porto fathia u. - fathiajalan.com · jika bicara kualit as, jelas jauh berbeda t eh yang dipet ik...

17
Fathia Uqimul Haq writing and photography www.fathiajalan.com

Upload: ngodat

Post on 07-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

portfolioFathia Uqimul Haq

writing and photography

www.fathiajalan.com

B r a n d :

s y a r i ' b y s x r

fashion photography

photo product

b r a n d :

s y a r i ' b y s x r

b r a n d :

s y a r i ' b y s x r

b r a n d :

T o o n i q u e

l o c : m i m i t i c o f f e e

l o c   : p l e a s e c a f e

i n f r a m e : a m b a r n .

P o r t r a i t u r e P h o t o g r a p hy

l o c : m a s j i d s a l m a n i t b  

e v e n t p h o t o g r a p hy

g r a n d o p e n i n g r a m a d h a n 2017

Bandung, (Pusat Halal Salman)- Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI menyalahkan pandangan umum jika Indonesia merasa halal dan tidak perlu sertifikasi lagi sebab mayoritas penduduknya muslim. Padahal menurutnya Indonesia perlu sertifikasi halal dalam beberapa sektor dan memiliki pelayanan internasional. Hal ini ia sebutkan dalam SeminarInternasional Pariwisata Halal di ITB, Kamis (1/9/2016) lalu.

“Thailand dan Singapore memiliki wisatawan muslim yang jauh lebih banyak dari Indonesia. Kalau mereka sudah miliki sertifikasi halal dan punya excellent service, kita juga harus,” ujarnya.

Arief pun menyatakan tiga market besar yang perlu disertfikasi halal yakni kuliner, clothing, dan kosmetik. Tiga market besar itu yang dapat menarik wisatawan muslim datang ke Indonesia dengan segera mensertfikasinya, tentu dengan meningkatkan pelayanan yang terbaik.

Ia meyakini pada tahun 2017 akan mengalahkan Malaysia, dan pada tahun 2019 akan mengalahkan Thailand. “Cara mengalahkannya adalah tourism kita perlu lebih baik dan mencapai global standard yang diakui,”ucapnya.

Menteri Pariwisata RI 2016 ini pun meminta Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan ITB untuk bertanggungjawab mendidik sumber daya manusia dalam mengembangkan wisata halal. Ia pun telah menetapkan 10 wisata halal di Indonesia yang akan terus dikembangkan. Diantaranya Aceh, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, danJawa Barat.

Setelah ini pun Arief akan membuat kebijakan yakni menetapkan kriteria sendiri untuk standar wisata halal Indonesia berdasarkan standar global. “Supaya tidak terjadi perdebatan maka dari itu kita tetapkan sendiri,” katanya.

Jawa Barat Sebagai Destinasi Wisata Halal

Arief Yahya dengan tegas mengatakan yakin bahwa Jawa Barat sangat berpeluang menjadi destinasi wisata halal. Apalagi Jawa Barat sendiri telah mendeklarasikan menjadi provinsi wisata halal. “Jabar sangat potensial, atraksi alam dan kebudayaan sejalan, amenitas pun tidak masalah. Meski ada kelemahan akses, tapi kita tunggu Bandara Kertajati,” ujarnya.

Arief Yahya : Siap Kalahkan Pariwisata Halal Negeri Tetangga

Deddy Mizwar, Wakil Gubernur Jawa Barat siap mendukung upaya pemerintah yang telah berupaya menjelajahi setiap daerah supaya menjadi wisata halal. Jawa Barat sendiri telah memfasilitasi 11572 sertifikasi halal gratis kepada bidang farmasi kosmetik dan sentra kuliner. “Belum lagi yang difasilitasi oleh kota/kabupaten setempat,” ujarnya usai memberikan sambutan di Seminar Internasional Pariwisata Halal, di Aula Barat ITB, Kamis (1/9/2016).

Ia menyayangkan ketidakefektifan akan dana pariwisata yang cukup besar tiap daerah di Jawa Barat. “Masalahnya ternyata setelah diberi dana ke tiap kota/kabupaten, justru malah dipecah-pecah lagi uangnya sehingga tidak menghasilkan apa-apa,” katanya.

