalui Alkitab: (3) Alkitab

mencapai maksud dan tujuan utamanya yaitu keselamatan

manusia. Mentaati Alkitab sama dengan mentaati Allah yang

telah memberikan anak-Nya Kristus, bagi keselamatan manusia;

(4) Alkitab menjamin Allah mau dan berkuasa memenuhi segala

janji yang tertulis di dalamnya. Dalam Alkitab tertulis segala janji

dan penyataan bahwa Allah yang akan menggenapi janjiNya; (5)

Alkitab adalah cukup, tidak perlu menambah ataupun

menguranginya. Alkitab mampu menjawab setiap kebutuhan

manusia akan Allah dan segala pertanyaan engenai kehendak-Nya

bagi manusia; serta (6) Alkitab adalah terang sehingga manusia

tidak akan berjalan dalam kegelapan. Tidak ada kehidupan yang

lebih baik bagi manusia daripada yang ditawarkan Alkitab.

Sebelum melakukan tugas kesaksian Pengurus

mempersiapkan diri dengan membaca Alkitab/firman Tuhan dan

berdoa terlebih dahulu seperti yang dinyatakan dalam Lampiran

3. Berdoa dan membaca firman Tuhan dilakukan Pengurus setiap

hari dengan melakukan saat teduh. Pengurus melakukan saat

teduh pada saat pagi hari sebelum melakukan aktivitas. Selain itu,

berdoa dan membaca firman Tuhan juga dilakukan oleh Pengurus

pada malam hari sebelum tidur sekaligus dengan merenungkan

hal-hal apa saja yang sudah dilakukan pada hari tersebut yang

berguna bagi hidup orang lain. Karena pada dasarnya kesaksian

itu tidak terbatas di dalam gedung Gereja melainkan dimanapun

dan dengan siapapun kita berada kesaksian itu dapat dilakukan.

Page 58: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

42

Tujuannya adalah kesaksian yang diberitakan tersebut

dapat mengena di dalam kehidupan Jemaat dan melalui kesaksian

yang diberitakan Jemaat dapat termotivasi untuk nantinya

bersaksi bagi orang lain. Dalam bentuk khotbah Pengurus dapat

memberi kesaksian tetapi lebih dari itu kehidupan Pengurus

adalah khotbah yang hidup. Allah mengutus anak-Nya Yesus

Kristus, Kristuspun mengutus murid-murid-Nya ke dalam dunia

(Yohanes 20: 21), supaya kabar keselamatan (Injil)

diproklamirkan. Tugas ini diberikan Allah kepada setiap orang

yang percaya dengan karunia masing-masing, agar dapat

diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan. Berikut pernyataan

dari Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang

Lansia sekaligus salah satu Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

terkait dengan persyaratan sebelum melakukan tugas kesaksian:

“Syarat pertama yaitu harus lahir baru, mengalami

perjumpaan dengan Tuhan Yesus secara pribadi,

Kemudian terkait lahir baru ini dilihat dari sisi

pengalamannya dengan Tuhan. Lahir baru juga dilihat

dari sudut kehidupan secara pribadi mengalami

perubahan di dalam Tuhan walaupun itu tidak harus

100% tetapi mulai terlihat dan perubahan itu juga

merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus.

Kemudian harus dipenuhi dengan Roh Kudus. Dipenuhi

oleh Roh Kudus dalam arti karya Roh Kudus, buah-buah

Roh Kudus itu nampak dalam kehidupannya dipimpin

oleh Roh Kudus. Sebab tanpa Roh Kudus maka kesaksian

kita mungkin hanya mengandalkan kekuatan sendiri.

Sedangkan dalam Firman Tuhan berkata bahwa Roh

Kudus itu akan memimpin apa yang harus kita ucapkan,

juga bila kita mengatakan kebenaran Firman Tuhan itu

betul-betul dipimpin oleh Roh Kudus. Kemudian karya

Tuhan khususnya karya keselamatan itu akan betul-betul

nampak dalam kehidupan kita”.

Page 59: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

43

Namun di dalam bersaksi ini bukanlah hal yang mudah untuk

dilakukan. Kendala dalam bersaksi dapat terjadi karena faktor

internal maupun eksternal. Berdasarkan Lampiran 3 hampir

keseluruhan Pengurus mengatakan bahwa kendala di dalam

bersaksi adalah takut. Takut apabila ditanggapi dengan negatif

oleh orang lain pada saat bersaksi dan kemudian diserang balik.

Selain itu, takut apabila kesaksian yang diucapkan dianggap

kesaksian yang fiktif. Dalam hal ini kendala yang dihadapi

Pengurus merupakan kendala karena faktor internal. Menurut

Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang

lansia sekaligus salah satu Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

terkait penjelasan faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

“Kendala yang pertama itu misalnya dari diri sendiri.

kadang ada rasa takut, rasa sungkan. Kemudian kendala

yang kedua adalah faktor eksternal atau faktor dari luar.

Dengan adanya peraturan-peraturan yang melenceng,

peraturan-peraturan baru, pemerintahan lokal setempat

atau dari masyarakat, pemerintah pusat itu menjadi

kendala yang cukup besar dan cukup berat. Sehingga itu

juga tidak mudah bagi kita untuk bersaksi. Kemudian

adanya doktrin dari agama lain yang sudah membatasi

untuk umat mereka sebisa mungkin tidak berhubungan

dengan orang Kristen. Dan juga doktrin-doktrin mereka

yang juga akan membuat supaya mereka menjauhi kita.

Kalau kendala secara langsung ketika mempraktikkan

kesaksian itu adalah ada orang yang tidak memberikan

respon yang positif, dengan cara merendahkan itu pernah

saya alami. Misalnya ketika diajak berbicara

tanggapannya tidak suka, atau ketika masuk rumah orang

itu terlihat seperti menerima tapi sesungguhnya

menolak”.

Page 60: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

44

Dalam bidang kategorial seperti ABI, Heavy, DMBI, dan

WBI yang diadakan rutin setiap satu minggu sekali kesaksian

dilakukan dengan berbagai cara yang menarik dan variatif. Dalam

bidang anak (ABI) kesaksian dilakukan melalui teladan guru-guru

sekolah minggu melalui tingkah laku dan perkataan, serta dapat

juga disampaikan ketika firman Tuhan disampaikan kepada anak-

anak. Sehingga anak akan termotivasi untuk menghidupi firman

tersebut dan harapannya adalah kehidupan anak-anak dapat

menjadi kesaksian baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah,

masyarakat, dan dimanapaun anak berada.

Dalam bidang pemuda dan remaja (Heavy) kesaksian

dilakukan dengan cara pembagian kelompok. Di dalam kelompok

tersebut masing-masing anggota pemuda dan remaja secara

bergantian menceritakan tentang pertolongan Tuhan, mujizat

Tuhan yang pernah dialami. Hal ini mendorong anggota pemuda

dan remaja untuk berani bersaksi dimanapun mereka berada.

Dalam bidang dewasa muda (DMBI) kesaksian tidak

dijadwalkan secara rutin, memang tidak ada waktu secara khusus

untuk meminta anggota DMBI bersaksi. Namun dalam

penyampaian firman dari pembicara atau dari pemimpin acara itu

dibuat variatif dengan cara yaitu group sharing, Dalam sharing

tersebut menyesuaikan dengan tema khotbahnya kemudian

dikaitkan atau dimasukkan kedalam group sharing tersebut. Jadi

anggota DMBI bisa sedikit banyak bersaksinya bercerita hal-hal

yang berkaitan dengan tema yang diberikan tentang firman saat

itu.

Page 61: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

45

Dalam bidang wanita (WBI) secara rutin mempersilakan

para wanita yang hadir untuk bersaksi. WBI menanamkan suatu

metode yaitu para wanita diarahkan untuk membaca firman

Tuhan dan bersaat teduh, membangun hubungan pribadi dengan

Tuhan, kemudian dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan

pada hari jumat secara bergantian akan melakukan kesaksian. Jadi

kesaksian yang dibagikan merupakan kesaksian yang hidup dan

nyata berdasarkan pengalaman pribadi bersama dengan Tuhan

dan bukan hanya fiktif belaka.

Dari beberapa bidang kategorial yang secara rutin

diadakan setiap minggu serta bidang lainnya yang ada di GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa, Pengurus juga menyadari bahwa bersaksi

bukan merupakan hal mudah. Jika itu dilakukan dengan sesama

orang Kristen akan secara otomatis Pengurus bisa

menyampaikannya tetapi jika kesaksian tersebut dibagikan

kepada orang yang belum mengenal Tuhan termasuk orang yang

ada diluar agama Kristen maka kesaksian mengenai kasih dan

kebaikan Kristus itu menjadi kendala dalam hidup Pengurus. Hal-

hal yang sering dialami Pengurus bidang adalah perasaan takut

bagaimana jika salah bicara, minder, gugup, tidak cakap dalam

berbicara dan lain sebagainya.

Namun, ada salah satu informan yang memberikan

pernyataan terkait kesaksian yaitu Ibu Imelda Handayani sebagai

salah satu Penatua GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Kalau kesaksian itu saya tidak pernah takut karena saya

selalu berdoa kepada Tuhan. Kalau Tuhan mengijinkan

saya ini melayani baik menjadi pelayan mimbar ataupun

kesaksian, Tuhan itu harus memberikan satu kemampuan.

Page 62: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

46

Tuhan itu harus selalu mengingatkan supaya dalam setiap

kesaksian itu tidak ada kebohongan. Jadi saya tidak takut

ditertawakan orang karena apa yang saya ceritakan itu

benar-benar suatu realita kehidupan yang saya alami”.

Dari pernyataan Informan diatas dapat disimpulkan bahwa

dalam kesaksian tidak perlu merasa takut ataupun malu karena di

dalam bersaksi itu Tuhan yang memampukan dan menyertai

sehingga tidak ada suatu kebohongan ataupun kesaksian yang

disampaikan hanya sekedar fiktif. Selain itu, kesaksian yang

diberitakan bukan merupakan kesaksian hidup orang lain, namun

kesaksian hidup pribadi sehingga Pengurus tahu betapa baiknya

Tuhan dalam hidup Pengurus, serta mujizat yang Tuhan kerjakan

dalam kehidupan Pengurus. Sehingga kesaksian yang

disampaikan menjadi kesaksian yang hidup yang dapat

berdampak, menguatkan dan menjadi berkat bagi hidup Jemaat

dan orang lain yang mendengar setiap kesaksian Pengurus.

Hasil dari Pengurus melakukan tugas kesaksian adalah

Jemaat yang bersedia untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juru

Selamat dalam hidup melalui pembaptisan seperti yang terdapat

pada Lampiran 18. Sebelum melakukan pembaptisan, Jemaat

melakukan kegiatan katekisasi pembaptisan yang dilaksanakan

sebanyak 3 kali sesuai jadwal yang ditetapkan dengan dipimpin

oleh Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th. Pada tahun 2015 GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa melakukan pembaptisan kepada 17 orang

yang terdiri dari 6 orang pria dan 11 orang wanita. Jemaat yang

dibaptis pada bulan Februari sebanyak 8 orang, bulan Agustus

sebanyak 6 orang, bulan Oktober 1 orang, dan bulan November 2

Page 63: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

47

orang. Pembaptisan ini keseluruhan dilakukan oleh Bapak Pdt.

Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa. Setelah dibaptis maka Jemaat tersebut dapat disebut

sebagai anggota Gereja dan sekaligus sebagai anggota Jemaat

Baptisan seperti yang tercantum dalam Buku Tata Gereja GBI

(2014) pada bagian Tata Dasar GBI Pasal 7:

“Anggota Gereja ialah orang percaya yang telah

menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat

serta beribadah secara teratur pada Jemaat lokal”.

Pasal 12 ayat 1 Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian Tata

Tertib menyatakan terkait anggota Jemaat Baptisan:

“Anggota Jemaat Baptisan ialah mereka yang telah

dibaptis secara selam sesuai dengan pengakuan iman

Gereja Bethel Indonesia dan telah terdaftar sebagai

anggota Jemaat lokal”.

Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa Dalam Wujud Koinonia

Menurut Senduk (1989) dalam buku Pedoman Pelayan

Pendeta Jilid 2 mengungkapkan bahwa Jemaat yang hidup adalah

Jemaat yang mempunyai kehidupan doa. Semua Pengurus yang

ada di dalam Gereja serta semua Jemaat seharusnya turut serta

dalam doa yang diadakan (Kisah Para Rasul 1:14). Berdasarkan

Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI Pasal

5 terkait Jenis Kebaktian Jemaat Lokal bahwa:

“Gereja Bethel Indonesia memiliki jenis kebaktian yaitu:

Kebaktian Umum; Kebaktian Hari Raya Gerejawi;

Kebaktian Kategorial: Kebaktian Anak, Kebaktian

Remaja, Kebaktian Pemuda, Kebaktian Dewasa Muda,

Page 64: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

48

Kebaktian Wanita, Kebaktian Pria, Kebaktian Lanjut

Usia; dan Kebaktian lain yang diadakan berdasarkan

kebutuhan seperti: Kelompok Sel, Ucapan Syukur,

Penghiburan”.

Persekutuan yang dilakukan oleh Pengurus GBI Dr. Cipto

3 Ambarawa adalah 8 jenis persekutuan seperti yang terdapat

dalam Lampiran 4, terdiri dari persekutuan Kelompok Tumbuh

Bersama (KTB) setiap hari Rabu pukul 18.30 di wilayah masing-

masing dengan dipimpin Ketua KTB yang sudah ditunjuk,

Persekutuan doa umum dan pelayan Tuhan setiap hari Jumat

minggu kedua dan keempat pukul 19.00, Persekutuan doa yang

diadakan setiap hari Senin-Sabtu pukul 05.00-06.00, persekutuan

doa setiap hari Selasa pukul 10.00, persekutuan doa pada hari

Selasa setelah diklat ketua KTB pukul 19.30, serta persekutuan

doa setiap hari Sabtu pukul 10.00. Setiap minggunya persekutuan

yang diadakan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dilakukan

secara rutin sebanyak 10 kali pada minggu pertama, ketiga, dan

jika ada minggu kelima, serta sebanyak 11 kali pada minggu

kedua dan keempat. Untuk ucapan syukur dan penghiburan

dilaksanakan sesuai kebutuhan saja.

Di dalam persekutuan yang diadakan, Jemaat dilatih untuk

memuji, menyembah Tuhan, sekaligus berdoa syafaat. Di dalam

pujian kita bersorak-sorai dan bersukacita memuliakan Tuhan,

memuji kebaikan-Nya, serta bersyukur kepada-Nya. Di dalam

pujian pula ada suatu unsur pewartaan kebaikan Tuhan. Di dalam

pujian kita tidak takut-takut untuk mewartakan kehadiran dan

kebaikan Tuhan (Mazmur-Mazmur pujian dalam Kitab Suci).

Page 65: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

49

Memuji Tuhan adalah terbuka sepenuhnya kepada Roh Kudus,

bersukacita dalam Roh, tidak mengikatkan diri kepada aturan-

aturan yang kaku. Akan tetapi, Roh Kudus adalah Roh yang tertib

dan teratur. Dia adalah Roh yang dinamis, tetapi tidak berlebih-

lebihan. Di dalam pujian kita hadir di hadapan Tuhan

menyerahkan hati yang letih lesu dan berbeban berat sehingga

ratapan kita diubah menjadi tari-tarian dan kidung duka kita

diubah menjadi nyanyian kesukaan (Mazmur 30: 12).

Penyembahan lebih bersifat batiniah dibandingkan dengan

pujian. Penyembahan berarti memasuki suatu kemesraan dengan

Tuhan. Meskipun pujian maupun penyembahan memiliki sifat

pewartaan, penyembahan lebih bersifat hubungan vertikal, relasi

antara saya dan Tuhan. Penyembahan melibatkan pula emosi dan

perasaan yang terdalam, tetapi itu tidak berarti kehilangan kontrol

atas diri. Selanjutnya, doa syafaat dengan berdoa untuk orang

lain, pergumulan-pergumulan yang dinaikkan kepada Tuhan

seperti berdoa untuk Pelayan Tuhan dalam Gereja, Bangsa dan

Negara, dan lain sebagainya. Allah memanggil kita untuk menjadi

pendoa syafaat. Keinginan Allah adalah bahwa setiap orang percaya

aktif dalam doa syafaat. Betapa indah dan tingginya hak yang kita

miliki untuk bisa datang dengan penuh keberanian ke hadapan takhta

Allah yang Mahakuasa dengan doa dan permohonan kita.

Berikut pernyataan Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th

sebagai salah satu Pejabat Gereja di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Yang pertama adalah kita menyampaikan kebenaran

Firman Tuhan tentang berdoa syafaat dan memuji dan

menyembah Tuhan kita sampaikan terlebih dahulu. Dan

Page 66: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

50

di dalam kebenaran Firman Tuhan itu pertama-tama

menjelaskan terkait pentingnya atau tujuannya berdoa

syafaat serta pujian dan penyembahan itu apa, kemudian

dampak yang dihasilkan kalau kita sungguh-sungguh

melakukan doa syafaat dan pujian penyembahan itu apa.

Yang kedua adalah orang-orang kunci dalam gereja atau

yang masuk dalam kepengurusan atau yang sudah terlibat

dalam pelayanan itu harus menunjukkan terlebih dahulu.

Kalau secara umum memberikan teladan dahulu bahwa

kita sudah mulai masuk disitu, mulai terlibat disitu.

Kemudian bergairah, antusias dalam doa syafaat, dalam

pujian penyembahan. Kalau orang-orang kunci ini

sungguh-sungguh terlibat dalam doa syafaat, dalam

pujian penyembahan, antusias di kedua hal itu, maka itu

akan menimbulkan api semangat. Kemudian akan

menular, merembet kepada yang lain yaitu Jemaat. Sebab

kalau melihat dari beberapa kebangunan rohani yang

terjadi kuncinya memang 2 kunci utama tadi yaitu doa

syafaat dan pujian dan penyembahan. Dan biasanya yang

melakukannya awal-awalnya itu tidak banyak orang

mungkin hanya 5 atau lebih sedikit dari itu. Bahkan kalau

1 orangpun kalau sungguh-sungguh ada, kalau sungguh-

sungguh melakukannya itu bisa. Tadi semakin banyak

orang semakin sungguh-sungguh dampaknya akan lebih

besar dan pengaruhnya akan lebih cepat. Menurut saya

yang pertama dasar-dasar firman Tuhan itu dan orang-

orang kunci yang terlibat dalam pelayanan antusias itu

akan merembet ke yang lain”.

Sebagai Pelayan Tuhan harus sungguh-sungguh terlibat

dalam pujian dan penyembahan serta doa syafaat agar dapat

menimbulkan api semangat seperti yang dikatakan oleh informan

Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th agar dapat merembet

kepada Jemaat, serta pada saat melayani Tuhan dapat membawa

Jemaat masuk dalam hadirat Tuhan. Persekutuan doa pelayan

Tuhan ini diadakan setiap hari Jumat minggu kedua dan keempat.

Namun belum semua Pelayan Tuhan memiliki kerinduan untuk

Page 67: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

51

hadir bersekutu bersama di dalam pujian penyembahan dan doa

syafaat ini. Sehingga penambahan jumlah orang dalam kelompok

persekutuan belum terlihat ada peningkatan yang nyata.

Selain itu dalam persekutuan KTB dan persekutuan doa

yang lain yang diadakan jumlah penambahannya hanya 1-2 orang

saja, namun tidak secara rutin terjadi. Bahkan yang sudah

berjemaat di GBI Dr Cipto 3 Ambarawa belum bersedia untuk

bergabung di KTB. Hal ini merupakan salah satu kendala di GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa. Hal ini yang sedang dikerjakan oleh

Gembala Sidang Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba untuk

mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kerinduan hati

semua Jemaat. Berikut pernyataan yang disampaikan Bapak Pdt.

Paulus Raditya Praba selaku Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa:

“Kerinduan ini memang sedang saya lakukan untuk

membangkitkan pikiran serta memori Jemaat, namun

selebihnya adalah Karya Roh Kudus. Karena Roh Kudus

saja yang bisa mengerjakan semuanya. Kalau Jemaat

bersedia membuka hati untuk Roh Kudus bekerja dalam

hidupnya pasti dengan sendirinya akan memiliki

kerinduan untuk memuji, menyembah dan berdoa syafaat.

Jadi utamanya kalau disimpulkan adalah Karya Roh

Kudus yang membuat seseorang berbalik dari jalannya

yang jahat menjadi baik. Pendeta itu hanya

mengingatkan. kalau Jemaat membuka hati maka akan

sadar sehingga mau melakukan kewajiban sebagai anak

Tuhan untuk memuji meninggikan dan memuliakan Nama

Tuhan. Jadi Pendeta itu hanya wajib mengingatkan tetapi

selebihnya kita harus tahu bahwa itu adalah Karya Roh

Kudus”.

Di dalam persekutuan yang diadakan tersebut terdapat

nilai-nilai yang ditanamkan oleh Pengurus kepada Jemaat yang

Page 68: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

52

tergabung di dalam persekutuan. Nilai-nilai yang ditanamkan

tersebut terkait dengan hukum kasih yang terdapat dalam Matius

22: 37-40 yaitu bagaimana mengasihi Tuhan dan mengasihi

sesama. Berikut pernyataan Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th

sebagai Ketua Bidang Lansia sekaligus salah satu Pejabat Gereja

di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Nilai yang ditanamkan tentunya firman Tuhan. Dalam

firman Tuhan itu bisa dibagi ke dalam pokok-pokok

utama. Yang pertama adalah pengenalan akan Tuhan

atau Allah akan membuat orang mengerti siapa Allah.

