pr ikm bang azidar.docx

10
NAMA : MUHAMMAD AZIDAR TUGAS IKM KEKURANGAN ATAU KELANGKAAN PERSEDIAAN AIR (WATER SUPPLIES / SHORTAGES) 1. KELANGKAAN AIR Kelangkaan air adalah minimnya jumlah air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu wilayah. Kelangkaan air telah mempengaruhi setiap benua kecuali Antartika, dan sekitar 2.8 miliar manusia hidup di daerah yang mengalami kelangkaan air setidaknya sebulan dalam setahun. Lebih dari 1.2 miliar manusia memiliki akses terhadap air minum yang tidak mencukupi. Kelangkaan air dapat disamakan dengan stres air, defisit air, dan krisis air.Stres air dapat disebut juga kesulitan mendapatkan sumber air bersih untuk digunakan pada periode waktu tertentu dan dapat memperparah kelangkaan air.Kelangkaan air dapat disebabkan oleh perubahan iklim karena berubahnya pola cuaca seperti terjadinya pergantian ekstrim antara kekeringan dan musim banjir. Pencemaran air dan peningkatan jumlah populasi manusia yang membutuhkan air juga menjadi penyebab kelangkaan air. Kelangkaan air dapat merupakan hasil dari dua mekanisme, yaitu kelangkaan air secara fisik dan kelangkaan air secara ekonomi. Kelangkaan air secara fisik dihitung berdasarkan jumlah air yang tersedia secara alami dan kebutuhannya di suatu wilayah. Kelangkaan air secara ekonomi dikarenakan kemiskinan yang terjadi meski air tersedia secara mencukupi. Berdasarkan UNDP, kelangkaan air secara ekonomi lebih sering terjadi karena perebutan air antara kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri, dan pelestarian lingkungan. Pengurangan kasus kelangkaan air merupakan tujuan

Upload: muzaffar-kricik-kricik

Post on 10-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PR IKM BANG AZIDAR.docx

NAMA : MUHAMMAD AZIDARTUGAS IKM

KEKURANGAN ATAU KELANGKAAN PERSEDIAAN AIR (WATER SUPPLIES /

SHORTAGES)

1. KELANGKAAN AIR

Kelangkaan air adalah minimnya jumlah air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu wilayah. Kelangkaan air telah mempengaruhi setiap benua kecuali Antartika, dan sekitar 2.8 miliar manusia hidup di daerah yang mengalami kelangkaan air setidaknya sebulan dalam setahun. Lebih dari 1.2 miliar manusia memiliki akses terhadap air minum yang tidak mencukupi. Kelangkaan air dapat disamakan dengan stres air, defisit air, dan krisis air.Stres air dapat disebut juga kesulitan mendapatkan sumber air bersih untuk digunakan pada periode waktu tertentu dan dapat memperparah kelangkaan air.Kelangkaan air dapat disebabkan oleh perubahan iklim karena berubahnya pola cuaca seperti terjadinya pergantian ekstrim antara kekeringan dan musim banjir. Pencemaran air dan peningkatan jumlah populasi manusia yang membutuhkan air juga menjadi penyebab kelangkaan air. Kelangkaan air dapat merupakan hasil dari dua mekanisme, yaitu kelangkaan air secara fisik dan kelangkaan air secara ekonomi. Kelangkaan air secara fisik dihitung berdasarkan jumlah air yang tersedia secara alami dan kebutuhannya di suatu wilayah. Kelangkaan air secara ekonomi dikarenakan kemiskinan yang terjadi meski air tersedia secara mencukupi. Berdasarkan UNDP, kelangkaan air secara ekonomi lebih sering terjadi karena perebutan air antara kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri, dan pelestarian lingkungan. Pengurangan kasus kelangkaan air merupakan tujuan pemerintahan di berbagai negara di dunia. PBB menekankan pentingnya akses terhadap air dan sanitasi bagi penduduk suatu negara. Negara yang mengadopsi Millenium Development Goals menyatakan bahwa pada tahun 2015 akan mengurangi kasus kelangkaan air menjadi setengahnya.

