practice dan massed practice terhadap …/perbedaan...perbedaan pengaruh metode latihan antara...

72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS Oleh: ERNI SULISTYOWATI K5608011 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: phungthuan

Post on 25-May-2019

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED

PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN

SERVIS PANJANG BULUTANGKIS

Oleh:

ERNI SULISTYOWATI

K5608011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED

PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN

SERVIS PANJANG BULUTANGKIS

Oleh :

Erni Sulistyowati

K5608011

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 4: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Erni Sulistyowati. DIFFERENCES BETWEEN THE EFFECT OF TRAINING METHODS DISTRIBUTED PRACTICE AND MASSED PRACTICE OF LONG SERVIS CAPABILITIES BADMINTONA Thesis. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. Surakarta. 2012.The objectives of this research are to know: (1) The difference in the influence oftraining methods between distributed practice and massed practice on the abilityof badminton players hit long service men Purnama Solo Badminton Association.(2) Better training methods influence the distributed practice and massed practiceon the ability of badminton players hit long service men Purnama Solo Badminton Association.

The method used is experimental research. The sample in this study wasthe son novice athlete Badminton Association Solo Purnama aged 9-13 years, amounting to 22 athletes, the sampling technique used was purposive random sampling. The data analysis technique used in this study is the reliability test, normality test, homogeneity, and the t-test.

The results of this research : The results obtained by the value ofpreliminary tests of reliability long service men's badminton player PB. Solo is afull moon 0,969 and final test reliability values PB male player. Solo is a full moon 0,921. Values obtained from the test for normality Lcount the initial testgroup 1 and group 2 and the value Lcount at the end of the test group 1 and group 2 is smaller than the value Ltable with a significance level 5%, thus concluded that the initial test data and final test group 1 and group 2 were normally distributed. Values obtained from the homogeneity test. Fcount of the initial test and final test is less than Ftable with a significance 5%, thus concluded that the group 1 and group 2had a homogeneous variance. Based on the results of preliminary tests to testdifferences t-test between group 1 and group 2 values obtained tcount = 3,104 dan ttable = 2,228 (tcount > ttable). Based on the results of testing the difference with t-test statistical analysis of group 1 between the initial test and final test values obtainedtcount = 3,104 dan ttable = 2,228 (tcount > ttable). Based on the results of testing the difference with t-test statistical analysis of group 2 between the initial test and final test values obtained tcount = 2,919 dan ttable =2,086 (tcount > ttable). Based on theresults of testing the difference with t-test statistical analysis between group 1 andgroup 2 values obtained tcount = 2,919 dan ttable = 2,086 (tcount > ttable). Based on thepercentage increase in the ability of service percountan badminton long known that group 1 has an increase of 76.17% and group 2 had increased 91.71%.

The conclusion of this research is (1) There is a difference betweentraining methods massed practice and distributed practice to improve their longservice badminton male player Badminton Association Solo Purnama. (2) Massedpractice training methods better effect than the Distributed practice training methods for long service upgrades badminton male player Badminton AssociationSolo Purnama, where the method of massed practice has increased the percentage

Page 7: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

value of learning outcomes badminton long serve accuracy 91.71%, while thedistributed practice has improved the accuracy of learning outcomes badmintonlong serve by 76.17%.Keywords: badminton long service capabilities, massed practice methods, methods of distributed practice.

Page 8: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Erni Sulistyowati. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICETERHADAP KEMAMPUAN SERVIS PANJANG BULUTANGKIS Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh metode latihan antara distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo. (2) Metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara distributed practicedan massed practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Sampeldalam penelitian ini adalah atlet pemula putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo yang berusia 9 – 13 tahun yang berjumlah 22 atlet, teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji –t.

Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh nilai reliabilitas tes awal servis panjang bulutangkis pemain putra PB. Purnama Solo adalah 0,969 dan nilai reliabilitas tes akhir pemain putra PB. Purnama Solo adalah 0,921. Dari uji normalitas diperoleh nilai Lhitung pada tes awal kelompok 1 dan kelompok 2 dan nilai Lhitung pada tes akhir kelompok 1 dan kelompok 2 lebih kecil dari nilai Ltabel

dengan taraf signifikansi 5%, sehingga disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir kelompok 1 dan kelompok 2 berdistribusi normal. Dari uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung dari tes awal dan tes akhir lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikansi 5%, sehingga disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dengan t-test antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung = 3,104 dan ttabel = 2,228 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 1 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai thitung =3,104 dan ttabel = 2,228 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 2 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai thitung = 2,919 dan ttabel =2,086 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai thitung = 2,919 dan ttabel = 2,086 (thitung > ttabel). Berdasarkan hasil perhitungan persentase peningkatan kemampuan servis panjang bulutangkisdiketahui bahwa kelompok 1 memilki peningkatan sebesar 76,17% dan kelompok 2 memiliki peningkatan 91,71%.

Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Ada perbedaan antara metode latihan massed practice dan distributed practice dalam meningkatkan kemampuan servis panjang bulutangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo. (2) Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan metode latihan distributed practice terhadap peningkatan kemampuan servis panjang bulu tangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo, dimana

Page 9: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

metode massed practice memiliki nilai persentasi peningkatan hasil belajar ketepatan servis panjang bulu tangkis 91,71%, sedangkan distributed practicememiliki peningkatan hasil belajar ketepatan servis panjang bulutangkis sebesar 76,17%. Kata kunci : Kemampuan servis panjang bulutangkis, metode massed practice, metode distributed practice.

Page 10: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

MOTTO

Hidup bukanlah masalah yang harus dipecahkan, melainkan suatu proses yang

harus dijalani. Go Ahead, Never Back Down.

Bismillah sebelum memulai, Ikhlas dalam perbuatan, dan mengakhiri dengan

Alhamdulillah agar setiap tindakan kita menjadi berkah.

Kebahagiaan tidak diukur dari seberapa besar yang kita dapatkan, tetapi dari

bagaimana kita mendapatkan dan mensyukurinya.

( Penulis )

Jangan pernah menyerah, jangan pernah putus asa, melainkan bangkitlah dan

hadapi tantangan hidup itu dengan positif. Berjuang untuk mengatasinya,

maka Tuhan membantu di samping kita.

(Carlyle Thomas)

Percaya kepada diri kita sendiri adalah rahasia utama untuk mencapai sukses.

(Emerson)

Tetap letakkan kakimu di tanah dan jangan biarkan kepalamu di langit.

(Film : GOAL)

Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan

baginya jalan ke surga.

( HR. Muslim )

Page 11: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Ibu Yunita Ambar Wulandari selaku pelatih PB Purnama Solo yang telah

mendukung terlaksananya penelitian ini.

Sutrisno (Bapak) ,Maryanti (Ibu), tercinta yang tidak henti-hentinya mendukung

aku selama ini baik moril maupun spiritual.

Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya ketika mendapat kesulitan

dalam menyusun skripsi ini.

Kekasihku tercinta yang selalu memberikan semangat selama ini.

Sahabatku, yang selalu ada baik dikala duka maupum suka.

Teman – teman KEPOR ’08 yang sudah aku anggap keluarga, yang telah rela

membantu aku selama ini berkat kalian juga lah aku bersemangat menyelesaikan

skripsi ini.

Semua Warga JPOK UNS.

dan

FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, Almamaterku Kampus JPOK tempat

kutimba ilmu dan mencari pengalaman hidup.

Page 12: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberiilmu,

inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ” PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA

DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP

KEMAMPUAN SERVS PANJANG BULUTANGKIS

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga,

Jurusan Pendidikan olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan

dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Mulyono, MM selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan

3. Drs. Agustiyanto, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kepelatihan

Olahraga, Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Agus Margono M.Kes selaku pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Islahuzzaman Nuryadin S.Pd, M.Or selaku pembimbing II, yang selalu

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pembina PB. Purnama yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Rekan POK ”08 yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Page 13: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan

Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini

dapat bermanfaat.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

Page 14: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... ii

PENGAJUAN SKRIPSI .................................................................................. iii

PERSETUJUAN .............................................................................................. iv

PENGESAHAN ............................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN............................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 3

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 4

D. Perumusan Masalah ............................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6

1. Permainan Bulutangkis ................................................... 6

a. Karakteristik Permainan Bulutangkis ...................... 6

b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis ..................... 7

2. Pukulan Servis Bulutangkis ............................................ 15

Page 15: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

a. Pengertian Pukulan Servis ....................................... 15

b. Jenis – jenis Pukulan Servis Bulutangkis................. 16

c. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam

Melakukan Pukulan Servis Panjang......................... 17

3. Hakikat Latihan............................................................... 18

a. Pengertian Latihan ................................................... 18

b. Latihan Teknik ......................................................... 19

c. Prinsip – Prinsip Latihan ......................................... 20

d. Komponen – komponen Latihan.............................. 24

4. Latihan Servis Panjang dengan Metode Distributed

Practice ........................................................................... 27

a. Metode Distributed Practice.................................... 27

b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Servis Panjang

dengan Metode Distributed Practice ....................... 27

c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed

Practice……… ......................................................... 28

d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan Servis

Panjang dengan Metode Distributed Practice ......... 29

5. Latihan Servis Panjang dengan Metode Massed

Practice ........................................................................... 30

a. Metode Massed Practice.......................................... 30

b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Servis Panjang

dengan Metode Massed Practice ............................. 30

c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice ..... 31

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran

Bulutamgkis dengan Metode Massed Practice........ 32

B. Kerangka Pemikiran............................................................... 34

1. Perbedaan Pengaruh Metode Distributed Practice dan

Massed Practice Terhadap Kemampuan Servis Panjang

Bulutangkis ..................................................................... 34

