poster5 kue kering suarni

8
Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pa ngan Tradisional  153 KUE KERING DAN BASAH OLAHAN TRADISIONAL BERBASIS TEPUNG DI SULAWESI SELATAN Suarni Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros  ABSTRACT Traditional Flour-based Cakes of South-Sulawesi One of very popular traditional food type in Sulawesi is pastry and cake as dish served with the tea beverage in the morning and evening.. Various ethnic in Sulawesi consume at varios occasions, either at home or at formal meeting such as wedding ceremonial, traditional party and others. This paper describe various traditionl pastry product regarding the raw material used, procedure of processing and nutrition content. Cookies type based on the flour are baurasa, bangke minnya, bagia, nennu-nennu, beppa rakko, canggoreng, bangke lengga,  while wet cake include bolu, dange, putu cangkiri, kaddong boddong. Non-wheat flour can also be used to make traditional cookies are rice powder, sago, cassava, and maize. The product mentioned above are suitable to allergic consumers. This paper is hopefully will be usefull for society outside Sulawesi, so that they can make modification according to their preference. Pastry has storability relatively longer that give the opportunity for the development of small agro industry in farmer level. The cake recipe mentioned above was the input for researcher of pastry to do more development of techn ology. Key word : cookies, cake, traditional product, South Sulawesi PENDAHULUAN Pangan dan gizi dapat dicerminkan oleh keadaan konsumsi pangan penduduk, ketersediaan pangan, dan status gizi masyarakat. Dari segi penyediaan baik secara nasional maupun regional Sulawesi Selatan, dapat diungkapkan bahwa ketersediaan pangan telah melampaui angka kecukupan energi pangan yang ditetapkan dalam Wydiakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 (2200 kalori). Namun demikian, mengingat peranan kelompok padi- padian yang di atas 60%, maka berdasarkan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) dapat disimpulkan bahwa mutu gizi bahan makanan yang tersedia perlu ditingkatkan (Syahrir, 2002). Menurut Thaha (2002) ketersediaan bahan pangan dengan kandungan nilai gizi tinggi harus diiringi pengolahan makanan hingga siap santap, masalah ini tidak terlepas dari selera konsumen. Selera sangat menentukan produk olahan suatu makanan, olehnya itu, untuk pemenuhan pangan setiap keluarga faktor budaya olahan makanan yang dikenal di lingkungan tempat tinggal sejak lahir hingga tumbuh dewasa. Setiap daerah mempunyai olahan tradisional yang sesuai dengan selera masyarakatnya. Sejak dahulu masyarakat di Sulawesi Selatan sangat menggemari makanan selingan/ringan sebagai pasangan minum teh pagi dan sore hari. Bahkan merupakan syarat utama pada acara ritual syukuran dan acara pernikahan sebagai isi bosara (tempat kue)

Upload: rinigunawan

Post on 15-Oct-2015

138 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    1/8

    Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional 153

    KUE KERING DAN BASAH OLAHAN TRADISIONAL

    BERBASIS TEPUNG DI SULAWESI SELATAN

    Suarni

    Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

    ABSTRACT

    Traditional Flour-based Cakes of South-Sulawesi

    One of very popular traditional food type in Sulawesi is pastry and cake as dish served with

    the tea beverage in the morning and evening.. Various ethnic in Sulawesi consume at varios

    occasions, either at home or at formal meeting such as wedding ceremonial, traditional party

    and others. This paper describe various traditionl pastry product regarding the raw materialused, procedure of processing and nutrition content. Cookies type based on the flour are

    baurasa, bangke minnya, bagia, nennu-nennu, beppa rakko, canggoreng, bangke lengga, while wet

    cake include bolu, dange, putu cangkiri, kaddong boddong. Non-wheat flour can also be used to

    make traditional cookies are rice powder, sago, cassava, and maize. The product mentioned

    above are suitable to allergic consumers. This paper is hopefully will be usefull for society

    outside Sulawesi, so that they can make modification according to their preference. Pastry

    has storability relatively longer that give the opportunity for the development of small agro

    industry in farmer level. The cake recipe mentioned above was the input for researcher of

    pastry to do more development of technology.

