buletin gbi poris indah edisi juli 2016

44

Upload: multimediagbipi

Post on 04-Aug-2016

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Mendengar suara Tuhan? Siapa yang tidak tertarik dengan karunia yang satu ini? Selain menarik, juga orang yang mem-ilikinya terlihat berbeda dibanding orang lain. Seolah-olah, pem-ilik karunia ini memiliki hubungan langsung dengan Tuhan, yang setiap saat dapat mendengar suara-Nya, mengerti isi hati-Nya, dan mampu menjadi jembatan orang itu dengan Tuhan. Itu sebabnya, orang yang memiliki karunia ini dituntut mengem-bangkan karakternya sedemikian rupa, sehingga melaluinya orang lain bisa dibangun, ditegur, dinasihati, dan dibawa dekat kepada Tuhan untuk mengalami transformasi hidup. Kalau tidak, maka karunia ini dapat disalahgunakan. Sudah banyak kasus di kalangan Kristiani perihal penyalahgunaan karunia ini, seperti manipulasi, okultisme, dan hal-hal lain yang mengarah pada praktik perdukunan. Kalau demikian yang terjadi, orang tidak dibawa bertemu dan mengandalkan Tuhan, melainkan digiring pada pribadi pemilik karunia.

MENDENGAR SUARA TUHAN

Dengan Cara Allah Satu prinsip penting untuk mendengar suara Tuhan adalah, memahami bahwa Al-lah selalu punya cara-Nya sendiri untuk berbicara kepada manusia. Artinya, harus berlangsung dalam ke-hendak Allah (bukan kehendak kita), pada waktu-Nya (bukan waktu kita), dan sesuai cara-Nya (tidak mengikuti cara yang kita inginkan). Kalau mau mendengar suara Allah, maka prinsip ini harus kita terap-kan terlebih dahulu dalam diri kita. Ada kalanya, kita begitu mengge-bu untuk mendengar suara-Nya dengan cara yang kita kehendaki, dan hal itu membuat manusia gagal mendengar. Kenapa? Allah selalu pu-nya cara-Nya sendiri untuk berbicara kepada kita.hal itu untuk menya-takan sesuatu. Banyak jalan di mana Allah menyatakan isi hati-Nya kepada manusia. Bukan melulu melalui suara yang terdengar audibel di telinga. Allah dapat memakai firman-Nya sebagai cara-Nya berbicara. Dia juga menggunakan mimpi, lagu-lagu, peristiwa-peristiwa, kejadian, tanda, simbol, orang lain, dan segala hal yang dapat digunakan-Nya sebagai saluran isi hati-Nya. Inilah yang disebut "mendengar". Artinya, mamp menangkap apa yang menjadi pesan Tuhan di balik semua cara yang dipilih-Nya itu. Bukan semata-mata melalui telinga! Allah selalu punya cara tersendiri untuk berbicara kepada tiap-tiap umat-Nya. Cara Tu-han berbicara kepada A, misalnya, berbeda dengan cara-Nya ber-bicara kepada B. Oleh sebab itu, kita patut belajar mengenali setiap hal yangberlangsung di dalam hidup kita, jangan-jangan Tuhan menggunakan hal itu untuk menyatakan sesuatu. Membangun Kepekaan Persoalannya adalah apakah kita peka? Bagaimana kita tahu bahwa itu "suara" Allah dan bukan berasal dari sumber lainnya? (sumber lain itu dapat berupa keinginan daging, manusia, roh jahat, dan sebagainya.) Bagaimanakah caranya membangun kepekaan itu?

1. Kita perlu belajar mengerti bahwa suara Allah adalah sebuah kedaulatan Allah. Dia bisa secara sepihak membuka saluran itu pa-da seseorang, dan di saat yang sama menutup pada orang lain. Ingat kasus pengepungan Dotan? Waktu itu, Elisa tenang-tenang saja karena mata rohaninya mampu melihat kehadiran bala tentara Surga. Itu sebabnya ia berkata kepada Gehazi hambanya, bahwa yang menyertai mereka jauh lebih banyak. Belakangan, ia berdoa meminta agar dengan kedaulatan Allah, mata rohani Gehazi juga terbuka (2 Raja-raja 6:16-17)! 2. Kita perlu membangun kepekaan roh di dalam diri kita. Pada da-sarnya, kita adalah manusia roh yang berdiam di dalam tubuh fisik dan memiliki jiwa. Tetapi, kedagingan dengan segala sifatnya yang berdosa, sering kali menguasai hidup kita daripada roh yang ada di dalam diri kita. Kita belum mati terhadap manusia lama. Maka, ka-lua kita mau peka mendengar-Nya, segala bentuk manifestasi ked-agingan di dalam diri kita, harus dengan berani kita kalahkan atau kita tekan sedemikian rupa, sehingga tidak lagi menguasai hidup, karakter, dan nilai-nilai kita. Pilihan ini tentu saja ada di tangan kita. Allah selalu nyaring "bersuara". Tetapi kedagingan yang menguat, membuat kita tidak dapat dengan nyaring mendengar-Nya. 3. Kita perlu mengambil waktu lebih banyak lagi untuk duduk diam di kaki-Nya. Apakah itu untuk berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, atau merenungkan (memeditasikan) firman? Jangan tunggu waktu luang (sebab itu tidak pernah ada), tetapi sediakanlah waktu untuk "bergaul intim" dengan Dia, di mana pun Anda berada; di mobil atau saat sedang bekerja, gunakan setiap kesempatan terse-but terhubung dengan Tuhan. Mendengar suara Tuhan bukan soal cara, melainkan soal apakah Anda mampu mening-katkan frekuensi dan kapasitas rohani Anda, melalui hubungan intim dengan Dia. Hub-ungan dengan Tuhan dengan sendirinya akan membangun kepekaan di dalam roh manusia Sumber: http://www.sabda.org/

MASUK YERUSALEM DENGAN JAYA Jumat, 01 Juli 2016

asuknya Yesus ke Yerusalem dicatat keempat penulis Injil, meski masing-masing menambah rincian yang berbeda. Yesus berkeputusan untuk menggenapi nubuat tentang Diri-Nya di Za 9. Raja Yehuda yang akan datang memasuki Yerusalem dengan membawa keselamatan, tapi tidak sok jago dan berani atau dengan menaiki kuda perang, melainkan dengan kerendahan hati dan lemah lembut menunggangi seekor keledai. Demikianlah Dia akan “memberitakan damai kepada bangsa-bangsa” (Za 9:10). Peristiwa masuk Yerusalem ini memperlihatkan tanda-tanda bahwa segala sesuatu sudah diatur lebih dahulu. Barangkali pada kunjungan sebelumnya Yesus telah mengatur dengan sahabat-sahabat-Nya di Betania agar mereka meminjamkan keledai bagi-Nya, dengan melepaskannya sesuai kata sandi yang telah disepakati “Tuhan memerlukannya.” Kemudian khalayak ramai ikut terlibat dalam drama ini, mereka membentangkan baju mereka di tengah jalan sambil bersorak-sorai secara spontan. Setelah melewati desa Betania dan Betfage, arak-arakan membelok di Gunung Zaitun, dan langsung nampak kota Yerusalem dengan menara-menaranya yang berkilau dan Bait Allah dengan halamannya yang luas. Di tempat ini, ketika sorak-sorai para pengiring mereda, orang-orang terkejut dan merasa malu melihat Yesus tiba-tiba menangis. Di tengah isakan-Nya itu, secara profetis Yesus memberitahukan bakal hancurnya kota Yerusalem karena Yerusalem tidak menghiraukan pelawatan Allah. Luar biasa bahwa justru ketika Yesus memperingatkan kota itu akan penghakiman yang akan menimpanya, Dia juga menangisinya dalam kasih. Penghakiman Ilahi (tema utama sepanjang Minggu Suci ini) adalah realita yang serius dan dahsyat. Allah yang menghakimi adalah juga Allah yang meratapi. Dia tidak menghendaki manusia binasa. Jika pada akhirnya ada yang terkena penghakiman-Nya, maka mata Allah akan berlinang air mata.

M

Note : Bacaan Alkitab setahun: Amsal 7-9

Baca : Luk 19:41 Ketika la telah mendekati dan melihat kota itu, Yesus menangisinya—Luk 19:41

Sabtu, 02 Juli 2016 PENYUCIAN BAIT ALLAH

egera sesudah masuk Yerusalem, demikian tulis Markus kepada kita, dan sebelum Yesus melakukan apa-apa, Dia pergi ke Bait Allah dan “meninjau semuanya” (11). Karena hari sudah malam, Dia bersama

kedua belas murid pergi ke luar kota untuk bermalam. Jadi Yesus punya waktu untuk merenungkan apa yang telah Ia lihat dan apa yang sangat mengejutkan-Nya, yaitu komersialisasi tempat suci Allah, yang sesungguhnya pusat kehidupan beragama orang Israel.

Bisnis penukaran uang terkait dengan pajak bait Allah yang setengah syikal besarnya, juga dengan para pedagang yang menjual ternak dan kambing domba untuk kurban. Bisnis yang menguntungkan ini dimonopoli para imam besar dan sangat memberatkan para peziarah miskin. Usaha ini mengubah rumah doa Allah menjadi sarang penyamun, seperti dikatakan Yesus, mengutip Yesaya dan Yeremia. Jadi Yesus bertindak keras namun dengan perhitungan. Yohanes menulis, Yesus membuat cambuk dan tali yang di anyam, yang Dia pakai untuk menghalau hewan “semua domba dan lembu mereka” (Yoh 2:15), tidak untuk manusia. Dia juga membalikkan meja-meja para penukar uang dan penjual burung merpati, menghalangi orang membawa barang dagangan melintasi halaman Bait Allah.

Yesus yang dilukiskan para penginjil kini mendapat perspektif tambahan. Kristus yang memasuki kota Yerusalem dengan kerendahan hati, dan yang menangisi kota Yerusalem karena kebutaannya sendiri yang disen-gaja, sekarang mengayun-ayunkan cambuk, lambang penghakiman. Setelah melihat air mata-Nya, barulah kita siap melihat cambuk di tangan-Nya.

S

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 10-12

Baca : Mrk 11:15-18 Lalu Ia mengajar mereka kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun”—Mrk 11:17

Note :

engan berlanjutnya minggu terakhir, sikap bermusuhan para penguasa terhadap Yesus juga makin meningkat. Tema-tema konfrontasi dan penghakiman makin jelas. Contoh yang mencolok adalah perumpamaan penggarap kebun anggur. Sesungguhnya ini alegori, bukan perumpamaan. Pemilik kebun anggur yang dipagari dan dilengkapi menara pengawas dan lubang tempat memeras anggur, jelas adalah Allah sendiri, dan kebun anggurnya Israel, seperti disebut dalam Yes 5. Allah menyediakan segala sesuatu agar umat-Nya bisa menghasilkan perbuatan baik. Para petani penggarap, yang menyewakan kebun anggurnya, adalah para pemimpin agama di Israel. Ketika anggurnya siap panen, pemilik mengirim utusannya (para nabi) untuk mengambil buahnya tapi para penggarap menangkap, memukuli, melempari dengan batu, dan membunuh mereka. Pemilik mengi-rim utusan lain, tapi mereka juga diperlakukan dengan buruk. Akhirnya, pemilik mengirim anaknya. “Anakku akan mereka segani,” pikir pemilik. Tapi anak itu juga dibunuh para penggarap. Sebagai penutup, Yesus mengajukan pertanyaan lugas, yang memaksa pendengar-Nya membuat penilaian moral terhadap diri sendiri, karena jawaban mereka akan menghakimi diri sendiri. Ini dikatakan secara eksplisit oleh Matius: “Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya” (Mat 21:45). Inilah pertanyaan Yesus: “Apakah yang akan dilakukannya (pemilik tanah) dengan penggarap-penggarap itu ?” (40). Mereka menjawab, “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya” (41). “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari kamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (43).

