tinjauan terhadap bentuk kerjasama …library.usu.ac.id/download/fe/06009589.pdfundang-undang,...
TRANSCRIPT
Karya Tulis
TINJAUAN TERHADAP BENTUK KERJASAMA PEMBANGUNAN DAERAH DAN
IMPLEMENTASINYA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Murbanto Sinaga
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2005
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005 USU Repository © 2006
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 2 BAB II MAKSUD DAN TUJUAN KERJASAMA DAERAH ......... 5 BAB III MASALAH KERJASAMA DAERAH ................................. 6 BAB IV HUBUNGAN KERJASAMA DENGAN TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH ........................... 7 BAB V DASAR HUKUM KERJASAMA DAERAH ....................... 10 BAB VI BENTUK KERJASAMA DAERAH ..................................... 13 BAB VII PRINSIP DAN PROSES KERJASAMA .............................. 24 BAB VIII PENUTUP................................................................................ 26
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kebijakan kerjasama daerah telah diatur dalam Undang-Undang No.
32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Terdapat empat pasal yang
mengatur tentang kerjasama tersebut, namun meskipun telah diatur di dalam
undang-undang, menurut hasil survey penataan ekonomi daerah, kerjasama
antar daerah masih relatif rendah terutama dalam penyediaan pelayanan
masyarakat di daerah yang terpencil, perbatasan antar daerah, sumber daya
laut, pengelolaan dan pemanfaatan sungai yang melintas di beberapa daerah
berdekatan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, perkebunan, perikanan
maupun kerjasama pengelolaan pasca panen dan distribusinya. Selain itu,
masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang bisa dikerjasamakan sesuai dengan
potensi dan masalah daerah yang bertetangga. Dengan kerjasama, beban akan
lebih ringan sebab ditanggung bersama, pencapaian skala pembangunan lebih
besar dan akan tercipta suasana saling kontrol dalam pengelolaannya. Dengan
demikian akan tercipta suatu sinergi pembangunan yang menguntungkan bagi
pihak-pihak yang bekerja sama. Mengapa kerjasama daerah masih rendah?
Bagaimana pula dengan kondisi kerjasama di Sumatera Utara?
Ada beberapa bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh daerah,
yakni; provinsi dengan provinsi, provinsi dengan kabupaten/kota, provinsi
dengan pihak swasta, provinsi dengan masyarakat, provinsi dengan luar
negeri, provinsi dengan provinsi dan kabupaten/kota, provinsi dan
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
2
kabupaten/kota dengan kabupaten/kota, kabupaten/kota dengan pihak swasta,
kabupaten/kota dengan masyarakat, dan kabupaten/kota dengan luar negeri.
Contoh bentuk kerjasama antar provinsi yang telah terwujud antara lain
adalah kerjasama antar provinsi se wilayah Sumatera yang telah terlaksana
adalah transportasi laut, teknologi informasi, gedung pusat promosi, serta
pembangunan wilayah perbatasan. Sedangkan yang masih dalam tahap
pematangan rencana adalah transportasi udara, darat, kereta api, interkoneksi
pembangkit listrik, dan lain-lain.
Di Sumatera Utara, wujud kebijakan kerjasama daerah yang telah
dirasakan masyarakat manfaatnya adalah beroperasinya penerbangan regular
Sutera I yang melayani rute Medan dengan bandara-bandara di Wilayah Pantai
Barat. Bentuk ataupun model kerjasama yang telah dilakukan adalah
kerjasama provinsi dengan kabupaten/kota di wilayah pantai barat dalam hal
penanggulangan biaya operasional (cost sharing cooperation), dan kerjasama
provinsi dengan pihak BUMN (baca: Merpati Nusantara Airlines) sebagai
operator penerbangan Sutera I. Bentuk kerjasama daerah lainnya yang sudah
disepakati namun belum terealisasi antara lain pembangunan jalan sejajar
Mebidang yang merupakan kerjasama antara provinsi dengan tiga
kabupaten/kota, dan kerjasama pengelolaan Kawasan Agropolitan Dataran
Tinggi Bukit Barisan yang merupakan kerjasama lima kabupaten di wilayah
Bukit Barisan. Selain itu ada kerjasama antara Kabupaten Asahan dengan Kota
Tanjung Balai dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana pelabuhan.
