powerpoint riswan

37
METODE SAMPLING DALAM PEMBORAN EKSPLORASI BATUBARA PT. SOKA ENERGY, DAERAH TALANG KRIKIL, DESA 9 DEWA, KECAMATAN CENGAL, KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROPINSI SUMATRA SELATAN Muhammad Riswan Sirregar 08.10.0554 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2013 SEMINAR

Upload: erwin-hutapea-sinaga

Post on 27-Oct-2015

131 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Powerpoint Riswan

METODE SAMPLING DALAM PEMBORAN EKSPLORASI BATUBARA PT. SOKA ENERGY, DAERAH TALANG KRIKIL, DESA 9 DEWA, KECAMATAN CENGAL, KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR,

PROPINSI SUMATRA SELATAN

Muhammad Riswan Sirregar08.10.0554

JURUSAN TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA2013

SEMINAR

Page 2: Powerpoint Riswan

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IPENDAHULUAN

Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah, salah satu sumber daya alam yang masih banyak cadangannya adalah batubara. Batubara pada saat ini merupakan salah satu energi alternatif yang sangat penting peranannya di muka bumi guna menggantikan minyak bumi dan bahan bakar lainnya.

Saat ini teknologi di dalam eksplorasi dan eksploitasi Batubara telah berkembang dengan pesat. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat harga batubara yang semakin meningkat sehingga perlu dilakukan eksplorasi terhadap deposit batubara itu sendiri.

Page 3: Powerpoint Riswan

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademik di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral di Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui peranan penting metode penyemplingan dalam eksplorasi batubara.

Tujuan dari penyusunan seminar ini adalah untuk menambah pengetahuan di kalangan akademisi, masyarakat umum, dan juga untuk mengetahui peranan penting metode penyemplingan dalam eksplorasi batubara.

Page 4: Powerpoint Riswan

METODE PENULISAN

Dalam penyusunan draft seminar ini, penulis menggunakan metode penulisan yang didasari pada studi pustaka dari beberapa sumber literatur, baik textbook, internet dan juga dari makalah. Penyusunan makalah ini lebih bersifat sebagai studi kasus dan sebagai laporan penelitian.

Page 5: Powerpoint Riswan

BATASAN MASALAH

Sesuai dengan judul seminar yang di angkat, maka dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas secara spesifikasi tentang tahapan penyemplingan batubara berikut aplikasinya pada eksplorasi batubara. Maka dari itu penulis lakukan agar fokuskan masalah lebih tertuju pada judul yang akan penulis bahas nantinya.

Page 6: Powerpoint Riswan

BAB IIDASAR TEORI

Pemboran merupakan metode yang sangat praktis untuk membuktikan keberadaan batubara serta pengambilan contoh batubara secara aktual untuk analisa kualitas dan keperluan analisa geoteknik serta geohidrologi. Berdasarkan kegunaannya, pemboran dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemboran dangkal dan pemboran dalam. Pemboran dangkal memiliki total kedalaman < 50m, sedangkan pemboran dalam > 50m dengan maksimun 100m.

Pengeboran dapat di bagi pula dalam beberapa tahapan, yaitu pengeboran uji yang di buat dalam jumlah terbatas dengan tujuan untuk mengklarifikasi beberapa dugaan dari sumberdaya yang ada dan selanjutnya pengeboran secara sistematik yang dirancang untuk menghasilkan model dari sumberdaya tersebut bagi perancangan penambangannya nanti.

Page 7: Powerpoint Riswan

II.1. Kondisi Geologi Daerah Penelitian

Daerah penelitian terletak di 5 daerah yang berbeda pada satu konsesi penambangan yaitu di desa 17 cocot, desa talang kerikil, dan desa 9 dewa. Pada daerah penelitian ini merupakan daerah perkebunan karet dan perkebunan sawit SJP (Sampurna jaya perkasa) dengan vegetasi rawa gelam, pohon sawit,karet dan jati, fauna pada daerah ini adalah burung, monyet, rusa, babi hutan dan beruang.