    Key word :cookies, cake, traditional product, South Sulawesi

    PENDAHULUAN

    Pangan dan gizi dapat dicerminkan oleh keadaan konsumsi pangan penduduk,

    ketersediaan pangan, dan status gizi masyarakat. Dari segi penyediaan baik secara nasional

    maupun regional Sulawesi Selatan, dapat diungkapkan bahwa ketersediaan pangan telah

    melampaui angka kecukupan energi pangan yang ditetapkan dalam Wydiakarya Pangan

    dan Gizi tahun 1998 (2200 kalori). Namun demikian, mengingat peranan kelompok padi-

    padian yang di atas 60%, maka berdasarkan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) dapat

    disimpulkan bahwa mutu gizi bahan makanan yang tersedia perlu ditingkatkan (Syahrir,

    2002). Menurut Thaha (2002) ketersediaan bahan pangan dengan kandungan nilai gizi

    tinggi harus diiringi pengolahan makanan hingga siap santap, masalah ini tidak terlepas dari

    selera konsumen. Selera sangat menentukan produk olahan suatu makanan, olehnya itu,

    untuk pemenuhan pangan setiap keluarga faktor budaya olahan makanan yang dikenal di

    lingkungan tempat tinggal sejak lahir hingga tumbuh dewasa. Setiap daerah mempunyai

    olahan tradisional yang sesuai dengan selera masyarakatnya.

    Sejak dahulu masyarakat di Sulawesi Selatan sangat menggemari makanan

    selingan/ringan sebagai pasangan minum teh pagi dan sore hari. Bahkan merupakan syarat

    utama pada acara ritual syukuran dan acara pernikahan sebagai isi bosara (tempat kue)

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    2/8

    154 Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional

    spesifik Sulawesi Selatan. Beberapa olahan kue tradisional berbasis tepung bersyarat untuk

    mengisi tempat kue tersebut.

    Sejalan dengan kehidupan modern pemanfaatan tepung sebagai bahan makananringan menjadikan masyarakat era zaman dahulu tidak tertinggal dengan era sekarang.

    Sejalan pendapat para ahli pangan bahwa pemanfaatan bahan pangan berkarbohidrat tinggi

    dalam bentuk tepung lebih menguntungkan karena lebih fleksibel, mudah dicampur (dibuat

    komposit). Dapat diperkaya zat gizi (difortifikasi), ruang tempat lebih efisien, daya tahan

    simpan lebih lama dan sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis, dimana

    wanita pada umumnya bekerja di luar rumah (Damardjati et. al., 2000; Winarno, 2000).

    Secara tradisional kue kering dibuat dengan menggunakan alat pembakar disebut

    palekko dan kappara dibakar menggunakan kayu bakar. Kelebihan dengan menggunakan

    alat tersebut, aroma kue yang dihasilkan lebih spesifik dan lebih disukai masyarakat. Dewasa

    ini alat tersebut sudah langka, tergeser dengan adanya oven, baik menggunakan kompor

    minyak tanah maupun kompor gas.

    Sebelum menggunakan mixer, secara tradisional memakai alat passembo, alat inipun jarang dipakai hanya pada saat atau tempat yang tidak ada aliran listriknya. Alat mixer

    dan blender, timbangan di Sulawesi Selatan sudah tak asing lagi sampai ke pelosok desa, hal

    ini disebabkan oleh hampir semua warga yang sempat ke Tanah Suci Mekka membawa

    pulang peralatan tersebut.

    Walaupun peralatan sudah beralih ke era modern, tetapi resep olahan tetap masih

    menggunakan ukuran tanpa timbangan. Salah satu teknik mengukur bahan yang masih

    susah tergeser untuk pangan tradisional adalah takaran tidak menggunakan timbangan,

    tetapi menggunakan takaran gelas atau mangkuk.

    Banyak hal yang menarik untuk disimak baik bahan maupun teknik pengolahan

    pangan tradisional berbasis tepung-tepungan di Sulawesi untuk dapat dijadikan kajian

    masyarakat luar Sulawesi Selatan dari kalangan ibu rumah tangga, pengrajin makanan,peneliti, pengusaha makanan sesuai selera dan kebutuhan.

