pr stase anak

3
PR Stase Anak Nama : Muhammad Syafiq Riski NIM : 09711034 Stase : Anak RS : RSUD Purbalingga 1. Perbedaan oralit formula baru dengan oralit formula lama Oralit lama (WHO/UNICEF 1978) Oralit baru (WHO/UNICEF 2004) NaCl : 3.5 g NaCl : 2.6 g NaHCO3 : 2.5 g Na Citrate : 2.9 g KCl : 1.5 g KCl : 1.5 g Glucosa : 20 g Glucosa : 13.5 g Osmolar 331 mmol/l Osmolar 245 mmol/l Perbedaan terletak pada tingkat osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitian menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu : - Mengurangi volume tinja hingga 25% - Mengurangi mual muntah hingga 30% - Mengurangi secara bermakna pemberian cairan secara intravena.

Upload: birman

Post on 28-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sdkhdksahdkashd

TRANSCRIPT

Page 1: PR Stase Anak

PR Stase Anak Nama : Muhammad Syafiq Riski NIM : 09711034Stase : Anak RS : RSUD Purbalingga

1. Perbedaan oralit formula baru dengan oralit formula lama

Oralit lama (WHO/UNICEF 1978) Oralit baru (WHO/UNICEF 2004)NaCl : 3.5 g NaCl : 2.6 g

NaHCO3 : 2.5 g Na Citrate : 2.9 g

KCl : 1.5 g KCl : 1.5 g

Glucosa : 20 g Glucosa : 13.5 g

Osmolar 331 mmol/l Osmolar 245 mmol/l

Perbedaan terletak pada tingkat osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah

yaitu 245 mmol/l dibanding total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l.

Penelitian menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu :

- Mengurangi volume tinja hingga 25%

- Mengurangi mual muntah hingga 30%

- Mengurangi secara bermakna pemberian cairan secara intravena.

2. Sel B dapat berdiferensiasi menjadi sel memori dan sel plasma. Sel memori

bertugas untuk menyimpan atau mengingat gen dari zat asing.

Limfosit B akan berada dalam keadaan dorman sampai teraktivasi lagi oleh

antigen baru yang sama. Pajanan berikutnya oleh antigen yang sama akan

menimbulkan respon antibody untuk kedua kalinya yang jauh lebih cepat dan

jauh lebih kuat.

Page 2: PR Stase Anak

Gambar di atas menunjukkan perbedaan antara respon primer untuk

pembentukan antibody yang terjadi saat pajanan pertama oleh suatu antigen

spesifik dan respon sekunder yang terjadi setelah pajanan kedua oleh antigen

yang sama. Perhatikan timbulnya penundaan respon primer selama satu

minggu, potensinya yang lemah dan masa hidupnya yang singkat. Sebaliknya

respon sekunder timbul dengan cepat setelah terpajan dengan antigen, bersifat

jauh lebih kuat dan membentuk antibody selama berbulan-bulan, ketimbang

hanya beberapa minggu saja. Peningkatan potensi dan masa kerja respon

sekunder ini dapat menjelaskan mengapa imunisasi biasanya dilakukan dengan

menyuntikkan antigen dalam dosis multiple dan dengan periode antara

penyuntikan selama beberapa minggu atau beberapa bulan.