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 13-15

D

Minggu, 03 Juli 2016 PERUMPAMAAN TENTANG PENGGARAP KEBUN ANGGUR

Baca : Mat 21:33-4 Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi... mereka menangkapnya ...lalu membunuhnya—Mat 21:37-39

Note :

rang Farisi dan orang Saduki selalu berdebat. Kaum Farisi mengembangkan teologi yang rumit tentang kehidupan sesudah hidup ini, tapi kaum Saduki menolaknya. Lebih mendasar adalah perbedaan sikap mereka tentang Kitab Suci, yang kedua-duanya dikecam oleh Yesus. Kaum Farisi menambahi Kitab Suci (dengan tradisi-tradisi mereka); kaum Saduki mengurangi Kitab Suci (unsur supernaturalnya). Dalam Minggu Suci, beberapa Saduki menemui Yesus dengan pertanyaan jebakan berdasarkan hukum perkawinan levirat. Hukum ini mengatakan kalau seorang suami meninggal tanpa anak, saudara lakinya harus mengawini jandanya. “Nah,” kata orang Saduki, “Ada tujuh orang bersaudara. Mereka semua meninggal tanpa anak dan kemudian jandanya juga meninggal. Jadi, dia menjadi isteri siapa di kehidupan berikut, karena ketujuh laki-laki telah menikahi dia?” (diparafrase oleh penulis). Yesus memulai dan mengakhiri jawaban-Nya dengan pernyataan yang jelas bahwa kaum Saduki “benar-benar sesat” (Mrk 12:27). Kesesatan mereka disebabkan ketidaktahuan, juga tidak tahu kuasa Allah. Sebagai contoh ketidaktahuan kaum Saduki akan Kitab Suci, Yesus mengacu kepada pernyataan Allah bahwa Dia adalah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Allah mengadakan perjanjian kasih yang unik dengan para Bapa Leluhur. Hubungan perjanjian seperti itu bisa dibatalkan oleh kematian. Zaman sekarang pun masih banyak kesesatan di gereja yang disebabkan ketidaktahuan atau tidak menghormati Kitab Suci. Kaum Saduki juga berpikir bahwa hidup sesudah kehidupan ini, akan tetap sama. Mereka tidak berpikir bahwa Allah bisa menciptakan eksistensi lain tanpa perkawinan. Mereka hanya tidak mengerti kuasa Allah.

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 16-18

O

. Senin, 04 Juli 2016 KESESATAN KAUM SADUKI

Baca : Mrk 12:18-27 Yesus menjawab mereka, “Kamu sesat sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah”—Mat 22:29

Note :

uatu hari Yesus dan para murid-Nya duduk di Bukit Zaitun menikmati pemandangan Lembah Kidron sampai Bait Suci Herodes. Pemandangannya sungguh menakjubkan. “Betapa besarnya batu-batu ini dan betapa megahnya gedung-gedung itu!” (1). Namun mereka terkejut mendengar Yesus berkata, tidak satu batu pun akan tetap terletak di sana. Inilah awal dan apokalips kecil yang dicatat dalam Mrk 13, Mat 24, dan Luk 21. Di sini Yesus menyingkap masa depan. Kita sulit menafsir wacana ini karena Yesus melihat ke masa depan yang dekat (kejatuhan Ye-rusalem dan kehancuran Bait Allah pada 70 M) maupun ke masa depan tera-khir (Parousia). Kedua peristiwa ini saling berkaitan dalam ajaran Yesus. Jadi, tidak jelas yang mana Dia maksudkan. Tanda-tanda yang segera terjadi termasuk munculnya mesias-mesias palsu, peperangan dan kabar tentang peperangan, gempa bumi, dan bencana kelaparan. Tapi ini semua, kata Yesus, adalah “permulaan penderitaan” (8) seperti sakit bersalin; masa akhirnya belum tiba. Tanda-tanda lain menjelang masa akhir termasuk penganiayaan dan kematian sebagai syuhada, pemberitaan Injil di seluruh dunia, perpecahan keluarga, ledakan besar di matahari, bulan, dan bintang, yang merupakan gambaran kiasan yang dikenal untuk gejolak social politik. Kemudian orang akan “melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” (26). Sebenarnya, orang-orang zaman itu tidak akan berlalu sebelum “semuanya itu” (tanda-tanda yang mendahului) telah terjadi. Namun, lain dengan “semuanya itu”, tidak ada yang mengetahui hari atau jam itu, Anak pun tidak. Tekanan utama khotbah ini bukan suatu program tanda dan peristiwa, melainkan seruan Yesus yang berulang (7 kali di Mrk 13) agar waspada dalam menyambut kedatangan-Nya, karena tidak seorang pun tahu kapan akan terjadi. Yesus pun menutupi khotbahnya: “Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!” (37).

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 19-21

S

Selasa, 05 Juli 2016 APOKALIPS (PENYINGKAPAN) KECIL

Baca : Mrk 13 Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu: orang-orang zaman ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi—Mrk 13:30

Note :

ejadian dramatis lain yang banyak diingat orang terjadi di desa Betania, pada suatu senja dalam Minggu Suci. Yesus makan malam sebagai tamu dari seorang yang dikenal sebagai Simon si Kusta, yang

kustanya, tentu, sudah disembuhkan. Ketika itu seorang perempuan men-dekati-Nya dari belakang. Markus tidak memberi tahu siapa perempuan itu, tapi Yohanes mengenali dia sebagai Maria dari Betania, satu dan dua saudara perempuan Lazarus. Maria membawa satu botol pualam berisi minyak wangi yang sangat mahal. Dia pecahkan botol itu dan menuangkan isinya di atas kepala Yesus. Apakah mungkin tindakan dia mengurapi Yesus adalah cara dia mengakui bahwa Yesus Sang Mesias? Tapi mereka yang melihat kejadian itu terusik dengan pemborosan mi. Minyak wangi, kata mereka, bisa dijual dengan harga satu tahun gaji. Lebih baik uangnya diberikan kepada orang miskin. Mereka menegur Maria dengan tajam.

Tapi Yesus membela Maria. Dan perkataan-Nya kita tahu lima kebenaran yang sangat penting dan kaya makna. Pertama, Maria tidak boros melainkan melakukan “suatu perbuatan yang baik” (Mrk 14:6), yang menyatakan kasih sayangnya kepada Yesus. Kedua, dia sama sekali tidak merendahkan orang miskin melainkan menempatkan Yesus di atas mereka. Ketiga, dia melakukan apa yang dia bisa, menurut kemampuannya, dan mengakui bahwa orang lain melayani Yesus dengan cara lain. Keempat, dia menyiramkan minyak wangi di atas tubuh-Nya, mengantisipasi pengurapan yang akan diterima Yesus pada pemakaman-Nya. Kelima, dia dan tindakan kasihnya yang murah hati akan diingat di seluruh dunia, di mana saja Injil dikabarkan.

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 22-24

K

. Rabu, 06 Juli 2016 PENGURAPAN MARIA

Baca : Mrk 14:1-1 1 Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku—Mrk 14:8

Note :

engkhianatan Yudas dilihat gereja mula-mula sebagai pemenuhan apa yang ditulis dalam Kitab Suci (lihat Mzm 41:10; Yoh 17:12), dan bahwa itu terjadi sesudah Iblis “membisiki” dan “merasuki” Yudas (Yoh 13:2, 27). Namun, kenyataan-kenyataan ini tidak membebaskan Yudas dari tuduhan. Nubuat alkitabiah maupun pengaruh Iblis tidak membebaskan dia dari tanggung jawab pribadi atas tindakannya. Saat Yesus menyampaikan imbauan terakhir kepada dia (Yoh 13:25-30), dan Yudas menolak, Yesus berkata: “CeIakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan!” (Mat 26:24). Lalu, apa motivasi Yudas? Para penulis Injil memfokus pada cintanya kepada uang. Yohanes mengatakan bahwa Yudas bendahara kelompok rasuli ini dan dia suka mengambil ‘uang dari kas bersama. Tidak heran jika dia protes dengan pemborosan yang dilakukan Maria. Nampaknya dia langsung menemui para imam untuk menutup sebagian dari kerugian itu. Dia tawar menawar dengan mereka dan jumlah yang disepakati adalah tiga puluh keping perak, harga tebusan seorang budak biasa. Motivasi lain mungkin bersifat politis. Ada banyak spekulasi mengenai nama keluarga Yudas, Iskariot. Ada yang mengatakan itu nama desa di selatan Hebron. Ada yang berpendapat kata Iskariot berasal dari kata sikarios, pem-bunuh (dari kata sica, yang berarti golok), dan bahwa Yudas anggota sikarii, kelompok teroris fanatik. Kalau begitu, apakah Yudas nasionalis militan, yang merindukan pembebasan Israel dari penjajahan Romawi dan kecewa dengan Yesus sebagai mesias yang gagal? Mungkin, tapi buktinya kurang kuat. Para penulis Injil, menempatkan Maria dan Yudas secara kontras. Maria murah hati dan tidak menghitung-hitung, Yudas menghitung untung rugi. Marah karena Maria membuang gaji setahun, Yudas menjual Yesus untuk hanya sepertiga dari jumlah itu. Memang, “akar segala kejahatan ialah cinta uang” (1 Tim 6:10).

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 25-27

P MOTIVASI YUDAS

Baca : Yoh 13:1-2, 18-30 Lalu pergilah Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu, kepada imam-imam kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada rnereka—Mrk 14:10

Kamis, 07 Juli 2016

Note :

da sebagian orang Kristen mengikuti perintah Yesus ini secara harfiah. Mereka melakukannya pada hari Kamis sebelum Paskah. Beberapa gereja Protestan juga melakukan pembasuhan kaki dalam lbadah Perjamuan Kudus mereka. Yang lain percaya, Yesus tidak bermaksud melembagakan suatu seremoni melainkan mengacu kepada praktik budaya biasa. Jika ini dialihkan ke budaya kita, Yesus memaksudkan bahwa kalau kita saling mengasihi, kita juga akan saling melayani. Tidak ada pelayanan yang terlalu rendah atau terlalu kotor untuk kita lakukan. Tapi pembasuhan kaki juga perumpamaan penyelamatan. Awalnya Petrus menolak Yesus membasuh kakinya. Kalau begitu, kata Yesus, Petrus juga tidak bisa bersekutu dengan Dia. Kemudian Petrus minta dibasuh tangan dan kepalanya juga. Yesus menanggapi, “Siapa saja yang telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena la sudah bersih seluruhnya” (Yoh 13:10). Jelas, pembasuhan adalah gambaran penyelamatan dan ini terjadi dalam dua tahap, pertama mandi dan lalu pembasuhan kaki secara teratur. Ketika kita datang kepada Yesus Kristus dengan bertobat dan iman, kita dimandikan. Secara teologis, ini disebut “pembenaran” (menerima status baru) atau “regenerasi” (mengalami kelahiran baru), keduanya diwujudkan dalam pembaptisan yang tidak diulang. Kemudian, karena kita terus-menerus jatuh di dalam dosa, kita memerlukan pengampunan setiap hari, yang dilambangkan dengan kehadiran kita pada Perjamuan Kudus secara teratur. Jadi, Petrus membuat dua kesalahan yang berlawanan. Pertama, dia protes dan tidak mau dibasuh sama sekali. Kedua, kemudian dia minta dimandikan, sedangkan yang dia perlukan hanya pembasuhan kakinya. Semoga Tuhan memampukan kita memahami perbedaan ini!

