polisemi dalam surat kabar media indonesia rubrik …

196
POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK POLITIK DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: AI SUAIBAH NIM: 1111013000052 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK

POLITIK DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AI SUAIBAH

NIM: 1111013000052

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

i

ABSTRAK

Ai Suaibah (NIM. 1111013000052): Polisemi dalam Surat Kabar

Media Indonesia Rubrik Politik Edisi Maret 2015 dan Implikasinya dalam

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, dibawah bimbingan Dona Aji Karunia Putra, M.A.

Polisemi dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015. Dari surat

kabar tersebut, penulis menganalisis dengan menggunakan teori Stephen Ullmann.

Ada beberapa kategori kelas kata yang bermakna polisemi dalam surat kabar

Media Indonesia. Adapun kelas kata yang bermakna polisemi dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015, terdapat tiga kelas kata, yaitu verba, ajektiva,

dan nomina. Penelitian ini merupakan penelitian deskripitif kualitatif. Penelitian

ini memfokuskan pada kata yang bermakna polisemi yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015. Penelitian ini bertujuan menjabarkan

bentuk-bentuk polisemi berdasarkan kelas kata, menjabarkan bentuk perubahan

makna polisemi serta faktor penyebab polisemi yang terdapat pada surat kabar

Media Indonesia pada rubrik politik edisi Maret 2015, dan implikasi terhadap

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat 18 jenis kata yang

bermakna polisemi, terdapat tiga kategori kelas kata yang bermakna polisemi

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 rubrik politik, serta terdapat

perubahan makna, dan faktor penyebab polisemi. Perubahan makna dengan

berbagai kategori dan kata kunci, implikasi terhadap pembelajaran adalah makna

polisemi yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015

rubrik politik, dapat dijadikan alternatif media pembelajaran dalam materi

mencari makna salah satunya polisemi.

Kata kunci: Polisemi, Perubahan Makna, Surat Kabar Media Indonesia Rubrik

Politik Edisi Maret 2015

Page 3: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

ii

ABSTRACT

Ai Suaibah (1111013000052): Polysemy in Media Indonesia

Newspaper Political Rubric Edition of March 2015 and the Implications in

Learning Indonesian Language and Literature at Junior High School. Department of Indonesian Language and Literature Education, State Islamic

University Syarif Hidayatullah Jakarta, under the guidance of Dona Ajikarunia

Putra, M.A.

Polysemy in Media Indonesia newspaper edition of March 2015. From the

paper, the authors analyzed using the theory of Stephen Ullmann. There are

several categories of word classes that has polysemy. there are verbs, adjectives,

and nouns. This research is descriptive qualitative. This research focuses on words

that has polysemy written in the newspaper. The purpose of the research is

discribing the forms of polysemy based on the class of words, describe the shape

changes of polysemy,and the polysemy causal factors contained in the newspaper

of Media Indonesia in political rubric edition of March 2015, and the Implications

in Learning Indonesian Language and Literature at Junior High School.

The research found that, there are 18 kinds of word has polysemy, divided

into three categories of word classess. Also there is a change of meaning and the

causal factors of polysemy. The changes of meaning of the various categories and

keywords, and the implications for learning is that polysemy contained in Media

Indonesia newspaper in March 2015 issue of the political section, can be used as

an alternative medium of learning in matter of finding meaning.

Keywords: polysemy, meaning changes, Media Indonesia Newspaper political

rubric edition of March 2015

Page 4: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta karunia lahir dan

batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam

semoga selalu tercurahkan kepada Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Polisemi dalam Surat Kabar Media Indonesia

Rubrik Politik Edisi Maret 2015 dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP” merupakan tugas akhir dan sebagai

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi

ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai

pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sebagai

ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki, M.Hum. dan Dona Aji Karunia Putra, M.A. selaku

ketua dan sekretaris serta segenap dosen dan staff Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membina dan memberikan

ilmunya selama proses perkuliahan.

3. Dona Aji Karunia Putra, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan

ikhlas membimbing dan memberikan wawasan serta waktunya dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Darsita Suparno, M.Hum. sebagai dosen penguji I dan Neneng

Nurjanah, M.Hum. sebagai dosen penguji II yang telah memberikan

masukan, saran, kritikan yang membangun dalam skripsi.

Page 5: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

iv

5. Keluarga tercinta atas motivasi yang luar biasa: Ibu (Khoirul Bariyah),

Bapak (H. Hasdi), Adik (Aditya Nur Iman) atas limpahan kasih

sayang, kesabaran, kepercayaan, motivasi, dan doa sehingga memacu

saya untuk memberikan yang terbaik.

6. Sahabat seperjuangan Selviana Dewi, Devi Aristiyani, Indah

Wardah,Yayah Fauziah, Tri Mutia Rahmah, dan sahabat yang selalu

memberi semangat dan doanya Ummu Nabilla, Nur Aini, Wirda

Makiyah, Yayah Zahriyah, Mutmainnah, Hilyah, Neneng Choirunnisa,

Marpuah, Nurfadillah, Jamaluddin, Hekmatyar, Syarifuddin, Syahid

Khudri, Munawir, Rahmat, Abi Daud, Marwan. S, dan Al-Gifari. Serta

seluruh mahasiswa PBSI 2011 yang telah bersama-sama berjuang demi

meraih cita-cita.

7. Semua pihak yang berjasa dalam proses pembuatan skripsi ini, semoga

Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari kata sempurna

ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca, serta bagi kemajuan ilmu

pengetahuan khususnya dalam pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 10 Juni 2016

Penulis

Page 6: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 4

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

E. Manfaat Penulisan ............................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Semantik ............................................................................................ 7

B. Relasi Makna .................................................................................... 8

C. Polisemi ............................................................................................ 9

D. Faktor Penyebab Polisemi ................................................................ 12

E. Kata .................................................................................................. 13

F. Kelas Kata ........................................................................................ 14

G. Jenis Makna ...................................................................................... 19

H. Perubahan Makna ........................................... ................................. 21

a. Sebab-sebab Perubahan Makna................................................... 21

1. Sifat-sifat yang Bersifat Kebahasaan ...................................... 21

2. Sebab-sebab Historis .............................................................. 21

3. Sebab-sebab Sosial ................................................................. 22

4. Faktor Psikologis .................................................................... 23

5. Pengaruh Asing Sebagai Penyebab Perubahan Makna........... 24

6. Kebutuhan Makna Baru ......................................................... 25

b. Hakikat Perubahan Makna ......................................................... 25

1. Metaforis Antromorfis.......................................................... . 25

2. Metafora Binatang................................................................ . 26

3. Dari Konkret ke Abstrak...................................................... . 26

4. Metafora Sinaestetik............................................................. . 26

c. Medan Asosiatif ........................................................................ . 27

Page 7: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

vi

I. Media Massa / Surat Kabar ............................................................... 28

a. Pengertian Media Massa............................................................ . 28

b. Media Cetak . .............................................................................. 29

c. Surat Kabar ................................................................................. 29

J. Ragam Bahasa Jurnalistik ................................................................. 30

K. Rubrik Politik .................................................................................... 32

L. Pembelajaran Aspek Semantik di SMP ............................................. 33

M. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 35

BAB III METODOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 37

B. Metode Penelitian .............................................................................. 38

C. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 38

D. Objek Penelitian ................................................................................ 39

E. Pengumpulan Data ............................................................................ 39

1. Metode Simak ............................................................................. 39

a. Teknik Simak Bebas Cakap .................................................. 39

F. Analisis Data .................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Polisemi Berdasarkan Kelas Kata ............................................ 43

a. Polisemi Verba ........................................................................... 44

b. Polisemi Ajektiva ........................................................................ 68

c. Polisemi Nomina ......................................................................... 71

B. Tabel Jenis Makna Polisemi .............................................................. 95

C. Wujud Perubahan Makna .................................................................. 106

1. Perubahan Makna Polisemi Nomina Mata Bermakna

Asosiasi Idiom ............................................................................. 106

2. Perubahan Makna Polisemi Nomina Tangan Bermakna

Asosiasi Idiom ............................................................................. 106

3. Perubahan Makna Polisemi Verba Berjalan Bermakna

Asosiasi Metafora ........................................................................ 107

4. Perubahan Makna Polisemi Verba Melahirkan Bermakna

Asosiasi Metafora dan Leksikal .................................................. 107

D. Faktor Penyebab Munculnya Polisemi Berdasarkan Data ................ 108

1. Faktor Pergeseran Penggunaan ................................................... 108

2. Faktor Bahasa Figuratif (Kiasan) ................................................ 109

E. Fungsi Polisemi ................................................................................. 114

F. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Kebahasaan di

SMP ................................................................................................... 115

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................ 117

B. Saran .................................................................................................. 118

Page 8: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel:

Halaman

1. Tabel Contoh Polisemi Koran Media Indonesia Edisi Maret 2015 ....... 41

2. Tabel Contoh Jenis Makna Polisemi ...................................................... 42

3. Tabel Jenis Polisemi Berdasarkan Kelas kata ......................................... 43

a. Tabel Polisemi Verba ....................................................................... 43

1. Tabel Polisemi Verba Berjalan ................................................... 44

2. Tabel Polisemi Verba Melahirkan .............................................. 48

3. Tabel Polisemi Verba Lewat ....................................................... 52

4. Tabel Polisemi Verba Mendorong ............................................. 55

5. Tabel Polisemi Verba Berkembang ............................................. 58

6. Tabel Polisemi Verba Maju ........................................................ 62

7. Tabel Polisemi Verba Mengikat .................................................. 64

8. Tabel Polisemi Verba Menjalani ................................................ 66

b. Tabel Polisemi Ajektiva .................................................................... 68

1. Tabel Polisemi Ajektiva Matang ............................................... 69

c. Tabel Polisemi Nomina ............................................................................ 71

1. Tabel Polisemi Nomina Kepala ......................................................... 71

2. Tabel Polisemi Nomina Jalan ............................................................ 75

3. Tabel Polisemi Nomina Jalur ............................................................ 78

4. Tabel Polisemi Nomina Tubuh .......................................................... 80

5. Tabel Polisemi Nomina Tangan ........................................................ 82

6. Tabel Polisemi Nomina Korban ........................................................ 85

7. Tabel Polisemi Nomina Mata ............................................................ 87

8. Tabel Polisemi Nomina Langkah ....................................................... 89

9. Tabel Polisemi Nomina Kunci ........................................................... 93

4. Tabel Jenis Makna Polisemi .......................................................................... 95

1. Tabel Jenis Makna Polisemi Berjalan................................................ 95

2. Tabel Jenis Makna Polisemi Melahirkan ........................................... 96

3. Tabel Jenis Makna Polisemi Lewat .................................................... 97

4. Tabel Jenis Makna Polisemi Mendorong ........................................... 97

5. Tabel Jenis Makna Polisemi Berkembang ......................................... 98

6. Tabel Jenis Makna Polisemi Maju ..................................................... 99

7. Tabel Jenis Makna Polisemi Mengikat .............................................. 99

Page 9: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

viii

8. Tabel Jenis Makna Polisemi Menjalani ............................................ 100

9. Tabel Jenis Makna Polisemi Matang ................................................. 100

10. Tabel Jenis Makna Polisemi Kepala .................................................. 101

11. Tabel Jenis Makna Polisemi Jalan ..................................................... 101

12. Tabel Jenis Makna Polisemi Jalur ..................................................... 102

13. Tabel Jenis Makna Polisemi Tubuh .................................................. 102

14. Tabel Jenis Makna Polisemi Tangan ................................................. 103

15. Tabel Jenis Makna Polisemi Korban ................................................. 103

16. Tabel Jenis Makna Polisemi Mata ..................................................... 104

17. Tabel Jenis Makna Polisemi Langkah................................................ 104

18. Tabel Jenis Makna Polisemi Kunci .................................................... 105

Page 10: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

A. Surat kabar Media Indonesia rubrik politik

B. Kartu data polisemi

C. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

D. Lembar Uji Referensi

E. Biografi penulis

Page 11: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semantik adalah salah satu cabang dari ilmu linguistik yang berarti

mengkaji tentang makna, selain semantik juga terdapat morfologi, fonologi, dan

sintaksis. Morfologi ialah ilmu yang mengkaji kata, sedangkan fonologi ilmu yang

mengkaji bunyi, dan sintaksis ilmu yang mengkaji kalimat. Ilmu tentang semantik

sangatlah penting untuk diketahui kemudian dipelajari. Kehidupan ini, tidak

terlepas dari komunikasi antar sesama, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Misalnya, ketika seseorang berujar terhadap lawan bicaranya pasti ada

makna yang dimaksud dalam pembicaraan tersebut, tidak hanya bersifat langsung,

bersifat tertulispun ketika seseorang menulis pasti tidak dapat dipungkiri dalam

tulisannya terdapat makna, baik itu makna secara langsung maupun tidak

langsung.

Kajian semantik dalam materinya membahas tentang salah satunya

mengenai polisemi, kata polisemi yaitu berarti kata yang mempunyai makna

ganda ataupun banyak, di sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama juga

dibahas tentang polisemi. Polisemi sangat menarik apabila dikaji karena satu kata

mempunyai banyak makna. Satu kata dapat digunakan dalam bentuk ujaran

maupun tulisan dengan makna yang berbeda-beda juga, begitupun menulis dalam

satu kata yang sama namun, mempunyai makna yang berbeda-berbeda.

Mempelajari ataupun mengkaji tentang polisemi, harus dapat membedakan antara

polisemi dan homonim. Homonimi dengan polisemi dapat dibedakan. Seperti, jika

polisemi terdapat hanya pada tataran kata, jika homonimi terdapat pada tataran

kata, frase, dan lebih dari itu. Polisemi maknanya tidak jauh berbeda dengan

makna aslinya, sedangkan homonim mempunyai makna yang sangat berbeda

dengan makna yang satu dengan yang lainnya ataupun makna induknya,

walaupun persamaannya mempunyai makna ganda maupun banyak.

Page 12: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

2

Manusia di zaman globalisasi seperti ini sudah sangat tidak asing dengan

media. Seperti, media elektronik maupun media cetak. Media tersebut mempunyai

banyak fungsi, salah satunya memberikan kabar, informasi atau berita yang

sedang terjadi atau hal-hal yang dimana saat itu sedang menjadi topik hangat yang

akan diangkat menjadi sebuah berita. Berita adalah sesuatu hal yang bersifat fakta,

apa adanya, dan lain sebagainya. Berita dimuat dari berbagai macam media,

seperti media cetak dan media eletronik. Media cetak seperti koran, majalah, dan

tulisan lainnya. Media elektronik seperti, televisi, radio, internet dan lain

sebagainya. Media cetak seperti koran, yang dimana di dalam koran juga memiliki

kolom ataupun rubrik mengenai berita yang sedang hangat dibicarakan, seperti

rubrik politik dan hukum, pariwistata, sosok, dan kemudian juga terdapat kolom

opini.

Hal inilah yang menarik untuk dikaji, pada setiap koran yang terdapat

kolom-kolom atau rubrik yang berbeda tentang topik pembahasannya. Setiap

koran juga menampilkan kolom atau rubrik dengan bahasa yang berbeda-beda.

Misalnya, pada koran Kompas ditampilkan pada kolom atau rubrik mengenai di

antaranya yaitu, hukum dan politik, pariwisata, sosok, kolom opini, dan olah raga

dan lain sebagainya. Koran Republika berbeda lagi seperti, nasional, internasional,

jelajah dan lain-lain. Begitu juga yang terdapat pada koran-koran lainnya pasti

ditemukan perbedaan dalam penyajiannya. Untuk itu, perbedaan antara kolom

atau rubrik pada koran juga merupakan bagian penting dalam tahap penelitian.

Perbedaan dalam kolom atau rubrik juga berpengaruh dalam kelancaran

penyusunan. Koran sebagai media cetak otomatis informasi maupun beritanya

berbentuk teks ataupun tulisan. Setiap kolom atau rubrik menarik untuk dijadikan

penelitian, hanya saja biasanya ada satu kolom atau rubrik yang informasinya atau

beritanya lebih banyak penyajian beritanya dibandingkan dengan rubrik yang lain

pada koran tersebut. Hal tersebut juga menjadikan pertimbangan dalam penelitian,

karena menentukan sedikit banyaknya data yang diteliti dari kolom atau rubrik

tersebut.

Page 13: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

3

Setiap kolom atau rubrik banyak beberapa paragraf tulisan mengenai

informasi atau berita yang dibahas yang menjadi topik hangat, dalam paragraf

tersebut yang terdiri dari kata-kata menarik untuk dikaji. Salah satunya mengenai

polisemi. Sering ditemukan di dalam koran pada bagian kolomnya terdapat kata-

kata yang mengandung makna polisemi. Meskipun begitu, dalam menemukan

makna polisemi yang terdapat pada koran, haruslah dibutuhkan ketekunan,

ketelitian dalam menemukan makna yang polisemi dan yang bukan polisemi.

Makna polisemi yang terdapat pada koran sering digunakan karena hakikatnya

makna polisemi satu kata yang mempunyai makna ganda ataupun banyak.

Misalnya, satu kata polisemi yang digunakan atau terdapat pada paragraf yang

maknanya berbeda dapat dimengerti oleh pembaca koran tersebut, balik lagi

karena makna polisemi kata yang mempunyai banyak makna. Makna polisemi

jelas memberikan warna tersendiri dalam penulisan di koran, karena dalam satu

kata polisemi misalnya, dalam paragraf pertama terdapat makna polisemi begitu

juga dengan paragraf kedua, yaitu dengan satu kata yang sama antara paragraf

pertama dengan paragraf kedua sama kata polisemi yang digunakan. Walaupun

satu judul dan tema dan kata yang digunakan sama. Namun, jika diteliti dengan

makna polisemi berbeda makna, walaupun begitu pesan atau berita dan informasi

yang ingin disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh pembaca. Itulah, salah

satu keistimewaan makna polisemi yang menarik untuk dikaji.

Setiap kata yang mengandung makna polisemi mempunyai kategori

berbeda-beda, yaitu kategori kelas kata seperti, ada yang berupa verba, nomina,

dan ajektiva, dan lain-lain. Koran sebagai media informasi tertulis atau media

cetak sangat menarik untuk dijadikan objek penelitian, selain menyajikan berita

yang sedang hangat dibicarakan, koran juga bermanfaat untuk menambahkan

informasi, bahkan pengetahuan juga didapatkan. Sering orang-orang menganggap

remeh koran, bahkan di zaman teknologi yang sangat maju, koran masih lebih

sedikit peminat pembacanya jika dibandingkan dengan media internet. Media

internet juga sangat mempermudah dalam penyajian bacaan.

Page 14: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

4

Terkait makna polisemi, dalam pembelajaran di sekolah juga dibahas

tentang materi polisemi, terutama materi yang terdapat di kelas VII. Jika dalam

pembelajaran atau membahas yang terkait dengan polisemi, bisa dibilang sulit

juga bisa dibilang mudah. Jika diberikan contoh dengan satu kata maka,

kebanyakan peserta didik langsung memahami apa itu makna polisemi. Namun,

jika dihadapkan dengan bacaan yang terdapat dari beberapa paragraf, dan untuk

menemukan makna polisemi tersebut, maka dalam proses tersebut mereka juga

mengalami kebingungan, karena makna polisemi juga hampir sama dengan makna

homonim yang juga bermakna ganda, hanya dalam tatarannya saja berbeda

homonin terdapat pada frase dan juga sampai kalimat. Seperti yang sudah

dipaparkan di atas tadi tentang perbedaan antara makna polisemi dengan

homonim atau homonimi.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian, penulis membatasi permasalahan

yang akan diteliti agar pembahasan lebih terarah, spesifik, dan sistematik untuk

menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan. Untuk itu, penelitian ini

akan memberikan penjelasan secara deskriptif mengenai bentuk, makna, dan

faktor penyebab munculnya perubahan makna. Selanjutnya, mengaitkannya

dengan pembelajaran yaitu tentang polisemi yang terdapat pada materi Sekolah

Menengah Pertama.

Page 15: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

5

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan,

maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, perumusan

tersebut di antaranya, yaitu:

1. Bagaimana bentuk-bentuk polisemi berdasarkan kelas kata yang terdapat

pada surat kabar Media Indonesia pada rubrik politik edisi Maret 2015?

2. Bagaimana bentuk perubahan makna polisemi yang terdapat pada surat

kabar Media Indonesia pada rubrik politik edisi Maret 2015?

3. Apa faktor penyebab munculnya polisemi dalam surat kabar Media

Indonesia pada rubrik politik edisi Maret 2015?

4. Bagaimana implikasi hasil analisis polisemi dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia di sekolah SMP?

D. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah maka penelitian ini yang

akan dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menjabarkan bentuk-bentuk polisemi berdasarkan kelas kata yang terdapat

pada surat kabar Media Indonesia pada rubrik politik edisi Maret 2015?

2. Menjabarkan bentuk perubahan makna polisemi yang terdapat pada surat

kabar Media Indonesiapada rubrik politik edisi Maret 2015?

3. Menjabarkan faktor penyebab munculnya polisemi dalam surat kabar

Media Indonesia pada rubrik politik edisi Maret 2015?

4. Menjabarkan implikasi hasil analisis polisemi dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia di sekolah SMP?

Page 16: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

6

5. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pengembangan

ilmu linguistik, khususnya semantik dan pengembangan pembelajaran

bahasa, khsususnya pembelajaran tentang makna.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan bahasa khususnya mengenai semantik yaitu pembelajaran

bahasa mengenai makna, seperti makna polisemi.

2. Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan mengetahui tentang makna,

sehingga ketika membaca, menulis, berbicara, menyimak dapat lebih

mengetahui dan memahami maknanya.

3. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini diharapkan memberikan

kontribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya tentang semantik

yang mengakaji makna, seperti makna polisemi yang terdapat dalam

koran, dan dalam pembelajaran disekolah.

