portofolio oa ikm unsri

42
BAB I LAPORAN KASUS 1.1. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. N Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 67 tahun Agama : Islam Alamat : Perum Griya Dharma Sejahtera No.16, RT.30, RW 02, Gandus Palembang Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal kunjungan ke Puskesmas : 2 Maret 2015 1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 2 Maret 2015) Keluhan utama : Kedua lutut terasa nyeri dan kaku Keluhan tambahan : Nyeri pada tengkuk. Riwayat perjalanan penyakit : Sejak 3 hari yang lalu, os mengeluh nyeri pada kedua lutut ketika berjalan ataupun jongkok. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berkurang ketika istirahat. Namun, 3 hari ini nyeri dirasakan semakin hebat dan tidak hilang ketika istirahat. Os juga mengaku lututnya terasa kaku ketika duduk terlalu lama atau berdiri terlalu lama. Ketika hal 1

Upload: firdhani-yufinta-putri

Post on 22-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ikm ikk unsri

TRANSCRIPT

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Ny. NJenis Kelamin

: PerempuanUsia

: 67 tahun

Agama

: IslamAlamat: Perum Griya Dharma Sejahtera No.16, RT.30, RW 02, Gandus PalembangPekerjaan

: Ibu Rumah TanggaTanggal kunjunganke Puskesmas: 2 Maret 20151.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 2 Maret 2015)

Keluhan utama

: Kedua lutut terasa nyeri dan kakuKeluhan tambahan

: Nyeri pada tengkuk.Riwayat perjalanan penyakit:

Sejak 3 hari yang lalu, os mengeluh nyeri pada kedua lutut ketika berjalan ataupun jongkok. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berkurang ketika istirahat. Namun, 3 hari ini nyeri dirasakan semakin hebat dan tidak hilang ketika istirahat.

Os juga mengaku lututnya terasa kaku ketika duduk terlalu lama atau berdiri terlalu lama. Ketika hal itu terjadi os sulit menggerakkan kedua kakinya. Kaku tersebut hilang jika os merubah posisinya, os butuh waktu setengah jam untuk menghilangkan rasa kaku tersebut.

Os juga mengaku nyeri tengkuk yang hilang timbul. Nyeri tersebut datang ketika os merasa lelah sewaktu membersihkan rumah dan hilang ketika os tidur.

Os mengaku mempunyat penyakit darah tinggi dan rutin minum obat sejak 4 tahun yang lalu. Os juga mengkonsumsi obat penghilang nyeri selama 1 tahun ini. Os sudah menopause sejak 10 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu:

a. Riwayat Keluhan Serupa : os mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahunb. Riwayat Kencing Manis : disangkal

c. Riwayat Darah Tinggi : os mengalami darah tinggi sejak 4 tahun yang lalud. Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

e. Riwayat Sakit Ginjal

: disangkal

f. Alergi Obat dan Makanan : disangkal

g. Riwayat Asma

: disangkal

h. Riwayat Operasi

: disangkal

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Os mengatakan tidak ada di keluarganya yang mengalami keluhan yang sama dengan os.Riwayat Sosial

Os hanya ibu rumah tangga yang pekerjaannya mencuci, memasak, menggosok, dan membersihkan rumah. Os mengaku jarang memakan jeroan dan seafood. Os sering memakan ikan sungai, tahu, dan tempe.1.3. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 2 Maret 2015)

STATUS GENERALIKUSKeadaan umum: tampak sakit ringanSensorium

: compos mentis

Tekanan darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 93x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi pernapasan: 16 x/menit

Suhu

: 36,9(C

Berat Badan

: 58 kg

Tinggi

: 153 cmKeadaan gizi

: 24,78 (overrweight)KEADAAN SPESIFIKKepala

:

Mata

: konjungtiva palpebrae anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, (

3 mm/3 mm, refleks cahaya (+/+) Hidung

: deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada

Telinga: Meatus akustikus eksternus lapang, sekret (-/-), membrane timpani intak Tenggorokan