    OLAHAN TRADISIONAL KUE KERING DAN BASAH

    Resep olahan kue tradisional di Sulawesi Selatan berdasarkan pengetahuan empiris

    turun temurun. Buku resep olahan tersebut belum banyak tertulis, sehingga resep yang

    dipaparkan adalah hasil wawancara langsung dengan beberapa pengrajin kue olahan

    tradisional. Hasil wawancara pengrajin dan pengetahuan praktis (penulis sering membuat

    olahan tersebut), menghasilkan paparan resep sederhana.

    Resep Kue Kering

    1. Bagea

    Bahan : 1 takaran (gelas) telur, 1 gelas gula pasir, 1 gelas gula merah, 1 gelas kelapa

    sangrai (dihaluskan), 1sendok teh potas (soda kue), 1 sendok teh kayu manis, 1kg tepung

    sagu yang telah disangrai.

    Cara membuat : Telur, gula pasir, gula merah dikocok hingga mengembang, kelapa

    sangrai diremas dengan tepung sagu dan bumbu, kemudian dimasukkan dalam adonan.

    Selanjutnya diaduk dengan pengaduk kayu hingga membentuk adonan yang dapat

    dibentuk. Adonan dibentuk bulat lonjong, diletakkan di atas cetakan yang telah dioles

    minyak kelapa, dipanggang dalam oven hingga matang.

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    3/8

    Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional 155

    Kadar air tepung sagu berpengaruh terhadap jumlah berapa kg yang dibutuhkan

    hingga membentuk adonan yang dapat dibentuk. Kue bagea telah banyak dimodifikasi

    dengan menambah bahan seperti wijen, kenari. Olahan tersebut telah tersedia di pasarSwalayan di kota Makassar, dan merupakan makanan ringan yang diminati.

    2. Baurasa

    Bahan : 2 gelas gula pasir/2 gelas gula merah, 1 gelas telur, 1 gelas kelapa mengkal

    (diparut dan dan disangrai), potas dan bumbu speku secukupnya, tepung beras halus 4

    gelas (disangrai).

    Cara membuat : Telur dan gula dikocok hingga ringan, masukkan bumbunya. Kelapa

    sangrai dan tepung beras dicampurkan ke dalam adonan. Selanjutnya diaduk hingga

    membentuk adonan, dibentuk bulat-bulat dengan sendok, diletakkan di atas talang

    kemudian dipanggang dalam oven hingga matang.Baurasa ada dua macam dapat dibuat

    dengan sumber pemanis gula pasir atau gula merah. Pada umumnya masyarakat usia

    lanjut menyenangi bahan pemanis dari gula merah (gula aren).Khas olahan baurosa dan bagea menggunakan kelapa stengah tua (mengkal)

    yang disangrai. Selain memberi aroma yang menarik, juga menambah nilai gizi olahan.

    Bahan kelapa setengah tua mengandung protein 4,0%, lemak 15%, calsium 9mg, fosfor

    55mg, Fe 1,30mg, Vit A 10 SI dan Vit. C 4mg dalam 100g bahan (Ditjen Gizi, 1998).

    3. Bangke Lengga

    Bahan : 5 butir telur ayam, 3 gelas gula pasir, 1 gelas air kelapa, 1 gelas minyak kelapa,

    1gelas wijen (lengga sebutan etnis Bugis) yang disangrai, potas (soda kue) secukupnya, 1

    kg tepung beras biasa (sangrai).

    Cara membuat : Gula pasir dan telur dikocok hingga tekstur ringan, masukkan air kelapa

    sedikit-demi sedikit sambil diaduk. Selanjutnya masukkan minyak kelapa, soda kue, wijendan terakhir tepung hingga menjadi adonan. Adonan dibentuk pipih bulat-bulat

    diletakkan di atas talang, kemudian dipanggang hingga matang.