Page 2: PR IKM BANG AZIDAR.docx

2. STRES AIR

Lebih dari seperenam manusia di dunia hidup di daerah yang mengalami stres air, yang berarti mereka tidak memiliki akses yang mencukupi ke air minum. Sekitar 1.1 miliar jiwa dari manusia yang hidup dalam lingkungan stres air berada di negara miskin dan berkembang. Wilayah atau negara disebut "stres air" ketika suplai air tahunan berada di bawah 1700 kubik meter per orang per tahun. Pada level di antara 1000 dan 1700 meter kubik per orang per tahun, suplai air terjadi secara periodik. Di bawah 1000 meter kubik per orang per tahun, kelangkaan air terjadi. Pada tahun 2006, 700 juta jiwa di 43 negara hidup di bawah batas suplai air 1700 meter kubik per orang per tahun. Stres air sedang meningkat di China, India, Afrika sub Sahara. Kawasan dengan wilayah yang paling mengalami stres air adalah Timur Tengah dengan rata-rata suplai air 1200 meter kubik per orang per tahun. Di China, lebih dari 538 juta orang hidup di kawasan stres air di sekitar basin sungai di mana penggunaan sumber daya air jauh melebihi tingkat pengembaliannya.Perubahan iklim diperkirakan telah menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah air tawar yang tersedia. Perubahan iklim mlelehkan gletser lebih cepat dari tingkat pengembaliannya, mengurangi jumlah air yang mengalir di sungai, dan memperkecil danau. Di berbagai tempat, akuifer dipompa berlebihan. Meski air tawar secara keseluruhan tidak dipompa secara habis, banyak sumber air tawar yang telah tercemar sehingga tidak bisa digunakan sebagai air minum dan untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan industri. Petani harus berjuang untuk mempertahankan produktivitas dengan jumlah air yang terbatas, sedangkan perkotaan dan industri harus mencari cara untuk menghemat penggunaan air. Sebuah studi yang dipubikasikan Journal of Climate menemukan bahwa di sebelah tenggara Amerika Serikat, kelangkaan air terjadi lebih disebabkan oleh peningkatan populasi. Setelah melakukan pengambilan data iklim dan cuaca serta melakukan permodelan dengan laju peningkatan populasi manusia, disimpulkan bahwa kondisi ini akan tetap terjadi.

Page 3: PR IKM BANG AZIDAR.docx

3. KELANGKAAN AIR SECARA FISIK DAN EKONOMI

Kelangkaan air secara fisik adalah kondisi di mana sumber daya air tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan suatu wilayah atau negara, termasuk

air untuk memenuhi kebutuhan pelestarian ekologi. Kondisi ini juga terjadi di

wilayah di mana air terdapat dalam jumlah yang banyak namun dipompa

secara berlebihan untuk kebutuhan lain seperti irigasi. Gejala yang

memperlihatkan kelangkaan air fisik mencakup degradasi lingkungan dan

turunnya tinggi muka air tanah. Kelangkaan air secara ekonomi disebabkan

oleh kurangnya investasi di infrastruktur dan teknologi untuk menyediakan air

bagi kebutuhan manusia. Adanya manusia yang masih mencari air dari tempat

yang jauh merupakan salah satu tanda adanya kelangkaan air secara ekonomi.

