post laparatomi

72
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “BS” DIAGNOSA POST LAPARATOMI DENGAN PERITONISMUS E.C. PERDARAHAN INTRA ABDOMEN E.C. LASERASI HEPAR DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR. SARDJITO Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktik Laboratorium Klinik KMB II DISUSUN OLEH: Tia Marina P07120111036 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: elly-riyadi

Post on 07-Dec-2014

197 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Post Laparatomi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “BS”

DIAGNOSA POST LAPARATOMI DENGAN PERITONISMUS E.C.

PERDARAHAN INTRA ABDOMEN E.C. LASERASI HEPAR

DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR. SARDJITO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktik Laboratorium Klinik KMB II

DISUSUN OLEH:

Tia Marina P07120111036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2013

Page 2: Post Laparatomi

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “BS”

DIAGNOSA POST LAPARATOMI DENGAN PERITONISMUS E.C.

PERDARAHAN INTRA ABDOMEN E.C. LASERASI HEPAR

DI BANGSAL CENDANA 2 RSUP DR. SARDJITO

Disusun Oleh :

Tia Marina P07120111036

Tingkat II Reguler

Telah mendapat persetujuan pada tanggal ___ Januari 2013

Oleh :

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

( Quirina S, AMK) ( Siti Fauziah, S.Pd, APP, M.Kes )

Page 3: Post Laparatomi

BAB I

TINJAUAN TEORI

LAPARATOMI

A. Pengertian

Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut.

Tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah

laparatomi yaitu: Herniotorni, gasterektomi, kolesisto duodenostomi,

hepateroktomi, splenorafi/splenotomi, apendektomi, kolostomi,

hemoroidektomi dan fistulotomi atau fistulektomi. Tindakan bedah kandungan

yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalah berbagai

jenis operasi uterus, operasi pada tuba fallopi dan operasi ovarium

(Prawirohardjo), yaitu: histerektomi baik itu histerektomi total, histerektomi

sub total, histerektomi radikal, eksenterasi pelvic dan salingo-coforektomi

bilateral. Selain tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi pada bedah

digestif dan kandungan, teknik ini juga sering dilakukan pada pembedahan

organ lain, menurut Spencer (1994) antara lain ginjal dan kandung kemih.

Ada 4 cara, yaitu;

1. Midline incision

2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah ( 2,5 cm), panjang

(12,5 cm).

3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian

bawah 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi

appendictomy.

B. Indikasi

1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

2. Peritonitis

3. Perdarahan saluran pencernaan.

Page 4: Post Laparatomi

4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

5. Masa pada abdomen

C. Komplikasi

1. Ventilasi paru tidak adekuat

2. Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

D. Latihan-latihan fisik

Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki,

menggerakkan otot-otot bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat

tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post operasi.

POST LAPARATOMI

A. Pengertian

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan

kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.

B. Tujuan Perawatan Post Laparatomi;

1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

2. Mempercepat penyembuhan.

3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum

operasi.

4. Mempertahankan konsep diri pasien.

5. Mempersiapkan pasien pulang.

C. Komplikasi Post Laparatomi;

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.

Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi.

Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding

Page 5: Post Laparatomi

pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,

hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,

ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba

ambulatif.

2. Buruknya intergritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme

yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aurens,

organisme; gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk

menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka

dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.

3. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.

Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.

Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi.

Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan

menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding

abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.

D. Proses Penyembuhan Luka

1. Fase pertama

Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak / rapuh.

Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-

serabut bening digunakan sebagai kerangka.

2. Fase kedua

Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh

pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru

tumbuh dengan kuat dan kemerahan.

3. Fase ketiga

Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul

jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.

Page 6: Post Laparatomi

4. Fase keempat

Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

E. Intervensi untuk Meningkatkan Penyembuhan

1. Meningkatkan intake makanan tinggi protein dan vitamin c.

2. Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid.

3. Pencegahan infeksi.

F. Pengembalian Fungsi Fisik.

Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan

napas dan batuk efektf, latihan mobilisasi dini.

G. Mempertahankan Konsep Diri.

Gangguan konsep diri : Body image bisa terjadi pada pasien post laparatomy

karena adanya perubahan sehubungan dengan pembedahan. Intervensi

perawatan terutama ditujukan pada pemberian support psikologis, ajak klien

dan kerabat dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

dan bagaimana perasaan pasien setelah operasi.

H. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;

a. Respiratory

Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.

b. Sirkulasi

Tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.

c. Persarafan : Tingkat kesadaran.

d. Balutan

1) Apakah ada tube, drainage ?

2) Apakah ada tanda-tanda infeksi?

3) Bagaimana penyembuhan luka ?

Page 7: Post Laparatomi

e. Peralatan

1) Monitor yang terpasang.

2) Cairan infus atau transfusi.

f. Rasa nyaman

Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.

g. Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.

h. Data subyektif meliputi;

1) Nyeri yang sangat pada daerah perut.

i. Data obyektif meliputi :

1) Napas dangkal

2) Tensi turun

3) Nadi lebih cepat

4) Abdomen tegang

5) Defense muskuler positif

6) Berkeringat

7) Bunyi usus hilang

8) Pekak hati hilang

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya

rasa nyeri di abdomen.

b. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka

operasi laparatomi.

c. Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam,

pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak.

3. Kriteria Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi, meliputi;

a. Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.

b. Luka insisi normal tanpa infeksi.

c. Tidak timbul komplikasi.

Page 8: Post Laparatomi

d. Pola eliminasi lancar.

e. Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.

f. Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.

g. Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :

1) Pengobatan lanjutan.

2) Jenis obat yang diberikan.

3) Diet.

4) Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.

4. Tindakan Keperawatan (Intevensi Keperawatan) Pre Operatif :

a. Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah

ditegakkan.

b. Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk

tidak makan dan minum.

c. Monitoring cairan intra vena bila diberikan.

d. Mencatat intake dan output.

e. Posisi pasien seenak mungkin.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan.

g. Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai.

h. Monitoring tanda-tanda vital.

5. Tindakan Keperawatan Post Operasi:

a. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output

b. Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.

c. Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan

sampai drain tercabut.

d. Perawatan luka operasi secara steril.