    Wijen disebut lengga oleh masyarakat Sulawesi Selatan, biji wijen dapat dibeli di

    pasar lokal. Pada umumnya masyarakat Sulawesi Selatan terbiasa dengan selera minyak

    kelapa (tanak langsung), terutama di pedesaan. Bahan wijen mengandung protein 19,30%,

    lemak 51,10%, calsium 18,10 mg, fosfor 614,0mg dan Fe 9,50mg (100g bahan) (Ditjen 1998).

    Hal ini menunjukkan bahwa nilai gizi bangke wijen sangat memadai sebagai makanan

    kecil yang bergzi.

    4. Bangke Canggoreng

    Bahan : 1 liter kacang tanah sangrai dihaluskan, 3 butir telur itik, 3 gelas tepung gula

    pasir, gelas tepung beras biasa sangrai, vanili dan soda kue secukupnya.

    Cara membuat : Gula dan telur dikocok hingga tekstur ringan, masukkan kacang sangrai,

    tepung sagu, vanili dan soda kue, sambil diaduk hingga membentuk adonan. Adonan

    dibentuk bulat di letakkan di atas talang dipipihkan dengan sendok garpu. Selanjutnya

    dipanggang dalam oven hingga matang.

    Pada umumnya bangke canggoreng dan bangke lengga merupakan kue bekal

    pelajar/mahasiswa dari desa ke kota tempat kuliahnya, karena relatif awet dan tidak

    mudah hancur diperjalanan. Sedangkan baurasa dan bagea mudah hancur dan kurang

    awet, tetapi sesuai selera orang tua/usia lanjut apalagi pemanisnya dari gula merah/aren.

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    4/8

    156 Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional

    5. Beppa Pute

    Bahan : 2 gelas tepung kering ( gelas beras biasa +1/2 gelas beras ketan), soda kue, air

    kulit pisang secukupnya (kulit pisang kering dibakar, disaring dengan kain kasa, airnyadiambil dan didinginkan), gula pasir secukupnya.

    Cara membuat : Tepung dibentuk adonan dengan air kulit pisang hingga kalis, dibentuk

    macam-macam seperti istilah etnis Bugis (sero, nomoro arua, rotan), digoreng dengan

    minyak goreng mulai panas sedikit hingga minyak agak panas, digoreng hingga matang.

    Warna gorengan masih putih kusam, olehnya itu dijemur dengan panas matahari hingga

    putih. Kemudian dibaluti dengan air gula kental yang dipanaskan dalam wajan.

    Kue tersebut merupakan olahan tradisional pengisi bosara, tersedia dijual di pasar

    lokal Sulawesi Selatan, terutama di daerah Kabupaten Barru, Sidrap, Pinrang dan

    Soppeng.

    6. Nennu-nennu

    Bahan :1 gelas tepung beras biasa, gula merah/aren yang warnanya kekuning-kuningan 1gelas, minyak kelapa (untuk menggoreng).

    Cara membuat : Tepung beras dibuat adonan dengan air diaduk terus dengan tangan

    hingga kalis. Minyak goreng dipanaskan, kemudian adonan dimasukkan dalam alat

    khusus berlubang (tempurung kelapa diberi lubang kecil 7 buah).Teknik membuat kue ini

    harus mempunyai keterampilan khusus untuk menghasilkan bentuk kue yang baik.

    Kue tersebut termasuk salah satu pengisi bosara, sangat digemari usia anak-anak,

    dan tersedia dijual di pasar lokal di Sulawesi Selatan, terutama di daerah Soppeng, Sidrap,

    Pinrang dan Barru.

    KUE BASAH

    Pada umumnya kue basah tradisional dibuat dari tepung beras pulut, hanyabeberapa resep dibuat dari tepung (beras pulut disubstitusi dengan sebagian tepung beras

    biasa). Olahan kue basah sudah mulai banyak tersedia di toko makanan/Swalayan kota

    Makassar, terutama pada bulan puasa. Resep olahan kue basah tradisional Sulawesi Selatan

    belum dipaparkan secara tertulis. Hal ini mungkin disebabkan teknik pengolahannya yang

    sederhana, sehingga hanya merupakan pengetahuan empiris turun-menurun dari keluarga.