Kemudian kalau mulai mengenal mereka juga akan

semakin rindu untuk bersekutu dengan Tuhan. Nilai-nilai

yang kedua adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan

kehidupan sesama manusia. Ini sesuai dengan prinsip

firman Tuhan yang sudah diambil intinya sendiri oleh

Yesus Kristus yaitu kasihilah Tuhan Allahmu dengan

segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap

akal budimu, dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah

sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jadi nilai-nilai

yang perlu disampaikan dalam persekutuan berbicara

tentang 2 hal ini yaitu kepada Tuhan dan kepada sesama.

Kepada Tuhan adalah pengenalan akan Kristus terkait

sifat, karakter ilahi. Hal ini akan mendorong orang untuk

bersekutu. Kemudian juga kepada sesama manusia kalau

sesuai dengan prinsip firman Tuhan adalah bagaimana

hubungan dengan keluarga, hubungan dengan orang

yang terdekat dengan kita dan yang terdapat di sekitar

kita misalnya dengan orang tua, kemudian berkembang

lebih lagi kepada sahabat tetangga, dll. Itu nilai-nilai

yang perlu ditanamkan. Bagaimana hubungan dengan

Tuhan, orang-orang lingkup keluarga, dalam lingkup

masyarakat, itu yang perlu ditanamkan di dalam

kehidupan Jemaat”.

Dari persekutuan yang telah diadakan Pengurus belum

semua Jemaat merespon secara positif dengan mengikuti setiap

Page 69: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

53

persekutuan yang diadakan. Karena hal ini terkait dengan Karya

Roh Kudus yang bekerja dalam kehidupan Jemaat. Kalau Jemaat

bersedia membuka hati untuk Roh Kudus bekerja dalam hidupnya

pasti dengan sendirinya akan memiliki kerinduan untuk

bersekutu, memuji, menyembah dan berdoa syafaat. Berdasarkan

informasi yang diperoleh, terdapat Jemaat yang tidak bersedia

bergabung di dalam persekutuan dikarenakan takut diberi jadwal

untuk bertugas. Padahal hal ini bertujuan untuk melatih

kehidupan rohani Jemaat (1 Timotius 4: 8) agar Jemaat dapat

bertumbuh dan hidupnya menjadi berkat dimanapun Jemaat

berada.

Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa Dalam Wujud Leiturgia

Menurut Senduk (1989) dalam buku Pelayan Tuhan

menjelaskan bahwa Ibadah Kristen itu berbeda dengan ibadah

non-Kristen karena berdasarkan Injil Matius 18: 19-20

menjelaskan bahwa “Dimana dua atau tiga orang berkumpul di

dalam Nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-tengahnya. Dan kalau

kamu bersatu hati dan satu jiwa memohon sesuatu hal yang

diperlukan maka Bapa Allah yang di Sorga akan

mengadakannya”. Jadi dari ibadah yang diadakan ada Hadirat

Allah yang hidup dan disitulah tiap-tiap orang percaya akan

mendapat segala keperluan hidupnya.

Berdasarkan Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian

Tata Tertib GBI Pasal 5 terkait Jenis Kebaktian Jemaat Lokal

bahwa:

Page 70: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

54

“Gereja Bethel Indonesia memiliki jenis kebaktian

yaitu: Kebaktian Umum; Kebaktian Hari Raya

Gerejawi; Kebaktian Kategorial: Kebaktian Anak,

Kebaktian Remaja, Kebaktian Pemuda, Kebaktian

Dewasa Muda, Kebaktian Wanita, Kebaktian Pria,

Kebaktian Lanjut Usia; dan Kebaktian lain yang

diadakan berdasarkan kebutuhan seperti: Kelompok Sel,

Ucapan Syukur, Penghiburan”.

Ibadah yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa terdiri dari 7 jenis ibadah seperti yang terdapat pada

Lampiran 5 yaitu Ibadah Raya 1 setiap hari Minggu pukul 06.00

dan Ibadah Raya 2 setiap hari Minggu pukul 17.00. Selain itu,

Ibadah Hari Raya Gerejawi yang dilaksanakan sesuai dengan

kalender dengan waktu menyesuaikan. Untuk ibadah raya 1 dan 2

serta Ibadah Hari Raya Gerejawi berada dibawah naungan Bidang

Ibadah. Ibadah bidang kategorial meliputi ibadah bidang anak

(ABI) yang diadakan setiap hari Minggu pukul 09.00, ibadah

bidang pemuda dan remaja (Heavy) yang diadakan setiap hari

Sabtu pukul 17.00, ibadah bidang dewasa muda (DMBI) yang

diadakan setiap hari Senin minggu kedua dan keempat pukul

19.00, serta ibadah bidang wanita (WBI) yang diadakan setiap

hari Jumat pukul 17.00. Untuk ibadah yang diadakan oleh

masing-masing bidang kategorial akan diatur oleh bidang sendiri.

Dalam setiap minggunya ibadah yang diadakan Pengurus

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dilakukan secara rutin sebanyak 5

kali pada minggu pertama, ketiga, dan jika ada minggu kelima,

serta sebanyak 6 kali pada minggu kedua dan keempat. Kecuali

untuk Ibadah Hari Raya Gerejawi dilaksanakan 5 kali dalam

setahun sesuai dengan tanggal yang terdapat pada kalender. Dari

Page 71: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

55

jenis ibadah yang diadakan terdapat 2 Ibadah yang belum

terlaksana di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yaitu Ibadah Pria dan

Ibadah Lanjut Usia.

Susunan dalam liturgi yang diadakan baik ibadah raya

maupun ibadah bidang kategorial meliputi pujian dan

penyembahan, firman Tuhan, pemberian persembahan, dan doa

berkat. Ibadah dalam GBI tidak kaku dan terikat pada liturgi yang

telah dicetak di atas kertas. Sebagai tubuh kristus, dalam tiap

ibadah, anggota-anggota harus dibangunkan dalam imannya (1

Korintus 14:12). Dimana Roh Kudus ada, di situ ada kebebasan

(2 Korintus 3:17). Kita harus bebas dalam ibadah kita, termasuk

bertepuk tangan dan pemakaian alat musik lengkap (keyboard

tunggal atau group band) (Galatia 5:1). Tetapi kemerdekaan itu

tak boleh disalahgunakan (Galatia 5:13). Dalam semua ibadah,

tidak boleh ada kekacauan, tetapi semua harus berjalan dengan

sopan dan teratur (1 Korintus 14:40). Roh kudus harus memimpin

ibadah kita, agar Kristus selalu dipermuliakan (Galatia 5:25,

Yohanes 16:13-14). Unsur dalam ibadah Gereja Bethel Indonesia

pada prinsipnya harus ada: (1) Menyanyi dengan sukacita memuji

Tuhan (1 Tes. 5:16); (2) Berdoa bagi diri sendiri dan bagi orang

lain (1 Tes. 5:17); (3) Mengucap syukur kepada Tuhan dalam

segala hal (1 Tes. 5:18); (4) Menyembah Tuhan dalam Roh (1

Tes. 5:19); (5) Memperhatikan karunia Roh Kudus (1 Tes. 5:20);

(6) Memberitakan Firman Tuhan (2 Tim. 4:2); dan (7) Memberi

persembahan syukur dan perpuluhan (1 Kor. 16:2, Mal. 3:10,

Mat.23:23, 2 Kor. 9:6-7).

Page 72: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

56

Dalam setiap Ibadah Raya yang diadakan terdapat

perbedaan pada minggu pertama yaitu setelah firman Tuhan

dilanjutkan dengan Perjamuan Kudus. Pengakuan iman GBI

kesebelas menyatakan bahwa Perjamuan Kudus dilakukan setiap

kali untuk meneguhkan persekutuan kita dengan Tuhan dan satu

dengan yang lain. Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004)

menjelaskan bahwa sakramen perjamuan kudus sebagai salah satu

anugerah Allah bagi kita. Dengan perjamuan kudus maka

anugerah dan karya Allah lewat korban Yesus di kayu salib akan

lebih kita kenang dan hayati, sehingga pengaktualisasian iman

kita kepada Allah akan lebih berarti. Perjamuan Kudus

mengandung konsep persekutuan kita dengan Allah dan sesama.

Dalam perjamuan kudus kita memperingati karya penebusan

Yesus bagi setiap orang yang percaya. Selain itu, perjamuan

kudus mengajarkan kepada kita untuk selalu mengucap syukur

akan karya keselamatan Allah.

Menurut Senduk (1989) dalam buku Pedoman Pelayanan

Pendeta Jilid 1 memberikan penjelasan bahwa perjamuan kudus

adalah pernyataan kasih Allah kepada kita orang berdosa dalam

hal Kristus telah mati untuk keselamatan kita (Roma 5: 8). Ketika

kita mengerti secara benar apa arti dari Perjamuan Kudus maka

kita akan sangat bersyukur kepada Tuhan, memuji dan

menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran. Berikut

pernyataan informan Bapak Pdp. Yohanes Joko Susilo, S.Pd

sebagai salah satu Pejabat Gereja sekaligus Pelayan Perjamuan

Kudus yaitu terkait makna Perjamuan Kudus:

Page 73: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

57

“Melalui Perjamuan Kudus kita mengingat untuk

pengorbanan Yesus di kayu salib. Jadi di dalam

Perjamuan Kudus itu kita diingatkan 2000 tahun yang

lalu Yesus telah mati bagi kita, darah-Nya dicurahkan,

tubuh-Nya dihancurkan dan ketika mengikuti Perjamuan

Kudus itu kita diingatkan dan didorong untuk mengasihi

Tuhan karena Tuhan sudah mati bagi kita maka kita

harus mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita. Roti

melambangkan tubuh Kristus dan anggur melambangkan

darah Kristus yang sudah disalibkan 2000 tahun yang

lalu”.

Di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa ibadah yang diadakan

bidang kategorial seperti ABI, Heavy, DMBI, dan WBI dibuat

secara bervariasi tidak terbatas harus di dalam gedung Gereja

namun dapat juga diadakan di luar atau dapat pula dilakukan di

rumah Jemaat yang meminta agar ibadah dilaksanakan di rumah

tersebut. Di Bidang ABI pada tahun 2015 ibadah pernah

dilakukan di luar Gereja yaitu di kolam renang dengan tujuan

menjalin keakraban antara anak dengan Guru Sekolah Minggu

juga antar anak. Namun adanya kendala dalam Ibadah Padang

yang dilaksanakan di GMKA pada tanggal 16 Agustus 2015

dikarenakan tempat digunakan untuk peresmian patung Maria

Asumpta.

Di Bidang Heavy, pada bulan April 2015 mengadakan

Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dengan tema “Let’s Rock

This City”. Tujuan Ibadah KKR ini diselenggarakan untuk

memperbaharui kerohanian dan iman dari Jemaat pemuda dan

remaja di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Namun terdapat kendala

doa semalam ceria yang sudah dijadwalkan ternyata tidak jadi

Page 74: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

58

dilaksanakan dikarenakan jadwal yang penuh dan waktu libur

para Pengurus yang tidak bersamaan sehingga menyebabkan

kesulitan Pengurus dalam mempersiapkan acara.

Di Bidang DMBI pada tahun 2015 pernah mengadakan

ibadah di luar dengan menyewa tempat makan. Namun terdapat

kegiatan yang belum dilaksanakan yaitu “Cake for Charity”

dikarenakan bersamaan dengan tanggal pernikahan anggota

Jemaat Gereja. Setelah mencoba dijadwalkan ulang ternyata tidak

memenuhi target peserta sehingga menyebabkan tidak

terselenggaranya acara ini.

Selain itu, di Bidang WBI terdapat kebaktian Anjangsana

yang diselenggarakan dari rumah ke rumah sesuai permintaan

dari Jemaat tersebut. Hal ini menjadikan hubungan antar anggota

WBI menjadi lebih akrab dan lebih dalam hal kekeluargaan

dengan mengadakan ibadah di rumah salah satu anggota Jemaat.

Dalam satu tahun, program acara yang telah diagendakan oleh

Bidang WBI semua dapat terlaksana dengan baik terlihat dari

keakraban, keterlibatan, dan kreatifitas anggota WBI yang terlibat

didalamnya.

Praktik Akuntabilitas Spiritual Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa Dalam Wujud Diakonia

Dalam Penyuluh (2015) dari BPH GBI mendorong

Pengurus Gereja Lokal untuk melakukan diakonia baik itu

diakonia karitatif, development, advokasi, dan transformatif.

Dalam melakukan tugas pelayanan diakonia, Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa melalui bidang-bidang kategorial yang ada

Page 75: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

59

telah mempraktikkan beberapa tingkatan diakonia tersebut yang

dilakukan secara rutin setiap tahunnya seperti yang terdapat pada

Lampiran 6.

Dalam diakonia karitatif, Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa selama tahun 2015 melalui Bidang PI dan Misi telah

melakukan kegiatan yang bersifat sosial dengan cara memberikan

donasi untuk renovasi Gedung GSJA Tanjungsari Ambarawa;

kegiatan Bakti sosial ke LP Ambarawa dengan sasaran adalah

Para Tahanan. Kegiatan Bakti Sosial ini GBI Dr Cipto 3

Ambarawa bekerjasama dengan Badan Kerjasama Antar Gereja

(BKSAG) se-Kecamatan Ambarawa. Pada tahun 2015 GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa mendapat kesempatan untuk melayani

sebanyak 3 kali. Selain itu, kegiatan Bakti sosial bersama Team

Korea di Gentungan dengan sasaran Jemaat Pos PI Gentungan,

dan Bakti Sosial bersama Team Dokter Yayasan Gotong Royong

Ambarawa di Toyogiri dengan cara memberikan pengobatan

gratis, sasarannya adalah Jemaat Pos PI Toyogiri. Berikut

pernyataan Bapak Pdp. Yohanes Joko Susilo, S.Pd sebagai Ketua

Bidang PI & Misi di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Gereja yang terpanggil untuk mengasihi tidak hanya di

dalam lingkup Gereja tetapi juga di luar Gereja. Dalam

bidang PI Misi, kita menyatakan kasih kepada orang-

orang luar mengadakan pengobatan gratis, membantu

Gereja-Gereja yang mengalami kesulitan dalam

membangun gereja maka kita datang untuk membantu

meskipun uang tidak seberapa tapi setidaknya

meringankan Jemaat yang kita bantu tersebut. Kemudian

yang lain yang berkaitan dengan pelayanan kasih ada

pelayanan di Penjara. Kita melayani mereka

mengingatkan mereka tentang kasih supaya ketika mereka

Page 76: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

60

keluar dari Penjara mereka bertobat dan bisa melakukan

pekerjaan yang baik dan hidup di dalam pertobatan. Juga

bagi orang-orang sakit tentunya. Kita melayani misalya

di panti jompo”.

Diakonia karitatif yang dilakukan Bidang Pelmas yaitu

menengok jemaat yang sakit, selain itu pelayanan yang dilakukan

terkait pelayanan kematian. Pada tahun 2015 Jemaat yang

dilayani terkait kematian ini sebanyak 7 orang yang terdiri dari 4

orang pria dan 3 orang wanita. Pelayanan ini ditujukan kepada

Jemaat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Jemaat yang tidak mampu

biaya kematiannya mulai dari peti dan perlengkapan akan

ditanggung oleh GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa.

Selain itu, pelayanan dilakukan dengan memberikan

beras/ beras dan mie instan/ beras dan gula seharga Rp 75.000,00

kepada 16 Jemaat yang kurang mampu setiap satu bulan sekali

pada minggu kedua. Jemaat penerima bantuan sembako terdiri

dari 1 orang pria dan 15 orang wanita. Terkait pelayanan dalam

memberikan beras sasarannya adalah para janda dan lansia yang

kurang mampu yang dinyatakan pada Lampiran 20. Berdasarkan

pernyataan Bapak Daniel Suparjan, BA sebagai Ketua Bidang

Pelmas di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa mengungkapkan:

“Pelayanan di bidang masyarakat itu seperti pelayanan

di bidang kematian dan di bidang diakonia. Pelayanan di

bidang diakonia itu pelayanan kepada orang-orang

miskin, orang-orang yang perlu kita bantu dan juga

pelayanan kepada janda-janda yang perlu dibantu.

Pelayanannya seperti menengok orang sakit, membantu

renovasi rumah yang benar-benar perlu direnovasi,

memberikan bantuan dana penyuluhan untuk mereka

yang membutuhkan. Renovasi pernah diadakan, kemudian

penyuluhan-penyuluhan pernah diadakan lewat Bapak

Page 77: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

61

Gembala. Tapi sebenarnya itu masuk di mission care

namun dengan Pelmas ya ada korelasinya. Lalu di bidang

kematian untuk membantu Jemaat yang mengalami

musibah kematian yaitu yang benar-benar tidak mampu

kita bebaskan. Namun dalam hal ini yang mampu bisa

mengganti biaya yang dikeluarkan Gereja yaitu biaya

peti, bunga, perlengkapan, dan sebagainya. Tetapi Gereja

tidak memaksa untuk mengembalikan, apabila mereka

tidak mengembalikan tidak menjadi masalah. Karena

intinya Pelmas ini memberi dengan cuma-cuma dalam

arti kata kita menerima bantuan dana dari Jemaat pada

persembahan khusus minggu ketiga itu untuk pelmas,

diakonia dan kematian. Jika ada yang meninggal kita

ambilkan dana dari situ secukupnya. Jadi memang pada

intinya kita melayani dari uang Jemaat dan kita

kembalikan kepada Jemaat”.

Selain itu, diakonia karitatif yang dilakukan Pengurus

Bidang DMBI selama tahun 2015 yaitu dengan cara mengecat

jembatan Kali Panjang Ambarawa pada hari valentine dengan

sasaran adalah masyarakat Desa Panjang Ambarawa serta

membagikan nasi bungkus dan air mineral kepada tukang becak,

kusir dokar, tukang parkir di kawasan Pasar Lanang dan beberapa

tukang parkir dan sopir angkot di kawasan sekitar perempatan

Toko Roti Pauline Ambarawa. Berikut pernyataan Sdr. Yohanes

Haryo Mahardhika sebagai Ketua Bidang Dewasa Muda GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa:

“Kalau pengalaman tahun 2015, pelayanan yang pernah

dilakukan DMBI adalah dengan kegiatan aksi sosial

dengan memberikan makan siang dan bantuan air minum

kepada petugas kebersihan di Pasar Lanang Ambarawa

juga petugas parkir di Pasar Lanang Ambarawa dan di

sepanjang jalan Jendral Sudirman dan Brigjend Sudiarto.

Selain itu, aksi sosial yang lain yaitu pelayanan dengan

Page 78: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

62

melakukan pembenahan atau pembersihan perapihan

jembatan Kali Panjang Ambarawa. Jadi kita melakukan

pengecatan, pembersihan sehingga terlihat lebih indah

dan bersih pada sarana umum tersebut”.

Dalam diakonia karitatif ini, terdapat kegiatan yang tidak

dilaksanakan seperti bantuan bencana alam dikarenakan tidak

adanya bencana alam. Oleh sebab itu, dana diakonia dikirim ke

Misi GBI.

Diakonia development dan transformatif di GBI Dr. Cipto

3 Ambarawa dilakukan oleh Tim Bidang Mission Care. Tujuan

yang hendak dicapai yaitu memberikan, memonitor, membimbing

Jemaat yang membutuhkan bantuan dana bergulir untuk usaha

atau meningkatkan pendapatan. Selain itu dalam bidang Mission

Care juga diadakan pelatihan-pelatihan dengan memberikan

pengetahuan kepada Jemaat yang dibimbing untuk dapat

meningkatkan usahanya. Sasaran atau target dalam pelayanan di

bidang mission care ini adalah Jemaat GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa. Pada tahun 2015 jumlah Jemaat yang melakukan

pinjaman dana sebanyak 6 orang seperti yang terdapat pada

Lampiran 21. Pernyataan Ibu Aniek Setyawati sebagai salah satu

Tim Bidang Mission Care di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa sebagai

berikut:

“Mission care sudah berjalan selama 2 tahun ini.

Tujuannya adalah memberi modal kerja kepada Jemaat.

Gereja memberikan atau menyediakan dana melalui

pemberian dana bergulir dan pelatihan keterampilan

untuk meningkatkan nilai jual hasil produksi”.

Namun, dalam Bidang Mission care ini terdapat kendala

yang terjadi. Pertama, terdapat 4 orang Jemaat yang tidak rutin

Page 79: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

63

mengangsur bahkan ketika sudah diingatkan untuk mengangsur

tanpa ada penjelasan kendala atau kesulitan yang dialami. Kedua,

bantuan yang tujuannya membantu Jemaat untuk meningkatkan

ekonomi dan usaha ternyata kurang mengena kepada sasaran

karena Jemaat juga masih terlibat dengan Bank Keliling dan

kemungkinan dana dari Mission Care ini dipergunakan untuk

keperluan lain yang mendesak Ketiga, monitoring dan

pendekatan tidak dapat maksimal dikarenakan kesibukan

Pengurus dan waktu kerja yang tidak menentu. Keempat, bahwa

individu yang pola pikirnya tidak ingin berubah. Dalam artian

tidak ingin berusaha meningkatkan kualitas hasil produksi, cara

pemasaran, dan manajemennya agar meningkatkan nilai jual yang

tinggi.

Diakonia Advokasi di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa belum

pernah melakukan. Berikut pernyataan Bapak Pdt. Paulus Raditya

Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Diakonia Advokasi belum pernah dilakukan. Pernahnya

secara pribadi yang saya tangani adalah masalah

perceraian. Saya juga menganjurkan untuk meminta

bantuan dari LBH UKSW. Tapi ternyata dari LBH sendiri

tidak ada tindakan. Kalau pendampingan kasus rumah

tangga saya langsung terjun misalnya pertengkaran”.

Dalam pelayanan kasih yang telah dilakukan Pengurus GBI Dr.