: arcus faring simetris, faring hiperemis (-), uvula di tengahLeher

: JVP (5,-2) cmH2O, pembesaran KGB (-).Thoraks

: bentuk simetris

Cor

: bunyi jantung I dan II (+) normal, HR = 93 x/menit, murmur (-), gallop (-)

Pulmo: vesikuler (+) normal, rhonkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, tympani, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas atas

:

DekstraPergerakan motorik normal, tanda-tanda inflamasi (-), oedem (-), eritem (-), clubbing finger (-), kuku nekrosis (-), akral hangat (+), deformitas (-), nyeri gerak (-), krepitasi (-).SinistraPergerakan motorik normal, tanda-tanda inflamasi (-), oedem (-), eritem (-), clubbing finger (-), kuku nekrosis (-), akral hangat (+), deformitas (-), nyeri gerak (-), krepitasi (-).Ekstremitas bawah

:

DekstraPergerakan motorik lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi (-), oedem (-), eritem (-), akral hangat (+), deformitas (-), nyeri gerak (+), krepitasi (+).

SinistraPergerakan motorik lutut terbatas (+), tanda-tanda inflamasi (-), oedem (-), eritem (-), akral hangat (+), deformitas (-), nyeri gerak (+), krepitasi (+).

Genitalia eksterna

: tidak diperiksa

1.4. RESUME

Ny. N, 58 tahun datang ke Puskesmas Gandus dengan keluhan utama nyeri dan kaku pada kedua lutut sejak 3 hari yang lalu. os mengeluh nyeri pada kedua lutut ketika berjalan ataupun jongkok yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan berkurang ketika istirahat. Namun, 3 hari ini nyeri dirasakan semakin hebat dan tidak hilang ketika istirahat. Os juga mengaku lututnya terasa kaku ketika duduk atau berdiri terlalu lama yang perlahan menghilang jika os merubah posisi. Os juga mengaku nyeri tengkuk yang timbul ketika os sedang lelah dan hilang ketika os tidur. Os mengaku mempunyat penyakit darah tinggi dan rutin minum obat sejak 4 tahun yang lalu. Os juga mengkonsumsi obat penghilang nyeri selama 1 tahun ini. Os sudah menopause sejak 10 tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, kecuali tekanan darah os yang pre-hipertensi dan IMT os yang overweight. Dari pemeriksaan lokalis sendi didapatkan hambatan gerak, nyeri gerak, dan krepitasi pada kedua lutut.1.5. DIAGNOSIS BANDING Osteoartritis (OA) Genu dan Hipertensi Terkontrol Rheumatoid Artritis (RA) Genu dan Hipertensi Terkontrol1.6. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto rontgen genu dekstra dan sinistra.1.7. DIAGNOSIS KERJA

OA genu dan Hipertensi Terkontrol1.8. PENATALAKSANAAN

1.8.1. Non FarmakologisA. Edukasi: Dua hal yang menjadi tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan mencegah disabilitas. Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu, memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang degeneratif, jadi penyakit ini timbul akibat proses penuan yang ditandai dengan menopause pada os. Selain itu, agar rasa nyeri dapat berkurang, maka penderita hendaknya mengurangi aktivitas/pekerjaannya sehingga tidak terlalu banyak menggunakan sendi-sendi dan lebih banyak beristirahat.Pengobatan yang diberikan hanya untuk mengurangi gejala yang dirasakan os, untuk kembali sembuh os dapat menempuh jalan operasi. Penderita juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang diberikan.B. Menjaga berat badan ideal: Berat badan (BB) yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko osteartritis. Menjaga berat badan dengan diet yang seimbang dan olahraga ringan (termasuk peregangan sendi-sendi) saya anjurkan agar BB mendekati ideal dan mencegah penyakit bertambah parah.C. Kompres dilakukan sesuai keluhan yang dialami os. Jika sendi sedang bengkak maka pilihannya adalah kompres dingin, dan jika rasa nyeri dan kaku yang dikeluhkan maka pilihannya adalah kompres hangatD. Perubahan gaya hidup: Hindari posisi atau keadaan yang menimbulkan trauma pada sendi seperti jongkok, lompat, lari, terlalu sering naik-turun tangga atau berdiri terlalu lama. Tetap menjalani aktivitas sehari-hari. Jika timbul nyeri istirahatlah sejenak, atasi nyerinya dan kembali beraktivitas. Jika pekerjaan os menimbulkan nyeri maka harus melakukan penyesuaian terhadap pekerjaan tersebut, contohnya jika memasak di dapur dan saat berdiri lama timbul nyeri maka usahakan pada saat menyiapkan masakan dapat dikerjakan dalam posisi duduk, sehingga tidak berdiri terlalu lama di dapur. 1.8.2. Farmakologis Amlodipin 1 x 5 mg

Na diclofenac 3 x 50 mg1.9. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: bonam

Quo ad functionam: dubia ad bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1. Landasan Teori

3.1.1. Anatomi Sendi LututSendi lutut (articulatio genu) terdiri dari 2 buah sendi condylaris antara condylus femoris medialis dan lateralis dengan condylus tibiae yang merupakan sendi synovial jenis ginglymus (sendi engsel) serta sebuah sendi plana antara patella dan facies patellaris femoris. Pada gambar 3.1 dapat dilihat tulang pada lutut dari sisi anterior, posterior, medial, dan lateral.

Gambar 3.1. Tulang pada Sendi Lutut dari Sisi Anterior, Posterior, Lateral, dan Medial.Sumber:Evaluation of Orthopedic and Athletic Injuries 2nd Edition (Starkey and Ryan, 2002) from http://pages.uoregon.edu.Sendi lutut pada daerah anterior berbatasan dengan bursa prepatellaris, sedangkan pada daerah posterior berbatasan dengan arteri den vena polpitea, n. tibialis dan n. peroneus communis, nodi lymphoidei, dan otot-otot yang membentuk batas-batas fossa poplitea. Pada daerah medial sendi lutut ini berbatasan dengan m. sartorius, m. gracilis, dan m. semitendinosus dan pada daerah lateral berbatasan dengan m. biceps femoris dan n. peroneus communis.

Terdapat kartilago hialin yang meliputi facies articularis femoris, tibia, dan patella. Kapsula sendi lutut hanya tidak terdapat di permukaan depan sendi, melainkan melekat pada pinggir facies articularis dan di sekeliling sisi serta aspek posterior sendi. Membrana synovialis melapisi kapsula dan melekat pada pinggir-pinggir atau tepi facies articularis. Facies articularis mendapatkan pelumas dari cairan kental yang disebut cairan synovial, yang dihasilkan oleh membrana synovialis.

Ligamentum pada sendi lutut dibedakan menjadi ligamentum ekstrakapsular dan ligamentum intrakapsular. Ligamentun ekstrakapsular terdiri dari ligamentum patellae, ligamentum collaterale laterale, ligamentum collaterale mediale, dan ligamentum popliteum obliquum (gambar 2.2.). Ligamentum intrakapsular terdiri dari ligamentum cruciatum anterius, ligamentum cruciatum posterius, dan menisci yang merupakan fibrokartilago yang berbentuk seperti huruf C.

Ada 4 bursa yang berhubungan dengan sendi lutut pada daerah anterior, yaitu bursa suprapatellaris, bursa prepatellaris, bursa infrapatellaris superficialis, dan bursa infrapatellaris profunda. Lalu ada 6 bursa yang berhubungan dengan sendi lutut pada daerah posterior, yaitu bursa popliteus, bursa semimembranosus, bursa tendo insertio m. biceps femoris, bursa tendo m. sartorius, m. gracilis, dan m semitendinosus, bursa dibawah origo caput laterale m. gastrocnemius, dan bursa dibawah origo caput mediale m. gastrocnemius.

Sendi lutut dipersarafi oleh n. femoralis, n. obturatorius, n. peroneus communis dan tibialis. Sendi lutut dapat melakukan gerakan fleksi, ekstensi, dan rotasi.13.1.2. Definisi OsteoartritisOsteoartritis (OA) menurut American Rheumatism Association (ARA) adalah sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya keluhan dan tanda pada persendian yang berhubungan dengan menurunnya integritas dari kartilago dan menyebabkan perubahan pada tulang serta batas sendi yang mengalami masalah tersebut.2OA yang sering dikenal sebagai penyakit wear and tear pada persendian ini, merupakan suatu penyakit peradangan sendi kronis yang berkaitan dengan kartilago, ligamen, tulang, dan batas persendian serta sering menyerang orang dewasa sampai usia lanjut.3OA merupakan penyakit yang menyebabkan perubahan patologis dari seluruh struktur sendi yang dapat ditandai dengan berkembangnya osteofit di batas sendi, peregangan dari kapsula, synovitis ringan, kelemahan pada otot yang menghubungkan sendi, hilangnya kartilago hialin, dan penebalan serta sklerosis dari lapisan tulang subkondral.43.1.3. Epidemiologi OsteoartritisPrevalensi OA meningkat dengan bertambahnya usia dan cenderung lebih banyak dialami oleh wanita daripada laki-laki. Walaupun penyakit ini lebih sering menyerang orang dewasa sampai usia lanjut, bukan tidak mungkin ditemukan osteoartritis pada orang yang lebih muda seperti remaja. Diperkirakan 9,6% dari laki-laki dan 18% wanita di dunia yang berumur diatas 60 tahun memiliki gejala OA.5 Di Indonesia, prevalensi OA yang didiagnosis dari pemeriksaan radiologis cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Diperkirakan satu sampai dua juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA.6 Hal ini diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan semakin banyak populasi orang usia lanjut di Indonesia berdasarkan angka harapan hidup penduduk Indonesia yang terus meningkat. Pada tahun 2010 tercatat angka harapan hidup untuk penduduk Indonesia adalah 70,7 tahun.7OA menyerang true joint atau diartrosis, yaitu sendi-sendi yang mempunyai kartilago sendi, cairan synovialis, membrana synovialis, kapsul sendi, dan sendi yang sering digunakan pada kehidupan sehari-hari. Beberapa bagian tubuh yang merupakan daerah predileksi yang diserang OA yaitu lutut (12,1%), pinggul (4,4%), tangan (8%), dan kaki (2%).5 Dari beberapa daerah predileksi tersebut lutut merupakan daerah yang sering terkena OA dan sering disebut sebagai osteoartritis genu.83.1.4. Etiopatogenesis OsteoartritisEtiologi pasti dari osteoartritis masih belum diketahui. Ada yang berpendapat bahwa OA dikarenakan proses penuaan, jejas mekanis dan kimiawi, ataupun dari hasil kombinasi antara degradasi kartilago, remodeling tulang dan inflamasi cairan sendi.Namun, dari segi patogenesisnya OA dibedakan menjadi 2 yaitu OA primer atau idiopatik dan OA sekunder. OA primer paling sering ditemukan dan penyebab dari OA ini tidak diketahui serta tidak berhubungan dengan penyakit sistemik maupun lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, pertumbuhan, herediter, mobilisasi yang terlalu lama, serta jejas mikro dan makro. Ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang proses terjadinya OA dan proses terjadinya rasa sakit di sendi pada pasien OA, yaitu:1. Kartilago atau rawan sendi yang kita miliki dapat mengalami kerusakan, namun kartilago dapat melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit, suatu sel avaskular pada kartilago, akan mengalami replikasi dan membentuk matriks baru. Faktor-faktor pertumbuhan seperti insulin like growth factor 1 (IGF-1) dan transforming growth factor (TGF-) yang berfungsi untuk mendukung proses perbaikan ini. Faktor pertumbuhan tersebut menginduksi kondrosit untuk mensintesis makromolekul seperti kolagen tipe 2 dan aggrecan sebagai bahan dasar dari matriks kartilago untuk proses perbaikan. Kolagen tipe 2 memberikan kekuatan regangan pada kartilago, sementara aggrecan adalah makromolekul proteoglikan yang berhubungan dengan asam hialuronat yang memberikan kompresibilitas kartilago karena mempunyai beban negatif terhadap gilkosaminoglikan. Namun, peran makrofag di dalam cairan sendi yang terstimulasi oleh jejas dapat menyebabkan terjadinya degradasi matriks kartilago dengan mengaktifkan sitokin activator plasminogen (PA) seperti IL-1, IL-6, TNF dan , dan interferon (IFN) dan interferon akan menstimulasi kondrosit untuk memproduksi coloni stimulating factors (CSFs) yang menyebabkan monosit dan PA untuk mendegradasi matriks kartilago secara langsung. Selain itu matriks metalloproteinase (MMP-13) dan aggrecanase 1 (ADAMTS-4) yang diproduksi oleh kondrosit karena terstimulasi jejas juga dapat mendegradasi kolagen tipe 2 dan aggrecan pada kartilago. 2. IL-1 sendiri juga mempunyai peranan dalam meningkatkan degradasi matriks kartilago dengan cara meningkatkan sintesis enzim stromelin dan kolagenosa.3. Selain faktor penuaan yang membuat perubahan fungsi pada kondrosit dan membuat kartilago menjadi lebih tipis sehingga menjadi lebih rentan, faktor genetik juga cukup berpengaruh. Pada pasien OA terdapat reseptor IL-1 dua kali lebih banyak dan IGF-1 yang lebih sedikit dibandingkan individu normal sehingga terjadi peningkatan degradasi matriks daripada proses sintesis matriksnya

4. Karena proses degradasi lebih tinggi dari sintesis, sejumlah kecil kolagen tipe 1 akan menggantikan kolagen tipe 2 yang normal pada kartilago. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang merubah biomekanika kartilago.

5. Nitric Oxide (NO) juga berperan pada patogenesis dari OA yaitu menghambat produksi kolagen dan proteoglikan serta mengaktivasi metalloproteinase yang akan meningkatkan proses degradasi matriks. Inducible Nitric Oxide Synthase (iNOS) yang merupakan suatu enzim yang berguna untuk menstimulasi produksi NO. Pada pasien OA produksi iNOS mengalami peningkatan. Namun, iNOS bersifat patologis karena membuat produksi NO yang berlebihan yang akan bereaksi dengan O2 membentuk peroksinitrit yang toksik. Selain iNOS, IL-1 juga menstimulasi produksi NO.

6. Pada kartilago pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik yang akan menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral. Hal tersebut akan menyebabkan dilepasnya prostaglandin dan interleukin yang membuat bone angina lewat subkondral yang memiliki ujung saraf sensible untuk menghantarkan rasa nyeri. Selain itu, prostaglandin yang bekerjasama dengan kinin dapat menyebabkan rasa sakit pada daerah sendi, peregangan tendo atau ligamentum, dan spasme otot-otot ekstra-artikuler akibat kerja yang berlebihan. Adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta peningkatan tekanan intrameduler akibat dari vena intrameduler yang statis karena proses remodeling pada trabekula dan subkondrial juga dapat menimbulkan rasa sakit pada sendi.

Pada intinya, terjadi proses metabolik yang aktif pada sendi yang terserang OA. Pada sendi yang mengalami OA terjadi proses degradasi yang lebih tinggi dibandingkan proses sintesis matriksnya sehingga menimbulkan ketidakseimbangan antara proses perbaikan dan proses pemecahan kartilago. Dari hal tersebut akan terbentuk hasil dari degradasi matriks kartilago yang lama-kelamaan berakumulasi di sendi sehingga menghambat fungsi sendi, membuat perubahan-perubahan biomekanika dan biokimia di dalam sendi, hilangnya kompresibilitas sendi, serta sering diiringi dengan sinovitis yang menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman pada sendi.4,6,93.1.5. Faktor Risiko OsteoartritisFaktor yang meningkatkan risiko terjadinya osteoartritis ada beberapa hal, yaitu:1. UmurUmur merupakan faktor risiko yang diduga paling kuat untuk terjadinya OA karena derajat dan prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan umur. OA hampir tak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada usia 40 tahun, dan sering pada umur di atas 60 tahun. Penuaan dapat menyebabkan kerentanan pada kartilago karena penipisan kartilago lalu membuat respon dan kekuatan otot yang menghubungkan sendi menjadi lemah sehingga semua hal tersebut menyebabkan kartilago rusak.

2. Jenis KelaminWanita lebih sering terkena OA lutut dan OA pada banyak sendi, laki-laki lebih sering terkena OA paha. Frekuensi terjadi OA pada laki-laki dan perempuan sama jika dibawah umur 45 tahun, namun jika diatas 50 tahun wanita lebih sering terkena OA daripada laki-laki.

3. Suku BangsaOA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan gaya hidup dan frekuensi kelainan kongenital serta pertumbuhan.4. GenetikAdanya mutasi gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang kartilago berperan dalam terjadinya kecenderungan familial dalam OA. Faktor herediter juga berpengaruh pada OA.

5. Kegemukan dan Penyakit MetabolikKegemukan atau obesitas meningkatkan terjadinya risiko OA karena beban berat yang harus ditopang terutama oleh lutut. Kegemukan bukan hanya meningkatkan risiko untuk terjadi OA genu, namun juga pada OA di sendi lain. Hal tersebut diduga adanya campur tangan dari faktor metabolik sebagai faktor risikonya.6. Cedera Sendi, Pekerjaan Berat dan OlahragaRisiko OA sendi juga meningkat pada atlet olahraga dan pekerjaan berat lainnya karena aktivitas tersebut dapat memicu terjadinya cedera traumatik. Pekerjaan yang membuat sendi digunakan lebih sering juga merupakan faktor risiko OA.7. Kelainan KongenitalKelainan kongenital seperti kaki varus atau valgus yang merupakan predisposisi hilangnya kartilago dengan cepat.4,63.1.6. Gejala Klinis OsteoartritisPada pasien OA gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri pada sendi yang terserang. Pada OA lutut, nyeri merupakan alasan pasien berobat ke dokter. Selain nyeri, krepitasi atau rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) juga terjadi pada sendi yang sakit.

Selain itu, rasa kaku yang dirasakan pada sendi juga merupakan masalah yang harus dihadapi pasien OA. Biasanya rasa kaku ini terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur atau terlalu lama duduk. Rasa kaku tersebut terjadi karena imobilisasi sendi yang terlalu lama.

Akibat rasa nyeri dan kaku tersebut, pasien OA mengalami hambatan gerak pada sendi yang terserang OA. Lama kelamaan OA juga dapat menyebabkan perubahan gaya berjalan yang merupakan suatu ancaman besar pada kemandirian pasien OA terlebih lagi bagi yang berumur diatas 60 tahun untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Biasanya pada sendi yang terserang OA dapat dilihat adanya pembesaran sendi ataupun deformitas karena adanya penumpukan hasil degradasi matriks, trombus dan lipid, ataupun terbentuknya osteofit pada sendi tersebut.63.1.7. Pemeriksaan Pada OsteoartritisAda beberapa cara untuk menegakkan osteoartritis, yaitu:1. AnamnesisPada anamnesis biasanya pasien mengeluh nyeri pada sendi yang terserang OA, misalnya pada sendi lutut. Selain nyeri mungkin pasien juga mengeluhkan rasa kaku pada pagi hari atupun setelah imobilisasi yang lama.2. Pemeriksaan FisikDari pemeriksaan fisik biasanya didapatkan:

a. Hambatan gerak pada sendi yang diserang OA dapat terjadi secara konsentris (seluruh arah gerakan) ataupun eksentris (salah satu gerakan saja). Hambatan gerak ini biasanya semakin berat seiring bertambah berat penyakitnya.

b. Krepitasi yang semakin bertambah berat dapat terdengar pada jarak tertentu. Gejala ini terjadi akibat adanya pergesekkan dari kedua permukaan tulang sendi saat digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. Krepitasi merupakan gejala yang berarti untuk pemeriksaan klinis OA genu.

c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris akibat efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (