potensi oosit kualitas c sapi bali mencapai tingkat … · penelitian ini adalah oosit kualitas c...

58
i POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI SECARA IN VITRO SKRIPSI Oleh : ANDI NURUL AIRIN ARIF I 111 13 360 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: dotuong

Post on 26-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

i

POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI

TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI SECARA IN

VITRO

SKRIPSI

Oleh :

ANDI NURUL AIRIN ARIF

I 111 13 360

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

ii

POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI

TINGKAT MATURASI DAN FERTILISASI SECARA IN

VITRO

SKRIPSI

Oleh :

ANDI NURUL AIRIN ARIF

I 111 13 360

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

iii

Page 4: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

iv

Page 5: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Potensi Oosit Kualitas C Sapi Bali Mencapai Tingkat Maturasi dan

Fertilisasi Secara In Vitro ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

Makassar. Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis ingin

menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Keluarga besar penulis, terutama kedua orang tua, Baso Arif Pajung dan

Andi Misbah Nur, nenek Hj. Indo Selo, tante Besse Nanda Ria, om Baso

Ansyur Pajung, kakak Andi Nurul Ainun, serta adik-adik Andi Ain Fiqri,

Andi Nurul Aulia dan Andi Nurul Amalia. Terima kasih atas segala

dukungan moril, materil dan doa sehingga melancarkan segala urusan penulis

dalam kebaikan.

2. Prof. Dr. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc selaku pembimbing utama.

Kemudian Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA. DES selaku pembimbing

anggota sekaligus dosen yang selalu memberikan dukungan moril dan

motivasi kepada penulis layaknya bapak sendiri. Penulis berterima kasih atas

segala bantuan, nasehat, dukungan dan bimbingan sejak awal hingga akhir

studi penulis.

Page 6: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

vi

3. Bapak Dr. Hasbi, S.Pt, M.Si yang telah mengajarkan teknik mencacah

ovarium hingga proses pengamatan inti dan membantu kami selama

penelitian ini.

4. Prof. Dr. Ir. M.S. Effendi Abustam, M.Sc selaku penasehat akademik

penulis yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan penulis.

5. Semua dosen-dosen dan pegawai di Universitas Hasanuddin, khususnya

Fakultas Peternakan. Terkhusus kepada kak Icha yang selalu melayani

kebutuhan administrasi penulis dengan sangat ramah.

6. Pihak beasiswa Bidik Misi yang telah memberikan bantuan materil sejak

semester awal hingga penulis menyelesaikan studi di Universitas Hasanuddin.

7. Bapak Ridwan dari pihak RPH Tamangapa Makassar yang telah membantu

kami mendapatkan bahan utama penelitian yaitu ovarium sapi bali.

8. Jufriadi, yang selalu mendampingi penulis dalam suka maupun duka.

Pemberi masukan terbanyak, motivasi, dukungan, doa, materil, pelajaran dan

semangat bagi penulis. Pasangan yang sekaligus menjadi panutan penulis

dalam berbagai hal diluar bidang akademik.

9. Rekan-rekan sepenelitian yaitu Nasrullah, Nawawi Arfan, Hikmayani

Iskandar, Dewi Sartika, Asri Puspita dan Hilma Utami Putri yang telah

mencurahkan segenap tenaga, waktu, materi dan perhatiannya selama

penelitian ini. Terutama kepada Nasrullah dan Nawawi yang bersedia untuk

mengambil ovarium dari RPH.

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis selama di Fakultas Peternakan, terutama Nur

Astuti, Hikmayani dan Purnama Isti Khaerani, Nur Fitriani Amin,

Asfianti, Anita Sulfiani, Fitria Ananda Eka Putri AR dan Sitti Rahmah.

Page 7: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

vii

11. Teman-teman asisten di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar angkatan 2013, yaitu Nawawi,

Khatifah, Arda Runita, Maghfirah Mansur, Hikmayani dan Edi Tompo.

Juga adik-adik asisten Lab Fister angkatan 2014.

12. Sahabat-sahabat tercinta Hasmariani (alm), Nurul Hikmah, Nurul

Amanda, Wisma Mini, Nurul Muchlisya Ikhsan, Nindi Failazury Purti,

Kiki Paramita, Syarifah Devi Isnaeni Assegaf, Dwi Rahmayani,

Christovan Bangnga Roge, Muh. Nur Iqlal Manai dan Akmal.

13. Himpunan tercinta HIMAPROTEK-UH yang menjadi wadah untuk

melakukan praktek atas ilmu dan teori yang telah diperoleh di bangku

perkuliahan.

14. Teman-teman angkatan Larfa 2013, khususnya kelas D. Juga senior

angkatan Solandeven 2011, adik angkatan Ant 2014 dan Rantai 2015.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun demi

kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi diri penulis sendiri. Amin.

Makassar, Juli 2017

Penulis

Page 8: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

viii

ABSTRAK

ANDI NURUL AIRIN ARIF (I111 13 360), Potensi Oosit Kualitas C Sapi Bali

Mencapai Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Secara In Vitro. Di bawah bimbingan Abd.

Latief Toleng sebagai pembimbing utama dan Herry Sonjaya sebagai pembimbing

anggota.

Pada proses maturasi dan fertilisasi secara in vitro, kualitas oosit yang dipilih umumnya

yang berkualitas A dan B, tetapi oosit kualitas C tidak digunakan. Oleh karena itu,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan oosit kualitas C mencapai tingkat

maturasi dan fertilisasi secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan (kualitas oosit: A, B dan C) dan 4 ulangan.

Ovarium sapi bali disayat untuk mendapatkan oosit, lalu oosit dikoleksi dan diseleksi

berdasarkan kualitasnya. Oosit tersebut lalu dimaturasi 24 jam dan difertilisasi 18 jam di

dalam inkubator 5 % CO2 dan 38,5oC. Oosit diwarnai dengan aceto orcein 2%, lalu

diamati di bawah mikroskop. Parameter yang diamati adalah tahapan maturasi oosit,

yaitu: germinal vesicle (GV), germinal vesicle break down (GVBD), metaphase-I (M-I)

dan metaphase-II (M-II), dan tingkat fertilisasi yang terdiri dari : tanpa inti (0 PN), 1 inti

(1 PN), 2 inti (2 PN) dan lebih dari 2 inti (>2 PN). Data penelitian dianalisis dengan

analisis ragam dan uji beda nyata terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa oosit

kualitas C mempunyai persentase GVBD dan M-I lebih tinggi dibanding kualitas A dan

B. Namun persentase M-II memiliki nilai yang nyata paling rendah (P<0.01) diantara 3

perlakuan. Pada tingkat fertilisasi dan >2 PN, oosit kualitas C nyata paling rendah

(P<0.05) diantara 3 perlakuan namun lebih tinggi pada tahap 0 PN. Kesimpulan

penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan

fertilisasi secara in vitro.

Kata Kunci : Kualitas oosit, sapi bali, tingkat maturasi, tingkat fertilisasi.

Page 9: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

ix

ABSTRACT

ANDI NURUL AIRIN ARIF (I111 13 360), Potential Oosit Quality C Cow Bali

Achieves Maturation Level and In Vitro Fertilization. Under the guidance of Abd. Latief

Toleng as the main supervisor and Herry Sonjaya as member supervisor.

In the process of maturation and fertilization in vitro, the quality of selected oocytes is

generally of A and B qualities, but quality oocytes C is not used. Therefore, this study

aims to determine the ability of quality C oocytes to reach the level of maturation and

fertilization in vitro. This study used Completely Randomized Design (RAL) with three

treatments (oocyte quality: A, B and C) and 4 replications. Bali cattle ovaries are sliced to

obtain oocytes, then oocytes are collected and selected based on their quality. The oocyte

was then matured 24 hours and fertilized during 18 hours in 5% CO2 and 38.5 ° C in

incubators. Oocytes were stained with 2% aceto orcein, then observed under a

microscope. The parameters observed were the oocyte maturation stage, namely:

germinal vesicle (GV), germinal vesicle break down (GVBD), metaphase-I (MI) and

metaphase-II (M-II), and fertilization rates consisting of 0 PN), 1 nucleus (1 PN), 2

nucleus (2 PN) and more than 2 nucleus (> 2 PN). The research data were analyzed with

the analyzed of variance and least significant diference. The results showed that the

quality oocyte C had percentage of GVBD and M-I was higher than the quality of A and

B. However, the percentage of M-II had the lowest significant value (P<0.01) among the

3 treatments. At the fertilization rate and > 2 PN, the lowest quality oocyte C was lowest

(P<0.05) between the 3 treatments but higher at the 0 PN stage. The conclusion of this

study is that quality C oocytes have the potential to achieve nucleus maturation and

fertilization in vitro.

Keywords: Oocyte quality, Bali cattle, maturation level, fertilization rate.