Cipto selama tahun 2015 yaitu sebanyak 63 kali. Kegiatan yang

telah direncanakan atau diprogramkan pada akhir tahun 2015

terkait dengan kegiatan diakonia ini secara keseluruhan berjalan

dengan baik dan beberapa kegiatan di tahun 2015 dilanjutkan

kembali pada program kerja 2016. Bidang kategorial yang lain

Page 80: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

64

juga sudah melakukan pelayanan, namun dilakukan secara

internal kepada Jemaat yang ada.

Dalam hal pertanggungjawaban Pengurus baik kepada

Kristus maupun Jemaat dan Donatur diwujudkan dalam bentuk

memberikan kesaksian (marturia), mengadakan persekutuan

(koinonia), menyelenggarakan ibadah (leiturgia), serta

memberikan pelayanan kasih (diakonia) baik kepada Jemaat

Setempat maupun kepada masyarakat. Namun dalam hal laporan

pertanggungjawaban tidak dipublikasikan kepada Jemaat, tetapi

kepada Gembala Sidang dan dipresentasikan pada saat rapat

evaluasi tahunan oleh masing-masing bidang. Khusus untuk

Bidang Anak, Pemuda dan Remaja, serta Dewasa Muda juga

memberikan pertanggungjawaban kepada Komisi Pemuda dan

Anak.

Masing-masing bidang mengambil form evaluasi yang

sudah disediakan oleh Sekretariat kemudian bersama dengan

Pengurus Bidang melakukan rapat internal dengan tujuan

mengevaluasi apakah kegiatan yang telah diprogramkan

terlaksana atau tidak juga hasil yang dicapai atau kendala yang

dihadapi. Dari program yang sudah terlaksana maka dapat

diputuskan apakah akan dilanjutkan pada program kerja tahun

berikutnya atau tidak.

Selain itu, Pengurus yang termasuk ke dalam Pejabat GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa bertanggungjawab terkait ajaran yang

tidak menyimpang dari doktrin GBI yang telah diajarkan kepada

Jemaat baik kepada BPD maupun BPH. Agar Pejabat GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan penyelewengan terhadap

Page 81: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

65

ajaran sesuai dengan doktrin GBI, maka dari BPH mengirimkan

surat penggembalaan. Pada bulan September 2015, BPH GBI

mengeluarkan surat penggembalaan dinyatakan pada Lampiran

26. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Pdt. Paulus

Raditya Praba selaku Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa:

“Pertanggungjawaban kepada BPH atau Sinode terkait

kegiatan tidak bisa dimintai pertanggungjawaban sebab

Gereja itu yang pertama adalah otonom, dan kedua

Gereja besar dan Gereja kecil, Gereja besarpun belum

tentu melaksanakan semuanya. Apalagi Gereja perintisan

bagaimana mereka memberikan pelaporan. Jadi, apa

yang dipertanggungjawabkan yaitu ajarannya.

Bagaimana mempertanggungjawabkan ajarannya itu

tidak ada laporannya, yaitu percaya saja pada jemaat

lokal. Hanya saja disertai dengan surat penggembalaan.

Dalam surat penggembalaan itu berisi peringatan jika

ada ajaran yang melenceng. Oleh sebab itu, jangan

melakukannya karena bertentangan dengan firman

Tuhan. Kalau untuk laporannya jangan sampai ajarannya

itu menyeleweng. Bagaimana bisa tahu? ya kalau ada

timbul masalah persoalan, seperti ajaran Pendeta GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa sebelumnya. Hal itu baru

kemudian bisa ditegur. Ditegur itu karena ada laporan

dari Jemaat. Jemaat lapor kepada Pendeta lain, lalu

Pendeta lain lapor kepada BPD, baru kalau BPD tidak

bisa mengatasi laporkan ke Sinode. Sinode itu setara

dengan BPH.

Selain itu berdasarkan pendapat Bapak Pdm. Timotius

Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang Lansia dan sebagai salah

satu Pejabat Gereja menjelaskan akuntabilitas Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa sebagai Gereja Lokal kepada pimpinan

organisasi di tingkat daerah serta tingkat nasional:

Page 82: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

66

“Kalau dalam GBI itu organisasi tertinggi adalah Sinode.

Sinode dibawahnya ada BPD. BPH disini masuk ke dalam

Sinode. Dilihat dari Gereja Lokal dulu, GBI Dr. Cipto 3

itu adalah Gereja Lokal. Gereja Lokal harus

mempertanggungjawabkan mengenai pengajaran,

kemudian dalam pelayanan yang dilakukan itu

dipertanggungjawabkan di BPD dan BPH.”

Berdasarkan pernyataan informan diatas, GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa melakukan akuntabilitas baik kepada BPD (Badan

Pekerja Daerah) serta BPH (Badan Pekerja Harian). Terkait

dengan Pengajaran dan Pelayanan, maka GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa bertanggungjawab kepada kepada BPD dan BPH.

Agar Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan

penyelewengan terhadap ajaran. Jika Pejabat GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa melakukan penyelewengan dalam hal ajaran, maka

akan dikenakan disiplin Gereja seperti yang tercantum pada Tata

Gereja GBI pada bagian Tata Tertib Bab IX Pasal 84 mengenai

pengertian disiplin Gereja dan Pasal 85 Dasar Disiplin Gereja

sebagai berikut:

“Pasal 84 (1): Disiplin Gereja ialah sarana pembinaan,

pemulihan, dan pemurnian yang dilaksanakan

berdasarkan kasih untuk pendewasaan dan menjaga

kekudusan Gereja”. (2) Disiplin Gereja ialah sanksi yang

dijatuhkan berdasarkan pelanggaran terhadap ajaran dan

peraturan dari Gereja Bethel Indonesia yang harus

ditaati oleh setiap pejabat Gereja Bethel Indonesia.”

“Pasal 85: Demi kemajuan dan kemurnian pelayan

Tuhan, maka Gereja menjalankan Disiplin Gereja

berdasarkan: (1) Alkitab; (2) Pengakuan Iman,

Pengajaran, Tata Gereja GBI; (3) Etika kependetaan;

dan (4) Peraturan yang berlaku di daerah setelah

disetujui oleh MD dan disahkan oleh MPL.”

Page 83: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

67

PRAKTIK AKUNTABILITAS KEPEMIMPINAN

PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA

Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa Dalam Wujud Didaskalia

Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan

bahwa salah satu tugas utama umat Allah adalah memberitakan

Kerajaan Allah dengan segala kebenarannya. Setelah oleh

bimbingan Roh Kudus kita memperoleh pengertian dan tafsir

yang benar dari Alkitab, dengan sukacita dan dengan segenap hati

kita akan memberitakan kebenaran yang telah diberikan Roh

Kudus kepada kita. Satu prinsip penting dalam pemberitaan

Alkitab agar kita tetap setia pada ajaran Alkitab dan tidak

mengajarkan hal-hal diluar Alkitab adalah menyatakan dengan

tegas apa yang diajarkan oleh Alkitab, tidak menambahkan atau

mengurangkan sesuatu yang ada dalam Alkitab (Wahyu 22: 18),

dan tidak membuat pengajaran yang rumit dan kompleks yang

akan membawa kita kepada penyesatan. Dalam kaitannya dengan

Pejabat Gereja, dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian

Tata Tertib GBI menjelaskan terkait Tugas sebagai berikut:

“Pasal 18 ayat 1: Pejabat Gereja Bethel Indonesia wajib

melaksanakan tugas yang telah diperintahkan Tuhan

Yesus, yaitu memberitakan injil kepada bangsa-bangsa,

menjadikan mereka murid Kristus dan harus memelihara

serta melaksanakan segala ajaran-Nya.”

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki 3 Pejabat Gereja

yaitu Pdt. Paulus Raditya Praba, Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th,

dan Pdp Yohanes Joko Susilo, S.Pd. Di GBI Dr. Cipto 3

Page 84: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

68

Ambarawa, pemuridan tidak dilakukan dengan membaginya

kedalam kelas khusus pada hari, jam, dan tempat tertentu.

Namun, di dalam khotbah sudah ada unsur memuridkan. GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa tidak mengadakan kelas khusus pemuridan

dikarenakan mayoritas adalah pekerja, mempunyai aktivitas dan

pulangnya adalah larut malam. Selain dari khotbah yang

disampaikan, pemuridan dilakukan dengan cara membaginya

kedalam wilayah-wilayah yang disebut dengan Kelompok

Tumbuh Bersama (KTB). GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memiliki

13 wilayah KTB yang diperlihatkan pada Lampiran 7.

Di dalam KTB diajarkan tentang kebenaran firman Tuhan

dan juga mempraktikkan kebenaran firman Tuhan itu dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti juga yang dilakukan Tuhan

Yesus, yaitu membuat kelompok-kelompok kecil dengan cara

melakukan persekutuan atau pertemuan secara teratur, dimana

dalam persekutuan itu diajarkan kebenaran Firman Tuhan. Tetapi

juga kemudian melakukan praktik kebenaran firman Tuhan.

Selain diajarkan firman Tuhan tetapi juga didorong untuk

melakukan kebenaran firman Tuhan tersebut. KTB ini diadakan

setiap hari Rabu pukul 18.30 di wilayah yang sudah ditentukan

dengan dipimpin oleh Ketua KTB yang sudah ditunjuk oleh

Gembala Sidang.

Sebelum dilakukan KTB, maka didahului dengan diklat

ketua KTB pada hari Selasa pukul 18.30 agar penyampaian

firman Tuhan sama. Ketua KTB juga melakukan persiapan

berdoa dan membaca firman Tuhan sebelum menyampaikan

kebenaran firman Tuhan di KTB. Dalam hal persiapan ini dapat

Page 85: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

69

dilakukan pada saat teduh ataupun pada malam hari dengan

mereview materi yang sudah didapatkan pada saat Diklat KTB.

Disinilah tempat Jemaat Tuhan dilatih saling mendoakan, sharing

kebenaran firman Tuhan, kesaksian, dan lain sebagainya.

Kegiatan KTB ini dilakukan rutin 1 kali setiap minggu dengan

tempat kegiatan bergilir sesuai dengan kesepakatan bersama.

Namun, kendala yang ada di KTB adalah belum semua

Jemaat memiliki kemauan dan kesadaran bahwa pemuridan yang

dilakukan di KTB ini sangat berdampak bagi setiap orang yang

mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan data pada Lampiran 7

menunjukkan bahwa dari total keseluruhan +400 Jemaat, yang

mengikuti KTB masih dibawah 50% meskipun setiap bulannya

mengalami kenaikan dalam hal prosentasenya. Pada bulan Januari

Jemaat yang mengikuti KTB sebanyak 128 orang (32%), bulan

Februari 129 orang (32%), bulan Maret 132 orang (33%), bulan

April 134 orang (34%), bulan Mei 145 orang (36%), dan bulan

Juni 147 orang (37%).

Di dalam melakukan tugas pemuridan sebaiknya perlu

dilakukan monitoring untuk mengukur Jemaat yang dilayani

apakah Jemaat bertumbuh atau justru Jemaat mengalami kelesuan

secara rohani yang berdampak pada kualitas pertumbuhan iman

Jemaat. Namun ketika kualitas itu mengalami peningkatan maka

akan berdampak pada kuantitas Jemaat. GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa di tahun 2015 ini mengalami stagnan dalam hal

kuantitas Jemaat. Pada Lampiran 26 memperlihatkan data

kehadiran Jemaat selama tahun 2015 bahwa kehadiran Jemaat

terbanyak ada pada minggu pertama setiap bulannya pada saat

Page 86: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

70

Perjamuan Kudus. Namun dalam hal pertumbuhan Jemaat ini

Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Ukuran yang bisa digunakan untuk mengukur

pertumbuhan Jemaat adalah melihat buah hidup yang

dihasilkan oleh Jemaat. Jadi menurut saya walaupun

Jemaat sedikit namun buah hidupnya baik. Itu menurut

saya Gereja yang berhasil. Untuk mengukur Gereja maju,

tidak maju, sehat, tidak sehat itu relatif. Ada seorang

penulis dari Jerman bernama Christian Scott menulis

sebuah buku Gereja yang sehat dengan menggunakan

1000 sampel Gereja di 32 Negara termasuk Indonesia.

Kesimpulan yang didapat adalah terdapat 8 pilar.

Beberapa diantaranya adalah Gereja yang inovatif dan

ibadahnya yang menggairahkan. Menggairahkan dalam

arti pujian bagus, ibadah bervariasi, musik lengkap, dan

lain sebagainya. Kedua adalah Gereja harus ada

komselnya. Kalau di GBI Dr Cipto 3 Ambarawa ini salah

satu bagian dari pemuridan adalah Kelompok Tumbuh

Bersama (KTB). Ketiga, harus ada pujian dan

penyembahannya untuk menghadirkan perjumpaan

pribadi secara pribadi bersama dengan Tuhan. Keempat

adalah kepemimpinan yang sehat yaitu tidak single

fighter. Kalau single fighter itu jelas tidak sehat. seperti

yang saya lakukan ini ada Penatuanya, jadi tidak semua

diputuskan 1 orang. Kemudian ada pendelegasian yaitu

kita bentuk bidang-bidang seperti WBI, Heavy, ABI,

DMBI, dsb. Itu yang menyebabkan memberi kesempatan

Jemaat untuk berkarya tidak dipasung kemampuan

Jemaat. Kemudian bagian selanjutnya adalah

memberitakan injil, harus menjadi kesaksian. Dari 8 pilar

tersebut, kalau 8 pilar ini tidak terpenuhi Jemaat akan

mengalami kemerosotan. Tapi banyak sedikitnya Jemaat

yang Tuhan percayakan kepada Gereja itu merupakan

kasih karunia dan Karya Roh Kudus yang bekerja”.

Bapak Pdm. Timotius Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang

Lansia sekaligus sebagai salah satu Pejabat Gereja GBI Dr. Cipto

Page 87: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

71

3 Ambarawa juga menambahkan terkait cara mengukur

perkembangan Jemaat:

“Pertumbuhan ini artinya adalah ada satu perubahan.

Seperti kalau tumbuhan itu pada umumnya berasal dari

benih. Jadi kita tanamkan nanti benih itu akan

bertumbuh. Seperti halnya tumbuhan kecambah. Dari

benih menjadi kecambah bertumbuh berarti berubah,

bertumbuh lagi berarti berubah lagi, dan seterusnya. Ada

perubahan dalam kehidupannya dalam hubungannya

dengan Tuhan dan juga dalam hubungannya dengan

sesama, kemudian juga dalam kehidupannya secara

pribadi. Kalau secara dasar adalah bagaimana

kehidupannya sebelum percaya kepada Yesus dan setelah

percaya kepada Tuhan Yesus. Cara mendasarnya seperti

itu. Dalam contoh Alkitab itu jelas dulu Saulus sebelum

percaya kepada Tuhan Yesus adalah penganiaya jemaat,

pembenci jalan Tuhan. Tetapi setelah percaya kepada

Tuhan Yesus Kristus dia menjadi penggembala Jemaat,

pemerhati Jemaat. Ada perubahan yang nyata dalam

kehidupannya. Untuk mengukur pertumbuhan itu harus

ada perubahan. Kalaupun dia berubah meskipun itu

sedikit tapi tetap disebut bertumbuh. Selain itu, juga

diukur dari lamanya menjadi orang Kristen. Kalau secara

umumnya kita rindu kalau orang sudah lama menjadi

orang Kristen harusnya dia mengalami perubahan yang

cukup banyak di dalam kehidupannya. Dalam Kitab

Ibrani dikatakan bahkan kalau kita sudah cukup lama

menjadi orang Kristen harusnya kita ini adalah bisa

mengajar. Artinya, ini bukan berarti semua orang harus

mengajar, tidak. Artinya semakin lama kita menjadi orang

Kristen, kita harusnya semakin mengerti kebenaran

firman Tuhan, prinsip-prisnip firman Tuhan, dan prinsip-

prinsip firman Tuhan itu juga semakin dihayati sehingga

nampak dalam kehidupannya”.

Di dalam kegiatan KTB, Ketua KTB mengajarkan

kebenaran firman Tuhan kepada Jemaat yang dimuridkan,

Page 88: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

72

mengajarkan berdoa, serta mengajarkan kepada Jemaat yang

dimuridkan untuk melakukan penginjilan/kesaksian. Firman

Tuhan tidak hanya cukup dibaca dan dipelajari, namun Ketua

KTB mengajak untuk mendengar (Roma 10: 17), membaca

(Wahyu 1: 3), mempelajari (Kisah Para Rasul 17: 11), menghafal

(Mazmur 119: 9-11), serta merenungkan (Mazmur 1: 1-3).

Setelah kelima hal ini dilakukan maka Ketua KTB mendorong

Jemaat untuk mempraktikkan apa yang sudah didengar, dibaca,

dipelajari, dihafal, dan direnungkan. Tujuannya adalah agar

Jemaat menjadi pelaku Firman dan bukan menjadi pendengar

saja.

Meskipun secara kuantitas Jemaat yang mengikuti KTB

masih dibawah 50%, namun secara kualitas dapat dikatakan

bahwa melalui kegiatan KTB ini Jemaat mengalami pertumbuhan

rohani. Dari KTB yang dilakukan sudah terlihat dampak positif

yang terjadi di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yaitu Jemaat yang

sebelumnya tidak bisa berdoa menjadi bisa berdoa, Jemaat yang

sebelumnya tidak bisa memimpin pujian menjadi bisa memimpin

pujian, dan lain sebagainya. Ketika Jemaat yang dimuridkan

dalam KTB ini bertumbuh dan melalui kehidupannya dapat

menjadi kesaksian bagi banyak orang maka secara otomatis akan

mempengaruhi kuantitas menjadi semakin berkembang KTB

yang ada di setiap wilayah. Sehingga dapat dikatakan bahwa

murid yang telah dimuridkan tersebut mampu menjadi pengajar

bagi murid yang lain.

Menurut Hutabarat (2011) di dalam melakukan tugas

pemuridan terdapat manfaat atau keuntungan yang didapatkan

Page 89: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

73

organisasi Gereja dengan melakukan program pemuridan yaitu:

(1) menyiapkan dan membangun suatu generasi yang kuat serta

tidak terguncangkan; (2) Menghasilkan pemimpin-pemimpin

rohani; (3) mengantisipasi serta menjawab pertanyaan tentang

krisis kepemimpinan yang dihadapi oleh banyak organisasi

Gereja. Oleh sebab itu Gereja perlu menyiapkan pemimpin-

pemimpin yang memiliki integritas bukan hanya yang memiliki

pengetahuan luas atau yang memiliki pendidikan tinggi; (4)

menciptakan proses multiplikasi atau pelipatgandaan sebagai

suatu warisan dalam organisasi Gereja. Untuk jangka panjang,

Gereja tidak hanya menghasilkan generasi yang kuat, tetapi juga

secara kuantitas dan kualitas akan mengalami terobosan; (5)

Salah satu hal positif lainnya yang didapatkan melalui proses

pemuridan adalah kita sendiri sebagai pembuat murid akan

bertumbuh dalam sifat-sifat yang kebanyakan orang tidak

memilikinya yaitu kesetiaan, kesabaran, ketekunan, keuletan, hati

Bapa, hikmat untuk menasihati, dan lain sebagainya.

Pemuridan yang dilakukan dari 13 KTB yang ada baru 1

KTB yang melakukan regenerasi atau pergantian pemimpin yaitu

KTB Kana. Yang semula Ketua KTB Kana adalah Bapak Daniel

Supadjan, B.A kemudian digantikan oleh Sdr. I Wayan Sanjaya.

Berikut pernyataan dari informan Bapak Daniel Supadjan B. A

sebagai berikut:

“KTB Kana sementara ini saya mendampingi Sdr. Wayan

tetapi saya melihat Sdr. Wayan sudah mampu untuk

memimpin dan mengajar. Kemudian dari kegiatan KTB

yang berjalan akhirnya saya serahkan kepada Sdr. Wayan

untuk menjadi Ketua KTB Kana”.

Page 90: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

74

Dalam hal ini Bapak Daniel Supadjan, B.A sudah dikatakan

melatih tentang kepemimpinan sampai murid tersebut bisa

menolong orang lain untuk bertumbuh dan kemudian mengutus

murid tersebut untuk melayani sebagai Ketua KTB Kana.

Pada bidang kategorial Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa secara rutin mengadakan kegiatan setiap satu minggu

sekali seperti bidang anak (ABI), bidang pemuda dan remaja

(Heavy), bidang dewasa muda (DMBI), dan bidang wanita (WBI)

yang pada kenyataannya ada yang sudah melakukan tugas

pemuridan namun ada juga yang belum melakukan tugas

pemuridan. Tetapi juga terdapat bidang yang sudah mengarah

kepada melakukan tugas pemuridan namun belum maksimal.

Pada bidang anak (ABI) berdasarkan pernyataan informan Sdri.

Septiana Agustin selaku Ketua Bidang Anak GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa:

“Pada bidang anak (ABI) pemuridan disampaikan

melalui khotbah yang disampaikan oleh guru kelas

dengan menceritakan pengalaman tokoh-tokoh perjanjian

lama dan tokoh-tokoh perjanjian baru”.

Pada bidang pemuda dan remaja (Heavy) pemuridan

belum dilaksanakan dengan maksimal. Pengurus bidang Heavy

sudah berinisiatif untuk membentuk “KAMEN” yaitu Kakak

Mentor dengan tujuan untuk melakukan kegiatan mentoring atau

pemuridan ini bersama dengan beberapa Jemaat pemuda dan

remaja yang sudah ditentukan. Namun pada praktiknya kegiatan

ini belum dapat terlaksana dengan baik dengan alasan belum ada

kesatuan hati antara Pengurus yang ada sehingga menghambat

berjalannya kegiatan pemuridan tersebut. Pengurus belum

Page 91: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

75

memiliki beban yang sama dalam menumbuhkan kehidupan

rohani Jemaat pemuda dan remaja GBI Dr Cipto 3 Ambarawa.