6. Evaluasi

a. Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :

1) Suhu tubuh normal

2) Nada normal

Page 9: Post Laparatomi

3) Perut tidak kembung

4) Peristaltik usus normal

5) Flatus positif

6) Bowel movement positif

b. Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.

c. Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.

d. Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan

mengembalikan pola makan dan minum seperti biasa.

e. Luka operasi baik.

Page 10: Post Laparatomi

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Hari, tanggal : Senin, 31 Januari 2012

Jam : 10.20 WIB

Tempat : bangsal Cendana 2 RSUP Dr. Sardjito

Metode : observasi, wawancara dan studi dokumen

Sumber Data : pasien, keluarga pasien, tenaga medis dan status pasien

Oleh : Tia Marina

1. Identitas Diri

a. Klien

Nama : Tn.BS

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Palgading RT 04/18 Sinduharjo

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Agama : Islam

Status : Kawin

Tanggal masuk : 27-12-2012 jam WIB

No.RM : 01.61.50.80

Diagnosa medik : Post Operasi Laparatomy dengan peritonismus

e.c. perdarahan intraabdomen e.c. laserasi hepar.

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny.S

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Hubungan : Istri

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Page 11: Post Laparatomi

2. Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan Klien

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan utama

Klien merasa nyeri pada bagian bekas operasi dengan

skala 3. Klien juga mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak

setelah operasi, dahak jernih dan tidak berdarah. Klien

menyatakan perutnya sakit jika digunakan untuk bernafas

panjang seperti ada yang tertarik bagian perutnya.

b) Alasan Masuk Rumah Sakit

Empat hari sebelum masuk rumah sakit klien mengalami

kecelakaan saat bekerja di dalam selokan yang tingginya hingga

pinggang klien. Kemudian tiba-tiba dinding tembok selokan

roboh menimpa tubuh pasien dari arah belakang, klien terjatuh

dan dengan perut membentur tepi selokan. Kemudian pasien

pingsan ±5 menit, saat terbangun gelisah dan tidak komunikatif.

Klien lalu di bawa ke RS Swasta Jogja.

Dua hari setelah masuk RS, klien mulai mengeluh sakit.

Rasa sakit awalnya di sisi kanan bawah, lama kelamaan di

semua bagian perut terasa sakit. Saat dirawat di RS Swasta ,

klien dilakukan trasnfusi darah 3 kantung. kemudian dilakukan

USG abdomen, dengan hasil : Ruptur lobus (D) hepar dengan

internal bleeding, efusi pleura (D).

Setelah itu, klien minta dirujuk ke RSS karena masalah

biaya. Dan akhirnya, tanggal 26 Desember 2012, pukul 22.00

WIB sampai di RSS dan dilakukan operasi laparatomy pada 27

Desember 2012 pukul 31.30 – 05.00 WIB.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien menyatakan sebelumnya belum pernah diawat di RS

karena kecelakaan atau penyakit lain.

Page 12: Post Laparatomi

b. Kesehatan Keluarga

1) Genogram

: laki-laki : tinggal serumah

: perempuan : garis perkawinan

: meninggal : garis keturunan

: klien

2) Riwayat Kesehatan

Dari keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit

hipertensi, DM, dan tidak menderita penyakit seperti yang diderita

klien. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

menular.

3. Keadaan Kesehatan saat ini

a. Askep Fisik-biologis

1) Pola Nutrisi

a) Sebelum sakit

Klien mengatakan sebelum sakit klien makan sehari 3 kali

dengan menu nasi, lauk dan sayur. Klien mengatakan

menyukai semua jenis makanan. Klien mengatakan tidak

mempunyai riwayat alergi terhadap jenis makan. Sebelum sakit

Page 13: Post Laparatomi

klien mengatakan minum habis 8-10 gelas per hari seperti

air putih dan air teh.Klien dirumah suka makan sayuranan dan

buah-buahan.

b) Selama sakit

Klien mengatakan bahwa klien tidak merasa mual atau

muntah ketika makan. Nafsu makan klien menurun karena

nyeri pada perut ketika makan banyak. Diet klien adalah bubur

nasi dan susu peptisol 3x250. Klien hanya makan seperempat

dari porsi makan rumah sakit, karena klien merasa perutnya

penuh ketika ada makanan yang masuk ke tubuhnya. Sebelum

masuk rumah sakit, klien tidak mempunyai kesulitan makan,

nafsu makan klien menurun ketika nyeri pada perut. Klien

mengatakan cenderung menghindari makan karena takut nyeri

perutnya bertambah parah. Klien merasa berat badannya

menurun selama di rumah sakit. Istri klien juga mengatakan

bahwa berat badan klien terasa turun. Berat badan klien

sebelum masuk rumah sakit adalah 47 kg. Klien terpasang

infus RL 30 tpm sejak 27 Desember 2012.

2) Pola Eliminasi

a) Sebelum sakit

Klien mengatakan buang air kecil dengan lancar kurang

lebih 4 kali sehari, b.ab. 1 kali dalam sehari. Konsistensi feses

lunak, bau khas feses. Klien jarang mengalami diare dan

konstipasi.

b) Selama sakit

Klien terpasang kateter sejak 27 Desember 2012. Klien

merasa tidak nyeri saat melakukan b.a.k. Warna urin

kekuningan, bau khas urin dan tidak ada perdarahan.

Klien tidak mengalami diare dan konstipasi. Klien juga

terpasang drain pada bagian abdomen.

Page 14: Post Laparatomi

3) Pola Aktivitas Istirahat-Tidur

a) Sebelum sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari- hari

Aktivitas klien sehari-hari yaitu sebagai pekerja

proyek. Klien tidak menggunakan alat bantu untuk

berjalan. Klien tidak memerlukan bantuan untuk

melakukan kegiatan sehari-hari.

(2) Keadaan pernapasan

Klien tidak mengalami gangguan pernafasan. Klien

tidak melakukan latihan pernapasan dan tidak alergi

terhadap debu.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Klien merasa tidak cepat lelah, tidak sering terkejut

dan tidak berdebar-debar. Klien tidak menggunakan alat

pacu jantung.

