ppi

25
REFERAT PARTUS PREMATURUS IMMINENS Oleh : Maulid Angraini Pembimbing : dr. Moch. Ma’roef, Sp. OG SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUH SURABAYA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015

Upload: maulidaangraini

Post on 11-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ppi lid

TRANSCRIPT

Page 1: Ppi

REFERAT

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

Oleh :

Maulid Angraini

Pembimbing :

dr. Moch. Ma’roef, Sp. OG

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RSUH SURABAYA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Page 2: Ppi

BAB I

PENDAHULUAN

Prematuritas merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian pada

bayi yang baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum berkembang

sepenuhnya sehingga bayi memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit

tertentu. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan

alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan

makin tingginya angka kematiannya. Partus prematurus merupakan sebab

kematian neonatal yang terpenting. Kejadian kurang lebih 7 % dari semua

kelahiran hidup. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir

rendah.

Penyebab terjadinya kelahiran prematur umumnya tidak diketahui.

Namun, 15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda. Beberapa

pakar medis menyebutkan, jarak kehamilan terlalu dekat, aktivitas fisik

berlebihan, dan perilaku (buruk) ibu seperti perokok berat, pecandu minuman

keras dan obat-obatan terlarang, juga berpotensi menyebabkan persalinan

prematur.

Sekitar 28% kehamilan preterm di indifikasikan, disebabkan pre-eklamsi

(43%). Gawat janin (27%) pertumbuhan janin terhambat (10%), oblasia plasenta

(7%) dan kematian janin (7%) sisanya di sebabkan oleh persalinan preterm

spontan dengan atau tanpa pecah ketuban, ibu dengan plasenta previa dan

kehamilan multipel.

1

Page 3: Ppi

Menurut World Health organization (WHO) menjelaskan, bahwa di

Indonesia kematian perinatal sebagian besar 70 % oleh persalinan prematur.

Menurut hasil penelitian kristanti tampubolon (2001) data yg di dapat di RSUD

Dr.RM Djoelham tahun 2004 jumlah persalinan sebanyak 345 dan angka

keejadian pratus prematur 5%. Tahun 2005 jumlah persalinan sebanyak 345 dan

angka kejadian partus prematur sebanyak 7% pada tahun 2006 jumlah persalinan

415 angka kejadiian partus prematur sebanyak 8% sedangkan menurut survey

penelity di RSUD kelas B kota binjai tahun 2007 jumlah persalinan 556 angka

kejadian partus sebanyak 9%.

2

Page 4: Ppi

BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI

Partus prematurus adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 37

minggu atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak

potensial meningkatkan kematian perinatal. Menurut WHO, bayi prematur adalah

bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari pertama

haid terakhir).

The American academy of prediatic, mengambil batasan 38 minggu untuk

menyebut premature atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur kehamilan 37

minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram adalah bayi premature.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab terjadinya kelahiran prematur umumnya tidak diketahui. Ada

beberapa kondisi medik yang mendorong untuk dilakukan tindakan sehingga

terjadi persalinan prematur.

Kondisi yang menimbulkan partus prematurus

Hipertensi

Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong lebih cenderung untuk

mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan prematur

meningkat.

3

Page 5: Ppi

Perkembangan janin terhambat

Perkembangan janin terhambat (intrauterine growth retardation/IUGR)

merupakan kondisi dimana salah satu sebabnya adalah pasokan oksigen dan

makanan mungkin kurang adekuat, dan hal ini mendorong untuk terminasi

kehamilan lebih dini.

Solusio plasenta

Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan

prematur,meskipun sebagian besar (65%) terjadi pada aterm. Pada pasien

dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih

besar yaitu 11%.

Plasenta previa

Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat

harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi

perdarahan banyak, maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena

terjadi hipoksia.

Kelainan rhesus

Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi

berkurang meskipun demikian hal ini masih dapat terjadi.

Diabetes

Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat

dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan

pemberian insulin dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat

terkendali.

4

Page 6: Ppi

Kondisi yang menimbulkan kontraksi uterus

Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya konraksi spontan,

kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin.

Kelainan bawaan uterus

Mesipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian partus

prematurus dengan kelainan uterus yang ada.

Ketuban pecah dini

Ketuban pecah mugkin mengawali terjadinya kontraksi atau sebaliknya. Ada

beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti serviks incompeten,

hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan serviks dan lain-lain.infeksi

asendenmerupakan teori yang cukup kuat dalam mendukung terjadinya

amnionitis dan kemudian ketuban pecah.

Serviks inkompeten

Hal ini juga mungkin menjadi penyebab abortus sekain partus prematurus.

Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan terjadinya

inkompeten. MacDonanld menemukan 59% pasiennya pernah mengalami

dilatasi kuretasedan mengalami konisasi. Demikian pula Chamberlain dan

Gibbings yang menemukan 60% dari pasien serviks inkompeten pernah

mengalami abortus spontan dan 49% mengalami pengakhiran kehamilan

pervaginam.

Kehamilan ganda

Sebanyak 15% pasien dengan partus prematurus ialah kehamilan ganda dan

secara umum kehamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi lebih

pendek.

5

Page 7: Ppi

KONSEP TERJADINYA PERSALINAN PREMATUR

Kuman pada vagina dan serviks pada keadaan tertentu menghasilkan

enzim sialidase dan musinase sehingga terjadi penetrasi kuman melewati lendir

serviks. Di dalam saluran serviks, terjadi produksi enzim kolagenase dan elastase

yang merusak membran korioamniotik dan terjadi invasi kuman ke ronga rahim.

Kuman (penetrasi saluran serviks) merusak membran amniotik

(korioamnionitis) sehinga terjadi kerusakan lisosom yang akhirnya

melepaskan enzim pospolipase A2 (PLA 2) yang berperan penyediaan asam

arakhidonat (AA).

Kuman (jar korioamniotik) juga dapat menghasilkan PLA 2.

Kerusakan membran korioamniotik juga menyebabkan tersedianya AA.

Kuman gram negatif menghasilkan endotoxin yang meningkatkan biosintesa

PG melalui aktivasi makrofag, desidua amnion untuk memprodksi sitokin

IL1 beta, TNF alfa, IL6, IL8, dan PAF efek biologis mengatur

metabolisme AA melalui jalur siklooksigenase dan lipooksigenase.

Selanjutnya PGF 2 alfa dan PGE 2 bertanggung jawab terhadap kontraksi

miometrium dan penurunan resistensi serviks.

PGF 2 alfa dan estrogen meningkatkan pembentukan gap junction dan

reseptor oksitosin penjalaran depolarisasi antar sel peningkatan kadar

Ca intrasel berperan pada klamodulin Ca-klamodulin mengaktifkan

MLCK yang berperan pada aktin dan miosin pemendekan serat

otot/kontraksi miometrium.

PGE2 bersama macrofag koloni stimulating factor (MCSF/CSF1) dan IL 8

berperan sebagai kemokin mengarahkan PMN dan fibroblas pada serviks

6

Page 8: Ppi

merangsang sintesa dan pelepasan kolagenase kadar kolagen serviks

menurun turunnya resistensi dan perlunakan serviks pembukaan dan

pendataran serviks.

Gambar 2.1 Mekanisme terjadinya persalinan

PERKIRAAN PERSALINAN PREMATUR

Persalinan premature dapat diperkirakan dengan mencari faktor risiko

mayor atau minor.

Faktor resiko minor adalah:

Penyakit yang disertai demam

Perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu

Riwayat pielonefritis

Merokok lebih dari 10 batang perhari

7

Page 9: Ppi

Riwayat abortus pada trimester ii

Riwayat abortus trimester i lebih dari 2 kali.

Faktor resiko mayor adalah:

Kehamilan multiple

Hidramnion

Anomali uterus

Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu

Serviks mendatar/ memendekkurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu

Riwayat abortus trimester ii lebih dari 1 kali

Riwayat persalinan preterm sebelumnya

Operasi abdominal pada kehamilan preterm

Riwayat operasi konisasi

Iritabilitas uterus.

Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko

mayor atau bila ada 2 atau lebih faktor resiko minor atau bila ditemukan

keduanya.

TANDA DAN GEJALA PERSALINAN PREMATUR

Tanda dan gejala persalinan premature harus menjadi bagian rutin dalam

pendidikan prenatal wanita, yang dimulai sekitar usia generasi minggu ke-20

sampai ke-24. Tanda dan gejala persalinan premature antara lain yaitu :

1. Kram hebat seperti tanda saat menstruasi kemungkinan tertukar dan nyeri

disekitar ligament.

8

Page 10: Ppi

2. Nyeri tumpul pada panggul bawah berbeda dari nyeri panggul bawah yang

biasa di alami oleh wanita hamil.

3. Nyeri atau tekanan supra pubis mungkin tertukar dengan infeksi saluran

kemih.

4. Sensasi adanya tekanan atau berat pada pelvis.

5. Perubahan karakter atau jumlah raba vagina ( lebih kental, lebih encer, berair,

berdarah, warna coklat tidak bewarna).

6. Diare.

7. Kontraksi uterus tidak dapat dipalpasi ( nyeri hebat atau tidak nyeri) yang

dirasaan lebih sering dari setiap 10 menit selama 1 jam atau lebih dan tidak

mereda dengan tidur berbaring.

8. Ketuban pecah dini.

Pada umumnya di Inggris dan Amerika juga di Indonesia, tidaklah lazim

untuk memeriksa serviks pada kunjungan antenatal. Sebenarnya beberapa peneliti

melaporkan manfaat pemeriksaan terebut untuk meramalkan kemungkinan

persalinan prematur. Dari suatu penelitian yang cukup besar, Papiernik

menemukan bahwa indikator yang paing sensitif ialah serviks yang pendek (<

1cm) dan pembukaan yaitu tanda serviks yang matang. Resiko relatif persalinan

prematur dapat mencapai 3-4kali, meskipun demikian masih terdapat kendala

yaitu kuantifikasi penilaian dan perbedaan anatar pemeriksa. Beberapa peneliti

menemukan hal yang menunjukkan sensitifitas yang cukupbaik.di samping itu,

infeksi vagina dan serviks harus diberantas karena potensial menimbulkan infeksi

asenden.

9

Page 11: Ppi

DIAGNOSIS

Seringkali terjadi kesulitan menentukan diagnosis partus prematurus

imminens, karena tidak jarang seseorang dengan hamil prematur yang disertai

dengan timbulnya kontraksi tidak benar-benar dalam ancaman terjadinya proses

persalinan dimana bila hal ini dibiarkan saja proses persalinan tak akan terjadi.

Akhirnya timbul beberapa kriteria untuk menegakkan diagnosis partus

prematurus imminen yaitu :

Adanya kontraksi yang adekuat sebanyak minimal 2-3 kali dalam waktu 10

menit dengan selang waktu relaksasi yang cukup.

Adanya perubahan dilatasi serviks pada 2 pemeriksaan dengan selang waktu

1jam yang dilakukan oleh pemeriksa yang sama disertai dengan adanya

kontraksi.

Adanya kontraksi yang teratur disertai dengan dilatasi serviks 1-2cm dan

serviks telah mulai menipis.

Usia kehamilan juga menentukan diagnosis, dapat dinilai dari anamnesa

hari pertama haid terakhir (HPHT), pemeriksaan fisik ataupun pemeriksaan

penunjang ultrasonografi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Ultrasonografi : usia kehamilan, besar janin, jumlah janin, cacat bawaan,

letak dan mturasi plasenta, volume cairan amnion, kelainan uterus

2. Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan kontraksi

3. Pemeriksaan vaginal berkala untuk mengetahui dilatasi/ pemendekan serviks

4. Pemeriksaan surfaktan (amniosentesi)

10

Page 12: Ppi

5. Pemeriksaan bakteri vagina

6. Pemeriksaan kultur urine

7. Pemeriksaan gas dan pH darah janin.

PENCEGAHAN

Usaha-usaha yang dilakukan untuk pencegahan terjadinya partus

prematurus adalah dengan cara :

Tindakan umum

1. Dilaksanakan perawatan prenatal, diet, pemberian vitamin dan penjagaan

hygiene.

2. Aktifitas (kerja, perjalanan, coitus) dibatasi pada pasien-pasien dengan

riwayat partus prematurus.

3. Penyakit-penyakit panas yang akut harus diobati secara aktif dan segera.

4. Keadaan seperti toxemia dan diabetes memerlukan kontrol yang seksama.

5. Tindakan pembedahan abdomen yang elektif dan tindakan operatif gigi yang

berat harus ditunda.

Tindakan khusus

1. Pasien-pasien dengan kehamilan kembar harus istirahat di tempat tidur sejak

minggu ke-28 hingga minggu ke-36 atau ke-38.

2. Fibromyoma uteri, kalau memberikan keluhan, dirawat dengan istirahat di

tempat tidur dan analgesia. Pembedahan sedapat mungkin dihindari.

3. Placenta previa dirawat dengan istirahat total dan transfusi darah untuk

menunda kelahiran bayi sampai tercapai ukuran yang viabel. Tentu saja

perdarahan yang hebat memerlukan pembedahan segera.

11

Page 13: Ppi

4. Inkompetensi cerviks harus dijahit dalam bagian pertama trimester kedua

selama semua persyaratannya dipenuhi

5. Sectio caesarea elektif dan ulangan hanya dilakukan kalau kita yakin bahwa

bayi sudah cukup besar. Bahaya pada pembedahan yang terlalu dini adalah

kelahiran bayi-bayi yang tidak bisa bertahan hidup

6. Obat-obat dapat digunakan untuk menghentikan persalinan.

PENGELOLAAN

Prinsip pengelolaan persalinan prematur adalah :

1. Penundaan persalinan dengan tokolitik

2. Mencegah infeksi (desiduitis/korioamniositis)

3. Memicu pematangan paru untuk meurunkan morbiditas dan mortalitas bayi

baru lahir yang prematur.

Mekanisme kerja obat-obat tokolitik :

Progestagen : menghambat hantaran antar sel miometrium sehingga gap

junction menurun.

Beta mimetik : mengaktifkan reseptor beta 2 pada miometrium.

Ethanol : menghambat sekresi oksitosin dari neurohipofise.

NSAID : menghambat sintesa prostaglandin.

Antagonis Ca (nifedipine) :menghambat uptake Ca pada sel miometrium.

Antagonis oksitosin : memblok reseptor oksitosin.

Penderita harus bed rest dan dirawat di rumah sakit karena perlu

pengawasan yang ketat dan pemberian obat-obatan juga membutuhkan evaluasi.

12

Page 14: Ppi

Yang harus dievaluasi antara lain :

1. Konfirmasi umur kehamilan dengan berbagai cara

2. Penilaian kontraksi uterus (lamanya, intensitasnya, frekuensinya dan

pengaruhnya terhadap pembukaan serviks)

3. Pemantauan tanda vital ibu

4. Pemantauan bunyi jantung janin

5. Pemeriksaan tambahan: usg untuk menilai presentasi, biometri janin, anomali,

indeks cairan ketuban, pemeriksaan plasenta, morfologi serviks

6. Tirah baring (lateral ke kiri atau semi fowler)

7. Bila diduga ada korioamnionitis, lakukan kultur dan berikan antibiotika

8. Pemberian obat-obat tokolitik

9. Pemberian obat-obatan pematangan paru-paru janin, diberikan pada semua

wanita hamil antara 24-34 minggu:

Obat tokolitik yang biasa diberikan nifedipine 3 x 30 mg dilanjutkan 2 x

25 mg sampai 2 x 24 jam. Atau diberilan duvadilan 4 x 10 mg dengan syarat nadi

< 100 x/permenit. Antibiotika juga perlu diberikan mengingat 70-80% persalinan

prematur dipicu oleh infeksi genealia.

Pematangan paru pada bayi yang akan dilahirkan prematur sangatlah

penting mengingat fungsi paru dan jumlah surfaktan yang belum mencukupi.

Obat-obat yang dapat diberikan antara lain betamethasone 12mg/im sehari selama

2 hari, atau dexamethasone 20 mg/im tiap 12 jam selama 2 hari, atau TRH 400

mcg tiap 8 jam selama 2 hari.

13

Page 15: Ppi

PENATALAKSANAAN KELAHIRAN DAN PERSALINAN

Kelahiran harus berlangsung di rumahsakit yang dilengkapi dengan

special intensive care nurseries atau bangsal anak dengan perawatan intensif

khusus. Pemindahan bayi ke rumah sakit rujukan setelah lahir bukan merupakan

pendekatan yang memuaskan.

Tindakan yang hati-hati dan tidak kasar merupakan hal yang teramat

penting. Bayi prematur dengan tengkorak yang lunak dan daya tahan yang rendah

tidak akan mampu menghadapi trauma. Kalau mungkin, kontraksi kuat yang

berlebihan dan partus presipitatus harus dihindari. Sayangnya baik bayi maupun

uterus tidak siap untuk persalinan yang normal. Sering cervik yang belum matang

menambah kesulitan-kesulitan tersebut. Monitoring denyut jantung anak secara

terus-menerus merupakan hal yang penting.

Kelahiran :

1. Kelahiran harus dilaksanakan secara hati-hati dan perlahan-lahan

untuk menghindari kompresi dan dekompresi kepala secara cepat

2. Oksigen diberikan lewat masker kepada ibu selama kelahiran

3. Ketuban tidak boleh dipecahkan secara artifisial. Kantong ketuban

berguna sebagai bantal bagi tengkorak prematur yang  lunak dengan sutura-

suturanya yang masih terpisah lebar

4. Episiotomi mengurang tekanan pada cranium bayi

5. Foerceps rendah dapat membantu dilatasi bagian lunak jalan lahir

dan mengarahkan kepala bayi lewat perineum. Kami lebih menyukai

kelahiran spontan kalau keadaannya memungkinkan

14

Page 16: Ppi

6. Ekstraksi bokong tidak boleh dilakukan. Bahaya tambahan pada

kelahiran prematur adalah bahwa bokong tidak dapat menghasilkan

pelebaran jalan lahir yang cukup untuk menyediakan ruang bagi kepala bayi

yang relatif besar

7. Kelahiran presipitatus dan yang tidak ditolong berbahaya bagi

bayi-bayi prematur

8. Seorang ahli neonatus harus hadir pada saat kelahiran.

15

Page 17: Ppi

DAFTAR PUSTAKA

1. Champan, Vicky. The Midwife’s Labor and Birth Handbook. H. Y. 2011.

2. Cunningham FG et al. Preterm Labor in “ Williams Obstetrics” , 22nd ed, McGraw-Hill, 2011.

3. Goepfert A.R. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle for Practise. McGraw-Hill. 2010.

4. Hacker, Neville. F. Obstetri dan Ginekologi Esensial. Jakarta: Hipocrates, 2011.

5. Manuaba, Ida, B.G. Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC. 2007.

6. Raymond. Obstetri and Ginecology. Jakarta: Hipocrates. 2010.

16