bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari manusia yang harus
dipenuhi. Tanpa kesehatan yang baik seseorang tentu saja seseorang tidak dapat
beraktivitas dengan baik di mana hal tersebut tentu saja dapat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan seorang individu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan
bahwa kesehatan merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi
oleh setiap individu dan setiap individu ingin selalu sehat. Kebutuhan akan
kesehatan dari invididu tersebut dapat dianggap sebagai sebuah permintaan oleh
para penyedia jasa kesehatan.
Jakarta adalah kota metropolitan yang memiliki CDI (City Development
Index) tertinggi. CDI adalah suatu metode penilaian kondisi pembangunan kota
yang digunakan untuk mengevaluasi kebijakan tingkat keberhasilan pembangunan
suatu kota. Indeks ini tersusun dari sejumlah variabel sektor yang dianggap
mewakili kualitas pelaksanaan pembangunan suatu kota, yaitu penyediaan
infrastruktur, kualitas penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, persampahan,
dan produk ekonomi suatu kota secara keseluruhan. CDI merupakan suatu indeks
yang dirumuskan oleh salah satu badan di bawah naungan PBB, yaitu UN-Habitat
yang digunakan untuk membuat perbandingan kinerja kota-kota di dunia. Daerah
Khusus Ibukota Jakarta memiliki luas wilayah 662,33 km2 dan terbagi menjadi 5
kota administrasi dan 1 kabupaten administrasi, yang meliputi 44 kecamatan dan
2
267 kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 11.201.620 hanya memiliki
8.800 unit pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan umum, klinik spesialis, laboratorium, apotik dan posyandu.
Berdasarkan rasionya ketersediaan fasilitas kesehatan bagi penduduk di Jakarta
masih tidak sebanding antara jumlah penduduk dan kapasitas penyedia layanan
kesehatan saat ini yaitu 1 : 1.273. Hal ini membuat sektor jasa pelayanan
kesehatan masih terbuka sangat lebar bagi para pengusaha. Peluang usaha ini
menarik bagi para pelaku usaha di mana adanya kebutuhan dan keinginan akan
kesehatan tersebut membuat semakin berkembangnya industri pelayanan jasa
kesehatan. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan dari pelaku
bisnis jasa kesehatan di mana selama kurun waktu 2010-2013 jumlah fasilitas
kesehatan semakin bertambah dan hal tersebut menunjukan persaingan yang
semakin ketat dalam industri ini.
Tabel 1.1 : Jumlah Fasilitas Kesehatan di Jakarta dalam tahun 2010 sampai 2013
Sumber : BPS DKI Jakarta (http://jakarta.bps.go.id)
Fasilitas Kesehatan 2010 2011 2012 2013
Rumah Sakit 145 153 158 159
Rumah Sakit/Tempat Bersalin 64 64 38 37
Puskesmas Kecamatan 44 44 44 44
Puskesmas Kelurahan 295 296 296 297
Balai Pengobatan Umum 779 779 779 779
Balai Pengobatan Gigi 113 125 125 125
Klinik Spesialis 171 153 168 168
Laboratorium 170 175 175 175
Apotik 1.811 1.811 1.922 2.159
Posyandu 4.185 4.241 4.245 4.290
Jumlah 7.777 7.841 7.950 8.233
Jumlah Fasilitas Kesehatan, 2010 - 2013
3
Lembaga-lembaga pemberi layanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang
dalam pencarian bentuk. Sebagai contoh rumah sakit pemerintah diarahkan
menjadi sebuah lembaga usaha yang awalnya berupa lembaga birokrasi. Awalnya
berupa Badan Layanan Umum (BLU) namun karena adanya pergeseran sistem
penganggaran dari tradisional penganggaran berbasis kinerja. Penganggaran
berbasis kinerja dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, sedangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68 dan Pasal 69 memberikan arahan baru
bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan
kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel
dengan mengutamakan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Begitu pula
lembaga layanan kesehatan swasta yang sedang bertransformasi menjadi lembaga
yang bukan hanya didasari konsep misionaris tetapi juga didasari konsep usaha.