(4) Kebutuhan tidur

Klien tidur kurang lebih selama 8 jam sejak pukul

21.00 dan bangun pukul 05.00.

b) Selama sakit

(1) Keadaan aktivitas

Klien memiliki kemampuan untuk aktifitas sehari-hari

meliputi makan, BAB dan BAK, memakai baju, mobilisasi

umum.

Klien tidak pernah melakukan aktifitas yang sering

dan yang berat-berat karena klien masih dalam masa

penyembuhan setelah operasi laparatomi. Klien juga

terlihat hati-hati dalam bergerak, karena luka bekas

operasi masih belum kering total sehingga akan

menimbulkan sakit ketika klien sering bergerak.

(2) Keadaan pernapasan

Page 15: Post Laparatomi

Klien memiliki gangguan pernapasan yaitu batuk dan

sesak nafas. Keluarga klien mengatakan bahwa klien

sering batuk-batuk disertai dahak. Klien bernafas dengan

menggunakan sedikit tenaga. Klien merasa lebih nyaman

ketika di posisikan fowler dan semi fowler.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Klien sedikit berdebar-debar ketika mengalami nyeri

pada perut, tetapi tidak mengalami nyeri dada.

(4) Kebutuhan tidur

Selama sakit, klien mengatakan ada sedikit masalah

dengan pola tidurnya.Klien menyatakan klien sulit

memulai tidur di malam hari. Klien menyatakan lebih

banyak tidur di siang hari daripada malam hari. Klien tidur

malam hari sekitar 3 jam dan sering terbangun. Istri klien

menyatakan tidur malam klien diganti tidur siang.

(5) Kebutuhan istirahat

Klien mengatakan bahwa klien tidak terganggu

dengan lingkungan sekitar. Kebutuhan istirahatnya cukup

terpenuhi.

4) Pola Kebersihan Diri

a) Sebelum sakit

Klien mengatakan, klien mandi dua kali sehari

menggunakan sabun. Klien mandi pada pagi hari dan sore

hari ketika setelah bertani. Kulit klien terlihat sedikit kering.

Klien mencuci rambut seminggu sekali, ketika klien merasa

rambutnya sudah kotor.

b) Setelah sakit

Klien mengatakan bahwa klien jarang mandi saat di

rumah sakit. Klien hanya dilap oleh istrinya.

Page 16: Post Laparatomi

b. Askep Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual

1) Konsep Diri

Istri klien mengatakan bahwa klien tidak ada masalah

dengan konsep dirinya. Klien merasa pasrah dan bersabar. Klien

juga mengtakan ingin segera sembuh dari sakitnya dan bisa

bekerja lagi untuk hidup anak dan istrinya.

2) Intelektual

Klien mengatakan belum cukup paham tentang penyakit

yang dideritanya.

3) Hubungan Interpersonal

a) Sebelum sakit

Hubungan interpersonal klien dengan lingkungannya

baik. Klien sering berjalan-jalan ke rumah tetangganya, klien

sering menghadiri acara disekitar rumahnya.

b) Setelah sakit

Hubungan klien dengan anggota keluarga dan

masyarakat baik.

4) Mekanisme koping

Klien memilih untuk tidak menganggap berat masalahnya

5) Support sistem

Klien mendapat support penuh dari keluarganya untuk

sembuh. Terbukti keluarga klien selalu menemani dan memantau

kondisi klien.

6) Aspek spiritual

Klien beragama Islam dan tetap beribadah selama di rumah

sakit..

7) Hubungan sosial

Klien mampu untuk bicara panjang dan kesadaran

composmentis. Klien dapat menunjukan dengan baik daerah yang

sakit.

Page 17: Post Laparatomi

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1) Keadaan Umum : sedang

2) Kesadaran : composmentis

3) Status gizi

TB : 160 cm

BB : 47 kg

IMT : 18,25 (normal)

4) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 kali per menit

Respirasi : 23 kali per menit

Suhu : 37,2 oC

b. Pemeriksaan Secara Sistemik (Sepalo-Caudal)

1) Kepala

a) Bentuk kepala :

Bentuk kepala klien lonjong, kulit kepala kering.

Pertumbuhan rambutnya lebat. Rambut klien hitam dan tidak

beruban serta tidak rontok. Wajah klien terlihat letih dan lemas.

Terdapat lesi pada wajah klien di bagian pipi dan pelipis serta

leher sebelah kanan.

b) Mata

Mata klien bersih dan simetris, konjungtiva tidak pucat,

reflek cahaya masih baik, fungsi penglihatan masih baik dan

tidak ada kelainan.

c) Telinga

Bentuk telinga normal, tidak ada cairan yang keluar telinga,

fungsi pendengaran masih baik dan tidak memakai alat bantu

dengar.

Page 18: Post Laparatomi

d) Hidung

Bentuk hidung simetri, tidak ada sekret, tidak ada nyeri,

fungsi pembauan masih baik. Nafas pendek.Terdapat kanul

binasal 3lpm.

e) Mulut dan tenggorokan

Kemampuan bicara klien baik, tidak ada sariawan, bibir

tidak kering, membran mukosa tidak pucat, keluar sekret dari

saluran pernapasan.

2) Leher

Tidak ada peningkatan JVP , tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

3) Dada

a) Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi.

b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, massa dan peradangan,

ekspansi dada simetris.

c) Perkusi :

Paru : paru kanan resonan pada interkosta 1-5 dan interkosta 1-

d) Auskultasi:

Paru : suara paru vesikuler.

Jantung : S1 dan S2 murni tunggal, tidak ada suara jantung

tambahan (S3 dan S4 murmur).

4) Abdomen

a) Inspeksi : terdapat luka operasi tertutup kassa, tidak rembes,

terdapat drain di kuadran kanan bawah perut klien dan dibalut

kassa. Warna perut sama dengan sekitarnya, bentuk perut agak

cembung persebaran bulunya merata.

b) Palpasi : terdapat nyeri tekan di kuadran atas tengah abdomen

(bekas operasi laparatomy bagian atas).

c) Perkusi : suara timpani pada semua kuadran abdomen.

d) Auskultasi : peristaltik usus 13 kali/menit.

