potensi dan senyawa aktif ganoderma lucidum

73
Anggota IKAPI (181/JTI/2017) Jln. Granit Kumala 1/12, KBD,Gresik Telp.081357827429/081357827430 Email: [email protected] Website:www.penerbitgraniti.com PENERBIT GRANITI Ganoderma lucidum POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Surahmaida Tri Puji Lestari Sudarwati Surahmaida, Tri Puji Lestari Sudarwati Sebagai Biopestisida Nabati Buku ini sebagai bentuk laporan dari hasil penelitian kami yang mencoba menggali potensi lain dari jamur Ganoderma lucidum (Lingzhi) yang selama ini hanya dikenal sebagai tanaman obat, untuk digunakan sebagai biopestisida nabati terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus. Buku Referensi ini berisi tentang jamur Ganoderma lucidum dan analisis kandungan senyawa aktif-nya dengan menggunakan GCMS dan KLT, serta potensinya sebagai biopestisida nabati terhadap rayap tanah. POTENSI DAN SENYAWA AKTIF GANODERMA LUCIDUM SEBAGAI BIOPESTISIDA NABATI

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

48 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

Anggota IKAPI (181/JTI/2017)Jln. Granit Kumala 1/12, KBD,GresikTelp.081357827429/081357827430Email: [email protected]:www.penerbitgraniti.com

PENERBIT GRANITI Ganoderma lucidum

POTENSI DAN SENYAWA AKTIF

Surahmaida

Tri Puji Lestari Sudarwati

Surahmaida, Tri Puji Lestari Sudarw

ati

Sebagai Biopestisida Nabati

Buku ini sebagai bentuk laporan dari hasil penelitian kami

yang mencoba menggali potensi lain dari jamur Ganoderma

lucidum (Lingzhi) yang selama ini hanya dikenal sebagai

tanaman obat, untuk digunakan sebagai biopestisida nabati

terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus. Buku

Referensi ini berisi tentang jamur Ganoderma lucidum dan

analisis kandungan senyawa aktif-nya dengan menggunakan

GCMS dan KLT, serta potensinya sebagai biopestisida nabati

terhadap rayap tanah.

POTENSI DA

N SEN

YAWA A

KTIF GAN

OD

ERMA LU

CIDU

M SEBAG

AI BIO

PESTISIDA NA

BATI

Page 2: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

i

Ganoderma lucidum

POTENSI DAN SENYAWA AKTIF

Sebagai Biopestisida Nabati

SurahmaidaTri Puji Lestari Sudarwati

Page 3: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

ii

POTENSI DAN SENYAWA AKTIFGanoderma lucidumSebagai Biopestisida Nabati

Penulis SurahmaidaTri Puji Lestari Sudarwati

Editor Nuria Reny H.

Desain Sampul & Lay outAlek Subairi

PenerbitGranitiAnggota IKAPI (181/JTI/2017)Perum. Kota Baru Driyorejo, Jln. Granit Kumala 1/12, Gresik 61177website:www.penerbitgraniti.comfb: Penerbit Granitiig:@penerbit_granitiemail: [email protected]/081357827430

Hak cipta dilindungi undang-undangAll rights reserved

Cetakan pertama, November 2018ISBN: 978-602-5811-02-9

Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak isi buku ini dengan bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Isi buku di luar tanggung jawab penerbit dan percetakan

Page 4: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

iii

Ganoderma lucidum

POTENSI DAN SENYAWA AKTIF

Sebagai Biopestisida Nabati

Page 5: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

iv

Page 6: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga buku Potensi dan Senyawa Aktif Ganoderma lucidum Sebagai Biopestisida Nabati dapat terselesaikan dengan baik.

Buku ini sebagai bentuk laporan dari hasil penelitian kami yang mencoba menggali potensi lain dari jamur Ganoderma lucidum (Lingzhi) yang selama ini hanya dikenal sebagai tanaman obat, untuk digunakan sebagai biopestisida nabati terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus. Buku Referensi ini berisi tentang jamur Ganoderma lucidum dan analisis kandungan senyawa aktif-nya dengan menggunakan GCMS dan KLT, serta potensinya sebagai biopestisida nabati terhadap rayap tanah.

Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada :1. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat yang telah mendanai penelitian ini melalui Penelitian Dosen Pemula Tahun 2018

2. Direktur Akademi Farmasi Surabaya yang telah mensupport kepada Peneliti

3. Penerbit Graniti yang telah bersedia menerbitkan dan menyebar-luaskan buku referensi ini agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan civitas akademis lainnyaPenyusunan buku ini masih jauh dari sempurna. Namun, kami

berharap semoga buku ini dapat memberikan referensi tentang Ganoderma lucidum (Lingzhi).

Surabaya, November 2018

Penulis

Page 7: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

vi

Page 8: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

vii

DAFTARISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... v

DAFTAR ISI ...............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................xii

DAFTAR GRAFIK .....................................................................................xiii

BAB 1 ........................................................................................... 1A. Penggolongan Pestisida ....................................................2B. Biopestisida Nabati .............................................................3

BAB 2 ....................................................... 9A. KlasifikasiIlmiah ...............................................................10B. MorfologiGanoderma .......................................................10C. HabitatGanodermasp. ......................................................12D. PeranGanodermasp. .......................................................13E.Macam-macamGanoderma ..............................................13

BAB 3 ......................................................................................... 15A. KlasifikasiIlmiah ...............................................................16B. SejarahG. lucidum............................................................16C. Morfologi ............................................................................17D. KandunganSenyawaAktif ...............................................18E. GasChromatographyMassSpectrophometry...............19F. KromatografiLapisTipis(KLT) ........................................28

Page 9: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

viii

BAB 4 ........................................................................................ 35A. KlasifikasiIlmiah ...............................................................37B. MorfologiRayapTanah .....................................................38C. EfekyangDitimbulkanRayapTanah ..............................39

BAB 5 ......................................................................................... 41A. UjiBioaktivitas Ganoderma lucidum...............................42B. Hasil Ganoderma lucidum Sebagai BiopestisidaNabatiTerhadapRayapTanah ...................44

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................49

TENTANG PENULIS ................................................................... 59

Page 10: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Jamur Ganoderma sp. 11Gambar 2. Pohon kelapa sawit yang terinfeksi Ganoderma sp. 13Gambar 3. 6 Jamur Ganoderma yang digunakan sebagai obat 14Gambar 4. Struktur tubuh Ganoderma lucidum. 17Gambar 5. Kandungan Senyawa Aktif Ganoderma lucidum 18Gambar 6. Alat GCMS 20Gambar 7. Kromatografi Lapis Tipis 31

Gambar 8. Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus) 40

Page 11: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh tanaman-tanaman yang telah terbukti sebagai insektisidal 4Tabel 2. Hasil senyawa aktif yang teridentifikasi pada ekstrak metanol Ganoderma lucidum 23Tabel 3. Hasil senyawa aktif yang teridentifikasi pada ekstrak kloroform Ganoderma lucidum 26Tabel 4. Hasil Uji Metabolit Sekunder Ekstrak G. lucidum dengan

Kromatografi Lapis Tipis Pada 3 Pelarut Yang Berbeda. 32Tabel 5. Rentang Mortalitas Rayap 45

Page 12: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Nilai rerata kematian (mortalitas) rayap tanah Coptotermes curvignathus pada 3 ekstrak Ganoderma lucidum

yang berbeda 44Grafik 2. Nilai rerata repelensi rayap tanah Coptotermes curvignathus pada 3 ekstrak Ganoderma lucidum yang berbeda 46

Page 13: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

xii

Page 14: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

1

Saat ini telah banyak dikembangkan pestisida yang berasal dari bahan alam, seperti hewan, tumbuhan, dan bakteri. Tumbuhan dimanfaatkan sebagai pestisida karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang terbukti mampu mengendalikan hama serangga, gulma, nematoda, dan lain-lain.

Bab1

PENDAHULUAN

Page 15: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

2

Hama serangga dan patogen tanaman menjadi faktor penting

penyebab kerugian di bidang pertanian karena produksi hasil pertanian

menjadi menurun, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Salah satu

upaya Pemerintah dan petani dalam mengendalikan hama dan patogen

tanaman adalah dengan menggunakan pestisida kimia. Penggunaan

pestisida sintetis kimia terbukti efektif untuk mengendalikan hama dan

patogen tanaman. Namun, penggunaan pestisida kimia secara terus-

menerus mengakibatkan hama menjadi resisten, musnahnya organisme

non-target, risiko kontaminasi oleh pengguna, meninggalkan residu pada

produk pertanian dan lingkungan menjadi tercemar (Tapondjou et al,

2002). Oleh karena itu, saat ini mulai dikembangkan biopestisida sebagai

alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis kimia.

A. Penggolongan PestisidaBerdasarkan dari sumber bahan aktifnya, maka pestisida

digolongkan menjadi 3 macam yaitu:

1. Pestisida HayatiPestisida yang memiliki bahan aktif berupa organisme hidup, seperti

serangga predator, mikroorganisme antagonis, nematoda entomopatogen

(Steinernema spp. yaitu nematoda patogen serangga) serta hasil

fermentasi bahan alami.

2. Pestisida NabatiPestisida yang memiliki bahan aktifnya berupa senyawa metabolit

sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan.

3. Pestisida KimiaPestisida yang memiliki bahan aktif berupa senyawa kimia. Bersifat

instan (bereaksi cepat) sehingga efektif membasmi hama serangga

Page 16: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

3

namun berbahaya bagi hewan, manusia dan lingkungan. (Supriadi, 2013; Syakir, 2011; Miller, 2002)

Biopestisida adalah bahan alami yang berasal dari hewan, tumbuhan, jamur atau mikroorganisme (Trichoderma spp., Pseudomonas fluorescens dan Bacillus spp.) untuk mengendalikan pertumbuhan/perkembangan hama serangga, gulma, nematoda atau organisme yang menyerang atau menim bulkan penyakit pada tanaman (Schumann and D’Arcy, 2012).

B. Biopestisida NabatiBiopestisida (Pestisida Hayati dan Pestisida Nabati) merupakan

metode alternatif dalam mengendalikan hama dan penyakit di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang berwawasan lingkungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT) akibat efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida kimia (Asmaliyah, 2016).

Biopestisida Nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya adalah senyawa metabolit sekunder yang diproduksi oleh tumbuhan itu sendiri, seperti pada akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Oleh sebab itu, biopestisida nabati termasuk dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin.