Page 16: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

2. Metode Distributed Practice Dibandingkan dengan

Metode Massed Practice Terhadap Peningkatan

Kemampuan Servis Panjang Bulutangkis ....................... 35

C. Hipotesis................................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 37

1. Tempat Penelitian ........................................................... 37

2. Waktu Penelitian ............................................................. 37

B. Metode dan Rancangan Penelitian ......................................... 37

1. Metode Penelitian ........................................................... 37

2. Rancangan penelitian ...................................................... 37

C. Populasi dan Sampel .............................................................. 39

1. Populasi........................................................................... 39

2. Sampel............................................................................. 39

D. Variabel Penelitian ................................................................. 39

1. Variabel Bebas ................................................................ 39

2. Variabel Terikat .............................................................. 39

E. Definisi Operasional Variabel................................................ 39

1. Metode Latihan Distributed Practice ............................. 39

2. Metode Latihan Massed Practice ................................... 39

3. Kemampuan Pukulan Servis Panjang ............................. 40

F. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 40

G. Teknik Analisis Data.............................................................. 40

1. Mencari Reliabilitas ........................................................ 40

2. Uji Persyaratan Analisis.................................................. 40

a. Uji Normalitas.......................................................... 40

b. Uji Homogenitas ...................................................... 41

3. Uji Perbedaan,................................................................. 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN................................................................... 43

A. Deskripsi Data........................................................................ 43

B. Mencari Reliabilitas ............................................................... 43

Page 17: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

C. Pengujian Persyaratan Analisis .............................................. 44

1. Uji Normalitas................................................................. 45

2. Uji Homogenitas ............................................................. 45

D. Hasil Analisis Data................................................................. 47

E. Pengujian Hipotesis................................................................ 49

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN................................... 51

A. Simpulan ................................................................................ 51

B. Implikasi................................................................................. 51

C. Saran ...................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 53

LAMPIRAN..................................................................................................... 55

Page 18: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Servis

Panjang ............................................................................................ 43

Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Tes ............................................ 44

Tabel 3 Tabel Range Kategori Reliabilitas................................................... 44

Tabel 4 Rangkuman Hasil Tes Uji Normalitas Data .................................... 45

Tabel 5 Rangkuman Hasil Tes Uji Homogenitas Data................................. 46

Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Akhir Pada

Kelompok 1 .................................................................................... 47

Tabel 7 Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Akhir pada

Kelompok 2.................................................................................... 48

Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1

dan Kelompok 2. ............................................................................. 48

Page 19: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pegangan Geblok Kasur .............................................................. 8

Gambar 2 Pegangan Inggris atau Kampak..................................................... 9

Gambar 3 Pegangan Jabat Tangan ................................................................. 9

Gambar 4 Pegangan Backhand ...................................................................... 10

Gambar 5 Servis Panjang............................................................................... 16

Gambar 6 Servis Pendek Fore Hand ............................................................. 17

Gambar 7 Servis Pendek Back Hand ............................................................. 17

Page 20: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Petunjuk Tes Pengukuran Servis Panjang Bulutangkis.............. 55

Lampiran 2 Program Latihan Servis Panjang Bulutangkis ............................ 57

Lampiran 3 Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Servis Panjang

Bulutangkis ................................................................................. 59

Lampiran 4 Hasil Urutan Rangking Tes Awal............................................... 60

Lampiran 5 Pembagian Kelompok dengan Ordinal Pairing ......................... 61

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1 ........ 62

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2 ......... 63

Lampiran 8 Uji Reliabilitas Tes Awal ........................................................... 64

Lampiran 9 Uji Reliabilitas Tes Akhir........................................................... 65

Lampiran 10 Hasil Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 1 ............................. 66

Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas Tes Awal Kelompok 2 ............................. 67

Lampiran 12 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok 1............................. 68

Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok 2............................. 69

Lampiran 14 Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2........ 70

Lampiran 15 Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok 1 dan Kelompok 2 ....... 71

Lampiran 16 Uji Beda Hasil Tes Awal dan Akhir Kelompok 1 ...................... 72

Lampiran 17 Uji Beda Hasil Tes Awal dan Akhir Kelompok 2 ...................... 73

Lampiran 18 Uji Beda Hasil Tes Akhir Kelompok 1 dan Tes Akhir Kelompok 274

Lampiran 18 Dokumentasi Foto....................................................................... 76

Page 21: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang

dalam pelaksanaanya permainannya menggunakan raket sebagai pemukul dan

shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Hal yang mendasar agar dapat bermain

bulutangkis yaitu menguasai macam-macam teknik dasar. Dengan menguasai

teknik-teknik dasar bulutangkis maka akan dapat mendukung penampilannya

agar menjadi lebih baik sehingga prestasi yang lebih tinggi dapat dicapai.

Adapun teknik-teknik dasar bulutangkis menurut Sumarno dkk. ( 1995: 489 )

mengklasifikasi teknik dasar bulutangkis menjadi empat macam, yaitu:” (1)

Teknik memegang raket ( grips ), (2) Teknik mengatur kerja kaki ( footwork ),

(3) Teknik menguasai pukulan ( strokes ), dan (4) Teknik menguasai pola-pola

pukulan”.

Seluruh permainan bulutangkis dilakukan dengan memukul bola.

Pukulan-pukulan dalam permainan bulutangkis diantaranya pukulan service, lob,

drive, dropshot, netting, dan smash. Pukulan servis merupakan pukulan

pembuka atau sajian bola pertama untuk memulai permainan. Tohar ( 1992:67 )

menyatakan “ Pukulan servis adalah pukulan dengan raket yang menerbangkan

shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai

pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam

permainan bulutangkis. Servis merupakan pukulan yang sangat menentukan

dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang

dapat memperoleh nilai. Agar servis berhasil dengan baik dan sah, maka dalam

pelaksanaanya harus sesuai peraturan yang berlaku. Aturan-aturan yang

berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah :

1) Bola maksimum berada sebatas pinggang

2) Mulai dari pegangan, kepala raket harus condong kebawah

3) Kaki tidak menyentuh garis

4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai

Page 22: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau

dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat.

Servis panjang atau servis tinggi merupakan servis yang dilakukan

dengan arah bola panjang dan tinggi kearah belakang lapangan lawan agar bola

jatuh sedekat mungkin dengan garis batas belakang. Servis ini biasanya

menggunakan tehnik pukulan forehand dari bawah.

Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk

meningkatkan ketrampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode

latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-kenyataan atau gejala-

gajala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam-macam metode latihan,

maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu menerapkan metode latihan yang

baik dan tepat. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.56) bahwa, “ Metode latihan

yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan ketrampilan teknik diantaranya

dengan metode massed practice dan distributed practice “.

Metode distributed practice merupakan metode latihan yang pada

pelaksanaan praktiknya diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan.

Sedangkan metode massed practice adalah pengaturan giliran latihan yang

dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Baik metode distributed

practice maupun massed practice memiliki karakteristik yang berbeda dan

masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui

efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan pukulan servis panjang dalam

permainan bulutangkis. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang

muncul, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam melalui penelitian

eksperimen di Persatuan Bulutangkis Purnama Solo.

Sisi menarik untuk melakukan penelitian pada PB. Purnama Solo yaitu,

klub tersebut sangat eksis dan latihan dilaksanakan dengan baik. PB. Purnama

Solo juga telah beberapa kali mengikuti tournament atau pertandingan

dibeberapa daerah. Dari hasil pertandingan yang diikuti prestasi yang dicapai

belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan, antara lain: (1)

Kemampuan pukulan servis panjang pemain PB. Purnama Solo masih rendah

dan perlu ditingkatkan. Pukulan servis yang dilakukan sering tidak sesuai dengan

Page 23: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

harapan, misalnya bola yang dipukul sering keluar lapangan, pukulan servis

tanggung tidak sampai belakang sehingga lawan sangat mudah

mengembalikannya. (2) Pelaksanaan latihan di PB. Purnama Solo kurang

maksimal. Waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan untuk melakukan

pengulangan pukulan secara maksimal. Atlet hanya melakukan pukulan beberapa

kali, kemudian berhenti dan kelihatan lelah. Selain itu, pengaturan antara waktu

latihan dan istirahat kurang diperhatikan. Jika ambang rangsang telah dicapai dan

waktu istirahat terlalu lama, maka kondisi tersebut akan pulih kembali dan

keterampilan akan lambat dicapai.

Permasalahan yang telah dikemukakan diatas yang melatar belakangi

judul penelitian,”Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Antara Distributed

Practice dan Massed Practice Terhadap Kemampuan Servis Panjang

Bulutangkis”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,

masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya frekuensi pengulangan gerakan pukulan servis panjang sehingga

teknik dasar pukulan servis pemain bulutangkis Purnama Solo kurang dikuasai

dengan baik.

2. Waktu latihan kurang dimanfaatkan secara maksimal untuk mengulang-ulang

gerakan pukulan servis panjang sebanyak-banyaknya, sehingga kemampuan

pukulan servis panjang masih rendah.

3. Masih rendahnya kemampuan pukulan servis panjang para pemain

bulutangkis Persatuan Bulutangkis Purnama Solo perlu ditingkatkan.

4. Belum diketahui pengaruh metode latihan distributed practice dan massed

practice terhadap kemampuan pukulan servis dalam permainan bulutangkis.

5. Kemampuan pukulan servis bulutangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis

Purnama Solo belum diketahui.

Page 24: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan diatas, dan agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya maka

perlu ada pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Pengaruh metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap

kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis.

2. Kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis pemain putra Persatuan

Bulutangkis Purnama Solo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan antara distributed practice dan

massed practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis

pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo?

2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya metode latihan antara distributed

practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang

bulutangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh metode latihan antara distributed practice dan massed

practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis pemain

putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo.

2. Metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara distributed practice dan

massed practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis

pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo.

Page 25: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat

memberi manfaat antara lain:

1. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembina atau pelatih pada Persatuan

Bulutangkis Purnama Solo untuk menentukan dan memilih metode latihan

yang tepat untuk meningkatkan kemampuan servis panjang bulutangkis para

pemainnya.

2. Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih dan pemain bulutangkis Persatuan

Bulutangkis Purnama Solo pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi

sebanyak-banyaknya untuk menguasai suatu ketrampilan olahraga.