4. EFEK KELANGKAAN AIR BAGI LINGKUNGAN

Kelangkaan air memiliki berbagai dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan air yang berlebih terkait erat dengan kasus kelangkaan air. Kelangkaan air menyebabkan peningkatan kadar garam tanah, pencemaran nutrisi, hilangnya rawa, dan penyusutan tepi sungai. Seama lebih dari seratus tahun yang lalu, lebih dari setengah lahan basah di bumi telah hilang. Lahan basah seperti rawa dan tepi sungai merupakan habitat yang penting bagi mamalia, burung, ikan, amfibi, dan invertebrata, juga bagi manusia karena berbagai jenis lahan pertanian (seperti sawah) dibangun di atas lahan basah. Lahan basah juga berfungsi sebagai penyaring air dan perlindungan dari banjir.Laut Aral merupakan contoh kasus di mana kelangkaan air akibat irigasi berlebihan menyebabkan suplai air ke lokasi ini terhenti, menyebabkan hilangnya 58 ribu kilometer persegi perairan, dan salinisasi tanah terjadi sepanjang tiga dekade terakhir. Subsiden adalah "tenggelamnya" tanah secara perlahan maupun tiba-tiba, dan merupakan petunjuk adanya kelangkaan air tanah. Di Amerika Serikat diperkirakan 17 ribu mil persegi lahan telah mengalami subsiden, dan 80 persen di antaranya merupakan hasil dari penggunaan air tanah secara berlebihan.

Page 4: PR IKM BANG AZIDAR.docx

5. BERKURANGNYA SUMBER DAYA AIR

Selain air permukaan seperti sungai dan danau, sumber air tawar lain seperti air

tanah dan gletser telah menjadi sumber air masyarakat yang dapat

diperhitungkan. Air tanahadalah air yang terkumpul di bawah permukaan tanah

dan dapat digunakan melalui sumur atau mata air. Air tanah terkumpul di

lapisan yang disebut dengan akuifer. Gletsermenyediakan air tawar setelah

meleleh. Gletser menyuplai air bagi danau dan sungai di berbagai tempat di

dunia. Karena pertumbuhan populasi manusia yang eksponensial menyebabkan

jumlah air yang digunakan dari kedua sumber ini juga meningkat.

Air tanah

Air tanah sebelum abad ke 20 merupakan sumber air yang jarang digunakan. Pada tahun 1960an, penggunaan air tanah terus meningkat. Perubahan pengetahuan, teknologi, dan pembiayaan memfokuskan pengembangan pada usaha ekstraksi air tanah. Pertanian juga mulai menggunakan air tanah sebagai sumber air irigasi dan mampu memperluas usaha produksi pangan hingga ke daerah yang kering. Air tanah kini menyediakan air minum bagi setengah populasi dunia. Sejumlah besar air yang tersimpan di bawah tanah di sebagian besar akuifer memiliki kapasitas penyangga (buffer) sehingga dapat diambil dengan batasan jumlah tertentu di musim kering tanpa menyebabkan masalah. Hingga tahun 2010 rata-rata air tanah yang diambil sebanyak 1000 km kubik per tahun dengan 67% digunakan di irigasi dan 11% untuk kebutuhan industri. Negara dengan tingkat ekstraksi air tanah terbesar adalah India, China, Amerika Serikat, Pakistan, Iran, Bangladesh, Meksiko, Arab Saudi, Indonesia, dan Italia dengan total 72% dari seluruh air tanah yang diserap. Air tanah menjadi sumber air yang penting untuk kehidupan manusia dan ketahanan pangan bagi 1.2 hingga 1.5 miliar jiwa manusia di Afrika dan Asia.

Meski air tanah merupakan sumber yang cukup penting, satu masalah yang menghinggapi ketersediaan air tanah adalah laju pengembalian air tanah (replenishment) yang dibawah laju ekstraksinya. Ekstraksi berlebihan dapat mengalihkan aliran air tanah yang sebelumnya menuju ke air permukaan sehingga volume danau dan sungai menjadi mengecil. Hilangnya air tanah dapat memicu salinisasi tanah, subsiden tanah, dan berkurangnya volume mata air.

