pp perjanjian kredit & jaminan
DESCRIPTION
scfsafTRANSCRIPT
PERJANJIAN KREDIT DAN JAMINAN NYA
Kelompok 1 :
Warda Liani
Sri Wahyuni
Suci Ramadhani
Menurut pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa “ suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikat dirinya terhadap orang lain atau lebih.
Unsur-unsur Perjanjian :
1. Ada pihak-pihak2. Ada persetujuan antara pihak-
pihak yang bersifat tetap dan bukan suatu perundingan
3. Ada tujuan yang ingin dicapai4. Ada prestasi yang akan
dilaksanakan5. Ada bentuk-bentuk tertentu6. Ada syarat-syarat tertentu sebagai
isi perjanjian
Syarat-syarat syahnya suatu perjanjian:1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya
2. Kecakapan3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Unsur-unsur perjanjian:
1. Esentialia2. Naturalia3. Accidentalia
UU no 10 tahun 1998 tenteng perbankan sebagaimana tertuang dalam pasal 1 angka II mengalami sedikit perubahan. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga”.
Pengertian perjanjian kredit
Perjanjian kredit (credit/loan agreement) merupakan salah satu perjanjian yang dilakukan antara bank dengan pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah nasabahnya. Perjanjian kredit sebenarnya dapat dipersamakan dengan perjanjian utang-piutang. Perbedaannya, istilah perjanjian kredit umumnya dipakai oleh bank sebagai kreditur, sedangkan perjanjian utang-piutang umumnya dipakai oleh masyarakat dan tidak terkait dengan bank. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (pactum de controhendo), perjanjian kredit mendahului perjanjian hutang piutang ( perjanjian pinjam pengganti ), sehingga perjanjian hutang piutang merupakan pelaksanaan dari perjanjian kredit
Secara yuridis ada dua jenis perjanjian:•Perjanjian atau pengikatan kredit dibawah tangan atau akta dibawah tangan .•Perjanjian atau pengikatan kredit yang dibuat oleh dan dihadapkan Notaris atau akta otentik.
Macam-macam kredit:1. Kredit konsumtif2. Kredit produktif
3. Kredit perdagangan
Klasula yang dianggap penting dalam perjanjian kredit:
1. Syarat-syarat penarikan kredit pertama kali (predisbursement clause) 2. Klausula mengenai maksimum kredit (amount clause) 3. Klausula mengenai jangka waktu kredit 4. Klausula mengenai bunga pinjaman (interest clause) 5. Klausula mengenai barang agunan kredit 6. Klausula asuransi (insurance clause) 7. Klausula mengenai tindakan yang dilarang oleh bank (negative clause) 8. Trigger clause (opeisbaar clause) 9. Klausula mengenai denda (penalty clause) 10. Expense clause 11. Klausula mengenai ketaatan pada ketentuan bank 12. Dispute settlement (alternative dispute resolution)
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR:1. Kredit lancar2. Kredit kurang lancar3. Kredit diragukan4. Kredit macet
WanprestasiApabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka dikatakan ia melakukan “wanprestasi”. Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam :1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.2. melaksankan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
3. melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya
Sanksi yang dapat dikenakan atas debitur yang lalai atau alpa ada empat macam :
1. membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti-rugi
2. pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian
3. Peralihan resiko dapat digambarkan demikian : Menurut pasal 1460 KUHPer
4. Membayar Biaya Perkara
Macam-macam Jaminan
Jaminan adalah suatu tanggungan yang dapat dinilai dengan uang, yaitu berupa kebendaan tertentu yang diserahkan debitur kepada kreditur sebagai
akibat dari hubugan perjanjian utang piutang atau perjanjian lainnya
Jaminan terbagi dua :
2. Jaminan yang timbul karena perjanjian
1. Jaminan yang timbul karena undang-undang
Hak TangguhanObjek hak tangguhanUUPA mengenal hak jaminan atas tanah, yang dinamakan hak Tanggungan. Menurut UUPA, Hak Tanggungan dapat dibebankan diatas tanah Hak Milik (pasal 25), Hak Guna Usaha (pasal 33) dan Hak Guna Bangunan (pasal 39). Menurut pasal 51 UUPA, Hak Tanggungan akan diatur dengan Undang-undang, yaitu Undang-undang No. 4 Tahun 1996. Dalam UU No. 4 Tahun 1996 tersebut dijelaskan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebankan Hak Tanggungan adalah sebagai berikut :1. Hak Milik2. Hak Guna Usaha3. Hak Guna Bangunan4. Hak Pakai atas Tanah Negara, yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan 5. Hak-hak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah
Undang-undang Hak Tanggungan memuat ketentuan mengenai Subjek Hak Tanggungan dalam pasal 8 dan pasal 9 yaitu:
1. Pemberi Hak Tanggungan
2. Pemegang Hak Tanggungan
Asas Hak Tanggungan:
1. Memberikan kedudukan yang diutamakan (preferent) kepada krediturnya
2. Selalu mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada
3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas
4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya
Janji –janji dalam pembebanan hak tanggungan
1. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk menyewakan obyek Hak Tanggungan dan/atau menentukan atau mengubah jangka waktu sewa dan/atau menerima uang sewa di muka, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan
2. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk mengubah bentuk atau tata susunan obyek Hak Tanggungan, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan
3. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk mengelola obyek Hak Tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak obyek Hak Tanggungan apabila debitor sungguh-sungguh cidera janji
4. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji
5. Janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa obyek Hak Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan
5.Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menyelamatkan obyek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang menjadi obyek Hak Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan undang-undang6. Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas obyek Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan7. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya apabila obyek Hak Tanggungan dilepaskan haknya oleh pemberi Hak Tanggungan atau dicabut haknya untuk kepentingan umum8. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian dari uang asuransi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika obyek Hak Tanggungan diasuransikan9. Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan11. Janji yang menyimpangi bahwa setifikat hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan pembebanan Hak Tanggungan memberi kuasa dengan hak substitusi kepada pemegang Hak Tanggungan untuk menerima dan menyimpan sertifikat tersebut sampai utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan tersebut lunas
Pembebanan Hak Tanggungan
1. Surat Kuasa Membebankan Hak TanggunganDalam penjelasan umum angka 7 dan penjelasan pasal 15 ayat (1) UUHT
dinyatakan bahwa pemberian Hak Tanggungan wajib dilakukan sendiri oleh Pemberi Hak Tanggungan dengan cara hadir dihadapan PPAT
2. Akta Pembebanan Hak TanggunganAkta pemberian Hak Tanggungan (APHT) mengatur persyaratan dan ketentuan
mengenai pemberian Hak Tanggungan dari debitur kepada kreditor sehubungan dengan utang yang dijaminkan dengan Hak Tanggungan
3. Pembebanan Hak Tanggungan atas Tanah Hak Milik AdatApabila obyek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi
hak lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan tetap pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan
Lahir dan Berakhirnya Hak Tanggungan
Lahirnya Hak TanggunganMenuru pasal 13 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan, terhadap Pembebanan Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. Selain itu di dalam pasal 13 ayat (5) jo ayat (4) UU Hak Tanggungan juga dinyatakan bahwa Hak Tanggungan tersebut lahir pada hari tanggal buku tanah Hak Tanggungan lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya
Dalam pasal 16 ayat (1) UU Hak Tanggungan dapat diketahui sebab-sebab peralihan Hak Tanggungan :1. Cessie2. Subrogasi3. Pewarisan4. Sebab lain-lain
Hak Tanggungan dalam Kepailitan : Kedudukan Pemegang Hak Tanggungan terhadap Harta KepailitanApabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan.