Page 26: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Permainan Bulutangkis

a. Karakteristik Permainan Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang termasuk dalam

kategori permainan. Bulutangkis sering pula dikenal dengan nama badminton.

Permainan bulutangkis dilakukan dengan menggunakan alat khusus, yaitu net,

raket dan shuttlecock. Shuttlecock yang digunakan dalam pertandingan resmi

harus terbuat dari bulu angsa yang berwarna putih. Lapangan permainan

berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah

permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis

adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan

berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttelcock dan menjatuhkannya di

daerah permainan sendiri.

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual

yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang

melawan dua orang. Dalam pelaksanaan permainan bulutangkis dibutuhkan

keterampilan gerak yang baik. Permainan bulutangkis dilakukan dengan gerakan

memukul menggunakan raket, gerakan berdiri, melangkah, berlari, gerakan

menggeser, gerakan meloncat, gerakan badan ke berbagai arah dari posisi diam

dan lainn sebagainya. Dari semua gerakan itu terangkai dalam satu pola gerak

yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain bulutangkis untuk

menyelesaikan tugas. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 14) bahwa,

”Dilihat dari rumpun gerak dan jenis keterampilan bulutangkis seluruh gerakan

yang ada dalam bulutangkis bersumber pada tiga keterampilan dasar yaitu

lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”.

Page 27: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Gerak lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota

badan, dalam proses perpindahan tempat atau titik berat badan dari satu bidang

tumpu ke bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor dalam permainan

bulutangkis seperti gerakan langkah pengambilan bola atau penempatan posisi

bola tertentu, gerakan melompat saat memukul bola tinggi.

Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang dilakukan di tempat, dan

hal ini merupakan sikap dasar dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini

berupa kuda-kuda yaitu kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki

dibuka dengan jarak yang enak. Maksudnya gerakan tetap labil, meskipun pada

saat memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang

tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung

oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket

yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.

Gerakan manipulatif dapat dilaksanakan apabila seorang pemain mampu

menggunakan anggota badannya dengan koordinasi yang baik. Gerakan

manipulatif berupa gerakan memukul dengan menggunakan raket merupakan

keterampilan yang dominan dalam permainan bulutangkis. Antisipasi dan

koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat penting dalam

permainan bulutangkis.

Karakteristik permainan bulutangkis ini sangat penting untuk dipahami

dan dimengerti oleh pembina maupun pelatih. Hal ini karena tugas pembina atau

pelatih adalah merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan

memperhatikan struktur gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak

perlu diperhatikan, karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang,

maka ia akan terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang

olahraga termasuk permainan bulutangkis.

b. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

Menurut Sudjarwo (1995: 40) menyatakan bahwa:

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan suatu cabang olahraga”. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik

Page 28: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga. Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental.

Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih dahulu

guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis dimainkan oleh dua regu

ataupun ada juga perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang beregu,

maka kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta

saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu.

Atlet, untuk dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim

harus menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang diterapkan

oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah satu teknik yang harus

dikuasai adalah teknik pukulan dalam olahraga bulutangkis yang harus dikuasai

oleh para pemain antara lain :

1. Teknik Memegang Raket

Menurut Tohar ( 1992: 34 ) menyatakan, “Di dalam permainan

bulutangkis ada beberapa macam cara memegang raket, ialah :

1) Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.

Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar, kemudian

ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari

telunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar.

Gambar 1 : Pegangan Geblok Kasur (Tohar, 1992: 34)

2) Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.

Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket letakan

diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu jari dan jari

Page 29: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan raket yang kecil atau

sempit.

Gambar 2 : Pegangan Inggris atau Kampak (Tohar, 1992: 36)

3) Pegangan gabungan atau pegangan berjabat tangan.

Pegangan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan berjabat

tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang yang berjabat

tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan Inggris, tetapi setelah

raket dimiringkan tangkai dipegang dengan cara ibu jari melekat pada

bagian dalam yang kecil sedang jari-jari lain melekat pada bagian dalam

yang lebar.

Gambar 3 : Pegangan Jabat Tangan (Tohar, 1992: 37)

4) Pegangan Backhand.

Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai kemudian ambil

dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari menempel pada bagian

pegangan raket yang lebar, jari telunjuk letaknya berada di bawah

pegangan pada bagian yang kecil. Kemudian raket diputar sedikit ke kanan

sehingga letak raket bagian belakang menghadap ke depan

Page 30: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Gambar 4 : Pegangan Backhand (Tohar, 1992: 38)

2) Kerja Kaki (Footwork)

Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan

bulutangkis. James Poole (2005: 51) menyatakan, ”tujuan dari footwork yang baik

adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari

lapangan”. Menurut Herman Subardjah (1999/2000: 27) “footwork adalah

gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur badan untuk menempatkan posisi

badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam melakukan gerakan

memukul shuttlecock sesuai dengan posisinya”. Untuk memperoleh footwork

yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Saiful Aristanto

(1992: 26) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik

melangkah (footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu “(1) Menentukan saat

yang tepat untuk bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat

kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki

keseimbangan badan pada saat melakukan pukulan”.

Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan

(right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap

melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika

hendak memukul shuttlecock yang berada di lapangan bagian depan atau samping

badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul

shuttlecock di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.

3. Teknik Memukul Bola

Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan

bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutagnkis adalah

untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Tohar (1992: 67)

Page 31: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

menyatakan, ”teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada

permainan bulutangkis dengan tujuan menerbangkan shuttlecock ke bidang

lapangan lawan”.

Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila

memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan

harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis

adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi

fisik yang baik.

Menurut Tohar (1992: 67) jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai oleh

pemain bulutangkis antara lain “ Pukulan service, Pukulan lob, Pukulan dropshot,

Pukulan smash, Pukulan drive, Pengembalian servis”. Pendapat lain dikemukakan

Icuk Sugiarto (1993: 39) bahwa, ”macam-macam pukulan dalam permainan

bulutangkis terutama adalah service, lob, smash, dropshot, drive dan netting”.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan

yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi service, lob, drive,

dropshot, smash, netting dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat

dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang

sulit dilakukan dengan pukulan backhand.

1) Pukulan Servis

Tohar (1992: 40) menyatakan bahwa, Pukulan servis adalah “Pukulan

dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lawan secara

diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan yang merupakan salah satu

pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis”. Servis merupakan pukulan

yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang

melakukan servis yang dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya

sebagai strategi awal serangan. Icuk Sugiarto (2002: 31) menyatakan aturan-

aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah:

1) Bola maksimum berada sebatas pinggang.2) Mulai dari pergelangan, kepala raket harus condong ke bawah.3) Kaki tidak menyentuh garis.4) Kedua kaki berhubungan dengan lantai.5) Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau

dipercepat tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat.

Page 32: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2) Pukulan Lob (Clear)

Pukuan clear biasanya dilakukan dengan tinggi dan panjang. Gunanya

untuk mendapatkan waktu untuk kembali ke posisi bagian tengah lapangan.

Pukulan ini merupakan strategi yang digunakan khususnya untuk pemain tunggal.

Pukulan clear yang bersifat bertahan merupakan pengembalian yang tinggi yang

hampir sama dengan pukulan lob dalam tenis. Clear dapat dilakukan dengan

pukulan overhand atau underhand, baik dari sisi forehand ataupun backhand

untuk memaksa lawan bergerak mundur ke arah sisi belakang lapangannya.

Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola menjauh

dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat. Dengan mengarahkan bola ke

belakang lawan atau dengan membuat dia bergerak lebih cepat dari yang dia

inginkan, akan membuat dia kekurangan waktu dan membuatnya cepat lelah. Jika

melakukan clear dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan

balasan dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat menyerang

merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna untuk menempatkan

bola ke belakang lawan dan menyebabkan lawan melakukan pengembalian yang

lemah. Tony Grice (2002: 41) menyatakan bahwa, “Pukulan clear yang bersifat

bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang” .

3) Pukulan Drive

Drive adalah pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan

horisontal melintasi net. Baik drive forehand ataupun backhand mengarahkan

bola dengan ketinggian yang cukup untuk melakukan clear pada bola dengan jalur

yang datar atau sedikit menurun. Gerakan memukul hampir bersama dengan

gerakan memukul dari samping dan biasanya dilakukan dari bagian samping

lapangan. Pukulan drive memberi kesempatan untuk melatih foot work karena

pukulan ini biasanya dilakukan pada ketinggian antara bahu dan lutut kesebelah

arah kiri atau kanan lapangan. Dengan demikian Tony Grice (2002: 97)

mengemukakan, “pukulan ini menekankan pada pencapaian bola dengan menyeret

atau menggelincirkan kaki pada posisi memukul”

Drive adalah pukulan pengembalian yang aman akan memaksa lawan

mengembalikan bola tinggi. Tony Grice (2002: 97) berpendapat bahwa, “Jika

Page 33: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pukulan kurang keras, pengembalian bola lebih mirip dengan pukulan push

(mendorong bola) atau drive dari bagian tengah lapangan” Sasaran utama drive

adalah untuk mengarahkan bola melintasi net dengan cepat. Tony Grice (2002:

97) menyatakan, “Arah bola harus dijauhkan dari lawan agar lawan terpaksa

bergerak lebih cepat, dengan hanya mempunyai sedikit waktu dan pengembalian

kerah atas”.

4) Pukulan Drop (Dropshot)

Pukulan drop shot adalah pukulan rendah dan pelan, tepat di atas net

sehingga bola langsung jatuh ke lantai. Bola dipukul di depan tubuh dengan jarak

lebih jauh dari pukulan clear overhead, dan permukaan raket dimiringkan untuk

mengarahkan lebih ke bawah. Larinya bola lebih seperti diblok atau ditahan dari

pada dipukul. Ciri yang paling penting dari pukulan drop overhead yang baik

adalah gerakan tipuan. Jika gerakan dapat menipu lawan pukulan mungkin tidak

dikembalikan sama sekali. Tony Grice (2002: 74) mengemukakan bahwa ciri

yang paling merugikan dari “pukulan drop adalah bolanya lambat sehingga

memberikan banyak waktu pada lawan”. Nilai dari pukulan drop adalah terletak

pada kombinasi pukulan ini dengan clear untuk membuat lawan sibuk dan

memaksanya untuk mempertahankan seluruh lapangan. Tony Grice (2002:71)

menyebutkan bahwa untuk menjadikan pukulan ini efektif “pukulan drop haruslah

akurat agar lawan terpaksa menutupi bagian lapangannya seluas mungkin”.