Deddy menginginkan ketika dana pariwisata itu turun untuk perbaikan satu destinasi, sehingga perbaikan dan pelayanan pun akan lebih baik dan jelas hasilnya. “Kita pun sekarang tengah membangun destinasi wisata halal baru yaitu sebuah Masjid Terapung di Gede Bage, Bandung dan Museum Assalamualaika Ayyuhannabi. Masjid tersebut dinamakan Masjid Al-Jabbar,” pungkasnya.

----------Straight News---------

Eha Rohaeni (46) dan Elis (42) berjalan selepas acara dari lapang di desanya, yang tak jauh dari rumah. Namanya Desa Pulosari. Sebuah desa yang cukup jauh menuju kota di kecamatan yang terkenal dengan produksi susu, Pangalengan. Desa yang dikelilingiperkebunan teh Sedep, namanya, nampak terasa hangat meski cuaca cukup dingin. Kehangatan terasa setelah saya diajak menuju rumah Elis untuk sekadar bercengkerama pada hari Ahad (18/6/2017) kemarin.

“Tadi habis acara pembagian sembako, ada beras, gula, sarden, bumbu-bumbu ya. Anak-anak juga pada seneng habis acara berkarya,” ucap Eha tersenyum lebar.

Desa Pulosari yang dikelilingi perkebunan teh milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) ini memiliki 98 kepala keluarga. Baik para suami maupun istri menjadi pemetik teh di kebun PTPN. Setiap hari, dari Senin hingga Minggu Eha dan Elis beserta teman-temannya yang lain memetik pucuk teh dari pukul tujuh hingga pukul dua siang.

“Kalau di sini mah karyawan kebun tiap hari bekerja di perkebunan. Semua rata-rata kerja di perkebunan. Ada yang metik, bagian pemeliharaan seperti nyemprot, bagian rumput. Kalau ibu teh aja, nanti teh nya dikirim ke Pasir Malang. Di sana baru diolah tehnya hingga kering,” papar Elis.

Pendapatan hasil dari memetik teh diberikan setiap bulan. Setiap memetik teh, maka akan ditimbang dan dikalkulasikan untuk satu bulan. Sistem borong yang dulu diterapkan sudah ditinggalkan. Kini, pemetik teh mendapatkan upah tetap ketika beban satu orang dalam satu bulan terpenuhi. Jika tidak, punishment akan menanti. Upah akan dipotong.

“Misalnya beban ibu Eha ini satu bulan 200kg. Kalau ternyata dalam satu bulan bisa mendapatkan lebih dari 200kg, misal dapat 250kg, ibu dapat reward. Kalau kurang, misalkan hanya 150kg, ya dapat punishment, gaji nya dipotong,” jelas Eha. Eha dan Elis setiap bulannya mendapatkan Rp 1.400.000. Jika sudah menjadi karyawan tetap, pada hari Minggu akan mendapatkan upah tambahan. Akan tetapi, tidak semuanya berjalan mulus. Berkebun teh pun ada masanya mendapatkan kesulitan. Musim kemarau menjadi tantangan.

“Musim kemarau pucuknya sedikit dan berpengaruh ke penghasilan. Tetapi harga jualnya pun tinggi. Waktu masih sistem borong, pas musim kemarau paling cuma dapat sejuta kurang. Tapi karena sekarang sistemnya bulanan, dan setiap orang ada golongannya. Misalnya ibu Eha golongan 1A, gajinya berapa. Ya gitu entar ada punishment dan reward,” terang mereka.

Kisah Perempuan Pemetik Teh Desa Pulosari di Perkebunan Sedep

Selain memetik teh di kebun, adapula sebagian orang yang memetik kopi sebagai penghasilan tambahan. Untuk pemetikan satu kilogram kopi, maka akan mendapatkan upah dua ribu rupiah saja.

Eha dan Elis bukanlah penduduk asli Desa Pulosari. Begitupula para tetangganya. Mereka di sana adalah pendatang dari berbagai daerah. Ikut suami, alasannya. Eha asli Banjaran, Kab. Bandung ini sudah 20 tahun menetap di Pulosari. Selepas menikah, ia diboyong suaminya yang juga karyawan PTPN itu.

Begitupula Elis. Sudah 30 tahun ia menjadi penduduk desa yang susah untuk mendapatkan angkutan umum menuju pasar. Lantas, ia harus merogoh kocek dalam-dalam untuk pergi ke sana. Ia berterus terang, pergi ke pasar hanya sebulan sekali untuk membeli sembako dengan menggunakan ojek. “Lima puluh ribu pp (pulang pergi), neng,”.

Anak-anak di Pulosari masih aktif dalam bersekolah. Meskipun tidak semuanya bersemangat hingga jenjang Sekolah Menengah Atas, Eha dan Elis berharap supaya anak-anaknya dapat mengecap bangku kuliah. “Rata-rata SMP sih neng. Kalau SD dekat ya di SDN Riung Gunung. Kalau SMP dan SMA ke Pangalengan. Jauh, ada sepuluh kilo mah. Mereka ada jemputan ke sini. Udah dicarter sama sekolahnya,” jelas Elis.

Hanya 4 orang di desanya yang duduk di bangku SMA. Sisanya, setelah lulus SMP langsung bekerja di perkebunan. “Di sini yang kuliah, ada gak ya. Hmmmm, gak ada neng haha,” tawa mereka tergelak. “Doain aja ya neng semoga ada rejekinya anak-anak kuliah,”.

Ada kabar buruk di desa tersebut. Eha berkata bahwa perkebunan sedang pailit. Pengurangan karyawan pun terjadi. untungnya, Eha dan Elis sudah menjadi karyawan tetap, sehingga yang dipangkas oleh PTPN adalah pekerja musiman. “Yang tetap Cuma sedikit, 60-an lagi,” ungkap Elis.

Karyawan digantikan mesin sudah terjadi di perkebunan. Dengan memakai mesin, tenaga menjadi lebih hemat dan penghasilan melimpah. Satu mandor memegang dua puluh orang. Yang mengoperasikan mesin ada lima orang. Jika bicara kualitas, jelas jauh berbeda teh yang dipetik oleh Eha dan Elis dibanding mesin.

“Kalau pakai mesin si pucuk habis, kalau pakai tangan mah, metik teh bisa diambil lagi setelah 12 hari. Kalau teh diambil menggunakan mesin mah lama lagi metiknya. Kualitas tidak terjamin. Penghasilan banyak kualitas menurun,” papar Eha.

Eha dan Elis masih bersyukur dengan pendapatan yang ia terima. Ia masih beruntung sebab masih mendapatkan penghasilan untuk keluarganya. Mereka berharap supaya Rumah Amal Salman dalam program SOLVE beserta Komunitas KITA dapat kembali ke Pulosari untuk melihat senyuman dan kebahagiaan anak-anaknya kala menggelar acara di lapang. Mereka senang, karena anak-anaknya senang mendapatkan berbagai hadiah dari permainan yangdiinisiasi Komunitas KITA. Karena selain sembako yang disalurkan dari Rumah Amal Salman, penduduk desa dapat menikmati bersihnya masjid desa yang telah dibersihkan relawan, posyandu yang telah dilengkapi obat-obatannya, serta MCK (Mandi Cuci Kakus) baru di belakang Posyandu yang tengah dibangun oleh para relawan dari Komunitas KITA.

----------Feature---------

Kue Lebaran Kamu Ada yang Kayak Gini?

Idul Fitri menciptakan momen kebahagiaan terindah setiap tahun. pasalnya, semua orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman untuk merayakan rasa suka cita setelah melewati Bulan Ramadhan kemarin. Namun, entahlah. Bagi penulis, Ramadhan yang telah terlewat itu jadi bikin kangen berat. Bulan-bulan penuh berkah, diluaskan segala ampunan, dilipatgandakan setiap kebaikan sudah tiada. Hanya tinggal berharap Ramadhan tahun depan kita masih bisa merasakannya. Bukan berarti di Syawwal dan 11 bulan mendatang ibadah di Ramadhan ditinggalkan begitu saja. Soalnya, bulan-bulan berikutnya menjadi tantangan bagi kita setelah ditempa di Bulan Ramadhan.

Kue-kue manis yang menggoyang lidah, misalnya. Sanggupkah kalian untuk menahan godaan dari gemerlapnya setoples kue renyah dan menggiurkan? Rasanya tidak. Jangan sampai kita berlebihan dalam makan kue meskipun nenek di rumah sudah menyajikannyabelasan toples untuk cucu-cucunya.

Apa aja sih kue lebaran yang harus ada di rumah versi kamu?

1. Nastar

Rasanya nastar selalu ada di list belanjaan ibu deh. Bosen sebenarnya kue isi nanas itu. Tapi mengapa jadi tak lengkap kalau tak ada nastar ya? Kue bulat yang ditaruh cengkeh itu menjadi super manis melengkapi meja ruang keluarga. Sambil ngobrol ria atau melakukan snapgr

2 .Kue keju/ kastangel

Kue asin dari adonan terigu dan keju pasti deh ada di meja rumah nenek. Kalau tidak ada,kayaknya diumpetin soalnya harga kue keju lebih mahal kan dari yang lain. Kue keju bertebaran di dunia maya itu tandanya semua orang udah mulai jualan kue keju! Artinya, idul fitri telah tiba dan saatnya mencicipi kue.

3. Ranginang

Kalau orang sunda kayaknya sih tahu ranginang. Kue dari beras yang dijemur atau dioven terus digoreng ini sudah menjadi langganan untuk berdiam di kaleng Khong Guan atau Monde di rumah nenek! Dikira kue beneran dari si kaleng, eh nyatanya malah si Ranginang. Kok kasihan ya jadi yang tidak diharapkan haha. Tapi ini cocok sih menambah suasana retro nan asyik di rumah sambil minta amplop ke om dan tante.

4. Manisan kolang-kaling

Siapa yang di rumahnya tidak tersedia manisan kolang-kaling yang dingin disimpan di kulkas? Wah harusnya ada tuh, apalagi kalau mudiknya ke kota-kota berhawa panas. Gerah, deh! Kolang-kaling meskipun ramai jadi pembicaraan ibu-ibu sewaktu masak kolak, dia juga ramai diserbu karena dibuat manisan yang berubah warna. Tadinya putih eh jadi ada warna merah, kuning, dan hijau! Waduh, direndam apa ya? Buat yang belum tahu, kolang-kaling tersebut direndam sirup warna-warni rasa strawberry atau melon yang senantiasa hadir di iklan-iklan televisi. Lalu, simpan di kulkas dan ketika kamu makan, endes banget meluapkan dahaga dan hawa panas di tanah kelahiran!

5. Kacang goreng

Kacang goreng buatan nenek emang so basic sih, tapi terus saja dimakan. Ngaku deh! Meski dia hanya diproses sangray (goreng tanpa minyak) saja, tapi bikin rasa santai di rumah makin nyaman. Selain kacang tanah,kacang mede yang sekilo nya mahal itu suka ada di list toples nenek. Alhasil, dalam sekejap kacang mede sangray habis seketika oleh para keponakan, sepupu, dan adik-adik. Nenek pun jadi nyumputin setoples kacang mede lagi deh di kamarnya khusus buat cucu-cucu kesayangannya buat hari besok.

Eits, jangan dulu bubar. Soalnya, kita gak mau kan jadi hamba setan? Sukanya makan berlebihan dan lupa baca bismillah. Meskipun makanan ringan pas lebaran bejibun, tetep sih kita sebagai muslim tidak lupa akan esensi Idul Fitri. Hari Raya lazim untuk dirayakan bersama keluarga besar, tapi jangan lupa amalan yaumi (keseharian) tidak ditinggalkan dan semangat ke masjid plus Qiyamul Lail. Ah, rasanya baru kemarin buka puasa ngantri takjil dan nasi gratis di masjid, sekarang sudah Hari Raya lagi. Ya Allah,perkenankanlah amalan kami di Ramadhan dan sampaikan kami di Ramadhan selanjutnya. Aaamiin.

-------Artikel-----

Tulisan lainnya untuk jenis news (straight news/ feature)

dapat dilihat di :

kabar.salmanitb.com

search : Fathia Uqimul Haq

Tulisan jenis blog writing / content writing for blog/website

jenis santai dan perjalanan dapat dilihat di :

www.fathiajalan.com

Penelusuran hasil foto lainnya dapat ditemukan di

Instagram :

@alanaka41

@fathiauqim

mobile / whatsapp: +62 8154 64337 06

Address

Jalan Bintang no.28 Kopo Elok

Bandung, Jawa Barat

Indonesia