Page 10: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................. viii

ABSTRACT ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan Oosit .......................................................................... 3

Kualitas Oosit .................................................................................. 4

Maturasi Oosit ................................................................................. 6

Fertilisasi In Vitro ........................................................................... 8

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 10

Materi Penelitian ............................................................................. 10

Metode Penelitian ............................................................................ 11

Analisis Data ................................................................................... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi Secara In Vitro .. 16

Pengaruh Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Fertilisasi Secara In Vitro ... 20

Page 11: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

xi

PENUTUP

Kesimpulan ..................................................................................... 23

Saran ................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 12: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

xii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Perbendaan rata-rata persentase tingkat maturasi in vitro pada oosit

kualitas yang berbeda (X̄ ± SD) ........................................................ 17

2. Perbendaan rata-rata persentase tingkat fertilisasi in vitro pada oosit

kualitas yang berbeda (X̄ ± SD) ........................................................ 21

Page 13: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Diagram alir prosedur penelitian ....................................................... 12

2. Tahapan dalam penelitian .................................................................. 16

3. Tingkat maturasi oosit ....................................................................... 16

4. Tingkat pembentukan pronukleus ...................................................... 20

Page 14: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Komposisi Media Maturasi Oosit Secara In Vitro ............................. 28

2. Komposisi Media Fertilisasi Secara In Vitro ..................................... 28

3. Jumlah Oosit dari Beberapa Kualitas yang Berbeda ......................... 28

4. Data Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Secara In

Vitro ................................................................................................... 29

5. Data Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Secara In

Vitro (%) ............................................................................................ 30

6. Data Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Secara In

Vitro Hasil Transformasi Arcsin √𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 ................................. 31

7. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap GV .............................. 32

8. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap GVBD ........................ 33

9. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap M-I ............................. 34

10. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap M-II ............................ 35

11. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap 0 PN ........................... 36

12. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap 1 PN ........................... 37

13. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap 2 PN ........................... 38

14. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap >2 PN .......................... 39

15. Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 40

Page 15: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

1

PENDAHULUAN

Teknologi in vitro fertilization (IVF) merupakan teknologi produksi embrio

pada lingkungan buatan di luar tubuh dalam suatu sistem biakan sel (Hunter,

1995). Teknik fertilisasi in vitro dapat menggunakan oosit yang berasal dari

hewan yang masih hidup maupun dari oosit hewan yang telah dipotong, sehingga

teknik fertilisasi in vitro ini dapat menjadi alternatif produksi embrio dalam

pelaksanaan transfer embrio (TE). Manfaat lain dari teknologi IVF adalah

membuka peluang yang lebih besar untuk mengembangkan teknik manipulasi

gamet dan embrio seperti produksi kloning (Gordon, 1994).

Keberhasilan IVF memerlukan kesiapan yang memadai dari oosit dan

sperma secara biologis dan kondisi media fertilisasi yang mendukung efektifitas

metabolisme dari gamet jantan dan betina. Pentingnya peran oosit dalam IVF ini

membuat para peneliti dan pelaksana teknologi IVF hanya menggunakan oosit

dengan kualitas terbaik atau kualitas A dan B. Penerapan teknologi ini

membutuhkan oosit dalam jumlah yang banyak.

Pada rumah pemotongan hewan (RPH) Tamangapa Makassar, dilakukan

pemotongan sapi 50-100 ekor per hari dan 70% dari jumlah tersebut adalah sapi

betina (Ramadhani, 2015). Seekor sapi betina memiliki 2 ovarium, yang di

dalamnya terdapat ± 2.400 oosit (Sakuragi, 2011). Berdasarkan data tersebut

diketahui bahwa terdapat sekitar 168.000 sampai 336.000 oosit yang bisa

diperoleh dari sapi-sapi betina tersebut. Diantara sekian banyak oosit, terdapat

perbedaan dari segi ukuran, penampilan cumulus oocyte complex dan sitoplasma.

Berdasarkan perbedaan tersebut, oosit dikelompokkan menjadi tiga yaitu kualitas

A (memiliki kumulus yang seragam dan kompak dengan dikelilingi oleh lima

Page 16: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

2

lapisan atau lebih sel kumulus), kualitas B (ditandai dengan oosit seragam dan

memiliki sitoplasma yang gelap dengan komplemen dari korona radiata yang

lengkap tetapi dikelilingi tidak lebih dari lima lapis sel kumulus) dan kualitas C

(ditandai dengan oosit yang kurang seragam dan warna sitoplasma lebih

transparan, tidak merata dan terlihat tidak kompak) (Handarini et al., 2014).

Secara umum, fertilisasi secara in vitro hanya dilakukan pada oosit yang

berada pada kualitas A dan B (Widjiati et al., 2011; Daoed et al., 2013) sehingga

fertilisasi in vitro masih terbatas (Parera, 2014; Kurniawati, 2006). Selain oosit

kualitas A dan B, oosit kualitas C juga berpeluang untuk dimanfaatkan. Namun

belum diketahui sampai sejauh mana oosit kualitas C mampu mencapai tingkat

maturasi dan fertilisasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

potensi oosit kualitas C sapi Bali dalam mencapai tingkat maturasi dan fertilisasi

secara in vitro yang tinggi.

Page 17: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

3

TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan Oosit

Oosit adalah sebuah sel germinal perempuan/betina atau sel prokreasi, sel

telur (Yoko, 2016). Oosit dapat diperoleh dari betina yang masih hidup maupun

yang sudah disembelih. Pada ternak yang masih hidup digunakan teknologi

tertentu untuk memperoleh oosit sedangkan pada ternak yang telah disembelih

ovariumnya diambil kemudian dilakukan pencacahan untuk mengkoleksi oosit

(Febrianto et al., 2008). Namun sebenarnya, penyebelihan terhadap betina

produktif merupakan sebuah pelanggaran hukum.

Dasar hukum larangan pemotongan sapi betina produktif adalah Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada pasal 18 ayat 4

dijelaskan bahwa setiap orang dilarang menyembelih ternak ruminansia kecil

betina produktif atau ternak ruminansia besar betina produktif. Pada pasal 86 juga

dijelaskan bahwa setiap orang yang menyembelih ternak ruminansia besar betina

produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda

paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Sampai saat ini, berbagai upaya kebijakan telah ditempuh pemerintah

(pusat dan daerah) untuk penyelamatan sapi betina produktif, baik secara makro

(kebijakan pelarangan pemotongan dan pembatasan pengeluaran sapi betina

produktif) maupun secara mikro (kebijakan pemberian dana insentif pada

peternak). Namun pemotongan sapi betina produktif di RPH dan perdagangan

Page 18: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

4

sapi betina produktif antar pulau dan pasar hewan di wilayah sentra produksi

masih terus berlangsung dan bahkan sulit untuk dikendalikan (Sonjaya,

2012).

Pemotongan sapi betina produktif sering dilakukan salah satunya

dikarenakan jumlah pasokan daging sapi betina lebih besar dibandingkan dengan

jumlah populasi sapi jantan. Populasi sapi betina di Sulawesi Selatan mencapai

705.119 ekor dibandingkan sapi jantan yang hanya mencapai 278.917 ekor (Data

Sensus Pertanian, 2013). Selain itu sapi Bali betina memiliki persentase

perlemakan yang tinggi sehingga pengusaha lebih memilih membeli dan

memotong sapi betina dibandingkan sapi jantan. Perlemakan yang tinggi diketahui

akan memberikan keuntungan yang lebih banyak (Ramadhani, 2015).

Salah satu rumah potong hewan yang masih melakukan pemotongan sapi

Bali betina yaitu Rumah Potong Hewan Tamangapa Makassar. Di rumah potong

hewan tersebut, setiap hari dilakukan pemotongan sapi sebanyak 50-100 ekor

sesuai permintaan pengusaha dan permintaan pasar. Tingkat pemotongan sapi

betina mencapai 70.34% dari total jumlah pemotongan (Ramadhani, 2015).

Seekor sapi betina memiliki sepasang ovarium dan dari masing-masing ovarium

tersebut terdapat sekitar 2.400 oosit (Sakuragi, 2011). Jika dihitung dari data

tersebut, setiap hari terdapat sekitar 168.000 sampai 336.000 oosit dari hasil

pemotongan sapi Bali di rumah potong hewan Tamangapa Makassar. Oosit

dengan jumlah yang sangat banyak tersebut akan terbuang percuma jika tidak

dimanfaatkan.

Kualitas Oosit

Ovarium adalah organ reproduksi primer pada betina yang menghasilkan sel

telur. Sel telur atau oosit berkembang di dalam folikel. Pada penelitian yang

Page 19: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

5

dilakukan oleh Sumantri dan Anggraeni (1999), perbedaan jumlah folikel per

ovari memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah oosit dan jumlah

blastosit yang dihasilkan. Akan tetapi perbedaan jumlah folikel per ovari

memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kualitas oosit, persentase

cleavage, maupun persentase blastosit. Pada penelitian tersebut juga dijelaskan

bahwa ukuran dari folikel sangat berpengaruh terhadap kualitas oosit. Oosit yang

berasal dari folikel berdiameter ≤ 2 mm mempunyai kemampuan tumbuh lebih

rendah dari oosit yang berasal dari folikel berdiameter 2-6 mm, sebaliknya oosit

yang berasal dari folikel berdiameter >6 mm mempunyai kemampuan tumbuh

yang nyata lebih tinggi.