Bacaan Alkitab setahun: Amsal 28-31

A

Jumat, 08 Juli 2016 MEMBASUH KAKI

Baca : Yoh 13:1-15 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian la menuangkan air ke dalam sebuah baskom, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya—Yoh 13:4-5

Note :

aktu makan di ruang atas Yesus memecah roti lalu membagikannya kepada para murid-Nya sambil berkata, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19). Kemudian, sesudah makan Dia mengambil cawan anggur dan memberikannya kepada mereka, sambil berkata,” Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:20). Ini semua perkataan dan perbuatan yang sangat signifikan karena menceritakan pandangan Yesus tentang kematian-Nya. Tiga kebenaran menarik perhatian kita. Pertama, keterpusatan pada kematian-Nya. Yesus memberi petunjuk pelaksanaan upacara peringatan akan kematian-Nya. Mereka harus makan roti dan minum anggur sebagai peringatan akan Dia. Roti itu mewakili tubuh Nya yang telah diberikan bagi mereka dan anggur itu mewakili darah-Nya yang telah ditumpahkan bagi mereka. Dengan kata lain, kematian berbicara dari kedua unsur itu. Dia ingin diingat berhubung dengan kematian-Nya. Kedua, yang kita dapatkan dari Perjamuan Kudus adalah maksud kematian Yesus. Menurut Matius, cawan melambangkan “darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:28). (Lihat juga Yer 31.) Ketiga, yang diajarkan Perjamuan Kudus menyangkut perlunya kita menggapai secara pribadi manfaat kematian Yesus. Dalam peristiwa itu para murid bukan hanya penonton melainkan pelaku. Yesus memecahkan roti lalu membagikannya. Dia juga menuangkan anggur lalu memberikannya kepada mereka untuk diminum. Makan dan minum itu, dahulu dan sekarang, merupakan tindakan melalui iman, mengingat apa yang telah Yesus lakukan kepada kita.

Bacaan Alkitab setahun: Pengkhotbah 1-3

W

PERJAMUAN KUDUS Baca : Yer 31:31-34

Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai la datang— 1 Kor 11:26

Sabtu, 09 Juli 2016

Note :

ada Yoh 14, Yesus berkata, “Janganlah gelisah hatimu” (1, 27). Dia berbicara tentang kegelisahan yang diderita seluruh dunia dan tidak bisa disembuhkan oleh psikolog mana pun di dunia ini. Pasal ini malah boleh diberi judul “Kegelisahan Rohani: Penyebab dan Penyembuhannya”. Penyebabnya adalah rencana kepergian Guru mereka. Ini membuat hati mereka gelisah, dan obatnya adalah iman dalam janji-Nya akan kedatangan-Nya kembali. Yesus berjanji, (1) “Aku pergi ... untuk menyediakan tempat bagimu”(2) sehingga kematian bagi orang percaya adalah seperti pulang ke rumah; (2) “Aku akan datang kembali” (3); (3) ‘Aku akan ... membawa kamu ke tempat Ku “(3); dan (4) “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup”(6). Indah sekali, Dia yang menjadi tujuan kita adalah juga pendahulu kita, pandu, dan jalan kita. Namun, ayat 15-26 mengacu kepada kedatangan Kristus jangka menengah. Bahwa Dia bakal datang jauh di masa depan tidak menyiratkan bahwa Dia akan meninggalkan mereka. Sebaliknya, Dia mengutus Roh Ku-dus, atau, lebih baik, Dia akan datang sendiri sebagai persona Roh Kudus. Dia akan datang kepada semua yang mengasihi-Nya, yaitu yang taat kepada Dia (21). Dalam lima ayat terakhir (27-31) Yohanes kembali kepada tema kepergian Kristus. Sekali lagi Yesus minta mereka tidak gelisah atau takut. Dia bahkan menyatakan kepada mereka: “Shalom!” “Damai sejahtera!” Matthew Henry dengan sangat menarik menulis: “Ketika Kristus hampir meninggalkan dunia ini Dia membuat surat wasiat; jiwa-Nya Dia serahkan kepada Bapa-Nya; tubuh-Nya Dia serahkan kepada Yusuf dan Arimatea; pakaian-Nya jatuh kepada para serdadu; ibu-Nya diserahkan kepada pemeliharaan Yohanes. Tapi yang dapat Dia tinggalkan bagi murid-murid Nya, yang telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Dia adalah sesuatu yang jauh lebih baik: damai sejahtera-Nya.”

Bacaan Alkitab setahun: Pengkhotbah 4-6

P

. Minggu, 10 Juli 2016 DUA KEDATANGAN KRISTUS

Baca : Yoh 14:1-31 Apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku ... Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu—Yoh 14:3, 18

Note :

alam alegori pokok anggur dan ranting-rantingnya, Yesus hampir pasti berpikir tentang Israel, pokok anggur pilihan yang ditanam Yahwe di Kanaan, dengan beranggapan bahwa Israel selanjutnya berhubungan dengan komunitas Allah yang baru. Pesannya jelas, bahwa maksud Allah adalah supaya umat-Nya berbuah. Sama seperti tugas pokok anggur adalah menghasilkan buah anggur. Mengherankan, banyak orang Kristen berpikir bahwa berbuah berarti memenangkan jiwa. Memang penginjilan bagian sangat penting dari panggilan kita sebagai Kristen, tapi kalau kita bandingkan suatu nas Kitab Suci dengan nas-nas lain, buah anggur dalam kebun Allah merupakan keadilan dan kebenaran, sedangkan dalam PB, Buah Roh adalah keserupaan dengan Kristus. (Lihat Yes 5; Gal 5:22-23; dan Kol 1:10.) Jadi, apa rahasianya supaya berbuah? Pertama: pemangkasan pokok anggur. Allah memangkas setiap ranting yang berbuah supaya buahnya lebih banyak. Pemangkasan ini gambaran penderitaan, proses yang drastis. Semak atau belukar dipotong hampir habis, biasanya di musim gugur. Bagi yang belum tahu ini nampak kejam. Tapi bila musim semi dan musim panas kembali, buahnya pun lebat. Suatu bentuk penderitaan boleh dikatakan tidak bisa tidak ada untuk mencapai kesucian. Kedua, agar berbuah banyak ranting harus tetap “tinggal” pada pokoknya. Menjadi Kristen pada hakikatnya “tetap di dalam Kristus”, menyatu dengan Kristus dan mengembangkan hubungan yang sudah ada. Ini merupakan hubungan timbal-balik. Supaya Kristus tinggal di dalam kita, kita harus membiarkan Dia melakukan hal itu, membiarkan Dia makin menjadi apa yang memang hakikat-Nya, yaitu Tuhan kita dan Pemberi Hidup kita.

Bacaan Alkitab setahun: Pengkhotbah 7-9

D

. Senin, 11 Juli 2016 POKOK ANGGUR DAN RANTING - RANTINGNYA

Baca : Yoh 15:1-8 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa—Yoh 15:5

Note :

agaimana mungkin bisa lebih berguna bagi para murid jika Yesus meninggalkan mereka? Selama tiga tahun yang hebat mereka menikmati persahabatan-Nya. Kita ini melihat mereka bisa bersama-sama melayani. Apa maksud Yesus mengatakan bahwa lebih berguna kalau Dia pergi? Ya, para rasul ini mengalami dua hambatan besar. Pertama, selama Yesus bersama mereka, kehadiran Yesus bersifat lokal. Jadi, kadang mereka terpisah satu sama lain, misalnya ketika mereka berada di dalam perahu dan Dia sedang berdoa di bukit. Mereka tidak bisa terus bersekutu dengan-Nya tanpa gangguan. “Tapi, misalkan Dia tidak pergi, setiap kapal laut dan pesawat akan penuh sesak dengan peziarah Kristen. Misalkan Anda berada di dalam salah satu kapal itu, dengan susah payah Anda akan mendarat. Setiap jalan padat macet. Di antara Anda dan Yerusalem ada lautan massa. Anda datang untuk melihat Yesus tapi Anda tidak akan pernah bisa melihat-Nya.” (Demikian tulis Henry Drummond, penulis dan penginjil Skotlandia, abad ke-19.) Yesus pergi dan mengirim Roh Kudus sebagai pengganti-Nya, karena apa yang dilakukan Roh Kudus adalah menguniversalkan kehadiran-Nya dan membuat Dia dapat diakses semua orang di mana saja. Hambatan kedua ialah ketika Yesus di dunia, kehadiran-Nya tidak hanya lokal tapi juga eksternal. Dia tidak bisa masuk ke dalam kepribadian mereka atau mengubah mereka dari dalam, merasuk sampai ke sumber pikiran, motivasi, dan keinginan mereka. Tapi kelak Dia bisa. Yesus berkata “Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu”(14:17). Jadi, Roh Kudus menginternalkan kehadiran Yesus sehingga Kristus melalui Roh-Nya tinggal di dalam hati kita dan men-gubah kita serupa dengan Dia. Roh Kudus datang, dan Roh Kudus membuat kehadiran Yesus tidak lagi lokal melainkan universal, tidak lagi eksternal melainkan internal. Roh menguniversalkan sekaligus menginternalkan kehadiran Yesus Kristus.

Bacaan Alkitab setahun: Pengkhotbah 10-12

B

. Selasa, 12 Juli 2016 GUNANYA KEPERGIAN YESUS

Baca : Yoh 16:5-11 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi—Yoh 16:7

Note :

nti wacana ruang atas ialah dua janji berhubungan dengan pelayanan Roh Kebenaran. Pertama, Roh kebenaran “akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh 14:26). Meski banyak orang Kristen yang menuntut janji ini, acuan utama janji ini adalah para rasul. Selama tiga tahun Yesus mengajar mereka. Sekarang Dia ingin warisan kaya tentang kebenaran ini dipelihara. Dia yang mengajarkan; Roh Kudus akan mengingatkan. Janji ini terpenuhi dalam penulisan Injil-injil. Kedua, Roh Kebenaran “akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (16:13) atau “ke dalam semua kebenaran.” Tak sedikit orang salah mengartikan teks ini. Masalahnya siapa yang dimaksud dengan “kamu” dalam janji “Dia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran”. Gereja Katolik Roma menerapkannya pada Paus dan Dewan Uskupnya, yang dianggap penerus para rasul, gereja Ortodoks menerapkannya pada gereja dan tradisinya yang hidup. Teolog liberal menerapkannya pada pendapat cendekiawan, dan golongan Pentakosta pada setiap orang yang dipenuhi Roh. Tapi orang Kristen reformis bersikeras bahwa “kamu” mengacu kepada para rasul yang berkumpul bersama Yesus di ruang atas. Kata ganti kamu muncul tiga kali dalam Yoh 16:12-13: “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila la datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran”. Dua “kamu” pertama pasti mengacu kepada para rasul; jadi yang ketiga tentu juga karena kita tidak bisa mengubah identitas “kamu” di tengah jalan. Jadi Yesus menganggap pelayanan-Nya dalam mengajar belum selesai. Masih banyak yang Ia ingin ajarkan, tapi mereka tidak sanggup menerima semuanya sekarang. Jadi Roh Kudus akan menyelesaikan. Dia akan memimpin para rasul ke dalam semua kebenaran dan janji ini terpenuhi dengan ditulisnya Kitab Kisah Para Rasul, Surat-surat, dan Wahyu.