Page 17: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Semantik

1. Pengertian Semantik

Semantik adalah cabang linguistik yang bertugas semata-mata meneliti

makna kata, bagaimana asal mulanya, bagaimana perkembangannya, dan apa

yang menyebabkan terjadi perubahan makna dalam sejarah suatu bahasa.1Definisi

semantik yang dikemukakan oleh Griffiths dalam Subuki, semantik yang lebih

mengarah kepada pembahasan semantik dalam linguistik dapat dilihat dalam

pengertian yang dikemukakan oleh Griffiths yaitu, pengetahuan yang tersandikan

dalam kosakata dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam membentuk arti

yang lebih luas hingga pada tingkatan kalimat.2

Breal dalam Achmad masih menyebutkan semantik sebagai ilmu murni

historis (historical semantics). Historical semantics ini cenderung mempelajari

semantik yang berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa, misalnya latar

belakang perubahan makna, perubahan makna, hubungan perubahan makna

dengan logika, psikologi, dan seterusnya. Karya Breal ini berjudul Essai de

Semantique (akhir abad ke-19). Semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu

makna. Baru pada tahun 1990-an dengan munculnya Essai de Semantique dari

Breal, yang dikemudian pada periode berikutnya disusul oleh karya Stern (1931).3

Breal dalam Ullman memaparkan, suatu studi yang mengundang pembaca, yaitu

barang baru yang belum pernah diberi nama. Ilmu itu mengenai batang tubuh dan

bentuk kata-kata sebagaimana yang banyak dikerjakan oleh para linguis: hukum

yang menguasai perubahan makna, pemilihan bentuk-bentuk pengungkapan baru,

lahir dan matinya bentuk ungkapan (idiom). Telah ditinggalkan dalam gelap atau

hanya secara kasual saja ditunjukkan, karena studi yang tidak kurang pentingnya

1 Novi Resmini, dan Iyos A. Rosmana, dll, Kebahasaan I (Fonologi, Morfologi dan

Semantik), (Bandung: UPI PRESS, 2006), hlm. 220. 2Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka,

2011), hlm. 5. 3Achmad, dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2013), hlm. 87.

Page 18: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

8

dari fonetik dan morfologi ini perlu mempunyai nama, maka disebut semantik,

yaitu ilmu tentang makna.4

semantics is the most diverse field within linguistics. in addition semantics

have to have other disciplines, like philoshophy and psychology, which also

investigate the creation and transmission of meaning. Some of the questions

raised in these neighbouring disciplines have important effects on the way

linguists do semantics.5

Semantik merupakan bidang yang paling beragam dalam linguistik. Selain

itu, semantik juga harus memiliki disiplin lain, seperti filsafat dan psikologi, yang

juga meneliti penciptaan dan penyebaran makna. Beberapa pertanyaan yang

muncul dalam disiplin-disiplin tersebut memiliki efek penting pada cara ahli

bahasa memperlakukan semantik.

Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang membahas tentang

makna, dari sebuah kata, frasa, dan kalimat. Setiap tulisan pasti memiliki makna

yang ingin disampaikan kepada pembacanya, dalam penelitian ini menyangkut

dengan semantik yaitu, menemukan makna polisemi yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, setiap kata yang terdapat dalam rubrik

politik, didentifikasi kata-kata yang mengandung makna polisemi. Makna

polisemi yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesiaedisi Maret 2015,

terdapat perubahan makna, pergeseran ini salah satu, pembahasan dalam ilmu

semantik yang mengkaji makna, perubahan makna, dan lain sebagainya.

B. Relasi Makna

Menurut Cruse dan Crystal dalam bahasa, makna dari bentuk leksikal

berhubungan sedemikian rupa secara sistematis. Istilah bagi konsep yang

memayungi hubungan tersebut adalah relasi leksikal (lexical relation) atau juga

biasa disebut dengan relasi makna (sense relation). Secara umum relasi makna

dapat diklasifikasikan menjadi dua macam hubungan, yaitu hubungan yang

4Stephen Ullman, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 6-7.

5Jhon I. Saeed, Semantics (Malden: Balcwell Publishers, 2000), hlm. 4.

Page 19: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

9

bersifat sintagmatik dan hubungan yang bersifat paradigmatik. Relasi leksikal

yang bersifat sintagmatik mengacu kepada hubungan antarbentuk leksikal dalam

hubungan kolokasi, yaitu potensi kata untuk bersanding dengan kata lainnya

dalam satu struktur; dan relasi leksikal yang bersifat paradigmatik mengacu

kepada hubungan antarbentuk leksikal dalam leksikon yang dapat terwujud dalam

hubungan seperti sinonimi, antonimi, hiponimi, dan meronimi.6

C. Polisemi

Polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai

macam makna. Perbedaan antara makna yang satu dengan makna yang lain dapat

ditelusuri atau diruntut sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa makna-

makna itu berasal dari sumber yang sama.7 Cruse dalam Djajasudarma

memaparkan bahwa polisemi mempelajari satu kata (bentuk/struktur) yang

memiliki lebih dari satu makna. Pemahaman ini tumpang tindih dengan homonimi

(homograf „sama bentuk‟ dan homofon „sama bunyi‟).8 Polisemi menunjukkan

bahwa suatu kata memiliki lebih dari satu makna. Misalnya, kata bisa yang berarti

„dapat‟ dan „racun‟. Pengertian polisemi ini bertumpang tindih dengan homonimi,

yaitu gejala kesamaan tulisan dan lafal dua kata yang berbeda. Misalnya, kata

likat „lekat, „pekat‟, „keruh‟, dan likat „agak malu‟. Dengan demikian homonimi

adalah hubungan makna dan bentuk bila dua buah makna atau lebih dinyatakan

dengan sebuah bentuk yang sama (homonimi „sama nama‟ atau sering juga

disebut homofoni „sama bunyi‟). Para ahli bahasa mempunyai pendapat yang

sejalan bahwa, polisemi ini adalah satu kata yang memiliki makna lebih dari satu.9

6Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka,

2011), hlm. 74. 7I Dewa Putu Wijana, Semantik Teori dan Analisis, (Suarakarta: Yuma Pustaka, 2008), hlm.

41. 8T. Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal, (Bandung: Refika

Aditama, 2012), hlm. 77. 9Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar Ilmu ke Arah Ilmu Makna, (Bandung:

Refika Aditama, 1999), hlm. 43-45.

Page 20: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

10

Makna dari polisemi sendiri adalah kata yang memiliki bermacam-macam

makna. Bentuk poly artinya „banyak‟, bentuk „sema‟ artinya simbol atau tanda.

Jadi polisemi itu dapat diartikan sebagai sosok kata dengan satu bentuk dan

banyak makna. Dengan pemahaman yang luas akan arti sebuah kata, akan sangat

memudahkan ketika harus berkomunikasi profesional di depan publik.10 Riemer

dalam Subuki mengemukakan, bahwa polisemi biasanya didefinisikan sebagai

bentuk leksikal yang memiliki beberapa arti yang terkait secara konseptual.

Dalam bahasa Indonesia, kata kepala, misalnya, memiliki beberapa arti. Secara

harfiah, kepala dapat diartikan bagian paling penting dari tubuh yang terdapat di

atas leher, seperti terdapat pada manusia dan hewan. Akan tetapi, dalam

pemakaiannya, akan mendapati bahwa arti kepala juga mencakup 1) bagian

penting dari suatu yang terletak di bagian atas, seperti pada kepala surat; 2)

bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku;

3) pemimpin, seperti pada kepala sekolah; 4) jiwa atau orang, seperti dalam

kalimat setiap kepala menerima bantuan Rp5000,- dan 5) akal budi, seperti dalam

kalimat Badannya besar tetapi kepalanya kosong. Dari lima macam arti lain

kepala dalam pemakaian, kemudian dapat disimpulkan bahwa arti pertama, kedua,

dan ketiga berhubungan secara konseptual dengan arti harfiah kepala melalui

hubungan metaforis. Adapun arti keempat dan kelima berhubungan secara

konseptual dengan arti harfiah kepala melalui hubungan metonimis. Perlu

diketahui bahwa, melalui metafora dan metonimi, kebanyakan kata dalam setiap

bahasa dapat digunakan secara polisemis.11

10

R. Kunjana Rahardi, Seni Memilih Kata Peranti dan Strategi Komunikasi Profesional

Efektif dalam Wahana Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2007), hlm.

110-111. 11

Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, (Jakarta: Transpustaka,

2011), hlm.95.

Page 21: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

11

Menurut pandangan Hurford menyatakan bahwa polisemi adalah kasus yang

mana satu kata berkaitan erat dengan kata yang lain. Dengan kata lain, seorang

penutur jati sebuah bahasa memiliki intuisi yang tajam mengenai perbedaan

makna yang terkait antara satu makna dengan makna yang lain.12

Menurut Keraf, bila dalam sinonimi berbicara mengenai beberapa kata yang

memiliki makna yang mirip, maka dalam polisemi mencatat kenyataan lain bahwa

ada sebuah kata dapat memiliki bermacam-macam arti (poly „banyak‟, sema

„tanda‟). Kata polisemi yang berarti „satu untuk mempunyai beberapa makna‟,

sangat dekat dengan sebuah istilah lain, yaitu homonimi yaitu „dua kata atau lebih

tetap memiliki bentuk yang sama‟. Dalam polisemi hanya menghadapi satu kata

saja, sebaliknya dalam homonimi sebenarnya menghadapi dua kata atau lebih.13

Salah satu cara untuk mengetahui apakah sebuah kata mengandung polisemi

adalah dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar. Salah

satu di antaranya metafora, yang didasarkan pada hubungan antara referen primer

dan referen sekunder dari kata yang bersangkutan. Misalnya referen primer bagi

kata-kata: mulut, mata, kepala, kaki, tangan, dan sebagainya adalah bagian-bagian

dari tubuh manusia. Namun, dalam perluasan berdasarkan prinsip metaforis

bagian-bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian dari:

sungai, jarum, pasukan, meja, gunung, kursi, dan sebagainya. Hubungan itu lahir

dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.14

Menurut pandangan Putrayasa, polisemi adalah kata-kata yang maknanya

lebih dari satu, sebagai akibat terdapatnya lebih dari sebuah komponen konsep

makna pada kata-kata tersebut. misalnya, kata kepala antara lain mengandung

komponen konsep makna:

12

James R. Hurford, Semantic A Coursebook, (New York: Cambridge University Press,

2007), hlm. 130-131. 13

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 2010), hlm.25. 14

Ibid.,hlm. 36.

Page 22: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

12

- Anggota tubuh manusia (binatang)

- Sangat penting (orang bisa hidup tanpa kaki, tetapi tidak mungkin

tanpa kepala)

- Terletak di sebelah atas

- Bentuknya bulat

Perhatikan kata kepala pada kalimat-kalimat berikut yang mengandung

makna-makna tersebut.

1). Bahu dan kepalanya luka kena pecahan kaca.

2). Bapaknya diangkat menjadi kepala sekolah dasar di Bali.

3). Setiap kepala mendapat bantuan tiga juta rupiah.

4). Rangkaian kereta api itu belum dapat diberangkatkan karena kepalanya

rusak.15

D. Faktor Penyebab Polisemi

1. Kecepatan melafalkan kata, misalnya kata ban tuan dan ban tuan.

Apakah ban kepunyaan tuan, atau bantuan? Demikian pula urutan kata

kerak apa, apakah kerak apa, atau kera apa?

2. Faktor gramatikal, misalnya kata pemukul dapat bermakna alat yang

digunakan untuk memukul, atau orang yang memukul. Orangtua dapat

bermakna ayah/ibu, atau orang yang sudah tua.

3. Faktor leksikal yang dapat bersumber dari: (a) kata yang mengalami

perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan munculnya

makna baru. Misalnya kata makan yang biasa dihubungkan dengan

kegiatan manusia atau binatang memasukkan sesuatu ke dalam perut,

tetapi kini kata makan dapat digunakan pada benda tak bernyawa

sehingga muncullah urutan kata makan sogok, rem tidak makan,

makan angin, makan riba, dimakan api, pagar makan tanaman. (b)

digunakan pada lingkungan yang berbeda, misalnya kata operasi bagi

15

Ida Putrayasa, Kalimat Efekstif Diksi, Struktur, dan Logika, (Bandung: PT. Refika

Aditama, 2007), hlm. 119-120.

Page 23: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

13

seorang dokter dihubungkan dengan pekerjaan membedah bagian

tubuh untuk menyelamatkan nyawa; bagi militer dikaitkan dengan

kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau memberantas kejahatan; dan

bagi departemen tenaga kerja dihubungkan dengan salah satu kegiatan

yang akan atau sedang dilaksanakan. Hal ini tampak dalam kalimat,

Departemen Tenaga Kerja sedang melaksanakan operasi purna bakti

agar setiap perusahaan mematuhi peraturan ketenagakerjaan.

4. Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya kata item, kini digunakan kata

butir atau unsur; kata canggih untuk menggantikan kata

(sophisticated); kata rencana(planning).

5. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat kata. Maksudnya

dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide

atau perasaan yang terkandung di dalam hatinya. Hal ini berhubungan

dengan pertimbangan ekonomi bahasa. Kadang-kadang karena kata

baru belum ditemukan, maka kata yang telah ada dapat digunakan

tetapi dengan makna yang lain. Misalnya, kata mesin yang biasanya

dihubungkan dengan mesin jahit. Manusia membutuhkan kata yang

mengacu kepada mesin yang menjalankan pesawat terbang, mobil,

motor, maka muncullah urutan kata mesin pesawat terbang, mesin

mobil.16

E. Kata

Morfologi memandang kata sebagai satuan terbesar dalam unit analisis. Hal

yang bertolak belakang dengan morfologi, adalah sintaksis. Tataran ini

memandang kata sebagai satuan analisis terkecil. Sedangkan semantik,

mempelajari makna kata. Penjelasan tersebut mengindikasikan bawa kata

merupakan satuan bahasa yang mempertemukan tiga tataran dalam linguistik,

yakni morfolgi, sintaksis, dan semantik.17

16

Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 214-215. 17

Darsita Suparno, Morfologi Bahasa Indonesia, (Ciputat, UIN Press, 2015), hlm. 54.

Page 24: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

14

F. Kelas Kata

Alwi dalam Putrayasa mengemukakan bahwa dalam ilmu bahasa, kata

dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang mempunyai

bentuk serta perilaku yang sama atau mirip, dimasukkan ke dalam satu kelompok.

Di sisi lain, kata yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya,

tetapi berbeda dengan kelompok pertama dimasukkan ke dalam kelompok lain.

Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya.

Kategori sintaksis sering pula disebut kategori kelas kata.18

Menurut Kridalaksana kelas kata dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi

sebagai berikut:

1. Verba

Secara sintaksis sebuah satuan gramatikal dapat diketahui berkategori verba

dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar; jadi sebuah kata dapat dikatakan

berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase, yakni dalam hal

kemungkinannya satuan itu didampingi partikel tidak dalam konstruksi dan dalam

hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau dengan

partikel seperti sangat, lebih, atau agak.19

2. Ajektiva

Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1)

bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi

partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis, seperti –

er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam alami), atau (5) dibentuk

menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil- keadilan, halus – kehalusan,

yakin – keyakinan (ciri terakhir ini berlaku bagi sebagian besar ajektiva dasar dan

bisa menandai verba intransitif, jadi ada tumpang tindih di antaranya).20

18

Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), (Bandung: PT

Refika Aditama, 2007), hlm. 71. 19

Harimurti Kridalaksana,Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), hlm. 51-52. 20

Ibid.,hlm. 53.

Page 25: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

15

3. Nomina

Nomina adalah kategori yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi

untuk bergabung dengan partikel tidak, (2) mempunyai potensi untuk didahului

oleh partikel dari.21

4. Pronomina

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina.

Apa yang digantikannya itu disebut anteseden. Anteseden itu ada di dalam atau di

luar wacana (di luar bahasa). Sebagai pronomina kategori ini tidak bisa berafiks,

tetapi beberapa di antaranya bisa direduplikasikan, yakni kami-kami, dia-dia,

beliau-beliau, mereka-mereka, dengan pengertian „meremehkan‟ atau

„merendahkan‟.22

Kata pronominal dapat dijadikan frase pronomminal, seperti aku ini, kamu

sekalian, mereka semua.

5. Numeralia

Numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam

konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain,

dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.23

Numeralia mewakili bilangan yang terdapat dalam alam di luar bahasa.

(1) Dua tambah dua sama dengan empat.

(2) Gunung Semeru lebih dari 1000 kaki tingginya.

6. Adverbia

21

Ibid., hlm. 54. 22

Ibid., hlm.56. 22

Ibid.,hlm.58. 23

Ibid.,hlm.59.

Page 26: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

16

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau

preposisi dalam konstruksi sintaktis, dalam kalimat Ia sudah pergi, kata sudah

adalah adverbia, bukan karena mendampingi ajektiva, misalnya dalam Saatnya

sudah dekat. Jadi, sekalipun banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam

konstruksi sintaktis, namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia.24

7. Interogativa

Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi

menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan

apa yang telah diketahui pembicara. Apa yang ingin diketahui dan apa yang

dikukuhkan itu disebut anteseden. Anteseden tersebut selamanya ada si luar

wacana; dan karena baru akan diketahui kemudian, interogativa bersifat kataforis.

Ada interogativa dasar, seperti apa, bila, bukan, kapan, mana, masa; ada

interogativa turunan, seperti apabila, apakah, apaan, apa-apaan, bagaimana,

bagaimanakah, berapa, betapa, bilamana, bilakah, bukankah, dengan apa, di

mana, ke mana, manakah, kenapa, mengapa, ngapain, siapa, yang mana,

masakan; ada pula interogativa terikat seperti kah dan tah.25

8. Demonstrativa

Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu

di dalam maupun di luar wacana. Sesuatu itu disebut anteseden. Dari sudut bentuk

dapat dibedakan antara (1) demonstrativa dasar, seperti itu dan ini, (2)

demonstrativa turunan, seperti berikut, sekian, (3) demonstrativa gabungan seperti

di sini, di situ, di sana, ini itu, di sana-sini.26

9. Artikula

Artikula dalam bahasa Indonesia adalah kategori yang mendampingi

nomina dasar (misalnya si kancil, sang dewa, para pelajar), nomina deverbal

24

Ibid., hlm.61. 25

Ibid., hlm.65. 26

Ibid., hlm.63.

Page 27: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

17

(misalnya si terdakwa, si tertuduh). Pronimina (misalnya si dia, sang aku), dan

verba pasif (misalnya kaum tertindas, si tertindas), dalam kontruksi eksosentris

yang berkategori nominal.27

10. Preposisi

Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama

nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif. Sebagian daftar preposisi,

akan, akibat, antar, antara, bagi, bak, dari, daripada, demi, dengan, guna,

ketimbang, lewat, kurang, oleh, oleh, karena, oleh sebab, pada, pasal, peri, sama

sampai, semacam, selaras, untuk, waktu, dan lain sebagainya.28

11. Konjungsi

Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain

dalam kontruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih

dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang

setataran maupun yang tidak setataran. Contoh: (a) Ia pergi karena saya, (b) Ia

pergi karena saya mengusirnya.29

12. Kategori Fatis

Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan,

atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan kawan pembicara. Kelas

kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan,

yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan pembicara.

Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan.Ada bentuk fatis yang

terdapat di awal kalimat, misalnya Kok kamu pergi juga?, ada yang di tengah

kalimat, misalnya Bukan dia, kok, yang mengambil uang itu!, dan ada pula yang

diakhir kalimat, misalnya Saya hanya lihat saja, kok!. Kategori fatis mempunyai

27

Ibid., hlm.65. 28

Ibid., hlm.69. 29

Ibid., hlm.73.

Page 28: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

18

wujud bentuk bebas, misalnya kok, deh, atau selamat, dan wujud bentuk terikat,

misalnya –lah atau pun.30

13. Interjeksi

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan

pembicara; dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam

ujaran.

(1) Bentuk dasar, yiatu: aduh, aduhai, ah, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo, bah,

cih, cis, eh, hai, idih, ih, oh, nah, sip, wah, wahai, yaaa;

(2) Bentuk turunan, biasanya berasal dari kata-kata biasa, atau penggalan

kalimat Arab. Contoh: alhamdulillah, astaga. Brengsek, buset,

dubilah, duilah, insya Allah, masyaallah, syukur, halo, innalillahi,

yahud.31

14. Pertindihan Kelas

Kategori kata sebagaimana disajikan di atas belum dapat dianggap selesai

kalau belum memecahkan persoalan yang terdapat dalam contoh berikut:

(a) 1. Sapi saya mati kemarin.

2. Mati itu bukan akhir segalanya.

3. Ini harga mati.

(b) 1. Banyak barang diturunkan di pelabuhan.

2. Berikan aku barang sepuluh rupiah.32

30

Ibid., hlm.75. 31

Ibid., hlm.78. 32

Ibid., hlm. 51-124.

Page 29: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

19

G. Jenis Makna

Jenis- jenis makna itu adalah sebagai berikut:

1. Makna leksikal dan Makna Gramatikal

Satuan atau unit semantik terkecil di dalam bahasa disebut leksem.

Leksem menjadi dasar pembentukan kata. Kata membeli, dibeli, terbeli, dan

pembelian dibentuk dari leksem yang sama, yakni beli. Makna beli dapat

didentifikasikan tanpa menggabungkan unsur yang lain, makna yang demikian ini

disebut makna leksikal. Selain itu, ada pula makna satuan kebahasaan yang lain.

Makna yang demikian ini disebut makna gramatikal. Contoh:

(1) Ayah Amir membeli sebuah komputer.

(2) Sebuah komputer dibeli oleh ayah Amir.

Frasa ayah Amir memiliki makna „milik‟. Makna ini baru dapat

didentifikasi setelah kata ayah sebagai termilik bergabung dengan Amir sebagai

pemilik. Afiks se- dalam sebuah menyatakan makna „satu‟. Makna ini juga baru

dapat ditentukan setelah afiks se- itu bergabung dengan leksem buah. Dengan

demikian afiks se- juga memiliki makna gramatikal menurut Wijana dalam

bukunya „Semantik‟.33

2. Makna Denotatif dan Konotatif

Makna kata wanita dan perempuan kesemuanya mengacu kepada referen

atau acuannya di luar bahasa „oeang yang berjenis kelamin feminin‟. Keseluruhan

komponen luar bahasa yang diacu oleh sebuah kata disebut denotata. Oleh karena

itu, makna yang demikian itu disebut makna denotatif. Walaupun wanita dan

perempuan memiliki makna denotatif yang sama, tetapi masing-masing

mempunyai nilai emotif yang berbeda. Nilai emotif di sini menyangkut nuansa

halus dan kasar. Nilai emotif yang terdapat pada suatu bentuk kebahasaan disebut

konotasi. Oleh karenanya wanita dan perempuan dikatakan memiliki makna

konotatif yang berbeda. Kata wanita memiliki nuansa makna halus, sedangkan

33

I Dewa Putu Wijana, Semantik, (Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada,

1998), hlm. 9.