Lokasi daerah penelitian termasuk dalam formasi muara enim yang kerangka stratigrafinya terdiri dari tua kemuda antara lain batu lempung tufaan berselingan dengan batupasir lempungan, bagian atas batupasir kuarsa, setempat batulanau karbonatan, batupasir yang lepas merupakan sisipan batulempung tufan.

Page 8: Powerpoint Riswan

II.2. Genesa Batubara

Faktor-faktor pembentukan (genesa) batubara merupakan proses yang kompleks yang harus dipelajari dari banyak segi, karena ada bermacam-macam proses yang berbeda satu dengan lainnya yang mempengaruhi pembentukan batubara, baik derajat maupun jenis batubaranya pada suatu cekungan.

Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuhan-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara terbentuk dan faktor-faktor yang pengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara. Teori terbentuknya batubara secara singkat dapat dikelompokan menjadi 2 (Sukandarrumidi, 1995) yaitu :

Page 9: Powerpoint Riswan

Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fossil tumbuhan yang membentuk sediment organic.

1. Teori in-situ

2. Teori Drifft

Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori Drift, bisa berasal dari hutan

basah atau kering. Tumbuhan atau pohon yang sudah mati dan roboh keatas tanah

kemudian terbawa oleh banjir atau aliran sungai sehingga sisa-sisa tumbuhan

tersebut akhirnya mengendap di delta-delta sungai purba atau terkumpul dan

tersedimentasi di dasar danau purba.

Page 10: Powerpoint Riswan

II.3. Diagenesa Gambut (peatification)

Tahap diagenesa gambut merupakan tahap awal pembentukan batubara, yaitu mencakup perubahan oleh mikroba dan proses kimia. Dimulai dari pembusukan tumbuhan sampai terbentuk gambut (peat). Pada tahap ini dicirikan oleh aktifitas bakteri aerob (membutuhkan oksigen) dan anaerob (tidak membutuhkan oksigen).

Apabila kandungan oksigen air rawa sangat rendah dan dengan bertambahnya kedalaman, sehingga tidak memungkinkan bakteri-bakteri aerob hidup, maka sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna, dengan kata lain tidak terjadi proses oksidasi yang sempurna.

Page 11: Powerpoint Riswan

II.4. Pembatubaraan (Coalification)

Coalification flora yang merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi, setelah tumbuhan mati proses degradasi biokimia lebih berperan. proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri anaerob), bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma dan pati.

Dari proses di atas terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara berbitumen. Dalam suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan sebagai unsur karbon akan hilang dalam dalam bentuk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan bertambah. Kecepatan pembentukan gambut bergantung pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan.

Page 12: Powerpoint Riswan

Antrasite

II.6. Kegunaan Batubara

Salah satu industri yang memanfaatkan energi dari batubara sebagai bahan bakar adalah pembangkit listrik tenaga uap. Batubara kokas adalah salah satu batubara yang telah mengalami pemurnian kadar C nya, batubara jenis ini sering di gunakan dalam proses pengecoran logam dan lain-lain.

 

II.5. Jenis-Jenis Batubara

Bituminous

Sub-bituminous

Lignit

Gambut

Page 13: Powerpoint Riswan

BAB IIIMETODE SAMPLING DALAM PEMBORAN EKSPLORASI

BATUBARA 

Metode sampling adalah metode pengambilan conto batubara melalui proses pemboran inti dan pemboran non coring atau open hole. Pemboran inti merupakan proses pengambilan conto core sedangkan pemboran non coring atau open hole adalah pemboran tanpa mengambil sampel core tetapi hanya mengambil sampel cutting untuk mengetahui kedalaman, ketebalan lapisan penutup (soil) dan ketebalan batubara.