Kemampuan tumbuh yang berbeda-beda pada oosit menyebabkan adanya

pengelompokan oosit berdasarkan kualitasnya. Pengelompokan terdiri atas empat

yaitu oosit kualitas A, B, C dan D sesuai dengan penampilan sel kumulus dan

sitoplasma dari oosit itu sendiri (Handarini et al., 2014) karena sel kumulus

mengandung berbagai bahan aktif yang diperlukan oosit selama meiosis

(Margawati, 1999). Berdasarkan alasan tersebut, sehingga para peneliti umumnya

hanya menggunakan oosit pada kualitas A dan B (kualitas terbaik) sebagai bahan

penelitian maupun penerapan teknologi reproduksi (Gordon, 2003) seperti

fertilisai in vitro (FIV) dan transfer embrio (TE). Hasil dari penelitian Handarini et

al. (2014) menunjukkan bahwa kualitas oosit grade A nyata (P<0,05) lebih

banyak diperoleh pada ovarium fase luteal, sementara grade C nyata (P<0,05)

lebih tinggi pada fase folikuler.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Engcong (2012) terhadap oosit

domba kualitas A, B, C dan D yang disimpan pada suhu 37-38 °C dengan periode

waktu yang berbeda diperoleh bahwa oosit dengan kualitas A yang dikoleksi dari

Page 20: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

6

ovarium 2 jam dan 5-7 jam penyimpanan ovarium (P>0,05) tidak berbeda nyata,

tetapi kemudian terjadi penurunan jumlah oosit dengan kualitas A yang diperoleh

setelah penyimpanan 8-10 jam (P<0,05). Oosit dengan kualitas B yang dikoleksi

5-7 jam setelah penyimpanan lebih tinggi dari pada kelompok 2 dan 8-10 jam

(P<0,05). Tidak ditemukan adanya perbedaan nyata jumlah oosit dengan kualitas

C yang diperoleh pada penelitian tersebut. Sedangkan jumlah oosit dengan

kualitas D meningkat seiring dengan lamanya waktu penyimpanan ovarium pada

suhu 37-38 °C (P<0,05). Menurut Wongsrikeao et al. (2005), hilangnya suplai

darah menyebabkan kualitas oosit menurun karena terjadi perubahan metabolisme

sel dari aerobic menjadi anaerobic. Akumulasi dari asam laktat dan asam fosfor

yang terbentuk meningkatkan jumlah ion H+. Ion tersebut masuk ke dalam pori

membran plasma oosit sehingga kondisi oosit (sitoplasma) lebih asam

dibandingkan lingkungan sekitarnya sehingga terjadi fragmentasi DNA.

Maturasi Oosit

Dalam penerapan teknologi fertilisasi in vitro diperlukan oosit yang matang

sehingga oosit yang berhasil dikoleksi harus melalui suatu tahap pematangan in

vitro. Hasil penelitian yang dilakukan Handarini et al. (2014) menyebutkan bahwa

oosit yang dikoleksi dari ovarium pada fase luteal mampu berkembang lebih baik

dibandingkan oosit yang diperoleh pada fase folikuler. Hal tersebut disebabkan

karena pada fase luteal terdapat korpus luteum yang akan menghasilkan oosit

yang matang lebih banyak dengan adanya sekresi hormon progesteron yang dapat

menghambat sekresi FSH dan LH sehingga oosit mengalami pematangan yang

optimum.

Pada sapi, proses maturasi inti secara in vivo membutuhkan waktu selama ±

24 jam (Gordon, 1994). Proses pematangan inti berhubungan dengan aktivitas

Page 21: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

7

sintesis RNA, ditandai dengan perubahan inti dari fase diploten ke metaphase II.

Membran inti mengadakan penyatuan dengan vesicle membentuk Germinal

Vesicle (GV) dan kemudian mengalami pelepasan membran inti membentuk

Germinal Vesicle Break Down (GVBD). Setelah GVBD terjadi, kromosom

dibungkus oleh mikrotubulus dan mikrofilamen yang sangat mempengaruhi

keberhasilan pembelahan meiosis. Oosit yang telah mengalami GVBD selanjutnya

akan mencapai tahap metaphase I (MI). Pada oosit sapi, metaphase I terjadi

setelah 12-14 jam inkubasi dan diikuti oleh tahap anaphase (AI) dan telophase

(TI) yang berlangsung relatif singkat (14-18 jam) setelah masa inkubasi (Chohan

dan Hunter, 2003). Tahap selanjutnya yaitu metaphase II (MII) yang ditandai

dengan terbentuknya badan kutub I dan oosit yang telah matang siap untuk

difertilisasi (Pawshe et al., 1994).

Pada proses pematangan inti sekaligus fertilisasi secara in vitro, terdapat

beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu kondisi oosit maupun sperma itu

sendiri, medium yang digunakan, kondisi lingkungan yang serta pelaksanaan itu

sendiri. Selain faktor internal dari oosit itu sendiri, maturasi oosit secara in vitro

juga sangat dipengaruhi oleh media maturasi yang digunakan. Misalnya

penambahan cairan folikel (Harissatria, 2012; Widayati et al., 2014) yang dapat

meningkatkan tingkat kematangan oosit karena adanya hormon estradiol yang

berguna dalam proses pematangan inti dan sitoplasma oosit. Selain itu

penambahan hormon gonadothropin (Ciptadi et al., 2011) juga berpengaruh

positif terhadap tingkat kematangan oosit karena hormon tersebut akan

merangsang perkembangan folikel, sel granulosa dan sel theca sehingga sekresi

estrogen menjadi meningkat, yang akan turut merangsang maturasi oosit.

Page 22: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

8

Fertilisasi In Vitro

Fertilisasi merupakan proses kompleks yang menghasilkan penggabungan

dua gamet, penataan ulang jumlah kromosom dan dimulainya perkembangan

individu baru. Proses fertilisasi ini hanya dapat terjadi setelah didahului proses

kapasitasi spermatozoa (Gordon, 2003) dan maturasi oosit. Pada saat fertilisasi in

vitro dan perkembangan embrio, sel kumulus memberikan pengaruh positif

(Nandi et al., 1998). Sel-sel kumulus mampu meningkatkan area kontak antara

spermatozoa dan oosit (Cox et al., 1993) dan dengan memilih sub populasi

sperma yang mampu berinteraksi dengan oosit (Gasparrini, 2002).

Dalam penelitian Kusindarta (2009) diketahui bahwa oosit yang dimaturasi

20 jam telah mencapai stadium metafase kedua, sehingga dapat difertilisasi.

Selain kapasitasi spermatozoa, kematangan oosit juga berperan penting dalam

keberhasilan fertilisasi. Vanderhyden dan Armstrong (1989) menemukan bahwa

oosit dengan sel-sel kumulus mempunyai kemampuan terfertilisasi lebih tinggi

dari pada oosit yang dimaturasi tanpa sel-sel kumulus. Sel-sel kumulus penting

dalam meningkatkan maturasi sitoplasmik yang normal oosit untuk kepentingan

pembentukan pronukleus dan kemampuan melanjutkan perkembangan

(Kusindarta, 2009).

Selain itu, pada penelitian Gunawan et al. (2014) yang menggunakan

intracytoplasmic sperm injection (ICSI) menujukkan bahwa perkembangan

pronukleus dengan terbentuknya 2-PN terjadi dengan kombinasi proses aktivasi

oleh spermatozoa dan aktivasi dengan strontium telah mampu menginisiasi

fluktuasi Ca2+ pada oosit sehingga terbentuk pronukleus betina dan pronukleus

jantan. Pembentukan PN betina pada oosit dimulai dengan terjadinya proses

aktivasi oleh faktor spermatozoa yang disebut sperm oocyte activating factor

Page 23: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

9

(SAF) yang akan melepaskan oosit dari tahap MII sehingga berlanjut ke tahap

selanjutnya. Adapun prosesnya dimulai dengan inisiasi fluktuasi Ca2+ dari dalam

retikulum endoplasma sehingga aktivitas MPF menurun. Pembentukan PN jantan

kemungkinan disebabkan terdapatnya kandungan gluthation (GSH) pada

sitoplasma yang relatif tinggi sehingga mendukung pula inisiasi awal

pembentukan PN jantan. Proses setelah spermatozoa diinjeksikan ke dalam oosit

dan dilanjutkan aktivasi dengan strontium menyebabkan terjadinya proses

biokimia yang simultan dan saling berkesinambungan antara oosit dan

spermatozoa sampai masing-masing terbentuk PN.

Page 24: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang potensi oosit kualitas C sapi Bali mencapai tingkat

maturasi dan fertilisasi secara in vitro ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai

April 2017 bertempat di Laboratorium Fertilisasi dan Produksi Embrio In Vitro di

Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP), Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas ukur, timbangan

analitik, stirrer, magnet stirrer, syringe filter, gelas ukur, pinset, mikroskop,

scalpel, inkubator (suhu 37° C, 5% CO2), pipet pasteur, petri sekali pakai (Nunc,

diameter 3,5 cm), alat sterilisasi (oven dan autoklaf), water bath, mikropipet,

bunsen, gunting bedah, pipet volumetrik, objek glass, cover glass, cawan petri,

selang infus dan refrigerator.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ovarium sapi Bali yang

diperoleh dari RPH Tamangapa, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan,

kemudian oosit diseleksi berdasarkan keadaan sitoplasma dan sel-sel kumulus.