5) Ekstremitas

a) Atas:

Page 19: Post Laparatomi

Terpasang infus CVP RL 30tpm. Jari-jari tangan klien lengkap,

tidak ada cacat dan luka. Terdapat luka lecet pada tangan

kanan klien.

b) Bawah :

Tidak ada edema, jari kaki lengkap, tidak ada cacat dan luka.

6) Genetalia

Terpacang DC sejak 27 Desember 2012.

7) Anus : -

Page 20: Post Laparatomi

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL

WBC 11,69 + 10^3/uL L/P : 4,8 – 10,8

RBC 3,40 - 10^6/uLL : 4,7 – 6,1

P : 4,2 – 5,4

HGB 10,2 - g/dLL : 14 – 18

P : 12 – 14

HCT 29,4 - %L : 42 – 52

P : 37 – 47

MCV 86,5 fL 79 – 99

MCH 30 Pg 27 – 31

MCHC 34,7 g/dL 33 – 37

PLT 112 - 10^3/uL 150 – 450

RDW-CV 15,3 + % 11,5 – 14,5

RDW-SD 45,9 fL 35 – 47

PDW 12,0 fL 9 – 31

MPV 10,5 fL 7,2 – 11,1

P-LCR 28,8 + % 15 – 25

Differential

Neut# 9,03 10^3/uL 1,8 – 8

Lymph# 10^3/uL 0,9 – 5,2

Mono# 10^3/uL 0,16 – 1

Eo# 10^3/uL 0,045 – 0,44

Baso# 10^3/uL 0 – 0,2

Neut% % 50 – 70

Lymph% % 25 – 40

Mono% % 2 – 8

Page 21: Post Laparatomi

Eo% % 2- 4

Baso% % 0 – 1

KED I ... mm/jam L : 0,15

P : 0-20KED II ... mm/jam

b. Terapi

1) Infus : RL 30 tpm

2) Terapi O2 : 3 lpm

3) Injeksi :

a) Ceftriaxon : 2x1 gram (antibiotik)

b) Metronidazole : 2x500 mg (antibiotik)

c) Kalnex : 3x500 mg (analgesik)

d) Terfacef : 2x1 (antibiotik)

4) Obat oral :

a) Ambroxol : 3x1 (Obat mukolitik)

b) Pumpitor : 1x40 mg (obat lambung)

c) Ratinal : 3x30 mg (antiemetik)

d) Inspepsa : 3x1 sdm (obat penyakit sistem pencernaan)

e) HP Pro : 2x1 sdm (vitamin ; food suplemen).

5) Diit : BBS

Bubur saring dan susu peptisol 3x250 mg.

Page 22: Post Laparatomi

B. ANALISA DATA

Hari, tanggal : Senin 31 Desember 2012

DATA MASALAH PENYEBAB

DS :

- Klien menyatakan

sesak napas.

- Klien mengeluh

batuk berdahak

setelah operasi.

DO :

- Klien mengalami

batuk berdahak

dengan dahak

jernih dan tidak

berdarah.

- RR : 23kpm

- TD : 120/80

mmHg

- Suara nafas :

vesikuler.

Bersihan jalan nafas

tidak efektif

Adanya sekret yang

tertahan pada jalan

nafas.

DS :

- Pasien mengatakan

sesak nafas

DO:

- RR 23 kpm

- TD 120/80 mmHg

- Klien menyatakan

perutnya sakit jika

digunakan untuk

Pola nafas tidak efektif Kelemahan otot

pernafasan

Page 23: Post Laparatomi

bernafas panjang

seperti ada yang

tertarik bagian

perutnya.

- Nafas pendek.

DS :

- Klien mengatakan

nyeri pada area

sekitar luka operasi

dengan skala nyeri 3

DO :

- Terdapat luka

jahitan operasi

tertutup kassa pada

perut klien.

- Klien terlihat

berhati-hati dalam

bergerak.

- Klien menyatakan

sulit tidur di malam

hari dan lebih

banyak tidur di siang

hari.

- Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

N : 84 kpm

RR : 23 kpm

S : 37,2 oC

Nyeri akut Agen injury fisik.

DS :

- Klien mengatakan

Resiko infeksi Pertahanan primer tubuh

tidak adekuat.

Page 24: Post Laparatomi

nyeri pada area

sekitar luka operasi

dengan skala nyeri 3

DO :

- WBC : 11,69

- Klien terpasang

infus dan drain sejak

27 Desember 2012.

DO :

- Porsi makan klien

tidak habis.

- Klien hanya makan

seperempat dari

porsi makan rumah

sakit, karena klien

merasa perutnya

penuh ketika ada

makanan yang

masuk ke

tubuhnya.

- Status gizi

TB : 160 cm

Bb : 47 kg

IMT : 18,25

(normal)

DS :

- Klien menyatakan

nafsu makan klien

menurun karena

nyeri pada perut

ketika makan

Resiko

ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

Faktor biologis

Page 25: Post Laparatomi

banyak.

- Klien mengatakan

cenderung

menghindari makan

karena takut nyeri

perutnya bertambah

parah.

- Klien merasa berat

badannya menurun

selama di rumah

sakit. Istri klien

juga mengatakan

bahwa berat badan

klien terasa turun

Page 26: Post Laparatomi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekret

yang tertahan pada jalan nafas ditandai dengan :

DS :

- Klien menyatakan sesak napas.

- Klien mengeluh batuk berdahak setelah operasi.

DO :

- Klien mengalami batuk berdahak dengan dahak jernih dan tidak

berdarah.

- RR : 23kpm

- TD : 120/80 mmHg

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan

ditandai dengan :

DS :

- Pasien mengatakan sesak nafas

DO:

- RR 23 kpm

- TD 120/80 mmHg

- Klien menyatakan perutnya sakit jika digunakan untuk bernafas

panjang seperti ada yang tertarik bagian perutnya.

- Nafas pendek.