Sisanya, masih dalam tahapan wacana. Jumlah bentuk kerjasama daerah yang
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
3
telah dilakukan masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan peluang-
peluang kerjasama daerah yang masih memungkinkan untuk dilakukan oleh
pemerintah daerah di Sumatera Utara.
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 yang diganti dengan UU No.32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab IX terdapat satu pasal
yang secara khusus mengatur dasar hukum tentang kerjasama daerah.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
4
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN KERJASAMA DAERAH
Maksud dan tujuan dari pasal 195 yang mengatur tentang kerjasama
daerah tersebut pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan cara yang lebih efisien dan efektif. Inti dari pasal tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama daerah tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling
menguntungkan.
2. Kerjasama daerah diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar
daerah.
3. Kerjasama dengan pihak ketiga dimungkinkan sepanjang tujuannya untuk
penyediaan pelayanan publik.
4. Kerjasama daerah harus mendapatkan persetujuan masing-masing DPRD.
Konsekuensi logis dari pasal 195 UU No.32 Tahun 2004 ini adalah
memungkinkan beberapa daerah bekerjasama guna memenuhi pelayanan
publik yang sangat dibutuhkan oleh penduduk masing-masing daerah. Jika
daerah melaksanakannya tanpa kerjasama dengan daerah lain maupun pihak
lain, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan akan terkendala akibat
keterbatasan anggaran belanja yang dimilikinya. Solusinya, sebaiknya daerah
tersebut mengadakan kebijakan kerjasama daerah dalam hal pembiayaan
pembangunan yang akan dilaksanakan.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
5
BAB III
MASALAH KERJASAMA DAERAH
Implementasi kerjasama daerah tidak terlepas dari permasalahan-
permasalahan yang akan dihadapi di antaranya berupa pertanyaan sebagai
berikut:
1. Mengapa kerjasama antar daerah dan pihak ketiga perlu dilakukan?
2. Bagaimana bentuk dan mekanisme forum kerjasama daerah?
3. Bagaimana pembagian hak dan kewajiban pihak-pihak yang
bekerjasama dalam kerjasama pembiayaan pembangunan (Siapa yang
memberikan berapa dan menerima berapa?) dan mengapa demikian?
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
6
BAB IV
HUBUNGAN KERJASAMA DENGAN TUGAS DAN
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAERAH
Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk
mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat di daerahnya (daerah otonomi) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sebagai daerah otonom, pemerintah daerah dapat
menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah otonominya adalah
tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing
pemerintahan daerah, yang mana salah satu bidang yang merupakan tugas dan
kewajiban daerah adalah membangun sarana dan prasarana transportasi agar
dapat memperlancar arus barang dan jasa keluar maupun arus barang dan jasa
yang masuk ke daerah tersebut. Pemerintah daerah dapat menentukan jenis
dan transportasi yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan dan kondisi
topografi di wilayahnya.
Sebagai contoh, wilayah Pantai Barat Provinsi Sumatera Utara terdiri
dari wilayah daerah otonom (kabupaten/kota). Kondisi topografi di wilayah
pantai barat adalah pegunungan dan jurang serta lembah yang dalam, sehingga
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
7
tingkat kesulitan membangun prasarana jalan darat relatif lebih tinggi dan
lebih mahal dibandingkan wilayah lainnya di Provinsi Sumatera Utara.
Mahalnya pembangunan prasarana jalan, menyebabkan minimnya kuantitas
dan kualitas jalan yang menghubungkan wilayah kabupaten/kota pada wilayah
pantai barat itu sendiri. peningkatan aksesibilitas sarana jalan selain
memerlukan biaya yang besar juga membutuhkan waktu yang relatif lebih
lama. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi keuangan pemerintah (pusat
maupun daerah) yang sangat terbatas, menunggu tersedianya alokasi anggaran
tentunya akan dirasakan terlalu lama dan penuh ketidakpastian. Apabila
kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, maka pemerintah daerah secara tidak
langsung turut memperpanjang keterisolasian wilayah pantai barat dan
membuat penderitaan masyarakat di wilayah tersebut semakin panjang. Moda
angkutan yang dirasakan paling efektif dan efisien dalam kondisi seperti hal di
atas adalah transportasi udara. Guna mewujudkannya, kendala yang dihadapi
oleh masing-masing pemerintah daerah masih tetap pada keterbatasan
anggaran untuk mengoperasikan lalu lintas udara tersebut. Pihak swasta atau
pihak ketiga lainnya akan enggan dan khawatir membuka jalur penerbangan
reguler sebab akan menghadapi resiko kerugian. Sementara jika pemerintah
daerah membiayai operasional penerbangan secara individu juga akan
mustahil, sebab akan terlalu berat untuk ditanggung sendiri.
