kesultanan banjarmasin dalam lintas perdagangan...

102

Click here to load reader

Upload: phamkhanh

Post on 08-Mar-2019

277 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTASPERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII

SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh:IBNU WICAKSONONIM: 105022000839

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1431 H./2010 M.

Page 2: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTASPERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

OlehIBNU WICAKSONONIM: 105022000839

Pembimbing,

Dr. Amelia Fauzia, M.A.NIP: 197103251999032004

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1431 H./2010 M.

Page 3: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi Berjudul KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS

PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 28 Januari

2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam.

Jakarta, 28 Januari 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota,

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, M.A.NIP:195912221991031003

Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Usep Abdul Matin, S.Ag.,MA.MA.NIP: 196808071998031002

Anggota,

Penguji,

Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.A.NIP: 195608171986031006

Pembimbing,

Dr. Amelia Fauzia, M.A.NIP: 197103251999032004

Page 4: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

i

ABSTRAKSI

Ibnu Wicaksono

Kesultanan Banjarmasin dalam Lintas Perdagangan Nusantara Abad ke-XVIII

Perdagangan Nusantara semenjak abad XVII mulai mengalamikemunduran, yang diakibatkan oleh dua faktor, Pertama, ekspansi KesultananMataram di wilayah pantai Utara Jawa, ekspansi Kesultanan Mataram bertujuanuntuk melakukan sentralisasi kekuasaan agar semua wilayah-wilayah yang beradadi pantai Utara Jawa di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Akibat ekspansiKesultanan Mataram di pantai Utara Jawa perdagangan di wilayah ini menjaditidak aman, yang mengakibatkan sebagian para pedagang mencari wilayah baruuntuk berdagang. Faktor Kedua, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)mulai menguasai pusat-pusat perdagangan di Nusantara seperti, Aceh, Palembang,Jambi, Banten dan Makassar. Akibat monopoli perdagangan yang dilakukan olehVOC telah mengakibatkan berbagai pedagang mencari wilayah perdagangan baruyang belum tersentuh oleh VOC. Kedua faktor diatas mengakibatkan munculnyawilayah-wilayah pusat perdagangan baru termasuk Banjarmasin.

Akibat kedua faktor diatas Kesultanan Banjarmasin pada abad XVIIImenjadi penampung baik para pedagang dari sebagian wilayah Nusantara yangtelah dikuasai oleh VOC dan pedagang dari pantai Utara Jawa. PelabuhanBanjarmasin mulai banyak disinggahi oleh para pedagang antara lain dari Jawa,Sulawesi, Cina dan sebagian bangsa Eropa untuk berlabuh. Sumber daya alamberupa lada, emas, intan dan hasil hutan merupakan komoditi utama yang diperdagangkan.

Perdagangan di Kesultanan Banjarmasin dapat berkembang karena peransultan Banjarmasin dalam menerapkan kebijakannya. Kebijakan sultanBanjarmasin diantaranya, Pertama, Kesultanan Banjarmasin melakukan perluasanekspansi ke pedalaman untuk mendapatkan komoditi perdagangan. Kedua, peranaktif Sultan sebagai pemain aktif dalam perdagangan, selain ikut serta dalamperdagangan sultan telah memberikan kenyamanan para pedagang.

Skripsi ini bertujuan untuk memahami seberapa besar pengaruhkemunduran perdagangan di Nusantara yang telah memberikan kemajuanterhadap Kesultanan Banjarmasin pada abad XVIII. Penelitian ini menggunakanmetodologi penelitian sejarah heuristik, kritik, Interpretasi dan Historiografi danPendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan dengan menggunakanMultidimensional Approach (Pendekatan Multidimensional) diantaranya,ekonomi, politik, sosial dan ekologi. Pendekatan multidimensional digunakanuntuk dapat memberikan gambaran sejarah tentang Kesultanan Banjarmasinsecara menyeluruh, sehingga dapat dihindari kesepihakan atau determinisme.

Page 5: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

ii

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji

syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus menyeru kepada iman,

menuntun kepada jalan lurus, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

segala yang munkar.

Selanjutnya, selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali hambatan yang

penulis hadapi baik dari segi teknis maupun keterbatasan waktu, meskipun begitu

semua ini tidak menyurutkan keinginan penulis untuk tetap menyelesaikan

kewajiban serta tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa di kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dalam perkuliahan di Jurusan

Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, adapun tujuan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Humaniora (S.Hum).

Sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Abdul Chair, MA. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan seizinnya

skripsi ini dapat dibuat dan diujikan.

Page 6: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

iii

2. Bapak Drs. H. Ma’ruf Misbah, MA., Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam, yang telah banyak memberi kemudahan dalam pengajuan judul

hingga pendaftaran ujian skripsi.

3. Bapak Drs. Usep Abdul Matin, S Ag.,MA.,MA. Sekretaris Jurusan

Sejarah dan Peradaban Islam, yang telah banyak memberikan kemudahan

kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Amelia Fauzia, MA. yang telah dengan sabar dan teliti dalam

memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Hj. Tati Hartimah, MA. Dosen Penasehat Akademik, yang telah

banyak memberikan nasehat-nasehat selama penulisan.

6. Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Adab dan Humaniora,

khususnya dosen jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

7. Staff perpustakaan pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora dan perpustakaan Nasional Republik

Indonesia (PNRI), yang telah memberikan data referensi kepada penulis.

8. Kedua orangtua, ayahanda Sukidal dan Ibunda Pudji Astuti, yang telah

banyak memberikan bantuan moril maupun materil serta do’a restu yang

tak pernah putus beliau panjatkan, agar penulis dapat terus dan kuat untuk

menyelesaikan skripsi, rasa cinta dan kasih sayang beliau yang begitu

besar.

9. Kakak-kakakku, Edi Soenarto dan istri, Astarika Retno Setiati S.Pd dan

suami, dan adikku Efi Widiyanti, yang telah memberikan do’a, semangat,

dan dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Page 7: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

iv

10. Teman-teman seperjuangan SPI angkatan ‘05, khususnya, yang telah

memberikan bantuan baik moril maupun materil, sehingga dapat

terselesaikannya skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdo’a semoga bantuan dan amal baik

Bapak/Ibu/Sdr/i mendapat imbalan dari Allah Swt. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu, penulis mohon kritik dan

saran yang membangun dalam rangka saling mengingatkan antar sesama manusia

untuk menuju kearah kehidupan yang lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini

bisa bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 8 Januari 2010Muharram 1431 H

Penulis

Page 8: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ........................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

D. Tinjauan Kepustakaan .................................................................................... 8

E. Metodologi Penelitian .................................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 13

BAB II PELABUHAN BANJARMASIN PADA ABAD XVII

A. Letak Geografis........................................................................................... 16

B. Sumber Daya Alam ..................................................................................... 17

C. Demografi dan Mata Pencaharian Penduduk ............................................... 17

D. Iklim ........................................................................................................... 21

E. Letak dan Fungsi Pelabuhan ........................................................................ 22

F. Posisi Banjarmasin dalam Dunia Perdagangan ............................................ 24

BAB III KESULTANAN BANJARMASIN

A. Awal Masuknya Islam ke Banjarmasin ........................................................ 28

B. Berdirinya Kesultanan Banjarmasin ............................................................ 30

C. Struktur Pemerintahan ................................................................................. 33

D. Struktur Masyarakat .................................................................................... 37

E. Perkembangan Agama Islam ....................................................................... 39

Page 9: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

vi

BAB IV PERAN KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS

PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD XVIII

A. Tumbuhnya Perdagangan di Kesultanan Banjarmasin sebelum Abad

XVIII .......................................................................................................... 44

B. Peran Kesultanan Banjarmasin dalam Lintas Perdagangan Nusantara Abad

XVIII .......................................................................................................... 49

C. Hubungan Perdagangan Banjarmasin dengan Bangsa Lain .......................... 61

D. Mundurnya Perdagangan Kesultanan Banjarmasin Akhir Abad XVIII ........ 67

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................................. 74

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Page 10: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

vii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ANRI : Arsip Nasional Republik Indonesia

EIC : East India Company

ENI : Encyclopaedie van Nederlandsch Oost-Indië

JSAH : Journal of Southeast Asian History

KITLV : Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde

m. : Memerintah

TBG : Tijdschrift van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap

VOC : Vereenigde Oost-Indische Compagnie

Real : Mata uang yang terbuat dari perak, atau sama dengan 614 dollar

Amerika pada tahun 1960-an.*

Pikul : Ukuran berat, pada sekitar abad ke-XVIII 1 pikul sama dengan

125 pon (0,5 kg)

* J.C. Van Leur, Indonesian Trade and Society Lessays in Asian Social and EconomicHistory (The Hague/Bandung: Van Hoeve, 1960).

Page 11: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

viii

Daftar Gambar

Gambar 1. Peta Indonesia

Gambar 2. Wilayah Kesultanan Banjarmasin pada Abad XVIII

Gambar 3. Peta Kalimantan abad XVII

Page 12: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesultanan Banjarmasin pada abad XVIII telah menjadi sebuah kesultanan

yang dipengaruhi oleh perdagangan. Kesultanan Banjarmasin menjadi sebuah

pusat perdagangan karena letak geografisnya memang berada di pesisir pantai

pulau Kalimantan, sehingga kehidupan dan mata pencaharian penduduknya secara

normal menitikberatkan pada perdagangan. Perdagangan merupakan salah satu

ciri penting kota maritim.2

Kesultanan Banjarmasin atau terkadang disebut “Kesultanan Banjar” yang

merujuk pada nama suku Banjar,3 letaknya sangatlah menguntungkan untuk

aktifitas perdagangan, karena letaknya yang strategis di tepi laut Jawa dan selat

Makassar yang menjadi jalur perdagangan di Nusantara. Maka, pelabuhan Tatas

yang terletak di muara sungai Barito, tumbuh menjadi pelabuhan yang ramai

disinggahi oleh kapal dagang yang melewati jalur tersebut.4

Kesultanan Banjarmasin memiliki sumber daya alam yang cukup besar,

berupa hasil pertanian, tambang dan hutan. Di antaranya, lada, emas, intan, rotan,

kayu besi dan damar,5 yang dihasilkan di wilayah pedalaman Banjarmasin.

2 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia(Kudus: Menara Kudus, 2000), h. 46.

3 Suku Banjar adalah suku pendatang yang berasal dari pulau Sumatera atau sekitarnya,tidak diketahui kapan awal mereka tiba di Banjarmasin. nenek moyang orang Banjar inilah yangmembentuk pusat-pusat kekuasaan di Kalimantan Selatan. Lih. Alfani Daud, Islam danMasyarakat Banjar (Jakarta: Rajagrafindo, 1997), h. 3.

4 M. Idwar Saleh, Bandjarmasin (Bandung: K.P.P.K. Balai Pendidikan Guru, 1970), h. 5.5 Han Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo,

1600-1880 (Leiden: KITLV Press, 2001), h. 67.

Page 13: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

2

Sumber daya alam tersebut yang kemudian diperjual-belikan di pasar-pasar pusat

perdagangan, baik di Banjarmasin sendiri dan ke wilayah lain di Nusantara.

Munculnya Kesultanan Banjarmasin sebagai salah satu pusat perdagangan

pada abad XVII disebabkan dua faktor eksternal penting. Pertama, ekspansi

Kesultanan Mataram ke pantai utara Jawa. 6 Akibat ekspansi Kesultanan Mataram

ini perdagangan di pantai utara Jawa praktis mati, karena kota-kota perdagangan

dihancurkan oleh Kesultanan Mataram. Inilah yang menyebabkan migrasi para

pedagang secara besar-besaran ke daerah yang lebih aman, termasuk ke

Banjarmasin.7

Kedua, adanya monopoli VOC atas beberapa pusat perdagangan di

Nusantara. Pada abad XVIII Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC)

melakukan monopoli di wilayah Aceh, Palembang, Jambi, Banten dan Makassar

(1669).8 Kesulitan para pedagang Cina untuk mendapatkan rempah-rempah

berupa lada di bagian barat Nusantara, menyebabkan mereka mencari pusat

perdagangan lada di tempat lain yang belum tersentuh oleh VOC, yaitu

Banjarmasin.

Situasi di atas pada akhirnya dimanfaatkan oleh Kesultanan Banjarmasin

yang dipimpin oleh Sultan Inayatullah (memerintah. 1637-1642) untuk

mengadakan hubungan perdagangan bebas dengan pedagang-pedagang Cina,

Bugis, Jawa, Belanda dan Inggris.9 Pelabuhan Tatas berkembang menjadi

6 H.J. de Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung (Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 1990), h. 288-289.

7 D.H. Burger, Sedjarah Ekonomi Sosiologis Indonesia (Jakarta: Pradnya Paramita,1983), h. 64.

8 J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society Essays in Asian Social and EconomicHistory (The Hague/Bandung: W. van Hoeve, 1960), h. 5.

9 Bernard H.M. Vlekke, Nusantara (Jakarta: KPG 2008), h. 225. Lihat juga, J.C.Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de Eeuw, (Leiden:Dubbeldeman, 1935), h. 5.

Page 14: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

3

pelabuhan pembongkar dan pemuat barang dagang dari dan ke Banjarmasin. Para

pedagang dari luar membawa porselin, beras, garam, teh dan budak. Sebaliknya

Banjarmasin menyediakan hasil hutan, emas, intan dan lada.10

Pada abad XVIII, Sultan Hamidullah (m. 1700-1734) berupaya untuk

mengembangkan perdagangan di Banjarmasin, direalisasikan antara lain dengan

mencari daerah dan tenaga kerja baru. Ini dilakukan antara lain dengan melakukan

ekspedisi militer ke daerah pedalaman, seperti ke Tanah Dusun pada tahun 1740.

Dengan melaksanakan ekspedisi militer sultan memaksa penduduk di pedalaman

untuk menyerahkan tanah dan menanam komoditi perdagangan.

Guna mengembangkan perdagangan Kesultanan Banjarmasin menjalin

hubungan perdagangan yang erat dengan para pedagang Eropa, di antaranya

Inggris dan Belanda. Inggris dengan Bandar dagangnya East India Company

(EIC) pada tahun 1702 diizinkan oleh Sultan Hamidullah untuk mendirikan kantor

dagangnya di Banjarmasin. Namun, tidak berlangsung lama. Pada tahun 1707

kantor dagang Inggris di Banjarmasin dihancurkan oleh rakyat Banjarmasin di

bawah perintah Sultan Hamidullah akibat sikap orang Inggris yang mencoba

menguasai perdagangan di Banjarmasin.11

Bangsa Belanda sudah cukup lama menjalin hubungan dagang dengan

Kesultanan Banjarmasin. Namun upaya Belanda untuk membangun perusahan

dagang di Banjarmasin berkali-kali mengalami kegagalan. Tantangan yang hebat

setidaknya pernah terjadi peristiwa pembunuhan orang Belanda di Banjarmasin

pada tahun 1607 dan 1638. Selain berusaha mendirikan perusahaan dagang,

Belanda telah melakukan perjanjian kontrak beberapa kali dengan Kesultanan

10 A.A. Cense, De Kroniek van Banjarmasin (Santpoort: C.A. Mees, 1928), h. 93-94.11 P. Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, K.

G. Treganning, ed., JSAH, vol. IV (Singapore: 1964), h. 70.

Page 15: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

4

Banjarmasin pada tahun 1635, 1660, 1664, dan 1733. Semua perjanjian bertujuan

menjamin tersedianya rempah-rempah untuk VOC dengan imbalan Belanda akan

memberikan perlindungan terhadap sultan jika mendapat serangan dari luar.12

Namun, semua perjanjian kontrak itu selalu mengalami kegagalan. Hal di atas

telah membuktikan kuatnya kedudukan sultan dalam mempertahankan

kekuasaanya dari pengaruh asing. Inilah yang membuat Banjarmasin tetap ramai

dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai negeri hingga pertengahan abad

XVIII.

Kemunduran perdagangan di Banjarmasin terjadi pada akhir abad XVIII

yang disebabkan oleh perpecahan politik antar penguasa di istana. Gejala

kemunduran perdagangan terlihat ketika Sultan Natadilingga (1761-1801) harus

menghadapi kemenakannya sendiri Pangeran Amir. Pangeran Amir ingin

mengambil haknya sebagai sultan yang di warisi oleh ayahnya Sultan Muhammad

(m. 1759-1761). Pangeran Amir melakukan penyerangan terhadap Sultan

Natadilingga pada tahun 1784 sampai 1786. Namun, penyerangan ini dapat

dihentikan oleh Sultan Natadilingga dengan bantuan dari VOC.

Karena khawatir akan kekuasaannya, Sultan Natadilingga akhirnya

mengadakan perjanjian dengan VOC pada tahun 1787. Dalam perjanjian tersebut

sultan Natadilingga mengakui kedaulatan VOC atas Kesultanan Banjarmasin,

dengan jaminan VOC memberikan pengakuan hak atas tahta kerajaan turun

temurun kepada keturunan sultan Natadilingga. 13

12 Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari EmporiumSampai Imperium, Jilid 1, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1986), h. 255.

13 Surat-surat Perjanjian antara Kesultanan Banjarmasin dengan Pemerintahan VOC,Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia Belanda 1635-1860 (Jakarta: ANRI, 1956), h. 89.

Page 16: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

5

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa berkembangnya

Banjarmasin menjadi salah satu bandar niaga terpenting abad XVIII tidak dapat

dipisahkan dari beberapa faktor. Pertama, faktor eksternal berupa pertumbuhan

bandar-bandar lain di Nusantara khususnya Asia Tenggara, dan Asia Timur pada

umumnya. Kedua, adanya kemampuan untuk mengembangkan perdagangan

didorong oleh kondisi fisik berupa letak geografis dan sumber daya alam yang

dimiliki oleh Kesultanan Banjarmasin. Dengan memanfaatkan sumber daya alam

yang melimpah perdagangan telah menjembatani majunya perekonomian. Ketiga,

adanya peran Kesultanan Banjarmasin dalam mengembangkan perdagangan.

keempat, adanya hubungan perdagangan dengan bangsa lain baik antar

perorangan maupun antar kelompok yang telah turut serta dalam pelaksanaan

perdagangan. Karena hal di atas maka studi ini diberi judul, Kesultanan

Banjarmasin dalam Lintas Perdagangan Nusantara Abad ke-XVIII .

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Untuk pembahasan mengenai Kesultanan Banjarmasin dalam lintas

perdagangan Nusantara abad XVIII, tidak dapat dipisahkan dari dinamika

perdagangan yang telah terjadi di Nusantara. Periode yang diteliti di sini pada

abad XVIII, yakni dalam masa empat pemerintahan sultan yaitu: Sultan

Hamidullah (1700-1734), Sultan Tamjidillah (1734-1759), Sultan Muhammad

Aliudin Aminullah (1759-1761), dan Sultan Natadilingga (1761-1801). Periode

ini diambil karena pada abad ini Kesultanan Banjarmasin telah menjadi bandar

pelabuhan perdagangan di Nusantara, pada abad ini juga telah terjadi pasang surut

perdagangan di Banjarmasin akibat intervensi oleh orang Eropa. Selain itu, akibat

Page 17: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

6

dari perdagangan juga telah membawa perubahan dan pembaharuan terhadap

kondisi sosial masyarakat Banjar.

Ruang lingkup penelitian ini bersifat ekonomi, topik utama yang akan di

analisis dalam penyelidikan ini, secara khusus terfokus pada hal-hal yang bertalian

dengan perdagangan, seperti komoditi perdagangan berupa barang ekspor dan

impor, alat transaksi dan pelaksanaan perdagangan.

Faktor penguasa yakni Kesultanan Banjarmasin dalam kekuasaan dan

monopoli perdagangan sangat menentukan pertumbuhan perdagangan di

Banjarmasin, terlebih mempengaruhi kegiatan dagang di Kota Banjarmasin. Hal

tersebut juga merupakan faktor pendorong yang mengundang usaha perebutan hak

monopoli perdagangan dari pihak luar. Perebutan monopoli perdagangan

merupakan salah satu unsur penting yang membawa perubahan perdagangan

Banjarmasin.

Merujuk pada lingkup di atas studi ini difokuskan pada tiga pertanyaan.

1. Bagaimana peran Kesultanan Banjarmasin dalam memainkan kebijakan

politiknya dalam perdagangan pada abad XVIII?

2. Faktor internal serta eksternal apa saja yang mempengaruhi perdagangan

di Kesultanan Banjarmasin?

3. Komoditi apa sajakah yang diperdagangkan di Banjarmasin dan

bagaimanakah aktifitas perdagangan yang terjadi di Kesultanan

Banjarmasin?

Page 18: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Selama ini penelitian sejarah banyak terpusat di Jawa mungkin karena

sumber-sumbernya lengkap. Di wilayah-wilayah luar Jawa belum banyak diteliti

memang karena sumber-sumbernya kurang. Sekarang tiba waktunya untuk

mengusahakan penelitian sejarah di luar Jawa perlu dikembangkan, sehingga

gambaran sejarah nasional menjadi makin lengkap, disamping untuk

mengimbangi penelitian sejarah Jawa. Oleh karena itu studi sejarah lokal di luar

Jawa seperti pengkajian sejarah Banjarmasin ini sangat penting artinya terutama

dalam rangka penelitian sejarah Indonesiasentrisme.

Seperti sejarah lokal lainnya sejarah Banjarmasin memiliki lokalitas dan

karakteristik tersendiri, sehingga unik dan komplek. Namun demikian sepanjang

pengetahuan penulis belum banyak sarjana Indonesia meneliti sejarah

Banjarmasin, lebih-lebih mengenai aspek Kesultanan Banjarmasin dalam lintas

perdagangan Nusantara abad XVIII.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan intelektual khususnya wawasan kesejarahan, terkait

sejarah Nusantara. Khususnya mengenai Kesultanan Banjarmasin dalam

lintas perdagangan Nusantara abad XVIII.

2. Memahami sejarah perdagangan di Nusantara di abad XVIII, dimana hasil

bumi Nusantara pernah menjadi sebuah komoditi terpenting dalam

perdagangan internasional.

3. Menyumbang hasil karya penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah pada

umumnya dan fakultas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam khususnya.

Page 19: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

8

D. Tinjauan Kepustakaan

Seperti telah diungkapkan di atas penulisan tentang sejarah Nusantara

khusunya di luar Jawa masih sangatlah minim. Namun ada beberapa sejarahwan

asing dan lokal yang telah melakukan penelitian tentang daerah Banjarmasin.

Sumber lokal penting bagi kajaian Banjarmasin adalah Hikayat Banjar . J.J. Ras

telah menyunting dan menerjemahkan naskah ini dalam bukunya berjudul

Hikayat Banjar .14 Namun sayang tulisannya tidak menyinggung masalah

peranan Kesultanan Banjarmasin dalam perdagangan. Pembahasannya cenderung

membahas tentang keterkaitan antara cerita Hikayat Banjar versi Jawa dengan

cerita Hikayat Banjar versi Melayu. Hikayat Banjar ini merupakan satu-satunya

sumber lokal yang memuat cerita tentang sejarah awal kerajaan-kerajaan di

Kalimantan Selatan. Meskipun berbentuk hikayat yang kebenarannya sulit untuk

dibuktikan. Ras, dalam karyanya ini telah mengkritisi naskah ini sehingga relevan

untuk digunakan sebagai sumber sejarah.

A.A. Cense dalam bukunya yang berjudul Kroniek van Bandjarmasin 15

telah memberikan informasi tentang situasi dan kondisi masyarakat Banjarmasin

sejak masa kerajaan Hindu (Negara Dipa dan Negara Daha) hingga masa kerajaan

Islam (Kesultanan Banjarmasin). Ada beberapa aspek yang diteliti, antara lain

masalah hubungan Banjarmasin dengan Demak, usaha VOC menanamkan

kekuasaan di Banjarmasin dan sebagainya.

Uraian lain tentang sejarah Banjarmasin telah ditulis dalam kisah

perjalanan yang pernah dilakukan oleh Daniel Beeckman, dalam bukunya yang

14 J.J. Ras, Hikayat Banjar: a Study in Malay Historiography (The Hague: MartinusNijhoff, 1968), h. 7-10.

15 A.A. Cense, De Kroniek van Bandjarmasin, (Leiden: Santpoort, 1928), h. 91.

Page 20: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

9

terbit tahun 1718, berjudul A Voyage to and from the Island of Borneo .16 Isi

buku ini antara lain menginformasikan pengalaman Daniel Beeckman waktu

berkunjung di Banjarmasin. Ia menginformasikan tentang keadaan iklim,

penduduk, perdagangan di kota Banjarmasin. Kisah perjalanan juga pernah ditulis

oleh Carl Bock dengan bukunya berjudul The Head-hunters of Borneo 17 yang

menceritakan tentang sumber daya alam di Banjarmasin.

Tulisan lain tentang Banjarmasin juga telah dilakukan oleh P.

Suntharalingan, dalam Jurnal of Southeast Asian History, dengan judul, The

British in Banjarmasin: An Abortive Attempt at Settlement 1700-1707,18 dalam

jurnal ini banyak memberikan gambaran tentang hubungan perdagangan antara

Kesultanan Banjarmasin dengan maskapai perdagangan Inggris setelah diberikan

izin oleh Sultan untuk mendirikan perusahaan dagangnya di Banjarmasin pada

tahun 1615, dan mendapat saingan terbesar yakni pedagang dari Cina dan

Belanda. Namun pada tahun 1707 setelah Banjarmasin lepas dari kendali kerajaan

Jawa, untuk melindungi pengaruh dari luar maka Inggris diusir keluar dari

Banjarmasin. Ditandai dengan penyerangan perusahaan-perusahaan dagang yang

berada di Banjarmasin.

Sejarah Kesultanan Banjarmasin pada abad XVIII, pernah ditulis oleh

Sulandjari dalam tesisnya Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan

Banjarmasin 1747-1787 .19 Tulisan ini berisikan tentang bagaimana perdagangan

lada yang meningkat pada abad XVIII berpengaruh terhadap kondisi politik

16 Daniel Beeckman, A Voyage to and from the Island Of Borneo, In The East-Indies,(London. 1718), h. 1-3.

17 Carl Bock, The Head-hunters of Borneo (London: Sampson and Low 1882), h. 31-39.18 P. Suntharalingan, the British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, K. G.

Treganning, ed., Journal of Shoutheast Asian History, vol. IV (Singapore: T.pn., 1964), h. 50-70.19 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1774-1787

(Tesis Fakultas Pascasarjana UI, Depok: Universitas Indonesia, 1991), h. 8-9.

Page 21: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

10

Kesultanan Banjarmasin. Karya Sulandjari ini cukup relevan digunakan oleh

penulis, karena di dalam tesis ini Sulandjari menggunakan arsip-arsip yang berada

di Den Haag, Belanda. Namun jika dilihat karya ini hampir sama dengan disertasi

yang ditulis oleh J.C. Noorlander, yang berjudul “Bandjarmasin en de Compagnie

in de Tweede Helft der 18de Eeuw .20

Jadi, jika melihat dari berbagai tulisan yang telah membahas tentang

Banjarmasin, belum banyak yang terfokus khususnya sejarah Banjarmasin dalam

Lintas Perdagangan Nusantara Abad XVIII, meskipun sudah ada seperti yang

ditulis oleh Sulandjari, namun pembahasannya lebih memfokuskan

pembahasannya terhadap perdagangan lada, tidak melihat komoditas lain seperti

intan, emas, dan hasil hutan yang telah menjadi komoditi perdagangan pada abad

XVIII. Dengan penulisan sejarah Banjarmasin yang dilakukan oleh penulis ini

diharapkan dapat melacak sejarah perdagangan di Banjarmasin, khususnya

tentang peran Kesultanan Banjarmasin hingga berbagai aktifitas perdagangan

yang terjadi disana.

E. Metodologi Penelitian

Untuk pembahasan “Kesultanan Banjarmasin dalam Lintas Perdagangan

Nusantara Abad XVIII diperlukan konsep-konsep ilmu politik, sosial, dan

ekonomi. Dengan demikian diharapkan dapat membantu menjelaskan tentang

Kesultanan Banjarmasin dalam lintas perdagangan Nusantara pada abad XVIII,

sebagai contoh, konsep kekuasaan untuk membantu menjelaskan hubungan raja

dengan rakyat. Konsep elite, untuk membantu menjelaskan pelapisan sosial.

20 J.C. Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie In de Tweede Helft der 18de Eeuw(Leiden: Dubbeldeman, 1935), h. 1-4.

Page 22: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

11

Konsep sistem demand dan supply, membantu menerangkan hubungan monopoli

perdagangan, hubungan pasar dengan komoditi, dan sebagainya. Pendekatan

ekologi diharapkan dapat menjelaskan dinamika masyarakat Banjarmasin, sebagai

akibat interaksi antara masyarakat dengan lingkungan.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan multidimensional.

Dengan menggunakan pendekatan multidimensional diharapkan dapat

memberikan gambaran sejarah menjadi lebih bulat dan menyeluruh sehingga

dapat dihindari kesepihakan atau determinisme. Karena hubungan antara suatu

aspek memberikan pengaruh terhadap aspek lainnya.21

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Deskriptif Analitis, yang dalam hal ini penulis berusaha mendeskripsikan dan atau

menggambarkan suatu peristiwa atau kondisi yang terjadi di Nusantara sekitar

abad XVIII yang telah membawa pengaruh kepada perkembangan perdagangan di

Kesultanan Banjarmasin.22

Teknik Bibliographical Survey penulis gunakan sebagai langkah awal

pengumpulan data/sumber terkait tema yang akan dibahas dengan menggunakan

beberapa sumber pustaka baik primer maupun sekunder, seperti arsip, buku-buku,

laporan penelitian dan jurnal.

Ada berberapa tahap yang penulis gunakan untuk menulis skripsi ini,

pertama, pengumpulan data. Untuk pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, penulis menggunakan metode Bibliographical Survey (penelitian

kepustakaan), yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari serta

21 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 87.

22 iIbid.,

Page 23: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

12

menelaah buku-buku dan dokumen yang berkaitan dengan pembahasan yang

penulis teliti.

Dalam usaha mendapatkan data dengan metode ini, penulis melakukan

kunjungan ke beberapa perpustakaan antara lain: Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas

Indonesia, Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dan juga ke Arsip Nasional

Indonesia (ANRI) untuk mendapatkan arsip-arsip Belanda, ataupun tempat-tempat

lain yang dapat penulis manfaatkan untuk mencari sumber-sumber yang ada

kaitannya dengan pembahasan skripsi ini. Baru setelah itu, data-data dihimpun

dan diseleksi guna dijadikan sebagai rujukan utama dalam upaya penulis

mendeskripsikan tentang tema yang telah penulis angkat.

Tahap kedua, pengolahan data, setelah data-data diperoleh, maka tahap

selanjutnya adalah mengklasifikasikan data-data berdasarkan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini. Data-data tekstual seperti arsip, buku, dan jurnal

yang telah didapatkan, kemudian diolah serta dimasukkan sebagai data penunjang

untuk tema yang sedang dibahas.

Tahap ketiga, analisa data, metode analisis dilakukan dengan cara

pendekatan kualitatif yakni dengan merinci pokok masalah yang diteliti,

kemudian melacak, mencatat, mengorganisasikan setiap data yang relevan dengan

fokus penelitian, terakhir menyatakan penelitian dari apa yang dapat dipahami

memakai “bahasa kualitatif” yang deskriptif dan interpretatif. Penyajian meliputi

Page 24: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

13

hasil penelitian, kesimpulan dan penutup, yang setiap bagiannya terjabarkan

dalam bab-bab dan sub bab, yang jumlahnya tidak ditentukan.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini tersusun dari lima bab di antaranya:

Bab I adalah pendahuluan berisi tentang signifikansi tema yang diangkat,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian,

survey kepustakaan, serta sistematika penulisan.

Bab II menjelaskan tentang bagaimana akar-akar pelabuhan Banjarmasin

ini dapat terbentuk. Karena letaknya yang strategis di antara laut Jawa dan selat

Makassar telah menjadikan Banjarmasin banyak disinggahi oleh para pedagang

dari luar antara lain Cina, Bugis, Inggris dan Belanda untuk menjalin hubungan

dagang. Ketertarikan para pedagang asing untuk singgah ke Banjarmasin adalah

karena sumber daya alam yang dimiliki oleh Kesultanan Banjarmasin cukup besar

di antaranya intan, emas, hasil hutan dan paling terutama lada.

Bab III, bab ini memberikan penjelasan tentang sejarah awal terbentuknya

Kesultanan Banjarmasin. Serta membahas struktur pemerintahan dan masyarakat

yang telah terbentuk di Kesultanan Banjarmasin. Hal ini diperlukan untuk melihat

siapakah yang memegang peran utama dalam perdagangan di Kesultanan

Banjarmasin, maka di dalamnya membahas struktur masyarakat Banjarmasin dari

tingkat paling atas hingga bawah.

Bab IV membahas tentang periode dimana Kesultanan Banjarmasin telah

berperan dalam perdagangan di Nusantara, pokok bahasan dalam bab ini

membahas seberapa besar peran Kesultanan Banjarmasin dalam memajukan

Page 25: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

14

perdagangan. Serta melihat bagaimana aktifitas perdagangan yang terjadi di

Kesultanan Banjarmasin, disajikan juga gambaran umum barang impor dan

ekspor Kesultanan Banjarmasin, alat transaksi perdagangan dan pelaksanaan

perdagangan di Kesultanan Banjarmasin. Bab ini juga membahas hubungan yang

terjalin antara Kesultanan Banjarmasin dengan bangsa asing dan meninjau

pengaruh perdagangan terhadap kondisi politik Kesultanan Banjarmasin, yang

mengakibatkan mundurnya perdagangan di Banjarmasin.

Bab V Berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran-saran untuk

penelitian lanjutan.

Page 26: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

15

BAB II

PELABUHAN BANJARMASIN PADA ABAD XVII

Alfred Thayer Mahan, seorang ahli yang membahas pengaruh laut

terhadap sejarah, menyatakan bahwa apabila keadaan pantai suatu negeri

memungkinkan orang turun ke laut maka penduduk negeri itu akan bergairah

mencari hubungan ke luar untuk berdagang, kecenderungan ini selanjutnya

memunculkan kebutuhan untuk memproduksi komoditas.1

Pendapat Mahan tersebut mengacu pada dua hal penting, yaitu kondisi

wilayah dan penduduk. Kondisi wilayah bukan hanya menyangkut letak dan

keadaan alam tetapi juga kedudukannya dalam dunia perdagangan. Sementara

yang terakhir menyangkut matapencaharian penduduk serta pemerintahan.

Telah dipahami bahwa pada masa-masa awal kerajaan-kerajaan yang

berada di Nusantara memiliki dua corak yaitu, kerajaan yang bercorak maritim

karena letaknya yang berada di pesisir pantai, dan kerajaan yang bercorak agraris

karena letaknya yang berada di pedalaman. Kerajaan maritim biasanya lebih

menitikberatkan kehidupannya pada perdagangan yaitu suatu ciri yang erat

kaitannya dengan kenyataan bahwa para pedagang lebih sesuai hidup dalam

masyarakat kota bercorak maritim. Ini adalah suatu ciri penting pula dan erat

hubungannya dengan suasana politik serta perluasannya.2 Ciri kerajaan maritim

ini biasanya dimiliki oleh kerajaan-kerajaan Islam. Sebaliknya kerajaan yang

bercorak agraris dalam kehidupan ekonominya lebih menitikberatkan pada

1 J.C. van Leur dan F.R.J. Verhoeven, Teori Mahan dan Sejarah Kepulauan Indonesia(Jakarta: Bharatara, 1974), h. 6.

2 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di IndonesiaKudus: Menara Kudus, 2000), h. 46.

Page 27: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

16

pertanian, sedangkan kekuatan militernya lebih dititik beratkan pada angkatan

darat. Ciri ini biasanya dimiliki oleh kerajaan-kerajaaan pada zaman Indonesia

Hindu. Namun, tidak semua kerajaan pada zaman Indonesia-Hindu bercorak

agraris, contoh kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang bercorak campuran

agraris-maritim.3

A. Letak Geografis

Banjarmasin adalah sebuah kota yang terletak di wilayah Kalimantan

Selatan. Asal kata Banjarmasin dalam Daghregister Batavia sebagaimana dikutip

oleh Idwar Saleh, Banjarmasin disebut Bandjermassih atau Bandjermassingh.

Sementara itu menurut Van der Ven dalam artikelnya di Majalah TBG no. 9,

Banjarmasin berasal dari kata Bandar Massih yang merupakan nama ibukota

Kesultanan Banjarmasin pertama di bawah pemerintahan Sultan Suriansyah (m.

1526-1550).4

Kesultanan Banjarmasin terletak di tepi aliran sungai Kuin (Cerucuk) yang

bermuara ke sungai yang besar, yaitu sungai Barito, dan sungai Martapura, serta

berada pada posisi 30 18’ Lintang Selatan 1140 35’ Bujur Timur dengan luas

wilayah 9.291,975 km2,5 dengan tanahnya yang berawa-rawa dan banyak terdapat

sungai-sungai yang mengitari wilayah kesultanan. Kesultanan ini meliputi Tanah

Laut di sebelah selatan, di sebelah timur daerah sekitar gunung Pamaton, ke Utara

daerah sekitar sungai Negara serta di sebelah barat meliputi daerah sekitar aliran

sepanjang sungai Barito. Kemudian kesultanan ini bertambah luas, sehingga pada

3 Ibid.4 M. Idwar Saleh, Bandjarmasin (Bandung: K.P.P.K. Balai Pendidikan Guru, 1970), h.

24.5 J. Paulus, Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, Bagian I,’s-Gravenhage: Martinus

Nijhoff, 1917, h. 137. Lihat gambar peta Kalimantan Selatan pada lampiran.

Page 28: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

17

akhir abad XVIII meliputi seluruh selatan dan timur Kalimantan, yaitu Pasir,

Pulau Laut, Tabanio, Mendawai, Sampit, Pembuang, dan Kotawaringin.6

B. Sumber Daya Alam

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kesultanan Banjarmasin cukup

besar hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lapisan tanahnya yang banyak

mengandung bahan tambang antara lain, intan dan emas. Intan misalnya terdapat

di Martapura, emas di sepanjang sungai Bahan. Hasil-hasil hutannya adalah rotan,

kayu besi, damar, sedangkan sarang burung terdapat di daerah pedalaman sekitar

sungai Negara dan sungai Barito. Hasil-hasil pertaniannya adalah, lada, sayur-

sayur yang terdapat di daerah Tanah Laut, Negara, Tabalong, dan Alai. Untuk

cerana dan lilin terdapat di daerah Dusun dan Bakumpai. Beras terdapat di daerah

Hulu sungai (yaitu, daerah Benua Lima dan Margasari). Danau dan sungai banyak

pula menghasilkan ikan, umpamanya dari danau Telaga, sungai Halalak, sungai

Martapura, dan sungai Barito.

Di samping hasil bumi terdapat pula kerajinan anyaman berupa tikar, dan

kerajinan alat-alat rumah tangga di Tabalong. Pembuatan perahu terdapat di

daerah Negara. Pembuatan senjata api dan senjata lainnya seperti keris, pisau dan

mandau, terdapat di daerah sungai Barito dan sungai Negara.7

C. Demografi dan Mata Pencaharian Penduduk

Untuk menentukan populasi penduduk di Banjarmasin pada awal abad

XVIII sangat sulit sekali, karena dalam abad XVIII perhatian terhadap masalah

6 Ita Syamsitah, Kerajaan Banjarmasin di ambang keruntuhannya (1825-1859), (SkripsiFakultas Ilmu Budaya: Universitas Indonesia, 1984), h. 1.

7 Saleh, Bandjarmasin, h. 25-27.

Page 29: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

18

kependudukan merupakan pemikiran teoritis belaka dan belum sampai pada usaha

untuk melakukan pencacahan jumlah penduduk.8 Laporan tentang jumlah

penduduk di Banjarmasin baru dilakukan pada akhir abad XVIII, sekitar tahun

1790 ketika Kesultanan Banjarmasin berada di bawah kekuasaan VOC.

Sersan F.J. Hartman, telah melaporkan bahwa populasi penduduk di

Banjarmasin pada tahun 1790 sekitar 65.000 jiwa yang berada di sepanjang sungai

Barito dan sungai Negara. Namun, menurut Han Knapen mungkin jumlahnya

lebih besar lagi sekitar 100.000 jiwa, jika ditambahkan dengan populasi penduduk

yang berada di anak sungai dari Negara dan Martapura.9 Di wilayah pedalaman

sepanjang anak sungai Teweh, Hartman melaporkan populasi penduduknya lebih

sedikit sekitar 1.500 jiwa.10 Penduduk tersebut terdiri dari berbagai macam suku

bangsa yaitu, suku Dayak, Melayu, Bugis, Cina dan Jawa yang bercampur baur.

Mereka menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, namun bahasa

komunikasi ini bercampur dengan dialek asalnya.11

Penduduk Banjarmasin yang tinggal di sepanjang sungai hingga yang

berdiam di daerah cabang-cabang sungai yang jauh di pedalaman untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, masyarakat Banjarmasin hidup

dengan cara bertani, berkebun, meramu hasil hutan, penambangan dan berdagang.

Usaha-usaha pertanian, padi dan berjenis-jenis palawija, sudah sejak

zaman kuno diusahakan oleh penduduk daerah dataran rendah aluvial sepanjang

8 P. Creutzberg, Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia, penerjemah: Kustiniyati Mochtardkk., (Jakarta: Obor, 1987), h. 8.

9 Han Knapen, Forest of Fortune? the Environmental History of Southeast Borneo, 1600-1880, (Leiden: KITLV Press, 2001), h. 107.

10 Ibid.11 Syamsitah, Kerajaan Banjarmasin di ambang keruntuhannya (1825-1859), h. 5. Lihat

juga C.A.L.M. Schwaner, Borneo Beschrijving van het Stroomgebied van den Borneo en Reizenlangs eenige voorname Rivieren van het Zuid Oostelijk Gedeelte van Dat Eiland, (Amsterdam,1853), h. 55.

Page 30: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

19

sungai Bahan dan cabangnya. Merekalah yang secara tradisional mencukupi

kebutuhan akan bahan makanan bagi daerah sekitar Banjarmasin dan kota-kota

pelabuhan lainnya.12 Wilayah yang dijadikan persawahan, yaitu rawa sekittar

sungai Barito bagian selatan.

Bertani dan berkebun merupakan salah satu cara masyarakat Banjarmasin

memanfaatkan sumber daya alamnya. Antara lain dengan membudidayakan

berbagai jenis tanaman, baik yang untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

maupun untuk dijual ke luar kesultanan. Hal ini mencerminkan bahwa telah

dikenalnya dua tipe kegiatan pertanian, yaitu kegiatan pertanian yang menggarap

tanaman subsistem dan yang menggarap tanaman perdagangan.13 hasil pertanian

dan perkebunan di antaranya adalah beras, lada, sayur mayur, kopi dan lain-lain.14

Selain bertani penduduk Banjarmasin juga memanfaatkan hasil hutannya.

Karena luasnya areal hutan di Kalimantan Selatan adalah 2.013.600 ha,

mengakibatkan penduduk memanfaatkan hasil hutan ini. Produk hasil hutan

berupa kayu bulat, rotan, damar, jati dan lain-lain.

Wilayah Banjarmasin juga mengandung bahan tambang yang sudah

dikenal sejak lama ialah intan dan emas. Penambangan intan dan emas telah

dilakukan secara turun temurun. Wilayah penambangan intan yang paling terkenal

ialah Martapura dan emas adalah Tanah Laut. Di wilayah ini para penambang

intan melakukan proses penambangan dengan dua cara, yang diistilahkan dengan,

luang dalam (lubang dalam) dan luang surut (lubang dangkal). Luang dalam

12 Untuk padi hanya cukup memenuhi keperluan daerah setempat, sedangkan untukkebutuhan Banjarmasin dan wilayah-wilayah pantai, diperlukan impor dari luar.

13 Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian SosialEkonomi (Yogyakarta: Penerbit Aditya), 1991, h. 15.

14 Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa KebudayaanBanjar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 107.

Page 31: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

20

adalah penambangan yang dilakukan apabila lapisan batu-batu yang mengandung

intan terletak di kedalaman lebih dari 3 meter di bawah permukaan tanah. Luang

dangkal adalah apabila lapisan batu-batuan tersebut dalamnya kurang dari tiga

meter.15

Intan juga termasuk dalam penguasaan monopoli dari sultan, karena para

pendulang intan diwajibkan untuk menjual intannya kepada para bangsawan yang

mempunyai hak atas pungutan daerah tersebut dengan harga tertentu.16 Khusus

untuk intan-intan yang besar-besar wajib dijual kepada sultan sendiri dengan

harga yang ditentukan terlebih dahulu. Biasanya sultan memiliki pertambangan

intanya sendiri, jika ada yang menambang di tempat ini diperlukan izin dari sultan

dan intan harus dijual kepada sultan.17

Selain dari bertani, berkebun, dan penambangan, usaha perdagangan telah

dilakukan oleh penduduk Banjarmasin. Usaha perdagangan besar dan menengah

telah dilakukan oleh para bangsawan tinggi, pembesar-pembesar kerajaan dan

kelas saudagar, di samping tentu saja saudagar-saudagar asing.18 Para bangsawan

tinggi dan pembesar kesultanan mungkin sekali menjadi pembeli tunggal atas

barang-barang hasil produksi rakyat daerah yang dikuasainya, yang menjualnya

kembali kepada kelas saudagar atau bangsawan yang akan mengekspornya ke

luar, atau menjualnya ke pedagang asing. Kelompok kelas saudagar melakukan

usaha perdagangan luar negeri, baik mengekspor barang-barang hasil produksi

rakyat maupun mengimpor barang-barang kebutuhan rakyat, yang mereka lakukan

15 Ibid., h. 121.16 A. Van der Ven, Aanteekeningen omtrent het Rijk Bandjarmasin (TBG, IX, 1860), h.

112-113.17 Daud, Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, h.

136.18 Amir Hasan Kiai Bondan, Suluh Sedjarah Kalimantan (Banjarmasin: Fajar, 1953), h.

89-90.

Page 32: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

21

dengan kapal-kapal mereka sendiri. Usaha ekspor dan impor ini juga dilakukan

oleh pedagang-pedagang pendatang, yaitu pedagang-pedagang Eropa, Cina, Jawa,

Arab, dan lain-lain, tetapi mereka tidak pernah berhubungan dengan para

produsen.19

D. Iklim

Wilayah Kalimantan Selatan merupakan wilayah beriklim tropis dengan

hawa panas dan sangat lembab dengan temperatur relatif antara 250 Celcius dan

350 Celcius, curah hujan di wilayah ini tidaklah merata di sebagian wilayah

Kalimantan Selatan, khususnya hulu sungai dimana kondisi curah hujan

dipengaruhi oleh gunung Meratus, iklimnya agak lebih rendah dari lainnya.20

Per-tahun curah hujan cukup banyak rata-rata 2000-2700 mm per-tahun, dengan

frekuensi hujan rata-rata 6-15 hari sebulan.

Banjarmasin sama dengan wilayah di Nusantara lainnya, mengenal musim

kemarau dan hujan. Perubahan musim ini bergantung pada keadaan muson.

Musim hujan berlangsung antara November hingga April berkat angin muson

barat, musim penghujan berakhir pada bulan Mei hingga Oktober ketika angin

muson barat berhenti dan digantikan oleh angin muson timur.

Angin muson tidak hanya mempengaruhi perubahan musim tetapi juga

pelayaran dan perdagangan. Perubahan angin yang terjadi di Indonesia setiap

setengah tahun dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, peredaran bumi mengitari

matahari yang menyebabkan “daerah angin mati” berpindah-pindah dari Lintang

Mengkara (Tropic of Cancer) ke Lintang padayat (Tropic of Capricorn). Maka,

19 Ibid.20 Knapen, Forest of Fortune? The Environmental History of Southeast Borneo, 1600-

1880, h. 34.

Page 33: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

22

angin pasat tenggara pada waktu melintas garis khatulistiwa akan berubah

menjadi barat daya, sedangkan apabila angin pasat timur laut melintas

khatulistiwa dalam perjalanan ke selatan ia akan berubah menjadi angin laut.

Faktor kedua ialah lokasi Indonesia di antara dua kontinen, Asia dan Australia.

Iklim panas di salah satu benua ini akan mengakibatkan suatu tekanan rendah

yang cukup mempengaruhi daerah angin mati tersebut bergeser lebih jauh ke

selatan atau utara menurut musimnya sehingga merubah arah angin yang

bersangkutan. Dengan demikian terjadilah angin musim yang berubah tujuan

setiap setengah tahun sehingga angin memutar haluannya 1800. 21

Perubahan musim ini sudah lama dikenal pelaut-pelaut Nusantara. Dengan

memanfaatkan perubahan angin, pada bulan Oktober kapal-kapal sudah berangkat

dari Maluku menuju pusat-pusat perdagangan di kota-kota sebelah barat. Adapun

pada bulan Maret dengan menggunakan angin barat biasanya dimanfaatkan oleh

pedagang yang berada di bagian barat seperti Malaka, Riau, Johor, dan Batavia,

untuk berlayar kearah timur. 22

E. Letak dan Fungsi Pelabuhan

Dalam dunia perdagangan maka tempat untuk kapal dagang berhenti

adalah pelabuhan. Ramai atau tidaknya pelabuhan di suatu wilayah tergantung

dari berbagai faktor, di antaranya yang penting sekali adalah faktor ekologi.

Pelabuhan bukan saja tempat berlabuh, tetapi tempat kapal berlabuh dengan aman,

terlindung dari ombak besar, angin dan arus yang kuat seperti yang tersirat dalam

arti kata harbour (Inggris) dan Haven (Belanda).

21 Adrian B. Lapian, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17 (Jakarta:Komunitas Bambu, 2008), h. 3.

22 Ibid.

Page 34: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

23

Tempat yang paling baik untuk berlabuh adalah pada sebuah sungai, agak

jauh ke dalam. Namun, dalam hal ini lebar sungai membatasi perkembangan

pelabuhan bersangkutan. Oleh sebab itu, banyak pelabuhan terletak di muara yang

agak terbuka, atau meskipun kurang terlindung di dalam sebuah teluk. Dalam

jaringan lalulintas di sebuah negeri kepulauan seperti di Nusantara, fungsi

pelabuhan adalah sebagai penghubung jalan maritim dan jalan darat.23

Kesultanan Banjarmasin merupakan daerah yang banyak dialiri oleh

sungai yang menghubungkan daerah pantai dengan pedalaman. Sungai menjadi

jalur transportasi yang sangat vital bagi kepentingan ekonomis sekaligus politis

karena jalan darat masih sangat sulit disebabkan hutan yang lebat.24

Sungai Barito yang merupakan sungai terbesar di Kesultanan Banjarmasin

merupakan sungai yang terpenting, karena pengangkutan barang dagangan dari

pedalaman ke pantai dan sebaliknya serta operasi militer sering dilakukan melalui

sungai ini.

Cabang terpenting dari sungai Barito yang menghubungkan daerah pantai

dengan pedalaman adalah sungai Banjarmasin dan sungai Negara. Di pusat

pertemuan sungai Barito dengan sungai Banjarmasin terletak pelabuhan Tatas

(Banjarmasin). Lebih kurang 20 km kearah timur dari kota pelabuhan Tatas

terletak Kayutangi, tepatnya di tepi sungai Banjarmasin dimana istana sultan

23 Ibid.24 Telah dipahami bahwa sungai merupakan akses masuk untuk memudahkan

pengangkutan barang dari wilayah pedalaman ke pelabuhan. Semua kerajaan di Asia Tenggarapada zaman perdagangan telah menggunakan fungsi sungai sebagai akses masuk. Lihat: TheCambridge History of Southeast Asia from early time to 1800, volume I, editor: Nicholas Tarling(Cambridge: Cambridge University Press 1992), h. 479.

Page 35: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

24

berada. Pada tahun 1771 istana dipindahkan lagi kearah timur, lebih kurang 18 km

dari Kayutangi yaitu ke Martapura yang sering disebut sebagai Bumikencana.25

F. Posisi Banjarmasin Dalam Dunia Perdagangan

Hall yakin bahwa pada sekitar abad XIV dan permulaan abad XV terdapat

lima jaringan perdagangan (commercial zones). Pertama, jaringan perdagangan

Teluk Bengal yang meliputi pesisir Koromandel di India Selatan, Sri Langka,

Birma (kini Myanmar), dan pesisir utara dan barat Sumatera. Kedua, jaringan

perdagangan Selat Malaka. Ketiga, jaringan perdagangan yang meliputi pesisr

timur Semenanjung Malaka, Thailand dan Vietnam Selatan (untuk memudahkan,

kita sebut jaringan perdagangan laut Cina Selatan). Keempat, jaringan

perdagangan laut Sulu, yang meliputi pesisir barat Luzon, Mindoro, Cebu,

Mindanao, dan pesisir utara Kalimantan (Brunei Darussalam). Kelima, jaringan

laut Jawa, yang meliputi kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, pesisir

barat Kalimantan, Jawa, dan bagian selatan Sumatera. Jaringan perdagangan yang

di sebut terakhir berada di bawah hegemoni Majapahit.26

Wilayah Banjarmasin tidak disebut atau masuk dalam kelima jaringan

perdagangan tersebut. Kendati demikian, daerah-daerah Kalimantan Utara dan

Barat telah masuk dalam jaringan perdagangan tersebut yang sebagian besar

berada di bawah pengawasan pedagang di Jawa.

Salah satu hal yang menguntungkan bagi Kesultanan Banjarmasin adalah

letaknya yang strategis di antara jalur perdagangan di kepulauan pada saat itu. Di

25 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1774-1787(Tesis Fakultas Pascasarjana UI, Depok: Universitas Indonesia, 1991), h. 26.

26 Kenneth R. Hall, Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia,(Honolulu: University of Hawaii Press. 1985) h. 24.

Page 36: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

25

bagian selatan daerah ini dibatasi oleh laut Jawa, dan di bagian Timur oleh Selat

Makassar. Sedangkan di bagian Barat dan Utara masing-masing dibatasi oleh

Kotawaringin dan pegunungan Meratus.

Oleh karena letaknya yang diapit oleh Laut Jawa dan Selat Makassar itu

maka Banjarmasin banyak didatangi oleh pedagang-pedagang dari luar antara lain

dari Jawa, Sulawesi, Cina dan Gujarat. Kedudukan Banjarmasin yang berada di

bawah pengaruh Demak pada akhir abad-XVI,27 menyebabkan terjadinya

hubungan perdagangan antara kedua daerah itu. Emas, intan, lada dan hasil hutan

merupakan mata dagang penting yang dicari oleh pedagang dari daerah pantai

Utara Jawa dan ditukar dengan bawang merah, beras, asam dan garam.

Sampai pada pertengahan abad-XVII, bersamaan dengan runtuhnya pusat

perdagangan di pantai Utara Jawa, seperti Demak, Tegal dan Jepara, Banjarmasin

tumbuh sebagai pelabuhan dagang yang ramai, karena semakin banyak disinggahi

oleh pedagang dari daerah itu dalam usahanya untuk mencari pelabuhan bebas.

bersamaan dengan itu, kedatangan orang-orang Belanda dan Inggris di

Banjarmasin pada belahan pertama abad XVII telah menempatkan Banjarmasin

sebagai pelabuhan yang terpenting di Asia.

27 P. Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, K.G. Treganning, ed., JSAH, vol. IV (Singapore: 1964), h. 49.

Page 37: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

26

BAB III

KESULTANAN BANJARMASIN

Penyebaran Islam di Nusantara pada umumnya berlangsung melalui dua

proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan pemeluk agama Islam

yang datang ke wilayah Nusantara kemudian penduduk pribumi menganut agama

Islam. Kedua, orang-orang asing, seperti Arab, India dan Cina yang telah

beragama Islam bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah Nusantara,

melakukan perkawinan campur dan mengikuti gaya hidup lokal, kedua proses itu

mungkin sering terjadi secara bersamaan.1

Ada juga yang berpendapat Islam didakwahkan di Nusantara melalui tiga

fase yakni oleh para pedagang Muslim dalam jalur perdagangan yang damai,

kemudian datangnya para pendakwah Islam yang datang dari wilayah India atau

Arab yang sengaja mengIslamkan orang-orang kafir dan meningkatkan

pengetahuan mereka yang telah beriman, dan terakhir dengan kekuasaan atau

memaklumkan perang terhadap negara-negara penyembah berhala.2

Seiring dengan ramainya perdagangan yang terjadi di Nusantara proses

Islamisasi juga terdorong oleh motif ekonomi dan politik. Para penguasa

menerima Islam agar mereka dapat memperoleh dukungan dari para pedagang

Muslim dengan segenap sumber ekonomi mereka. Dengan menjadi Muslim, para

penguasa di Nusantara bisa berpartisipasi dalam kancah perdagangan

internasional, dengan menjadi Muslim dan meraih dukungan dari para pedagang,

1 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: Serambi, 2008), h. 27.2 H. J de Graaf, Southeast Asian Islam To The Eighteenth Century, dalam P.M. Holt, The

Cambridge History of Islam, vol. 2A, (London: Cambridge University Press: 1987), h. 123.

Page 38: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

27

penguasa-penguasa dapat melegitimasi kekuasaan mereka dan dapat menahan

pengaruh kerajaan Hindu Majapahit.3

Lebih jauh lagi motif penyebaran Islam merupakan akibat dari ancaman

agama Kristen yang mendorong penduduk Nusantara masuk Islam. Jadi,

masuknya Islam akibat dari persaingan antara Islam dan Kristen untuk

memenangkan pemeluk baru di Indonesia. Penyebaran Islam di Nusantara terjadi

ketika persaingan dan konflik semakin sengit di antara bangsa Portugis dan para

pedagang Muslim.4

Namun, secara umum proses masuk dan berkembangnya agama Islam ini

disepakati berjalan secara damai, meskipun ada juga penggunaan kekuatan oleh

penguasa Muslim untuk mengIslamkan rakyat atau masyarakat. Secara umum

mereka menerima Islam tanpa meninggalkan kepercayaan praktek keagamaan

lain.

Perbedaan pendapat tentang apa yang dimaksud dengan “Islam”, ada yang

memberikan pengertian Islam dengan kriteria formal yang sangat sederhana

seperti pengucapan dua kalimat syahadat atau pemakaian nama Islam, sebagian

lain mendefenisikan Islam secara sosiologis, yakni masyarakat itu dikatakan telah

Islam, jika prinsip-prinsip Islam telah berfungsi secara aktual dalam lembaga-

lembaga sosial, budaya dan politik, jadi mereka menganggap bacaan kalimat

syahadat tidak dapat dijadikan bukti adanya penetrasi Islam dalam suatu

masyarakat.5

3 J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society (The Hague/Bandung: Van Hoeve, 1955),110-117.

4 B.J.O. Schrieke, Indonesian Sociological Studies, vol II (The Hague dan Bandung: W.van Hoeve, 1957), h. 232-237.

5 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 30.

Page 39: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

28

Hal tersebut menyebabkan konsep masuknya Islam atau Islamisasi masih

dicampuradukkan antara “datang” (terdapat bekas Islam disuatu tempat),

“berkembang”(mesjid ditemukan) dan munculnya Islam sebagai kekuatan Politik

(sultan memerintah).6

Beberapa konsep proses Islamisasi di atas coba dikompromikan untuk

menentukan proses Islamisasi di Banjarmasin. Dari data yang ada,

berkembangnya Islam di Banjarmasin seiring dengan ramainya perdagangan yang

telah terjalin di Nusantara. Masuknya Islam ke wilayah Kalimantan Selatan

seiring dengan ramainya lintas perdagangan ke wilayah timur pada waktu itu.

Muarabahan yang telah menjadi pusat perdagangan di Kalimantan Selatan telah

banyak dikunjungi oleh orang-orang Keling, Cina, Melayu, Bugis, Bajao dan

Gujarat.7

A. Awal Masuknya Islam ke Banjarmasin

Kedatangan Islam ke Kalimantan Selatan diperkirakan telah ada sejak

sekitar pertengahan abad XV, sekitar tahun 1475-1500 dimana telah adanya

orang-orang Muslim di wilayah itu. Kesulitan akan sumber untuk pembanding

dalam menentukan kapan awal masuknya Islam di Banjarmasin dikarenakan tidak

adanya sumber asing yang menceritakan tentang awal hadirnya Islam di

Banjarmasin. Salah satu sumber lokal yang didapat hanyalah Hikayat Banjar.

6 Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja Dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES,1979), h. 1.

7 M. Idwar Saleh, Bandjarmasin, (Bandung : B.P.P.K. Balai Pendidikan Guru, 1975), h.35. Keterangan telah adanya kaum Muslim sebelum berdirinya Kesultanan Banjarmasin juga telahdiyakini, bahwa di Banjarmasin sebelum Islam menjadi agama negara, Islam telah ada di kota-kotapelabuhan atau pemukiman-pemukiman yang lebih dekat di pantai. Lihat: Alfani Daud, Islam danMasyarakat Banjar:Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1997), h. 48.

Page 40: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

29

Dalam sumber lokal yaitu, Hikayat Banjar diceritakan mengenai proses

Islamisasi Kesultanan Banjarmasin. Ketika itu Pangeran Samudera memerlukan

bantuan untuk memerangi Pangeran Tumenggung yang telah merebut takhta

kerajaan Negara Daha dari Pangeran Samudera yang merupakan cucunya Raja

Sukarana (raja Negara Daha sebelumnya). Untuk mengalahkan Pangeran

Tumenggung, Pangeran Samudera meminta bantuan kepada sultan Demak.

Namun, bantuan ini dijanjikan dengan syarat bahwa ia memeluk agama Islam.

Pangeran Samudera menerima syarat tersebut dan sultan Demak kemudian

mengirim 10.000 pasukan bersenjata di bawah pimpinan seorang penghulu,

dengan jumlah tersebut pasukan Pangeran Samudera menjadi 40.000. selama 40

hari 40 malam berperang tidak ada juga pemenangnya. Kemudian diputuskan

untuk mengadakan pertarungan antara kedua orang yang berambisi menduduki

takhta, tetapi sebelum sempat bertarung Pangeran Tumenggung mengakui

kesalahannya dan keduanya dapat berdamai, kemudian Pangeran Samudera

diangkat menjadi sultan Banjarmasin.8

Setelah kemenangan, Pangeran Samudera memeluk Islam pada sekitar

tahun 936 H/1526 M dan diangkat sebagai sultan pertama di Kesultanan

Banjarmasin. Seorang Arab memberi gelar Surian Allah9 kepada Pangeran

Samudera dan dikenal dengan sebutan Sultan Suriansyah (m. 1526-1550).10

Setelah itu, rombongan pasukan Demak dan penghulunya kembali pulang, dengan

8 J.J. Ras, Hikayat Banjar: a Study in Malay Historiography, (The Hague: MartinusNijhoff, 1968), h. 439-443, A. Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan, Surabaya: Bina Ilmu,1986, 10-33, Kesultanan Banjar , dalam Ensiklopedia islamdi Indonesia, Jakarta: DepartemenAgama, 1987, II, 487-493.

9 Gelar Surian Allah (berjalan di jalan Allah) diberikan kepada Pangeran Samudera olehPenghulu Demak yang bernama Khatib Dayyan ketika mengislamkan Pangeran Samudera. Lihat,Khoiril Umam, Pemikiran Akidah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (Disertasi UIN SyarifHidayatullah, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007), h. 35.

10 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII& XVIII, (Jakarta: Kencana 2005), h. 315.

Page 41: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

30

membawa banyak hadiah.11 Selanjutnya, semua raja Banjarmasin menggunakan

nama Arab.

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa Islam telah berada di

Banjarmasin sejak mulai ramainya arus perdagangan ke arah timur. Masuknya

Islam terlebih lagi berkembang dengan cepat ketika Pangeran Samudera memeluk

agama Islam. Agama Islam sangatlah berpengaruh terhadap kondisi keagamaan di

Kesultanan Banjarmasin.

Jika di analisis konversi penguasa Banjarmasin ke agama Islam lebih

terpengaruh oleh faktor politik, yaitu terdorong oleh motif perebutan kekuasaan.

Berbeda dengan penguasa di bagian Indonesia Timur yang mengalami persaingan

agama antara Islam dan Kristen.12 Di Banjarmasin tidak ditemukan persaingan

agama ini, walaupun data yang ada menyebutkan adanya penyebaran agama

Kristen oleh pastur Portugis pada tahun 1688 namun agama ini tidak berkembang

dikalangan orang Banjar.13

B. Berdirinya Kesultanan Banjarmasin

Sebelum lahirnya Kesultanan Banjarmasin, wilayah Kalimantan Selatan

telah terlebih dahulu dipengaruhi oleh kerajaan Hindu-Budha. Hikayat Banjar dan

Kotaringin telah menceritakan mengenai kerajaan yang pertama berdiri di wilayah

ini. Dalam hikayat diceritakan tentang kehadiran saudagar besar yang sangat kaya

11 Ibid.12 Van Leur, Indonesian Trade and Society, h. 117.13 Daud, Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, h.

51.

Page 42: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

31

yang berasal dari Keling,14 namanya Saudagar Mangkubumi. Saudagar

Mangkubumi ini memiliki anak yang bernama Ampu Jatmaka yang setelah

ayahnya meninggal mencari wilayah baru untuk membangun sebuah kerajaan.15

Ampu Jatmaka membuat kerajaan di Kalimantan yang diberi nama Negara

Dipa.16 Kerajaan Negara Dipa adalah kerajaan yang bercorak Jawa,17 didirikan

sekitar abad ke–XV. Kerajaan Negara Dipa ini kemudian dilanjutkan dengan

Negara Daha yang letaknya di pedalaman Muarabahan sampai sekitar tahun 1540.

Kerajaan Negara Daha mengalami kehancuran karena terjadi perebutan kekuasaan

di antara keluarga raja.

Sewaktu Maharaja Sukarana memerintah kerajaan Negara Daha pada awal

abad XVI, ia mencalonkan cucunya, yaitu Pangeran Samudera, untuk menduduki

tampuk pemerintahan kerajaan Negara Daha sebagai penggantinya. Namun

setelah Maharaja Sukarana meninggal dunia, jabatan tersebut menjadi rebutan

para paman Pangeran Samudera, tetapi Pangeran Samudera dapat melarikan diri

ke tempat kediaman Patih Masih18 di daerah muara sungai Kuin (Cerucuk).

Sementara itu salah seorang pamannya, Pangeran Tumenggung, berhasil menjadi

14 Menurut analisa van der Tuuk yang dikutip oleh Ras, Hikayat Banjar: a Study in MalayHistoriography, bahwa orang-orang Jawa itu, adalah orang-orang Keling yang berasal darikerajaan Kuripan atau Jenggala di Jawa Timur.

15 Roasyadi, Sri Mintosih dan Soeloso, Hikayat Banjar dan Kotaringin (Jakarta:Depdikbud, 1993), h. 14.

16 Ibid.17 Pengaruh Jawa dalam wilayah Banjarmasin telah muncul sebelum terbentuknya

kerajaan Banjarmasin. Pengaruh Jawa terjadi dengan muculnya orang-orang Jawa pada abad ke-14, yang dipimpin oleh seorang pedaganag bernama Ampu Jatmaka, jalur lain masuknya pengaruhJawa adalah dengan melalui perkawinan antara Putri Junjung Buih dari Negara Dipa denganpangeran Surianata (Raden Putra) dari Kerajaan Majapahit. Ras, Hikayat Banjar: a Study in MalayHistoriography, h. 183.

18 Patih Masih yaitu Patih yang mengepalai daerah Banjarmasin dan sekitarnya sertamengakui Pangeran Samudera sebagai raja yang sah kerajaan Negara Daha.

Page 43: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

32

raja terakhir Negara Daha, dengan membunuh saingannya, yaitu saudara kandung

Pangeran Tumenggung sendiri (Pangeran Mangkubumi).19

Di tempat kediaman Patih Masih, Pangeran Samudera menyusun kekuatan

untuk merebut kekuatan dari pamannya. Ia memperoleh bantuan dari para Patih

selain Patih Masih, yaitu dari Patih Balit, Patih Balitung, Patih Muhur dan Patih

Kuin. Hal ini kemungkinan karena Patih Masih merupakan pemimpin para patih

di daerah tersebut.20 Wilayah kekuasaan para patih tersebut disebut Banjarmasin.

Sementara itu Pangeran Samudera menjadikan daerah Banjarmasin sebagai pusat

pemerintahan dan tempat kediaman Patih Masih dijadikan istana, maka berdirilah

kerajaan Banjarmasin pada sekitar tahun 1526.

Setelah Kesultanan Banjarmasin berdiri Kerajaan Negara Daha yang

letaknya di pedalaman menjadi taklukan Kesultanan Banjarmasin, dan diharuskan

membayar upeti. Sedikit demi sedikit kerajaan Negara Daha ditinggalkan

rakyatnya yang pindah ke Kesultanan Banjarmasin. Pangeran Samudera kemudian

memindahkan pusaka maupun perlengkapan kerajaan Negara Daha ke

kerajaannya, yang mana tindakan ini mengakhiri kerajaan Negara Daha. Kerajaan

ini semakin dikenal sebagai kerajaan Islam dengan Pangeran Samudera sebagai

rajanya. Perkembangan selanjutnya Kesultanan Banjarmasin dapat menaklukan

kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya antara lain Sukadana, Sampit dan

Kotawaringin.21

19 Sejarah Daerah Kalimantan Selatan, M. Idwar Saleh, ed. (Jakarta: Depdikbud.1977/1978), h. 37-38., lihat juga Ras, Hikayat Banjar: a Study in Malay Historiography, h. 378-382.

20 Ras, Hikayat Banjar: a Study in Malay Historiography,h. 45.21 Saleh, Banjarmasih, h. 45-56., lihat juga Ras, Hikayat Banjar: a Study in Malay

Historiography, h. 426-438.

Page 44: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

33

C. Struktur Pemerintahan

Dalam struktur pemerintahan, Sultan dibantu oleh mangkubumi, yang

bertindak sebagai kepala pelaksana pemerintahan. Jabatan ini biasanya dipegang

oleh seorang bangsawan keluarga dekat raja seperti putra mahkota atau saudara

Sultan. Di bawah jabatan mangkubumi terdapat jabatan mantri panganan, mantri

pangiwa, mantri bumi dan sejumlah 40 orang mantri sikap. Tiap-tiap mantri sikap

mempunyai petugas bawahan sebanyak 100 orang. mantri panganan dan mantri

pangiwa mempunyai tugas mengurus bidang militer, sedang mantri bumi dan

mantri sikap bertugas untuk mengurus perbendaharaan istana dan pemasukan

pajak sebagai penghasilan kesultanan. Pada tahun 1759, jabatan mantri sikap

dijabat oleh saudara tiri Sultan yang bernama Gusti Wiranggala, mantri panganan

dan mantri pangiwa dipegang oleh dua orang keponakan Sultan yaitu Pangeran

Jiwakusuma dan Pangeran Jiwanegara. Jabatan tertinggi di bawah raja adalah

mangkubumi, dan selain itu jabatan di bawah mangkubumi ada lagi yaitu,

pangapit mangkubumi yang terdiri dari penghulu sebagai pemuka agama.22

Di samping pejabat-pejabat tersebut di atas, raja masih mempunyai

beberapa pejabat khusus untuk mengurus rumah tangga istana. Untuk keamanan

istana diserahkan kepada sarawisa mereka mempunyai anggota sekitar 50 orang

yang dikepalai oleh seorang sarabraja. Petugas yang melakukan pekerjaan

membersihkan kompleks istana diserahkan kepada para mandung yang

anggotanya juga sekitar 50 orang dan dipimpin oleh seorang pejabat bernama

Raksyayuda. Kelompok pengawal raja dan pengawal istana disebut managasari

yang terdiri dari 40 orang dan dikepalai seorang bernama Sarayuda. Petugas

22 Ibid.

Page 45: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

34

khusus yang mengerjakan pemeliharaan dan membersihkan senjata disebut

saragani. Semua jenis senjata mulai dari meriam, bedil, tombak, keris, parang,

panah, perisai dan sebagainya diurus, dipelihara dan dibersihkan oleh kelompok

saragani ini. Kepala kelompok bernama saradipa atau kadang-kadang disebut

wangsanala. Untuk pelaksanaan upacara kerajaan maka petugas yang

dipercayakan mengerjakan pekerjaan tersebut adalah kelompok mangumbara.23

Dalam hal kedudukan Sultan dan sistem penggantiannya. Sultan

memegang kedudukan pusat, namun dalam pelaksanaan pemerintahannya ia

dibatasi oleh sebuah Dewan Mahkota yang beranggotakan sementara bangsawan

keluarga terdekat Sultan dan pejabat birokrasi tingkat atas seperti mangkubumi,

para mantri dan kyai. Dewan Mahkota ini berfungsi sebagai penasehat Sultan

dalam memecahkan persoalan-persoalan penting seperti soal pemerintahan,

penggantian takhta, pengumuman perang dan damai, hubungan dengan kekuasaan

luar dan sebagainya. Pengaruh Dewan Mahkota terhadap sikap dan tindakan

Sultan sangat besar.24

Sultan berhak untuk mengangkat, memindahkan ataupun memecat

pejabat-pejabat pemerintahan, namun untuk pejabat pemerintahan tingkat atas,

Sultan meminta nasehat pada Dewan Mahkota. Pengangkatan didasarkan atas

jasa atau kecakapan seseorang. Pengangkatan seseorang pada jabatan birokrasi

yang penting biasanya disertai dengan pemberian gelar. Pemecatan dilakukan

terhadap pejabat-pejabat yang melalaikan tugas atau menunjukan sikap

menentang terhadap Sultan.

23 Ibid., h. 51-52.24 Ita Syamsitah, Kerajaan Banjarmasin di ambang keruntuhannya (1825-1859), (Skripsi

Fakultas Ilmu Budaya: Universitas Indonesia, 1984), h. 9.

Page 46: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

35

Menurut adat kebiasaan dalam Kesultanan Banjarmasin, pengganti Raja

adalah putra mahkota yang diangkat dari putera tertua Sultan dengan permaisuri

dari golongan bangsawan. Dengan demikian putra dari isteri bukan golongan

tersebut tidak berhak naik sebagai Sultan. Keruwetan timbul dalam istana, apabila

di antara bangsawan keluarga raja ada yang mempunyai pendirian yang berbeda

mengenai penunjukan pengganti Sultan. Timbulnya kericuhan dalam istana

mengenai pengganti Sultan kerap kali terjadi dalam sejarah Kesultanan

Banjarmasin. Penunjukan putra mahkota oleh raja belum tentu diterima oleh

seluruh bangsawan.25

Dalam upacara kerajaan ada beberapa petugas yang memegang alat-alat

keperluan raja seperti payung, tombak, tikar, tempat sirih dan para pembawa alat-

alat ini disebut payong bawat, pamarakan atau pangadapan dan kelompok ini

dikepalai oleh rasajiwa. Kelompok pamarakan yang berjumlah 50 orang ini harus

selalu dekat dengan Sultan karena mereka umumnya bertugas melaksanakan

perintah Sultan. Yang bertugas mengurus bidang seni dan tari ialah pergamelan

dan kelompok seniman ini dikepalai oleh seorang astrapana. Jika Sultan hendak

berburu ia dikawal oleh para tuhaburu yang dipimpin oleh seorang puspawana.

Para petugas yang mengawasi dan sekaligus menjaga keamanan Sultan ialah

pariwala atau singabana. Urusan bea cukai di pelabuhan dikepalai oleh seorang

bernama anggarmata yang membawahi para petugas yang disebut jurubandar. Di

bidang perdagangan umum kerajaan dibantu oleh seorang pejabat bernama

Wiramartas. Para pejabat di luar istana yang dapat disebut sebagai pejabat daerah

ialah lalawang yang mengepalai daerah setingkat kawedanan yang membawahi

25 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah NasionalIndonesia IV, (Jakarta: Balai Pustaka 1993), h. 54.

Page 47: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

36

kesatuan daerah yang lebih kecil setingkat kecamatan yang dikepalai oleh

lurah/mantri. Tiap-tiap lurah membawahi beberapa desa, sedangkan desa

dikepalai oleh seorang pembekal. Desa-desa masih mempunyai daerah yang lebih

kecil lagi disebut kampung yang dikepalai oleh tetuha kampung.26

Untuk melakukan pemeriksaan urusan pemerintahan Sultan memerlukan

laporan pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu Sultan melakukan peraturan

mengadakan seba atau sidang setiap hari sabtu bertempat di sitilohor. Disini

Sultan sekaligus mengkontrol terhadap semua pejabat pemerintahan. Karena

semua pejabat penting diwajibkan hadir pada acara seba ini.27 Dalam adat

kebiasaan kerajaan-kerajaan di Indonesia seba juga dimaksudkan sebagai kontrol

terhadap daerah yang dikuasainya. Jika wakil suatu daerah yang berada di bawah

naungan kerajaan tidak hadir dalam acara seba maka dapat menimbulkan

kecurigaan sang raja apalagi kalau tidak ada pemberitahuan maka dapat dianggap

sebagai pembangkang.

Pada umumnya susunan jabatan dalam pemerintahan Kesultanan

Banjarmasin tidak banyak berubah hingga akhir abad XIX. hanya terjadi beberapa

perubahan misalnya pada masa pemerintahan Sultan Adam (1825-1857), yaitu

adanya jabatan mufti atau kyai yang berfungsi sebagai hakim tertinggi, yang

mengepalai hakim tingkat bawah yaitu penghulu. Tingkatan sesudah penghulu

adalah: kaliba, kemudian lebai, khatib, dan bilal.28 Penghulu merangkap hakim

dan bertugas memutuskan hukuman. Selain itu, ia juga merupakan pemuka

agama, serta menjadi kepala masjid besar di kota kerajaan.

26 Ibid.27 Ras, Hikayat Banjar: a Study in Malay Historiography, h. 376.28 A van der Ven, Aanteekeningen omtrent het Rijk Bandjarmasin (TBG, IX, 1860), h.

115.

Page 48: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

37

D. Struktur Masyarakat

Dalam struktur masyarakat tradisional, struktur masyarakat memiliki dua

pembagian kelas. Kelas elite dan non-elite. Mayoritas adalah non-elite yang

diperintah, dan minoritas adalah kelas elite yang memerintah. Secara garis besar

masyarakat Banjarmasin dapat digolongkan ke dalam empat lapisan: Pertama,

golongan bangsawan, merupakan golongan yang memerintah terdiri dari Sultan

dan sanak keluarganya. Mereka mempunyai gelar pangeran, puteri, ratu, raden,

gusti, dan andin. Pangeran dan puteri adalah gelar untuk anak-anak dari pihak

ayah dan ibu keturunan raja, yang pria disebut pangeran dan yang wanita disebut

puteri, yang bila sudah menikah bergelar ratu. Raden adalah gelar untuk anak

seorang pangeran dengan isteri orang biasa; Gusti adalah gelar yang biasa

digunakan oleh anak-anak raja, yang berasal dari selir, dan andin adalah gelar

untuk anak-anak dari seorang gusti atau raden dengan isteri keturunan biasa.

Golongan ini merupakan golongan yang dihormati dalam masyarakat.

Kedua, golongan agama, termasuk dalam golongan elite, terutama mereka

yang berkedudukan sebagai pemimpin agama. Mereka tidak memiliki kekuasaan

politik. Namun, golongan ini sangat berpengaruh dalam masyarakat. Di antara

mereka ada yang bergabung dalam pemerintahan kerajaan, sehingga mempunyai

kekuasaan yang syah dalam kerajaan. Tetapi jumlah ini tidak banyak. Sebagian

besar golongan agama tersebar di pedesaan, mereka hidup di antara rakyat sebagai

elite pedesaan, antara lain sebagai guru agama, juga sebagai wiraswasta (antara

lain, membuat anyaman-anyaman tikar dan alat-alat rumah tangga, membuat

perahu) dan pedagang, sehingga mereka memiliki kekayaan yang akan menambah

mereka dihormati dan dipercayai rakyat.

Page 49: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

38

Ketiga, golongan penduduk biasa. Mayoritas penduduk Banjarmasin

adalah orang-orang Banjar dan Dayak.29 Orang Dayak dianggap sebagai

penduduk asli di pulau Kalimantan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda

dibanding dengan orang Banjar. Ini terlihat dari bentuk mata pencaharian hidup

dan kepercayaan mereka. Pada umumnya orang Banjar yang tinggal di pantai

hidup sebagai pedagang dan memeluk agama Islam. Sebaliknya orang Dayak

kebanyakan tinggal di pedalaman hidup dari bercocok tanam serta mengumpulkan

hasil hutan. Mayoritas orang Dayak memeluk keprcayaan asli mereka yakni

Kahariyangan.30

Orang Banjar menempati status sosial ekonomi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan orang Dayak karena mereka memegang jabatan tinggi

dalam struktur pemerintahan di Kesultanan Banjarmasin, seperti sultan dan mantri

(kepala desa). Sedangkan orang Dayak jika ingin masuk kedalam struktur

pemerintahan mereka harus memeluk agama Islam, dan hanya bisa menjabat

sebagai Pembekal (kepala kampung). Dengan demikian agama Islam memegang

peran penting bagi orang Dayak untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi dalam

struktur sosial masyarakat di Kesultanan Banjarmasin.

Penduduk pada golongan ini kebanyakan hidup dari perdagangan,

pertanian, menangkap ikan, kerajinan dan sebagainya.31 Golongan pedagang

sangat besar jumlahnya, sebagian besar cukup kekayaannya. Golongan pedagang

cukup dihargai di masyarakat, penghormatan pada seorang pedagang kaya akan

29 Han Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo,1600-1880 ( Leiden: KITLV Press, 2001), h. 77.

30 Carl Bock, The Head-hunters of Borneo, (London: Sampson and Low, 1882), h. 164,lihat juga Victor King, People of Borneo, (Cambridge: Blackwell, 1953), h. 31-32.

31 Alfred B. Hoedson, The Padju Empat Ma anyan Dayak in Historical Perspective,(Cornell University, 1976), h. 12.

Page 50: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

39

makin bertambah apabila pedagang tersebut masih ketururnan bangsawan.

Penghormatan terhadap golongan pedagang biasanya dilihat dari besar kecilnya

usaha ataupun kaya atau tidaknya pedagang tersebut.

Keempat, golongan Pandeling yaitu, mereka yang kehilangan

kemerdekaan, akibat hutang-hutang yang tidak bisa mereka bayar. Biasanya

merekalah yang menjalankan perdagangan dari golongan saudagar, bila hutangnya

lunas mereka menjadi orang-orang yang merdeka, disebut mardika. Selain itu

terdapat pula golongan budak yang berasal dari nasibnya dan sebagai tawanan

perang. Susunan masyarakat tesebut merupakan susunan masyarakat sampai abad

XIX di Kesultanan Banjarmasin.32

Dalam zaman perdagangan yang paling berperan dalam memainkan hak

monopoli berada di tangan penguasa yaitu Sultan dan para pegawainya. Sultan

berperan sebagai penguasa atas barang yang dihasilkan oleh penduduk di

pedalaman.

E. Perkembangan Agama Islam

Semenjak abad XVIII agama Islam menjadi agama resmi kerajaan.33

Penerapan hukum Islam di Kesultanan Banjarmasin adalah sejalan dengan

terbentuknya Kesultanan Banjarmasin dan dinobatkannya Sultan Suriansyah

sebagai raja pertama yang beragama Islam. Terbentuknya Kesultanan

Banjarmasin menggantikan kerajaan Negara Daha yang beragama Hindu, dan

merubah menjadi kerajaan yang bercorak Islam.

32 Soeri Soeroto, Pergerakan Sosial dan Perang Banjarmasin, Seminar Sejarah NasionalII, 26-29 Agustus 1970 Jogyakarta, hlm. 4-5. lihat juga, Marwati Djoened Poesponegoro danNugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia IV, h. 62.

33 Lihat h. 30.

Page 51: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

40

Islam terus berkembang, awal dari upaya Sultan Suriyansyah menyebarkan

dan mengembangkan Islam secara luas kepada masyarakat ialah dengan

mendirikan sebuah Masjid. Namanya masjid “Sultan Suriyansyah” yang

merupakan masjid pertama di Kesultanan Banjarmasin pada abad XVI. Masjid ini

berdiri hasil musyawarah Sultan dan para pembesar kesultanan masjid ini masih

ada hingga kini di kampung Kuin, dan sudah beberapa kali dipugar.34 Dalam hal

ini sultan tidak bertindak atas kemauannya sendiri, tetapi dibatasi oleh para

petinggi kesultanan dan diatur dengan ketentuan kesultanan.35

Hal yang penting dalam menyebarkan Islam adalah peran dari para Sultan

Banjarmasin yang selalu menjadi tauladan rakyatnya yaitu antara lain dengan

senantiasa memakai nama-nama Islam dan bertindak sesuai dengan cara-cara

Islam. Tersebarnya Islam di daerah ini tidak dengan paksaan maupun kekerasan.36

Dengan berkuasanya Sultan dan didukung oleh para petinggi, maka Islam

berkembang tanpa halangan melalui perdagangan, melalui jalan sungai yang

menghubungkan antara pedalaman dan kota pelabuhan Banjarmasin. Rakyat

Kesultanan Banjarmasin yang letaknya di pedalaman dapat dikunjungi oleh para

pedagang yang juga merupakan guru agama, sehingga para petani, peternak dan

nelayan dapat memeluk agama Islam.37

Hasil dari penyebaran Islam bukan saja tampak dalam bidang politik,

sosial, keagamaan, tetapi juga dalam bidang budaya. misalnya huruf Arab yang

digunakan dalam pelajaran membaca al-Qur’an dan menghafal bacaan shalat, juga

digunakan untuk menulis perjanjian. Perjanjian yang dibuat antara sultan

34 Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan, h. 35-36.35 Ita Syamtasiyah Ahyat, Perkembangan Islam di Kesultanan Banjarmasin, (Laporan

Penelitian prodi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 2009), h. 6.36 Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan, h. 40.37 Ibid.

Page 52: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

41

Banjarmasin dengan VOC dan Inggris pada abad XVII ditulis dengan huruf Arab

Melayu.

Perkembangan Islam yang sangat berarti di Kesultanan Banjarmasin pada

abad XVIII adalah di masa Sultan Natadilingga (1761-1801), yaitu dengan

datangnya seorang ulama besar yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari,

setelah menuntut ilmu di Haramayn. Dalam menyebarkan agama Islam Syekh

Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat dukungan dari kesultanan. Ia

mendapatkan segala sarana dan fasilitas dalam menyebarkan ajaran Islam.38

Setelah dihadiahkan sebidang tanah oleh Sultan Natadilingga (1761-1801)

di luar ibukota Kesultanan. Hal pertama yang dilakukan oleh Syekh Muhammad

Arsyad al-Banjari adalah mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam yang

sangat penting untuk mendidik kaum Muslimin guna meningkatkan pemahaman

mereka atas ajaran-ajaran dan praktik-praktik Islam. Syekh Arsyad al-Banjari

bersama Abdul Wahhab al-Bugisi, membangun sebuah pendidikan Islam yang

serupa dengan surau atau pesantren. Pusat pendidikan ini terdiri atas ruang-ruang

untuk kuliah, pondokan para murid, rumah para guru dan perpustakaan.39

Beberapa hasil pemikiranya telah menambah berkembangnya ajaran

agama Islam di Banjarmasin, antar lain; a. mengajarkan ilmu agama kepada

masyarakat Banjarmasin, b. mengusulkan kepada sultan agar sultan mengangkat

mufti dan qadi di kesultanan, dan mengangkat pengurus mesjid seperti khatib,

imam, muadzim dan penjaga mesjid, c. mengusulkan kepada sultan agar di

kesultanan diberlakukan hukum Islam, bukan hanya terbatas pada hukum perdata

saja, tetapi juga hukum pidana Islam. Misalnya hukuman mati bagi pembunuh,

38 Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, h.319.

39 Ibid.

Page 53: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

42

potong tangan bagi pencuri, hukum cambuk bagi penzina, dan hukum mati bagi

orang Islam yang murtad; d. untuk melakukan hukuman secara Islam tersebut, Ia

mengusulkan dibentuknya Mahkamah Syariah, semacam pengadilan tingkat

banding, di samping lembaga keqadian. Untuk memimpin mahkamah syariah

ditunjuk seorang Mufti. Mufti pertama adalah Abu Za’ud anak al-Banjari.40 Untuk

kemudian sultan mengangkat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, sebagai

Musytasyar Kesultanan (Mufti Besar Kesultanan) untuk mendampingi sultan

dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari. Keberhasilan Syekh Muhammad

Arsyad al-Banjari dalam mendirikan pendidikan Islam telah melahirkan ulama-

ulama baru yang turut serta dalam mengembangkan Islam dengan syiar dan

dakwah Islam di Kalimantan, di antaranya Syekh Syihabudin, Syekh Abu Za’ud

(keduanya putra al-Banjari), dan Syekh Muhammad As’ad (cucu al-Banjari).41

Selain hal di atas Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari juga telah menulis

beberapa kitab ajaran-ajaran agama Islam yang murni dan benar sebagai pegangan

dan pedoman bagi umat Islam. Di antara kitab-kitabnya yang terkenal dan

menjadi rujukan dakwah adalah, Kitab Usuluddin, Luqthatul 'AjIan fi Bayan Haid

wa istihadhati wa nifas al-Niswan (kitab tentang Haid dan Nifas), Kitab Tuhfat

al-Raghibin (pemberian bagi orang-orang yang gemar, kitab ini berisi tentang

masalah tauhid), Kitab al-Qawl al-Mukhtasar fi 'Alamat al-Mahdi al-

Muntazar (kitab tentang ringkasan tanda-tanda datangnya Imam Mahdi), Kitab

Ilmu Falak, Kitab al-Nikah, Kitab Kanzul Ma'rifah, Kitab Sabil al-Muhtadin.

Kitab Perukunan (rukun-rukun, yang tersimpul dalam rukun Islam dan rukun

40 Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19, (Jakarta:Bulan Bintang 1994), h. 94.

41 Kesultanan Banjar Ensiklopedia Islam, h. 229.

Page 54: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

43

Iman), merupakan bukti dari pengaruh Syekh Arsyad al-Banjari. Hingga kini kitab

ini masih digunakan di kampung-kampung Banjarmasin.42

Sebagai kata penutup dalam bab ini, maka telah dapat diketahui bahwa,

Banjarmasin yang awalnya merupakan suatu kampung orang Melayu, menjadi

pelabuhan yang disinggahi oleh para pedagang-pedagang Muslim, menjadi kota

Muslim dan berlanjut menjadi kota kerajaan. Kesultanan Banjarmasin yang

terletak di tepi pantai ini telah memungkinkan sekali terjadinya kontak sosial

dalam masyarakat.

Sultan dan masyarakat mengembangkan agama Islam, dengan demikian

agama Islam di Kesultanan Banjarmasin mangalami perkembangan yang cukup

menyeluruh di segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.

terlebih lagi setelah kedatangan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, kesadaran

agama Islam di kalangan kerajaan dan penduduk awam telah diperdalam dengan

intensitasnya yang besar sehingga melahirkan suatu perkembangan Islam di

Kesultanan Banjarmasin.

42 Daud, Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, h.54.

Page 55: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

44

BAB IV

PERAN KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS

PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD XVIII

Dalam bab ini, akan membahas mengenai tiga pembahasan. Pertama akan

diawali dengan melihat latar belakang munculnya Kesultanan Banjarmasin pada

abad XVII. Kedua, akan melihat seberapa jauh peran Kesultanan Banjarmasin

dalam mengembangan perdagangan pada abad XVIII dengan melihat dua faktor,

yaitu kebijakan Sultan terhadap perdagangan dan Sultan sebagai pemain aktif

dalam perdagangan. Dibagian akhir akan dijelaskan kemunduran perdagangan

yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan yang terjadi dikalangan istana.

A. Tumbuhnya Perdagangan di Kesultanan Banjarmasin Sebelum Abad

XVIII

Kesultanan Banjarmasin tumbuh sebagai bandar perdagangan di Nusantara

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, pertama, dijadikannya Banjarmasin

sebagai sebuah daerah taklukan Demak. Hal ini berakibat mulai dikenalnya

wilayah Banjarmasin. Kedua, meluasnya ekspansi Mataram di pesisir pantai utara

Jawa pada pertengahan pertama abad XVII. Ketiga, penguasaan wilayah penghasil

lada oleh VOC di wilayah lain di Nusantara seperti, Banten, Palembang dan

Jambi. Hal ini mengakibatkan para pedagang mulai mencari daerah penghasil lada

di wilayah lain yang belum tersentuh oleh pengaruh VOC. Ketiga faktor tersebut

yang mengakibatkan Banjarmasin mulai dikenal sebagai bandar perdagangan di

Nusantara.

Page 56: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

45

Sebelum periode abad XVIII, Kesultanan Banjarmasin telah menjadi

sebuah kesultanan yang bercorak maritim di Kalimantan Selatan. Dalam beberapa

periode Kesultanan Banjarmasin masih merupakan daerah taklukan dari kerajaan-

kerajaan Jawa seperti, Demak dan Mataram. Supremasi Jawa terhadap

Banjarmasin lebih kepada faktor ekonomi. Karena Banjarmasin memiliki produk

hutan yang sangat baik seperti, damar, lilin, myrabolans untuk industri batik,

rotan, dan barang anyaman.1 Sedangkan Jawa sendiri telah dikenal sebagai

pemegang kekuasaan ekonomi yang paling besar sebagai daerah penghasil beras.

Selain itu, beras juga dianggap sebagai senjata politik yang dipegang oleh Jawa.2

Di Banjarmasin sendiri beras merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat.

Namun, di Banjarmasin beras hanya ditanam oleh orang Dayak pedalaman,

dimana surplus penanamanya juga sangatlah kecil sehingga kurang mencukupi

kebutuhannya sendiri dan perlu memasoknya dari Jawa.3

Hegemoni Jawa di Banjarmasin diawali dengan dijadikannya Banjarmasin

sebagai daerah taklukan dari Demak di tahun 1526. Seperti telah diketahui dalam

bab sebelumnya, adanya hubungan kesultanan Demak dengan Banjarmasin

diawali dengan hubungan antara Kesultanan Demak yang telah membantu

Pangeran Samudera untuk mengambil alih kekuasaannya yang telah diambil oleh

pamannya Pangeran Tumenggung.4

Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Sultan Trengganu (memerintah

1521-1546) telah mewajibkan Kesultanan Banjarmasin yang dipimpin oleh Sultan

1 B.J.O. Schrieke, Indonesian Sociological Studies, vol. I (Bandung: The Hague vanHoove, 1955), h. 29.

2 P. Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, K. G.Treganning, ed., Journal of Shoutheast Asian History, vol. IV (Singapore: 1964), h. 50-51.

3 Ibid.4 Lihat Bab III,” Masuknya Islam ke Banjarmasin”

Page 57: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

46

Suriansyah (m. 1526-1550) memberikan upeti kepada kesultanan Demak antara

lain berupa intan, emas dan hasil hutannya. Selama berada di bawah kekuasaan

Demak, dengan dibantu kekuatan militer dari Demak, Kesultanan Banjarmasin

berhasil menaklukan daerah-daerah di pedalaman seperti Sukadana, Sambas,

Sampit, dan Mendawai.5

Penguasaan Demak atas Kesultanan Banjarmasin akhirnya berakhir,

ketika kekuasaan Demak yang dipegang oleh Sultan Trengganu berpindah kepada

Sultan Prawata (m. 1546-1561). Pada masa pemerintahan Sultan Prawata

merupakan zaman kekacauan dan perpecahan.6 Karena lemahnya kekuatan

administratif yang dipimpin oleh Sultan Prawata mengakibatkan wilayah-wilayah

taklukan akhirnya melepaskan diri dari kesultanan Demak pada akhir abad XVII,

termasuk juga Banjarmasin.7 Selama kurang lebih 20 tahun Kesultanan

Banjarmasin berada di bawah hegemoni dari kesultanan Demak. Selama di bawah

hegemoni Kesultanan Demak, Kesultanan Banjarmasin baru mulai dikenal

sebagai bandar dagang yang telah disinggahi oleh para pedagang Cina dan Jawa.8

Di permulaan abad XVII, dengan kekuatan armada darat dan lautnya yang

kuat, kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung (m. 1613-46), dapat

menguasai kerajaan-kerajaan pantai di Jawa seperti, Jepara, Cirebon, Tuban, dan

Gersik, Sultan Agung melanjutkannya hingga ke seberang laut yakni Kalimantan.9

Pada tahun 1622, dengan menggunakan kekuatan lautnya Sultan Agung

5 J.J. Ras, Hikayat Banjar: a Study in Malay Historiography (The Hague: MartinusNijhoff), h. 430-440.

6 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia III (Jakarta: BalaiPustaka, 1993), h. 36.

7 Ibid.8 M. Idwar Saleh, Banjarmasih, (Banjarmasin: K.P.P.K. Balai Pendidikan Guru, 1975), h.

39.9 Melink-Roelofsz, Asian Trade and European Influence in Indonesian Archipelago

Between 1500 and about 1630 (The Hague: Martinus Nijhoff), h. 269.

Page 58: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

47

melancarkan penyerangan yang pertama ke Sukadana yang dengan mudah dapat

ditundukkan. Pada tahun 1631 beredar rumor bahwa Kesultanan Mataram akan

menaklukan Banjarmasin sebagai target selanjutnya. Untuk mencari kekuatan

baru agar tidak di kuasai oleh Kesultanan Mataram, Kesultanan Banjarmsin

menjalin hubungan dengan Belanda. Namun, karena kuatnya Kesultanan

Mataram, pada tahun 1637 Kesultanan Banjarmasin memilih berdamai dengan

Mataram dan menyatakan diri sebagai daerah taklukan Mataram.10 Pengakuan

Banjarmasin sebagai daerah taklukan Mataram ditandai dengan pengiriman utusan

Banjarmasin yang membawa upeti untuk Mataram pada tahun 1641.11

Pada akhir tahun 1650-an, Banjarmasin dan Sukadana menghentikan

pemberian upeti kepada Mataram. Pada tahun 1661 Sukadana menyatakan diri

sebagai daerah taklukan Banjarmasin dan berjuang bersama Banjarmasin untuk

melawan Mataram.12 Kebijakan yang dijalankan oleh Sultan Mataram

Amangkurat I (m. 1646-1677), telah memberikan banyak keuntungan untuk

Kesultanan Banjarmasin. Sentralisasi administrasi yang dilakukan oleh Sultan

Amangkurat I, dengan cara menghancurkan pusat-pusat perdagangan di pesisir

wilayah Jawa Timur agar hanya beralih kepada Mataram, telah mengakibatkan

migrasi yang besar ke wilayah Banjarmasin. Banjarmasin menjadi penampung

baik pedagang dari kota-kota pesisir Jawa termasuk aktifitas perdagangan

mereka.13 Gelombang baru dari pengungsi yang datang ke Banjarmasin semakin

10 H.J. de Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Saultan Agung, (Jakarta:Pustaka Uatama Grafiti, 1990), h. 288-289.

11 Utusan Banjarmasin yang dikirim ke Mataram untuk penyerahan upeti membawamerica, rotan, barang-barang anyaman, dan lilin. Kemudian sebagai imbalannya Sultan Matarammengirim beras, gula, asam, garam, bawang merah dan sebagainya. Ibid., 290.

12 H.J. de Graaf, Disintegrasi Mataram di bawah Mangkurat I (Jakarta: Pustaka Grafiti,h.78.

13 A.A. Cense, De Kroniek van Bandjarmasin (Santpoort, 1928), h. 117.

Page 59: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

48

bertambah sejak pecah perang Makassar, di antaranya banyak pedagang Melayu

yang datang.

Faktor yang sebelumnya, adalah kedatangan para pedagang Cina ke

Banjarmasin untuk pembelian lada. Patani dan Banten merupakan penyuplai

terbesar permintaan lada Cina. Namun di awal dekade abad ketujuhbelas, Cina

mendapat rintangan pada bandar dagang Banten dan Patani. Di Patani, suplai lada

dihentikan ketika perkebunan lada dirusak oleh Kesultanan Aceh karena

persaingan dengan bangsa Belanda untuk memperoleh monopoli lada di Patani,

yang akhirnya pada tahun 1615, Belanda beralih ke Jambi. Dan berhasil

menguasai Jambi, dan penyuplai lainnya seperti Palembang, Pidie juga telah

berhasil dikuasai Belanda.14

Di Banten, pemboikotan terhadap lada yang dilakukan oleh Belanda

benar-benar mempengaruhi penyuplaian lada: pada 1620-1628, pemboikotan

Belanda terhadap lada Banten mengakibatkan beralihnya pengolahan lada ke

pertanian. Pada sekitar tahun 1610, kebijakan perdagangan bebas yang dijalankan

oleh Sultan Ranamanggala (m. ? – 1624)15 tidak disenangi oleh Belanda, yang

ingin menerapkan sistem monopoli perdagangan lada di Banten. Setelah, Belanda

berhasil memperkuat kedudukannya di Batavia pada tahun 1618, Belanda mulai

menerapkan kebijakan pengepungan pelabuhan Banten dan memblokade setiap

kapal yang akan menuju Banten agar beralih ke Batavia.16

14 Schrieke, Indonesian Sociological Studies, vol I, h. 54-55.15 Tidak diketahui berapa lama Ranamanggala memerintah. Ranamanggala sebelum

menjadi sultan menjabat sebagai Mangkubumi, yang pada akhirnya diangkat menjadi wali sultan,karena yang seharusnya menjadi sultan adalah Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir (1624-1651)yang masih belum cukup umur. Lih, Heriyanti Ongkodharma Untoro, Kapitalisme Pribumi AwalKesultanan Banten 1522-1604 (Depok: Komunitas Bambu, 2007). h. 36-37.

16 Claude Guillot, Banten: Sejarah dan Peradaban Abad (X-XVII),Penerjemah: Hendrasetiawan dkk (Jakarta: KPG, 2008), h. 249.

Page 60: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

49

Akibat pemblokadean Belanda terhadap Banten, Sultan Ranamanggala

pada akhirnya mengambil keputusan untuk mengubah pertanian negerinya dengan

menanam padi dan ubi. Karena, menurutnya selama masih ada lada, Belanda akan

terus melancarkan pemblokadean terhadap Banten. Dampak dari kebijakan ini

telah mengakibatkan para pedagang yang ingin ke Banten untuk mendapatkan

lada akhirnya beralih ke tempat lain.17

Peristiwa tersebut di atas mendorong produksi lada di Banjarmasin,

meningkatnya produksi lada di Banjarmasin telah mendorong para pedagangan

tidak hanya Cina tetapi juga Belanda, Inggris, Portugis, Denmark, Jawa dan

Makassar jumlahnya mulai meningkat berdatangan ke Banjarmasin. Kombinasi

yang secara kebetulan bagaimanapun kemudian meningkatkan Banjarmasin ke

posisi pusat perdagangan terpenting di Nusantara pada pertengahan abad

ketujuhbelas.18

B. Peran Kesultanan Banjarmasin Dalam Lintas Perdagangan Nusantara

Abad XVIII

Situasi dan kondisi seperti telah disebutkan di atas, agaknya telah

memberikan kesempatan baik bagi Kesultanan Banjarmasin di awal abad XVIII

untuk mengembangkan perdagangan. hal ini terbukti dari usaha Sultan melakukan

ekspansi ke wilayah pedalaman yang merupakan sumber komoditi perdagangan.

Dengan penguasaan daerah seperti, Kutai, Pasir, Kotawaringin, Sambas dan

17 Ibid., h. 250.18 Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, h. 52.

lihat juga Han Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo, 1600-1880 (Leiden: KITLV Press, 2001), h. 67-68.

Page 61: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

50

lainnya,19 melalui wilayah-wilayah taklukan inilah sumber ekonomi pusat

kekuasaan induk mendapatkan sokongan baru, baik dalam bentuk barang, jasa-

tenaga, maupun pajak. Daerah ini pada gilirannya juga dapat dijadikan ujung

tombak bila sewaktu-waktu ada serangan dari luar.

Daerah yang ditaklukan dibagi-bagi di antara keluarga sultan atau para

bangsawan dengan menggunakan hukum adat atau tradisi, setelah itu sultan dan

para bangsawan memerintahkan rakyat menanam komoditi perdagangan yang

amat dibutuhkan yaitu lada. Lada merupakan barang ekspor yang paling utama di

Banjarmasin.20

Hal lain yang mendorong ramainya perdagangan di Banjarmasin adalah

karena sikap sultan yang memperlakukan para pedagang asing dengan baik. Sikap

sultan Banjarmasin terhadap para pedagang menurut sumber Cina termasuk sangat

baik.21 Sultan selalu berusaha agar para pedagang itu dapat berdagang dengan

aman dan memperoleh pelayanan yang sebaik-baiknya. Untuk itu ia melarang

putra-putranya, yang dikatakan cukup banyak, keluar rumah menggangu mereka.

Oleh sebab itu tidak mengherankan bahwa pada abad XVIII, pelabuhan

Banjarmasin banyak dikunjungi oleh pedagang dari berbagai daerah. Seperti

pedagang Melayu, Jawa, Bugis, Cina, Arab, Portugis, Belanda, Inggris dan

Denmark.22

Kesultanan Banjarmasin yang telah menjadi sebuah negeri yang bertumpu

pada perdagangan sebagai sumber mata pencaharian. Maka, tentunya di negeri

19 Cense, De Kroniek Van Banjarmasin, h. 109.20 Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo, 1600-

1880, h. 263.21W.P. Groeneveldt. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Penerjemah Gatot Triwira

(Depok: Komunitas Bambu, 2009), h. 150.22 Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo, 1600-

1880, h. 68.

Page 62: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

51

Kesultanan Banjarmasin akan terjadi suatu aktifitas perdagangan yang meliputi

pertukaran barang eksport dan Import, penggunaan alat tukar barang dan terkait

juga dengan pelaksanaan perdagangan.

1. Jenis Barang Ekspor dan Impor

Sejalan dengan penyebaran barang perdagangan yang diduga dibuat di

dalam maupun di luar kesultanan, maka didapatkan sistem ekspor dan impor.

Sistem ekspor dimaksudkan adalah penjualan barang-barang keluar wilayah dari

Kesultanan Banjarmasin. Baik berupa hasil pertanian dan non-pertanian.

Sedangkan sistem impor adalah penjualan barang-barang yang didatangkan dari

luar wilayah kekuasaan Kesultanan Banjarmasin, baik berupa bahan makanan

seperti beras, benda seni seperti keramik yang didatangkan dari Cina, dan

peralatan sehari-hari.

Mengacu pada sumber-sumber yang ada saat ini. Sulit sekali untuk

mendapatkan rincian tertulis mengenai komoditi ekspor dan impor di

Banjarmasin. telah diketahui bahwa pada umumnya barang yang diekspor oleh

Kesultanan Banjarmasin antara lain, lada, damar, lilin, sarang burung, kayu ulin,

rotan, emas dan intan. Kesulitan data ini mengakibatkan pengambaran komoditi

ekspor dan impor ini hanya di pilih beberapa saja. Dari sumber yang ada, barang

ekspor antara lain lada, intan, rotan dan tembikar. Barang impor yaitu beras.

Lada. Kebutuhan akan lada ini agaknya seiring dengan berbagai manfaat

yang terkandung di dalam biji lada. Khasiat biji lada ini sangat banyak, antaranya

untuk pengobatan, penyedap makanan dan sebagai sumber minyak lada. Karena

hal inilah banyak pedagang asing ataupun Nusantara bersaing dalam pencarian

wilayah penghasil lada. Setelah Portugis berhasil mendapatkan monopoli lada di

Page 63: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

52

pantai barat India di Abad ke XV, karena kondisi inilah banyak pedagang Arab

dan India mencari lada ke berbagai pulau di Nusantara. Akibatnya budidaya lada

berkembang pesat, di Sumatera, Pidie, Pariaman, Silebar, Indrapura, Jambi,

Indragiri, Kampar, Palembang dan Lampung. Di pulau Jawa Banten dan

sekitarnya, dan lebih belakangan di Kalimantan yaitu Banjarmasin.23

Di abad XVIII Kesultanan Banjarmasin makin meningkatkan penanaman

ladanya di wilayah pedalaman. Ekspansi yang di lakukan Kesultanan Banjarmasin

ke wilayah pedalaman, telah menambah daerah penghasil lada. Wilayah penanam

lada yang telah ada lebih awal seperti Martapura, khususnya diwilayah sekitar

Riam Kiwa dan Riam Kanan. Dari sini, penanaman meluas hingga ke wilayah

Hulu Sungai dan Tanah Laut. Wilayah lain yang tidak kalah penting sebagai

penghasil lada adalah Amandit, Pemangkih, Tapin, dan Kelua. Sekitar

pertengahan abad XVIII, wilayah sekitar Hulu Sungai telah menjadi daerah

terpenting penghasil lada hingga membanjiri wilayah kota Negara dan Amuntai

yang menjadi pusat transit barang perdagangan dari pedalaman.24

Besaran hasil lada ini dapat diketahui dengan melihat berapa banyak hasil

lada yang telah di ekspor oleh Kesultanan Banjarmasin kepada pedagang Belanda

dan CIna. Dari data yang ada pada tahun 1747-1761 Belanda telah membawa lada

dari Banjarmasin sebanyak 83.276 pikul (20.819 ton) dan Cina sekitar 32.213

pikul (8.053,25 ton),25 perbedaan lada yang dibawa antara VOC dan Cina pada

tahun ini dikarenakan Kesultanan Banjarmasin telah melakukan perjanjian dengan

23 J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society (The Hague/Bandung: Van Hoeve, 1955),h. 101-102.

24 Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo, 1600-1880, h. 260.

25 J.C. Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de Eeuw,(Leiden: Dubbeldeman, 1935), h. 192.

Page 64: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

53

VOC, yang telah menjadikan Cina hanya boleh mengangkut lada hanya dengan

satu jung saja dan pedagang Cina juga dibatasi hanya boleh datang ke

Banjarmasin 1-2 kali per-tahun.26

Dalam transaksi pembelian lada, para penanam lada tidak dapat

menentukan harga, yang menentukan harga adalah sultan. sultan biasanya

membeli lada dari pedalaman sekitar 2 real Spanyol untuk setiap pikul (125 kg),

Sultan biasanya menjual lada kepada VOC sekitar 6 real Spanyol, untuk setiap

pikul. Lada akan semakin meningkat harganya apabila sultan menjualnya kepada

para pedagang Cina yang membayar 8 real Spanyol untuk setiap pikulnya.27 Ini

berarti sultan mendapatkan keuntungan sekitar 4 sampai 6 real Spanyol untuk

setiap pikul lada, atau sekitar 100-200% dari harga beli.

Besarnya keuntungan yang didapat dari perdagangan lada telah

menjadikan raja dan para bangsawan cepat kaya, lada sangat laku dan banyak

membawa keuntungan. Kekayaan ini tercermin dari gaya hidupnya. Misalnya,

menurut berita Cina sultan Banjarmasin memiliki ratusan dayang-dayang yang

berpakaian indah-indah. Kalau raja berpergian, maka ia naik gajah dan diiringi

oleh pengiring yang membawa pakaian, sepatu, pusaka kerajaan dan tempat-

tempat sirih.28 berita lain menyebutkan, karena perdagangan lada inilah sultan

sering mengadakan pesta besar, membiayai kehidupan istana dan keluarganya

setiap hari, membiayai pengawal dan membangun istana yang indah. Kemewahan

26 Surat-surat Perjanjian antara Kesultanan Banjarmasin dengan Pemerintahan VOC,Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia Belanda 1635-1860 (Jakarta: ANRI, 1965), h. 36 dan 41.

27 Tidak diketahui dengan jelas mengapa sultan memberi harga berbeda, namun data inidiambil dari Surat-surat antara kesultanan Banjarmasin dengan Belanda, yang di dalamnyamenyatakan harga yang dijual untuk VOC adalah 6 real Spanyol dan Cina 8 real Spanyol untuksetiap pikul lada. Lih. Ibid.

28 Groeneveldt. Nusantara dalam Catatan Tionghoa, h. 149.

Page 65: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

54

ini telah disaksikan oleh utusan VOC, Andreas Pravinci yang datang ke

Kesultanan Banjarmasin pada tahun 1756.29

Intan. Beralih dari hasil pertanian, barang ekspor yang paling dikenal dari

Banjarmasin adalah hasil pertambangan intannya. Intan merupakan bahan

tambang yang telah dikenal sejak dahulu. Tidak diketahui kapan awal

penambangan intan ini dilakukan. Intan adalah barang tambang yang

dimanfaatkan untuk pembuatan perhiasan seperti cincin, kalung ataupun gelang.

Penambangan intan ini telah banyak dilakukan di wilayah Martapura.30

Pada periode perdagangan abad XVIII intan hanya disuplai oleh para

pedagang besar saja seperti Cina dan Eropa. Belanda misalnya, pernah membawa

intan dari Banjarmasin ke Amsterdam untuk diolah menjadi perhiasan. Namun,

semenjak ditemukannya sumber intan di Afrika Selatan, eskpor intan dari tempat

ini lambat laun terhenti.31 Selain Belanda, para pedagang Cina juga telah

menyuplai intan Banjarmasin ke Cina, diperkirakan 10.000 intan pernah dikirim

ke Cina. 32

Rotan. Hasil ekspor lain yang juga cukup menarik bagi pedagang asing

adalah produk hutan dari Banjarmasin. Kawasan Kalimantan Selatan adalah

wilayah yang kaya akan hasil hutannya, karena luasnya areal hutan di wilayah ini.

Wilayah yang paling banyak menghasilkan hasil hutan berupa rotan diketahui

ialah Riam Kiwa dan Riam Kanan, selain itu juga tanah laut dan Pulau laut,

wilayah inilah yang dikenal sebagai penghasil rotan dengan kualitas terbaik.33

29 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1774-1787(Tesis Fakultas Pascasarjana UI, Depok: Universitas Indonesia, 1991), h. 67.

30 Carl Bock, The Head-hunters of Borneo (London: Sampson and Low, 1882), h. 170.31 Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo. h. 261.32 Ibid.33 Ibid.

Page 66: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

55

Pada abad XVIII, para pedagang Cina dan Eropa mulai tertarik terhadap

produksi hutan ini.34 Meskipun perdagangan rotan ini muncul tidak terlalu

signifikan, dikarenakan tertutup oleh perdagangan lada saat itu. Namun rotan juga

tercatat sebagai komoditi eskpor dari Kesultanan Banjarmasin. Tercatat dari tahun

1724-1777 Banjarmasin telah mengeskpor rotan ke Makassar sebanyak 581

ikat,35 kemudian di tahun 1788 dan 1789, rotan yang dihasilkan Banjarmasin

sebanyak 200.000 ikat, ini dikirim untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah

lain Nusantara, Cina dan VOC.

Tembikar. merupakan salah satu barang ekspor Kesultanan Banjarmasin

lainnya. Kendati barang ekspor ini bukanlah sebuah barang produksi yang

dihasilkan oleh Banjarmasin melainkan didatangkan dari Cina. Barang tembikar

ini merupakan salah satu barang yang banyak diminati oleh para pedagang yang

berasal dari Makassar. Pada tahun 1720-an Banjarmasin penting sekali bagi

Makassar. Perngiriman barang tembikar dari tanah, khususnya mangkuk, piring

dan pot, dikirim ke Makassar sekitar 33.000 buah per-tahun.36

Beras. Barang impor terpenting yang didatangkan dari luar contohnya

adalah beras. Beras merupakan salah satu hasil pertanian terpenting. Untuk

masyarakat Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi

sehari-hari. Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, beras merupakan

salah-satu komoditi perdagangan yang didatangkan dari luar Banjarmasin,

pembelian beras dari luar ini diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk

di Kesultanan Banjarmasin.

34 Groeneveldt. Nusantara dalam Catatan Tionghoa., h. 150.35 Gerrit Knaap dan Heather Sutherland, Monsoon Traders: Ships, Skippers and

Commodities in Eighteenth-Century Makassar (Leiden: KITLV, 2004), h. 241.36 Gerrit J. Knaap, Shallow Waters, Rising Tide; Shipping and Trade in Java around 1775

(Leiden: KITLV, 1996), h. 122-124.

Page 67: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

56

Di Banjarmasin penanaman beras diusahakan oleh penduduk di daerah-

daerah rendah aluvial sepanjang sungai Bahan dan cabangnya, disamping itu

Amuntai juga telah menjadi daerah penghasil beras yang setiap panen

menghasilkan beras sebanyak kurang lebih 119.712 kg.37 Namun penanaman

beras ini hanya mencukupi kebutuhan akan bahan makanan daerah pedalama

sekitar Banjarmasin saja, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan makanan di

wilayah pantai atau wilayah sekitar pelabuhan yang telah banyak ditempati oleh

para pedagang mengakibatkan Kesultanan Banjarmasin harus mengimpornya dari

wilayah lain.

Pada abad XVII, Kesultanan Banjarmasin lebih banyak memasok beras

dari Jawa, khususnya dari Mataram. Pasokan beras ini dibeli dari beberapa

wilayah seprti Jepara, Tuban, Pajang, dan Mataram. Di abad XVII, Jepara telah

menjadi sebuah gudang beras karena dari tempat inilah beras telah diekspor ke

berbagai daerah di Nusantara termasuk Banjarmasin.38

Pada abad XVIII, semakin bertambahnya para pedagang dari luar,

mengakibatkan Kesultanan Banjarmasin tidak hanya memasoknya dari Jawa,

namun juga dari Makassar. Sekitar tahun 1724-1726 Makassar telah mengimpor

beras ke Banjarmasin sekitar kurang lebih 312 pikul dan di tahun 1774-1777,

jumlahnya menurun hanya sekitar 213 pikul.39 Selain beras impor dari Makassar

antara lain, garam, agar-agar, pakaian Bugis dan Pakaian Selayar.

37 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787, h.28.

38 J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society Essays in Asian Social and EconomicHistory (The Hague/Bandung: W. van Hoeve, 1960), h. 207-209.

39 Gerrit Knaap dan Heather Sutherland, Monsoon Traders: Ships, Skippers andCommodities in Eighteenth-Century Makassar, h. 241.

Page 68: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

57

Selain beras Banjarmasin juga mengimpor porselin, garam, teh dan budak.

Barang-barang ini didatangkan terutama oleh para pedagang dari Cina, Jawa dan

Makassar. Tidak didapatkannya banyak data mengenai komoditi impor di

Kesultanan Banjarmasin namun komoditi tersebut sangat bernilai penting untuk

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal di Kesultanan Banjarmasin.

Semua barang ekspor dan impor tersebut sangatlah berpengaruh bagi

kehidupan Kesultanan Banjatmasin dan masyarakatnya. Karena misalnya, ekspor

lada yang telah mendatangkan kemakmuran bagi Kesultanan Banjarmasin, dan

impor beras yang amat penting peranannya untuk memenuhi kebutuhan makanan

pokok masyarakat Banjarmasin. Kesemuanya itu merupakan barang-barang yang

diperdagangkan di Banjarmasin.

2. Alat Tukar Perdagangan

Di Banjarmasin juga telah dikenal penggunaan mata uang yang telah di

gunakan sebagai alat transaksi pembelian suatu barang. Namun, berbeda dengan

Aceh pada zaman Iskandar Muda (m. 1607-1636), yang menggunakan mata uang

kesultanan yang dibuat oleh pemerintah yang berupa mata uang emas untuk

menggantikan mata uang real Spanyol.40 Sedangkan di Banjarmasin tidak

ditemukan penggunaan mata uang seperti ini.41

Kesultanan Banjarmasin sama seperti bandar dagang di Nusantara lainnya,

bertransaksi dengan penggunaan mata uang real Spanyol,42 terkadang juga

40 Denys Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) (Jakarta:Kepusatakaan Populer Gramedia, 2006), h. 152-156.

41 Walaupun diperkirakan orang-Orang Inggris telah memasuk Timah ke Banjarmasinyang biasa digunakan untuk pembuatan uang. Namun di Banjarmasin tidak ditemukan penggunaanmata uang lokal seperti di Aceh. Lihat, Anthony Reid, Dari Ekspansi Hingga Krisis: JaringanPerdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680, Penerjemah: R.Z. Leirissa, P. Soemitro ed.,(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), h. 129.

42 Real Spanyol mata uang yang terbuat dari perak. Satu real = 6 ¼ dollar lihat, Van Leur,Indonesian Trade and Society, h. 368.

Page 69: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

58

mengunakan mata uang gulden Belanda, karena hal ini lebih memudahkan dalam

transaksi baik didalam maupun keluar. Hal ini wajar karena mata uang real

Spanyol telah banyak beredar dan berlaku di berbagai tempat, seperti Malaka,

Banten, Sulawesi, Maluku dan tempat lain. Penggunaan mata uang real Spanyol

ini dapat dilihat ketika sultan menjual komoditi perdagangannya, seperti telah

disebutkan di atas.

3. Sultan dan Pelaksanaan Perdagangan

Perdagangan yang terjadi di Kesultanan Banjarmasin, baik secara langsung

maupun tidak langsung pasti akan melibatkan tenaga kerja. Tenaga kerja ini bisa

tenaga kerja kasar dan tenaga kerja halus, atau tenaga kerja administrasi

pemerintahan. Dalam masalah tenaga kerja ini hanya akan menjelaskan tenaga

kerja yang hanya terbatas pada tingkat pemerintahan, walaupun dalam mekanisme

kerjanya tidak dapat lepas dari tenaga kerja kasar.

Guna menanggulangi berbagai masalah dalam perdagangan di Pelabuhan,

sejak awal berdirinya Kesultanan Banjarmasin sudah berupaya memanfaatkan

berbagai tenaga kerja yang bergerak di sektor administrasi.

Untuk mengurus masalah hubungan dengan pedagang asing maka

Kesultanan Banjarmasin menugaskan kepada Syahbandar. Peran Syahbandar

sebagai kepala pelabuhan memegang peran penting bagi perkembangan suatu

pemerintahan, jadi bisa diartikan syahbandar bertindak sebagai duta besar dari

istana.

Tugas dari Syahbandar sendiri antara lain, sebagai perantara antara raja

dan orang asing, bertugas memperjuangkan agar kepentingan orang asing

diperhatikan penuh oleh pemerintah setempat, selain itu Syahbandar bertindak

Page 70: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

59

juga sebagai hakim, karena menjalankan peradilan istimewa terhadap perkara

yang menimpa orang asing dan berhak membuat kontrak-kontrak dengan orang

asing.43

Proses hubungan antara sultan dengan orang asing lewat Syahbandar Kyai

Martajaya misalnya dapat diketahui pada tahun 1747, kedatangan utusan VOC

Van den Burg. Setelah sampai di Pelabuhan, rombongan segera bertemu dengan

Syahbandar untuk menyampaikan maksud kedatangannya dan meminta izin untuk

menyampaikan surat kepada sultan. Syahbandar memberitahukan maksud itu

kepada sultan melalui seorang utusan. Proses itu menghabiskan waktu beberapa

hari, setelah mendapat persetujuan sultan, maka beberapa hari kemudian

Syahbandar kyai Martajaya mengantar utusan itu dengan perahu milik sultan

untuk menghadap ke istana. Perundingan dihadairi oleh Syahbandar, Dewan

Mahkota dan sultan. ini berarti Syahbandar mengetahui jelas permasalahan

mengenai hubungan sultan dengan orang asing.44

Jadi dapat diasumsikan tumbuh kembangnya perdagangan sangat

ditentukan oleh fasih tidaknya seorang Syahbandar menangani kaum pendatang

tersebut. Jika ditengok lebih dalam maka jasa yang telah diberikan oleh

Syahbandar bertujuan akhir mendatangkan keuntungan di pihak kesultanan, baik

dari pajak masuk maupun dari pelayaran berupa kemudahan-kemudahan yang

diperoleh oleh bangsa asing dinegeri tersebut.

Setelah mendapatkan izin, lebih lanjut transaksi perdagangan pun

dilakukan. Transaksi ini berlangsung, setelah terjadi penawaran terhadap barang

dagang, maka sultan akan mangirim contoh barang yang akan dijual. Persetujuan

43 Purnadi Purbatjaraka, Shahbandars in the Archipelago,JSAH, Vol: 2, 1961 h. 1-8.44 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787, h.

73-74.

Page 71: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

60

mengenai barang dagang biasanya diikuti oleh pengiriman barang dari pedalaman

ke pelabuhan. Pengiriman barang dari pedalaman ke pelabuhan ini biasanya

dilakukan pada musim kering menjelang musim hujan, karena saat itulah jalur

dari pedalaman ke pelabuhan lebih mudah dilalui karena terhindar oleh banjir. 45

Barang yang di bawa dari pedalaman tadi akan sampai kepada Syahbandar

dan pembongkaran muatan dilakukan oleh sejumlah pekerja upahan yang disebut

kuli. Kemudian barang tersebut diperiksa untuk memastikan keadaanya. Setelah

sepakat maka pembayaran langsung dilakukan.46

Selain dari Syahbandar, golongan istana yang berperan sebagai distributor

atau pengangkut barang dari pedalaman adalah mantri (kepala daerah).47 Pada

setiap musim panen lada misalnya, sultan akan membeli lada melalui perantara

mantri terlebih dahulu selanjutnya di pedalaman mantri mendapatkan hasil lada

dari para pembekal (kepala desa), pembekal ini bertugas untuk mengawasi

pelaksanaan pengolahan kebun lada milik sultan dan penyerahan wajib ke istana

melalui perantara para mantri.48

Pola perdagangan di Banjarmasin pada waktu itu menunjukan corak yang

sama dengan perdagangan yang dilakukan oleh wilayah lain di kepulauan

Nusantara pada umumnya. Perdagangan barang dalam jumlah banyak dikuasai

oleh golongan penguasa, serta perdagangan barang yang lebih sedikit jumlahnya,

45 Ibid., h. 78.46 Ibid.47 Mantri adalah pejabat tinggi istana yang berkedudukan di pusat maupun daerah.48 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787, h.

65.

Page 72: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

61

dijajakan secara berkeliling disepanjang pantai sampai ke pedalaman yang

dilakukan oleh pedagang pengecer yaitu para penduduk Banjarmasin itu sendiri.49

Pada sekitar tahun 1707, disepanjang tepi pantai terdapat pasar tempat

terjadinya trasaksi jual-beli antara penduduk Banjar dan pedagang dari luar yang

berdatangan di Banjarmasin. Pasar itu merupakan tempat berkumpulnya para

pedagang yang membentuk deretan di tepi pantai sambil menjajakan barang

dagangannya.50 Selain pedagang Banjar, pedagang Cina juga banyak berjualan di

tempat ini.

Adapun beberapa cara perdagangan di Banjarmasin adalah sebagai

berikut;

1. Jual beli barang dilakukan di pasar

2. Para pedagang membeli barang perdagangan di rumah-rumah penduduk,

yang telah menyediakan barang perdagangannya di serambi depan.

3. Untuk para pedagang asing harus menggunakan kontrak pembelian barang

dengan sultan melalui Syahbandar.51

C. Hubungan Perdagangan Banjarmasin Dengan Bangsa Lain

Dalam sebuah lintas perdagangan, akan didapati keterlibatan berbagai

kelompok bangsa yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi suatu kota

perdagangan. Karena mereka itu merupakan pemain yang aktif dalam

perdagangan baik lokal maupun internasional. Hal ini telah menjadikan sebuah

49 William Milburn, Oriental Commerce: Containing a Geographical Description of theprincipal Places in The East Indies, China, and Japan, with their Produce, Manifacture, andTrade (London 1813), h. 415.

50 Daniel Beeckman, A Voyage to and From the Island of Borneo, in the East-Indies(London. 1718), h. 233.

51 Ibid., 105-139.

Page 73: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

62

kota perdagangan yang bersifat pluralistik menjadi titik temu antar bangsa-bangsa

dari seluruh wilayah.52

Pada awal abad XVIII, yang merupakan puncak kemakmuran Kesultanan

Banjarmasin, telah banyak didatangi oleh berbagai bangsa yang ikut meramaikan

perdagangan. Seringnya mereka melakukan perdagangan, lambat laun mereka

berdomisili di Banjarmasin. Berbagai bangsa itu datang dari kawasan sekitar

Nusantara maupun asing, antara lain bangsa: Cina, Siam, Johor, Jawa, Arab,

Sunda, Palembang, Pegu, Kedah, Kamboja, Bangka, Brunei, Bugis, Maluku,

Jambi, Aceh, Portugis, Inggris dan Belanda.53

Jika melihat dari data yang ada dalam abad XVIII, dari semua bangsa di

atas, bangsa Cina, Bugis dan Eropa-lah yang memiliki peran yang amat berarti

bagi perdagangan di Kesultanan Banjarmasin. Peran penting ini dapat dilihat dari

sejauh mana mereka dapat memainkan pengaruh dalam faktor ekonomi dan

politik. Dengan alasan tersebut maka di bawah ini hanya akan menguraikan ketiga

bangsa tersebut.

1. Bangsa Cina

Kehadiran kapal-kapal Cina di Pelabuhan Banjarmasin sekurang-

kurangnya sudah ada pada abad XV. Pada umumnya orang-orang Cina membawa

porselin, teh, kain sutera, dan beras serta membeli lada dan hasil hutan, tripang,

agar-agar yang dibawa dari pedagang Makassar serta rempah-rempah dari

Maluku. Karena mereka memiliki modal yang kuat maka mereka mampu

menyewa perahu kecil dari penduduk untuk digunakan berlayar sampai ke

52 Reid, Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara1450-1680, h. 88.

53 R.Z. Leirissa, Sejarah Sosial Daerah Kalimantan Selatan (Jakarta: DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi danDokumentasi Sejarah Nasional,1984), h.70.

Page 74: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

63

pedalaman. Disana mereka dapat menjual barang dagangannya kepada penduduk

di pedalaman.54

Pada tahun 1736 dengan izin Sultan Hamidullah (m. 1700-1734), orang-

orang Cina mendirikan perkampungan untuk tempat tinggal dekat pelabuhan

Tatas. Perkampungan orang-orang Cina ini dikepalai oleh seorang kapiten Cina

yang setiap bulan harus membayar sejumlah uang sewa kepada sultan.55

Disamping itu dalam keadaan mendesak misalnya terjadi perang, kapiten wajib

membantu sultan dengan meminjamkan perahu kepada sultan bila diperlukan.

Hubungan yang cukup erat dengan sultan merupakan salah satu mengapa sultan

pada belahan pertama abad XVIII mengangkat seorang Cina yang bernama Lin

Bien Ko sebagai Syahbandar yang berkedudukan di pelabuhan Tatas.56

2. Bangsa Bugis

Bangsa Bugis lebih dikenal sebagai pelaut yang ulung. Orang-orang Bugis

sudah datang dan menetap di Banjarmasin sejak masa Negara Dipa sekitar akhir

abad XV. Terutama pada pertengahan abad XVII migrasi orang Bugis di

Banjarmasin semakin ramai, karena dorongan untuk mencari pelabuhan bebas di

daerah lain sejak jatuhnya Makassar ke tangan VOC pada tahun 1624.57 Selain itu

keahlian orang Bugis sebagai pelaut dan karena letak pantai Banjarmasin yang

langsung berbatasan dengan selat Makassar, memudahkannya untuk datang ke

Banjarmasin.

54 Milburn, Oriental Commerce: Containing a Geographical Description of the principalPlaces in The East Indies, China, and Japan, with their Produce, Manifacture, and Trade, h. 414.

55 Tidak di dapatkan data mengenai besaran uang sewa yang diberikan orang Cina kepadaSultan.

56 James Urry, Goods for the Oriental Emperium: Beschrijving Van T Groot EijlandBorneo 1780. h. 401. Syahbandar yang dijabat oleh orang Cina ini dimasa Sultan Hamidullah(1700-1745), sedangkan Kyai Martajaya adalah Syhabandar pada masa Sultan Tamjidillahmemerintah (1747-1759).

57 Joginder Singh Jessay, Malaysian, Singapore, and Brunei 1400-1965 (Malaysia: T.np.1974), h. 141.

Page 75: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

64

Selain aktivitas perdagangan orang Bugis di banjarmasin yang sudah

cukup lama terjalin misalnya, diperkuat dengan perkawinan yang terjadi antara

wanita keturunan Bugis dengan putera Sultan Inayatullah (m. 1678-1685)

menjadi salah satu faktor terjalinnya hubungan yang cukup erat antara orang

Bugis dan keluarga sultan. Oleh karenanya, orang Bugis mendapat izin dari Sultan

Hamidullah (1700-1745) untuk mendirikan semacam daerah koloni di Pegaten

(daerah pantai di bagian utara dekat pasir) pada tahun 1733. berikutnya pada tahun

1750, orang-orang Bugis mendirikan lagi daerah koloni di Pasir.58

Di Banjarmasin orang-orang Bugis mempunyai posisi yang agak unik

sekali di samping perdagangan, mereka sering menjadi kekuatan laskar atau

tentara yang bisa digunakan oleh salah satu pihak dari golongan penguasa bila

sedang terjadi konflik fisik antara mereka.59

3. Bangsa Eropa

Banjarmasin di abad XVI belum dikunjungi oleh bangsa Eropa.

Banjarmasin mulai dikenal oleh bangsa Eropa semenjak kehadiran orang

Banjarmasin yang datang ke Banten pada tahun 1596 untuk berdagang yang

membawa beras, ikan kering dan lilin,60 barang bawaan tersebut merupakan hasil

penukaran barang-barang mereka yang berupa intan, emas dan hasil hutan.

Setibanya di pelabuhan Banten para pedagang Banjamrasin mengalami

perampasan barang dagangan oleh Belanda.61

58 Gerrit Knaap dan Heather Sutherland, Monsoon Traders: Ships, Skippers andCommodities in Eighteenth-Century Makassar, h. 141.

59 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787, h.40.

60 Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de Eeuw, h. 5.61 Ibid.

Page 76: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

65

Hubungan Banjarmasin dengan bangsa Eropa selalu mengalami pasang

surut, hal ini dikarenakan sikap sultan yang selalu berhati-hati akan monopoli

yang dilakukan oleh bangsa Eropa agar tetap terjaganya kestabilan politik dan

ekonomi kesultanan.

Hubungan awal bangsa Eropa diawali dengan kehadiran bangsa Belanda,

pada 7 Juni 1607 di pelabuhan Banjarmasin, dikirimnya Koopman Gillis

Michielszoon. Diundang turun ke darat beserta anak buahnya, namun kemudian

dibunuh semuanya dan barangnya dirampas.62 Lima tahun kemudian barulah

pembalasan Belanda tiba, pada tahun 1612 istana sultan yang terletak di

Banjarmasin hancur terbakar oleh tembakan-tembakan dari kapal-kapal Belanda.

Sultan akhirnya memindahkan pusat kerajaan lebih ke pedalaman, ke Kayutangi.

Hubungan ini kemudian baru membaik di tahun 1636 dibuat kontrak yang

pertama antara Banjarmasin dengan Belanda, namun ini tidak berlangsung lama.

Karena pada tahun 1638 terjadi lagi pembunuhan oleh rakyat Banjarmasin

terhadap orang-orang Belanda akibat sikap anti terhadap Belanda.63

Dalam perjanjian baru antara Belanda dan Banjarmasin tertanggal 18

Desember 1660, Belanda meminta penggantian rugi kepada Banjarmsin sebesar

50.000 real.64 Di tahun 1666 perusahaan dagang Belanda di Banjarmsin di tarik

mundur ketika sultan berjanji untuk menjual semua lada ke Batavia.65

62 Pembunuhan ini mungkin adalah sebuah aksi balasan yang dilakukan oleh Sultan,akibat perampasan jung Banjarmasin di Banten pada tahun 1596 oleh Belanda.

63 Saleh, Banjarmasih, Banjarmasin: 1975, h. 66.64 Ibid., h. 74.65 Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de Eeuw, h. 12.

Lihat juga, Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, h. 55.

Page 77: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

66

Bangsa Inggris sendiri mendirikan perusahaan dagang di Banjarmasin di

tahun 1615, akibat Belanda memblokade Banten 1620-1628.66 Hubungan

perdagangan yang semakin erat antara Banjarmasin dengan Inggris terjadi pada

masa pemerintahan Sultan Saidillah (1685-1700). Henry Watson dan Captain

Cotesvorth tiba di bulan April 1700 kemudian sultan mengizinkan orang-orang

Inggris mendirikan kantor dagangnya di Pasir dengan syarat membayar sejumlah

uang sewa kepada sultan.67 Pada Tahun 1701-1706 Inggris telah mengekspor lada

sebanyak 3.421 ton untuk Eropa.68 Produk lainnya seperti sarang burung dan emas

merupakan barang komoditi kedua.

Keterangan-keterangan di atas cukup menunjukan betapa besarnya

perdagangan di Kesultanan Banjarmasin sejak abad XVI hingga abad XVIII.

Kehadiran bangsa asing yang telah ikut meramaikan perdagangan di sana boleh

dikatakan betapa pentingnya Kesultanan Banjarmasin dalam lintas perdagangan di

Nusantara. Hubungan dagang baik antar berbagai bangsa, adanya persaingan asing

dalam hal perolehan komoditi perdagangan, dan bagaimana sikap sultan untuk

mempertahankan diri dari monopoli perdagangan asing, dan sikap perlawanan

terhadap bangsa asing, kesemuanya itulah yang menjadikan Banjarmasin tetap

dipandang sebagai sebuah pelabuhan bebas hingga pertengahan kedua abad

XVIII.

66 Suntharalingan, The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement, h. 57.67 Ibid., menurut Suntharalingan, yang mengutip dari Arsip Inggris “Company to Council

at Banjarmasin, 29 August 1701” : Inggris diizinkan berdagang dengan Bea Cukai $ 350/,- perVassal.

68 Ibid., h. 67.

Page 78: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

67

D. Mundurnya Perdagangan Kesultanan Banjarmasin Pada Akhir Abad

XVIII

Kemunduran sebuah pusat perdagangan khusunya kerajaan di masa lalu,

dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu eksternal dan internal.69 Faktor eksternal

yang mendorong kemunduran perdagangan adalah penguasaan jaringan

perdagangan yang semula berada ditangan raja atau sultan kemudian direbut oleh

kelompok-kelompok dagang bangsa Eropa. Kemunduran perdagangan di

Banjarmasin terjadi sesudah VOC mendapatkan hak penuh atas monopoli

perdagangannya di tahun 1787.

Faktor internal, yang menyebabkan kemunduran perdagangan pada

kerajaan-kerajaan di masa lalu yaitu disebabkan oleh konflik politik antar

keluarga penguasa. konflik ini biasanya dipicu oleh faktor ekonomi yang pada

umumnya mengakibatkan keguncangan dalam suatu lembaga politik. Dalam

kerangka ini pertikaian keluarga di Kesultanan Banjarmasin sendiri sering terjadi

perselisihan paham antar golongan penguasa, terutama antar putra mahkota

dengan mangkubumi, perselisihan ini sering terjadi terkait masalah pergantian

sultan. di tahun 1734 setelah sultan Hamidullah meninggal, peristiwa ini terjadi

antara Sultan Tamjidillah (m. 1734-1759) dengan Sultan Muhammad (m. 1759-

1761), dan berlanjut terus hingga keturunan keduanya.

Dalam adat kebiasaan kerajaan Banjar, pergantian sultan seharusnya

adalah putra mahkota yang diangkat dari putera sulung Sultan dari permaisuri.70

Seharusnya yang menjadi pengganti dari Sultan Hamidullah adalah putra mahkota

69 Supratikno Rahardjo, Kota-Kota Prakolonial Indonesia Pertumbuhan dan Keruntuhan(Depok: Komunitas Bambu, 2007) h. 63.

70 M. Idwar Saleh, Suksesi di Kerajaan Banjar pada pertengahan kedua abad ke-18: dariPangeran Tamjidillah samapai Pangeran Muhammad (Banjarmasin: UNLAM, 1989), h. 21.

Page 79: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

68

bernama Muhammad. Namun, Pangeran Tamjidillah yang sebelumnya menjabat

sebagai mangkubumi pada masa pemerintahan Sultan Hamidullah, setelah

kematian sultan telah mengangkat dirinya sebagai Sultan pada tahun 1747.

Pengangkatan Pangeran Tamjidillah ini dikarenakan Sultan Muhammad belum

dewasa untuk menjabat menjadi sultan, hal ini memang diperbolehkan dalam

tradisi Banjar. Namun, jika Sultan Muhammad sudah dewasa tahta itu harus

dikembalikan lagi kepada keturunan sultan sebelumnya yaitu pangeran

Muhammad.71

Namun, setelah pangeran Muhammad cukup umur sultan Tamjidillah

tidak ingin melepas tahta yang dipegangnya. Sebagai seorang yang memiliki hak

atas tahta pemerintahan, pangeran Muhammad ingin mengambil kembali haknya.

Untuk merealisasikan keinginannya ini Pangeran Muhammad meminta bantuan

Belanda dalam hal ini adalah VOC.

Berlawanan dengan Pangeran Muhammad. Pangeran Tamjidillah bersikap

anti-Belanda dalam hal ini dia mendapatkan banyak dukungna dari para pembesar,

antara lain Tumenggung Jayanegara, mertua dari Pangeran Natanegara anak dari

Pangeran Tamjidillah. Tumenggung Jayanegara terkenal sebagai sahabat bangsa

Inggris.72 Sikap anti Belanda yang dikeluarkan oleh Tamjidillah berakibat pada

pembakaran 1000 pohon lada. Karena menurut Pangeran Tamjidillah “Selama ada

lada, Belanda akan tetap berada di Banjarmasin”.73 Tindakan lebih jauh ketika

diadakannya larangan penjualan lada secara bebas, semuanya dimonopoli oleh

71 Ibid.72 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787 h.

81.73 Saleh, Suksesi di Kerajaan Banjar pada pertengahan kedua abad ke-18: dari Pangeran

Tamjidillah sampai Pangeran Muhammad, h. 24. Lihat juga, Sartono Kartodirjo, PengantarSejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari Emporium sampai Imperium, jilid 1 (Jakarta: Gramedia,1986), h. 256.

Page 80: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

69

kelompoknya dengan menekan harga serendah-rendahnya. Hal ini mengakibatkan

Pangeran Tamjidillah tidak disenangi oleh rakyat.74

Dalam pada itu, Pangeran Muhammad memilih mengerahkan pengikutnya

ke daerah Tabanio.75 Suatu tempat strategis yang mana pelabuhan Banjarmasin

dapat diawasi. Selama di Tabanio pangeran Muhammad beralih profesi menjadi

bajak laut, pangeran Muhammad merampas setiap kapal yang melewati daerah

ini.76 Di tempat ini pangeran Muhammad menghimpun kekuatan untuk

selanjutnya dapat merebut tahta dari Pangeran Tamjidillah.

Dengan kekuatan senjata yang besar pada tahun 1759 Pangeran

Muhammad dengan pasukannya berhasil memaksa Pangeran Tamjidillah untuk

menyerahkan tahta kepadanya. Maka pada tangga 3 Agustus 1759 dia naik tahta

dengan gelar Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah.77 Pemerintahanya hanya

berlangsung singkat hanya satu tahun, kemudian meninggal karena sakit. Dalam

masa pemerintahanya yang singkat sultan Muhammad mejalankan politik

menentang VOC, sebab diketahui bahwa VOC memihak Pangeran Tamjidillah

dan Pangeran Natadilingga.

Pasca peninggalan Sultan Muhammad, Pangeran Tamjidillah dengan

berbagai inttrik berusaha meneruskan tahta Kesultanan Banjarmasin kepada

keturunannya dengan dukungan dari para pembesar kesultanan. Pangeran

74 Kartodirjo, Pengantar sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium SampaiImperium, h. 257.

75 Menurut Ringholm Tabanio merupakan sarang penyelundupan yang terbesar diKalimantan. Lihat Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de Eeuw,h. 39 lihat juga Saleh, Banjarmasih, h. 94.

76 Bajak Laut secara umum didefinisikan sebagai seorang individu yang melakukantindakan kekerasan dilaut. Defenisi lain bajak laut adalah orang yang melakukan kekerasan di lautdan bertindak atas nama negaranya. Dengan istilah lain pengeran Muhammad menjadi oposisisecara fisik terhadap kekuasaan pangeran Tamjidillah. Lih. Adrian B. Lapian. Orang Laut BajakLaut, Raja Laut, (Depok: Komunitas Bambu, 2009).

77 Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de Eeuw, h. 40.

Page 81: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

70

Tamjidillah mengangkat putranya yang bernama Pangeran Natadilingga (m. 1761-

1801), sedangkan anak-anak almarhum Sultan Muhammad mati terbunuh, kecuali

Pangeran Amir yang berhasil lari ke Pasir. Di Pasir dengan bantuan orang Bugis

Pangeran Amir menyusun kekuatan untuk merebut kembali tahta kerajaanya.

Sedangkan Sultan Nata meminta bantuan kepada VOC, dan disanggupi.

Konflik fisik perebutan kekuasan akhirnya tidak dapat dihindarkan,

Pangeran Amir yang ingin mengambil haknya atas tahta kerajaan. Akhirnya

melancarkan serangan ke istana pada tahun 1785, dengan 3000 pasukan Bugis

yang mendarat di Tabanio untuk serangan ke Banjarmasin. Pasukan pengeran

Amir menderita kekalahan karena kuatnya pertahanan Pangeran Nata yang

dibantu oleh VOC yang dipimpin oleh Hoofman.78

Melihat situasi seperti ini Pangeran Nata akhirnya membersihkan semua

keturunan Pangeran Hamidullah, karena semakin dirasakan sebagai bahaya yang

dapat mengancam kekuasaanya. Usahanya menanggulangi bahaya terebut,

dijadikannya kekuatan VOC sebagai pelindungnya ditinjau dari segi politik dan

ekonomi merugikan, namun mungkin yang diutamakannya adalah kelestariannya

menduduki tahta kerajaan, turun temurun. Oleh karena itu ia menginginkan agar

VOC tetap terikat padanya.79

Sultan Nata memberikan kedaulatannya kepada VOC dan menjadikan

Banjarmasin sebagai daerah vassal saja. Hal ini ditandai dengan perjanjian

kontrak pada tahun 1787. 80 dengan sebuah kontrak yang isinya antara lain:

78 “Perang Banjar” dalam Ensiklopedi Islam Indonesia, Jilid 1 (Jakarta: Djambatan 2002),h. 170.

79 Saleh, Banjarmasih, h. 96.80 Surat-surat Perjanjian antara Kesultanan Banjarmasin dengan Pemerintahan VOC,

Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia Belanda 1635-1860, h. 80-89. Lihat juga dalam lampiranNoorlander, Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de Eeuw, h. 182.

Page 82: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

71

1. Sultan menyerahkan semua daerah kepada VOC, kecuali Kayutangi,

Martapura, Tanah Dusun, Amuntai dan Sampit. Daerah-daerah tersebut

tetap di bawah kekuasaan sultan sebagai daerah pinjaman VOC.

Sedangkan Tatas, Tabanio, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotawaringin

diserahkan sepenuhnya kepada VOC.

2. Sultan sebagai vasal VOC mempunyai mempunyai daerah pemerintahan

sendiri yang langsung diperintahnya

3. Putra Mahkota, Mangkubumi diangkat oleh VOC.

4. Jaminan bahwa kerajaan Banjarmasin hanya diperintah untuk selanjutnya

oleh keturunan Natadilaga.

Perjanjian ini telah mengakibatkan Sultan Natadilaga kehilangan sejumlah

daerah kekuasannya dan berada di bawah pengaruh VOC. Berdasarkan nama

daerah yang diberikan kepada VOC hampir semua daerah itu terletak di pantai.

Tatas yang merupakan pelabuhan terbesar di Banjarmasin, Kotawaringn, Tabanio,

Tanah Laut juga terletak di tepi pantai yang merupakan pintu gerbang untuk

pedagang luar yang ingin berdagang ke Banjarmasin.

Semua daerah tersebut oleh VOC dimanfaatkan untuk memperkuat

kedudukannya di Kesultanan Banjarmasin dengan didirikannya pos militer dengan

sejumlah serdadu dan kapal patroli. Akibatnya bertambah kuatnya kedudukan

VOC di Kesultanan Banjarmasin.81

Akibat dari monopoli dan penguasaan Belanda terhadap Banjarmasin sejak

perjanjian tahun 1787 telah mengakibatkan mundurnya perdagangan di

81 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787 h.118.

Page 83: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

72

Banjarmasin. Ketidak senangan rakyat terhadap hal ini terkadang menimbulkan

konflik fisik antara Sultan dan rakyat. Rakyat yang tidak senang dengan monopoli

yang dilakukan Belanda akhirnya melakukan pengrusakan terhadap perkebunan

lada pada tahun 1783 di daerah Margasari. Namun, akhirnya dapat dihentikan oleh

sultan dengan bantuan VOC.82

Akibat perang perebutan kekuasaan seperti disebutkan di atas berdampak,

rakyat pergi kedaerah lain yang lebih aman.83 Hal ini menimbulkan pengaruh

yang sangat besar terhadap hasil komoditi perdagangan, karena penduduk tidak

hanya meninggalkan rumahnya namun juga lahan pekerjaan mereka. Korban jiwa

dikalangan rakyat akibat perang juga mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja.

Mundurnya perdagangan pada akhir abad XVIII, juga disebabkan

penanaman lada yang membuat ekosistem tidak seimbang. Terjadinya erosi,84

mengakibatkan pendangkalan terhadap sungai yang berakibat sulitnya kapal

memasuki wilayah Banjarmasin. di tambah lagi terjadinya kemarau panjang dari

tahun 1776 juga menjadi sebab permukaan air sungai menurun.85

Dapat disimpulkan, bahwa monopoli perdagangan yang dilakukan oleh

VOC hingga pertikaian antar kerabat istana dalam perebutan tahta telah menjadi

sebab mundurnya perdagangan, pada akhirnya mendorong sebagian rakyat untuk

mengalihkan usahanya dan mulai menanam lahan pertanian lain seperti, karet,

tembakau dan paling terutama adalah menanam padi untuk memenuhi kebutuhan

pokok sehari-hari.

82 Ibid., h. 104.83 Knapen, Forest of Fortune? The Environmental History of Southeast Borneo, 1600-

1880, h. 265.84 Ibid.85 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1747-1787, h.

110.

Page 84: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

73

Jadi, dapat diketahui bahwa pada Abad XVIII Kesultanan Banjarmasin

merupakan salah satu pusat perdagangan di Nusantara. Berkembangnya

perdagangan disebabkan oleh peran sultan yang telah berupaya mengembangkan

perdagangan dengan berbagai cara. Di antaranya dengan cara, perluasan ekspansi

ke pedalaman, keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh sultan terhadap

para pedagang dalam melakukan transaksi perdagangan di Banjarmasin dan juga

akibat monopoli hasil bumi, dengan cara mewajibkan kepada rakyatnya untuk

menyerahkan hasil buminya kepada sultan, yang kemudian hasil bumi ini dijual

oleh sultan kepada para pedagang yang datang ke Banjarmasin. Semuanya itu

telah menjadi bukti bahwa peran sultan sangat menentukan berkembang

perdagangan di Kesultanan Banjarmasin.

Page 85: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu yang telah menjelaskan

mengenai tahap-tahap berkembangnya Kesultanan Banjarmasin dalam lintas

perdagangan Nusantara pada abad XVIII, maka dapatlah diketahui bahwa

berkembangnya Kesultanan Banjarmasin sebagai salah satu pusat perdagangan di

Nusantara diakibatkan oleh peran Sultan Banjarmasin yang turut bermain dalam

pengembangan perdagangan.

Sultan mengembangkan perdagangan di Kesultanan Banjarmasin dengan

cara melakukan politik ekspansi kepedalaman dan juga dengan berupaya

memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para pedagang. Politik ekspansi

kepedalaman yang berfungsi tidak hanya sebagai perluasan wilayah, tetapi juga

dimanfaatkan untuk mencari wilayah sokongan baru penghasil komoditi

perdagangan. Selanjutnya, keamanan dan kenyamanan yang telah diberikan oleh

Kesultanan Banjarmasin kepada para pedagang agar transaksi perdagangan

berjalan lancar juga telah menjadi pemicu pesatnya perdagangan di Banjarmasin.

Ditambah juga dengan kepemimpinan Sultan Banjarmasin yang

memerintah pada tahun 1700-1747, dengan memiliki kepemimpinan yang baik

telah mampu mempertahankan eksistensinya dari pengaruh luar, khususnya orang-

orang Eropa. Hal ini berarti selama dapat mempertahankan dari pengaruh asing

maka kestabilan pemerintahan akan terjaga dengan baik. Jadi dapat diasumsikan,

Page 86: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

75

selama kurang lebih setengah abad secara politis Kesultanan Banjarmasin masih

berdaulat penuh, sehingga dalam bidang ekonominya masih bersifat independen.

Sebagai kata penutup, kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini

hanya menyingkap sebagian dari keseluruhan mengenai peran Kesultanan

Banjarmasin dalam perdagangan pada abad XVIII. Hal ini disebabkan

keterbatasan data tertulis yang penulis peroleh. Akan tetapi terlepas dari hambatan

tersebut, hasil penelitian ini telah menambah pengetahuan tentang perdagangan

yang terjadi di Kesultanan Banjarmasin pada abad XVIII, sehingga dapat mengisi

kekosongan tentang pengetahuan sejarah khususnya di luar pulau Jawa

Page 87: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

76

GAMBAR 1

Peta Indonesia1

1 Adrian Vickers, A History of Modern Indonesia, (Singapore: Cambridge UniversityPress, 2005), h. 8.

Page 88: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

77

GAMBAR 2

Wilayah Kesultanan Banjarmasin pada abad XVIII2

2 M. Idwar Saleh, Bandjarmasin (Bandung: K.P.P.K. Balai Pendidikan Guru, 1970), h.

Page 89: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

78

GAMBAR 3

Peta Kalimantan oleh Olivier van Noort, yang mengunjungi pulau ini pada

tahun 16013

3 Han Knapen, Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo,1600-1880 ( Leiden: KITLV Press, 2001)

Page 90: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

79

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara

Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana 2005.

______________ Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan

Kekuasaan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Beeckman, Daniel. A Voyage to and from the Island of Borneo, in the East-Indies,

London: T.pn., 1718.

Bock, Carl. The Head-hunters of Borneo. London: Sampson and Low 1882.

Bondan, Amir Hasan Kiai. Suluh Sedjarah Kalimantan. Banjarmasin: Fajar, 1953.

Burger, D.H. Sedjarah Ekonomi Sosiologis Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita,

1983.

Cense, A. A. De Kroniek van Banjarmasin. Santpoort: C.A. Mees, 1928.

Creutzberg, P. Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia. Penerjemah: Kustiniyati

Mochtar dkk., Jakarta: Obor, 1987.

Daud, Alfani. Islam dan Masyarakat Banjar. Jakarta: Rajagrafindo, 1997.

de Graaf, H.J. Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung.

Jakarta: Pustaka Uatama Grafiti, 1990.

___________ Southeast Asian Islam to the Eighteenth Century, dalam P.M. Holt,

the Cambridge History of Islam, vol. 2A. London: Cambridge University

Press: 1987.

Groeneveldt, W.P. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Penerjemah Gatot

Triwira. Depok: Komunitas Bambu, 2009.

Page 91: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

80

Guillot, Claude. Banten: Sejarah dan Peradaban Abad (X-XVII). Penerjemah:

Hendra Setiawan dkk. Jakarta: KPG, 2008.

Hall, Kenneth R. Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia.

Honolulu: University of Hawai Press. 1985.

Hoedson, Alfred B. The Padju Empat Ma anyan Dayak in Historical Perspective.

Cornell University, 1976.

Kartodirdjo, Sartono dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian

Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Aditya, 1991.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1992.

______________. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 dari

Emporium Sampai Imperium. Jilid 1, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

1986.

King, Victor. People of Borneo. Cambridge: Blackwell, 1953.

Knaap, Gerrit J. dan Heather Sutherland, Monsoon Traders: Ships, Skippers and

Commodities in Eighteenth-Century Makassar. Leiden: KITLV, 2004.

Knaap, Gerrit J. Shallow Waters, Rising Tide; Shipping and Trade in Java around

1775. Leiden: KITLV, 1996.

Knapen, Han. Forest of Fortune? The environmental history of Southeast Borneo,

1600-1880. Leiden: KITLV Press, 2001.

Lapian, Adrian B. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17.

Jakarta: Komunitas Bambu, 2008.

Page 92: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

81

Leirissa, R.Z. Sejarah Sosial Daerah Kalimantan Selatan.Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,

Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional,1984.

Lombard, Denys. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Jakarta: Kepusatakaan Populer Gramedia, 2006.

Melink-Roelofsz, Asian Trade and European Influence in Indonesian Archipelago

between 1500 and about 1630. The Hague: Martinus Nijhoff.

Milburn, William. Oriental Commerce: Containing a Geographical Description

of the principal Places in The East Indies, China, and Japan, with their

Produce, Manifacture, and Trade. London: T.pn., 1813.

Nasuhi, Hamid. Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi). Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Noorlander, J.C. Bandjarmasin en de Compagnie in de Tweede Helft der 18de

Eeuw. Leiden: Dubbeldeman, 1935.

Paulus, J. Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië, Bagian I, ’s-Gravenhage:

Martinus Nijhoff, 1917.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional

Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka 1993.

Rahardjo, Supratikno. Kota-Kota Prakolonial Indonesia Pertumbuhan dan

Keruntuhan. Depok: Komunitas Bambu, 2007.

Ras, J.J. Hikayat Banjar: a Study in Malay Historiography. The Hague: Martinus

Nijhoff, 1968.

Page 93: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

82

Reid, Anthony. Dari Ekspansi hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia

Tenggara 1450-1680, Penerjemah: R. Z. Leirissa, P. Soemitro ed., Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 1999.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi, 2008.

Roasyadi, Sri Mintosih dan Soeloso, Hikayat Banjar dan Kotaringin. Jakarta:

Depdikbud, 1993.

Saleh, M. Idwar. Bandjarmasin. Bandung: K.P.P.K. Balai Pendidikan Guru, 1970.

Schrieke, B.J.O. Indonesian Sociological Studies, vol I & II. The Hague/

Bandung: W. van Hoeve, 1957.

Sejarah Daerah Kalimantan Selatan, M. Idwar Saleh, ed. Jakarta: Depdikbud.

1977/1978.

Steenbrink, Karel A. Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke-19.

Jakarta: Bulan Bintang 1994.

Surat-surat Perjanjian antara Kesultanan Banjarmasin dengan Pemerintahan

VOC, Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia Belanda 1635-1860.

.Jakarta: ANRI, 1956.

The Cambridge History of Southeast Asia from Early Time to 1800. Volume I,

editor: Nicholas Tarling. Cambridge: Cambridge University Press 1992.

Tjandrasasmita, Uka. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di

Indonesia. Kudus: Menara Kudus, 2000.

Untoro, Heriyanti Ongkodharma. Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten

1522-1604. Depok: Komunitas Bambu, 2007.

Van Leur, J.C. dan F.R.J. Verhoeven, Teori Mahan dan Sejarah Kepulauan

Indonesia. Jakarta: Bharatara, 1974.

Page 94: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

83

Van Leur, J.C. Indonesian Trade and Society Lessays in Asian Social and

Economic History. The Hague/Bandung: Van Hoeve, 1960.

Vlekke, Bernard H.M. Nusantara. Jakarta: KPG, 2008.

Arsip

Acte Van Renovatie 20 October 1756 , dalam Daftar Arsip Kontrak antara

Pemerintaha Kolonial (VOC, Hindia-Belanda) dengan Raja-Raja Pribumi

di Kalimantan, Bali, Surakarta dan Sumatera Jilid I, Katalog K.89. ANRI

No 35.

Acte Van Onderwerping 27 October 1756 , dalam Daftar Arsip Kontrak antara

Pemerintaha Kolonial (VOC, Hindia-Belanda) dengan Raja-Raja Pribumi

di Kalimantan, Bali, Surakarta dan Sumatera Jilid I, Katalog K.89. ANRI

No 36.

Tractat 13 Agustus 1787 , dalam Daftar Arsip Kontrak antara Pemerintaha

Kolonial (VOC, Hindia-Belanda) dengan Raja-Raja Pribumi di

Kalimantan, Bali, Surakarta dan Sumatera Jilid I, Katalog K.89. ANRI No

37.

Artikel

A.Van der Ven, Aanteekeningen omtrent het Rijk Bandjarmasin. TBG, IX, 1860.

Purnadi Purbatjaraka, Shahbandars in the Archipelago,JSAH, Vol: 2, 1961.

Suntharalingan, P. The British in Banjarmasin: an Abortive Attempt at Settlement,

K. G. Treganning, ed., JSAH, vol. IV Singapore: 1964.

Skripsi/Tesis/Disertasi Seminar dan Laporan Penelitian

Page 95: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

84

Sulandjari. Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1774-

1787. Tesis Fakultas Pascasarjana UI, Depok: Universitas Indonesia, 1991.

Saleh, M. Idwar. Suksesi di Kerajaan Banjar pada pertengahan kedua abad ke-

18: dari Pangeran Tamjidillah samapai Pangeran Muhammad.

Banjarmasin: UNLAM, 1989.

Syamsitah, Ita. Kerajaan Banjarmasin di ambang keruntuhannya (1825-1859).

Skripsi Fakultas Ilmu Budaya: Universitas Indonesia, 1984.

Umam, Khoiril. Pemikiran Akidah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Disertasi

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

Soeroto, Soeri. Pergerakan Sosial dan Perang Banjarmasin, Seminar Sejarah

Nasional II, 26-29 Agustus 1970 Jogyakarta hlm. 4-5. lihat juga, Marwati

Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional

Indonesia IV.

Page 96: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

85

Lampiran 1

Silsilah Sultan Banjarmasin sampai tahun 1801*

1. Sultan Suriansyah (1526-1550)

2. Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah (1550- ±1570)

3. Sultan Hidayatullah bin Sultan Rahmatullah (1570- ±1595)

4. Sultan Mustainbillah bin Sultan Hidayatullah (1595-1620)

5. Sultan Innayatullah bin Sultan Mustaimbillah (1620-1637)

6. Sultan Saidullah bin Sultan Innayatullah (1637-1642)

7. Sultan Riayatullah bin Sultan Mustaimbillah (1642-1660)

8. Sultan Tahmidullah bin Sultan Saidullah (1660-1663)

9. Sultan Agung/Pangeran Suryanata bin Sultan Innayatullah(1663-1679)

10. Sultan Amrullah bin Sultan Saidullah (1679-1700)

11. Sultan Hamidullah bin Sultan Tahmidullah (1700-1734)

12. Sultan Tamjidillah bin Tahilullah (1734-1759)

13. Sultan Muhammad Aliudin Aminullah bin Sultan Hamidullah (1759-1761)

14. Sultan Natadilingga bin Sultan Tamjidillah (1761-1801)

* J.C. Noorlander, Bandjarmasin en de Compagnie In de Tweede Helft der 18de Eeuw,(Leiden: Dubbeldeman, 1935).

Page 97: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

86

Lampiran 2 Bagan Struktur Pemerintahan1

1 Sulandjari, Politik dan Perdagangan Lada di Kesultanan Banjarmasin 1774-1787 (Tesis Fakultas Pascasarjana UI, Depok: Universitas Indonesia, 1991), h. 147

SULTAN

MANGKUBUMI

DEWAN

MAHKOTA

MANTRIPANGANAN

MANTRIPANGIWA

MANTRI SIKAP MANTRI BUMI

SARADIPA SARADIPA

PRAJUTRIT ISTANA

SYAHBANDAR

MANTRI

PEMBEKAL

RAKYAT

Page 98: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

87

Lampiran 3. Salah Satu Contoh Surat Perjanjian Antara VOC denganKesultanan Banjarmasin

VERNEUWD CONTRACT 18 MEI 1747*

Bahwa inilah surat perniagaan dan persahabatan yang telah dimufakatkanoleh Sultan Tamdjidallah serta Ratu Anom dan sekalian orang besar2 yang adamemerintah dalam negeri Banjar, maka sekalian itu mufakatlah dengan KompeniWilandia titah dari pada Gurnadur Jendral Gustap Wilem Baron pan Imhop sertadengan Raden pan India yang telah berbuat titah perintah kepada tiga orangWilandia dan yang menjadi kepada perintah itu yaitu komandur Astipan Markuspan der Hiden dan dua orang pitur besar yang seorang Jan pan Suchtelen dan yangseorang Danil pan de Beruh, maka yang tiga orang itu sama juga menangung titahitu.

Syahdan maka tersebutlah perjanjian yang telah lalu itu tatkala padazaman itu adalah Seri Sultan sangat kasih berkasihan dengan Kompeni Wilandiamaka tiba2 tiada orang Banjar menurut seperti perjanjian yang telah lalu itu.Syahdan kemudian dari pada yang telah tersebut itu maka membuat perluKompeni Wilandia surat perjanjian tatkala pada zaman Seri Sultan Chamidullahmaka pada zaman itu adalah seri Sultan sangat berkasih kasihan dengan KompeniWilandia maka se-kunjung2 tiada orang Banjar mengikut seperti perjanjian yangdahulu itu adalah seolah-olah tiada surat perjanjian yang tinggal lagi padasekarang ini. Syahdan maka tersebutlah dalamnya Gurnadur Jendral dan segalaRaden2 pan India dengan segalanya juga menitahkan tiga orang Wilandia akanmemahami surat perjanjian yang lebih patut pada antara kedua pihak itu supayakekal berkekalan selama-lamanya dari pada sahabat-bersahabat tiada berubah-ubahan dalam kedua pihak itu dan adapun titah Kompeni itu tertanggung atas tigaorang Wilandia yaitu Komandir Astipan Markus pan der Hiden dan dua orangpitur besar yaitu Jan pan Suchtelen dan Danil pan der Breuh ialah yang akanmembikin surat perjanjian yang baru ini.

Fasal yang pertama adalah Seri Sultan Tamjidullah dan Ratu Anom sertasekalian orang besar2 yang ada memerintahkan dalam negeri Banjar makasekalian itu adalah bertetap-tetapan dengan Kompeni dari pada sahabat-sahabatantara kedua pihak itu tiada beruabah-ubah dalam keduniaan itu.

Fasal yang kedua adalah Kompeni Wilandia membuat perjanjian jikalauada musuh dalam negeri banjar datang dari laut atau didarat itu maka adalahkompeni Wilandia menolong dari pada bahaya itu barang siapa2nya orang

* Surat-surat Perjanjian antara Kesultanan Banjarmasin dengan Pemerintahan VOC,Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia Belanda 1635-1860. .Jakarta: ANRI, 1956, h. 33-38.

Page 99: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

88

Kompeni yang tinggal dalam negeri Banjar dengan seboleh2 jua menjauhkan daribahaya sekalian itu tiada dibilang seperti harga obat dan pelor.

Fasal ketiga adalah Seri Sultan dan Ratu Anom membuat perjanjiandengan Kompeni Wilandia jikalau ada raja2 berbantah dengan saudaranya ataudengan ananknya itu maka jikalau minta tolong pada Kompeni salah seorang tiadaberoleh menolong melainkan barang siapa yang menang maka ia menjadi rajadisanalah tempat Kompeni bersahabat.

Fasal yang keempat adalah Seri Sultan dan Ratu Anom berjanji denganKompeni daripada memelihara akan hamba sahaya Kompeni yang tinggal dalamnegeri Banjar maka sekalian kedua pihak itu pada menghukum dan membicarakandaripada aniaya orang Banjar adalah seri Sultan dan Ratu Anom membuatperjanjian yang demikian itu dengan orang Kompeni Wilandia dan jikalau adaumpamanya orang yang berbuat susah dalam memberi mudharat atas kedua pihakdan jikalau Kompeni membuat yang demikian itu melainkan Kompenilah yangmenghukum dia dan jikalau orang Banjar berbuat aniaya kepada orang Wilandiamelainkan Seri Sultan yang menghukumkan dia dengan bagaimanapun patuthukuman atasnya supaya jangan ada yang berbuat bencana dalam kedua pihak itu.

Fasal yang kelima adalah Seri Sultan dan Ratu Anom telah berjanji padahal memberi perniagaan dengan Kompeni Wilandia dan menjual sekalian ladayang didalam negeri Banjar maka sekalian lada itu sekali-kali jangan dijualkankepada tempat yang lain maka hendaklah Seri Sultan dan Ratu Anom mengerasiatas rakyat sekalian dalam negeri Banjar supaya jangan ada yang menjual padapannya melainkan Kompeni jua yang membeli sekalian lada itu.

Fasal yang keenam adalah Seri Sultan dan Ratu Anom membuat perjanjiandengan kompeni Wilandia daripada melarangkan jenis orang putih yang datangberniaga kenegeri Banjar daripada menjual dagangan atau membeli dagangan danjikalau ada suruhannya dan jenis sekalipun sama juga dan jikalau ada umpamanyamelawan dari pada lapangan hendak dilakukan dengan bagaimana patut hukumanatasnya.

Fasal yang ketujuh mengikat juga kiranya kompeni Wilandia sepertiBicara Seri Sultan dan Ratu Anom daripada sebuah wangkang Cina yang supayaboleh ia datang ke Banjar pada tiap2tahun satu wangkang dan akan dagangannyaitu mena sekehendak orang memilih akan tetapi menjual lada itu sekali-kali tiadaia boleh orang Banjar menjual lada itu melainkan Kompeni juga yang bolehmenjual lada dengan orang Cina dengan putus harga delapan real dalam sepikul.

Page 100: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

89

Fasal yang kedelapan Kompeni Wilandia telah memutuskan harga ladadengan Seri Sultan dan Ratu Anom yang dalam sepikul itu enam real putusharganya selama-lama tiada berubah akan tetap yang dalam sepikul itu adalahseratus koti atau seratus dua puluh lima pun dacin Kompeni yang dipakai danhendaklah lada itu kering dan bersih dalamnya jangan ada seperti ciri pasir ataubatu yang kecil2 dan jikalau menimbang lada itu hendaklah ada dua orang pihakdari pada Seri Sultan dan dua orang pula daripada pihak Kompeni ialah yang akanmenghadapi timbangan itu supaya jangan ada cidra-menyidrai dia dalamkeduanya itu dan jikalau ada umpamanya bersalah-bersalahan dalam keduanya itumelainkan Seri Sultan sendiri memutuskan dia dengan barang siapa KompeniWilandia yang tinggal menjadi kepala dalam tanah banjar.

Fasal yang kesembilan adalah Seri Sultan dan Ratu Anom memberi kuasadengan Kompeni Wilandia yang tinggal dalam negeri Banjar daripada memeriksasebuah2 perahu yang keluar dari negeri Bandjar dengan tiada menyusahi atasperahu itu melainkan jikalau ada ia lada yang termuat dalamnya itu maka adalahKompeni mengambil lada yang didalam perahu itu serta membagi untung kepadajurutulis Sultan dan setengahnya kepada Kompeni.

Fasal yang kesepuluh adalah kompeni berjanji barang siapa orang yangsuka berlayar maka adalah kompeni memberi hingga melainkan di Batavia dan diJawa sekaliannya sampai Gresik dan Surabaya tiada boleh lebih daripada sebelahtimur seperti ke Bali dan ke Bawean dan ke Sumbawa dan Lombok laindaripadanya itupun tiada jua boleh dan lagi yang sebelah barat dan utama sepertike Palembang dan Malaka dan Johor dan Belitung lain daripadanya itupun tiadaboleh maka hendaklah Seri Sultan dan Ratu Anom memberi titah kepada sekalianrakyat yang belajar itu supaya jangan ia mendapat kerugian yang demikian itu danjikalau tiada ia menurut titah itu adalah ia mendapat seperti kerugian yangdemikian itu.

Fasal yang kesebelas jikalau ada barang seperti perahu yang datangberniaga dalam negeri banjar serta membawa dagangan yang dilarangkan olehKompeni seperti opium dan buah pala dan bunga pala dan cengkeh kayu manisSeri Sultan dan Ratu Anom memberi kuasa atas Kompeni daripada memeriksaperahu itu dan jikalau ada ia mendapat seperti larangan itu maka adalah kompenimenagkap orang yang berbuat demikian itu serta mengirimkan Kompeni kepadaorang itu ke Batavia dan menghukumkan Kompeni dengan bagaimana patuthukuman atas orang yang berbuat demikian itu.

Fasal yang keduabelas Seri Sultan dan Ratu Anom berjanji denganKompeni Wilandia daripada memberi suatu tempat yang baik boleh ia orangKompeni duduk dan menyimpan barang suatunya perniagaan itu dan rumah itu

Page 101: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

90

dibayar harganya dengan bagaimana patut dan seperti loji itu man kehendakKompeni membuat dia karena perjanjian yang dahulu itu tatkala pada zaman SeriSultan Chamidullah boleh kompeni membuat loji demikian pada zaman SeriSultan Tamjidullah dan Ratu Anom sama jua memberi dia berbuat loji itu.

Tamat surat ini perjanjian yang telah jadi didalam istana Seri Sultan danRatu Anom di Kayutangi yang telah mufakat dengan Kompeni Wilandia dalamHidjrat Seribu seratus enam puluh tahun kepada tahun Ba dan kepada bulanRabi’alawal dan pada hari Kamis dan yaitu dua surat yang telah jadi dan dalamkeduanya itu sama jua serta dengan tiapnya dan tapak tangan dan satu surat yangtinggal dibawah Seri Sultan dan Ratu Anom dan yang satu sama tinggal dibawahKompeni.

(Cap lakcoklat tua

tidak pecah tetapitak kelihatanhuruf2nya)

(Cap lak merah mudaretak2: bentuksegi delapan

didalmnya duabujursangkar

yang berpotonaganmerupakan segidelapan dan di-

dalamnya terbaca huruf Arab dari atas ke BawahAllah

TamjidSultan)

Gurnadur Jendral Gustap Wilem Baron pan Inhof dan segala Rad panIndia telah memandang dan melihat serta membacanya surat perjanjian perniagaansahabat bersahabat yang karib daripada kedua pihak yaitu Sultan Tamjidullah danRatu Anom bersama2 dengan orang besar2 dinegeri Banjarmasin maka yaituKompeni telah menyuruh membaharui pula seperti mana operkupman StephanMarkus pan der Hiden serta dua Kupman yaitu Djan pan Suchtelen dan Danil pande Beruh ialah yang telah disuruh membawa titah perintah pada waad perjanjianyang mutlak damai maka adalah kami dengan surat ini akan mangkabulkan danmangastajabatkan bunyi surat waad perjanjian itu padahal berkekalan dengantiada berkeputusan daripada pihak Kompeni mengikut dan memeliharakantambahan pula barang siapa2nya yang ada tinggal dibawah chadamat Kompeniitupun mengikut dan menurut serta mangusahakan dan memeliharakan perihalichwal yang demikian itu maka perjanjian itu akan sekarang ini adalahsesungguhnya kami mentakadkan dan meneguhkan serta meredakan akan perihalichwal itu sebab itulah maka kami sekalian masing-masing menaruh tanda tapak

Page 102: KESULTANAN BANJARMASIN DALAM LINTAS PERDAGANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2594/1/90304... · PERDAGANGAN NUSANTARA ABAD KE-XVIII telah ... 17 D. 1 2

91

tangan dalam warkah ini serta dimeteraikan dengan cap Kompeni atasnya yaitutanda berteguh2an jua adanya.

Terbuat dan tersurat dalam bilik musyawarah kami dalam kota intanBataviah pada enambelas bari bulan Juni tahun seribu tujuh ratus empat puluhtujuh.

Cap lakKompeni

(tak Terbaca)Ter ordonnantie van haar Eds

Den Gouverneur Generaal en deRaden van India

Ttd.J.A v.d. Parra