    Olehnya itu, teknik pengolahan yang dipaparkan merupakan pengetahuan empiris dan

    direkapitulasi dengan hasil wawancara beberapa pengrajin kue olahan tersebut.

    Resep Kue Basah

    1.Kaddong BoddongBahan dan Cara Membuat : 1 gelas tepung beras ketan (sebaiknya tepung beras

    segar/baru ditepungkan), air garam secukupnya, bahan isi (parutan kelapa + gula merah).

    Tepung dengan air di aduk hingga basah sedikit, kemudian dilewatkan melalui saringan

    kasar, hingga membentuk butiran-butiran kecil. Wajan dipanaskan dengan api kecil,

    adonan dibentuk seperti dadar dan diisi dengan bahan isi (parutan kelapa mengkal + gula

    pasir/gula merah. Kue tersebut diletakkan di atas piring dengan lapisan daun pisang.

    Menghasilkan duabelas buah kue, siap dihidangkan.

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    5/8

    Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional 157

    Olahan tersebut sebagai pengganti makanan pokok untuk sarapan pagi. Evaluasi

    komposisi gizi dari bahan yang digunakan memadai sebagai sumber energi dan gizi

    untuk melakukan kegiatan hingga siang.

    2. Putu Cangkiri

    Bahan dan Cara membuat : 1 gelas tepung beras ketan yang baru ditepungkan dibasahi

    dengan air gula merah secukupnya, diaduk terus dengan tangan. Kemudian diremah

    hingga dapat melewati saringan kasar (cara membuat adonan seperti kue kaddong

    boddong). Dimasak dengan teknik menggunakan uap air dari dandang yang berbentuk

    khusus diatasnya digunakan cetakan spesifik diisi dengan parutan kelapa mengkal.

    Setelah matang dilapisi dengan lembaran kecil daun pandang agar tidak lengket satu

    sama lainnya dan untuk menambah aroma. Hasil kue sekitar 20 buah, olahan ini

    merupakan makanan jajanan di pinggir jalan raya daerah kabupaten Gowa. Di kota

    Makassar tidak sulit untuk menemukan penjual kue tersebut, terutama sore hingga malam

    hari. Di toko Swalayan pun sudah mulai tersedia terutama pada bulan Ramadhan. Loantersebut tidak beda jauh dengan kaddong boddong, dapat dikonsumsi sebagai makanan

    sarapan pagi.

    3.Teripang

    Bahan dan Cara membuat : 1 gelas tepung beras ( gelas tepung pulut + gelas tepung

    beras biasa) dicampur parutan kelapa mengkal secukupnya, dibuat adonan dengan air

    sedikit demi sedikit. Kemudian dibentuk bulat lonjong, digoreng dengan minyak kelapa

    yang panas sedang. Gula merah dilarutkan dalam wajan dengan air sedikit, kue yang

    telah digoreng dimasukkan dalam gula kental dalam wajan, diaduk hingga kue terbalut

    seluruhnya dengan gula merah. Hasil kue sekitar duapuluh buah, siap dihidangkan.

    Olahan tersebut termasuk kue yang manis sesuai untuk makanan kecil pada waktu sore.4. Dange

    Bahan dan Cara Membuat : 1 gelas tepung beras pulut dicampur dengan parutan kelapa

    mengkal dibasahi dengan air sedikit. Gula merah secukupnya ditambahkan sambil

    diaduk, dan diremah dengan tangan. Kemudian dimasak dengan teknik khusus. Alat ini

    disebut palekko addangeng dibakar dengan kayu bakar campur arang, diangkat dan

    dibalik dimasukkan adonan tadi, kemudian diletakkan di atas lapisan daun pisang.

    Dibiarkan sekitar 10 menit sehingga kue dangematang, dibungkus dengan daun pisang.

    Alat tersebut terbuat dari tanah liat yang dibakar dan tersedia di pasar lokal Sulawesi

    Selatan.