Bacaan Alkitab setahun: Kidung Agung 1-3

I

Rabu, 13 Juli 2016 PELAYANAN ROH KEBENARAN

Baca : Yoh 15:26-27: 16:12-15 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila la datang, yaitu Roh Kebenaran, la akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran—Yoh 16: 12-13

Note :

esudah berdoa bagi Diri sendiri agar boleh dipermuliakan di atas salib, Yesus berdoa untuk orang-orang milik-Nya sendiri. Pertama, Yesus berdoa untuk kebenaran gereja, yaitu agar Bapa mau memelihara orang-orang milik-Nya dalam nama-Nya, atau lebih tepat: agar setia pada nama-Nya (11). Inilah doa agar orang-orang milik-Nya tetap pada penyataan yang telah Dia berikan kepada mereka. Kedua, Yesus berdoa untuk kesucian gereja. Dia tidak berdoa agar kita menarik diri dari dunia, melainkan selama kita berada di dalam dunia agar dilindungi dari yang jahat (15). Ketiga, Yesus berdoa untuk misi gereja. “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia” (18). Lebih jauh, la menjadikan misi-Nya sebagai model misi kita. Sebab, seperti Dia masuk ke dalam dunia kita, demikian juga kita harus masuk ke dalam dunia orang lain. Misi yang otentik adalah misi inkarnasi. Keempat, Yesus berdoa untuk persatuan gereja, dan persatuan itu mempunyai dua aspek. (1) Ini adalah persatuan dengan para rasul. “Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya pada-Ku melalui pemberitaan mereka; supaya mereka semua men-jadi satu (20-21). “Semua” harus gabungan “mereka ini” dan “orang-orang”. Ini doa agar terjadi kesinambungan sejarah antara para rasul dan gereja pascarasul, supaya gereja pada setiap zaman benar-benar bersifat rasuli, setia pada ajaran PB. (2) Ini adalah persatuan dengan Bapa dan Anak (21). Maka di sinilah persatuan rangkap yang untuknya Yesus berdoa. Yaitu persatuan dengan para rasul (kebenaran yang dipegang bersama) dan persatuan dengan Bapa dan Anak (hidup bersama). Struktur memang penting tapi yang lebih penting ialah persatuan dalam kebenaran dan hidup.

Bacaan Alkitab setahun: Kidung Agung 4-6

S

Kamis, 14 Juli 2016 DOA TUHAN UNTUK ORANG—ORANG MILIK- NYA

Baca : Yoh 17 Lalu la menengadah ke langit dan berkata:”Bapa, telah tiba saatnya”— Yoh 17:1

Note :

esakitan ngeri Yesus di Taman Getsemani memberi contoh mengenai paradoks pribadi-Nya. Di satu sisi kita melihat kerinduan-Nya sebagai manusia akan persahabatan dan dukungan doa sahabat-sahabat-Nya, juga pengakuan bahwa kehendak-Nya bisa berbeda dari ke-hendak Bapa-Nya (Luk 22:42). Di sisi lain, di tengah penderitaan-Nya Dia menyapa Allah dengan sapaan akrab-unik “Ya, Abba, ya Bapa” (Mrk 14:36). Tapi apa yang begitu menyusahkan hati-Nya? Hanya Lukas, dengan perhatiannya sebagai tabib, menambahkan bahwa “Peluh-Nya menjadi seperti titik—titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk 22:44). Yesus menyebut kesakitan yang akan datang itu sebagai “cawan” yang mau Dia hindari. Apakah ini hanya soal kematian? Socrates menghadapi ajalnya di sel penjara di Atena dengan suasana hati yang sangat berbeda. Menurut Plato, Socrates meminum cawan racunnya “tanpa gemetar ... dengan sangat ceria dan tenang”. Jadi, apakah Socrates lebih berani ketimbang Yesus? Tidak, sama sekali tidak ada bukti bahwa Socrates lebih berani. Ketegaran fisik dan moral Yesus sekejap pun tidak pernah goyah. Rupanya cawan mereka berisi racun yang berbeda. Cawan yang sangat ingin Yesus hindari bukan penderitaan fisik oleh penyaliban, juga bukan penderitaan jiwa yang disebabkan karena ditinggalkan sahabat-sahabat-Nya, melainkan kengerian rohani karena harus menanggung dosa seluruh dunia. Di dalam PL cawan atau piala sering melambangkan murka Allah. Misalnya, Yesaya menggambarkan Yerusalem dihancurkan sebagai “yang telah meminum dari tangan TUHAN isi piala kehangatan murka-Nya” (Yes 51:17). Dari kesakitan ngeri di Taman Getsemani Yesus maju dengan tekad kuat untuk melanjutkan perjalanan-Nya ke salib. Yohanes tidak memasukkan kisah Getsemani dalam Injilnya, tapi dia memuat satu ucapan Yesus yang tidak tertulis di Kitab Injil lainnya, “Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” (Yoh 18:11).

Bacaan Alkitab setahun: Kidung Agung 7-8

K

Jumat, 15 Juli 2016 KESAKITAN NGERI DI TAMAN GETSEMANI

Baca : Mrk 14:32-42 la mulai merasa sangat susah dan gelisah, lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya’—Mrk 14:33-34

Note :

esudah keluar dari kesakitan ngeri-Nya di Taman Getsemani, Yesus menyadari bahwa tidak ada pilihan selain salib dan Dia menyerahkan kehendak-Nya kepada kehendak Bapa: “Apakah yang akan

Ku-katakan?” Dia bertanya, “Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?” Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. “Bapa, muliakanlah nama-Mu!” (Yoh 12:27). Jadi Yesus siap untuk tahap berikutnya. Satu kompi pasukan bersenjata yang dikirim imam besar dan dipimpin Yudas, tiba di Taman Getsemani, karena Yudas tahu benar tentang tempat berkumpul ini. Dia juga memberikan kode yang disepakati, yaitu ciuman. Satu-satunya protes Yesus adalah Dia tidak sedang memimpin pemberontakan, melainkan mengajar di Bait Allah. Di situ sebenarnya mereka dapat menangkap Dia.

Tapi Petrus tidak mau menyerah dalam hal penahanan Yesus. Seperti di Kaisarea Filipi, demikian juga di sini dia menolak konsep Mesias yang menderita dan mati. Dia menarik pedangnya dan menebas telinga kanan Malkus, hamba imam besar. Yesus menyuruh Petrus menyimpan pedangnya dan berkata, “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian ?“ (Mat 26:53-54).

Sungguh sangat mengesankan melihat Yesus tunduk di bawah kewenangan Kitab Suci PL. Dia harus dikhianati, ditangkap, ditolak, dikutuk, dan akhirnya dibunuh. Kenapa semua ini harus terjadi? Jawabnya: sebab Kitab Suci mengatakan begitu.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 1-3

S Sabtu, 16 Juli 2016 PENGKHIANATAN YUDAS

Baca : Mat 26:47-56 Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya—Mat 26:50

Note :

alam perjalanan ke Getsemani Yesus memberitahukan bahwa Petrus akan menyangkal hubungannya dengan Dia. Tapi Petrus yang sering bertindak sebelum berpikir, lantang membantah setiap kemungkinan bahwa ia akan melakukan hal seperti itu: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” (31). Tapi ternyata ia melakukan juga. Keempat penulis Injil mencatat penyangkalan Petrus terhadap Yesus, meskipun tidak mudah menyelaraskan cerita mereka yang berbeda-beda. Nampaknya tantangan dan setiap sangkalannya menjadi lebih serius dari yang sebelumnya. Semua ini terjadi di dalam atau di sekitar pelataran rumah imam besar. Kita bisa meringkasnya sebagai berikut: Pertama, seorang hamba perempuan menuduh Petrus “selalu bersama sama dengan Yesus, orang Nazaret itu” (67), tapi Petrus bersikeras dia tidak mengerti apa yang dikatakan hamba itu. Kedua, perempuan lain dengan melibatkan beberapa temannya memastikan bahwa Petrus sendiri “salah seorang dari mereka” tapi Petrus menyangkal dengan bersumpah. Keti-ga, sekelompok orang di situ mendekati Petrus dan menantangnya dengan berkata, “Engkau pasti salah seorang dari mereka, apalagi engkau seorang Galilea!” (70). Lalu Petrus mulai mengumpat dan bersumpah-serapah dan bahkan (menurut beberapa tafsiran), juga menyumpahi Yesus. Saat itulah terdengar ayam berkokok dan Yesus memandang langsung kepada Petrus. Lalu Petrus ingat apa yang dikatakan Yesus kepadanya dan dia menangis tersedu-sedu. Kita tidak boleh mengabaikan seriusnya sangkalan Petrus. Tapi kita juga tidak boleh meremehkan besarnya anugerah Allah yang mengampuni dan mengubah. Pada waktunya Petrus dipulihkan dan menjadi pemimpin gereja yang kuat bagaikan batu karang.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 4-6

D Minggu, 17 Juli 2016

PENYANGKALAN PETRUS Baca : Mrk 14:66-72

Petrus pun teringat, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu menangislah ia tersedu-sedu-—Mrk 14:72

Note :

ara cendekiawan masih memperdebatkan rincian keempat sidang pengadilan yang dijalani Yesus di depan Hanas, Kayafas, Herodes, dan Pilatus. Kelihatan jelas bahwa Dia langsung dibawa dari Getsemani ke pemeriksaan pendahuluan tak resmi yang diadakan pada larut malam oleh pemimpin-pemimpin Yahudi, yang diketuai oleh Hanas, mantan imam besar dan bapak mertua Kayafas. Hanas dikenal sebagai orang tua yang tamak dan kaya karena perdagangan yang menyalahgunakan Bait-Allah. Yesus ditanya tentang para pengikut-Nya dan pengajaran-Nya, tapi Dia tidak mau menjawab atas dasar semua yang Dia katakan dan lakukan sudah diketahui umum. Kemudian, keesokan harinya, mungkin pagi-pagi sekali Yesus dibawa ke sidang pleno Sanhedrin, dewan tertinggi yang bertanggung jawab untuk urusan politik, hukum, dan agama di Yerusalem. Tujuan sidang ini merumuskan tuduhan terhadap Yesus, untuk diserahkan kepada pengadilan Roma yang diketuai Pilatus. Pilatus tidak tertarik dengan pelanggaran agamawi yang remeh terhadap hukum Yahudi tapi akan memperhatikan tuntutan revolusioner yang mungkin mengancam keamanan umum. Jadi Imam Besar Kayafas mengetuai sidang-sidang Sanhedrin, langsung menantang Yesus dengan pertanyaan apakah Dia Mesias. Sebagai jawaban, Yesus tidak hanya menegaskan ‘Akulah Dia” tapi juga mengutip Dan 7 dan Mzm 110:1 sebagai yang telah digenapi-Nya dalam Dirinya. Dengan demikian Dia menyatakan menguasai seluruh dunia dan ikut memerintah bersama Allah. Tidak heran jika Kayafas menuduh Dia menghujat Allah dan karenanya patut dihukum mati. Mau tidak mau kita membandingkan perilaku Petrus (kemarin) dan Yesus (hari ini). Petrus menyangkali Yesus, tapi Yesus, meskipun menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting, berani menegaskan kemesiasan-Nya di hadapan dewan Yahudi tertinggi di negeri itu.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 7-9