5) Pukulan Smash

Pukulan Smash adalah pukulan yang cepat, diarahkan ke bawah dengan

kuat dan tajam untuk mengembalikan bola pendek yang dipukul ke atas. Pukulan

smash hanya dapat dilakukan dari posisi overhead. Bola dipukul dengan kuat

tetapi harus diatur tempo dan keseimbanganya sebelum mencoba mempercepat

kecepatan smash. Ciri yang paling penting dari pukulan smash overhead yang

baik selain kecepatan adalah sudut raket yang mengarah ke bawah. Bola dipukul

di depan tubuh lebih jauh dari pukulan clear atau drop. Permukaan raket

diarahkan untuk mengarahkan bola lebih ke bawah. Tony Grice (2002 : 85)

mengemukakan, “Jika smash dilakukan cukup tajam, pukulan tersebut mungkin

tidak dapat dikembalikan”. Arti penting dari pukulan smash adalah pukulan ini

Page 34: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

hanya memberikan sedikit waktu pada lawan untuk bersiap-siap atau

mengembalikan setiap bola pendek yang telah mereka pukul ke atas. Pukulan

smash digunakan secara ekstensif dalam partai ganda. Tony Grice (2002: 85)

menyatakan bahwa, “Semakin tajam sudut yang dibuat semakin sedikit waktu

yang dimiliki lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat pukulan smash,

semakin luas lapangan yang harus ditutupi lawan”.

6) Pukulan Netting

Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup

sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak

memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam

permainan nettting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan

dengan tenang dan pasti. Dalam permainan net, bola harus diambil sewaktu bola

masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan

akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk

maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini mempertinggi

target kesulitan lawan memukul kembali bola, terutama untuk menerobosnya.

Icuk Sugiarto (2002: 68) menyatakan “Tujuan penempatan bolayang jatuh dekat

net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya bola

dekat dengan net, maka pengembalian bola lawan kemungkinan tanggung”.

4. Pola – Pola Pukulan

Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan

permainan dan memperoleh kemenangan dalam permainan bulutangkis. Pemain

perlu mendapat pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan

teratur. Icuk Sugiarto (2002: 39) mengemukakan, “Pola latihan teknik pukulan

adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan yang

dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik

pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis dan terpadu”.

Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan

yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan

lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan

baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula.

Page 35: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh

jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola dengan baik, tanpa disertai

dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik. Menurut Saiful Aristanto (1992:

30) pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam permainan diantaranya yaitu:

1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-lurus)2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot)3) Pola pukulan panjang-smash (lob-smash)4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net)5) Pola pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net)6) Pola pukulan panjang-pendek-jaring (lob-dropshot-net)7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)

Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali

jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut pemain dapat pula

mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang

dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan

bulutangkis merupakan faktor yang mendasar yang harus dipahami dan dikuasai

oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.

2. Pukulan Servis Bulutangkis

a. Pengertian Pukulan Servis

Servis dalam permainan bulutangkis merupakan pukulan pembuka atau

sajian bola pertama untuk memulai permainan. Tohar (1992: 67) menyatakan,

“Pukulan servis adalah pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke

bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan

dan merupakan suatu pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis”.

Sedangkan menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 16) menyatakan bahwa, “servis

merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena

hanya pemain yang melakukan servis yang dapat mengendalikan jalannya

permainan, misalnya sebagai strategi awal serangan”.

Berdasarkan pengertian pukulan servis yang dikemukakan kedua ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa, pukulan service merupakan pukulan dengan

Page 36: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal

yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai.

Agar servis berhasil dengan baik dan sah, maka dalam pelaksanaannya

harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut Sapta Kunta Purnama

(2010: 16) menyebutkan bahwa ketentuan yang berkaitan dengan pelaksnaan

servis pada saat perkenaan antara lain:

1) Ketinggian bola pada saat perkenaan dengan kepala raket berada di bawah pinggang.

2) Saat perkenaan dengan bola, kepala raket harus condong ke bawah.3) Kedua kaki berada pada bidang servis, tidak menyentuh garis tengah

atau garis depan.4) Tidak ada gerakan ganda (saat ayunan memukul sampai perkenaan

dengan bola satu kali gerakan). Gerakan raket harus berkelanjutan tanpa adanya saat yang putus-putus.

b. Jenis-Jenis Pukulan Service Bulutangkis

Servis yang baik dalam bulutangkis akan memberikan kesempatan yang

baik pula bagi lawan untuk mencetak angka. Untuk mendapatkan servis yang

legal kontak dengan bola harus dilakukan di bawah pinggang dan tangkai raket

harus mengarah ke bawah. Seluruh kepala raket harus dapat dilihat di bawah

setiap bagian pegangan raket sebelum memukul bola. Ada tiga macam jenis servis

yang biasa dilakukan oleh pemain bulutangkis ialah servis, panjang, servis pendek

dan servis tanggung. Servis panjang adalah servis yang yang mengarahkan bola

tinggi dan jauh. Tony Grice (2002: 25) menyatakan, “Bola diusahakan jatuh

sedekat mungkin dengan garis belakang, dengan demikian bola lebih sulit untuk

diperkirakan dan dipukul, sehingga semua pengembalian lawan kurang efektif”.

Gambar : 5. Servis Panjang (Tony Grice, 2002: 26)

Page 37: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Servis pendek dilakukan rendah adalah paling sering digunakan dalam

partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih pendek, tetapi lebih lebar dari

pada partai tunggal. “Servis ini dapat dilakukan baik dengan fore hand ataupun

dengan backhand.” (Tony Grice, 2002: 25).

Gambar : 6. Servis Pendek Fore Hand (Tony Grice, 2002: 27)

Servis tanggung sebenarnya hanya variasi saja dari servis pendek.

Gambar : 7. Servis Pendek Back Hand (Tony Grice, 2002: 28)

Dilakukan dengan drive dan flick. Tony Grice (2002: 25) mengemukakan bahwa,

“Servis ini merupakan alternatif yang baik dan membuat lawan hanya memiliki

sedikit waktu untuk bertindak”

c. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Pukulan Servis

Panjang

Pukulan servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal

perolehan nilai, karena pemain yang melakukan servis dengan baik dapat

mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi awal dalam sebuah

serangan. Pelaksanaan servis panjang dilakukan dengan cara forehand. Sapta

Page 38: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Kunta Purnama (2010: 16), menyebutkan bahwa cara untuk melakukan pukulan

servis sebagai berikut:

1) Berdirilah sedekat mungkin dengan garis depan.2) Letak kedua kaki dapat sejajar atau depan belakang menyesuaikan

kebiasaan.3) Bola dipegang salah satu tangan dengan ketinggian di bawah

pinggang.4) Kepala raket ditempatkan di belakang bola.5) Tentukan arah sasaran servis.

Pukulan ini hendaknya dilakukan dengan arah ke belakang lapangan

lawan dan melambung tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh uluran raket

lawan dan shuttlecock jatuh langsung tegak lurus ke lantai. Shuttlecock sebaiknya

mendarat sedekat mungkin dengan garis belakang bidang lapangan lawan. James

Poole (2005: 31) menyatakan bahwa, untuk mencapai hal tersebut “gunakan

putaran lengan bawah dan pergelangan tangan”.

Dalam pelaksanaan servis panjang, pelaku servis dan penerima servis

harus berdiri berhadapan secara diagonal dalam kotak servis tanpa menyentuh

garis-garis yang membatasi kotak servis. Sebagian dari kedua kaki baik pelaku

maupun penerima servis harus tetap berdiri di permukaan lapangan dalam posisi

diam (tidak bergerak) dari saat servis mulai dilakukan sampai servis telah

dilaksanakan.

3. Hakikat Latihan

a. Pengertian Latihan

Pengertian latihan menurut Sudjarwo (1992: 11):

Latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang–ulang secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Suharno HP. (1993: 7) mengemukakan “Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan memberi beban-beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan

secara sistematis maksudnya berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem

tertentu , metodis, dari yang mudah ke yang lebih sukar, latihan teratur, dari yang

Page 39: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sederhana ke yang lebih kompleks. Latihan berulang – ulang adalah setiap elemen

teknik haruslah diulang sesering mungkin, maksudnya adalah agar gerakan yang

semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan otomatis pelaksanaannya

sehingga semakin menghemat energi. Kian hari kian ditambah bebannya, segera

setelah tiba saatnya beban latihan harus ditambah. Kalau beban tidak pernah

ditambah prestasi atau kemampuan juga tidak akan meningkat. Latihan harus

direncanakan dengan baik, hal ini meliputi program latihan, sasaran yang hendak

dikembangkan yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan kemampuan dan

prestasi yang lebih baik.

Salah satu tujuan dari latihan adalah pencapaian prestasi yang setinggi

mungkin. Upaya mencapai prestasi olahraga banyak faktor yang

mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi

pencapaian prestasi dalam olahraga dan masalah pembinaan olahraga yang

kompleks ialah penerapan metode latihan yang ilmiah.

Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam

menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan

metode latihan. Metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang pembina

atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan atau keterampilan bagi atlet yang dilatih. Dalam hal ini seorang

pelatih harus menerapkan metode latihan yang efektif. Efektivitas latihan

merupakan jalan keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa atau

atlet dan pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian

keterampilan yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan.

b. Latihan Teknik

Setiap cabang olahraga selalu berisikan teknik-teknik dari cabang

olahraga yang bersangkutan. Untuk menguasai teknik dengan baik, diperlukan

latihan teknik yang sistematis dan kontinyu. Berikut ini disajikan pengertian-

pengertian latihan teknik yang disajikan oleh beberapa ahli, sebagai berikut :

1) Menurut Sudjarwo (1995: 41) “latihan teknik bertujuan untuk pengembangan

dan pembentukan sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan system

persarafan menuju gerakan otomatis”.