- Bunyi nafas vesikuler.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik yang ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan nyeri pada area sekitar luka operasi dengan skala

nyeri 3

DO :

- Terdapat luka jahitan operasi tertutup kassa pada perut klien.

- Klien terlihat berhati-hati dalam bergerak.

Page 27: Post Laparatomi

- Klien menyatakan sulit tidur di malam hari dan lebih banyak tidur di

siang hari.

- Tanda-tanda vital

TD : 120/80 mmHg

N : 84 kpm

RR : 23 kpm

S : 37,2 oC

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh tidak

adekuat ditandai dengan :

DS :

- Klien mengatakan nyeri pada area sekitar luka operasi dengan skala

nyeri 3

DO :

- WBC : 11,69

Klien terpasang infus dan drain sejak 27 Desember 2012.

5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis ditandai dengan :

DO :

- Porsi makan klien tidak habis.

- Klien hanya makan seperempat dari porsi makan rumah sakit, karena

klien merasa perutnya penuh ketika ada makanan yang masuk ke

tubuhnya.

- Status gizi

TB : 160 cm

BB : 47 kg

IMT : 18,25 (normal)

DS :

- Klien menyatakan nafsu makan klien menurun karena nyeri pada

perut ketika makan banyak.

Page 28: Post Laparatomi

- Klien mengatakan cenderung menghindari makan karena takut nyeri

perutnya bertambah parah.

- Klien merasa berat badannya menurun selama di rumah sakit. Istri

klien juga mengatakan bahwa berat badan klien terasa turun

Page 29: Post Laparatomi

D. PERENCANAAN

Hari, Tanggal : Senin, 31 Desember 2012

No DiagnosaPerencanaan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafas

tidak efektif

berhubungan dengan

adanya sekret yang

tertahan pada jalan

nafas ditandai

dengan :

DS :

- Klien

menyatakan

sesak napas.

- Klien mengeluh

batuk berdahak

setelah operasi.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24

jam bersihan jalan nafas klien

efektif dengan kriteria :

a. Suara nafas vesikuler

b. RR normal sekitar 18-24

x/mnt

c. Klien mengatakan sesak

nafas hilang atau

berkurang.

Tia

a. Observasi tanda-tanda vital.

b. Anjurkan posisi semi

fowler.

c. Beri klien pelatihan batuk

efektif

d. Beri klien pelatihan nafas

a. Tanda-tanda vital dapat

digunakan untuk mengetahui

keadaan umum klien

terutama RR

b. Peninggian kepala Tempat

tidur mempermudah fungsi

pernafasan dengan gravitasi.

sokongan tangan / bantal

membantu menurunkan

keemahan otot dan dapat

sebagai alat ekspansi dada

c. Pemahaman batuk efektif

mempermudah pengeluaran

dahak

d. Nafas dalam meningkatkan

Page 30: Post Laparatomi

DO :

- Klien mengalami

batuk berdahak

dengan dahak

jernih dan tidak

berdarah.

- RR : 23kpm

- TD : 120/80

mmHg

dalam

e. Beri asupan cairan minimal

8 gelas/hari.

f. Kelola pemberian obat :

ambroxol.

Tia

kenyamanan dalam bernafas.

e. Hidrasi membantu

penurunan kekentalan secret

dan mempermudah

pengeluaran

f. Ambroxol dapat berfungsi

sebagai mukolitik.

Tia

2. Pola nafas tidak

efektif berhubungan

dengan nyeri

ditandai dengan :

DS :

- Pasien

mengatakan

sesak nafas

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam,

pola nafas klien efektif dengan

kriteria :

- Sesak nafas berkurang atau

hilang.

- Klien dapat

mendemonstrasikan batuk

efektif.

a. Monitor tanda-tanda vital.

b. Kaji frekuensi, kedalaman

pernapasan dan ekspansi

dada. Catat upaya

pernapasan, termasuk

penggunaan otot bantu /

pelebaran nasal.

c. Auskultasi bunyi nafas dan

a. Mengidentifikasi

perkembangan kondisi klien.

b. Kecepatannya biasanya

meningkat. Ekspansi dada

terbatas yang berhubungan

dengan atelektasis dan atau

nyeri dada pleuritik.

c. Bunyi nafas menurun atau

Page 31: Post Laparatomi

DO:

- RR 23 kpm

- TD 120/80

mmHg

- Klien

menyatakan

perutnya sakit

jika digunakan

untuk bernafas

panjang seperti

ada yang

tertarik bagian

perutnya.

- Nafas pendek.

- Bunyi nafas

vesikuler.

- Menunjukkan kepatenan

jalan nafas.

- Tanda-tanda vital dalam

rentang normal.

catat adanya bunyi nafas,

seperti krekles, mengi, dan

vesikuler.

d. Tinggikan kepala dan

bantu mengubah posisi

(semi fowler).

e. Dorong atau bantu pasien

dalam nafas dalam dan

ajarkan batuk efektif.

f. Kelola pemberian oksigen

kanule binasal 3

liter/menit

tak ada bila jalan nafas

obstruksi sekunder terhadap

perdarahan, bekuan atau

kolaps jalan nafas kecil

(atelektasis). Vesikuler dan

mengi menyertai obstruksi

jalan nafas atau kegagalan

pernapasan.

d. Duduk tinggi memungkinkan

ekspansi paru dan

memudahkan pernapasan.

e. Dapat meningkatkan atau

banyaknya sputum di mana

sputum mengakibatkan

gangguan ventilasi dalam

bernafas.

f. Oksigen mengurangi sesak

nafas dan memperlancar pola

nafas.

Page 32: Post Laparatomi

Tia Tia

3. Nyeri akut

berhubungan dengan

agen injury fisik

yang ditandai

dengan :

DS :

- Klien

mengatakan

nyeri pada area

sekitar luka

operasi dengan

skala nyeri 3

DO :

- Terdapat luka

jahitan operasi

tertutup kassa

pada perut

klien.