SenyawaMetabolitSekunderTumbuhan menghasilkan 2 macam senyawa, yaitu senyawa

metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder. Metabolit primer digunakan untuk pertumbuhan dan diproduksi dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan metabolit sekunder diproduksi dalam jumlah tertentu pada saat tanaman dalam kondisi tercekam (stress). Contoh dari metabolit sekunder antara lain terpenoid, fenolik, alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan lain-lain.

Page 17: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

4

Fungsi dari metabolit sekunder menurut Croteau et al, (2000) antara lain:1. sebagai pelindung dari predator dan hama patogen2. menarik serangga untuk membantu penyerbukan (atraktan)3. melindungi tanaman dari cekaman (stress)4. sebagai fitoaleksin (melindungi tanaman dari serangan hama dan

penyakit)5. antioksidan6. bahan obat7. pestisida

Apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), maka senyawa metabolit sekunder tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut, namun akan langsung mengganggu sistem saraf, sistem hormon, pernafasan dan reproduksi dan terjadi perubahan perilaku terhadap organisme pengganggu tanaman tersebut (Setiawati dkk, 2008)

Diperkirakan terdapat lebih dari 2400 jenis tumbuhan dalam 235 famili yang berpotensi sebagai pestisida nabati dan telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tanaman sebagai pestisida nabati terhadap hama serangga (Asmaliyah dkk, 2010).

Tabel 1. Contoh tanaman-tanaman yang telah terbukti sebagai insektisidal

No Nama tanaman Nama ilmiah1 Mimba Azadirachta indica2 Thyme Thymus satureoides3 Pecut kuda Mentha piperita4 Bunga piretrum Chrysanthemum cinerariaefolium5 Pandan duri Pandanus tectorius6 Kemangi Ocimum bacilicum

Page 18: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

5

7 Jeruk nipis Citrus aurantifolia8 Sirih Piper betle9 Jarak Cina Jatropha multifida10 Eukaliptus Corymbia citriodora

KelebihanBiopestisidaNabatiBiopestisida nabati memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:

1. bahan biopestisida ini mudah didapatkan di lingkungan sekitar,

mudah dibuat dan murah

2. tidak menimbulkan resistensi hama

3. tidak menimbulkan resurgensi (pemberian pestisida merangsang

peningkatan jumlah hama)

4. aman bagi hewan dan manusia (ramah lingkungan)

5. dosis yang digunakan kecil/rendah

6. senyawa metabolit sekunder (senyawa organik) yang mudah terurai

(bio-degradable) di alam sehingga lingkungan tidak tercemar

karena residunya mudah hilang

7. dapat dikombinasikan dengan PHT yang lain (pestisida hayati)

8. dapat digunakan untuk mengendalikan OPT yang telah resisten

dengan pestisida sintetis

(Schumann and D’Arcy, 2012; Suriana, 2012; Kardinan, 2004).

MekanismeKerjaBiopestisidaNabatiBiopestisida nabati memiliki mekanisme kerja yang unik dan

spesifik dalam melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit

tanaman, yaitu:

1. sebagai insect growth regulator, yaitu menghambat dan merusak

perkembangan serangga baik dari telur, larva dan pupa

Page 19: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

6

2. sebagai antifeedant, yaitu daya tolak makan serangga3. sebagai repellent, yaitu sebagai pengusir/penolak serangga4. sebagai oviposition deterrent, yaitu menghambat proses reproduksi

serangga betina dalam bertelur5. menghambat adanya pergantian kulit6. menghambat komunikasi antar serangga7. memiliki racun yang berpektrum luas pada lambung dan saraf8. membunuh serangga

Selain itu, pengendalian hama dengan biopestisida nabati bisa juga dikombinasikan dengan pestisida hayati (musuh alami hama tanaman) tersebut (Suriana, 2012)

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Semua organisme yang merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhanSumber: UU No 12 Tahun 1992

3GolonganOPT

1. HAMA Semua jenis hewan yang merusak hasil

tanaman atau bagian-bagian tertentu tanaman sehingga terjadi penurunan jumlah dan kualitas hasil pertanian dan timbul timbul kerugian ekonomi bagi manusia

Page 20: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

7

Contoh : insekta (serangga, kutu, rayap), molusca

(bekicot, keong), rodensia (tikus), mamalia (babi), nematoda (ulat), dan lain-lainl Timbul kerugian besar bila terjadi serangan hama yang besar

(massive).l Bila hama merupakan vektor (pembawa) penyakit, maka akan

memberikan efek menularl insekta (serangga, kutu, rayap), molusca (bekicot, keong),

rodensia (tikus), mamalia (babi), nematoda (ulat), dan lain-lain

2. PENYAKIT Suatu keadaan dimana pertumbuhan dan perkembangan tanaman

terganggu dan terhambat.l Penularannya sangat cepat dan sulit untuk dihindaril Menimbulkan kematian pada tanaman

Contoh : Virus, bakteri, jamur, mikoplasma

Daun padi yang terinfeksi penyakit oleh Virus Tungro Daun tembakau yang terinfeksi

penyakit oleh Virus Mozaik

Page 21: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

8

3. GULMA Tumbuhan liar yang menyerap nutrisi

di sekitar daerah perakaran tanaman budidaya sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya menjadi terhambat

Contoh : Rumput teki, alang-alang

Salah satu biopestisida nabati yang dapat digunakan adalah jamur Ganoderma lucidum. Jamur yang sering disebut Lingzhi ini umumnya hanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Lebih dari 400 senyawa bioaktif yang terkandung dalam Ganoderma lucidum.

Untuk itu, buku ini membahas tentang potensi jamur Ganoderma lucidum sebagai biopestisida nabati.

Page 22: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

9

Bab2

GANODERMA

Jamur Ganoderma adalah organisme eukariotik dan termasuk dalam soil borne fungi (jamur terbawa tanah). Terdapat sekitar 250 spesies jamur Ganoderma yang tersebar di daerah tropis. Ganoderma dikenal dengan sebutan “jamur kayu” karena strukturnya yang sangat keras menyerupai kayu.

Page 23: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

10

A. KlasifikasiIlmiahKlasifikasi ilmiah jamur Ganoderma sp. menurut Karst (1881)

adalah sebagai berikut:Kingdom : FungiFilum : BasidiomycotaKelas : BasidiomycetesOrdo : PolyporalesFamili : GanodermataceaeGenus : GanodermaSpesies : Ganoderma sp.

B. MorfologiGanodermaGanoderma sp. adalah jamur poliporus dari kelas Basidiomycetes.

Jamur Ganoderma memiliki dinding sel yang terdiri atas kitin dan tidak mengandung klorofil. Keunikan dari Ganoderma dari jamur poliporus lainnya adalah basidiosporanya berdinding ganda, sehingga sering disebut jamur rak (bracket fungus) (Donk, 1964).

Poliporus

merupakan sekelompok jamur Basidiomycetes yang membentuk tubuh buah (basidiocarp) dengan pori-pori di bagian bawah. Poliporus disebut juga dengan jamur rak (bracket fungus) dan membentuk tubuh buah seperti kurung kayu (conks)

Sumber : Wikipedia

Poliporus Ganoderma sp. yang tumbuh di pohon.

Page 24: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

11

Ciri Ganoderma yang lain yaitu ukuran basidiokarp yang besar, abadi, dan membentuk seperti kurung kayu (conks). Basidiokarp adalah tubuh buah jamur Basidiomycota yang merupakan tempat tumbuh dan berkumpulnya basidium (organ penghasil spora) yang bersifat generatif. Basidiokarp dapat langsung dilihat dengan mata telanjang ukurannya yang makroskopik. Bentuk dari basidiokarp bermacam-macam seperti berbentuk kuping, kipas, payung, atau setengah lingkaran. Basidiokarp dari jamur Ganoderma ada yang memiliki batang dan ada yang tidak memiliki batang.

Struktur tubuh jamur Ganoderma sp. :

Pileus (Tudung) :Bagian yang ditopang oleh stipe

Gills (Lamella/Bilah):• Bagian bawah

tudung yang berbentuk lembaran

• Penghasil spora (basidium)Stipe

(Tangkai tubuh buah):Massa miselium yang sangat kompak (padat) dan tumbuh tegak

Badan buah

Gambar 1. Struktur jamur Ganoderma sp.

Page 25: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

12

Jamur Ganoderma ditemukan di seluruh dunia (daerah tropis). Tubuh jamur Ganoderma sp. keras dan cukup besar, dan diameter pileus (tudung) dapat mencapai lebih dari 60 cm. Warna pileus Ganoderma bervariasi, diantaranya dapat berwarna putih, kuning, coklat, merah, atau ungu tua, berwarna terang. Pileus pada masing-masing spesies Ganoderma sp. memiliki pola warna yang bervariasi tergantung pada usia dan kondisi lingkungan. Beberapa spesies diantaranya memiliki penampilan pileus yang mengkilap dan berkilau (Zhao & Zhang, 1994; Woo et al, 1999; Upton, 2000).

C. Habitat Ganoderma sp.Ganoderma sp. tumbuh/menempel dari pangkal batang atau akar

pada pohon yang hidup atau mati. Selain itu, terdapat spesies dari Ganoderma lainnya yang pileus-nya menempel langsung ke pohon. Karena media tumbuhnya di kayu/pohon maka jamur masuk ke dalam “lignicolous” fungi.

Jamur Lignicolous yaitu jamur yang tidak hanya tumbuh pada kayu namun juga dapat menguraikan substrat berserat dari kayu (selulosa dan lignin) sehingga terjadi pembusukan (Fergus, 2008). Ganoderma termasuk organisme heterotrof (saprofit) dimana untuk mendapatkan nutrisi dengan cara mengambil makanan dari bahan organik di sekitar tempat tumbuhnya (Sawitnotif, 2018).

Page 26: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

13

D. Peran Ganoderma sp.Peran Ganoderma yang Merugikan

Jamur Ganoderma sp. dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman kelapa sawit atau tanaman produktif seperti kelapa, karet, teh, kakao dan pohon hutan lainnya. Contoh jamur patogen penyebab BPB adalah Ganoderma boninense, Ganoderma zonatum, Ganoderma tornatum, Ganoderma miniatocinctum.

Tanaman yang terserang jamur patogen akan mati dan tumbang.

Sumber: Purwanto, 2017

Peran Ganoderma yang MenguntungkanSelain menjadi penyebab penyakit pada tanaman, jamur Ganoderma

juga bermanfaat bagi kesehatan manusia. Terdapat 6 spesies Ganoderma yang dimanfaatkan sebagai obat.