Bennet dan Offer seperti dikutip oleh Trisnantoro (2005) mengungkapkan bahwa
lembaga-lembaga pemberi layanan kesehatan saat ini semakin mengacu pada
prinsip-prinsip ekonomi sehingga pelayanan kesehatan semakin mengarah ke
pasar yang ditandai oleh semakin banyaknya pelayanan kesehatan yang menjadi
private-goods.
Dalam industri jasa layanan kesehatan secara nasional memang memiliki
keterbatasan atas fasilitas dan layanan secara merata di masing-masing wilayah.
Namun jika dilihat secara regional khususnya di ibukota Jakarta, sudah nampak
persaingan yang cukup baik antar pelaku industri layanan kesehatan.
4
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri jasa layanan
kesehatan dan bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat adalah Daya
Medika. Daya Medika memulai usahanya pada tahun 2011 dengan menyediakan
fasilitas laboratorium dan klinik. Seiring dengan kondisi persaingan industri
layanan kesehatan yang semakin kompetitif saat ini, Daya Medika memilih
strategi lokasi yang baik untuk lebih dekat dengan konsumen, sehingga para
pasien atau calon pasien bisa dengan mudah, cepat dan nyaman mendapatkan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Strategi bisnis pun harus berkembang
selaras dengan target perusahaan bertambah sesuai dengan perkembangan
lingkungan usaha. Tantangannya terletak pada memformulasikan strategi yang
tepat untuk menyesuaikan dengan target dan keadaan lingkungan bisnis yang
sangat dinamis. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian
pada laboratorium dan klinik Daya Medika yang berjudul “Analisis Strategi
Bersaing Pada Klinik Daya Medika”.
Lokasi Daya Medika berada di Jakarta Barat di mana wilayah tersebut
merupakan kawasan bisnis dengan pembangunan yang terus berkembang. Jakarta
Barat merupakan kawasan yang strategis di mana banyak terdapat pembangunan
mall, pusat hiburan, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, rumah sakit, dan
sekolah-sekolah. Tingkat kepadatan penduduk di wilayah Jakarta Barat sedikit
meningkat sejak periode 2012-2014, yakni dari 18.237 jiwa tiap km² pada tahun
2012 menjadi 18.762 jiwa tiap km² di tahun 2014. Sementara itu jumlah rumah
tangga di Jakarta Barat pada tahun 2014 sebanyak 648,1 ribu, dengan rata-rata
3,75 anggota rumah tangga, artinya pada setiap rumah tangga ada sekitar 3-4 jiwa.
5
Tabel 1.2 menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah
Jakarta Barat. Peningkatan jumlah penduduk di wilayah Jakarta Barat dari tahun
ke tahun, mendorong meningkatnya permintaan akan layanan dan fasilitas
kesehatan, yang diikuti dengan munculnya klinik-klinik, laboratorium, dan rumah
sakit baru sekitar Daya Medika. Perumusan strategi bersaing yang tepat sangatlah
dibutuhkan untuk menjamin dan menjaga kestabilan usaha serta perkembangan
perusahaan ke arah yang lebih baik. Di tengah persaingan yang semakin ketat,
industri jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk menjalankan kegiatannya secara
efektif dan efisien serta selalu melakukan pengembangan inovasi teknologi dan
pelayanan yang sesuai standar agar bisa diterima oleh pasien. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan melihat tingkat kepercayaan masyarakat sekitar terhadap
kualitas layanan yang disediakan.