Pada bidang dewasa muda (DMBI) pemuridan secara

spesifik belum dilakukan. Cara mensiasati tugas pemuridan ini

yaitu dengan melibatkan anggota Jemaat dewasa muda yang tidak

tergabung dalam kepengurusan untuk membantu dalam

mempersiapkan acara yang telah diprogramkan sebelumnya.

Dalam hal ini tujuannya adalah untuk melatih dan memunculkan

potensi yang dimiliki Jemaat dewasa muda untuk menjadi kreatif

dan berkembang. Melalui cara tersebut secara tidak langsung

menjadi suatu cara pemuridan.

Pada bidang wanita (WBI) pemuridan belum dilakukan

dikarenakan WBI tidak memiliki mentor-mentor serta anggota

Jemaat WBI kebanyakan adalah orang tua. Karena keterbatasan

dalam hal fisik tersebut menjadi salah satu kendala bagi WBI

dalam melakukan tugas pemuridan.

Demi memunculkan potensi dan pengembangan diri dari

Pengurus, maka Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa diberikan

pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas dalam

memimpin Jemaat. Di tahun 2015, bidang yang banyak

melakukan pelatihan-pelatihan adalah Bidang Anak (ABI) seperti

Training Guru ABI, workshop, dan mengikuti seminar yang

diadakan oleh Gereja lain. Di Bidang pemuda dan remaja

(Heavy) Pengurus mengadakan acara wide game dengan tujuan

untuk melatih kepemimpinan dari Jemaat yang ada.

Di Bidang dewasa muda (DMBI) Pengurus mengadakan

acara Booth Camp DMBI dengan tema Be A Leader. Dalam acara

Page 92: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

76

ini Jemaat yang tergabung dibagi kedalam kelompok-kelompok

dan pada masing-masing kegiatan yang diadakan secara

bergantian masing-masing kelompok akan menunjuk satu orang

yang menjadi Leader. Selain itu di Bidang wanita (WBI) juga

mengadakan acara yang dapat meningkatkan keterampilan seperti

pemberian tips kecantikan dan kesehatan. Pemberian tips ini

dengan cara mengundang pembicara yang benar-benar ahli di

bidangnya atau jika dari Pengurus memiliki tips terkait

kecantikan dan kesehatan dapat dibagikan kepada Jemaat.

Kemudian dari perwakilan Pengurus juga mengikuti kegiatan

Korda Jateng dan DIY. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, hal-

hal yang sekiranya perlu untuk disampaikan kepada Jemaat akan

dilakukan pada akhir Ibadah WBI hari Jumat.

Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa Dalam Wujud Poimenoia

Dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) bagian Tata Tertib

GBI menjelaskan terkait Pemimpin Jemaat lokal adalah sebagai

berikut:

“Pasal 3 ayat 5: Gembala Jemaat bertugas melakukan

penggembalaan terhadap Jemaat Lokal yang

dipimpinnya.”

Dalam kaitannya dengan Pejabat Gereja, dalam Buku Tata Gereja

GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI menjelaskan terkait

Tugas sebagai berikut:

Page 93: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

77

“Pasal 18 ayat 2: Pejabat Gereja Bethel Indonesia yang

menggembalakan Jemaat mempunyai tugas untuk

mengembangkan Jemaat.”

“Pasal 18 ayat 3: Pejabat Gereja Bethel Indonesia

bertugas menggembalakan Jemaat atau dapat juga

melakukan tugas khusus yang diberikan Tuhan

kepadanya.”

“Pasal 18 ayat 4: Pendeta Gereja Bethel Indonesia yang

menggembalakan Jemaat bertugas membina Pejabat,

Pengurus Jemaat, Pelayan Jemaat, dan Penginjil yang

terhisab pada Jemaat Lokal yang digembalakannya

sehingga dapat bertumbuh oleh anugerah Tuhan.”

Dalam kaitannya dengan Pejabat Gereja, dalam Buku Tata Gereja

GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI menjelaskan terkait

Kewajiban Pejabat sebagai berikut:

“Pasal 19 ayat 1 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat

terhadap Jemaat yaitu: (a) Pejabat wajib melayani

Jemaat yang dipercayakan Tuhan kepadanya dengan

penuh kasih dan pengorbanan (Kis 20: 20-27; 31-35); (b)

Pejabat wajib membangun iman dan kasih kepada Tuhan,

untuk disiapkan bertemu dengan Tuhan Yesus pada

kedatangan-Nya yang kedua kali.

Bentuk penggembalaan Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa dinyatakan pada Lampiran 8. Tugas penggembalaan

yang dilakukan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa untuk Para Penatua

merupakan tanggungjawab utama Gembala Sidang. Untuk tugas

penggembalaan kepada Jemaat secara umum didelegasikan

kepada Para Ketua KTB. Para Ketua KTB tersebut

menggembalakan anggota-anggota di masing-masing KTB

termasuk juga para penatua termasuk dalam kepengurusan. KTB

ini berada dibawah naungan Bidang PI dan Misi. Penggembalaan

Page 94: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

78

yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa juga

dilakukan pada orang yang meringkuk dalam Penjara. Tugas

penggembalaan ini dilakukan oleh Pengurus Bidang PI dan Misi.

Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa bekerjasama dengan Badan

Kerjasama Antar Gereja (BKSAG) se-Kecamatan Ambarawa

melakukan kunjungan di LP dengan pembagian dalam satu tahun

sebanyak 2 kali. Namun, pada tahun 2015 Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa mendapat kesempatan sebanyak 3 kali. Pada

saat melakukan kunjungan di LP, Pengurus Bidang PI dan Misi

bersama dengan Fulltimer Gereja memberikan bingkisan yang

dibutuhkan yaitu berupa alat mandi seperti sabun, handuk,

shampoo, dan lain sebagainya. Tujuan penggembalaan kepada

orang tawanan adalah untuk memperlihatkan kepadanya bahwa

dalam keadaan yang sukar itu Tuhan menyertai kehidupannya.

Dalam penggembalaan juga sudah dibagi ke dalam

masing-masing bidang kategorial seperti, bidang anak (ABI),

pemuda dan remaja (Heavy), dewasa muda (DMBI), dan wanita

(WBI). Pada bidang anak (ABI) yang menggembalakan adalah

guru-guru sekolah minggu. Beberapa hal yang dilakukan guru

sekolah minggu dalam melakukan tugas penggembalaan ini

adalah menegur, memberikan nasihat, dan melakukan komunikasi

dengan orang tua anak. Kemudian untuk menindaklanjuti hal

tersebut guru-guru sekolah minggu melakukan visitasi di rumah

anak secara langsung untuk mengetahui kendala yang dialami

anak atas ketidakhadirannya dalam kegiatan sekolah minggu.

Pada bidang pemuda dan remaja (Heavy) yang

menggembalakan yaitu Pengurus Bidang yang sudah dibentuk.

Page 95: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

79

Dalam hal ini bentuk penggembalaan yang dilakukan oleh

Pengurus Heavy adalah melalui mentoring dan dengan

pendekatan personal. Apabila ada Jemaat pemuda dan remaja

yang tidak hadir dalam ibadah rutin yang diadakan maka akan

dilakukan kunjungan. Namun, Pengurus Heavy sedikit

mengalami kesulitan karena beberapa Jemaat yang tidak hadir

karena pindah di Gereja yang lain atau datang ke Gereja pada saat

ibadah raya. Selain itu presensi juga tidak dapat dilakukan secara

mendetail satu per satu karena beberapa yang hadir belum

berjemaat tetap di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa.

Pada bidang dewasa muda (DMBI) yang

menggembalakan yaitu Pengurus Bidang yang sudah dibentuk.

Sama halnya dengan Pengurus Heavy, dalam melakukan tugas

penggembalaan ini Pengurus DMBI melakukan kunjungan

kepada Jemaat DMBI yang beberapa kali tidak dapat hadir dalam

ibadah rutin yang dadakan.

Pada bidang wanita (WBI) yang menggembalakan yaitu

Pengurus Bidang yang sudah dibentuk. Sama halnya dengan

Pengurus Heavy, dalam hal ini Pengurus WBI melakukan tugas

penggembalaan kepada Jemaat wanita melalui pendekatan

personal. Selain itu dengan adanya pendekatan personal

tujuannya untuk mengajak Para Wanita yang belum bergabung di

WBI dan apabila ada kemauan nantinya dapat direkomendasikan

untuk menjadi Pengurus WBI periode berikutnya. Dalam hal ini

penggembalaan juga berfungsi untuk mengkader dan menemukan

potensi dari masing-masing anggota WBI yang tergabung di

dalamnya.

Page 96: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

80

Pada bidang Lansia penggembalaan dilakukan oleh ketua

bidang dan para Fulltimer Gereja yaitu Bapak Pdm. Timotius

Budi l.A, S.Th. Penggembalaan tersebut dilakukan dengan

mengunjungi Jemaat yang sudah lanjut usia dan karena

keterbatasannya itu tidak dapat hadir pada kebaktian yang

diadakan di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Berikut pernyataan

Bapak Pdm. Timotius Budi l.A, S.Th sebagai Pejabat Gereja

sekaligus Ketua bIdang Lansia GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Kalau di dalam lansia, karena yang pertama umumnya

kebanyakan sudah mengalami banyak keterbatasan jadi

yang ditekankan adalah hubungan dengan Tuhan.

Bagaimana ketika mereka berada dalam usia lanjut

mereka tetap membangun hubungan dengan Tuhan?

Meskipun mereka karena faktor kesehatan tidak bisa ke

gereja, namun mereka masih tetap bisa bersekutu dengan

Tuhan dan mereka tetap bisa juga melakukan pekerjaan

Tuhan yaitu dengan cara berdoa puasa, mendoakan

pelayan Tuhan, bahkan mendoakan keluarga mereka

sendiri, dan juga memberikan peneguhan tentang

pengharapan mengenai kehidupan kekal agar mereka

tidak bimbang atau takut. Bagaimana kemudian kalau

saya meninggal? mereka sudah memiliki kepastian.

Walaupun sebenarnya mereka itu tahu tapi mungkin

karena faktor usia, faktor kesehatan, itu yang membuat

khawatir bagaimana nanti kalau meninggal, seperti itu.

Dan kemudian kami juga menekankan bahwa Tuhan itu

menyertai mereka. Karena di dalam usia lanjut dimana

kadang mereka merasa kurang diperhatikan oleh

keluarganya atau bahkan mungkin kurang diperhatikan

oleh Gereja. Namanya kalau kadang orang sudah usia

lanjut itu pikirannya sudah seperti itu. Oleh sebab itu, kita

tekankan bahwa Tuhan itu yang selalu menyertai mereka.

Hal itu sebenarnya bukan hanya untuk menghibur tapi

memang kita meneguhkan bahwa Tuhan itu menyertai

mereka”.

Page 97: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

81

Pada tahun 2015 Jemaat Lansia yang dilayani Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa sebanyak 11 orang yang keseluruhannya

adalah wanita seperti dinyatakan pada Lampiran 22.

Penggembalaan juga dilakukan kepada Jemaat yang sakit.

Pengurus GBI Dr Cipto 3 Ambarawa secara rutin melakukan

penggembalaan kepada orang sakit yang dilakukan oleh Bapak

Gembala Sidang, Para Fulltimer Gereja, dan Para Wanita yang

bergabung di WBI. Pada saat melakukan kunjungan kepada orang

sakit perlu ditekankan terkait kesembuhan ilahi. Pengakuan iman

GBI keduabelas menyatakan bahwa Kesembuhan ilahi tersedia

dalam korban penebusan Yesus untuk semua orang yang percaya.

Dalam buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa

kesembuhan ilahi merupakan pengajaran Alkitab yang harus

disampaikan kepada Jemaat bahkan setiap orang. Gereja mula-

mula sudah melaksanakan pelayanan kesembuhan ilahi dan

mujizat terjadi secara ajaib. Pekabaran Injil dan kesembuhan

adalah perintah Tuhan Yesus Kristus sampai datang kembali.

Menurut Prof. Rocam Abbing dalam Bons-Storm (2011)

yang terdapat dalam buku Penggembalaan kepada orang sakit

menyebutkan tiga tujuan penggembalaan kepada orang sakit

yaitu: agar orang sakit tekun beriman, imannya diperdalam, serta

iman orang sakit berbuah dalam situasi penyakitnya. Dengan

melakukan kunjungan kepada orang sakit maka Roh Kudus bisa

mengubah sikap batin seorang yang sakit sedemikian kuat dan

dalam serta menghilangkan sikap batiniah yang penuh

ketegangan dan kegelisahan itu, lalu memberikan kedamaian

yang menyembuhkan Juga melalui kunjungan kepada orang sakit

Page 98: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

82

Tuhan Allah bisa bertindak memberikan kesembuhan secara

langsung.

Penggembalaan yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa juga terkait dengan penggembalaan pernikahan.

Sebelum calon mempelai masuk dalam pernikahan kudus dan

diberkati dengan disaksikan para Jemaat maka hal yang dilakukan

terlebih dahulu adalah mengikuti katekisasi pra-nikah yang

dipimpin oleh Gembala Sidang yaitu Bapak Pdt. Paulus Raditya

Praba. Katekisasi pra-nikah ini dilakukan minimal 3 kali dan

dilaksanakan sesuai kesepakatan antara Gembala Sidang dengan

calon mempelai. Pada tahun 2015 Jemaat GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa yang melakukan katekisasi pra-nikah sebagai syarat

sebelum dilakukan pemberkatan atau peneguhan pernikahan

sebanyak 7 pasangan dengan catatan 2 pasangan melakukan

peneguhan pernikahan dan 5 pasangan melakukan pemberkatan

pernikahan seperti dinyatakan pada Lampiran 23.

Penggembalaan yang dilakukan oleh GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa juga terkait dengan penggembalaan yang berkaitan

dengan kematian yang dilakukan oleh Bidang Pelmas. Penekanan

yang dilakukan dalam penggembalaan ini adalah Tuhan itu Maha

Pemurah, yang mau menerima manusia dalam Kerajaan-Nya.

Sehingga orang yang akan meninggal diberikan pemahaman

untuk berserah penuh kepada Tuhan. Dalam melakukan

penggembalaan terkait kematian perlu ditekankan pengakuan

iman GBI ketigabelas dan keempatbelas.

Pengakuan iman GBI ketigabelas menyatakan bahwa

Tuhan Yesus Kristus akan turun dari sorga untuk membangkitkan

Page 99: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

83

semua umat-Nya yang telah mati dan mengangkat semua umat-

Nya yang masih hidup lalu bersama-sama bertemu dengan Dia di

udara, kemudian Ia akan datang kembali bersama orang kudus-

Nya untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun di bumi ini. Dalam

buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa janji

kedatangan Yesus Kristus kembali merupakan pengharapan

Kristen yang penuh kebahagiaan. Karya Yesus yang dimulai pada

kedatanganNya yang pertama itu akan disempurnakan pada

kedatanganNya kembali. Orang Kristen percaya meskipun hal ini

belum terjadi, namun pasti akan terjadi. GBI menganut paham

Premilenium Dispensasional yaitu kedatangan Yesus kembali

terjadi dalam dua tahap yaitu pengangkatan gereja (rapture) dan

penampakan Kristus (revelation). Tahap pertama adalah

pengangkatan gerejaNya di bumi ini (I Tesalonika 4: 13-18).

Orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus tidak akan

memasuki masa sengsara yang besar yang akan terjadi saat itu

bersamaan dengan munculnya antikristus (I Tesalonika 5: 9-11).

Tahap kedua adalah kedatanganNya bersama GerejaNya untuk

mendirikan kerajaan seribu tahun di bumi yang akan mencapai

puncaknya di dalam pemenuhan kerajaanNya yang kekal dan

mulia (II Petrus 3: 13; Wahyu 21: 1).

Pengakuan iman GBI keempatbelas menyatakan bahwa

Pada akhirnya semua orang mati akan dibangkitkan, orang benar

akan bangkit pada kebangkitan yang pertama dan menerima

hidup kekal, tetapi orang jahat akan bangkit pada kebangkitan

yang kedua dan menerima hukuman selama-lamanya. Dalam

buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa GBI

Page 100: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

84

menaruh keyakinan akan adanya masa kebangkitan orang percaya

dan kebangkitan orang yang tidak percaya. Yang pertama

kebangkitan orang percaya untuk menerima keselamatan

sementara kebangkitan orang yang tidak percaya untuk menerima

penghukuman selama-lamanya.

Seorang ahli teologi yaitu Prof. Berkhof dalam Bons-

Storm (2011) menjelaskan bahwa “Sikap dan perasaan seorang

beriman terhadap kematiannya adalah suatu campuran yang

ambivalen (yaitu: yang kadang-kadang menilai sesuatu secara

positif, tetapi kemudian secara negatif) antara ketakutan dan

harapan”. Kemudian pada saat orang tersebut sudah meninggal

dunia maka penggembalaan dilakukan pada saat penguburan dan

penghiburan yang dilakukan kepada keluarga yang ditinggalkan.

Pada tahun 2015 Jemaat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang

meninggal sebanyak 7 orang dengan rincian 4 orang pria dan 3

orang wanita seperti yang terlihat pada Lampiran 19 yaitu daftar

Jemaat yang meninggal tahun 2015.

Penggembalaan yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa terkait dengan pembaptisan bahwa sebelum seseorang

dibaptis harus mengikuti katekisasi sesuai dengan waktu yang

ditentukan oleh pihak Gereja. Katekisasi sama dengan

memelihara bibit padi yang nanti dapat bertumbuh menjadi padi

yang baik. Jikalau bibit padi itu diabaikan tentulah hasil panen

akan mengecewakan (Bons-Storm 2011). Perlu ditekankan bahwa

seseorang yang dibaptis bahwa hidupnya berada dalam

pembenaran dan kelahiran baru sesuai dengan Pengakuan Iman

GBI kelima.

Page 101: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

85

Pengakuan iman GBI yang kelima menyatakan bahwa

Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam

darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Dalam

buku Pengajaran Dasar GBI (2004) menjelaskan bahwa

pembenaran oleh iman merupakan salah satu elemen penting dari

rencana penyelamatan Allah terhadap manusia yang berdosa.

Karena itu doktrin pembenaran oleh iman merupakan salah satu

bagian penting dalam usaha memahami secara lengkap tentang

konsep keselamatan dari Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Selanjutnya hasil dari pembenaran oleh iman akan menjadikan

manusia lahir baru di dalam Yesus Kristus. Kelahiran baru

merupakan pekerjaan tersembunyi yang dilakukan oleh Roh

Kudus atas seseorang yang menerima pembenaran itu. Kelahiran

baru dilakukan secara total oleh Allah. Oleh sebab itu, kelahiran

baru merupakan transformasi terhadap orang percaya, Ia

memberikan vitalitas baru dan tuntutan bagi hidup mereka ketika

mereka menerima Kristus.

Di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa yang memberikan

pelajaran terkait katekisasi adalah Bapak Pdm. Timotius Budi l.A,

S.Th. Berikut pernyataan informan terkait katekisasi:

“Ketika di dalam katekisasi baptisan itu saya banyak

menyampaikan prinsip-prinsip iman Kristen yang

didalamnya pasti harus menggali kebenaran firman

Tuhan yang cukup dalam. Di dalam katekisasi saya

membimbing setiap pribadi yang mengikuti katekisasi

untuk mengerti apa artinya kepercayaan Kristen untuk

mereka pribadi dan untuk kehidupan mereka sebagai

anggota Jemaat dan masyarakat”.

Page 102: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

86

Pada tahun 2015 Jemaat GBI Dr. Cipto yang dibaptis sebanyak

17 orang dengan rincian 6 orang pria dan 11 orang wanita seperti

yang terlihat pada Lampiran 18 terkait daftar Jemaat yang

dibaptis selama tahun 2015.

Pengurus memberikan pertanggungjawaban baik kepada

Kristus maupun Jemaat dan donatur. terkait dengan memberikan

pengajaran/pemuridan (didaskalia) dan penggembalaan

(poimenoia) kepada Jemaat yang ada. Tugas pemuridan sudah

dilimpahkan kepada Ketua KTB. Selain itu tugas penggembalaan

dilakukan oleh Gembala Sidang juga dikoordinasikan oleh

masing-masing bidang untuk melakukan penggembalaan. Namun

dalam hal laporan pertanggungjawaban tidak dipublikasikan

kepada Jemaat, tetapi kepada Gembala Sidang dan dilaporkan

pada saat rapat evaluasi tahunan oleh masing-masing bidang.

Khusus untuk Bidang Anak, Pemuda dan Remaja, serta Dewasa

Muda juga memberikan pertanggungjawaban kepada Komisi

Pemuda dan Anak.

Masing-masing bidang mengambil form evaluasi yang

sudah disediakan oleh Sekretariat kemudian bersama dengan

Pengurus Bidang melakukan rapat internal dengan tujuan

mengevaluasi apakah kegiatan yang telah diprogramkan

terlaksana atau tidak juga hasil yang dicapai atau kendala yang

dihadapi. Dari program yang sudah terlaksana maka dapat

diputuskan apakah akan dilanjutkan pada program kerja tahun

berikutnya atau tidak.

Selain itu, Pengurus juga memberikan

pertanggungjawaban kepada BPD dan BPH terkait pemuridan

Page 103: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

87

dan penggembalaan yang telah dilakukan. Pemuridan dan

penggembalaan terkait dengan ajaran yang diberikan kepada

Jemaat karena berisi mengabarkan Firman Tuhan kepada Jemaat.

Dalam hal ini yang harus bertanggungjawab adalah Pejabat

Gereja yang terdiri dari Pdt, Pdm, dan Pdp untuk memberikan

pengajaran yang tidak menyimpang dari doktrin GBI. Agar

Pejabat GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan

penyelewengan terhadap ajaran sesuai dengan doktrin GBI, maka

dari BPH mengirimkan surat penggembalaan. Pada bulan

September 2015, BPH GBI mengeluarkan surat penggembalaan

dinyatakan pada Lampiran 26.