III.I. Cara Menentukan Titik Bor Yang Akan Di Tentukan

Dalam penentuan titik bor terkadang terdapat ketidak sesuaian antara data survei pada data topografi dengan kondisi lapangan. Berdasarkan hal tersebut, maka wellsite geologist dituntut untuk memperbaiki penentuan titik bor tersebut. Apabila penentuan titik bor selesai, maka wellsite geologist memberikan surat perintah dimulainya pengeboran. Kemudian langkah-langkah dalam mencari titik koordinat titik bor antara lain:

Page 14: Powerpoint Riswan

III.I.2. Pengawasan Proses Pemboran

Proses pengeboran yang diawasi oleh wellsite geologist (lihat gambar 3), pada

tahapan eksplorasi yang sering dilakukan pada saat ini termasuk dalam pengeboran

metode touch coring, Coring dan open hole.

Masukan seluruh data titik koordinat (titik bor) yang akan dicari.

Pada menu GPS klik waypoint titik bor yang akan dicari kemudian pilih Go to.

Ikuti rute track anak panah yang diperintahkan oleh GPS sampai tiba di titik bor yang

dituju.

Setelah sampai dititik bor tersebut maka GPS akan memberikan isyarat bunyi sebagai

tanda bahwa pada lokasi dicari atau klik mark.

Beri tanda titik bor yang sudah ditentukan.

Page 15: Powerpoint Riswan

Gambar 3. Pengawasan proses pemboran, Penulis 2013 

III.2. Peralatan Pemboran

Selama pemboran berlangsung menjadi tugas seorang wellsite geologist me-record dan mengawasi setiap hal yang terjadi menyangkut proses pengeboran.

Page 16: Powerpoint Riswan

Gambar 4. Peralatan pengeboran, Penulis 2013

III.2.1 Menara Kaki Tiga (tripod)

Alat ini berfungsi sebagai tiang penyangga pipa bor dan untuk menaikan atau menurunkan pada saat melepas dan memasang pipa bor

Page 17: Powerpoint Riswan

III.2.2. Mata Bor atau Bit

Alat ini berfungsi untuk menggerus batuan

Gambar 6. Jenis-jenis mata bor, PT. Pangea Coal 2011

Page 18: Powerpoint Riswan

III.2.3. Tabung penginti/core barel

Tabung core barel merupakan perlatan terpenting dalam pengeboran eksplorasi.

Gambar 8. Bentuk core barel, Penulis 2013

III.2.4. Pipa Bor (drill rod)

Pipa bor ini berguna untuk meneruskan putaran dan tekanan mesin ke mata bor. Disampung itu, juga merupakan jalan cairan pengeboran.

Gambar 9. Bentuk pipa bor, Penulis 2013

Page 19: Powerpoint Riswan

Jenis Core Barel Diameter Core (mm)

Diameter Lubang(mm)

AQ 27,0 48,0

BQ 36,5 60,0

NQ 47,6 75,7

HQ 63,5 96,0

PQ 85,0 122,6

BMLC 35,2 60

NMLC 52,0 75,7

HLMC 63,5 99,2

Tabel 2. Jenis pipa bor, PT. Pangea Coal 2011

Page 20: Powerpoint Riswan

III.2.5 Casing

Casing yaitu pipa pelindung lubang bor dari runtuhan dan untuk menahan air jika terjadi water loose.

Gambar 10. Bentuk shoe casing, Penulis 2013

III.2.6. Core box

Alat ini berfungsi untuk menempatkan cutting dan core hasil pengeboran.

Gambar 11. Core box, Penulis 2013

Page 21: Powerpoint Riswan

III.2.7. Selang air tekanan tinggi

Alat ini berfungsi untuk menyalurkan air dari sumber air kepompa air.

Gambar 12. Selang bertekanan tinggi, Penulis 2013

III.2.8. Pompa air

Alat ini berfungsi untuk memompa air yang merupakan media sirkulasi pengeboran.

Gambar 13. Pompa air, Penulis 2013

Page 22: Powerpoint Riswan

III.2.9. Alkon

Berfungsi memompa air yang masuk ke lubang bor dan pengatur sirkulasi air/cairan pengeboran.