Tabel 1.2 : Data Sarana Kesehatan di wilayah Jakarta, Sumber : BPS Jakarta Barat
General Special General Special General Dental Specialist General Dental Specialist
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1 Kembangan 0 0 1 0 0 2 9 99 100 21 64 26 9 0 20 5 3 0
2 Kebon Jeruk 0 0 4 3 0 1 8 119 131 30 86 26 38 0 31 6 1 0
3 Palmerah 1 3 2 0 0 1 10 51 53 16 25 10 16 1 14 1 2 0
4Grogol
Petamburan1 1 1 2 0 2 10 148 147 37 107 37 16 1 33 9 3 0
5 Tambora 0 0 0 1 0 2 10 77 42 10 49 9 5 1 21 5 3 0
6 Taman Sari 0 0 0 0 0 0 7 49 31 14 49 7 16 0 16 0 0 0
7 Cengkareng 1 0 0 1 0 3 10 133 72 12 114 15 5 1 48 3 3 0
8 Kalideres 0 0 1 0 0 2 12 92 50 5 108 32 5 0 45 4 2 0
3 4 9 7 0 13 76 768 626 145 602 162 110 4 228 33 17 0
Hospital Maternity Hospital Public
Health
CenterPublic Private
Single Doctor Practice Joint Doctor Practice Midwife
Practice
Maternity
Hospital
Total
BPG BPU Public
Health Hall Public Private
No. District
Kind of Health Facilities
6
Di samping itu diberlakukanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sejak
tahun 2015 tentu saja hal tersebut membuat para pelaku bisnis industri kesehatan
dari luar negeri yang bisa masuk dan bersaing di Indonesia dengan lebih mudah.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar merupakan peluang bisnis yang
menggiurkan bagi para pelaku jasa kesehatan dari luar negeri khususnya dari
Negara-negara ASEAN. Hal ini tentu saja membuat persaingan menjadi semakin
ketat. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan harus memperhatikan kembali
strategi yang diambilnya dan memperhatikan aspek – aspek yang terkait baik
internal maupun eksternal agar mampu bersaing dalam industri layanan kesehatan
ini. Menurut Kelly dan Booth (2004), kemampuan untuk melakukan perumusan,
menerapkan, melakukan evaluasi serta juga melaksanakan mengawasi setiap
keputusan strategis perusahaan secara tidak langsung mengarah dan memusatkan
pada pengintegrasian fungsi – fungsi dari manajemen, marketing, sumber daya
manusia, keuangan, research & development yang berada pada lingkungan
internal maupun eksternal perusahaan atau industri tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Daya Medika merupakan salah satu klinik kesehatan yang terus
berkembang dan bersaing dengan rumah sakit atau klinik lain disekitarnya. Dasar
perusahaan dalam menentukan strategi bersaing salah satunya tercermin pada visi
dan misi perusahaan tersebut. Visi perusahaan Daya Medika adalah “becoming
clinic and hospital chain with high quality standard based on ISO and JCI
accreditation”. Misi perusahaan Daya Medika adalah “saving lives in patient
7
safety and quality care”. Makna dari pernyataan visi dan misi Daya Medika yaitu
semangat dan integritas untuk mendukung keselamatan jiwa pasien serta
memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi sehingga memastikan
pertumbuhan yang berkelanjutan baik secara lingkungan dan ekonomi.
Untuk merealisasikan pertumbuhan yang berkelanjutan baik secara
lingkungan dan ekonomi, Daya Medika menjalankan kemitraan yang baik dengan
rumah sakit besar di sekitarnya. Rujukan rawat inap dan dokter spesialis yang
berpraktek di rumah sakit menjadi kerjasama yang mengutamakan kepentingan
pasien untuk memperoleh penanganan medis berkelanjutan. Strategi ini
diterapkan oleh Daya Medika agar fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan.
Gambar 1.1 : Total Pendapatan Kotor per tahun dari 2011 sampai 2015, Sumber :
Laporan keuangan tahunan Daya Medika
8
Sejak didirikan tahun 2011 hingga tahun 2015, Daya Medika mengalami
peningkatan pendapatan yang cukup signifikan, dari tahun 2011 yang hanya
memperoleh pendapatan kotor sebesar Rp154.488.354,- terus meningkat sampai
dengan Rp19.669.912.300,- pada tahun 2015. Peningkatan pendapatan tersebut
dikarenakan adanya pengembangan layanan yang terus dilakukan oleh Daya
Medika dalam menciptakan nilai tambah. Pada pertengahan tahun 2013, Daya
Medika mengembangkan layanan baru yaitu layanan bayi tabung. Ternyata
diversifikasi jasa yang dilakukan Daya Medika dalam membuat layanan bayi
tabung tersebut mempunyai hasil yang memuaskan. Pada tahun 2014 dan 2015,
pendapatan dari layanan bayi tabung adalah penyumbang pendapatan terbesar
pada Daya Medika. Tingkat keberhasilan bayi tabung di Daya Medika
memperoleh tingkat kepuasan dan kepercayaan dari para pasien sehingga
berdasarkan survei nasional Daya Medika menjadi urutan ke 4 terbaik dalam
layanan bayi tabung di Indonesia.