    Akhir-akhir ini, kue tersebut merupakan jajanan pinggir jalan spesifik di Kabupaten

    Pangkep. Sekitar kurang lebih dua ratus pengrajin kue dange menjajakan sepanjang

    jalanan propinsi daerah Kabupaten Pangkep. Hal ini membuka lapangan kerja bagi ibu

    rumah tangga tanpa mengganggu kegiatan lainnya, karena kios jajanan di depan tempat

    tinggalnya.

    PEMBAHASAN

    Beberapa olahan kue kering dapat disubstitusi terhadap tepung jagung, ubikayu,

    ubijalar, dan untuk menambah sumber vitamin dan mineral dapat disubstitusi dengan

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    6/8

    158 Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional

    tepung sukun dan labu kunig. Tepung sukun dan labu kuning mengandung mineral dan

    vitamin relatif tinggi, terutama pro-vitamin A dalam labu kuning.

    Kandungan nutrisi aneka tepung bahan pangan potensial di Sulawesi Selatandisajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Komposisi nutrisi (%) aneka tepung bahan pangan lokal Sulawesi Selatan

    Komoditas Air Abu Protein Lemak Karbohidrat

    Beras non pulut **) 9,98 1,12 7,88 1,01 79,98

    Beras pulut **) 10,12 1,21 7,45 0,99 80,15

    Jagung **) 9,98 1,26 8,45 1,58 78,69

    Labu kuning *) 11,64 5,89 5,04 0,18 77,22

    Pisang *) 10,11 2,66 3,05 0,28 83,85

    Sagu **) 11,95 2,75 0,98 0,39 83,94

    Sorgum **) 10,19 1,50 7,84 1,01 79,44

    Sukun *) 9,09 2,83 3,64 0,41 84,03

    Ubijalar *) 10,15 2,16 2,16 0,83 86,95

    Ubikayu *) 9,78 2,22 1,60 0,51 87,87

    Sumber : *) Widowatiet al., (2001); **)Suarni (2001)

    Bahan makanan yang digunakan dalam pembuatan kue basah dan kering

    menunjukkan kandungan gizi yang memadai untuk kebutuhaan kesehatan. Bahkan

    kelebihan olahan tersebut tidak menggunakan mentega atau margarin. Mentega

    mengandung kolesterol, jadi olahan tersebut sesuai dengan konsumen yang diit kolesterol.

    Seluruh bahan makanan yang digunakan dalam resep olahan yang dipaparkan

    mudah diperoleh di pasar basah/tradisional baik di kota maupun di desa daerah SulawesiSelatan. Apabila mendapat sentuhan teknologi terutama pengolahan dan pengemasan untuk

    promosi pasar akan membuka lapangan kerja bagi wanita/ibu rumah tangga dan remaja

    putus sekolah. Sesuai pendapat Damardjati et al ( 2000); Thaha (2002), bahwa usaha yang

    paling rasional untuk menunjang ketahan pangan dan agroindustri adalah menggali bahan

    pangan potensial setiap daerah dan mengolahnya hingga menjadi makanan siap konsumsi

    dengan memperhatikan selera dan pertimbangan kebutuhan gizi.

    Evaluasi seluruh resep olahan kue kering dan basah yang dipaparkan pada

    umumnya menggunakan bahan antaralain , tepung beras biasa, tepung beras pulut, tepung

    sagu, gula pasir, gula merah, telur ayam, kelapa mengkal, kacang tanah, wijen, minyak

    kelapa (tanak secara tradisional). Kandungan gizi bahan pangan tersebut disajikan pada

    Tabel 2.

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    7/8

    Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional 159

    Tabel 2. Daftar komposisi gizi per 100 gram beberapa bahan makanan pangan

    Bahan

    makanan

    berat 100 g

    Energi

    (Kal)

    Protein

    (g)

    Lemak

    (g)

    KH

    (g)

    Air

    (g)

    Ca

    (g)

    P

    (g)

    Fe

    (g)

    Vit. A

    (SI)

    Vit.

    B1

    (mg)

    Vit.

    C

    (mg)

    Na

    (mg)

    K

    (mg)

    BDD

    (%)

    Telur ayam 182,0 12,8 11,50 0,70 74,0 54 180 2,70 980 0,10 0,0 0,0 0,0 90

    Telur bebek 189,0 13,10 14,30 0,80 70,8 58 175 2,80 1230 0,18 0,0 0,0 0,0 90

    Beras ketan 362,0 6,70 0,70 78,40 100 12 148 0,80 0,0 0,15 0,0 5,0 282 100

    Beras giling 380,0 0,80 0,70 70,90 100 5,0 140 0,90 0,0 0,12 0,0 5,0 100 100

    Kacang tanah

    452,0 25,30 42,80 21,10 10,8 58 336 1,30 0,0 0,15 1,5 0,0 0,0 100

    Wijen 568,0 19,30 51,10 18,10 5,8 1,1 614 9,50 0,0 0,93 0,0 0,0 0,0 100

    Gula pasir 384,0 0,0 0,0 84,00 5,8 5,0 1,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,3 0,50 100

    Kelapa

    mengkal

    180,00 4,00 15,00 10,00 70,0 8,0

    0

    55,0

    0

    1,30 10,0 0,05 4,0 0,0 0,0 53

    Kelapa tua 350,0 3,40 34,70 14,00 46,9 21 86 2,0 0,0 0,10 2,0 0,0 0,0 53

    Margarin 720,0 0,0 01,00 0,40 15,5 20 16 0,0 2000 0,0 0,0 987 23,0 100

    Mentega 725,0 0,50 81,00 1,40 16,5 15 16 1,10 3000 0,0 0,0 987 23,0 100

    Gula merah 368,0 0,0 0,0 95 9 75 35 3,0 0,0 0,0 0,0 24 230 100Minyak

    kelapa 870 1,0 98 0,5 0,0 3,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 100

    Sumber : Ditjen Gizi (1998)

    Bahan makanan yang digunakan dalam pembuatan kue basah dan kering

    menunjukkan kandungan gizi yang memadai untuk kebutuhaan kesehatan. Bahkan

    kelebihan olahan tersebut tidak menggunakan mentega atau margarin. Mentega

    mengandung kolesterol, jadi olahan tersebut sesuai dengan konsumen yang diit kolesterol.

    Seluruh bahan makanan yang digunakan dalam resep olahan yang dipaparkan

    mudah diperoleh di pasar basah/tradisional baik di kota maupun di desa daerah Sulawesi

    Selatan. Apabila mendapat sentuhan teknologi terutama pengolahan dan pengemasan untuk

    promosi pasar akan membuka lapangan kerja bagi wanita/ibu rumah tangga dan remajaputus sekolah. Sesuai pendapat Damardjati et al ( 2000); Thaha (2002), bahwa usaha yang

    paling rasional untuk menunjang ketahan pangan dan agroindustri adalah menggali bahan

    pangan potensial setiap daerah dan mengolahnya hingga menjadi makanan siap konsumsi

    dengan memperhatikan selera dan pertimbangan kebutuhan gizi.

    Masih banyak olahan tradisional berbasis tepung di Sulawesi Selatan, tetapi

    setidaknya beberapa olahan yang dipaparkan memberikan indikasi bahwa masyarakat Bugis

    cukup kreatif dalam memanfaatkan bahan pangan potensial daerahnya. Walaupun proses

    pembuatan tepungnya mulai hanya memakai lumpang batu dengan alu dari bahan kayu

    hingga memanfaatkan alsin penepung yang sudah tersedia di pasar tradisional baik di kota

    maupun di desa. Perendaman beras selama satu malam (10 jam) dimaksudkan untuk

    memperoleh tekstur tepung halus, tanpa memperhitungkan rendemen tepung yangdiperoleh.

    Beberapa olahan kue tradisional berbasis tepung dapat dimodifikasi baik bahan

    dasarnya maupung teknologi pengolahannya terutama kue kering. Bahan tepung komoditas

    potensial Sulawesi Selatan dapat mensubstitusi tepung beras yang selama ini digunakan.

