ppt penyakit geriatri

Click here to load reader

Upload: girt-lamberth-robert-uniplaita

Post on 19-Jan-2016

330 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Slide 1

McGirt Lamberth Robert Uniplaita102011088Penyakit GeriatriSkenarioPenderita Tn. S, 77 tahun dibawa ke UGD RS UKRIDA dengan keluhan utama sejak pagi hari bangun pusing,sekelilingnya berputar disertai rasa mual mau muntah, keadaan seperti ini sudah dialami berulang-ulang.Bila bangun dari duduknya lutut terasa nyeri, berbunyi kretek-kretek dan sakit bila naik turun tangga, bila bicara agak cadel kadang-kadang kesulitan untuk menemukan kata yang tepat dan bila minum air sering tersedak,sehingga takut minum. Tanda-tanda lumpuh tidak ada. Kalau mau jalan,mulainya berat sekali, jalan dengan langkah kecil-kecil,kelihatannya kaku dan waktu berhenti agak kesulitan. Bila menceritakan riwayat hidup dan pekerjaan masa lalu cukup jelas, tetap peristiwa yang baru terjadi beberapa saat sering lupa dan mudah tersinggung. Riwayat kencing manis ada sejak 6 tahun yang lalu.AnamnesaKeluhan Utama: sejak pagi hari bangun pusing,sekelilingnya berputar disertai rasa mual mau muntah, keadaan seperti ini sudah dialami berulang-ulang.Keluhan Penyerta: bila bangun dari duduknya lutut terasa nyeri, berbunyi kretek-kretek dan sakit bila naik turun tangga, bila bicara agak cadel kadang-kadang kesulitan untuk menemukan kata yang tepat dan bila minum air sering tersedak,sehingga takut minum. Kalau mau jalan,mulainya berat sekali, jalan dengan langkah kecil-kecil Riwayat Penyakit Dahulu: riwayat kencing manis ada sejak 6 tahun yang laluWD( Working Diagnosis)OsteoatrhitisOsteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif, dimana terjadi suatu gangguan yang seakan-akan merupakan proses penuaan dan ditandai dengan adanya degenerasi pada tulang rawan sendi, disertai pertumbuhan tulang baru pada tepi sendi atau boy spur. Osteoarthritis genu bilateral sering terjadi pada mereka yang sudah lanjut usia, terutama di atas 40 tahun.

EtiologiSampai saat ini, etiologi pasti dari osteoarthritis belum diketahui dengan jelas. Ternyata tidak ada satu faktor pun yang jelas sebagai proses destruksi rawan sendi, akan tetapi beberapa faktor predeposisi terjadinya osteoarthritis telah diketahui. Faktor resiko yang berperan dalam osteoarthritis dibedakan menjadi :Faktor predisposisi umum, antara lain umur, jenis kelamin, kegemukan, hereditas, hipermobilitas, merokok, densitas tulang, humoral, dan penyakit rematik lainnya.Faktor mekanik, antara lain trauma, bentuk sendi, penggunaan sendi yang berlebihan karena aktivitas atau kurang gerak.

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangPada pemeriksaan fisik, gejala klinik yang paling menonjol adalah nyeri yang menghebat dan adanya kaku sendi. Selain itu, ditemukan juga krepitus, pembengkakan sendi, nyeri tekan, rasa panas lokal, terbatasnya pergerakan, dan pada keadaan yang lanjut dapat terjadi deformitas sendi.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan radiologi. Gambaran radiologic osteoarthritis dapat berupa :Pembentukan osteofit pada tepi sendiPenyempitan celah sendi akibat penipisan rawan sendiKista dengan dinding sklerotik pada daerah subchondralPerubahan bentuk ujung tulang

