populasi dan serangan hama ulat kantung metisa plana

14
Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 58 POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana Walker (Lepidoptera; Psychidae) SERTA PARASITOIDNYA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Ronny Pamuji, Bambang Tri Rahardjo, Hagus Tarno Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145 ABSTRACT This research was aimed to study the population, attack intensity of bagworm (M. plana) and it parasitoid on oil palm plantations. Sampling was conducted 4 times in blocks 1-9 Afdeling OK PT. Lestari Tani Teladan, Donggala, Central Sulawesi from August to October 2012. A systematic sampling method was used to observe M. plana population from each observation point. There were two stages of M. plana such as larvae and pupae. Both stages were checked their conditions to clarify their parasitoids. In addition, parasitoids were observed especially at fourth observation. Result showed that population of M. plana larva decreased during observation period (from August to October 2012). Opposite condition was occurred that population of pupa increased in same period of observation. Highest population of M. plana was recorder on third and fourth block of plantation. Number of parasitized pupae directly proportional to total of pupae (R 2 =0,95). Populations of parasitoid have not been able to control pests M. plana naturally. Some parasitoids were identified such as Brachymeria sp. (34%), Eurytoma sp. (13%), Entodoninae (17%), Tetrastichus sp. (24%), Tachinidae 9% and two species of Phygadeuontinae 2% and 1% for each. Key words: bagworm, Metisa plana, parasitoid, oil palm ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan serangan hama ulat kantung (M. plana) serta jenis parasitoidnya pada lanskap perkebunan kelapa sawit. Pengambilan contoh dilakukan 4 kali di blok 1-9 Afdeling OK PT. Lestari Tani Teladan, Donggala, Sulawesi Tengah pada bulan Agustus-Oktober 2012 menggunkan metode sistematik sampling. M. plana yang telah diperoleh dari tiap titik pengamatan dilakukan perhitungan jumlah larva yang aktif dan tidak aktif serta pupa terparasit, sehat dan kosong. Eksplorasi parasitoid dilakukan pada pengamatan ke-4. Fluktuasi populasi larva M. plana pada bulan Agustus-Oktober cenderung menurun dan diikuti oleh peningkatan jumlah pupa. Blok 3 dan 4 menjadi pusat serangan dengan populasi hama M. plana tertinggi. Jumlah pupa terparasit berbanding lurus dengan total pupa yang ditemukan (R 2 =0,95). Populasi parasitoid belum mampu mengendalikan serangan hama M. plana secara alami. Parasitoid M. plana yang ditemukan ialah Brachymeria sp (34%), Eurytoma sp (13%), Entodoninae (17%), Tetrastichus sp (24%), Tachinidae (9%) dan 2 Phygadeuontinae masing-masing 2% dan 1%. Kata kunci: ulat kantung, Metisa plana, parasitoid, kelapa sawit

Upload: others

Post on 25-Jun-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2

Juni 2013

58

POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG

Metisa plana Walker (Lepidoptera; Psychidae) SERTA PARASITOIDNYA

DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KABUPATEN DONGGALA,

SULAWESI TENGAH

Ronny Pamuji, Bambang Tri Rahardjo, Hagus Tarno

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Jln. Veteran, Malang 65145

ABSTRACT

This research was aimed to study the population, attack intensity of bagworm (M.

plana) and it parasitoid on oil palm plantations. Sampling was conducted 4 times

in blocks 1-9 Afdeling OK PT. Lestari Tani Teladan, Donggala, Central Sulawesi

from August to October 2012. A systematic sampling method was used to observe

M. plana population from each observation point. There were two stages of M.

plana such as larvae and pupae. Both stages were checked their conditions to

clarify their parasitoids. In addition, parasitoids were observed especially at fourth

observation. Result showed that population of M. plana larva decreased during

observation period (from August to October 2012). Opposite condition was

occurred that population of pupa increased in same period of observation. Highest

population of M. plana was recorder on third and fourth block of plantation.

Number of parasitized pupae directly proportional to total of pupae (R2=0,95).

Populations of parasitoid have not been able to control pests M. plana naturally.

Some parasitoids were identified such as Brachymeria sp. (34%), Eurytoma sp.

(13%), Entodoninae (17%), Tetrastichus sp. (24%), Tachinidae 9% and two

species of Phygadeuontinae 2% and 1% for each.

Key words: bagworm, Metisa plana, parasitoid, oil palm

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan serangan hama ulat

kantung (M. plana) serta jenis parasitoidnya pada lanskap perkebunan kelapa

sawit. Pengambilan contoh dilakukan 4 kali di blok 1-9 Afdeling OK PT. Lestari

Tani Teladan, Donggala, Sulawesi Tengah pada bulan Agustus-Oktober 2012

menggunkan metode sistematik sampling. M. plana yang telah diperoleh dari tiap

titik pengamatan dilakukan perhitungan jumlah larva yang aktif dan tidak aktif

serta pupa terparasit, sehat dan kosong. Eksplorasi parasitoid dilakukan pada

pengamatan ke-4. Fluktuasi populasi larva M. plana pada bulan Agustus-Oktober

cenderung menurun dan diikuti oleh peningkatan jumlah pupa. Blok 3 dan 4

menjadi pusat serangan dengan populasi hama M. plana tertinggi. Jumlah pupa

terparasit berbanding lurus dengan total pupa yang ditemukan (R2=0,95). Populasi

parasitoid belum mampu mengendalikan serangan hama M. plana secara alami.

Parasitoid M. plana yang ditemukan ialah Brachymeria sp (34%), Eurytoma sp

(13%), Entodoninae (17%), Tetrastichus sp (24%), Tachinidae (9%) dan 2

Phygadeuontinae masing-masing 2% dan 1%.

Kata kunci: ulat kantung, Metisa plana, parasitoid, kelapa sawit

Page 2: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013

59

PENDAHULUAN

Ulat kantung (Metisa plana) ialah

hama ulat pemakan daun penting

tanaman kelapa sawit. Serangan

M.plana pada kondisi 10-13% dapat

menyebabkan penurunan produksi

sekitar 30-40% selama dua tahun

kedepan (Basri dan Kevan 1995).

Pengendalian hama M. plana pada

lanskap perkebunan kelapa sawit telah

mengalami perubahan dan menuju

kearah Pengendalian Hama Terpadu

(PHT). Pengguanan perangkap

feromon dalam PHT M. plana mampu

menurunkan populasi M. plana hingga

45% (Kamarudin et al., 2009).

Penggunaan agens hayati Bacillus

thuringiensis tidak beda nyata dengan 2

pestisida kimia terhadap intesitas

serangan M. plana (Ali et al., 2012).

Selain itu pemanfaatan parasitoid

khususnya ordo Hymenoptera sebagai

agens hayati M. plana juga berpotensi

besar dalam pengendalian secara alami

pada lanskap perkebunan yang luas.

Jenis hymenoptera parasitoid yang

diketahui sebagai parasitoid M. plana

ialah Apanteles sp, Eupelmus

catoxanthae, Brachymeria sp dan

Pediobius sp (Sankaran dan Syed,

1972: Kusuma, 2010). Selain dari ordo

Hymenoptera, serangga dari ordo

Diptera famili Tachinidae diketahui

sebagai parasit dari hama M. plana

(Sankaran dan Syed, 1972).

Serangan hama M. plana pada

lanskap perkebunan kelapa sawit

merupakan masalah serius yang dapat

menjadi faktor pembatas bagi

produktifitas minyak sawit, selain itu

keanekaragaman serangga pada

lanskap perkebunan kelapa sawit yang

diduga berperan sebagai parasitoid

M. plana sangat tinggi dan belum

teridentifikasi. Oleh sebab itu,

diperlukan kajian khusus mengenai

populasi, serangan dan serangga

parasitoid pada M. plana sebagai

sumber informasi yang sangat

diperlukan dalam perencanaan

pengendalian hama terpadu.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan

Agustus 2012 sampai dengan Januari

2013 di perkebunan kelapa sawit PT.

Lestari Tani Teladan (PT. LTT) yang

merupakan anak perusahaan PT. Astra

Agro Lestari Tbk (PT. AAL), Desa

Tawiora, Kecamatan Rio Pakava,

Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

dan Laboratorium Entomologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), Cibinong, Jawa Barat.

Penentuan Blok Contoh Penentuan blok contoh dilakukan

berdasarkan kondisi serangan hama

ulat kantung (purposive sampling) pada

blok 1-9 Afdeling OK PT. LTT. Blok

1-9 secara berurutan memiliki luas

49,02 ha, 44,79 ha, 60,12 ha, 36,63 ha,

39,05 ha, 55,23 ha, 50,39 ha, 43,73 ha

dan 41,73 ha sehingga total luas areal

pengamatan ialah 420,68 ha.

Penentuan Titik Contoh

Penentuan titik contoh

menggunakan teknik penentuan yang

sudah digunakan di PT. AAL, yaitu

teknik Early Warning System (EWS)

UPDKS, PT AAL. Metode ini merujuk

pada me sistematik sampling (Krebs,

1989: Young dan young, 1998). Pada

ukuran blok normal 30 ha dibuat

transek dengan panjang 1000 m dan

lebar 300 m. Sepanjang jalur (1000 m)

ditentukan 10 titik baris contoh dan

dalam tiap barisnya ditentukan 3 titik

contoh, sehingga terdapat 30 titik

contoh dalam blok (Gambar 1)

Page 3: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong

60

Gambar 1. Pola pengambilan titik contoh pelepah daun

Penentuan jumlah titik contoh

didasarkan pada luas blok, 1 titik

contoh mewakili 1 ha. Selanjutnya

ditentukan interval dari baris contoh

dan interval dari titik contoh dengan

rumus mengacu pada Departemen

Porteksi Tanaman PT. AAL.

Penentuan interval baris contoh

tanaman menggunakan rumus berikut,

Penentuan interval titik contoh tanaman

menggunakan rumus berikut,

Keterangan:

n = jumlah baris contoh dalam blok yang

diinginkan

m = jumlah titik contoh dalam baris yang

diinginkan

Pengambilan tanaman contoh

pada setiap blok contoh dilakukan 4

kali. Untuk pengamatan ke-2 dan ke-3,

titik contoh bergeser 3 tanaman ke

kanan dari titik contoh pengamatan

pertama, kecuali pada baris terakhir

(baris paling kanan). Pada baris

terakhir, tanaman contoh diambil yang

berdekatan dengan titik, untuk

pengamatan keempat kembali pada titik

contoh pengamatan pertama.

Pengambilan Contoh Pelepah Daun

Pengambilan pelepah daun

dilakukan pada tanaman contoh dengan

kriteria pelepah daun yang masih baru

mengalami serangan dan tingkat gejala

serangan ulat kantung terparah.

Pengambilan pelepah daun dilakukan

dengan menggunakan egrek, 1 pelepah

daun diturunkan, kemudian seluruh

hama ulat kantung (larva dan pupa)

pada pelepah dimasukkan dalam

kantung plastik berlabel. Pengamatan

dilakukan 4 kali dengan jadwal P1 pada

8 Agustus 2012 - 16 Agustus 2012, P2

pada 23 Agustus 2012 - 1 September

2012, P3 pada 3 September 2012 - 17

September 2012 dan P4 pada 18

September 2012 - 3 Oktober 2012.

Pengamatan

Perhitungan Populasi dan Serangan

Ulat Kantung Metisa plana Walker

M. plana dikeluarkan dari

kantung untuk dilakukan perhitungan

jumlah larva aktif dan tidak aktif serta

pupa terparasit, sehat dan kosong.

Pengamatan imago M. plana dilakukan

pada pengamatan ke-4. Setelah itu

dilakukan perhitungan rerata populasi

larva/pelepah, rerata populasi

pupa/pelepah, Intensitas Serangan (IS)

dan Luas Serangan (LS). dengan rumus

mengacu pada Departemen Proteksi

Tanaman PT. AAL.

Page 4: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013

61

Populasi larva/pelepah (L/p) M. plana

dihitung dengan rumus berikut,

Populasi Pupa/pelepah (P/p) M. plana

dihitung dengan rumus berikut,

Intensitas Serangan (IS) M.plana

dihitung dengan rumus berikut,

Luas Serangan (LS) M.plana dihitung

dengan rumus berikut,

LS = IS x Luas Blok (ha)

Eksplorasi Parasitoid

Eksplorasi parasitoid dilakukan

pada pengamatan ke-4. Metode

eksplorasi, dilakukan secara langsung

terhadap pupa M. plana yang terparasit

(Kusuma, 2010). Pupa pada setiap titik

contoh dibuka menggunakan gunting

(examniasi) untuk diidentifikasi pupa

sehat, terparasit dan kosong. Serangga

diidentifikasi dengan mengamati

morfologi serangga secara keseluruhan.

Analisis Data

Data populasi dan serangan hama

M. plana diolah dengan menggunakan

program Microsoft Excel 2007 dan

diuji menggunakan program SPSS

statistics 17.0 dengan rancangan acak

lengkap (RAL), dilanjutkan uji

Duncan, taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Hama Ulat Kantung Metisa

plana Walker

Populasi total larva pada

pengamatan 1 sampai 4 mengalami

penurunan, namun populasi pupa

mengalami kenaikan (Gambar 2).

Penuruan ini diakibatkan fase hidup

dari larva M. plana sudah berubah

menjadi pupa. Pada bulan September

pengamatan ke-2 dan ke-3 mayoritas

larva yang ditemukan ialah larva besar

yaitu instar 5-6. Menurut Kok et al

(2011) M. plana membutuhkan waktu

20-31 hari setelah instar 5 untuk

kemudian berubah menjadi pupa. Oleh

karena itu pada pengamatan ke-4

kondisi lanskap mengalami peledakan

jumlah pupa.

Gambar 2. Fluktuasi populasi M. plana

pada bulan Agustus-Oktober

2012 di blok 1-9 Afedling OK

PT. Lestari Tani Teladan.

Populasi larva aktif tetinggi

terjadi di blok 3 dengan nilai 12,82

ulat/pelepah dan terendah di blok 1

dengan populasi 1,39 ulat/pelepah.

Populasi larva pada blok 1, 5 dan 8

berbeda dengan blok 3, 4 dan 6 (Tabel

1). Populasi pupa tetinggi terjadi di

blok 4 dengan populasi 14,17

pupa/pelepah dan terendah di blok 1

dengan populasi 1 pupa/pelepah.

Populasi pupa pada blok 1 berbeda

dengan blok 4, 6 dan 7. Sedangkan

blok 2, 3, 5, 8 dan 9 ialah kelompok

blok dengan nilai populasi pupa yang

tidak berbeda terhadap seluruh blok

contoh (Tabel 1).

Peledakan populasi hama M.

plana pada blok contoh diduga

disebabkan oleh sistem pertanaman

yang monokultur. Sistem pertanian

Pengamatan ke-

Page 5: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong

62

monokultur menurunkan jumlah dan

aktivitas musuh alami karena

terbatasnya sumber pakan, seperti

polen, nektar dan mangsa atau inang

alternatif yang diperlukan oleh musuh

alami untuk makan, bereproduksi

(Andow, 1991 dalam Nurindah, 2006).

Pada seluruh blok contoh

menggunakan sistem pertanaman

monokultur.

Tingkat kematangan dan

kedalaman tanah gambut yang terdapat

pada blok diduga juga menjadi faktor

yang menyebabkan peledakan populasi

dari M. plana. tingkat kematangan dan

kedalaman dari tanah gambut

berhubungan dengan daya dukung

mekanis (Simangunsong, 2011).

Kelapa sawit yang dibudidayakan pada

tanah gambut dengan tingkat

kematangan rendah dan kedalaman

dangkal, pertumbuhan batangnya tidak

dapat tegak lurus keatas, batang kelapa

sawit akan doyong/roboh. Keadaan ini

membuat daun kelapa sawit saling

tumpang tindih, sehingga cahaya

matahari tidak dapat masuk dan

akhirnya kelembaban dalam blok

menjadi tinggi. Kelembaban udara

sangat berpengaruh terhadap kondisi

perkawinan dan penetasan telur

serangga (Hutapea, 2011). Pada blok 3,

4, 6 dan 7 kondisi pohon kelapa sawit

banyak yang doyong dengan tinggi

kurang lebih 6-7 m, selain itu juga

terdapat banyak gulma dan belukar

sehingga blok tersebut terlihat gelap

dikarenakan kurang adanya cahaya

matahari yang dapat masuk dalam blok.

Pada blok 2, 5, 8 dan 9 tinggi tanaman

kelapa sawit 6-8 meter, kondisi gulma

dan belukar sedikit dan jarang terdapat

batang yang doyong. Sedangkan di

blok 1 kondisi pohon tegak tinggi 9-12

m serta sedikit sekali ditumbuhi gulma.

Hal tersebut diduga sebagai penyebab

populasi M. plana di blok 3, 4 dan 6

yang tinggi sementara di blok 1 rendah.

Pengamatan populasi imago

M.plana dilakukan pada pengamatan

ke-4. Pada seluruh blok contoh total

imago betina lebih banyak daripada

imago jantan dengan rerata

perbandingan 62% : 38%. Jumlah

imago betina yang lebih banyak

daripada imago jantan dapat

menimbulkan masalah. Imago betina

akan bereproduksi dan menghasilkan

telur 200-300 dalam setiap kantung

(Kok et al., 2011). Menurut Ross et al

(1982) dalam Shiyama (2008) imago

betina membutuhkan pakan yang lebih

banyak dalam reproduksi dan

perkembangan telur.

Keberadaan parasitoid belum

mampu mengendalikan serangan hama

M. plana secara alami di Blok 1-9

Afdeling OK PT. LTT, hal ini dapat

dilihat dari jumlah pupa terparasit yang

lebih rendah daripada jumlah pupa

sehat di seluruh blok contoh (Tabel 2).

Persentase pupa terparasit tertinggi

terjadi di blok 1 dengan 24% dari total

pupa yang ditemukan, sedangkan

terendah terjadi di blok 3 dengan 11%.

Persentase pupa terparasit total dari

seluruh blok contoh hanya 13%.

Hubungan total pupa dengan

jumlah pupa terparasit memiliki nilai

koefesien determinasi sebesar 0,95,

yang berarti total pupa memberi

pengaruh 95% terhadap pupa yang

terparasit (Gambar 3). Persamaan linier

antara total pupa dan pupa terparasit

ialah y = 0,111x + 38,88, persamaan

tersebut dapat digunakan untuk

menduga populasi pupa terparasit

dengan tingkat kepercayaan sebesar

95%. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Herlinda (2004) pada

parasitoid telur Trichogrammatoidea sp

yang mengikuti perkembangan

populasi Plutella xylostella (L). Bila

populasi inang meningkat, maka

jumlah inang yang terparasit juga

meningkat.

Page 6: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013

63

Tabel 1. Populasi M.plana di blok 1-9 Afedling OK PT. Lestari Tani Teladan

pada bulan Agustus-Oktober 2012.

Blok

Populasi larva aktif

(larva/pelepah)

X ± SD

Populasi pupa sehat

(pupa/pelepah)

X ± SD

1 1,39 ± 0,99 a 1,00 ± 0 a

2 6,89 ± 4,94 ab 5,83 ± 3,16 ab

3 12,34 ± 7,83 b 11,01 ± 5,97 ab

4 12,82 ± 7,86 b 14,17 ± 9,86 b

5 4,71 ± 2,16 a 6,60 ± 1,88 ab

6 12,54 ± 3,92 b 12,23 ± 11,60 b

7 6,60 ± 3,21 ab 11,95 ± 7,37 b

8 3,92 ± 2,17 a 5,28 ± 3,25 ab

9 5,13 ± 4,18 ab 4,09 ± 1,96 ab Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada

uji Duncan taraf 5%

Tabel 2. Jumlah pupa terparasit di blok 1-9 Afedling OK PT. Lestari Tani Teladan

pada bulan Agustus-Oktober 2012

Blok Pupa terparasit Pupa tidak terparasit

Total Pupa Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 16 24% 52 76% 68

2 257 19% 1063 81% 1320

3 474 11% 3665 89% 4139

4 478 13% 3273 87% 3751

5 80 12% 586 88% 666

6 139 12% 1024 88% 1163

7 347 12% 2487 88% 2834

8 168 17% 807 83% 975

9 130 21% 504 79% 634

Total 2089 13% 13461 87% 15550

Gambar 3. Regresi linier antara toral pupa dan pupa terparasit

Page 7: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong

64

Serangan Hama Ulat Kantung

Metisa plana Walker

Intensitas Serangan (IS) dan Luas

Serangan (LS) dari hama M. plana

pada blok contoh disajikan dalam tabel

3. Nilai IS terendah terjadi pada blok 1

dengan nilai 10,5% dan nilai LS

terendah juga terjadi di blok 1 dengan

nilai 5,15%. Sedangkan untuk IS

tertinggi terjadi pada blok 4 dengan

nilai 65,38% dan LS tertinggi terjadi

pada blok 3 dengan nilai 38,83 ha.

Pusat serangan M. plana pada

Afdeling OK berada pada blok 3 dan

blok 4. Blok yang terletak di sebelah

blok 3 dan 4 mengalami serangan yang

cukup besar nanum area serangannya

tidak merata. Sedangkan blok 1 dan 9

ialah blok yang terletak paling luar dari

seluruh blok contoh sehingga distribusi

serangannya kecil.

Penyebaran serangan M. plana

dapat terjadi karena adanya angin yang

membawa larva instar 1 ke tanaman

lain, Larva instar 1 memiliki panjang

1,1 mm dengan panjang kantung 1,6

mm, ukuran tersebut sangat kecil dan

ringan sehingga mudah untuk terbawa

oleh angin (Kok et al., 2011).

Penyebaran serangan M. plana juga

dapat terjadi dari perpindahan larva

melalui daun tanaman yang saling

bersinggungan sehingga larva dapat

berjalan menuju daun disebelahnya.

Arsitektur tanaman yang menyangkut

ukuran, bentuk, dan atribut yang lain

dari tanaman sangat mempengaruhi

keanekaragaman serangga ngengat

(Lepidoptera) yang berasosiasi (Lara et

al., 2008).

Ulat kantung lebih banyak

ditemukan pada tanaman kelapa sawit

dengan umur tanaman lebih tua. Sahari

(2012) melaporkan bahwa pada umur

kelapa sawit kurang dari tiga tahun,

hama lebih banyak di dominasi oleh

ulat api, sedangkan pada umur enam

tahun, ulat kantung dan ulat bulu lebih

dominan. Pada umur tanaman yang

lebih tua, kanopi berkembang dan

tumpang tindih, hal inilah yang

menyebabkan pergerakan dan

penularan hama ulat kantung menjadi

lebih tinggi. Rhainds et al (2009)

menjelaskan bahwa imago jantan M.

plana akan terbang mencari imago

betina untuk melakukan perkawinan,

sehingga imago jantan berpotensi untuk

melakukan perkawinan dengan imago

betina dari tanaman yang berbeda.

Kondisi ini juga dapat memperluas

serangan M. plana.

Tabel 3. Kondisi serangan M. plana di blok 1-9 Afedling OK PT. Lestari Tani

Teladan pada bulan Agustus-Oktober 2012

Blok Intensitas Serangan (%)

(X ± SD)

Luas Serangan (Ha)

(X ± SD)

1 10,5 ± 8,54 a 5,15 ± 4,19 a

2 28,41 ± 8,80 bc 12,72 ± 3,94 b

3 64,58 ± 10,22 d 38,83 ± 6,14 d

4 65,38 ± 6,79 d 25,53 ± 2,65 c

5 18,75 ± 7,77 ab 6,87 ± 2,85 ab

6 14,09 ± 1,74 ab 7,78 ± 0,96 ab

7 41 ± 13,61 c 20,66 ± 6,86 c

8 25 ± 11,59 ab 10,93 ± 5,07 ab

9 13,1 ± 9,22 a 5,46 ± 3,85 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada

uji Duncan taraf 5%

Page 8: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013

65

Selain itu diduga dikarenkan

kurangnya jumlah tanaman berbunga

yang ada didalam blok, Beberapa

tanaman yang dilaporkan dapat

menarik parasitoid lepidoptera pada

perkebunan kelapa sawit ialah Cassia

cobanensis, Euphorbia heterophylla,

Turnera subulata, Antigonon neptotus

(Sahari, 2012; Kamaruddin dan Basri,

2010). Pada seluruh blok contoh

ditemukan berbagai tanaman berbunga

antara lain Turnera subulata, Cassia

sp, Antigonon neptotus, dan Euphorbia

heterophylla namun jumlahnya sedikit

sehingga diduga belum mampu

memberikan inang alternatif yang

optimal bagi parasitoid.

Identifikasi Serangga Parasitoid

Pada Pupa Ulat Kantung Metisa

plana Walker

Berdasarkan hasil identifikasi

terhadap imago parasitoid pupa Metisa

plana, ditemukan 7 jenis parasitoid,

yaitu Brachymeria sp (Hymenoptera:

Chalchididae), Eurytoma sp

(Hymenoptera: Euritomidae),

Entodoninae (Hymenoptera:

Eulophidae), Tetrastichus sp

(Hymenoptera: Eulophidae),

Phygadeuontinae A (Hymenoptera:

Ichneumonidae), Phygadeuontinae B

(Hymenoptera: Ichneumonidae), dan

Diptera: Tachinidae (Gambar 4).

1. Brachymeria sp (Hymenoptera:

Chalchididae)

Sayap berupa membran,.

Postmarginal vein lebih kecil dari

marginal dan lebih panjang dari stigmal

vein. Pada caput terdapat sepasang

mata faset dan tiga oselli terletak di

tengah bagian atas diantara kedua mata

majemuk. Terdapat satu pasang antena

bentuknya genikulate,. Segmen antena

tidak lebih dari 11 segmen. Pada

bagian thorax tampak adanya notauli

yang jelas dan terdapat motif bulat

berukuran kecil. Tungkai ditumbuhi

bulu-bulu halus. Femur kaki belakang

membengkak dan bergerigi. Pada

bagian ujung femur berwarna kuning.

Tibia meruncing dibagian ujung

bewarna kuning pada pada bagian atas

sampai setengah atas. Terdapat satu

taji. Tergite terdiri dari 6 ruas. Imago

berwarna hitam mengkilap dengan

panjang tubuh 5-6 mm (Goulet dan

Houber, 1993; Boucek, 1988).

Gambar 4. Parasitoid M. plana (a: Eurytoma sp., b: Entodoninae, c:

Phygadeuontinae A, d: Phygadeuontinae B, e: Tetrastichus sp., f:

Diptera: Tachinidae, g: Brachymeria sp.

a) b) c)

e)

d)

f) g)

Page 9: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong

66

2. Eurytoma sp (Hymenoptera:

Eurytomidae) Ukuran tubuh rata-rata 3 mm,

bewarna hitam metalik. Sayap berupa

membran, sayap depan dengan vena

tunggal, sayap mengkilap, marginal

vein lebih panjang dari stigmal, sayap

belakang tidak menyerupai sayap

depan. Antena genikulate, panjang

antena 1,57 mm, funikulus 5 ruas.

Caput tampak depan tidak membentuk

garis dengan huruf H, Caput belakang

dengan alur postgenal miring dekat

dengan carina genal. Postgenal

dibatasai secara tegas oleh carina genal

dengan posisi lebih rendah dari mata.

Thorax padat dan bermotif, skutelum

tidak bertanduk (meruncing) pada

tulang belakang. propodeum tertekan

atau dengan lekuk longitudinal di

bagian medial. (Goulet dan Houber,

1993; Boucek, 1988).

3. Tribe Entodoninae

(Hymenoptera: Eulophidae)

Warna tubuh hitam metalik.

Notauli terlihat jelas, lengkap seperti

jahitan, jarang ditemukan adanya

interupsi di bagian tengah garis. Axilae

tidak bersiku (mendekati keadaan

tersebut) dan meluas ke depan di

belakang tegula. Skutum dan skutelum

padat, skutelum dengan 1 pasang seta

terdapat pada anterior ke tiga. Terdapat

1 garis lurus tegas di bagian thorax

(skutelum). Caput tampak depan

membentuk motif X. Antena memiliki

funikulus 3 ruas, clava 2 ruas. Tarsi

beruas 4. Femora belakang sedikit

mengembung. Sayap berupa membran,

sayap depan dengan vena tunggal,

sayap mengkilap, submarginal vein

tidak bersambung dengan parastigma,

postmarginal vein terlihat jelas,

pangkal submarginal dengan 2 bulu

(Goulet dan Houber, 1993; Boucek,

1988).

4. Tetrastichus sp (Hymenoptera:

Eulophidae)

Tubuh bewarna metalik (hijau

kebiru-biruan), berukuran rata-rata 2

mm. Mata facet berwarna merah.

Sayap berupa membran, sayap depan

dengan vena tunggal, sayap mengkilap,

submarginal vein pada bagian pangkal

dengan 1 bulu, postmargineal vein

lebih pendek dari stigmal. Skutelum

dengan 2 pasang seta. Antena

genikulate, funikulus dengan 4 ruas,

pedikel antena bulat memanjang

(lonjong). Abdomen tidak

mengembung, memanjang lancip di

bagian akhir. Pronotum tanpa cross

carina, submedian groove di skutelum

terlihat jelas dengan 2 garis,

propodeum berbentuk Y (Goulet dan

Houber, 1993; Boucek, 1988).

5. Phygadeuontinae A

(Hymenoptera: Ichneumonidae)

Abdomen langsing, propodeum

dengan garis melintang, ruas

metasomal pertama pada kenampakan

dorsal terlihat langsing, notaulus pada

mesoskutum tidak terlihat dengan jelas.

Antena bertipe filiform bewarna hitam,

lebih dari 13 ruas. Ovipositor panjang.

Sayap normal, sayap depan dengan

venasi 2m-cu tubular, areolat tertutup

berbentuk segi 5 (bukan belah ketupat)

tanpa petiolate. Sayap belakang dengan

venasi M+Cu melengkung jelas. Apex

di skutelum tanpa tulang belakang yang

meruncing, ruas sterna ke 2-4 sebagian

bermembran, Kuku pada metatarsal

lebih pendek dari tarsomer ke 5,

metatibia dengan 2 apikal spur, labrum

kecil dan tersembunyi oleh clypeus,

bentuk mata tampak depan tidak

memusat ketengah, clypeus tanpa seta.

Tubuh bewarna hitam bercorak kuning

pada abdomen dan pada thorax (Goulet

dan Houber, 1993; Gauld dan Fitton,

1984).

Page 10: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013

67

6. Phygadeuontinae B

(Hymenoptera: Ichneumonidae)

Abdomen langsing, propodeum

dengan garis melintang, notaulus pada

mesoskutum tidak terlihat dengan jelas.

Antena bertipe filiform yang berwarna

hitam dan di bagian tengahnya

berwarna putih, lebih dari 13 ruas.

Ovipositor panjang. Sayap normal

dengan corak kehitaman sayap depan

dengan venasi 2m-cu tubular, areolat

tertutup berbentuk segi 5 dan tanpa

petiolate. Sayap belakang dengan

venasi M+Cu melengkung jelas. Apex

di skutelum tanpa tulang belakang yang

meruncing, metatibia dengan 2 apikal

spur, labrum kecil dan tersembunyi

oleh clypeus, clypeus tanpa seta,

bentuk mata tampak depan tidak

memusat ketengah. Tubuh lebih besar

dari Phygadeuontinae A, bewarna

hitam bercorak kuning-kecoklatan pada

abdomen dan pada thorax (Goulet dan

Houber, 1993; Gauld dan Fitton, 1984).

7. Diptera: Tachinidae

Sayap normal, dengan venasi

yang lengkap, sel R5 menyempit

dibagian distal, CuA2 pendek dan

bergabung dengan A1 dekat dasar

sayap. Abdomen dan thorax bewarna

hitam bercorak putih kekuningan,

dengan bulu-bulu yang tajam, rambut-

rambut bulu pada hipopleura

berkembang, postskutelum

mengembang membentuk cembung

(menonjol), greater ampulla terlihat

bengkak seperti membentuk umbi. Taji

pada tungkai tidak berliku tajam dan

bergerigi. Daerah mata ditumbuhi

rambut yang tebal, arista tanpa bulu-

bulu/telanjang, terdapat sutura

frontalis, palpus dengan 2 segmen.

Panjang tubuh 6,5 mm (Mcalpine,

1981; Borror et al., 1992).

Komposisi dan Penyebaran

Serangga Parasitoid Pupa M. plana

Eksplorasi parasitoid dilakukan

pada pengamatan ke-4. Pada blok 1

tidak ditemukan parasitoid. Pada blok 2

parasitoid terbanyak yang ditemukan

ialah Tetrastichus sp dengan jumlah 6

pupa terparasit (37%). Pada blok 3

parasitoid terbanyak yang ditemukan

ialah Tetrastichus sp dengan jumlah 41

pupa terparasit (38%). Pada blok 4

parasitoid terbanyak yang ditemukan

ialah Tetrastichus sp dengan jumlah 15

pupa terparasit (42%). Pada blok 5

komposisi Brachymeria sp dan

entodoninae memiliki angka yang sama

yaitu 2 (40%). Brachymeria sp ialah

parasitoid yang paling banyak

ditemukan pada blok 6, 7, 8 dan 9

dengan jumlah pupa terparasit secara

berurutan 6, 34, 17 dan 11 atau

komposisi 40%, 54%, 73% dan 58%

(Tabel 4). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa dari blok 2-9 parasitoid yang

ditemukan didominasi oleh

Brachymeria sp dan Tetrastichus sp

(Gambar 6).

Gambar 5. Persentase populasi parasitoid pada pupa Metisa plana Walker.

Page 11: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong

68

Jumlah parasitoid terbanyak yang

ditemukan pada lokasi pengamatan

secara berurutan ialah Brachymeria sp,

Tetrastichus sp, Entodoninae,

Eurytoma sp, Diptera: Tachinidae,

Phygadeuntinae A, Phygadeuntinar B

dengan jumlah 97, 67, 48, 36, 25, 7 dan

3 (Tabel 4). Persentase dari populasi

disajikan pada Gambar 5.

Tabel 4. Populasi, tipe dan komposisi dari jenis parasitoid pupa M. Plana

Blok Jumlah

parasitoid Spesies

Tipe

parasitoid

Jumlah

Individu

Komposisi

(%)

1 0 - 0 0

2 16 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Entodoninae

Tetrastichus sp

Soliter

Soliter

Gregarious

Gregarious

4

2

4

6

25

13

25

37

3 106 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Entodoninae

Tetrastichus sp

Phygadeuontinae B

Diptera : Tachinidae

Soliter

Soliter

Gregarious

Gregarious

Soliter

Soliter

18

9

19

41

2

17

17

8

18

39

2

16

4 36 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Entodoninae

Tetrastichus sp

Diptera : Tachinidae

Soliter

Soliter

Gregarious

Gregarious

Soliter

5

6

7

15

3

14

17

19

42

8

5 5 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Entodoninae

Soliter

Soliter

Gregarious

2

1

2

40

20

40

6 15 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Tetrastichus sp

Phygadeuontinae A

Phygadeuontinae B

Soliter

Soliter

Gregarious

Soliter

Soliter

6

3

1

4

1

40

20

7

26

7

7 63 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Entodoninae

Tetrastichus sp

Diptera : Tachinidae

Soliter

Soliter

Gregarious

Gregarious

Soliter

34

8

14

4

3

54

13

22

6

5

8 23 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Phygadeuontinae A

Diptera : Tachinidae

Soliter

Soliter

Soliter

Soliter

17

2

2

2

73

9

9

9

9 19 Brachymeria sp

Eurytoma sp

Entodoninae

Phygadeuontinae A

Soliter

Soliter

Gregarious

Soliter

11

5

2

1

58

26

11

5

Page 12: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013

69

Gambar 6. Peta sebaran parasitoid M.plana di Afdeling Kilo PT. Lestari Tani

Teladan, Sulawesi Tengah

KESIMPULAN

1. Fluktuasi populasi larva M. plana

pada bulan Agustus-Oktober 2012

cenderung menurun dan diikuti oleh

peningkatan jumlah pupa. Populasi

hama M. plana tertinggi terjadi pada

blok 3, 4 dan 6. Peningkatan jumlah

pupa terparasit berbanding lurus

dengan total pupa yang ditemukan.

Populasi parasitoid belum mampu

mengendalikan serangan hama M.

plana secara alami.

2. Pusat serangan terjadi pada blok 3

dan 4, blok 1 dan 9 ialah blok

terjauh dari pusat serangan sehingga

intensitas serangannya rendah.

3. Parasitoid pupa Metisa plana yang

ditemukan ialah Brachymeria sp

(Hymenoptera: Chalchididae) 34%,

Page 13: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Pamuji et al, Populasi Dan Serangan Hama Ulat Kantong

70

Eurytoma sp (Hymenoptera:

Euritomidae) 13%, Entodoninae

(Hymenoptera: Eulophidae) 17%,

Tetrastichus sp (Hymenoptera:

Eulophidae) 24%, Phygadeuontinae

A (Hymenoptera: Ichneumonidae)

2%, Phygadeuontinae B

(Hymenoptera: Ichneumonidae) 1%

dan Diptera: Tachinidae 9%.

4. Brachymeria sp ialah parasitoid

dengan komposisi tertinggi dan

persebarannya merata di seluruh

blok pengamatan. Jumlah parasitoid

terbanyak terdapat pada Blok 3.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S.R.A., Najib, M.A., Mazmira, M.,

Masri, M dan Basri, M.W.

2012. Field Efficacy of MPOB

Ecobac-1 (EC) for Controlling

Bagworm, Pteroma pendula

(Lepidoptera: Psychidae)

Outbreak in Oil Palm

Plantation. UMT 11th

International Annual

Symposium on Sustainability

Science and Management 09th

– 11th July 2012, Terengganu,

Malaysia.

Basri, M.W dan Kevan, P.G. 1995. Life

History and Feeding Behaviour

of the Oil Palm Bagworm M.

plana Walker (Lepidoptera:

Psychidae). Elaeis journal 6 (2):

82-101.

Borror, D.J., Charles, A.T dan Norman,

F.J. 1992. Pengenalan Pelajaran

Serangga. Diterjemahkan oleh

Partosoedjono, S dan M.D.

Brotowidjoyo. UGM Press.

Yogyakarta.

Boucek, Z. 1988. Australasian

Chalcidoidea (Hymenoptera).

C.A.B International Institute of

Entomology, Wallingford.

United Kingdom.

Departemen Proteksi Tanaman PT

Astra Agro Lestari Tbk. 2011.

Brevet Dasar Tanaman Kelapa

Sawit. PT. Astra Agro Lestari

Tbk. Jakarta

Gauld, I.D dan Fitton, M.G. 1984. An

introduction to the

Ichneumonidae of Australia.

British Museum (natural

history). London.

Goulet, H dan Huber, J.T.1993.

Hymenoptera of the Word: An

Identification Guide to

Families. Research Branch,

Agriculture Canada Publication.

Ottawa.

Herlinda, S. 2004. Potensi Parasitoid

Telur, Trichogrammatoidea sp.

Dalam Mengatur Populasi dan

Serangan Plutella xylostella

(L.) (Lepidoptera: plutellidae)

di Pertanaman Sawi. UNSRI.

Inovasi 1 (1): 48-56.

Hutapea, D. 2011. Kajian Dampak

Keragaman Iklim Terhadap

Distribusi dan Perubahan Status

Hama Tanaman Padi di Pantai

Utara Jawa Barat. Tesis.

Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Kamarudin, N dan Basri, M.W. 2010.

Interactions of the Bagworm,

Pteroma pendula (Lepidoptera:

Psychidae), and its Natural

Enemies in an Oil Palm

Plantation in Perak. Journal of

Oil Palm Research Vol. 22

April 2010: 758-764.

Kamarudin, N., Nurhidayah, S.A.,

Arshad, O dan Basri, M.W.

2009. Pheromone Mass

Trapping of Bagworm Moths,

Metisa plana Walker

(Lepidoptera: Psychidae), for its

Control in Mature Oil Palms in

Perak, Malaysia. Journal of

Page 14: POPULASI DAN SERANGAN HAMA ULAT KANTUNG Metisa plana

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2 Juni 2013

71

Asia-Pacific Entomology 13

(2010): 101–106.

Kok, C.C., Eng, O.K., Razak, A.R dan

Arshad, A.M. 2011.

Microstructure and Life Cycle

Of Metisa plana Walker

(Lepidoptera: Psychidae).

Journal of Sustainability

Science and Management,

Volume 6 (1): 51-59.

Krebs, J.C. 1989. Ecological

Methodology. Harper Collins.

New York.

Kusuma, D.S.I. 2010. Seleksi Beberapa

Tanaman Inang Parasitoid dan

Predator untuk Pengendalian

Hayati Ulat Kantung (Metisa

plana) di Perkebunan Kelapa

Sawit. Tesis. Fakultas MIPA.

Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Lara, D.P., Oliveira, L.A., Azeved,

I.F.P., Xavier, M.F., Silveira,

F.A.O., Carneiro, M.A.A dan

Fernandes, G.W. 2008.

Relationships Between Host

Plant Architecture and Gall

Abundance and Survival.

Revista Brasileira de

Entomologia 52 (1): 78-81.

Mcalpine, J.F. 1981. Neartic Diptera

Volume 1. Key to Famili Adulf.

Minister of supply and servise.

Canadian Goverment

Publishing Centre. Canada. 88-

124.

Nurindah. 2006. Pengelolaan

Agroekosistem dalam

Pengendalian Hama. Perspektif.

Volume 5 (2): 78-85.

Rhainds, M., Davis, D.R dan Price,

P.W. 2009. Bionomics of

Bagworms (Lepidoptera:

Psychidae). Annu. Rev.

Entomol. 2009. 54: 209-26.

Sahari, B. 2012. Struktur Komunitas

Parasitoid Hymenoptera di

Perkebunan Kelapa Sawit, Desa

Pandu Senjaya, Kecamatan

Pangkalan Lada Kalimantan

Tengah. Disertasi. Program

Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Sankaran, T dan Syed, A. 1972. The

Natural Enemies of Bagworms

on Oil Palms In Sabah, East

Malaysia. Pacific Insects14 (1):

57-71.

Shiyama, F. 2008. Distribusi

Selenothrips rubrocinctus

(Giard). Pada Perkebunan Jarak

Pagar (Jatropha curcas L.).

Skripsi. Jurusan Biologi,

Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri

Malang.

Simangunsong, Z. 2011. Konservasi

Tanah dan Air Pada Perkebunan

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) PT Sari Lembah Subur,

Pelalawan, Riau. Laporan

Magang Kerja. Dept Agronomi

dan Hortikultura, Institut

Pertanian Bogor.

Young, L.Y dan Young, J.H. 1998.

Statistical Ecology. Kluwer

Academic Publishers. United

State of Amerika.