Page 5: PR IKM BANG AZIDAR.docx

Gletser

Gletser diketahui merupakan sumber air yang cukup penting bagi berbagai sungai di dunia. Peningkatan temperatur global telah memperlihatkan dampaknya di seluruh dinia dengan berkurangnya cadangan air di dalam gletser ini dan laju pelelehan yang lebih tinggi dibandingkan laju pengembaliannya.Meski pelelehan gletser yang terjadi saat ini telah meningkatkan jumlah suplai air permukaan, namun hilangnya gletser membahayakan ketersediaan air secara jangka panjang pada masa depan. Pelelehan gletser secara berlebihan juga dapat menyebabkan banjir hingga meruntuhkan bendungan.

PERMASALAHAN KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN SOLUSINYA

Permasalahan penyediaan air

Setiap musim kemarau, selalu muncul masalah kekeringan yang melanda indonesia. salah satu provinsi yang mengalami kekeringan pada satu bulan terakhir adalah Jawa Tengah. Kekeringan telah melanda sembilan kabupaten yang meliputi 530 desa. Kabupaten yang mengalami kekeringan antara lain Banjarnegara, Blora, Boyolali, Demak, Grobogan, Pati, Purbalingga, Temanggung, dan Kabupaten Wonogiri. Kekeringan ini bahkan sering terjadi pada kemarau normal untuk beberapa daerah seperti nusa tenggara. Krisis air ini sering dianggap bukan permasalahan yang krusial, padahal permasalahan krisis air ini memiliki potensi konflik yang luar biasa di masa depan, khususnya bagi penduduk di pulau Jawa dan Bali. Tindakan pengendalian untuk mengatasi masalah krisis air juga masih dilakukan dengan pendekatan simptomatik dengan gaya instan. Ketika kekeringan terjadi, maka penyelesaiannya hanya dengan distribusi air bersih melalui tangki air, penyediaan pompa, pembiran air dan perbaikan jaringan irigasi. Gaya pendekatan seperti ini sebenarnya tidak menyentuh pada akar permasalahan secara menyeluruh. Sebaliknya masalah yang dihadapi akan muncul secara berulang-ulang dan dalam intensitas yang semakin meningkat.

      Berdasarkan data dari Kementerian Riset dan Teknologi, pada tahun 2000 secara nasional ketersediaan air permukaan hanya mencukupi 23% dari

Page 6: PR IKM BANG AZIDAR.docx

kebutuhan penduduk. Sementara itu Pulau Jawa dan Bali kondisinya sudah defisit air sejak tahun 1995. Saat musim kemarau di Jawa terjadi defisit air sekitar 130 ribu juta meter kubik per tahunnya. Maka tidak aneh jika setiap musim kemarau di Jawa dan Bali seringkali terjadi krisis air di beberapa daerah.

       Krisis air tersebut menyebabkan terganggunya stabilitas ketersediaan air bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses air sehingga harus berjalan berkilo-kilo untuk mendapatkan air. Air yang didapat pun tak jarang memiliki kualitas dibawah standar. Penyediaan air minum di Indonesia masih menjadi sesuatu yang kompleks.

Di Indonesia, salah satu kendala utama dalam penyediaan air bersih adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM beroperasi dengan mengandalkan air baku dari air sungai. Sementara sungai yang ada sudah banyak mengalami degradasi yang disebabkan kerusakan DAS, masalah antropogenik, dan melemahnya perlindungan terhadap sungai. Faktor perubahan iklim juga menyababkan trend (kecenderungan) debit sungai mengecil secara signifikan. Sungai Bengawan Solo turun hingga 44,18 m3/det, Sungai Serayu turun hingga 45,76 m3/det, dan sungai Cisadane turun hingga 45,10 m3/det.      Pada musim kemarau, debit aliran dasar (base flow) sungai cenderung sangat rendah sehingga mengakibatkan permasalahan baru seperti intrusi air laut, krisis air, dan konflik dengan pengguna lain seperti untuk pertanian. Tidak hanya kuantitas, dari segi kualitas pun mengalami penurunan. Berdasarkan data kemetrian riset dan teknologi, sekitar 70% PDAM di Indonesia mengalami penurunan kualitas air.