Gejala KlinisUmur: >50 tahunPemeriksaan sendi: nyeri setempat, pembengkakan tulang,jaringan lunak,krepitasi,efusiCiri rasa sakit pada sendi: memburuk dengan banyak gerak dan reda saat istirahat, tidak kaku di pagi hari atau kurang dari 30 menitPatofisiologiPerubahan-perubahan yang terjadi pada osteoarthritis adalah sebagai berikut :Degradasi tulang rawan sendi yang timbul sebagai akibat ketidakseimbangan antara regenerasi dan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap, yaitu fibrasi, pelunakan, permecahan, dan pengelupasan. Proses ini berlangsung cepat dan lambat. Untuk proses cepat akan terjadi dalam waktu 10-15 tahun, sedangkan yang lambat terjadi dalam 20-30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi.Osteofit, bersama timbulnya degenerasi tulang rawan sendi, selanjutnya diikuti reparasi tulang rawan sendi. Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subchondral.Skierosis subchondral, pada tulang subchondral terjadi reparasi berupa sklerosis, yaitu pemadatan atau penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak.Sinovitis adalah inflamasi. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan. Hal ini akan mempercepat proses perusakan tulang rawan.

TerapiTerapi fisik memegang peranan sangat penting. Latihan otot yang teratur akan memperbaiki gangguan fungsional penderita, mengurangi ketergantungan pada orang lain, dan mengurangi nyeri. Terapi pemanasan dapat dilakaukan dengan cara : diaterm, ultrasound, sinar infra merah, dsb. Pemanasan selama 15-20 menit dikatakan cukup efektif untuk mengurangi nyeri dan kaku sendi.Obat-obatan umumnya hanya bersifat simptomatik untuk mengurangi nyeri. Pada tahap awal dapat dicoba dengan analgetik sederhana, bila tidak ada perbaikan dapat diberikan anti-inflamasi non steroid.PrognosisMengingat osteoarthritis adalah penyakit degeneratif, maka dapat dimengerti bahwa penyakit ini bersifat progresif sesuai dengan usia. Namun jika diketahui secara dini dan belum menimbulkan deformitas, maka perjalanan penyakit dapat dihambat dengan cara membuat atau berusaha memperbaiki stabilitas sendi.

PreventifBeberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoarthritis :Bergeraklah. Olahraga yang melatih kekuatan otot di sekitar sendi akan membantu mencegah kerusakan kartilago pada sendi. Aturlah postur tubuh. Postur tubuh yang baik akan melindungi sendi Anda dari tekanan yang berlebihan, terutama pada leher, punggung, pinggul, dan lutut.Lakukan variasi berbagai aktifitas fisik atau olahraga. Berikan waktu untuk istirahat bagi tubu setelah melakukan olahraga berat seperti angkat beban. Stress yang berulang pada sendi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan osteoartritis.

EpidemiologiOsteoarthritis adalah penyakit sendi yang paling umum di dunia. Di populasi Barat, penyakit ini merupakan penyakit tersering yang menyebabkan nyeri, kehilangan fungsi dan kemampuan pada orang dewasa. Bukti radiologi osteoarthritis terlihat pada mayoritas manusia di atas 65 tahun dan 80% dari mereka berusia di atas 75 tahun.Hipotensi OrtostatikTekanan darah merupakan faktor yang sangat penting bagi sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka akan terjadi gangguan pada sistem transpor O2, CO3, serta hasil metabolisme lainnya.Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh, dari tidur ke berdiri, tekanan darah akan mengadakan penyesuaian untuk dapat menunjang kegiatan tubuh. Hal tersebut adalah normal bila penurunan tekanan darah sistolik kurang dari 30 mmHg yang disertai peningkatan frekuensi denyut jantung 11 hingga 20 kali permenit.

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangFisik:Tanggapan laju denyut saat berdiriFungsi regulatorik vasomotorTekanan negatif bagian bawah badan

Penunjang:Hitung darah lengkap untuk anemia dan ketika guaiak feses positifGlukosa darah puasa ECG untuk denyut irregulerCT atau MRI untuk menghindari diagnosis kelainan SSP

EtiologiPenurunan tekananan darah yang drastis saat perubahan posisi dapat terjadi oleh banyak penyebab. Penyakit diabetes mellitus dan penggunaan obat yang berkepanjangan merupakan penyebab yang paling sering ditemukan.