Berdasarkan pendapat Bapak Pdm. Timotius Budi L.A,

S.Th sebagai Ketua Bidang Lansia dan sebagai salah satu Pejabat

Gereja menjelaskan akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa sebagai Gereja Lokal kepada pimpinan organisasi di

tingkat daerah serta tingkat nasional:

“Gembala dalam kepemimpinannya bertanggungjawab

kepada Sinode atau BPH terkait tugas penggembalaannya

juga terkait dengan tugas sebagai pejabat gereja, pdp,

pdm, pdt, pngajaran yang disampaikan kemudian juga

dalam BPH itu kan ada namanya AD/ART serta tata

tertib. Hal ini menjadi dasar kita untuk

bertanggungjawab.

Page 104: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

88

PRAKTIK AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGURUS

GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA

Praktik Akuntabilitas Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dalam Wujud Oikonomia

Berdasarkan buku Tata Gereja GBI (2014) bagian Tata

Dasar Pasal 12 menjelaskan terkait Perbendaharaan Gereja yaitu:

“Perbendaharaan Gereja adalah barang-barang

bergerak dan atau tidak bergerak serta keuangan yang

menjadi milik Gereja terdiri dari: (1) Milik umum Gereja

Bethel Indonesia yaitu keuangan, semua barang bergerak

dan tidak bergerak yang dibeli dan dibiayai oleh

BPH/BPD atau ihhibahkan dengan sah kepada

BPH/BPD; (2) Milik jemaat lokal yaitu keuangan, semua

barang bergerak dan tidak bergerak yang dibeli dan

dibiayai oleh jemaat lokal atau dihibahkan dengan sah

kepada jemaat lokal; (3) Pengelolaan milik umum

dilakukan oleh BPH/BPD sedangkan milik jemaat lokal

oleh Gembala Jemaat.”

Pada bagian Tata Tertib GBI (2014) menjelaskan terkait

Sumber Keuangan baik BPH, BPD, maupun Jemaat Lokal.

Pasal 92 terkait Sumber Keuangan BPH menyatakan

bahwa: “Keuangan BPH sebagai pengurus sinode

diperoleh dari: (1) Persepuluhan dari seluruh pemasukan

jemaat lokal; (2) Persembahan sukarela dari para

simpatisan dan pejabat Gereja Bethel Indonesia; (3)

Persembahan lain atau usaha-usaha yang tidak

bertentangan dengan Firman Tuhan.”

Pasal 94 terkait Sumber Keuanngan BPD menyatakan

bahwa: “Keuangan BPD diperoleh dari: (1)

Persembahan wajib setiap bulan jemaat lokal dan

pejabat-pejabat di daerah masing-masing; (2) Bantuan

BPH untuk menunjang program nasional Gereja Bethel

Page 105: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

89

Indonesia sesuai dengan kondisi daerah masing-masing;

(3) Persembahan lain atau usaha-usaha yang tidak

bertentangan dengan Firman Tuhan.”

Pasal 95 terkait Sumber Keuangan Jemaat Lokal

menyatakan bahwa: “Sumber keuangan jemaat lokal

diperoleh antara lain dari persepuluhan, persembahan

anggota jemaat, persembahan-persembahan lain atau

usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan Firman

Tuhan.”

Dalam Buku Tata Gereja GBI (2014) pada bagian Tata

Tertib menjelaskan terkait Penggunaan Keuangan pada Pasal 96

yaitu:

(1) Keuangan BPH digunakan untuk: (a) Membiayai

pelaksanaan Program Nasional GBI yang disahkan oleh

Sinode; (b) Membiayai pelaksanaan program yang

disetujui oleh MPL; (c) Hal-hal lain yang dianggap perlu

oleh BPH. (2) Keuangan BPD digunakan untuk: (a)

Membiayai program daerah yang telah disahkan sidang

Majelis Daerah; (b) Hal-hal lain yang dianggap perlu

oleh BPD. (3) Keuangan Jemaat Lokal digunakan untuk:

(a) Membiayai pelaksanaan program jemaat lokal sesuai

dengan visi Gembala Jemaat; (b) Membiayai kehidupan

Gembala Jemaat dan Staf.

Dalam kaitannya dengan Pejabat Gereja, dalam Buku Tata

Gereja GBI (2014) pada bagian Tata Tertib GBI menjelaskan

terkait Kewajiban Pejabat sebagai berikut:

“Pasal 19 ayat 1 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat

terhadap Jemaat yaitu: (d) Pejabat wajib setia

memberikan persepuluhan pada perbendaharaan Jemaat

setempat”.

“Pasal 19 ayat 2 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat

terhadap MD/BPD yaitu: (b) Pejabat wajib setiap bulan

mengirim persembahan bulanan kepada perbendaharaan

BPD”.

Page 106: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

90

“Pasal 19 ayat 3 menjelaskan terkait Kewajiban Pejabat

terhadap BPH yaitu: (a) Pejabat yang menggembalakan

Jemaat setiap bulan wajib mengirim persepuluhan dari

seluruh pendapatan Jemaat kepada BPH (Bil 18: 25-28;

Mal 3: 9-10)”.

Tanggung jawab Bendahara tidak hanya sebatas

menerima, mencatat, dan menyimpan uang saja namun lebih dari

itu dapat mempertanggungjawabkan apa yang sudah menjadi

tugas dan kewajibannya sebagai seorang Bendahara Gereja.

Sebagai seorang Bendahara diperlukan sifat yang jujur dan dapat

dipercaya, transparan serta rapi dan disiplin dalam pelaporannya.

Berdasarkan pernyataan informan Bapak Pdt. Paulus Raditya

Praba sebagai Gembala Sidang GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

mengungkapkan bahwa:

“Untuk menjadi seorang Bendahara tidak perlu lulusan

dari Ekonomi, kalau tidak bisa komputer bisa minta

tolong kepada anaknya atau kepada sekretaris Gereja,

yang penting setiap ada pengeluaran nota-notanya itu

ada”.

Namun informan yang lain mengatakan bahwa:

“Kalau di GBI tidak ada aturan untuk menjadi seorang

Bendahara harus dari lulusan Ekonomi. Kalau tidak ada

lulusan Ekonomi yang penting mengerti tentang sistem

pengelolaan keuangan. Namun, kalau ada lulusan

Ekonomi lebih baik ada yang mengelola tentang

keuangan dengan lebih baik tetapi tidak harus, yang

penting adalah oang yang jujur dan hidup baru”.

Dari kedua pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa

untuk menjadi Bendahara Gereja tidak dibutuhkan lulusan khusus

yang mempelajari terkait dengan keuangan seperti halnya lulusan

Page 107: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

91

Ekonomi. Namun jauh yang terpenting dari itu adalah orang yang

jujur lahir dan batin. Karena keuangan Gereja ini tidak diaudit

jadi harus mencari orang yang benar-benar jujur, punya hati

untuk melayani, hidupnya dapat menjadi teladan bagi keluarga

dan Jemaat, serta hidup baru dalam Yesus.

Berdasarkan kaitan sistem pemerintahan GBI yang

menganut sistem Episkopal Sinodal bahwa yang berkuasa di

dalam Gereja adalah Gembala Sidang, termasuk dalam hal

keuangan yang mengelola adalah Gembala Sidang. Namun,

Bapak Pdt. Paulus Raditya Praba sebagai Gembala Sidang GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa tidak melakukan hal ini. Sejak awal

Beliau menjabat sebagai Gembala Sidang di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa Beliau menetapkan yang pertama keuangan tidak

dipegang oleh Gembala Sidang tetapi Bendahara termasuk

perpuluhan. Sebenarnya hal ini menentang arus karena selama ini

di dalam GBI, persembahan memang dipegang oleh Bendahara

namun perpuluhan yang memegang adalah Gembala Sidang. Hal

ini dikarenakan untuk memberikan kepercayaan kepada Pengurus

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa bahwa Bapak Pdt. Paulus Raditya

Praba betul-betul murni ingin melayani dan tidak ada tendensi

untuk mencari keuntungan pribadi seperti Gembala Sidang

sebelumnya. Yang kedua, semua aset tidak boleh atas nama

pribadi, dan harus atas nama Yayasan. Oleh sebab itu Gereja

mendirikan Yayasan dengan nama Yayasan Sumber Kasih.

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa hanya memiliki satu

Bendahara umum sehingga didalam pengelolaan keuangan tidak

ada pemisahan fungsi mengenai pencatatan dan penyimpanan

Page 108: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

92

uang. Seharusnya antara bagian akuntansi dengan bagian

keuangan itu terpisah sehingga akan lebih terarah pengelolaan

keuangan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa. Selain itu juga

menghindari adanya penyalahgunaan keuangan Gereja oleh

Bendahara. Jika terdapat minimal 2 orang bendahara maka akan

saling mengawasi antara 1 dengan yang lain karena pada saat

dilakukan rekonsiliasi antara catatan dan uang yang ada harus

seimbang. Berdasarkan pernyataan informan dari salah satu

Penatua GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa mengungkapkan bahwa:

“Kalau menurut saya, sebaiknya Bendahara Gereja itu

terdiri dari dua orang dengan pemisahan tugas

bendahara satu yang membawa uang dan bendahara dua

mencatat. Namun kita harus selektif dalam memilih

karena ini terkait dengan pengelolaan keuangan Gereja

jadi harus jujur, punya hati melayani, dan dapat menjaga

rahasia”.

Dalam hal ini GBI juga tidak memiliki SOP dalam hal

pengelolaan keuangan. Karena GBI ini otonom jadi pengelolaan

keuangan akan dibuat seperti apa tergantung kebijakan dari

masing-masing Gereja Lokal. Sehingga GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa juga tidak memiliki standar dalam hal pelaporan

keuangan. Desain pencatatan keuangan yang diberlakukan selama

ini adalah adanya uraian pemasukan dan pengeluaran secara jelas.

Pemasukan persembahan dapat dibedakan menjadi persembahan

umum dan persembahan bidang kategorial. Untuk persembahan

umum semua akan diserahkan kepada Bendahara Umum, hanya

saja khusus untuk Donasi Sumber Kasih akan langsung

diserahkan kepada Panti Asuhan Sumber Kasih untuk mengelola

keuangan tersebut. Sedangkan persembahan bidang kategorial

Page 109: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

93

akan langsung dikelola oleh bidang sendiri dan digunakan untuk

kegiatan yang telah diprogramkan oleh masing-masing bidang.

Jadi dalam hal ini, Bendahara masing-masing bidang kategorial

akan mengelola keuangannya sendiri tanpa ada intervensi dari

Bendahara Umum ataupun Gembala Sidang. Berikut ini

pembagian persembahan baik secara umum maupun bidang

kategorial:

Gambar 2

Persembahan Umum dan Bidang Kategorial

Sumber: Data Primer (diolah) 2016

Beberapa kotak persembahan yang ada di Gereja terdiri dari

kotak persembahan diakonia (Yakobus 1: 27), Donasi Sumber

Kasih (2Korintus 8: 13-15), Persembahan KTB (Ibrani 10: 23),

Persembahan Persepuluhan (Maleakhi 3: 11), Persembahan

PERSEMBAHAN

UMUM

1. PERSEMBAHAN IBADAH RAYA 1 DAN 2

(BENDAHARA UMUM)

2. PERSEMBAHAN KHUSUS MINGGU PERTAMA UNTUK

RENOVASI DAN PERAWATAN (BENDAHARA UMUM)

3. PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (BENDAHARA

UMUM)

4. PERSEMBAHAN SYUKUR (BENDAHARA UMUM)

5. DONASI SUMBER KASIH (PANTI ASUHAN SUMBER

KASIH)

KATEGORIAL:

1. BIDANG ABI

PERSEMBAHAN JEMAAT DAN DONATUR (BENDAHARA BIDANG)

2. BIDANG HEAVY

PERSEMBAHAN JEMAAT (BENDAHARA BIDANG)

3. BIDANG DMBI

PERSEMBAHAN JEMAAT (BENDAHARA BIDANG)

4. BIDANG WBI

PERSEMBAHAN JEMAAT DAN SOSIAL (BENDAHARA BIDANG)

5. BIDANG PELMAS

PERSEMBAHAN KHUSUS MINGGU KETIGA, KOTAK PERSEMBAHAN

DIAKONIA, DAN DONATUR (BENDAHARA BIDANG)

6. BIDANG PI & MISI

PERSEMBAHAN KTB DAN KOTAK DONASI ADOPSI HAMBA TUHAN

(BENDAHARA BIDANG)

7. BIDANG MISSION CARE

KAS MISSION CARE (TIM BIDANG)

Page 110: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

94

Syukur (Lukas 6: 38), dan Donasi Adopsi Hamba Tuhan seperti

yang terdapat pada Lampiran 24. Dalam Bidang Pelmas ini

pencatatannya juga dilakukan secara manual dengan uraian

pemasukan dan pengeluaran saja yang dibuat secara rinci seperti

yang terdapat pada Lampiran 16 Pada Bidang Pelmas ini juga

memiliki donatur.

Selama ini Bendahara Umum tidak pernah membuat

laporan keuangan hanya saja dilakukan pencatatan secara manual

dengan dilampirkan nota-nota yang ada. Berikut pernyataan

informan Bapak Yusak Hartono sebagai Bendahara Umum GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Pada pencatatan hanya ada debit dan kredit saja dan

saya mencatatnya secara manual. Selama ini saya tidak

pernah membuat laporan keuangan. Apabila Gembala

Sidang bertanya saya hanya tunjukkan buku catatan dan

Rekening Koran pada tabungan”.

Di dalam akuntansi, laporan keuangan yang disajikan

dapat dianalisis sebagai alat untuk mengukur kinerja secara

finansial sebuah organisasi. Seharusnya GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa membuat laporan keuangan baik per bulan maupun

per tahun dengan tujuan agar pengelolaan keuangan Gereja dapat

terarah. Selain itu juga menghindari adanya manipulasi

dikarenakan ketidaktersediaannya laporan keuangan.

Pengeluaran rutin yang terjadi di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa misalnya terkait dengan pemeliharaan Gereja seperti

pembayaran listrik, air, dan pemeliharaan gedung Gereja terkait

pengecatan dan perbaikan pada bagian yang mengalami

kerusakan. Kemudian persembahan perpuluhan yang diterima

Page 111: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

95

oleh Gereja ditambahkan dulu dengan jumlah persembahan yang

ada. Kemudian 10%nya dikirimkan kepada BPH, pembiayaan

pekerja Gereja, pengkhotbah, pelayan Tuhan (Worship Leader,

Singers, Penari tambourine, tim musik, petugas LCD, dan petugas

kamera), baru sisanya diberikan kepada Gembala Sidang.

Pengeluaran juga digunakan untuk membeli alat musik Gereja.

Berikut contoh pencatatan untuk pengeluaran rutin pada Bulan

April 2015 pada Lampiran 16 dan contoh nota pada Lampiran 25.

Hampir semua bidang kategorial pencatatan yang

dilakukan dengan menggunakan sistem manual. Selama ini

Bendahara juga tidak pernah memperoleh pelatihan khusus dalam

pengelolaan keuangan. Sehingga tidak ada keseragaman dalam

pelaporan keuangan yang disajikan. Terkait laporan keuangan

bidang tahunan masing-masing bidang kategorial membuat pada

akhir periode dengan diketahui oleh Ketua masing-masing

Bidang Kategorial. Khusus untuk Bidang anak (ABI), Bidang

pemuda dan remaja (Heavy), dan Bidang Dewasa Muda (DMBI),

laporan keuangan yang disajikan dengan disetujui oleh Ketua

Komisi Pemuda dan Anak. Kemudian, keseluruhan laporan

keuangan yang disajikan oleh masing-masing Bidang Kategorial

dipertanggungjawabkan kepada Gembala Sidang. Laporan

keuangan 7 bidang kategorial baik dari penerimaan dan

pengeluaran yang terjadi tahun 2015 dinyatakan pada Lampiran

17.

Pada akhir periode, laporan keuangan yang disajikan tidak

ada yang mengaudit dari Pusat karena GBI sistemnya adalah

otonomi jadi tidak ada yang memantau dari pusat. Terkait dengan

Page 112: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

96

keuangan ini, GBI hanya memantau Gereja lokal mana saja yang

selalu setia mengirimkan persepuluhan kepada Pusat.

Untuk membangun kepercayaan Jemaat kepada GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa, maka Pengurus memberikan

pertanggungjawaban kepada Jemaat melalui laporan yang

disajikan. Namun, tidak semua laporan berhak diketahui oleh

Jemaat karena adanya alasan-alasan tertentu yang menyertai.

Berikut ini pernyataan yang disampaikan oleh informan terkait

dengan publikasi laporan kepada Jemaat.

“Tidak perlu publikasi, tetapi kita perlu Bendahara

Gereja yang jujur. Bendahara Gereja itu harusnya ada 2

tidak boleh 1 untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan. Sejujur-jujurnya manusia kalau ada celah

iblis itu mudah menggerogoti untuk mnggunakan.

Menurut saya apa yang menjadi aset, apa yang menjadi

milik gereja itu tidak perlu semua Jemaat tahu, namun

harus semua Jemaat menikmatinya. Jadi harus bisa

dibedakan karena tidak semua harus tahu, tetapi ini dari

Jemaat untuk Jemaat yang harus dinikmati semua Jemaat

karena itu plus minusnya kalau semua Jemaat tahu

padahal tidak semua Jemaat pelaku firman, kalau kita

saring 500 jemaat yang ada di Gereja kita coba kalau kita

mau survey beri pertanyaan kepada mereka satu per satu

nanti berapa % yang benar-benar tulus. Kita bukan mau

menghakimi mereka. Tetapi kalau kita mau terbuka akan

menimbulkan masalah, “Gereja ada uang sebesar itu kok

saya pinjam tidak boleh”. Itu justru akan merugikan

kerahasiaan Gereja kita sendiri. Jadi kalau menurut saya

tidak semua Jemaat. Cukup Penatua harus tahu,

Pendetapun tidak perlu tahu karena tugas seorang

Pendeta dia adalah penggembala bukan untuk mengaudit

tentang keuangan. Dan berbahagialah kita, karena

Gembala kita tidak pernah mau tahu apa yang Gereja

punya itu satu nilai plus dari Gembala Sidang kita. Dia

Page 113: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

97

hanya menerima apa yang menjadi bagiannya yaitu

perpuluhan”.

Dalam hal pelaporan keuangan kepada Jemaat sebaiknya

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memberikan laporan sebagai bentuk

pertanggungjawaban Pengurus Gereja kepada Jemaat atas dana

yang dipercayakan untuk dikelola. Dengan didasarkan

kepercayaan, sebagai pondasi untuk menjalankan pekerjaan itu.

Hal serupa dikatakan Yesus dalam Lukas 16: 2 yaitu:

“Berikanlah pertanggungjawaban atas urusanmu”. Pengelolaan

atau penatalayanan keuangan (oikonomia) menjadi suatu

keharusan dalam mewujudkan tugas panggilan gereja yang lain

(Marturia, Koinonia, Leiturgia, Diakonia, Didaskalia, dan

poimenoia). Hal ini haruslah seiring dengan tuntutan Jemaat

dalam suatu organisasi yang semakin kritis (Silvia dan Ansar

2011).

Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa selain melakukan

akuntabilitas baik kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja serta

Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana, dalam hal ini

juga melakukan akuntabilitas kepada pimpinan organisasi baik di

tingkat daerah serta di tingkat nasional. Jemaat memberikan

persembahan dan persepuluhan melalui kotak persepuluhan dan

persembahan ataupun persembahan pada saat ibadah raya.

Kemudian Bendahara Umum GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa akan

menghitung persembahan dan persepuluhan secara keseluruhan.

Selanjutnya 10% dari jumlah persembahan dan persepuluhan

pada bulan tersebut akan disetorkan kepada BPH/ Sinode GBI.

Page 114: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

98

Dalam hal pemberian persembahan kepada BPH/Sinode ini

dinyatakan dalam Flowchart Lampiran 9.

Pengurus tidak hanya bertanggungjawab atas

pertanggungjawaban dalam hal keuangan saja, namun Pejabat

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa (Pdp, Pdm, dan Pdt) juga melakukan

pertanggungjawaban terkait dengan administrasi pembayaran

iuran kepada Badan Pekerja Wilayah (BPW). GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa masuk ke dalam wilayah Korwil Selatan 1. Dalam hal

keuangan, Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa melakukan

akuntabilitas terkait dengan persembahan dan persepuluhan dari

Jemaat yang terkumpul setiap bulan. Berikut pernyataan dari

informan Bapak Yusak Hartono selaku Bendahara Umum GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa:

“Persembahan dan persepuluhan dari Jemaat yang sudah

terkumpul pada bulan tertentu kemudian dihitung dan

diambil 10%nya untuk disetorkan ke BPH. GBI Dr. Cipto

3 Ambarawa ini secara rutin setiap bulan menyetorkan

10% dari total persembahan dan persepuluhan ini kepada

BPH”.

Selain itu berdasarkan pendapat Bapak Pdm. Timotius

Budi L.A, S.Th sebagai Ketua Bidang Lansia dan sebagai salah

satu Pejabat Gereja menjelaskan akuntabilitas Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa sebagai Gereja Lokal kepada pimpinan

organisasi di tingkat wilayah, daerah serta tingkat nasional:

“Kalau dalam GBI organisasi tertinggi adalah Sinode.