Page 40: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2) Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 127) “latihan teknik adalah

latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan

kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskular”.

Berdasarkan pengertian latihan teknik di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa latihan teknik merupakan latihan yang bertujuan untuk mengembangkan

dan menyempurnakan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga. Suatu teknik

dalam cabang olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila dilakukan secara

sistematis dan kontinyu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang

tepat.

c. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan meningkatkan beban latihan secara periodik. Dalam pemberian beban

latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan latihan.

Sedangkan tujuan penerapan prinsip latihan menurut Sudjarwo (1995: 21) yaitu:

“agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak

atlet”.

Adapun prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam latihan

menurut Bompa (1999: 27-52) meliputi:

1) Prinsip aktif dan bersungguh-sungguh dalam berlatih2) Prinsip perkembangan menyeluruh3) Prinsip spesialisasi4) Prinsip individual5) Prinsip latihan bervariasi6) Prinsip modeling adalah proses pelatihan7) Prinsip beban meningkatPrinsip latihan merupakan dasar yang harus digunakan sebagai pedoman

dalam pelaksanaan latihan. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar akan

lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Disini peneliti melatih teknik sehingga faktor fisik pada prinsip latihan tidak

dilatih.

1) Prinsip Aktif dan Bersungguh-Sungguh dalam Berlatih

Didalam pelatihan perlu timbal balik informasi yang diberikan kepada

siswa. Dengan partisipasi aktif dan bersungguh-sungguh maka pelatih akan

Page 41: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

mudah dalam pemberian materi. Menurut Bompa (1990: 29) bahwa

”Keikutsertaan aktif dan teliti didalam pelatihan akan dimaksimalkan pelatih pada

waktu tertentu secara konsisten”. Dengan keikutsertaan atlet maka materi yang

diajarkan akan cepat ditangkap oleh siswa. Mendiskusikan kemajuan atlet perlu

diketahui, atlet perlu menghubungkan informasi sasaran menerima dari pelatih

dengan penilaian tentang pencapaiannya, apa yang ia harus tingkatkan dan

bagaimana ia boleh meningkatkan hasilnya.

2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Didalam pelatihan kita dapat mengamati atlet-atlet muda yang sangat

cepat, dari sinilah kita dapat mengembangkan suatu program latihan khusus.

Pengembangan persiapan phisik terutama adalah suatu kebutuhan dasar.

Pendekatan seperti itu ke pelatihan adalah suatu prasyarat untuk mengkhususkan

sesuatu dibidang olahraga. Program latihan menurut Bompa (1999: 30)

menjelaskan bahwa:

Program pelatihan, pertunjukan secara multilateral pengembangan. Ketika pengembangan ini menjangkau suatu tingkatan dapat diterima oleh atlet, terutama pengembangan phisik, dari sinilah atlet masuk tahap pengembangan hal ini dapat didorong atlet yakni dalam pelatihan untuk capaian tinggi.

3) Prinsip Spesialisasi

Pada dasarnya pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat

khusus, sesuai dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan

sistem energi yang digunakan selama latihan. Menurut Soekarman (1986 :60) “

latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang

digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan”. Pendapat lain

dikemukakan Bompa dalam Andi Suhendro (1993: 3.13) menyatakan:

Spesialisasi latihan olaharaga dianjurkan sebagai aktivitas-aktivitas motorik khusus. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam spesialisasi yaitu: (1) melakukan latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga. Misalnya pemain bola melakukan latihan secara khusus terhadap kemampuan dribble, shooting, dan (2) melakukan latihan mengembangkan kemampuan motorik yang dibutuhkan oleh cabang olahraga yang menjadi spesialisasinya. Misalnya latihan-latihan fisik khusus sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni.

Page 42: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berdasarkan prinsip spesialisasi latihan dapat disimpulkan bahwa,

program latihan yang dilaksanakan harus bersifat khusus, disesuiakan dengan

tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan yang dilakukan harus memiliki cirri-ciri

tertentu sesuai dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan, baik pola gerak,

jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan

jenis olahraga yang dikembangkan.

4) Prinsip individual

Manfaat latihan akan lebih berarti, jika didalam pelaksanaan latihan

didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara

atlet satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta

prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan

dalam pelaksanaan latihan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.15) menyatakan, “

Prinsip individual merupakan salah astu syarat dalam melakukan olahraga

kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sekalipun atlet

tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun dengan

kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai”.

Berdasarkan pendapat tentang prinsip individual dapat disimpulkan

bahwa latihan yang ditetapkan harus bersifat individual. Manfaat latihan akan

lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan

berdasarkan karakteristik dan kondisi atlet.

5) Prinsip Latihan Bervariasi

Prestasi yang tinggi dalam olahraga dapat dicapai melalui proses waktu

latihan yang cukup lama. Latihan yang memakan waktu cukup lama tentu akan

menimbulkan rasa jenuh atau bosan bagi atlet. Untuk menghindari hal tersebut,

maka pelatih harus dapat merancang program latihan secara bervariasi, dengan

tujuan atlet tetap senang dalam mengikuti latihan. Konsep ini harus dipegang

teguh oleh seorang pelatih, agar atlet selama mengikuti latihan merasa senang dan

dapat berkonsentrasi mengikuti latihan.

Page 43: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

6) Prinsip Modeling (Proses Pelatihan)

Model pelatihan, walaupun tidak selalu diorganisir dengan baik dan

sering juga memanfaatkan suatu pendekatan acak telah ada sejak tahun 1960.

Didalam istilah umum suatu model adalah suatu tiruan, suatu simulasi suatu

kenyataan dibuat dari unsur-unsur spesifik yang mana peristiwa itu orang

mengamati atau menyelidiki. Menurut Bompa (1999:40) menyatakan bahwa

”Model pelatihan adalah usaha pelatih untuk mengarahkan dan mengorganisir

pelajaran pelatihannya sedemikian sehingga sasaran hasil, isi dan metode adalah

serupa bagi mereka pada suatu kompetisi”.

Pelatih mengenal pokok-pokok kompetisi suatu hal yang diperlukan

prasyarat dengan sukses memperagakan proses pelatihan. Pokok-pokoknya

menyangkut struktur seperti volume, intensitas, kompleksitas, jumlah periode atau

game, dan semacamnya harus secara penuh dipahami. Persamaan dengan

perbandingan kontribusi menyangkut sistem anaerobic dan aerobic untuk suatu

olahraga menjadi arti penting modal untuk pemahaman aspek atau kebutuhan

harus ditekankan didalam pelatihan.

Berikut ini adalah langkah kesimpulan ketika pelatih berdasarkan pada

pengamatan memutuskan unsur-unsur tentang pelatihan harus ditahan, apakah

sedang berkurang. Didalam langkah-langkah berikutnya pelatih memperkenalkan

(1) unsur-unsur kualitatif yang mengacu pada intensitas pelatihan, teknis, rencana,

dan aspek, (2) psikologis komponen kualitatif, mengenai volume pelatihan, jangka

waktu dan jumlah pengulangan yang diperlukan otomatis unsur kualitatif yang

baru berdasarkan pada penambahan. Selanjutnya pelatih merinci dan mencoba

untuk menyempurnakan kedua-duanya dengan model kuantitatif kualitatif.

7) Prinsip Beban Berlebih

Prinsip beban berlebih yaitu peningkatan didalam proses latihan, dalam

pelatihan memerlukan waktu lama dan adaptasi. Atlet bereaksi menurut anatomi,

secara fisiologis, dan secara psikologis jenis program yang ditingkatkan didalam

pelatihan, untuk meningkatkan reaksi dan fungsi sistem nerves, neuromuscular,

koordinasi dan kapasitas tubuh dan psikologis untuk mengatasi tekanan dari beban

Page 44: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

latihan yang diberikan, atlet memerlukan waktu dan kepemimpinan pelatih yang

berkompeten (Bompa, 1999: 44) menyatakan bahwa:

Prinsip dari berangsur-angsur beban meningkat adalah untuk pelatihan atlet dalam perencanaan, dari suatu siklus program latihan, dan semua atlet perlu mengikuti dengan mengabaikan tingkatan capaian mereka. Peningkatan menilai capaian tergantung secara langsung pada tingkat dan cara dimana atlit meningkatkan beban pelatihan tersebut.

d. Komponen-Komponen Latihan

Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seorang atlet, akan mengarah

kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan

kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai,

jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya

intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih

merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua

aspek yang menjadi komponen latihan tersebut di atas.

Semua komponen dibuat sedemikian dalam berbagai model yang sesuai

dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang

dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara

pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan

penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak

menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka

kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Untuk lebih

jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai

berikut :

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, menurut Bompa (1999: 80) bahwa “Volume

adalah hal penting prasyarat yang kuantitatif untuk taktis tinggi dan terutama

prestasi”. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah

ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang

yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang

ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah “Ulangan

gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran". Pengertian seri atau

Page 45: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

set, menurut M. Sajoto (1995: 34) adalah, “Suatu rangkaian kegiatan dari satu

repetisi”.

Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua

cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga

yang menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah

pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah

keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif.

Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan

jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.

2) Intensitas Latihan

Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting

untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun

waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu

akan lebih tinggi pula intensitasnya.

Menurut Bompa (1999: 81) bahwa “Intensitas adalah fungsi dari

kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan

rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau

istirahat diantara tiap ulangannya”. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan,

“Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran

energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.

Frekuensi latihan adalah jumlah ulangan latihan yang dilakukan dalam

jangka waktu satu minggu. Menurut Fox dalam Sajoto (1988: 209) bahwa

“Frekuensi latihan untuk meningkatkan an aerobik 3 x per minggu cukup efektif.”

Lamanya latihan adalah sampai seberapa lama latihan yang akan

dilakukan, apakah satu minggu, satu bulan atau lebih. Dalam menentukan

lamanya latihan ini, Fox dalam Sajoto (1988: 210) menyebutkan bahwa : “Lama

latihan hendaknya dilakukan selama 8 – 10 minggu.” Bila dalam 12 kali

pertemuan sudah ada peningkatan maka pelatihan dihentikan.

Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas latihan yang

diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan

yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan

Page 46: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan

terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.

3) Densitas Latihan

Menurut Bompa (1999: 91) bahwa “Densitas adalah frekuensi dimana

atlet di tunjukkan ke suatu rangkaian stimuli per bagian waktu.” Menurut Andi

Suhendro (1999: 3.24) “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat

kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan

dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara akan mengarah

kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan.

Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan,

bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang

diberikan. Rangsangan di atas tingkat intensitas submaksimal menuntut interval

istirahat yang relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan

seseorang dalam menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada

intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan

terhadap organismenya pun juga rendah.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan

dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,

dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan.

Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan

permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,

khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan

lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang

kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang

baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa

(1983: 36) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual

serta efisiensi mekanismenya”.

Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas harus

dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk memperoleh hasil

Page 47: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

latihan yang optimal, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan

dengan baik dan benar.

4. Latihan Servis Panjang dengan Metode Distributed Practice

a. Metode Distributed Practice

Metode distributed practice merupakan prinsip pengaturan giliran

praktik keterampilan yang pelaksanaannya diselingi dengan waktu istirahat

diantara waktu latihan. Rusli Lutan (1988: 113) menyatakan “Distributed practice

adalah serangkaian kegiatan latihan melibatkan kegiatan istirahat yang cukup

diantara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992: 358)

bahwa, “Distributed practice adalah mempraktikkan gerakan yang dipelajari

dengan mengatur secara selang-seling antara waktu praktik dengan waktu

istirahat”.

Metode distributed practice merupakan metode latihan yang

mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktek

(latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi

merupakan bagian penting di dalam proses latihan ketrampilan. Waktu istirahat

diantara waktu latihan bertujua untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat

yang cukup diantara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih

siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya.

b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Servis Panjang dengan Metode Distributed

Practice

Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran

praktik ketrampilan yang dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan

dan waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode distributed practice tersebut,

maka latihan pukulan servis panjang dilakukan secara berselang-seling. Hal ini

maksudnya, setelah melakukan gerakan pukulan servis panjang beberapa kali,

untuk selanjutnya diberi kesempatan untuk istirahat sesuai dengan program yang

telah dijadwalkan. Istirahat yang diberikan dapat digunakan untuk relaksasi atau

Page 48: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pemulihan. Dengan demikian kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali

atau mencermati kesalahan pada saat melakukan latihan, sehingga pada

kesempatan berikutnya kesalahan tidak diulangi lagi.

c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed Practice

Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang

dilakukan secara berselang-seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan

diberikan waktu istirahat. Latihan yang dilakukan berselang-seling tersebut,

sehingga ketrampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat.

Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan

yang dipelajari akan lebih lama dikuasai.

Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan pukulan

smash dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka

pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu pemrosesan

informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula

karena lamanya waktu. Menurut hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli

Lutan (1998:164) bahwa:

1.) Penyimpanan sensori jangka pendek mampu menyimpan semua informasi yang dihadirkan ke dalamnya ( karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf jika suara dibunyikan dengan segera )

2.) Penyimpanan sensori jangka pendek itu kehilangan informasi dengan cepat seiring lamanya waktu.

Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan

servis panjang bulutangkis dengan metode distributed practice yaitu, pemain akan

mengingat gerakan pukulan servis panjang pada saat melakukan gerakan tersebut.

Namun setelah melakukan gerakan pukulan servis panjang diberi waktu istirahat

atau diselingi oleh pemain lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan

dilakukan pemain lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan yang

dipelajari. Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus diperhatikan

sebaik mungkin, karena pemberian waktu istirahat yang terlalu lama, maka

keterampilan akan cepat hilang..

Page 49: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

d.Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan Servis Panjang dengan

Metode Distributed Practice

Metode distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi

dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut, metode

distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih

maupun atlet. Menurut Suharno HP. (1993:17) bahwa kegunaan prinsip interval

dalam latihan yaitu: “ (1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan

kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan (3)

pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”.

Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat

memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan

gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan pukulan servis panjang dengan metode

distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:

1) Dapat meminimalkan kesalahan teknik pukulan servis panjang, karena setiap

keselahan dapat segera dibetulkan.

2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan

(overtraining)

3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya

dengan baik..

Latihan pukulan servis panjang dengan metode distributed practice juga

memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan pukulan servis panjang dengan

metode distributed practice antara lain:

1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu

gilirannya.

2) Siswa yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya

hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.

3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan

menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang

lagi dalam istirahat.

Page 50: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik,

sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.

5. Latihan Pukulan Servis Panjang Bulutangkis dengan

Metode Massed Practice

a. Metode Massed Practice

Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka

dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan

frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan pengaturan

giliran latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat.

Berkaitan dengan metode massed practice Rusli Lutan (1998:113) menyatakan,

“massed practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu rangkaian

dengan selang waktu istirahat yang amat kecil di antara kegiatan mencoba”.

Menurut Sugiyanto (1996:62) “massed practice adalah mempraktikkan gerkan

yang dipelajari secara terus-menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek

waktu istirahatnya”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999:3.58)

“massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet

melakukan gerakan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat”.

Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan para

ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat

disimpulkan bahwa, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan

giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terus-

menerus tanpa istirahat.

b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Servis Panjang Bulutangkis dengan Metode

Massed Practice

Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu melakukan latihan

atau pengulangan gerakan secara terus-menerus tanpa istirahat. Bertolak dari

pengertian metode latihan massed practice diatas, maka pelaksanaan latihan

Page 51: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pukulan servis panjang bulutangkis yaitu, pemain melakukan pukulan servis

panjang secara terus-menerus sampai batas waktu atau jumlah pengulangan yang

dijadwalkan selesai tanpa diberi kesempatan istirahat. Dengan metode massed

practice pemain berusaha melakukan pukulan servis panjang sebanyak-

banyaknya. Seperti dikemukakan Andi Suhendro (1999:3.58) bahwa, “ metode

massed practice setiap atlet akan diberi instruksi mempraktikkan secara terus-

menerus selama waktu latihan”. Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-

banyaknya akan diperoleh keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan

pengulangan gerakan keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak

dapat dikuasai. Seperti yang dikemukakan Suharno HP. (1993:22) bahwa, “ untuk

mengotomatiskan peguasaan unsur gerak fisik, tehnik, taktik, dan keterampilan

yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang denagn frekuensi

sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.

Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau

sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan

yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara

terus-menerus akan menguatkan respon. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998:3) bahwa, “ Hubungan stimulus respon

diperkuat melalui pengulangan, hubungan stimulus respon diperkuat respon yang

dikehendaki menjadi meningkat”.

c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice

Latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan

secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini pemain

melakukan pukulan servis panjang secara terus-menerus sesuia dengan program

yang telah dijadwalkan. Dengan melakukan pukulan servis panjang secara

berulang-ulang, maka menguatkan respon.

Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan pukulan servis

panjang dengan metode massed practice termasuk sistem memori jangka panjang

atau long term memory. Dalam hal ini Rusli Lutan (1988:170) berpendapat:

Page 52: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan akhir proses mengajar atau belajar dalam keterampilan motorik. Dalam keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu melemah yang berarti informasi dalam memori jangka panjang itu semakin hilang. Selain itu, dengan latihan pengulangan, maka semakin meningkat jumlah asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari (misalnya semakin meningkat kebermaknaanya)

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan servis panjang

yang dilakukan secara terus-menerus, maka suatu keterampilan (pukulan servis

panjang) akan dikuasai dengan baik. Keterampilan yang dilakukan secara terus-

menerus akan tersimpan didalam memori, sehingga pemain akan memiliki konsep

gerkan pukulan servis panjang yang konsisten. Dalam waktu lain, keterampilan

yang dikuasai tidak akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan

lambat laun keterampilan yang dimiliki akan menurun.

d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan Servis Panjang dengan

Metode Massed Practice

Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa

diselingi istirahat merupakan ciri utama dari metode massed practice. Latihan

yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh

terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai

akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik

didalam tubuh. Junusul Hairy (1989:203) menyatakan, “ latihan terus-menerus

dapat mempertinggi kapasitas aerobik, karena bentuk latihan tersebut memberikan

pembebanan yang cukup berat terhadap sistem aerobik, sehingga bisa

dipergunakan untuk meningkatkan kesegaran aerobik”. Pendapat lain

dikemukakan oleh Yusuf Adisamita dan Aip Syarifuddin (1996:142) bahwa, “

Page 53: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

metode terus-menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan

peningkatan perlawanan terhadap kelelahan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode

massed practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara

keseluruhan. Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan

meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan

merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu

untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Seperti dikemukakan Yusuf Adisasmita

dan Aip Syarifuddin (1996:142) bahwa, “ metode terus-menerus meningkatkan

self control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang

melelahkan, dan kemampuannya untuk merangsang kelompok-kelompok otot

yang memegang peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga”.

Berdasarkan pelaksanaan latihan pukulan servis panjang bulutangkis

dengan metode massed practice dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan latihan servis panjang dengan metode massed practice antara lain:

1) Pengusaan terhadap pola gerakan teknik pukulan servis panjang akan lebih

cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus akan dapat membentuk

pola gerakan servis panjang yang lebih cepat.

2) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung

penampilannya dalam bermain bulutangkis.

Kelemahan latihan pukulan servis panjang dengan metode massed

practice antara lain:

1) Penguasaan teknik pukulan servis panjang kurang dapat tercapai dengan

baik, sebab gerakan yang dilakukan secara terus-menerus akan

menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan

gerakan.

2) Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak

ada waktu istirahat.

3) Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah.

Page 54: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

4) Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat

menimbulkan cedera.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat diajukan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pukulan Servis Panjang Bulutangkis

dengan Metode Distributed Practice dan Massed Practice

Metode latihan distributed practice merupakan bentuk keterampilan

yang diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode

latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang tidak diselingi waktu

istirahat pada saat latihan berlangsung. Metode latihan distributed practice

merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat juga sama

pentingnya dengan waktu pengulangan gerakan, sedangkan metode massed

practice menitik beratkan pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi

sebanyak-banyaknnya tanpa memperhitungkan waktu istirahat.

Berdasarkan karakteristik metode latihan distributed practice

menunjukkan bahwa, latihan pukulan servis panjang dengan metode distributed

practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap tehnik gerakan akan

lebih baik, perbaikan terhadap kesalahan tehnik dasar dapat dilakukan lebih dini,

akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, penampilan kondisinya akan selalu

stabil karena adanya istirahat yang cukup. Kelemahan latihan pukulan servis

panjang dengan metode distributed practice antara lain: seringnya waktu istirahat

mengakibatkan penguasaan teknik menjadi agak berkurang. Hal ini disebabkan

pola gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. Metode

ini prioritasnya hanya untuk peningkatan penguasaan teknik, sedangkan kondisi

fisiknya terabaikan, siswa akan bosan atau jenuh karena seringnya istirahat.

Page 55: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Sedangkan latihan pukulan servis panjang dengan metode massed

practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap pola gerakan

pukulan servis panjang akan lebih cepat tercapai, dapat meningkatkan

keterampilan sekaligus meningkatkan ketepatan dalam penempatan servis.

Kelemahannya antara lain: penguasaan teknik pukulan servis panjang sulit

dikuasai kondisi yang lelah, penampilan atlet tidak stabil karena kondisi yang

lelah, pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik pukulan sulit dilakukan karena

tidak ada waktu istirahat.

Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari metode latihan

distributed practice dan massed practice tersebut sudah jelas bahwa, kedua

bentuk latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan-perbedaan

tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh perbedaan terhadap peningkatan

kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis. Dengan demikian diduga bahwa,

metode latihan distributed practice dan massed practice memiliki perbedaan

pengaruh terhadap kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis..

2. Metode Latihan Massed Practice Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap

Peningkatan Kemampuan Pukulan Servis Panjang Bulutangkis

Berdasarkan perbedaan antara metode latihan massed practice dan

distributed practice menunjukkan bahwa, metode latihan massed practice

mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan pukulan

servis panjang bulutangkis. Hal ini karena, metode latihan massed practice

menuntut pengulangan gerakan secara terus-menerus. Dengan melakukan

pengulangan pulukan secara terus-menerus maka suatu keterampilan akan lebih

cepat dikuasai. Semakin banyak melakukan pengulangan gerakan, maka gerakkan

keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan secara otomatis dan reflektif.

Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa, metode latihan massed practice memiliki

pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan pukulan servis

panjang bulutangkis.

Page 56: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan antara distributed practice dan

massed practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis

pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo.

2. Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan

pukulan servis panjang bulutangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis

Purnama Solo.

Page 57: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di GOR Sinar Kasih, Jln. Samudra Pasai 60

Rt.03/27 Kadipiro, Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan (enam minggu)

pada tanggal 11 September sampai dengan 20 Oktober 2012. Penelitian

dilaksanakan tiga kali dalam seminggu dengan 18 kali pertemuan. Jadwal latihan

menyesuaikan dari jadwal latihan Persatuan Bulutangkis Purnama Solo

B. Metode dan Rancangan Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dasar penggunaan

metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan tes awal selanjutnya

diberikan perlakuan kepada subyek dan diakhiri dengan suatu bentuk tes guna

mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Sugiyanto (1995: 21)

menjelaskan “Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk meneliti ada tidaknya

hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara

memberikan perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya

dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan atau

diberikan perlakuan yang berbeda”.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian “Pretest-Posttest Design”. Gambar

rancangan penelitian sebagai berikut

KE 1 Treatment A Posttest

R Pretest MSOP

KE 2 TreatmenB Posttest

Page 58: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan :

R = Random

Pretest = Test awal kemampuan servis panjang

MSOP = Matched Subject Ordinal Pairing

KE 1 = Kelompok 1

KE 2 = Kelompok 2

Treatment A = Metode distributed practice

Treatment B = Metode massed practice

Posttest = Tes akhir kemampuan servis panjang

Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan servis

panjang pada test awal. Setelah hasil test awal dirangking, kemudian subyek yang

memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 (K1) dan

kelompok 2 (K2). Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi

perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat

perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.

Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing. Adapun

teknik pembagian kelompok secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi (1995:

485) sebagai berikut :

1 2

4 3

5 6

8 7

9 dan seterusnya

Page 59: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet pemula putra Persatuan

Bulutangkis Purnama Solo yang sudah bisa melakukan pukulan servis panjang

berjumlah 32 atlet.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling (Riduan,

2003: 20). Sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan ciri kelompok umur

atau atlet tingkat pemula yaitu, usia 9-13 tahun. Sampel yang digunakan dengan

jumlah 22 atlet. Random digunakan untuk menentukan perlakuan terhadap

kelompok.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel

terikat.

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel

bebas dalam penelitian terdiri dari:

a. Metode latihan distributed practice

b. Metode latihan massed practice

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan servis panjang bulutangkis.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Metode Latihan Distributed Practice

Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran

praktik yang dilakukan dengan diselingi dengan interval-interval berupa istirahat

diantara waktu latihan.

2. Metode Latihan Massed Practice

Page 60: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Metode latihan massed practice merupakan pengaturan giliran praktik yang

dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat, sampai batas

waktu atau program yang telah dijadwalkan.

3. Kemampuan Pukulan Servis Panjang

Kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis merupakan bentuk

unjuk kerja seseorang untuk melakukan pukulan servis panjang bulutangkis yang

diukur melalui tes keterampilan bulutangkis.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan

tes dan pengukuran kemampuan servis panjang bulutangkis dengan Long Serve

Test dari Sapta Kunta Purnama (2002: 355).

G. Teknik Analisis Data

1. Mencari Reliabilitas

Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji

reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2008: 44)

dengan rumus sebagai berikut :

A

A

MS

MSw-MSR

Keterangan :

R = Koefisien Reliabilitas

MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok

MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji

normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah kedua uji prasyarat

tersebut sebagai berikut :

Page 61: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

a. Uji Normalitas

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode

Liliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut

sebagai berikut :

1) Pengamatan x1, x2......xn dijadikan bilangan baku z1, z2.....zn

dengan menggunakan rumus :

S

Xxz

ii

Keterangan :

Xi = Dari variabel masing-masing sampel

X = Rata-rata

S = Simpangan baku

2) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z≤zi).

3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, .......zn yang lebih kecil atau

sama dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi)

4) Makan

zyangzzbanyaknyazzS

ini

,....,)(

21

5) Hitung selisih F(zi) = S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.

6) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.

b. Uji Homogenitas

Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang

lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982: 386)

rumusnya adalah :

Fdbvb: dbvkktSD

bsSD2

2

Keterangan :

Fdbvb: dbvk = Derajat kebebasan KE1 dan KE2

SD2bs = Standart deviasi KE1

Page 62: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

SD2kt = Standart deviasi KE2

3. Uji Perbedaan

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari

Sutrisno Hadi (1995: 157) sebagai berikut :

1)-(NNd

Mt

2

d

Keterangan :

T = Nilai uji perbedaan

Md = Mean perbedaan dari pasangan

∑d2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan

N = Jumlah pasangan

Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :

N

DMd

Keterangan :

D = Perbedaan masing-masing subjek

N = Jumlah pasangan

Untuk menghitung prosentase peningkatan kemampuan menendang

lambung antala latihan tendangan lambung dengan menggunakan alat bantu dan

tanpa alat bantu menggunakan rumus sebagai berikut :

pretestMean

differentMeannpeningkataProsentase

Mean different = mean posttest – mean pretest

Page 63: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Tujuan penelitian dapat tercapai dengan pengambilan data pada sampel

yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari tes awal secara

keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok dan dilakukan tes

akhir pada masing-masing kelompok. Data tersebut dianalisis dengan statistik,

seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Servis PanjangPada Kelompok 1 dan Kelompok 2

Kelompok Tes N Min Max Mean SD

Kelompok 1

Awal 11 15 21 17,55 2,02

Akhir 11 27 34 30,91 2,12

Kelompok 2

Awal 11 13 21 17,5 2,25

Akhir 11 31 35 33,6 1,36

B. Mencari Reliabilitas

Agar data yang diperoleh dari hasil suatu tes pengukuran reliabel atau ajeg,

maka perlu uji reliabilitas. Adapun hasil perhitungan reliabilitas tes pembelajaran

passing bawah dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Page 64: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Tes

Tes Reliabilitas Kategori

Tes Awal kemampuan servis panjang 0,969 Tinggi sekali

Tes Akhir kemampuan servis panjang 0,921 Tinggi sekali

Mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut menggunakan tabel

koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B (2010) sebagai

berikut:

Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas

Kategori Reliabilitas

Tinggi sekali 0.90-1.0

Tinggi 0.80-0.89

Cukup 0.60-0.79

Kurang 0.40-0.59

Tidak Signifikan 0.00-0.39

C. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan

analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas

dan uji homogenitas.