Setelah diasuh selama 3x24

jam, nyeri klien berkurang

dengan kriteria :

- Klien mengatakan nyeri

berkurang pada area sekitar

luka operasi

- Klien mengatakan tidur

puas

- Gerakan klien biasa/

normal

- Mata tidak terlihat sayu

Tia

1. Kaji keluhan dan derajat

nyeri

2. Motivasi untuk melakukan

teknik pengaturan nafas

dalam dan mengalihkan

perhatian

3. Hindari sentuhan

seminimal mungkin untuk

mengurangi rangsangan

nyeri

4. Kelola pemberian analgetik

sesuai dengan program.

Tia

1. Untuk mengetahui sifat dan

tingkat nyeri sehingga

memudahkan dalam

memberi tindakan.

2. Relaksasi dan retraksi dapat

mengurangi rangsangan

nyeri

3. Sentuhan dapat

meningkatkan rangsangan

nyeri

4. Analgesik membantu

mengurangi rasa nyeri.

Tia

Page 33: Post Laparatomi

- Klien terlihat

berhati-hati

dalam bergerak.

- Klien

menyatakan

sulit tidur di

malam hari dan

lebih banyak

tidur di siang

hari.

- Tanda-tanda

vital

TD : 120/80

mmHg

N : 84 kpm

RR : 23 kpm

S : 37,2 oC

4. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan a. Observasi tanda-tanda a. Pasien mungkin masuk

Page 34: Post Laparatomi

berhubungan dengan

pertahanan primer

tubuh tidak adekuat

ditandai dengan :

DS :

- Klien

mengatakan nyeri

pada area sekitar

luka operasi

dengan skala

nyeri 3

DO :

- WBC : 11,69

Klien terpasang

infus dan drain

sejak 27

Desember 2012.

keperawatan selama 3x24 jam

pasien tidak mengalami

inveksi dengan criteria hasil:

- Tanda-tanda vital dalam

batas normal(Suhu:36.5-

37.5oC,

Nadi:60-100x/mnt, RR:

16-24x/mnt).

- Tidak terlihat tanda-tanda

infeksi seperti rubor,

dolor, kalor, fungsiolesa

pada daerah tusukan infus

infeksi dan peradangan..

b. Pantau kelancaran tetesan

infus!

c. Pantau kecenderungan

peningkatan suhu!

d. Lakukan dressing infuse

minimal 3 kali seminggu.

e. Cuci tangan sebelum dan

dengan infeksi yang

biasanya dapat mengalami

infeksi nosokomial.

b. Pemantauan kelancaran

tetesan infus dapat

menganalisa adanya tanda-

tanda infeksi.

c. Peningkatan suhu

mengindikasikan adanya

demam. Demam dapat

disebabkan oleh efek-efek

dari endotosin pada

hipotalamus dan endofrin

yang melepas pirogen

d. Dressing infus mencegah

penyebaran dan masuknya

bakteri dan mengurangi

infeksi nosokomial.

e. Cuci tangan mencegah

Page 35: Post Laparatomi

sesudah tindakan ke

pasien, ajarkan pada

keluarga cara cuci tangan

yang benar.

f. Kelola pemberian

antibiotic : ceftazidime.

Tia

kontaminasi silang dan

penyebaran penyakit.

f. Penanganan awal dapat

membantu mencegah

terjadinya sepsis.

Tia

5. Resiko

ketidakseimbangan

nutrisi : kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

faktor biologis

ditandai dengan :

DO :

- Porsi makan klien

tidak habis.

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam

resiko ketidakseimbangan

nutrisi tidak terjadi, dengan

kriteria hasil :

a. Nafsu makan klien

meningkat.

b. Kebutuhan nutrisi klien

terpenuhi.

a. Observasi berat badan.

b. Auskultasi bising usus.

a. Berat badan merupakan

indikator penting

keseimbangan nutrisi.

b. Penurunan atau hipoaktif

bising usus menunjukkan

penurunan motilitas gaster

dan konstipasi (komplikasi

umum) yang berhubungan

dengan pembatasan ,

pemasukan cairan, pilihan

Page 36: Post Laparatomi

- Klien hanya

makan

seperempat dari

porsi makan

rumah sakit,

karena klien

merasa perutnya

penuh ketika ada

makanan yang

masuk ke

tubuhnya.

- Status gizi

TB : 160 cm

BB : 47 kg

IMT : 18,25 (N)

DS :

- Klien

menyatakan

nafsu makan

c. Berikan klien perawatan

mulut sebelum dan

sesudah tindakan

pernafasan.

d. Berikan klien makan

sedikit tetapi sering

dengan makanan tinggi

protein dan karbohidrat

e. Anjurkan klien untuk

menghindari makanan

yang terlalu panas atau

sangat dingin.

Tia

makanan buruk, penurunan

aktivitas dan hipoksemia.

c. Menurunkan rasa tak enak

karena sisa sputum atau obat

untuk pengobatan respirasi

yang merangsang pusat

muntah.

d. Memaksimalkan masukan

nutrisi tanpa kelemahan

yang tak perlu atau

kebutuhan energi dari

makan makanan banyak dan

menurunkan iritasi gaster.

e. Suhu ekstrim dapat

meningkatkan spasme

batuk.

Tia

Page 37: Post Laparatomi

klien menurun

karena nyeri pada

perut ketika

makan banyak.

- Klien

mengatakan

cenderung

menghindari

makan karena

takut nyeri

perutnya

bertambah parah.

- Klien merasa

berat badannya

menurun selama

di rumah sakit.

Istri klien juga

mengatakan

bahwa berat

Page 38: Post Laparatomi

badan klien terasa

turun

Page 39: Post Laparatomi

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No.

DiagnosaImplementasi Evaluasi

1 Senin, 31 Desember 2012

Jam 09.00 WIB

1. Monitor TTV

2. Mengatur posisi semifowler

3. Melatih nafas dalam dan batuk efektif

4. Meningkatkan hidrasi hangat

5. Mengelola terapi : ambroxol 3x1.

Tia

Selasa, 1 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

Senin, 31 Desember 2012

Jam 09.30 WIB

S : pasien menyatakan sesak nafas, tadi malam hanya

tidur 3 jam, pasien menyatakan lebih nyaman dalam

posisi setengah duduk

O : keadaan umum pasien sedang, CM, terpasang infuse

CVP RL 30 tpm , dan O2 3 lpm

TD : 110/80mmHg, N : 84 kpm, S : 37,20C, R : 18

kpm, sekret keluar setelah batuk efektif dengan

konsistensi jernih dan tidak ada darah.