Page 30: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

20

perempuan memiliki makna nuansa makna yang (lebih) kasar menurut Wijana

dalam bukunya „semantik‟.34

3. Makna Literal dan Makna Figuratif

Makna sebuah bentuk kebahasaan ada yang mengalami perpindahan penerapan

kepada referen yang lain. Kata buaya dan kambing dalam kalimat (1) dan (2)

berikut secara lugas mengacu kepada referennya yang harfiah, yakni „sebangsa

binatang melata yang hidup di sungai-sungai besar atau rawa-rawa‟ dan „sejenis

binatang berkaki empat sebesar anjing dan memiliki tanduk‟. Makna kambing di

dalam kedua kalimat ini disebut makna literal atau makna lugas, atau makna

harfiah.

(1) Di rawa-rawa dan sungai-sungai besar di Kalimantan masih banyak

terdapat buaya.

(2) Harga kambing jantan mmenjelang Idul Adha sangat mahal.

Makna kata buaya dan kambing pada (1) dan (2) berbeda dengan kata kambing

dalam (3) dan (4) berikut:

(3) Jangan mudah tergoda oleh rayuan buaya.

(4) Dalam persoalan ini kita tidak perlu mencari kambing hitam.

Berbeda dengan buaya dan kambing pada (1) dan (2), buaya dan kambing

(hitam) pada kalimat (3) dan (4) maknanya tidak mengacu kepeda referennya

yang bersifat konvensional „sejenis binatang melata‟ dan „binatang berkaki empat

sebesar anjing yang bertanduk‟, tetapi disimpangkkan kepada referen yang lain

untuk berbagai tujuan etis (moral), estetis (keindahan), insultif (penghinaan), dan

sebagainya menurut Wijana dalam bukunya „semantik‟.35

34

Ibid., hlm. 10. 35

Ibid., hlm. 11.

Page 31: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

21

4. Makan Primer dan Makna Sekunder

Makna kesatuan kebahasaan yang dapat diidentifikasi tanpa bantuan

konteks disebut makna primer. Jadi, makna leksikal, makna denotatif, dan makna

literal adalah makna primer. Sementara itu, makna gramatikal, makna konotatif,

dan makna figuratif hanya dapat diidentifikasi oleh pemakai bahasa dengan

bantuan konteks. Makna satuan kebahasaan yang hanya dapat diidentifikasikan

lewat konteks pemakaian bahasa disebut makna sekunder. Jadi, makna gramatikal,

makna konotatif, dan makna figuratif adalah makna sekunder.36

H. Perubahan Makna

a. Sebab-sebab Perubahan Makna

1. Sifat-sifat yang Bersifat Kebahasaan

Dalam bahasa Indonesia orang bisa bertanya, "Apa arti kata itu?" atau "di

mana pamanmu?", dan jawaban yang diperoleh mungkin "tidak tahu". Kedua kata

itu sudah begitu akrab sehingga pemakai bahasa bahasa Indonesia dialek Jakarta

menyatukan keduanya; kalau tidak tahu mereka menjawab "tahu" atau "tau",

dengan intonasi tertentu. Ini berarti bahwa tahu, yang semula bermakna positif,

sekarang berarti negatif, yaitu "tidak tahu", atau makna negatif 'tidak' masuk ke

dalam tahu.37

2. Sebab-sebab Historis

(a) Perubahan yang menyangkut benda

Dalam kata bahasa Indonesia kata bemo (singkatan becak bermotor) yang

muncul pertama kali di Jakarta pada tahun enam puluhan, semula mengacu

kepada kendaraan beroda tiga (satu di depan dan dua di belakang) dimaksudkan

sebagai angkutan di dalam kota, pengganti becak. Di Denpasar misalnya, bemo itu

muncul disekitar tahun 1980, tetapi sering muncul jenis angkutan beroda empat

yang juga disebut bemi. Sekarang bemo beroda tiga sudah lenyap, tetapi kata itu

36

Ibid., hlm. 12. 37

Stephen Ullman, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm.251.

Page 32: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

22

tetap mengacu kepada kendaraan beroda empat yang melayani angkutan dalam

kota. Di beberapa kota, seperti Jakarta dan Bogor, kendaraan umum beroda empat

ini disebut angkot, akronim dari angkutan kota.38

(b) Perubahan yang menyangkut lembaga

Kata parlement ini berasal dari verba parler (baca:/parle/), artinya

'berbicara'. Lembaga itu di Prancis dulu kenal sebagai dewan pada awal

pemerintahan raja-raja Plantagenet. Jadi parlement adalah lembaga tempat wakil

rakyat "berbicara" untuk memperjuangkan nasib dan suara rakyat. Di Indonesia

parlemen (DPR) justru bisa bekerja sama membuat undang-undang dengan

pemerintah (eksekutif), bahkan pada zaman orde baru di bawah Presiden

Soeharto, parlemen atau DPR justru lebih banyak diam ketimbang 'berbicara'.39

(c) Perubahanan yang menyangkut konsep ilmiah

Kata humor dulunya pernahdipakai untuk istilah ilmiah, sekarang menjadi

kata yang mengandung gagasan umum saja. Di samping itu banyak yang namanya

tetap, tetapi isinya berubah. Kata listrik, aslinya adalah kata latin clectrun 'ember',

geometri suatu saat pernah bermakna 'seni mengukur tanah'. Seperti kata atom

sebagai istilah sudah tidak memandai lagi sebab kata semula dipakai untuk

mengacu benda yang 'tak bisa dibagi lagi'. Sekarang benda yang demikian itu

disebut nuklir dalam buku „pengantar semantik‟ yang ditulis Ullmann.40

3. Sebab-sebab Sosial

Sebuah kata yang semula dipakai dalam arti umum kemudian dipakai dalam

bidang yang khusus, misalnya dipakai sebagai istilah perdagangan atau kelompok

terbatas yang lain, kata itu cenderung untuk memperoleh makna terbatas.

Sebaliknya, kata-kata yang dipinjam dari bahasa kelompok lalu menjadi

pemakaian umum akan memperoleh perluasan makna. Oleh karena itu, ada dua

cenderungan berdasarkan kondisi yang berkembang ke arah yang bertentangan:

38

Ibid., hlm. 253. 39

Ibid., hlm. 251. 40

Ibid.,hlm. 254.

Page 33: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

23

mengkhusus (spesialisai) dan mengumum (generalisasi), atau menyempit dan

meluas.

Mengkhususnya makna (spesialis) dalam kelompok sosial yang terbatas

adalah suatu proses yang biasa, dan itu merupakan sumber munculnya polisemi.

Kata kitab berarti 'buku', tapi dikalangan penganut agama, kitab mengacu pada

'kitab suci'.

Proses mengumum (generalisasi). Sudah diketahui misalnya, kata humor

yang sekarang umum berarti 'lelucon atau bersifat lucu' dulunya berasal dari

bidang khusus, yaitu dari konsep fisiologi tubuh manusia. Kata sebuah dulu hanya

untuk buah-buah tertentu, sekarang kata itu bisa mengacu kepada kelapa (dulu

sebutir), pisau (dulu sebilah), rumah dan sebagainya.41

4. Faktor Psikologis

Perubahan sering berakar pada keadaan jiwa penutur atau pada unsur yang

agak permanen pada mentalnya. Beberapa faktor psikologis yang terlibat hanya

pada tingkat permukaan saja atau bahkan tidak begitu penting. Kesan sekilas pada

penglihatan seseorang terhadap dua objek bisa masuk ke pikirannya dan

menghasilkan suatu citra yang karena kesesuaiannya atau mutu ekspresinya,

berjalan dari gaya perorangan menjadi pemakaian yang umum. Gagasan bahwa

sesuatu itu ada hubungan samar-samar dengan kuda-dalam bentuk, sifat, ciri,

situasi-bisa menimbulkan metafora atau idiom: ikan kuda, njengir kuda, nafsu

kuda, ekor kuda, bibir kuda, tenaga kuda. Metafora semacam semacam ini bisa

menyebabkan perubahan yang diikat menjadi satu dan diarahkan ke belakang

kepala. Perubahan makna yang secara psikologis lebih menarik adalah yang

bersumber pada unsur atau kecenderungan yang berakar-dalam pada jiwa penutur.

Dalam studi makna ada dua sebab semacam itu yang ditekankan yaitu faktor

emotif dan tabu dalam buku „pengantar semantik‟ yang ditulis Ullmann.42

41

Ibid., hlm. 255. 42

Ibid., hlm. 256.

Page 34: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

24

(a) Faktor Emotif

Menurut Sperber, jika secara intens berminat dalam sesuatu hal, cenderung

sering kali membicarakannya; bahkan akan mengacu kepada hal itu ketika

berbicara tentang hal yang sama sekali berbeda. Hal-hal itulah yang selalu hadir

dalam benak dan karena itu akan menimbulkan perbandingan dan metafora bagi

pemerian pengalaman yang lain. Menurut istiah Sperber kedua hal tadi akan

menjadi “pusat-pusat perluasan”. Pada saat itu juga, suasana ini juga akan

membentuk “pusat-pusat atraksi”: akan memperoleh atau memasukan anlogi-

analogi dari bidang-bidang yang lain supaya dapat memerikan makna dengan

sangat tepat, segar dan bervariasi. Jadi akan ada dua gerakan metafora, dari dan ke

arah pusat-pusat itu. Di Indonesia masa perang dan masa gerilya menumbuhkan

hal-hal seperti: wanita gemuk disebut bomber (bomber ialah pesawat pembom),

ada pasukan belalang menyerang sawah, ada gerilya politik PKI, bicaranya seperti

mitraliur, dan mengebom bisa berarti „menganut‟. Sebaliknya, di Jawa, pistol

sering disebut munthu atau uleg-uleg (alat penumbuk bumbu/sambal, pasangan

cobek).43

5. Pengaruh Asing sebagai Penyebab Perubahan Makna

Banyak perubahan makna disebabkan oleh pengaruh suatu model asing.

Contoh-contoh mengenai hal ini sudah banyak dijumpai dalam pembicaraan

tentang polisemi. Dalam bahasa Indonesia pengertian “asing” itu haruslah

mencakup bahasa daerah dan dialek-dialek. Makna kata bintang pada bentukan

seperti bintang film, bintang panggung, bintang lapangan, bintang pelajar, jelas

merupakan pengaruh model asing yang menambah makna lama kata bintang

dalam buku Pengantar Semantik karangan Ullmann.44

43

Ibid., 44

Ibid., hlm. 262.

Page 35: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

25

6. Kebutuhan akan Makna Baru

Kebutuhan akan nama baru adalah penyebab sangat penting bagi

perubahan makna. Suatu contoh menarik adalah penggunaan kata tank untuk

menujukkan kendaraan berlapis baja yang ditemukan pada perang dunia I. Kata

yang semula berarti „wadah (besar) untuk mewadahi benda cair atau gas‟ (dalam

bahasa Indonesia dipakai kata tangki itu diberi makna baru yang ditambahkan

agak sewenang-wenang untuk meyakinkan kerahasiaan waktu benda itu dibuat.45

b. Hakikat Perubahan Makna

(a) Kesamaan Antarmakna (Metafora)

Metafora sangat bertali-temali dengan jaringan tutur manusia sebagai

faktor utama motivasi, sebagai perabot ekspresi, sebagai sumber sinonim dan

polisemi, sebagai saluran emosi yang kuat, sebagai alat untuk mengisi senjang

dalam kosa kata, dan dalam beberapa peran yang lain. Oleh karena itu, ada

baiknya di sini diberi sedikit uraian tentang latar belakang psikologi tentang

metafora dan melukisk beberapa bentuk khas yang ada pada bahasa.Struktur dasar

metafora itu sangat sederhana. Di sana selalu ada dua hal: sesuatu yang sedang

kita bicarakan (yang dibandingkan) dan sesuatu yang kita pakai sebagai

perbandingan.46

1. Metafora Antropomorfis

Giambattista Vico, dalam tulisannya berjudul Scienza Mova, yang dikutip

oleh Gombocz , ia mengemukakan, dalam semua bahasa sebagian besar ekspresi

yang mengacu kepada benda-benda tak bernyawa dibandingkan dengan cara

pengalihan (transfer) dari tubuh dan anggota badan manusia, dari indera dan

perasaan manusia. Pada bab tentang polisemi dapat dilihat sejumlah kecil

metafora yang membandingkan benda-benda tak bernyawa dengan mata manusia.

Misalnya, punggung bukit, mulut sungai, jantung kota, dan masih banyak lagi

45

Ibid., 46

Ibid., hlm. 264.

Page 36: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

26

ekspresi yang menggunakan kaki dan tangan. Sebenarnya ada juga banyak

ternsfer yang menjadi kebalikan dari yang di atas itu, yaitu bagian dari tubuh

dinamakan dengan binatang atau benda tak bernayawa. Misalnya dalam bahasa

Indonesia bola mata, gendang telinga, buah dada, tali pusar.47

2. Metafora binatang

Sumber utama imajinasi atau metafora yang lain adalah dunia binatang.

Metafora jenis ini bergerak dalam dua arah utama. Sebagian diterapkan untuk

binatang atau benda tak bernyawa. Banyak tumbuhan menggunakan nama

binatang, sering juga kocak atau lucu, misalnya, lidah buaya, kumis kucing, jambu

monyet, kuping gajah, cocor bebek. Banyak juga benda-benda tak bernyawa

menggunakan nama binatang. Misalnya di Indonesia seperti, telur mata sapi,

fondasi cakar ayam, rambut ekor kuda, dan si jago merahdalam buku Pengantar

Semantik karangan Ullmann.48

3. Dari konkret ke abstrak

Salah satu kecenderungan dasar dalam metafora adalah menjabarkan

pengalaman-pengalaman abstrak ke dalam hal yang konkret. Dalam bahasa

Indonesia dari kata sinar, cahaya, atau lampu (termasuk suluh, pelita) yang

konkret ditemukan banyak ungkapan metaforis yang abstrak. Misalnya, sorot

mata, sinar mata, sinar wajah, hidupnya sedang bersinar, ajarannya menyinar

dunia, otak cemerlang, menyoroti perilaku pemimpin, dunia gemerlap, harta yang

menyilaukan, kejayaannya mulai meredup, penyuluh pertanian, senyumnya

berseri.

4. Metafora “sinaestetik”

Suatu jenis metafora yang sangat umum didasarkan kepada transfer dari

satu indra ke indra yang lain: dari bunyi (dengan indra dengar) ke penglihatan,

dari sentuhan ke bunyi, dan sebagainya. Jika berbicara tentang suara yang hangat

47

Ibid.,hlm. 267. 48

Ibid.,

Page 37: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

27

atau dingin maka akan sadar adanya sejenis kesamaan antara temperatur yang

hangat atau dingin dan kualitas suara-suara tertentu. Begitu juga pula kalau

berbicara tentang warna yang keras, bau yang manis, pandangan yang tajam,

bicaranya manis.49

c. Medan Asosiatif

Medan asosiatif sebuah kata itu dibentuk oleh jaringan asosiasi yang ruwet,

sebagian berdasarkan kesamaan, sebagian lain berdasarkan hubungan atau

kedekatan, sebagian lagi muncul di antara makna-makna, yang lain di antara

nama-nama, yang lain lagi di antara nama dan makna. Medan itu sendiri

sebenarnya terbuka, dan beberapa dari asosiasi itu terkait secara subjektif

walaupun asosiasi-asosiasi yang lebih sentral sebagian besar akan sama saja bagi

sebagian besar penutur. Upaya-upaya telah dilakukan untuk mengidentifikasi

beberapa dari asosiasi sentral ini dengan percobaan-percobaan psikologis, tetapi

sebenarnya dapat dilakukan dengan semata-mata memakai metode-metode

linguistik. Ada juga yang mengumpulkan sinonim-sinonim yang paling mencolok,

antonim-antonim, homonim-homonim dari sebuah kata, ataupun kata-kata yang

bunyi atau maknanya serupa, dan kata-kata yang termasuk dalam satu kombinasi

yang sudah terbiasa demikian yang menurut istilah Prof. Sperber termasuk ke

dalam bahasa kias: metafora, simile, peribahasa, idiom dan sebagainya.50

1. Metafora menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemakaian

kata atau kelompok kata bukan dengan arti sebenrnya (2008: 908).

2. Simile menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah majas pertautan

yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi

dianggap mengandung segi yang serupa, dinyatakan secara eksplisit

dengan kata seperti, bagai, laksana, dn lain-lain (2008: 1308).

3. Peribahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kelompok

kata atau kalimat yang tetap susunannya biasanya mengiaskan maksud

49

Ibid.,hlm. 269. 50

Ibid.,hlm. 294.

Page 38: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

28

tertentu (dalam peribahasa termasuk juga ungkapan, perumpamaan)

(2008:1055).

4. Idiom menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah konstruksi yang

maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya. Misalnya,

kambing hitam dsb (2008: 517).

I. Media Massa/ Surat kabar

a. Pengertian Media Massa

Media massa merupakan organisasi yang rumit. Pesan-pesan yang sampai

kepada khalayak adalah hasil kerja kolektif. Oleh karena itu, berhasil-tidaknya

komunikasi massa ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat di dalam

organisasi media massa.51 Media massa sebagai institusi senantiasa terkait dengan

isntitusi-institusi lain yang ada dalam masyarakat.52Media komunikasi dapat

berupa media cetak, radio, televisi, dan internet. Media massa adalah cara yang

paling banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi tentang dunia di

sekitarnya.53Media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa itu adalah

surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film. Jadi, media massa modern

merupakan produk teknologi modern yang selalu berkembang menuju

kesempurnaan. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan

lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya

melembaga atau dalam bahasa asing disebut institutionalized comunicator atau

organized comunicator.54

51

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1992), 53. 52

Pawito, Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan, (Yogyakarta:

Jalasutra,2009), hlm.92. 53

Setyawan Pujiono, Terampil Menulis Cara Mudah dan Praktis dalam Menulis,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm.94. 54

Onong uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2000), hlm.20.

Page 39: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

29

b. Media Cetak

Media cetak diterbitkan untuk dibaca orang lain. Menulis berita untuk media

cetak berarti menulis bagi orang lain, yaitu pembaca.55

Sekurang-kurangnya ada

tiga jenis media cetak: surat kabar, majalah, dan buku.56

Media cetak menampilkan

berita-berita teraktual setiap hari dan didukung oleh fakta dan data akurat yang

ditulis oleh para wartawan. Surat kabar harian bermunculan di setiap daerah

hampir seluruh wilayah Indonesia.57

Dalam media cetak, ada tiga jenis tulisan

jurnalistik, yaitu: 1) Tulisan fakta, yang dibuat wartawan, reporter dan

koresponden. 2) Tulisan opini, yang dibuat oleh penulis atau kolumnis. 3)Tulisan

fiksi, yang dibuat oleh pengarang (penyair, cerpenis, dan novelis).58

c. Surat Kabar

Surat kabar atau bisa disebut juga koran merupakan salah satu kekuatan

sosial dan ekonomi yang cukup penting dalam masyarakat.59

Sebelum membaca

surat kabar, sebaiknya kita harus mengetahui dulu isi surat kabar tersebut. secara

umum, isi utama surat kabar dapat dibagi atas jenis-jenis pokok berikut: (a) berita,

(b) opini, (c) iklan, (d) pemberitahuan, dan (e) fiksi. Berita yang terdapat di surat

kabar tersebut perlu kita baca. Apalagi setiap hari terdapat berita baru yang faktual

dan terkini. Perlu diingat bahwa dengan membca berita yang ada di media cetak

wawasan dan pengalaman kita pun akan semakin bertambah. Opini yang

merupakan pandangan surat kabar biasanya disajikan dalam bentuk tajuk rencana,

komentar, pojok, dan karikatur, sedangkan opini yang merupakan pandangan

55

Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menuls Berita untuk Media Massa, (Yogyakarta:

Kanisius, 1998), hlm.21. 56

AsepSaeful Muhatdi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, (Pamulang Timur: PT

Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 88. 57

Muhammad Rohmadi, Jurnalistik Media Cetak: Kiat Sukses Menjadi Penulis dan

Wartawan Profesional, (Surakarta: Cakrawala Media, 2011), hlm.18. 58

Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, (Yogyakarta: ANDI, 2005), hlm.

90. 59

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, (Pamulang Timur: PT

Logos Wacana Ilmu, 1999), 88.

Page 40: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

30

penulis tertentu disajikan dalam bentuk karangan khusus, surat pembaca, atau

kolom.

Dapat dikatakan bahwa berbeda dengan berita, opini adalah hasil

pengolahan (analisis) pikiran dari surat kabar atau penulis bersangkutan. Iklan

adalah informmasi yang bersifat komersial. Iklan ini dapat kita baca di berbagai

media cetak dan elektronik. Sebenarnya, dengan membaca iklan di surat kabar,

kita dapat mencari berbagai produk yang diinginkan sebelum membelinya.

Sebuah surat kabar juga dapat membaca karya sastra berupa fiksi. Fiksi dalam

surat kabar biasanya ialah cerpen, novel, atau cerita komik, yang umumnya

disajikan secara bersambung. 60

J. Ragam Bahasa Jurnalistik

Jus Badudu dalam Sarwoko mengemukakan, bahasa jurnalistik itu harus

sederhaan, mudah dipahami, teratur, dan efektif. Bahasa yang sederhana dan

mudah dipahami berarti menggunakan kata dan struktur kalimat yang mudah

dimengerti pemakai bahasa umum. Bahasanya teratur berarti setiap kata dalam

kalimat sudah ditempatkan sesuai dengan kaidah. Efektif, bahasa pers haruslah

tidak bertele-tele, tetapi tidak juga terlalu berhemat sehingga maknanya menjadi

kabur. Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau media

massa untuk menyampaikan informasi. Bahasa dengan ciri-ciri khas yang

memudahkan penyampaian berita dan komunikatif.61Bahasa jurnalistik merupakan

salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan pers (wartawan

Indonesia) di dalam penulisan berita di media massa. Bahasa jurnalistik kerap

disebut bahasa pers, dengan menggunakan bahasa berita yang ringkas dan jelas,

wartawan menyajikan informasi yang menarik bagi pembaca

Bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang

membacanya karena tidak semua orang mempunyai cukup waktu untuk

memahami isi tulisan yang ditulis oleh wartawan. Jadi, bahasa jurnalistik bahkan

60

Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.60-62. 61

Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, (Yogyakarta: CV Andi Offset,

2007), hlm. 2.