Sinode dibawahnya ada BPD, kemudian ada BPW, lalu

BPH juga. BPH disini masuk kedalam Sinode. Kalau saya

tadi mengelompokkannya ketika GBI itu dikelompokkan

kedalam wilayah-wilayah. Kalau sinode itu berarti secara

Page 115: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

99

nasionalnya. Kalau BPD itu daerahnya. Kemudian BPW

itu bagian yang lebih kecil dari BPD. Ya, kalau yang

pertama dilihat dari Gereja Lokal dulu, GBI Dr. Cipto 3

itu adalah Gereja Lokal. Gereja Lokal harus

mempertanggungjawabkan yang pertama kepada BPW

walaupun dalam bentuk yang sempit. Artinya biasanya

yang berhubungan dengan administrasi. Administrasi itu

misalnya iuran-iuran. Terkait dengan keuangan setiap

bulan sesuai peraturan dari BPH, berapa tingkat

keseluruhan dari gereja. Kalau tingkat gereja itu

persembahan dan persepuluhan keduanya ditotal lalu

diambil 10% yang dikirimkan ke Sinode. Gereja juga

bertanggungjawab ke BPH terkait kesetiaannya

memberikan persepuluhan itu. Dalam hal ini belum ada

semacam tindakan disiplin dari Sinode. Seperti misalnya

GBI A tidak setia merekap perpuluhan. Seperti apa

tindakan dari Sinode itu belum ada. Baru ada semacam

teguran himbauan kepada Gereja Lokal agar setia

memberikan persepuluhan. Namun terdapat tindakan

disiplin dalam hal status kepejabatan. Kalau tidak setia

mengirimkan persepuluhan maka Gereja Lokal

kemungkinan tidak dapat mencalonkan pejabat baru atau

mengusulkan kenaikan jenjang jabatan”.

Berdasarkan pernyataan informan diatas, GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa melakukan akuntabilitas dimulai dari BPW (Badan

Pekerja Wilayah), BPD (Badan Pekerja Daerah), serta BPH

(Badan Pekerja Harian). Terkait dengan keuangan Gereja, GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa adalah Gereja Lokal. Gereja Lokal harus

mempertanggungjawabkan yang pertama kepada BPW walaupun

dalam bentuk yang sempit. Artinya biasanya yang berhubungan

dengan administrasi seperti iuran-iuran. Kemudian terkait dengan

total persembahan dan perpuluhan GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

maka diambil 10%nya untuk disetorkan kepada BPH digunakan

untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

Page 116: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

100

Pusat. Kemudian keseluruhan dana yang terkumpul di BPH maka

diambil 30%nya untuk diberikan kepada BPD untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang ada di daerah. Apabila Pengurus Gereja

secara khusus adalah Gembala Jemaat Gereja tidak mengirimkan

persepuluhan kepada BPH maka akan dikenakan disiplin Gereja.

Seperti yang terdapat pada Tata Gereja GBI pada bagian Tata

Tertib GBI Pasal 86 terkait Jenis Sanksi Disiplin sebagai berikut:

“Pasal 86 (1) Peringatan tertulis, bagian (m): tidak

mengirimkan persepuluhan Jemaat kepada BPH selama

12 (duabelas) bulan berturur-turut tanpa alasan yang

dapat dibenarkan oleh oleh Ketua Umum BPH”. (2)

Pemutusan Persekutuan sementara sehingga tidak

mendapat pelayanan secara organisasi, bagian (b):

“tanpa alasan yang dapat dibenarkan, tetap tidak

memberikan persepuluhan jemaat kepada BPH walaupun

telah mendapat sanksi peringatan tertulis”. bagian (e):

“tidak mengirimkan persepuluhan Jemaat kepada BPH

selama 2 (dua) tahun berturur-turut walaupun telah

mendapat sanksi Peringatan Pertama”. (4) Penurunan

jenjang kependetaan dan jabatan kepengurusan dalam

Gereja Bethel Indonesia secara tertulis dan diumumkan,

bagian (d): “tidak memberikan persepuluhan Jemaat

kepada BPH selama 3 (tiga) tahun berturur-turut

walaupun telah mendapat sanksi Peringatan Tertulis dan

Sanksi Pemutusan Persekutuan Sementara ”.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Akuntabilitas dalam organisasi Gereja diperkuat melalui

ayat Alkitab yang terdapat pada Markus 12: 17 yaitu:

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada

Page 117: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

101

Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada

Allah!”. Praktik akuntabilitas yang dijalankan berpedoman pada

Pengajaran Dasar GBI, Tata Gereja GBI, dan dokumen GBI

lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam hal ini

Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa memberikan

pertanggungjawaban baik kepada Kristus sebagai Pemilik Gereja

maupun kepada Jemaat dan Donatur sebagai penyumbang dana,

serta para Pimpinan organisasi Gereja baik di tingkat daerah

seperti BPD maupun di tingkat nasional seperti BPH/Sinode.

Praktik akuntabilitas yang dilakukan Pengurus GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa meliputi akuntabilitas spiritual,

kepemimpinan, dan keuangan. Pada akuntabilitas spiritual

diwujudkan dalam bentuk kesaksian (marturia), persekutuan

(koinonia), ibadah (leiturgia), dan pelayanan kasih (diakonia).

Pengurus melaksanakan kewajiban dalam bentuk kegiatan

religius untuk melakukan kesaksian, mengadakan persekutuan

dan ibadah, serta memberikan pelayanan kasih baik kepada

Jemaat Setempat dan masyarakat sekitar.

Wujud praktik akuntabilitas yang telah dilakukan sebagai

wujud nyata pertanggungjawaban Pengurus kepada Tuhan

sebagai mandataris Allah di bumi untuk memberitakan kabar

keselamatan kepada Yesus Kristus dalam mengabarkan Injil,

mengadakan persekutuan, mengadakan ibadah baik umum

maupun bidang kategorial, serta keterlibatan dalam pelayanan

kasih. Selain itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada

BPD dan BPH dalam akuntabilitas spiritual ini yang

dipertanggungjawabkan terkait dengan ajaran yang tidak

Page 118: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

102

menyimpang dari doktrin GBI. Oleh sebab itu BPH memberikan

pedoman berupa pengajaran dasar GBI serta memperkuat dengan

surat penggembalaan kepada Pengurus Gereja secara khusus

Pejabat Gereja. Apabila Pejabat Gereja tidak mematuhi ajaran

yang telah disepakati oleh Sinode GBI, maka akan mendapatkan

disiplin Gereja yang diatur pada Tata Dasar GBI.

Dalam hal mempertanggungjawabkan ajaran sudah

termasuk dalam unsur memberikan kesaksian berupa pengabaran

Injil tentang keselamatan. Pada Persekutuan dan Ibadah yang

diadakan juga terdapat unsur pemberitaan Firman Tuhan, dan

pada saat memberikan pelayanan kasih juga diselipkan ajaran

Firman Tuhan. Dalam hal bertanggung jawab terhadap ajaran

yang disampaikan, selain bertanggungjawab kepada BPD dan

BPH terlebih dari itu bertanggungjawab kepada Tuhan dengan

memberikan pemahaman yang benar terkait ajaran yang

disampaikan.

Pada akuntabilitas kepemimpinan diwujudkan dalam

bentuk pemuridan (didaskalia) dan penggembalaan (poimenoia).

Pengurus melaksanakan kewajiban dalam aktivitas religius yaitu

pemuridan dengan membina, memuridkan, dan memperlengkapi

Jemaat yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan

Juu Selamat. Dalam hal pemuridan ini di satu sisi

bertanggungjawab kepada Jemaat namun terlebih dari itu

bertanggungjawab kepada Tuhan seperti teladan Yesus dalam

Matius 28: 18-20.

Selain itu penggembalaan yang dilakukan Pengurus

dengan mengabarkan Firman kepada Jemaat, melayani Jemaat

Page 119: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

103

supaya lebih menyadari iman dan dapat mewujudkan iman

tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Penggembalaan sebagai

sarana untuk menumbuhkan iman Jemaat sekaligus pemeliharaan

terhadap Jemaat yang Tuhan percayakan kepada Pengurus.

Pertanggungjawaban Pengurus kepada PBD dan BPH dalam hal

pemuridan dan penggembalaan juga yang diutamakan adalah

pertanggungjawaban terkait dengan ajaran yang sesuai dengan

doktrin GBI. Dalam hal pemuridan dan penggembalaan terdapat

unsur pemberitaan Firman Tuhan. Terkait dengan ajaran ini,

Pengurus tidak hanya bertanggung jawab terhadap BPD dan

BPH, namun juga kepada Kristus.

Pada akuntabilitas keuangan diwujudkan dalam bentuk

(oikonomia). Pertanggungjawaban ini terkait keuangan yang

meliputi persembahan dan persepuluhan dari Jemaat serta sarana

dan prasarana yang dimiliki untuk digunakan sebagai pendukung

kegiatan yang dilaksanakan. Dalam hal alokasi dana dari

persembahan dan persepuluhan telah dialokasikan dengan baik

sesuai dengan program kerja tahun 2015. Namun tidak semua

laporan dipublikasikan kepada Jemaat dikarenakan ada alasan

yang menyertai. Laporan keuangan bidang setiap tahun

dipertanggungjawabkan kepada Gembala Sidang. Kecuali pada

Bidang anak, Bidang pemuda dan remaja, serta bidang dewasa

muda dengan diketahui Komisi Pemuda dan Anak. Untuk laporan

keuangan umum baik bulanan maupun tahunan tidak pernah

dipublikasikan kepada Jemaat.

Pertanggungjawaban terkait keuangan ini dilakukan

kepada BPW, BPD dan BPH. Dalam hal ini pertanggungjawaban

Page 120: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

104

dilakukan oleh Pengurus Gereja yang menduduki jabatan sebagai

Pejabat Gereja. Pejabat Gereja memberikan pertanggungjawaban

kepada BPW terkait dengan iuran administrasi, kepada BPH

dengan diketahui BPD memberikan 10% dari total keseluruhan

persembahan dan persepuluhan dari Jemaat. Kemudian setelah

mengirim persepuluhan kepada BPH, maka 30% dari total

persepuluhan dikirimkan ke BPD untuk mendukung kegiatan

yang dilakukan di daerah.

Dari ketiga akuntabilitas yang dijalankan yaitu

akuntabilitas spiritual, kepemimpinan dan keuangan, maka

terdapat keterkaitan satu sama lain. Akuntabilitas spiritual

sebagai dimensi utama yang menyatakan kepercayaan dan

cintanya kepada Tuhan (Randa, dkk 2011). Kepercayaan ini

menjadi wujud akuntabilitas kepada Kristus, Jemaat dan donatur,

serta pimpinan organisasi yaitu BPD dan BPH yang dituangkan

dalam Pengajaran Dasar GBI dan Tata Gereja GBI sebagai dasar

dalam bertindak bagi Pengurus Gereja dalam memimpin.

Sehingga akuntabilitas spiritual dan kepemimpinan seharusnya

berjalan beriringan. Marturia, koinonia, leiturgia, dan diakonia,

tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya pemuridan

dan penggembalaan. Selain itu, keuangan (oikonomia) menjadi

pendukung dalam mewujudkan marturia, koinonia, leiturgia,

diakonia, didaskalia, dan poimenoia) pada akuntabilitas spiritual

dan kepemimpinan.

Page 121: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

105

SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa, peneliti menyarankan agar Pengurus Gereja

hendaknya secara khusus mengajarkan mengenai doktrin GBI

kepada Jemaat. Selain itu, Pengurus hendaknya mengedepankan

musyawarah dalam pengambilan keputusan pengelolaan

keuangan serta menyampaikan laporan keuangan sebagai

pertanggungjawaban kepada Jemaat. Penerapan nilai tersebut

diharapkan dapat menumbuhkan akuntabilitas keuangan yang

lebih transparan.

KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan

dalam pembahasan mengenai praktik akuntabilitas kepada

pimpinan organisasi baik BPD maupun BPH karena penjelasan

yang diberikan hanya menyeluruh terkait marturia, koinonia,

leiturgia, diakonia, didaskalia, dan poimenoia secara menyeluruh

yaitu ajaran sesuai dengan doktrin GBI.

PENELITIAN MENDATANG

Penelitian ini menggambarkan praktik akuntabilitas dari

perspektif Pengurus organisasi Gereja. Peneliti menyadari bahwa

penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat

mengembangkan praktik akuntabilitas yang dijalankan organisasi

Gereja dari perspektif Jemaat dan donatur. Selain itu, peneliti

selanjutnya dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti

Page 122: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

106

praktik akuntabilitas terhadap pimpinan organisasi baik di tingkat

daerah maupun tingkat nasional seperti Majelis Daerah (MD) dan

Majelis Pekerja Lengkap (MPL) terkait dengan sidang yang

dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Abineno Ch.J.L. 2011. Penatua: Jabatan dan Pekerjaannya.

BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Alkitab. 2014. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta.

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik.

Penerbit Erlangga.

Berry, A.J. 2005. Accountability and Control in a Cat’s Cradle,

Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 18,

No.2, pp. 255-297.

Booth, P. 1993. Accounting in churches: research framework and

agenda. Accounting, Auditing & Accountability Journal,

v. 6, n. 4, p. 37-67.

Bons-Storm, M. 2011. Apakah Penggembalaan Itu?. PT BPK

Gunung Mulia. Jakarta.

Dewi, Atmadja, dan Adiputra. 2015. Konsep Akuntabilitas

Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan (Studi Kasus

Pada Gereja Kerasulan Baru Di Indonesia, Distrik Jawa

Timur dan Bali). e-Journal S1. Universitas Pendidikan

Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1. Volume 3, No.

1, Tahun 2015.

Duncan, J.B., D.L. Flesher, and M.H. Stocks. 1999. Internal

control systems in US churches: An examination of the

effects of church size and denominationon systems of

internal control. Accounting, Auditing and Accountability

Journal, Vol. 12 Iss: 2, pp.142 – 164.USA: MCB UP Ltd.

Page 123: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

107

Endahwati, Y.D. 2014. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat, Infaq,

dan Shadaqah (ZIS). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan

Humanika (JINAH). Volume 4, Nomor 1, Singaraja,

Desember 2014.

Halim, A. dan Kusufi, M.S. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi

Akuntansi Sektor Publik Dari Anggaran Hingga Laporan

Keuangan Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah.

Penerbit Salemba Empat.

Hutabarat, H.N. 2011. Mentoring dan Pemuridan. Yayasan

Kalam Hidup. Bandung.

Jailani, M.S. 2013. Ragam Penelitian Qualititive (Ethnografi,

Fenomenologi, Grounded Theory, dan Studi Kasus). Edu-

Bio, Volume 4, Tahun 2013.

Jatmiko, Bambang. 2008. Metode Penelitian FE-UNIKOM

Kaomaneng, I.S. 2013. Penerapan Sistem Akuntansi Dalam

Pengelolaan Keuangan Gereja. Jurnal Uniera, Volume 2

Nomor 1, Februari 2013.

Korengkeng, H.F. 2013. Penerapan Good Corporate Governance

Di Organisasi Gereja: Studi Kasus Di Daerah Konferens,

Minahasa Utara, Bitung, & Maluku Utara. Tesis. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana,

Salatiga.

Kristiawan, M.D. 2014. Akuntabilitas Keuangan Organisasi

Keagamaan Dalam Perspektif Stewardship Theory (Studi

Kasus Gereja Katolik Paroki St. Yusup, Ambarawa).

Tesis. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen

Satya Wacana, Salatiga.

Kusuma, S.A. 2009. Kaya di Bumi Memerintah Bersama Yesus

di Sorga. Gereja Bethany Fresh Anointing di Yogyakarta.

Lim, Alex. 2010. Integrasi Spiritualitas dan Kapabilitas

Kepemimpinan Gereja Tionghoa. Veritas 11/2, Oktober

2010, 207-229.

Page 124: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

108

Mardiasmo, 2006, “Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas

Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana

Good Governance”, Jurnal Akuntansi Pemerintah,

Volume 2, Nomor 1, Mei: 1-17.

Moloeng, L.J. 2013. Metode penelitian kualitatif (edisi revisi).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pawito. 2007. Penelitian komunikasi kualitatif. Yogyakarta: PT.

Lkis Pelangi Aksara.

Randa, Fransiskus. 2010. Akuntabilitas Kepemimpinan Dalam

Organisasi Keagamaan (Studi Etnografi Pada Sebuah

Gereja Katolik Di Tana Toraja). Jurnal Sistem Informasi

Manajemen dan Akuntansi, Volume 8, Nomor 2, Oktober

2010, 25-52. Fakultas Ekonomi UAJ Makasar.

Randa, Fransiskus, dkk. 2011. Studi Etnografi: Akuntabilitas

Spiritual Pada Organisasi Gereja Katolik Yang

Terinkulturasi Budaya Lokal. Jurnal Akuntansi

Multiparadigma, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2011.

Randa, Fransiskus. 2011. Akuntabilitas Keuangan Dalam

Organisasi Keagamaan (Studi Etnografi Pada Sebuah

Gereja Katolik Di Tana Toraja). Jurnal Sistem Informasi

Manajemen dan Akuntansi, Volume 9, Nomor 2, Oktober

2011, 59-83. Fakultas Ekonomi UAJ Makasar.

Randa, Fransiskus. 2011. Rekonstruksi Konsep Akuntabilitas

Organisasi Gereja: Studi Etnnografi Kritis Inkulturatif

Pada Gereja Katolik di Tana Toraja. Simposium Nasional

Akuntansi XIV Aceh, 2011.

Senduk, H.L. Pelayan Tuhan. Seksi Penerbitan Yayasan Bethel.

Senduk, H.L. 1989. Pedoman Pelayan Pendeta. Edisi 1.

Senduk, H.L. 1989. Pedoman Pelayan Pendeta. Edisi 2.

Sianturi, M.T. 2014. Pengajaran Kitab Wahyu Tentang Doktrin

Gereja. Karya Tulis Ilmiah. Graphe International

Theological Seminary.

Page 125: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

109

Silvia, Janets dan Muhammad Ansar. 2011. Akuntabilitas Dalam

Perspektif Gereja Protestan: Studi Fenomenologis Pada

Gereja Protestan Indonesia Donggala Jemaat Manunggal

Palu. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 2011.

Simanjuntak, D.A dan Yeni J. 2011. Akuntabilitas dan

Pengelolaan Keuangan di Masjid. Simposium Nasional

Akuntansi XIV Aceh, 2011.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfabeta.

Bandung.

Sugiyono. 2013. Memahami penelitian kualitatif. Penerbit

Alfabeta. Bandung.

Team Penyuluh. 2015. Membangkitkan Iman, Pengharapan, dan

Kasih. Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia.

Jakarta.

Team Penyuluh. 2016. Pembaharuan Penuai Dalam Tahun

Penuaian. Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia.

Jakarta.

Tim Penyusun. 2004. Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia.

Departemen Teologia Badan Pekerja Sinode Gereja

Bethel Indonesia. Jakarta.

Tim Penyusun. 2014. Tata Gereja Gereja Bethel Indonesia. Badan

Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia. Jakarta.

Wiersbe, W.W dan Wiersbe, W.D. 2011. 10 Kekuatan Pelayanan

yang Alkitabiah. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Zoelisty, C dan Adityawarman. 2014. Amanah Sebagai Konsep

Pengendalian Internal Pada Pelaporan Keuangan Masjid

(Studi Kasus Pada Masjid di Lingkungan Universitas

Diponegoro). Diponegoro Journal of Accounting, Volume

3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 1-12.

Page 126: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

110

LAMPIRAN 1

PERTANYAAN MENGENAI PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GBI Dr. CIPTO 3

AMBARAWA

Profil Organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Gambaran secara umum tentang organisasi:

Pertanyaan Wawancara

1. Kapan organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa Dibangun?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?

3. Apa visi dan misi organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?

4. Apa saja bidang pelayanan yang ada dalam organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?

5. Siapa yang terlibat dalam kepengurusan organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?

Page 127: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

111

Persiapan Pribadi Pengurus Dalam Mewujudkan Praktik Akuntabilitas di Organisasi GBI Dr Cipto 3

Ambarawa

Pertanyaan Wawancara

1. Kapan Pengurus memulai melayani Tuhan?

2. Apakah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum memulai melayani Tuhan?

3. Apakah Pengurus melakukan kegiatan Sekolah Alkitab atau kegiatan yang berhubungan dengan pendalaman Alkitab sebelum

memulai melayani Tuhan?

Praktik Akuntabilitas Pengurus Organisasi GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

Dimensi Wujud Praktik

Akuntabilitas

Pertanyaan Wawancara

Kesaksian (Marturia)

1. Hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan dalam melakukan tugas kesaksian?

2. Apakah Pengurus pernah mengalami kendala dalam bersaksi? Apa saja kendala

Page 128: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

112

Spiritual

yang dialami Pengurus dalam bersaksi?

3. Berapa jumlah Jemaat yang bersedia menerima Yesus Kristus sebagai Juru

Selamat melalui pembaptisan?

Persekutuan (Koinonia) 1. Apa saja jenis persekutuan yang diadakan oleh Pengurus?

2. Berapa kali persekutuan yang diadakan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

setiap minggunya?

3. Bagaimana melatih hidup Jemaat agar mempunyai kerinduan untuk berdoa

syafaat dan menyembah Tuhan?

4. Apakah selalu ada penambahan jumlah orang setiap kelompok dalam

persekutuan? Berapa jumlahnya?

5. Apa nilai-nilai yang ditanamkan oleh Pengurus bagi setiap Jemaat yang tergabung

dalam persekutuan?

Ibadah (Leiturgia) 1. Apa saja jenis ibadah yang diadakan oleh Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa?

Page 129: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

113

2. Berapa kali ibadah yang diadakan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa setiap

minggunya?

3. Bagaimana susunan liturgi/ibadah yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa?

Pelayanan Kasih

(Diakonia)

1. Berapa frekuensi yang dilakukan Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dalam

mempraktikkan diakonia karitatif , diakonia development, diakonia advokasi, dan

diakonia transformatif dalam 1 tahun?