P

Senin, 18 Juli 2016 SIDANG PENGADILAN DI SANHEDRIN

Baca : Mrk 14:53-65 Imam-imam kepala dan para anggota Mahkamah Agama mencari kesaksian melawan Yesus supaya la dapat dihukum mati—Mrk 14:55

Note :

oma terkenal di seluruh dunia karena sistem peradilannya yang adil. Pilatus bertanya tuduhan apa yang mereka ajukan terhadap Yesus. Para pemimpin Yahudi mengatakan Yesus melakukan tiga pelanggaran yaitu “menyesatkan bangsa kami”, “melarang membayar pajak kepada Kaisar”, dan menyatakan diri sebagai “Kristus, yaitu, raja” (Luk 23:2). Dua tuduhan pertama agak kurang jelas. Yang serius adalah tuduhan ketiga, yaitu pengkhianatan. Ini membangkitkan kecurigaan Pilatus. Yesus tidak kelihatan seperti raja. Yesus menjelaskan, sebagai Raja, pemerintahan-Nya bersaksi tentang kebenaran. Salah satu hal menonjol adalah pernyataan Pilatus yang berulang-ulang bahwa Yesus tidak bersalah. Sesudah pemeriksaan pendahuluan, Pilatus berkata, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada orang ini”. Kemudian, setelah Herodes mengirim dia kembali kepada Pilatus, Pilatus menyatakan, “Dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Herodes juga tidak” (Luk 23:14-15). Ketika khalayak tetap menuntut kematian-Nya, Pilatus berkata: “Tidak ada kesalahan apa pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati.” (Luk 23:22). Istri Pilatus juga mengingatkan, “Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu” (Mat 27:19), sebab dia mendapat mimpi buruk tentang Yesus. Akhirnya, Pilatus mengambil air dan mencuci tangannya di depan khalayak ramai, dan berkata, “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini” (Mat 27:24). Jadi, pada lima kesempatan berbeda Pilatus tercatat menyatakan Yesus tidak bersalah. Ini tentu saja memang disengaja. Selama agama Kristen tetap dianggap religio illicita (tidak sah) di dalam Kekaisaran Roma, penting untuk menetapkan ketidakbersalahan Yesus. Para penulis Injil menyatakan ketidakbersalahan Yesus dengan mengutip perkataan pembesar Pontius Pilatus, Gubernur Provinsi Roma, di Yudea.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 10-12

R

. Selasa, 19 Juli 2016 SIDANG PENGADILAN DI HADAPAN PILATUS Baca : Yoh 18:28-38

Sesudah itu mereka membawa Yesus dari Kayafas ke istana gubernur.... Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata, “Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?”—Yoh 18:28-29

Note :

ontius Pilatus, Gubernur Yudea, adalah administratur piawai tapi kadang tidak peka terhadap keberatan agamawi orang Yahudi. Dalam Kitab-kitab Injil kita melihat dia berada di ujung tanduk suatu dilema, tercabik di antara keadilan dan kepentingan. Di satu sisi dia tahu Yesus tak bersalah, dan ini diakuinya beberapa kali. Di sisi lain, dia takut akibatnya kalau dia tidak memenuhi tuntutan massa. Para penginjil menggambarkan dia sebagai “ingin melepaskan Yesus” (Luk 23: 20) dan “ingin memuaskan hati orang banyak” (Mrk 15:15). Tapi ia tidak dapat memenuhi keduanya sekaligus. Ia berusaha mencari jalan untuk lolos dari keadaan yang sulit ini. Empat cara dicobanya untuk menghindari keputusan yang tegas. Pertama, dia mencoba menggeser tanggung jawabnya kepada orang lain. Karena Yesus berasal dari Galilea, dia mengirim Yesus kepada Herodes untuk diadili. Tapi Herodes tidak menemukan dasar tuduhan-tuduhan terhadap Yesus. Kedua, dia mencoba melakukan hal yang benar (membebaskan Yesus) dengan alasan yang salah (sekadar menjalankan kebiasaan pada hari raya Paskah). Membebaskan Yesus sebagai tindakan memberi keringanan dan bukan tindakan keadilan. Ketiga, dia ingin memuaskan massa dengan tindakan setengah-setengah, menyuruh orang mencambuk Yesus alih-alih langsung menyalibkan Dia. Keempat, dia mencoba meyakinkan khalayak atas integritasnya (dengan mencuci tangannya di depan umum), walaupun menentangnya sendiri (dengan mengirim Yesus ke kayu salib). Kenapa Pilatus begitu lemah, begitu pengecut, dan kompromis? Ini karena teriakan orang Yahudi, “Jikalau engkau membebaskan orang ini, engkau bukanlah sahabat Kaisar” (Yoh 19:12). Ternyata dia memilih menjadi sahabat Kaisar dan menjadi musuh akal sehat dan keadilan. Namanya diabadikan dalam kalimat pengakuan iman yang menyatakan Yesus “menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus”.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 13-15

Note :

P

Rabu, 20 Juli 2016 PLIN PLANNYA PILATUS

Baca : Yoh 19:4-16 Karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka, sedangkan Yesus dicambuknya lalu diserahkannya untuk disalibkan—Mrk 15:15

iapa yang bertanggung jawab atas kematian Yesus? Tanggung jawab atas penyaliban Yesus ada pada lebih dari satu kelompok orang saja. Para penulis Injil menjelaskan bahwa Yudas, para imam, Pilatus, khalayak ramai, dan para serdadu, semua berperan penting dalam drama ini. Lebih lagi, setiap kelompok mempunyai motivasi. Yudas termotivasi oleh keserakahan, para imam oleh rasa iri, Pilatus oleh rasa takut, khalayak oleh histeria, dan para serdadu oleh menjalankan tugas secara membabi buta. Kita melihat semua dosa itu pun ada dalam diri kita. Kata kerja bahasa Yunani yang sama dipakai disetiap tahap. Kata itu adalah paradidômi, yang bisa berarti menyerahkan, memberikan, mengalihkan, dan bahkan mengkhianati. Yudas menyerahkan Yesus kepada para imam. Para imam menyerahkari Dia kepada Pilatus. Pilatus menyerahkan Dia ke pada kemauan khalayak ramai, dan khalayak ramai menyerahkan Dia untuk disalibkan. Tapi ini hanya sisi manusiawinya. Yesus mengatakan kematian-Nya tindakan ikhlas penuh kasih. Dia menyerahkan diri-Nya pada kematian: “Tidak seorang pun mengambilnya (nyawa-Ku) dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri” (Yoh 10:18). Perspektif lain harus dipertimbangkan, yaitu tindakan Allah Bapa menyerahkan Anaknya sendiri untuk mati. Contohnya, Allah digambarkan sebagai “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua” (Rin 8:32). Akhirnya, nas yang mempertemukan aspek ilahi dan aspek manusiawi kematian Yesus ialah, “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh melalui tangan bangsa- bangsa durhaka “(Kis 2:23). Kematian Yesus dinyatakan terjadi oleh maksud Allah dan kedurhakaan manusia. Tidak ada usaha untuk memecahkan paradoks ini. Dua-duanya benar.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 16-18

S

Kamis, 21 Juli 2016 TANGGUNG JAWAB ATAS KEMATIAN YESUS

Baca : Kis 4:27-28 Imam-imam kepala ... membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus—Mrk 15:1

Note :

nformasi tentang Barabas hanya kita baca dari Kitab-kitab Injil. Ia dikatakan seperti penjahat terkenal dan tahanan politik, terlibat dalam pemberontakan di kota dan merupakan perampok sekaligus pembunuh. Ia teroris yang sedang menunggu hukuman mati. Para penulis Injil juga menyinggung kebiasaan gubernur memberikan amnesti kepada seorang terpidana berdasarkan permintaan rakyat, dalam rangka Paskah. Pilatus melihat tradisi ini jalan keluar dari dilema yang dihadapinya. la menyarankan rakyat memilih Yesus. Namun, ia terkejut ketika mereka memilih Barabas, sehingga mengacaukan rencananya. Bagaimana perasaan Barabas ketika pintu selnya terbuka dan ia dipanggil keluar untuk pembebasan bukan untuk eksekusi? Ia mungkin ter-perangah melihat sinar mentari musim semi kala itu. Ia bukan saja dibebaskan tapi, boleh dikatakan, ditebus. Mungkin Barabas (seperti halnya kita) merasakan keganjilan posisinya. Tuhan yang mencelikkan mata orang buta dan menumpangkan tangan-Nya kepada anak kecil akan disalibkan, sementara bajingan yang pantas dihukum justru bebas tanpa hukuman. Petrus membahas situasi terbalik ini dalam khotbahnya yang kedua di hadapan orang banyak di Yerusalem. Mereka telah membunuh Perintis Kehidupan, katanya, sambil menghendaki seorang pembunuh diberikan kepada mereka (Kis 3:14-15). Kita menyaksikan kisah Barabas lebih dari sekadar ganjil; kita juga melihat perumpamaan tentang penebusan kita. Seperti dia, kita patut mati. Tapi seperti dia, kita luput dari kematian karena Yesus mati ganti kita. Jika rasa penasaran membuat Barabas pergi ke Bukit Kalvari (meski ini sepenuhnya spekulatif), barangkali ia menyaksikan Yesus menuju ajal-Nya dan berkata kepada dirinya sendiri, “Ia mati sebagai gantiku.” Bisa jadi peristiwa itu akan membuat dia terharu, tersentuh, dan akhirnya ditebus.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 19-21

Note :