Gambar 14. Alkon, Penulis 2013

III.2.10. Water swivel

Gunanya untuk menghubungkan selang dengan pipa bor agar selang dari pompa tidak turut berputar mengikuti putaran pipa bor dalam sirkulasi air pengeboran.

Gambar 15. Water swivel, Penulis 2013

Page 23: Powerpoint Riswan

III.2.11. Hoisting swivel

Berfungsi untuk mengangkat rangkaian pipa bor kedalam lubang bor dan pada saat akan melepas rangkaian pipa bor.

III.2.12. Kerekan (derrick block)

Gambar 16. Hoisting swivel, Penulis 2013 

Kerekan ini digantungkan dipuncak menara (tripod), dimana semua pipa yang akan dimasukan kedalam lubang bor

Gambar 17. Derrick block, Penulis 2013

Page 24: Powerpoint Riswan

III.2.13. Kunci pipa

Kunci pipa digunakan untuk bongkar pasang pipa bor.

Gambar 18. Kunci pipa, Penulis 2013 

III.2.14. Peralatan tambahanPeralatan tambahan misalnya cangkul, parang, gergaji dan lain-lain tersebut digunakan dalam proses pembuatan lokasi bor dan jalan pengeboran.

Page 25: Powerpoint Riswan

III. 3. Teknik Pengeboran

Berdasarkan cara kerjanya dan mekanisme pemboran (metode pemborannya), alat bor eksplorasi dapat dibedakan menjadi:

Metode tumbuk (Percussive method)

Metode putar (Rotary method)

Metode Tumbuk-Putar (Rotary-Percussive Drill Method)

Page 26: Powerpoint Riswan

III. 4. Metode Sampling Dalam Pemboran Eksplorasi Batubara

Metode sampling adalah metode pengambilan conto batubara melalui proses pemboran inti dan pemboran non coring atau open hole. Pemboran inti merupakan proses pengambilan conto core sedangkan pemboran non coring atau open hole adalah pemboran tanpa mengambil sampel core tetapi hanya mengambil sampel cutting untuk mengetahui kedalaman, ketebalan lapisan penutup (soil) dan ketebalan batubara.

Langkah-langkah pengambilan sampel batubara berdasarkan standar Joint Ore Reserves Committee (JORC).

Pembuatan lintasan titik pemboran berdasarkan arah strike/dip dari batubara.

Pembuatan titik pemboran dari hasil peta lintasan trevers.

Pada setiap titik pemboran dipakai metode pilot hole atau open hole.

Melakukan pemboran dengan kedalaman 100-150m sesuai dengan standart JORC.

Page 27: Powerpoint Riswan

Melakukan logging geofisika untuk mengkorelasi ketebalan batubara dari data cutting.

Setelah diketahui ketebalan batubara dari data cutting dan data logging geofisika kemudian melakukan pemboran inti disebelah lubang bor yang telah dilakukan logging geofisika dengan jarak ± 1-2 m.

Pemboran dilakukan untuk mencapai seam batubara pertama, lalu mata bor dikeluarkan kemudian core barrel dipasang untuk melakuakan proses coring.

Coring dilakukan setiap run atau sepanjang core barrel ± 1,5 m sampai selesai (lapisan batubara).

Setelah full satu run, core barrel diangkat dan kemudian split dikeluarkan dari core barrel dengan cara disemprot dengan air agar split keluar dari core barrel, kemudian split diangkat dan diletakkan diatas core box untuk dilakukan proses pencucian, pengukuran, dan pengambilan sampel gambar. Kemudian menentukan bagian dari Roof dan Floor pada Batubara yang akan di sampling.

Page 28: Powerpoint Riswan

Kemudian sampel dipotong ply by ply sesuai dengan ketentuan JORC dan BPP (perusahaan konsultan dan client).

Menentukan ketebalan dari Batubara yang akan di sampling (True Thickness).

