ppn dan ppnbm

12
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen . Dalam bahasa Inggris , PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang dan jasa. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung atau pajak obejektif, artinya wajib pajak tidak harus menanggung beban pajak.Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994, Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang Undang No. 42 Tahun 2009. 2. Subjek Pajak Berdasarkan ketentuan, semua barang dan jasa akan menjadi objek pajak. Pada proses jual – beli properti PPN akan dibebankan kepada pihak pembeli properti dan hanya dikenakan 1x (satu kali) saat membeli properti baru baik dari pihak developer maupun perorangan. Properti yang dikenai PPN adalah properti dengan nilai transaksi diatas Rp. 36 juta rupiah. Apabila pembelian properti dilakukan dari developer, untuk pembayaran dan pelaporan dilakukan melalui pihakdeveloper. Apabila pembelian properti dilakukan dari perorangan, maka pembayaran dilakukan sendiri oleh pihak pembeli setelah transaksi selesai dilakukan selambat – lambatnya tanggal 15 pada bulan berikutnya dan dilaporkan kepada kantor pajak setempat selambat – lambatnya tanggal 20 pada bulan berikutnya. Nilai PPN dihitung 10% dari nilai transaksi jual – beli yang terjadi. 3. Tata Cara Pembayaran Nilai transaksi yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan pemerintah, saat ini properti yang dikenai pajak adalah properti dengan nilai transaksi diatas Rp. 36 juta rupiah. Jadi, apabila Anda membeli tanah atau rumah dengan harga kurang dari Rp. 36 juta rupiah, maka Anda akan bebas dari kewajiban membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Upload: lea-wigiarti

Post on 14-Apr-2016

10 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ppn ppnbm

TRANSCRIPT

Page 1: Ppn Dan PpnBM

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.

1. Pengertian

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang dan

jasa. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung atau pajak obejektif, artinya wajib pajak

tidak harus menanggung beban pajak.Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia

adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994,

Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang  Undang No. 42 Tahun 2009.

2. Subjek Pajak

Berdasarkan ketentuan, semua barang dan jasa akan menjadi objek pajak. Pada proses  jual – beli properti PPN

akan dibebankan kepada pihak pembeli properti dan hanya dikenakan 1x (satu kali) saat membeli properti baru

baik dari pihak developer maupun perorangan. Properti yang dikenai PPN adalah properti dengan nilai transaksi

diatas Rp. 36 juta rupiah. Apabila pembelian properti dilakukan dari developer, untuk pembayaran dan

pelaporan dilakukan melalui pihakdeveloper. Apabila pembelian properti dilakukan dari perorangan, maka

pembayaran dilakukan sendiri oleh pihak pembeli setelah transaksi selesai dilakukan selambat – lambatnya

tanggal 15 pada bulan berikutnya dan dilaporkan kepada kantor pajak setempat selambat – lambatnya  tanggal

20 pada bulan berikutnya. Nilai PPN dihitung 10% dari nilai transaksi jual – beli yang terjadi.

3. Tata Cara Pembayaran

Nilai transaksi yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan pemerintah, saat ini properti yang

dikenai pajak adalah properti dengan nilai transaksi diatas Rp. 36 juta rupiah. Jadi, apabila Anda membeli tanah

atau rumah dengan harga kurang dari Rp. 36 juta rupiah, maka Anda akan bebas dari kewajiban membayar

Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Bagi pihak developer, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) harus diperhatikan dengan benar, karena

akan berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan. Apabila developer memiliki sistem pembayaran pajak

yang kurang baik, maka besar kemungkinan akan terkena sanksi berupa denda yang dapat menyebabkan pailit

pada perusahaan. Menurut undang – undang perpajakan, tarif yang dikenakan atas penjualan properti adalah 10

% secara umum dari harga jual, sedangkan kelompok hunian mewah seperti apartemen, town house dan

sejenisnya akan dikenakan tarif pajak sebesar 20% dari harga jual. Untuk developer yang membangun

perumahan dasar pengenaan pajaknya adalah sebesar 100 % dari harga jual rumah.

Sedangkan properti  yang dihasilkan dari kegiatan membangun sendiri diatur dalam undang – undang, Dasar

Pengenaan Pajak (DPP) adalah 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan  dan/atau  yang dibayarkan untuk

Page 2: Ppn Dan PpnBM

membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah. Properti membangun sendiri yang dikenakan

Pajak Pertambahan Nilai adalah bangunan yang diperuntuk-kan untuk tempat tinggal atau usaha dengan luas

bangunan 400 m2 atau lebih dan bersifat permanen.

Secara Umum rumus perhitungan Pajak Pertambahan Nilai adalah

PPN = Tarif x DPP

Dimana :

PPN = Pajak pertambahan nilai

Tarif = 10 % untuk harga jual umum, 0% untuk eksport. nilai ini bisa berubah-ubah sesuai kebijakan

pemerintah pada lokasi dan waktu perhitungan PPN.

DPP = dasar pengenaan pajak. besarnya juga bervariasi ada yang 100% nilai harga jual, ada juga yang

sekian persen dari harga penjualan. tergantung peraturan pemerintah sebagai penarik pajak.