E.Macam-macamGanodermaTerdapat beberapa spesies dari jamur Ganoderma yang digunakan

secara luas untuk pengobatan, diantaranya Ganoderma tsugae, Ganoderma applanatum, Ganoderma australe, Ganoderma japonicum, Ganoderma sinense dan Ganoderma lucidum (Graff, 2006; Moncalvo et al, 1997; Wasser and Weis, 1997). Hal ini disebabkan adanya kandungan

Gambar 2. Pohon kelapa sawit yang terinfeksi Ganoderma sp.

Page 27: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

14

senyawa aktif pada tubuh Ganoderma sp. seperti β-glukan, fenolat, vitamin, asam organik, dan elemen lainnya (Cheung et al, 2003;, Khatuna et al, 2013; Iwalokun et al, 2007).

Selain sebagai obat, spesies Ganoderma tersebut juga memiliki banyak aktivitas biologis dan farmakologisnya, seperti antibakteri (baik Gram positif dan Gram negatif), antijamur, antivirus, antitumor, antialergi, anti-infl amasi, pelindung hati dari kerusakan, dan lain-lain (Ferreira et al, 2010; Lindequist et al, 2005), dan sebagai antioksidan (Chen et al, 2012).

Ganoderma lucidum

Ganoderma japanicum

Ganoderma applanatum

Ganoderma tsugae

Ganoderma sinense

Ganoderma australe

Gambar 3. 6 jamur Ganoderma yang digunakan sebagai obat

Page 28: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

15

Bab3

GANODERMA LUCIDUM

Sumber: Koleksi pribadi

Di antara 6 spesies Ganoderma yang bermanfaat bagi kesehatan, Ganoderma lucidum merupakan jamur yang banyak banyak digunakan untuk penelitian baik dari segi aktivitas biologis maupun efek farmakologisnya.

Page 29: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

16

Di Cina, jamur Ganoderma lucidum disebut dengan “Lingzhi”, di Jepang disebut “Reishi”, dan di Korea disebut dengan “Youngzhi” (Paterson, 2006).

A. KlasifikasiIlmiah

Klasifikasi ilmiah jamur Ganoderma lucidum menurut Karst (1881) adalah sebagai berikut:Kingdom : FungiFilum : BasidiomycotaKelas : BasidiomycetesOrdo : PolyporalesFamili : GanodermataceaeGenus : GanodermaSpesies : Ganoderma lucidum

B. SejarahG. lucidumJamur Ganoderma lucidum pertama

kali ditemukan oleh seorang petani Cina yang bernama Shen Nong. Ia menge mu-kakan bahwa jamur G. lucidum (Lingzhi) memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan dan tidak menimbulkan efek samping meski dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Keberadaan G. lucidum yang langka mem buat penggunaannya sebagai obat hanya dapat dikonsumsi oleh kalangan bang-sawan dan raja-raja pada masa Dinasti Han.

Sumber: Graff (2006)

Page 30: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

17

Kemudian pada tahun 1971, seorang ilmuwan Jepang yang bernama Yukio Naoi melakukan berbagai macam penelitian untuk membudidayakan jamur Ganoderma lucidum dan akhirnya menemukan metode yaitu dengan menggunakan limbah hasil pertanian dan kayu yang telah lapuk/membusuk.

C. Morfologi

TubuhBuahGanoderma lucidum

Cap (Pileus):• Disebut juga tudung• Bentuk : melingkar, setengah lingkaran,

kipas atau berbentuk ginjal• Lebar 5 - 35 cm• Tebal 4 - 8 cm• Warna : Merah gelap sampai coklat ke-

me rahan, atau hitam keme rahan

Stalk (Stipe):• Disebut juga tangkai• Panjang 3 - 14 cm• Tebal 0,5 - 4 cm• Warna : Sama dengan warna

tudung

Pores (Pori-pori):• Lapisan dari tabung peng-

hasil spora (lamella)• Panjang 2 – 20 mm• Warna : Putih atau krem kecoklatan

Page 31: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

18

Spora:• Dihasilkan di

basidiokarp• Spora akan

langsung keluar ke udara

Gambar 4. Struktur tubuh Ganoderma lucidum

Ganoderma lucidum dikenal sebagai jamur kayu dan tidak dapat dimakan (non-edible). Umumnya tumbuh di kayu yang lapuk dan hidup sebagai saprofit.

D. KandunganSenyawaAktifTerdapat lebih dari 400 senyawa aktif yang terkandung di dalam

jamur Ganoderma lucidum, baik pada tubuh buah, miselium dan spora. Senyawa aktif tersebut diantaranya polisakarida, triterpenoid, nukleotida, steroid, protein, asam lemak, sterol dan elemen penting lainnya (Mizuno, 1997).

30 % Senyawa larut dalam air

PolisakaridaGermanium

5 % Senyawa volatilAsam Ganoderat

65 % Senyawa larut dalam pelarut organik

AdenosinTerpenoid

Gambar 5. Kandungan senyawa aktif Ganoderma lucidum

Page 32: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

19

Senyawa aktif tersebut berkhasiat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh (imunitas) dan mengobati antitumor, antikanker (Babu and Subhasree, 2008; Gao et al, 2003), antialergi (Chen and Chang, 1987), asma, dermatitis, bronkhitis, reumatik, konjungtivitas (Stavonoha, 1990) dan lain-lain.

Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif jamur Ganoderma lucidum dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, antara lain skrining fitokimia dengan reagen kimia, kromatografi lapis tipis (KLT) ataupun dengan kromatografi gas (Gas Chromatography Mass Spectrophotometry).

E. GasChromatographyMassSpectrophometry

Pengertian GCMSPada tahun 1950, Roland Gohlke dan Fred McLafferty mengenalkan

metode GC (Gas Chromatography), dimana GC digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa yang mudah menguap atau senyawa yang mudah diuapkan. Sedangkan MS (Mass Spectrophotometry) merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa dan menentukan struktur berat dan rumus molekul berdasarkan fragmentasi dan pola spektrum massa. MS memiliki sensisitivitas yang sangat tinggi meski pada konsentrasi yang rendah sekalipun (Sahil et al, 2011).

Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) merupakan perpaduan antara metode GS dan MS, yaitu GC berfungsi sebagai pemisah suatu senyawa dalam suatu campuran, baik senyawa volatile maupun non-volatile dalam resolusi yang tinggi (karena tidak dilengkapi dengan detektor); dan MS berfungsi untuk mendeteksi suatu senyawa tersebut melalui spektrum massanya (Hussain and Maqbool, 2014).

GCMS merupakan suatu alat kimia yang diaplikasikan secara luas dan dapat dapat diandalkan karena mudah, sensitif dan efektif dalam memisahkan dan mengidentifikasi suatu komponen senyawa aktif dalam

Page 33: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

20

suatu campuran baik pada obat, tanaman obat, tanaman, darah, urin dan lain-lain. Senyawa yang dianalisis antara lain minyak esensial, asam lemak, hidrokarbon, lipid dan lain-lain (Johnson et al, 2011; Marston, 2007; Chaman and Verma, 2006; De-Fatima et al, 2006; Kaushik et al, 2002).

Gambar 6. Alat GCMS (Sumber: Hussain and Maqbool, 2014)

Komponen-komponenGCMSTerdapat 4 komponen utama dari GCMS yaitu GC, Interface, MS

dan Sistem Pengolah Data.1. GC (Gas Chromatography) Suatu larutan sampel yang diinjeksikan ke injektor akan diuapkan

sehingga berubah menjadi uap (gas) lalu dibawa oleh gas pembawa (yaitu Helium) dengan laju alir yang konstan dan masuk ke dalam kolom pemisah. Komponen-komponen sampel menjadi terpisah pada saat melewati kolom karena adanya perbedaan daya adsorpsi fase diam terhadap komponen sampel yang kemudian akan keluar dari kolom pemisah dengan fase gerak.

Komponen sampel yang telah terpisah ditahan dalam kolom adsorpsi dalam waktu yang berbeda-beda (= waktu retensi) sehingga menghasilkan suatu kurva dan terbentuk puncak maksimum. Waktu

Page 34: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

21

retensi dari tiap senyawa hanya mempunyai satu waktu retensi. GC terdiri dari :A. Gas Pembawa Gas pembawa yang digunakan pada kromatografi gas (GC)

adalah Helium, Argon, Nitrogen. Fungsi dari Gas Pembawa untuk membawa larutan sampel dari injektor ke detektor (MS).

B. Injektor Sampel yang diinjeksikan ke dalam GC akan diuapkan dan gas

yang dihasilkan akan masuk ke dalam kolom pemisah. Proses penguapan ini terjadi karena adanya pengaturan suhu pada injektor, dimana suhunya harus lebih tinggi di atas suhu titik didih komponen sampel.

C. Oven Pemisahan senyawa dalam sampel sangat dipengaruhi oleh

suhu oven. Suhu oven pada kromatografi gas (GC) dapat diprogram, mulai dari suhu 5 0C- 400 0C.

D. Kolom Terjadi pemisahan senyawa dalam suatu sampel dan berkaitan

dengan waktu retensi. Suhu kolom diatur agar tidak melebihi suhu maksimum jenis kolom yang digunakan. Tujuannya untuk mencegah column bleeding dan rusaknya fase diam.

Terdapat 2 jenis kolom GC yaitu kolom terpaking (packed column) dan kolom kapiler (capillary column). Namun, kolom yang paling banyak digunakan pada GC saat ini adalah jenis kolom kapiler karena memiliki daya pemisahan senyawa yang lebih baik dibandingkan dengan kolom terpaking.

2. Interface Fungsi dari interface yaitu menghilangkan gas pembawa (Helium/

argon/Nitrogen) tanpa menghilangkan senyawa. Selain itu,

Page 35: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

22

interface juga menghubungkan antara kromatografi gas dengan spektrofotometer massa dalam kondisi hampa udara yang tinggi.

3. MS (Mass Spectrophotometry) Merupakan detektor dari kromatografi gas. Ion-ion positif dari

sampel akan terdeteksi oleh spektrofotometer massa (MS) dan ditunjukkan dengan tabel atau grafik yang memuat puncak ion-ion. Ion-ion yang terpecah akan menjadi fragmen dan menjadi petunjuk tentang struktur molekul senyawa tersebut.

4. Sistem Pengolah Data Setelah ion-ion terpisah, maka data tersebut akan dikirim ke

komputer untuk diolah dan dianalisis. Komputer (perangkat lunak) yang tersambung dengan GCMS telah dilengkapi dengan koleksi data analisis yang dikenal dengan Standard Library Spectra dimana akan dibandingkan dengan data analisis sampel hasil penentuan (Skoog et al, 2007).

