bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari manusia yang harus dipenuhi. Tanpa kesehatan yang baik seseorang tentu saja seseorang tidak dapat beraktivitas dengan baik di mana hal tersebut tentu saja dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan seorang individu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap individu dan setiap individu ingin selalu sehat. Kebutuhan akan kesehatan dari invididu tersebut dapat dianggap sebagai sebuah permintaan oleh para penyedia jasa kesehatan. Jakarta adalah kota metropolitan yang memiliki CDI (City Development Index) tertinggi. CDI adalah suatu metode penilaian kondisi pembangunan kota yang digunakan untuk mengevaluasi kebijakan tingkat keberhasilan pembangunan suatu kota. Indeks ini tersusun dari sejumlah variabel sektor yang dianggap mewakili kualitas pelaksanaan pembangunan suatu kota, yaitu penyediaan infrastruktur, kualitas penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, persampahan, dan produk ekonomi suatu kota secara keseluruhan. CDI merupakan suatu indeks yang dirumuskan oleh salah satu badan di bawah naungan PBB, yaitu UN-Habitat yang digunakan untuk membuat perbandingan kinerja kota-kota di dunia. Daerah Khusus Ibukota Jakarta memiliki luas wilayah 662,33 km2 dan terbagi menjadi 5 kota administrasi dan 1 kabupaten administrasi, yang meliputi 44 kecamatan dan

Upload: hadang

Post on 11-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari manusia yang harus

dipenuhi. Tanpa kesehatan yang baik seseorang tentu saja seseorang tidak dapat

beraktivitas dengan baik di mana hal tersebut tentu saja dapat mempengaruhi

tingkat kesejahteraan seorang individu. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan

bahwa kesehatan merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi

oleh setiap individu dan setiap individu ingin selalu sehat. Kebutuhan akan

kesehatan dari invididu tersebut dapat dianggap sebagai sebuah permintaan oleh

para penyedia jasa kesehatan.

Jakarta adalah kota metropolitan yang memiliki CDI (City Development

Index) tertinggi. CDI adalah suatu metode penilaian kondisi pembangunan kota

yang digunakan untuk mengevaluasi kebijakan tingkat keberhasilan pembangunan

suatu kota. Indeks ini tersusun dari sejumlah variabel sektor yang dianggap

mewakili kualitas pelaksanaan pembangunan suatu kota, yaitu penyediaan

infrastruktur, kualitas penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, persampahan,

dan produk ekonomi suatu kota secara keseluruhan. CDI merupakan suatu indeks

yang dirumuskan oleh salah satu badan di bawah naungan PBB, yaitu UN-Habitat

yang digunakan untuk membuat perbandingan kinerja kota-kota di dunia. Daerah

Khusus Ibukota Jakarta memiliki luas wilayah 662,33 km2 dan terbagi menjadi 5

kota administrasi dan 1 kabupaten administrasi, yang meliputi 44 kecamatan dan

2

267 kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 11.201.620 hanya memiliki

8.800 unit pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit, puskesmas, balai

pengobatan umum, klinik spesialis, laboratorium, apotik dan posyandu.

Berdasarkan rasionya ketersediaan fasilitas kesehatan bagi penduduk di Jakarta

masih tidak sebanding antara jumlah penduduk dan kapasitas penyedia layanan

kesehatan saat ini yaitu 1 : 1.273. Hal ini membuat sektor jasa pelayanan

kesehatan masih terbuka sangat lebar bagi para pengusaha. Peluang usaha ini

menarik bagi para pelaku usaha di mana adanya kebutuhan dan keinginan akan

kesehatan tersebut membuat semakin berkembangnya industri pelayanan jasa

kesehatan. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan dari pelaku

bisnis jasa kesehatan di mana selama kurun waktu 2010-2013 jumlah fasilitas

kesehatan semakin bertambah dan hal tersebut menunjukan persaingan yang

semakin ketat dalam industri ini.