    Petunjuk teknis proses pembuatan aneka tepung dari bahan pangan sumber karbohidrat

    lokal telah tersedia dan buku petunjuk resep olahan kue kering telah banyak diterbitkan, hal

    ini dapat membantu bagi pengrajin kue kering, ibu rumah tangga (Widowati et al., 2002 ;

    Widowati et al.,2002).

  • 5/26/2018 Poster5 Kue Kering Suarni

    8/8

    160 Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional

    Pada umumnya olahan kue basah tradisional Sulawesi Selatan pada umumnya

    terbuat dari tepung beras pulut dan non pulut, kelapa mengkal, dan gula aren. Demikian

    juga olahan kue kering dengan spesifik tidak menggunakan terigu dan mentega. Hal inimenguntungkan bagi penderita alergi terigu dan mentega.

    PENUTUP

    Olahan kue kering berbasis tepung seperti; baurasa, bagea, bangke lengga, bangke

    canggorengdapat dimodifikasi. Sedangkan nennu-nennudan beppa pute/rakkodianggap khas

    olahan tradisional yang sulit dimodifikasi, merupakan kekayaan ragam makanan etnis Bugis

    Sulawesi Selatan.

    Olahan kue tradisional berbasisi tepung Sulawesi Selatan yang dipaparkan, bahan

    dan teknik pengolahan yang digunakan masih sederhana. Kesemuanya ini, menjadi tawaran

    bagi ibu rumah tangga, pengrajin kue jajanan, peneliti dan penentu kebijakan untuk lebih

    mengembangkan olahan khas tersebut. Olahan tradisional tersebut harganya terjangkau olehmasyarakat marjinal dan sesuai selera golongan ekonomi menengah ke atas.

    DAFTAR PUSTAKA

    BKPD SulSel. 2002. Program Diversifikasi Konsumsi Pangan di Propinsi Sulawesi Selatan.

    Laporan Pelaksanaan. 12 hal.

    Damardjati, D.S., S. Widowati, J. Wargiono, dan S. Purba. 2000. Potensi dan Pendayagunaan

    Sumber Daya Bahan Pangan Lokal Serealia, Umbi-umbian dan Kacang-kacangan

    untuk Penganekaragaman Pangan. 24 hal.

    Ditjen Gizi. 1998. Survei Konsumsi Gizi.

    Kelompok Pengrajin Makanan Tradisional. 2004. Wawancara langsung Mangkoso, Soppeng,Sidrap Sulawesi Selatan.

    Syahrir, A.B. 2002. Kesiapan Daerah Dalam Penanggulangan Masalah Pangan. Prosiding

    Masalah Program Intervensi dan Teknologi Tepat Guna (TTG). DPP Pergizi

    Pangan dan Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan Unhas.

    Suarni. 2001. Tepung Komposit Sorgum, Jagung dan Beras untuk Pembuatan Kue basah

    (Cake). Risalah. Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Vol (6). hal. 55-60.

    Suarni. 2003. Pangan dan Gizi : Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokal Potensial dalam

    Otonomi Daerah dan Pasar Bebas di Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan pada

    Sem. Nas. Sewindu BPTP Jawa Timur. Malang.

    Thaha, A.R. 2002. Masalah Gizi Kelompok Miskin. Makalah disampaikan pada Sem. Nas.

    Pangan dan Gizi untuk Orang Miskin. Makassar, 23 Oktober 2002.

    Widowati, S., Suarni dan S. D. Indrasari. 2002. Kumpulan Resep Masakan Aneka Tepung

    Bahan Pangan Lokal (Non Beras). Balai Penelitian Pascapanen Pertanian. 29 hal.

    Widowati, S. Suismono, Suarni dan Sutrisno. 2002. Petunjuk Teknis Proses Pembuatan Aneka

    Tepung dari Bahan Sumber Karbohidrat Lokal. Balai Penelitian Pascapanen

    Pertanian.

    Winarno, F.G. 2000. Potensi dan Peran Tepung-tepungan bagi Industri Pangan dan Program

    Perbaikan Gizi. Makalah pada Seminar Nasional Interaktif Penganekaragaman

    Makanan untuk Memantapkan Ketersediaan Pangan. Jakarta, Oktober 2000.