I

Jumat, 22 Juli 2016 BARABAS SI PEMBUNUH Baca : Mrk 15:6-15

Pada tiap hari raya itu, Pilatus membebaskan satu orang hukuman menurut permintaan mereka—Mrk 15:6

esus kehabisan tenaga. Ia telah menjalani serangkaian pengadilan tanpa tidur, juga didera tanpa ampun, dan diolok-olok. Sekarang sesuai tradisi Romawi Ia harus memikul salib-Nya ke tempat eksekusi. Sepertinya Ia tersandung-sandung karena beratnya. Benar, tidak ada satu penulis Injil pun yang menyatakan demikian, tapi tradisi Kristen mengatakan demikian. Dan ini mungkin menjelaskan mengapa para prajurit menahan Simon dari Kirene dan memindahkan salib itu ke atas bahunya, memaksanya untuk memikul salib. Gereja selalu menghormati Simon untuk perbuatan baik ini, meski ia dipaksa melakukannya. Simon dan keluarganya menjadi orang percaya. Sebab Markus menyebutnya “ayah Aleksander dan Rufus” (Mrk 15:21), yang menunjukkan mereka dikenal jemaat di Roma ketika Injil Markus diterbitkan di sana. “Simeon yang disebut Niger (orang kulit hitam)”, seorang pemimpin jemaat di Antiokhia, bisa jadi adalah orang yang sama (Kis 13:1), dan Rufus dan ibunya yang Paulus sapa di Roma (Rm 16:13) bisa jadi juga keluarga yang sama. Semua ini mengindikasikan bahwa Simon yang memikul salib untuk Yesus adalah seorang kulit hitam dari Afrika yang sekarang kita kenal sebagai Libya. Menarik untuk merenungkan tiga tokoh utama dalam drama sengsara terkait dengan salib. Kita dapat mengatakan bahwa Yudas menyebabkan salib, karena pengkhianatannya langsung mengakibatkan salib; Barabas terluput dari salib, memperoleh kebebasan karena Yesus menanggungnya; dan Simon memikul salib, memikulnya bagi Yesus. Ketiganya tidak berbeda dengan pengalaman orang Kristen sekarang. Seperti Yudas kita telah menyebabkan salib itu dengan kerakusan dan kepalsuan kita. Seperti Barabas kita telah terluput dari salib melalui Dia yang telah mati ganti kita. Dan seperti Simon, kita dipanggil memikul salib kita setiap hari dan mengikut Kristus.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 22-24

Note :

Y

Sabtu, 23 Juli 2016 SIMON DARI KIRENE

Baca : Luk 9:18-26 Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene ... lalu mereka meletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus—Luk 23:26

icero menyatakan penyaliban merupakan “hukuman terkejam dan menjijikkan”. Ia menambahkan bahwa kata salib bukan saja sebaiknya dijauhkan dari pribadi seorang Romawi, tapi juga dari pikiran, penglihatan, dan pendengaran. Karena itu, bukan tanpa sengaja para penulis Injil sangat menahan diri dalam karangan mereka. Mereka hanya menulis: “kemudian mereka menyalibkan Dia”, tanpa rincian. Dari sumber-sumber lain, si terpidana ditelentangkan; kedua tangan, pergelangan tangan, atau lengannya dipaku ke patibulum (kayu palang); salib kemudian ditegakkan dan dibenamkan ke dalam lubang. Pilatus kemudian menyuruh agar “gelar” dalam bahasa Aram, Latin, dan Yunani dipasang di atas kepala Yesus, yang berbunyi “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Para pemimpin Yahudi berusaha membujuk Pilatus untuk mengubahnya, tapi Pilatus menolak. Pelan-pelan kerumunan penonton berkurang. Para prajurit membuang undi untuk pakaian Yesus, dan perempuan-perempuan me-nangis. Sebagian imam dan ahli Taurat tinggal, mengejek-Nya: “Orang lain Ia selamatkan, tapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Jika Ia Raja Israel, baiklah Ia turun dari salib itu, maka kami akan percaya kepada-Nya. Ia mempercayakan diri-Nya kepada Allah: Biarlah Allah menyelamatkan Dia sekarang, jikalau Allah berkenan kepada-Nya!” (Mat 27:42-43). Sebagian perkataan mereka benar secara harfiah. Ia sesungguhnya berkuasa turun dari salib, tapi hal yang tidak dapat Ia lakukan adalah menyelamatkan diri-Nya dan mereka sekaligus. Untuk menyelamatkan mereka Ia harus tetap di salib sampai mati. Tidak lama kemudian kata “salib” kurang mengacu kepada bentuk eksekusi melainkan kepada Injil keselamatan. Rasul Paulus dapat menulis, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal 6:14).

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 25-27

Note :

C

. Minggu, 24 Juli 2016 PENYALIBAN

Baca : 1 Kor 1:17-25 Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota ....Kemudian mereka menyalibkan Dia— Mrk 15:22, 24

ni cemooh lain yang diteriakkan pemuka Yahudi kepada Yesus saat la tergantung di salib. Cemoohan ini sehubungan dengan ajaran-Nya tentang Bait Allah, dan perlu kita renungkan hari ini. Tuhan Yesus menghormati Bait Allah sebagai Rumah Allah. Ia pasti mengetahui sejarah Israel. la mafhum dengan urutan peristiwa dan Kemah Suci di padang pasir ke Bait Allah yang pertama yang dibangun Salomo, ke Bait Allah kedua yang dibangun setelah pembuangan ke Babel, sampai dengan Bait Allah Herodes yang sedang dibangun. Di setiap bangunan itu terdapat Tempat Maha kudus, simbol kehadiran Allah dapat dilihat. Jadi Allah berdiam di tengah umat-Nya dan Bait Allah menjadi pusat kehidupan rohani mereka. Tapi Yesus terperangah melihat Bait Allah yang dimanfaatkan untuk perniagaan. Rumah doa menjadi sarang penyamun. Lantas Yesus tidak hanya menyucikan Bait Allah; Ia menubuatkan kehancuran dan pergantiannya. “Runtuhkan Bait Suci ini,” kata-Nya, “dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh 2:19). Para pendengar-Nya salah total dalam menafsirkan maksud-Nya. Mereka menyanggah Bait Suci sedang dalam pembangunan selama empat puluh enam tahun; bagaimana mungkin la akan membangunnya kembali dalam tiga hari? Pernyataan itu sungguh edan. Tapi Yohanes menjelaskan, yang dimaksud Yesus adalah tubuh kebangkitan-Nya, yang akan menjadi Bait Allah yang baru. Di masa yang akan datang, bilapun hanya dua atau tiga orang pengikut-Nya berkumpul dalam nama-Nya, Ia akan hadir di antara mereka (Mat 18:20). Para imam mengolok—olok nubuat-Nya tentang Bait Allah yang baru. Namun Surat-surat PB menyingkap nubuat Yesus itu. Bait Allah lama dihancurkan pada 70 M, tapi sekarang komunitas Yesus yang berciri Mesias dan kebangkitan adalah Bait Allah yang baru, tempat Allah berdiam melalui Roh-Nya (1 Kor 3:16).

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 28-30

Note :

I

. Senin, 25 Juli 2016 BAIT ALLAH YANG BARU

Baca : Ef 2:11-22 Hai! Engkau yang mau meruntuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu! - Mrk 15:29-30

engapa Matius khusus menekankan penderitaan Yesus? Pertama, penderitaan membuktikan Yesus Mesias sejati. la mengatakan Anak Manusia harus masuk ke dalam kemuliaan-Nya melalui penderitaan. Jadi, karena kekhasan dari Injil Matius adalah menggambarkan Yesus sebagai penggenapan dari PL, ia memfokuskan perhatian pada penggenapan itu. Apakah Yesus dikhianati dan ditinggalkan teman-teman-Nya? Hal itu merupakan penggenapan dari Mzm 41:10: “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.” Apakah Ia ditindas dan ditolak ? Itu penggenapan Yes 53:3: “la dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.” Apakah Ia bersikap tenang bermartabat di depan hakim- hakim-Nya? Itu penggenapan Yes 53:7: “Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” Apakah Ia dicambuk, dipukul, ditampar, dan diludahi ? Itu penggenapan Yes 50:6: “Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.” Sebagaimana disiratkan Matius, itulah tanda-tanda penderitaan Hamba Tuhan. Kedua, penderitaan juga menunjukkan komunitas Mesias. Contoh, ucapan bahagia kedelapan menyatakan penganiayaan sebagai ciri hidup wajib dari pengikut Mesias. Hal ini tetap hingga kini. Paul Marshall, dalam bukunya Their Blood Cries Out mencatat ada sekitar 200 sampai 250 juta orang Kristen dianiaya karena imannya pada masa kini, dan kira-kira 400 juta orang Kristen tidak punya kebebasan beragama. Jadi penderitaan merupakan pertanda bagi Mesias dan juga pengikut-pengikut-Nya.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 31-33

M

Selasa, 26 Juli 2016 PENDERITAAN KRISTUS

Baca : 1 Ptr 2:13-25 Lalu la (Yesus) berkata kepada mereka, “... Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”—Luk 24:25-26

Note :

radisi Yahudi, mayat penjahat yang disalib tidak boleh semalaman dibiarkan tergantung; melainkan harus dikuburkan sebelum matahari terbenam (UI 21:22-23). Di sinilah tokoh Yusuf orang Arimatea masuk dalam cerita. Yusuf, di zaman kita sekarang disebut sebagai senator, anggota senior Sanhedrin, Mahkamah Agama, dan ia sembunyi-sembunyi menjadi percaya kepada Yesus. Dengan memberanikan diri, ia meminta mayat Yesus kepada Pilatus karena biasanya mayat penjahat yang disalibkan akan dibuang ke pemakaman umum atau ditinggalkan untuk dimakan anjing atau burung bangkai. Pilatus heran mendengar bahwa Yesus sudah mati, tapi kepala pasukan yang bertugas meyakinkannya bahwa Ia benar-benar sudah mati. Karena itu, Yusuf dan (menurut Yohanes) Nikodemus menguburkan mayat Yesus—membaringkan-Nya di atas batu di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, sementara disaksikan perempuan-perempuan pengikut Yesus. Alasan pertama mengapa penguburan Yesus menjadi bagian dari Injil, karena penguburan-Nya menegaskan realitas kematian-Nya (1 Kor 15:3-4). Yesus tidak pura-pura pingsan atau nampak mati. Perempuan-perempuan itu tidak pergi ke kuburan yang salah. Tiada penjarah kuburan yang dapat mengusik mayat-Nya. Tidak, jika mayat itu hilang dan kuburan itu kosong, itu karena telah dibangkitkan, yakni secara bersamaan bangkit dan diubah. Tidak ada penjelasan lainnya. Kedua, penguburan Yesus adalah bagian dari Injil karena itu menunjukkan sifat badaniah kebangkitan. Pribadi yang dibangkitkan dan dilihat tidak lain adalah Pribadi yang mati dan dikuburkan. Jadi kebangkitan bukan halusinasi ataupun tindakan penyembuhan, tapi kejadian supernatural di mana proses pembusukan terhenti dan tubuh Yesus dibangkitkan serta diubah.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 34-36

T

Rabu, 27 Juli 2016 PENGUBURAN YESUS Baca : Mrk 15:42-47

Yusuf orang Arimatea ... menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapani-Nya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan-Nya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu—Mrk 15:43, 46

Note :

enguburan Yesus adalah bagian dari Injil, karena itu menegaskan baik realitas dan kematian-Nya dan sifat badani dan kebangkitan-Nya. Karena itu, kita harus berpegang teguh pada kesahihan ini. Pada saat bersamaan, kita harus juga berketetapan bahwa Kristus yang kita sembah bukanlah Kristus yang mati dan dikuburkan, tapi Kristus yang dibangkitkan dan hidup. Meskipun, ada orang-orang yang mengaku Kristen yang rupanya mengimani Yesus yang mati ketimbang yang hidup. Sebagai ilustrasi, saya menyinggung tesis yang dikembangkan oleh Dr. John Mackay dalam bukunya yang terkenal The Other Spanish Christ. Dalam bukunya ia menceritakan ulang kisah mengerikan tentang para penakluk Spanyol yang mengalahkan dan menjajah bangsa pribumi Amerika Latin dengan kejam dan penuh kekerasan pada awal abad ke-16. Gambaran Yesus yang diperkenalkan oleh Katolik Spanyol di benua tersebut adalah pribadi yang penuh tragedi. Berhubung dengan satu gambaran khusus, tulis Mackay, “Ia mati untuk selamanya ... Kristus ini ... tidak bangkit lagi.” Lima puluh tahun kemudian, setelah John Mackay tinggal di Peru, almarhum Henri Nouwen berkunjung di Peru. Kedua orang ini—misionaris Presbiterian dan pastor Katolik—sampai pada kesimpulan yang sama. Nouwen menulis dalam buku hariannya tentang Katolik Peru: “Tiada kutemukan tanda-tanda tentang kebangkitan, tiada kudiingatkan tentang kebenaran bahwa Kristus telah mengalahkan dosa dan maut, dan bangkit dari kubur sebagai pemenang. Yang ada hanya Jumat Agung. Tanpa Paskah .... Penekanan yang hampir menyeluruh kepada tubuh Kristus yang tersiksa kutemukan sebagai penyelewengan dan Kabar Baik menjadi suatu kisah mengerikan yang mengintimidasi orang, namun tidak memerdekakan mereka.” John Mackay dan Henri Nouwen sama-sama benar. Kabar baik adalah Kristus telah bangkit! Haleluya!