Cara yang dianggap paling sesuai adalah beberapa pemerintah daerah
di wilayah tersebut bekerjasama menanggung pembiayaan dengan koordinasi
pemerintah provinsi. Setelah forum kerjasama daerah terbentuk, selanjutnya
diundang maskapai penerbangan sebagai operator penerbangan dengan
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
8
perjanjian jika terjadi kerugian untuk setiap penerbangan, pihak pemerintah
daerah akan mensubsidi dengan memberikan kompensasi sebesar kerugian
yang ditanggung oleh pihak operator. Kompensasi kerugian ini disebut sebagai
jaminan operasional penerbangan (JOP). Namun apabila nantinya diperoleh
keuntungan, maka surplus akan dibagi berdasarkan kesepakatan dari pihak-
pihak yang bekerjasama (maskapai penerbangan, kabupaten/kota dan
provinsi).
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
9
BAB V
DASAR HUKUM KERJASAMA DAERAH
Sebagai dasar hukum kerjasama daerah adalah Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah. Dalam UU ini terdapat satu bab tersendiri dengan empat
pasal yang mengatur tentang kerjasama dan penyelesaian perselisihan. Pada
pasal 195 diatur tentang kerjasama daerah dengan pihak lain yang tujuannya
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selengkapnya isi daripada pasal
195 tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat
mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan
saling menguntungkan.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan
dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan
keputusan bersama.
(3) Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerja sama
dengan pihak ketiga.
(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) yang
membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan
DPRD.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
10
Selanjutnya pada pasal 196 diatur pula kerjasama tentang pengelolaan
urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah.
Selengkapnya isi daripada pasal 196 UU Nomor 32 Tahun 2004 tersebut
adalah sebagai berikut:
(1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas
daerah dikelola bersama oleh daerah terkait.
(2) Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik
secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan
masyarakat.
(3) Untuk pengelolaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), daerah membentuk badan kerjasama.
(4) Apabila daerah tidak melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan publik tersebut dapat
dilaksanakan oleh Pemerintah.
Selanjutnya pada pasal 197 dikatakan bahwa tata cara pelaksanaan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 195 dan pasal 196 akan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Lazimnya dalam suatu kerjasama terdapat berbagai kepentingan antara
pihak-pihak yang bekerja sama. Ada saatnya satu pihak bersikeras untuk tetap
mempertahankan pendiriannya sebab merasa kepentingannya akan terganggu
bila tidak mempertahankan pendiriannya tersebut. Apabila kondisi ini
berlanjut, akan berpotensi menyebabkan terjadinya perpecahan dalam
kerjasama yang telah disepakati oleh masing-masing pihak. Guna
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
11
mengantisipasi terjadinya permasalahan dalam kerjasama seperti yang telah
disebutkan di atas, telah pula diatur satu pasal tersendiri tentang penyelesaian
perselisihan yaitu pada pasal 198 yang selengkapnya adalah sebagai berikut:
(1) Apabila terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi
pemerintahan antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, Gubernur
menyelesaikan perselisihan dimaksud.
(2) Apabila terjadi perselisihan antar provinsi, antara provinsi dan
kabupaten/kota diwilayahnya, serta antara provinsi dan
kabupaten/kota di luar wilayahnya, Menteri Dalam Negeri
menyelesaikan perselisihan dimaksud.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat
final.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Penerbit Eko Jaya, 2004, 106 – 107)
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
12
BAB VI
BENTUK KERJASAMA DAERAH
Berbagai bentuk kerjasama daerah yang dapat dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi secara garis besar ada
terdapat 14 (empat belas) bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh daerah.