Page 41: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

31

harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah. Bahasa

jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai

penyambung lidah masyarakat dan bahasa komunikasi pengantar pemberitaan

yang biasa digunakan media cetak dan elektronik.62

Bahasa surat kabar adalah bahasa tulisan yang dibaca oleh pembaca yang

sangat bermacam-ragam, dengan latar belakang lapisan masyarakat yang

berlainan, suku bangsa yang berbeda-beda, jenis kelamin pria dan wanita, dan

lingkungan geografis yang sangat luas berpencar.63 Bahasa yang digunakan dalam

surat kabar atau koran itu hendaklah bahasa yang baik, yang teratur, atau yang

sekurang-kurangnya bahasa yang tidak terlalu rusak. Bahasa koran yang rusak

dapat mempengaruhi bahasa si pembaca yang kurang menguasai bahasa karena

ada kemungkinan dia meniru bahasa yang salah itu.64Bahasa dalam media cetak

ibarat roh atau nyawa. Tanpa bahasa, media cetak tidak akan bermakna apa-apa.

Menulis berita, banyak faktor yang dapat memengaruhi karakteristik bahasa

jurnalistik, yaitu dalam penentuan angle (arah) tulisan, pembagian tulisan, dan

sumber (bahan tulisan). Sesuai kaidahnya, bahasa jurnalistik tidak menyimpang

dari kaidah bahasa Indonesia baku (dalam penggunaan kosakata, struktur dan

sintaksis). Namun karena keterbatasan media massa cetak, bahasa jurnalistik

memiliki sifat yang khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan

menarik.65Bahasa yang digunakan dalam media cetak adalah bahasa jurnalistik.

Bahasa ini biasanya memperhatikan beberapa kaidah bahasa Indonesia yang baik

dan benar. Namun, masih ada media cetak yang mengabaikan kaidah bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Padahal, media cetak berkepentingan untuk

62

Abdul Chaer, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm.3. 63

Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan pendidikan, (Bandung: C.V.

Diponegoro, 1984), hlm. 145. 64

J.S. Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993),

hlm.30. 65

Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, (Yogyakarta: ANDI, 2005),

hlm. 90.

Page 42: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

32

membina dan mengembangkan bahasa Indonesia yang baik dan benar di

masyarakat.66

K. Rubrik Politik

Rubrikasi dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian-sajian

tertentu, yang khas, di mana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang

berbeda.67 Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan

aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang

terdapat dalam masyarakat. Kolom lebih banyak mencerminkan cap pribadi

penulis. Sifatnya memadat memakna. Bandingkan dengan sifat artikel yang lebih

banyak memapar melebar. Biasanya dalam tulisan kolom terdapat foto penulis.

Sangat dianjurkan, tulisan kolom disertai foto penulis.68Kolom (article column)

biasanya ditulis dengan gaya yang sangat ringan atau enteng dan diselingi humor-

humor segar, walaupun masalahnya sangat serius (politik, ekonomi, sosial,

budaya, hukum, keamanan, pendidikan, bencana, kecelakaan, kriminalitas, gaya

hidup, dan sebagainya).69 Samsul dalam Kuncoro memaparkan, kolom sering

dijumpai di koran, majalah, dan media massa lainnya seperti blog dan internet.

Kolom adalah sebuah rubrik khusus di media massa cetak yang berisian karangan

atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu

masalah. Hakim juga mengemukakan, panjanganya sebuah kolom mungkin hanya

separuh artikel opini esai yang dimuat di surat kabar atau majalah.70

Secara garis besar, politik berkenaan dengan gejala kekuasaan, kewenangan

pengaturan, kekuatan, dan ketertiban. politik atau hal-hal yang berkaitan dengan

66

Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra Dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2008), hlm. 63-64. 67

R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 88. 68

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis

Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), hlm. 14. 69

Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga,

2010), hlm 148. 70

Mudrajad Kuncoro,Mahir Menulis Kiat Jitu Manulis Artikel, Opini, Kolom, dan Resensi

Buku, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 33.

Page 43: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

33

politik berkaitan dengan tiga hal utama: kekuasaan (power), kewenangan

(authority), dan ketaatan/ketertiban (order).71Kehidupan sehari-hari pasti ada

istilah „‟politik‟‟ sudah tidak begitu asing karena segalanya sesuatu yang

dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau kekuasaan sering kali

diatasnamakan dengan politik. Pengangkatan atau pencopotan seorang pejabat

kepala kantor misalnya kadang dilakukan atas pertimbangan politik. Konflik yang

terjadi dengan memicu pertarungan antara etnis atau agama, juga disebutkan

karena politik. Gencarnya pemberitaan tentang teroris dalam media massa juga

dinilai memiliki muatan politik.72Kehidupan politik dan kenegaraan secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan rakyat, karena itu setiap

orang akan tertarik dengan berita-berita politik. Politik di sini adalah dalam arti

yang luas, yakni sebagai ilmu pemerintahan negara, jadi tidak hanya terbatas

kepada pengertian partai dan kegiatannya.73

L. Pembelajaran Aspek Semantik di SMP

Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang wajib

dipelajari di sekolah manapun di seluruh Indonesia, dari tingkat SD, SMP, dan

SMA mempelajari pelajaran bahasa Indonesia. Materi yang terdapat dalam

pelajaran bahasa Indonesia salah satunya mengenai semantik. Seperti

pembelajaran semantik yang terdapat di bawah ini, salah satu materi bahasa

Indonesia di SMP:

Menggunakan Kata yang Bersinonim, Berantonim, dan Berpolisemi

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau

hampir sama. Kata yang bersinonim bisa saling menggantikan.

71

Abu Bakar Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2010), hlm.

38. 72

Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2009), hlm. 25. 73

Dja‟far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hlm.40.

Page 44: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

34

Contoh:

a. Wajah gadis itu sangat cantik.

b. Wajah gadis itu sangat jelita.

Kata cantik pada contoh (1) mempunyai arti yang sama atau bersinonim

dengan kata jelita pada contoh (2).

Antonim adalah dua kata atau lebih yang berlawanan dari segi arti atau

makna.

Contoh:

a. kaya x miskin

b. pintar x bodoh

Makna kaya bertentangan dengan miskin. Begitupun makna bodoh

bertentangan dengan makna pintar.

Polisemi adalah gejala keragaman makna yang dimiliki oleh sebuah kata.

Contoh:

a. Budi jatuh cinta pada gadis itu.

b. Perusahaan itu telah jatuh bangun.74

M. Penelitian Relevan

Bahwa penulis menyajikan beberapa hasil penelitian yang berkenaan

dengan judul, penelitian penulis di antaranya:

Samsuri, 2013 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Polisemi dalam Bahasa Jawa Ngoko Kajian Semantik. Dalam bahasa Jawa Ngoko

terdapat dua bentuk polisemi yaitu, polisemi berbentuk kata dasar dan polisemi

berbentuk kata kompleks atau turunan. Kategori kata polisemi yaitu: kategori

verba, polisemi nomina, polisemi kategori adjektiva, polisemi kategori adverbia.

74

Pipin Alpian, dkk, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP dan MTs. Kelas I (Bandung:

PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2004), hlm. 30-31.

Page 45: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

35

Kata atau frase dalam bahasa Jawa Ngoko mengalami perubahan makna menjadi

polisemi didasarkan atas dua perubahan, yaitu: perubahan berupa perluasan

makna dan perubahan berupa pembelahan makna. Penyebab perubahan makna

polisemi yang ditemukan dalam bahasa Jawa Ngoko, penyebab atau faktor

terjadinya polisemi yaitu perubahan makna, pemakaian khas pada suatu

lingkungan masyarakat, pemakaian kiasan (konotasi), dan pemberdayaan bahasa.

Penjelasan pada skripsi sebelumnya yaitu mengenai polisemi dalam bahasa

Jawa Ngoko, bahasa Jawa Ngoko tersebut mengalami perubahan makna. Yaitu,

perubahan perluasan makna dan perubahan pembelahan makna. Perbedaannya

adalah objek penelitiannya, jika tulisan ini menggunakan objek surat kabar,

sedangkan pada skripsi Samsuri, objek yang digunakan adalah bahasa Jawa

Ngoko, jika penelitian ini menganalisis kata atau konten yang terdapat pada surat

kabar, sedangkan skripsi Samsuri, dalam penelitiannya didapatkan dari

lingkungan masyarakat sekitar.75

Cyindhi Maya Agustin, Analisis Verba Tsukeru Sebagai Polisemi dalam

Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Bahwa

terdapat tujuh buah tsukeru, yaitu membuat keadaan dua benda menjadi tidak

terpisahkan, menyertakan suatu benda dengan benda lain, mengfungsikan

perasaan dan kekuatan, sesuai dengan yang lain, dipakai di tubuh, dan

menempatkan pada suatu posisi atau tempat. Selain itu, tidak ditemukan tiga buah

makna verba tsukeru, yaitu melekatkan pada kata kerja lain yang menyatakan

kebiasaan melakukan atau terbiasa, menempel pada verba yang menunjukkan

perasaan keras atau nada yang kuat, dan menyampatkan bentuk utama dari yang

bermakna mengenal, menurut, dan memberi alasan. Perluasan makna yang terjadi

pada verba tsukeru karena adanya pengaruh dari majas metafora dan metonimi.76

Jika Agustin mencari data melalui internet, lain halnya dengan tulisan ini,

tulisan ini menggunakan atau mencari data melalui surat kabar, kemudian hal

75

Samsuri, Polisemi dalam Bahasa Jawa Ngoko Kajian Semantik (Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan,2013). 76

Cyindhi Maya Agustin, Analisis Verba Tsukeru Sebagai Polisemi dalam Bahasa Jepang,

Fakultas Bahasa dan Seni, (Universitas Negeri Semarang,2013).

Page 46: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

36

yang ditelitipun berbeda, Agustin mendeskripsikan bahwa ada tujuh verba

tsukeru, namun hasil penelitiannya ada tiga buah verba tsukeru yang ditemukan

dalama penelitiannya tersebut. Jika dalam penulisan di sini menganalisis dari

rubrik yang di dalamnya terdapat beberapa paragraf dan terdapat makna polisemi

di dalamnya kemudian dikategorikan dalam kategori polisemi, di antaranya, kata

benda, adjektiva, dan verba. Agustin sendiri hanya meneliti dalam tataran verba

tsukeru saja.

Ismiyati Nur „Azizah, Polisemi Kata Wali dalam Alquran: Studi Kasus

Terjemahan Hamka dan Quraish Shihab, Universitas Syarif Hidayatullah Jakrta.

Pada kata Wali dan Auliya yang ada di dalam Al-quran dengan

membandingkannya antara terjemahan Hamka dan Quraish Shihab. Dalam

penelitian ini digunakan bertalian dengan teori-teori umum semantik, sampai pada

teori yang menyatakan bahwa polisemi sebagai fenomena semantik. Kata Wali

dan Auliya tersebut dianalisis dalam bentuk konteks untuk mengetahui bagaimana

terjemahannya dalam konteks kalimat dan kemudian dianalisis dengan

membandingkan antara terjemahan Hamka dan Quraish Shihab. Terlihat ada

beberapa kata di dalam Al- Quran jika aplikasikan pada suatu konteks yang sama

(ayat Quran) kemudian diterjemahkan dengan dua versi terjemahan yang berbeda

maka akan ada yang mengalami perbedaan makna, maka di sinilah terjadinya

polisemi.77

Penelitian ini berbeda dengan ketiga penelitian di atas, perbedaan tersebut

mencakup aspek kajiannya, yaitu penelitian ini mengkaji polisemi yang terdapat

dalam koran Media Indonesia edisi Maret 2015. Selain itu, penelitian ini juga

berusaha untuk mencari implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

SMP.

77

Ismiyati Nur „Azizah, Polisemi Kata Wali dalam Alquran: Studi Kasus Terjemahan

Hamka dan Quraish Shihab,(Universitas Syarif Hidayatullah Jakrta,2011).

Page 47: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodelogi merupakan hal yang paling penting dalam melakukan sebuah

penelitian. Proses dalam mendapatkan data dan mengolahnya dengan teknik yang

tepat adalah salah satu melalui metodelogi penelitian.

Skema konseptual (1)

Sumber Mahsun dan Meleong yang telah dimodifikasi peneliti

A. Rancangan Penelitian

Berdasarkan skema konseptual di atas, rancangan penelitian tersebut

berpijak pada tiga aspek, yaitu ancangan penelitian, metode penelitian, dan teknik

penelitian. Ancangan penelitian yang digunakan adalah ancangan semantik, hal

tersebut dikarenakan teori polisemi merupakan salah satu materi yang dibahas

dalam ruang lingkup semantiktik. Metode penelitian yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif dan menggunakan beberapa teknik dalam penelitian.

Metodelogi Penelitian

Ancangan Semantik

Metode Kualitatif

Teknik Teknik Simak Teknis Simak Bebas Libat

Cakap

Page 48: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

38

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang

dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan

simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan

keadaan. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat

fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-

kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu.1

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif

dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh

melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnnya. Pendekatan kualitatif ada

pendekatan yang penting untuk memahami suatu fenomena sosial dan perspektif

individu yang diteliti. Tujuan pokoknya adalah menggambarkan, mempelajari,

dan menjelaskan fenomena dengan cara mendeskripsikan dan

mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi.2

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena data penelitian

yang diperoleh kemudian dideskripsikan dalam bentuk uraian dari hasil temuan.

Skripsi ini juga menggunakan metode simak dalam penyediaan datanya.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kata yang yang bermakna

polisemi dalam surat kabar Media Indonesia rubrik politik edisi Maret 2015.

Makna polisemi yang menjadi acuan dalam menganalisis adalah kategori kelas

kata, jenis makna polisemi, wujud perubahan makna, dan faktor penyebab

munculnya polisemi.

1Syamsuddin AR ,dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 14. 2Ibid.,hlm.73-74.

Page 49: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

39

D. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah 30 surat kabar Media Indonesia dalam

rubrik politik edisi Maret 2015.

E. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, data dibedakan atas dua, yaitu data primer,

sumber penelitian ini ialah 30 surat kabar Media Indonesia dalam rubrik politik

edisi Maret 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

simak, sedangkan untuk teknik yang digunakan adalah teknik simak bebas cakap,

dan teknik catat. yaitu peneliti mencari secara langsung data primer berupa surat

kabar Media Indonesia rubrik politik edisi Maret 2015, selanjutnya penggunaan

teknik simak bebas cakap dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan data

primer kemudian peneliti membaca surat kabar yang telah didapatkan, dan

selanjutnya menerapkan teknik catat dengan mencatat kata yang bermakna

polisemi yang terdapat pada surat kabar Media Indonesia dalam rubrik politik

edisi Maret 2015, dan mengklasifikasikan sesuai dengan kategori yang telah

ditetapkan. Adapun penjabaran dari pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode Simak

Peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap

bahasa tulis yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia dalam rubrik politik

edisi Maret 2015. Dalam hal ini, peneliti melakukan proses menyimak, membaca

surat kabar Media Indonesia dalam rubrik politik edisi Maret 2015 yang telah

diperoleh.

a. Teknik Simak Bebas Cakap

Setelah mendapatkan dan mengumpulkan surat kabar Media Indonesia

dalam rubrik politik edisi Maret 2015, langkah selanjutnya yaitu menggunakan

teknik simak dan catat. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan

penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.

Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap

Page 50: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

40

disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya

penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Penyadapan penggunaan bahasa

secara tertulis, jika penulis berhadapan dengan penggunaan bahasa bukan dengan

orang yang sedang berbicara atau bercakap-cakap, tetapi berupa bahasa tulis,

misalnya naskah-naskah kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada massmedia dan

lain-lain.3

F. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan,

mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,

menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda, serta

menyisihkan pada kelompok data yang serupa, tetapi tak sama.4

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah

mengolah data tersebut dengan cara menganalisis sesuai dengan acuan teori yang

digunakan. Dalam analisis data yang dilakukan pada penelitian ini:

1. Mencari makna kata-kata yang mengandung polisemi berdasarkan

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat tahun 2008 danTesaurus

Bahasa Indonesia Pusat Bahasa tahun 2008.

2. Menganalisis bentuk-bentuk dan makna polisemi.

3. Mengkategorikan jenis kata yang mengandung polisemi.

4. Menentukan bentuk polisemi berdasarkan jenis kata yang dominan.

3Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (PT. Raja

Grafindo Persada: Jakarta), hlm. 92-93. 4Ibid.,hlm. 253.

Page 51: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

41

Tabel 1. Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Jumlah

Keterangan:

1. Verba

2. Ajektiva

3. Nomina

4. Pronomina

5. Numeralia

6. Adverbia

7. Interogativa

8. Demonstrativa

9. Artikula

10. Preposisi

11. Konjungsi

12. Kategori Fatis

13. Interjeksi

14. Pertindihan

Deskripsi/analisis:

Page 52: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

42

Tabel 2. Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

Jumlah

Page 53: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam analisis data, hal pertama yang dilakukan setelah menyusun data,

yaitu, melakukan identifikasi pada kata polisemi dengan menentukan bentuk

kelas kata, yaitu verba, ajektiva, nomina, pronomina, adverbia dan lain

sebagainya. Setelah diketahui kata yang mengandung polisemi yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, data-data tersebut kemudian

dianalisis. Hasil analisis disajikan dalam bentuk wacana deskripsi, untuk lebih

jelas mengenai hasil analisis dalam bentuk deskripsi dapat diuraikan satu persatu

di bawah ini:

A. Jenis Polisemi Berdasarkan Kelas Kata

Tabel 3.1 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Berjalan √

5 Berjalan √

7 Berjalan √

11 Berjalan √

17 Berjalan √

Jumlah 5 - - - - - - - - - - - - -

Keterangan:

1. Verba

2. Ajektiva

3. Nomina

4. Pronomina

Page 54: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

44

5. Numeralia

6. Adverbia

7. Interogativa

8. Demonstrativa

9. Artikula

10. Preposisi

11. Konjungsi

12. Kategori Fatis

13. Interjeksi

14. Pertindihan Kelas

Berikut deskripsi dari kata polisemi berjalanyang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

a. Polisemi Verba

Definisi operasional verba adalah sebuah kata dapat dikatakan

berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase.1 Berfungsi untuk

mengkategorikan kata yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia edisi Maret 2015, kata yang mengandung operasional verba

berfungsi dengan kata lain, seperti kata berjalan yang terdapat dalam

surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 , yaitu berjalan kaki dan

berjalan demokratis yang bermakna ‘berjalan kaki’, dan ‘menjalankan

rencana’.

Berikut deskripsi dari kata polisemi berjalan yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015:

1) Polisemi Verba Berjalan

Makna leksikal berjalan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) melangkahkan kaki bergerak

maju; 2) bergerak maju dari suatu titik; 3) menggelinding atau

1Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), hlm. 51.

Page 55: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

45

berputar; 4) berpergian.2 Kata polisemi berjalan yang terdapat pada

konteks dalam surat kabar Media Indonesia salah satunya adalah

sebagai berikut:

Data : Pada tanggal 1 Maret 2015, “Yang terpenting

ialah semua berjalan demokratis”.

Penjelasan : Kata berjalan yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia tanggal 1 Maret 2015, menurut

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa bermakna

‘berlaku, berlangsung, beroprasi, berproses’,3 yaitu

tidak bermakna leksikal, jika dilihat dari konteksnya

yang terpenting semua berlangsung secara

demokratis. Makna berjalan pada tanggal 1 Maret

2015 bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata

berjalan yang mengandung arti kiasan, yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan

makna leksikal kata berjalan, yang digunakan

dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata

berjalan yang bermakna ‘berlangsung’.

Data : Tanggal 5 Maret 2015, “Waktu terus berjalan,

sedangkan mereka masih menjalankan agenda-

agenda partai”.

Penjelasan : Kata berjalan ini mengandung makna yang

berhubungan dengan arti leksikal atau harfiah

melalui hubungan metaforis. Walaupun

mengandung makna leksikal, tetapi berjalan

2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 560. 3Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional 2008), hlm. 212.

Page 56: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

46

mengandung kiasan karena maknanya berbeda,

bukan waktu yang berjalan dengan menggunakan

kaki dan melangkah maju, tetapi seluruh rangkaian,

atau keadaan yang terus berproses (waktu). Makna

kata berjalan pada tanggal 5 Maret 2015 bermakna

asosiasi: metafora, yaitu kata berjalan yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata berjalan,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata berjalan yang bermakna ‘waktu terus

berjalan’, yang mengandung kiasan karena bukan

waktu yang berjalan menggunakan kaki seperti

halnya dengan makna leksikal.

Data : Tanggal 7 Maret 2015, “Komitmen pemberantasan

korupsi tetap berjalan biasa”.

Penjelasan : Kata berjalanyang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia tanggal 7 Maret 2015, menurut

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa bermakna

suatu bermakna ‘berlaku, berlangsung, beroprasi,

berproses’,4yaitu tidak bermakna leksikal dari kata

berjalan.Makna berjalan pada tanggal 7 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora. yaitu kata berjalan

yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat kabar Media Indonesia mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata berjalan,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata berjalan yang bermakna ‘berlaku’.

4Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,Tesaurus Bahasa Indonesia, 2008.

Page 57: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

47

Data : Tanggal 11 Maret 2015, “Jokowi menyempatkan

diri berjalan kaki ke pekarangan rumah Marzuki”,

Penjelasan :Kata berjalan yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia tanggal 11 Maret 2015 bermakna

‘leksikal’, yaitu Jokowi menggunakan kakinya

melangkahkan ke pekarangan rumah Marzuki.

Data : Tanggal 17 Maret 2015, “Terbuka pada masukan

yang diberikan pimpinan DPR agar pemberantasan

korupsi tetap berjalan efektif sesuai dengan

koridor”.