2. Siapakah sasaran atau target orang yang dibantu dalam diakonia karitatif ,

diakonia development, diakonia advokasi, dan diakonia transformatif?

3. Apakah pelaksanaan pelayanan yang dilakukan Pengurus GBI Dr.Cipto 3

Ambarawa dalam mempraktikkan diakonia karitatif, diakonia development,

diakonia advokasi, dan diakonia transformatif sudah sesuai dengan program kerja

Bidang?

Page 130: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

114

Kepemimpinan

Pemuridan (Didaskalia) 1. Bagaimana bentuk pemuridan (KTB) yang dilakukan Pengurus?

2. Berapa kali dilakukan tugas pemuridan dalam satu minggu?

3. Apakah sebagian Jemaat yang dilayani sudah tergabung dalam pemuridan

(Kelompok Tumbuh Bersama)?

4. Berapa jumlah dan prosentase Jemaat yang sudah tergabung dalam pemuridan?

5. Ada berapa pembagian wilayah yang digunakan untuk kegiatan pemuridan?

6. Bagaimana Pengurus mengajarkan kebenaran firman Tuhan, mengajarkan berdoa

dan mengajarkan kepada Jemaat yang dimuridkan untuk melakukan

penginjilan/kesaksian?

7. Bagaimana mengukur pertumbuhan Jemaat dan melakukan follow up kepada

Jemaat yang dimuridkan agar apa yang direncanakan berhasil dilakukannya?

8. Bagaimana melatih tentang kepemimpinan sampai nanti Jemaat tersebut bisa

menolong orang lain untuk bertumbuh? Apakah sudah ada regenerasi dari murid

Page 131: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

115

menjadi Ketua KTB?

9. Bagaimana mengutus Jemaat untuk melayani dalam pengkaderan menjadi Ketua

KTB selanjutnya? Apakah sudah ada murid yang diutus menjadi Ketua KTB?

Penggembalaan

(Poimenoia)

1. Bagaimana bentuk penggembalaan yang dilakukan oleh Pengurus?

2. Siapa saja sasaran atau target Jemaat yang digembalakan?

3. Siapa saja penanggungjawab dalam melakukan penggembalaan?

4. Berapa jumlah Jemaat yang digembalakan?

Keuangan (Oikonomia) 1. Apa saja persyaratan untuk menjadi pengelola keuangan di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa? Apakah diperlukan kriteria khusus bahwa pengelola keuangan harus

dari lulusan Ekonomi?

2. Apakah ada Standard Operation Procedure (SOP) dalam pengelolaan keuangan?

bagaimana desainnya? Jika tidak, bagaimana wujud atau desain Laporan

Page 132: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

116

Keuangan

keuangan yang diterapkan?

3. Adakah pemisahan fungsi mengenai penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran

keuangan yang tegas dalam pengelolaan keuangan? Contohnya seperti apa?

4. Bagaimana pencatatan dan pendokumentasian transaksi yang dilakukan oleh

Bendahara Gereja?

5. Berapa jumlah dan jenis dana sebagai penerimaan?

6. Berapa jumlah dan jenis pengeluaran yang dilakukan?

7. Berapa alokasi dana untuk kegiatan yang diadakan?

8. Bagaimana penyajian laporan keuangan tahunan yang disajikan Pengurus?

Apakah persembahan yang diberikan oleh Jemaat dan Donatur penting untuk

dipublikasikan?

9. Selama ini adakah proses Audit laporan keuangan yang dilakukan oleh Pusat?

Page 133: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

117

Siapa yang melakukan?

Spiritual,

Kepemimpinan,

dan Keuangan

Marturia, Koinonia,

Leiturgia, Diakonia,

Didaskalia, Poimenoia,

dan Oikonomia

1. Bagaimana Pengurus GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa melakukan praktik

akuntabilitas kepada pimpinan organisasi baik di tingkat daerah maupun

nasional?

2. Siapa saja pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam melakukan praktik

akuntabilitas kepada pimpinan organisasi baik di tingkat daerah maupun

nasional?

Page 134: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

118

LAMPIRAN 2

DATA PERSYARATAN PRIBADI PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3

AMBARAWA

No

.

Nama

Pengurus

Jabatan

Dalam

Organisa

si Gereja

Jenis

Kelam

in

Pekerj

aan

Usia Pendidikan

Formal

Terakhir

Awal

Melayan

i Tuhan

Sekolah

Alkitab/

Pendala

man

Alkitab

1 Bp. Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

Gembala

Sidang

L Pendet

a

63

tahun

SMP Tahun

1988 (35

tahun)

Tidak

2 Bp. Yusak

Hartono

Penatua

dan

Bendahar

a

L Wiras

wasta

61

tahun

SMA Tahun

1981 (26

tahun)

Tidak

3 Ibu Imelda

Handayani

Penatua P Wiras

wasta

59

tahun

SMA Tahun

1967 (10

tahun)

Tidak

4 Bp. Daniel

Suparjan

Sarwono, BA

Penatua

dan

Ketua

Bidang

Pelmas

L Wiras

wasta

56

tahun

D3 Tahun

1986 (26

tahun)

Pendala

man

Alkitab

(Kursus)

5 Bp. Pdp.

Yohanes

Joko Susilo,

S.Pd

Penatua

dan

Ketua

Bidang

PI dan

Misi

L Kepala

Sekola

h

49

tahun

S1 Tahun

1988 (21

tahun)

Tidak

6 Bp. Petrus

Joko

Sulistyo, SE

Penatua,

Ketua

Bidang

Ibadah,

dan

Ketua

Bidang

Multimed

L Karya

wan

46

tahun

S1 Tahun

1992 (22

tahun)

Tidak

Page 135: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

119

ia

7 Ibu Aniek

Setyawati

Penatua,

Ketua

Komisi

Pemuda

dan

Anak,

Sekretari

s, dan

Bidang

Mission

Care

P Fullti

mer

Gereja

43

tahun

SMA Tahun

1995 (22

tahun)

Tidak

8 Sdri.

Septiana

Agustin,

M.Pd

Ketua

Bidang

Anak

P Guru

SD

28

tahun

S2 Tahun

1998 (10

tahun)

Tidak

9 Sdri.

Adininta

Margaretha

Ginting

Ketua

Bidang

Pemuda

dan

Remaja

P Mahas

iswa

20

tahun

SMA Tahun

2012 (16

tahun)

Tidak

10 Sdr. Yohanes

Haryo

Mahardika

Ketua

Bidang

Dewasa

Muda

L Karya

wan

34

tahun

D1 Tahun

1997 (15

tahun)

Tidak

11 Sdri. Sri

Setyawati

Ketua

Bidang

Wanita

P Mento

r PPA

42

tahun

SMA Tahun

1987 (13

tahun)

Sekolah

Alkitab

12 Bp. Pdm.

Timotius

Budi LA,

S.Th

Ketua

Bidang

Lansia

L Pendet

a

45

tahun

S1 Tahun

1989 (18

tahun)

Sekolah

Alkitab

Page 136: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

120

LAMPIRAN 3

PERSIAPAN PENGURUS SEBELUM MELAKUKAN KESAKSIAN

No. Jabatan Dalam

Organisasi Gereja

Persiapan Sebelum Kesaksian Kendala Dalam

Bersaksi Membaca

Firman Tuhan

Berdoa

Pagi Malam Pagi Malam

1 Gembala Sidang √ √ √ √ -

2 Penatua √ √ √ √ Gugup, takut, tidak

semua orang

menanggapi dengan

positif terlebih

apabila menyerang

balik dengan

perkataan yang buruk

3 Sekretaris √ √ √ √ Tidak semua orang

menanggapi dengan

positif terlebih

apabila menyerang

balik dengan

perkataan yang buruk

4 Bendahara √ √ √ √ Takut

5 Ketua Komisi Pemuda

dan Anak

√ √ √ √ Tidak semua orang

menanggapi dengan

positif terlebih

apabila menyerang

balik dengan

perkataan yang buruk

6 Pengurus Bidang √ √ √ √ Gugup, lupa urutan,

takut, kurang

pengetahuan tentang

Tuhan, kesaksian

dianggap remeh dan

dianggap hanya fiktif

belaka, kurang fasih

berbicara, minder,

takut ditertawakan,

perasaan sungkan.

Page 137: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

121

LAMPIRAN 4

PERSEKUTUAN YANG DIADAKAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3

AMBARAWA

No. Jenis Persekutuan Hari, Jam dan Tempat

Kegiatan

Frekuensi Diadakannya

Persekutuan per Minggu

1 Persekutuan Kelompok

Tumbuh Bersama (KTB)

Rabu, pukul 18.30 di wilayah

masing-masing

1 kali

2 Persekutuan Doa Umum

dan Pelayan Tuhan

Jumat Minggu kedua dan

keempat, pukul 19.00 di GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa

1 kali (khusus Jumat

Minggu kedua dan

keempat)

3 Persekutuan Doa Senin-Sabtu, pukul 05.00-

06.00 di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa

6 kali

4 Persekutuan Doa Selasa, pukul 10.00 di GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa

1 kali

5 Persekutuan Doa Selasa, pukul pukul 19.30

setelah diklat Ketua KTB di

GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa

1 kali

6 Persekutuan Doa Sabtu, pukul 10.00 di GBI

Dr. Cipto 3 Ambarawa

1 kali

7 Ucapan Syukur Sesuai Kebutuhan -

8 Penghiburan Sesuai Kebutuhan -

Jumlah Persekutuan dalam satu Minggu 10 kali (Minggu

pertama, ketiga, dan

jika ada minggu kelima).

11 kali (Minggu kedua

dan keempat)

Page 138: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

122

LAMPIRAN 5

IBADAH YANG DIADAKAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA

No. Jenis Ibadah Bidang yang

Membawahi

Hari, Jam dan

Tempat Kegiatan

Frekuensi Diadakannya

Ibadah per Minggu

1 Ibadah Raya 1 Bidang Ibadah Minggu, pukul

06.00 di GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa

1 kali

2 Ibadah Raya 2 Bidang Ibadah Minggu, pukul

17.00 di GBI Dr.

Cipto 3 Ambarawa

1 kali

3 Ibadah Hari Raya

Gerejawi (Ibadah

Paskah, Perayaan

Paskah, Kenaikan

Tuhan Yesus,

Ibadah Natal dan

Perayaan Natal)

Bidang Ibadah Sesuai dengan

Kalender 5 kali per tahun

4 Ibadah ABI Bidang Anak

(ABI)

Minggu, pukul

09.00 di GBI Dr.

Cipto 3

Ambarawa/tempat

yang ditentukan

1 kali

5 Ibadah Heavy Bidang Pemuda

dan Remaja

(Heavy)

Sabtu, pukul 17.00

di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa/tempat

yang ditentukan

1 kali

6 Ibadah DMBI Bidang Dewasa

Muda (DMBI)

Senin Minggu

kedua dan

keempat, pukul

19.00 di GBI Dr.

Cipto 3

Ambarawa/tempat

yang ditentukan

1 kali (khusus Senin pada

Minggu kedua dan

keempat)

Page 139: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

123

7 Ibadah WBI Bidang Wanita

(WBI)

Jumat, pukul 17.00

di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa/tempat

yang ditentukan

1 kali

Jumlah Ibadah yang diadakan setiap Minggu 5 kali (Minggu

pertama, ketiga, dan

jika ada Minggu

kelima). 6 kali (Minggu

kedua dan keempat).

Kecuali Ibadah

Perayaan Hari Raya

Gerejawi dilaksanakan

5 kali dalam setahun.

Page 140: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

124

LAMPIRAN 6

DIAKONIA YANG DILAKUKAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3

AMBARAWA

No

.

Jenis

Diakonia

Bidang yang

Membawahi

Bentuk Kegiatan Sasaran/Targ

et orang yang

Dibantu

Frekuensi

Diadakannya

Kegiatan

Diakonia per

Bulan/Tahun

1 Diakonia

Karitatif

Bidang PI &

Misi

Renovasi Gedung

GSJA

Tanjungsari

Ambarawa

Gereja GSJA

Tanjungsari

Ambarawa

1 kali/tahun

Bakti Sosial ke

LP Ambarawa

(Persekutuan dan

memberikan

bingkisan berupa

peralatan mandi

seperti sabun,

handuk, shampoo,

dll)

Para Tahanan 3 kali/tahun

Bakti Sosial

bersama Tim

Korea di

Gentungan

Jemaat Pos PI

Gentungan

1 kali/tahun

Pengobatan

Gratis

bekerjasama

dengan Tim

Dokter Gotong

Royong

Ambarawa di

Toyogiri

Jemaat Pos PI

Toyogiri

1 kali/tahun

Menengok Jemaat

yang Sakit

Jemaat 30 kali/tahun

Page 141: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

125

Bidang Pelmas

Pelayanan dalam

hal Kematian

Jemaat 7 kali/tahun

Memberikan

beras/ beras dan

mie instan/ beras

dan gula kepada

Jemaat yang tidak

mampu

Jemaat (Janda

dan Lansia)

1 kali/bulan

(setiap Minggu

kedua) atau 12

kali/tahun

Bidang DMBI

Mengecat

Jembatan Kali

Panjang (Hari

Valentine)

Masyarakat

Sekitar Desa

Panjang

Ambarawa

1 kali/tahun

Membagikan nasi

bungkus dan air

mineral

Petugas

Kebersihan,

sopir, dan

tukang becak

1 kali/tahun

2 Diakonia

Development

dan

Transformatif

Bidang Mission

Care

Memberikan

bantuan dana

bergulir untuk

meningkatkan

usaha

Jemaat 6 kali/tahun

Mengadakan

pelatihan-

pelatihan

Jemaat -

3 Diakonia

Advokasi

- - - -

Jumlah Kegiatan Diakonia per Tahun 63 kali/tahun

LAMPIRAN 7

Page 142: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

126

BENTUK PEMURIDAN (KTB) PER WILAYAH SERTA JUMLAH

KEHADIRAN BULAN JANUARI-JUNI 2015 GBI Dr.CIPTO 3

AMBARAWA

No. KTB Ketua

Jumlah Hadir (Rabu Minggu Pertama)

7-

Jan-

15

4-

Feb-

15

4-

Mar-

15

1-

Apr-

15

6-

May-

15

3-

Jun-

15

1 GIBEON Ibu L. Sri Endah. W 15 8 8 7 12 10

2 TIATIRA Ibu Zeruya Kamini 11 9 8 10 8 10

3 FILIPI Ibu Soen Kwie Yun 16 16 16 18 17 17

4 TESALONIKA Bpk. Petrus Joko

Sulistyo 28 11 12 11 13 15

5 ELIM Ibu Rebecca Hartini … 11 13 9 15 9

6 BUKIT

CALVARY Ibu Imelda Handajani 8 8 9 7 11 10

7 BETHESDA Bpk. Timotius Budi.

L.A 9 5 8 7 8 7

8 SAMARIA

PATMOS Ibu Haruko Yoneda 3 6 7 5 6 5

9 GOSYEN Bpk. Daniel Aris

Santoso 8 7 6 8 8 7

10 BUKIT SION Bpk. Joko Susilo … 20 18 16 17 21

11 GETSEMANI Ibu Aniek Setyawati 8 10 9 8 7 8

12 KANA Sdr. I wayan Sanjaya 13 10 6 13 13 14

13 NAZARETH Sdri. Sri Setyowati 9 8 12 15 10 14

Jumlah Kehadiran 128 129 132 134 145 147

Jumlah Jemaat Keseluruhan ±400

Prosentase Jemaat yang mengikuti KTB 32% 32% 33% 34% 36% 37%

Page 143: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

127

LAMPIRAN 8

BENTUK PENGGEMBALAAN PENGURUS GBI Dr. CIPTO 3

AMBARAWA

No. Bidang yang

Membawahi

Bentuk Penggembalaan Sasaran Yang

bertanggungjawab

Menggembalakan

1 Bidang PI dan

Misi

Menggembalakan anggota

Jemaat KTB pada masing-

masing wilayah

Anggota Jemaat

KTB

Ketua KTB

Melakukan kunjungan di

LP dengan pembagian

dalam satu tahun

sebanyak 2 kali.

Orang yang

meringkuk

dalam Penjara

Pengurus Bidang,

Fulltimer Gereja,

dan bekerjasama

dengan BKSAG

Kecamatan

Ambarawa

2 Bidang Anak

(ABI)

Menegur, memberikan

nasihat, dan melakukan

komunikasi dengan orang

tua anak. Kemudian

menindaklanjuti dengan

melakukan visitasi di

rumah anak secara

langsung.

Jemaat Anak

Sekolah Minggu

Pengurus Bidang dan

Guru Sekolah

Minggu

Page 144: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

128

3 Bidang Pemuda

dan Remaja

(Heavy)

Mentoring dan dengan

pendekatan personal.

Untuk Jemaat yang

beberapa kali tidak hadir

maka dilakukan visitasi.

Jemaat Pemuda

dan Remaja

Pengurus Bidang

4 Bidang Dewasa

Muda (DMBI)

Melakukan kunjungan

kepada Jemaat DMBI

yang beberapa kali tidak

dapat hadir dalam ibadah

rutin yang dadakan.

Jemaat Dewasa

Muda

Pengurus Bidang

5 Bidang Wanita

(WBI)

Melakukan pendekatan

personal dan mengunjungi

Jemaat yang sakit.

Jemaat Wanita Pengurus Bidang dan

Tim Visitasi

6 Bidang Lansia Mengunjungi Jemaat yang

sudah lanjut usia dan

karena keterbatasannya itu

tidak dapat hadir pada

kebaktian yang diadakan

di GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa.

Jemaat Lansia Ketua Bidang dan

Fulltimer Gereja

7 Bidang Pelmas Mengunjungi Jemaat yang

sakit

Jemaat secara

umum

Gembala Sidang,

Fulltimer Gereja,

dan Pengurus Bidang

Penggembalaan terkait Jemaat yang Gembala Sidang dan

Page 145: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

129

pernikahan menikah Pengurus Bidang

Penggembalaan terkait

Kematian

Jemaat yang

meninggal dan

penghiburan

untuk keluarga

Gembala Sidang dan

Pengurus Bidang

8 - Penggembalaan terkait

pembaptisan

Jemaat yang

dibaptis

Gembala Sidang

Page 146: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

130

LAMPIRAN 9

FLOWCHART PERSEMBAHAN DAN PERPULUHAN DARI PENGURUS

GEREJA LOKAL (GBI Dr. CIPTO 3 AMBARAWA) KEPADA

BPH/SINODE GBI

Page 147: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

131

Page 148: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

132

LAMPIRAN 10

CHECK LIST DOCUMENT REVIEW

No. Document Tersedia Catatan

1 Surat Izin Gereja dari Pemerintah,

Departemen Agama

X Surat Pendirian Gereja ada di BPD.

