praktek dumping dalam lalu lintas perdagangan internasional

2
Praktek dumping dalam lalu lintas perdagangan internasional Dalam lalu lintas perdagangan Internasional, anti dumping merupakan suatu isu penting guna mewujudkan perdagangan yang adil (fair trade). Hal ini diatur dalam Persetujuan Anti Dumping (Anti-Dumping Agreement atau Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994). Pada prinsipnya persetujuan ini mengatur mengenai pengikatan tarif (binding tarif) dan pemberlakuannya dilakukan secara equal kepada semua mitra dagang anggota WTO yang menjadi sumber utama dalam lalu lintas perdagangan internasional. Dalam persetujuan Pasal 6 WTO ini terdapat prinsip-prinsip yang harus ditegakan. Akan tetapi, terdapat pula pengecualian pada tiga situasi tertentu yaitu: 1. action taken against dumping (selling at an unfairly low price); 2. subsidies and special “countervailing” duties to offset the subsidies 3. emergency measures to limit imports temporarily, designed to “safeguard” domestic industries. Pengertian dumping menurut Hukum Perdangangan Internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara exportir yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, perbuatan ini ditujukan untuk memperoleh suatu profit atas produk ekspor tersebut. Dapat dikatakan dengan adanya praktek dumping ini akan menimbulkan kerugian dan kekacauan tatanan ekonomi di negara pengimpor, bagaimana tidak barang-barang exportir ini dijual dengan harga lebih murah di bandingkan dengan barang-barang dalam negeri negara pengimpor, akibatnya barang-barang dalam negeri menjadi tidak laku di pasaran, ujung-ujungnya berdampak pula pada banyaknya perusahaan pailit,

Upload: jerdermawan

Post on 30-Jun-2015

129 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktek dumping dalam lalu lintas perdagangan internasional

Praktek dumping dalam lalu lintas perdagangan internasional

Dalam lalu lintas perdagangan Internasional, anti dumping merupakan suatu isu penting guna mewujudkan perdagangan yang adil (fair trade). Hal ini diatur dalam Persetujuan Anti Dumping (Anti-Dumping Agreement atau Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994). Pada prinsipnya persetujuan ini mengatur mengenai pengikatan tarif (binding tarif) dan pemberlakuannya dilakukan secara equal kepada semua mitra dagang anggota WTO yang menjadi sumber utama dalam lalu lintas perdagangan internasional.

Dalam persetujuan Pasal 6 WTO ini terdapat prinsip-prinsip yang harus ditegakan. Akan tetapi, terdapat pula pengecualian pada tiga situasi tertentu yaitu: 1. action taken against dumping (selling at an unfairly low price);2. subsidies and special “countervailing” duties to offset the subsidies3. emergency measures to limit imports temporarily, designed to “safeguard” domestic industries.

Pengertian dumping menurut Hukum Perdangangan Internasional adalah suatu bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau negara exportir yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri, perbuatan ini ditujukan untuk memperoleh suatu profit atas produk ekspor tersebut.

Dapat dikatakan dengan adanya praktek dumping ini akan menimbulkan kerugian dan kekacauan tatanan ekonomi di negara pengimpor, bagaimana tidak barang-barang exportir ini dijual dengan harga lebih murah di bandingkan dengan barang-barang dalam negeri negara pengimpor, akibatnya barang-barang dalam negeri menjadi tidak laku di pasaran, ujung-ujungnya berdampak pula pada banyaknya perusahaan pailit, pengangguran dll.

Dalam press releases WTO tanggal 7 Mei 2009 menyatakan bahwa telah ada peningkatan yang cukup signifikan dalam kasus dumping. Pada periode 1 Juli s/d 31 Desember 2008 telah dilakukan penyelidikan baru atas kasus-kasus dumping yang menghasilkan data bahwa terdapat 208 kasus dumping yang sedang diselidiki, hal ini menunjukan telah terjadi peningkatan sekitar 17 persen di bandingkan pada tahun 2007 yang hanya 163 kasus dan tahun 2006 yang hanya 202 kasus.

Dalam ketentuan GATT (Pasal 6) pemerintah negara pengimpor diperbolehkan untuk mengambil sebuah tindakan sebagai suatu reaksi terhadap dumping. Hal ini dilakukan jika benar-benar terbukti bahwa terjadi kerugian secara materil dalam industri domestik.

Dalam melakukannya pemerintah negara pengimpor harus mampu untuk menunjukan kapan dan

Page 2: Praktek dumping dalam lalu lintas perdagangan internasional

dimana dumping dilakukan dan bagaimana mengukur harga-harga barang yang di export ini adalah lebih rendah dengan harga-harga pengimpor dan pemerintah juga harus dapat membuktikan bahwa dumping tersebut memang benar-benar menimbulkan suatu kerugian atau ancaman kerugian.