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 37-39

Note :

P

Kamis, 28 Juli 2016 KRISTUS YANG MATI ?

Baca : Kis 2:22-32 Tetapi Allah membangkitkan Dia setelah melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu—Kis 2:24

capan Yesus dari salib mengungkapkan kasih-Nya kepada orang lain. “Janganlah kamu menangisi Aku,” kata-Nya (28). Ia tidak menangisi diri-Nya. Ia tidak mengasihani diri-Nya dalam kesakitan dan kesepian-Nya ataupun atas ketidakadilan besar yang ditimpakan terhadap-Nya. Justru, Ia hanya memikirkan orang lain. Ia sekarang tidak punya apa-apa; bahkan pakaian-Nya diambil. Tapi Ia tetap dapat memberikan kasih-Nya kepada orang lain. Salib adalah lambang utama penyerahan diri-Nya—seraya la memperlihatkan kepedulian-Nya kepada orang-orang yang menyalibkan-Nya, ibu yang melahirkan-Nya, dan penjahat yang bertobat di sisi-Nya. Ucapan pertama Yesus adalah doa pengampunan bagi para algojo-Nya. Luar biasa. Penderitaan fisik dan emosional-Nya hampir tidak dapat tertahankan. Ia ditelanjangi dan ditelentangkan. Tangan-tangan kasar para prajurit memegang palu dengan kikuk. Pasti sekarang Yesus memikirkan diri-Nya sendiri dan mengeluh seperti Ayub, atau memohon kepada Allah agar membalaskan dendam-Nya. Atau, paling tidak, Yesus menunjukkan tanda- tanda mengasihani diri-Nya sendiri ? Ternyata tidak. Ia hanya memikirkan orang lain. Ia mungkin berteriak karena rasa sakit, tapi ucapan pertama-Nya adalah doa bagi musuh-musuh-Nya. Dua orang terpidana di samping-Nya mengutuk dan menghujat. Tapi Yesus tidak. Ia melakukan apa yang selama ini Ia ajarkan dalam Khotbah di Bukit: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; berkatilah orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang berbuat jahat terhadap kamu,” (Luk 6:27-28). Untuk siapa Ia berdoa? Doa tersebut khusus bagi para pemuka Yahudi yang menolak Mesias. Sebagai jawaban atas doa Yesus, mereka diberikan waktu penangguhan selama 40 tahun, di mana ribuan orang bertobat dan percaya kepada Yesus. Baru pada tahun 70 M, penghakiman Allah dijatuhkan kepada bangsa itu, ketika Yerusalem direbut dan Bait Allah dihancurkan.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 40-42

Note :

U

. Jumat, 29 Juli 2016 DOA UNTUK PARA ALGOJO Baca : Mat 18:21-35

Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”—Luk 23:34

eempat penulis Injil menceritakan bahwa tiga kayu salib didirikan di Golgota (“tempat yang bernama Tengkorak” [33]). Yesus ada di tengah, sementara dua orang penyamun (“penjahat” menurut Lukas) disalibkan di kanan dan kiri-Nya. Awalnya kedua penyamun itu ikut mencela-Nya (Mat 27:44). Tapi hanya seorang dari mereka yang terus menghina Yesus dan menantang untuk menyelamatkan diri-Nya dan mereka. Tapi penjahat kedua menegurnya (40-41). Kemudian, sambil menoleh ke Yesus, penjahat yang telah bertobat ini berkata, “Yesus, ingatlah aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” (42). Pengakuan atas ke-Raja-an Yesus ini sungguh luar biasa. Pasti si penjahat yang bertobat ini telah mendengar bahwa para imam mengejek klaim Yesus sebagai Raja Israel dan ia mungkin sudah membaca tulisan di atas kepala Nya, “lnilah Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi”. Ia melihat martabat Yesus, yang rajani dan tenang. Ia juga telah mendengar doa pengampunan Yesus untuk para algojo-Nya. Pengampunan adalah hal yang ia butuhkan karena ia mengakui bahwa ia layak dihukum. Atas seruannya Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (43). la tidak dicela karena baru bertobat di detik-detik terakhir. Pertobatannya tidak diragukan. Yesus langsung memberikan orang percaya yang bertobat ini jaminan yang ia harapkan. Yesus menjanjikan tidak hanya masuk ke dalam Firdaus, yang memberikan kesukacitaan, tapi juga masuknya seketika di hari itu juga. Dan Ia menjamin hal tersebut dengan perkataan-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya”. Saya membayangkan, selama jam-jam selanjutnya, yang penuh dengan penderitaan dan terasa panjang, penjahat yang diampuni itu menetapkan hati dan pikirannya pada janji Yesus yang pasti dan menyelamatkan.

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 43-45

Note :

K

Sabtu, 30 Juli 2016 PENYELAMATAN SEORANG PENJAHAT

Baca : Luk 23:32-43 Kata Yesus kepadanya (penjahat yang bertobat), “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya had ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”—Luk 23:43

ungkin pada mulanya Yesus memejamkan mata sambil menanggung rasa sakit yang hebat. Ketika sakit itu berkurang sedikit, Ia membuka mata-Nya. Ia menatap ke bawah dan melihat sekelompok perempuan setia dan Yohanes (“murid yang dikasihi-Nya” [26]). Kemudian Yesus melihat ibu-Nya. Ia sangat berharga di mata Yesus. Ia tidak selalu dapat memahami Yesus. Dan dalam satu-dua kesempatan, Yesus harus bersikap tegas terhadapnya saat menghalangi-Nya melakukan kehendak Bapa. Meski demikian, Maria adalah ibu-Nya. la dikandung dalam rahimnya melalui kerja supernatural Roh Kudus. Ia melahirkan dan merawat Yesus. Pasti Marialah yang mengajari-Nya kisah-kisah Kitab Suci tentang bapak leluhur, raja-raja, dan para nabi, serta rencana dan maksud Allah. Maria juga contoh kesalehan bagi Yesus. Sekarang kita membaca bahwa “dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya” (25). Ibu yang penuh anugerah dan kesedihan. Sulit untuk membayangkan betapa besar penderitaannya saat melihat Yesus tersiksa. Nubuat Simeon bahwa kelak suatu pedang akan menembus jiwanya sendiri sedang digenapi (Luk 2:35). Yesus tidak memikirkan penderitaan-Nya, tapi justru penderitaan Maria. Ia ingin menghibur Maria dari kesedihan melihat-Nya mati. Karena itu, Ia memakai hak-Nya, menurut para pakar diberikan pada orang yang disalibkan, yakni membuat wasiat. Dengan menggunakan terminologi hukum keluarga, Ia meletakkan Maria ke dalam tanggung jawab dan pemeliharaan Yohanes dan demikian pula sebaliknya. Segera Yohanes membawanya pulang ke rumahnya di Yerusalem. Yesus tidak egois. Walau menderita, Ia mendoakan pengampunan bagi musuh-Nya, menjanjikan Firdaus bagi penyamun yang bertobat dan la memastikan masa depan ibu-Nya yang sedang kehilangan. Inilah kasih. Alkitab mengatakan: “... hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita …” (Ef 5:2).

Bacaan Alkitab setahun: Yesaya 46-48

Note :

M

. Minggu, 31 Juli 2016 PENYERAHAN IBU—NYA

Baca : Yoh 19:25-27 ... berkatalah Ia [Yesus] kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!”Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya [Yohanes], “Inilah ibumu!”—Yoh 19:26-27

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai pen-yambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. “Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke sur-ga, kenapa aku harus menyesalinya. ..” demikian dia selalu memaknai hidup-nya. Suatu pagi, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atasmeja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi tem-pe. Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Tuhan, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, ditengadahkan kepal-anya, dia angkat tangan dan baca doa. “Ya Tuhan, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Tuhan, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku…” Dalam hati, dia yakin, Tuhan akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih ber-langsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan… dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Tuhan pasti sedang “memproses” doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Tuhan tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. “Ya Tuhan, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku…”

TEMPE SETENGAH JADI

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan… belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepe-nuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. “Keajaiban Tuhan akan datang… pasti,” yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, “tangan” Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa… berkali-kali dia yakinkan diri, Tuhan pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. “Pasti sekarang telah jadi tempe!” batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan… dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, airmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk. Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar… merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan… esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan “teman-temannya” sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Di-anggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya kian memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat… Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia me-malingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. “Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu pu-nya?” Sumber: https://kopiairhujan.wordpress.com

2/7 Bpk Jimmy 3/7 Ibu Meta 5/7 Sdr Yoksandi 6/7 Sdr Monica 6/7 Bpk Acay 7/7 Bpk Liberus K 8/7 Ibu Nermi 10/7 Ibu Inge

14/7 Ibu Maryati 14/7 Sdri Tirza 18/7 Bpk Charlie 19/7 Sdri Priska 20/7 Bpk Hendra 28/7 Bpk Daniel P 29/7 Sdri Trivena YK 31/7 Ibu Catherina L

Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan kedua tan-gannya. “Ya Tuhan, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau ka-bulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe…” Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia le-takkan lagi. “jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe…” “Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?” tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. “Duh Tuhan… bagaimana ini? Tolonglah ya Tuhan, jangan jadikan tempe ya?” ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! “PUJI TUHAN!” pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepa-da si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. “Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?” “Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?” Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berdoa, dan “memaksakan” Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa, merasa hidup ini tidak adil. Padahal, Allah paling tahu apa yang paling baik untuk kita. Sungguh, rencana Allah adalah SEMPURNA

“Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak tersela-mi jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?” (Roma 11:33-34).