Penjelasan : Kata berjalanyang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia tanggal 17 Maret 2015, menurut

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

bermakna ‘berlaku’ berlangsung, beroprasi,

berproses’,5 yaitu tidak bermakna leksikal dari kata

berjalan, jika dilihat dari konteksnya bahwa jika

pimpinan DPR terbuka pada masukan yang

diberikan agar pemberantasan korupsi tetap

berlangsung efektif sesuai dengan koridornya.

Makna berjalan pada tanggal 17 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata berjalan

yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat kabar Media Indonesia mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata

berjalan, yang digunakan dalam arti yang bukan

sebenarnya, yaitu kata berjalan yang bermakna

‘berlangsung’.

5Ibid.,

Page 58: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

48

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata berjalan yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yaitu mengalami perubahan

makna, yaitu kata berjalan yang terdapat pada tanggal, 11 mengandung makna

‘leksikal’ atau harfiah dari kata berjalan itu sendiri,sedangkan pada tanggal 1, 5,

7, dan 17, tidak mengandung makna leksikal dari kata berjalan tersebut, seperti

halnya kata berjalan pada tanggal 5, yang mengandung makna metaforis yang

berhubungan dengan arti harfiahnya dan makna berjalanpada tanggal 11

mengandung arti harfiahnya atau leksikal, yaitu ‘kegiatan melangkahkan kaki dan

bergerak maju’. Kata berjalan yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

tergolong leksikal dan asosiasi: metaforis. yaitu kata berjalan yang mengandung

arti kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia mempunyai

hubungan atau kedekatan dengan makna leksikal kata berjalan, yang termasuk

dalam asosiasi metaforis yang terdapat pada tanggal 1, 5, 7, dan 17 Maret 2015,

sedangkan pada tanggal 11 kata berjalan mengandung makna leksikal, digunakan

dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata jalan.

Tabel 3.2 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

3 Melahirkan √

23 Melahirkan √

28 Melahirkan √

Jumlah 3 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi melahirkan yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015:

2) Polisemi Verba Melahirkan

Makna leksikal melahirkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat6

adalah 1) mengeluarkan anak (dari

6 Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 772.

Page 59: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

49

kandungan); 2) mengeluarkan (perasaan, pendapat, pikiran, dsb);

3) mengadakan; menjadikan; menimbulkan’. Kata polisemi

melahirkan yang terdapat pada konteks dalam surat kabar Media

Indonesia salah satunya adalah sebagai berikut:

Data : Tanggal 3 Maret 2015, “Arsul Sani berkeyakinan

partainya tidak akan mengulangi perpecahan sepeti

sebelumnya yang melahirkan partai Bintang

Reformasi”.

Penjelasan : Kata melahirkan yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia tanggal 3 Maret 2015 menurut

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa 7

bermakna ‘menetas-kan, menghasilkan’

berhubungan dengan cara konseptual dengan arti

harfiah melahirkan melalui hubungan metaforis,

yaitu kata melahirkan makna lekiskalnya adalah

mengeluarkan anak (dari kandungan), sedangkan

yang terdapat pada konteks, yaitu menghasilkan

partai Bintang Reformasi, jadi makna melahirkan

pada tanggal 3 Maret 2015 bermakna menghasilkan.

Makna melahirkan pada tanggal 3 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata melahirkan

yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat kabar Media Indonesia mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal yang juga

mengandung makna kiasan atau bukan makna yang

sebenarnya.

7Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional 2008), hlm. 272.

Page 60: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

50

Data : Tanggal 23 Maret 2015, “Putri tertua Bung Karno

itu belum berhasil melahirkan regenerasi untuk

tataran ketua umum partai”.

Penjelasan : Makna dari melahirkan pada konteks yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia tanggal

23 Maret 2015, menurut Tesaurus Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa, yaitu sama dengan yang

terdapat pada tanggal 3 Maret 2015, yaitu ‘menetas-

kan, menghasilkan‟,8 jika dilihat dari konteks putri

tertua Bung Karno belum berhasil menghadirkan

atau mencetuskan regenerasi untuk menjadi ketua

umum partai, bukan bermakna bahwa putri terrtua

Bung Karno belum dapat melahirkananak yang

dilahirkan dari kandungan, karena itu sangat

berbeda dengan makna leksikalnya jika dilihat dari

konteks yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia. Makna melahirkan pada tanggal 23

Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata

melahirkan yang mengandung arti kiasan, yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan

makna leksikal yang juga mengandung makna

kiasan atau bukan makna yang sebenarnya.

Data : Tanggal 28 Maret 2015, “Alasannya ialah ada ibu

hamil yang dalam waktu dekat akan melahirkan”.

Penjelasan : Kata melahirkan yang terdapat padas urat kabar

Media Indonesia edisi 28 Maret 2015 bermakna

‘leksikal’, yaitu melahirkan anak (dari kandungan),

8Ibid.,

Page 61: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

51

jika dilihat dari konteksnya bahwa ada seorang ibu

hamil yang dalam waktu dekat akan mengeluarkan

anak dari dalam kandungannya tersebut.

Simpulan dari data di atas adalah dari ketiga kata melahirkan yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia. Mengalami perubahan makna berdasarkan

konteksnya, seperti tanggal 28 Maret ada seorang ibu yang akan melahirkan atau

mengeluarkan anak dari kandungannya, dan konteks ini mempunyai makna

leksikal dari kata melahirkan, sedangkan pada tanggal 3 dan 23 Maret 2015,

maknanya berhubungan dengan makna harfiah dari kata melahirkan melalui

hubungan metaforis, untuk itu kata melahirkan yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia mengalami perubahan makna. Kata melahirkan tergolong makna

leksikal dan asosiasi: metaforis, yaitu kata melahirkan yang mengandung arti

kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia pada tanggal 3 dan 23

Maret 2015mempunyai hubungan atau kedekatan dengan makna leksikal yang

juga mengandung makna kiasan atau bukan makna yang sebenarnya.

Page 62: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

52

Tabel 3.3 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Lewat √

6 Lewat √

9 Lewat √

20 Lewat √

24 Lewat √

Jumlah 5 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi lewatyang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

3) Polisemi Verba Lewat

Makna leksikal lewat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat adalah 1) melalui; lalu di; menempuh; 2) lalu; lampau.9

Kata polisemi lewat yang terdapat pada konteks dalam surat kabar

Media Indonesia salah satunya adalah sebagai berikut:

Data : Tanggal 1 Maret 2015, “Yakni lewat mekanisme

voting dan aklamasi”.

Penjelasan : Makna lewat yang terdapat dalam surat

kabarMedia Indonesia tanggal 1 Maret 2015,

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,10

yaitu

bermakna ‘melalui‟, ini berarti kata lewat yang

terdapat pada konteks mengandung makna leksikal.

Data : Tanggal 6 Maret 2015, “Melakukan konsolidasi

partai lewat musda Kabupaten musda provinsi”.

9Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 823. 10

Ibid.,

Page 63: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

53

Penjelasan :Makna lewat yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi 6 Maret 2015,menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu bermakna

‘melalui‟, jika dilihat dari konteksnya; melalukan

konsolidasi partai melalui musda Kabupaten dan

Musda Provinsi, ini berati kata lewat pada tanggal 6

Maret memiliki makna leksikal.

Data : Tanggal 9 Maret 2015, “syarat bagi calon dari

partai politik lebih mudah ketimbang lewat jalur

independen”.

Penjelasan : Makna lewat yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi 9 Maret 2015,menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu

‘melalui‟, 11 kata lewatberarti memiliki makna

leksikal atau arti harfiah.

Data :Tanggal 20 Maret 2015, “Selama ini penerbangan

ke luar negeri cenderung lewat Singapura”.

Penjelasan : Kata lewat yang terdapat pada tanggal 20 Maret

2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

bermakna leksikal, yaitu ‘melalui‟.12

Data : Tanggal 24 Maret 2015, “Dukungan dari semua

DPD I dan II pun perlahan ia raup lewat sejumlah

safari politik”,

Penjelasan : makna lewat yang terdapat dalamsurat kabar

Media Indonesia edisi 24 Maret 2015, menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

11

Ibid., hlm. 823. 12

Ibid.,

Page 64: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

54

yaitu bermakna ‘melalui‟, ini berarti memiliki

makna leksikal atau arti harfiah.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata lewat yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 bermakna leksikal jika

dilihat dari konteksnya, yaitu bermakna ‘melalui‟.

Page 65: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

55

Tabel 3.4 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

5 Mendorong √

9 Mendorong √

Jumlah 2 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi mendorong yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015:

4) Polisemi Verba Mendorong

Makna leksikal mendorong menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat13

adalah 1) menolak dari bagian belakang

atau bagian depan; menyorong; 2) menganjur (ke depan); bergerak

dengan kuat ke arah depan. Kata polisemi mendorong yang terdapat

pada konteks dalam surat kabar Media Indonesia salah satunya adalah

sebagai berikut:

Data : Tanggal 5 Maret 2015, “Menolak penyalahgunaan

agama yang hanya dijadikan pembenaran untuk

mendorong diskriminasi dan kekerasan”.

Penjelasan : Makna mendorong yang terdapat pada tanggal 5

Maret 2015 Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa bermakna ‘mendesak‟,14

jika dilihat

konteksnya, penyalahgunaan agama ditolak, jika

agama hanya dijadikan untuk pembenaran dalam

mendesak diskriminasi dan kekerasan. Makna

13

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 341. 14

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional 2008), hlm. 131.

Page 66: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

56

mendorong pada tanggal 5 Maret 2015 bermakna

asosiasi: metafora, yaitu kata mendorong yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata mendorong,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata mendorong yang bermakna mendesak.

Data : Tanggal 9 Maret 2015, “Ia pun mendorong DPRD

atau pejabat daerah di Indonesia memberikan

usulan demi meningkatkan kinerja mereka”.

Penjelasan : Makna mendorong yang terdapat pada tanggal 9

Maret 2015 menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa bermakna ‘mendesak‟,15

jika dilihat

konteksnya, ada seseorang yang mendesak agar

DPRD atau pejabat daerah Indonesia memberikan

usulan demi meningkatkan kinerja mereka. Makna

mendorong pada tanggal 9 Maret 2015 bermakna

asosiasi: metafora, yaitu kata mendorong yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata mendorong,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata mendorong yang bermakna ‘mendesak’.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata mendorong yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, tidak terdapat

makna leksikal dari kata mendorong, yaitu kegiatan yang mengarah ke depan, jika

dilihat dari konteksnya kata mendorong dalam surat kabar Media Indonesia edisi

Maret 2015, tergolong makna asosiasi: metafora, yaitu kata mendorong yang

15

Ibid.,

Page 67: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

57

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan makna leksikal kata

mendorong,yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata

mendorong yang bermakna ‘mendesak’.

Page 68: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

58

Tabel 4.5 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

2 Berkembang √

17 Berkembang √

17 Berkembang √

29 Berkembang √

30 Berkembang √

Jumlah 5 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi berkembang yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015:

5) Polisemi Verba Berkembang

Makna leksikal berkembang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat Adalah 1) mekar terbuka atau

membentang (tentang barang yang berlipat atau kuncup); 2)

menjadi besar (luas, banyak, dsb); 3) menjadi bertambah

sempurna; 4) menjadi banyak (merata, mealuas, dsb),16

menjadi

besar (luas, banyak, dan sebagainya); memuai. Kata polisemi

berkembang yang terdapat pada konteks dalam surat kabar Media

Indonesia salah satunya adalah sebagai berikut:

Data : Tanggal 2 Maret 2015, “Jika ingin Indenesia

menjadi negara yang disegani dan berkembang

tanpa kehilangan jati dirinya”.

Penjelasan : Makna berkembang yang terdapat pada tanggal 2

Maret 2015, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 662.

Page 69: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

59

Pusat Bahasa, 17 yaitu bermakna ‘mekar,

mengembang dan meluas‟. 18 Makna berkembang

pada tanggal 2 Maret 2015 bermakna asosiasi:

metafora, yaitu kata berkembang yang mengandung

arti kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia mempunyai hubungan atau kedekatan

dengan makna leksikal kata berkembang, yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata berkembang yang bermakna ‘meluas’.

Data : Tanggal 17 Maret 2015, “Untuk itu sebelum

gerakan itu berkembang harus kita habiskan”.

Penjelasan : Makna berkembang yang terdapat pada tanggal 17

Maret 2015, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa yaitu ‘mekar’, mengembang dan

meluas‟19

yang terdapat pada konteks mengandung

makna metafora, karena yang tubuh itu biasanya

tentang pohon bukan tentang salah satu gerakan.

Makna berkembang pada tanggal 17 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata berkembang

yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat kabar Media Indonesia mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata

berkembang, yang digunakan dalam arti yang bukan

sebenarnya, yaitu kata berkembang yang bermakna

‘meluas’.

17

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional 2008), hlm. 242. 18

Ibid., 19

Ibid.,

Page 70: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

60

Data :Tanggal 17 Maret 2015, “Di wilayah mana pun IS

tidak boleh berkembang”.

Penjelasan : Makna berkembang yang terdapat pada tanggal 17

Maret 2015, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa, yaitu bermakna ‘mekar,

mengembang dan meluas‟,20 makna bertumbuh yang

terdapat pada konteks mengandung makna metafora

dari kata berkembang, yaitu IS tidak boleh

bertumbuh di Indonesia. Makna berkembang pada

tanggal 17 Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora,

yaitu kata berkembang yang mengandung arti

kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia mempunyai hubungan atau kedekatan

dengan makna leksikal kata berkembang yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata berkembang yang bermakna ‘meluas’.

Data : Tanggal 29 Maret 2015, “Ryamizard menegaskan

segala bentuk terorisme tidak boleh tumbuh dan

berkembang di Indonesia”.

Penjelasan : Makna berkembang yang terdapat pada tanggal 29

Maret 2015, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa, yaitu bermakna ‘mekar,

mengembang dan meluas‟, 21 makna meluasyang

terdapat pada konteks mengandung makna metafora

dari kata berkembang, yaitu bahwa Ryamizard

menegaskan segala bentuk terorisme tidak boleh

maju di Indonesia. Makna berkembang pada tanggal

29 Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora, yaitu

20

Ibid., 21

Ibid.,

Page 71: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

61

kata berkembang yang mengandung arti kiasan,

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan

makna leksikal kata berkembang, yang digunakan

dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata

berkembangyang bermakna ‘meluas’.

Data : Tanggal 30 Maret 2015, “Belakangan berkembang

pernyataan-pernyataan keraguan dari berbagai

pihak”.

Penjelasan : Makna berkembang yang terdapat pada tanggal 30

Maret 2015, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa, yaitu bermakna ‘mekar,

mengembang dan meluas‟.22

Makna berkembang

pada tanggal 30 Maret 2015 bermakna asosiasi:

metafora, yaitu kata berkembang yang mengandung

arti kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia mempunyai hubungan atau kedekatan

dengan makna leksikal kata berkembang, yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata berkembang yang bermakna ‘meluas’.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata berkembang yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, tidak terdapat

makna leksikal, dari kata berkembang mengandung metafora untuk itu, makna

kata berkembang tergolong asosiasi: metafora, yaitu kata berkembang yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan makna leksikal kata berkembang,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata berkembangyang

22

Ibid.,

Page 72: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

62

bermakna ‘meluas’ yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret

2015.

Tabel 4.6 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Maju √

9 Maju √

Jumlah 2 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi maju yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

6) Polisemi Verba Maju

Makna leksikal maju menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat adalah1) berjalan (bergerak) ke muka; tampil ke muka

2) mendesak ke depan (tentang pasukan) 3) menjadi lebih baik (laku,

pandai, dsb) 4) lulus (dalam ujian) 5) telah mencapai atau berada pada

tingkat peradaban yang tinggi 6) cerdas, berkembang pikirannya;

berpikir dengan baik.23

Kata polisemi maju yang terdapat pada konteks

dalam surat kabar Media Indonesia salah satunya adalah sebagai

berikut:

Data : Tanggal 1 Maret 2015, “Sutrisno Bachir, tokoh

yang satu ini sebelumnya disebut-sebut kecewa

dengan sikap Amin yang pada kongres III di Batam

tidak merestui dirinya maju lagi untuk bersaing

dengan Hatta”.

Penjelasan : Makna maju yang terdapat pada tanggal 1 Maret

2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

23

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 860.

Page 73: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

63

Edisi Keempat,24

yaitu bermakna ‘tampil‟, jika

dilihat dari konteksnya bahwa Amin tampil kembali

dirinya untuk bersaing dengan Hatta. Makna kata

maju yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia tanggal 1 Maret bermakna ‘leksikal’.

Data : Tanggal 9 Maret 2015, “Irman optimis masyarakat

bisa mengenal lebih jauh siapa bakal calon kepala

daerah yang akan maju”.

Penjelasan : Makna maju yang terdapat pada tanggal 9 Maret

2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat, 25 yaitu bermakna ‘tampil‟, jika

dilihat dari konteksnya, Irman optimis bahwa

masyarakat bisa lebih mengenal siapa yang tampil

calon kepala daerah. Makna kata maju yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia tanggal 9 Maret

bermakna ‘leksikal’.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata maju yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 bermakna ‘leksikal’.

24

Ibid., 25

Ibid.,

Page 74: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

64

Tabel 4.7 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

6 Mengikat √

18 Mengikat √

Jumlah 2 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi mengikat yang terdapat surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

7) Polisemi Verba Mengikat

Makna leksikal mengikat menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah mengebat; mengeratkan

(menyatukan dan sebagainya) dengan tali 2) menarik atau

menawan 3) wajib ditepati: perjanjian 4) mengarang (syair, sanjak)

5) menggabungkan: diri di perkumpulan.26

Kata polisemi mengikat

yang terdapat pada konteks dalam surat kabar Media Indonesia

salah satunya adalah sebagai berikut:

Data : Tanggal 6 Maret 2015, “Andi menjelaskan inpres

tersebut mengikat ke jajaran pemerintah dan

menjadi strategi nasional pemberantasan korupsi”.

Penjelasan : Makna mengikat yang terdapat pada tanggal 6

Maret 2015 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat27

bermakna leksikal, yaitu ‘menyatukan‟,

jika dilihat dari konteksnya menurut penjelasan

Andi bahwa jika inpres menyatukan ke jajaran

pemerintah dan menjadi strategi nasional

pemberantasan korupsi.

26

Ibid., hlm. 520.

Page 75: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

65

Data : Tanggal 18 Maret 2015, “Putusan PTUN tersebut

belum memiliki kekuatan hukum yang final dan

mengikat”.

Penjelasan :Makna mengikat pada tanggal 18 Maret 2015

mempunyai makna ‘menyatukan‟, jika dilihat dari

konteksnya Putusan PTUN tersebut belum memiliki

kekuatan hukum yang final dan kuat. Kata mengikat

pada tanggal 18 Maret 2015 bermakna ‘leksikal’.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata mengikat yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, bermakna ‘leksikal’.

Page 76: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

66

Tabel 3.8 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

7 Menjalani √

22 Menjalani √

Jumlah 2 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi menjalani yang terdapat surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

8) Polisemi Verba Menjalani

Makna leksikal menjalani menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) menempuh (jalan); 2)

melakukan atau mengalami (hukuman) 3) melalui (masa, waktu,

keadaan).28

Kata polisemi menjalani yang terdapat pada konteks

dalam surat kabar Media Indonesia salah satunya adalah sebagai

berikut:

Data : Tanggal 7 Maret 2015, “Pemerintah Australia

mengajukan protes kepada Indonesia atas

perlakuan terhadap dua warga „Negeri Kanguru‟

itu yang akan menjalani hukuman mati”.

Penjelasan : Makna menjalani yang terdapat pada tanggal 7

Maret 2015, bermakna ‘leksikal’, yaitu menempuh,

jika dilihat dari konteksnya bahwa pemerintah

Australia mengajukan protes kepada Indonesia

terkait warganya yang menempuh hukuman mati.

28

Ibid., hlm. 559

Page 77: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

67

Data : Tanggal 22 Maret 2015, “Denny hingga kini belum

juga menjalani pemeriksaan dengan tuntas oleh

penyidik”.

Penjelasan :Makna menjalani yang terdapat pada tanggal 22

Maret 2015 juga bermakna leksikal, yaitu

‘menempuh‟, jika dilihat dari konteksnya Denny

menjalani pemeriksaan dengan tuntas yang

dilakukan oleh penyidik.

Simpulan dari data polisemi di atas adalah penggunaan kata makna polisemi

dari kata menjalani dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015,

mempunyai makna leksikal.

Page 78: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

68

b. Polisemi Ajektiva

Definisi operasional ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh

kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi

nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai

ciri-ciri morfologis, seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam

alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil-

keadilan, halus – kehalusan, yakin – keyakinan (ciri terakhir ini berlaku bagi

sebagian besar ajektiva dasar dan bisa menandai verba intransitif, jadi ada

tumpang tindih di antaranya).29

Berfungsi untuk mengkategorikan kata yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, salah satunya kelas

kata ajektiva, kelas kata ajektiva paling sedikit jika dibandingkan dengan kategori

kelas kata verba dan nomina yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

edisi Maret 2015. Kata yang mengandung operasional ajektiva berfungsi dengan

kata lain, seperti kata salah satunya kata kepala matang, yaitu bermakna ‘mantap’.

Salah satu kata yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia tersebut

mempunyai makna ‘sesuatu yang menjadi bagian penting atau tertinggi’.

29

Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), hlm. 52

Page 79: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

69

Tabel 3.9 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

12 Matang √

13 Matang √

Jumlah - - 2 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi matang yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

9) Polisemi Ajektiva Matang

Makna leksikal matang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) sudah tua dan sudah sampai

waktunya untuk dipetik, dimakan, (tentang buah-buahan), 2) sudah

empuk (kering, dan sudah waktunya untuk diambil)3) sudah dipikirkan

(dipertimbangkan) baik-baik; sudah diputuskan (disetujui bersama);

sudah sempurna atau sudah pada tingkatan yang terbaik (terakhir) 4)

mulai dewasa (tentang perkembangan manusia secara fisik dan

psikologis) 5)sudah selesai dikerjakan (dididik, disiapkan). 30 Kata

polisemi matang yang terdapat pada konteks dalam surat kabar Media

Indonesiasalah satunya adalah sebagai berikut:

Data :Tanggal 12 Maret 2015, “Presiden telah matang

mempertimbangkan kondisi Indonesia”.