Tabel 1.1 : Jumlah Fasilitas Kesehatan di Jakarta dalam tahun 2010 sampai 2013

Sumber : BPS DKI Jakarta (http://jakarta.bps.go.id)

Fasilitas Kesehatan 2010 2011 2012 2013

Rumah Sakit 145 153 158 159

Rumah Sakit/Tempat Bersalin 64 64 38 37

Puskesmas Kecamatan 44 44 44 44

Puskesmas Kelurahan 295 296 296 297

Balai Pengobatan Umum 779 779 779 779

Balai Pengobatan Gigi 113 125 125 125

Klinik Spesialis 171 153 168 168

Laboratorium 170 175 175 175

Apotik 1.811 1.811 1.922 2.159

Posyandu 4.185 4.241 4.245 4.290

Jumlah 7.777 7.841 7.950 8.233

Jumlah Fasilitas Kesehatan, 2010 - 2013

3

Lembaga-lembaga pemberi layanan kesehatan di Indonesia saat ini sedang

dalam pencarian bentuk. Sebagai contoh rumah sakit pemerintah diarahkan

menjadi sebuah lembaga usaha yang awalnya berupa lembaga birokrasi. Awalnya

berupa Badan Layanan Umum (BLU) namun karena adanya pergeseran sistem

penganggaran dari tradisional penganggaran berbasis kinerja. Penganggaran

berbasis kinerja dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, sedangkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara Pasal 68 dan Pasal 69 memberikan arahan baru

bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan

kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel

dengan mengutamakan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Begitu pula

lembaga layanan kesehatan swasta yang sedang bertransformasi menjadi lembaga

yang bukan hanya didasari konsep misionaris tetapi juga didasari konsep usaha.

Bennet dan Offer seperti dikutip oleh Trisnantoro (2005) mengungkapkan bahwa

lembaga-lembaga pemberi layanan kesehatan saat ini semakin mengacu pada

prinsip-prinsip ekonomi sehingga pelayanan kesehatan semakin mengarah ke

pasar yang ditandai oleh semakin banyaknya pelayanan kesehatan yang menjadi

private-goods.

Dalam industri jasa layanan kesehatan secara nasional memang memiliki

keterbatasan atas fasilitas dan layanan secara merata di masing-masing wilayah.

Namun jika dilihat secara regional khususnya di ibukota Jakarta, sudah nampak

persaingan yang cukup baik antar pelaku industri layanan kesehatan.

4

Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri jasa layanan

kesehatan dan bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat adalah Daya

Medika. Daya Medika memulai usahanya pada tahun 2011 dengan menyediakan

fasilitas laboratorium dan klinik. Seiring dengan kondisi persaingan industri

layanan kesehatan yang semakin kompetitif saat ini, Daya Medika memilih

strategi lokasi yang baik untuk lebih dekat dengan konsumen, sehingga para

pasien atau calon pasien bisa dengan mudah, cepat dan nyaman mendapatkan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Strategi bisnis pun harus berkembang

selaras dengan target perusahaan bertambah sesuai dengan perkembangan

lingkungan usaha. Tantangannya terletak pada memformulasikan strategi yang

tepat untuk menyesuaikan dengan target dan keadaan lingkungan bisnis yang

sangat dinamis. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian

pada laboratorium dan klinik Daya Medika yang berjudul “Analisis Strategi

Bersaing Pada Klinik Daya Medika”.

Lokasi Daya Medika berada di Jakarta Barat di mana wilayah tersebut

merupakan kawasan bisnis dengan pembangunan yang terus berkembang. Jakarta

Barat merupakan kawasan yang strategis di mana banyak terdapat pembangunan

mall, pusat hiburan, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, rumah sakit, dan

sekolah-sekolah. Tingkat kepadatan penduduk di wilayah Jakarta Barat sedikit

meningkat sejak periode 2012-2014, yakni dari 18.237 jiwa tiap km² pada tahun

2012 menjadi 18.762 jiwa tiap km² di tahun 2014. Sementara itu jumlah rumah

tangga di Jakarta Barat pada tahun 2014 sebanyak 648,1 ribu, dengan rata-rata

3,75 anggota rumah tangga, artinya pada setiap rumah tangga ada sekitar 3-4 jiwa.

5

Tabel 1.2 menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah

Jakarta Barat. Peningkatan jumlah penduduk di wilayah Jakarta Barat dari tahun

ke tahun, mendorong meningkatnya permintaan akan layanan dan fasilitas

kesehatan, yang diikuti dengan munculnya klinik-klinik, laboratorium, dan rumah

sakit baru sekitar Daya Medika. Perumusan strategi bersaing yang tepat sangatlah

dibutuhkan untuk menjamin dan menjaga kestabilan usaha serta perkembangan

perusahaan ke arah yang lebih baik. Di tengah persaingan yang semakin ketat,

industri jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk menjalankan kegiatannya secara

efektif dan efisien serta selalu melakukan pengembangan inovasi teknologi dan

pelayanan yang sesuai standar agar bisa diterima oleh pasien. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan melihat tingkat kepercayaan masyarakat sekitar terhadap

kualitas layanan yang disediakan.