Gejala KlinisDapat asimtomatik namun dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing, gangguan penglihatan, lemah, berdebar, gemetar, gangguan pendengaran PatofisiologiPada seseorang berdiri, 500-800 ml darah akan berpindah ke daerah abdomen dan ekstremitas bawah sehingga berakibat terjadinya penurunan besar volume balik vena secara tiba-tiba ke jantung, menyebabkan penurunan curah jantung dan stimulasi pada aorta karotis dan baroreseptor kardiopulmonal yang akan mencetuskan refleks simpatis. Akibatnya terjadi peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung dan resistensi vascular untuk mempertahankan tekanan darah sistemik menjadi stabilTerapi Pemberian obat-obat yang dapat menyebabkan hipotensi ortostatik hendaknya dikurangi atau dihentikan sama sekali. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur, seperti berjalan, cukup mampu mengurangi timbulnya gejala. Tidur dengan posisi kepala terangkat kurang lebih 30 cm dan alas tidur dapat memperbaiki hipotensi ortostatik melalui mekanisme berkurangnya tekanan arteri ginjal yang selanjutnya akan merangsang pelepasan renin dan meningkatkan volume darah.

Prognosis Penderita diabetes dengan tekanan darah tinggi yang juga mengalami hipotensi ortostatik, memiliki prognosis yang buruk. Jika penyebabnya adalah volume darah yang rendah atau obat tertentu, keadaan ini bisa diatasi dengan segera.PreventifTindakan pencegahannya dapat dibedakan menjadi :Primer : menghindari faktor penyebab, yaitu penggunaan obat yang memicu terjadinya jatuh, penyakit medis, dan lingkungan yang mendukung atau sesuai untuk lansia.Sekunder : mengobati penyakit medis, menghindari atau mengatur dosis untuk pemakaian obat-obat berisiko, mengobati dampak yang timbul akibat jatuh, mengatur lingkungan yang sesuai dengan lansia, melaith kemandirian pasien.Tertier : rehabilitasi, antara lain penggunaan tongkat, pengoptimalan AKS, dukungan lingkungan sekitar, melatih kemandirian pasien.Epidemiologi Hipotensi ortostatik dapat terjadi pada segala tingkatan usia. Hanya saja kecenderungan peningkatan jumlah kasusnya menunjukkan seiring dengan pertambahan usia. Diduga 20% pasien yang berobat jalan dengan usia di atas 60 tahun dan 30% dengan usia di atas 75 tahun menderita gangguan ini. Morbiditas dan mortalitas akibat jatuh pada usia lanjut sering berhubungan dengan gangguan ini.Diabetes Melitus tipe IIDiabetes melitus tipe II didahului oleh adanya periode abnormalitas homeostatis glukosa yang diklasifikasi sebagai ketidakseimbangan glukosa puasa atau ketidakseimbangan toleransi glukosa. Pada lansia, GTG dapat mencapai 50-92%, dimana GTG ada yang masuk kriteria toleransi glukosa terganggu,ada yang masuk kriteria diabetes melitus. Umumnya diabetes orang dewasa hampir 90%, masuk diabetes tipe II. Dimana 50% adalah pasien berumur lebih dari 60 tahun.Pemeriksaan Fisik dan PenunjangFisik:Pasien diabetes pada usia lanjut tidak ditemukan adanya kelainan-kelainan yang sehubunga dengan diabetes misalnya kaki diabetes dan tumbuhnya jamur pada tempat-tempat tertentuPenunjang:Glukosa plasma atau serumGejala klasik + glukosa sewaktu 200 mg%Gejala kalsik + glukosa plasma puasa 126 mg%Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200mg%GlukosuriaKetonuriaGlycated hemoglogin ( hemoglobin A1)Abnormalitas lipoproteinEtiologiEtiologi diabetes mellitus tipe II (non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) bahkan kurang jelas dipahami. Namun ada dua faktor telah diidentifikasi : Gangguan sekresi insulin basal. Pelepasan insulin seringkali normal, tapi cepatnya pelepasan insulin tidak sesuai dengan makanan yang masuk, mengakibatkan kegagalan penanganan normal beban karbohidrat. Resistensi insulin. Kecacatan respon jaringan terhadap insulin diyakini memainkan peran utama. Fenomena ini disebut resistensi insulin dan disebabkan oleh reseptor insulin cacat pada sel target atau tidak mampu mengenali sel target. Resistensi insulin terjadi pada pasien dnegan obesitas dan kehamilan. Pada individu normal yang menjadi gemuk atau hamil, sel B akan meningkatkan jumlah insulinnya untuk mengimbangi kondisi tersebut. Pasien yang mempunyai kerentanan genetik untuk diabetes tidak dapat mengkompensasi karena cacat pada sekresi insulin.Gejala KlinisPolinuriaPolidipsia PolifagiaDisfungi ereksi (pria)BalanoposthitisLuka sulit sembuhMata kaburAsimptomatik pada mulutPatofisiologiPada pasien paruh baya dan tua, terdapat predisposisi genetik yang kuat untuk diabetes tipe 2. Gen tertentu yang bertanggung jawab dalam munculnya diabetes mellitus tipe 2 belum ditemukan. Pasien dengan riwayat keluarga diabetes memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengembangkan penyakit ini dengan bertambahnya usia mereka. Pasien lansia dengan resistensi insulin perifer dan glukosa, pelepasan insulin akan berkurang dan berisiko mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan yang tidak resisten.Fisiologis dan faktor lingkungan menyebabkan predisposisi genetik majemuk. Kadar testosteron rendah pada pria dan kadar testosteron yang lebih tinggi pada wanita merupakan faktor risiko untuk pengembangan diabetes. Lansia individu yang memiliki asupan tinggi lemak dan gula dan asupan rendah karbohidrat kompleks lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes.