Berakhirnya Hak TanggunganPasal 18 ayat (1) UU Hak Tanggungan dinyatakan bahwa Hak Tanggungan berakhir atau hapus karena beberapa hal :1. Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan2. Dilepaskannya Hak Tanggungan tersebut oleh Pemegang Hak
Tanggungan3. Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan suatu penetapan
peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan
FIDUSIABerdasrakan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia menyatakan “Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.”
pasal 1 angka 2 UU Jaminan Fidusia dirumuskan pengertian jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya
Unsur-unsur Jaminan Fidusia:
1. Sebagai lembaga hak jaminan kebendaan dan hak yang diutamakan
2. Kebendaan bergerak sebagai objeknya3. Kebendaan yang tidak bergerak khusunya bangunan yang tidak dibebani dengan Hak Tanggungan juga menjadi objek jaminan fidusia
4. Kebendaan menjadi objek jaminan fidusia tersebut dimaksudkan sebagai agunan
5. Untuk pelunasan suatu utang tertentu6. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.
Objek Jaminan FidusiaMenurut undang-undang Fidusia objek Jaminan Fidusia diberikan pengertian yang luas yaitu :
1. Benda bergerak yang berwujud
2. Benda bergerak yang tidak berwujud
3. Benda tidak bergerak, yang tidak dapat dibebani dengan Hak Tanggungan
Pasal 7 UU Fidusia mengatur mengenai utang yang dijamin dengan Fidusia :Utang yang pelunasannya dijamin dengan fidusia dapat berupa:
1. utang yang telah ada;2. utang yang akan timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan dalam jumlah tertentu; atau
3. utang yang pada saat eksekusi dapat ditentukan jumlahnya berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban memenuhi suatu prestasi.
Subjek Jaminan FidusiaSubjek Jaminan Fidusia adalah mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian Jaminan Fidusia, yang terdiri atas pihak pemberi Fidusia dan penerima Fidusia. Menurut ketentuan dalam pasal 1 angka 5 UU Fidusia yang menjadi pemberi Fidusia, bisa orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
Pembebanan Jaminan Fidusia1. Bentuk Akta Pembebanan Jaminan FidusiaKetentuan dalam pasal 5 ayat (1) UU Fidusia menetapkan “Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia
2. Isi Akta Jaminan FidusiaDalam pasal 6 UU Fidusia ditentukan isi minimum Akta Jaminan Fidusia dalam rangka memenuhi asas spesialitas
Saat Lahirnya Jaminan Fidusia
Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 14 ayat (3) UU Fidusia, lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia
Penghapusan dan pengalihan jaminan Fidusia
Penghapusan jaminan FidusiaKetentuan dalam pasal 25 ayat (1) UU Fidusia berbunyi :Jaminan Fidusia dihapus karena hal-hal sebagai berikut:a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;b. pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia; atauc. musnahnya Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia
1. Pengalihan Hak atas Piutang Pada Jaminan Fidusiapasal 19 UU Fidusia menentukan sebagai berikut :Pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan fidusia mengakibatkan beralihnya demihukum segala hak dan kewajiban Penerima Fidusia kepada kreditor baru.Beralihnya Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didaftarkan oleh kreditor baru kepada Kantor Pendaftaran Fidusia
2. Pengalihan Benda Objek Jaminan Fidusiapasal 23 ayat (1) UU Fidusia diatur kemungkinan pengalihan benda atau hasil benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia:Dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, apabila Penerima Fidusia setuju bahwa Pemberi Fidusia dapat menggunakan, menggabungkan,mencampur, atau mengalihkan Benda atau hasil dari Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia
Pengalihan Jaminan Fidusia
Analisis Kasus1. Kasus ini berawal dari perjanjian kredit antara CV. Rahayu dengan Bank Niaga dengan tujuan untuk investasi perluasan modal kerja
2. Sebagai jaminan yaitu 3 (tiga) bidang tanah Sertipikat Hak Guna Bangunan milik Penggugat yang asalnya dari Sertipikat Hak Milik No. 344, No. 421 dan No. 538 yang kini telah dibalik nama oleh PT. Bank Niaga
3. Setelah perjanjian kredit diterima ternyata CV. Rahayu tidak melaksankaan sebagaimana yang tertuang dalam persetujuan fasilitas pemberian kredit, tetapi CV. Rahayu melakukan kegiatan lain yaitu melakukan pembebasan tanah di Bandara Soekarno Hatta.