A : tujuan tercapai sebagian.

P : lanjutkan intervensi, kelola terapi obat dan batuk

efektif, monitor KU dan vital sign

Tia

Selasa, 1 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

Page 40: Post Laparatomi

1. Monitor TTV

2. Menganjurkan untuk duduk.

3. Menganjurkan nafas dalam dan batuk

efektif

4. Meningkatkan hidrasi hangat

Tia

Rabu, 2 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

1. Monitor TTV

2. Menganjurkan nafas dalam dan batuk

efektif

3. Meningkatkan hidrasi hangat

Tia

S : pasien menyatakan sesak nafas berkurang, sekret

masih terasa.

O : keadaan umum pasien sedang, CM, terpasang infuse

CVP RL , dan O2 3 lpm

TD : 110/80mmHg, N : 84 kpm, S : 36,50C, R : 20

kpm. Sekret masih keluar setelah batuk efektif dengan

konsistensi jernih dan tidak ada darah.Mobilisasi klien

duduk.

A : tujuan tercapai sebagian.

P : lanjutkan intervensi, anjurkan batuk efektif, monitor

KU dan vital sign.

Tia

Rabu, 2 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : pasien menyatakan sesak nafas berkurang, sekret

masih terasa di tenggorokan klien.

O : keadaan umum pasien sedang, CM, terpasang infuse

CVP RL , dan O2 3 lpm

TD : 110/80mmHg, N : 84 kpm, S : 36,50C, R : 20

Page 41: Post Laparatomi

kpm, sekret keluar jernih dan tidak ada darah atau pus.

A : tujuan tercapai sebagian.

P : lanjutkan intervensi, anjurkan batuk efektif, monitor

KU dan vital sign.

Tia

2 Senin, 31 Desember 2012

Jam 09.00 WIB

a. Memonitor TTV.

b. Mengkaji pola nafas.

c. Mengauskultasi bunyi nafas.

d. Mengatur posisi klien semifowler.

e. Mengelola pemberian kanul binasal 3lpm.

Tia

Senin, 31 Desember 2012

Jam 09.30 WIB

S : klien mengatakan sesak nafas, nyeri dan tidak bisa

bernafas panjang seperti biasanya, posisi nyaman :

semi fowler.

O : kesadaran klien CM, terpasang infuse CVC RL

30tpm, O2 3lpm.

TD : 110/80mmHg, N : 84 kpm, S : 37,20C, R : 18

kpm, bunyi nafas nafas vesikuler.

A : tujuan belum tercapai

P : lanjutkan intervensi, monitor vital sign dan kelola

terapi O2.

Tia

Page 42: Post Laparatomi

Selasa, 2 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

a. Memonitor TTV.

b. Mengauskultasi bunyi nafas.

c. Mengatur posisi klien semifowler.

d. Mengelola pemberian kanul binasal 3lpm.

Tia

Rabu, 3 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

a. Memonitor TTV.

b. Mengauskultasi bunyi nafas.

Senin, 2 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : klien mengatakan sesak nafas berkurang dan sudah

jarang menggunakan selang oksigen unutk membantu

bernafas.

O : kesadaran klien CM, terpasang infuse CVC RL

30tpm, O2 3lpm tidak terpasang.

TD : 110/80mmHg, N : 84 kpm, S : 36,50C, R : 20

kpm, bunyi nafas nafas vesikuler.

A : tujuan belum tercapai

P : lanjutkan intervensi, monitor vital sign dan terapi

oksigen.

Tia

Rabu, 3 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : klien mengatakan sesak nafas sudah tidak terlalu

terasa dan selang oksigen tidak digunakan.

O : kesadaran klien CM, terpasang infuse CVC RL

30tpm, O2 3lpm tidak terpasang.

Page 43: Post Laparatomi

Tia TD : 110/70mmHg, N : 84 kpm, S : 36,50C, R : 20

kpm, bunyi nafas nafas vesikuler.

A : tujuan tercapai sebagian.

P : lanjutkan intervensi, monitor vital sign dan KU klien.

Tia

3. Senin, 31 Desember 2012

Pukul 09.00 WIB

1. Mengkaji keluhan dan derajat nyeri

2. memotivasi untuk melakukan teknik

pengaturan nafas dalam dan mengalihkan

perhatian.

3. Memberikan injeksi kalnex 3x500mg.

Tia

Senin, 31 Desember 2012

Pukul 09.30 WIB

S : klien menyatakan nyeri masih terasa terutama saat

bernafas panjang dan terlau banyak gerak.

O : klien meringis saat dipegang pada bagian yang nyeri,

skala nyeri 3. Klien dapat memperagakan teknik

relaksasi : nafas dalam saat nyeri terasa pada luka

bekas operasinya. Injeksi kalnex masuk. Klien tampak

bergerak secara hati-hati.

A : tujuan tercapai sebagian

P : lanjutkan intervensi, kelola pemberian analgesik dan

anjurkan teknik relaksasi.

Tia

Page 44: Post Laparatomi

Selasa , 1 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

1. Mengobservasi nyeri

2. Memotivasi untuk melakukan teknik

pengaturan nafas dalam dan mengalihkan

perhatian.

3. Memberikan injeksi ketorolax.

Tia

Rabu , 2 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

1. Mengobservasi nyeri

2. Memotivasi untuk melakukan teknik

pengaturan nafas dalam dan mengalihkan

perhatian.

3. Memberikan obat oral asam mefenamat.

Tia

Selasa, 1 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : klien menyatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri

turun menjadi 2.

O : Klien dapat memperagakan teknik relaksasi . Injeksi

ketorolax masuk. Klien tampak hati-hati dalam

bergerak.

A : tujuan tercapai sebagian

P : lanjutkan intervensi, kelola pemberian analgesik dan

anjurkan teknik relaksasi.