MetodeAnalisisSenyawaAktifGanoderma lucidum dengan GCMS

Jamur G. lucidum dihaluskan dengan dipotong kecil-kecil lalu digiling hingga menjadi serbuk halus. Kemudian disiapkan masing-masing 30 gram serbuk halus G. lucidum untuk diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol dan kloroform. Ekstrak metanol dan ekstrak kloroform G. lucidum yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan GCMS menurut Kannan et al, (2016) yaitu sebagai berikut:

Alat GCMS yang digunakan adalah GCMS Agilent 6980N Network GC System yang dilengkapi dengan detektor Agilent 5973 inert MSD (direct inlet 70eV). Sebanyak 2 μl ekstrak metanol G. lucidum diinjeksikan ke alat GCMS yang memiliki kolom kapiler J&W Scientific, HP-5MS (30 mm x 0,25 mm x 0,25 μm). Helium (gas pembawa) berada

Page 36: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

23

pada laju alir 1 ml/menit dengan rasio split 1:10 (konstan). Oven diatur suhunya yaitu 50 0C dan disimpan selama 5 menit (isothermal), dengan laju peningkatan menjadi 10 0C / menit dan suhu dinaikkan hingga 280 0C selama 15 menit. Suhu port injektor yaitu 290 0C dengan antarmuka spektrometer massa sebesar 230 0C.

Untuk identifikasi senyawa aktif fitokimia menggunakan database Willey 7.0. Pola spektrum massa senyawa hasil analisis GCMS dibandingkan dengan pola senyawa referensi yang tersimpan dalam pustaka Willey. Proses analisis yang sama dilakukan pada ekstrak kloroform G. lucidum.

Hasil Analisis Senyawa Aktif Ganoderma lucidum dengan GCMS

Senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak metanol dan ekstrak kloroform yang telah teridentifikasi menggunakan GCMS adalah sebagai berikut :

1. Ekstrak Metanol G. lucidum

Tabel 2. Hasil senyawa aktif yang teridentifikasi pada ekstrak metanol G. lucidum

Ekstrak Peak RT % Total Nama senyawa

Metanol

1 21.75 5.440 Thiophene, 2-hexyl

2 29.324 29.6903-((3-Acetoxythyl)-6-acetoxymethyl-2,4-dimethyl)phenyl)-2-methyl-(E)-2-propenyl acetate

3 39.687 39.687 2,7-Diphenylindole

4 25.183 25.1835-(2-Bromophenyl)-7-chloro-2,3-dihydro-1H-1,4-benzodiazepin-2-one

Page 37: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

24

Dari Tabel 1, terdapat satu senyawa yang komposisinya lebih besar (ditunjukkan dengan % total yang paling besar, 39,687%) yaitu senyawa 2,7-Diphenylindole.

2,7 Diphenylindole• Merupakan senyawa yang terdapat dalam jumlah yang besar

(39,687 %)• 2,7-Diphenylindole termasuk senyawa heterosiklik aromatik

dengan struktur bisiklik yang mengandung cincin indol• Senyawa aktif fitokimia yang memiliki cincin indol termasuk ke

dalam alkaloid• Fungsi indol alkaloid :

1. Antioksidan, antialergi, antihipertensi, antiradang, antioksidan, antikonvulsan

2. Antibakteri, baik bakteri Gram positif dan Gram negatif3. Sebagai bahan obat-obatan

(Raju et al, 2015; Kumar and Singh, 2013; Cinchana et al, 2011)

Thiophene, 2-hexyl• Thiophene, 2-hexyl- dan turunannya termasuk ke dalam senyawa

heterosiklik• Contoh senyawa turunan dari Thiophene, 2-hexyl- adalah

thienopyridines, thienopyrimidines dan thienopyrroles • Fungsi Thiophene, 2-hexyl- dan turunannya :

1. Antikanker, antitumor, antivirus, analgesik dan antiradang2. Antimikroba 3. Antihipertensi dan antialergi4. Bahan agrokimia5. Zat penyedap makanan

Page 38: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

25

6. Mengobati penyakit diabetes melitus

7. Antikolesterol

5-(2-Bromophenyl)-7-chloro-2,3-dihydro-1H-1,4-benzodiazepin-2-one • 5-(2-Bromophenyl)-7-chloro-2,3-dihydro-1H-1,4-benzodiazepin-

2-one adalah senyawa organik golongan heterosiklik yang memiliki

cincin benzene dan termasuk ke dalam senyawa fenolik (polifenol)

• Contoh senyawa fenolik, yaitu asam fenolat, tannin, fl avonoid

(Umirna, 2016)

• Kandungan 2-Bromophenyl menunjukkan salah satu contoh turunan

asam salisilat (Thompson et al, 2012). Asam salisilat masuk ke

dalam golongan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai pelindung

tanaman dari agen patogen (Randjelovic, 2015)

• 1,4 benzodiazepine merupakan turunan dari benzodiazepine yang

memiliki cincin heterosiklik (Khan, 2015; Soria et al, 2006).

• Fungsinya antara lain:

1. Antibiotik

2. Antitumor dan antikanker

3. Antifungi dan antibakteri

4. Antituberkulosis

5. Antiinfl amasi

6. Antimalaria

7. Antitrombotik

8. Pestisida

9. Meningkatkan imunitas tanaman terhadap penyakit

(Khan, 2015; Thompson et al, 2012; McConnell, 1955)

Page 39: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

26

3-((3-Acetoxythyl)-6-acetoxymethyl-2,4-dimethyl)phenyl)-2-methyl-(E)-2-propenyl acetate• disebut dengan “Cybrodine” atau disebut dengan Cybrodol, dan

masuk ke golongan seskuiterpenoid (Ayer and McCaskill, 1981)• Seskuiterpen merupakan senyawa yang paling banyak dijumpai

pada tanaman obat (Robinson, 1995) dan masuk ke dalam golongan terpenoid (Breitmaier, 2006)

• Peranan penting seskuiterpen sebagai penolak serangga, insektisida, membantu pertumbuhan (zat pengatur tumbuh), dan anti fungi

• Cybrodol berfungsi sebagai allyl alcohol (Ayer and McCaskill, 1981), yaitu senyawa organik yang digunakan sebagai prekursor bahan senyawa khusus (bahan tahan api, plasticizer), bahan baku untuk membuat gliserol (Krahling et al, 2002) dan pestisida (insektisida, fungisida dan herbisida) serta sebagai antibakteri (ChEBI, 2017; Tomar et al, 2015)

• Fungsi Cybrodol yang merupakan bagian dari terpenoid terbukti sebagai pestisida alami yang dapat diandalkan (Ansarikimia, 2014) dan mampu menghambat pertumbuhan tumor (Robinson, 1995).

2. Ekstrak Kloroform G. lucidumTabel 3. Hasil senyawa aktif yang teridentifikasi pada ekstrak

kloroform G. lucidum

Ekstrak Peak RT % Total Nama senyawa

Kloroform

1 29.32 9.426Dimetyl nonacyclo-icosanel (20), 10-diene-anti-8-dicarboxylate

2 31.84 47.689E rg o s t a - 5 . 7 , 2 2 - t r i e n - 3 - o l , (3.beta.,22E)-

3 31.98 42.885 Metil oxazepam

Page 40: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

27

Ergosta-5,7,22-trien-3-ol, (3.beta., 22E) -• Merupakan senyawa sterol yang masuk ke dalam golongan steroid

dan terdapat dalam jumlah yang besar (47.689 %). Sterol berfungsi untuk mengatur permeabilitas membran sel dan aktivitas enzim mengatur fluiditas membran sel dan permeabilitas, aktivitas enzim membran-terikat dan integritas membran (Wollem and Antebi, 2011).

• Berdasarkan sumbernya, sterol dibagi menjadi 3 macam, yaitu:1. Sterol hewan Disebut dengan kolesterol. Berperan untuk membentuk

membran sel, vitamin D dan hormon steroid2. Phytosterol Contoh phytosterol antara lain oat sterol, campesterol,

stigmasterol dan sitosterol. Umumnya phytosterol ini seperti kolesterol namun terdapat dalam tumbuhan. Fungsi phytosterol ini untuk mengatur pertumbuhan tanaman dan melindungi tanaman dari cekaman lingkungan.

3. Fungisterol Merupakan substansi penting dari selaput sel jamur dan lebih

mengacu pada ergosterol (Prasad et al, 2016; Wollem and Antebi, 2011; Katcher et al, 2009)

Ergosta-5,7,22-trien-3-ol, (3.beta., 22E) – disebut juga dengan “hormon jamur” yang berfungsi dalam tumbuh kembang jamur dan untuk adaptasi terhadap stress (Hu et al, 2017).

Efek farmakologis dari Ergosterol yaitu sebagai obat steroid, antitumor dan antikanker (Kitchawalit et al, 2014; Kobori et al, 2007). Selain itu, aktivitas biologis ergosta-5,7,22-trien-3-ol, (3.beta., 22E) – sebagai antibakteri, antijamur (Lu et al, 2000) dan antivirus patogen (Lindequist et al, 1989).

Page 41: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

28

Methyl Oxazepam• Termasuk golongan obat benzodiazepin (Mandelli et al, 1978) dan

merupakan senyawa terpenoid (Nagawa, 2015)• Methyl oxazepam merupakan senyawa metabolit aktif diazepam

(turunan benzodiazepine) (Nicholson and Stone, 1976; Fuccella et al, 1977)

Fungsi methyl oxazepam yaitu sebagai obat anti nyeri, obat anti depresan (anti kecemasan), penenang, mengobati epilepsi dan antitremor (Kemenkes RI, 2015; Bojanic et al, 2011)

Dimethyl nona-cyclo-icosanel (20), 10-diene-anti-3, anti-8-dikarboksilat• Eicosane memiliki aktivitas biologis seperti antitumor, sitotoksik

dan pestisida (Khatua et al, 2016; Roszaini et al, 2014)• Senyawa Dimethyl nona-cyclo-icosanel (20), 10-diene-anti-3, anti-

8-dikarboksilat termasuk ke dalam golongan senyawa terpenoid (Nagawa, 2015), dimana berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri dan antifungi, antiparasit dan anti peradangan (Orole, 2016)

F. KromatografiLapisTipis(KLT)

PengertianKLTKromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode yang banyak

digunakan untuk mendeteksi suatu senyawa dalam campuran berdasarkan kepolaran. Prinsip kerja KLT yaitu memisahkan sampel berdasarkan sifat polar antara sampel dengan pelarut yang digunakan.

Teknik pemisahan senyawa pada KLT menggunakan fase diam (plat tipis) yang dilengkapi dengan adsorben (penyerap) seperti silika gel, aluminium oksida atau selulosa, dan fase diam ini bersifat polar.