TerapiTujuan utama pengolahan pasien DM :Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Jangka panjang : mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortilitas DM. Cara : menormalkan kadar glukosa, lipid, insulin.Mengingat mekanisme dasar kelainan DM tipe-2 adalah terdapatnya faktor genetik, tekanan darah, resistensi insulin dan insufisiensi sel beta pankreas, maka cara-cara untuk memperbaiki kelainan dasar yang dapat dikoreksi harus tercermin pada langkah pengelolaan. Kegiatan : mengelola pasien secara holistik, mengajarkan perawatan mandiri dan melakukan promosi perubahan perilaku.PrognosisTerapi intensif dan agresif berpotensi menguntungkan.

PreventifDiabetes mellitus mempengaruhi lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia dan, karena faktor-faktor risiko yang diketahui dapat dimanipulasi, misalnya pengembangan diabetes tipe 2 berpotensi dapat dimodifikasi. Sejumlah uji klinis telah membahas hipotesis ini melalui modifikasi diet, aktivitas fisik, dan terapi obat. Dalam subkelompok pasien lebih dari 60 tahun, pengurangan resiko diabetes melalui perubahan gaya hidup, setidaknya sama besar seperti yang diamati dalam populasi penelitian secara keseluruhan. Dengan demikian, pengurangan substansial dalam kejadian diabetes diproduksi oleh gaya hidup (58%) atau metformin (31%).Epidemiologipada populasi lebih dari 65 tahun, hampir 18% sampai 20% mengidap diabetes. Pasien dengan kelainan metabolisme karbohidrat yang telah diamati termasuk pasien lansia 20% menjadi 25% yang memenuhi kriteria untuk toleransi glukosa. Insiden diabetes mellitus adalah sekitar 2 per 1.000 di antara mereka yang lebih tua dari 45 dan meningkat bagi individu lebih dari 75 tahun. Prevalensi jauh lebih tinggi di Hispanik yang lebih tua, Afrika Amerika, penduduk asli Amerika (Indian), Skandinavia, Jepang, dan Mikronesia. Individu dengan diabetes mellitus yang lebih tua dari 65 biasanya memiliki diabetes noninsulin-dependent diabetes (NIDDM). DemensiaSecara klinis munculnya demensia pada seorang usia lanjut sering tidak disadari karena perjalanan penyakitnya yang progesif namun perlahan. Selain itu pasien dan keluarga juga sering menganggap bahwa penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada awal demensia merupakan suatu hal yang wajar pada seorang yang sudah menua. Akibatnya, penurunan fungsi kognitif terus akan berlanjut sampai akhirnya mulai mempengaruhi status fungsional pasien dan pasien akan jatuh pada ketergantungan kepada lingkungan sekitarnya.