JADW

AL PE

LAYA

NAN I

BADA

H RAY

A GBI

PORIS

INDA

H BLO

K E 21

7 Jul

i 2016

*NB:

Untuk

pelay

an Ush

er dan

Kolek

tan, jik

a tidak

ada b

aju ya

ng ses

uai de

ngan

warna

yang

sudah

diteta

pkan, b

isa me

makai

baju

warna

putih

. Ser

agam S

eluruh

Tim P

elayan

an Mi

nggu I

: Sem

ua pel

ayan b

erpaka

ian pu

tih - h

itam (p

ria me

makai

dasi)

Mingg

u II :

Batik

Mi

nggu I

II : H

itam(Pr

ofetik

, Kole

ktan, U

sher)

Mingg

u IV :

Hijau/

Abu-a

bu (Pr

ofetik

, Kole

ktan, U

sher)

Mingg

u V : B

ebas ra

pi (kas

ual)/k

emeja

lengan

pende

k TA

NGGA

L

03 Ju

li 2016

10

Juli 20

16 17

Juli 20

16 24

Juli 20

16 31

Juli 20

16 PU

KUL

06.00

10.00

07.0

0

06.00

10.00

06.00

10.00

08.00

WL

Met

a J.

Stepha

nie M

Meta J

Christia

ndy

Rika R

Sin

gers

Sdr. Tir

za & Sd

r Yoksa

ndi Ibu

Sisca &

Sdri K

ezia S.

Sdr. Sa

nto & S

dr. Am

anda

Ibu Wib

erty & I

bu Indr

i

Musik

Bp.

Melky

, Sdr. L

uis,

Sdr. Le

o , Sdr

. Ivan

Bp. Me

lky, Sd

r. Luis

Sdr. La

wrent

Sdr Ric

hard, B

p Steve

n Sdr

. Luis, S

dr. Dav

id S.

Sdr. Br

andon,

Sdr. Le

o Bp.

Steven

, Sdr. Iv

an Sdr

. Richa

rd, Sdr

. Leo

Sdr. Br

andon

Tamb

orine

Sdri Mo

nica & S

dri lulu

Sdri Lil

i & Sd

ri Sally

Sdr

i Keke &

Sdri S

ania

Pendoa

syafa

at Ibu

Yayang

Ibu

Ester

Ibu cath

erina

Ibu Ang

o Ibu

Nermi

Ibu Rah

el Ibu

Erinawa

ti Ibu

Merry

Ibu Mar

yati

Bp

T.Darw

in Bp

Feredy

Bp

Sunand

ar Ibu

Sri M.

Ibu Len

ny C.

Ibu Afo

ng Ibu

Lidya H

. Ibu

Tinneke

Ibu

Yayang

Ibu

Juju

Ibu Mar

yati

Ibu Pin

-pin

Pendam

ping

Pengkh

otbah

Bp. Ala

ndri T.

Bp. Te

rry H.

Bp. Me

lky Ibu

Sisca

Usher

Luar

Kel.

Bp. Su

nandar

Kel

. Bp.

Mulyad

i Kel

. Bpk

. Akwet

Kel.

Bp. Ed

y Dj

Kel.

Bp. Jim

my Kel

. Bp.

Teddy

Kel

. BP.

Rudy

Kho

Kel.

Bp. Tju

ntodjo

Ush

er

Dalam

& Ko

lektan

Ibu

Lidya H

. Ibu

Tinneke

Bp.

Ge Yu

suf Bp.

Andy S

.

Sdri Tr

ivena

Sdri. Fi

fi

Ibu Sui

ndah

Ibu Mim

i S.

Ibu Lini

Ibu

Eliya

Ibu Sur

yanti

Ibu Rie

tje Ibu

Liliwati

Ibu Chi

nglan

Bp. He

ndra

Bp. Alp

into

Op. L

CD

Sdri. Y

uni Sdr

i. Dina

Sdr. An

dryanto

Sdr

. Andri-

yanto

Sdr. Fe

rry Sdr

. Yuni

Sdr. Di

na Sdr

. Andry-

anto

Sak

ramen

Perjam

uan

Kudus

Bp.

Sulisti

ono

Bp. Ala

ndri T

Bp. Te

rry H.

Bp. Pa

usian

Bp.T. D

arwin

Bp. Ala

ndri T

Bp. Ak

wet

Sound

system

Bp.

Ronald

Bp.

Silas

Bp. Ro

nald

Bp.

Ronald

Bp.

Silas

Bp Ron

ald Bp.

Silas

Bp. Ro

nald

Sdri. Fe

bri & Sd

ri. Vivi

JADW

AL PE

LAYA

NAN I

BADA

H RAY

A GBI

PORIS

INDA

H BLO

K E 21

7 AG

USTU

S 2016

*NB:

Untuk

pelay

an Ush

er dan

Kolek

tan, jik

a tidak

ada b

aju ya

ng ses

uai de

ngan

warna

yang

sudah

diteta

pkan, b

isa me

makai

baju

warna

putih

. Ser

agam S

eluruh

Tim P

elayan

an Mi

nggu I

: Sem

ua pel

ayan b

erpaka

ian pu

tih - h

itam (p

ria me

makai

dasi)

Mingg

u II :

Batik

Mi

nggu I

II : H

itam(Pr

ofetik

, Kole

ktan, U

sher)

Mingg

u IV :

Hijau/

Abu-a

bu (Pr

ofetik

, Kole

ktan, U

sher)

Mingg

u V : B

ebas ra

pi (kas

ual)/k

emeja

lengan

pende

k

TANG

GAL

07

Agust

us 201

6 14

Agust

us 20

16 21

Agust

us 201

6 28

Agust

us 201

6 PU

KUL

0

6.00

10.

00 07.

00 10.

00 06.

00 10.

00 06.

00 10.

00 WL

Ste

phanie

M.

Rika R

Met

a J Rik

a R

Singer

s Yo

ksandi

& Am

anda

Liana &

Sri M.

Christia

ndy & L

enny C

Indr

i & Sa

nto Mu

sik

Melky

, Rich

ard

Luis, L

eo, Iva

n Mel

ky , Leo

Ste

ven , La

wrent

Melky ,

Steven

Luis

, David

Mel

ky, Luis

Leo

, Bran

don

Tambor

ine

Monic

a Ke

ke Feb

ri—Lili

Vivi-Sa

lly Kek

e-Lulu

Pendoa

syafaa

t Ibu

Erina

wati

Ibu Es

ter Ibu

Yayan

g Ibu

Ango

Ibu Ne

rmi

Ibu Ra

hel

Ibu Lidy

a H.

Ibu Tinn

eke

Ibu Mar

yanti

Ibu Juju

Ibu

Maryati

Ibu

Pin-pin

Bp

T. Darw

in Bp.

Fered

y Bp

Jimmy

Ibu Afo

ng Ibu

Sherly

Ibu Ner

mi Ibu

Merry

Ibu Yay

ang

Ibu Mar

yanti

Bp. Ala

ndri

Bp. Ru

dy Kho

Bp. Ge

Yusuf

Pendam

ping

Pengkh

otbah

Bp. A

landri

T. Bp.

Terry

H. Ibu

Cather

ina Bp.

Terry

H Ush

er Luar

Ke

l. Bp

. Edy D

j Ke

l. Bp

. Muly

adi

Kel,

Bp. Su

nandar

Kel

. Rud

y Kho

Kel.

Bp. Tju

n todjo

Kel.

Bp. Ak

wet

Kel.

Bp. Te

ddy

Kel.

Bp. Jim

my Ush

er Da

lam &

Kolek

tan

Ibu M

aria

Ibu Ri

etje

Bp. A

ndi S.

Bp

. Ge Y

usuf

Ibu Sui

ndah

Ibu Mim

i Ibu

Linni

Ibu Liliw

aty Ibu

Widi

Ibu Elya

Ibu

Ching l

an Ibu

Lie Ded

e Bp.

Hendr

a K.

Bp. Alp

into

Ibu Sur

ianty

Ibu Wib

erty

Op. LC

D Yu

ni Fer

ry And

yanto

Dina

Yuni

Ferry

Andryan

to Din

a

Sakram

en Per

jamuan

Ku

dus

Bp. Su

listion

o Bp

. Alan

dri T.

Bp. Te

rry H.

Bp

. Pausi

an Bp

T. Da

rwin

Bp. A

landri

T Bp

. Akw

et

Sound

system

Bp

. Rona

ld Bp

. Silas

Bp Ron

ald Bp.

Silas

Bp Ron

ald Bp,

Silas

Bp Ron

ald Bp.

Silas

SELAMAT DATANG Di Keluarga Allah GBI Poris Indah Blok E/217 TUHAN YESUS MENGASIHI SAUDARA

“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Al-

lah.” (Efesus 2:19) “SELAMAT BERGABUNG”

GBI PORIS INDAH 2016 VISI : HIDUP BERGAUL DENGAN ALLAH MISI : Setiap jemaat memiliki hubungan yang benar, intim dan hidup dengan Allah Target : 1. Jemaat membaca Alkitab (4M) setiap hari dan membaca keseluruhan Alkitab (K-W) 1x1 tahu 2. Jemaat berdoa kepada Allah setiap hari secara pribadi,bersama komunitas dan bersyaat 3. Jemaat menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran, setiap hari saat melakukan iba-dah 4. Jemaat siap dimuridkan dan memuridkan. 5. Jemaat hidup bertanggung jawab terhadap anggota keluarga, sesama jemaat dan masyarakat agar dapat menjadi saksi-Nya. 6. Jemaat melakukan PI di : keluarganya, profesi dan dimana saja untuk menjangkau jiwa bagi sorga. 7. Jemaat tumbuh dewasa, elit, militant dan radikal bagi gereja dan jemaat-Ny 8. Jemaat meningkatkan SDM, profesionalisme kreaaktivitas, dinamisme sesuai nilai kera-jaan sorga

NOMOR REKENING GBI PORIS INDAH E. 217 Rek. Umum / Operasional Gereja A/n Terry Halim No. Rek. 5940085545 KCP Poris Indah Rek. Pembangunan / Sarana-Prasarana A/n Liberus Koridama No. Rek. 5940077241

STRUKTUR ORGANISASI GBI PORIS INDAH GEMBALA / BAPAK IBU ROHANI Pdt. Liberus Koridama, S. PAK Pdm. Susy TIM PENGGEMBALAAN Pdm. Sulistiono Pdp. Timotius Darwin KOORDINATOR BIDANG: Didaskalia / Pengajaran: Melky Z./ Rika Rahayu Pastoral / Penggembalaan : Sulistiono Diakonia / Pelayanan : Catherina L Marturia / Penginjilan: Timotius Darwin Koinonia / Persekutuan : Sulistiono Liturgia / Ibadah Raya : Alandri / Meta J Penatalayanan: Melly Kwee Sarana Prasarana : Terry Halim & Obeth Multi Media : Fransisca

BULETIN @ ONLINE Edisi Mei 2016 issuu.com/multimediagbiporisindah/docs/buletin_umum_mei_2016 Edisi Juni 2016 issuu.com/multimediagbiporisindah/docs/buletin_umum_jun_2016

KONTAK REDAKSI Menerima artikel/ kritik/ saran / dll Email: [email protected]

BIBLE TRIVIA 1. Berapa jumlah kitab di dalam Alkitab? 27 / 39 / 66 /74 2. Siapakah nama adik Yusuf? Benyamin / Ruben / Naftali / Simeon 3. Apa nama burung yang dilepas Nuh per-tama kali dari dalam bahtera? gagak / burung unta/ elang / merpati 4. Abrahan tertawa ketika Allah memberitahu bahwa dia akan punya anak Benar / Salah 5. Dua kitab injil yang mana yang dimulai dengan kata 'Inilah'? Matius / Markus / Lukas /Yohanes

Jawaban: 1. 66 2. Benyamin 3. gagak 4. SALAH 5. Matius dan Markus