Tabel 1.2 : Data Sarana Kesehatan di wilayah Jakarta, Sumber : BPS Jakarta Barat

General Special General Special General Dental Specialist General Dental Specialist

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)

1 Kembangan 0 0 1 0 0 2 9 99 100 21 64 26 9 0 20 5 3 0

2 Kebon Jeruk 0 0 4 3 0 1 8 119 131 30 86 26 38 0 31 6 1 0

3 Palmerah 1 3 2 0 0 1 10 51 53 16 25 10 16 1 14 1 2 0

4Grogol

Petamburan1 1 1 2 0 2 10 148 147 37 107 37 16 1 33 9 3 0

5 Tambora 0 0 0 1 0 2 10 77 42 10 49 9 5 1 21 5 3 0

6 Taman Sari 0 0 0 0 0 0 7 49 31 14 49 7 16 0 16 0 0 0

7 Cengkareng 1 0 0 1 0 3 10 133 72 12 114 15 5 1 48 3 3 0

8 Kalideres 0 0 1 0 0 2 12 92 50 5 108 32 5 0 45 4 2 0

3 4 9 7 0 13 76 768 626 145 602 162 110 4 228 33 17 0

Hospital Maternity Hospital Public

Health

CenterPublic Private

Single Doctor Practice Joint Doctor Practice Midwife

Practice

Maternity

Hospital

Total

BPG BPU Public

Health Hall Public Private

No. District

Kind of Health Facilities

6

Di samping itu diberlakukanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sejak

tahun 2015 tentu saja hal tersebut membuat para pelaku bisnis industri kesehatan

dari luar negeri yang bisa masuk dan bersaing di Indonesia dengan lebih mudah.

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar merupakan peluang bisnis yang

menggiurkan bagi para pelaku jasa kesehatan dari luar negeri khususnya dari

Negara-negara ASEAN. Hal ini tentu saja membuat persaingan menjadi semakin

ketat. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan harus memperhatikan kembali

strategi yang diambilnya dan memperhatikan aspek – aspek yang terkait baik

internal maupun eksternal agar mampu bersaing dalam industri layanan kesehatan

ini. Menurut Kelly dan Booth (2004), kemampuan untuk melakukan perumusan,

menerapkan, melakukan evaluasi serta juga melaksanakan mengawasi setiap

keputusan strategis perusahaan secara tidak langsung mengarah dan memusatkan

pada pengintegrasian fungsi – fungsi dari manajemen, marketing, sumber daya

manusia, keuangan, research & development yang berada pada lingkungan

internal maupun eksternal perusahaan atau industri tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Daya Medika merupakan salah satu klinik kesehatan yang terus

berkembang dan bersaing dengan rumah sakit atau klinik lain disekitarnya. Dasar

perusahaan dalam menentukan strategi bersaing salah satunya tercermin pada visi

dan misi perusahaan tersebut. Visi perusahaan Daya Medika adalah “becoming

clinic and hospital chain with high quality standard based on ISO and JCI

accreditation”. Misi perusahaan Daya Medika adalah “saving lives in patient

7

safety and quality care”. Makna dari pernyataan visi dan misi Daya Medika yaitu

semangat dan integritas untuk mendukung keselamatan jiwa pasien serta

memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi sehingga memastikan

pertumbuhan yang berkelanjutan baik secara lingkungan dan ekonomi.

Untuk merealisasikan pertumbuhan yang berkelanjutan baik secara

lingkungan dan ekonomi, Daya Medika menjalankan kemitraan yang baik dengan

rumah sakit besar di sekitarnya. Rujukan rawat inap dan dokter spesialis yang

berpraktek di rumah sakit menjadi kerjasama yang mengutamakan kepentingan

pasien untuk memperoleh penanganan medis berkelanjutan. Strategi ini

diterapkan oleh Daya Medika agar fokus pada pertumbuhan yang berkelanjutan.