Bahan lain yang digunakan yaitu tissu, alkohol 70%, aquades, NaCl fisiologis 0.9

%, nitrogen cair -196º C, sperma beku, FBS, TCM, PMSG, HCg, gentamycin,

enzim hyaluronidase, natrium/sodium chloride (NaCl), kalium chloride (KCL),

natrium bicarbonate (NaHCo3), natrium dihydrogen phosphate monohydrate

(NaH2PO4), magnesium sulfat-heptahydrate (MgSO4 7H2O), sodium lactate 60%

syrup, hepes, calcium chloride_dihydrate (CaCl2 2H2O), sodium pyruvate, caffeine

anhygrous, bovain serum albumin (BSA), vaselin, etanol absolut, aseto orcein 2

%, asam asetat, mineral oil dan aluminium foil.

Page 25: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

11

Metode Penelitian

a. Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratorium berdasarkan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan dengan

susunan sebagai berikut :

P1 : Oosit kualitas A (memiliki kumulus yang seragam dan kompak dengan

dikelilingi oleh lima lapisan atau lebih sel kumulus)

P2 : Oosit kualitas B (ditandai dengan oosit seragam dan memiliki sitoplasma

yang gelap dengan komplemen dari korona radiata yang lengkap tetapi

dikelilingi tidak lebih dari lima lapis sel kumulus)

P3 : Oosit kualitas C (ditandai dengan oosit yang kurang seragam dan warna

sitoplasma lebih transparan, tidak merata dan terlihat tidak kompak)

Pengulangan dilakukan melalui setiap pengambilan ovarium di RPH Tamangapa,

Makassar dengan masing-masing perlakuan pada disk maturasi dan fertilisasi.

b. Prosedur Penelitian

Koleksi Oosit

Ovarium yang diperoleh dari RPH Tamangapa Makassar menggunakan

media transportasi (NaCl fisiologis 0,9% atau cairan infus) terlebih dahulu dibilas

dua kali pada NaCl 0,9%. Dish kaca yang telah dicuci dan dikeringkan disiapkan,

selanjutnya diisi dengan media untuk mencacah (PBS) secukupnya. Ovarium

diletakkan pada dish kaca tersebut, kemudian dicacah. Oosit dikoleksi pada dish

yang telah diisi media koleksi (Phosphat Buffered Saline/PBS + 10% Fetal

Bovine Serum/FBS).

Page 26: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

12

Gambar 1. Diagram Alir Prosedur Penelitian

Maturasi Oosit In Vitro

Oosit yang telah dikoleksi selanjutnya diseleksi dan dicuci pada media

maturasi sebanyak 2 kali. Oosit hasil seleksi dimasukkan pada dish yang telah

berisi drop media maturasi dan dilapisi menggunakan mineral oil ± 3 ml hingga

menutupi seluruh permukaan media maturasi. Selanjutnya dimasukkan ke

inkubator selama 24 jam.

Fertilisasi In Vitro

Untuk tahap fertilisasi, pertama straw berisi sperma beku di thawing pada

suhu 37o C selama 20 detik, selanjutnya dimasukkan ke dalam media fertilisasi

Page 27: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

13

spermatozoa yang telah disiapkan kemudian disentrifuge selama 5 menit pada

kecepatan 1800 rpm. Setelah disentrifuge, supernatant dibuang. Selanjutnya

endapan semen ditambahkan lagi dengan media pencuci yang kedua kemudian

disentrifuge kembali dengan waktu dan kecepatan yang sama. Setelah

disentrifuge, supernatant dibuang dan selanjutnya semen diencerkan dengan

media fertilisasi dan dibuat dalam bentuk drop pada dish fertilisasi. Lapisi

menggunakan mineral oil ± 3 ml hingga menutupi seluruh permukaan media

fertilisasi tersebut. Oosit yang telah dimaturasi dikeluarkan dari inkubator,

selanjutnya diambil dan diletakkan pada media fertilisasi untuk dicuci sebanyak 2

kali. Oosit yang telah dicuci menggunakan media fertilisasi selanjutnya di

masukkan ke dalam dish yang telah berisi drop media fertilisasi dengan sperma.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam inkubator selama 16-18 jam.

Pembuatan Preparat dan Fiksasi

Setelah masa inkubasi, dish fertilisasi dikeluarkan dari inkubator. Oosit

yang telah difertilisasi kemudian diambil dan dicuci tiga kali (diusahakan semua

sperma dan sel-sel kumulus tidak ada yang ikut). Oosit yang telah difertilisasi dan

dicuci kembali 2 – 3 kali kemudian dipindahkan untuk menjadi preparat.

Rekatkan objek glass dan cover glass menggunakan vaselin. Fiksasi menggunakan

etanol (3) : asam asetat (1) selama 3 hari. Kemudian preparat rendam

menggunakan etanol absolut selama 1 jam.

Pewarnaan Sel dan Evaluasi Tingkat Fertilisasi In Vitro

Sebelum diwarnai, preparat dikeringkan menggunakan tissu. Lalu warnai

menggunakan aseto orcein 2% kemudian bilas kembali dengan asam asetat 25%.

Oosit diperiksa di bawah mikroskop inverted untuk diamati tingkat maturasi dan

fertilisasinya.

Page 28: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

14

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu tingkat maturasi oosit

dan tingkat fertilisasi.

1. Tingkat maturasi oosit, meliputi (Sonjaya et al., 2016) :

a. Fase germinal vesicle (GV) ditandai dengan adanya membran inti dan

nukleolus terlihat jelas ditepi;

b. Fase germinal vesicle breaking down (GVBD) ditandai dengan robeknya

membran inti sehingga nukleolus tidak terlihat jelas;

c. Fase metaphase-I (M-I) ditandai dengan adanya kromosom homolog yang

berpasangan dan berderet di bidang equator;

d. Fase metaphase-II (M-II) ditandai adanya badan kutub I dan susunan

kromosom yang sama dengan tahap M-I, fase anaphase dan telofase.

Tingkat maturasi oosit dapat dihitung berdasarkan rumus dibawah ini :

Tingkat maturasi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑎p tingkat maturasi

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 X 100%

2. Tingkat fertilisasi, meliputi (Sonjaya et al., 2016) :

a. Oosit terfragmentasi atau oosit yang tidak mencapai perkembangan

metafase II (0 PN);

b. Oosit yang mempunyai 1 pronukleus (1 PN) yang hanya terdiri atas

pronukleus betina;

c. Oosit yang mempunyai 2 pronukleus (2 PN) yang terdiri atas pronukleus

jantan serta betina;

d. Oosit terfertilisasi yang memiliki dua atau lebih pronukleus (>2 PN).

Tingkat fertilisasi in vitro dapat dihitung berdasarkan rumus dibawah ini :

Tingkat fertilisasi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑎p tingkat fertilisasi

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑓𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 X 100%

Page 29: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

15

Analisis Data

Data persentase tingkat maturasi dan fertilisasi in vitro terlebih dahulu

ditransformasi arcsinus √persentase untuk mendapatkan distribusi data yang

menyebar secara normal (Steel and Torrie, 1991). Selanjutnya data transformasi

tersebut dianalisis dengan analisis ragam. Uji statistik yang digunakan adalah

Analisis Varians (Anova), bila terdapat perbedaan yang nyata di antara

perlakuan, maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Steel

dan Torrie, 1991).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ + ᴛi + ɛij

i = 1,2,3

j = 1,2,3,4

Keterangan :

Yij= Hasil pengamatan dari tingkat maturasi dan fertilisasi dengan kualitas oosit

ke-i dengan ulangan ke-j

μ = Rata-rata pengamatan

ᴛi = Kualitas oosit ke-i

ɛij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Page 30: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi Secara In Vitro

Hasil pengamatan pada oosit sapi Bali mulai dari oosit yang belum

dimaturasi hingga oosit setelah pewarnaan dengan berbagai tingkat pematangan

inti dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Tahapan dalam penelitian

Keterangan : A : Oosit sebelum maturasi, B : Oosit setelah

maturasi, C : Oosit setelah denudasi, D : Oosit setelah

pewarnaan

Gambar 3. Tingkat maturasi oosit

Keterangan : A : Oosit tahap germinal vesicle, B : Oosit tahap

germinal vesicle break down, C : Oosit tahap metaphase-I, D :

Oosit matang tahap metaphase-II

A B C

D

A B

C

D

GV GVBD

M-II M-I

Page 31: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

17

Data hasil pengamatan tingkat maturasi dari tiga kualitas oosit sapi bali

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbendaan rata-rata persentase tingkat maturasi in vitro pada oosit

kualitas yang berbeda

Perlakuan Ʃ oosit Tingkat Pematangan Inti (%)

GV GVBD M-I M-II

A 40 0 0a 5.3a ±6.1 94.7a ±6.1

B 40 0 0a 17.3b ±4.2 82.7b ±4.2

C 40 2.5 ±5 12.3b ±4 25.2b ±10.4 60c ±7.1

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang

sangat nyata (P<0.01). GV: germinal vesicle, GVBD: germinal vesicle

break down, M–I: metaphase I, M–II: metaphase II.

Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perlakuan kualitas

oosit sangat berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap maturasi oosit pada tahap

germinal vesicle break down (GVBD), metaphase I (MI-) dan metaphase II (M-

II). Namun, perlakuan kualitas oosit tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap

maturasi oosit pada tahap germinal vesicle (GV). Tingkat pematangan inti pada

tahap GVBD lebih tinggi pada oosit kualitas C dibandingkan oosit kualitas A dan

B. Demikian juga tahap metaphase-I lebih tinggi pada oosit kualitas C dan B

dibandingkan oosit kualitas A. Tingkat pematangan metaphase-II sangat nyata

lebih tinggi pada oosit kualitas A dibandingkan oosit kualitas B dan C.

Pada tingkat pematangan inti tahap M-II, oosit kualitas A memiliki

persentase yang paling tinggi, diikuti oleh oosit kualitas B dan kualitas C. Data

tersebut menunjukkan bahwa oosit kualitas A mampu mencapai pematangan inti

lebih cepat dibandingkan oosit kualitas B dan C. Pada kualitas B, dimulai dari

metaphase-I dan metaphase-II. Selain itu, pada oosit kualitas C masih terdapat

oosit yang berada pada tahap GV dan GVBD yang menandakan bahwa proses

pematangan inti pada oosit kualitas C sangat lambat. Hal ini membuktikan bahwa

Page 32: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

18

semakin baik kualitas oosit yang dimaturasi maka semakin tinggi pula

kemampuan oosit untuk maturasi/matang.

Kualitas oosit tersebut terutama dipengaruhi oleh keberadaan sel-sel

kumulus yang mengelilinginya. Sel-sel kumulus yang kompak dan lebih dari 5

lapis yang mengelilingi oosit akan membantu sintesis protein untuk pembentukan

zona pelusida dan sebagai penyedia nutrisi bagi oosit melalui zat metabolit yang

dihasilkan. Sehingga semakin berkurang lapisan sel kumulus yang mengelilingi

oosit yang dimaturasi, maka semakin rendah pula tingkat maturasi oosit tersebut.

Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi (2002) yang menyatakan bahwa sel-sel

kumulus berperan penting dalam proses pematangan oosit secara in vitro, yang

selanjutnya juga akan mempengaruhi kualitas embrio yang dihasilkan. Saat

pematangan, sel-sel kumulus berperan dalam menyediakan nutrisi bagi oosit serta

membantu sintesis protein untuk pembentukan zona pelusida (Mayes, 2002).

Apabila sel-sel kumulus dilepaskan sebelum pematangan, maka akan terjadi

keterlambatan dalam proses pematangan oosit atau bahkan tidak terjadi

pematangan.

Oosit kualitas A memiliki tingkat maturasi yang tinggi karena sel kumulus

yang mengelilinginya banyak dan kompak, diikuti oleh tingkat maturasi oosit

kualitas B yang lebih rendah. Untuk oosit kualitas C, tingkat maturasinya paling

rendah namun masih di atas 50%. Kemampuan oosit kualitas C untuk mencapai

tahap metaphase-II dikarenakan masih adanya sel kumulus yang mengelilingi

oosit tersebut yang berperan sebagai penyedia zat nutrisi dan membantu

pembentukan zona pelusida.

Menurut Mayes (2002) ekspansi kumulus berkorelasi dengan germinal

vesicle break down (GVBD). Berdasarkan hal tersebut, terjadinya ekspansi sel-sel

Page 33: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

19

kumulus dapat digunakan untuk memperkirakan terjadinya pematangan oosit

secara in vitro (Setiadi, 2002). Bilodeau dan Panich (2002) menyatakan bahwa

tingkat pematangan oosit secara in vitro juga dipengaruhi oleh kualitas oosit yang

digunakan. Persentase tingkat pembelahan sel yang berasal dari oosit yang

memiliki lebih dari lima lapis sel kumulus mencapai angka yang lebih tinggi dan

berbeda nyata daripada tingkat pembelahan sel yang berasal dari oosit dengan

lapisan sel kumulus kurang dari lima lapis, walaupun sitoplasmanya homogen.

Keberadaan sel kumulus dapat mendukung pematangan oosit melalui zat

metabolit yang dihasilkan dan disekresikan melalui mekanisme gap junction ke

sel oosit.

Ekspansi sel-sel kumulus dapat dijadikan indikator terjadinya pematangan

oosit (Setiadi, 2002). Menurut Vanderhyden dan Armstrong (1989) terdapat

hubungan antara perkembangan oosit untuk melalui GVBD, kemampuan oosit

untuk mensekresikan faktor penyebab ekspansi sel-sel kumulus dan terjadinya

ekspansi sel-sel kumulus. Akibat terjadinya ekspansi sel-sel kumulus tidak lagi

sebagai penghambat dalam proses pematangan oosit atau oocyte maturation

inhibitor (OMI). Sel-sel kumulus disebut sebagai OMI, karena mensekresikan

cyclic adenosine monophosphate (CAMP) yang merupakan faktor penghambat

pematangan oosit (Sirard dan Blondin, 1996). Setiadi (2001) menambahkan

bahwa ekspansi sel-sel kumulus sering digunakan sebagai indikator pematangan

karena adanya indikasi yang kuat antara dinamika ekspansi sel-sel kumulus pada

oosit dari hewan tertentu dengan morfologi yang normal, kemampuan untuk

difertilisasi dan kemampuan perkembangan oosit setelah difertilisasi.

Page 34: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

20

Pengaruh Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Fertilisasi Secara In Vitro

Oosit yang telah melalui proses maturasi selama 24 jam kemudian

difertilisasi selama 18 jam di dalam inkubator dengan CO2 dan suhu yang sama

saat dimaturasi. Sebelum proses fertilisasi, sperma beku terlebih dahulu di

thawing dan diencerkan pada media fertilisasi. Adapun hasil pengamatan tingkat

pembentukan pronukleus pada oosit sapi bali yang dimaturasi dan di fertilisasi

secara in vitro setelah pewarnaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tingkat pembentukan pronukleus

Keterangan : A : Tahap 1 pronukleus, B : Fertilisasi tahap

2 pronukleus, C : Fertilisasi tahap >2 pronukleus

B A

C

1 PN 2 PN

>2 PN

Page 35: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

21

Data hasil pengamatan tingkat fertilisasi in vitro dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbendaan rata-rata persentase tingkat fertilisasi in vitro pada oosit

kualitas yang berbeda

Perlakuan Ʃ

oosit

Pembentukan Pronukleus (%)

0 PN 1 PN 2 PN >2 PN Tingkat

Fertilisasi

A 40 10a ±8.2 19.9 ±7.3 37.7 ±9.7 32.4a ±3.1 70.1a ±7.1

B 40 22.6b ±5.2 22.1 ±10.8 30.7 ±13.5 24.6a ±9.1 55.3b ±10.7

C 40 42.5c ±8.7 15 ±10 34.7 ±7.4 7.8b ±5.2 42.5c ±2.9

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata (P<0.05). 0 PN: 0 pronukleus, 1 PN: 1 pronukleus, 2 PN: 2

pronukleus, >2 PN: lebih dari 2 pronukleus, tingkat fertilisasi: gabungan 2

PN dan >2 PN.

Hasil analisis ragam (Lampiran 8) menunjukkan bahwa perlakuan kualitas

oosit berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap fertilisasi in vitro pada tahap 0

pronukleus (0 PN) dan lebih dari 2 pronukleus (>2 PN). Namun, perlakuan

kualitas oosit tidak berpengaruh nyata (P>0.05) pada tahap 1 pronukleus (1 PN)

dan 2 pronukleus (2 PN). Tingkat pembentukan pronukleus pada tahap 0 PN lebih

tinggi pada oosit kualitas C dibandingkan oosit kualitas A dan B. Untuk tahap 1

PN, oosit kualitas B lebih tinggi dibandingkan oosit kualitas A dan C. Pada tahap

2 PN, >2 PN dan tingkat fertilisasi, oosit kualitas A lebih tinggi dibandingkan

oosit kualitas B dan C.

Pada tingkat fertilisasi yang merupakan gabungan dari tahap 2 PN dan >2

PN, oosit kualitas A memiliki persentase paling tinggi, diikuti oosit kualitas B dan

oosit kualitas C. Kemampuan oosit kualitas A mencapai nilai persentase fertilisasi

yang tinggi disebabkan oleh beberapa hal. Diantaranya yaitu karena kualitas oosit

yang lebih baik dibandingkan kualitas B dan C sehingga kemampuan

pembentukan pronukleus betina juga lebih tinggi. Selain itu, karena jumlah oosit

yang matang setelah melalui maturasi tinggi sehingga oosit tersebut dapat dibuahi

oleh sperma. Pada tahap 2 PN, oosit kualitas C menunjukkan persentase yang

Page 36: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

22

relatif lebih tinggi dibandingkan oosit kualitas B, namun perbedaan tersebut tidak

signifikan secara statistik.