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangEtiologithe mini mental status examination (MMSE)CT/MRI kepala

Beberapa kelainan otak struktural (misalnya, hydrocephalus tekanan normal, hematoma subdural), gangguan metabolisme (misalnya, hipotiroidisme, kekurangan vitamin B12), dan racun (misalnya, memimpin) menyebabkan kerusakan lambat kognisi yang dapat mengatasi dengan pengobatan. Penurunan ini kadang-kadang disebut demensia reversibelGejala KlinisAlzheimer Disease: kemampuan sosial masih ada meskipun kemampuan kognitif menurun, perubahan sifat ( jalan-jalan tanpa tujuan, perilaku seks menyimpang, agresif)Dementia Lewy Bodies: penyimpangan kognitif berfluktuasi, ditandai dengan rigiditas dan bradikinesia, jarang tremor.PatofisiologiPada demensia vaskular patologi yang dominan adalah adanya infark multipel dan abnormalitas substansia alba (white matter). Petanda anatomis pada fronto-temporal dementia (FTD) adalah terjadinya atrofi yang jelas pada lobus temporal daun/ atau frontal, yang dapat dilihat pada pemeriksaan pencitraan saraf ( neuroimaging) seperti MRI dan CT. Sementara pada demensia dengan Lewy body, gambaran neuropatologinya adalah adanya Lewy body di seluruh korteks, amigdala, cingulated cortex, dan substansia nigra.TerapiKolinesterase inhibitorEfek farmakologik obat-obatan ini adalah dengan menghambat enzim kolinesterase, dengan hasil meningkatnya kadar asetilkolin di jaringan otak.Antioksidan Antioksidan yang telah diteliti dan memberikan hasil yang cukup baik adalah alfa tokoferol (vitamin E). pemberian vitamin E dapat mmperlambat progresi penyakit Alzheimer menjadi lebih berat. MemantinEfek terapinya diduga adalah melalui pengaruhnya pada glutaminergic excitotoxicity dan fungsi neuron di hipokampus.

PrognosisPreventifDemensia biasanya progresif. Namun, tingkat perkembangan bervariasi secara luas dan tergantung pada penyebabnya. Demensia memperpendek harapan hidup, tetapi perkiraan kelangsungan hidup bervariasi.Pencegahan dan perlindungan terjadinya cidera kepala ynag beratTidak merokokTetap selalu aktif secara fisik dan mengupayakan tidur cukupEpidemiologiSetelah usia 65 tahun, prevalensi demensia meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 5 tahun. Secara keseluruhan prevalensi demensia pada populasi berusia lebih dari 60 tahun adalah 5,6%. Penyebab tersering demensia di Amerika Serikat dan Eropa adalah penyakit Alzheimer, di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering demensia. Tipe demensia lain yang lebih jarang adalah demensia tipe Lewy body, demensia fronto-temporal (FTD), dan demensia pada penyakit Parkinson.ParkinsonPenyakit Parkinson (PP) adalah suatu kelainan fungsi otak yang disebabkan oleh proses degenerative progresif sehubungan dengan proses menua di sel-sel substansia nigra pars compacta (SNc) dan karakteristik ditandai dengan tremor waktu istirahat, kekuatan otot dan sendi (rigidity), kelambanan gerak dan bicara (bradikinesia), dan instabilitas posisi tegak (postural instability).