4. Karena CV. Rahayu tidak melaksanakan sesuai dengan perjanjian kredit, maka CV Rahayu dikenakan harus membayar semua hutang pokok, bunga, provisi, fee dan biaya lainnya wajib dibayarkan kembali dengan seketika
KASUS DAMPAK PENYALAHGUNAAN KREDIT DARI PT. BANK NIAGA OLEH CV. RAHAYU TERHADAP TANAH OBJEK HAK
TANGGUNGAN
5. Tetapi CV. Rahayu tidak melakukan kewajibannya tersebut, kemudia jaminan CV. Rahayu di lelang oleh Bank tanpa kesepakatan terlebih dahulu antara debitur dengan Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)
6. Dalam proses pelelangan tersebut Bank Niaga juga bertindak sebagai pembeli lelang dari sertipikat tersebut.
7. pihak penggugat Ny. Han Moy yang juga merupakan istri dari Yohan Suparman (Direktur Keuangan CV Rahayu yang mengadakan perjanjian kredit dengan Bank Niaga) menggugat bahwa pelelangan yang dilakukan oleh Bank Niaga cacat hukum.
8. Terhadap gugatan dari Ny. Han Moy tersebut di atas Pengadilan Negeri Tangerang telah membuat putusan, melalui Putusan No. 215/PDT.G/2005/PN.TNG, tanggal 21 Februari 2006 yang amarnya sebagai berikut : “Menyatakan tidak sah penjualan lelang atas tanah-tanah milik Yohan Suparman yaitu Serfikat Hak Milik No. 344, No. 421, dan No. 583 oleh Bank Niaga melalui perantaraan Kantor Pelayanan Piutang Dan Lelang Negara Serang.
9. Putusan Pengadilan Negeri tersebut diambil alih sebagai pertimbangan hukum dari Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Banten di Serang dan dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Banten . Dalam perkara ini dengan mendasarkan diri Pasal 12 A (1) UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN
10. Bank Niaga melakukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 14 Desember 2006 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No. 215/Pdt.G/2005/PN/TNG yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Tangerang, permohonan mana disertai dengan/diikuti oleh memorikasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 27 Desember 2006
11. Berdasarkan hal tersebut Mahkamah Agung pada tanggal 24 Oktober 2007 melalui Putusan No. 9001 K/Pdt/2007, memutuskan untuk membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Banten di Serang No. 41/Pdt/2006/PT. Banten tanggal 18 September 2006 yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Tangerang No. 215/Pdt.G/2005/PN.TNG, tanggal 21 Februari 2006, menolak gugatan Penggugat, dan menghukum Termohon Kasasi/Penggugat untuk membayar biaya perkara
Kesimpulan
1. Dampak dari tindakan CV. Rahayu tersebut yang wanprestasi terhadap perjanjian tersebut adalah di lelangnya tanah yang menjadi objek hak tanggungan dalam hal ini berupa 3 (tiga) bidang tanah berikut segala sesuatu yang berdiri, tertanam dan melekat di atas tanah tersebut yang terdiri dari Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 344/Desa Cibodas, SHM No. 421/Desa Cibodas, dan SHM No. 583/Desa Cibodas yang telah dijadikan jaminkan kepada PT. Bank Niaga Tbk.
2. Dalam proses pelelangan objek hak tanggungan dalam hal ini sertipikat hak milik (yang juga merupakan objek hak tanggungan CV. Rahayu terhadap Bank Niaga) yang dilakukan oleh Bank Niaga tersebut, dalam proses pelelangan tersebut Bank Niaga juga bertindak sebagai pembeli lelang dari sertipikat tersebut