pr ken

6

Click here to load reader

Upload: friedi-kristian-carlos

Post on 01-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama: Ken Sanden1. Dosis digoksin untuk anak ?Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu kelompok senyawa yang mempunyai efek khusus pada miokardium. digoksin diekstraksi dari daun Digitalis lanata. Anak : Untuk digitalisasi cepat : 25 mcg/kg berat badan dengan selang waktu tertentu sampai kompensasi tercapai. Pemeliharaan : 10-20 mcg/kg berat badan/hari.2. Dosis OMZ untuk anak ?0,7-3,5 mg / kg / hari dengan dosis maksimum 80 mg / hari3. Dosis Ranitidin untuk anak ?4. Dosis untuk anak-anak ialah 2-4 mg/kg berat badan dua kali sehari. Dosis maksimal untuk anak-anak ialah 300 mg sehari.5. Penyebab kejang ?Klasifikasi kejangI. Kejang parsial (fokal, lokal)A. Kejang fokal sederhanaB. Kejang parsial kompleksC. Kejang parsial yang menjadi umumII. Kejang umumA. AbsensB. Mioklonik

C. Klonik

D. Tonik

E. Tonik-klonik

F. Atonik

III. Tidak dapat diklasifikasi

Etiologi

1. Intrakranial\

Asfiksia : Ensefalitis, hipoksia iskemik

Trauma (perdarahan) : Perdarahan subaraknoid, sub dural atau intra ventricular

Infeksi : Bakteri virus dan parasite

Kelainan bawaan : Disgenesis, korteks serebri

2. Ekstra cranial

Gangguan metabolic :Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesimia, gangguan elektrolit (Na dan K)

Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat

Kelainan yang diturunkan: Gangguan metabolism asam amino, ketergantungan dan kekurangan asam amino

3. Idiopatik

Kejang neonates, fanciliel benigna, kejang hari ke 5

6. Pemeriksaan penunjang pada demam ?Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang mengalami demam bila secara klinis faktor risiko tampak serta penyebab demam tidak diketahui secara spesifik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pemeriksaan awal

Darah rutin, urin dan feses rutin, morfologi darah tepi, hitung jenis lekosit

2. Pemeriksaan atas indikasi

Kultur darah, urin atau feses, pengambilan cairan serebro spinal, toraks foto.6

7. Pasien anak 15 tahun berat 40 kg dengan diagnosis status epileptikus, bagaimana pemberian aminophilin dan nebulisernya ?Pada serangan asma akut yang berat

Berikan oksigen

Nebulasi dengan (-agonis antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali pemberian.

Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada

Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 ja

Berikan aminofilin intra vena :Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis awal6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak 20 ml dalam 20-30 menit. Bila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis diberikan separuhnya. Bila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml Selanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam.Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam, dan pemberian steroid dan aminofilin dapat per oral. Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat (-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.

8. Pasien anak 15 tahun berat 50 kg dengan diagnosis DSS, Ht 55%, Trombosit 50.000/mm3. Pemeriksaan apa saja yg dilakukan dan penatalaksanaannya ?Pada penderita DSS anak-anak

1. Cairan Cairan yang diberikan bisa berupa

Kristaloid :

Ringer Laktat

5 % Dextrose di dalam larutan Ringer Laktat

5 % Dextrose di dalam larutan Ringer asetat

5 % Dextrose di dalam larutan setengah normal garam faali, dan

5 % Dextrose di dalam larutan normal garam faali.

Koloidal :

Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dextran 40)

Plasma.

1. RL / D 5 % dalam RL / D 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal garam faali ----> diberikan 10 20 ml/kg BB/ 1 jam.2. Pada kasus yang berat dapat diberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 x).3. Jika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan larutan koloidal (Dextran atau Plasma) sejumlah 10 20 ml/kg BB/ 1 jam.2. Tranfusi darah Diberikan pada : Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan. Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.

3. Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Jika jumlah thrombocyte menunjukkan kecenderungan menurun < 100.000/mm3

Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol (mencegah timbulnya Efek samping pedarahan dan asidosis)Obat penenang : diberikan pada kasus yang sangat gelisah. Dapat diberikan Valium 0,3 0,5 mg/kgBB/kali (bila tidak terjadi gangguan system pernapasan) atau Largactil 1 mg/kgBB/kali. Bila penderita kejang dapat diberikan kombinasi Valium (0,3 mg/kgBB) i.v. dan diikuti Dilantin (2 mg/kgBB/jam 3 kali sehari).4. Oksigen diberikan 2-4 Lpm

5. Koreksi asidosis Nabic dapat diberikan 1 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1 mEq/menit, atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : Kebutuhan Nabic : 0,5 x BB x Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base deficit

6. Koreksi kelainan-kelainan yang terjadi7. Kortikosteroid Penggunaannya masih controversial pada pengobatan DSS Bisa diberikan dengan dosis : Hidrokortison 6 8 mg/kgBB/ 6 8 jam i.v. Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/hari i.v. Dexamethazon 1 2 mg/kgBB sebagai dosis awal, kemudian 1 mg/kgBB/hari i.v.8. Dopamine.Bayi dan Anak :

1-20 mcg/kgBB/menit (dosis maksimum 50 mcg/kgBB/menit) infus kontinyu,titrasi hingga diperoleh respons yang diinginkan. Bila diperlukan dosis > 20-30 mcg/kgBB/menit, lebih baik menggunakan epinefrin atau norepinefrin. Pemberian kecepatan infus (ml/jam) = dosis (mcg/kgBB/menit) x BB (kg) x 60 menit/jam kadar (mcg/ml). Berikan ke vena besar untuk mencegah kemungkinan terjadinya ekstravasasi.