Gambar 1.1 : Total Pendapatan Kotor per tahun dari 2011 sampai 2015, Sumber :

Laporan keuangan tahunan Daya Medika

8

Sejak didirikan tahun 2011 hingga tahun 2015, Daya Medika mengalami

peningkatan pendapatan yang cukup signifikan, dari tahun 2011 yang hanya

memperoleh pendapatan kotor sebesar Rp154.488.354,- terus meningkat sampai

dengan Rp19.669.912.300,- pada tahun 2015. Peningkatan pendapatan tersebut

dikarenakan adanya pengembangan layanan yang terus dilakukan oleh Daya

Medika dalam menciptakan nilai tambah. Pada pertengahan tahun 2013, Daya

Medika mengembangkan layanan baru yaitu layanan bayi tabung. Ternyata

diversifikasi jasa yang dilakukan Daya Medika dalam membuat layanan bayi

tabung tersebut mempunyai hasil yang memuaskan. Pada tahun 2014 dan 2015,

pendapatan dari layanan bayi tabung adalah penyumbang pendapatan terbesar

pada Daya Medika. Tingkat keberhasilan bayi tabung di Daya Medika

memperoleh tingkat kepuasan dan kepercayaan dari para pasien sehingga

berdasarkan survei nasional Daya Medika menjadi urutan ke 4 terbaik dalam

layanan bayi tabung di Indonesia.

Memasuki tahun 2015 dan seterusnya di mana sudah diberlakukannya

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), akan terjadi percepatan dalam industri

layanan kesehatan. Perusahaan lokal harus mampu bersaing dengan perusahaan

asing atau bahkan tenaga ahli lokal yang harus bersaing langsung dengan tenaga

ahli dari luar negeri. Peluang bagi perusahaan asing membuka usaha di Indonesia,

mengakibat para perusahaan lokal harus meningkatkan standar kualitas yang

dimilikinya agar tidak kalah dengan yang diberikan oleh perusahaan asing.

Sebagai perusahaan yang terus berkembang, Daya Medika terus berusaha

untuk mempunyai nilai tambah dan keunggulan bersaing serta mampu

9

menentukan strategi jangka panjang untuk usaha yang dijalankannya. Berdasarkan

uraian di atas, strategi yang ditetapkan dan diterapkan oleh Daya Medika sudah

menunjukan kinerja yang baik. Namun untuk menghadapi persaingan bebas di

Masyarakat Ekonomi Asean, maka Daya Medika harus mengembangkan strategi

bersaingnya agar mampu mempertahankan posisinya di industri layanan

kesehatan khususnya di wilayah Ibukota Jakarta.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dalam

persaingan dalam industri layanan kesehatan yang semakin ketat, berikut adalah

pertanyaan dalam penelitian ini :

1. Apakah strategi bersaing yang dimiliki Daya Medika dalam persaingan

bisnis saat ini masih efektif ?

2. Apa alternatif strategi bersaing untuk Daya Medika dalam

mengembangkan bisnisnya di masa depan ?

1.4 Tujuan Penelitian

Dengan melakukan analisis strategi bersaing pada Daya Medika, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penelitian ini, penulis memberikan gambaran mengenai kondisi

industri layanan kesehatan saat ini dan menganalisis penerapan strategi

Daya Medika saat ini masih efektif untuk diterapkan pada persaingan

industri.

10

2. Memberikan evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan internal

perusahaan, indentifikasi peluang baru dan serta ancaman dari pesaing di

industri layanan kesehatan.

3. Memberikan saran kepada manajemen Daya Medika berupa perumusan

strategi alternatif atau lanjutan sebagai hasil dari evaluasi dan

penyempurnaan strategi perusahaan saat ini, sehingga dapat berguna untuk

menghadapi persaingan di akan datang.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang analisis strategi bersaing Daya Medika dalam industri

layanan kesehatan ini diharapkan dapat menjadi memberikan manfaat bagi

perusahaan, yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan

bagaimana strategi yang sudah dijalankan oleh Daya Medika, gambaran

kondisi persaingan yang ada, serta alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh

Daya Medika dalam menciptakan keunggulan bersaing (competitive

advantage).

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya melingkupi wilayah Jakarta Barat,

wilayah di mana Daya Medika berdomisili. Ruang lingkup dimaksudkan agar

tidak melebarkan teknik dan strategi bersaing.