Sedangkan yang ada di Gereja

adalah KOP Gereja

2 Visi dan Misi √ Website GBI Dr. Cipto 3

Ambarawa (www.betha.id)

3 Struktur Organisasi √

4 Job Description √

5 Persyaratan Pelayan Tuhan √ Buku Saku Pelayanan

6 Penyusunan Sumber Daya (Daftar

Inventaris)

X

7 Laporan Keuangan Bulanan Umum

dan Bidang Kategorial

√ Hanya ada Laporan Keuangan

Bidang Kategorial

8 Laporan Keuangan Tahunan Umum

dan Bidang Kategorial

√ Hanya ada Laporan Keuangan

Tahunan Bidang Kategorial

9 Hasil Koreksi Laporan Keuangan X

10 Laporan Hasil Audit X

11 Daftar Jemaat Dibaptis Tahun 2015 X Hanya ada bendel akta baptisan

12 Daftar Jemaat Meninggal Tahun

2015

√ Lampiran Bidang Pelmas

13 Daftar Jemaat Penerima Bantuan

Sembako Tahun 2015

√ Lampiran Bidang Pelmas

14 Daftar Jemaat yang Melakukan

Pinjaman Dana Mission Care Tahun

2015

√ Laporan Keuangan Bidang Mission

Care

15 Daftar Jemaat Lansia yang Dilayani

Tahun 2015

√ Lembar Evaluasi Bidang Lansia

16 Daftar Jemaat yang Menikah Tahun

2015

X Hanya ada bendel akta pernikahan

17 Kotak Donasi dan Persembahan √

Page 149: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

133

18 Daftar Kartu Tanda Anggota X

19 Data Kehadiran Jemaat √

20 Dokumen Pendukung (amplop

persembahan KTB, perpuluhan, dan

ucapan syukur, serta bukti transaksi)

21 Surat Penggembalaan √

Page 150: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

134

LAMPIRAN 11

KOP GEREJA

Page 151: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

135

LAMPIRAN 12

VISI DAN MISI

Page 152: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

136

LAMPIRAN 13

STRUKTUR ORGANISASI

Page 153: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

137

LAMPIRAN 14

JOB DESCRIPTION

Page 154: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

138

Page 155: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

139

Page 156: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

140

Page 157: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

141

LAMPIRAN 15

PERSYARATAN PELAYAN TUHAN

Page 158: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

142

Page 159: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

143

LAMPIRAN 16

PENCATATAN KEUANGAN BULANAN UMUM DAN BIDANG PELMAS

UMUM

Page 160: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

144

BIDANG PELMAS

Page 161: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

145

LAMPIRAN 17

LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BIDANG KATEGORIAL TAHUN

2015

BIDANG ANAK BETHEL INDONESIA (ABI)

LAPORAN KEUANGAN

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 2,633,800 1 Konsumsi Guru Rp 1,247,900

2 Persembahan Rp 7,592,900 2 Perkap ABI Rp 602,900

3 Panggung

Boneka Rp 100,000 3 Panggung Boneka Rp 203,000

4 Sie. Usaha Rp 350,200 4 Kunjungan

GSM/ASM Rp 608,000

5 Sisa Paskah

2015 Rp 3,800,000 5 Beli Kain GSM Rp 1,368,500

6 Tabungan

Kelas Kana Rp 277,300 6 Berenang Rp 300,000

7 Wide game Rp 558,000

8 Paskah 2015 Rp 1,000,000

9 Bible Day Rp 1,164,000

10 Workshop Rp 1,183,000

11 Perjamuan Kasih Rp 160,000

12 Kebaktian Merah

Putih Rp 300,000

13 Seminar Bethel

Area Rp 125,000

14 Sie Usaha Rp 33,000

15 Natal 2015 Rp 2,000,000

16 Seminar Guru Rp 1,500,000

17 Beli Kipas Angin Rp 1,500,000

Page 162: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

146

Jumlah

Pengeluaran Rp 13,853,300

Saldo per 31

Desember 2015 Rp 900,900

TOTAL Rp 14,754,200 TOTAL Rp 14,754,200

BIDANG ANAK BETHEL INDONESIA (ABI)

LAPORAN KEUANGAN KAS DONATUR

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 6,777,300 1 Bulan Gizi Rp 1,622,000

2 Donasi yang

masuk:

Januari (2) Rp 550,000

Februari (3) Rp 600,000

Maret (3) Rp 600,000

April (2) Rp 600,000

Mei (1) Rp 500,000

Juni (1) Rp 190,000

Juli (2) Rp 100,000

Agustus (2) Rp 150,000

September

(5) Rp 440,000

Oktober (2) Rp 300,000

November (7) Rp 1,060,000

Desember (4) Rp 400,000

Jumlah

Pengeluaran Rp 1,622,000

Saldo per 31

Desember 2015 Rp 10,645,300

TOTAL Rp 12,267,300 TOTAL Rp 12,267,300

Page 163: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

147

BIDANG PEMUDA DAN REMAJA (HEAVY)

LAPORAN KEUANGAN

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN

PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 2,106,200 1 Acara Welcome

Party Rp 20,500

2 Persembahan: 2 Pembelian Aqua Rp 31,000

Januari Rp 534,000 3 Bezuk Anang Rp 50,000

Februari Rp 239,000 4

Pembelian

Karikatur dan

Figura

Rp 245,000

Maret Rp 533,000 5 Talkshow Rp 50,000

April Rp 401,600 6 Pembelian Roti

Ultah Rp 302,000

Mei Rp 342,000 7 Fellowship Rp 97,000

Juni Rp 311,000 8 PK Pembicara Rp 700,000

Juli Rp 274,000 9 KKR April Rp 1,099,800

Agustus Rp 422,000 10 Dekor Ultah Heavy

2015 Rp 100,000

September Rp 342,000 11 Hadiah Ultah

Heavy 2015 Rp 70,400

Oktober Rp 330,200 12 Pembelian

Brownies dan Lilin Rp 62,500

November Rp 450,000 13 Pembelian

Souvenir Rp 152,800

Desember Rp 161,000

3

Pengembalian

Sisa Youth

Camp 2014

Rp 110,000

Jumlah

Pengeluaran Rp 2,981,000

Saldo per 31 Rp 3,575,000

Page 164: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

148

Desember 2015

TOTAL Rp 6,556,000 TOTAL Rp 6,556,000

BIDANG DEWASA MUDA (DMBI)

LAPORAN KEUANGAN

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 2,240,500 1

Subsidi Acara

"Anget-anget

Ronde"

Rp 80,000

2 Persembahan

2015 Rp 2,129,000 2

Subsidi Acara

"Valentine on the

Street"

Rp 438,000

3 Saldo Acara

Boothcamp Rp 232,500 3

Pembicara bulan

April Rp 100,000

4 Pembelian Air

Minum Rp 51,000

5 Konsumsi Ibadah

Keluar di Garung Rp 300,000

6 Pembicara Bulan

Oktober Rp 100,000

7

Subsidi Acara

"Boothcamp

DMBI"

Rp 1,500,000

8 Konsumsi Ibadah

Perjamuan Kasih Rp 280,000

Jumlah

Pengeluaran Rp 2,849,000

Saldo akhir 31

Desember 2015 Rp 1,753,000

TOTAL Rp 4,602,000 TOTAL Rp 4,602,000

Page 165: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

149

BIDANG WANITA BETHEL INDONESIA (WBI)

LAPORAN KEUANGAN

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 10,161,400 1 Kain seragam WBI Rp 2,287,500

2

Persembahan

selama 1

tahun

Rp 8,211,500 2 Kancing seragam Rp 120,000

3

Uang

tambahan

seragam WBI

Rp 378,000 3 Konsumsi HUT

WBI Rp 1,088,500

4 Janji Iman

HUT WBI Rp 1,126,000 4

Pembicara ibadah

HUT WBI Rp 250,000

5 Tabungan

bunga altar Rp 643,700 5

Panti Asuhan

Sumber Kasih Rp 1,000,000

6 Sisa biaya

lomba masak Rp 16,000 6 Tutorial rias wajah Rp 300,000

7

Paskah

PWBKSAG

(Mei 2011)

Rp 100,000 7 Konsumsi Hari

Kartini Rp 250,000

8 Hadiah Hari Kartini Rp 100,000

9 Rakerda di

Purwokerto Rp 175,000

10

Transportasi

Rakerda di

Purwokerto

Rp 125,000

11 Biaya lomba WBI

Korwil Rp 75,000

12

Iuran wajib Korwil

dan Korda (12

bulan)

Rp 480,000

13 Konsumsi ibadah

17 Agustus Rp 60,000

14 Snack untuk Rp 250,000

Page 166: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

150

kegiatan misi di

Toyogiri

15 Transportasi

seminar di Kudus Rp 340,000

16

Snack untuk

kegiatan senam

WBI

Rp 60,000

17 Instruktur senam Rp 75,000

18 Pengkhotbah (28

Januari 2011) Rp 200,000

Jumlah

Pengeluaran Rp 7,236,000

Saldo Per 31

Desember 2015 Rp 13,400,600

TOTAL Rp 20,636,600 TOTAL Rp 20,636,600

BIDANG WANITA BETHEL INDONESIA (WBI)

LAPORAN KEUANGAN KAS SOSIAL

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 2,391,500 1

Kegiatan bezuk

anggota yang sakit

(14 orang)

Rp 950,000

2

Persembahan

Januari s/d

Desember

2015

Rp 849,000 2 Pembelian 6 biji

nampan Rp 72,000

3

Pengadaan hadiah

Ultah Kasih dan

Aaron

Rp 90,000

4

Biaya transportasi

bezuk anggota yang

sakit

Rp 162,000

5 Biaya kegiatan

anjangsana (3x Rp 500,000

Page 167: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

151

kegiatan)

Jumlah

Pengeluaran Rp 1,774,000

Saldo Per 31

Desember 2015 Rp 1,466,500

TOTAL Rp 3,240,500 TOTAL Rp 3,240,500

BIDANG MISSION CARE

LAPORAN KEUANGAN

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 12,927,643 1 Pinjaman untuk Ibu

Tamar (Februari) Rp 750,000

2

Angsuran

bulan Janusri

2015

Rp 1,375,000 2

Pinjaman untuk Ibu

Budirahayuningsih

(Agustus)

Rp 1,300,000

3

Pelunasan

Pinjaman Ibu

Rini Susanti

Rp 2,875,000 3

Pinjaman untuk Ibu

Hana Jumirah

(September)

Rp 2,000,000

4

Angsuran

bulan

Februari 2015

Rp 1,100,000 4

Pinjaman untuk Ibu

Magdalena Sriati

(Juni)

Rp 5,000,000

5

Angsuran

bulan Maret

2015

Rp 575,000 5 Pinjaman untuk Ibu

Tamar (November) Rp 1,250,000

6

Angsuran

bulan April

2015

Rp 725,000 6

Pinjaman untuk

Bapak Darman

(November)

Rp 4,000,000

7

Angsuran

bulan Mei

2015

Rp 2,400,000

8

Angsuran

bulan Juni

2015

Rp 400,000

Page 168: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

152

9

Angsuran

bulan Juli

2015

Rp 1,850,000

10

Angsuran

bulan

Agustus 2015

Rp 1,375,000

11

Angsuran

bulan

September

2015

Rp 2,625,000

12

Angsuran

bulan

Oktober 2015

Rp 750,000

13

Angsuran

November

2015

Rp 1,175,000

14

Angsuran

bulan

Desember

2015

Rp 1,075,000

15

Bunga Bank

(Des 2014-

Agt 2015)

Rp 334,828

16

Pelunasan

Bapak

Darman

Rp 4,000,000

Jumlah

Pengeluaran Rp 14,300,000

Saldo per 31

Desember 2015 Rp 21,262,471

TOTAL Rp 35,562,471 TOTAL Rp 35,562,471

Page 169: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

153

BIDANG PI DAN MISI

LAPORAN KEUANGAN

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 15,976,892 1 Donasi operasional

Gereja Rp 7,200,000

2

Persembahan

Kegiatan

KTB dan

Ibadah

2

Donasi renovasi

gedung GSJA

Tanjungsari

Ambarawa

Rp 5,000,000

Gabungan

selama

Januari-

Desember

2015

Rp 36,143,000 3

Kegiatan Baksos ke

LP Ambarawa (3x

Kegiatan)

Rp 850,000

3

Bunga Bank

selama tahun

2015

Rp 834,963 4

Transport Jemaat

Gentungan &

Toyogiri

Rp 510,000

5

Subsidi kegiatan

Baksos bersama

Team Korea di

Gentungan

Rp 2,000,000

6

Kegiatan Baksos

bersama Team

Dokter Yayasan

Gotong Royong

Ambarawa di

Toyogiri

Rp 5,495,000

7

Donasi pelaksanaan

kegiatan PPA di

tahun 2016

Rp 2,000,000

Jumlah

Pengeluaran Rp 23,055,000

Saldo Per 31

Desember 2015 Rp 29,899,855

Page 170: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

154

TOTAL Rp 52,954,855 TOTAL Rp 52,954,855

BIDANG PELAYANAN MASYARAKAT (PELMAS)

LAPORAN KEUANGAN

31 DESEMBER 2015

PENERIMAAN PENGELUARAN

NO. URAIAN JUMLAH NO. URAIAN JUMLAH

1

Saldo per 31

Desember

2014

Rp 40,214,500 1 Menengok Jemaat

yang sakit Rp 1,600,000

2

Persembahan

Diakonia

Jemaat di

Minggu III

Rp 18,260,000 2 Pelayanan Diakonia

(beras) Rp 13,800,000

3 Donasi Beras Rp 4,885,000 3 Pelayanan

Kematian Rp 783,000

4 Dana

Kesehatan Rp 3,500,000 4

Membeli

Perlengkapan

Kematian

Rp 2,051,000

5

Penggantian

biaya

kematian dari

keluarga

Rp 4,900,000 5 Membeli Peti Mati Rp 8,650,000

Jumlah

Pengeluaran Rp 26,884,000

Saldo Per 31

Desember 2015 Rp 44,875,500

TOTAL Rp 71,759,500 TOTAL Rp 71,759,500

Page 171: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

155

LAMPIRAN 18

DAFTAR JEMAAT YANG DIBAPTIS TAHUN 2015

No Nama

Tempat dan

Tanggal

Lahir

Nama Ayah Nama Ibu

Hari dan

Tanggal

Baptis

Nama

Pembaptis

1 Candra

Surya Utomo

Magelang, 16

Oktober 1997 Mugi Utomo Idhawati

Rabu, 4

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

2

Fransisca

Sylvia

Gunawan

Semarang, 8

Agustus 1997

Herry

Gunawan

Lily Sri

Hartati. H

Rabu, 4

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

3

Apfia Dita

Anugrah

Pangestika

Kab.

Semarang, 9

Maret 1991

Jono Setyoningsih

Sabtu, 21

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

4 Tabita Inung

Sri Rahayu

Semarang, 16

Mei 1986 Haryono Pudji Astuti

Sabtu, 21

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

5 Yonathan

Martino

Kab.

Semarang 26

Maret 1999

Darmadi

(Alm) Betiningsih

Sabtu, 21

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

6 Vicky Kezia

Putri

Jakarta, 23

Maret 1998

Ricky

Harlim

Silvi

Bahrumsyah

Sabtu, 21

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

7 Yohanes

Hadi Sucipta

Kedungjati, 7

Desember

1966

Tasripin

Harjowiyono Maryati

Sabtu, 21

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

8

Eunike Anjar

Rusyana

Septiarini

Ambarawa,

11 September

1986

Franciscus

De G. R. S

Agnes Yekti.

M

Sabtu, 21

Februari

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

9 Yesaya Hajar Tangerang, 6 Sukamto Emawati Sabtu, 29 Pdt.

Page 172: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

156

Wisnudiputra Mei 1994 Agustus

2015

Paulus

Raditya

Praba

10 Yohana Susi

Apriyani

Kab.

Semarang 16

April 1997

Walmin Muati

Sabtu, 29

Agustus

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

11

Lidya

Susanti

Sunarto

Ambarawa, 6

Februari

1985

Agus

Purnomo Nurmala

Sabtu, 29

Agustus

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

12 Milka

Remayasari

Kab.

Semarang, 21

Mei 2001

Mawan

Triyono

Diyah

Asmarani

Sabtu, 29

Agustus

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

13

Eudita Diah

Wahyu

Ambarwati

Kab.

Semarang, 22

Juli 2002

Bambang

Wahyudi

Anjar

Setyawati

Sabtu, 29

Agustus

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

14

Athalia Dias

Ayu

Ambarsari

Kab.

Semarang, 10

September

2000

Bambang

Wahyudi

Anjar

Setyawati

Sabtu, 29

Agustus

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

15

Nikodemus

Jarot

Nugroho

Kab.

Semarang, 30

Juni 1983

Jiko Sunaryo Endang

Purwati

Rabu, 28

Oktober

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

16

Priska Rina

Christina

Wijayanti

Kab.

Semarang, 20

Juni 1995

Tutut

Widodo

Santosa

Muliyah

Minggu, 8

November

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

17 Akwila Rony

Wicaksono

Salatiga, 16

Juni 1982 Sudiarto Wartani

Minggu, 8

November

2015

Pdt.

Paulus

Raditya

Praba

Page 173: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

157

LAMPIRAN 19

DAFTAR JEMAAT YANG MENINGGAL TAHUN 2015

No. Nama Usia Alamat Meninggal Dimakamkan

1 Bapak Pramono 67 tahun Kupang Kidul

Ambarawa

Januari 2015 Januari 2015

2 Ibu Siti Kuat - Tegalrejo

Ambarawa

Januari 2015 Januari 2015

3 Bapak Karmin 87 tahun Kupang Lor

Ambarawa

23 Maret 2015 24 Maret 2015

4 Bapak Yohanes

Hariyanto

67 tahun Jl. Brigjend

Sudiarto

29 Maret 2015 1 April 2015

5 Bapak Sehadi

Adi

- Rejoso 6 April 2015 6 April 2015

6 Ibu Lanny 60 tahun Lodoyong 6 April 2015 7 April 2015

7 Ibu Hanna

Parijah

- Kupang

Tanjung Sari

1 November

2015

1 November

2015

Page 174: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

158

LAMPIRAN 20

DAFTAR JEMAAT PENERIMA BANTUAN SEMBAKO TAHUN 2015

No. Nama Usia Alamat Keterangan

1 Ibu Agnes Sayekti 45 tahun Patoman -

2 Ibu Rudatini 50 tahun Kupang Tengah Janda

3 Ibu Darto 70 tahun Sanggrahan Janda

4 Ibu Surip 55 tahun Sanggrahan -

5 Ibu Ngatini - Pandean Lansia

6 Ibu Dakir 75 tahun Kupang Dukuh Lansia

7 Ibu Sujud 70 tahun Kupang Dukuh Janda; Lansia

8 Ibu Naryo - Glagah Amba Lansia

9 Ibu Mariani - Lodoyong Janda; Lansia

10 Ibu Tumi - Pojok Sari Lansia

11 Ibu Nurani 30 tahun Jagalan Janda

12 Ibu Mulyadi - Tambaksela -

13 Ibu Darman - Tambaksela -

14 Bapak Jawadi - Toyogiri Lansia

15 Ibu Asih - Toyogiri Lansia

16 Ibu Mirah 70 tahun Kupang Dukuh Lansia

Page 175: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

159

LAMPIRAN 21

DAFTAR JEMAAT YANG MELAKUKAN PINJAMAN DANA MISSION

CARE TAHUN 2015

No. Nama Peminjam Dana Jumlah

1 Pinjaman untuk Ibu Tamar (Februari) Rp 750,000

2 Pinjaman untuk Ibu Budirahayuningsih (Agustus) Rp 1,300,000

3 Pinjaman untuk Ibu Hana Jumirah (September) Rp 2,000,000

4 Pinjaman untuk Ibu Magdalena Sriati (Juni) Rp 5,000,000

5 Pinjaman untuk Ibu Tamar (November) Rp 1,250,000

6 Pinjaman untuk Bapak Darman (November) Rp 4,000,000

Jumlah Pinjaman Dana Tahun 2015 Rp 14,300,000

Page 176: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

160

LAMPIRAN 22

DAFTAR JEMAAT LANSIA YANG DILAYANI TAHUN 2015

No. Nama Alamat

1 Ibu Oni Perum Serasi

2 Ibu Sumirah Kepatihan

3 Ibu Maria Eddison Kepatihan

4 Ibu Surip Sanggrahan

5 Ibu Tedjo Pojoksari

6 Ibu Untung Temenggungan

7 Ibu Pramono Kupang Kidul

8 Ibu Suparman Panjang Kidul

9 Ibu Hasim Kupang Dukuh

10 Ibu Citrawati Kepatihan

11 Ibu Melaniwati Gamblok

Page 177: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

161

LAMPIRAN 23

DAFTAR JEMAAT YANG MENIKAH TAHUN 2015

No.

Nama Mempelai Hari dan

Tanggal

Pernikahan

Catatan Pria

Tempat

Tanggal lahir Wanita

Tempat

Tanggal

Lahir

1 Herry

Puspito

Magelang, 8

Juli 1971 Lusi

Singkawang,

29 Juni 1981

Senin, 26

Januari

2015

Peneguhan

2

Candra

Surya

Utomo

Magelang, 6

Oktober 1997

Fransisca

Sylvia

Gunawan

Semarang, 8

Agustus

1997

Kamis, 7

Mei 2015 Peneguhan

3 Joshia

Suryanto

Kab.

Semarang, 22

Mei 1982

Anjar

Rusyana

Septiarni

Kab.

Semarang,

11

September

1986

Kamis, 14

Mei 2015 Pemberkatan

4 Michael

Jumiyanto

Kab.

Semarang, 10

Desember

1984

Indriana

Megawati

Kab.

Semarang, 5

November

1989

Sabtu, 16

Mei 2015 Pemberkatan

5 Yahya

Ananto

Margorejo, 5

Agustus 1987

Elisa

Novitri

Darmawanti

Kab.

Semarang,10

November

1979

Minggu, 9

Agustus

2015

Pemberkatan

6

Rony

Kurniawan.

P

Ambarawa, 3

Februari 1986

Vina

Oktavia

Salatiga, 15

Oktober

1986

Minggu, 20

September

2015

Pemberkatan

7 Jarot

Nugroho

Kab.

Semarang, 30

Juni 1983

Esti Ambar

Pratiwi

Klaten, 12

Juni 1987

Sabtu, 21

November

2015

Pemberkatan

Page 178: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

162

LAMPIRAN 24

KOTAK DONASI DAN PERSEMBAHAN

Page 179: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

163

LAMPIRAN 25

DOKUMEN PENDUKUNG

Page 180: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

164

Page 181: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

165

LAMPIRAN 26

DATA KEHADIRAN JEMAAT TAHUN 2015

TGL PAGI SORE

4 Januari 2015 225 155

11 Januari 2015 231 94

18 Januari 2015 220 96

25 Januari 2015 193 123

1 Februari 2015 231 137

8 Februari 2015 171 112

15 Februari 2015 214 104

22 Februari 2015 183 98

1 Maret 2015 214 135

8 Maret 2015 204 106

15 Maret 2015 212 116

22 Maret 2015 191 88

29 Maret 2015 203 97

6 April 2015 217 100

13 April 2015 222 79

20 April 2015 266 136

27 April 2015 184 89

4 Mei 2015 233 126

11 Mei 2015 231 86

18 Mei 2015 199 107

25 Mei 2015 190 80

1 Juni 2015 230 111

8 Juni 2015 206 95

15 Juni 2015 201 87

22 Juni 2015 178 98

29 Juni 2015 209 95

5 Juli 2015 234 107

12 Juli 2015 220 82

19 Juli 2015 162 82

26 Juli 2015 197 78

Page 182: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

166

2 Agustus 2015 228 104

9 Agustus 2015 163 78

16 Agustus 2015 185 87

23 Agustus 2015 177 118

30 Agustus 2015 192 94

6 September 2015 216 136

13 September 2015 214 86

20 September 2015 207 75

27 September 2015 169 84

4 Oktober 2015 230 107

11 Oktober 2015 184 76

18 Oktober 2015 190 85

25 Oktober 2015 194 89

1 November 2015 228 107

8 November 2015 197 92

15 November 2015 186 92

22 November 2015 206 106

29 November 2015 198 88

6 Desember 2015 223 108

13 Desember 2015 208 90

20 Desember 2015 232 0

27 Desember 2015 238 0

Page 183: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

167

LAMPIRAN 27

SURAT PENGGEMBALAAN

Page 184: PRAKTIK AKUNTABILITAS DI ORGANISASI GEREJA (Studi Kasus ... · nasional (BPH/Sinode). Penelitian ini dilakukan dengan metoda studi kasus di GBI Dr. Cipto 3 Ambarawa dengan melibatkan

168