Penjelasan : Makna matang yang terdapat pada tanggal 12

Maret 2015Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat ,yaitu bermakna ‘baik-baik‟.31

Kata matang

mengandung makna leksikal, namun mengandung

metafora, biasanya matang digunakan untuk buah-

30

Ibid., hlm. 887-888. 31

Ibid., hlm. 887.

Page 80: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

70

buahan. dalam hal ini, jika dilihat dari konteksnya

Presiden telah mantap mempertimbangkan kondisi

Indonesia.

Data : Tanggal 13 Maret 2015, “Donal Fariz

menegaskan perlu pertimbangan matang dan

alasan rasional”.

Penjelasan : Makna matang yang terdapat pada tanggal 13

Maret 2015 menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa,32

yaitu bermakna ‘mendalam‟.Kata

matang mengandung makna leksikal, namun

mengandung metafora, biasanya matang digunakan

untuk buah-buahan. dalam hal ini, jika dilihat dari

konteksnya Donal Fariz menegaskan perlu

pertimbangan mendalam dan alasan rasional”.

Simpulan dari data di atas adalahpenggunaan kata makna polisemi dari kata

matang dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, mempunyai makna

leksikal. Menurut konteksnya, kata matang tidak mengalami dan tidak ditemukan

adanya perubahan makna dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015.

Kata matang dalam konteks ini mengandung unsur metaforis, seperti yang

terdapat pada konteks bahwa Presiden telah matang mempertimbangkannya, kata

matang dalam konteks tersebut berarti telah mantap, tetapi bukan matang bahwa

pertimbangan Presiden telah matang setelah dimasak.

32Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional 2008), hlm. 315.

Page 81: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

71

c. Polisemi Nomina

Definisi operasional nomina, nomina adalah kategori yang secara sintaksis

(1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, (2)

mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. 33 Berfungsi untuk

mengkategorikan kata yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi

Maret 2015, salah satunya kelas kata nomina, kelas kata nomina paling banyak

kedua yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 setelah

kategori verba. Kata yang mengandung operasional nomina berfungsi dengan kata

lain, seperti kata salah satunya kata kepala sekolah, yaitu pemimpin di sekolah

dan kepala rumah tangga, pemimpin di rumah tangga. Salah satu kata yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia tersebut mempunyai makna ‘sesuatu

yang menjadi bagian penting atau tertinggi’.

Tabel 3.10 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edsisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Kepala √

2 Kepala √

3 Kepala √

4 Kepala √

5 Kepala √

Jumlah - - 5 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi kepala yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015:

10) Polisemi Nomina Kepala

Makna leksikal kepala menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) bagian tubuh yang di atas leher

33

Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2008), hlm. 60

Page 82: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

72

(pada manusia dan beberapa jenis hewan merupakan tempat otak,

pusat jaringan saraf, dan beberapa pusat indra) 2) bagian tubuh yang di

atas leher 3) bagian suatu benda yang sebelah atas (ujung, depan) 4)

bagian yang terutama (yang penting, yang pokok) 5) pemimpin: ketua

(kantor, pekerjaan, perkumpulan) 6) otak (pikiran, akal, budi).34

Data : Pada tanggal 1 Maret 2015, “Pemilihan kepala

daerah serentak akan dimulai pada Desember

2015”.

Penjelasan :Kata kepala dalam konteks tersebut bermakna

‘pemimpin atau orang yang posisinya penting di

sebuah daerah’, makna kepala pada tanggal 1 Maret

2015 bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata kepala

yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat kabarMedia Indonesiamempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata kepala.

Data : Tanggal 2 Maret 2015, “Mantan wakil kepala Staf

Angkatan Darat”.

Penjelasan : Kata kepala dalam konteks tersebut bermakna

‘pemimpin atau orang yang mempunyai posisi atau

jabatan penting di salah satu Staf Angkatan Darat’,

jika dilihat dari konteksnya. Makna kepala pada

tanggal 2 Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora,

yaitu kata kepala yang mengandung arti kiasan,

yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesiamempunyai hubungan atau kedekatan

dengan makna leksikal kata kepala.

34

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat

(Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm. 671

Page 83: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

73

Data : Tanggal 3 Maret 2015, “Para calon kepala daerah

tidak mau berurusan lebih jauh terkait konflik

internal partai”.

Penjelasan :Kata kepala dalam konteks tersebut bermakna

‘pemimpin atau orang yang posisinya penting di

sebuah daerah’, yang tidak mau ikut campur dengan

adanya konflik internal partai. Makna kepala pada

tanggal 3 Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora,

yaitu kata kepala yang mengandung arti kiasan,

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan makna

leksikal kata kepala.

Data : Tanggal 4 Maret 2015, “Kata kepala LP kelas 1

Madiun”

Penjelasan : Kata kepala dalam konteks tersebut bermakna

‘pemimpin atau orang yang mempunyai posisi atau

jabatan penting di lapas kelas 1 yang ada di

Madiun’. Makna kepala pada tanggal 4 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata kepala yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata kepala.

Data : Tanggal 5 Maret 2015, “Komjen Pol Budi

Gunawan, sebagai kepala lembaga kependidikan

polisi”.

Penjelasan : Kata kepala dalam konteks tersebut bermakna

‘pemimpin atau orang yang posisinya penting di

sebuah lembaga kependidikan polisi’. Makna kepala

pada tanggal 5 Maret 2015 bermakna asosiasi:

metafora, yaitu kata kepala yang mengandung arti

Page 84: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

74

kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia mempunyai hubungan atau kedekatan

dengan makna leksikal kata kepala.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan makna polisemi dari kata

kepala yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia, salah satunya yang

terdapat dari tanggal 1-5 Maret 2015, mempunyai makna yaitu ‘pemimpin, atau

seseorang yang mempunyai posisi, jabatan atau kedudukan yang paling penting,

tinggi di daerah, lembaga dan lain sebagainya’. Kelima makna kata kepala

tersebut tidak ada yang mengandung makna leksikal, yaitu bagian salah satu

anggota tubuh yang berada di atas, penting pengaruhnya dan sebagai salah satu

pusat indera, ini berarti kata kepala yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia tidak mengalami perubahan makna jika dilihat dari konteksnya. Dari

kelima makna kepala yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi

Maret 2015 tergolong makna asosiasi: metafora, yaitu kata kepala yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia pada

tanggal 1-5 Maret 2015 mempunyai hubungan atau kedekatan dengan makna

leksikal kata kepala, yang terdapat pada data yang bermakna pemimpin, yaitu

orang yang berada di atas kedudukan atau jabatannya.

Page 85: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

75

Tabel 3.11 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

17 Jalan √

18 Jalan √

18 Jalan √

Jumlah - - 3 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi jalan yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

11) Polisemi Nomina Jalan

Makna leksikal jalan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) tempat untuk lalu lintas orang

(kendaraan dan sebagainya), 2) perlintasan (dari suatu tempat ke

tempat lain) 3) yang dilalui atau dipakai untuk keluar masuk 4)

lintasan5) gerak maju atau mundur (tentang kendaraan) 6) putaran

jarum 7)perkembangan atau berlangsungnya (tentang perundingan,

rapat, cerita, dan sebagainya) 8) cara (akal, syarat, ikhtiar).35

Data: Tanggal 17 Maret 2015, “Ide pembiayaan parpol

oleh negara itu penting untuk dimatangkan agar

partai tidak mencari uang dengan jalan mereka

sendiri”.

Penjelasan : Makna jalan yang terdapat pada tanggal 17 Maret

2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat 36 Bermakna ‘cara‟, yaitu jika dilihat dari

konteksnya adanya ide pembiayaan parpol oleh

negara sangat penting, agar masing-masing parpol

35

Ibid., hlm. 558 36

Ibid.,

Page 86: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

76

tidak mencari uang dengan cara mereka sendiri.

Makna jalan pada tanggal 17 Maret 2015 bermakna

asosiasi: metafora, yaitu kata jalan yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata jalan, yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata jalan yang bermakna cara .

Data : Tanggal 18 Maret 2015, “Ia pun menyatakan jalan

islah sulit tercapai jika masih ada intervensi dari

pihak luar”.

Penjelasan : Makna jalan yang terdapat pada tanggal 18 Maret

2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat bermakna,37

„cara’jika dilihat dari

konteksnya jika cara islah itu pun masih sulit

tercapai, karena ada intervensi dari pihak luar.

Makna jalan pada tanggal 18 Maret 2015 bermakna

asosiasi: metafora, yaitu kata jalan yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata jalan, yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata jalan yang bermakna cara .

Data :Tanggal 18 Maret 2015, “Fernita menilai banding

bukan jalan yang tepat untuk menyelesaikan konflik

tersebut”.

Penjelasan : Makna jalankedua pada tanggal 18 Maret 2015,

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

37

Ibid.,

Page 87: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

77

Keempat bermakna38‘cara‟, karena jika dilihat dari

konteksnya bahwa Fernita menilai bahwa banding

bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan suatu

konflik. Makna jalan pada tanggal 18 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata jalan yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata jalan, yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata jalan yang bermakna cara .

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata jalan yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, tidak terdapat yang

bermakna leksikal, yaitu tempat untuk lalu lintas. Dari ketiga makna jalanyang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 bermakna ‘cara’,

yaitu tergolong makna asosiasi: metafora. yaitu kata jalan yang mengandung arti

kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia pada tanggal 17 dan 18

Maret 2015, mempunyai hubungan atau kedekatan dengan makna leksikal kata

jalan, yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata jalan yang

bermakna cara .

38

Ibid.,

Page 88: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

78

Tabel 3.12 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

6 Jalur √

9 Jalur √

Jumlah - - 2 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi jalur yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

12) Polisemi Nomina Jalur

Makna leksikal jalur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat adalah 1) kolom yang lurus; garis lebar; setrip lebar 2)

ruang antara dua garis pada permukaan yang luas 3) ruang yang

memanjang di antara dua deret tanaman 4) rel 5) ruang memanjang

antara dua garis batas lurus; ruang antara garis permainan tunggal 6)

suatu tahapan atau deret tahapan suatu proses metabolisme.39

Data : Tanggal 6 Maret 2015, “Agun Gunanjar

mengatakan langkah kubu Ical yang kembali

menempuh jalur hukum dianggap tidak tepat”.

Penjelasan : Makna jalur yang terdapat pada tanggal 6 Maret

2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat 40 bermakna ‘suatu tahapan‟, jika dilihat

dari konteksnya langkah kubu Ical yang kembali

menempuh mengambil suatu tahapan jalan hukum

dianggap tidak tepat. Makna jalur pada tanggal 6

Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata

jalur yang mengandung arti kiasan, yang terdapat

39

Ibid., hlm. 561 40

Ibid., hlm.

Page 89: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

79

dalam surat Media Indonesia mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata jalur,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata jalur yang bermakna suatu tahapan .

Data : Tanggal 9 Maret 2015, “Syarat bagi calon dari

partai politik lebih mudah ketimbang lewat jalur

independen”.

Penjelasan : Makna jalur yang terdapat pada tanggal 9 Maret

2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat 41

bermakna ‘suatu tahapan‟, jika dilihat

konteksnya cara independen tidak lebih mudah

ketimbang dari syarat bagi calon dari partai politik.

Makna jalur pada tanggal 9 Maret 2015 bermakna

asosiasi: metafora, yaitu kata jalur yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata jalur, yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata jalur yang bermakna suatu tahapan.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata jalur yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi 2015, jika dilihat dari konteksnya tidak

terdapat makna leksikal dari kata jalur, kedua kata jalur dalam surat Media

Indonesia edisi Maret 2015, bermakna ‘cara’, yaitu tergolong makna asosiasi:

metafora, yaitu kata jalur yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia pada tanggal 6 dan 9 Maret 2015, mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata jalur, yang digunakan dalam arti yang

bukan sebenarnya, yaitu kata jalur yang bermakna suatu tahapan .

41

Ibid.,

Page 90: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

80

Tabel 3.13 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Tubuh √

6 Tubuh √

Jumlah - - 2 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi tubuh yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

13) Polisemi Nomina Tubuh

Makna leksikal tubuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat adalah 1) keseluruhan jasad manusia atau binatang yang

kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut 2) bagian badan

yang terutama (tidak dengan anggota dan kepala) 3) diri (sendiri) 4)

bagian terpenting; perahu, pesawat terbang 5) pertubuhan badan

(dalam organisme).42

Data : Tanggal 1 Maret 2015, “Untuk mencegah

perpecahan di tubuh partai berlambang matahari

tersebut”.

Penjelasan : Makna tubuh yang terdapat pada tanggal 1 Maret

2015, yaitu jaringan partai, jika dilihat dari

konteksnya bahwa ada pencegahan agar tidak terjadi

perpecahan dalam jaringan partai yang berlambang

matahari tersebut. Makna tubuh pada tanggal 1

Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata

tubuh yang mengandung arti kiasan, yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia mempunyai

hubungan atau kedekatan dengan makna leksikal

42

Ibid., hlm. 1492

Page 91: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

81

kata tubuh, namun mengandung bukan makna

sebenranya dari kata tubuh.

Data : Tanggal 6 Maret 2015, “Agun menilai langkah

kubu Munas Bali malah memperpanjang sengkarut

dualisme kepemimpinan di tubuh Golkar”.

Penjelasan : Makna tubuh yang terdapat pada tanggal 6 Maret

2015, yaitu jaringan partai, jika dilihat dari

konteksnya bahwa dari penilaian Agun langkah

kubu Munas Bali malah memperpanjang sengkarut

dualisme kepemimpinan dalam jaringan partai

Golkar. Makna tubuh pada tanggal 6 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata tubuh yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesiamempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata tubuh, namun

mengandung bukan makna sebenranya dari kata

tubuh.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata tubuh yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, tidak ditemukan adanya

makna leksikal. Hanya saja kata tubuh mengandung unsur metaforis, dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yaitu tergolong makna asosiasi:

metafora, yaitu kata tubuh yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat Media Indonesia pada tanggal 1 dan 6 Maret 2015, mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata tubuh,yang tidak mengandung makna

yang sebenarnya dari kata tubuh.

Page 92: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

82

Tabel 3.14 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

4 Tangan √

16 Tangan √

20 Tangan √

Jumlah - - 3 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi tangan yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

14) Polisemi Nomina Tangan

Makna leksikal tangan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) anggota badan dari siku sampai ke

ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari 2) sesuatu yang

digunakan sebagai atau menyerupai tangan 3) kekuasaan, pengaruh,

perintah: kekuasaan pemerintahan negara ada di rakyat. 43 Kata

polisemi tanganyang terdapat pada konteks dalam surat kabar Media

Indonesia salah satunya adalah sebagai berikut:

Data : Tanggal 4 Maret 2015, “Tim khusus yang

beranggotakan enam personel pulang dengan

tangan hampa”.

Penjelasan : Makna tangan yang terdapat pada tanggal 4 Maret

2015 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 44

yaitu jika dilihat dari konteksnya mengandung

makna kiasan, yang bermakna ‘tidak mendapat apa-

apa atau sia-sia‟. Makna tangan pada tanggal 4

Maret 2015 bermakna asosiasi: idiom, yaitu kata

43

Ibid., hlm. 1395 44

Ibid., hlm.

Page 93: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

83

tangan yang mengandung makna leksikal dengan

makna idiom yang maknanya tidak sama dengan

makna unsurnya, yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia pada tanggal 4 Maret 2015,

mempunyai makna tidak mendapat apa-apa atau sia-

sia, berbeda dengan makna leksikal dari kata

tangan.

Data : Tanggal 16 Maret 2105, “Ketua Dewan Syuro

PPP Maimun Zubair akan turun tangan imbuhnya”.

Penjelasan : Makna tangan yang terdapat pada tanggal 16

Maret 2015 menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat, 45 yaitu jika dilihat dari

konteksnya mengandung makna kiasan, yang

bermakna ‘turut mencampuri urusan‟. Makna

tangan pada tanggal 16 Maret 2015 bermakna

asosiasi: idiom, yaitu kata tangan yang mengandung

makna leksikal dengan makna idiom yang

maknanya tidak sama dengan makna unsurnya,

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

pada tanggal 16 Maret 2015, mempunyai makna

turut mencampuri urusan, berbeda dengan makna

leksikal dari kata tangan.

Data : Tanggal 20 Maret 2015, “Fraksi harus menjadi

tangankanan dari DPP partai Golkar”.

Penjelasan : Makna tangan yang terdapat pada tanggal 20

Maret 2015 menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat,46 yaitu jika dilihat dari

45

Ibid., 46

Ibid.,

Page 94: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

84

konteksnya mengandung makna kiasan, yang

bermakna ‘pembantu utama‟. Makna tangan pada

tanggal 20 Maret 2015 bermakna asosiasi: idiom,

yaitu kata tangan yang mengandung makna leksikal

dengan makna idiom yang maknanya tidak sama

dengan makna unsurnya, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia pada tanggal 20 Maret 2015,

mempunyai makna pembantu utama, berbeda

dengan makna leksikal dari kata tangan.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata makna polisemi dari kata

tangan, tidak bermakna leksikal, yang berarti salah satu anggota badan, jika

dilihat dari konteksnya yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi

Maret 2015, kata tangan, yaitu tergolong makna asosiasi: idiom, yaitu kata tangan

yang mengandung makna leksikal dengan makna idiom yang maknanya tidak

sama dengan makna unsurnya, yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

pada tanggal 4, 16 dan 20 Maret 2015, mempunyai makna ‘yang berbeda yang

maknanya tidak sama dengan unsurnya, berbeda dengan makna leksikal dari kata

tangan‟.

Page 95: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

85

Tabel 3.15 Polisemi Surat kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

5 Korban √

12 Korban √

Jumlah - - 2 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi korban yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015:

15) Polisemi Nomina Korban

Makna leksikal korban menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) pemberian untuk menyatakan

kebaktian, kesetiaan 2) orang, binatang, yang menjadi menderita

(mati dan sebagainya).47 Kata polisemi korban yang yang terdapat

pada konteks dalam surat kabar Media Indonesia salah satunya

adalah sebagai berikut:

Data : Tanggal 5 Maret 2015, “Pendapat berbeda

dikemukakan kepala Biro Riset Komisi untuk orang

hilang dan korban tindak kekerasan”.

Penjelasan : Makna korban yang terdapat pada tanggal 5 Maret

2015 menurut kamus Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa, 48 yaitu bermakna ‘sasaran‟.Kata

korban yang terdapat pada tanggal 5 Maret

bermakna leksikal.

Data : Tanggal 12 Maret 2015, “Mempertimbangkan

kondisi Indonesia yang darurat narkoba dan

47

Ibid., hlm. 733. 48

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional 2008.

Page 96: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

86

melihat korban-korban yang semakin hari

jumlahnya terus bertambah”.

Penjelasan : Makna korban yang terdapat pada tanggal 12

Maret 2015 menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa,49

yaitu bermakna ‘sasaran‟.Kata

korban yang terdapat pada tanggal 12 Maret

bermakna leksikal.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata makna polisemi dari kata

korban dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, mempunyai makna

‘leksikal’. Menurut konteksnya, kata korban tidak mengalami dan tidak

ditemukan adanya perubahan makna dalam surat kabar Media Indonesia edisi

Maret 2015.

49

Ibid.,

Page 97: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

87

Tabel 3.16 Polisemi Koran Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

4 Mata √

4 Mata √

15 Mata √

Jumlah 1 - 2 - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi mata yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015:

16) Polisemi Nomina Mata

Makna leksikal mata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat adalah 1) indera untuk melihat; indera penglihat 2)

sesuatu yang menyerupai mata (seperti lubang kecil, jala) 3) bagian

yang tajam pada alat pemotong (pada pisau, kapak) 4) sela antara dua

baris (pada mistar, derajat) 5) tempat tumbuh tunas (pada dahan, ubi) 6)

sesuatu yang menjadi pusat yang di tengah-tengah benar 7) yang

terpenting (sumbu, pokok).50Kata polisemi mata yang terdapat pada

konteks dalam surat kabar Media Indonesia salah satunya adalah

sebagai berikut:

Data : Pada tanggal 4 Maret 2015, “Mengikuti

pemeriksaan mata secara cuma-cuma”.

Penjelasan : Kata mata dalam konteks tersebut bermakna, yaitu

salah satu pancaindera yang mempunyai fungsi

untuk melihat ini berarti bermakna ‘leksikal’.

50

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT

Gramedia, 2008), hlm.

Page 98: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

88

Data : Tanggal 4 Maret 2015 pada konteks yang terdapat

kata mata ialah“Kegiatan pemeriksaan mata secara

gratis juga diselenggarakan di sekolah lain, di

Gadeng Rejo”.

Penjelasan : Makna matayang terdapat pada konteks kedua

tanggal 4 Maret 2015 ini mempunyai makna sama,

yaitu salah satu panca indera yang berfungsi untuk

melihat atau bermakna ‘leksikal’.

Data : Tanggal 15 Maret 2015, “KPU harus menyiapkan

strategi dan sistem pengawasan internal yang

mampu mencegah dan memproteksi jajarannya

untuk main mata dalam pilkada”.

Penjelasan : Makna mata yang terdapat pada konteks, yaitu

‘mengadakan kontak dengan pihak lain yang

menguntungkan pihak tertentu‟. Makna mata pada

tanggal 15 Maret 2015 bermakna asosiasi: idiom,

yaitu kata mata yang mengandung makna leksikal

dengan makna idiom yang maknanya tidak sama

dengan makna unsurnya, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia pada tanggal 15 Maret 2015,

mempunyai makna mengadakan kontak dengan

pihak lain, berbeda dengan makna leksikal dari kata

mata.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata makna polisemi dari kata

mata, dua di antaranya mengandung makna leksikal, yaitu salah satu pancaindera

yang mempunyai fungsi melihat’, lain halnya dengan makna kata mata yang

terdapat pada tanggal 15 Maret 2015, yang bermakna ‘mengadakan kontak

dengan pihak lain yang menguntungkan pihak tertentu‟. Hal ini menandakan

Page 99: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

89

bahwa kata mata yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret

2015 jika dilihat dari konteksnya mengalami perubahan makna.