11

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis Data & Teknik Pengumpulan Data

a) Data Primer

Berikut adalah jenis data primer yang dikumpulkan penulis:

i. Visi perusahaan

ii. Misi perusahaan

iii. Strategi bersaing perusahaan yang sudah dijalankan

iv. Kelebihan atau hal yang menjual dari klinik Daya Medika

v. Kekurangan atau kelemahan dari klinik Daya Medika

vi. Jumlah pasien dalam satu tahun

vii. Laporan keuangan perusahaan

Dalam proses pengumpulan data primer, penulis melakukan observasi

langsung dan wawancara dengan beberapa narasumber di Daya

Medika :

a. Direktur Laboratorium Klinik Daya Medika

Topik yang dibahas dalam wawancara adalah bagaimana

sejarah Daya Medika dalam bersaing di industri layanan

kesehatan dan menjalankan bisnisnya yang terus meningkat

dari tahun ke tahun, serta gambaran secara menyeluruh visi,

misi dan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam

industri pelayanan kesehatan.

12

b. Kordinator IVF (layanan bayi tabung)

Topik yang dibicarakan dalam wawancara adalah memperoleh

informasi sehubungan dengan kegiatan layanan bayi tabung

dan faktor keunggulan layanan bayi tabung yang ada di Daya

Medika.

c. Kordinator Marketing (pemasaran)

Topik yang ditanyakan adalah bagaimana Daya Medika

melakukan strategi pemasaran layanan kesehatan.

d. Kordinator Departemen Medis

Topik yang dibahas dalam wawancara adalah untuk

memperoleh informasi sehubungan dengan strategi penyediaan

sumber daya manusia atau tenaga ahli (dokter atau perawat)

yang kompeten, serta sistem pengembangan kemampuan dari

sumber daya yang ada.

b) Data Sekunder

Data sekunder meliputi data lain yang diinformasikan pihak lain

melalui media. Data sekunder yang digunakan adalah data yang

berasal dari kementrian kesehatan dan biro pusat statistik, antara lain:

i. Jumlah rumah sakit dan klinik di wilayah sekitar

ii. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk wilayah sekitar

13

1.7.2 Metode Analisis

a) Analisis Lingkungan Eksternal

1. Karakteristik industri layanan kesehatan

Dalam sebuah industri, para pelaku usaha pastinya berorientasi

pada keuntungan atau profit yang didapat. Biaya investasi yang besar

dalam mendirikan fasilitas layanan kesehatan mendorong para pelaku

industri harus bersifat komersil, supaya mampu mencapai profit. Saat

ini industri layanan kesehatan belum bisa merata di seluruh wilayah

nasional. Kebanyakan pengusaha hanya berinvestasi mendirikan

layanan kesehatan di kota-kota besar di mana tingkat pendapatan per

kapita nya sudah besar dan sangat memperhatikan kesehatan.

Dalam persaingan di sektor layanan kesehatan penting sekali untuk

mengkaji hal-hal berikut :

a. Market Size

Besarnya industri layanan kesehatan berkaitan dengan jumlah

fasilitas kesehatan yang ada dibandingkan dengan jumlah bakal

pasien, yaitu berapa banyak swasta dan pemerintah yang bermain

dalam industri ini dan pertumbuhan penduduk berdasarkan

segmentasi.

b. Scope Persaingan

Siapa saja pemain utama yang menguasai industri, dan di

segmentasi pasar mana perusahaan tersebut bersaing.

14

c. Entry Barrier

Karakteristik industri jasa pelayanan kesehatan (health care)

terutama laboratorium klinik, merupakan industri yang padat

modal, padat teknologi dan padat ahli tenaga medis dan non

medis. Sehingga membuat industri ini mempunyai entry barrier

yang tinggi.

d. Regulasi

Menurut Keppres No. 118 Tahun 2000 tentang Peraturan

Investasi Asing Sektor Kesehatan, bidang sektor kesehatan yang

terbuka untuk investasi asing memerlukan mitra perusahaan

patungan domestik. Hal tersebut dapat membatasi pendatang baru

dalam persaingan bebas.

2. Analisis lingkungan persaingan (Five Forces)

Menurut Porter (2008), lingkungan industri merupakan faktor-

faktor di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan.

Analisis Five Forces dapat mengetahui kondisi persaingan dalam suatu

industri yang dipengaruhi oleh lima kekuatan dasar yaitu:

a. Ancaman pendatang baru

Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan banyak

pendatang baru dalam suatu industri layanan kesehatan yang

akan merebut pangsa pasar dan sumber daya siap pakai.

15

Banyaknya modal dan tenaga kerja asing yang masuk ke

Indonesia, menimbulkan persaingan yang ketat antar

perusahaan, perusahaan dengan individu, dan individu dengan

individu sebagai tenaga ahli.

b. Kekuatan tawar menawar pemasok

Tenaga medis yang berkompeten merupakan aset utama

perusahaan dalam memberikan layanan kesehatan. Selain itu

adalah peralatan penunjang medis. Pada persaingan bebas ini

perusahaan harus fokus pada pengembangan kompetensi dan

teknologi yang dimilikinya saat ini untuk menciptakan nilai

tambah.

c. Kekuatan tawar menawar pembeli

Kekuatan tawar menawar masyarakat perkotaan sudah lebih

tinggi karena tingkat pendapatan yang lebih baik. Untuk itu,

perusahaan harus mampu memperhatikan kebutuhan dan

tingkat kepuasan pasien dengan baik.

d. Ancaman produk substitusi

Penyedia fasilitas kesehatan di perkotaan semakin banyak. Saat

ini tidak selalu berbentuk rumah sakit dan klinik, banyak pusat

16

kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasiennya

tanpa menggunakan peralatan medis.

e. Persaingan antara perusahaan sejenis

Banyaknya perusahaan sejenis yang ikut mengembangkan

usahanya di wilayah yang sama dikarenakan adanya potensi

pasar yang cukup besar sehingga intensitas persaingan menjadi

sangat tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan:

1) jumlah pesaing

2) diferensiasi produk

3) keunggulan kompetitif masing-masing perusahaan

3. Analisis Key Success Factor

Key Success Factor (KSF) adalah faktor – faktor yang yang

bersifat kompetitif yang menjadikan dasar bagi para produsen dipasar

tersebut untuk dapat bersaing dalam pasar yang sama. Elemen

strateginya bisa berupa: produk yang dimiliki, cara menjalankan

operasinya, sumber daya yang dimiliki dan kemampuan bersaing

lainnya yang memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut.

17

b. Analisis Lingkungan Internal

1. Analisis profil perusahaan

Menurut Hill dan Jones (1990), analisis lingkungan internal

merupakan identifikasi atas kekuatan dan kelemahan suatu

perusahaan dan memeriksa strategi tingkat fungsional yang dapat

digunakan dalam membangun dan mengeksploitasi kekuatan dan

memperbaiki kelemahan.

c. Analisis SWOT

SWOT adalah salah satu alat yang banyak digunakan untuk analisis

stratejik suatu perusahaan untuk menjabarkan kekuatan dan kelemahan

yang menjadi dasar terciptanya kompetensi inti. Ada 4 hal yang dapat

dipakai untuk memonitor kesempatan dan tantangan lingkungan bisnis

maupun mengevaluasi kondisi internal perusahaan, yaitu :

1. Potensial kekuatan internal

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan,

diketahui kemampuan inti dan kompetensi unggul apa saja yang

dimiliki Daya Medika dalam memberikan pelayanan kesehatan.

2. Potensial kelemahan internal

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan,

diketahui keluhan para pasien terhadap pelayanan yang diberikan

18

oleh Daya Medika, dan kekurangan apa saja yang dimiliki Daya

Medika baik dari sisi medis dan non medis.

3. Potensial peluang eksternal

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan,

karakteristik industri jasa layanan kesehatan masih mempunyai

peluang dengan memperhatikan faktor-faktor kompetitif dalam

persaingan di sekitarnya.

4. Potensial ancaman eksternal

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan,

diketahui apa saja yang menjadi ancaman bagi Daya Medika dalam

persaingan di industri layanan kesehatan.

1.8 Sistematika Penelitian

Dalam penelitian ini, Sistematika Penulisan akan dilakukan dengan urutan

pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,

pokok permasalahan, perntanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

19

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam tinjauan pustaka akan dikemukakan teori yang berkaitan dengan

pokok-pokok bahasan yang akan digunakan sebagai dasar untuk

melakukan analisis dan menentukan strategi yang tepat.

BAB III : METODOLOGI DAN PROFIL OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas tentang metodologi penelitian yang meliputi;

data primer dan sekunder, cara memperoleh data, alat analisis data serta

profil objek penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara, pengamatan dan

pengolahannya serta pembahasan yang spesifik sebagai hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bagian akhir dari penelitian, bab ini akan mengulas mengenai

kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analissis serta saran pilihan

strategi yang paling tepat untuk dijalankan.