1. Kerjasama Provinsi dengan Provinsi
Provinsi
A
Provinsi
B
Bekerja Sama
Bentuk kerjasama provinsi dengan provinsi seperti gambar antara lain
sebagai berikut:
a. Kerjasama Antar Provinsi yang berdekatan, sifatnya wajib
dilaksanakan dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya pelayanan yang terdapat di daerah yang
berbatasan seperti pembangunan jalan dan jembatan pendidikan dasar,
pelayanan kesehatan (Puskesmas), penanganan sampah terpadu,
penyuluhan pertanian, pengairan, penanganan Daerah Aliran Sungai
(DAS), perencanaan tata ruang dan lain-lain.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
13
b. Kerjasama Antar Provinsi yang tidak berdekatan, dapat dikembangkan
berdasarkan kebutuhan dan bersifat situasional dilakukan dalam rangka
pengembangan potensi dan komoditi unggulan dari masing-masing
daerah yang bekerjasama.
2. Kerjasama Provinsi dengan Kabupaten/Kota
Provinsi
A
Kabupaten/
Kota A
Bekerja Sama
3. Kerjasama Provinsi dengan pihak ketiga
Provinsi
A
Pihak Ketiga
Bekerja Sama
Kerjasama antara Pemerintah Provinsi dengan Pihak Ketiga,
dikembangkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi langsung oleh Pemerintah Provinsi yang bersangkutan karena
berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing daerah otonom,
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
14
kerjasama model ini dapat berbentuk Kerjasama antara Pemerintah
Provinsi dengan Pihak Swasta yang antara lain adalah :
1) Kontrak pelayanan (Service Contract), dicirikan dengan tidak ada
investasi, terbatas pada operasional dan manajemen, keuntungan kecil,
efisiensi terbatas dan cocok dilakukan pada masa krisis.
2) Kontrak pengelolaan (Management Contract), dicirikan dengan tidak
ada investasi, adanya pengelolaan perusahaan, keuntungan kecil,
efisiensi terbatas dan cocok dilakukan pada masa krisis.
3) Kontrak sewa (Lease Contract), dicirikan dengan tidak ada investasi,
terbatas pada peralatan, keuntungan kecil, efisiensi terbatas dan cocok
dilakukan pada masa krisis.
4) Bangun-kelola-alih milik (Build, Operate and Transfer) / Bangun-
kelola-miliki-alih milik (Build, Operate, Own and Transfer), dicirikan
dengan adanya investasi swasta, pembangunan sarana, biaya rendah
kualitas tinggi, menguntungkan, efisiensi tinggi, cocok dilakukan pada
kondisi ekonomi yang baik.
5) Konsesi (Concession), dicirikan dengan adanya investasi swasta,
pengelolaan dan keuangan secara bersama, menguntungkan, efisiensi
tinggi, cocok dilakukan pada kondisi ekonomi yang baik.
4. Kerjasama Provinsi dengan LSM/masyarakat
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
15
Provinsi
A
Pihak LSM/ Masyarakat
Bekerja Sama
Kerjasama Pemerintah Provinsi dengan LSM/Masyarakat, dikembangkan
untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat dan mendorong potensi
sosial ekonomi yang dimiliki masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Seperti pengelolaan aset Pemerintah Provinsi oleh masyarakat, penyuluhan
dan pelestarian kawasan hutan untuk mendorong peningkatan
produktivitas.
5. Kerjasama provinsi dengan pihak luar negeri
Provinsi
A
Pihak Luar
Negeri
Bekerja Sama
Kerjasama Pemerintah Provinsi dengan pihak Luar Negeri, yang
dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional. Pembuatan perjanjian internasional dilakukan
melalui tahap penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan
dan penandatanganan. Sebelum penandatanganan perjanjian dilakukan,
Pemerintah Provinsi harus mendapatkan surat kuasa dari Menteri Luar
Negeri.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
16
6. Kerjasama provinsi dengan provinsi dan kabupaten/kota
Provinsi B
Provinsi A
Kabupaten/Kota
B
Bekerja Sama
Bekerja Sama Tersendiri
7. Kerjasama provinsi dan kabupaten/kota dengan kabupaten/kota
Provinsi B
Kabupaten/Kota
A
Kabupaten/Kota
B
Bekerja Sama
Bekerja Sama Tersendiri
8. Kerjasama provinsi dengan BUMN/BUMD
Provinsi
A
BUMN/ BUMD
Bekerja Sama
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
17
Kerjasama Pemerintah Provinsi dengan BUMN/BUMD, dikembangkan
untuk mempercepat pelayanan, memperbaiki pengelolaan sumberdaya
alam dan sarana pelayanan, alih teknologi, memperluas layanan,
meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan, dan memacu dinamika
sosial masyarakat.
9. Kerjasama kabupaten/kota dengan pihak ketiga
Kabupaten
/Kota A
Pihak Ketiga
Bekerja Sama
Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten/kota dengan Pihak Ketiga,
dikembangkan berdasarkan pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi langsung oleh Pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan
karena berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing daerah
otonom, kerjasama model ini dapat berbentuk Kerjasama antara
Pemerintah kabupaten/kota dengan Pihak Swasta yang antara lain adalah :
1) Kontrak pelayanan (Service Contract), dicirikan dengan tidak ada
investasi, terbatas pada operasional dan manajemen, keuntungan kecil,
efisiensi terbatas dan cocok dilakukan pada masa krisis.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
18
2) Kontrak pengelolaan (Management Contract), dicirikan dengan tidak
ada investasi, adanya pengelolaan perusahaan, keuntungan kecil,
efisiensi terbatas dan cocok dilakukan pada masa krisis.
3) Kontrak sewa (Lease Contract), dicirikan dengan tidak ada investasi,
terbatas pada peralatan, keuntungan kecil, efisiensi terbatas dan cocok
dilakukan pada masa krisis.
4) Bangun-kelola-alih milik (Build, Operate and Transfer) / Bangun-
kelola-miliki-alih milik (Build, Operate, Own and Transfer), dicirikan
dengan adanya investasi swasta, pembangunan sarana, biaya rendah
kualitas tinggi, menguntungkan, efisiensi tinggi, cocok dilakukan pada
kondisi ekonomi yang baik.
5) Konsesi (Concession), dicirikan dengan adanya investasi swasta,
pengelolaan dan keuangan secara bersama, menguntungkan, efisiensi
tinggi, cocok dilakukan pada kondisi ekonomi yang baik.
10. Kerjasama kabupaten/kota dengan LSM/masyarakat
Kabupaten
/Kota A
Pihak LSM/ Masyarakat
Bekerja Sama
Kerjasama Pemerintah kabupaten/kota dengan LSM/Masyarakat,
dikembangkan untuk membuka peluang usaha bagi masyarakat dan
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
19
mendorong potensi sosial ekonomi yang dimiliki masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya. Seperti pengelolaan aset Pemerintah
kabupaten/kota oleh masyarakat, penyuluhan dan pelestarian kawasan
hutan untuk mendorong peningkatan produktivitas.
11. Kerjasama kabupaten/kota dengan luar negeri
Kabupaten
/Kota A
Pihak Luar
Negeri
Bekerja Sama
Kerjasama Pemerintah Kabupaten/Kota dengan pihak Luar Negeri, yang
dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional. Pembuatan perjanjian internasional dilakukan
melalui tahap penjajakan, perundingan, perumusan naskah, penerimaan
dan penandatanganan. Sebelum penandatanganan perjanjian dilakukan,
Pemerintah Kabupaten/Kota harus mendapatkan surat kuasa dari Menteri
Luar Negeri.
12. Kerjasama kabupaten/kota dengan BUMN/BUMD
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
20
Kabupaten
/Kota A
BUMN/ BUMD
Bekerja Sama
Kerjasama Pemerintah Kabupaten/Kota dengan BUMN/BUMD,
dikembangkan untuk mempercepat pelayanan, memperbaiki pengelolaan
sumberdaya alam dan sarana pelayanan, alih teknologi, memperluas
layanan, meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan, dan memacu
dinamika sosial masyarakat.
13. Kerjasama Antar Negara (Pemerintah)
Provinsi/ Kabupaten
/Kota /Negara A
Provincial/Municipal/ Nation B
Bekerja Sama
Kerjasama Antar Negara (Pemerintah) khususnya di perbatasan wilayah
negara, dilakukan dalam rangka penanganan berbagai masalah dan
kebutuhan yang krusial khususnya di daerah perbatasan antara dua negara
yang berdekatan, hal ini dilakukan mengingat kondisi yang sudah tumbuh,
hidup dan menjadi tradisi masyarakat setempat, seperti pengelolaan lahan
pertanian tradisional dan perdagangan tradisional yang telah tumbuh dan
berkembang sampai pada saat ini. Oleh karena itu harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan kebiasaan daerah yang berdekatan dengan batas
negara yang difasilitasi oleh Pemerintah Negara masing-masing.
Kerjasama antar daerah pada batas negara yang berbatasan, harus taat dan
tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku di negara masing-masing.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
21
Kerjasama antar negara yang tidak berdekatan juga sangat mungkin
dilaksanakan seperti yang pernah dilaksanakan yaitu kerjasama
pengelolaan Danau Vermonth dengan Danau Toba.
14. Kerjasama Antar Daerah yang bersifat masal
B K K S I
Forum Badan
Kerjasama
B K P DPRD
Provinsi
A P P S I
APEKSI
ADEKSI
ADKASI
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
22
Kerjasama Antar Daerah yang bersifat masal, berupa Badan Kerjasama
Kabupaten Seluruh Indonesia (BKKSI) sebagai pengganti Asosiasi
Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) dan Badan
Kerjasama Pimpinan DPRD Provinsi se Indonesia sebagai Pengganti
Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi Se Indonesia, Asosiasi Pemerintah
Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) serta Asosiasi Pemerintah Kota
Seluruh Indonesia (APEKSI), Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia
(ADEKSI) dan Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh Indonesia (ADKASI)
yang akan menyesuaikan namanya menjadi Badan Kerjasama melalui
Munas Asosiasi masing-masing. Badan Kerjasama ini menitik beratkan
pada tukar menukar informasi, meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan pendayagunaan sumber daya yang tersedia di daerah.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
23
BAB VII
PRINSIP DAN PROSES KERJASAMA
1. Dalam menjalin Kerjasama Antar Daerah hendaknya selalu
menjalankan dengan konsisten prinsip-prinsip;
(a) transparansi.
(b) akuntabilitas.
(c) partisipatif.
(d) saling menguntungkan dan memajukan.
(e) kerjasama dibangun untuk kepentingan umum.
(f) keterkaitan yang dijalin atas dasar saling membutuhkan.
(g) keberadaan kerjasama saling memperkuat pihak-pihak yang
terlibat.
(h) kepastian hukum.
(i) tertib penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
2. Proses Kerjasama Antar Daerah hendaknya dilakukan melalui tahapan:
(a) pertemuan awal beberapa Kepala Daerah,
(b) studi kelayakan bersama,
(c) negosiasi substansi yang akan dikerjasamakan,
(d) penanda tanganan Keputusan Bersama/MoU/Perjanjian Kerjasama,
(e) penyusunan master plan/action plan,
(f) pembentukan Badan Kerjasama,
(g) operasional.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
24
3. Badan Kerjasama yang dibentuk dapat bersifat:
(a) Permanen yang dikelola secara profesional dan
(b) ex oficio berdasarkan kedudukan pejabat yang menangani
kerjasama.
Dalam pembentukan struktur organisasi dapat diisi oleh petugas yang
memiliki kompetensi teknis operasional dan kompetensi manajerial
sesuai dengan tuntutan jabatan. Dalam hal ini Pemerintah Daerah dapat
berperan dan melakukan koordinasi antar daerah melalui wadah
Dewan Eksekutif.
Apabila pembentukan badan kerjasama, substansi yang dikerjasamakan
dan proses kerjasama telah disepakati dan dilaksanakan, maka hal lain yang
harus dilakukan secara simultan oleh Pemerintah Daerah adalah menyusun
profil Provinsi dan Kabupaten/Kota yang memuat antara lain potensi unggulan
daerah, menghindari pungutan berganda (pajak dan retribusi) yang akan
menimbulkan biaya tinggi, pengembangan sistem pelayanan satu atap (one
stop fixed system) dan menciptakan iklim yang kondusif dalam rangka
meningkatkan pelayanan dan menarik minat bagi para investor dari Dalam dan
Luar Negeri untuk membangun perekonomian daerah.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
25
BAB VIII
PENUTUP
Meskipun berbagai jenis kegiatan kerjasama dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah, tetapi menurut hasil survei yang dilakukan oleh
Departemen Dalam Negeri (2005) tentang penataan ekonomi daerah,
kerjasama antar daerah yang telah dilakukan masih relatif sedikit. Beberapa
jenis kegiatan pembangunan dan pelayanan publik yang dapat dikerjasamakan
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama dalam kegiatan penyediaan pelayanan masyarakat di daerah
yang terpencil.
Jenis kegiatan yang pengelolaannya dapat dilakukan secara kerjasama
dalam penyediaan pelayanan masyarakat di daerah terpencil antara lain;
penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan, penyediaan kebutuhan air
bersih, penyediaan kebutuhan penerangan (listrik), pembangunan sarana
jalan dan irigasi, dan lain sebagainya.
Kerjasama ini dapat dilakukan antar kabupaten khususnya untuk desa-desa
yang berbatasan di wilayah mereka dan lokasi desa tersebut terpencil.
Kerjasama antar kabupaten ini dapat pula mengundang pihak ketiga untuk
ikut bekerja sama. Pihak ketiga dimaksud antara lain, pemerintah provinsi,
swasta, LSM dan pihak-pihak lainnya yang dianggap tepat. Pola kerjasama
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
26
yang dilakukan dapat berupa pola pembiayaan bersama (cost sharing
system).
2. Kerjasama dalam pengelolaan perbatasan antar daerah
Jenis kerjasama ini terutama dilakukan oleh provinsi yang saling
berbatasan, kabupaten/kota yang saling berbatasan. Kegiatan kerjasama
yang dilakukan khususnya dalam penentuan batas wilayah antar provinsi
ataupun batas wilayah antar kabupaten/kota. Pihak yang bekerja sama
sepakat menanggulangi pembiayaan dalam menentukan tapal batas
wilayah (patok batas wilayah). Selanjutnya kegiatan kerjasama dapat
ditingkatkan dalam penyediaan pelayanan publik di wilayah perbatasan
dengan model kerjasama pula.
3. Kerjasama dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
Jenis kegiatan yang pengelolaannya dapat dilakukan secara kerjasama
antara lain; pengelolaan dan pemanfaatan sungai. Untuk menghindari
bahaya banjir, kabupaten/kota yang dilintasi oleh sungai yang sama, dapat
mengelola daerah aliran sungai (DAS) secara bekerja sama. Selanjutnya
masing-masing kabupaten/kota dapat pula bekerja sama dalam
pemanfaatan aliran sungai untuk irigasi dan pembangkit tenaga listrik mini
(micro hydro electrical plant). Caranya dengan membangun bendungan
(dam) dengan pola pembiayaan bersama. Kegiatan lainnya adalah
pengelolaan sumber daya laut secara bersama bagi provinsi atau
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
27
kabupaten/kota yang lokasinya saling berdekatan dan terletak dalam suatu
garis pantai yang sama.
4. Kerjasama dalam pengelolaan sektor pertanian
Kerjasama antar daerah yang dapat dilakukan antara lain; kerjasama untuk
subsektor perkebunan, subsektor perikanan maupun kerjasama pengelolaan
pasca panen dan distribusinya. Misalnya untuk pengelolaan pasca panen
komoditas jagung, dua daerah yang berbatasan dapat membangun secara
bersama sarana pengering jagung (silo) dan gudang penyimpanan jagung.
Lokasinya ditentukan diperbatasan dua daerah tersebut dimana
masyarakatnya banyak yang bercocok tanam jagung.
5. Kerjasama dalam kegiatan sektor perdagangan dan promosi daerah
Kerjasama ini dapat dilakukan oleh sekaligus beberapa daerah. Kegiatan
yang dilakukan adalah membangun suatu organisasi pusat promosi
bersama. Sebagai contoh kegiatan kerjasama yang telah dilakukan dalam
kegiatan sektor perdagangan dan promosi adalah berdirinya PT. Sumatra
Promotion Center di Pulau Batam KEPRI. Perusahaan ini didirikan dengan
cost sharing system antar provinsi se wilayah Sumatera.
Murbanto Sinaga : Tinjauan Terhadap Bentuk Kerjasama Pembangunan Daerah…, 2005
USU Repository © 2006
28