Page 42: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

29

Sedangkan fase gerak disebut dengan Eluen (disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan). Tujuan dari penentuan eluen ini dimaksudkan agar dapat mengetahui pola sebaran senyawa pada sampel sehingga dapat ditentukan polaritas senyawa pada sampel. Tingkat polar eluen berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh.

Nilai Rf (faktor retensi) diperoleh dari jarak yang ditempuh sampel dibagi dengan jarak yang ditempuh eluen. Nilai Rf digunakan untuk mengidentifikasi macam-macam senyawa dalam sampel. Bila Rf-nya lebih besar, maka senyawa tersebut memiliki tingkat kepolaran yang rendah, demikian sebaliknya. Nilai Rf memiliki rentang antara 0,2 – 0,8. Bila nilai Rf tinggi, maka kepolaran eluen harus dikurangi, dan sebaliknya.

Hasil analisis pemisahan senyawa dengan KLT menggunakan lampu UV dan pereaksi penampak noda.

Kelebihan proses KLT ini antara lain:1. Peralatan dan metode pemisahan yang digunakan sangat sederhana2. Lebih hemat waktu dan biaya analisisnya lebih murah karena

beberapa sampel dapat dianalisis secara bersamaan 3. Dapat digunakan untuk sampel yang berukuran sangat kecil (μL)

4. Selektif untuk memisahkan senyawa-senyawa organik

A B

Gambar 7. Kromatografi Lapis Tipis, (A) Fase diam (plat silika gel) dan (B) Plat KLT di fase gerak dalam chamber KLT

(Preethi et al, 2017; Wulandari, 2011; Soebagio, 2002)

Page 43: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

30

Metode Analisis Senyawa Metabolit SekunderGanoderma lucidum denganKLT

Senyawa aktif Ganoderma lucidum yang diekstrak dengan pelarut

metanol, kloroform dan akuades dianalisis menggunakan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT), dimana masing-masing 30 gram serbuk halus G.

lucidum dimasukkan ke dalam larutan 300 ml akuades, 300 ml kloroform

dan 300 ml metanol. Lalu ketiga sampel tersebut dimaserasi (direndam)

selama 3 hari sambal sesekali diaduk. Tiap 3 hari, sampel disaring dan

residu dimaserasi sebanyak 3 kali ulangan. Ekstrak yang diperoleh

kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator hingga menjadi

ekstrak kental.

Ekstrak kental G. lucidum dari ketiga pelarut yang berbeda

(akuades, metanol, kloroform) kemudian dianalisis kandungan senyawa-

nya dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kandungan

senyawa metabolit sekunder yang dianalisis adalah terpenoid, alkaloid,

flavonoid, polifenol dan saponin.

Metode pengujian KLT pada Ganoderma lucidum adalah sebagai

berikut:

Uji TerpenoidSebesar 0,2 gr sampel ditetesi dengan 4-5 tetes n-heksana, divortex

3 menit supaya homogen, lalu ditotolkan pada fase diam (lapisan tipis

Kiesel Gel GF 254) dengan fase gerak n-heksana – etil asetat (4:1) dan

penampak noda anisaldehida asam sulfat. Warna merah ungu atau ungu

menunjukkan adanya terpenoid/steroid.

Uji AlkaloidSebanyak 0,3 gr ekstrak dilarutkan ke dalam 2 ml etanol 96%,

diaduk sampai larut, dan ditambahkan HCl 2N sebanyak 5 ml lalu

dipanaskan di atas penangas air selama 2-3 menit sambil diaduk.

Page 44: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

31

Setelah dingin, larutan ditambahkan 5 ml HCl 2N. Filtrat ditambah

lagi dengan NH4OH pekat hingga larutan menjadi basa. Kemudian

diekstraksi dengan 5 ml kloroform bebas air dalam tabung reaksi. Fase

kloroform (bagian bawah) diambil dengan pipet, dikumpulkan dan siap

untuk diujikan dengan KLT.

Pada uji KLT, fase gerak menggunakan kloroform – etil asetat

(1:1) dan penampak noda yaitu pereaksi Dragendorf. Adanya alkaloid

ditunjukkan dengan adanya warna jingga.

Uji Flavonoid0,2 gr sampel dilarutkan ke dalam 10 ml etanol 96% menggunakan

penggetar ultrasonik. Lalu sebanyak 25 μl ekstrak etanol ditotolkan pada

pelat KLT. Fase gerak yang digunakan yaitu kloroform - metanol (9:1)

dengan penampak noda uap ammonia, UV 366 nm dan 254 nm. Adanya

flavonoid bila muncul noda berwarna kuning intensif dengan penampak

noda uap ammonia.

Uji Polifenol0,3 gr ekstrak dilarutkan ke dalam aquades panas sebanyak 10

ml, diaduk dan dibiarkan hingga mencapai suhu kamar, ditambahkan

sekitar 3-4 tetes 10% NaCl, lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang

didapat kemudian dibagi menjadi 2 yaitu IA dan IB. IA ditetesi dengan

larutan FeCl3 2%, dan bila berwarna hijau biru hingga hitam maka

menunjukkan adanya senyawa fenol.

IB digunakan untuk uji KLT, dimana fase gerak yang digunakan

yaitu etil asetat – metanol – asam formiat (16:4:1) dengan penampak

noda FeCl3 2%, UV 366 nm dan 254 nm. Noda berwarna coklat

hingga kehitaman dengan penampak noda FeCl3 menunjukkan adanya

polifenol.

Page 45: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

32

Uji SaponinLarutan sampel sebanyak 0,3 gram ditambahkan dengan 10 ml

akuades lalu dikocok kuat selama 30 detik. Sampel positif mengandung saponin bila terjadi buih (busa) yang stabil selama lebih dari 30 detik dengan tinggi buih 1-10 cm di atas permukaan dan saat ditambahkan 1 tetes asam klorida 2N, buihnya tidak hilang.

Hasil Analisis Senyawa Metabolit SekunderGanoderma lucidum denganKLT

Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak akuades, metanol dan ekstrak kloroform pada jamur Ganoderma lucidum yang telah teridentifikasi menggunakan KLT adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Uji Metabolit Sekunder Ekstrak G. lucidum dengan Kromatografi Lapis Tipis Pada 3 Pelarut yang Berbeda

No Metabolit Sekunder

Hasil KLT

Ekstrak Akuades G. lucidum

Ekstrak Metanol G.

lucidum

Ekstrak Kloroform G. lucidum

1 Terpenoid/steroid - + +

2 Alkaloid - + -

3 Flavonoid - - -

4 Polifenol - - -

5 Saponin - - -

Dari Tabel 4, tiap senyawa metabolit sekunder G. lucidum yang teridentifikasi memiliki aktivitas biologi dan farmakologis sebagai berikut:

Page 46: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

33

Terpenoid/SteroidTerpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terbesar

dan beragam (Hanson, 2011). Terpenoid pada G. lucidum memiliki ciri

lebih pahit dan terdapat dalam jumlah besar sebagai ganoderic acid

(Paterson, 2006; Wasser, 2005).

Triterpenoid adalah salah satu jenis dari terpenoid yang umumnya

terdapat pada G. lucidum. Aktivitas biologis dan farmakologis dari

terpenoid yaitu sebagai antiradang (antiinflamasi), antioksidan,

antibakteri (Gram positif dan Gram negatif), antivirus, antitumor,

antikanker, melindungi hati dari kerusakan (hepatoprotective), meng-

hambat kolesterol dan sitoktositas terhadap sel kanker (Kao et al, 2013;

Paterson, 2006).

Terpenoid (triterpenoid) membentuk kompleks dengan steroid dan

terdapat dalam jamur Ganoderma. Contoh steroid adalah sterol (Ergosta-

5,7,22-trien-3-ol, (3.beta., 22E) –). Selain itu, kandungan terpenoid dan

sterol digunakan untuk menghambat kolesterol dan sebagai insektisida

(Adeyemi, 2010).

Aktivitas biologis steroid antara lain sebagai prekursor pembentukan

vitamin D, sebagai hormon pertumbuhan, antimikroba (antibakteri dan

anti jamur), sebagai attractan (penarik) dan repellent (penolak) serangga

(Robinson, 1995).

Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki

satu atau lebih Nitrogen dalam cincin heterosiklik dan merupakan

golongan senyawa organik terbesar yang terdapat di alam. Ciri khas

alkaloid yaitu tidak berwarna dan berasa pahit (Hanson, 2011).

Aktivitas biologi dari Alkaloid yaitu umumnya digunakan sebagai

bahan pengobatan. Senyawa alkaloid pada G. lucidum berfungsi sebagai

Page 47: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

34

antibakteri (Smith and Sivasithamparam, 2003). Alkaloid memiliki efek

anti-feedant (senyawa penolak makan) pada serangga serta sebagai

pelindung tanaman dari serangan parasit, hama dan predator lainnya

(Adeyemi, 2010).

Page 48: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

35

Bab4

RAYAP TANAH(Coptotermes Curvignathus)

Rayap tanah Coptotermes curvignathus merupakan rayap dari genus Coptotermes yang banyak merusak bangunan dan menyerang tanaman (perkebunan dan kehutanan) di Indonesia.

Page 49: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

36

Rayap adalah serangga sosial yang mudah dijumpai dan hidup dalam sebuah koloni, dimana tiap rayap dalam koloni memiliki pembagian tugas tertentu (berdasarkan kasta) yang efisien dan menguntungkan koloni secara keseluruhan. Hal inilah yang membedakan rayap dengan serangga sosial lainnya (belalang, kumbang atau kecoak) karena umumnya sebagian besar serangga hanya bekerja untuk diri mereka sendiri.

Rayap sangat sensitif/tidak tahan terhadap cahaya, sehingga rayap mudah kita jumpai di lingkungan yang gelap, lembab dan suhu yang hangat. Umumnya rayap bersarang di dalam kayu atau mendekati permukaan tanah (Miller, 2010).

Morfologi rayap dapat dikenali dari tubuhnya yang lunak, warnanya pucat dan memiliki tipe mulut penggigit dan mengunyah. Sumber makanan rayap berupa selulosa yang diperoleh dari kayu, rumput, kulit tanaman, sabut kelapa, kertas, karton, tekstil atau tanah. Rayap mengalami metamorfosis tidak sempurna yang diawali dari telur, nimfa (serangga muda) dan imago (serangga dewasa).

Peranan rayap di alam yaitu sebagai pengurai (dekomposer) yang menguraikan sisa-sisa tanaman/kayu yang mengandung selulosa hingga menjadi humus dan tanah menjadi subur. Rayap juga dapat berperan sebagai petunjuk adanya cadangan air.