Tia

Rabu, 2 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

S : klien menyatakan nyeri sudah jauh berkurang, skala 1.

Nyeri sudah jarang terasa di bagian luka bekas

operasi.

O : Klien dapat memperagakan teknik relaksasi . asam

mefenamat telah diberikan PO.

A : tujuan tercapai sebagian

Page 45: Post Laparatomi

P : lanjutkan intervensi, kelola pemberian analgesik.

Tia

4. Senin, 31 Desember 2012

Jam 09.00 WIB

a. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan..

b. Memantau kelancaran tetesan infus.

c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan ke pasien, ajarkan pada keluarga

cara cuci tangan yang benar.

d. Mengelola pemberian antibiotic :

metronidazole.

Tia

Selas, 1 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

a. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan..

b. Memantau kelancaran tetesan infus.

Senin, 31 Desemner 2012

Jam 09.30 WIB

S : klien mengatakan sedikit gatal pada balutan infus

CVP.

O : klien terpasang infus CVP RL 30tpm. Luka tusukan

infus tidak ada kemerahan, tidak ada pus dan tidak

bengkak. Tetesan infus lancar. Infusion metronidazole

500mg masuk.

A : tujuan tercapai

P : lanjutkan intervensi, kelola pemberian antibiotik.

Tia

Selasa. 1Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : Klien mengatakan tidak gatal.

O : Klien tampak terpasang infus CVP RL 30tpm,

tusukkan infus tidak tampak bengkak. Injeksi terpacef

Page 46: Post Laparatomi

c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan ke pasien.

d. Mengelola pemberian antibiotic :

metronidazole dan terpacef.

Tia

Rabu, 2 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

a. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan..

b. Memantau kelancaran tetesan infus.

c. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

ke pasien, ajarkan pada keluarga cara cuci

tangan yang benar.

d. Mengelola terapi antibiotik : metronidazole

dan cefadroxil.

Tia

dan infusion metronidazole masuk.

A : tujuan tercapai.

P : lanjutkan intervensi, observasi kelancaran tetesan

infus dan kelola terapi obat antibiotik.

Tia

Rabu, 2 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : Klien mengatakan tidak gatal dan mengatakan bahwa

nanti infusnya akan dilepas.

O : Klien tampak terpasang infus CVP RL 30 tpm,

tusukkan infus tidak tampak bengkak. Infusion

meronidazole masuk dan obar cefadroxil telah

diberika PO.

A : tujuan tercapai

P : lanjutkan intervensi, observasi kelancaran tetesan

infus dan kelola antibiotik.

Tia

Page 47: Post Laparatomi

5. Senin, 31 Desember 2012

Jam 09.00 WIB

a. Mengauskultasi bising usus.

b. Memberikan makan sedikit tetapi sering

dengan makanan sesuai diet.

c. Memotivasi klien untuk mematuhi diet.

d. Anjurkan klien untuk menghindari makanan

yang terlalu panas atau sangat dingin.

e. Mengelola pemberian diet BBS dan terapi

obat : Ratinal 3x30 mg.

Tia

Selasa, 1 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

a. Auskultasi bising usus..

b. Memberikan makan sedikit tetapi sering

dengan makanan sesuai diet BBS.

c. Anjurkan klien untuk menghindari makanan

yang terlalu panas atau sangat dingin.

Senin, 31 Desember 2012

Jam 09.30 WIB

S : klien mengatakan makan habis ¼ porsi rumah sakit.

O : Bising usus : 13 kpm. Ratinal tablet telah diberikan

secara PO.

A : tujuan belum tercapai.

P : lanjutkan intervensi, kelola pemberian terapi dan

timbang BB klien.

Tia

Selasa, 1 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : klien mengatakan jika makan terlalu banyak terasa

penuh perutnya kemudian perutnya terasa nyeri.

O : bising usus 12kpm.

A : tujuan belum tercapai.

P : lanjutkan intervensi, motivasi klien untuk memenuhi

Page 48: Post Laparatomi

d. Mengelola pemberian diet BBN dan susu

peptisol.

Tia

Rabu, 2 Januari 2013

Jam 09.00 WIB

a. Mengobservasi berat badan.

b. Auskultasi bising usus.

c. Memberikan makan sedikit tetapi sering

dengan makanan sesuai diet BBS.

d. Menganjurkan klien untuk menghindari

makanan yang terlalu panas atau sangat

dingin.

e. Mengelola pemberian diet BBN dan terapi

obat HP Pro.

Tia

kebutuhan nutrisi per oral dan mematuhi diet, timbang

BB.

Tia

Rabu, 2 Januari 2013

Jam 09.30 WIB

S : klien mengatakan sudah mulai makan banyak.

O : klien habis ½ porsi makan rumah sakit dan BB klien

47 kg. Bising usus 13 kpm. Obat Hp Pro telah

diberikan peroral.

A : tujuan tercapai.

P : lanjutkan intervensi. Tetap motivasi klien untuk

makan.

Tia

Page 49: Post Laparatomi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kasus Bp “BS” dengan diagnosa medis Post Laparatomy dengan e.c

Perdarahan Intraabdomen e.c. Laserasi Hepar, berdasarkan pengkajian

terdapat 5 diagnosa, yaitu :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret

yang tertahan pada jalan nafas.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot

pernafasan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh tidak

adekuat

5. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis.

Dari kelima diagnosa tersebut, terdapat satu diagnosa yang tujuannya dapat

teratasi seutuhmya. Sedangkan empat diagnosa lain hanya teratasi sebagian.

Diagnosa d i atas dapat teratasi sebagian dan seutuhnya karena adanya factor

pendukung dan pengahambat, yaitu :

1. Faktor pendukung :

a. Fasilitas di bangsal Cendana 2 lengkap.

b. Pasien dan keluarga kooperatif saat dilakukan asuhan keperawatan

2. Faktor penghambat :

a. Pasien kurang tidur di malam hari.

b. Pasien masih dalam masa menuju kestabilan tubuh pasca operasi dan

mempunyai masalah yang cukup kompleks.

B. Daftar Pustaka

Doenges E.M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC

NANDA International. 2009-2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC