portofolio dispepsia

15
Nama Peserta : dr. Fahmida Asnita Nama Wahana : RSUD Siak Topik : Dispepsia Tanggal (kasus) : 11 Juni 2016 Nama Pasien : Ny. S No. RM : 157013 Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Didin Khoerudin Tempat Presentasi : RSUD Siak Obyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampila n Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaja Dewasa Lansi a Bumi l Deskripsi : Perempuan usia 21 tahun, nyeri ulu hati, mual dan muntah Tujuan : Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen penanganan dispepsia Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas Diskusi Presentas i dan diskusi E- mail Pos Data pasien : Nama : ny. S No CM : 050328 Nama RS : RSUD Siak Telp : Data utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis/ Gambaran klinis : Pasien perempuan, usia 21 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari Sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri dirasakan tidak terus menerus, nyeri searasa seperti ditusuk tusuk, mual (+), muntah (+) 6 kali, berisi apa yang dimakan ,kembung (+) nyeri dirasakan memberat ketika pasien terlambat makan dan nyeri juga memberat ketika pasien banyak pikiran, nafsu makan berkurang (+), demam (-), buang air kecil normal, buang air besar normal, mencret (-), nyeri dada (-), sesak (-), keringat dingin (-), nyeri seperti ini sudah dirasakan 1 tahun dan pasien sering makan tidak teratur.

Upload: fahmida-asnita

Post on 15-Apr-2016

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dispepsia

TRANSCRIPT

Page 1: portofolio dispepsia

Nama Peserta : dr. Fahmida AsnitaNama Wahana : RSUD SiakTopik : DispepsiaTanggal (kasus) : 11 Juni 2016Nama Pasien : Ny. S No. RM : 157013Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Didin KhoerudinTempat Presentasi : RSUD SiakObyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi :

Perempuan usia 21 tahun, nyeri ulu hati, mual dan muntah Tujuan :

Menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen penanganan dispepsiaBahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus AuditCara membahas Diskusi Presentasi

dan diskusi E-mail Pos

Data pasien : Nama : ny. S No CM : 050328Nama RS : RSUD Siak Telp : Data utama untuk bahan diskusi :1. Diagnosis/ Gambaran klinis :

Pasien perempuan, usia 21 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari Sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri dirasakan tidak terus menerus, nyeri searasa seperti ditusuk tusuk, mual (+), muntah (+) 6 kali, berisi apa yang dimakan ,kembung (+) nyeri dirasakan memberat ketika pasien terlambat makan dan nyeri juga memberat ketika pasien banyak pikiran, nafsu makan berkurang (+), demam (-), buang air kecil normal, buang air besar normal, mencret (-), nyeri dada (-), sesak (-), keringat dingin (-), nyeri seperti ini sudah dirasakan 1 tahun dan pasien sering makan tidak teratur.

2. Riwayat Pengobatan : pasien membaik jika minum obat ranitidin dari puskesmas

3. Riwayat kesehatan/penyakit : Riwayat penyakit serupa terjadi kambuh-kambuhan terutama jika pasien terlambat makan dan banyak pikiran

4. Riwayat keluarga : (-)

5. Riwayat pekerjaan :Pasien ibu rumah tangga

6. Lain-lain : -PEMERIKSAAN FISIK : KU : tampak lemah Kesadaran : composmentis Vital signs :

RR : 20 ×/menit (reguler) , N : 86 ×/menit , S : 37,1 °C (per-aksilla)

Page 2: portofolio dispepsia

Kepala dan leher :Normocephal, JVP tidak meningkat, trakea medial, pembesaran

KGB (-)

Mata :konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor 2mm/2mm, reflek cahaya

+/+

Mulut : napas bau keton (-)Pulmo :

Inspeksi : simetris, retraksi dada -/-, gerakan dinding dada simetris

Palpasi : simetris -/-, gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi : sonor / sonor

Auskultasi: suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm di medial linea midclavicula sinistra

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), bising (-)

Abdomen :

Inspeksi : datar, venektasi (-), jejas (-),

Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium, (+),Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Extremitas : Akral hangat, perfusi baik, udem tidak ada.

PEMERIKSAAN PENUNJANG :Hemoglobin : 11,8 g/dl (N) Leukosit : 6200/ul (N)Hematokrit : 32 % (N)Eritrosit : 4,4x106/ul (N)Trombosit : 176.000/ul (N)

TERAPI:IGD- Ivfd RL 20 TPM- Inj Ranitidin / 12 jam- Inj Ondansentron / 8 jam- Sulcrafat syr 3 x 1 cth

Daftar Pustaka :

Page 3: portofolio dispepsia

1.

Hasil pembelajaran :

1. Diagnosis dispepsia melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik2. Penentuan terapi dispepsia3. Edukasi mengenai tatalaksana dan pencegahan kambuhnya dispepsia

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:SUBJEKTIF :

Pasien perempuan, usia 21 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 hari Sebelum masuk Rumah Sakit, nyeri dirasakan tidak terus menerus, nyeri searasa seperti ditusuk tusuk, mual (+), muntah (+) 6 kali, berisi apa yang dimakan ,kembung (+) nyeri dirasakan memberat ketika pasien terlambat makan dan nyeri juga memberat ketika pasien banyak pikiran, nafsu makan berkurang (+), demam (-), buang air kecil normal, buang air besar normal, mencret (-), nyeri dada (-), sesak (-), keringat dingin (-), nyeri seperti ini sudah dirasakan 1 tahun dan pasien sering makan tidak teratur

OBJEKTIF:

Dari hasil pemeriksaaan fisik didapatkan pasien datang dengan kondisi tampak lemas, dengan vital sign masih dalam batas normal RR : 20 ×/menit (reguler) , N : 86 ×/menit , S : 37,1 °C (per-aksilla), dari pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada epigastrium dan pemeriksaan lainny dalam batas normal ASSESSMENT :

Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak

nyaman diepigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuhatau cepat kenyang, dan sering

bersendawa. Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik (misalnya tukak peptik, gastritis,

kolesistitis, dan lainnya), bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.

maupun yang bersifat nonorganik/fungsional/ dyspepsia non ulkus, bila tidak jelas penyebabnya.1.2,5

Etiologi

Penyebab Dispepsia meliputi :

1. Dispepsia Organik .

- Gangguan dalam lumen saluran cerna (Tukak peptic, Gastritis, Keganasan, dll)

- Gastroparesis

- Obat-obatan ( AINS, Teofilin, Digitalis, Antibiotik )

- Hepato Biller ( Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiatis, Keganasan, Disfungsi spincter odii )

Page 4: portofolio dispepsia

- Pancreas ( Pankreatitis, Keganasan )

- Keadaan Sistematik ( DM, Penyakit tiroid, Gagal ginjal, Kehamilan, PJI )

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin

dan alkohol serta, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,

kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-

dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan

merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata

membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan

2. Dispepsia Non organik atau fungsional

- Stress psikososial

- Factor lingkungan (makanan, genetik)

Rangsangan psikis/ emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi lambung dengan 2 cara,

yaitu:

1. Jalur neuron: rangsangan konflik emosi pada korteks serebri mempengaruhi kerja hipotalamus

anterior dan selanjutnya ke nucleus vagus, nervus vagus dan selanjutnya ke lambung.

2. Jalur neurohumoral: rangsangan pada korteks serebri → hipotalamus anterior → hipofisis

anterior (mengeluarkan kortikotropin) → hormon → merangsang korteks adrenal (menghasilkan

hormon adrenal) → merangsang produksi asam lambung

Faktor psikis dan emosi (seperti pada anksietas dan depresi) dapat mempengaruhi fungsi saluran

cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan

vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri.Pasien dyspepsia

umumnya menderita anksietas, depresi dan neurotik lebih jelas dibandingkan orang normal.

Gejala dan tanda 5,6

Berdasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi 3 tipe :

1)     Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :

a)     Nyeri epigastrium terlokalisasi.

b)    Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.

Page 5: portofolio dispepsia

c)     Nyeri saat lapar.

d)    Nyeri episodik.

2)     Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :

a)     Mudah kenyang

b)    Perut cepat terasa penuh saat makan

c)     Mual

d)    Muntah

e)     Upper abdominal bloating

f)      Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

3)     Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

Diagnosis 3,5

Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada

sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran

pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu

dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,

radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab

organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional

biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-

Page 6: portofolio dispepsia

tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya

menggunakan kontras ganda.

Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)

Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau

sangat tidak spesifik.

USG (ultrasonografi)

Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk

membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek

samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan

Waktu Pengosongan Lambung

Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat

pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.a

Pengobatan 1,3,4,5

Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :

1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung.

Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg

(OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus-menerus, sifatnya

hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih

lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar

akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

Page 7: portofolio dispepsia

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin

bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28-

43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti

tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin,

roksatidin, ranitidin dan famotidin

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir

dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,

lansoprazol dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain bersifat

sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi

meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,

meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk

lapisan protektif (sebagai site protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa

saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan metoklopramid.

Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan

mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance).

Penatalaksanaan non farmakologis

Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang

Page 8: portofolio dispepsia

berlebihan, nikotin rokok, stress,dll.

Atur pola makan

Pencegahan 3,5

Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal

makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai,

alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala,

gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.

TERAPI:IGD- Ivfd RL 20 TPM untuk memenuhi kebutuhan cairan dan sarana untuk memberikan secara

intravena.- Inj Ranitidin / 12 jam obat ini berfungsi menghambat aksi histamin pada reseptor histamin

H2 pada sel parietal lambung yang berfungsi menghambat sekresi asam yang dihasilkan oleh histami

- Inj OMZ / 12 jam , golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung

- Inj Ondansentron / 8 jam

DOKTER INTERNSIP DOKTER PENDAMPING

dr. Fahmida Asnita dr. Didin Khoerudin

Page 9: portofolio dispepsia

TUGAS PORTOFOLIO

DISPEPSIA

Disusun oleh :

dr. Fahmida AsnitaDokter Internsip RSUD Siak

Pendamping :dr. Didin Khoerudin

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIARUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SIAK

RIAU

2016

Page 10: portofolio dispepsia
Page 11: portofolio dispepsia