Selain menguntungkan, rayap juga dapat merugikan manusia karena rayap bersarang dan memakan kayu atau kerangka bangunan rumah, kertas dan lain-lain. Oleh sebab itu, rayap sering dianggap sebagai hama

yang menimbulkan kerugian ekonomi (Verma et al., 2009).

Kasta RayapRayap memiliki kelompok-kelompok

yang disebut kasta untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Kasta rayap dibagi menjadi 3 yaitu:

Page 50: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

37

1. Rayap Kasta Produktif (Alates)Rayap reproduksi ini berwarna pucat dan ukurannya lebih besar dari

rayap pekerja dan tidak memiliki sayap. Terdapat 1 ratu dan 1 raja dalam koloni rayap. Tubuh Ratu berukuran besar karena sepanjang hidupnya hanyalah bertelur sampai ia mati dan tidak pernah keluar dari sarangnya. Tugas Raja berukuran 1/10 dari ukuran tubuh Ratu dan tugasnya untuk membuahi Ratu.

2. Rayap Kasta PrajuritRayap prajurit memiliki kepala yang besar, tubuhnya lunak, tidak

bersayap, tidak memiliki mata, berwarna kemerahan serta memiliki kemampuan menyerang. Bagian kepala rayap prajurit dilengkapi dengan sepasang mandibula (arit) untuk menusuk, memotong dan membunuh musuh (terutama semut). Rayap prajurit bertugas untuk menjaga sarang dan keseluruhan koloni.

3. Rayap Kasta PekerjaRayap pekerja berwarna putih susu, tidak bersayap, tidak memiliki

mata, bertubuh lunak dan mulutnya sangatnya keras untuk mengunyah makanan. Rayap pekerja bertugas untuk mencari makanan, membuat terowongan untuk mencari makanan, membuat sarang dan melayani ratu serta anggota koloni lainnya (Miller, 2010).

A. KlasifikasiIlmiahMenurut Nandika dkk (2003), klasifikasi rayap tanah C. curvignathus

adalah sebagai berikut:Kingdom : AnimaliaFilum : ArthropodaKelas : Insecta

Page 51: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

38

Ordo : IsopteraFamili : RhinotermitidaeGenus : CoptotermesSpesies : Coptotermes curvignathus

B. MorfologiRayapTanahRayap tanah Coptotermes curvignathus merupakan jenis rayap

Coptotermes yang berukuran besar dan berwarna pucat (Kirton, 2013; Sukartana et al., 2009). Rayap dari famili Rhinotermitidae umumnya hidup di dalam kayu atau dekat dengan permukaan tanah (Nandika dkk, 2003).

Gambar 8. Rayap tanah (Coptotermes curvignathus)

Page 52: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

39

Rayap C. curvignathus mudah dikenali dari perilaku rayap prajuritnya yang apabila diserang maka akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu dari lubang fontanel untuk melumpuhkan musuhnya. Rayap tanah kasta pekerja C. curvignathus memiliki kepala yang berwarna kuning dan memiliki mandibula seperti arit yang ujungnya melengkung. Terdapat rambut seperti duri dan berwarna putih kekuningan yang menutupi bagian perut (abdomen) (Nandika dkk, 2003).

Dalam mencerna makanan yang berupa selulosa pada usus rayap, C. curvignathus bersimbiosis dengan protozoa seperti Pseudotrichonympha, Holomastigotoides dan Spirotrichonympha (Sajab and Lardizabal, 1998).

C. EfekyangditimbulkanRayapTanah

Rayap tanah (Coptotermes curvignathus) merupakan rayap dari genus Coptotermes yang dikenal sebagai hama perusak bangunan, pertanian, perkebunan maupun tanaman kehutanan karena kemampuannya membentuk koloni yang besar, serangan merusaknya sangat cepat serta memiliki daya jelajah yang luas. Sehingga rayap ini menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia (Sukartana et al, 2009; Miller, 2010).

Page 53: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum
Page 54: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

41

Bab5

BIOAKTIVITAS GANODERMA LUCIDUM

SEBAGAI BIOPESTISIDA NABATI

VS

Page 55: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

42

A. UjiBioaktivitas Ganoderma lucidumPenelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental yang

dilakukan dengan melakukan pengamatan (observasi) untuk mengetahui kemampuan jamur Ganoderma lucidum dalam membunuh rayap tanah Coptotermes curvignathus. Metode observasi yang dilakukan meliputi melihat, menghitung, mencatat jumlah rayap yang mati dan mendokumentasikannya.

Metode Penelitian yang dilakukan terdiri dari:Pembuatan ekstrak Ganoderma lucidum

Disiapkan masing-masing 30 gram serbuk halus G. lucidum untuk diekstrak dengan proses maserasi (perendaman) ke dalam 3 pelarut yaitu akuades, metanol dan kloroform selama 3 hari. Re-maserasi sebanyak 3 kali. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan rotary evaporator hingga mendapatkan ekstrak kental.

Pembuatan konsentrasi Ganoderma lucidum 3 ekstrak kental G. lucidum diencerkan untuk pembuatan konsen-

trasi, yaitu 5%, 10%, 20%, 30% dan 40%. Setelah konsentrasi dibuat, lalu dilakukan uji biopestsida G. lucidum terhadap rayap tanah.

Persiapan Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Rayap tanah Coptotermes curvignathus diperoleh dari daerah Desa

Wonokasian Kecamatan Wonoayu Kecamatan Sidoarjo. Koloni rayap tanah lalu dimasukkan ke kotak plastik, diisi dengan tanah dan kayu-kayu sebagai sumber makanannya dan tanahnya dibasahi supaya tetap lembab agar rayap tanah tidak mati karena dehidrasi selama pengujian. Rayap tanah sangat peka terhadap cahaya sehingga kotak uji yang berisi rayap tersebut ditututup dengan kain hitam untuk mengkondisikan habitat rayap, mencegah rayap tanah keluar dari kotak uji dan sebagai sirkulasi udara.

Page 56: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

43

Proses Uji Biopestisida Nabati G. lucidum terhadap Rayap

Masing-masing kotak uji berisi 10 gram tanah. Lalu kertas saring

(diameter 9 cm) direndam ke dalam larutan ekstrak selama ± 15 menit

pada masing-masing konsentrasi yang telah ditentukan lalu dikeringkan.

Untuk kontrol, kertas saring direndam ke dalam akuades.

Kertas saring yang telah kering dimasukkan ke dalam kotak uji yang

telah berisi tanah dan rayap tanah (15 ekor rayap pekerja dan 5 ekor rayap

prajurit). Setelah itu, bagian atas kotak uji ditutup dengan kain hitam dan

diletakkan dalam tempat yang gelap. Proses pengujian dilakukan selama

3 hari, dimana setiap hari dilakukan perhitungan jumlah rayap yang mati.

Masing-masing perlakukan dilakukan 3 kali ulangan.

Uji Parameter1. Kematian (Mortalitas) Rayap Tanah

Pada masing-masing perlakuan dan kontrol, selama 3 hari pengujian

dihitung jumlah rayap yang mati. Rumus perhitungan kematian rayap

adalah sebagai berikut:

Mortalitas (%) = Jumlah rayap yang mati setelah pengujian x 100 %

Jumlah rayap mula-mula

2. Uji Penolak Serangga (Repelensi) Repelensi dilakukan untuk menguji keefektifan senyawa aktif G.

lucidum yang diekstrak dengan 3 pelarut yang berbeda terhadap rayap

tanah. Uji ini dilakukan setelah 30 menit setelah pemberian masing-

masing konsentrasi pada ketiga ekstrak G. lucidum. Rumus perhitungan

repelensi adalah sebagai berikut:

Repelensi (%)= JK - JU x 100 %

JK

Page 57: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

44

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) uji repelensi yang dilihat dari jumlah rayap yang mati setelah kertas

uji diumpankan ke rayap saat 30 menit awal perlakuan2) menghitung jumlah rayap yang mati tiap 24 jam selama 3 hari pada

masing-masing konsentrasi yang telah ditentukan (yaitu 0%, 5%, 10%, 30% dan 40%)

(Addisu et al, 2014)

B. HasilGanodermaLucidumSebagaiBiopestisidaNabatiTerhadapRayapTanahAdapun hasil rerata kematian (mortalitas) rayap dan rerata repelensi

rayap tanah Coptotermes curvignathus pada masing-masing ekstrak G. lucidum dapat dilihat pada Grafik 1.

Grafik 1. Nilai rerata kematian (mortalitas) Rayap Tanah C. curvignathus pada 3 ekstrak G. lucidum yang berbeda

Page 58: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

45

Pada konsentrasi 0% (kontrol), persentase nilai mortalitas rayap paling terkecil (37%) dan nilai repelensinya paling besar yaitu 100%. Hal ini dikarenakan pada kontrol, kertas saring uji hanya direndam dalam larutan akuades sehingga tidak memberikan efek toksik pada rayap sehingga jumlah rayap yang masih hidup lebih banyak dari yang lainnya (tidak memiliki efek toksik terhadap rayap tanah).

Pada ekstrak akuades G. lucidum, konsentrasi 20% menunjukkan rata-rata persentase mortalitas yang tinggi yaitu 96%. Meskipun dalam ekstrak akuades G. lucidum tidak ditemukan metabolit sekunder, namun diduga mengandung senyawa metabolit sekunder lainnya yang dapat membunuh rayap.

Pada konsentrasi 5% ekstrak metanol G. lucidum, menunjukkan nilai mortalitas rayap sebesar 96%. Hal ini dapat dilihat bahwa konsentrasi 20% dan 40% pada ekstrak metanol G. lucidum memiliki nilai rerata mortalitas rayap yang paling besar (100%). Sedangkan pada ekstrak kloroform G. lucidum, nilai rerata mortalitas rayap yang tertinggi (100%) terdapat pada konsentrasi 20-40%.

Nilai mortalitas yang semakin besar menunjukkan bahwa ekstrak G. lucidum memiliki sifat anti rayap. Menurut Lee et al. (2013), tanaman yang digunakan sebagai biopestisida nabati dikatakan efektif bila nilai mortalitas serangga (rayap) lebih dari 50%. Adapun klasifikasi rentang mortalitas rayap yang dinyatakan oleh Lee et al. (2013) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rentang Mortalitas Rayap menurut Lee et al. (2013)

Klasifikasi Persentase ( % )Lemah 0 – 33Sedang 34 – 66Kuat 67 – 99

Sangat Kuat 100

Page 59: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

46

Ganoderma lucidum mampu membunuh rayap diduga karena adanya senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak G. lucidum tersebut. Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman, seperti fenol, terpenoid, alkaloid, steroid dan saponin merupakan senyawa yang berperan sebagai pelindung terhadap serangan serangga atau anti rayap (biopestisida nabati) (Harborne, 1987; Robinson, 1995; Sastrodihardjo, 1999; dan Bandarnayake, 2012).

Terdapat keterkaitan antara nilai kematian (mortalitas) rayap dan repelensi, dimana semakin tinggi konsentrasi yang diberikan terhadap rayap tanah maka nilai porsentase mortalitas semakin besar dan nilai uji repelensi semakin kecil.

Dari Grafik 2, diketahui bahwa pada konsentrasi 40% baik pada ekstrak akuades, ekstrak metanol dan ekstrak kloroform dari G. lucidum merupakan konsentrasi yang optimal dalam membunuh rayap karena nilai repelen yang dihasilkan rendah yaitu sebesar 87%, 82% dan 68%.

Grafik 2. Nilai rerata Repelensi Rayap Tanah C. curvignathus pada 3 ekstrak G. lucidum yang berbeda

Page 60: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

47

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi terkecil G. lucidum bersifat racun dan memiliki bioaktivitas sebagai antirayap yang kuat sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai biopestisida. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prianto et al, (2006), yang menyebutkan bahwa seiring dengan semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan maka terjadi penurunan nilai repelen sehingga akan mempengaruhi aktivitas makan rayap.

Rendahnya nilai persentase uji penolak serangga (repelensi) juga mengindikasikan bahwa G. lucidum ini dapat digunakan sebagai anti rayap dan aman bagi lingkungan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ojianwuna et al. (2016), yang menyatakan bahwa tanaman dengan efek pengusir (repelen) akan merangsang organ sensorik serangga yang akhirnya menyebabkan kematian serangga, sehingga efek negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan sedikit atau bahkan aman ketika digunakan untuk mengontrol hama. Umumnya, repellent tidak langsung membunuh serangga, namun berfungsi untuk menolak kehadiran serangga karena baunya yang menyengat (Novizan, 2002).

Terganggunya daya makan serangga (rayap) terjadi karena sifat toksik pada senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder berfungsi sebagai zat penolak makan (racun perut) yang sangat kuat bagi berbagai jenis serangga (Hanson, 2011). Senyawa tersebut masuk ke dalam usus rayap dan menyerang protozoa simbion yang ada di dalamnya. Protozoa simbion menghasilkan enzim selulase untuk mengubah selulosa menjadi gula sederhana dan asam asetat sebagai sumber energi untuk rayap sehingga rayap yang tidak memiliki protozoa simbion akan mati karena rayap tidak dapat mencerna makanannya (Nandika et al. 2003).

Senyawa golongan terpenoid/steroid dan alkaloid diduga memberikan pengaruh terhadap besarnya mortalitas rayap. Aktivitas biologi dari senyawa tersebut yaitu beracun, menghambat daya makan, pelindung dari serangan mikroba dan racun perut, anti parasit dan sebagai

Page 61: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

48

insektisida (Adeyemi, 2010; Harborne, 1987) serta memiliki bioaktivitas yang tinggi dalam membunuh rayap (Sugita dkk, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian, jamur Ganoderma lucidum berpotensi sebagai biopestisida nabati dan bersifat anti rayap yang kuat terhadap rayap tanah Coptotermes curvignathus.

Page 62: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

49

DAFTAR PUSTAKA

Addisu S, Mohamed D, Waktole S, 2014. Efficacy of Botanical Extracts against Termites, Macrotermes spp., (Isoptera: Termitidae) under Laboratory Conditions. International Journal of Agricultural Research. 9 (2): 60-73.

Adeyemi, H. 2010. The potential of secondary metabolites in plant material as deterents against insect pest: A review. African Journal of Pure and Applied Chemistry. 4(11): 243-246.

Asmaliyah, Hadi, E.E.W., Waluyo, E.A., Muslimin, I. 2016. Kandungan Fitokimia Beberapa Tumbuhan Obat Di Peisisir Pantai Dan Lahan Basah Serta Potensinya Sebagai Pestisida Nabati. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang. Hal 165-175.

Asmaliyah, dkk. 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati dan Pemanfaatannya Secara Tradisional. Jakarta: Kementerian Kehutanan.

Ayer, A.W. and McCaskill, R.H. 1981. The cybrodins, a new class of sesquiterpenes. Can.J. Chem, Vol. 59. Hal 2150

Babu, P.D. and Subhasree. 2008. The Sacred Mushroom “Reishi”-A Review. American-Eurasian Journal of Botany. 1(3): 107-110.

Bandaranayake WM, 2002. Bioactivities, Bioactive Compounds of Chemical Constituent and Mangrove Plants. Wetlands Ecology and Management Journal. Vol. 10. Hal 421-452.

Page 63: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

50

Bojanic, Z., Bojanic, N., Bojanic, V., Lazovic, M. 2011. Drug Interactions With Diazepam. Acta Medica Medianae, 50(2): 76-82

Breitmaier, D. 2006. Sesquiterpenes. Terpenes: Flavor, Fragrances. Pharmaca. Pheromones. Doi:10.1002/9783527609949.ch3. ISBN 9783527609949

CheEBI. (2017). CHEBI: 16605 - Allyl Alcohol. https://www.ebi.ac.uk/chebi/searchId.do?chebiId=CHEBI:16605. (diakses tanggal 7 September 2018).

Chaman, L. and Verma, L.R. 2006. Use of certain bio-products for insect-pest control. Indian Journal of Traditional Knowledge, 5(1), 79- 82.

Cinchana, N.V., Sujan, G.P.S. & Shruthi, S.D. (2011). In-vitro antioxidant and antibacterial activities of the four synthesized indole derivatives. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 2(2), 353-362.

Croteau, R., Kutchan, T.M., Lewis, N.G. 2000. Natural products (secondary metabolites). Biochemistry & Molecular Biology of Plants. Vol 24. Hal 1250-1318.

De-Fatima, A., Modolo, L.V., Conegero, L.S., Pilli, R.A., Ferreira, C.V., Kohn, L.K., de-Carvalho, J.E. (2006). Lactones and their derivatives: biological activities, mechanisms of action potential leads for drug design. Curr. Med. Chem. Vol. 13. Hal 3371-3384.

Donk, M.A.A. 1964. Conspectus of the families of Aphyllophorales. Rijksherbarium, Leiden. 3(2): 19-24.

Fergus, L. 2008. Why Wood Decay Fungi?. https://www.messiah.edu/Oakes/fungi_on_wood/introduction%20page/why%20wood%20decay%20fungi.htm. (diakses tanggal 10 September 2018)

Page 64: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

51

Fuccella, L.M., Bolcioni, G., Tamassia, V., Ferrario, L., Tognoni, G. 1977. Human pharmacokinetics and bioavailability of temazepam administered in soft gelatin capsules. British Journal of Clinical Pharmacology, In Press.

Graff, A. 2006. Reishi Mushroom: Ganoderma lucidum. Standards of Analysis, Quality Control, and Therapeutics. American Herbal Pharmacopoeia and Therapeutic Compendium. USA.

Gao, Y., Zhou, S., Jiang, W., Huang, M., Dai, X. 2003. Effects of ganopoly (a Ganoderma lucidum polysaccharide extract) on the immune functions in advanced-stage cancer patients. Immunol Invest, 32(3): 201-215.

Hanson, J.R. 2011. Natural products: The Secondary Metabolites. University of Sussex.

Harborne JB, 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB. Bandung.

Hu, Z., He, B., Ma, L., Sun, Y., Niu, Y., Zeng, B. 2017. Recent Advances in Ergosterol Biosynthetis and Regulation Mechanisms in Saccharomyces cerevisiae. Indian J. Microbiol. 57(3): 270-277.

Hussain, S.Z. and Maqbool, K. 2014. GC-MS: Principle, Technique and its application in Food Science . Int J Curr Sci. Vol. 13. Hal 116-126.

Iwolokun, B.A., Usen, U.A., Otunba, A.A. Olukoya, D.K. 2007. Comparative phytochemical antioxidant properties of Pleurotus ostreatus. Afr J Biotechnol. 15(6): 1732-1739.

Johnson, M., Yamunadevi, M., Gnaraj, W.E. 2011. Chromatographic fingerprint analysis of steroids in Aerva lanata L. by HPTLC technique. Asian Pac J of Trop Biomed. 428-433.

Page 65: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

52

Kannan, M., Muthusamy, P. and Venkatachalam, U. 2016. Quantification of bioactive components from medicinal herb Ganoderma lucidum using HPTLC and GC-MS techniques. Research Journal of Biotechnology. 11(6): 49-57.

Kao, C.H.J., Jesuthasan, A.C., Bishop, K.S., Glucina, M.P., Ferguson, L.R. 2013. Anti-cancer activities of Ganoderma lucidum: active ingredients and pathways. Functional Foods in Health and Disease. 3(2): 48-65.

Kardinan, A. 2004. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Karsten, P. 1881. Enumeratio Boletinarum et Polyporarum Fennicarum systemate novo dispositorum. Rev. Mycol. Vol. 3. Hal 16-18.

Katcher, H., Hill, A., Lanford, J., Yoo, J, Kris-Etherton, P. 2009. Lifestyle Approaches and Dietary Strategies to Lower LDL-Cholesterol and Tryglycerides and Raise HDL-Cholesterol. Endocrinology and Metabolism Clinics.

Kaushik, J.C., Sanjay A., Tripathi N.N., Arya S. (2002). Antifungal properties of some plant extracts against damping off fungi of forest nurseries. Indian Journal of Forestry. Vol. 25. Hal 359-361.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 02.02/Menkes/523/2015 tentang Formularium Nasional. Kementerian Kesehatan, Jakarta.

Khan, I., Anupama, Singh, B. (2015). 1,4-Benzodiazepine: An Overview of Biological Properties. Sci. Revs. Chem. Commun, 5(1), 13-20.

Khatua, S., Pandey, A., Biswas, S.J. 2016. Phytochemical evaluation and antimicrobial properties of Trichosanthes dioica root extract. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 5(5): 410-413.

Page 66: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

53

Kirk, P.M., Cannon, P.F., Minter, D.W., Stalpers, J.A. 2008. Dictionary of the Fungi. 10th Ed. Wallingford: CABI. p.272.

Kirton, LG. Coptotermes curvignathus (rubber termite). http://www.cabi.org/isc/datasheet/15282. Diakses tanggal 26 April 2013

Lee SH, H’ng TL, Peng TL, Lum WC 2013 Response of Coptotermes curvignathus (Isoptera: Rhinotermitidae) to Formaldehyde Catcher-treated Particleboard Pakistan J. Biological Sci. 16 (21): 1415-1418

Lindequist, U., Lesnau, A., Teuscher, E., Pilgrim, H. 1989. Antiviral activity of ergosterol proxide. Pharmazie. Vol. 44. Hal 579-580.

Lu, H., Zou, W. X., Meng, J.C., Ju, J., Tan, R.X. 2000. New bioactive metabolites produced by Colletotrichum sp., an endophytic fungus in Artemisia annua. Plant Science, Vol. 151. Hal 67-73.

Mandelli, M., Tognoni, G., Garattini, S. 1978. Clinical Pharmackinetics of Diazepam, Clinical Pharmacokinetics. Vol. 3. Hal 72-91.

Marston, A. 2007. Role of Advances in chromatographic techniques in phytochemistry. Phytochemistry. Vol. 68. Hal 2785-2797.

Melissa Petruzzelo. Ganoderma-Fungus Genus. https://www.britannica.com/science/Ganoderma (diakses tanggal 10 September 2018).

Miller, G.T. 2002. Living in the Environment. 12th Edition Rev. Belmont Wadsworth: Thomson Learning.

Miller DM, 2010. Subterranean Termite Biology and Behavior. Virginia Cooperative Extension Program. www.ext.vt.edu

Mizuno, T. 1997. Studies on bioactive substances and medicinal effect of Reishi, Ganoderma lucidum in Japan. In: Proceedings of the 1st International Symposium on Ganoderma lucidum in Japan. Toyo-Igaku-Sha Co. Ltd. Tokyo. Hal. 121-127.

Page 67: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

54

Nagawa, C.B. 2015. Chemical Composition And Biological Activity

of Essential Oils And Extractives From Selected Tree Species of

Uganda, Ph.D.Dissertation, Universitat fur Bodenkultur Wien.

Nandika, D., Rismayadi, Y., Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan

Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Yogyakarta.

Nicholson, A.N. and Stone, B.M. 1976. Effect of a metabolite of

diazepam, 3-hydroxydiazepam (Temozepam), on sleep in man.

British Journal of Clinical Pharmacology. 3: 543-550.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah

Lingkungan. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Ojianwuna, C.C., Olisedeme, P., Ossai, S.L. 2016. The Toxicity and

repellency of some plant extracts applied as individual and mixed

extracts against termites (Macrotermes bellicosus). Journal of

Entomology and Zoology Studies. 4(1): 406-418.

Orole, O.O. 2016. GC-MS Evaluation, Phytochemical and Antinutritional

Screening of Ganoderma lucidum. Journal of Advances in Biology

& Biotechnology. 5(4): 1-10.

Paterson, R. 2006. Ganoderma – A therapeutic fungal biofactory.

Phytochemistry. Vol. 7. Hal 1985-2001.

Poedjiadi, A. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Prasad, R., Shah, A.H., Rawal, M.K. 2016. Antifungals: mechanism of

action and drug resistance. Adv Exp Med Biol, Vol 892. Hal 327-

349.

Preethi, J., Harita, B., Rajesh, T. 2017. Review on Thin Layer

Chromatography. Journal of Formulation Science & Bioavailability,

1(1): 1-4.

Page 68: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

55

Prianto, A.H., Yusuf, S., Guswenrivo, I., Tarmadi, D., Kartika, T. 2006. Sifat Anti Rayap Ekstrak Antiaris Antiaris toxicaria dan Ki Pahit Picrasima javanica Terhadap Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren UPT Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial LIPI. Bogor.

Purwanto, E. 2017. Busuk pangkal batang pada kelapa sawit. http://agrokomplekskita.com/3376-2penyakit-ganoderma-akar-merah/ (diakses tanggal 10 September 2018).

Raju, G.N., Sai, K.B., Meghana, M.S., Chandana, K., Suresh, P.V. & Nadendla, R.R. (2015). Synthesis, Characterization and Biological Activity of Indole-2-carboxylic acide derivatives. International Journal of Pharmaceutical Chemistry, 5, 202-206.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press.

Roszaini. Kadir, Norazah and M. Ali, “Anti-termitic potential of heartwood and bark extract and chemical compounds isolated from Madhuca utilis Ridl. H.J. Lam and Neobalanocarpus heimmi King P.S. Ashton. Holzforschung, 68(6): 713-720, 2014.

Sahil, K., Prashant, B., Akanksha, M., Premjeet, S., Devashish, R. 2011. Gas Chromatography-Mass Spectrometry: Applications. International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives. 2(6): 1544-1560.

Sajab,A.S. and Lardizabal, M.L. 1998. Major protozoan fauna in the tropical subterranean termite, Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera:Rhinotermitidae). Sociobiology. 32(1): 119-124.

Sastrodihardjo. 1999. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung: ITB Press

Page 69: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

56

Sawitnotif. 2018. Siklus Hidup Jamur Ganoderma Dari Kecil Hingga Besar. http://sawitnotif.pkt-group.com/2018/02/07/siklus-hidup-jamur-ganoderma-dari-kecil-hingga-besar/ (diakses tanggal 10 September 2018).

Schumann, G.L. and Gleora, J.D’Arcy. 2012. Hungry Planet, stories of plant. The American Phytopathological Society. USA: St Paul, Minnesota. P.294

Smith, B.J. and Sivasithamparam, K. 2003. Morphological Studies of Ganoderma (Ganodermataceae) from the Australasian Pasific Regions. Australian Systematic Botany. Vol 16. Hal 487-503.

Soebagio. 2002. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.

Setiawati, W., Murtiningsih, R., Gunaedi, N., Rubiati, T. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati Dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Bandung: Prima Tani Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Skoog, D.A., Holler, F.J., Crouch, S.R. 2007. Principles of Instrumental Analysis. 6th Edition. Brooks/Cole Cengage Learning.

Sugita P, Darusman LK, Setiawati T, 2000. Steroid dari Ekstrak Hopea mengawan sebagai bahan baku insektisida biologis. Jurnal Buletin Kimia. Hal 37-41

Sukartana, P. Sumarni, G, dan Broadbent, S. 2009. Evaluation of Chlorfluazuron In Controlling The Subterranean Termite Coptotermes curvignathus (Isoptera: Rhinotermitidae) In Indonesia. Journal of Tropical Forest Science. 21(1): 13-18.

Supriadi. 2013. Optimasi pemanfaatn beragam jenis pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 32(1): 1-9.

Page 70: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

57

Suriana, N. 2012. Pestisida Nabati: Pengertian, Kelebihan, Kelemn Mekanisme Kerja. http://www.informasitips.com (diakses tanggal 10 September 2018).

Syakir, M. 2011. Status Penelitian Pestisida Nabati Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. Seminar Nasional Pestisida Nabati IV. Jakarta. 15 Oktober 2011.

Tapondjou, L.A., Adler, C., Bouda, H., Fontem, D.A. 2002. Efficacy of powder and essential oil from Chenopodium ambrosioides leaves as post-harvest grain protectants against six-stored product beetles. Journal of Stored Products Research. Vol. 38. Hal 395-402.

Thompson, D., Mitchell, S., Clarke, K., Sarden, K. & Aiken, K.S. 2012. 2-Bromophenyl Salicylate. Molbanky.

Tomar, S.R., Golla, U & Bandi, G. 2015. Molecular Cytotoxicity Mechanisms of Allyl Alcohol (Acrolein) in Budding Yeast. Chemical Research in Toxicology. 28(6), 1246-1264.

Umirna. 2016. Analisis Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Dari Kulit Buah Kecombrang (Etlingera elatior) Dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis. Skripsi. Sulawesi Selatan: Program Studi Kimia Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo.

Upton, R. 2000. American Herbal Pharmacopeia and Therapeutic Compendium: Reishi Mushroom, Ganoderma lucidum. Standards of Analysis, Quality Control, and Therapeutic Santa Cruz. USA: Canada.

Wasser, S.P. 2005. Reishi or Lingzhi (Ganoderma lucidum). Encyclopedia of Dietary Supplements. Hal. 603-622

Wollam, J. and Antebi, A. 2011. Sterol regulation of metabolism, homeostatis and development. Annu Rev Biochem, Vol. 80. Hal 885-916.

Page 71: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

58

Woo, Y.A., Kim, H,J., Chung, H. 1999. Discrimination of herbal medicines according to geographical origin with near infrared reflectance spectroscopy and pattern recognition techniques. J. Pharm Biomed Anal, 21(2): 407-413.

Wulandari, L. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus Presindo.

Zhao, J.D. and Zhang, X.Q. 1994. Importance, distribution and taxonomy of Ganodermataceae in China. Proceedings of Contributed Symposium, B 5th International Mycological Congress. Vancouver. Hal 14-21.

https://indonesiabertanam.com/2013/03/07/kelebihan-dan-kekurangan-pestisida-nabati/

https://ganiapetanicerdas.com/2018/02/12/mengenal-lebih-dekat-kutu-daun/ (diakses tanggal 10 September 2018)

https://www.rebelcircus.com/blog/cornearworm/Insects Approved To Be In Your Food/2018 (diakses tanggal 10 September 2018)

https://kampoenganggrek.com/pengendalian-hama-dan-penyakit-phalaenopsis/

http://sinau-basajawi.blogspot.com/2017/04/suket-teki.html

https://jualpestisida.com/pembasmi-hama-tikus-pada-areal-pertanian-sawah/

Page 72: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum

59

TENTANG PENULIS

SURAHMAIDA, S.Si., M.TLahir di Surabaya, 16 Oktober 1981. Saat ini Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap di Akademi Farmasi Surabaya. Penulis menyelesaikan studi S1 (S.Si) Biologi di Institut Teknologi Nopember Surabaya (ITS) pada tahun 2005, dan studi S2 (M.T) Teknik Lingkungan diInstitut Teknologi Nopember Surabaya (ITS) pada tahun 2009. Mata kuliah yang diampu Penulis adalah Botani Farmasi, Biologi Sel, Biokimia dan Mikrobiologi.

TRI PUJI LESTARI SUDARWATI, M.Si

Lahir di Surabaya, 14 Desember 1983. Studi S1 (S.Si) Biologi di Universitas Udayana pada tahun 2008, dan studi S2 (M.Si) Biologi di Universitas Airlangga pada tahun 2014. Mata kuliah yang diampu adalah Biologi Sel dan Mikrobiologi.

Page 73: POTENSI DAN SENYAWA AKTIF Ganoderma lucidum