Memasuki tahun 2015 dan seterusnya di mana sudah diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), akan terjadi percepatan dalam industri
layanan kesehatan. Perusahaan lokal harus mampu bersaing dengan perusahaan
asing atau bahkan tenaga ahli lokal yang harus bersaing langsung dengan tenaga
ahli dari luar negeri. Peluang bagi perusahaan asing membuka usaha di Indonesia,
mengakibat para perusahaan lokal harus meningkatkan standar kualitas yang
dimilikinya agar tidak kalah dengan yang diberikan oleh perusahaan asing.
Sebagai perusahaan yang terus berkembang, Daya Medika terus berusaha
untuk mempunyai nilai tambah dan keunggulan bersaing serta mampu
9
menentukan strategi jangka panjang untuk usaha yang dijalankannya. Berdasarkan
uraian di atas, strategi yang ditetapkan dan diterapkan oleh Daya Medika sudah
menunjukan kinerja yang baik. Namun untuk menghadapi persaingan bebas di
Masyarakat Ekonomi Asean, maka Daya Medika harus mengembangkan strategi
bersaingnya agar mampu mempertahankan posisinya di industri layanan
kesehatan khususnya di wilayah Ibukota Jakarta.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dalam
persaingan dalam industri layanan kesehatan yang semakin ketat, berikut adalah
pertanyaan dalam penelitian ini :
1. Apakah strategi bersaing yang dimiliki Daya Medika dalam persaingan
bisnis saat ini masih efektif ?
2. Apa alternatif strategi bersaing untuk Daya Medika dalam
mengembangkan bisnisnya di masa depan ?
1.4 Tujuan Penelitian
Dengan melakukan analisis strategi bersaing pada Daya Medika, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan penelitian ini, penulis memberikan gambaran mengenai kondisi
industri layanan kesehatan saat ini dan menganalisis penerapan strategi
Daya Medika saat ini masih efektif untuk diterapkan pada persaingan
industri.
10
2. Memberikan evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan, indentifikasi peluang baru dan serta ancaman dari pesaing di
industri layanan kesehatan.
3. Memberikan saran kepada manajemen Daya Medika berupa perumusan
strategi alternatif atau lanjutan sebagai hasil dari evaluasi dan
penyempurnaan strategi perusahaan saat ini, sehingga dapat berguna untuk
menghadapi persaingan di akan datang.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang analisis strategi bersaing Daya Medika dalam industri
layanan kesehatan ini diharapkan dapat menjadi memberikan manfaat bagi
perusahaan, yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan
bagaimana strategi yang sudah dijalankan oleh Daya Medika, gambaran
kondisi persaingan yang ada, serta alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh
Daya Medika dalam menciptakan keunggulan bersaing (competitive
advantage).
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya melingkupi wilayah Jakarta Barat,
wilayah di mana Daya Medika berdomisili. Ruang lingkup dimaksudkan agar
tidak melebarkan teknik dan strategi bersaing.
11
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis Data & Teknik Pengumpulan Data
a) Data Primer
Berikut adalah jenis data primer yang dikumpulkan penulis:
i. Visi perusahaan
ii. Misi perusahaan
iii. Strategi bersaing perusahaan yang sudah dijalankan
iv. Kelebihan atau hal yang menjual dari klinik Daya Medika
v. Kekurangan atau kelemahan dari klinik Daya Medika
vi. Jumlah pasien dalam satu tahun
vii. Laporan keuangan perusahaan
Dalam proses pengumpulan data primer, penulis melakukan observasi
langsung dan wawancara dengan beberapa narasumber di Daya
Medika :
a. Direktur Laboratorium Klinik Daya Medika
Topik yang dibahas dalam wawancara adalah bagaimana
sejarah Daya Medika dalam bersaing di industri layanan
kesehatan dan menjalankan bisnisnya yang terus meningkat
dari tahun ke tahun, serta gambaran secara menyeluruh visi,
misi dan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam
industri pelayanan kesehatan.
