pengantar plh kelas xi - web viewpelabuhan cirebon lepas dari kerajaan sunda atas bantuan...

37
BAB I SEJARAH JAWA BARAT Temuan arkeologi tertua mengenai penghuni Jawa Barat ditemukan di Anyer dengan ditemukannya budaya logam perunggu dan besi dari sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon. Jawa Barat pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara . Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara akibat serangan kerajaan Sriwijaya berdasarkan prasasti Kota Kapur (Tahun 686), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Ciserayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda . Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor ). Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi ancaman kepada Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon yang merdeka dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan Pendidikan Lingkungan Hidup Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat 1

Upload: trinhthien

Post on 30-Jan-2018

232 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

BAB I

SEJARAH JAWA BARAT

Temuan arkeologi tertua mengenai penghuni Jawa Barat ditemukan di Anyer dengan

ditemukannya budaya logam perunggu dan besi dari sebelum milenium pertama. Gerabah

tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai

Cirebon.

Jawa Barat pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti

peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang

ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta

yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.

Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara akibat serangan kerajaan Sriwijaya

berdasarkan prasasti Kota Kapur (Tahun 686), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari

Ujung Kulon sampai Kali Ciserayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Salah satu prasasti dari

zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan

sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).

Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi ancaman kepada Kerajaan

Sunda. Pelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak.

Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon yang merdeka dari Kerajaan

Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian menjadi

Kesultanan Banten. Untuk menghadapi ancaman Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak,

Sri baduga Maharaja, raja Sunda saat itu meminta putranya, Surawisesa untuk membuat

perjanjian pertahanan keamanan dengan bangsa Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya

pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak.

Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa,

perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang dikenal dengan Luso-Sundanese Treaty,

ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk

membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana.

Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan

suatu monumen batu yang disebut Padrao di tepi sungai Ciliwung di sekitar daerah Tugu.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

1

Page 2: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat,

pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon -

Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan

Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima

tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa

dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.

Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya

Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten.

Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota

Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan

Kesultanan Banten, wilayah Priangan jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.

Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika

Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu

sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas

kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden

(Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di

sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang

menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.

Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.

Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan

salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga

pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg

(BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for

Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.

Namun Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

2

Page 3: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

BAB II

BIOGEOGRAFI WILAYAH JAWA BARAT

I. SELAYANG PANDANG PROPINSI JAWA BARAT

I. 1 Makna bentuk dan motif lambang

Secara keseluruhan lambang Pemerintah Propinsi Jawa Barat berbentuk bulat telur

dengan hiasan pita di bagian bawahnya yang berisikan motto Jawa Barat.

Makna daripada bentuk dan motif yang terdapat dalam lambang ialah :

A. Bentuk bulat telur pada lambang Jawa Barat berasal dari bentuk perisai yang banyak   

dipakai oleh para laskar kerajaan zaman dahulu, makna perisai sebagai penjagaan diri.

B. Kujang yang berada di tengah-tengah adalah senjata pusaka yang tajam serba guna bagi 

masyarakat Sunda masa lalu. Lima lubang pada kujang melambangkan dasar negara,

Pancasila.

C. Setangkai padi yang terdapat di sisi sebelah kiri melambangkan bahan makanan pokok

masyarakat Jawa Barat sekaligus juga melambangkan kesuburan pangan, dan jumlah

padi 17 menggambarkan tanggal Proklamasi Republik Indonesia.

D. Kapas yang berada di sebelah kanan melambangkan kesuburan sandang, dan 8 kuntum

bunga menggambarkan bulan proklamasi Republik Indonesia.

E. Gunung yang terdapat di bawah padi dan kapas melambangkan bahwa daerah Jawa

Barat terdiri atas daerah pegunungan.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

3

Page 4: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

F. Sungai dan terusan yang terdapat di bawah gunung sebelah kiri melambangkan di Jawa

Barat banyak terdapat sungai dan saluran air yang sangat berguna untuk pertanian.

G. Petak-petak yang terdapat di bawah gunung sebelah kanan melambangkan banyaknya

pesawahan dan perkebunan. Masyarakat Jawa Barat umumnya hidup mengandalkan

kesuburan tanahnya yang diolah menjadi lahan pertanian.

H. Dam/bendungan yang terdapat di tengah-tengah bagian bawah antara gambar sungai

dan petak, melambangkan kegiatan di bidang irigasi yang merupakan salah satu

perhatian pokok mengingat Jawa Barat merupakan daerah agraris.

1.2 Makna Warna

Warna yang mendominasi pada lambang Jawa Barat adalah hijau, makna warna-warna

yang dipergunakan dalam mewarnai motif lambang adalah:

A. Hijau bermakna kesuburan dan kemakmuran tanah Jawa Barat

B. Kuning bermakna keagungan, kemulyaan dan kekayaan.

C. Hitam bermakna keteguhan dan keabadian.

D. Biru bermakna ketentraman atau kedamaian

E. Merah bermakna keberanian.

F. Putih bermakna kemurnian /kesucian atau kejujuran.

1.3 Moto Daerah

Motto daerah Jawa Barat adalah “Gemah Ripah Repeh Rapih”, kata gemah-ripah dan

repeh-rapih merupakan kata majemuk yang mempunyai arti sebagai berikut :

- Gemah-ripah : subur makmur, cukup sandang dan pangan.

- Repeh-rapih : rukun dan damai atau aman sentosa. 

Arti dari motto daerah Jawa Barat secara keseluruhan ialah menyatakan bahwa Jawa Barat

merupakan daerah yang kaya raya/subur makmur didiami oleh banyak penduduk yang hidup

rukun dan damai.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

4

Page 5: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

1.4 Arti Kata Sunda

Dalam buku “Sejarah Sunda” karya R. Ma’mun Atmamihardja yang diterbitkan

tahun 1958, arti kata Sunda menurut penyelidikannya dapat disimpulkan sebagai

berikut: dalam bahasa Sansekereta : Sunda artinya bersinar, terang, nama dewa Wisnu, nama

satria buta dalam cerita “Upa Sunda dan Ni Sunda : dalam bahasa Kawi : Sunda artinya air,

tumpukan, pangkat, waspada; dalam bahasa Jawa : Sunda artinya bersusun menyusun),

berganda, kata atau suara, naik, terbang; dalam bahasa Sunda : Sunda artinya bagus, indah,

unggul, cantik, menyenangkan.

1.5 Kabupaten dan Kota Di Jawa BaratNo. Kabupaten/Kota Ibu kota

1 Kabupaten Bandung Soreang2 Kabupaten Bandung Barat Ngamprah3 Kabupaten Bekasi Bekasi4 Kabupaten Bogor Cibinong5 Kabupaten Ciamis Ciamis6 Kabupaten Cianjur Cianjur7 Kabupaten Cirebon Sumber8 Kabupaten Garut Garut9 Kabupaten Indramayu Indramayu10 Kabupaten Karawang Karawang11 Kabupaten Kuningan Kuningan12 Kabupaten Majalengka Majalengka13 Kabupaten Purwakarta Purwakarta14 Kabupaten Subang Subang15 Kabupaten Sukabumi Pelabuanratu16 Kabupaten Sumedang Sumedang17 Kabupaten Tasikmalaya Singaparna18 Kota Bandung Bandung19 Kota Banjar Banjar20 Kota Bekasi Bekasi21 Kota Bogor Bogor22 Kota Cimahi Cimahi23 Kota Cirebon Cirebon24 Kota Depok Depok25 Kota Sukabumi Cisaat26 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya

II. BIOGEOGRAFI JAWA BARAT

2.1 Pengertian Biogeografi (Bioregion)

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

5

Page 6: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari pola distribusi tumbuhan dan hewan dengan

menggunakan pendekatan analisis spatial (mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan

diantaranya dalam ruang bumi, termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi,

perairan, kelautan dan bawah atmosfir), atau Biogeografi adalah Penyebaran tumbuh-tumbuhan

dan binatang secara geografis di muka bumi.

Pada awalnya konsep biogeografi banyak mendapatkan kritik karena jarang sekali

menyentuh faktor-faktor lingkungan alam lainnya dalam satu ekosistem dan faktor manusia

dengan aktivitasnya terhadap terjadinya pola distribusi tumbuhan dan hewan tersebut. Hal ini

kemudian dipandang sebagai satu kelemahan mendasar dari konsep biogeografi. Karena itu,

dalam perkembangan selanjutnya biogeografi mulai menyentuh faktor-faktor ekosistem dan

kegiatan-kegiatan manusia untuk memahami pola distribusi organisme mahluk hidup

(tumbuhan dan hewan) dalam suatu lingkungan geografi pada masa lalu dan pada saat ini.

Bersamaan dengan perkembangan tersebut kemudian muncul istilah baru yang dikenal sebagai

konsep Bioregion.

Bioregion Jawa Barat merupakan Kawasan/lingkungan fisik wilayah Jawa Barat yang

pengelolaanya tidak ditentukan oleh batasan politik dan administrasi, tetapi oleh batasan

geografi, komunitas manusia serta system ekologi. Dengan demikian, bioregion

jugamempunyai pengertian ekoregion, yaitu pengelolaan kawasan yang didasarkan pada

prioritas ekosistem dan habitat alami setempat.

2.2 Kondisi Geografis dan faktor lingkungan Jawa Barat

2.2.1 Letak Geografis Dan Astronomi

Letak Geografis Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya

berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudra Hindia di selatan,

serta Banten dan DKI Jakarta di barat.

Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan

pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur

Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya

Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai

Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

6

Page 7: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Letak astronomisnya antara 5”50’-7”50’Lintang Selatan dan antara 104”48’-108”48’

Bujur Timur. Luas Jawa Barat setelah Banten memisahkan diri dari Jawa Barat adalah lebih

kurang 4.417.000 ha (44.170 km2), dengan jumlah penduduk sebanyak 36.456.576 jiwa (BPS

tahun 2000). 

2.2.2 Luas Daerah

Propinsi Jawa Barat memiliki luas 3, 7 juta hektar dengan berbagai tipe ekosistem,

mulai dari ekosistem pegunungan, rawa, hingga pantai dan daerah pesisir berbatu di selatan

hingga dataran tanah aluvial di utara. Keragaman ekosistem ini akan mempengaruhi tingkat

keanekaragaman pada tingkat jenis.

Hampir 60 % daerah Jawa Barat merupakan daerah bergunung dengan ketinggian

antara 500–3.079 m dpl. sedangkan 40 % merupakan daerah dataran yang memiliki variasi

tinggi antara 0–500 m dpl. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wilayah Jawa Barat

didominasi daerah pegunungan atau dataran tinggi.

2.2.3 Iklim

Iklim di Jawa Barat hampir selalu basah kecuali untuk daerah pesisir yang berubah

menjadi kering pada musim kemarau, dengan curah hujan berkisar antara 1000 mm s/d 6000

mm. Pada daerah selatan dan tengah, intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah

utara.

Musim hujan di daerah Jawa Barat lebih lama, karena pada waktu musim timur (arus

angin dari benua Australia) tiba, angin barat belum hilang dan masih menurunkan hujan. Di

daerah ini angka rata-rata curah hujan di atas 2.000 mm, di beberapa daerah pantai curah

hujannya antara 3.000-5.000 mm. Jumlah hari hujan di daerah tinggi, misalnya Bogor adalah

352 hari per tahun, dan di daerah rendah 138 hari per tahun.

2.2.4 Curah Hujan

Curah hujan di daerah tengah dan selatan yang lebih tinggi memberikan kontribusi

dalam profil hutan yang masih dapat dijumpai saat ini.  Apabila diperhatikan, meskipun bukan

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

7

Page 8: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

satu-staunya penyebab, kondisi hutan daerah tengah dan selatan relatif lebih baik dibandingkan

daerah lainnya. 

2.2.5 Suhu Udara

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada umumnya suhu udara rata-rata di Jawa Barat beragam dari 180C-220C.

Selain curah hujan, kondisi Jawa Barat bagian selatan pun didominasi oleh daerah pegunungan dengan beberapa gunung berapi yang sudah tidak aktif diantaranya adalah) dan beberapa yang aktif

2.2.6 Pegunungan

Demikian pula dengan daerah tengah Jawa Barat yang juga didominasi oleh

pegunungan. Beberapa  gunung tinggi yang masih aktif yaitu Gn. Gede-Pangrango (3.019 m)

, Gn. Ciremai (3.078 m) dan Gn. Tangkuban Perahu (2.076), Gn. Galunggung (2.168 m),

Gn. Cikurai (2.800 m), Gn. Papandayan (2.622 m), dan Gn. Guntur (2.249 m). 

serta beberapa gunung yang sudah tidak aktif adalah Gn. Salak (2.211 m), Gn. Halimun (1.744

m), Gn. Ciparabakti (1.525 m) dan Gn. Cakrabuana (1.721 m).  Gn. Patuha (2.434 m), Gn.

Wayang-Windu (2.182 m), Gn. Malabar (2.350 m), Gn. Kendang (2.608 m), Gn. Talaga Bodas

(2.241

Kondisi yang masih didominasi oleh pegunungan ini pun telah memberikan kontribusi

dalam perlindungan dan pelestarian terhadap ekosistem alami.

2.2.7 Hutan

Daerah selatan merupakan daerah yang memiliki luasan hutan yang dominan di Jawa

Barat, dan 9.5% diantaranya merupakan hutan alami. Dan hampir 60% wilayah hutan yang ada

di Jawa Barat berada di daerah selatan. Luas hutan yang ada di Jawa Barat mencapai 864,87

ribu Ha, yang terdiri atas 612,05 ribu Ha merupakan hutan konservasi yang terdiri dari hutan

lindung, cagar alam, taman nasional dan hutan mangrove, sedangkan sisanya yaitu seluas 

252,82 ribu Ha merupakan hutan produksi. Hutan mangrove yang ada di Jawa Barat terhampar

di pantai utara. Tipe hutan yang ada di Jawa Barat dapat dikatakan lengkap, mulai dari hutan

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

8

Page 9: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

daerah pesisir yaitu hutan mangrove dan hutan dataran rendah (lowland forest) hingga hutan

sub alpin.

2.2.8 Wilayah Aliran Sungai (WAS)

  Sementara itu daerah utara Jawa Barat merupakan daerah dataran sedang hingga

dataran rendah. Dataran rendah ini didominasi oleh dataran aluvial. Pada daerah ini terdapat

dua wilayah aliran sungai (WAS) besar dan sangat berpengaruh pada daerah Jawa Barat

bermuara ke pantai utara, yaitu WAS Citarum dan WAS Cimanuk. Daerah utara Jawa Barat

merupakan daerah yang sangat subur dan merupakan daerah pesawahan yang terbesar di

Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka populasi manusia terbesar dan industri di Jawa Barat

berada pada daerah ini. Oleh karena itu kawasan utara ini memiliki tingkat ancaman dan

kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan daerah tengah dan selatan.

Di dataran Jawa Barat mengalir sungai utama di antaranya: Citarum (268 km),

Cimanuk (258,4 km), Cidurian (181,5 km), Cipunegara (148 km), ciujung (147,2 km),Cisadane

(144 km), Citanduy (130 km), Ciliwung (118,5 km), disamping itu terdapat beberapa sungai

lain yang panjangnya kurang dari 110 km. 

Daerah Jawa Barat memiliki 9 wilayah aliran sungai, antara lain: WAS Citarum (671,9

ribu Ha), WAS Cisadane-Ciliwung (372 ribu Ha), WAS Cipunagara-Cilamaya (443,5 ribu Ha),

WAS Cimanuk (450 ribu Ha), WAS Cisanggarung – Ciwaring (260,4 ribu Ha), WAS

Cimandiri – Ciletuh (349,25 ribu Ha), WAS Cibuni – Cilaki (420,42 ribu Ha), WAS Citanduy

(261,86 ribu Ha), WAS Ciwulan – Ciputrapinggan (413,84 ribu Ha). Selain itu Jawa Barat juga

memiliki pengairan darat berupa danau atau waduk seluas 19,4 ribu Ha.

2.2.9 Danau/Situ

Tidak sedikit danau/situ yang terdapat di daerah Jawa Barat baik yang terwujud secara

alamiah maupun buatan manusia. Danau atau situ yang paling dikenal adalah : Situ Bagendit

di Garut, Situ Gede di Tasikmalaya, Situ Panjalu di Ciamis. Danau Jatilihur di Purwakarta,

Waduk Darma di Kuningan, Danau Rentang di Indramayu, Situ Cileunca di Pangalengan

Bandung, Situ Patenggang di Ciwidey Bandung,  Situ Lembang di Lembang.

2.2.10 Pesisir Pantai

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

9

Page 10: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

  Pada kedua pesisir yaitu pesisir utara dan pesisir selatan, masing-masing memiliki

karakteristik yang sangat berbeda. Pada pesisir utara pantai jarang sekali ditemukan gugusan

terumbu karang, tetapi daerah ini kaya akan padang lamun dan pantainya lebih banyak

didominasi oleh hutan mangrove. Sedangkan pesisir selatan merupakan pantai yang memiliki

tipologi berbatu dan berpasir, sehingga sering ditemukan gugusan terumbu karang. 

2.2.11 Faktor Lingkungan          

Kondisi faktor lingkungan yang berbeda pada kawasan utara dan selatan, demikian pula

dengan tingkat kepadatan penduduk, telah mempengaruhi tingkat ancaman yang berbeda

terhadap keanekaragaman hayati.  Kawasan utara yang memiliki ancaman kelestarian relatif

lebih tinggi memerlukan upaya perlindungan sekaligus rehabilitasi.  Melalui perlindungan dan

rehabilitasi diharapkan tingkat keanekaragaman hayati kawasan Utara Jawa Barat dapat

ditingkatkan dimasa yang akan datang.

  Sementara kawasan selatan dan tengah yang relatih masih baik kondisi

keanekaragaman hayatinya memerlukan upaya yang terutama berperan dalam perlindungan

dan perencanaan wilayah yang baik, dan berpihak pada kelestarian lingkungan.

2.3 Keanekaragaman Flora

Jawa Barat mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Di Jawa Barat terdapat

3.882 jenis (spesies) tumbuhan berbunga dan tumbuhan paku asli Jawa Barat dan 258 jenis

yang dimasukkan dari luar. Perbandingan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk

tumbuhan asli adalah 3.882:2.851:2.717. Khusus untuk anggrek (Orchidaceae) di Pulau Jawa,

di Jawa Barat terdapat 607 jenis alami, 302 jenis (50 %) hanya ada di Jawa Barat (Van Steenis

dalam Backer & Bakhuizen van de Brink, 1965). Menurut Comber (1990) di Jawa Barat

terdapat 642 jenis anggrek dan yang hanya terdapat di Jawa Barat 248 jenis.

Tumbuhan yang termasuk pohon, di Jawa Barat terdapat 1.106 jenis (Prawira, tbt.)

dengan 51 jenis disebut dengan pohon-pohon yang penting, diantaranya jati (Tectona grandis),

rasamala (Altingia excelsa), kepuh (Sterculia foetida), jamuju (Podocarpus imbricatus), bayur

(Pterospermum javanicum), puspa (Schima wallichii), kosambi (Schleichera oleosa),

beleketebe (Sloenea sigun), pasang (Lithocarpus spp.), pedada (Sonneratia alba), bakau

(Rhizhopora mucronata), dll.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

10

Page 11: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Tipe-tipe vegetasi yang ada di Jawa Barat adalah (Van Steenis dalam Backer & Bakhuizen

van de Brink, 1965):

Vegetasi litoral, termasuk di sini jenis-jenis tumbuhan lamun seperti setu (Enhalus acoroides), Thalassia hemprichii, dan berbagai jenis alga seperti Gelidium, Gracilaria dan Euchema yang menghasilkan agar-agar

Hutan bakau (mangrove), antara lain bakau (Rhizophora spp.), pedada (Sonneratia spp.), api-api (Avicennia spp.), tarungtung (Lumnitzera littorea).

Formasi pantai antara lain formasi Barringtonia yang ditandai oleh keben (Barringtonia asiatica), ketapang (Terminalia catappa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), dll.

Hutan rawa dataran rendah, antara lain reungas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia spp.), cangkring (Erythrina fusca) dll.

Hutan hujan dataran rendah dan perbukitan. Formasi ini terdapat pada ketinggian di bawah 1500 dpl. (Zona tropis 1-1000 dpl., zona submontana 1000-1500 dpl.). Antara lain berbagai jenis bambu (Bambusa spp., Gigantochloa spp.), mara (Mallotus spp., Macaranga spp.), kareumbi (Omalanthus populneus), dan teureup (Artocarpus elasticus) dll.

Hutan hujan pegunungan (zona Montana) pada ketinggian 1500-2400 m dpl. Antara lain rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus spp.), saninten (Castanopsis argentea), hamirung (Vernonia arborea), puspa (Schima wallichii), huru (Litsea spp., Phoebe spp.), jamuju (Podocarpus imbricatus), dan kihujan (Engelhardia spp.) dll.

Danau dan rawa pegunungan, tumbuhan rawa seperti Eriocaulon spp., Xyris campestris, dll. Lumut Sphagnum ditemukan di Gunung Gede dan Patuha.

Vegetasi sub alpin, di atas 2400 m dpl. Daerah ini lebih miskin dariapada hutan hujan pegunungan, didominasi oleh suku Ericaceae seperti cantigi (Vaccinium spp.), Rhododendron spp., gandapura (Gaultheria spp.), dan jenis-jenis lain yang khas seperti ramo kasang (Schefflera spp.), kiteke (Myrica javanica), jirak (Symplocos sessilifolia) dll.

Menurut Van Steenis (1972) terdapat 39 jenis tumbuhan pegunungan yang

dikategorikan jarang (‘rare’) di Jawa Barat, 18 jenis diantaranya sejauh ini diduga endemik

(Meskipun ada diantaranya yang ditemukan di tempat lain). Di antara yang endemik tersebut,

11 jenis adalah anggrek (Orchidaceae). Sebelumnya Van Steenis (dalam Backer & Bakhuizen

van de Brink, 1965) menyebutkan ada dua jenis yang endemik di Jawa Barat yaitu Heynella

lactea (Tjadasmalang) dan Silvorchis colorata (di sekitar Garut). 

Menurut Van Steenis (dalam Backer & Bakhuizen van de Brink, 1965) di Pulau

Jawa, dari 6.543 jenis yang ada, 1.523 jenis (23,4 %) adalah tanaman budidaya, sisanya adalah

tumbuhan liar (4.598 jenis) dan tumbuhan asing yang ternaturalisasi (413 jenis). Sebagian dari

tumbuhan alami terdapat di kawasan konservasi yaitu hutan lindung, cagar alam, suaka

margasatwa dan taman nasional. Di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terdapat 844

jenis tumbuhan berbunga (Sunaryo & Rugayah, 1992).

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

11

Page 12: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Semua jenis tumbuhan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, yang

mempunyai manfaat langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan tumbuhan secara

tradisional oleh masyarakat lokal dikenal sebagai etnobotani. Penelitian etnobotani di Jawa

Barat sudah banyak dilakukan, antara lain di Kampung Naga (Suandharu, 1998), Cinangka

(Murdiati dkk. 1992), Gunung Halimun (Nizma & Darnaedi, 1992; Panggabean & Ladjar,

1992), Pangandaran (Zuhud & Yuniarsih, 1992), dll. Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan oleh

masyarakat lokal akan semakin terkikis dengan kemajuan teknologi.

2.4 Keanekaragaman Fauna

Secara umum dunia fauna dapat dikelompokkan kedalam: serangga, pisces, amfibi,

reptil, aves dan mamalia. Dari kelompok-kelompok tersebut ada fauna yang langsung

berhubungan dengan kepentingan manusia yaitu bisa bermanfaat bagi manusia, bersifat hama,

disukai untuk dipelihara atau dikonsumsi dan juga fauna dengan status khusus seperti fauna

endemik (hanya ditemui di suatu daerah tertentu), langka/hampir punah dan punah. Dalam

proyek ini, inventarisasi/ dokumentasi pendahuluan terhadap kelompok-kelompok fauna di atas

yang dijumpai di daerah jawa barat telah dilakukan (lihat sub Bab 4.1 dan 4.2). Berdasarkan

hasil-hasil yang terdokumentasi, maka dapat dibuat deskripsi singkat yang berkaitan dengan

masing-masing kelompok fauna tersebut, yaitu :

Kelompok serangga

Kelompok ini memiliki berbagai macam manfaat. Salah satu peran serangga yang

sangat penting secara ekologis adalah dalam proses penyerbukan (polinasi) yang dilakukan

oleh kupu-kupu. Akan tetapi kelimpahan dan keanekaragaman spesiesnya dewasa ini semakin

berkurang yang disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu berkurangnya habitat dan

eksploitasi untuk diperdagangkan karena umumnya kupu-kupu karena keindahannya.

Karena dalam siklus hidupnya serangga biasanya mengalami proses metamorfosis, ada fase-

fase tertentu dari proses tersebut yang kurang disukai oleh manusia yaitu pada fase larva atau

yang lebih dikenal dengan nama ulat. Pada fase ini, serangga biasanya dianggap hama oleh

para petani karena merusak tanaman.

Di habitat alami, belalang dan jengkrik adalah kelompok serangga yang bisa dimanfaatkan

sebagai sumber makanan burung, reptil dan amfibi. Akan tetapi jenis-jenis belalang tertentu

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

12

Page 13: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

apabila populasinya tidak terkendali dapat bersifat hama terhadap tanaman bididaya seperti

padi sehingga petani mengalami gagal panen.

Kelompok pisces

Pada dokumentasi awal ini, inventarisasi difokuskan pada ikan-ikan air tawar yang

dijumpai pada daerah aliran sungai citarum dan tiga waduk besar di wilayah jawa barat, yaitu

Jatiluhur, Cirata dan Saguling. Dari hasil survey lapangan, ikan-ikan air tawar yang dijumpai

pada daerah-daerah tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:

Ikan yang menjadi ciri khas Sungai Citarumo tagih/baung, hampal, keting dan udang batu

Ikan khas Sungai Citarum yang tidak ditemukan lagi setelah pembangunan waduko tawes, lelawak, sengal, arengan, walangi

Ikan yang masih bisa ditemukan di sungai dan waduko deleg, sidat/moa, betok, pepetek, kebo gerang, julung-julung, keting, bereum

panon, beunter, sepat, paray, betutu/bodo, jeler, oleng, gabus, belut Ikan budidaya yang diintroduksi ke perairan waduk

o patin, ikan mas, nila, gurame Ikan hias yang diintroduksi ke perairan waduk

o arwana, golsom, oskar Ikan yang secara tradisi dikonsumsi oleh masyarakat sekitar

o tagih/baung Ikan atau udang yang dijumpai pada bulan/periode tertentu

o udang batu

Kelangkaan dan kepunahan beberapa jenis ikan ‘indigenous’ di daerah aliran Sungai

Citarum diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: perubahan habitat dari sungai ke danau/waduk,

pencemaran dan ‘overfishing’ yang dilakukan untuk kebutuhan pangan. Jenis-jenis ikan yang

punah tersebut, yaitu arengan, lelawak, sengal, tawes. walangi belum sempat didomestikasi

sehingga informasi yang berkaitan dengan spesies-spesies tersebut tidak banyak.

Kelangkaan dan kepunahan beberapa spesies ikan terjadi juga sebagai akibat

penggunaan pestisida terutama untuk ikan-ikan yang mendiami ekosistem binaan seperti sawah

seperti ikan-ikan kecil/impun dan belut sawah.

Kelompok amfibi dan reptil

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

13

Page 14: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Kelompok amfibi dan reptil yang ditemukan di lapangan statusnya semakin hari akan

semakin langka. Hal ini diakibatkan karena habitat yang tersedia semakin berkurang dan belum

satupun dari jenis kelompok ini yang sudah bisa didomestikasi dan dibudidaya.

Kelangkaan beberapa spesies kelompok ini terjadi sebagai akibat perburuan oleh

manusia untuk dikonsumsi dan dipelihara antara lain: katak sawah, katak catang, beberapa

jenis ular, biawak, bunglon, kura-kura, dll.

Beberapa jenis amfibi dan reptil masih sering dijumpai di beberapa daerah di Jawa

Barat adalah biawak (disekitar daerah aliran Sungai Citarum dan waduk, danau Sanghyang di

Tasikmalaya), kura-kura (disekitar daerah aliran Sungai Citarum dan waduk, sungai-sungai di

daerah Bogor/Sentul)

Kelompok aves

Kelangkaan jenis burung lebih disebabkan karena nilai ekonomis burung yang sangat

tinggi sebagai hewan peliharaan sehingga penagkapan liar tidak bisa dihindarkan disamping

ketersediaan habitat yang semakin berkurang.

Sebagai contoh burung madu di daerah Tangkuban Parahu, berdasarkan laporan

terakhir dari hasil survey mahasiswa Biologi-ITB, spesiesnya tidak lebih dari tiga, hal ini

disebabkan karena habitatnya terutama sebagai tempat/sumber makanan semakin berkurang

sehingga kondisi ini akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan populasi burung tersebut.

Berdasarkan hasil survey di daerah danau-danau kecil di Sentul/Bogor, beberapa jenis

burung air atau yang mencari makan di daerah perairan masih bisa dijumpai seperti belekok,

bangau dan raja udang. Beberapa jenis burung sudah bisa dibudidaya/ditangkar dan

didomestikasi

Kelompok mamalia

Kelangkaan jenis mamalia disebabkan oleh dua faktor utama yaitu aktivitas perburuan

dan habitat aslinya terganggu. Salah satu contoh penurunan drastis kelompok ini adalah jarang

dijumpainya lagi banteng di Hutan Sancang (Garut) dan di Pangandaran. Banteng ini

sebenarnya sudah lama menjadi maskot di kedua daerah tersebut.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

14

Page 15: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Usaha penangkaran kelompok mamalia yang ada seperti penangkaran Rusa di Ranca

Upas akan sangat bermanfaat bagi kelestarian spesies ini dan juga bisa dijadikan tempat tujuan

wisata dan pendidikan/penelitian. Manusia memanfaatkan hewan ini untuk hobi/kesenangan,

sumber makanan dan kulitnya untuk bahan sandang.

BAB III

SOSIOANTROPOLOGI JAWA BARAT

I. PENGERTIAN SOSIOANTROPOGI

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

15

Page 16: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Sosioantropologi diambil dari kata “Society/social’ (masyarakat) dan “Antropologi”.

Antropologi adalah suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih

banyak. Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di negara-

negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan-pembuatan kebijakan dalam

rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat. Antropologi secara garis besar dipecah

menjadi dua bagian, yaitu antropologi fisik/biologi dan antropologi budaya.

Dengan demikian Sosioantropologi adalah suatu ilmu yang mengkaji sifat-sifat dan hubungan antar masyarakat serta kebudayaannya.

Masyarakat (society) dan kebudayaan (culture) saling bergantung satu sama lain.

Masyarakat tidak mungkin merupakan satu kesatuan fungsional tanpa kebudayaan. Demikian

pula sebaliknya. Individu-individu hanya sebagai medium ekspresi kebudayaan dan

melangsungkannya dengan pendidikan terhadap generasi berikutnya.

II. SOSIOANTROPOLOGI JAWA BARAT

Kultur alam Priangan adalah daratan tinggi berbukit- bukit landai dan terkadang juga

tajam dengan lembah yang curam. Udaranya sejuk segar, zaman dulu bangsa Belanda

memanfaatkan keadaan alam Priangan menjadi suatu daerah perkebunan teh dan karet, hingga

saat kini kita dapat menjumpai sisa-sisa perkebunan yang membalut sebagian perbukitan alam

Priangan. Sebagai peninggalan kerajaan Padjadjaran yang pernah jaya, kreativitas seni budaya

Priangan adalah tubuh sosok seni yang terkenal lemah gemulai, lengkingan suling serta dibalut

oleh merdunya suara Priangan mendayu-dayu seperti semilirnya angin perbukitan.

Tinggalan lain berasal dari peninggalan Prabu Siliwangi yaitu seorang Pemangku Tahta

Kerajaan Padjadjaran yang legendaris, kini mahkotanya tersimpan di Museum Prabu Geusan

Ulun Kabupaten Sumedang, sedangkan tinggalan lainnya adalah Candi Cangkuang di Leles

Garut dengan gaya arsitektur Hindu peninggalan abad ke 8. Upacara- upacara adat Priangan

ada yang telah dimodifikasi agar lebih menarik dan menjadi seni pertunjukan untuk

dipersembahkan kepada khalayak, misalnya upacara perkawinan dan bentuk prosesi lainnya.

Kreativitas lainnya adalah Angklung yang telah diangkat menjadi citra musik

Indonesia. Angklung telah berhasil memikat perhatian bangsa lain di luar negeri. Para

penggemar selalu mengharapkan agar setiap misi kesenian Indonesia yang akan digelar di luar

negeri senantiasa menyertakan angklung pada bagian acara yang disajikan, kita patut bangga

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

16

Page 17: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

karena dimana angklung bergetar, disana terdapat ciri Indonesia. Demikian memasyarakatnya

angklung di Jawa Barat, karena semula angklung adalah alat musik tradisional masyarakat

Jawa Barat yang kemudian diangkat oleh Pak Daeng Sutigna dengan “Angklung Diatonis”.

Kini hampir setiap sekolah dan Perguruan Tinggi mempunyai perkumpulan angklung yang siap

disuguhkan. Untuk meningkatkan citra angklung di Indonesia khususnya Jawa Barat, ITB telah

menyelenggarakan seminar tentang Panduan Angklung yang menghadirkan para pembicara

“Pakar Kebudayaan Tingkat Nasional”. Untuk mengetahui cara pembuatan angklung, Saung

Angklung Udjo Ngalagena di Padasuka Bandung siap setiap saat dan tak pernah sepi dari para

pengunjung baik nusantara maupun asing. Beberapa jenis kesenian lainnya yang siap dikemas

agar menarik para pelancong diantaranya Tari Keurseus, Tayuban, Jaipongan, Silat, Ketuk

Tilu, Cianjuran, dan Longser. Dalam aspek seni rupa, Bandung adalah salah satu daerah yang

menjadi potensi nasional disamping Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Di Bandung juga terdapat

Galeri-galeri yang siap menyuguhkan pameran seni rupa dan desain. Demikian pula dalam seni

arsitektur dan desain, Bandung adalah termasuk kota mode di Indonesia.

Untuk mengetahui cara pembuatan angklung, Saung Angklung Udjo Ngalagena di

Padasuka Bandung siap setiap saat dan tak pernah sepi dari para pengunjung baik nusantara

maupun asing. Beberapa jenis kesenian lainnya yang siap dikemas agar menarik para

pelancong diantaranya Tari Keurseus, Tayuban, Jaipongan, Silat, Ketuk Tilu, Cianjuran, dan

Longser. Dalam aspek seni rupa, Bandung adalah salah satu daerah yang menjadi potensi

nasional disamping Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Di Bandung juga terdapat Galeri-galeri yang

siap menyuguhkan pameran seni rupa dan desain. Demikian pula dalam seni arsitektur dan

desain, Bandung adalah termasuk kota mode di Indonesia.

III. Beberapa Obyek Wisata Di Jawa Barat

Pantai Pangandaran , Ciamis

Pantai Pelabuhan Ratu , Sukabumi

Gunung Tangkuban Perahu

Puncak , Bogor - Cianjur

Ciater , Subang

Linggajati , kuningan

Kebun Raya Bogor

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

17

Page 18: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Taman Safari Indonesia

Taman Wisata Mekarsari

Keraton Kasepuhan, Cirebon

Keraton Kanoman Cirebon

Situ Patenggang, Ciwidey

Cipanas , Garut

Pantai Ujung Genteng, Sukabumi

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung

Kebun Raya Cibodas

Waduk Jatiluhur , Purwakarta

Taman Bunga Nusantara, Cianjur

Observatorium Bosscha , Bandung

IV. Beberapa Rumah Adat Di Jawa Barat

1. Rumah Adat Citalang

2. Rumah Adat Lengkong

3. Rumah Adat Panjalin

V. Beberapa Kampung Adat Di Jawa Barat

1. Kampung Cikondang

2. Kampung Kuta

3. Kampung Mahmud

4. Kampung Urug

5. Kampung Dukuh

6. Kampung Naga

7. Kampung Pulo

8. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar

VI. Makanan Khas JAWA BARAT: comro, bala-bala,

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

18

Page 19: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Bandung : lomie, lotek, batagor, siomay?, karedok sayur dan karedok leunca, soto bandung,

peuyeum bandung, colenak, mie kocok, bandrek, bajigur

Bogor : lumpia bogor, asinan, ayam kuning, laksa, gohiong, sekba, soto mi ciseeng, kue pepes,

pangsit pengantin, toge goreng

VII. Beberapa kesenian khas dari berbagai daerah di Jawa Barat diantaranya adalah:

1. Kota Bandung

Benjang, Angklung, Jaipongan, Reak, Pantun Buhun, Sandiwara, Tembang Sunda Cianjuran,

Calung, Calempungan, Degung, Debus, Gondang, Jenaka Sunda, Kliningan, Kuda Lumping,

longser, Pencak Silat Tayub, Tari Keurseus, Wayang golek, Qasidah, Arumba, Reog, Forum

Sastra Bandung, Studi Barli, Studio Jeihan, Nasyid, Pop Sunda, Gending Karesemen, Wayang

Purwa

2. Kabupaten Bandung

Ujungan, Beluk, Wayang golek, Longser, Badawang, Angklung Buncis, Gamelan Renteng,

Bangkong Reang, Bangkong Ciseke, Wawacan, Janaka sunda, Buncis, Calung, Lukisan Khas

Jelekong, Celempungan, Tembang Sunda Cianjuran, Degung, Debus, Gondang, Jaipongan,

Kliningan, Kuda Lumping, Kuda Renggong, Kacapi Suling, Pencak Silat, Pantun, Rudat,

Reog, Sandiwara, Tayub, Kacapi Biola, Seni Rupa.

3. Kota Cimahi

Wayang Ibuk, Angklung, Seni Lukis.

4. Kabupaten Garut

Lais, Bangkolung, Badeng, Surak Ibra, Hadro, Tembang Cigawiran, Dodombaan, Gesrek,

Pantun Beton, Bangreng, Rampak Kohkol, Gembyung, Karinding, Reog, Buncis, Rudat,

Pencak Silat, Dug Kol, Calung, Wayang golek, Degung.

5. Kota Tasikmalaya Degung, Orkes Melayu, Angklung, Bangkolung, Qasidah, Calung, Silat, Reog, Kuda Lumping.

6. Kabupaten Tasikmalaya

Upacara sepitan, Gusaran, Buncis, Sunatan Buhun di Pilemburan, Nyawen, Dug Kol Reog

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

19

Page 20: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Aneka Jaya, Terebang Gesek, Terebang Gebes, Rudat, Rajah(Tumbal), Beluk, Calung

Renteng, Karinding, Jajanen, Terebang Sejak, Pencak Silat, Qasidah, Kutiplak.

7. Kabupaten Ciamis

Ronggeng Gunung, Genjring Bonyok Tepak Lima, Badud, Janeng, Gondang Buhun, Tayub,

Karinding, Beluk, Reog Dongkol, Celempungan, Tari Badaya, Ronggeng Amen, Drama,

Wayang Golek, Calung, Degung, Kuda Lumping, Bangseter (Kacapi Siter), Sandiwara,

Manorek, Seni Silat, Akrobat, Qasidah, Gemyung, Tanjidor, Ketoprak, Wayang Kulit, Sintren,

Rudat, Rampak Bedug, Singa Depok, Langgeran (Prajurit tari), Angklung Buncis, Lebon,

Pantun, Bongbong (Maca Wawacan), Bangklung (Terbang Calung), Tepak Lima, Jimrut/Caria,

Egrang, Seni Lais, Ronggeng Kreasi, Debus, Janaka Sunda, Karesmen Adat, Angguk, Arumba,

Kuda Kepang, Kacapi Sunda (Cianjuran), Rengkong, Tari Klasik, Tari Kreasi, Ronggeng

Kreasi, Rudat, Duggig.

8. Kota Banjar

Calung, Wayang kulit, Sintren, Wayang Golek, Calung, Reog, Degung, Orkes Melayu, Silat,

Akrobat, Gondang Buhun, Gonggo (Teater Tradisional), Hadrlroh (Tagonian Bahasa Jawa),

Teater.

9. Kabupaten Sumedang

Bangreng, Kuda Renggong, Jentreng/ Tarawangsa, Goong Renteng, Rengkong, Sampyong,

Beluk, Kuda lumping, Umbul, Rampak Sekar, Genjring, Reog, Reak/Buncis, Celempungan,

Pantun Beton, Kacapi, Tembang/Cianjuran, Munduh Mantu, Lais, Mapag Panganten Arumba,

Tayub, Lontang, Longser Parugpug.

10. Kabupaten Cianjur

Karinding, Bangkong Reang, Kuda Lumping, Bedor, Calung modern, Seni Dulak, Reak,

Tutunggulan, Rampak Kohkol.

11. Kabupaten Sukabumi

Bedug lojor, Betok, Cador, Gekbreng, Gondang buhun, Jipeng, Pantun Buhun, Parebut Seeng,

Kliningan, Degung, Kacapi Suling, Kacapi Lawak, Orkes Melayu, Band, Qasidah, Vokal

Group, Mawalan, Angklung, Sandiwara, Wayang Golek, Topeng, Ketuk Tilu Buhun, Buncis,

Kuda Lumping, lais, Cepet, Ubrug, Bangkolung, Debus, Ujungan Kuda Kepang, Reak, Uyeg,

Reog, Calung, Lukis.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

20

Page 21: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

12. Kota Sukabumi

Uyeg Baru, Degung, Kliningan, Kacapi suling, Orkes Melayu, band, Qasidah, Calung, Reog,

Pencak Silat, Gotong Sisig, Betok.

13. Kota BogorTari Payung Padjadjaran, Tari Ular, Tunil Bogor, Cador, Janaka Sunda, Qasidah.

14. Kabupaten Bogor

Lenong, Ajeng, Blantek, Angklung Gubrag, Kendang Pencak Cimandean, Tanji, Pantun

Buhun, Jipeng, Cibatokan.

15. Kabupaten Majalengka

Tari Topeng Beber, Seni reog, Seni Gemyung, Jenaka Sunda, Seni Longser, Sampyong, Organ

Tunggal, Jaipong kombinasi, Qasidah Modern, Seni Kuda Renggong, Orkes Melayu, Wayang

Purwa, Musikalisasi Puisi (Konser Kampung), Aneka Seni Teater Modern, Gaok.

16. Kabupaten Cirebon

Goong Renteng, Jaran Lumping, Genjring Atraksi, Pantun, Tari Baksa, Bray Terbang

Gembyung, Tekes/ Sobrah, Topeng Lakon, Topeng Losari

17. Kota Cirebon

Topeng Tayub, Wayang Cirebon, Debus Cirebon, Sintren, Lais, Tarling Klasik, Rudat,

Mastres, Topeng Beling.

18. Kabupaten Kuningan

Buroq, Cingcowong, Bray Terbang Gembyung, Goong Renteng, Panahan, Pesta Dadung,

Rudat, Saptonan, Sintren, Tari Buyung, Tari Baksa, Kemprongan.

19. Kabupaten Indramayu

Tarling Dangdut, Sandiwara, Sintren, Organ Tunggal, Kuda Lumping, Singa Gotong, Singa

Dangdut, Topeng, Silat Macapat, Qasidah, Genjring Rudat Akrobat, Terbang Randu Kentir.

20. Kabupaten Subang

Dongbret, Genjring bonyok, Sisingaan, Banjet, Doger, Bajidoran, Rengkong, Tayub, Goong

Renteng, Lokat, Jajangkungan, Topeng Jati, Gembyung Buhun, Sintren, Adem ayem, Burok,

Kikijingan, Beluk, Kuda Kepang, Kecapi Biola, Kliningan, Toleat.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

21

Page 22: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

21. Kabupaten Purwakarta

Buncis Purwakarta, Tung Brung, Ngaleungeuh Pare, Celempungan, Cador, Bajidoran, Pencak

Silat, Degung, Jaipongan, Cianjuran, Rampak Sekar, Calung, Beluk, Seni Ulin Kobongan,

Kuntulan, Sandiwara.

22. Kabupaten Karawang

Topeng Banjet, Ajeng, Ketuk Tilu, Jombret/Dongbret, Qasidah Tradisional, Kliningan, Tanji,

Calung, Bajidoran, Gotong singa, Wayang Golek Purwa, Jaipongan, Pupuh, Degung, Paduan

Suara, Kacapi Suling, Drum Band, Reog, Pesta Laut, Tarian Soja.

23. Kabupaten Bekasi

Tanjidor, Topeng, Calung, Wayang Golek, Wayang Kulit, Jaipongan, Kliningan, Degung,

Qasidah, Tari, Teater, Teater Lenong, Vokal Grup.

24. Kota Bekasi

Topeng, Topeng Tambun, Wayang Kulit, Wayang Kulit Gaya Surakarta, Ujungan, Calung,

Degung, Tanji, Jaipongan, Kliningan.

25. Kota Depok

Wayang Kulit Melayu, Seni Lenong, Topeng Cisalak, Ajeng, Degung, Orkes Melayu,

Dangdut, Qasidah, Wayang Golek, Kliningan.`

KABUPATEN CIREBON DAN INDRAMAYU

Sebagai daerah yang terletak pada perbatasan antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi

Jawa Tengah, proses akulturasi antara dua kultur masyarakat Sunda dan Jawa tidak dapat

terhindar lagi. Kedua kultur tadi kemudian menjadi satu, dan kemudian melahirkan sub kultur

mandiri, hal ini dapat terlihat jelas dari bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat Cirebon

dan Indramayu. Perjalanan sejarah pada abad 14 dan 15 dimana daerah ini menjadi pusat

pengembangan agama Islam, juga turut mewarnai kultur Cirebon. Pengaruh agama Islam

mengakar pada relung-relung kalbu masyarakat.

Nilai- nilai tradisi dan warna kesenian tradisional Cirebon selalu berdasarkan falsafah

agamis. Beberapa peninggalan diantaranya rebana digunakan dalam susunan waditra pada

sebagian besar kesenian tradisional. Kemudian situs peninggalan sejarah dan purbakala

tersebar di seluruh wilayah Cirebon. Makam Sunan Gunung Jati yang dihiasi dengan berbagai

bentuk keramik peninggalan masa pemerintahan Kaisar Ming dan Song dari daratan Tiongkok

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

22

Page 23: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

menunjukan adanya pengaruh Cina yang melekat di daerah Cirebon yang merupakan

peninggalan Putri Ong Tin Nio yang dipersunting Sunan Gunung Jati. Sedangkan Gua

Sunyaragi yang dirancang oleh arsitek Cina yang bernama Sam Cay Kong merupakan tempat

peristirahatan pada masa lalu. Sebagai peninggalan kesultanan, Cirebon memiliki empat buah

keraton, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton

Kaprabonan. Setiap setahun sekali keraton-keraton tersebut diramaikan dengan upacara-

upacara tradisional “Muludan” yang berintikan “Turun Jimat”. Sedangkan di daerah tempat

sepanjang pantai, para nelayan berlabuh setiap tahun menyelenggarakan “Nadran“(Pesta Laut),

yaitu mempersembahkan sasajen kepada penguasa laut.

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

23

Page 24: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

BAB IVPEMBIASAAN POLA/GAYA, PERILAKU HIDUP

SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFI DAN SOSIOANTROPOLOGI SERTA PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM

PEMBIASAAN POLA/GAYA HIDUP YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFI DAN SOSIOANTROPOLOGI WILAYAH JAWA BARAT

1. Pola/Gaya Hidup yang sesuai : Kebiasaan gotong royong Kekeluargaaan Hidup sederhana

2. Pola/Gaya hidup yang tidak sesuai : Biat tekor asal sohor Individualistis Membuang sampah dimana saja Merusak fasilitas umum

PEMBIASAAN PERILAKU HIDUP YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK BIOGEOGRAFI DAN SOSIOANTROPOLOGI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Membuang sqampah pada tempatnya

Mengambil ikan hanya yang besar saja

Menangkap burung-burung untuk dibudidayakan

Merawat bunga

Menanam tanaman

Tidak membuang limbah sembarangan

Memelihara kebersihan lingkungan

Dsb

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM

Sumber Daya Alam yang ada di Wilayah Bogor :

1. Flora : Pertanian, perkebunan, kehutanan

2. Fauna : Perikanan, peternakan

3. Energi : PLTA Cianteun, Tenaga Panas Bumi di gunung salak

4. Pertambangan : Emas, Galian C

5. Pariwisata : Puncak, kebun Raya, Gn Pancar

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

24

Page 25: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

Prinsip-prinsip dalam Pemanfaatan SDA : Konservasi SDA

Memperhatikan etika lingkungan

Reboisasi

Tebang pilih

Unsur-unsur dalam pelestarian SDA : Perilaku manusia

Keadaan

Ruang

Waktu

Proses interaksi

Usaha pelestarian SDA dapat dilakukan dengan cara :

Pelestarian secara Insitu

Pelestarian secara eksitu

Konservasi insitu adalah upaya pelestarian sumber daya alam dalam kawasan habitat aslinya.

Konservasi eksitu adalah upaya pelestarian sumber daya diluar kawasan habitat aslinya.

Penghargaan untuk pelestarian tingkat nasional adalah Adipura dan Kalpataru

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

25

Page 26: PENGANTAR PLH KELAS XI -   Web viewPelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon

http://bencana.net/topik/berita/kerusakan-lingkungan.htmlhttp://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=45&display=8&entry=4http://bk.menlh.go.id/?module=pages&id=dihttp://uinsuka.info/ejurnal/index.php?option=com_content&task=view&id=88&Itemid=52http://walhi-jogja.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=56&Itemid=22http://www.bangrusli.net/index.php?option=com_content&task=view&id=478http://www.kompas.com/read/xml/2008/02/04/20395360/kerusakan.lingkungan.perburuk.citra.indonesiahttp://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3959&Itemid=335http://habibiaja.blogspot.com/2008/06/lingkungan.htmlhttp://www.gatra.com/2002-08-12/artikel.php?id=19684http://www.muhammadiyah.or.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1009http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=2566&Itemid=1347http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3520&Itemid=1942http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=6078&Itemid=1804http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3012&Itemid=1580http://www.jabarprov.go.id/jabar/public/33393/kabkot_detail.htm?id=70445&menu.id=70461http://www.jabarprov.go.id/jabar/public/33393/kabkot_detail.htm?id=70529http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/21/kesra02.htmlhttp://kataloghukum.blogspot.com/2008/01/prinsip-common-but-differentiated.html

Pendidikan Lingkungan Hidup

Karakteristik Biogeografi dan Sosioantropologi Wilayah Jawa Barat

26