Tabel 3.17 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

6 Langkah √

18 Langkah √

28 Langkah √

28 Langkah √

Jumlah 4 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi langkah yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015:

17) Polisemi Nomina Langkah

Makna leksikal langkah menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Keempat adalah 1) gerakan kaki (ke depan, ke

belakang, ke kiri, ke kanan) waktu berjalan 2) jarak antara dua kaki

waktu melangkah ke muka (waktu berjalan) 3) sikap; tindak-tanduk;

perbuatan, 4) tahap; bagian.51

Kata polisemi langkah yang terdapat

pada konteks dalam surat kabar Media Indonesiasalah satunya adalah

sebagai berikut:

Data : Tanggal 6 Maret 2015, “Agun menilai langkah

kubu Munas Bali malah memperpanjang sengkarut

dualisme kepemimpimpinan di tubuh Golkar”.

Penjelasan : Makna langkah yang terdapat pada 6 Maret 2015,

menurut Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat

51

Ibid., hlm.784.

Page 100: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

90

Bahasa52

yaitu bermakna ‘keputusan‟, jika dilihat

dari konteks bahwa Agun menilai melalui kubu

Munas Bali malah memperpanjang sengkarut

dualisme kepemimpinan di tubuh golkar.Makna

langkah pada tanggal 6 Maret 2015 bermakna

asosiasi: metafora, yaitu kata langkah yang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata langkah,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata langkah yang bermakna ‘keputusan’.

Data : Tanggal 18 Maret 2015, “Darwis menilai langkah

Menkum dan HAM mengajukan banding terhadap

putusan PTUN akan memperparah konflik di PPP”.

Penjelasan : Makna langkah yang terdapat pada tanggal 18

Maret 2015 menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa 53 juga bermakna ‘keputusan‟, jika

dilihat konteksnya melalui Menkum dan HAM

menurut Darwis bahwa pengajuan banding terhadap

putusan PTUN akan memperparah konflik di PPP.

Makna langkah pada tanggal 18 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata langkah

yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat kabar Media Indonesia mempunyai hubungan

atau kedekatan dengan makna leksikal kata langkah,

yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata langkah yang bermakna „keputusan‟.

52

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional 2008), hlm. 278. 53

Ibid.,

Page 101: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

91

Data : Tanggal 28 Maret 2015, “Taufique Rachman Ruki

menyampaikan apresiasi atas langkah DPD RI yang

menyerahkan laporan harta kekayaan

penyelenggara negara anggota secara kolektif

kepada KPK”.

Penjelasan : Makna langkah yang terdapat pada tanggal 28

Maret 2015 menurut kamus tesaurus54

bermakna

‘keputusan‟, jika dilihat konteksnya atas tidakan

yang dilakukan DPD RI yang menyerahkan laporan

harta kekayaan penyelenggara anggota secara

kolektif kepada KPK sangat diapresiasi oleh

Taufique Rachman. Makna langkah pada tanggal 28

Maret 2015 bermakna asosiasi: metafora, metafora,

yaitu kata langkah yang mengandung arti kiasan,

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan

makna leksikal kata langkah, yang digunakan dalam

arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata langkah yang

bermakna ‘keputusan’.

Data : Tanggal 28 Maret 2015, “Gerakan Nasional

Penyelamatan Sumber Daya Alam sebagai langkah

untuk mencegah korupsi”.

Penjelasan : Makna langkah yang terdapat pada tanggal 28

Maret 2015 menurut Tesaurus Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa 55 juga bermakna ‘keputusan‟, jika

dilihat konteksnya bahwa wujud dari Gerakan

Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam sebagai

keputusan atau tindakan, dan sikap untuk mencegah

54

Ibid., 55

Ibid.,

Page 102: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

92

korupsi. Makna langkah pada tanggal 28 Maret

2015 bermakna asosiasi: metafora, metafora, yaitu

kata langkah yang mengandung arti kiasan, yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

mempunyai hubungan atau kedekatan dengan

makna leksikal kata langkah, yang digunakan dalam

arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata langkah yang

bermakna ‘keputusan’.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata langkah yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, tidak terdapat makna

leksikal dari kata langkah, jika dilihat dari konteksnya kata langkah dalam surat

kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, tergolong makna asosiasi: metafora,

yaitu keempat kata langkah yang mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam

surat kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau kedekatan dengan makna

leksikal kata langkah, yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata langkah yang bermakna ‘tindakan’.

Page 103: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

93

Tabel 3.18 Polisemi Surat Kabar Media Indonesia Edisi Maret 2015

Tanggal Data Kelas Kata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

2 Kunci √

4 Kunci √

Jumlah 2 - - - - - - - - - - - - -

Berikut deskripsi dari kata polisemi kunci yang terdapat surat kabar Media

Indonesia edisi Maret 2015:

18) Polisemi Nomina Kunci

Makna leksikal kunci menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Keempat adalah 1) alat untuk mengancing pintu, peti, dan

sebagainya 2) alat yang dibuat dari logam untuk membuka atau

mengancing pintu dengan cara memasukkannya ke dalam lubang yang

ada pada induk kunci anak kunci 3) pengancing pintu, peti yang

terpasang pada pintu, peti dan sebagainya 4) alat yang digunakan

untuk membuka dan memasang sekrup 5) alat untuk menghidupkan

atau menjalankan mesin (mobil dan sebagainya) 6) sendi (pertemuan

tulang).56 Kata polisemi kunci yang terdapat pada konteks dalam surat

kabar Media Indonesia salah satunya adalah sebagai berikut:

Data : Tanggal 2 Maret 2015, “Pembenahan sistem

rekrutmen kader partai politik menjadi kunci guna

mewujudkan akuntabilitas pemilihan umum yang

berkualitas”.

Penjelasan : Makna kunci yang terdapat pada tanggal 2 Maret

2015, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat

56

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT

Gramedia, 2008), hlm. 757.

Page 104: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

94

Bahasa 57

yaitu bermakna ‘rahasia‟, jika dilihat dari

konteksnya pembenahan sistem rekrutmen kader

partai politik menjadi sebuah rahasia untuk

mewujudkan akuntabilitas pemilihan umum yang

berkualitas. Makna kunci pada tanggal 2 Maret 2015

bermakna asosiasi: metafora, yaitu kata kunciyang

mengandung arti kiasan, yang terdapat dalam surat

kabar Media Indonesiamempunyai hubungan atau

kedekatan dengan makna leksikal kata kunci, yang

digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu

kata kunci yang bermakna ‘rahasia’.

Data : Tanggal 4 Maret 2015, “Faktor keamanan

memegang kunci terjaminnya pelaksanaan kerja

pemerintahan Joko Widodo – Jusuf kalladalam

mengejar target pertumbuhan ekonomi. TNI dan

Polri pun dituntut lebih bersinergi dalam mengawal

stabilitas keamanan”.

Penjelasan :Makna kunci yang terdapat pada tanggal 4 Maret

2015, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa58yaitu bermakna ‘rahasia‟, jika dilihat dari

konteksnya ada faktor keamanan untuk memegang

rahasia terjaminnya pelaksanaan kerja pemerintahan

Joko Widodo- Jusuf Kalla. Makna berkembang

pada tanggal 4 Maret 2015 bermakna asosiasi:

metafora, yaitu kata kunci yang mengandung arti

kiasan, yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia mempunyai hubungan atau kedekatan

57

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional 2008), hlm. 268. 58

Ibid.,

Page 105: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

95

dengan makna leksikal kata kunci, yang digunakan

dalam arti yang bukan sebenarnya, yaitu kata kunci

yang bermakna ‘rahasia’.

Simpulan dari data di atas adalah penggunaan kata kunci yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, tidak bermakna leksikal,

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 kata kunci tergolong makna

asosiasi: metafora, yaitu kata kunciyang mengandung arti kiasan, yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia mempunyai hubungan atau kedekatan dengan

makna leksikal kata kunci,yang digunakan dalam arti yang bukan sebenarnya,

yaitu kata kunci yang bermakna ‘rahasia’ yang terdapat dalam surat kabar Media

Indonesia edisi Maret 2015.

B. Tabel Jenis Makna Polisemi

Polisemi terjadi karena adanya perubahan, baik perubahan dari

objek atau benda, waktu, lembaga dan lain sebagainya. Di bawah ini, kata

polisemi yang mengalami perubahan makna dalam surat kabar Media

Indonesia edisi Maret 2015 yang menyangkut makna asli dengan makna

jenis perubahan maknanya:

4.1 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

1 Berjalan √

5 Berjalan √

7 Berjalan √

11 Berjalan √

17 Berjalan √

Jumlah 1 4

Page 106: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

96

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata berjalan

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesiaedisi Maret 2015, dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora terdapat

empat kata berjalan yang mengalami perubahan makna yang menjadi

asosiasi metafora karena maknanya tidak mengandung makna asli atau

leksikalnya, seperti kata berjalan pada tanggal 1, yang bermakna

mengenai suatu proses, yaitu ‘berlangsung’ sedangkan yang bermakna

leksikal berjumlah satu kata berjalan.

4.2 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

3 Melahirkan √

23 Melahirkan √

28 Melahirkan √

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata melahirkan

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora terdapat dua

kata melahirkan yang mengalami perubahan makna yang menjadi asosiasi

metafora, seperti pada tanggal 3 Maret 2015, kata melahirkan yang

mengandung kiasan metafora, yaitu bukan bermakna melahirkan anak

manusia, melainkan membuat atau memunculkan sebuah partai.

sedangkan yang bermakna leksikal berjumlah satu kata melahirkan.

Page 107: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

97

4.3 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

1 Lewat √

6 Lewat √

9 Lewat √

20 Lewat √

24 Lewat √

Jumlah 5

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata lewat yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

bermakna leksikal artinya kata lewat pada edisi Maret 2015 tidak

mengalami perubahan makna, atau bermakna leksikal.

4.4 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

5 Mendorong √

9 Mendorong √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata mendorong

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora terdapat dua

kata mendorong yang mengalami perubahan makna yang menjadi asosiasi

metafora, karena maknanya tidak mengandung makna asli atau

Page 108: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

98

leksikalnya, kata mendorong pada edisi Maret 2015, bermakna ‘mendesak’

bukan bermakna menekan sesuatu ke arah depan.

4.5 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

2 Berkembang √

17 Berkembang √

17 Berkembang √

29 Berkembang √

30 Berkembang √

Jumlah 5

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata berkembang

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora terdapat lima

kata berkembang yang mengalami perubahan makna yang menjadi

asosiasi metafora, karena maknanya tidak mengandung makna asli atau

leksikalnya, kata berkembang pada edisi Maret 2015, bermakna ‘maju’

bukan bermakna mekar.

Page 109: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

99

4.6 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

1 Maju √

9 Maju √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata maju yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

bermakna leksikal artinya kata maju pada edisi Maret 2015 tidak

mengalami perubahan makna, atau bermakna leksikal.

4.7 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

6 Mengikat √

18 Mengikat √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata mengikat

yang terdapat dalamsurat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

bermakna leksikal artinya kata mengikat pada edisi Maret 2015 tidak

mengalami perubahan makna, atau bermakna leksikal.

Page 110: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

100

4.8 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

7 Menjalani √

22 Menjalani √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata menjalani

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

bermakna leksikal artinya kata menjalani pada edisi Maret 2015 tidak

mengalami perubahan makna, atau bermakna leksikal.

4.9 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

12 Matang √

13 Matang √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata matang yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

bermakna leksikal artinya kata matang pada edisi Maret 2015 tidak

mengalami perubahan makna, atau bermakna leksikal.

Page 111: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

101

4.10 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

1 Kepala √

2 Kepala √

3 Kepala √

4 Kepala √

5 Kepala √

Jumlah 5

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata kepala dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora, karena kata

kepala yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015,

mengandung makna kiasan atau metaforis yang semula bermakna leksikal,

seperti makna kepala yang bermakna dalam surat kabar Media Indonesia

adalah seorang pemimpin atau orang yang mempunyai kedudukan yang

penting dibandingkan yang lain. Kata kepala yang berjenis kata gramatikal

asosiasi metafora berjumlah lima kata.

4.11 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

17 Jalan √

18 Jalan √

18 Jalan √

Jumlah 3

Page 112: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

102

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata jalan dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora, karena kata

jalan yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesiaedisi Maret 2015,

mengandung makna kiasan atau metaforis jika dilihat dari konteksnya.

Kata jalan yang berjenis kata gramatikal asosiasi metafora berjumlah tiga

kata.

4.12 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

6 Jalur √

9 Jalur √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata jalur dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora, karena kata

jalur yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015,

mengandung makna kiasan atau metaforis yangbermakna lekisal, seperti

makna jalur yang bermakna dalam surat kabar Media Indonesia adalah

‘cara’, yaitu makna leksikal namun mengandung metafora. Kata jalur

yang berjenis kata gramatikal asosiasi metafora berjumlah dua kata.

4.13 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

1 Tubuh √

Page 113: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

103

6 Tubuh √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata tubuh yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, makna

leksikal berubah menjadi makna gramatikal asosiasi metafora, karena kata

tubuh dalam surat kabar Media Indonesia tidak bermakna sebenarnya atau

asli, melainkan menggunakan makna kiasan.

4.14 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

4 Tangan √

16 Tangan √

20 Tangan √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata tangan yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

mengalami perubahan makna menjadi makna idiom, kata tangan yang

bukan bermakna leksikal atau makna aslinya, yaitu salah satu anggota

tubuh.

4.15 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

5 Korban √

Page 114: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

104

12 Korban √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata korban yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

bermakna leksikal artinya kata korban pada edisi Maret 2015 tidak

mengalami perubahan makna, atau bermakna leksikal.

4.15 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

4 Mata √

4 Mata √

15 Mata √

Jumlah 2 1

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata mata yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, yang

bermakna leksikal terdapat dua kata, sedangkan yang mengalami

perubahan dari makna leksikal menjadi makna idiom terdapat satu kata.

Seperti main mata, itu mengandung makna idiom.

4.17 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

6 Langkah √

Page 115: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

105

18 Langkah √

28 Langkah √

28 Langkah √

Jumlah 4

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata langkah dari

makna leksikal berubah makna gramatikal asosiasi metafora, karena kata

langkah yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret

2015, mengandung makna kiasan atau metaforis yang semula bermakna

leksikal, seperti makna langkah yang bermakna ‘tindakan’ bukan gerakan

kaki (ke depan, ke belakang, ke kiri, ke kanan) waktu berjalan. Kata

langkah yang berjenis kata gramatikal asosiasi metafora berjumlah empat

kata.

4.18 Tabel Jenis Makna Polisemi

Tanggal

Data

Jenis kata

Leksikal Gramatikal

Asosiasi:

Metafora

Asosiasi:

Idiom

2 Kunci √

4 Kunci √

Jumlah 2

Berdasarkan tabel di atas, dinyatakan bahwa data kata kunci yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, makna

leksikal berubah menjadi makna gramatikal asosiasi metafora, karena kata

kunci dalam surat kabar Media Indonesia tidak bermakna sebenarnya atau

asli, melainkan menggunakan makna kiasan.

Page 116: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

106

C. Wujud Perubahan Makna

1. Perubahan Makna Polisemi Nomina Mata Bermakna Asosiasi:

Idiom

Perubahan makna, yaitu menurut teori Stephen Ullmann,

perubahan makna yang terdapat pada kata mata adanya faktor sebagai

bahasa figuratif (kiasan). Sebuah kata dapat diberi dua atau lebih

pengertian yang bersifat figuratif tanpa menghilangkan makna

orisinilnya: makna yang lama dan baru tetap hidup berdampingan

sepanjang tidak ada kekacauan makna, dalam hal ini metafora-

metafora ini memancar dari makna sentral kata.59 Seperti pada kata

matayang terdapat pada konteks dalam surat kabar Media

Indonesiaedisi Maret 2015, yang bermakna mengadakan kontak

dengan pihak lain yang menguntungkan pihak tertentu,bukan

bermakna salah satu panca indera.

2. Perubahan Makna Polisemi Nomina Tangan Bermakna Asosiasi:

Idiom

Perubahan makna, yaitu menurut teori Stephen Ullmann,

perubahan makna yang terdapat pada kata tangan adanya faktor

metafora antropomorfis, pada metafora antropomorfis ini bahwa

polisemi dapat dilihat dari sejumlah kecil metafora yang

membandingkan benda yang tak bernyawa dengan salah satu anggota

manusia.60Hal ini pada kata tangan, yaitu yang terdapat pada konteks

sebagai berikut:

a. Tanggal 4 dan tanggal 20 Maret 2015, tangan hampa, yang

bermakna tidak memperoleh sesutu apapun.

b. Tanggal 20 Maret 2015, tangan kanan, yang bermakna penolong.

Kata tangan dalam konteks tersebut menunjukkan adanya

perbandingan antara benda yang tidak bernyawa dengan salah satu

anggota manusia.

59

Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm.206 60

Ibid.,267

Page 117: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

107

Begitupun ada konteks yang menunjukkan sebalikanya,

yaitu dari bagian tubuh manusia dijadikan benda tidak bernyawa,

seperti halnya pada kata tangan yang terdapat pada konteks, yaitu

c. Tanggal 16 Maret 2015, turun tangan, kata tangan dalam konteks

ini menunjukkan bahwa sebuah benda yang tidak bernyawa.

3. Perubahan Makna Polisemi Verba berjalan Bermakna Asosiasi:

Metafora

Berdasarkan teori Stephen Ullmann, perubahan makna ini terjadi

karena adanya faktor sebab-sebab sosial, yaitu ada yang menyempit

ataupun meluas,61pada kata berjalan yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015 mengalami perluasan makna,

seperti:

a. Berjalan pada tanggal 1, 7, dan 17 Maret 2015, bermakna:

berlangsung.

b. Berjalan pada tanggal 5 Maret 2015, bermakna: tentang waktu.

c. Berjalan pada tanggal 11 Maret 2015, bermakna: kegiatan berjalan

menggunakan kaki.

4. Perubahan Makna Polisemi Verba melahirkan Bermakna

Asosiasi: Metafora dan Leksikal

Berdasarkan teori Stephen Ullmann, perubahan makna ini

terjadi karena adanya faktor sebab-sebab sosial, yaitu ada yang

menyempit ataupun meluas, 62 pada kata melahirkan yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015 mengalami

perluasan makna, seperti:

a. Melahirkan pada tanggal 3, dan 23 Maret 2015, bermakna: tentang

kemunculan di partai politik.

b. Melahirkan pada tanggal 28 Maret 2015, bermakna: lahirnya

seorang manusia ke dunia (anak).

61

Ibid.,205 62

Ibid.,

Page 118: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

108

D. Faktor Penyebab Munculnya Polisemi Berdasarkan Data

Faktor- faktor di bawah ini berpatokan sebagaimana yang terdapat

dalam teori Stephen Ullmann dalam bukunya ‘Pengantar Semantik’,

Ullmann menyebutkan faktor munculnya polisemi, yaitu pergeseran

penggunaan, spesialisasi dalam lingkungan sosial, bahasa figuratif,

homonim-homonim yang diinterpretasikan, dan pengaruh asing.63

Adapun

yang terdapat pada data yang ada dalam surat kabar Media Indonesia

rubrik politik edisi Maret 2015, yaitu muncul faktor pergeseran

penggunaan seperti kata melahirkan, berjalan, dan matang. dan faktor

bahasa figuratif seperti kata mata dan tangan. Adapun kata lewat,

mendorong, berkembang, maju, mengikat, menjalani, kepala, jalan, jalur,

tubuh, korban,langkah, kunci, yaitu faktor spesialisasi dalam lingkungan

sosial,berikut deskripsinya:

1. Faktor Pergeseran Penggunaan

a. Sebagaimana yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia tanggal

3 Maret 2015, verba melahirkan yang semula hanya untuk manusia dan

binatang, itupun dengan cara dan proses yang berbeda. Seperti yang

terdapat dalam konteks Media Indonesia “Arsul Sani berkeyakinan

partainya tidak akan mengulangi perpecahan seperti sebelumnya yang

melahirkan partai Bintang Reformasi”. Kata yang tadinya digunakan

untuk manusia dan binantang, kini bisa digunakan dalam hal mengenai

dunia politik, yaitu bukan melahirkan manusia ataupun seekor

binantang, melainkan melahirkan atau mencetuskan sebuah partai.

b. Sebagaimana yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia tanggal

7 Maret 2015, verba berjalan yang bermakna suatu kegiatan yang

menggunakan kaki. Seperti yang terdapat dalam konteks Media

Indonesia mengalami adanya pergeseran penggunaan pada kata

berjalan, “Komitmen pemberantasan korupsi tetap berjalan biasa”.

Kata berjalan yang semula bermakna suatu kegiatan yang

menggunakan kaki kini mengalami pergeseran penggunaan, yaitu

63

Ibid., 202-210.

Page 119: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

109

bermakna berlaku, artinya dilihat dari konteksnya komitmen

pemberantasan korupsi tetap berlaku biasa, tidak bermakna bahwa

komitmen pemberantasan korupsi berjalan kaki seperti biasa.

c. Sebagaimana yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia tanggal

12 Maret 2015, ajektiva matang yang biasanya digunakan untuk buah

yang sudah siap makan, atau masakan yang sudah dimasak dahulu

sebelum disantap, dan lain-lain, dalam konteks yang terdapat Media

Indonesia mengalami adanya pergeseran penggunaan pada kata

matang, “Presiden telah matang mempertimbangkan kondisi

Indonesia”. Artinya bahwa presiden telah „baik-baik‟

mempertimbangkan kondisi Indonesia, untuk itu bukan bermakna

bahwa pertimbangan presiden setelah dimasak.