Dari rumus tersebut maka kita perlu memantau peraturan pemerintah sehingga dapat menghitung PPN dengan

tepat. Untuk memudahkan penjelasan ini, maka kita uraikan DPP real estate dua jenis yaitu antara membangun

sendiri dan membangun untuk komersial.

Untuk beberapa jenis rumah atau bangunan ada yang dibebaskan dari Pajak Pertambahan Nilai, yaitu jenis

rumah sederhana atau rumah inti tumbuh (rumah tinggal utama) yang dibeli dengan sistem cash maupun kredit

dengan ketentuan sebagai berikut:

- harga jual tidak melebihi Rp 55.000.000,- (lima puluh lima juta rupiah)

- merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak

dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

Berikut ini adalah beberapa ilustrasi pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

1. Properti membangun sendiri

A membangun rumah tinggal dengan biaya pengeluaran sebesar Rp. 200.000.000,-

Dasar Pengenaan Pajak yang berlaku adalah 40 %, maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya A adalah:

PPN = Tarif Pajak x DPP

DPP = 40 % x Rp. 200.000.000,-

PPN = Rp. 80.000.000,-

Page 3: Ppn Dan PpnBM

  = 10 % x Rp 80.000.000,-

  = Rp 8.000.000,-

Jadi, Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan oleh A sebesar Rp. 8.000.000,-

2. Properti membangun untuk kepentingan komersial

Developer X membangun perumahan sebanyak 100 unit dengan harga per rumah Rp. 500.000.000,-

Dengan Dasar Pengenaan Pajak Sebesar 100 %, maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya developer X

adalah:

PPN = Tarif Pajak x DPP

DPP = 100 % x Total Harga Jual Rumah

  = 100 % x (100 x Rp. 500.000.000,-)

  = 100 % x Rp 50.000.000.000,-

  = Rp 50.000.000.000,-

 PPN = 10 % x DPP

  = 10 % x Rp 50.000.000.000,-

  = Rp. 5.000.000.000,-

Jadi, Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan oleh developer X sebesar Rp. 5.000.000.000,-

B. Objek Pajak1. Objek Pajak Pertambahan Nilai

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;b. impor Barang Kena Pajak;c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atauf. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

2. Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilaia. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya;b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya;d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

3. Jasa Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilaia. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;b. jasa di bidang pelayanan sosial;c. jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;

Page 4: Ppn Dan PpnBM

d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;e. jasa di bidang keagamaan;f. jasa di bidang pendidikan;g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;i. jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;j. jasa di bidang tenaga kerja;k. jasa di bidang perhotelan;l. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

4. Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewaha. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen), adalah : 

kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima siaran televisi;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga; kelompok mesin pengatur suhu udara; kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio; kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

 b. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen), adalah: 

kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang disebut pada huruf a;

kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya;

kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang disebut pada huruf a;

kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering, pesawat elektromagnetik dan instrumen musik;

kelompok wangi-wangian; 

c. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh persen), adalah: 

kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a. 

d. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh persen), adalah : 

kelompok minuman yang mengandung alkohol; kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan; kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool; kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias,

kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;

Page 5: Ppn Dan PpnBM

kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;

kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang disebut pada huruf c, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;

kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa tenaga penggerak;

kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara; kelompok jenis alas kaki; kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor; kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik; Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain batu jalan

atau batu tepi jalan. 

e. Kelompok Barang kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh persen), adalah: 

kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus; kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada huruf d, kecuali untuk keperluan negara

atau angkutan udara niaga; kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a dan huruf c; kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.

 f. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh lima persen), adalah : 

kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut pada huruf d; kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan/atau

mutiara atau campuran daripadanya; kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.

 g. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang

dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen), adalah : 

kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang sampai dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan semua kapasitas isi silinder; dan

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.

 h. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang

dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen), adalah : 

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau dengan nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc; dan

Page 6: Ppn Dan PpnBM

kendaraan bermotor dengan kabin ganda (Double cabin), dalam bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 (tiga) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 (lima) ton.

 i. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang

dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa: 

kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc; dan

kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.

 j. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang

dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa : 

kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc;

kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc; dan

kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc.

 k. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang

dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) adalah semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.

l. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 60% (enam puluh persen), adalah: 

kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc; dan

kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan semacam itu.

 m. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang

dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh lima persen), adalah : 

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station

Page 7: Ppn Dan PpnBM

wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc;

kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel) berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc;

kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc; trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

 n. Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah: kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan

pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum; kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan; kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang atau lebih termasuk pengemudi, dengan

motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan semua kapasitas isi silinder, yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI;

kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.C. Tarif Pajak 1. Pajak Pertambahan Nilai

a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen).c. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi

serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

a. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen).

b. Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen). 

CARA MENGHITUNG PAJAK, TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

A.      Cara Menghitung PajakPajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

B.       Tarif PPN1.      Tarif PPN

Diatur dalam Pasal 7 UU PPN 1984, antara lain:a.       Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)b.      Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (Nol Persen) diterapkan pada:1)      Ekspor Barang Kena Pajak berwujud,2)      Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud, dan/atau3)      Ekspor Jasa Kena Pajak.c.       Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan

paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarif nya diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP)

Page 8: Ppn Dan PpnBM

C.      Dasar Pengenaan Pajak (DPP)Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

1.      Harga JualHarga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2.      PenggantianPenggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajakatau nilai berupa uang yang dibayar atau seharus nya dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan  Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.

3.      Nilai ImporNilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perUndang-Undanga an yang mengatur mengenail kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Nilai Impor = Cost, Insurance, and Freight (CIF) + Bea Masuk + Bea Masuk Tambahan

4.      Nilai EksporNilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

5.      Nilai Lain.Nilai laian adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai dasar pengenaan pajak. Ketentuan mengenai nilai lain sebagai dasar pengenaan apajk diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 75/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010, ditetapkan sebagai berikut:

a.       Pemakaian sendiri/pemberian Cuma-Cuma, DPP adalah harga jual/penggantian dikurangi laba kotor.b.      Penyerahan media rekaman suara atau gambar DPP adalah perkiraan Harga Jual rata-ratac.       Penyerahan film cerita, DPP adalah perkiraan hasil rata-rata perjudul film.d.      Penyerahan produk hasil tembakau, DPP adalah harga jual eceran.e.       BKP persediaanan/atau aktiva yang menurut semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat

pembubaran, DPP adalah harga pasar wajar.f.       Penyerahan BKP/JKP dari pusat kecabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP/JKP antar cabang, DPP

adalah Harga Pokok Penjualan atau harga eceran.g.      Penyerahan BKP kepada pedagang perantara, DPP adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dan

pembeli.h.      Penyerahan BKP melalui juru lelang, DPP adalah harga lelang.i.        Jasa pengiriman paket, DPP adalah 10% dari tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.j.        Jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata, DPP adalah 10% dari tagihan atau yang seharus nya ditagih.

Pajak Masukan sehubungan dengan:·         Penyerahan jasa yang dilakukan oleh pengusaha biro perjalanan dan pariwisata·         Penyerahan jasa pengiriman paket.

Tidak dapat dikreditkan karena dalam PPN yang dibayar telah diperhitungkan dengan pajak masukan atas perolehan BKP/JKP tersebut.

Page 9: Ppn Dan PpnBM

D.      Contoh Perhitungan PPN dan PPnBMMengatur cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang. Contoh perhitungan PPN dan PPnBM

1.      Pengusaha Kena Pajak A menjual tunai Barang Kena Pajak dengan harga jual Rp. 25.000.000PPN    = 10% x Rp. 25.000.000           = Rp. 2.500.000PPN Rp. 2.500.000 adalah pajak keluaran yang dipungut oleh PKP A atas penjualan BKP

2.      Pengusaha Kena Pajak B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh penggantian Rp. 20.000.000PPN    = Rp. 10% x Rp. 20.000.000           = Rp. 2.000.000PPN Rp. 2.000.000 adalah pajak keluaran yang dipungut PKP B atas penyerahan JKP.

3.      Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar pabean dengan nilai impor Rp. 15.000.000PPN    = 10% x Rp. 15.000.000           = Rp. 1.500.000PPN Rp. 1.500.000 dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

4.      Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan nilai ekspor Rp. 10.000.000PPN    = 0% x Rp. 15.000.000           = Rp. 0PPN Rp. 0 adalah pajak keluaran

5.      Pengusaha Kena Pajak “A” mengimpor Barang Kena Pajak dengan nilai impor Rp. 5.000.000 Barang Kena Pajak tersebut, selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, missalnya juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif 20% dengan demikian, perhituangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang  terutang atas impor Barang Kena Pajak tersebut adalah:

Ø  Dasar Pengenaan Pajak    =Rp. 5.000.000Ø  Pajak Pertambahan NilaiØ  10% x Rp. 5.000.000       =Rp. 500.000Ø  PPnBM                            =Rp. 5.000.000Ø  20% x Rp.5.000.000        = Rp.1.000.000

6.      Pengusaha Kena Pajak “D” menyerahkan Barang Kena Pajak secara Cuma-Cuma untuk membantu korban bencana merapi Yogyakarta senilai Rp. 330.000.000 termasuk laba 10%. Berapa PPN yang terutang atas penyerahan BKP tersebut:

DPP   =                    100               x harga jual termasuk laba                 100 + %laba

           =             100             x Rp. 330.000.000                    110

           = Rp. 300.000.000PPN   = 10% x Rp. 300.000.000           = Rp. 30.000.000

7.      PT. sentosa adalah PKP dengan bidang usaha pemborong bangunan telah selesai pembangunan sendiri satu unit gedung seluas 400 M2  untuk rumah direksi, dengan biaya Rp. 183.000.000 termasuk PPN atas pembelian bahan bangunan Rp. 13.000.000 hitung PPN yang terutang atas kegiatan ini?Jawab.

Page 10: Ppn Dan PpnBM

DPP    = PenggantianPPN    = 10% X ( Rp. 183.000.000 – Rp. 13.000.000)           = 10% X Rp. 170.000.000           = Rp. 17.000.000