Teknologi NTP (Natural Treatment plant) yang diterapkan di Jerman     Penyediaan air minum di Indonesia sudah tidak bisa dikelola dengan sistem bussines as usual. Mengambil air dari sungai, mengolah, dan mendistribusikan kepada masyarakat. Dengan menurunnya kualitas dan kuantitas air sungai yang mengalami degradasi akan menyebabkan biaya operasional akan lebih tinggi. Hal ini akan berimbas dengan tingginya biaya yang dibebankan kepada konsumen. Sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk mengatasi masalah ini.       Sutopo Purwo Nugroho, Peneliti Utama Bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah di BPPT & Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB untuk

Page 7: PR IKM BANG AZIDAR.docx

sebuah media massa nasional di Jakarta menjelaskan, salah satu teknologi yang perlu dikembangkan adalah Natural Treatment Plant (NTP), yakni menyadap air langsung dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikan ke hilir. Lapisan akuifer di daerah pegunungan digali atau dicoblos dengan pipa-pipa dan dibuat terowongan bawah tanah. Pada terowongan tersebut disediakan lubang-lubang untuk masuknya air tanah. Pengambilannya dilakukan seperti sumur biasa yang lazim ditemui di Indonesia. Pipa-pipa horizontal yang menyebar mengelilingi dasar sumur dipasang sepanjang 60 meter sehingga memperbesar kapasitas penyadapan. Air sadapan tersebut akan ditampung di reservoar untuk didistribusikan ke kota atau daerah      Konsep ini banyak diterapkan di Jerman.Sekitar 80% air minum dipasok dari air tanah dan mata air yang disadap dengan teknologi NTP sehingga jarang ditemukan instalasi penjernih air di Jerman. Di kota Munich, penyediaan air melalui NTP mampu mengalirkan air hingga 6,5 m3/detik untuk mencukupi 1,5 juta jiwa dan industri. Pada penerapannya, Daereah Tangkapan Air (DTA) harus diawasi secara serius. DTA seluas 6000 ha yang sebagian milik pemerintah dan sebagian milik penduduk yang umumnya adalah peternak., dijaga dari pencemaran lingkungan. Petani dilarang menggunakan pupuk kimia di DTA dan sebagai gantinya pemerintah memberikan kompensasi subsidi 250 euro per hektar dan petani diperbolehkan mengambil pupuk kompos yang diproduksi secara lokal.

      Keuntungan yang diperoleh sangat besar, karena tidak membutuhkan bahan kimia untuk mengolah air minum. Selain itu tidak diperlukan pompa distribusi karena letak reservoar berada di pegunungan. Kualitas air yang dihasilkan sekelas natural mineral water. Kualitas dan kontinuitas terjamin, dan DTA dapat dikonservasi.

     Indonesia sebagai negeri yang memiliki banyak gunung api aktif maupun non aktif sangat berpotensi untuk mengembangkan NTP. Topografi pegunungan dan perbukitan yang banyak tersebar berpotensi menjadi menara airn yang sangat besar. Namun pemanfaatan teknologi pencoblosan akuifer masih sering diabaikan. Tidak aneh jika para pakar jerman, diantaranya Prof. Dr. Cembrowiez dari Universitas Karlsruhe mengatakan “Bagi Pulau Jawa yang memiliki banyak daerah gunung api dan pegunungan dengan curah hujan yang tinggi, seharusnya tidak perlu mengalami kesulitan air. Justru fenomena aneh yang ada. Air yang begitu jernih keluar dari mata air dengan melimpah,

Page 8: PR IKM BANG AZIDAR.docx

kemudian mengalir ke sungai dan dicemari oleh limbah pertanian, domestik, industri, sampah hingga berwarna coklat dan berbau. Lalu diambil untuk air baku, diolah, didistribusikan, dan dikonsumsi oleh masyarakat. Mengapa tidak diambil di mata air saja dengan disadap lalu didistribusikan ke bawah?”