2. Faktor Bahasa Figuratif (kiasan)

a. Sebagaimana yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

tanggal 15 Maret 2015, kata mata yang dapat dipakai untuk

lingkup yang sangat luas di samping acuannya pada organ tubuh,

dalam konteks kata mata yang terdapatsurat kabar Media

Indonesia, “KPU harus menyiapkan strategi dan sistem

pengawasan internal yang mampu mencegah dan memproteksi

jajarannya untuk main mata dalam pilkada”. Konteks tersebut

dapat mengacu pada makna leksikal dan juga makna kiasan, jika

makna leksikal pada kata mata yang sesuai dengan konteks seperti

mencegah jajarannya untuk main mata, artinya main mata

menggerakkan matanya ke kiri, kanan dan ke samping. Jika

mengacu pada makna kiasan, yaitu bermakna mengadakan kontak

dengan pihak lain.

b. Sebagaimana yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

tanggal 4 Maret 2015, kata tangan yang dapat dipakai untuk

lingkup yang sangat luas di samping acuannya pada organ tubuh,

dalam konteks kata tangan yang terdapat Media Indonesia, “Tim

khusus yang beranggotakan enam personel pulang dengan tangan

Page 120: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

110

hampa”. Kata tanganyang terdapat dalam konteks bermakna tidak

mendapat apa-apa atau sia-sia, bukan yang bermakna tangan yang

tidak menggenggam apa-apa, ini disebabkan adanya kiasan dari

kata tangan.

c. Sebagaimana yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

tanggal 16 Maret 2015, kata tangan yang dapat dipakai untuk

lingkup yang sangat luas di samping acuannya pada organ tubuh,

dalam konteks kata tangan yang terdapatdalam surat kabar Media

Indonesia, “Ketua Dewan Syuro PPP Maimun Zubair akan turun

tangan imbuhnya”. Kata tanganyang terdapat dalam konteks

bermakna turut mencampuri urusan, bukan yang bermakna tangan

yang turun dari atas ke bawah.

d. Sebagaimana yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

tanggal 20 Maret 2015, kata tangan yang dapat dipakai untuk

lingkup yang sangat luas di samping acuannya pada organ tubuh,

dalam konteks kata tangan yang terdapatdalam surat kabar Media

Indonesia, “Fraksi harus menjadi tangan kanan dari DPP partai

Golkar”. Kata tanganyang terdapat dalam konteks bermakna

pembantu utama, bukan yang bermakna tangan yang berada di

sebelah kanan lawan dari sebelah kiri.

3. Faktor Spesialisasi dalam Lingkungan Sosial

a. Makna lewat yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

edisi 6 Maret 2015, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

yaitu bermakna ‘melalui‟, jika dilihat dari konteksnya;

melalukan konsolidasi partai melalui musda Kabupaten dan

Musda Provinsi, ini berati kata lewat pada tanggal 6 Maret

memiliki makna leksikal, terdapat penyingkatan verbal dalam

situasi dan lingkungan, kata lewat digunakan pada lingkungan

atau situasi politik yang dimana kata lewat bermakna ‘melalui’.

b. Makna berkembang yang terdapat pada tanggal 29 Maret 2015,

menurut Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, yaitu

Page 121: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

111

bermakna ‘mekar, mengembang dan meluas‟,64 makna meluas

yang terdapat pada konteks mengandung makna metafora dari

kata berkembang, yaitu bahwa Ryamizard menegaskan segala

bentuk terorisme tidak boleh maju di Indonesia. Kata

berkembang jika situasinya membicirakan tentang pohon, yaitu

suatu pohon yang sudah berkembang berbeda dengan situasi

yang ada ada konteks dalam surat kabar Media Indonesia

tanggal 29 Maret 2015 bahwa kata berkembang, yaitu

bermakna ‘meluas’ yakni Ryamzard menegaskan bahwa

terorisme tidak boleh meluas di Indonesia.

c. Makna mendorong yang terdapat pada tanggal 9 Maret 2015

menurut Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa bermakna

‘mendesak‟,65

jika dilihat konteksnya, ada seseorang yang

mendesak agar DPRD atau pejabat daerah Indonesia

memberikan usulan demi meningkatkan kinerja mereka. Kata

mendorong jika digunakan oleh orang berprofesi berjualan air

keliling yang menggunakan gerobak beroda dua, maka

bermakna ‘kegiatan yang dilakukan oleh seseorang ke arah

depan’ jika dilihat dari konteks surat kabar Media Indonesia,

yaitu bermakna ‘mendesak’ seperti pada kalimat di atas.

d. Makna maju yang terdapat pada tanggal 9 Maret 2015, menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia,66 yaitu bermakna ‘tampil‟, jika

dilihat dari konteksnya, Irman optimis bahwa masyarakat bisa

lebih mengenal siapa yang tampil calon kepala daerah. Kata

maju jika digunakan oleh orang yang bertugas mengibarkan

bendera, maka kata maju bermakna melangkahkan kaki ke

depan untuk sampai tujuan, jika dilihat dari konteks yang

terdapat dalam surat kabar Media Indonesia, bermakna

‘tampil’, yaitu seperti yang dijelaskan di atas.

64

Ibid., 65

Ibid., 66

Ibid.,

Page 122: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

112

e. Makna mengikat yang terdapat pada tanggal 6 Maret 2015

Kamus Besar Bahasa Indonesia67

bermakna leksikal, yaitu

‘menyatukan‟, jika dilihat dari konteksnya menurut penjelasan

Andi bahwa jika inpres menyatukan ke jajaran pemerintah dan

menjadi strategi nasional pemberantasan korupsi. Kata

mengikat jika digunakan pada orang yang berprofesi penjual

balon, makan penjual balon tersebut mengikat menyatukan

balon dengan tali dan diikat dengan batu kecil agar tidak

terbang, makna mengikat dengan konteks yang terdapat dalam

koran Media Indonesia juga sama yang bermakna

‘menyatukan’, jika dilihat dari konteksnya memiliki makna

berbeda.

f. Makna menjalani yang terdapat pada tanggal 22 Maret 2015

juga bermakna leksikal, yaitu ‘menempuh‟, jika dilihat dari

konteksnya Denny menjalani pemeriksaan dengan tuntas yang

dilakukan oleh penyidik, jika kata menjalani dalam situasi dan

konteks yang berbeda maka maknanya juga berbeda.

g. Kata kepala dalam konteks tersebut bermakna ‘pemimpin

atauorang yang mempunyai posisi atau jabatan penting di salah

satu Staf Angkatan Darat’, jika dilihat dari konteksnya. Kata

kepala sering diartikan seperti jabatan yang paling tertinggi,

walaupun berbeda nama gelar atau panggilan dalam profesi

seseorang.

h. Makna jalan yang terdapat pada tanggal 18 Maret 2015,

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna,68

„cara’jika dilihat dari konteksnya jika cara islah itu pun masih

sulit tercapai, karena ada intervensi dari pihak luar. Kata jalan

berbeda makna jika dari situasinya berbeda, misalnya banyak

pedagang yang masih berjualan di pinggir jalan, jalan dalam

68Ibid.,

Page 123: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

113

kalimat tersebut bermakna ‘’tempat’’ berbeda dengan konteks

yang terdapat di atas.

i. Makna jalur yang terdapat pada tanggal 9 Maret 2015, menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia69 bermakna ‘cara‟, jika dilihat

konteksnya cara independen tidak lebih mudah ketimbang dari

syarat bagi calon dari partai politik. Kata jalur jika dalam

situasi yang berbeda misalnya kata jalur yang digunakan dalam

konteks jalan, yaitu bermakna ‘garis atau batasan pada jalan’,

jika dilihat dari konteks surat kabar Media Indonesia berbeda

makna, yaitu ‘cara’.

j. Makna tubuh yang terdapat pada tanggal 1 Maret 2015, yaitu

jaringan partai, jika dilihat dari konteksnya bahwa ada

pencegahan agar tidak terjadi perpecahan dalam jaringan partai

yang berlambang matahari tersebut. Kata tubuh yang diketahui

oleh orang-orang atau kelompok sosial, yaitu bermakna ‘jasad’,

namun jika yang terdapat dalam konteks surat kabar Media

Indonesia yang sedang membeicarakan jaringan partai yang

terjadi perpecahan.

k. Makna korban yang terdapat pada tanggal 5 Maret 2015

menurut kamus tesaurus, 70 yaitu bermakna ‘sasaran‟, jika

dilihat dari konteksnya Pendapat berbeda dikemukakan kepala

Biro Riset Komisi untuk orang hilang dan korban tindak

kekerasan”. Kata korban yang biasa juga sering disebut oleh

orang-orang pengganti kata sasaran kejahatan.

l. Makna langkah yang terdapat pada tanggal 28 Maret 2015

menurut Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa 71 juga

bermakna ‘keputusan‟, jika dilihat konteksnya bahwa wujud

69

Ibid., 70

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional 2008.

71

Ibid.,

Page 124: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

114

dari Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam

sebagai keputusan atau tindakan, dan sikap untuk mencegah

korupsi. Jika kata langkah digunakan dalam situasi yang

berbeda, kata langkah yang bermakna sebuah gerakan kaki

untuk mulai berjalan, untuk itu kata langkah dapat berbeda

makna dari perbedaan situasi.

m. Makna kunci yang terdapat pada tanggal 2 Maret 2015,

menurut Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa 72

yaitu

bermakna ‘rahasia‟, jika dilihat dari konteksnya pembenahan

sistem rekrutmen kader partai politik menjadi sebuah rahasia

untuk mewujudkan akuntabilitas pemilihan umum yang

berkualitas. Jika menurut makna leksikal dari kata kunci yaitu

bermakna sebagai alat untuk mengamankan sesuatu seperti

pintu, kendaraan dan lain-lain, dalam situasi yang berbeda

seperti pada konteks di atas kata kunci bermakna sebuah

rahasia.

E. Fungsi Polisemi

Polisemi yang terdapat dalam surat kabar memberi warna tersendiri

karena tidak hanya ditemukan dalam buku yang berkategori dalam

pendidikan atau ilmu pengetahuan, polisemi juga dapat ditemukan dalam

surat kabar, hal ini menjadi nilai tambahan, begitu juga menyangkut

penelitian ini yang memilih objek penelitian, yaitu surat kabar.

Fungsi polisemi yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

edisi Maret 2015, menunjukkan bahwa setiap kata mempunyai makna

yang berbeda-beda. Dari variasi makna tersebut, pembaca dapat memilih

makna yang tepat sesuai dengan konteks untuk disandingkan dengan

bacaan dan kalimat selanjutnya yang paling tepat dari beberapa kata yang

mengandung polisemi. Kata yang berpolisemi, yaitu yang mempunyai

banyak makna, maknanya tidak jauh atau masih dapat dikaitkan dengan

72

Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional 2008.

Page 125: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

115

makna asalnya. Fungsi makna polisemi bahwa ada sebuah kata yang

penting, kata yang mempunyai makna yang tidak hanya tersirat tetapi juga

memberikan tugas kepada pembaca agar dapat mencocokan makna apa

yang ada dalam tulisan.

Fungsi polisemi yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia

menunjukkan bagian yang terpenting, misalnya kata kepala yang terdapat

dalam surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015, kata kepala yang

banyak terdapat dalam koran ini, kepala daerah, kata itu tentu mempunyai

makna, yaitu ‘pemimpin di sebuah daerah, atau orang yang mempunyai

jabatan yang penting di daerahnya’. Berbeda halnya apabila terdapat kata

kepala yang bermakna leksikal yaitu, bagian tubuh yang sangat penting.

Kata yang mengandung makna polisemi juga dapat dilihat dan ditentukan

dari konteksnya.

F. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pembelajaran Kebahasaan di

SMP

Materi pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang terdapat pada

kelas VII SMP, salah satunya pada indikator pelajaran, yaitu mampu

menemukan makna kata polisemi. Materi ini, menunjukkan definisi makna

polisemi, setelah peserta didik tahu mengenai makna polisemi, kemudian

mencari makna polisemi yang terdapat dalam koran. Setelah itu, peserta

didik akan mengetahui tentang perubahan makna, mengaktegorikan makna

tersebut dalam kelas kata, dan mengetahui penyebab terjadinya makna

polisemi.

Penelitian ini juga menjadi bahan pelajaran bagi peserta didik, agar

lebih mengetahui makna dari kata-kata yang ditulis maupun dibacanya,

karena setiap kata mempunyai makna, dan bahkan mempunyai banyak

makna. Hal ini dapat menunjukkan kepada peserta didik, bahwa kata-kata

bahasa Indonesia juga mempunyai keunikan yang tidak kalah dengan kata-

kata yang terdapat pada bahasa asing lainnya. Sebelum mendapatkan

materi ini, peserta didik yang berpikir kritis akan bertanya-tanya tentang

Page 126: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

116

kata, kata yang mempunyai makna tidak hanya satu saja, melainkan

beberapa makna yang juga terdapat dalam satu kata tersebut, dan itu

dinamakan polisemi jika ciri-ciri kata yang bermakna tersebut termasuk ke

dalam ciri-ciri makna dari kata yang berpolisemi.

Menemukan makna polisemi harus teliti dan juga cermat, terlebih

jika mencari kata polisemi yang terdapat dalam koran. Salah satu untuk

mempermudah peserta didik kelas VII SMP dalam menemukan kata yang

bermakna polisemi dengan cara membaca dengan cermat, kemudian jika

ditemukan kata yang mengandung polisemi peserta didik dapat

memberikan tanda, bahwa kata yang ditandainya mengandung makna

polisemi. Peserta didik juga dapat dibantu dalam mencari makna polisemi

yang terdapat dalam koran untuk menemukan makna leksikal ataupun

makna polisemi, yaitu dengan menggunakan kamus, kamus yang

digunakan dalam hal ini, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesiaedisi

keempat, dan juga bisa Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

Kemendiknas tahun 2008. Untuk itu, peserta didik yang masih belajar

pada tingkat menengah pertama ini dapat sangat terbantu, karena

menemukan kata yang bermakna polisemi tidak mudah, harus dibutuhkan

ketelitian, kecermatan, dan kosa kata yang banyak juga. Dalam

menemukan makna polisemi tidak terlepas dari konteks, karena makna

juga disandingkan dengan konteks, menemukan makna juga harus melihat

konteksnya terlebih dahulu kemudian barulah memilih makna yang paling

tepat dengan konteks tersebut. Oleh sebab itu, peserta didik juga harus

melihat konteks terlebih dahulu dengan teliti kemudian memilih makna

yang paling tepat yang sesuai dengan konteks yang dibacanya.

Page 127: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

117

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penulis berhasil mengumpulkan surat kabar Media Indonesia edisi Maret 2015.

Dari surat kabar tersebut, penulis menganalisis kata yang bermakna polisemi dengan

menggunakan teori Stephen Ullmann. Setelah diteliti, terdapat 18 jenis kata yang

bermakna polisemi dengan berbagai macam kategori kelas kata. Pada ketegori verba

berjumlah 8 makna kata yang mengandung polisemi, untuk kategori ajektiva

berjumlah 1 kata makna polisemi, dan kategori nomina berjumlah 9 kata yang

bermakna polisemi.Adapun bentuk perubahan makna polisemi, yaitu dari masing-

masing jumlah dari 18 jenis kata, makna polisemi yang mengandung makna leksikal

berjumlah 19 kata, untuk asosiasi metafora berjumlah 31 kata, dan untuk asosiasi

idiom berjumlah 3 kata. Terdapat dua terjadinya polisemi, yaitu faktor pergeseran

penggunaan, seperti kata melahirkan, berjalan, dan matang.Kata bermakna figuratif

yang terdapat dalam surat kabar Media Indonesia adalah, kata mata, tangan. Masing-

masing kata mata terdapat dalam Media Indonesia 1 kata, dan kata tangan terdapat

dalam Media Indonesia ada tiga kata.

Hasil penelitian mengenai makna polisemi yang terdapat dalam surat kabar

Media Indonesia edisi Maret 2015, dapat dijadikan sebagai alternatif strategi dalam

pembelajaran, yaitu strategimenemukan makna kata polisemi secara cepat dan tepat

sesuai dengan konteks yang ada dalam koran Media Indonesia edisi Maret 2015 yang

ada di kelas VII SMP, dan juga menjadi strategi siswa bagaimana cara menggunakan

makna polisemi.Melalui media surat kabar tersebut siswa diperlihatkan secara

langsung bagaimana mencari makna polisemi yang terdapat dalam koran tersebut.

Page 128: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

118

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran

yang berkaitan dengan penelitian ini, saran tersebut mencakup untuk guru, siswa,

maupun untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian.

1. Bagi Siswa dan Guru

Penelitian ini dapat membantu siswa dan guru untuk mengadakan proses

pembelajaran yang lebih variatif dengan menggunakan media surat kabar.

Melalui pembelajaran tersebut, siswa lebih mengetahui dan memahami makna

kata yang terdapat dalam media lain, selain buku pelajaran yang ada di

sekolah.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian bahasa yang membahas makna polisemi dengan objek surat kabar

belumlah banyak dilakukan, untuk itu peneliti berharap akan ada penelitian-

penelitian selanjutnya yang akan menyempurnakan atau mengembangkan

penelitian ini.

3. Bagi Masyarakat

Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat semakin minatuntuk membaca

surat kabar yang saat ini mulai sedikit peminat pembacanya, akibat media

massa bukan hanya cetak saja, melainkan adanya media elektronik yang lebih

mudah untuk dijangkau oleh pembaca. Walaupun begitu, surat kabar tidak

kalah dengan media lain dalam menyajikan berita-berita teraktual.

Page 129: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, Jakarta: Erlangga, 2013.

Agustin, Cyindhi Maya, Analisis Verba Tsukeru Sebagai Polisemi dalam Bahasa

Jepang, Fakultas Bahasa dan Seni, Univesrsitas Negeri Semarang, 2013.

Alpian, Pipin, dkk, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP dan MTs. Kelas I

Bandung: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2004.

Assegaff, Dja’far H., Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek

Kewartawanan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Azizah, Ismiyati Nur ‘Polisemi Kata Wali dalam Alquran: Studi Kasus

Terjemahan Hamka dan Quraish Shihab, Universitas Syarif Hidayatullah

Jakrta,2011.

Badudu, J.S, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III, Jakarta: PT. Gramedia,

1993.

Barus, Sedia Willing, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, Jakarta:

Erlangga, 2010.

Cangara, Hafied, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2009.

Chaer, Abdul, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Dalman, Keterampilan Membaca, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013.

Djajasudarma, Fatimah, Semantik 1 Pengantar Ilmu ke Arah Ilmu Makna,

Bandung: Refika Aditama, 1999.

Djajasudarma, Fatimah, Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal, Bandung:

Refika Aditama, 2012.

Ebyhara, Abu Bakar, Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2010.

Page 130: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

Efendi, Anwar, Bahasa dan Sastra Dalam Berbagai Perspektif, Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2008.

Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1992.

Effendy, Onong uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2000.

Hurford, James R, Semantic A Coursebook, New York: Cambridge University

Press, 2007.

Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 2010.

Kridalaksana, Harimurti, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Kuncoro, Mudrajad, Mahir Menulis Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom, dan

Resensi Buku, Jakarta: Erlangga, 2009.

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, Pamulang

Timur: PT Logos Wacana Ilmu, 1999.

Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.

Pawito, Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta:

Jalasutra,2009.

Pujiono, Setyawan, Terampil Menulis Cara Mudah dan Praktis dalam Menulis,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Tesaurus Bahasa Indonesia,

2008.

Page 131: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

Putra, R. Masri Sareb, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Putrayasa, Ida, Kalimat Efekstif Diksi, Struktur, dan Logika, Bandung: PT. Refika

Aditama, 2007.

Rahardi, R. Kunjana, Seni Memilih Kata Peranti dan Strategi Komunikasi

Profesional Efektif dalam Wahana Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Yayasan

Pustaka Nusantara, 2007.

Resmini, Novi dan Iyos A. Rosmana, dll, Kebahasaan I (Fonologi, Morfologi dan

Semantik), Bandung: UPI PRESS, 2006.

Rohmadi, Muhammad, Jurnalistik Media Cetak: Kiat Sukses Menjadi Penulis dan

Wartawan Profesional, Surakarta: Cakrawala Media, 2011.

Rusyana, Yus, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan pendidikan, Bandung: C.V.

Diponegoro, 1984.

Saeed, Jhon I, Semantics Malden: Balcwell Publishers, 2000.

Samsuri, Polisemi dalam Bahasa Jawa Ngoko Kajian Semantik Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, 2013.

Sarwoko, Tri Adi, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, Yogyakarta: ANDI, 2007.

Setiati, Eni, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Yogyakarta: ANDI,

2005.

Siregar, Ashadi, Bagaimana Meliput dan Menuls Berita untuk Media Massa,

Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Subuki, Makyun Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa, Jakarta:

Transpustaka, 2011.

Sumadiria, Haris, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan

Praktis Jurnalis Profesional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005.

Page 132: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

Sumadiria, Haris, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana Panduan Praktis Penulis

dan Jurnalis Profesional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.

Suparno,Darsita, Morfologi Bahasa Indonesia, Ciputat: UIN Press, 2015.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

Keempat, Jakarta: PT Gramedia, 2008.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Ullman, Stephen, Pengantar Semantik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Wijana, I Dewa Putu, Semantik Teori dan Analisis, Suarakarta: Yuma Pustaka,

2008.

Wijana, I Dewa Putu, Semantik, Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah

Mada, 1998.

Page 133: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 134: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 135: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 136: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 137: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 138: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 139: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 140: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 141: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 142: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 143: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 144: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 145: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 146: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 147: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 148: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 149: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 150: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 151: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 152: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 153: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 154: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 155: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 156: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 157: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 158: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 159: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 160: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 161: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 162: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 163: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 164: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 165: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 166: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 167: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 168: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 169: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 170: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 171: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 172: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 173: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 174: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 175: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 176: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 177: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 178: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 179: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 180: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 181: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 182: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 183: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 184: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 185: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 186: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 187: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 188: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 189: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 190: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 191: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 192: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 193: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 194: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 195: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …
Page 196: POLISEMI DALAM SURAT KABAR MEDIA INDONESIA RUBRIK …

BIODATA PENULIS

Ai Suaibah lahir di Bekasi, anak pertama dari pasangan

H. Hasdi dan Khoirul Bariyah. Ia memulai

pendidikannya di MI Attaqwa 19 Kp. Bogor, Bekasi

selama selama enam tahun dan lulus pada tahun 2001,

kemudian melanjutkan pendidikan di MTs Attaqwa 04

dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu melanjutkan

pendidikan di MAN Tarumajaya Bekasi dan lulus pada

tahun 2010. Selanjutnya ia tercatat sebagai mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2011.