Setelah mengetahui ketebalan dari Batubara kemudian menentukan batas dari sample Ply by Ply dan jumlah yang akan diambil. Selain itu juga dilakukan pencatatan interval sampel, kode nomer sampel, Lokasi pengambilan sampel dan keterangan lain pada buku diskripsi.

Kemudian sampel dibungkus dengan plastik sampel, setelah itu diikat dengan isolasi agar tidak terkontaminasi dengan udara luar kemudian sampel segera dibawa kelaboratorium untuk dianalisis.

Page 29: Powerpoint Riswan

III.4.1. Pemboran Non Coring (Open Hole)

Pemboran non coring adalah pemboran tanpa mengambil sampel core tetapi hanya mengambil sampel cutting untuk mengetahui kedalaman, ketebalan lapisan penutup (soil), ketebalan batubara untuk di korelasikan dengan data logging geophysical.

III.4.3. Pemboran Inti (Coring)

Pemboran inti adalah Pemboran inti merupakan proses pengambilan sampel

core.

III.4.4. Sampel Pemboran

Adapun parameter dalam penyampelan hasil coring yaitu :

Page 30: Powerpoint Riswan

Diukur panjang core conto batubara yang keluar dari core barrel

Dilakukan Pemotretan dengan mencantumkan, Lokasi, kode dan nomer lobang bor, tanggal, interval sampel.

Deskripsi

Core conto dipotong ply by ply Dengan mempertimbangkan bahwa minimal berat sampel untuk dianalisa 2,5kg, ditentukanlah untuk “core” ukuran HQ (63,50 mm)

Conto dimasukan dalam kantong plastik per ply dengan kode urut sampel sesuai dengan lobang bor dimana sampel tersebut diambil.

Ditulis kode dan interval conto pada plastik conto dan kertas label (kertas label diusahakan tidak kontak langsung dengan batubara).

Plastik conto diikat dengan kuat agar conto batubara tidak berkontaminasi d engan udara. Roof dan floor (Rock) disampling setebal 0.25m (minimal 0.20m),

Page 31: Powerpoint Riswan

Untuk menjaga agar semua informasi bisa didapat selengkap mungkin, maka sebaiknya pengambilan semua sampel roof dan floor untuk rock harus dilakukan untuk setiap interval batubara yang diambil sampel nya.

Pembagian ply sampel pada interval batubara yang clean adalah sebagai berikut:

˗ Untuk tebal batubara yang lebih dari 1,50m, pembagian sampel adalah:

o ply 1 = 0.25m bagian top coal o ply 2 = 0.50m bagian kedua pada top coal o ply 3 = sisa interval bagian tengah coal o ply 4 = 0.50m bagian kedua pada bottom coal

o ply 5 = 0.25m bagian bottom coal

Kebersihan sample dari cutting pemboran, akan sangat menentukan representatif tidaknya kualitas sampel yang dihasilkan.

Page 32: Powerpoint Riswan

Jika pada interval batubara pada bagian yang tengah (sisa) terdapat perbedaan karakteristik megaskopik yang signifikan, maka bagian tersebut disampling terpisah dari bagian lainnya.

Pengambilan sampel dan juga pembagian ply sampel pada suatu interval batubara, haruslah mengacu pada interval kurva geophysical logging dan juga mengacu pada ada tidaknya anomali pengotor atau bagian dari suatu lapisan batubara yang memperlihatikan mengandung kadar ash yang relatif tinggi dibanding bagian lainnya.

Jika wellsite mengalami keraguan dalam pelaksanaan sampling ini, maka sedapat mungkin sebelum sampling dilakukan terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan supervisor lapangan.

Pembagian sample batubara menjadi ply by ply sampel harus dilakukan pada kondisi sampel tetap terbungkus oleh plastik wrap atau pembungkus plastik. Bagian sampel batubara yang terbuka akibat pemotongan sampel, harus kembali ditutup oleh plastik wrap atau selotape untuk menghindari berkurangnya moisture.