Berbeda pada tahap 0 PN dan 1 PN dimana oosit kualitas A justru memiliki

persentase yang lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan oosit kualitas A telah

terfertilisasi. Pada tahap 0 PN, oosit kualitas C justru memiliki persentase yang

sangat tinggi yang artinya hanya sedikit oosit yang mampu melalui pembentukan

pronukleus. Persentase oosit matang pada proses maturasi yang rendah juga

menjadi salah satu faktor kemampuan oosit kualitas C untuk difertilisasi juga

rendah, sebab hanya oosit yang telah matang yang mampu dibuahi oleh sperma.

Meskipun persentase pada tingkat fertilisasi oosit kualitas C lebih rendah

dibandingkan oosit kualitas A dan B, namun masih terdapat beberapa oosit yang

mampu untuk fertil hingga 42,5%. Kembali lagi hal ini sangat dipengaruhi oleh

keberadaan lapisan sel-sel kumulus yang mengelilingi oosit. Hal ini sesuai dengan

pendapat Vanderhyden dan Armstrong (1989) yang menyatakan bahwa oosit

dengan sel-sel kumulus mempunyai kemampuan terfertilisasi lebih tinggi dari

pada oosit yang dimaturasi tanpa sel-sel kumulus.

Diketahui bahwa sel-sel kumulus penting dalam meningkatkan maturasi

sitoplasmik yang normal oosit untuk kepentingan pembentukan pronukleus dan

kemampuan melanjutkan perkembangan (Kusindarta, 2009). Nandi, et al. (1998)

menambahkan bahwa pada saat fertilisasi in vitro dan perkembangan embrio, sel

kumulus memberikan pengaruh positif. Sel-sel kumulus mampu meningkatkan

area kontak antara spermatozoa dan oosit (Cox et al., 1993) dan dengan memilih

sub populasi sperma yang mampu berinteraksi dengan oosit (Gasparrini, 2002).

Page 37: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

23

PENUTUP

Kesimpulan

Oosit kualitas C pada sapi Bali berpotensi untuk mencapai pematangan inti

dan fertilisasi secara in vitro.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan media maturasi dengan

komposisi berbeda yang dapat meningkatkan kemampuan oosit kualitas C sapi

Bali untuk mencapai pematangan inti oosit dan potensi untuk mencapai fertilisasi

secara in vitro lebih tinggi.

Page 38: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

24

DAFTAR PUSTAKA

Bilodeau-Goeseels, S., and P. Panich. 2002. Effects of oocyte quality on

development and transcriptional activity in early bovine embryos. Anim.

Reprod. Sci. 71:143-155.

Chohan, K. R., dan Hunter A. G. 2003. Meiotic competence of bovine fetal

oocytes following in vitro maturation. Anim. Reprod. Sci. 76:43-51.

Ciptadi G., T. Susilawati, B. Siswanto dan Helly N. Karima. 2011. Efektifitas

penambahan hormon gonadothropin pada medium maturasi msof terhadap

tingkat maturasi oosit. Jurnal Ternak Tropika Vol. 12 No.1:108-115.

Cox JF, Hormazabal J, Santa Maria A. 1993. Effect of cumulus on in vitro

fertilization of bovine matured oocytes. Theriogenology. 40:1259-1267.

Daoed D. M., N. Ngadiyono dan D. T. Widayati. 2013. Pengaruh suplementasi

fetal calf serum terhadap kemampuan maturasi in vitro oosit sapi. Buletin

Peternakan Vol. 37:136-142.

Data Sensus Pertanian, 2013. Populasi Sapi Potong Berdasarkan Jenis Kelamin.

Engcong, D.M. 2012. Karakteristik oosit domba dari ovarium yang disimpan

pada suhu dan periode waktu yang berbeda. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Febrianto Y. H., T. W. Pangestiningsih, A. Hanna, P. Astusi, C. M. Airin,

Asyhari, A. Anindito, N. Rachmawati, K. Kurniawan dan P. Y. Wibowo.

2008. Kuantitas dan kualitas sel telur anjing local dari berbagai stadium

estrus. Jurnal Sains Veteriner Vol. 26 No 1.

Gasparrini B. 2002. In vitro embryo production in buffalo species: State of the art.

Theriogenology. 57:237-256.

Gordon, I. 1994. Autocrine, paracrine and environmental factors influencing

embryonic development from zygote to blastocyst. Theriogenology. 41:95-

100.

Gordon, I. 2003. Laboratory production of cattle embryos. Dublin: CAB

International. pp 30-142; 277-290.

Gunawan, M., M. Fahrudin dan A. Boediono. 2014. Perkembangan embrio sapi

setelah fertilisasi menggunakan metode intracytoplasmic sperm injection

(ICSI) dan aktivasi dengan strontium. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 8 No.

2:1978-225.

Page 39: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

25

Handarini, R., D. Sudrajat dan D. Hardiansyah. 2014. Kualitas oosit dari ovarium

sapi peranakan ongole (PO) pada fase folikuler dan luteal. Jurnal Pertanian.

5:89-94.

Harissatria. 2012. Persentase kematangan oosit kerbau dengan penambahan sel

folikel kerbau dan sapi secara in vitro. Jurnal Ilmiah Tambua Vol. 11 No.

3:342-348.

Hirao, R. H. F. 1994. In vitro growth and maturation of pig oocytes. J. Reprod.

Fertil. 100: 333-339.

Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina

Domestik (peterjemah Harya putra). Penerbit ITB. Bandung.

Kurniawati, D. 2006. Perbandingan tingkat keberhasilan perkembangan embrio

hasil fertilisasi in vitro pada oosit mencit. Skripsi. Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Kusindarta, D. L. 2009. Pengaruh lama maturasi dan lama inkubasi fertilisasi

terhadap angka fertilitas oosit sapi peranakan ongole secara in vitro. Jurnal

Kedokteran Hewan Vol. 3 No. 1.

Margawati, E.T. 1999. The effective of growth factor on in vitro embryo

development. Media Veteiner. 6:27-34.

Mayes. 2002. Ovary. http://www.theses.ulayal.ca/2002/20201.html.

Nandi S. Chauhan MS, Palta P. 1998. Effect of cumulus cells and sperm

concentration on cleavage rate and subsequent embryonic development of

buffalo (Bubalus Bubalis) oocytes matured and fertilized in vitro.

Theriogenology. 50:1251-1262.

Otoi, T., K. Yamamoto, N. Koyama, Tachikawa S, and Suzuki T. 1997.Bovine

oocyte diameter in relation to developmental competence. Theriogenology.

48:769-774.

Parera H., B. Hadisusanto. 2014. Tingkat fertilisasi oosit sapi silangan simmental

peranakan ongole secara in vitro. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 1 No. 6:28-31.

Pawshe, C. H., K. B. C. Appa Rao, S. K. Jain, and S. M. Totey. 1994.

Biochemical studies on goat oocytes timing of nuclear progresian, effect of

protein inhibitor and pattern of polypeptide synthesis during in vitro

maturation. Theriogenology. 42:307-320.

Rahman, A., Abdullah R. B., and Wan Khadijah W. E., 2008. In vitro maturation

of oocytes with special reference to goat: A review. Biotechnology 7:599-

611.

Page 40: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

26

Ramadhani, S. N. 2015. Tingkat pemotongan dan berat daging sapi Bali

berdasarkan jenis kelamin dan umur ternak di rph kota makassar. Skripsi.

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sakuragi. 2011. Siklus Estrus Pada Sapi. http://vcsakuragi.co.id/2011/12/siklus-

estrus-pada-sapi.html.

Setiadi, M.A., 2001. Tinjauan mekanisme pemekaran sel-sel kumulus oosit pada

kondisi in vivo dan in vitro: suatu review. Media veteriner. 8:66-69.

Setiadi, M.A., 2002. Effect of co-cultur with follicle shell on cumulus expansion

and nuclear maturation porcine oocytes in vitro. Reprotech. I:87-91.

Sirard, M.A., and P. Blondin. 1996. Oocytes maturation and IVF cattle. Anim.

Reprod. Sci. 42:417-426.

Sonjaya, H. 2012. Fisiologi Ternak. IPB Press. Bogor.

Sonjaya, H., M. Amin., Hasbi dan L. Rahim. 2016. Pengaruh waktu maturasi oosit

terhadap keberhasilan produksi embrio sapi bali secara in vitro. Seminar

Nasional Bioteknologi IV. Universitas Gadjah Mada.

Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu

Pendekatan Biometric. Edisi Kedua. Alih bahasa: B. Sumantri. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Sumantri C dan A. Anggraeni. 1999. Hubungan jumlah folikel per ovari dengan

kualitas oosit dan lama hari terbentuknya blastosit fertilisasi in vitro pada

sapi Fries Holland. JITV Vol. 4 No. 4.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Vanderhyden, B.C. and D.T. Amstrong. 1989. Role of the cumulus cells and

serum on the in vitro maturation, fertilization, and subsequent development

of rat oocytes. Biol. Reprod. 40:720-728.

Widayati D.T., D.H. Fatmawati, N. Ariesta dan Kustono. 2014. Penggunaan

cairan folikel dalam media maturasi in vitro oosit kambing bligon. Jurnal

Kedokteran Hewan Vol. 8 No. 1:1978-225.

Widjiati, D. Wulansari, Wurlina dan N. M. R. Widjaja. 2011. Identifikasi growth

differentiation factor-9 (gdf-9) dari maturasi in vitro oosit sapi dengan

teknik imunositokimia. Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 5 No. 2:1978-225.

Wongsrikeao P et al. 2005. Effect of Ovary Storage Time and Temperature on

DNA Fragmentation and Development Of Porcine Oocytes. Jurnal

Reproduksi Development 51:1.

Yoko. 2016. Arti Oosit. http://menurutparaahli.com/tag/oosit-adalah/.

Page 41: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

27

Page 42: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

28

Lampiran 1. Komposisi Media Maturasi Oosit Secara In Vitro

No Nama Bahan Volume

1 TCM-199 1800 µl

2 Serum FBS (fetal bovine serum) 200 µl

3 PMSG (pregnant mare serum gonadotropin) 20 µl

4 hCG (human chorionic gonadotropin) 20 µl

5 Gentamycin 4 µl

Lampiran 2. Komposisi Media Fertilisasi Secara In Vitro

No Nama Bahan Volume

1 Ultra pure water 50 ml

2 NaCl (natrium/sodium chloride) 0,2629 gram

3 KCL (kalium chloride) 0,0447 gram

4 NaHCo3 (natrium bicarbonate) 0,1050 gram

5 NaH2PO4 (natrium dihydrogen phosphate monohydrate) 0,0030 gram

6 MgSO4 7H2O (magnesium sulfat-heptahydrate) 0,0061 gram

7 Sodium lactate 60% syrup 0,095 ml

8 Hepes 0,1191 gram

9 CaCl2 2H2O (calcium chloride_dihydrate) 0,0588 gram

10 Sodium pyruvate 0,0110 gram

11 Caffeine anhydrous 0,0194 gram

12 BSA (fatty acid free) fraksi V 0,2500 gram

13 Gentamycin 10 µl

Lampiran 3. Jumlah Oosit dari Beberapa Kualitas yang Berbeda

Ulangan Perlakuan (Kualitas Oosit)

Jumlah A B C

1 10 10 10 30

2 9 9 9 27

3 11 11 11 33

4 10 10 10 30

Total 40 40 40 120

Page 43: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

29

Lampiran 4. Perbedaan Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Secara In Vitro

Perlakuan Ulangan Tingkat Pematangan Inti Pembentukan Pronukleus

GV GVBD M I M II 0 PN 1 PN 2 PN >2 PN Tingkat Fertilisasi

A

1 0 0 1 9 2 1 4 3 7

2 0 0 1 8 1 2 3 3 6

3 0 0 0 11 1 3 3 4 7

4 0 0 0 10 0 2 5 3 8

Total 0 0 2 38 4 8 15 13 28

Rata-rata 0 0 0.5 9.5 1 2 3.75 3.25 7

B

1 0 0 2 8 3 2 2 3 5

2 0 0 1 8 2 2 4 1 5

3 0 0 2 9 2 4 2 3 5

4 0 0 2 8 2 1 4 3 7

Total 0 0 7 33 9 9 12 10 22

Rata-rata 0 0 1.75 8.25 2.25 2.25 3 2.5 5.5

C

1 1 1 1 7 3 3 3 1 4

2 0 1 3 5 4 1 3 1 4

3 0 2 3 6 5 1 5 0 5

4 0 1 3 6 5 1 3 1 4

Total 1 5 10 24 17 6 14 3 17

Rata-rata 0.25 1.25 2.5 6 4.25 1.5 3.5 0.75 4.25

Page 44: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

30

Lampiran 5. Perbedaan Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Secara In Vitro (%)

Perlakuan Ulangan Tingkat Pematangan Inti Pembentukan Pronukleus

GV GVBD M I M II 0 PN 1 PN 2 PN >2 PN Tingkat Fertilisasi

A

1 0 0 10 90 20 10 40 30 70

2 0 0 11.1 88.9 11.1 22.3 33.3 33.3 66.7

3 0 0 0 100 9 27.3 27.3 36.4 63.6

4 0 0 0 100 0 20 50 30 80

Total 0 0 21.1 378.9 40.1 79.6 150.6 129.7 280.3

Rata-rata 0 0 5.3 94.7 10 19.9 37.7 32.4 70.1

Standar Deviasi 0 0 6.1 6.1 8.2 7.3 9.7 3.1 7.1

B

1 0 0 20 80 30 20 20 30 50

2 0 0 11.1 88.9 22.2 22.2 44.5 11.1 55.6

3 0 0 18.2 81.8 18.2 36.3 18.2 27.3 45.4

4 0 0 20 80 20 10 40 30 70

Total 0 0 69.3 330.7 90.4 88.5 122.7 98.4 221

Rata-rata 0 0 17.3 82.7 22.6 22.1 30.7 24.6 55.3

Standar Deviasi 0 0 4.2 4.2 5.2 10.8 13.5 9.9 10.7

C

1 10 10 10 70 30 30 30 10 40

2 0 11.1 33.3 55.6 44.5 11.1 33.3 11.1 44.4

3 0 18.2 27.3 54.5 45.5 9 45.5 0 45.4

4 0 10 30 60 50 10 30 10 40

Total 10 49.3 100.6 240.1 170 60.1 138.8 31.1 169.8

Rata-rata 2.5 12.3 25.2 60 42.5 15 34.7 7.8 42.5

Standar Deviasi 5 4 10.4 7.1 8.7 10 7.4 5.2 2.9

Page 45: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

31

Lampiran 6. Perbedaan Kualitas Oosit Terhadap Tingkat Maturasi dan Fertilisasi Secara In Vitro Hasil Transformasi Arcsin √𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒆

Perlakuan Ulangan Tingkat Pematangan Inti Pembentukan Pronukleus

GV GVBD M I M II 0 PN 1 PN 2 PN >2 PN Tingkat Fertilisasi

A

1 0 0 18.44 71.56 26.56 18.44 39.23 33.21 56.79

2 0 0 19.46 70.54 19.46 28.18 35.24 35.24 54.76

3 0 0 0 90 17.46 31.5 31.5 37.11 52.89

4 0 0 0 90 0 26.56 45 33.21 63.44

Total 0 0 37.9 322.1 63.48 104.68 150.97 138.77 227.88

Rata-rata 0 0 9.48 80.53 15.87 26.17 37.74 34.69 56.97

B

1 0 0 26.56 63.44 33.21 26.56 26.56 33.21 45

2 0 0 19.46 70.54 28.11 28.11 41.84 19.46 48.22

3 0 0 25.25 64.75 25.25 37.05 25.25 31.5 42.36

4 0 0 26.56 63.44 26.56 18.44 39.23 33.21 56.79

Total 0 0 97.83 262.17 113.13 110.16 132.88 117.38 192.37

Rata-rata 0 0 24.46 65.54 28.28 27.54 33.22 29.35 48.09

C

1 18.44 18.44 18.44 56.79 33.21 33.21 33.21 18.44 39.23

2 0 19.46 35.24 48.22 41.84 19.46 35.24 19.46 41.78

3 0 25.25 31.5 47.58 42.42 17.46 42.42 0 42.36

4 0 18.44 33.21 50.77 45 18.44 33.21 18.44 39.23

Total 18.44 81.59 118.39 203.36 162.47 88.57 144.08 56.34 162.6

Rata-rata 4.61 20.4 29.6 50.84 40.61 22.14 36.02 14.09 40.65

Page 46: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

32

Lampiran 7. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap GV

Descriptive Statistics

Dependent Variable: GV

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 .0000 .00000 4

2.00 .0000 .00000 4

3.00 4.6100 9.22000 4

Total 1.5367 5.32317 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: GV

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 56.672a 2 28.336 1.000 .405

Intercept 28.336 1 28.336 1.000 .343

Treatmen 56.672 2 28.336 1.000 .405

Error 255.025 9 28.336

Total 340.034 12

Corrected Total 311.697 11

a. R Squared = .182 (Adjusted R Squared = .000)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: GV

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 .0000 3.76405 1.000 -8.5149 8.5149

3.00 -4.6100 3.76405 .252 -13.1249 3.9049

2.00 1.00 .0000 3.76405 1.000 -8.5149 8.5149

3.00 -4.6100 3.76405 .252 -13.1249 3.9049

3.00 1.00 4.6100 3.76405 .252 -3.9049 13.1249

2.00 4.6100 3.76405 .252 -3.9049 13.1249

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 28.336.

Page 47: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

33

Lampiran 8. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap GVBD

Descriptive Statistics

Dependent Variable: GVBD

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 .0000 .00000 4

2.00 .0000 .00000 4

3.00 20.3975 3.27054 4

Total 6.7992 10.18723 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: GVBD

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1109.488a 2 554.744 155.588 .000

Intercept 554.744 1 554.744 155.588 .000

Treatmen 1109.488 2 554.744 155.588 .000

Error 32.089 9 3.565

Total 1696.321 12

Corrected Total 1141.577 11

a. R Squared = .972 (Adjusted R Squared = .966)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: GVBD

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 .0000 1.33519 1.000 -3.0204 3.0204

3.00 -20.3975* 1.33519 .000 -23.4179 -17.3771

2.00 1.00 .0000 1.33519 1.000 -3.0204 3.0204

3.00 -20.3975* 1.33519 .000 -23.4179 -17.3771

3.00 1.00 20.3975* 1.33519 .000 17.3771 23.4179

2.00 20.3975* 1.33519 .000 17.3771 23.4179

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 3.565.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 48: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

34

Lampiran 9. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap M-I

Descriptive Statistics

Dependent Variable: MI

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 9.4750 10.94871 4

2.00 24.4575 3.38842 4

3.00 29.5975 7.59380 4

Total 21.1767 11.44742 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: MI

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 874.413a 2 437.207 6.939 .015

Intercept 5381.415 1 5381.415 85.410 .000

Treatmen 874.413 2 437.207 6.939 .015

Error 567.064 9 63.007

Total 6822.892 12

Corrected Total 1441.477 11

a. R Squared = .607 (Adjusted R Squared = .519)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: MI

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 -14.9825* 5.61280 .026 -27.6795 -2.2855

3.00 -20.1225* 5.61280 .006 -32.8195 -7.4255

2.00 1.00 14.9825* 5.61280 .026 2.2855 27.6795

3.00 -5.1400 5.61280 .384 -17.8370 7.5570

3.00 1.00 20.1225* 5.61280 .006 7.4255 32.8195

2.00 5.1400 5.61280 .384 -7.5570 17.8370

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 63.007.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 49: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

35

Lampiran 10. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap M-II

Descriptive Statistics

Dependent Variable: MII

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 80.5250 10.94871 4

2.00 65.5425 3.38842 4

3.00 50.8400 4.19918 4

Total 65.6358 14.17237 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: MII

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1762.451a 2 881.225 17.744 .001

Intercept 51696.751 1 51696.751 1040.953 .000

treatmen 1762.451 2 881.225 17.744 .001

Error 446.966 9 49.663

Total 53906.168 12

Corrected Total 2209.417 11

a. R Squared = .798 (Adjusted R Squared = .753)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: MII

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 14.9825* 4.98312 .015 3.7099 26.2551

3.00 29.6850* 4.98312 .000 18.4124 40.9576

2.00 1.00 -14.9825* 4.98312 .015 -26.2551 -3.7099

3.00 14.7025* 4.98312 .016 3.4299 25.9751

3.00 1.00 -29.6850* 4.98312 .000 -40.9576 -18.4124

2.00 -14.7025* 4.98312 .016 -25.9751 -3.4299

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 49.663.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 50: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

36

Lampiran 11. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap 0 PN

Descriptive Statistics

Dependent Variable: PN0

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 15.8700 11.27755 4

2.00 28.2825 3.48679 4

3.00 40.6175 5.12578 4

Total 28.2567 12.51081 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: PN0

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1224.882a 2 612.441 11.094 .004

Intercept 9581.271 1 9581.271 173.559 .000

Treatmen 1224.882 2 612.441 11.094 .004

Error 496.843 9 55.205

Total 11302.995 12

Corrected Total 1721.725 11

a. R Squared = .711 (Adjusted R Squared = .647)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: PN0

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 -12.4125* 5.25380 .042 -24.2974 -.5276

3.00 -24.7475* 5.25380 .001 -36.6324 -12.8626

2.00 1.00 12.4125* 5.25380 .042 .5276 24.2974

3.00 -12.3350* 5.25380 .043 -24.2199 -.4501

3.00 1.00 24.7475* 5.25380 .001 12.8626 36.6324

2.00 12.3350* 5.25380 .043 .4501 24.2199

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 55.205.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 51: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

37

Lampiran 12. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap 1 PN

Descriptive Statistics

Dependent Variable: PN1

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 26.1700 5.54839 4

2.00 27.5400 7.62748 4

3.00 22.1425 7.42338 4

Total 25.2842 6.70945 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: PN1

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 62.974a 2 31.487 .656 .542

Intercept 7671.469 1 7671.469 159.745 .000

Treatmen 62.974 2 31.487 .656 .542

Error 432.209 9 48.023

Total 8166.652 12

Corrected Total 495.183 11

a. R Squared = .127 (Adjusted R Squared = -.067)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: PN1

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 -1.3700 4.90016 .786 -12.4549 9.7149

3.00 4.0275 4.90016 .432 -7.0574 15.1124

2.00 1.00 1.3700 4.90016 .786 -9.7149 12.4549

3.00 5.3975 4.90016 .299 -5.6874 16.4824

3.00 1.00 -4.0275 4.90016 .432 -15.1124 7.0574

2.00 -5.3975 4.90016 .299 -16.4824 5.6874

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 48.023.

Page 52: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

38

Lampiran 13. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap 2 PN

Descriptive Statistics

Dependent Variable: PN2

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 37.7425 5.77683 4

2.00 33.2200 8.53036 4

3.00 36.0200 4.37267 4

Total 35.6608 6.16041 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: PN2

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 41.680a 2 20.840 .499 .623

Intercept 15260.340 1 15260.340 365.491 .000

treatmen 41.680 2 20.840 .499 .623

Error 375.777 9 41.753

Total 15677.797 12

Corrected Total 417.457 11

a. R Squared = .100 (Adjusted R Squared = -.100)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: PN2

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 4.5225 4.56908 .348 -5.8135 14.8585

3.00 1.7225 4.56908 .715 -8.6135 12.0585

2.00 1.00 -4.5225 4.56908 .348 -14.8585 5.8135

3.00 -2.8000 4.56908 .555 -13.1360 7.5360

3.00 1.00 -1.7225 4.56908 .715 -12.0585 8.6135

2.00 2.8000 4.56908 .555 -7.5360 13.1360

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 41.753.

Page 53: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

39

Lampiran 14. Analysis of Variance (ANOVA) pada Tahap >2 PN

Descriptive Statistics

Dependent Variable: PN3

treatmen Mean Std. Deviation N

1.00 34.6925 1.87436 4

2.00 29.3450 6.63912 4

3.00 14.0850 9.40230 4

Total 26.0408 10.96617 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: PN3

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 914.843a 2 457.422 10.091 .005

Intercept 8137.500 1 8137.500 179.511 .000

treatmen 914.843 2 457.422 10.091 .005

Error 407.983 9 45.331

Total 9460.327 12

Corrected Total 1322.826 11

a. R Squared = .692 (Adjusted R Squared = .623)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: PN3

LSD

(I) treatmen (J) treatmen

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 5.3475 4.76085 .290 -5.4223 16.1173

3.00 20.6075* 4.76085 .002 9.8377 31.3773

2.00 1.00 -5.3475 4.76085 .290 -16.1173 5.4223

3.00 15.2600* 4.76085 .011 4.4902 26.0298

3.00 1.00 -20.6075* 4.76085 .002 -31.3773 -9.8377

2.00 -15.2600* 4.76085 .011 -26.0298 -4.4902

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 45.331.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 54: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

40

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian

Ovarium sapi bali Oosit setelah di fertilisasi

Oosit setelah direkatkan dengan vaselin Preparat oosit kualitas A, B dan C

Preparat yang difiksasi Proses pengamatan oosit

Bahan untuk medium maturasi Bahan untuk medium fertilisasi

Page 55: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

41

Bahan untuk fiksasi Bahan untuk pewarnaan

Tissu dan alkohol 70% untuk sterilisasi Disk maturasi dan fertilisasi

Media transport NaCl 0.9% Syringe filter

Page 56: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

42

Mikroskop stereo Mikroskop inverted

Pipet yang dimodifikasi Bunsen untuk memodifikasi pipet

Mikropipet dan tip Pipet volumentrik

Page 57: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

43

Scalpel, pinset dan gunting bedah Minitube

Oven untuk sterilisasi kering Inkubator

Timbangan analitik Stirrer

Centrifuge Kontainer penyimpanan sperma beku

Page 58: POTENSI OOSIT KUALITAS C SAPI BALI MENCAPAI TINGKAT … · penelitian ini adalah oosit kualitas C berpotensi untuk mencapai pematangan inti dan fertilisasi secara in vitro . Kata

44

RIWAYAT HIDUP

ANDI NURUL AIRIN ARIF (I 111 13 360) lahir di Makassar,

17 Januari 1996. Anak kedua dari pasangan Baso Arif Pajung

dan Andi Misbah Nur. Mengenyam pendidikan tingkat dasar

pada Sekolah Dasar Negeri 170 Rumpia dan lulus pada tahun

2007. Setelah selesai dari bangku Sekolah Dasar, penulis kemudian melanjutkan

pendidikan lanjutan pertama di SMP Negeri 34 Makassar dan lulus pada tahun

2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri

18 Makassar dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama, penulis diterima

di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Makassar yaitu Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin dengan program Strata Satu (S1).

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di salah satu himpunan di Fakultas

Peternakan yaitu Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTEK) dan

aktif sebagai asisten di Laboratorium Fisiologi Ternak Dasar. Selain itu, penulis

juga pernah terdaftar sebagai salah satu anggota di Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Pramuka Racana Putri Hasanuddin. Penulis menyelesaikan kuliah pada

tahun 2017.