Page 65: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data

tes awal kemampuan servis panjang. Uji normalitas data dalam penelitian ini

dengan menggunakan liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap

hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai

berikut:

Tabel 4. Rangkuman Hasil Tes Uji Normalitas Data

Tes Kelompok N Mean SD Lhitung Ltabel 5%

Tes Awal Kelompok 1 11 17,55 1,92 0,1570 0,249

Kelompok 2 11 17,55 2,25 0,1173 0,249

Tes Akhir Kelompok 1 11 30,91 2,12 0,1193 0,249

Kelompok 2 11 33,50 1,35 0,1388 0,249

Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada data tes awal

kelompok 1 diperoleh nilai Lhitung = 0,1570, nilai tersebut lebih kecil dari angka

penerimaan hipotesis nol pada taraf signifikansi 5% untuk N = 11 yaitu 0,249,

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tes awal pada kelompok 1

termasuk berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas yang dilakukan

pada data tes awal kelompok 2 diperoleh nilai Lhitung = 0,1173, nilai tersebut lebih

kecil dari angka penerimaan hipotesis nol pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,249,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data tes awal pada kelompok 2 termasuk

berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada data tes akhir

kelompok 1 diperoleh nilai Lhitung = 0,1193, nilai tersebut lebih kecil dari angka

penerimaan hipotesis nol pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,249, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data tes akhir pada kelompok 1 termasuk berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas yang dilakukan pada data tes akhir kelompok 2 diperoleh nilai

Lhitung = 0,1388, nilai tersebut lebih kecil dari angka penerimaan hipotesis nol pada

Page 66: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

taraf signifikansi 5% yaitu 0,249, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tes

akhir pada kelompok 2 termasuk berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari

kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians

sebelum diberi perlakuan atau eksperimen, maka apabila nantinya kedua

kelompok memilki perbedaan di akhir eksperimen, maka perbedaan tersebut

disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan hasil eksperimen. Hasil uji

homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:

Tabel 5. Rangkuman Hasil Tes Uji Homogenitas Data

Tes N S2 Fhitung Ftabel 5%

Tes Awal 11 4,0730,803 2,9811 5,073

Tes Akhir 11 4,000

2,157 2,9811 1,855

Uji homogenitas data tes awal menghasilkan nilai Fhitung = 0,803 sedangkan

Ftabel = 2,98. Oleh karena Fhitung < Ftabel maka disimpulkan bahwa data tes awal

kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki variansi yang homogen. Uji homogenitas

data tes akhir menghasilkan nilai Fhitung = 2,157, sedangkan Ftabel = 2,98. Oleh

karena Fhitung < Ftabel maka disimpulkan bahwa data tes akhir kelompok 1 dan

kelompok 2 memiliki variansi yang homogen.

Page 67: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

D. Hasil Analisis Data

1. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan

Setelah diberi perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan dengan

distributed practice dan kelompok 2 diberi perlakuan dengan massed practice

pada latihan ketepatan servis panjang dalam bulutangkis, kemudian dilakukan uji

perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya sebagai

berikut:

a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1, yaitu:

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Akhir Pada Kelompok 1

Selisih N Mean thitung ttabel 5%

Awal – Akhir 11 13,36 3,104 2,228

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test

(paired samples t test) kelompok 1 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai uji

statistik thitung sebesar 3,104. Adapun nilai kritis distribusi t dengan db = 11 – 1 =

10 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,228. Terlihat bahwa | thitung | >

ttabel sehingga disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1.

Rata-rata selisih hasil tes akhir dengan hasil tes awal sebesar 13,36 (positif)

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan

servis panjang pada bulu tangkis setelah dilakukan perlakuan dengan metode

distributed practice.

Page 68: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu:

Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Akhir pada Kelompok 2.

Selisih N Mean thitung ttabel 5%

Akhir – Awal 11 16,09 3,126 2,228

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test

(paired samples t test) kelompok 2 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai uji

statistik thitung sebesar 3,126. Adapun nilai kritis distribusi t dengan db = 11 – 1 =

10 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,228. Terlihat bahwa | thitung | >

ttabel sehingga disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2.

Rata-rata selisih hasil tes akhir dengan hasil tes awal sebesar 16,09 (positif)

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan

servis panjang pada bulu tangkis setelah dilakukan perlakuan dengan metode

massed practice.

Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu:

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan

Kelompok 2.

Kelompok N Mean thitung ttabel 5%

Kelompok 1 11 30,912,919 2,086

Kelompok 2 11 33,64

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes akhir dengan t-test

(independent samples t test) antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai uji

statistik thitung sebesar 2,919. Adapun nilai kritis distribusi t dengan db = 11 + 11 –

2 = pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,086. Terlihat bahwa | thitung | >

ttabel sehingga disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini berarti bahwa

antara kelompok 1 dan kelompok 2 setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan

yang signifikan pada ketepatan servis panjang. Rata-rata hasil tes kelompok 2

(33,64) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata hasil tes kelompok 1 (30,91)

Page 69: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

menunjukkan bahwa metode latihan massed practice lebih baik dibandingkan

dengan metoade distributed practice keseluruhan dalam hal ketepatan servis

panjang bulu tangkis.

E. Pengujian Hipotesis

1. Perbedaan pengaruh antara metode latihan distributed practice dan

massed practice terhadap kemampuan pukulan servis panjang

bulutangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo.

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes

akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 2,919,

sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,086. Berdasarkan hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara

tes kelompok 1 dan kelompok 2. Perbedaan hasil tersebut karena penggunaan

kedua metode pembelajaran massed practice dan distributed practice memilki

karakteristik yang berbeda.

Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu melakukan latihan

atau pengulangan gerakan secara terus-menerus tanpa istirahat. Dalam

Penggunaan metode massed practice, pemain berusaha melakukan pukulan

servis panjang sebanyak-banyaknya. Andi Suhendro (1999:3.58) bahwa,

“metode massed practice setiap atlet akan diberi instruksi mempraktikkan

secara terus-menerus selama waktu latihan”. Dengan pengulangan gerakan

yang sebanyak-banyaknya akan diperoleh keterampilan yang lebih baik.

Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan keterampilan yang dipelajari,

maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai.

Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran

praktik ketrampilan yang dilakukan secara berselang-seling antara waktu

latihan dan waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode distributed

practice tersebut, maka latihan pukulan servis panjang dilakukan secara

berselang-seling. Hal ini maksudnya, setelah melakukan gerakan pukulan

servis panjang beberapa kali, untuk selanjutnya diberi kesempatan untuk

Page 70: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

istirahat sesuai dengan program yang telah dijadwalkan. Istirahat yang

diberikan dapat digunakan untuk relaksasi atau pemulihan. Dengan demikian

kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan

pada saat melakukan latihan, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan

tidak diulangi lagi.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh

antara metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap

kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis pemain putra Persatuan

Bulutangkis Purnama Solo, dapat diterima kebenarannya.

2. Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya terhadap

kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis pemain putra Persatuan

Bulutangkis Purnama Solo.

Berdasarkan hasil penghitungan persentase peningkatan hasil ketepatan

passing bawah bola voli diketahui bahwa, kelompok 1 (distributed practice)

memiliki nilai persentasi peningkatan hasil belajar ketepatan servis panjang

bulu tangkis 76,17%. Sedangkan kelompok 2 (massed practice) memiliki

peningkatan hasil belajar ketepatan servis panjang bulutangkis sebesar 91,71%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

latihan massed practice memiliki persentase yang lebih tinggi dalam

peningkatan kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis daripada metode

latihan distributed practice.

Perbedaan antara metode latihan massed practice dan distributed

practice menunjukkan bahwa, metode latihan massed practice mempunyai

pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan pukulan servis

panjang bulutangkis. Hal ini karena, metode latihan massed practice menuntut

pengulangan gerakan secara terus-menerus. Dengan melakukan pengulangan

pulukan secara terus-menerus maka suatu keterampilan akan lebih cepat

dikuasai. Semakin banyak melakukan pengulangan gerakan, maka gerakkan

keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan secara otomatis dan reflektif.

Page 71: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari hasil analisis data yang telah dilakukan

ternyata hipotesis 1 dan 2 dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh

simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan metoe latihan antara massed practice dan distributed practice

dalam meningkatkan kemampuan servis panjang bulutangkis pemain putra

Persatuan Bulutangkis Purnama Solo dengan hasil thitung sebesar 2,919 > ttabel

2,086.

2. Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan

metode latihan distributed practiace terhadap peningkatan kemampuan servis

panjang bulu tangkis pemain putra Persatuan Bulutangkis Purnama Solo,

dimana metode massed practice memiliki nilai persentasi peningkatan hasil

belajar ketepatan servis panjang bulu tangkis 91,71%, sedangkan distributed

practice memiliki peningkatan hasil belajar ketepatan servis panjang

bulutangkis sebesar 76,17%.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, penggunaan metode

pembelajaran metode bagian bantu memiliki peningkatan yang lebih baik terhadap

peningkatan kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis.

Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah, setiap metode latihan

memiliki efektivitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan pukulan servis

panjang bulutangkis. Oleh karena itu, dalam memberikan pelatihan yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis menerapkan

metode latihan yang tepat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan

Page 72: PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP …/Perbedaan...PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ANTARA DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN ... Program Studi Pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

untuk memilih metode latihan yang tepat, khususnya untuk meningkatkan

kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis.

Sedangkan implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah bagi pemain

Persatuan Bulutangkis Purnama kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis

dapat meningkat dengan baik apabila mengetahui metode latihan yang tepat, yaitu

dengan penggunaan metode massed practiced, bagi peneliti dan pelatih

bulutangkis secara otomatis dapat menggunakan metode latihan massed practice

dalam meningkatkan kemampuan pemain khususnya dalam peningkatan

kemampuan servis panjang bulutangkis.

C. Saran

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi kata yang

ditimbulkan, maka kepada para Pembina dan Asisten Pembinaan Prestasi

Bulutangkis JPOK FKIP UNS disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan pukulan servis panjang bulutangkis

harus diterapkan metode latihan yang tepat, sehingga akan diperoleh hasil

latihan yang optimal.

2. Dalam memilih metode latihan untuk meningkatkan kemampuan servis

panjang bulutangkis seorang pelatih atau asisten dapat menerapkan metode

latihan dengan menggunakan metode massed practice.