12
b. Kordinator IVF (layanan bayi tabung)
Topik yang dibicarakan dalam wawancara adalah memperoleh
informasi sehubungan dengan kegiatan layanan bayi tabung
dan faktor keunggulan layanan bayi tabung yang ada di Daya
Medika.
c. Kordinator Marketing (pemasaran)
Topik yang ditanyakan adalah bagaimana Daya Medika
melakukan strategi pemasaran layanan kesehatan.
d. Kordinator Departemen Medis
Topik yang dibahas dalam wawancara adalah untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan strategi penyediaan
sumber daya manusia atau tenaga ahli (dokter atau perawat)
yang kompeten, serta sistem pengembangan kemampuan dari
sumber daya yang ada.
b) Data Sekunder
Data sekunder meliputi data lain yang diinformasikan pihak lain
melalui media. Data sekunder yang digunakan adalah data yang
berasal dari kementrian kesehatan dan biro pusat statistik, antara lain:
i. Jumlah rumah sakit dan klinik di wilayah sekitar
ii. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk wilayah sekitar
13
1.7.2 Metode Analisis
a) Analisis Lingkungan Eksternal
1. Karakteristik industri layanan kesehatan
Dalam sebuah industri, para pelaku usaha pastinya berorientasi
pada keuntungan atau profit yang didapat. Biaya investasi yang besar
dalam mendirikan fasilitas layanan kesehatan mendorong para pelaku
industri harus bersifat komersil, supaya mampu mencapai profit. Saat
ini industri layanan kesehatan belum bisa merata di seluruh wilayah
nasional. Kebanyakan pengusaha hanya berinvestasi mendirikan
layanan kesehatan di kota-kota besar di mana tingkat pendapatan per
kapita nya sudah besar dan sangat memperhatikan kesehatan.
Dalam persaingan di sektor layanan kesehatan penting sekali untuk
mengkaji hal-hal berikut :
a. Market Size
Besarnya industri layanan kesehatan berkaitan dengan jumlah
fasilitas kesehatan yang ada dibandingkan dengan jumlah bakal
pasien, yaitu berapa banyak swasta dan pemerintah yang bermain
dalam industri ini dan pertumbuhan penduduk berdasarkan
segmentasi.
b. Scope Persaingan
Siapa saja pemain utama yang menguasai industri, dan di
segmentasi pasar mana perusahaan tersebut bersaing.
14
c. Entry Barrier
Karakteristik industri jasa pelayanan kesehatan (health care)
terutama laboratorium klinik, merupakan industri yang padat
modal, padat teknologi dan padat ahli tenaga medis dan non
medis. Sehingga membuat industri ini mempunyai entry barrier
yang tinggi.
d. Regulasi
Menurut Keppres No. 118 Tahun 2000 tentang Peraturan
Investasi Asing Sektor Kesehatan, bidang sektor kesehatan yang
terbuka untuk investasi asing memerlukan mitra perusahaan
patungan domestik. Hal tersebut dapat membatasi pendatang baru
dalam persaingan bebas.
2. Analisis lingkungan persaingan (Five Forces)
Menurut Porter (2008), lingkungan industri merupakan faktor-
faktor di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan.
Analisis Five Forces dapat mengetahui kondisi persaingan dalam suatu
industri yang dipengaruhi oleh lima kekuatan dasar yaitu:
a. Ancaman pendatang baru
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan banyak
pendatang baru dalam suatu industri layanan kesehatan yang
akan merebut pangsa pasar dan sumber daya siap pakai.
15
Banyaknya modal dan tenaga kerja asing yang masuk ke
Indonesia, menimbulkan persaingan yang ketat antar
perusahaan, perusahaan dengan individu, dan individu dengan
individu sebagai tenaga ahli.
b. Kekuatan tawar menawar pemasok
Tenaga medis yang berkompeten merupakan aset utama
perusahaan dalam memberikan layanan kesehatan. Selain itu
adalah peralatan penunjang medis. Pada persaingan bebas ini
perusahaan harus fokus pada pengembangan kompetensi dan
teknologi yang dimilikinya saat ini untuk menciptakan nilai
tambah.
c. Kekuatan tawar menawar pembeli
Kekuatan tawar menawar masyarakat perkotaan sudah lebih
tinggi karena tingkat pendapatan yang lebih baik. Untuk itu,
perusahaan harus mampu memperhatikan kebutuhan dan
tingkat kepuasan pasien dengan baik.
d. Ancaman produk substitusi
Penyedia fasilitas kesehatan di perkotaan semakin banyak. Saat
ini tidak selalu berbentuk rumah sakit dan klinik, banyak pusat
16
kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasiennya
tanpa menggunakan peralatan medis.
e. Persaingan antara perusahaan sejenis
Banyaknya perusahaan sejenis yang ikut mengembangkan
usahanya di wilayah yang sama dikarenakan adanya potensi
pasar yang cukup besar sehingga intensitas persaingan menjadi
sangat tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan:
1) jumlah pesaing
2) diferensiasi produk
3) keunggulan kompetitif masing-masing perusahaan
3. Analisis Key Success Factor
Key Success Factor (KSF) adalah faktor – faktor yang yang
bersifat kompetitif yang menjadikan dasar bagi para produsen dipasar
tersebut untuk dapat bersaing dalam pasar yang sama. Elemen
strateginya bisa berupa: produk yang dimiliki, cara menjalankan
operasinya, sumber daya yang dimiliki dan kemampuan bersaing
lainnya yang memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut.
17
b. Analisis Lingkungan Internal
1. Analisis profil perusahaan
Menurut Hill dan Jones (1990), analisis lingkungan internal
merupakan identifikasi atas kekuatan dan kelemahan suatu
perusahaan dan memeriksa strategi tingkat fungsional yang dapat
digunakan dalam membangun dan mengeksploitasi kekuatan dan
memperbaiki kelemahan.
c. Analisis SWOT
SWOT adalah salah satu alat yang banyak digunakan untuk analisis
stratejik suatu perusahaan untuk menjabarkan kekuatan dan kelemahan
yang menjadi dasar terciptanya kompetensi inti. Ada 4 hal yang dapat
dipakai untuk memonitor kesempatan dan tantangan lingkungan bisnis
maupun mengevaluasi kondisi internal perusahaan, yaitu :
1. Potensial kekuatan internal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan,
diketahui kemampuan inti dan kompetensi unggul apa saja yang
dimiliki Daya Medika dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2. Potensial kelemahan internal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan,
diketahui keluhan para pasien terhadap pelayanan yang diberikan
18
oleh Daya Medika, dan kekurangan apa saja yang dimiliki Daya
Medika baik dari sisi medis dan non medis.
3. Potensial peluang eksternal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan,
karakteristik industri jasa layanan kesehatan masih mempunyai
peluang dengan memperhatikan faktor-faktor kompetitif dalam
persaingan di sekitarnya.
4. Potensial ancaman eksternal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan,
diketahui apa saja yang menjadi ancaman bagi Daya Medika dalam
persaingan di industri layanan kesehatan.
1.8 Sistematika Penelitian
Dalam penelitian ini, Sistematika Penulisan akan dilakukan dengan urutan
pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
pokok permasalahan, perntanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
19
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam tinjauan pustaka akan dikemukakan teori yang berkaitan dengan
pokok-pokok bahasan yang akan digunakan sebagai dasar untuk
melakukan analisis dan menentukan strategi yang tepat.
BAB III : METODOLOGI DAN PROFIL OBYEK PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang metodologi penelitian yang meliputi;
data primer dan sekunder, cara memperoleh data, alat analisis data serta
profil objek penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara, pengamatan dan
pengolahannya serta pembahasan yang spesifik sebagai hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bagian akhir dari penelitian, bab ini akan mengulas mengenai
kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analissis serta saran pilihan
strategi yang paling tepat untuk dijalankan.