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangKriteria diagnosis klinis :Didapatkan 2 dari 3 tanda cardinal gangguan motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia, atau Didapatkan 3 dari 4 tanda motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia, ketidakstabilan posturalSelain itu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti CT-scan, MRIEtiologiFaktor Genetik:Ditemukan 3 gen yang menjadi penyebab gangguan degradasi protein dan mengakibatkan protein beracun tak dapat didegradasi di ubiquitin-proteasomal pathway.Menyebabkan peningkatan apoptosis di sel-sel SNc.Faktor Lingkungan:Proses stress oksidatif di ganglia basalis, selain itu juga pemaparan pada pestisida, konsumsi air sumur, dan kehidupan pedesaanFaktor usia:Proses menua mempermudah terjadi degenerasi di SNc tapi memerlukan penyebab lain.Faktor ras:Penderita parkinso lebih banyak dari orang kulit putihFaktor CideraStresJenis kelaminGejala KlinisMulai pada satu sisi( hemiparkinsonism )Tremor saat istirahat muncul unilateralPerkembangan lambatRigiditasAkinesia/bradikinesia

PatofisiologiSecara umum dapat dikatakan bahwa Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.

TerapiAda 6 macam obat utama yang dipergunakan :Obat yang mengganti dopamin (Levodopa, Carbidopa)Agonis dopamin (bromocriptine, pergolide, pramipexole, ropinirol)Antikolinergik (benztropin, triheksifenidil, biperiden)Penghambat Monoamin oxidase/MAO (selegiline)AmantadinPenghambat Cetechol 0-Methyl Transferase/COMT (tolcapone, entacapone)

Terapi PembedahanTerapi Rehabilitasi

PrognosisObat-obat yang diberikan hanya untuk menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit ini belum bisa dihentikan sampai saat ini. Tapi dengan treatment yang tepat, kebanyakn pasien parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.PreventifPenyakit Parkinson terjadi ketika sekitar 80 persen dari sel-sel saraf tertentu dalam otak menjadi terganggu karena tidak mampu memproduksi cukup dopamin. Dopamine adalah kimia yang diperlukan yang membantu dalam fungsi otot, keseimbangan gerakan dan koordinasi. Parkinson tidak terfokus pada setiap etnis dan mempengaruhi baik pria maupun wanita.

EpidemiologiDi Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. DDVertigoVertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo bukan gejala pusing saja, tetapi merupakan kumpulan gejala atau satu sindroma yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, keringat dingin, mual, muntah), dan pusing.Pemeriksaan Fisik dan PenunjangEtiologiPemeriksaan kardiovaskulerPemeriksaan neurotologikTes romberg dan tes langkah tandemPemijatan sinus karotisElektronistamografi (ENG)

Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik, vaskular, atau autoimun.Gejala Klinis dan PatofisiologiGejalaVertigo VestibularVertigo Non VestibularSifat vertigoSeranganMual/muntahGangguan pendengaranGerakan pencetusSituasi pencetusrasa berputarepisodik++/-gerakan kepala-melayang, hilang keseimbangankontinu--gerakan obyek visualkeramaian, lalu lintasGejalaVertigo Vestibular PeriferVertigo Vestibular SentralBangkitan vertigoDerajat vertigoPengaruh gerakan kepalaGejala otonom (mual, muntah, keringat)Gangguan pendengaran (tinitus, tuli)Tanda fokal otaklebih mendadakberat++

+++

-

lebih lambatringan+/-

+-

+TerapiPrognosisTerapi kausasifTerapi simptomatikTerapi rehabilitasiVertigo dengan masalah pada telinga dalam biasanya dapat sembuh sendiri, namun jika tidak, dapat menggunakan obat

Vertigo akibat lesi otak tergantung dari besar yang timbul pada SSP. PreventifEpidemiologiTidur dengan kepala sedikit lebih tingi dengan 2 atau 3 bantalHindari membungkuk saat mengambil barangHidari memanjangkan leher, misalnya saat meraih barang di rak yang tinggiBerdasarkan survey neurologus dari populasi umum, prevalesnsi dalam satu tahun pada penderita vertigo adalah 4,9%, pada penderita vertigo migrain adalah 0,89%, dan Benign Proxymal Positional Vertigo adalah 1,6 %.KesimpulanDari gejala-gejala yang dialami oleh Tuan S menunjukkan bahwa Tuan S menderita penyakit yang biasanya menyerang lansia, yaitu demensia, Parkinson, vertigo, osteoarthritis, hipotensi ortostatik, diabetes mellitus.