Page 33: Powerpoint Riswan

Penomoran ply by ply sampel dapat dimulai dari bagian roof dan diakhiri pada bagian floor sampel. Atau dapat juga penomoran sampel dimulai hanya dari top dan di akhiri di bagian bottom batubara saja, sementara untuk roof dan floornya diberi nomor yang berbeda.

Sampel yang telah dipreparasi diusahakan segera dikirimkan ke laboratorium Jika sampel yang telah dipreparasi tidak akan segera dikirimkan ke laboratorium maka diusahakan sampel-sampel tersebut disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari dan ditutup oleh karung goni yang telah dibasahi (agar kelembabannya tetap terjaga).

Penomoran ply by ply sampel dapat dimulai dari bagian roof dan diakhiri pada bagian floor sampel. Atau dapat juga penomoran sampel dimulai hanya dari top dan di akhiri di bagian bottom batubara saja, sementara untuk roof dan floornya diberi nomor yang berbeda.

Sampel yang telah dipreparasi diusahakan segera dikirimkan ke laboratorium Jika sampel yang telah dipreparasi tidak akan segera dikirimkan ke laboratorium maka diusahakan sampel-sampel tersebut disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari dan ditutup oleh karung goni yang telah dibasahi (agar kelembabannya tetap terjaga).

Page 34: Powerpoint Riswan

III.4.5. Pemerian inti bor (core) Core mempunyai arti sangat penting, oleh karena itu core harus dijaga,

diperlakukan hati-hati, diamati secara lengkap, sifat/karakteristik batuan direkam dan terwakili dalam catatan. Mengapa penting karena kesalahan pengamatan pada core akan mengakibatkan kesalahan pada langkah berikutnya:

Core merupakan dasar pembuatan log bor.

Log bor dasar untuk membuat section.

Log bor dasar untuk menyusun korelasi.

Log bor dasar untuk menghitung cadangan dan lapisan penutup.

Page 35: Powerpoint Riswan

III.4.6. Sampel channel

Pengambilan conto channel pada prinsipnya sama dengan pengambilan conto coring. Coring di ambil dari pemboran sedangkan channel diambil dari outcrop.

Cara pengambilan conto dari singkapan (outcrop):

Menentukan lokasi outcrop batubara yang dapat mewakili dari top sampai bottom kemudian membersihkan outcrop batubara dari kotoran (soil) dan batubara lapuk sepanjang conto yang akan diambil kemudian membuat sodetan secara merata dari top sampai bottom batubara, lebar kurang lebih 20cm, tebal <0,5m atau sampai batubara segar, panjang setebal vertikal outcrop batubara setelah itu conto batubara di ambil dari top sampai bottom secara merata, sebanyak kurang lebih 3kg, Conto dimasukan dalam kantong plastik per ply, kemudian sampel yang telah di ambil ditulis kode dan interval conto pada plastik conto dan kertas label kemudian plastik conto diikat dengan kuat agar conto batubara tidak terkontaminasi dengan udara.

Page 36: Powerpoint Riswan

BAB IVKESIMPULAN

Setelah melakukan tahapan eksplorasi batubara dan teknik pengeboran nya yang bertujuan untuk Mengetahui tahap pemboran di lakukan untuk mendapatkan sampel touch coring dan kemudian dilakukan pembagian sampel batubara menjadi ply by ply. Yang dimana Sampel harus dijaga atau diperlakukan semaksimal mungkin, agar kondisi sampel tetap terbungkus oleh plastik wrap atau pembungkus plastik. Bagian sampel batubara yang terbuka akibat pemotongan sampel, harus kembali ditutup oleh plastik wrap atau selotape untuk menghindari berkurangnya moisture dan kemudian sampel tersebut harus segera dibawa ke laboratorium untuk di analisis berdasarkan kandungan kalori yang di dapat di lokasi penambangan.

Page 37: Powerpoint Riswan

TERIMAKASI

H